bab i pendahuluan - upgris.ac.id modul guru kelas sd plpg...tentang guru dan dosen pasal 1, ......

406
1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut. Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2013 telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. Pada bab- bab berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan terhadap model- model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Pendekatan dalam pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik, dengan model pembelajaran discovery, problem-based dan project-based. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat diamati di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan penelitian di kelas bukan saja pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi. Secara administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk pengumpulan angka kreditnya yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik. Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing bidang studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu yang mutlak, karena bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam interaksi dengan

Upload: ngotram

Post on 29-Mar-2018

351 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut.

Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2013 telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. Pada bab-bab berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Pendekatan dalam pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik, dengan model pembelajaran discovery, problem-based dan project-based. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).

Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat diamati di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan penelitian di kelas bukan saja pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi. Secara administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk pengumpulan angka kreditnya yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik.

Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing bidang studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu yang mutlak, karena bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam interaksi dengan

2

siswa tidak akan memberikan arti apa-apa tanpa penguasaan bidang studi (materi pembelajaran). Bab V isi modul ini diharapkan memberikan wawasan dan pengayaan yang lebih kepada guru-guruserta melengkapi sumber belajar lain yang dipelajarinya. Prinsip belajar sepanjang hayat mengharuskan guru juga belajar sepanjang masa agar apa yang telah dikuasai terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Modul ini diakhiri dengan assessment, yang terdiri dari assessment untuk kegiatan 1, 2 dan kegiatan 3. Tujuan pembuatan Assesment adalah selain untuk memberi latihan dalam menyelesaikan soal-soal juga memberi masukan atas keberhasilan dalam mempelajari modul.

Secara keseluruhan, substansi modul ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya tentang peningkatan profesi, kompetensi pembelajaran, penilaian, kompetensi penelitian tindakan kelas serta etika profesi guru.

Substansi modul ini diharapkan dapat menginspirasi dan menambah wawasan peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru. B. Prasyarat

Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara spesifik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan : 1. Regulasi penyelenggaraan PLPG 2. Teori-teori pembelajaran 3. Metodologi penelitian 4. Teknik penilaian.

C. Petunjuk Penggunaan Modul

Untuk memudahkan dalam mempelajari modul ini bacalah bagian-bagian substansi kajian pada bagian awal dalam bab-bab yang tersedia sesuai dengan materi yang diberikan instruktur. Kerjakan latihan-latihan yang disediakan pada bagian bagian berikutnya, dengan terlebih dahulu mempelajari contoh-contoh dan penjelasan pengerjaannya. Jika mengalami kesulitan, tanyalah pada instruktur yang memberikan materi sesuai dengan kajiannya atau mencari dari sumber belajar dan buku-buku lainnya yang relevan. Pada akhir kegiatan, anda diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang telah tersedia. D. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi guru.

3

BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. Tujuan Antara

Setelah mempelajari bab ini diharapkan pesrta dapat menganalis kebijakan-kebijakan terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru professional, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan hakikat tenga profesi yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran/ pendidikan

B. Uraian Materi Hakikat Guru Profesional a. Pengertian Profesi

Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession, sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata professional. Menurut Hornby, profession, n. occupation, esp one requiring advanced education and special training, eg the law, architecture, medicine, accountancy; … professional adj 1. of a profession (1): ~ skill; ~ etiquette, the special conventions, form of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~ men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time occupation or to make a living.

Page & Thomas (1979) memberikan batasan tentang profesi sebagai berikut: …profession, evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, a code of ethics, and generate in-service growth. Teaching should be judged as a profession on these criteria.

Pengertian profesi pada hakekatnya menunjuk kepada pekerjaan atau jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada sejumlah ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu pekerjaan sebagai profesi.

b. Karakteristik Profesi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru professional sebagai berikut.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1) Ciri Profesi

Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut:

melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama (sepanjang hayat, tidak mudah berganti).

4

pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua orang dapat melakukannya.

menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam praktik.

membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu yang panjang.

terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan tersebut.

otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup pekerjaannya.

menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya.

memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya berkaitan dengan layanan yang diberikannya.

menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan tenaga administrasi untuk mengelola data klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter).

mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya.

mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan pekerjaan dokter dihargai dan diakui oleh IDI dan bukan oleh departemen kesehatan).

mempunyai kode etik, sebagai pedoman dalam melaksanakan layanan.

mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan dari setiap anggotanya.

mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.

Penulis lain mencoba menggolongkan ciri profesi menjadi dua kelompok yaitu (1) ciri utama dan (2) ciri tambahan (Sulistiyo-Basuki, 2004). Ciri utama adalah ciri yang mutlak harus ada atau melekat dalam suatu pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi. Jika ciri utama ini tidak tampak atau beberapa di antaranya tidak ada, maka sulit untuk mengelompokkan pekerjaan tersebut ke dalam profesi.

Ciri Utama

Ada tiga ciri utama yang harus dipenuhi oleh suatu jenis pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi yaitu (1) Sebuah profesi mensyaratkan suatu pendidikan atau pelatihan yang ekstensif sebelum memasuki profesi tersebut. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana; (2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, dan pengrajin lebih merupakan ketrampilan fisik. Sedangkan pelatihan akuntan, engineer, dokter lebih didominasi oleh muatan intelektual; (3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi kepada pemberian layanan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri.

Ciri Tambahan

Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak harus ada. Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan semakin memperkokoh kualitas atau

5

eksistensi profesi dari pekerjaan tersebut. Ada tiga yang termasuk dalam katagori ciri tambahan, yaitu (1) Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sesuatu yang mutlak sebagai syarat profesi; (2) Adanya organisasi profesi yang mewadahi para anggotanya sebagai sarana komunikasi dan sarana perjuangan untuk memajukan profesinya dan kesejahteraan anggotanya; (3) Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas penyediaan jasanya dan tindakan-tindakan atas pengambilan keputusan dalam profesinya. Kode etik juga merupakan ciri tambahan dalam sebuah profesi. Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Jadi kehadirannya terkait dengan keberadaan organisasi yang juga masuk dalam katagori ciri tambahan.

2) Guru Sebagai Profesi Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi? Jawabannya

ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik sebagai berikut:

Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (penting) dalam masyarakat.

Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau keahlian tertentu (khusus).

Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan metode ilmiah.

Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit.

Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

Guru memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk memperkuat kualitas profesinya.

Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja.

Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap masalah profesi yang dihadapinya.

Guru memiliki otonomi dan bebas dari campur tangan pihak luar dalam melaksanakan tugasnya memberi layanan kepada masyarakat.

Pekerjaan guru mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat.

Guru memperoleh imbalan (penghargaan finansial) yang cukup memadai. c. Kompetensi Guru 1) Profil Pendidikan Guru

Luangkanlah waktu anda sejenak saja untuk membayangkan peran seorang guru di dalam masyarakat. Kita akan melihat hasil kerja guru melalui orang-orang yang telah dididik oleh para guru. Mereka mampu menciptakan arsitektur bangunan-bangunan menjulang tinggi, memproduksi teknologi canggih, sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja guru banyak dan begitu besar. Tentunya, disamping keberhasilan masih banyak pula masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah

6

peran pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat, membangun karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah ini berkaitan dengan pendidikan, merupakan beban berat yang harus dipanggul oleh para guru. Kekecewaan terhadap karya guru banyak pula didengar. Perilaku guru yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah.lantas, sosok guru seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi masalah yang sangat kompleks dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan. Diharapkan para guru sendirilah yang harus memikirkan kembali, bermenung sejenak tentang dirinya dan profesi yang diembannya.

Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan: “Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak.”

Begitu mulianya seorang guru dimata Khalifah, guru adalah orang yang pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh, orang yang mendidik anak-anak dengan kesungguhan berhak untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Terpujilah engkau guru seperti yang dinyanyi anak-anak kita.

Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa yang baik jika yang mengajar punya kualiatas kurang?

Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai, yakni menyiapkan anak yang berkembang menjadi dewasa secara utuh, cerdas, beriman, taqwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Untuk mencerdaskan anak didiknya guru haruslah mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang dapat membimbing anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Cerdas menguasai, menerapkan dan mengembangkan keilmuannya. Cerdas dalam merawat kesehatan jasmani-rohani dan sosialnya sehingga patut ditiru. Dengan demikian profil guru pendidik adalah guru yang memiliki pribadi cerdas unggul.

Sebutan pendidik dan guru di dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sama maksudnya. Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Pendidik memiliki batasan tugas yang lebih luas dalam pengertian awam, sedangkan guru lebih spesifik dimana tugasnya lebih jelas. Pendidik bisa siapa saja yang tertarik membantu mengembangkan orang lain dan waktu dan tempat tidak terbatas. Dalam bahasan ini digunakan kata pendidik guru.

Karakteristik pendidik guru di antaranya adalah sebagai berikut:

Pendidik yang juga guru, adalah seseorang yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman

Pendidik guru adalah orang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya.

Pendidik guru adalah orang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreaasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil

7

kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

Seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya.

Pendidik guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuan.

Pendidik guru adalah seorang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.

Perilaku guru hendaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada para anak didiknya, yang dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan anak ke arah yang lebih baik.

Pribadi unggul yang efektif Adalah Guru Cerdas Berakhlak Mulia Dan Guru untuk anak-anak yang memiliki masa depan Guru biasa adalah yang mampu membagi pengetahuan kepada anak didiknya Guru baik yang mampu menjelaskan Dan yang mampu mendemonstrasikan Guru luar biasa adalah yang mampu memberi inspirasi anak didiknya menjadi cerdas dan sukses di masa depan

d. Tanggung Jawab keprofesionalan 1) Makna Tanggung Jawab

Tanggungjawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu. Sehingga bertanggungjawab adalah kewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Menurut Widagdo (2001) Tanggungjawab adalah kesadaran akan tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban. Jenis tanggungjawab tersebut yakni; tanggungjawab terhadap diri sendiri, tanggungjawab terhadap keluarga, tanggungjawab masyarakat, tanggungjawab bangsa dan Negara, dan tanggungjawab terhadap tuhan.

Tanggungjawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan hak, dan dapat juga tidak mengacu hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggungjawab terhadap kewajibannya.

Pembagiaan kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Kedudukan, status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban ini ada yang terbatas dan tidak terbatas. Kewajiban terbatas tanggungjawabnya sama untuk semua orang. Misalnya yang berkaitan hukum. Yang melanggar undang-undang sanksinya sama. Kewajiban tidak terbatas, tanggungjawabnya memiliki nilai yang lebih tinggi sebab

8

dilakukan oleh suara hati nurani. Seperti guru melaksanakan tugasnya dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih di luar jadwal yang seharusnya.

2) Tanggung Jawab Guru, Kesadaran, Pengabdian, dan Pengorbanan

Seseorang diharapkan melaksanakan tanggungjawab atas kesadaran. Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa, ingat (kepada keadaan sebenarnya) keadaan ingat akan dirinya, tahu dan mengerti. Jadi kesadaran adalah hati yang terbuka atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Seperti guru memilih pekerjaan sebagai guru atas kesadaran diri yang tinggi, sehingga ia akan dapat mempertanggungjwabkan tugasnya kepada diri sendiri, tidak suka mengeluh dan menyesali pilihannya. Diapun tahu kalau pihannya itu akan dipertanggunjawabkan kepada keluarga, negara, masyarakat dan Tuhannya.

Guru saat melaksanakan kewajibannya mengelola pembelajaran di kelas, seringkali harus mengeluarkan dana sendiri untuk membeli kapur tulis,atau kebutuhan belajar lainnya karena barang belum tersedia. Rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang tidak terbatas, kadangkala kita harus berkorban materi atau nonmateri. Pengorbanan artinya memberikan secara ikhlas, harta, benda, waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa, demi cinta atas sesuatu kesetiaan dan kebenaran.

Pengorbanan dalam melaksanakan tanggungjawab juga memiliki makna pengabdian. Perbedaan pengertian antara pengorbanan dan pengabdian sering tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas, tanpa pamrih, tanpa perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja siap, saat diperlukan.

Pengabdian merupakan perbuatan baik yang dapat berupa pikiran ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan dan kecintaan, rasa hormat atau suatu ikatan dan semuanya dilakukan dengan ikhlas. Timbulnya pengabdian itu hakikat dari rasa tanggung jawab. Menjadi guru merupakan pengabdian yang tulus dan ikhlas demi kecintaan pada bangsa dan Negara ini, yang akan dilaksanakan dengan sikap tanggungjawab yang tinggi.

Ciri-ciri khas orang yang mempunyai tanggung jawab pribadi yang tinggi:

Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas.

Selalu berusaha menghasilkan yang terbaik

Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkannya baik yang buruk atau yang jelek

Cenderung menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang kurang tepat –salah

Ciri khas dari orang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi:

Santai, tidak disiplin, kurang menghargai waktu.

Sering tidak mengerjakan suatu pekerjaan secara tuntas.

Hal-hal yang sering terjadi sering dilihat sebagai akibat dari keadaan dibanding dari tindak-tanduk sendiri.

9

Berkembangnya rasa tanggung jawab pribadi disebabkan sebagian kecil oleh faktor bawaan dan sebagian dari faktor lingkungan pendidikan dan lingkungan rumah. Terbentuknya sikap bertanggungjawab karena adanya proses latihan dan pembiasaan yang akhirnya menjadi alami, menyatu dalam bentuk kesadaran diri.

3) Kewajiban Guru Profesional

Apa yang harus dilaksanakan guru dalam tugas keprofesionalannya telah tercantum dengan jelas di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20, seperti yang dikutip berikut ini.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;

Tanggungjawab keprofesionalan juga dapat meliputi :

Tanggungjawab moral, tenaga professional berkewajiban menghayati, mengamalkan Panca sila, mewariskan pada peserta didiknya.

Tanggungjawab bidang pendidikan, bertanggungjawab terhadap proses pendidikan, mengelola, melakukan bimbingan.

Tanggungjawab kemasyarakan, ikut bertanggungjawab memajukan masyarakat secara umum terutama berkaitan dengan pendidikan.

Tanggungjawab keilmuan, di dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru bertanggungjawab memajukan ilmu pengetahuan dan tekonologi, terutama bidang keilmuannya sendiri.

e. Kompetensi Guru

Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c. adalah sebagai berikut:

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan pada pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

10

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: (1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

(2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

(3) Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

(4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

(5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

Para siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Kepribadian guru yang tidak efektif akan menghalangi pembelajaran yang efektif. Beberapa kepribadian buruk guru yang sering ditemukan di sekolah, ditulis oleh Sukadi, diantaranya;

sering meninggalkan kelas

tidak menghargai siswa

pilih kasih terhadap sisw

menyuruh siswa menulis di papan tulis

tidak disiplin

kurang memerhatikan siswa

materialistis Dengan ditetapkannya seperangkat kompetensi guru, masyarakat sangat

berharap terjadi perubahan perilaku mengajar guru di kelas. Menurut Diaz dkk (2006) keberadaan guru di kelas hendaknya menjadikan ia sebagai model belajar dari peserta didiknya. Guru sebagai model diantaranya menunjukkan;

11

Guru sebagai orang yang ahli di bidangnya.

Guru sebagai contoh pembentukan moral

Guru sebagai orang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan

Guru sebagai figure pemimpin yang memiliki otoritas

Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membatu siswanya

Guru sebagai delegator Mulyana lebih memperluas peran guru professional yang akan mampu

menciptakan kelas untuk anak-anak berprestasi unggul, yang merupakan ramuan dari bebagai kompetensi guru.

Guru sebagai pendidik

Guru sebagai pengajar

Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pelatih

Guru sebagai penasihat

Guru sebagai pembaharu (innovator)

Guru sebagai model dan teladan

Guru sebagai pribadi

Guru sebagai peneliti

Guru sebagai pendorong kreativitas

Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru sebagai pekerja rutin

Guru sebagai pemindah kemah

Guru sebagai pembawa cerita

Guru sebagai actor

Guru sebagai emancipator

Guru sebagai evaluator

Guru sebagai pengawet

Guru sebagai kulminator

f. Pengembangan Profesional Guru 1) Citra Diri Positif

Makna Citra Diri Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu gambaran yang

dimiliki orang banyak mengenai pribadi, produk maupun suatu lembaga. Sedangkan citra diri (self-image), diartikan sebagai pandangan dalam berbagai peran (sebagai anak, orangtua, guru, dsb). Self-image menurut kamus Random House memiliki pengertian gagasan, konsepsi atau gambaran mental diri, self-estem, respect yang menguntungkan citra diri.

Di dalam kajian psikologi kepribadian , citra diri sebagai konsep diri tentang individu. Citra diri sebagai salah satu unsure penting dalam penilaian diri sendiri.menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Bagaimana Anda melihat diri sendiri. Ini adalah gambaran diri yang telah dibangun dari waktu ke waktu. Apa harapan Anda? Apa yang anda pikirkan dan rasakan? Apa yang anda telah lakukan sepanjang hidup anda dan apa yang Anda ingin lakukan.

12

Pandangan pribadi yang kita pahami tentang diri kita sendiri merupakan citra mental atau potret diri. Menggambarkan karakteristik diri, termasuk cerdas, cantik, jelek, berbakat, egois dan baik. Ciri-ciri membentuk representative, kolektif asset dan yang bisa teramati.

Citra diri positif positif memberikan keyakinan ke pada seseorang dalam pikiran dan tindakan, dan citra diri negative membuat seseorang ragu akan kemampuan mereka.

Citra Diri guru

Citra Diri Guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada kepribadian maupun karakter yang muncul sebagai wujud profesi guru secara utuh.

Citra Diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan mempermudah karir seseorang , karena dia memandang positif kepada kemampuan diri, melihat kelebihan diri, bukan kekurangannya. Dengan berpikir positif pada diri, membuat dirinya berharga.

Pentingnya Citra Diri Positif

“Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri” Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah dipahami: “You are what you think”. Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan.

Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, diantaranya orang sering diberi kepercayaan untuk mengemban tugas tertentu dan sering pula mendapatkan pelayanan secara khusus. Selanjutnya dengan citra diri positif akan dapat membangun rasa percaya diri dan meningkatkan rasa juang.

Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Guru yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Guru yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari guru dengan citra diri positif.

13

Manfaat Citra Diri Positif Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai

manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah:

Guru akan membawa Perubahan Positif Guru yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk

menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.

Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan Selain membawa perubahan positif, guru yang memiliki citra positif juga

mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong guru untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar. Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita.

Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita.

sebagai contoh, John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.

Bagaimana caranya?

Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif:

Persiapan Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan.

Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari

14

alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berpikir Unggul Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara

berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Semua ini dapat diraih guru jika selalu berpikir unggul. Setiap kali akan berciptakarya , yang dipikirkan guru adalah kemenangan atas keberhasilan belajar anak didiknya. Selalu berpikir kreatif dan inovatif.

Belajar Berkelanjutan Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif

juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, guru yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yangdihasilkannya.

Seringkali guru yang sudah lama mengajar maupun yang berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Guru yang lebih muda yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik.

Hal yang paling penting juga dalam membahas tentang citra diri ini adalah konsep diri, atau harga diri. Menurut Bandura, jika selama ini kita merasa hidup telah sesuai dengan standar-standar yang kita tentukan dan telah memperoleh imbalan atau penghargaan, itu berarti kita telah memiliki konsep diri (harga diri).

Guru yang memiliki kemampuan membangun citra diri positif akan sukses dan mudah membangun karier. Ia selalu melihat kelebihan diri, bukan kekurangan. Guru mampu membuat dirinya berharga dimata orang lain. Contohnya antara lain citra kejujuran, kesabaran, ketegasan, kedisiplinan dan wibawa merupakan citra positif yang disukai siapapun. Di dalam membangun citra diri ini dibutuhkan kemauan dan keseriusan dan memang tidak mudah, sering tidak akan terlihat langsung hasilnya. Karena citra diri merupakan produk pembelajaran dari orangtua, pengasuh yang memberikan kontribusi terbesar pada citra diri kita. Pengalaman lain dari guru, teman dan keluarga, yang menjadi pantulan cermin dari orang yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian secara utuh.

15

2) Etika Seringkali di dalam kehidupan sehari-hari kita mendengarkan maupun

menggunakan kata etika, etis, etiket, moral, maupun akhlak. Coba kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini! “Guru PPL itu tidak punya etika, masuk ruangan tidak mengucapkan salam“ “Rupanya, moral guru itu rendah. Masak, anak didiknya ditendang dan dimaki-maki karena tidak ikut upacara “ “Tidak etislah kalau kita yang menyampaikan perihal kekurangan bapak pengawas” “Mahasiswa supaya memakai pakaian yang pantas di hari wisuda, jangan kita dikira tidak tahu etiket” Pada kalimat-kalimat di atas kita bisa melihat cara berperilaku dari manusia

yang dianggap tidak baik dan benar. Mengapa kita sebagai guru perlu memahami tatacara hidup ini? Perlu beretika, bermoral dan berakhlak baik ?

Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia diberi akal budi, perasaan dan kehendak. Dengan akal manusia bisa berpikir, dengan rasa manusia bisa mengatur keharmonisan hidup ini, dengan kehendak manusia bisa banyak berbuat amal kebaikan dan membuat karya. Karunia Allah jua, manusia mampu berbahasa, bisa mendidik dan dididik, berkehendak untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna. Dengan kelebihan ini, manusia tentunya dapat berperilaku baik (kepribadian) setiap saat.

Untuk memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya. Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku, mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri, harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika.

Berikut ini, akan dibahas tentang etika, moral dan akhlak secara singkat. Dimulai dari pengertian tentang etika, macam dan hubungan etika dengan moral, etiket dan akhlak, sehingga membawa kita pada suatu pengertian “guru sebagai makhluk yang beretika dan berakhlak mulia”.

Etika dan Etiket

Etika yang dalam bahasa Inggris di sebut ethics. Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Dalam batasan filsafat, Immanuel Kant yang dikutip dari Anshari (1982), menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencari jawaban dari empat persoalan pokok, salah satunya dijawab oleh etika. Persoalan tersebut berkaitan dengan, “Apakah yang boleh dikerjakan manusia?”

Suseno dalam membahas etika dasar (1997), menyatakan bahwa etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Salah satu kebutuhan fundamental manusia adalah orientasi. Etika sebagai sarana orientasi bagi manusia dalam menjawab pertanyaan: bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Begitu banyak yang dapat

16

memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan; orangtua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing memberi nasihat yang berbeda? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi seperti ini etika akan membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan.

Etika sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang dapat memahami apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut norma-norma yang dianggap baik.

Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-ulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat, berupa kata-kata atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket pergaulan berlaku pada masyarakat itu.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering ditutut untuk membawakan diri kita berperilaku sesuai dengan etiket tertentu. Seperti etiket berbusana, etiket di meja makan, etiket dalam berbicara, mengikuti upacara resmi, saat menghadapi atasan, dalam perjamuan resmi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa etiket merupakan aturan sopan santun dalam pergaulan hidup bermasyarakat.

Etika sebagai bagian (cabang) filsafat menurut beberapa ahli dinyatakan

sebagai berikut:

The Liang Gie; etika adalah filsafat tentang pertimbangan moral

Harry Hamersma; etika dan estetika merupakan filsafat tentang tindakan

Aristoteles, memasukkan etika ke dalam cabang filsafat praktis; ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagian dalam hidup perseorangan.

Menurut Suseno, ada empat alasan mengapa manusia perlu beretika: Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik. Perlu

kesatuan tatanan normatif. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang sangat cepat.

Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual, dan budaya itu nilai budaya tradisional tertantang. Perubahan-perubahan budaya terjadi begitu cepat akibat modernisasi. Dalam situasi seperti ini, etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara yang hakiki dan apa yang boleh berubah dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ketiga, dengan etika kita dapat menghadapi ideologi-ideologi baru dengan kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita jangan naif atau ekstrem, tidak cepat bereaksi, terhadap suatu pandangan baru, menolak nilai-nilai hanya karena baru dan belum biasa.

17

Keempat, etika juga perlu oleh agama untuk memantabkan pemeluknya dalam keyakinan dan keimanan.

Dengan memperhatikan manfaat etika, diharapkan peran Guru di manapun, dalam situasi apapun keberadaannya tetaplah sebagai pembimbing, pembina perilaku, dan sekaligus model berperilaku manusia beretika. Karena ini bagian dari tanggung jawab sebagai pendidik.

Moral dan Etika

Moral berasal dari kata latin mos jamaknya moses yang berarti adat atau cara hidup. Berarti etika sama dengan moral? Magnis Suseno (1987) membedakannya. Ajaran moral dinyatakan Suseno sebagai wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika bukanlah ajaran, tetapi pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah ilmu, yang membuat kita mengerti tentang ajaran tertentu, dan bagaimana kita mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan ajaran moral.

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bukan berdasarkan perannya, seperti guru, olahragawan, dai, pendeta, dokter, dan lainnya. Norma-norma moral adalah tolok ukur segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

Etika dan Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti: a) tabiat, budi pekerti ; b) kebiasaan atau adat; c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan; d) agama. Akhlak dalam konsep agama Islam adalah sebagai bukti amaliah dari keimanan dan ketaqwaan seseorang.

Sebagai kita kita pahami etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah hidup kalau ia mau baik. Etika secara umum dikenal sebagai kesepakatan manusia secara bersama-sama terhadap suatu norma yang jadi pedoman berperilaku. Bagi pemeluk agama Islam cara berperilaku manusia tidak boleh terlepas dari ajaran agamanya. Manusia berbuat bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga untuk kebahagiaan di akherat. Etika beragama di dalam agama Islam disebut dengan akhlak. Perilaku umat Islam haruslah berpedoman pada ajaran Alquran sebagai kitab suci dan cara pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari mencontoh akhlak guru besar nabi Muhammad SAW.

Akhlak dalam agama Islam memiliki makna yang lebih mendalam dalam hidup manusia, yaitu cara manusia berperilaku yang merupakan pantulan dari tingkat keimanan hidup beragama. Berdasarkan kajian QS an-Nahl 16: 126 dan QS asy-Syuura 42:/40, KH Achmad Satori Ismail menjelaskan ada empat tingkatan akhlak dalam Islam. Pertama, akhlak sayyiah (tercela). Yaitu, semua yang dilarang Islam berupa keburukan atau kejahatan yang merugikan manusia dan kehormatannya,atau yang merusak makhluk secara umum. Misalnya. Bergunjing, mengadu domba, dan menipu. Kedua, akhlah hasanah (baik), adalah akhlak di mana kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan

18

yang serupa. Ketiga, akhlak karimah (mulia), yaitu berperilaku sebagaimana yang diperintahkan Islam. orang yang selalu mampu memaafkan orang lain, walaupun orang tersebut mampu membalas hal yang tidak baik tersebut yang menimpa dirinya. Keempat, akhlak adzimah (agung). Kalau pada akhlak karimah ketika mendapatkan keburukan dari orang lain, cuma sampai memaafkan tersebut. Tapi, akhlak agung meningkat lebih tinggi, yaitu dengan berbuat baik kepada orang yang menzoliminya. Bahkan mendoakan orang tersebut untuk hal yang baik.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad, Baihaqi dan Malik). “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmizi). “Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Ahmad). “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak membawa manusia ke dalam surga” (HR. Tirmizi). “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang paling baik” (HR. Tirmizi). Akhlak Nabi Muhammad SAW disebut juga akhlak Islam. Karena akhlak ini

bersumber dari Al-Qur’an, dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan akhlak ciptaan manusia (etika, moral, adat, dll) . Ciri-ciri tersebut antara lain:

Kebaikannya bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apapun.

Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zamn dan di semua tempat.

Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.

Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya.

Pengawasan yang menyeluruh. Karena akhlak Islam bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggarnya kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini trejadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk.

19

Sebagai guru yang beragama Islam tentu pedoman berperilakunya, akan meniru akhlaq guru besar Muhammad SAW. Yang selalu mengisi kehidupannya dengan kebaikan-kebaikan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akherat.

Kode Etik Guru

Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang sangat penting yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru. Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diperhatikan oleh setiap anggota profesi khususnya profesi guru di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di masyarakat. Seorang guru akan mengetahui tentang aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru.

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah lakau anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah untuk:

menjunjung tinggi martabat profesi

menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

meningkatkan pengabdian para anggota profesi

meningkatkan mutu profesi

meningkatkan mutu organisasi profesi

Kode Etik Guru Indonesia Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai

dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar antara lain guru:

berbakti membimbing peserta didik untk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya berjiwa Pancasila.

memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional.

berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

20

menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat prosesinya.

memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai saran perjuangan dan pengabdian.

melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan Sembilan kode etik guru ini kalau kita simak satu per satu sudah

mengandung nilai bagaimana menjadi guru yang profesional.

3) Etos Kerja Etos kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kalau dikaitkan dengan profesi guru, etos kerja guru adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas guru dalam menjalankan profesinya.

Orang yang bekerja dilingkungan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan , seharusnya tidak hanya melihat pekerjaannya sebagai tempat mencari nafkah. Ia harus melihatnya sebagai tugas yang mengemban esensi pendidikan. Menurut Isjoni dan Suarman (2003) pendidikan itu bukan hanya untuk hari ini dan esok, melainkan membangun kehidupan jauh kedepan. Esensi pendidikan dalam hal ini bagaimana mencerdaskan SDM, masyarakat dan bangsa, sehingga mampu beradaptasi sekaligus melakukan pembaharuan dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikuasai. Yang mampu mengusainya adalah orang yang cerdas IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ.

Sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan didapat dari guru yang memiliki berbagai kecerdasan tersebut. Guru yang berkualitas akan terbentuk jika memiliki etos kerja yang tinggi. Menurut Jansen Sinamo ada delapan etos kerja unggulan yang perlu dipahami, yang dapat dikembangkan oleh guru dalam bertugas. Etos kerja tersebut sebagai berikut:

Kerja itu suci, kerja adalah panggilan ku, aku sanggup bekerja benar.

Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras.

Kerja itu rahmat, kerja adalah terima kasihku, aku sanggup bekerja tulus.

Kerja itu amanah, kerja itu tanggungjawabku, aku sanggup bekerja tuntas.

Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup kerja kreatif.

Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdiaanku, aku sanggup bekerja serius,

Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna.

Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul Inilah wujud kecerdasan IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ bagi seorang pendidik guru.

Hasil pekerjaaannya mendidik jauh ke depan. Jadi, tugas dan tanggungjawabnya

21

bukan hanya pada saat itu dilakukan, akan tetapi menyiapkan pemimpin masa depan.

Biasanya tenaga profesional jarang mempermasalahkan agar gajinya dinaikkan, melainkan kinerjanya sendirilah yang mengharuskan orang lain membayar mahal. Menurut Isjoni dan Suarman orang-orang profesional tidak menuntut gaji besar, namun mereka membuat gaji besar dari karyanya.

Etos Kerja Dalam Pandangan Agama Islam

Kerja seperti apapun dalam kehidupan di muka bumi harus dilihat dan dijalankan dalam suatu keseimbangan yang bernuansa ibadah. Islam menekankan pentingnya masyarakat muslim secara umum menghabis sepertiga hari mereka untuk bekerja, sepertiga lainnya untuk tidur dan istirahat, dan sepertiga lainnya untuk shalat, bersenang-senang, aktivitas keluarga serta masyarakat.

Ujian muslim setelah berkomitmen terhadap etos kerja, kemudian perlu dipikirkan mengenai bagaimana rejeki didapat dan dimanfaatkan. Dalam surat Albaqarah 212, Allah mengatakan akan memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya. Dari ayat tersebut yang perlu disadari adalah kendati Allah memberikan rezeki lewat berbagai cara dan dalam jumlah yang tak terbatas, tetapi itu tak berarti rezeki datang dengan sendirinya, etos kerja harus ditumbuhkan

Layak diperhatikan bagaimana pendapatan atau hasil orang per orang yang berupa rezeki bisa diperoleh. Tentu akhirnya kembali kepada beberapa besar usaha kita untuk memperoleh rezeki itu. Allah SWT juga banyak berfirman agar rezeki itu dimanfaatkan dengan baik. Ini berarti terlihat mata rantai suatu aliran pendapatan dari satu orang keorang lainnya, sehingga akhirnya bagaikan bola salju dan jadilah suatu pertumbuhan bagi orang tersebut baik secara moral maupun material.

Sebagai guru muslim, kita layak merenungkan bahwa segala rezeki yang Allah berikan kepada kita, harus dimanfaatkan secara baik. Di samping itu manusia yang beradab pasti ingin bekerja keras dan cerdas, berusaha mencari rezeki dengan dilandasi oleh etos Islam.

Allah telah meletakkan di dalam prinsip-prinsip penciptaannya, bahwa bekerja dan berusaha merupakan daya rahasia kemajuan dan pergerakkan. Alam telah mengajarkan kepada manusia bahwa segala yang ada di alam ini senantiasa bergerak, berkembang, dan bekerja untuk membangun sistemnya.

Ajaran Islam amat menekankan etos kerja tanpa melupakan aspek spritual. Dengan keduanya, Islam mendorong manusia untuk membangun peradaban yang mempunyai nilai spritual. Menyalakan etos kerja di tengah krisis bangsa adalah langkah konkrit untuk perbaikan negeri ini. Kehormatan dan kemuliaan datang dari kerja dan usaha untuk ibadah.

Etos Kerja Cerdas berlandasan Spritual dapat dikembangkan lagi oleh guru dan implementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yakni Etos kerja sebagai mental rohani. Bagaimana kita memandang tugas kita guru dari segi mental rohani, agar didapatkan kepuasan kerja, pahamilah hal berikut ini:

Kerja adalah rahmat, kerja panggilan, kerja aktualisasi, kerja ibadah, kerja adalah seni, kerja merupakan kehormatan, kerja pelayanan.

22

Rahmat; jiwa besar, pikiran luas, hati baik, rejeki akbar, sumber berkah, suka cita, ikhlas, bersyukur.

Amanah; adil, benar, jujur, aman terpecaya, bertanggungjawab, pembangun,dan pengembang.

Panggilan; responsif, ekspresif, unik, khas, berintegrasi, tuntas, tumbuh menjadi bigger-higher, dan better.

Ibadah; penuh cinta, sayang, setia, komitmen, berbakti, mengabdi, berserah.

Seni; indah, estetik,artistik, imajinatif, kreatif,, inovatif,

Kehormatan; harkat,martabat, mulia, hebat, berkualitas, unggul, excellent.

Pelayan; fokus pada pelangganan, sempurna, paripurna, ramah, simpatik, memuaskan.

Etos juga dikenali sebagai kebiasaan, berbasis pada state of mind yang berhubungan kegiatan produktif.

Etos kerja sebagai seperangkat perlikaku kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan yangjelas danmantab, serta komitmen yang teguh pada prinsip,paradigma, dan wawasan kerja yang khs dan spesifik

Delapan kebiasaan (habitus) dalam bekerja cerdas

Bekerja ikhlas penuh rasa syukur

Bekerja penuh integitas

Bekerja keras penuh semangat

Bekerja serius penuh kecintaan

Bekerja cerdas penuh kreativitas

Bekerja tekun penuh keunggulan

Bekerja pari purna penuh kesabaran. Bagaimana anda sebagai guru melaksanakan tugas profesinya selama ini,

coba nilai sendiri, lakukan penilaian diri dengan jujur agar ke depan anda pantas menyadang gelar guru yang profesinal.

4) Komitmen

Makna Komitmen Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan dosen, Pasal 7 dinyatakan bahwa salah satu prinsip profesionalitas butir c adalah guru memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, Pasal 40 Ayat (2) butir b, menyatakan pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan butir c memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita.

Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang.

23

Pilihan jadi guru hendaklah diperkuat dengan komitmen. Komitmen akan mendororong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan tugas sebagai guru menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas phisik dan psikologi dari hasil kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkanbagi seluruh warga sekolah.

Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen sering dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun yang yang bertujuan negative.

Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen sesorang mempunyai keteguhan jiwa. Stabilitas social tinggi, toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan tidak mudah terprovokasi.

Komitmen yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan. Memenuhi Komitmen (menepati janji sesuai dengan hati nurani) merupakan sikap dasar guru profesional. Menurut Pugach (2008) ada lima komitmen yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh guru, berkaitan dengan gelar profesional yang disandangnya.

Selalu belajar mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber.

Mengembangkan kurikulum dengan rasa tanggungjawab

Selalu memperhatikan keragaman latar belakang keluarga peserta didik

Memenuhi kebutuhan individual dalam belajar di kelas maupun di area sekolah.

Aktif berkontribusi dalam tugas profesinya. Seorang guru tidak boleh berhenti belajar setelah menyelesaikan program

pendidikannya. Mereka harus terus belajar melalui apa yang dipraktekkannya di kelas, belajar melalui teman-teman seprofesi. Hal ini akan terjadi kalau guru memiliki komitmen untuk membuka diri jadi yang terbaik, mempunyai semangat dalam meningkatkan diri, mengembangkan kariernya di dunia pendidikan.

Kurikulum bukanlah dokumen statis, dimana guru hanya mengikuti tanpa perlu pertimbangan dan sikap bijaksana. Guru diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengembangkannya pada tingkat satuan pendidikan , tingkat kelas, sesuai kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, dituntut tanggung jawab guru dalam penggunaan kurikulum pendidikan.

Guru secara terus menerus, tahun berganti tahun, bergantian angkatan, menerima anggota kelas yang berbeda-beda. Siswa yang datang dari beragam latar belakangnya. Untuk pembelajaran yang menyenangkan guru diharapkan selalu kreatif mengelola kelasnya. Dimana, siswa dapat merasa diterima keberadaannya, merasa aman dan nyaman, berada di lingkungan kelas dan lingkungan sekolah.

Kegiatan belajar di kelas maupun lingkungan sekolah hendaklah diorganisir secara tepat guna. Pengelompokan kegiatan, pengelompokkan siswa perlu pertimbangan berbagai kebutuhan individu siswa.

Mengajar bukanlah sekedar bekerja yang memperhatikan jam masuk dan jam keluar selesai pembelajaran. Bekerja bagaikan robot sesuai dengan apa yang diperintahkan. Guru sendiri harus mampu mengelola dirinya, mengembangkan

24

profesinya, membutuhkan kesempatan untuk bergabung dengan teman satu profesi, ikut bertanggung jawab atas profesinya.

Komitmen guru adalah akhlak guru

Menepati janji adalah salah satu pokok ajaran akhlak yang harus dilaksanakan sebagai aktualisasi dari keimanan. Sewaktu diangkat menjadi guru pegawai negeri ada komitmen yang diucapkan (diambil sumpah) atas nama Tuhan dan ditandatangani sebagai bukti tertulis kita berjanji. Apa yang terjadi setelah kita guru memulai dunia kerja, janji tinggal janji. Komitmen sering terlupakan. Janji akan lebih mengutamakan tugas Negara daripada kepentingan pribadi, sering terbalik dalam pelaksanaannya. Beratnya kesalahan kita, kita berjanji dengan Allah.

Guru diharapkan akan menjadi seseorang yang menepati janji, memegang ucapannya dan dapat dipercaya dan diandalkan. Guru akan tampil dalam sikap, perkataan dan perbuatan menepati janji betapapun kecilnya dan dapat diandalkan, terpercaya, beriman dan bertakwa.

Komitmen dan Ketulusan-keikhlasan

Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja akan memudahkan terlaksananya komitmen sebagai seorang guru. Membicarakan tentang ikhlas, terkait dengan ketulusan niat. “Ikhlas itu adalah rahasia dari semua rahasia dan aku menempatkannya di hati hamba yang menjadi kekasih- Ku.” Demikian firman Allah SWT sebagaimana disabdakan nabi Muhammad SAW. Niat baik kita untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya merupakan tujuan hasil kerja yang berkualitas. Selalu ikhlas dalam bertindak dan niat karena Allah, diikuti dengan doa, akan membuahkan kebahagiaan bagi pribadi guru dan kesuksesan belajar siswanya.

Bekerja sebagai pengajar bagian dari mencapai kebahagian dalam kehidupan. Keikhlasan harus selalu ditingkatkan dan dirawat. Menurut Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas : “Mencari kebahagiaan hakiki dalam kondisi ikhlas, manusia akan kuat, cerdas dan bijaksana jalan hidup yang efektif dan produktif menjadi kekuatan pribadi yakni pribadi dengan bantuan Allah (Power). Proses melatih diri secara kualtiatif dan kuwantitatif- meningkatkan keikhlasan dengan mengakses kekuatan dahsyat (Allah). Kebahagiaan hakiki tidak hanya dipahami melalui pikiran tatapi harus melalui hati dengan kelembutan tersendiri orang yang ikhlas: rela, sabar, bersyukur akan meraih cita-cita yang tertinggi di dunia dan akhirat.

Manusia diciptakan dengan sebaiknya dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Fitrah sempurna di zone ikhlas, selalu berprasangka baik kepada orang lain dan bersyukur kepada apa yang telah didapat. Manusia computer hayati; hardware Otak’ Software Pikiran dan perasaan’ operating system hati nurani self maintence system iklas gangguan virusnya putus asa, nafsu, sombong dsb- prasangka buruk –manfaat hidup berkurang. Barsaing perang-bekerja sama. Kita sering diliputi pada hal-hal yang kurang enak. Takut maka timbul pikiran hal-hal yang menakutkan-usahakan tarik hal-hal yang membahagiakan/menarik hal-hal yang anda inginkan ingin sembuh focus pada kesehatan senang focus pada kebahagiaan tenang focus pada kedamaian.

25

Selanjutnya Sentanu mengaitkan kerja otak dengan keikhlasan dan pentinya doa. Hidup di dunia berpasangan ada otak kiri dan otak kanan. Kiri berpikir analitik, logis, bahasa, pengetahuan. Kanan Intuisi, kuasi, seni, musik dsb. Tiap orang berbeda mana yang menonjol. Perlu kerja sama (kanan kiri) , menyeimbangkan diri. Perang besar melawan diri sendiri. Pikiran positif yang rasanya enak dihati ketika anda beraktivitas, lakukan dengan hati dengan cara penuh do’a kepada Allah SWT/ menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah SWT. Kita telah diberikan motivasi yang berbicara Zone ikhlas High energi syukur, sabar, tenang, Happy perasaan positive yang berenergi tinggi positive feeling. Kebanyakan manusia melihat lewat panca indera tetapi belum tentu memahami apa yang dilihat. Doa adalah senjata orang yang beriman D = Direction Minta yang jelas O = Obedience = yakin do’a akan dikabulkan A= Aceptance = syukur (menerima perasaan terkabulnya do’a).

Komitmen dan Kesabaran

Pepatah popular mengatakan, “Siapa yang bersabar akan beruntung.” Mengapa beruntung ? Satu surat dalam Al-Quran menuliskan yang artinya” …Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS 2:153). Jika Allah sudah menyertai seseorang, tidak ada siapa pun akan mampu mencelakan dia. Kebersertaan Allah dalam melaksanakan tugas sebagai guru haruslah diusahakan. Sering kita dalam melaksanakan tugas tidak sabar untuk meraih hasil terbaik.

Sabar, adalah salah satu sikap terpuji yang terkait dengan kepribadian guru. Menurut Ubaedi kesabaran dalam konsep agama Isalam (Konsep Al-Quran) dimaksudkan untuk membuat manusia kuat menghadapi hidup. Konsep bagaimana menghadapi realitas atau menjalani praktek hidup.

Seperti yang kita alami, menjalani hidup ini ternyata tidak cukup dengan memiliki keinginan yang baik, keinginan untuk menjadi orang baik, atau menjadikan orang lain disekitar kita lebih baik. Setiap orang memiliki keinginan untuk jadi baik, yang sering membuat kita tidak nyaman adalah realitas. Realitas yang kita hadapi sering tidak sesuai dengan harapan, bertentangan dengan keinginan atau yang telah direncanakan. Ada realitas yang menuntut kita mencari solusi

“90% penyebab kegagalan manusia adalah kepasrahan terhadap realitas .”(Washington Irvin) “kesuksesan dilahirkan dari 99% kegagalan yang dipahami dengan sikap anti menyerah,” (James Dison) “keberhasilan seseorang itu 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual dan yang 80% ditentukan oleh serumpun kemampuan yang disebut Kecerdasan Emosinal.” (Daniel Goleman) Ubaedi lebih lanjut menjelaskan, bahwa meski sebagian besar kita sudah

tahu arti kesabaran, tetapi dalam prakteknya masih banyak yang belum berhasil membedakan antara kesabaran dalam arti pasrah pada Tuhan dan kesabaran dalam arti pasrah pada kenyataan. Misalnya guru punya komitmen untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Kenyataannya, tidak semua anak didiknya dengan cepat ambil bagian berpartisipasi aktif dalam program yang sudah

26

dirancang sedemikian rupa. Ada guru yang pasrah pada kondisi siswa, dengan menyatakan memang kemampuan dan kemauan siswa untuk belajar terbatas. Yang jelas kita sudah melaksanakan komitmen dalam menjalankan tugas mengajar. Sering pasrah pada realitas dengan mengatas namakan kesabaran, nasib, takdir, kehendak Tuhan, dan sebagainya.

Bila kita sedang mengusahakan ide-ide baru dalam pendidikan (meningkatkan prestasi) lalu gagal ditengah jalan, orang lain akan mengatakan kepada kita sabar. Sabar disini mengandung konotasi menerima kegagalan itu apa adanya. Hal ini tentu tidak sejalan dengan kesabaran yang diajarkan oleh agama. Ide-ide positif, jika gagal dilaksanakan, agama memerintahkan kita bukan menerima apa adanya, melainkan menerima untuk memperbaiki. Yang diperbaiki bisa jadi rencana, proses, teknik, alat, sikap mental, dan lain-lain. Dengan menerima dan memperbaiki maka jiwa kita akan terdidik untuk menjadi kuat.

Kesabaran adalah kemampuan. Ubaedi mengelompokkan kesabaran sebagai kemampuan: a) Kemampuan menunggu b) Kemampuan mempertahankan c) Kemampuan menjalankan

Sikap-sikap tidak sabar, seperti mengambil jalan pintas yang melanggar hukum, main seradak-seruduk, atau malah apatis dan tidak melakukan apa-apa, hanya akan berakhir dengan kegagalan dan penyesalan.

Komitnen kesabaran perlu ditingkatkan. Sabar dapat mengundang kehadiran Allah bersama kita. Sabar sebagai cara untuk meminta pertolongan Allah. Mendidik manusia tidaklah mudah, guru sering kehilangan kesabaran, sehingga komitmennya dalam menjalankan profesi sering berjalan tidak mulus. Usaha untuk selalu memperbaiki diri, mencari jalan terbaik dan doa kepada Allah merupakan kunci utama dalam mencapai hasil kerja terbaik. Disamping itu, guru hendaklah selalu berupaya menghadirkan Allah dan dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup individu maupun komunitas, agar selalu menjadi orang yang beruntung.

5) Empati

Makna Empati Empati dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “ketertarikan fisik”, yang

didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya. Seseorang yang berempati akan mampu mengetahui, pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai resonansi perasaan.

Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antara manusia mampu merasakan emosi orang lain, yang akan bermanfaat membina relationship yang akrab dengan orang lain..

27

Empati dan kecerdasan emosional Empati adalah salah satu ciri kecerdasan emosional. Emosi menurut

Goleman (1996) merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sejumlah kritikus mengelompokan emosi dalam beberapa golongan , sebagai berikut:

Amarah; beringas, mengamuk, benci, jengkel, marah besar , terganggu, rasa pahit, bermusuhan tindak kekerasan

Kesedihan; sedih, pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat.

Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, pobia, panic, tidak tenang.

Kenikmatan; bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.

Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

Terkejut; takjub, terpana, terkejut, terkesiap.

Jengkel; hina, jijik muak, mual, benci tidak suka, mau muntah,

Malu; rasa salah, malu hati, kesal hasil, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Guru yang memiliki empati tinggi, mampu membaca dan memahami

kondisi emosi peserta didiknya pada waktu tertentu. Guru akan berusaha membantu, memberi bimbingan cara mengelola emosi mereka.

Kecerdasan emosional: kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi, menendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

Empati adalah kemampuan membaca emosi

Kemampuan menerima sudut pandang orang lain

Kemampuan dalam mendengarkan orang lain

Kemampuan kepekaan akan perasaan oranglain Goleman menyebut empati sebagai”keterampilan dasar manusia”. Orang

memiliki empati kata Goleman adalah pemimpin alamiah yang dapat mengekspresikan dan mengartikulasikan sentiment kolektif yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok menuju cita-citanya.

Menumbuhkan dan Mengembangkan Empati di kelas

Segal (2000) menyatakan, semakin banyak Anda mempelajari melalui perasaan, semakin mudah Anda memahami perasaan orang lain. Saya tidak dapat menemukan alat yang lebih ampuh untuk menelusuri kerumitan hubungan manusia, kecuali empati. Empati adalah keterampilan terakhir yang Anda peroleh ketika mendidik hati anda.

Empati mengalir dari kesadaran aktif, rasakan setiap saat, seimbangkan kebutuhan anda dan kebutuhan orang lain demi kepuasan bersama untuk

28

membetuk hubungan saling menghormati yang langgeng. Kesadaran aktif akan membuat anda cerdas. Empati membuat anda bijaksana dalam merasa.

Memahami bahasa tubuh. Coba ingat dan catat bagaimana anda bereaksi setiap anda merasakan atau melihat hal-hal berikut ini pada orang-orang yang anda temui:

mulut cemberut

ringisan

mata berbinar-binar

irama suara

alis berkerut

senyum lebar

kelopak mata berat

nada suara melengking

cuping hidung mengembang Apakah anda merasakan ledakan emosioanal pada diri anda; Ketika anda

melihat seseorang mengangis, Anda menangis pula. Ketika seseorang sangat ceria, Anda tertawa geli. Itu bukan empati sama sekali. Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun masih tetap terjaga beberapa keterpisahan. Empati dapat merasakan kesedihan orang lain tanpa kehilangan jati diri dan kesadaran diri.

Data penelitian menunjukkan bahwa empati merupakan kekuatan yang hebat untuk kebaikan. Guru yang memiliki tingkat empati yang tinggi dapat mengembangkan kemampuan akademik yang lebih besar pada muridnya daripada guru yang tingkat empatinya rendah. Carl Roger dalam Zuchdi (2008) mengatakan bahwa, empati merupakan alat yang paling efektif untuk membantu perkembangan pribadi dan meningkatkan hubungan serta komunikasi dengan orang lain.

Empati guru merupakan kedekatan emosi dengan peserta didiknya, ikatan emosi dengan siswanya. Guru sering gagal mencerdaskan siswanya karena tidak memiliki empati pada peserta didiknya.

Empati guru terhadap siswa dengan memahami kebutuhan siswanya, diantaranya;

Sensitive, penuh perhatian terhadap kebutuhan siswa

Menunjukkan kemampuan berada pada posisi siswa

Memahami kebutuhan siswa, tetapi tidak sentimental, membedakan masalah-masalah pribadi anak dari masalah umum.

Latihan membaca wajah siswa anda

Seorang guru harus bisa menyelami, apakah siswa telah mengerti materi yang baru saja dijelaskan. Biasanya dari ekpresi wajah mereka dapat terlihat.

Berikut ini Hasyim Ashari (2007) mendeskripsikan tanda yang bisa dibaca dari ekspresi wajah siswa.

29

Ekpresi Wajah/suara Artinya

Kepala manggut-manggut Memahami apa yang dijelaskan

Terseyum sambil bilang oo… Sangat memahami

Wajah tidak tergerak dengan tetap memandang papan tulis

Belum mengerti

Mengerutkan dahi Susah memahami

Bel akhir pelajaran berbunyi, dan siswa bilang “kok cepat ya”

Anda sukses berkomunikasi dengan siswa

Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang ngobrol

dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau kalau ditanya tidak menjawab. Teramati tidak semangat mengikuti pelajaran. Lakukan interaksi dengan memberi umpan balik. Guru harus berusaha mencari akar permasalahannya, jangan hanya fokus menyelesaikan program pembelajaran hari itu. Sikap empati yang tinggi dari guru akan mampu mengatasi masalah belajar siswanya.

C. Lembar Kerja

1. Baca dan analisis tujuan pendidikan nasional dan buatlah rancangan profil guru yang akan mampu mewujudkan tujuan tersebut?

2. Lakukan evaluasi diri, apakah anda sebagai guru sudah memiliki profil pendidik guru yang digambarkan seperti di atas?

3. Rancanglah kegiatan yang harus dilakukan guru untuk satu minggu sesuai tanggung jawab profesi!

30

31

BAB III KONSEP KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013

A. KONSEP KURIKULUM 2006

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak sekolah diberikan kewenangan penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum, karena masing-masing sekolah lebih mengetahui tentang kondisi satuan pendidikannya. Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa serta rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dan sejumlah pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya komponen-komponen pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan, di antaranya adalah tenaga pendidik, peserta didik, lingkungan, alat alat pendidikan, kurikulum dan fasilitas yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). KTSP diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar dan telah disahkan penggunaannya di sekolah, baik negeri maupun swasta, yang diberlakukan secara bertahap pada tahun pelajaran 2006/2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah pusat (Depdiknas) mengharapkan paling lambat tahun pelajaran 2009/2010, semua sekolah telah menerapkan KTSP.

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan 2 Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich 2008, hlm. 1). Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

1. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan berkurangnya

materi pembelajaran yang banyak dan padat, tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar siswa yang selama ini sangat

32

berat, serta terbukanya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah. Sebagai sebuah konsep dan program, KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri; (2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman; (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta didik. Dalam KBK 2004 dideskripsikan kompetensi dasar, dijabarkan indikator, dan bahkan dipetakan pula materi pokok pelajaran. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap memperhatikan karakteristik KTSP, karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya. Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat bergantung 4 pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP. 2. Standar Isi

Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

a. Kerangka Dasar Kurikulum

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: 1. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4. kelompok mata pelajaran estetika; 5. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. b. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar

33

kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan

34

memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan). e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

35

B. KONSEP KURIKULUM 2013 Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilansecara terpadu.

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena (1) adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal, (2) Penyempurnaan Pola Pikir, (3) Penguatan Tata Kelola Kurikulum, (4) Pendalaman dan Perluasan Materi.

Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didk menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan diatas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.

Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban

36

dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

1. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut: 1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi

Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. 2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi

dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

2. Standar Isi

Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

37

a. Kerangka Dasar Kurikulum

Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum 2013.

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.

Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

I II III IV V VI

Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 6 6 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7

4. Matematika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

Keterangan: Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat Bahasa Daerah. Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan

= PembelajaranTematik Integratif

38

III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena

mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. 9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian

kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler.

39

1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut: a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan

dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.

c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).

e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.

g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).

h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.

i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.

2. Pembelajaran ekstrakurikuler Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin

40

setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.

D. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SD/MI 1. Pendahuluan

Pendidikan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 1 adalah: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Paradigma pendidikan tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama untuk merumuskan standar nasional pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 35 sebagai berikut: (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

(3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

(4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Fungsi standar nasional pendidikan adalah untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar nasional pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

41

2. Tujuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan

berkepribadian luhur; b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. 3. Cakupan Kompetensi Lulusan

Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu.

Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya.

Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1: Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen Yang Harus Dicapai

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Proses Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +

Mengamalkan

Individu beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal

Sosial toleransi, gotong royong, kerjasama, dan musyawarah

Alam pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta

perdamaian

KETERAMPILAN

Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +

Menyaji + Menalar + Mencipta

Abstrak membaca, menulis, menghitung, menggambar,

mengarang

Konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,

membuat, mencipta

PENGETAHUAN Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa

42

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK

+ Mengevaluasi

Obyek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia

Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan secara holistik dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2: Kompetensi Lulusan Secara Holistik

DOMAIN SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya

KETERAMPILAN

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta

pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret

PENGETAHUAN

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi

pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut: 1. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap:

Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

2. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan: Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.

3. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan:

43

Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi.

Perumusan kompetensi lulusan antarsatuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut: a. perkembangan psikologis anak, b. lingkup dan kedalaman materi, c. kesinambungan, dan d. fungsi satuan pendidikan. 4. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan

Kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMK/MAK/Paket C diuraikan masing-masing berikut ini. 1. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A adalah manusia yang memiliki sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai berikut:

Tabel 3: Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/PAKET A

DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN

SIKAP

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KETERAMPILAN Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

PENGETAHUAN

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) KELAS IV

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam bersuci dari hadats kecil dan hadats besar

1.2 Menunaikan shalat secara tertib sebagai wujud dari penghambaan diri kepada

44

Allah SWT. 1.3 Menerapkan kebajikan sebagai

implementasi dari pemahaman ibadah shalat

1.4 Menghindari perilaku tercela sebagai implementasi dari pemahaman ibadah shalat

1.5 Meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah SWT

1.6 Meyakini adanya Rasul-Rasul Allah SWT

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S At-Taubah (9): 119

2.2 Memiliki perilaku hormat dan patuh kepada orangtua, dan guru dan sesama anggota keluarga sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Lukman (31): 14

2.3 Memiliki sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitarsebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Hadiid (57): 9

2.4 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWTyang tercermin dari perilaku kehidupan sehari-hari.

2.5 Memiliki sikap gemar membaca sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-‘Alaq (96): 1-5

2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah keteladan Nabi Muhammad SAW

2.7 Memiliki sikap pantang menyerah sebagai implementasi dari kisah keteladanan Nabi Musa a.s.

2.8 Memiliki sikap rendah hati sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17): 37

2.9 Memiliki perilaku hemat sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17): 27

3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

3.1 Mengetahui Allah itu ada melalui pengamatan terhadap makhluk ciptaan-Nya di sekitar rumah dan sekolah.

3.2 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar.

45

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.3 Mengerti makna Asmaul Husna: Al-Bashir, Al-‘Adil, Al-‘Azhim

3.4 Memahami tata cara bersuci dari hadats kecil dan hadats besar sesuai ketentuan syariat Islam

3.5 Memahami makna bacaan sholat 3.6 Mengetahui kisah keteladan Nabi Ayyub

a.s. 3.7 Mengetahui kisah keteladan Nabi Dzulkifi

a.s. 3.8 Mengetahui kisah keteladan Nabi Harun

a.s. 3.9 Mengetahui kisah keteladan Nabi Musa

a.s. 3.10 Mengetahui kisah keteladan pahlawan

dan wali-wali Allah 3.11 Mengetahui sikap santun dan

menghargai sesama dari Nabi Muhammad SAW

PPKN

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai kebhinneka-tunggalikaan dan keragaman agama, suku bangsa, pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf sebagaimana dicontohkan tokoh penting yang berperan dalam perjuangan menentang penjajah hingga kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila

2.2 Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan hak dan kewajiban di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

2.3 Menunjukkan perilaku sesuai dengan hak

46

dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah sekolah dan masyarakat sekitar

2.4 Menunjukkan perilaku bersatu sebagai wujud keyakinan bahwa tempat tinggal dan lingkungannya sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar, melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Memahami makna dan keterkaiatan simbol-simbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila secara utuh

3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan masyarakat

3.3 Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat

3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat

3.5 Memahami Nilai-nilai Persatuan pada masa Hindu Buddha

3.6 Memahami keberagaman alam dan sumber daya di berbagai daerah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh

4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat

4.3 Bekerjasama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

4.5 Mensimulasikan nilai-nilai persatuan pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan di masyarakat

4.6 Memetakan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk

47

menumbuhkan kebanggaan nasional

BAHASA INDONESIA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan

1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.3 Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.5 Memiliki perilaku jujur dan santun terhadap nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar, melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya,

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.2 Menguraikan teks instruksi tentang

48

makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam

49

secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

MATEMATIKA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran

2.2 Menunjukkan perilaku cermat dan teliti dalam melakukan tabulasi pengukuran panjang daun-daun atau benda-benda lain menggunakan pembulatan (dinyatakan dalam cm terdekat

2.3 Menunjukkan perilaku adil dalam membagi suatu benda kepada teman sekelompok dengan rata-rata jumlah yang sama

2.4 Menunjukkan perilaku disiplin dan teratur dalam membuat dan mengikuti suatu jadwal kegiatan yang berulang dan efektif menggunakan prinsip KPK dalam kalender

2.5 Menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab menjaga kerapian dan kebersihan kelas berdasarkan jadwal berulang yang tepat menggunakan prinsip KPK dalam kalender (misal jadwal piket, Pramuka dll)

2.6 Menunjukkan perilaku peduli dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah sekolah atau tempat bermain untuk membuat benda-benda berbentuk kubus dan balok bangun berdasarkan jaring-jaring bangun ruang

50

yang ditemukan

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan operasi hitung pecahan menggunakan benda kongkrit/gambar

3.2 Menerapkan penaksiran dalam melakukan penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian untuk memperkirakan hasil perhitungan

3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur

3.4 Memahami faktor dan kelipatan bilangan serta bilangan prima

3.5 Menemukan bangun segibanyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan

3.6 Mengenal sudut siku-siku melalui pengamatan dan membandingkannya dengan sudut yang berbeda

3.7 Menentukan kelipatan persekutuan dua

buah bilangan dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)

3.8 Menentukan faktor persekutuan dua buah bilangan dan faktor persekutuan terbesar (FPB)

3.9 Memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi

3.10 Menentukan hubungan antara satuan dan atribut pengukuran termasuk luas dan keliling persegi panjang

3.11 Menunjukkan pemahaman persamaan antara sepasang ekspresi menggunakan penambahan, pengurangan, dan perkalian

3.12 Mengenal sifat dari garis parallel 3.13 Memahami pecahan senilai dan operasi

51

hitung pecahan menggunakan benda kongkrit/gambar

3.14 Memahami penambahan dan pengurangan bilangan decimal

3.15 Menentukan nilai terkecil dan terbesar dari hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

3.16 Memahami pola penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan hal-hal yang konkrit dan garis bilangan

3.17 Memahami konsep bilangan negatif menggunakan hal-hal yang konkrit dan garis bilangan

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

1.1 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri , menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain serta memeriksa kebenarannya

1.2 Melakukan pengubinan menggunakan segibanyak beraturan tertentu

1.3 Menyatakan pecahan ke bentuk desimal dan persen

1.4 Mengurai dan menyusun kembali jaring-jaring bangun ruang sederhana

1.5 Membentuk jaring-jaring bangun ruang yang berbeda dengan jaring bangun ruang yang sudah ada

1.6 Membuat benda-benda berdasarkan jaring-jaring bangun ruang yang ditemukan dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah sekolah atau tempat bermain

1.7 Menyatakan kesimpulan berdasarkan data tabel atau grafik

1.8 Membuat peta posisi suatu tempat/benda tanpa menggunakan skala dengan memperhatikan arah mata angin

1.9 Mengumpulkan dan menata data diskrit dan menampilkan data menggunakan

52

bagan dan grafik termasuk grafik batang ganda, diagram garis, dan diagram lingkaran

1.10 Mengembangkan, dan membuat berbagai pola numerik dan geometris

1.11 Membuat prediksi yang berhubungan dengan pola dan menelusuri pola yang berulang dengan menggunakan pencerminan dan rotasi

1.12 Mengurai dan menyusun kembali jaring-jaring bangun ruang sederhana

1.13 Mengurai sebuah pecahan menjadi sebagai hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagi kemungkinan jawaban

1.14 Menyajikan hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

1.15 Mengidentifikasi dan mendeskripsikan lokasi objek menggunakan peta grid dan melalui percerminan

1.16 Merepresentasikan sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

1.17 Menggabung sudut bagian dalam segitiga dan segi empat untuk menarik kesimpulan

ILMU PENGETAHUAN ALAM

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

1.3 Menghargai kerja individu dan kelompok

53

dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya

3.2 Mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup

3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari

3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari

3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

1.1 Menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya

1.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup.

1.3 Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan table dan grafik

1.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi

1.5 Membuat sebuah karya/model yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya

1.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

1.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan

54

tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi tersebut

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya

1.2 Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat

1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya

2.1. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin bertanggung jawab, peduli, santun dan percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa Hindu Buddha dan Islam dalam kehidupannya sekarang

2.2. Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai, dan bertanggungjawab terhadap kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik

2.3. Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati *mendengar, melihat, membaca+ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.2 Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya

3.4 Memahami kehidupan manusia dalam

55

kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar

3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Menceriterakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas antar ruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya

4.2 Merangkum hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

4.3 Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya

4.4 Mendeskripsikan kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya di masyarakat sekitar

4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

SENI BUDAYA DAN PRAKARYA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah tuhan

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diridalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni

2.2 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati alam di lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam berkarya seni

2.3 Menunjukkan perilaku Mengenal sikap disiplin, tanggung jawab dan kepedulian

56

terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar, melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Mengenal tempat- tempat industri, bersejarah, dan seni pertunjukan di daerah setempat

3.2 Mengenal gambar alam benda, dan kolase 3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan

tinggi-rendah nada dengan gerak tangan 3.4 Mengenal tari-tari daerah dan keunikan

geraknya 3.5 Mengetahui berbagai alur cara dan

pengolahan media karya kreatif 3.6 Memahami cerita terkait situs-situs

budaya baik benda maupun tak benda di Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,dan sistematis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Menggambar alam berdasarkan pengamatan keindahan alam

4.2 Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan

4.3 Menggambar model benda kesukaan berdasarkan pengamatan langsung

4.4 Membentuk karya seni tiga dimensi dari bahan alam

4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada

4.6 Memainkan pola irama lagu bertanda birama empat dan menunjukkan perbedaan panjang pendek bunyi

4.7 Menyanyikan solmisasi lagu wajib dan lagu daerah yang harus dikenal

4.8 Memainkan alat musik melodis lagu yang telah dikenal sesuai dengan isi lagu

4.9 Menunjukkan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah

4.10 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu

57

pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak

4.11 Mengembangkan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

4.12 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

4.13 Membuat karya kreatif dengan cara meronce memanfaatkan bahan alam dan buatan dari lingkungan

4.14 Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan

4.15 Membuat karya kreatif berupa benda aksesoris pelengkap busana dengan berbagai bahan dan cara pembuatan

4.16 Membuat karya teknologi sederhana dengan memanfaatkan tali sebagai tenaga penggerak

4.17 Menceritakan cerita terkait situs-situs budaya baik benda maupun tak benda di Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai

1.2 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh harusdipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diridalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan disiplin, kerjasama, toleransi, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, sportif dan tanggungjawab, menghargai perbedaan

2.2 Menunjukkan perilaku santun kepada teman, guru dan lingkungan sekolah selama pembelajaran penjas

58

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar, melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

3.1 Memahami tinggi dan berat badan ideal dan pengaruhnya terhadap pertubuhan dan perkembangan

3.2 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh

3.3 Memahami gizi dan menu seimbang dalam menjaga kesehatan tubuh

3.4 Memahami jenis cidera dan mampu melakukan penanggulangan sederhana selama melakukan aktivitas fisik

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau tradisional

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan bola kecil yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional bola kecil

4.3 Mempraktikkan berbagai aktivitas kebugaran jasmani untuk mencapai tinggi dan berat badan ideal

4.4 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dominan untuk membentuk keterampilan/ teknik dasar senam (seperti: hand stand, kayang, dsb) dan kombinasi pola gerak dominanposisi statis dan dinamis, tumpuan dan gantungan (misalnya: gerak hand stand berpasangan) secara berpasangan

4.5 Mempraktikkan pola gerak dasar berirama bertema budaya daerah yang sudah dikenal yang dilandasi konsep gerak mengikuti irama (ketukan) tanpa/dengan musik

4.6 Mempraktikkan salah satu gaya renang dalam jarak tertentu*

4.7 Mempraktikkan dasar penyelamatan terhadap orang lain*

59

LEMBAR KERJA ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD

SD KELAS IV PETUNJUK KEGIATAN ANALISIS SKL, KI DAN KD Kompetensi : Memahami keterkaitan antara SKL, KI dan KD pada

Kurikulum 2013 Tujuan Kegiatan : Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD Kelompok Kerja : 1. Bacalah substansi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tahun 2013! 2. Bacalah dan komparasikan dengan SKL Tahun 2006 (Permendiknas Th 2006)! 3. Bacalah KI dan KD semua mata pelajaran! 4. Bacalah tema-tema 1 tahun yang telah tersedia! 5. Bacalah dan kajilah indikator yang mengacu pada KD dan tema! 6. Pelajari aspek-aspek keterkaitan antara KI, KD, dan Indikator serta tema yang

tersedia! 7. Buatlah ceklistdari setiap indikator dikorelasikan dengan tema-tema satu tahun

(bisa kelompok dan atau individu)! 8. Lakukan keseluruhan mata pelajaran sampai seluruh terakomodasi! 9. Setelah selesai masukkan dalam format jaringan KD dan indikator!

60

LEMBAR KERJA ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD

SD KELAS IV

TEMA (1TAHUN) SKL

1. Indahnya Kebersamaan

2. Selalu Berhemat Energi

3. Peduli terhadap Makhluk Hidup

4. Berbagai Pekerjaan 5. Menghargai Jasa

Pahlawan 6. Indahnya Negeriku 7. Cita-citaku 8. Daerah Tempat

Tinggalku 9. Makanan Sehat dan

Bergizi

Memiliki *melalui menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, mengamalkan+ perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam , di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain Memiliki *melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta+ kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. Memiliki *melalui mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi+ pengetahuan faktual dan konseptual dalamilmu pengetahuan, teknologi,seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

SKL PERMENDIKNAS TH 2006 1. Menjalankan agama yang dianutsesuaidengantahapperkembangananak. 2. Mengenalkekurangandankelebihandirisendiri. 3. Mematuhiaturan-aturansosial yang berlakudalamlingkungannya. 4. Menghargaikeberagaman agama, budaya, suku, ras, dangolongan social

ekonomi di lingkungansekitarnya. 5. Menggunakaninformasitentanglingkungansekitarsecaralogis, kritis, dankreatif. 6. Menunjukkankemampuanberfikirlogis, kritis, dankreatif, denganbimbingan

guru/pendidik. 7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggidanmenyadaripotensinya. 8. Menunjukkankemampuanmemecahkanmasalahsederhanadalamkehidupanse

hari-hari. 9. Menunjukkankecintaandankepedulianterhadaplingkungan. 10. Menunjukkankecintaandankebanggaanterhadapbangsa, Negara dan tanah air

Indonesia. 11. Menunjukkankemampuanuntukmelakukankegiatansenidanbudayalokal. 12. Menunjukkankebiasaanhidupbersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang. 13. Berkomunikasisecarajelasdansantun. 14. Bekerjasamadalamkelompok, tolong menolong dan menjaga diri sendiri

LK – 1.3

61

dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya. 15. Menunjukkan kemampuan mengamati gejala alam dan sosial di lingkungan

sekitar. 16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis. 17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan

berhitung

62

ANALISIS KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) KELAS:IV

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR TEMA

1 2 3 4 5 6 7 8 9

AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

1. Menerima, meng-hargai, dan menja-lankan ajaran agama yang dianut nya

1.1 Melaksanakan shalat secara tertib sebagai wujud dari penghambaan diri kepada Allah SWT.

1.1.1

1.2 Mengamalkan kebajikan kepada sesama manusia sebagai implementasi dari pemahaman ibadah shalat

1.2.1 Menerapkan kebajikan kepada sesama manusia sebagai implementasi dari pemahaman ibadah sholat

. √

√ √ √ √ √ √ √ √

1.3 Menghindari perilaku tercela sebagai implementasi dari pemahaman ibadah shalat

1.3.1 Mencirikan perilaku tercela sebagai implementasi dari pemahaman ibadah sholat

√ √ √ √ √ √ √ √ √

1.4 Meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah SWT

1.4.1

1.5 Meyakini adanya Rasul-Rasul Allah SWT

1.5.1

2. Memilikiperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam

2.1 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWTyang tercermin dari perilaku kehidupan sehari-hari.

2.1.1

2.2 Memiliki sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah,

2.2.1 Menunjukkan sikap santun di lingkungan rumah.

2.2.2 Menghargai

√ √ √ √ √ √ √ √ √

LK : 1.3

63

berinte-raksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

sekolah, dan di masyarakat sekitar.

pendapat teman dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

2.2.3 Menunjukkan sikap santun di masyarakat sekitar

2.3 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah keteladan Nabi Muhammad SAW

2.3.1

2.4 Memiliki sikap pantang menyerah sebagai implementasi dari kisah keteladanan Nabi Musa A.S

2.4.1

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengancara mengamati [men-dengar, melihat, mem-baca] dan me-nanya berda-sarkan rasa ingin tahu tentangdirinya, makhluk ciptaanTuhan dan kegiat-annya,

3.1 Mengetahui Allah itu ada melalui pengamatan terhadap makhluk ciptaan-Nya di sekitar rumah dan sekolah.

3.1.1 Menemukan allah itu ada melalui pengamatan terhadap mahluk ciptaan-Nya di sekitar rumah.

3.1.2 Mengamati allah itu ada di lingkungan sekolah

√ √ √ √ √ √ √ √ √

3.2 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar.

3.2.1

3.3 Mengerti makna Asmaul Husna: Al-Bashir, Al-‘Adil, Al-‘Adhim

3.3.1

3.4 Memahami makna bacaan sholat

3.4.1

3.5 Mengetahui kisah keteladan Nabi Ayyub a.s.

3.5.1

3.6 Mengetahui kisah keteladan Nabi Dzulkifi a.s.

3.6.1

64

dan benda-benda yang dijum-painya di rumah, sekolah, dan tempatber-main

3.7 Mengetahui kisah keteladan Nabi Harun a.s.

3.7.1

3.8 Mengetahui kisah keteladan Nabi Musa A.S

3.8.1

3.9 Mengetahui kisah keteladan wali-wali Allah

3.9.1

3.10 Mengetahui sikap santun dan menghargai sesama dari Nabi Muhammad SAW

3.10.1

4. Menyajikan penge-tahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistem-atis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilakuanak berimandan ber-

4.1 Membaca Q.S. Al Falaq, Al-Ma’un dan Al-Fil dengan tartil

4.1.1

4.2 Menulis kalimat-kalimat dalam Al Falaq, Al-Ma’un dan Al-Fil dengan benar

4.2.1

4.3 Menunjukkan hafalan Q.S. Al Falaq, Al Ma’un dan Al-Fil dengan lancar.

4.3.1

4.4 Mencontohkan sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar

4.4.1 Menerapkan sikap santun dan menghargai di rumah

4.4.2 Menerapkan sikap santun dan menghargai teman di sekolah

√ √ √ √ √ √ √ √ √

4.5 Menceritakan pengalaman melaksanakan shalat di rumah, atau di masjid lingkungan sekitar rumah.

4.5.1

4.6 Menceritakan kisah keteladan Nabi Ayyub a.s.

4.6.1

4.7 Menceritakan kisah keteladan Nabi Dzulkifi a.s.

4.7.1

65

akhlak mulia

4.8 Menceritakan kisah keteladan Nabi Harun a.s.

4.8.1

4.9 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Musa A.S

4.9.1

1.10 Menceritakan kisah keteladanan wali-wali Allah.

4.10.1

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)

1. Meneri-ma, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianut nya

1.1 Menghargai kebhinneka-tunggalikaan dan keragaman agama, suku bangsa, pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

1.1.1 Mengetahui kebhinnekatunggal ikaan dan keberagaman agama, suku bangsa, pakaian, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi di lingkungan rumah

1.1.2 Mengidentifikasii kebhinekaan dan kebaragaman agama, suku bangsa, pakaian, bahasa, rumah adat, sosial, dan ekonomi ling-kungan sekolah

1.1.3 Menyebutkan kebhinnekaan yang ada dilingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

√ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

1.1.4 Memberikan contoh keberagaman di lingkungannya dengan rasa percaya diri

1.1.5 Mengagumi keragaman suku, etnis, dan bahasa sebagai keunggulan

√ √ √ √ √ √

66

di wilayah negara Indonesia

1.1.6 Membiasakan sikap positif terhadap kebhinenkatunggalikaan di lingkungan sosial

1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

1.2.1 Menunjukkan kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah.

1.2. 2 Melaksanakan kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan sekolah.

1.2.3 Membiasakan menghargai keberagaman dilingkungan rumah dan sekolah.

√ √ √ √ √ √

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf sebagaimana dicontohkan tokoh penting yang berperan dalam perjuangan menentang penjajah hingga kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila

2.1.1 Membiasakan perilaku disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf sebagai mana dicontohkan tokoh penting yang berperan dalam perjuangan menentang penjajah hingga kemerdekaan republik Indonesia sebagai perwujudan nilai dan moral pancasila.

√ √ √ √ √ √

67

2.1.2 Mengetahui manfaat perilaku disiplin , tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf.

√ √ √ √ √ √

2.1.3 Menjelaskan akibat yang akan terjadi apabila tidak disiplin, dan tidak percaya diri.

2.1.4 Menyebutkan keteladanan tokoh pentingyang berperan dalam perjuangan (kreatif, mandiri, rasa ingin tahu)

√ √ √ √ √ √

2.1.5 Membiasakan berperilaku meneladani para tokoh pentingyang berperan dalam perjuangan dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah dan di lingkungan masyarakat dengan rasa percaya diri dan kreatif

√ √ √ √ √ √

2.1.6 Menceritakan kehidupan yang berperan dalam perjuangan (rasa percaya diri, kreatif, mandiri)

√ √ √ √ √ √

2.1.7 Menyebutkan peranan tokoh proklamator dalam mempersiapkan proklamasi kemerdekaan RI

√ √ √ √ √ √

68

2.1.8 Menceritakan peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia

2.1.9 Mendeskripsikan wilayah tempat tinggal dan lingkungannya dengan kreatif

√ √ √ √ √ √

2.2 Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan hak dan kewajiban di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.

2.2.1 Menerapkan perilaku yang sesuai dengan hak dan kewajiban di rumah

2.2.2 Membiasakan perilaku 6ang sesuai dengan hak dan kewajiban siswa di sekolah.

√ √ √ √ √ √

2.2.3 Mengetahui manfaat melaksanakan hak dan kewajiban di rumah

√ √ √ √ √ √

2.2.4 Meyebutkan akibat yang terjadi bila tidak melaksanakan hak dan kewajiban di sekolah.

2.2.5 Memberikan contoh hak dan kewajiban warganegara dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggungjawab

√ √ √ √ √ √

2.2.6 Menyebutkan hak warga negara di kehidupan sehari-hari.

2.2.7 Menyebutkan kewajiban warga negara dikehidupan sehari-hari.

√ √ √ √ √ √

69

2.2.8 Melakukan diskusi mengenai hak dan kewajiban yang dapat dilakukan siswa (penerapan dalam kehidupan sehari-hari)

√ √ √ √ √ √

2.3 Menunjukkan perilaku sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah sekolah dan masyarakat sekitar

2.3.1 Menyebutkan perilaku sesuai dengan hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan sehari-hari.

√ √ √ √

2.3.2 Menentukan cara-cara melaksanakan hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan sehari-hari.

√ √ √ √

2.3.3 Menerapkan saksi terhadaop pelanggaran hak dan kewajiban warga negara.

√ √ √ √

2.3.4 Membiasakan melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggungjawab

√ √ √ √

2.3.5 Menuliskan hak dan kewajiban peserta didik sebagai anggota keluarga serta akibat yang ditimbulkan jika ada teman yang tidak melaksanakan kewajibannya.

√ √ √ √

2.3.6 Menuliskan hak dan kewajiban peserta didik sebagai warga sekolah serta akibat yang

√ √ √

70

ditimbulkan jika ada teman yang tidak melaksanakan kewajibannya.

2.3.7 Menuliskan hak dan kewajiban peserta didik sebagai warga negara serta akibat yang ditimbulkan jika ada teman yang tidak melaksanakan kewajibannya.

2.4 Menunjukkan perilaku bersatu sebagai wujud keyakinan bahwa tempat tinggal dan lingkungannya sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

2.4.1 Menerapkan perilaku bersatu di lingkungan masyarakat.

2.4.2 Menggambarkan dengan peta bahwa tempat tinggal dan lingkungannya merupakan bagian dari NKRI.

2.4.3 Melaksanakan cara yang harus dilakukan untukmenjaga keutuhan NKRI.

3. Mema-hami penge-tahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba [mende-ngar, me-lihat, mem-baca] serta menanya berdasar-

3.1 Memahami makna dan keterkaiatan simbol-simbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila secara utuh

3.1.1 Menyebutkan bunyi Pancasila

3.1. 2 Mengetahui simbol-simbol masing-masing sila.

3.1.3 Menyebutan alasan makna dari simbol dari masing-masing sila.

3.1.4 Mendiskripsikan keterkaitan antara bunyi sila Pancasila dengan simbolnya

3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di

3.2.1 Meyebutkan hak -hak warga negara.

3.2.2 Menyebutkan kewajiban warga negara dalam

√ √ √ √ √ √

71

kan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatan nya, dan benda-benda yang dijumpai nya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

rumah, sekolah dan masyarakat

kehidupan sehari-hari.

3.2.3 Menunjukkan cara untuk menghargai hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan sehari-hari.

3.2.4 Mengetahui hal-hal yang akan terjadi apabila tidak melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat.

√ √ √ √ √ √

3.3 Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat

3.3.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dari anggota keluarga.

3.3.2 Menyebutkan karakteristik dari anggota keluarga.

√ √ √

3.3.3 Memahami persamaan dan perbedaan karakter individu di rumah, sekolah dan masyarakat.

3.3.4 Menunjukkan cara-cara yang dilakukan untuk menghindari masalah karena adanya perbedaan.

√ √ √

3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat

3.4.1 Menjelaskan arti bersatu dalam keberagaman .

3.4.2 Menyebutkan keberagaman di rumah.

3. 4. 3 Menyebutkan keberagaman di sekolah.

3. 4. 4 Menyebutkan cara menjaga persatuan di rumah dan sekolah.

√ √ √

72

3.5 Memahami Nilai-nilai Persatuan pada masa Hindu Buddha

3.5.1 Membaca nilai-nilai Persatuan pada masa Hindu Buddha

3.5.2 Memahami Nilai-nilai Persatuan pada masa Hindu Buddha

3.6 Memahami keberagaman alam dan sumber daya di berbagai daerah

3.6.1 Mengidentifikasi keberagaman alam dan sumber daya di daerahnya

3.6.2 Menyebutkan manfaat sumber daya alam yang terdapat di daerahnya

√ √

3.6.3 Menjelaskan cara menjaga kelestariaan sumber daya alam

3.6.4 Mencontohkan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah.

√ √

2. Menyaji-kan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh

4.1.1 Menganalisa perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh

4.1.2 Mengidentifikasi di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh

√ √ √ √ √ √ √

4.1.3 Menyebutkan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh

√ √ √ √ √ √ √

73

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan ber-akhlak mulia

4.1.4 Menunjukkan contoh bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar dengan rasa percaya diri

√ √ √ √ √ √ √

4.1.5 Melaksanakan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar dengan rasa tanggungjawab

√ √ √ √ √ √ √

4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat

4.2.1 Mempraktekkan kewajiban sebagai warga vdi lingkungan rumah

4.2.3 Menerapkan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat

√ √ √ √ √ √

4.3 Bekerjasama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

4.3.1 Menyebutkan keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

4.3.2 Mempraktekkan cara bekerjasama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

√ √

4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa

4.4.2 Mengidentifikasi kesamaan identitas suku bangsa yang

√ √ √ √

74

(pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

ada di lingkungan sekitar.

4.4.3 Menghargai perbedaan dalam keanekaragaman seni budaya di Indonesia.

4.4.4 Menyebutkan jenis-jenis pekerjaan orang tua di lingkungan sekitar

4.4.5 Membedakan pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa

4.4.6 Menyebutkan unsur-unsur identitas suku bangsa

4.4.7 Membedakan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahas, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat) yang ada di lingkungan sekitar

√ √ √ √

4.4.8 Membuat tabel tentang nama-nama teman di sekolah berdasarkan asal suku bangsanya

4.4.9 Menunjukkan nama suku bangsa dengan menempatkan simbol identitas budaya nya pada peta.

√ √ √ √

4.4.10 Bercerita tentang kebaikan teman yang berbeda suku bangsa

4.4.11 Mengidentifikasi jenis-jenis makanan khas

√ √ √ √

75

daerah di lingkungan sekitar.

4.4.12 Menyebutkan makanan khas daerah yang menjadi kesukaannya

√ √ √ √

4.5 Mensimulasikan nilai-nilai persatuan pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan di masyarakat

4.5.1 Mengemukakan nilai-nilai persatuan pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan di masyarakat

4.5.2 Menggambarkan nilai-nilai persatuan pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan di masyarakat

4.6 Memetakan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk menumbuhkan kebanggaan nasional

4.6.1 Mengidentifikasi keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk menumbuhkan kebanggaan nasional

√ √ √ √ √

4.6.2 Mentabulasikan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk menumbuhkan kebanggaan nasional

4.6.3 Menyimpulkan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk menumbuhkan kebanggaan nasional

√ √ √ √ √

76

BAHASA INDONESIA

1. Meneri-ma, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianut nya

1.1 Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan

1.1.1 Bersikap tertib (menjaga keheningan) dalam mendengarkan doa

1.1.2 Mengambil sikap duduk atau berdiri dengan berdiam diri

1.1.3 Melafalkan kata-kata teks doa dengan jelas

1.1.4 Melafalkan kata-kata teks doa dengan intonasi yang sesuai

1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial

1.2.1 Mencontohkan dengan kalimat yang sederhana anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial

1.2.2 Menerapkan , alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung

2.1 Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif

2.1.1 Mengidentifikasi gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui

77

jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinte-raksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

pemanfaatan bahasa Indonesia

2.1.2 Memberi contoh gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.1.3 Menguji manfaat gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.2.1 Membaca wacana tentang kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.2.2 Menyebutkan penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesi

2.2.3 Mendiskripsikan proses pembuatan alat tehnologi tradisiononal dan modern dengan bahasa indonesia yang baik.

2.3 Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.3.1 Menyebutkan tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.3.2 Mendiskusikan

78

jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.3.3 Menyimpulkan manfaat jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.4.1 Mengidentifikasi sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.4.2 Menjelaskan manfaat mengidentifikasi sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.5 Memiliki perilaku jujur dan santun terhadap nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.5.1 Melaksanakan perilaku jujur dan santun terhadap nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.5.2 Membiasakan perilaku jujur dan santun terhadap nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.5.3 Menyebutkan cara-cara menjaga peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di

79

Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menco-ba [mendengar, melihat, memba-ca] serta mena-nya berda-sarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.1.1 Membaca laporan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.1.2 Melakukan dialog tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya

3.1.3 Menulis kosa kata baku dalam laporan.

3.2 Menguraikan teks instruksi tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.2.1 Membaca teck tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.2.2 Mengidentifikasi manfaat pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional

3.2.3 Membuat kalimat dengan kosa kata baku tentang pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern

80

dan tradisional

3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.3.1 Membacadari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.3.2 Mengidentifikasi jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi

3.3.3 Membuat kalimat tentang hasil identifikasi.

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.4.1 Membaca teks cerita tentang lingkungan sosial secara kritis.

3.4.2 Mengidentifikasi kosakata baku dari teks bacaan tentang lingkungan sosial secara cermat.

3.4.3 Menyusun kalimat sendiri dengan kosa kata baku berdasarkan hasil identifikasi.

3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia dengan

3.5.1 Membaca teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia

81

bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

3.5.2 Merangkum peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakh-lak mulia

4.4 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.1.1 Mengidentifikasi tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.1.2 Melaporkan laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.2.1 Membaca petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.2.2 Mencontohkan pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern

82

dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.3.1 Mengumpulkan hasil wawancar wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.3.2 Menyusun dengan kalimat yang baik hasil wawancara.

4.3.3 Membacakan hasil wawancara wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secaramandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan

4.4.1 Memilih kalimat yang baik tentang lingkungan dan sumber daya alam secaramandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan

83

tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.4.2 Menyusun kalimat petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri

4.4.3 Membaca teks tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri

4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.5.1 Membaca buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.5.2 Memilih kalimat yang baik Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia tentang peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia

4.5.3 Menyusun kalimat dengan kosa kata yang baku.

4.5.4 Membaca teks buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia

84

lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

MATEMATIKA

1. Menerimameng-hargai, dan menjalan-kan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinte-raksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran

2.1.1 Menulis model/kalimat matematika dari kegiatan/kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung campuran

2.1.2 Menghitung hasil operasi hitung campuran sesuai dengan level atau tingkat operasi hitungnya, yaitu: operasi dalam kurung selalu dilaksanakan lebih dulu, perkalian dan pembagian adalah setara, perkalian atau pembagian dilaksanakan lebih dulu dari penjumlahan atau pengurangan, serta penjumlahan dan pengurangan adalah setara

2.1.3 Menentukan operasi hitung campuran dengan hasil terbesar atau terkecil dari

85

angka-angka dan simbol operasi yang diberikan

2.1.4 Menentukan unsur/apa yang diketahui dari masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran

2.1.5 Menentukan penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran

2.2 Menunjukkan perilaku cermat dan teliti dalam melakukan tabulasi pengukuran panjang daun-daun atau benda-benda lain menggunakan pembulatan (dinyatakan dalam cm terdekat)

2.2.1 Mengumpulkan benda –benda yang akan diukur

2.2.2 Melakukan pengukuran

2.2.3 Mencatat hasil pengukuran berdasarkan benda –benda yang telah diukur

2.2.4 Mengelompokkan hasil pengukuran dengan panjang yang terdekat

2.2.5 Membuat tabel sesuai dari hasil pengukuran yang telah dilakukan

2.3 Menunjukkan perilaku adil dalam membagi suatu benda kepada teman sekelompok dengan rata-rata jumlah yang sama

2.3.1 Mengetahui jumlah teman dalam satu kelompok

2.3.2 Mengetahui jumlah benda yang akan dibagikan

2.3.3 Melakukan pembagian dengan jumlah yang rata

2.4 Menunjukkan perilaku disiplin dan teratur dalam

2.4.1 Menyajikan masalah yang berkaitan dengan

86

membuat dan mengikuti suatu jadwal kegiatan yang berulang dan efektif menggunakan prinsip KPK dalam kalender.

KPK ke dalam bentuk diagram, gambar, simbol, tabel atau bentuk lainnya

2.4.2 Menulis model/kalimat matematika dari masalah yang berkaitan dengan KPK

2.4.3 Menentukan penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan KPK

2.4.4 Membuat suatu jadwal kegiatan yang berulang dan efektif menggunakan prinsip KPK dalam kalender

2.5 Menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab menjaga kerapian dan kebersihan kelas berdasarkan jadwal berulang yang tepat menggunakan prinsip KPK dalam kalender (misal jadwal piket, Pramuka dll)

2.5.1 Membuat jadwal berdasarkan jumlah siswa yang ada dengan memggunakan prinsip KPK

2.5.2 Melaksanakan piket sesuai daftar bpiket yang telah dibuat

2.5.3 Membiasakan diri melaksanakan piket secara berulang untuk menjaga kerapian dan kebersihan kelas dengan rasa tanggung jawab

2.6 Menunjukkan perilaku peduli dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah sekolah atau tempat bermain untuk

2.6.1 Menggambar model bangun ruang

2.6.2 Menggambar berbagai jaring-jaring bangun ruang

87

membuat benda-benda berbentuk kubus dan balok bangun berdasarkan jaring-jaring bangun ruang yang ditemukan

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, memba-ca] dan mena-nya berda-sarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan operasi hitung pecahan menggunakan benda kongkrit/gambar

3.1.1 Menuliskan nilai pecahan dari gambar atau kuantitas yang diberikan

3.1.2 Membandingkan suatu pecahan lebih dari atau kurang dari pecahan lain berdasarkan representasi gambarnya

3.1.3 Menyajikan berbagai pecahan ke bentuk gambar atau garis bilangan dan mengurutkannya

3.1.4 Menyajikan suatu pecahan ke berbagai bentuk gambar

3.1.5 Menyajikan berbagai pecahan senilai ke berbagai bentuk gambar

3.1.6 Menentukan bentuk paling sederhana dari sekelompok pecahan senilai

3.1.7 Menyederha-nakan pecahan dengan membaginya dengan FPB dari pembilang dan penyebut

3.1.8 Menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

88

pecahan 3.1.9 Menentukan hasil

operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan

3.2 Menerapkan penaksiran dalam melakukan penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian untuk memperkirakan hasil perhitungan

3.2.1 Membulatkan bilangan ke dalam puluhan, ratusan dan ribuan terdekat

3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur.

3.3.1 Menyebutkan contoh alat ukur waktu, jarak dan berat

3.3.2 Melakukan pengukuran dengan alat ukur yang sesuai (waktu,jarak/pan-jang, berat)

3.3.3 Mengukur dan menuliskan hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur waktu dengan pembulatan terdekat

3.3.4 Mengukur dan menuliskan hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur panjang dengan pembulatan terdekat

3.3.5 Mengukur dan menuliskan hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur berat dengan pembulatan terdekat

89

3.4 Memahami faktor dan kelipatan bilangan serta bilangan prima.

3.4.1 Menjelaskan ciri bilangan prima

3.4.2 Menentukan barisan bilangan yang merupakan kelipatan sebuah bilangan tertentu

3.4.3 Menentukan berbagai bilangan yang merupakan faktor dari sebuah bilangan

3.4.4 Menulis model/kalimat matematika dari masalah yang berkaitan dengan konsep kelipatan atau faktor bilangan

3.4.5 Menentukan penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan konsep kelipatan atau faktor bilangan

3.5 Menemukan bangun segibanyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan.

3.5.1 Mengidentifikasi benda-benda hasil budaya dan sumber daya alam yang berbentuk segi banyak beraturan.

3.5.2 Mengidentifikasi benda-benda hasil budaya dan sumber daya alam yang berbentuk segi banyak tak beraturan.

3.5.3 Menggambar berbagai segi banyak beraturan yang membentuk pola pengubinan

3.5.4 Membuat segi banyak beraturan yang dibentuk

90

dari hasil gabungan bangun datar secara kreatif

3.5.5 Membuat segi banyak tak beraturan yang dibentuk dari hasil gabungan bangun datar secara kreatif

3.5.6. Mengidentifikasi bangun datar yang membentuk pola pengubinan

3.6 Mengenal sudut siku-siku melalui pengamatan dan membandingkannya dengan sudut yang berbeda

3.6.1 Mengenal beberapa sudut yang berbeda besarnya

3.6.2 Mengenal sudut siku-siku dengan menggunakan empat arah mata angin

3.6.3 Membandingkan dua sudut yang berbeda

3.7 Menentukan kelipatan persekutuan dua buah bilangan dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)

3.7.1 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dengan menggunakan prinsip kelipatan pesekutuan

3.7.2 Menentukan faktor prima sebuah bilangan

3.7.3 Menentukan KPK dari dua bilangan dengan faktorisasi prima atau tabel pemfaktoran

3.8 Menentukan faktor persekutuan dua buah bilangan dan faktor persekutuan terbesar (FPB)

3.8.1 Menentukan faktor persekutuan dua bilangan

91

3.8.2 Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan dengan menggunakan factor persekutuan

3.8.3 Menentukan FPB dari dua bilangan dengan faktorisasi prima atau tabel pemfaktoran

3.8.4 Menyajikan masalah yang berkaitan dengan FPB ke dalam bentuk diagram, gambar, simbol, tabel atau bentuk lainnya

3.8.5 Menulis model/kalimat matematika dari masalah yang berkaitan dengan FPB

3.8.6 Menentukan penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan FPB

3.9 Memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi

3.9.1 Mengenal rumus luas segitiga, persegi panjang, dan persegi

3.9.2 Membuat berbagai gambar luas segitiga, persegi panjang, dan persegi

3.9.3 Menghitung luas segitiga, persegi panjang, dan persegi

3.10 Menentukan hubungan antara satuan dan atribut

3.10.1 Mengetahui satuansatuan dalam

92

pengukuran termasuk luas dan keliling persegi panjang

pengukuran luas dan keliling persegi panjang

3.10.2 Menemukan benda –benda yang memiliki bentuk-bentuk persegi panjang

3.10.3 Mengerjakan soal-soal tentang luas dan keliling persegi panjang

3.11 Menunjukkan pemahaman persamaan antara sepasang ekspresi menggunakan penambahan, pengurangan, dan perkalian

3.11.1 Melakukan unjuk kerja dengan model yang melakukanoperasi bilangan penambahan, pengurangan, dan perkalian

3.12 Mengenal sifat dari garis parallel

3.12. Mengetahui man-faat garis pararel

3.12.2 Memahami sifat dari garis pararel

3.12.3 Menggambarkan fungsi dari garis pararel

3.13 Memahami pecahan senilai dan operasi hitung pecahan menggunakan benda kongkrit/gambar

3.13.1 Melakukan operasi hitung pecahan

3.13.2 Melakukan operasi hitung pecahan dengan menggunakan benda yang ada di kelas

3.13.3 Menentukan hasil yang didapat berdasarkan operasi hitung pecahan dengan menggunakan benda yang ada di kelas

3.14 Memahami penambahan dan pengurangan bilangan decimal

3.14.1 Mengetahui bilangan desimal

3.14. Melakukan operasi hitung bilangan desimal

93

3.15 Menentukan nilai terkecil dan terbesar dari hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

3.15.1 Melakukan pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

3.15.2 Menemukan nilai terkecil dan terbesar pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

3.15.3 Menjelaskan cara menghitung nilai terkecil dan terbesar

3.15.4 Membuat tabel berdasarkan hasil yang telah diperoleh

3.16 Memahami pola penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan hal-hal yang konkrit dan garis bilangan

3.16.1 Mendemons-trasikan penjumlahan dan pengurangan dengan bermin peran

3.16.2 membuat garis bilangan yang menunjukkan pola penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

3.17 Memahami konsep bilangan negatif menggunakan hal-hal yang konkrit dan garis bilangan

3.17.1 Mengetahui arti bilangan negatif

3.17.2 Mendemons-trasikan penggunaan bilangan negatif dengan bermain peran

3.17.3 Membuat garis bilangan untuk memperjelas

94

bilangan negatf yang diperankan

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakh-lak mulia

4.1 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri , menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain serta memeriksa kebenarannya

4.1.1 Menuliskan kalimat matematika dari soal cerita yang berhubungan dengan KPK dan FPB

4.1.2 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan KPK

4.1.3 Menyederha-nakan pecahan dengan menggunakan FPB

4.1.4 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan FPB

4.1.5 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan satuan kuantitas

4.1.6 Memecahkan masalah matematika yang berhubungan dengan desimal

4.1.7 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan persen dalam kehidupan sehari-hari

4.2 Melakukan pengubinan menggunakan segibanyak beraturan tertentu

4.2.1. Menghitung luas daerah dari bangun datar yang akan dipasang ubin

4.2.2 Menentukan banyaknya ubin untuk menutup luas daerah yang telah ditentukan

4.2.3 Menentukan banyak ubin

95

segibanyak beraturan pada luas daerah tertentu

4.5.5 Menggambar berbagai segi banyak yang dibentuk oleh gabungan bangun datar sederhana

4.5.6 Menjelaskan sifat, ciri dan unsur dari segibanyak beraturan

4.5.7 Melakukan pengubinan menggunakan segibanyak beraturan

4.5.8 Menentukan pola pengubinan menggunakan beberapa segibanyak beraturan

4.5.9 Menentukan luas segibanyak sebagai luas gabungan bangun datar sederhana

4.5.10 Menentukan luas segibanyak beraturan dengan menggunakan aturan pola pengubinan

4.3 Menyatakan pecahan ke bentuk desimal dan persen

4.3.1 Mengubah pecahan ke bentuk desimal (untuk jumlah desimal terbatas)

4.3.2 Mengubah bentuk desimal ke bentuk pecahan

4.3.3 Mengubah pecahan ke bentuk persen

96

4.3.4 Mengubah bentuk persen ke bentuk pecahan

4.4 Mengurai dan menyusun kembali jaring-jaring bangun ruang sederhana

4.4.1 Menggambar jaring-jaring kubus dan balok di atas kertas karton.

4.4.2 Menyusun jaring-jaring tersebut menjadi kubus dan balok

4.4.3 Merekonstruksi kembali kubus dan balok .

4.5 Membentuk jaring-jaring bangun ruang yang berbeda dengan jaring bangun ruang yang sudah ada.

4.5.1 Menentukan komponen/unsur dari model bangun ruang

4.5.2 Mengurai jaring-jaring bangun ruang

4.5.3 Menggambar/ membuat jaring-jaring bangun ruang yang berbeda dengan yang sudah ada

4.5.4 Menentukan bangun ruang yang dibentuk dari jaring-jaring yang telah ditentukan

4.6 Membuat benda-benda berdasarkan jaring-jaring bangun ruang yang ditemukan dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah sekolah atau tempat bermain

4.6.1 Mengetahui berbagai jaring-jaring bangun ruang

4.6.2 Menggambar jaring-jaring berbagai bangun datar di atas kardus bekas

4.6.3 Membuat berbagai bangun ruang berdasar-kan jaring –jaring yang di buat.

4.7 Menyatakan kesimpulan

4.7.1 Menyajikan data dan grafik

97

berdasarkan data tabel atau grafik

4,7.2 Mendiskripsikan data dan grafik yang di sajikan

4.7.3 Menarik kesimpulan hasil penyajian data dan grafik yang di sajikan

4.8 Membuat peta posisi suatu tempat/benda tanpa menggunakan skala dengan memperhatikan arah mata angin

4.8.1 Menentuikan tempat yang akan dipetakan

4.8.2 Mengetahui arah mata angin dalam membuat peta

4.8 3 Menggambar tempat atau benda yang telah ditentukan berdasarkan arah mata angin

4.8.4 Memberi keterangan dalam peta untuk memperjelas posisi tempat atau benda yang digambar

4.9 Mengumpulkan dan menata data diskrit dan menampilkan data menggunakan bagan dan grafik termasuk grafik batang ganda, diagram garis, dan diagram lingkaran

4.9.1 Mencari informasi dari berbagai sumber tentang data yang akan dibuat bagan dan grafik

4.9.2 Mengumpulkan data yang telah didapat

4.9.3 Menentukan bentuk data atau grafik yang akan dibuat

4.9.4 Membuat bagan dan grafik ter-masuk grafik batang ganda, diagram garis, dan diagram lingkaran

4.10 Mengembangkan, dan membuat berbagai pola

4.10.1 Membuat berbagai pola numerik

98

numerik dan geometris

4.10.2 Membuat berbagai pola numerik dan geometris

4.11 Membuat prediksi yang berhubungan dengan pola dan menelusuri pola yang berulang dengan menggunakan pencerminan dan rotasi

4.11.1 Memahami prediksi yang berhubungan dengan pola dan menelusuri pola yang berulang dengan menggunakan pencerminan

4.11.2 Memahami prediksi yang berhubungan dengan pola dan menelusuri pola yang berulang dengan menggun-akan rotasi

4.12 Mengurai dan menyusun kembali jaring-jaring bangun ruang sederhana

4.12.1 Mengetahui beberapa bangun ruang

4.12.2 Memahami jaring-jaring dari masing-masing bangun ruang

4.12.3 Membuat bangun ruang

4.12.4 Merekonstruksi bangun ruang yang ada

4.13 Mengurai sebuah pecahan menjadi sebagai hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagi kemungkinan jawaban

4.13.1 Memahami sebuah pecahan menjadi sebagai hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagi kemungkinan jawaban

4.13.1 Menentukan sebuah pecahan menjadi sebagai hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagi

99

kemungkinan jawaban

4.14 Menyajikan hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana

4.14.1 Membuat tabel berdasarkan hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan

4.14.2 Mempresen-tasikan tabel yang telah dibuat

4.15 Mengidentifikasi dan mendeskripsikan lokasi objek menggunakan peta grid dan melalui percerminan

4.15.1 Menentukan lokasi yang akan dipetakan

4.15.2 Menggambar lokasi yang ditentukan

4.15.3 Menjelaskan gambar tersebut apabila dilakukan pencerminan

4.16 Merepresentasikan sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

4.16.1 Menggambar beberapa sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

4.16.2 Menampilkan gambar sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

4.16.3 Menjelaskan gambar sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

4.17 Menggabung sudut bagian dalam segitiga dan segi empat untuk menarik kesimpulan

4.17.1 Mengetahui besar sudut dalam bangun segitiga

4.17.2 Mengetahui besar sudut dalam bangun segi empat

4.17.3 Membandingkan besar sudut segitiga dengan segi empat

4.17.4 Menggabungkan sudut segi tiga dan sudut segi empat

4.17.5 Menarik kesimpulan

100

berdasarkan penggabungan dua sudut tersebut

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) 1. Meneri

ma, meng-hargai, dan menja-lankan ajaran agama yang dianut nya

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

1.1.1 Menjelaskan kebesaran Tuhan sesuai dengan pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

1.1.2 Mengidentifikasi jenis ciptaan Tuhan di jagad raya.

1.1.3 Menjelaskan cara menjaga alam dan jagad raya

1.1.4. Memberi contoh ajaran agama yang berhubungan dengan kompleksitas alam dan jagad raya.

1.1.5 Membiasakan mensyukuri kebesaran Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinte-raksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

2.1.1 Melakukan perilaku ilmiah dalam kegiatan sehari-hari

2.1.2 Menerapkan perilaku-perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari

2.1.3 Membiasakan perilaku-perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari

2.1.4 Melakukan diskusi dalam menyelesaikan masalah dalam aktivitas sehari-hari

101

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

2.2.1 Menganalisaa kerja individu dan kelompok sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

2.2.2 Menilai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara meng-amati [mendengar, melihat, memba-ca] dan menanya berdasar-kan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatan nya, dan benda-benda yang

3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya

3.1.1 Mendeskripsikan bagian-bagian utama tumbuhan

3.1.2 Menyebutkan macam-macam bentuk daun

3.1.3 Mendeskripsikan fungsi daun

3.1.4 Membedakan bentuk-bentuk batang

3.1.5 Mendeskripsikan fungsi batang

3.1.6 Mengidentifikasi jenis-jenis akar

3.1.7 Mendeskripsikan fungsi akar

3.1.8 Mendeskripsikan fungsi bunga

3.2 Mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup

3.2.1 Mendeskripsikan beberapa jenis mahluk hidup

3.2.2 Menjelaskan cara mahluk hidup beradaptasi

3.2.3 Mendeskripsikan cara mahluk hidup

102

dijumpai nya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

berkembang biak 3.2.4 Mencontohkan

daur hidup beberapa mahluk hidup

3.2.5 Mendeskripsikan cara-cara melestarikan mahluk hidup.

3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari

3.3.1 Menjelaskan pengetian gaya gravitasi

3.3.2 Mengemukakan contoh peristiwa yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi

3.3.3 Menjelaskan pengertian gaya gesekan

3.3.4 Mengemukakan contoh peristiwa yang ditimbulkan oleh gaya gesekan.

3.3.5 Menjelaskan pe-ngertian gaya listrik

3.3.6 Mengemukakan contoh peristiwa yang ditimbulkan oleh gaya listrik

3.3.7 Menjelaskan pengertian gaya magnet

3.3.8 Mengemukakan contoh peristiwa yang ditimbulkan oleh gaya magnet.

3.3.9 Menjelaskan pengertian gaya pegas

3.3.10 Mengemukakan contoh peristiwa yang ditimbulkan oleh gaya pegas

3.3.11 Mengemukakan contoh peristiwa yang menggunakan gaya untuk mengubah bentuk benda.

3.3.12 Mendeskripsikan pengaruh gaya

103

pada gerak suatu benda.

3.3.13 Mengemukakan contoh peristiwa yang menggunakan gaya untuk mengubah gerak suatu benda.

3.3.14 Mengemukakan contoh pemanfaatan gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari

3.3.15 Mengemukakan contoh pemanfaatan gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari

3.3.16 Mengemukakan contoh kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gaya gesekan

3.3.17 Mengemukakan contoh pemanfaatan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari

3.3.18 Mengemukakan contoh pemanfaatan gaya pegas dalam kehidupan sehari-hari.

3.3.19 Mengemukakan contoh pemanfaatan gaya listrik dalam kehidupan sehari-hari

3.3.20 Menyebutkan macam-macam pesawat sederhana.

3.3.21 Menjelaskan pengertian pesawat sederhana.

104

3.3.22 Membedakan tuas jenis 1, 2, dan 3

3.3.23 Mengemukakan contoh penggunaan tuas jenis 1dalam kehidupan sehari-hari

3.3.24 Mengemukakan contoh penggunaan tuas jenis 2dalam kehidupan sehari-hari

3.3.25 Mengemukakan contoh penggunaan katrol tetap dalam kehidupan sehari-hari

3.3.26 Mengemukakan contoh penggunaan katrol bergerak dalam kehidupan sehari-hari

3.3.27 Mengemukakan contoh penggunaan prinsip bidang miring dalam kehidupan sehari-hari

3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari

3.4.1 Mengetahui berbagai bentuk energi.

3.4.2 Menjelaskan manfaat energi dalam kehidupan sehari-hari.

3.4.3 Mencontohkan manfaat berbagai bentuk energi dalam kehidupan.

3.4.4 Mendeskripkan jenis energi alternatif

3.4.5 Mencontohkan berbagai mainan yang

105

menggunakan berbagai macam energi.

3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran

3.5.1 Menjelaskan arti bunyi

3.5.2 Mencontohkan proses terbentuknya bunyi

3.5.3 Mencontohkan cara perambatan bunyi

3.5.4 Mempraktekkan cara perambatan dan pemantulan bunyi

3.5.5 Mendeskrip-sikanperubahan energi bunyi pada alat musik.

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3.6.1 Menjelaskan sifat-sifat cahaya

3.6.2 Menyebutkan manfaatcahaya dalam kehidupan sehari-hari

3.6.3 Mempraktekkan manfaat cahaya dalam kehidupan

3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

3.7.1 Menyebutkan arti sumber daya alam

3.7.2 Menjelaskan hububungan sumber daya alam dengan lingkungan

3.7.3 Menerapkan tehnologi dalam mengelola sumber daya alam

3.7.4 Mendeskripsikan cara menjaga kelestarian sumber daya alam

4. Menyajikan pengetahuan faktual

4.1 Menuliskanhasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan dan

4.1.1 Melakukan penelitian tentang bagian-bagian tanaman dan hewan

106

dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

tumbuhan serta fungsinya

4.1.2 Merangkum hasil penelitian tentang bagian-bagian tanaman dan hewan

4.1.3 Menulis dengan bahasayang baiik fungsi bagian-bagian tanamandan hewan

4.1.4 Membedakan bagian-bagian tubuh hewan dan fungsinya

4,1.5 Membedakan letak/posisi pada tubuh hewan (dada, punggung, perut, dorsal,ventral)

4.1.6 Mendeskripsikan berbagai fungsi bagian-bagian utama tubuh hewan

4.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup.

4.2.1 Merangkum hasil penelitian dalam bentuk laporan tentang berbagai daur hidup mahluk hidup.

4.2.2 Melaporkan hasil pengamatan tentang berbagai daur hidup mahluk hidup.

4.3 Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan table dan grafik

4.3.1 Mentabulasikan hasil percobaan gaya dan gerak

4.3.2 Membuat grafik tentang hasil tabel bermacam-macam gaya dan gerak.

4.3.3 Melapokan tabel dan grafik hasil percobaan.

4.4 Menyajikan hasil per-cobaan atau observasi tentang bunyi

4.4.1 Mempraktekkan perubahan bunyi pada alat musik

107

4.4.2 Mempraktekkan perambatan bunyi melaluimbenda gas

4.4.3 Mempraktekkan perambatan bunyi melalui benda cair

4.4.4 Mempraktekkan perambatan bunyi melalui benda gas’

4.5 Membuat sebuah karya/model yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya

4.5.1 Menyiapkan karya tentang model yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

4.5.2 Mendemons-trasikan cara pembuatan karya tentang arah rambat cahaya

4.5.3. Mendemons-trasikan bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus benda

4.5.4 Mendemons-trasikan benda bening dapat meneruskan cahaya

4.5.5 Mendemons-trasikan bahwa cahaya bisa dipantulkan..

4.5.6 Mendemon-trasikan bahwa cahaya dapat dibiaskan.

4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

4.6.1 Mendeskripsikan tentang sumber daya alam secara sistematis

4.6.2 Menemu tunjukkan persebaran sumber daya alam di daerah setempat dengan menggunakan peta/atlas

4.6.3 Mendeskripsikan tentang

108

pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat setempat secara sistematis

4.6.4 Menunjukkan contoh tindakan yang mencerminkan perilaku berakhlak mulia dalam pemanfaatan sumber daya alam.

4.6.5 Menemu-tunjukkan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia melalui peta dan atlas persebaran sumber daya alam hayati dan non hayati di daerahnya.

4.6.6 Menunjukkan contoh pemanfataatan sumber daya alam untuk kegiatan ekonomi secara arif

4.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi tersebut

4.7.1 Menyusun laporan tentang tehnologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

4.7.2 Melaporkan laporan yang disusun tentang teknologi

4.7.3 Mengidentifikasi kemudahan-kemudahan yang diperoleh masyarakat yang memanfaatkan tehnologi

109

4.7.4 Menjelaskan dampak teknologi terhadapsmasyarakat.

4.7.5 Mendiskripsikan kegunaan benda berdasarkan sifatnya: (i) tidak tembus air, (ii) menyerap air, (iii) tahan api, (iv) lembut dan lentur, (v) kuat dan keras, (vi) keras dan lentur

4.7.6 Membuat contoh suatu karya hasil penerapan konsep sifat benda

4.7.7 Membuat kesimpulan tentang sifat-sifat benda padat dan menulskan contoh benda padat.

4.7.8 Menuliskan sifat-sifat benda cair dan memberikan contoh benda cair

4.7.9 Membuat kesimpulan tentang sifat-sifat benda gas dan menuliskan ciontoh benda gas

4.7.10 Mempresen-tasikan ketepatan bahan yang dipakai pada suatu produk

1. Menerima dan menja-lankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya

1.1.1 Mengetahui daerah pembagian waktu di indonesia

1.1.2 Menyebutkan batas-batas wilayah masing-masing daerah pembagian waktu

110

1.1.3 Memahami pengaruh perbedaan perubahan waktu terhadap kehidupan masyarakat

1.2 Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat

1.2.1 Mengidentifikasi kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat

1.2.2 Menjelaskan kegiatan ekonomi masyarakat sesuai dengan sumber daya alam yang ada

1.2.3 Menyebutkan perilaku masyarakat sebagai penduduk dalam melaksanakan kegiatan ekonomi.

1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya

1.3.1 Mendeskripsikan kenampakan lingkungan ciptaan Tuhan

1.3.2 Menyebutkan jenis-jenis kenampakan lingkungan

1.3.3 Mengetahui manfaat kenampakan lingkungan bagi manusia

1.3.4 Menyebutkan cara mensyukuri karunia Tuhan dengan cara memelihara dan melestarikan kenampakan lingkungan

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

2.1 Menunjukkan peri-laku jujur, disiplin bertanggung jawab, peduli, santun dan percaya diri sebagai-mana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa Hindu Buddha dan Islam dalam kehidupan-nya sekarang

2.1.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh pada masa Hindu Buddha dan Islam dalam kehidupannya sekarang

2.1.2 Melaksanakan perilaku jujur, disiplin bertanggung jawab, peduli, santun dan

111

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya

percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa Hindu Buddha dan Islam dalam

2.1.3 Membiasakan perilaku jujur, disiplin bertanggung jawab, peduli, santun dan percaya diri dalamkehidupan sehari-hari.

2.2 Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai, dan bertanggungjawab terhadap kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik

2.2.1 Membiasakan Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai, dan bertanggungjawab terhadap kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik

2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya

2.3.1 Menunjukkan perilaku yang santun dalam berinteraksi dengan teman sebaya di lingkungan sekolah

2.3.2 vMenunjukkan contoh perilaku yang toleran dalam berinteraksi di lingkungan masyarakat yang majemuk

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara menga-mati [mende ngar, melihat, memba-ca] dan

3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.1.1 Memahami manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.2 Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara,

3.2.1 Menggali informasi tentang manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada

112

mena-nya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.2.2 Mengidentifikasi jenis perubahan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya

3.3.1 Menjelaskan kondisi geografis di sekitarnya

3.3.2 Mengenal kondisi sosial penduduk sesuai dengan kondisi geografisnya

3..3.3 Memahami kegiatan ekonomi masyarakat sekitar sesuai dengan letak geografisnya.

3.4 Memahami kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar

3.4.1 Menjelaskan kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar

3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

3.5.1 Mendeskripsikan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang

4.1 Menceriterakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas antar ruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu,

4.1.1 Membaca bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas antar ruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi,

113

jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakh-lak mulia

sosial, ekonomi, dan pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya

dan pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya

4.1.2 Memahami pengertian ruang, konektivitas antar ruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya

4.2 Merangkum hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

4.2.1 Mengumpulkan tulisan hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

4.2.2 Menulis kembali secara singkat semua tulisan tentang hasil pengamatan.

4.3 Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya

4.3.1 Mengidentifikasi manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya

4.4 Mendeskripsikan kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya di masyarakat sekitar

4.4.1 Menjelaskan kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya di masyarakat sekitar

114

4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4.5.1 Mengetahui permasalahan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

4.5.2 Menjelaskan cara mengantisipasi permasalahan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

SENI BUDAYA DAN PRAKARYA

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah tuhan

1.1.1 Menjelaskan keunikan karya seni dan karya kreatif berbagai daerah

1.1.2 Memuji karya seni dan karya kreatif teman

1.1.3 Merawat karya seni dan karya kreatif yang ada di sekolah

1.1.4 Menunjukkan kebanggaan terhadap karya sendiri

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diridalam berinteraksi dengan

2.1 Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni

2.1.1 Menunjukkan rasa percaya diri untuk berkarya

2.1.2 Menunjukkan keberanian mencoba untuk berkarya sesuai tema “Hemat Energi”

2.1.3 Menunjukan kebebasan dalam berkarya

2.2 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati alam di

2.2.1 Menanyakan sesuatu mengenai informasi untuk

115

keluarga, teman, tetangga, dan guru

lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam berkarya seni

mendapatkan ide dalam berkarya

2.2.2 Rajin membaca untuk mendapatkan ide dalam berkarya

2.2.3 Berani mencoba untuk mendapatkan ide dalam berkarya

2.3 Menunjukkan perilaku Mengenal sikap disiplin, tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni

2.3.1 Menyelesaikan tugas tepat waktu

2.3.2 Menyelesaikan tugas dengan tidak menyontek karya teman

2.3.3 Memperhatikan keselamatan dalam berkarya/kerja

2.3.4 Merapikan alat dan bahan setelah berkarya dan membuang sampah pada tempatnya

2.3.5 Memanfaatkan alam denganbaik untuk berkarya

2.3.6 Membuang sampah pada tempatnya

2.3.7 Menyelesaikan tugas tepat waktu

2.3.8 Menggunakan bahan yang mudah didaur ulang

2.3.9 Bersama- sama tidak merusak lingkungan

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara mengamati

3.1 Mengenal tempat- tempat industri, bersejarah, dan seni pertunjukan di daerah setempat

3.2 Mengenal gambar alam benda, dan kolase

3.2.1 Menunjukkan gambar alam benda, dan kolase

116

dan menco-ba [mendengar, melihat, memba-ca] serta mena-nya berda-sarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.2.2 Mengelompokkan berbagai jenis gambar alam benda, dan kolase .

3.2.3 Membedakan teknik cara membuat gambar alam benda, dan kolase

3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan

3.3.1 Menunjukkan panjang-pendek bunyi dengan gerak tangan

3.3.2 Menunjukan tinggi- rendah nada dengan geraktangan

3.3.3 Menyanyikan lagu dengan mempraktekkan panjang-pendek bunyi, tinggi- rendah nada dengan gerak tangan1

3.4 Mengenal tari-tari daerah dan keunikan geraknya

3.4.1 Menunjukkan tari daerah

3.4.2 Membedakan tari daerah

3.4.3 Membedakan keunikan tari daerah

3.4.4 Membedakan ciri khas tari daerah

3.5 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif

3.5.1 Memanfaatkan alam dengan baik untuk berkarya

3.5.2 Mengolah bahan untuk berkarya

3.5.3 Menggunakan bahan yang mudah didaur ulang mengikuti alur dalam berkarya

3.6 Memahami cerita terkait situs-situs budaya baik benda maupun tak benda di Indonesia

3.6.1 Mengidentifikasi situs-situs sejarah yang ada di daerah.

117

dengan menggunakan bahasa daerah

3.6.2 Mencari informasi kepada para tokoh sejarah yang ada di daerah dimana situs tersebut berada

3.6.3 Menyusun informasi yang didapat dari para tokoh dalam bahasa daerah

3.6.4 Membaca hasil rangkuman.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,dan sistematis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4.1 Menggambar alam berdasarkan pengamatan keindahan alam

4.1.1 Membuat gambar dengan motif tumbuhan ( bunga dan buah).

4.1.2 Membuat gambar pemandangan alam

4.1.3 Membuat gambar dengan motif binatang

4.2 Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan

4.2.1 Merancang tema baru karya seni kolase

4.2.2 Menggunting, menyobek, dan menempel berbagai bahan menjadi sebuah karya seni kolase

4.2.3 Memilih bahan dan alat

4.2.4 Mengatur komposisi penempatan hasil gunting, sobek, dan tempel

4.3 Menggambar model benda kesukaan berdasarkan pengamatan langsung

4.3.1 Membuat gambar dengan model manusia.

4.3.2 Membuat gambar dengan model binatang.

4.3.3 Membuat gambar dengan model tumbuhan (bunga dan buah)

118

4.4. Membentuk karya seni tiga dimensi dari bahan alam

4.4.1 Merancang sebuah karya seni 3 dimensi dari bahan alam sesuai dengan tema

4.4.2 Memilih bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat karya tiga dimensi sesuai dengan tema.

4.4.3 Membuat karya tiga dimensi dari bahan alam sesuai dengan tema

4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada

4.5.1 Menyanyikan lagu anak-anak

4.5.2 Menggerakkan tangan dan badan sesuai tinggi rendah nada

4.6 Memainkan pola irama lagu bertanda birama empat dan menunjukkan perbedaan panjang pendek bunyi

4.6.1 Menyanyikan lagu daerah.

4.6.2 Memperagakan tepuk birama empat

4.6.3 Memperagakan dengan tepuk tempo cepat dan lambat lagu bertanda birama empat

4.7 Menyanyikan solmisasi lagu wajib dan lagu daerah yang harus dikenal

4.7.1 Memahami solmisasi lagu wajib yang harus dikenal

4.7.2 Memahami solmisasi lagu daerah yang harus dikenal

4.7.3 Mempergakan menyanyi sesuai dengan solmisasi yang disajikan

4.8 Memainkan alat musik melodis lagu yang telah dikenal sesuai dengan isi lagu

4.8.1 Memainkan alat musik melodis lagu yang sudah dikenal

119

4.8.2 Menyanyikan lagu dengan diiringi alat musik melodis

4.9 Menunjukkan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah

4.9.1 Mengidentifikasi gerak tari bertema “…………………….”

4.9.2 Melakukan gerak tari bertema “…………………….” dengan mengacu pada gaya tari daerah

4.9.3 Menyajikan gerak tari bertema “…………………….”

4.10 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak

4.10.1 Melakukan gerak tari bertema Berbagai pekerjaan dengan mengacu pada gaya tari daerah

4.10.2 Menyajikan gerak tari yang mengacu gaya tari daerah dengan memperhatikan ruang gerak

4.11 Mengembangkan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

4.11.1 Menyebutkan makna gerak tari bertema yang mengacu pada gaya tari daerah

4.11.2 Merangkai gerak tari bertema yang mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak.

4.11.3 Merangkai gerak tari bertema yang mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan pola lantai

4.11.4 Mengharmonis-kan gerak tari bertema yang mengacu pada gaya tari daerah

120

berdasarkan ruang dan pola lantai

4.12 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak dan pola lantai

4.12.1 Menerapkan gerak tari bermakna yang mengacu pada gaya tari daerah dengan iringan

4.12.2 Mengharmonis-kan tari bermakna yang mengacu pada gaya tari daerah antara ruang gerak. Pola lantai dan iringan

4.13 Membuat karya kreatif dengan cara meronce memanfaatkan bahan alam dan buatan dari lingkungan

4.13.1 Memilih benda-benda bekas pakai/limbah/daur ulang untuk dijadikan bahan roncean

4.13.2 Membuat rancangan roncean dari benda-benda bekas pakai/limbah/daur ulang menjadi karya ronce

4.13.3 Memilih warna yang serasi dalam membuat karya ronce

4.13.4 Membuat hasil karya sebuah roncean dari rancangan yang dibuatnya

4.14 Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan

4.14.1 Memilih bahan alam yang ada dilingkungan untuk membuat alat peraga (misalnya: parasut, layang-layang, telepon-teleponan, celengan, baling-baling, kubus, dll.)

4.15 Membuat karya kreatif berupa

4.15.1 Memilih bahan untuk membuat

121

benda aksesoris pelengkap busana dengan berbagai bahan dan cara pembuatan

aksesoris 4.15.2 Merancang

aksesoris 4.15.3 Membuat

aksesoris yang sesuai dengan keserasian busana

4.16 Membuat karya teknologi sederhana dengan memanfaatkan tali sebagai tenaga penggerak

4.16.1 Merancang aneka layang-layang minimal 3 sketsa ide

4.16.2 Mengumpulkan bahan dan alat pembuatan layang-layang

4.16.3 Membuat kreasi layang-layang berdasarkan sketsa ide

4.16.4 Membuat hiasan permukaan layang-layang baik dengan teknik lukis maupun tempel

4.16.5 Mengevaluasi karya layang-layang

4.17 Menceritakan cerita terkait situs-situs budaya baik benda maupun tak benda di Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah

4.17.1 Mengidentifikasi situs-situs sejarah baik benda maupun tak benda yang ada di indonesia

4.17.2 Menjelaskan situs-situs tersebut dengan bahasa daerah.

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES)

1. Menerima, meng-hargai, dan menja-lankan ajaran

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai

1.1.1 Melakukan aktivitas fisik secara teratur

1.1.2 Menjaga kebersihan tubuh

1.1.3 Menjaga kebersihan dan kerapaian pakaian

122

agama yang dianut nya

1.2 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh harus dipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta

1.2.1 Menerapkan perilaku hidup sehat di sekolah

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diridalam berinte-raksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

2.1 Menunjukkan disiplin, kerjasama, toleransi, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, sportif dan tanggungjawab, menghargai perbedaan

2.1.1 Mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada di sekolah

2.1.2 Menerapkan sikap disiplin, kerjasama, toleransi, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, sportif dan tanggungjawab, menghargai perbedaan

2.2.3 Membiasakan sikap sportif untuk menerima kekalahana dan kemenangan di sekolah.

2.2 Menunjukkan perilaku santun kepada teman, guru dan lingkungan sekolah selama pembelajaran penjas

2.2.1 Mengetahui perilaku santun kepada teman, guru dan lingkungan sekolah selama pembelajaran penjas

2.2.2 Melaksanakan perilaku santun kepada teman, guru dan lingkungan sekolah selama pembelajaran penjas

2.2.3 Membiasakan perilaku santun kepada teman, guru dan

123

lingkungan sekolah selama pembelajaran penjas.

3. Mema-hami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menco-ba [mendengar, melihat, memba-ca] serta mena-nya berda-sarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Memahami tinggi dan berat badan ideal dan pengaruhnya terhadap pertubuhan dan perkembangan

3.1.1 Mengukur berat badan mengunakan ukuran kg

3.1.2 Mengukur tinggi badan mengunakan ukuran cm

3.2 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh

3.2.1 Menyebutkan pengaruh istirahat terhadap pertumbuhan dan perkembangan secara sederhana

3.3 Memahami gizi dan menu seimbang dalam menjaga kesehatan tubuh

3.3.1 Menyebutkan macam makanan yang mengandung (Karboidrat, Protein, Lemak, Vitamin, Mineral )

3.4 Memahami jenis cidera dan mampu melakukan penanggulangan sederhana selama melakukan aktivitas fisik

3.4.1 Menyebutkan penyebab cidera

3.4.2 Melakukan pertolongan pertama pada cidera ringan

124

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistema-tis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakh-lak mulia

4.1 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau tradisional

4.1.1 Memperagakan kombinasi gerak dasar jalan

4.1.2 Memperagakan kombinasi gerak dasar lari

4.1.3 Menyebutkan posisi tubuh yang benar saat berjalan dan berlari

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan bola kecil yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional bola kecil

4.2.1 Menerapkan variasi dan kombinasi pola gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan kasti

4.3 Mempraktikkan berbagai aktivitas kebugaran jasmani untuk mencapai tinggi dan berat badan ideal

4.3.1 Memperagakan aktivitas kebugaran jasmani sesuai dengan kebutuhan tubuh

4.4 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dominan untuk membentuk keterampilan/ teknik dasar senam (seperti: hand stand, kayang, dsb) dan kombinasi pola gerak dominan posisi statis dan dinamis, tumpuan dan gantungan (misalnya: gerak hand stand berpasangan) secara berpasangan

4.4.1 Memperagakan teknik dasar senam

125

4.5 Mempraktikkan Mempraktikkan pola gerak dasar berirama bertema budaya daerah yang sudah dikenal yang dilandasi konsep gerak mengikuti irama (ketukan) tanpa/dengan musik

4.5.1 Menyebutkan komponen yang dikembangkan dalam gerak berirama

4.5.2 Memperagakan pola gerak dasar berirama pada teknik dasar senam berirama melangkah, mengayun, meliuK

4.6 Salah satu gaya renang dalam jarak tertentu*

4.6.1

4.7 Mempraktikkan dasar penyelamatan terhadap orang lain*

4.7.1

126

127

PETA KEDUDUKAN MODUL 127

Kewirausahaa

n

pengukuran luas daerah

dan volume bangun

ruang

Lingkungan hidup bagi

manusia

Norma yang berlaku

pada masyarakat.

.

Karakteristik

Perkembangan Bahasa

Anak

Pengaruh pencemaran

udara dalam sistem

pernapasan manusia.

128

129

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Alam lingkungan manusia terdiri dari komponen - komponen makhluk hidup dan tak hidup (benda - benda mati). Kehidupan makhluk hidup tidak terlepas dari peranan alam atau lingkungan, sebagai contoh manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk bernafas, sedangkan oksigen dihasilkan oleh tumbuhan, manusia membutuhkan makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan ternak, sedangkan tumbuhan membutuhkan bantuan manusia dan kondisi lingkungan yang baik, untuk dapat tumbuh dan subur. Hal tersebut menggambarkan bahwa terdapat hubungan (interaksi) antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan merupakan suatu faktor yang senantiasa berinteraksi dengan makhluk hidup (http://jashomineblog.blogspot.com /2012/02/ saling-ketergantungan-antara-makhluk.html).

Tidak ada makhluk hidup yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk manusia. Misalnya, agar dapat bertahan hidup manusia perlu makan. Makanan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan memperoleh makanan dari hasil fotosintesis yang membutuhkan matahari. Sementara itu, hewan piaraan dan tumbuhan tidak dapat hidup dengan baik tanpa bantuan manusia. (http://www.crayonpedia.org/mw/MAKHLUK_HIDUP_DAN_LINGKUNGANNYA_4.1_BUDI_WAHYONO).

Hubungan saling ketergantungan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh jika tanaman tidak dirawat dengan baik, maka akan mati dan akhirnya menjadi sampah. Jika volume sampah maupun kotoran hewan berlebih (banyak sekali), maka dapat mencemari lingkungan. Sampah maupun kotoran yang mencemari lingkungan dapat mengakibatkan pencemaran udara dan akhirnya akan mengganggu pernapasan manusia.

Berkaitan hal tersebut di atas, pada materi dengan Tema Makhluk Hidup dan Lingkungan akan dibahas tentang: 1. Lingkungan hidup bagi manusia 2. Pengaruh pencemaran udara dalam sistem pernapasan manusia. 3. Norma yang berlaku pada masyarakat. 4. Geometri datar dan geometri ruang. 5. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak B. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan pendidikan dan latihan profesi guru kelas SD. Penyajian modul disusun berbasis tema. Dalam modul ini terdapat lima tema yaitu (1) tema makhluk hidup dan lingkungan, (2) tema globalisasi, (3) tema kewirausahaan, (4) tema kesehatan, dan (5) tema peristiwa. Pemilihan tema dan subtansi materi dalam tema telah diusahakan sesuai dengan tema-tema di SD.

Agar Anda berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut: 1. Pelajari peta kedudukan modul (jaringan tema) pada masing-masing modul.

130

2. Bacalah deskripsi pada masing-masing modul. 3. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai Anda

memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut. 4. Kerjakan smua kegiatan / praktik untuk memahami modul. 5. Diskusikan dengan teman-teman Anda dalam mengatasi materi-materi yang belum

Anda pahami. 6. Kerjakan semua soal latihan yang terdapat di akhir modul ini dengan sikap disiplin

dan mandiri. Selamat belajar semoga sukses.

C. Tujuan Akhir

Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran tema Makhluk Hidup dan Lingkungan secara holistik.

131

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA

A. Tujuan Antara 1. Melalui pengamatan gambar lingkungan hidup, peserta latihan dapat menjelaskan

komponen-komponen lingkungan hidup dengan benar. 2. Melalui diskusi lingkungan hidup, peserta latihan dapat menjelaskan sasaran

pengelolaan lingkungan hidup dengan benar. 3. Melalui diskusi tentang asas dan tujuan pengelolaan lingkungan , peserta latihan

dapat menjelaskan asas dan tujuan pengelolaan lingkungan hidup dengan benar.

B. Uraian Materi 1. Pengertian, Komponen, dan Arti Penting Lingkungan Hidup Bagi Manusia

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dari definisi tersebut, secara garis besar terdapat tiga komponen penting, yaitu komponen fisik (abiotik), komponen hayati (biotik), dan komponen budaya.

Gambar 1.2.1: Komponen-komponen Lingkungan Hidup

Komponen fisik yang terdapat dalam lingkungan hidup terdiri atas tanah, air,

udara, sinar matahari, senyawa kimia dan sebagainya. Fungsi komponen fisik dalam lingkungan hidup adalah sebagai media untuk berlangsungnya kehidupan. Sebagai contoh, air diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk mengalirkan zat-zat makanan, dan matahari merupakan energi utama untuk bergerak atau berubah. Jika unsur ini tidak ada, maka semua kehidupan yang terdapat di muka bumi ini akan terhenti. Tanah sebagai unsur lingkungan fisik menjadi medium tumbuhnya tanaman. Air merupakan

Manusia

Tanah Air

Flora Fauna

Tanah

132

sumber penghidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Udara merupakan sumber kehidupan yang utama bagi semua makhluk hidup.

Komponen hayati dalam lingkungan hidup terdiri atas semua makhluk hidup yang terdapat di bumi, mulai dari tingkatan rendah sampai ke tingkat tinggi, dari bentuk yang paling kecil hingga yang paling besar. Sebagai contohnya adalah hewan, tumbuhan.

Komponen manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup. Lingkungan sosial dan budaya berperan penting dalam memelihara keseimbangan tatanan lingkungan hidup. Lingkungan yang telah mendapat dominasi dari intervensi manusia biasa dikenal dengan lingkungan binaan. Penghayatan manusia terhadap nilai-nilai hidup keagamaan, moral dan etika lingkungan serta kearifan lokal senantiasa mengarahkan persepsi, tindakan manusia terhadap lingkungan hidup.

Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan hayati, lingkungan sosial. Lingkungan hidup merupakan tempat berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk sistem jaringan kehidupan. Lingkungan hidup merupakan wahana bagi keberlanjutan kehidupan. Selain itu arti pentingnya lingkungan hidup merupakan tempat tinggal atau habitus semua makhluk hidup dari mulai tingkat rendah sampai ke tingkat yang tinggi. Masing-masing spesies membentuk suatu kelompok. Tingkatan kelompok makhluk hidup yang hidup pada suatu wilayah, yaitu populasi, komunitas, ekosistem, biosfer (Diknas, 2005). Kelompok makhluk hidup sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu wilayah, disebut populasi ( populasi manusia, populasi badak, populasi komodo ). Semua populasi dari berbagai jenis yang menempati daerah atau kawasan tertentu dinamakan komunitas. Tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan , stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup dinamakan ekosistem. 2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (Mitra Info, 2000). Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah: a. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup. b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insane lingkungan hidup yang memiliki

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungn hidup. c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

133

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup. e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. f. Terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan / atau kegiatan di luar wilayah

Negara yang menyebabkan perusakan lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, disebut perusakan lingkungan hidup.

Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993). Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu, meliput sektoral, ekosistem, dan bidang ilmu. Dalam operasionalnya terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumberdaya alam nonhayati, perlindungan sumberdaya buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragman hayati dan perubahan iklim.

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab: (a) para pengambil keputusan pengelolaan lingkungan hidup, (b) masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, (c) kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup, (d) kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, (e) mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, (f) memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan, (g) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup, (h) menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada masyarakat, dan (i) memberikan penghargaan kepada orang lain atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal). Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal, yang dimaksud Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan, disebut dampak besar dan penting. Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajb dilengkapi dengan dokumen Amdal saat ini diatur dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000. Dokumen Amdal meliputi Analisis dampak

134

lingkungan hidup (Andal), rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup. Analisis dampak lingkungan hidup (Andal) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan, disebut rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL). Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan

C. Lembar Kerja 1. Diskusikan dengan teman Anda membuat bagan komponen lingkungan hidup. Dan

jelaskan komponen-komonen yang terdapat di dalamnya. 2. Coba diskusikan dengan teman Anda bahwa masyarakat mempunyai kesempatan

yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup Apa yang harus dilakukan.

D. Lembar Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,maka silahkan mengerjakan latihan berikut: 1. Jelaskan yang dimaksud dengan lingkungan hidup menurut UU No 23 tahun 1972! 2. Jelaskan yang dimaksud pengelolaan lingkungan hidup, dan sebutkan sasaran

pengelolaan lingkungan hidup! 3. Sebutkan sasaran pengelolaan lingkungan hidup!

135

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

A. Tujuan Antara 1. Melalui animasi system pernapasan peserta pelatihan dapat menyebutkan sedikit-

dikitnya 8 organ pernapasan manusia dengan benar. 2. Melalui animasi system pernapasan peserta pelatihan dapat menjelaskan

mekanisme pernapasan manusia dengan benar. 3. Melalui diskusi kelompok peserta pelatihan dapat mendiskripsikan gangguan pada

system pernapasan manusia dengan benar.

B. Uraian Materi Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah

sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.

Gambar 1.3.1 Struktur pernafasan pada manusia

sumber: http://dedisetiawan.com/mengenal-sistem-pernafasan-pada-manusia Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan

beberapa aktifitas, misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.

Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung.

136

Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung. Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang mengalami proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil disebut alveolus. Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.

1. Pernafasan Eksternal

Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan ke udara. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.

Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3). Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2) 2. Pernafasan Internal

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.

Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah dan sebagian kecil karbondioksida akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2).

C. Lembar Kerja Ujilah perubahan denyut nadi dan peningkatan suhu setelah menjalani aktivitas ringan!

137

D. Alat dan Bahan Thermometer suhu badan

E. Langkah Kerja 1. Ukur suhu badan anda dengan menempelkan ujung reservoir thermometer badan

pada ketiak selama kurang lebih 5 menit. 2. Hitung denyut nadi anda dalam kurun waktu satu menit. 3. Lakukan aktivitas fisik dengan lari-lari di tempat kira-kira 2 menit. 4. Ulangu mengukur suhu badan dan denyut nadi. 5. Lakukan analisis mengapa terjadi peningkatan suhu dan denyut nadi!

138

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

NORMA YANG BERLAKU DI MASYARAKAT

A. Tujuan Antara 1. Menjelaskan pengertian norma 2. Menjelaskan macam-macam norma yang berlaku di masyarakat 3. Membedakan antara norma hukum dengan norma lain (agama, kesusilaan,

kesopanan

B. Uraian Materi Manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan Tuhan , masyarakat

dan alam sekitarnya dengan selaras . Hubungan manusia terjalin secara vertikal (Tuhan), horizontal (masyarakat) dan alamiah (lingkungan alam) secara seimbang , serasi dan selaras (syahrial sarbaini, 2001; 93). Oleh karena itu manusia perlu mengendalikan diri, baik terhadap sesama, lingkungan alam maupun Tuhan. Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap peraturan atau norma . Norma merupakan petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu . Dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu atau anggota masyarakat selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dalam interaksi sosial setiap individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial, dan peran mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu senantiasa didasari oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara .

Manusia dilahirkan dan hidup tidak terpisahkan satu sama lain, melainkan berkelompok. Hidup berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu juga untuk mempertahankan hidupnya, baik terhadap bahaya dari dalam maupun yang datang dari luar. Setiap manusia akan terdorong melakukan berbagai usaha untuk menghindari atau melawan dan mengatasi bahaya-bahaya itu.

Mengingat banyaknya kepentingan, tidak mustahil terjadi konflik antar sesama manusia, karena kepentingannya saling bertentangan. Agar kepentingan pribadi tidak terganggu dan setiap orang merasa merasa aman, maka setiap bentuk gangguan terhadap kepentingan harus dicegah. Manusia selalu berusaha agar tatanan masyarakat dalam keadaan tertib, aman, dan damai, yang menjamin kelangsungan hidupnya.

Menurut Aristoteles, manusia itu adalah Zoon Politikon yaitu manusia ingin hidup dan bersama dengan manusia lainnya . Dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen “man is a social and politcal being” artinya manusia itu adalah makhluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam masyarakat, dan mahluk yang terbawa oleh kodrat sebagai makhluk sosial itu selalu berorganisasi.

Dinamika kehidupan masyarakat menuntut cara berperilaku yang baik antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu ketertiban. Ketertiban didukung oleh tatanan yang mempunyai sifat berlain – lainan, karena norma - norma yang mendukung masing - masing tatanan mempunyai sifat yang tidak sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai anggota masyarakat harus

139

memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada dan hidup dalam masyarakat.

Apa Norma itu ?

Norma adalah sebuah aturan, patokan atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah .Menurut Soerjono Soekanto norma adalah suatu perangkat aturan agar hubungan dalam masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Norma berguna untuk menilai baik-buruknya tindakan masyarakat sehari-hari, namun sebuah norma bisa bersifat objektif dan bisa pula bersifat subjektif. Bila norma yang bersifat objektif adalah norma yang dapat diterapkan secara langsung apa adanya, maka norma yang bersifat subjektif adalah norma yang bersifat moral dan tidak dapat memberikan ukuran atau patokan yang memadai. Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan itu akan dinilai oleh orang lain.Norma merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat ,kadang terjadi benturan kepentingan baik secara kelompok maupun individu maka norma berfungsi menyelaraskan perilaku yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain fungsi diatas norma bisa dijadikan sebagai alat untuk mengatur masyarakat agar setiap orang bertingkah laku dalam suatu komunitas berdasarkan keyakinan dan sikap-sikap yang harus ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap individu dalam kehidupan sehari - hari melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan, maka bagi tiap manusia perlu adanya pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing - masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat hendaknya mengetahui hak dan kewajiban masing - masing. Tata aturan itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin) atau ukuran - ukuran.

Norma - norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud : perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang tidak baik. Apa macam - macam norma yang berlaku di masyarakat ?

1. Norma Agama

Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah - perintah, larangan - larangan dan ajaran - ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat ( believe or not ) Misalnya, dilarang mencuri, membunuh, menipu .

140

2. Norma Kesusilaan Peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran

norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya harus berlaku jujur dan berbuat baik terhadap sesama. 3. Norma Kesopanan

Norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing - masing anggota masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya / masyarakat , karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contohnya : tidak makan sambil berbicara, tidak meludah di sembarang tempat, dan harus menghormati orang yang lebih tua. 4. Norma Hukum

Peraturan - peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat - alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang - undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan - peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara. Contoh norma ini :

“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setinggi - tingginya 15 tahun”. 5. Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut

juga perundang - undangan. Perundang - undangan baik yang sifatnya nasional maupun peraturan daerah dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk membuatnya. Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat dan memaksa bagi warga negara.

6. Bagaimana hubungan antar-norma ? Manusia dalam kehidupan bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur

oleh norma - norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah - kaidah lainnya. Kaidah - kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah - kaidah sosial lainnya itu saling mengisi. Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dalam hal - hal hukum tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling memperkuat. Suatu kaidah hukum, misalnya “kamu tidak boleh membunuh” diperkuat oleh kaidah sosial lainnya. Kaidah agama, kesusilaan, dan adat juga berisi suruhan yang sama.

141

Dengan demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah ada larangan untuk membunuh sesamanya. Hal yang sama juga berlaku untuk “pencurian”, “penipuan”, dan lain - lain pelanggaran hukum. Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing - masing memiliki sumber yang berlainan. Norma Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Norma kesusilaan sumbernya suara hati (insan kamil). Norma kesopanan sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan norma hukum sumbernya peraturan perundang - undangan. 7. Bagaimana proses institualisasi norma?

Seiring berjalannya waktu, melembagakan norma sangat perlu dan penting untuk dilakukan, karena bisa saja dan sangat mungkin norma itu hilang karena di tinggalkan oleh manusia dalam masyarakat itu .Institualisasi dewasa ini begitu menjamur, karena terjadinya dikotomi antara satu kepercayaan dengan kepercayaan yang lain, dimana satu kepercayaan ingin mempertahankan loyalitasnya pada masyarakat tanpa terganggu oleh eksistensi kepercayaan lain, sehingga jalur institusi sepertinya menjadi pilihan tepat bagi ajaran-ajaran kepercayaan yang ada. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perkumpulan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terdaftar pada kantor direktorat pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .

Kemajuan peradaban manusia terbukti membawa perubahan pola pikir manusia dari jaman ke jaman. Semakin hari perkembangan masyarakat kita di negara ini semakin banyak ajaran baru yang bermunculan yang diikuti tentunya dengan norma-norma yang baru pula, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya berseberangan pendapat antara golongan-golongan yang ada dengan kelompok baru. Oleh sebab itu untuk menjaga kedamaian dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara sangatlah penting untuk mengadakan kordinasi diantara kepercayaan, agar bisa terjalin komunikasi antar golongan yang ada di dalam masyarakat itu untuk mencegah terjadinya kesenjangan atau perdebatan yang tidak sehat antar golongan tersebut. 8. Bagaimana proses internalisasi norma?

Proses internalisasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu pada sesorang atau kelompok guna membentuk insan yang mulia dan bertanggung jawab berdasarkan visi dan misi yang diemban. Dalam menjalankan sebuah organisasi misalnya, internalisasi sangat di butuhkan karena akan memperkuat kader yang ada dan akan mampu mempertahankan organisasi dengan jiwa rasa memiliki pada organisasi itu sendiri. Di samping itu juga internalisasi penting dilakukan karena membantu untuk menyempurnakan pemahaman kader atas organisasi. Seorang ahli estetika mengatakan: “pemahaman yang setengah-setengah tentang sebuah budaya, akan menghilangkan nilai-nilai estetika pada budaya itu sendiri”. Dengan demikian proses internalisasi sangatlah di butuhkan lebih-lebih dalam tatanan norma yang menjadi pedoman hidup masyarakat.

C. Lembar Kerja 1. Carilah minimal 10 contoh perilaku yang melanggar norma yang ada disekitar anda

(masyarakat atau sekolah)

142

2. Diskusikan permasalahan di atas dengan teman-temanmu 3. Laporkan hasil diskusimu didepan kelas

No Contoh Perilaku Norma

Agama Kesusilaan Kesopanan Hukum

Mencuri

D. Lembar Latihan 1. Apakah yang dimaksud norma itu? 2. Jelaskan macam-macam norma yang berlaku dimasyarakat? 3. Apakah perbedaan norma hukum dengan lainnya (kesusilaan, kesopanan, agama)?

E. Kunci Jawaban 1. Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Norma

memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan itu akan dinilai oleh orang lain.

2. Macam-macam norma yang berlaku - Norma Agama - Norma Kesusilaan - Norma Kesopanan - Norma Hukum

3. Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya terletak pada sangsinya yang tegas dan memaksa.

143

BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

A. Tujuan Antara 1. Melalui penjelasan instruktur tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa

anak, peserta pelatihan dapat menjelaskan pemerolehan dan perkembangan bahasa anak.

2. Melalui diskusi kelompok tentang pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa, peserta pelatihan dapat memilih pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa yang sesuai perkembangan anak.

B. Uraian Materi 1. Pemerolehan Bahasa dan Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak

Pemerolehan bahasa adalah proses yang digunakan oleh anak-anak dalam memiliki kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, yang berlangsung secara alami, dalam situasi non formal, spontan, dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

Pemerolehan bahasa juga dapat terjadi secara serempak dua bahasa dan secara berurutan. Pemerolehan secara serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Sedangkan pemerolehan berturut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan.

Strategi anak memperoleh bahasa melalui: (a) Peniruan, (b) Pengalaman lansung; (c) Mengingat; (d) Bermain, dan (e) Penyederhanaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak yaitu: 1) Faktor biologis; 2) Faktor lingkungan sosial; 3) Faktor intelegensi; 4) Faktor motivasi

Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.

Tahapan perkembangan bahasa anak menurut Tarigan dapat dibagi atas: 1) Tahap pralinguistik; 2) Tahap satu-kata;3) Tahap dua kata; 4) Tahap banyak kata. Fase/tahap perkembangan bahasa menurut Ross dan Roe adalah: 1) Fase fonologis;2) Fase sintaktik; dan 3) Fase semantik

Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

2. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa

Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa yang digunakan sebagai landasan dalam merancang, melakukan, dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.

144

Pendekatan-pendekatan yang pernah digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia adalah: pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan keterampilan proses, whole language, pendekatan terpadu, kontekstual, dan komunikatif. Keterampilan proses adalah keterampilan yang dikembangkan guru menjadi keterampilan intelektual, sosial, dan fisik, yaitu kegiatan: (1) mengamati, (2) menggolongkan; (3) menafsirkan, (4) menerapkan; dan (5) mengkomunikasikan.

Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham kontruktivistik. Dalam whole language bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-pisah; menyimak, wicara, membaca, dan menulis diajarkan secara terpadu (integrated) sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan. Dalam menerapkan whole language guru harus memahami dulu komponen-komponen whole language agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara maksimal. Komponen whole language adalah reading aloud, journal writing, sustained silent reading, shared reading, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing.

Kelas yang menerapkan whole language merupakan kelas yang kaya dengan barang cetak seperti buku, koran, majalah, dan buku petunjuk. Di samping itu, kelas whole language dibagi-bagi dalam sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara individu di sudut-sudut tersebut. Selanjutnya, kelas whole language menerapkan penilaian yang menggunakan portofolio dengan kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan peserta didik.

Komponen utama dalam pembelajaran menurut pendekatan kontekstual adalah: (1) konstruktivisme, (2) bertanya, (3) menemukan, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7) asesmen autentik. Berdasarkan komponen utama inilah penerapan pembelajaran dilaksanakan di kelas.

Konsep komunikatif meliputi kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, kewacanaan, dan strategi. Kompetensi gramatikal mengacu pada kemampuan seseorang terhadap kaidah-kaidah bahasa. Kompetensi sosiolinguistik mencakup kemampuan pemahaman terhadap penutur, isi pesan komunikasi, alat penyampai, tujuan, mitra bicara. Kompetensi kewacanaan berkaitan dengan penguasaan seseorang terhadap aspek tuturan yang berupa kalimat paragraf, dan wacana. Kompetensi strategi mencakup kemampuan seseorang mengelola informasi menjadi sebuah wacana.

Kegiatan komunikasi yang disajikan hendaknya yang betul-betul diperlukan peserta didik. Untuk mendorong peserta didik mau belajar hendaknya guru memberikan kegiatan belajar yang bermakna. Peran guru adalah sebagai pengorganisasi, pembimbing, peneliti, dan pembelajar. Materi pembelajaran hendaknya dapat memungkinkan diterapkannya metode permainan, simulasi, bermain drama, dan komunikasi pasangan. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menerapkan metode tersebut adalah teknik drama. Materi pembelajran bahasa berperan menunjukkan komunikasi peserta didik secara aktif. Penekanan komunikatif adalah penyajian materi dan kegiatan pembelajaran berorientasi pada peserta didik. Pembelajaran lebih difokuskan pada penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.

145

Pelaksanaannya di kelas keempat aspek keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis mendapat perhatian yang serius.

Selain pendekatan di atas masih ada pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang lain, di antaranya adalah pendekatan spiral, pendekatan quantum, pendekatan kooperatif, dan sebagainya.

Sajian pertama pada awal-awal anak memasuki lingkungan sekolah adalah program MMP (Membaca Menulis Permulaan). Dalam pelaksanaannya di dalam kelas dikenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP, yakni metode eja, metode suku kata, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.

Pembelajaran MMP dengan metode eja dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang membedakan makna, yakni huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut, kemudian pembelajaran MMP bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni suku kata, kata dan akhirnya kalimat. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada cara pelafalan abjadnya.

Metode suku kata dan metode kata memulai pembelajaran MMP dari suku-suku kata (metode suku kata) dan dari kata (metode kata). Proses pembelajaran melalui kedua metode ini dilaksanakan dengan teknik mengupas dan teknik merangkai.

Metode global dan metode SAS memiliki kesamaan dalam hal pengambilan titik tolak pembelajaran MMP. Proses pembelajaran dimaksud diawali dengan memperkenalkan struktur kalimat sebagai dasar bagi pembelajaran MMP. Perbedaannya proses pembelajaran MMP dengan metode global tidak disertai dengan proses sintesis, sedangkan SAS menuntut proses analisis dan proses sintesis. Pengembangan metode SAS dilandasi oleh filsafat strukturalisme, psikologi Gestalt, landasan paedagogik, dan landasan kebahasaan.

C. Lembar Kerja

Diskusikan dengan kelompok Anda cara memfasilitasi bahasa anak yang sesuai dengan perkembangannya!

D. Lembar Latihan

Siswa kelas 1 sekolah dasar belum mengerti makna dari bahasa sindiran, oleh karena itu jika mereka disindir belum paham. Bagaimana memilih bahasa yang tepat agar anak mengerti bahasa orang lain?

146

BAB VI KEGIATAN BELAJAR 5

GEOMETRI DATAR DAN GEOMETRI RUANG

A. Tujuan Antara 1. Membedakan jenis-jenis bangun geometri datar. 2. Menentukan unsur-unsur dan sifat-sifat bangun geometri datar. 3. Membedakan jenis-jenis bangun geometri ruang. 4. Menentukan unsur-unsur dan sifat-sifat bangun geometri ruang. 5. Menyelesaikan masalah terkait pengukuran panjang, sudut dan luas daerah

bangun geometri datar. 6. Menyelesaikan masalah terkait pengukuran volume bangun geometri ruang. 7. Menggunakan media atau alat peraga yang tepat untuk menyampaikan

pembelajaran unsur-unsur, sifat-sifat dan pengukuran bangun geometri datar kepada siswa SD.

8. Menggunakan media atau alat peraga yang tepat untuk menyampaikan pembelajaran unsur-unsur, sifat-sifat dan pengukuran bangun geometri ruang kepada siswa SD.

B. Uraian Materi

Tidak ada makhluk hidup yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk manusia. Misalnya, agar dapat bertahan hidup manusia perlu makan. Makanan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan memperoleh makanan dari hasil fotosintesis yang membutuhkan matahari. Sementara itu, hewan piaraan dan tumbuhan tidak dapat hidup dengan baik tanpa bantuan manusia. Hal tersebut menggambarkan bahwa terdapat hubungan (interaksi) antar makhluk hidup dengan lingkungannya.

Hubungan saling ketergantungan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh jika tanaman tidak dirawat dengan baik, maka akan mati dan akhirnya menjadi sampah. Jika volume sampah maupun kotoran hewan berlebih (banyak sekali), maka dapat mencemari lingkungan. Sampah maupun kotoran yang mencemari lingkungan dapat mengakibatkan pencemaran udara dan akhirnya akan mengganggu pernapasan manusia.

Untuk dapat mengelola limbah manusia dan hewan dengan baik diperlukan pengetahuan matematika yang cukup. Sebagai contoh, Suatu kota berpenduduk 5.000.000 juta jiwa yang terbagi menjadi 1.500.000 keluarga. Setiap keluarga mempunyai rumah sendiri-sendiri. Jika setiap hari setiap keluarga menghasilkan limbah keluarga sebanyak 0,04 m3, maka berapa limbah keluarga yang dihasilkan setiap hari? Berapa truk yang dibutuhkan untuk mengangkut limbah tersebut? Berapa luas lahan yang diperlukan untuk menampung limbah tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang matematika, khususnya geometri.

Oleh karena itu, marilah kita mempelajari salah satu bagian dari matematika yaitu geometri.

147

Geometri, berasal dari bahasa Yunani, geo artinya bumi dan metria artinya pengukuran. Sehingga secara harfiah, geometri berarti ilmu pengukuran bumi. Pengertian tersebut muncul, karena pada awal penemuannya, geometri sebagian besar dimulai dari masalah praktis berupa pengukuran segala sesuatu yang ada di bumi untuk keperluan pertanian pada jaman itu (Babylonia dan Mesir Kuno).

Pada perkembangan selanjutnya, geometri tidak hanya menyangkut pengukuran dan sifat keruangan bumi, tetapi berkembang pada obyek-obyek yang bersifat abstrak, seperti titik, ruas garis, garis, segi banyak, bidang banyak dan lain-lain. 1. Segi Banyak (Poligon)

a. Segitiga Segitiga adalah gabungan ketiga ruas garis hubung dua-dua titik dari tiga

titik yang tidak segaris. Berdasarkan konsep tersebut, jelas bahwa segitiga hanya berupa gabungan tiga ruas garis, yang berarti hanya berupa titik-titik pada batas (keliling) saja dan tidak termasuk daerah dalamnya. Segitiga beserta daerah dalamnya disebut daerah segitiga. Oleh karena itu, segitiga tidak mempunyai luas, yang dipunyai segitiga hanyalah panjang (keliling) saja. Sedangkan luas dimiliki oleh daerah segitiga.

Gambar 1.6.1 (a) menunjukkan segitiga ABC, sedangkan Gambar 1.6.1 (b) menunjukkan daerah segitiga ABC.

Teorema berikut memberikan kriteria kapan gabungan tiga ruas garis

membentuk segitiga dan kapan tidak. Teorema 1. (Ketidaksamaan Segitiga) Jumlah panjang sebarang dua sisi

sebuah segitiga lebih besar daripada panjang sisi yang ketiga. Sebagai contoh, diberikan tiga buah ruas garis masing-masing berukuran 4

cm, 7 cm, dan 5 cm. Ketiga ruas tersebut apabila digabung-gabung dapat membentuk sebuah segitiga. Sedangkan, tiga buah ruas garis masing-masing berukuran 4 cm, 7 cm, dan 2 cm, jika digabung-gabung tidak mungkin akan membentuk sebuah segitiga. Sebab 4 + 2 tidak lebih dari 7, seperti disyaratkan Teorema 1.

B

C

A

B

C

A

Gambar 1.6.1

(a) (b)

148

Teorema 2. Jumlah ukuran sudut-sudut dalam segitiga adalah . Teorema 3 (Teorema Pythagoras) Dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang

sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.

Jika dalam sebuah segitiga siku-siku, a dan b masing-masing menyatakan panjang sisi siku-sikunya dan c menyatakan panjang sisi miringnya, maka berlaku

Contoh 1 Diketahui segitiga ABC dengan panjang sisi-sisinya AB = 18 cm, BC = 15 cm

dan AC = 12 cm. Tentukan tinggi segitiga dari titik C ke sisi . Pembahasan:

Perhatikan Gambar 1.6.3 tersebut di atas, berdasarkan Teorema Pythagoras pada

ADC berlaku hubungan t2 = 122 – p2, dan pada DBC berlaku hubungan t2 = 152 – (18 – p)2. Berdasarkan kedua persamaan tersebut diperoleh:

122 – p2 = 152 – (18 – p)2 144 – p2 = 225 – (324 – 36p + p2)

144 – p2 = 225 – 324 + 36p – p2

144 = –99 + 36p

243 = 36p p = 6,75 Selanjutnya p disubstitusikan ke t2 = 122 – p2 diperoleh: t2 = 122 – p2 = 144 – 6,752 = 144 – 45,5625 = 98,4375.

Sehingga diperoleh t = = 9,92.

Jadi tinggi segitiga dari titik C ke sisi adalah 9,92 cm.

b. Segiempat Segi empat adalah gabungan empat ruas garis yang menghubungkan empat

titik, dengan tiga-tiga titik tidak segaris, dan mempunyai sifat-sifat : 1). Tidak ada ruas garis yang berpotongan, kecuali di titik-titik ujungnya. 2). Setiap titik merupakan titik ujung tepat dari dua ruas garis.

0180

AB

4375,98

AB

Gambar 1.6.2

b

c a

c2 = a2 + b2

Gambar 1.6.3

15

t

p 18 – p B A

C

D

12

149

Jenis-jenis segiempat yaitu jajar genjang, belah ketupat, persegi panjang, persegi (bujur sangkar), trapesium dan layang-layang. 1). Jajar Genjang

Jajar genjang adalah segiempat dengan sifat kedua pasang sisi berhadapan saling sejajar.

Berdasarkan pengertian jajar genjang, dapat diturunkan sifat –sifat jajar genjang seperti dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 4 a). Dalam sebuah jajar genjang, sisi-sisi yang berhadapan kongruen (sama

panjang). b). Dalam sebuah jajar genjang, sudut-sudut yang berhadapan kongruen (sama

besar). c). Dalam sebuah jajar genjang, diagonal-diagonalnya berpotongan di tengah-

tengah. Tidak semua segiempat berbentuk jajar genjang. Bagaiman ciri-ciri

(kriteria) segiempat yang merupakan jajar genjang dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 5 a). Suatu segiempat disebut jajar genjang, jika sisi-sisi yang berhadapan

kongruen b). Suatu segiempat disebut jajar genjang, jika sudut-sudut yang berhadapan

kongruen. c). Suatu segiempat disebut jajar genjang, jika diagonal-diagonalnya

berpotongan di tengah-tengah.

2). Belah Ketupat Belah ketupat adalah jajar genjang dengan sifat dua sisi yang berturutan

kongruen (sama panjang) atau belah ketupat adalah segiempat dengan sifat kedua pasang sisi berhadapan saling sejajar, dan dua sisi yang berturutan kongruen (sama panjang). Berdasarkan pengertiannya jelas bahwa belah ketupat merupakan jajar genjang, tetapi tidak sebalinya. Oleh karena itu sifat-sifat yang berlaku pada jajar genjang juga berlaku pada belah ketupat.

Berdasarkan pengertian belah ketupat diperoleh sifat –sifat belah ketupat yang selengkapnya dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 6 a). Dalam sebuah belah ketupat, keempat sisi-sisinya kongruen. b). Dalam sebuah belah ketupat, sudut-sudut yang berhadapan kongruen. c). Dalam sebuah belah ketupat, diagonal-diagonalnya berpotongan di tengah-

tengah. d). Dalam sebuah belah ketupat, diagonal-diagonalnya membagi sudut-sudut

menjadi dua bagian yang kongruen. e). Dalam sebuah belah ketupat, diagonal-diagonalnya berpotongan tegak

lurus satu dengan yang lain. Bagaiman ciri-ciri (kriteria) segiempat yang merupakan belah ketupat

dinyatakan dalam teorema berikut.

150

Teorema 7 a). Jika dalam suatu jajar genjang diagonal-diagonalnya membagi sudut-sudut

menjadi dua bagian yang kongruen, maka jajar genjang tersebut adalah belah ketupat.

b). Jika dalam suatu jajar genjang diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus satu dengan yang lain, maka jajar genjang tersebut adalah belah ketupat.

3). Persegi Panjang

Persegi panjang adalah jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku, yang ekuivalen dengan persegi panjang adalah segiempat dengan sifat kedua pasang sisi berhadapan saling sejajar dan salah satu sudutnya siku-siku.

Berdasarkan pengertian persegi panjang diperoleh sifat –sifat persegi panjang yang selengkapnya dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 8 a) Dalam sebuah persegi panjang, keempat sudutnya siku-siku. b). Dalam sebuah persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan kongruen. c). Dalam sebuah persegi panjang, diagonal-diagonalnya berpotongan di

tengah-tengah. d). Dalam sebuah persegi panjang, diagonal-diagonalnya sama panjang.

Bagaiman ciri-ciri (kriteria) segiempat yang merupakan persegi panjang dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 9

Jika dalam suatu segiempat sisi-sisi berhadapannya sejajar dan diagonal-diagonalnya sama panjang, maka segiempat tersebut adalah persegi panjang.

4). Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang dua sisi berturutannya sama panjang, yang ekuivalen dengan persegi adalah segiempat dengan sifat kedua pasang sisi berhadapan saling sejajar, salah satu sudutnya siku-siku dan dua sisi yang berturutan sama panjang.

Berdasarkan pengertian persegi diperoleh sifat –sifat persegi yang selengkapnya dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 10 a). Dalam sebuah persegi, keempat sisinya kongruen. b). Dalam sebuah persegi, keempat sudut siku-siku. c). Dalam sebuah persegi, diagonal-diagonalnya berpotongan di tengah-

tengah. d). Dalam sebuah persegi, diagonal-diagonalnya sama panjang. e). Dalam sebuah persegi, diagonal-diagonalnya tegak lurus sesamanya. f). Dalam sebuah persegi, diagonal-diagonalnya membagi sudut-sudut menjadi

dua bagian yang kongruen, dan masing-masing berukuran 45o.

151

5). Trapesium Trapesium adalah segi empat yang tepat sepasang sisi berhadapan saling

sejajar, sedangkan pasangan sisi yang lain tidak sejajar. Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa jajargenjang bukanlah kejadian khusus dari trapesium.

Dalam suatu trapesium, sisi-sisi yang sejajar disebut sisi-sisi alas. Sedangkan sisi-sisi yang tidak sejajar disebut kaki-kaki trapesium. Trapesium tidak mempunyai sifat khusus.

Jenis-jenis trapesium yaitu 1) trapesium sama kaki, yaitu trapesium yang kedua kakinya sama panjang, 2) trapesium siku-siku, yaitu trapesium yang salah satu sudutnya siku-siku, dan 3) trapesium sebarang, yaitu trapesium yang keempat sisi-sisinya tidak ada yang sama panjang. Teorema 11 a). Dalam trapesium sama kaki, sudut-sudut alasnya kongruen. b). Dalam trapesium sama kaki, diagonal-diagonalnya kongruen.

Sedangkan layang-layang adalah segiempat yang sepasang sisi berdekatan kongruen dan sepasang sisi berdekatan lain yang sisi-sisinya berbeda dengan sisi-sisi pada pasangan pertama juga kongruen. Sifat –sifat layang-layang yaitu: a). Diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus. b). Salah satu diagonalnya dipotong menjadi dua bagian sama panjang oleh

diagonal yang lain.

2. Luas Daerah Segi Banyak a. Pengukuran Luas Daerah

1) Daerah Segi-n dan Luas Satuan Banyak orang yang tidak dapat membedakan antara segi-n dan daerah

segi-n, padahal kedua istilah itu menyatakan konsep yang berbeda. Daerah segi–n adalah himpunan titik-titik pada segi–n beserta titik-titik di daerah dalamnya. Untuk membedakan, segi–n dan daerah segi–n, diberikan contoh persegi panjang dan daerah persegi panjang sebagai berikut.

Gambar 1.6.4 (a). menyatakan persegi panjang sedangkan Gambar 1.6.4

(b). menyatakan daerah persegi panjang. Perlu diperhatikan bahwa persegi panjang tidak mempunyai ukuran luas, ukuran yang dimiliki persegi panjang adalah panjang persegi panjang, yang disebut keliling persegi panjang, Sedangkan daerah persegi panjang, ukuran yang dimiliki adalah luas.

Mengukur luas suatu daerah berarti membandingkan besar suatu daerah dengan daerah lain yang digunakan sebagai patokan. Luas daerah yang digunakan sebagai patokan ada yang standar dan ada yang tidak standar. Luas daerah yang digunakan sebagai patokan disebut sebagai luas satuan. Luas

Gambar 1.6.4 (b) (a)

152

satuan adalah luas daerah persegi yang panjang sisi-sisinya satu satuan panjang.

b. Luas Daerah Persegi Panjang

Luas daerah persegi panjang adalah banyaknya luas satuan yang dapat dimasukkan ke dalam daerah persegi panjang tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disusun Teorema berikut. Teorema 12

Luas daerah persegi panjang sama dengan hasil kali panjang alas dengan tinggi persegi panjang tersebut. Jika luas daerah persegi panjang dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang alas dengan p (satuan panjang) dan lebarnya dengan l (satuan panjang), maka

L = p l. Contoh 2

Sebuah plat baja berbentuk persegi panjang dipanaskan sehingga mengalami pemuaian. Jika pertambahan muai panjang dan lebarnya masing-masing 5% dari ukuran semula, tentukan persentase pertambahan luas plat baja tersebut terhadap luas mula-mula. Pembahasan:

Misal panjang pesegi panjang mula-mula p (satuan panjang) dan lebar t

(satuan panjang). Panjang persegi panjang setelah dipanaskan = p + 2 0,05 p = 1,1

p, sedangkan lebar persegi panjang setelah dipanaskan = t + 2 0,05 t = 1,1 t.

Luas plat baja mula-mula = p t = pt (satuan luas).

Luas plat baja setelah dipanaskan = 1,1 p 1,1 t = 1,21 pt (satuan luas). Pertambahan luas = 1,21 pt – pt = 0,21 pt (satuan luas).

Persentase pertambahan luas plat baja = 100% = 21 %.

c. Luas Daerah Persegi Luas daerah persegi adalah banyaknya luas satuan yang dapat dimasukkan

ke dalam daerah persegi tersebut. Berdasarkan luas daerah persegi panjang diturunkan luas daerah persegi seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 13

Luas daerah persegi sama dengan kuadrat panjang sisi persegi tersebut. Jika luas daerah persegi dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang sisi-sisinya dengan s (satuan panjang), maka L = s2.

d. Luas Daerah Jajar Genjang Luas daerah jajar genjang adalah banyaknya luas satuan yang dapat

dimasukkan ke dalam daerah jajar genjang tersebut. Berdasarkan luas daerah persegi panjang, dapat diturunkan rumus luas daerah jajar genjang seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 14

Luas daerah jajar genjang sama dengan hasil kali panjang alas dengan tinggi jajar sebut. Jika luas daerah jajar genjang dinyatakan dengan L (satuan luas),

pt

pt21,0

153

panjang alas dengan p (satuan panjang) dan tingginya dengan t (satuan panjang),

maka L = p t.

e. Luas Daerah Belah Ketupat Luas daerah belah ketupat adalah banyaknya luas satuan yang dapat

dimasukkan ke dalam daerah belah ketupat tersebut. Rumus luas daerah belah ketupat dapat diturunkan dari rumus luas daerah persegi panjang seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 15

Luas daerah belah ketupat sama dengan setengah hasil kali panjang diagonal-diagonal belah ketupat tersebut. Jika luas daerah belah ketupat

dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang diagonal-diagonalnya dengan

(satuan panjang) dan (satuan panjang), maka L = .

Contoh 3 Luas daerah suatu belah ketupat sama dengan 150 cm2. Perbandingan

panjang diagonal-diagonalnya adalah 3 : 4, tentukan panjang diagonal-diagonal belah ketupat tersebut. Pembahasan :

: = 3 : 4 4 = 3 =

L = 150 =

= 300

= 300

= 300 x = 400

= = 20

= = x 20 = 15

Jadi panjang diagonal-diagonal belah ketupat tersebut adalah 15 cm dan 20 cm.

f. Luas Daerah Layang-layang

Luas daerah layang-layang adalah banyaknya luas satuan yang dapat dimasukkan ke dalam daerah layang-layang tersebut. Rumus luas daerah layang-layang dapat diturunkan dari rumus luas daerah persegi panjang seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 16

Luas daerah layang-layang sama dengan setengah hasil kali panjang diagonal-diagonal layang-layang tersebut. Jika luas daerah layang-layang

1d

2d 212

1dd

1d 2d 1d 2d 1d4

32d

2

21 dd

2

21 dd

21 dd

4

322 dd

2

2d3

4

2d 400

1d4

32d

4

3

154

dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang diagonal-diagonalnya dengan

(satuan panjang) dan (satuan panjang), maka L = .

g. Luas Daerah Trapesium Luas daerah trapesium adalah banyaknya luas satuan yang dapat

dimasukkan ke dalam daerah trapesium tersebut. Berdasarkan luas daerah persegi panjang, dapat diturunkan rumus luas daerah trapesium seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 17

Luas daerah trapesium sama dengan setengah hasil kali jumlah panjang sisi sejajar dengan tinggi trapesium tersebut. Jika luas daerah trapesium dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang sisi-sisi sejajar masing-masing dengan a (satuan panjang) dan b (satuan panjang) serta tingginya dengan t (satuan panjang), maka L

= .

h. Luas Daerah Segitiga Luas daerah segitiga adalah banyaknya luas satuan yang dapat dimasukkan

ke dalam daerah segitiga tersebut. Berdasarkan luas daerah persegi panjang, dapat diturunkan rumus luas daerah segitiga seperti dinyatakan dalam Teorema berikut. Teorema 18

Luas daerah segitiga sama dengan setengah hasil kali panjang alas dengan tinggi segitiga tersebut. Jika luas daerah segitiga dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang alas dengan a (satuan panjang) dan tingginya dengan t (satuan panjang),

maka L = .

Contoh 4 Perhatikan gambar 1.6.5 di bawah ini. Gambar 1.6.5

Diketahui ABCD persegi panjang dengan panjang AB = 24 cm, dan BC = 10

cm. Titik-titik E, F, G dan H secara berturut-turut merupakan titik tengah sisi-sisi AB, BC, CD ada AD, sedangkan I dan J secara berturut-turut merupakan titik tengah ruas garis HE dan HG. Tentukan luas daerah yang diarsir.

Pembahasan :

1d

2d 212

1dd

tba 2

1

ta2

1

A B

C

E

F

G

H

J

D

I

155

Mudah untuk ditunjukkan bahwa AEH HGD GFC EBF, akibatnya diperoleh HG = GF = FE = EH. Hal ini berarti bahwa segiempat HEFG merupakan belah ketupat, dengan diagonal-diagonal HF = 24 cm dan EG = 10 cm.

Karena I dan J masing-masing titik tegah HE dan HG, oleh karena itu

diperoleh HI = HJ. Dengan Teorema yang sama, dapat ditunjukkan bahwa IEF JFG, akibatnya diperoleh IF = JF. Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa segiempat IFJH merupakan suatu layang-layang, dengan diagonal-diagonal HF = 24 cm dan IJ = 5 cm.

Luas daerah yang diarsir = Luas daerah belah ketupat HEFG – Luas daerah layang-layang HIFJ.

= – = –

= 120 – 60 = 60 Jadi luas daerah yang diarsir = 60 cm2.

3. Bidang Banyak dan Daerah Bidang Banyak.

Perlu diperhatikan bahwa berdasarkan definisi bidang banyak, yang dimaksud dengan bidang banyak hanyalah permukaannya saja tidak termasuk daerah dalamnya. Bidang banyak beserta daerah dalamnya disebut daerah bidang banyak (bidang banyak pejal atau bidang banyak solid).

Bidang banyak tidak mempunyai ukuran volume, ukuran yang dimiliki bidang banyak adalah luas daerah, yang disebut luas permukaan bidang banyak. Sedangkan daerah bidang banyak, disamping mempunyai luas, juga mempunyai volume.

Mengukur volume suatu daerah bidang banyak berarti membandingkan besar suatu daerah bidang banyak dengan daerah bidang banyak lain yang digunakan sebagai patokan. Volume daerah bidang banyak yang digunakan sebagai patokan (standar) disebut sebagai volumne satuan.

Volume satuan adalah volume daerah kubus yang panjang rusuk-rusuknya satu satuan panjang.

a. Volume dan Luas Permukaan Balok

Volume daerah balok, atau disingkat volume balok, adalah banyaknya volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam balok tersebut hingga penuh dan balok tersebut berubah menjadi daerah balok. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disusun Teorema berikut. Teorema 19

Volume balok sama dengan jumlahan dari hasil kali panjang dan lebar, hasil kali panjang dan tinggi, dan hasil kali lebar dan tinggi. Jika volume balok dinyatakan dengan V (satuan volume), panjang balok p (satuan panjang), lebar balok l (satuan

panjang) dan tinggi balok t (satuan panjang), maka V = p l t. Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi balok.

Untuk menentukan luas permukaan kubus, akan lebih mudah jika kubus dipotong- potong sepanjang rusuk-rusuknya dan dihamparkan pada bidang datar untuk mendapatkan jaring-jaring kubus seperti nampak pada gambar 1.6.6 di bawah ini.

2

EGHF

2

IJHF

2

1024

2

524

156

Gambar 1.6.6

Berdasarkan gambar 1.6.6 di atas, nampak bahwa balok mempunyai enam

sisi, yang terdiri dari tiga pasang daerah persegi panjang yang kongruen

Teorema 20 Jika luas permukaan balok dinyatakan dengan L (satuan luas), panjang balok

p (satuan panjang), lebar balok l (satuan panjang) dan tinggi balok t (satuan panjang), maka L = 3(pl + pt + lt).

b. Volume dan Luas Permukaan Kubus

Volume daerah kubus, atau disingkat volume kubus, adalah banyaknya volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam kubus tersebut hingga penuh dan kubus tersebut berubah menjadi daerah kubus. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disusun Teorema berikut. Teorema 21

Volume kubus sama dengan hasil kali panjang rusuk-rusuknya. Jika volume kubus dinyatakan dengan V (satuan volume), panjang rusuk-rusuknya r (satuan

panjang), maka V = r r r = r3. Luas permukaan kubus adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi kubus.

Untuk menentukan luas permukaan kubus, akan lebih mudah jika kubus dipotong-potong sepanjang rusuk-rusuknya dan dihamparkan pada bidang datar untuk mendapatkan jaring-jaring kubus seperti nampak pada gambar 1.6.7 di bawah ini:

Gambar 1.6.7

Karena kubus mempunyai enam sisi yang berbentuk daerah-daerah persegi kongruen, maka diperoleh rumus sebagai berikut. Teorema 22

Jika luas permukaan kubus dinyatakan dengan L (satuan luas), dan panjang

rusuk-rusuknya r (satuan panjang), maka L = 6 r r = 6r2.

Diubah menjadi

Diubah menjadi

157

c. Volume dan Luas Permukaan Prisma Volume daerah prisma, atau disingkat volume prisma, adalah banyaknya

volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam prisma tersebut hingga penuh dan tersebut tersebut berubah menjadi daerah prisma. Prisma banyak jenisnya tergantung bentuk (jenis) alasnya. Pada hakikatnya cara menentukan rumus volume prisma dengan menggunakan pendekatan volume balok atau volume kubus. Volume prisma dinyatakan dengan formula sebagai berikut.

Teorema 23

Volume prisma sama dengan hasil kali luas alas dengan tingginya. Jika volume prisma dinyatakan dengan V (satuan volume), luas alasnya La (satuan luas)

dan tingginya t (satuan panjang), maka V = La t. Luas permukaan prisma adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi prisma.

Untuk menentukan luas permukaan prisma akan lebih mudah jika prisma dipotong-potong sepanjang rusuk-rusuknya dan dihamparkan pada bidang datar untuk mendapatkan jaring-jaring prisma. Jaring-jaring prisma terdiri dari tiga bagian, yaitu dua sisi alas (beberapa literatur menyebut sisi alas dan sisi atas) yang bentuknya berupa daerah segi banyak (poligon) dan sisi samping yang bentuknya berupa daerah persegi panjang. Beberapa jaring-jaring prisma nampak seperti pada gambar 1.6.8 di bawah ini:

Gambar 1.6.8

Luas permukaan prisma ditentukan dengan rumus sebagai berikut. Teorema 24

Jika luas permukaan prisma dinyatakan dengan L (satuan luas), luas alasnya dengan La (satuan luas), keliling alas dengan K (satuan panjang) dan tingginya dengan t (satuan panjang), maka L = 2La + Kt.

d. Volume dan Luas Permukaan Limas

Volume daerah limas, atau disingkat volume limas, adalah banyaknya volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam limas tersebut hingga penuh dan prisma tersebut berubah menjadi daerah limas. Sama seperti prisma, jenis limas tergantung bentuk (jenis) alasnya. Pada hakikatnya cara menentukan rumus volume limas dengan menggunakan pendekatan volume balok atau volume kubus. Volume limas dinyatakan dengan formula sebagai berikut.

158

Teorema 25 Volume limas sama dengan sepertiga hasil kali luas alas dengan tingginya.

Jika volume limas dinyatakan dengan V (satuan volume), luas alasnya La (satuan luas) dan tingginya t (satuan panjang),

maka V = La t.

Luas permukaan limas adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi limas. Jenis limas tergantung bentuk (jenis) alasnya, oleh karena itu jaring-jaring limas juga tergantung jenis limasnya Beberapa jaring-jaring prisma nampak seperti pada gambar 1.6.9 di bawah ini:

Gambar 1.6.9

Luas permukaan limas ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

Teorema 26 Jika luas permukaan limas dinyatakan dengan L (satuan luas), luas alasnya

dengan La (satuan luas), keliling alas dengan K (satuan panjang) dan tinggi segitiga

sisi samping dengan (satuan panjang), maka L = 2La + K .

e. Volume dan Luas Permukaan Tabung Volume daerah tabung, atau disingkat volume tabung, adalah banyaknya

volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam tabung tersebut hingga penuh dan tabung tersebut berubah menjadi daerah tabung. Volume tabung dinyatakan dengan formula sebagai berikut. Teorema 27

Volume tabung sama dengan hasil kali luas alas dengan tingginya. Jika volume tabung dinyatakan dengan V (satuan volume), jari-jari lingkaran alas r

(satuan panjang) dan tingginya t (satuan panjang), maka V = r2t. Luas permukaan tabung adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi tabung..

Jaring-jaring prisma terdiri dari tiga bagian, yaitu dua sisi alas (beberapa literatur menyebut sisi alas dan sisi atas) yang berbentuk daerah lingkaran dan sisi samping yang berbentuk daerah persegi panjang. Jaring-jaring tabung nampak seperti pada gambar 1.6.10 di bawah ini.

Gambar 1.6.10

3

1

st2

1st

Diubah menjadi

159

Luas permukaan tabung ditentukan dengan rumus sebagai berikut. Teorema 28

Jika luas permukaan tabung dinyatakan dengan L (satuan luas), jari-jari alasnya dengan r (satuan panjang) dan tingginya dengan t (satuan panjang), maka

L = 2r2 + 2rt = 2r(r + t).

f. Volume dan Luas Permukaan Kerucut Volume daerah kerucut, atau disingkat volume kerucut, adalah banyaknya

volume satuan yang dapat dimasukkan ke dalam kerucut tersebut hingga penuh dan kerucut tersebut berubah menjadi daerah kerucut. Volume kerucut dinyatakan dengan formula sebagai berikut.

Teorema 29

Volume kerucut sama dengan sepertiga hasil kali luas alas dengan tingginya. Jika volume kerucut dinyatakan dengan V (satuan volume), jari-jari lingkaran alas r

(satuan panjang) dan tingginya t (satuan panjang), maka V = r2t.

Luas permukaan kerucut adalah jumlah seluruh luas daerah sisi-sisi kerucut. Jaring-jaring kerucut terdiri dari dua bagian, yaitu dua sisi alas yang berbentuk daerah lingkaran dan sisi samping yang berbentuk daerah selimut kerucut. Jaring-jaring kerucut nampak seperti pada gambar 1.6.11 di bawah ini. Luas permukaan kerucut ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 1.6.11

Teorema 30

Jika luas permukaan kerucut dinyatakan dengan L (satuan luas), jari-jari alasnya dengan r (satuan panjang) dan panjang apotema kerucut dengan t (satuan

panjang), maka L = r2 + rs = r(r + s). Untuk memperjelas pembahasan teori tersebut di atas, berikut disajikan

beberapa contoh.

Contoh 5 Perhatikan gambar 1.6.12 segitiga ABC di bawah ini! Panjang sisi AB = 7 cm, dan panjang sisi DC = 6 cm. Hitunglah volume bangun yang terjadi jika segitiga ABC diputar sejauh 360o dengan sumbu putar sisi AB.

3

1

Diubah menjadi s t

r

s

160

Gambar 1.6.12

Pembahasan:

Perlu diperhatikan bahwa hasil perputaran tersebut adalah sebuah kerucut yang berongga bagian bawahnya, dan rongganya juga berupa kerucut. Oleh karena itu volume kerucut berongga tersebut dapat dihitung menghitung volume kerucut yang jari-jari alasnya DC dan tinginya AD (dinamakan kerucut I) dikurangi volume kerucut yang jari-jari alasnya DC dan tingginya BD (dinamakan kerucut II).

V = Volume kerucut I – volume kerucut II

= t1 - t2 = (t1 - t2) = × × AB = × 62 × 7 =

792. Jadi volume bangun yang terbentuk adalah 792 cm3.

Contoh 6 Suatu kerucut lingkaran tegak tertutup dengan jari-jari lingkaran alas 14 cm

dan volumenya 6,16 liter. Berdasarkan kerucut tersebut kemudian dibuat jaring-jaringnya, tentukan luas permukaan kerucut tersebut! Pembahasan:

Pembahasan: Perlu diperhatikan bahwa 6,16 liter = 6160 cm3, dan berdasarkan rumus volume kerucut, diperoleh:

V = r2t 6160 = . .142.t t = = 30.

Berdasarkan Teorema Pythagoras diperoleh:

s2 = t2 + r2 s2 = 302 + 142 = 900 + 196 = 1096 s = .

Selanjutnya berdasarkan rumus luas permukaan diperoleh:

2r 2r 2r2CD

7

22

3

1

3

1

7

22

19622

216160

1096

Diubah menjadi s t

r

s

161

L = r2 + rs = r(r + s) = .14.(14+ ) = 44.(14+ ) = 616 +

44 .

Jadi luas permukaan kerucut tersebut = (616 + 44 ) cm2.

C. Lembar Kerja

1. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara (langkah-langkah) menjelaskan konsep luas daerah persegi panjang, segitiga, trapesium dan layang-layang kepada siswa SD?

2. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara (langkah-langkah) menjelaskan konsep volume balok, kubus, prisma segitiga dan tabung kepada siswa SD?

D. Lembar Latihan

1. Sebuah akuarium berbentuk balok (kotak) dengan luas alas 400 cm2 diisi air setinggi 25 cm. Sebuah balok kayu dengan luas alas 100 cm2 dimasukkan ke dalam akuarium sampai seluruh balok kayu terendam air. Sesudah balok kayu tersebut dimasukkan ketinggian air naik menjadi 30cm. Tinggi balok kayu tersebut adalah .... cm.

2. Diketahui sebuah daerah segitiga panjang sisi-sisinya masing-masing 7 cm, 24 cm dan 25 cm. Tentukan luas daerah segitiga tersebut..

3. Suatu kota berpenduduk 5.000.000 juta jiwa yang terbagi menjadi 1.500.000 keluarga. Setiap keluarga mempunyai rumah sendiri-sendiri. Diasumsikan setiap hari setiap keluarga menghasilkan limbah keluarga sebanyak 0,04 m3. a. Berapa m3 limbah keluarga yang dihasilkan setiap hari? b. Berapa truk yang dibutuhkan untuk mengangkut limbah tersebut, jika

diasumsikan bak truk berbentuk balok dengan panjang 4 m, lebar 2 m dan tinggi 1,5 m?

c. Berapa luas lahan minimum yang diperlukan untuk menampung limbah tersebut setiap harinya, jika diasumsikan tinggi tumpukan sampah paling tinggi 5 m?

E. Kunci Jawaban

1. Tinggi balok kayu tersebut adalah 20 cm. 2. Luas daerah segitiga = 84 cm2. 3. a. Limbah keluarga setiap hari = 60.000 m3.

b. Banyak truk yang dibutuhkan = 5.000 truk. c. Luas lahan minimum = 12.000 m2.

7

221096 1096

1096

1096

162

ASESMEN

Petunjuk: Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D. 1. Diantara beberapa norma yang berlaku dimasyarakat kita, yang mempunyai sanksi

yang tegas dan memaksa adalah norma … A. Agama B. Kesusilaan C. Kesopanan D. Hukum

2. Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan adalah … A. Dicela masyarakat B. Adanya penyesalan C. Membayar ganti rugi D. Adanya siksa diakhirat

3. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal dan dapat diterima seluruh umat manusia, karena norma tersebut berasal dari … A. Tuhan yang maha kuasa B. Hati sanubari manusia C. Kesepakatan masyarakat D. Pemerintah yang sah.

4. Rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan , disebut….. A. Pelestarian daya dukung lingkungan hidup B. Pelestarian fungsi lingkungan hidup C. Daya dukung lingkungan hidup D. Daya tampung lingkungan hidup

5. Majunya garis pantai akibat proses alamiah, kegiatan manusia dan kombinasi keduanya , yang mengakibatkan perubahan lingkungan pantai, disebut….. A. Masswasting B. Abrasi C. Patahan D. Tsunami

6. Cara-cara yang ditempuh untuk mengurangi konsumsi sumber daya alam oleh manusia sebagai berikut, kecuali….. A. Meningkatkan kesadaran tentang perlunya memantapkan konsumsi sumber

daya dan jumlah penduduk B. Mendukung gerakan – gerakan “green consumer” C. Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan D. Mengembangkan taman nasional meliputi cagar alam

7. Hal-hal di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak, kecuali … A. faktor bawaan B. faktor biologis

163

C. faktor intelegensi D. faktor lingkungan sosial

8. Anak-anak ketika usia balita, sangat sering bertanya atau menanyakan sesuatu yang kadang-kadang pengasuhnya sampai menggerutu karena si anak dianggap cerewet. Pada tahap seperti itu, berarti sebenarnya perkembangan bahasa anak berada pada … A. tahap pralinguistik B. tahap satu kata C. tahap dua kata D. tahap banyak kata

9. Pembelajaran bahasa yang dilaksanakan dengan pendekatan “whole language” berarti pembelajaran bahasa tersebut dilaksanakan secara … A. menyimak dan berbicara B. membaca dan menulis C. terintegrasi intra mata pelajaran D. terintegrasi antar mata pelajaran

10. Pertukaran oksigen dan dan karbondioksida pada pernapasan eksternal terjadi pada A. Alveolus B. Trachea C. Bronchus D. Faring

11. Hemoglobin dalam darah akan berikatan dengan oksigen menjadi oksihemoglobin. Rumus kimia oksihemoglobin adalah: HbO2 A. Hb2O B. HbO2 C. HbO D. H2HbO

12. Respirasi (respiration) adalah suatu proses pembakaran ….. A. Bahan organik oleh karbondioksida menghasilkan energi. B. Bahan anorganik oleh oksigen menghasilkan energi. C. Senyawa anorganik menghasilkan oksigen. D. Senyawa organik dalam sel menghasilkan energy.

13. Pak Budi mempunyai dua buah akuarium yang masing-masing berbentuk kubus. Volume akuarium pertama adalah 729 dm3 dan volume akuarium kedua adalah 512 dm3. Jika panjang rusuk kubus pertama a dm dan panjang rusuk kubus kedua b dm, maka a + b = .....

A. 13 B. 15 C. 16 D. 17 14. Berikut ini, manakah yang menyatakan belah ketupat?

A. Segiempat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar dan sama panjang.

164

B. Segiempat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar dan dua sisi berturutan sama panjang.

C. Segiempat yang sudut-sudut berhadapannya sama besar dan diagonal-diagonalnya sama panjang.

D. Segiempat yang sudut-sudut berhadapannya sama besar dan diagonal-diagonalnya saling berpotongan di tengah-tengah.

15. Perhatikan gambar di bawah ini.

Luas daerah yang berwarna gelap pada gambar di atas adalah ... cm2. A. 90 B. 126 C. 216 D. 306

16. Perhatikan gambar di bawah ini. Apabila balok dimasukkan ke dalam kubus hingga penuh, maka kubus tersebut

akan memuat balok sebanyak ... buah. A. 20 B. 32 C. 40 D. 50

20 dm

20 dm

20 dm

1 m 40 cm

50 cm

165

KUNCI JAWABAN

1. D 9. C

2. A 10. A

3. B 11. B

4. A 12. D

5. B 13. D

6. D 14. B

7. C 15. D

8. D 16. C

166

DAFTAR PUSTAKA

Faqih Samlawi, Bunyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Maulana Hidayati, Mujinem, Anwar Senen. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta

:Dirjen Dikti Depdiknas Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas: Dirjen Dikti. http://www.crayonpedia.org/mw/MAKHLUK_HIDUP_DAN_LINGKUNGANNYA_4.1_BU

DI_WAHYONO. http://dedisetiawan.com/mengenal-sistem-pernafasan-pada-manusia. http://jashomineblog.blogspot.com /2012/02/ saling-ketergantungan-antara-

makhluk.html. Kemal Adyana Kurnadi. 2001.Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 1.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Silvester Petrus Taneo, 2009. Kajian IPS SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas Cholis Sa’dijah, dkk..1997. Pendidikan Matematika II. Jakarta : Ditjen Dikti. D’Augustine, C. Dan Smith, W.C. (Jr). 1992. Teaching Elmentary School Mathematics.

New York: Harper Collins. Djoko Iswadji. 1998. Geometri II. Yogyakarta : P3G Matematika. Gatot Muhsetyo, dkk. 2002. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka. Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kennedy, L.M. dan Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Belmont: Wadswoth. Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Ditjen Dikti Depdiknas. Soewito, dkk. 1992. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Sukirman. 1986. Ilmu Bilangan. Jakarta : Karunika.

167

PERISTILAHAN/GLOSSARY

Abiotik : Makhluk tidak hidup Abrasi : Erosi yang terjadi karena gelombang dan arus laut AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan Biotik : Makhluk hidup Faktor biologis : Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi berbahasa di

antaranya adalah alat ucap, misalnya lidah, gigi, dan sebagainya.

Faktor intelegensi : Faktor-faktor kecerdasan Fase fonologi : Tahap perkembangan bunyi bahasa anak. Fase semantik : Tahap perkembangan bahasa anak tentang pemahaman

makna kata. Fase sintaktik : Tahap perkembangan bahasa anak tentang kemampuan

menyusun kalimat. Guided reading : Kegiatan membaca terbimbimbing Guided writing : Kegiatan menulis terbimbing Independent reading : Kegiatan membaca mandiri atau membaca bebas. Independent writing : Kegiatan menulis mandiri atau menulis bebas. Internalisasi : Penghayatan, yaitu proses menanamkan sesuatu pada

seseorang atau kelompok untuk membentuk tanggung jawab dan rasa memiliki .

Journal writing : Menulis jurnal yaitu menulis kegiatan sendiri sehari-hari. Komunitas : Semua populasi dari berbagai jenis yang menempati

daerah atau kawasan tertentu Luas permukaan bangun : Jumlah seluruh luas sisi suatu bangun ruang. ruang Mengukur : Membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang

digunakan sebagai patokan. Metakognisi : Pengetahuan seseorang atas penggunaan intelektualnya. Nonlinguistik : Faktor-faktor di luar kebahasaan. Norma : Petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam

kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu , dan norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi yang dikenal dengan nama sanksi .

Populasi : Kelompok makhluk hidup sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suat wilayah

Reading aloud : Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Share reading : Kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa

maupun siswa dengan siswa untuk berbagi pemahaman isi bacaan.

Sustain silent reading : Kegiatan membaca dalam hati. Teorema : Pernyataan matematika yang masih memerlukan

pembuktian dan pernyataan itu dapat ditunjukkan bernilai benar.

168

169

PETA KEDUDUKAN MODUL

Globalisasi

Cara menyajikan data

pengaruh globalisasi

Nilai-nilai dasar pancasila

dapat menyaring

pengaruh globalisasi.

Globalisasi

dalam

kehidupan.

Cara menemukan isi atau

pesan pokok pada wacana

tentang globalisasi industri.

Tumbuhan memproduksi

oksigen untuk menjaga

keseimbangan kandungan

udara akibat pengaruh

globalisasi industri.

170

171

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Menurut John huckle (dalam Miriam Steiner, 1996) menyatakan bahwa

globalisasi adalah suatu proses dengan mana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat didaerah yang jauh. Globalisasi mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Menurut Tilaar (1998), dampak positif globalisasi akan menyebabkan munculnya masyarakat mega kompetisi. Dampak positif globalisasi antara lain mendapatkan informasi pengetahuan yang luas, terjadi pertukaran budaya dan ilmu pendidikan secara sehat, dan sebagainya. Sedangkan dampak negatif globalisasi antara lain masuknya budaya yang tidak sesuai dengan kultur budaya bangsa Indonesia. Dampak globalisasi perlu diantisipasi, untuk itu diperlukan data yang akurat untuk memprediksi dampak globalisasi tersebut. Disamping itu, juga diperlukan filter yang mampu untuk menyaring dampak positif dan negatif pengaruh globalisasi tersebut.

Di lain pihak, agar mampu bersaing dalam berkompetisi global ini diperlukan manusia yang berkualitas. Untuk menjadi manusia yang berkualitas diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai

Berkaitan hal tersebut di atas, pada materi dengan Tema Globalisasi akan membahas tentang: 1. Globalisasi dalam kehidupan. 2. Nilai-nilai dasar pancasila. 3. Penyajian data. 4. Cara tumbuhan memproduksi oksigen. 5. Isi atau pesan pokok pada wacana tentang globalisasi industri.

B. Petunjuk Penggunaan Modul Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan pendidikan dan latihan

profesi guru kelas SD. Penyajian modul disusun berbasis tema. Dalam modul ini terdapat lima tema yaitu (1) tema makhluk hidup dan lingkungan, (2) tema globalisasi, (3) tema kewirausahaan, (4) tema kesehatan, dan (5) tema peristiwa. Pemilihan tema dan subtansi materi dalam tema telah diusahakan sesuai dengan tema-tema di SD.

Agar Anda berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut: 1. Pelajari peta kedudukan modul (jaringan tema) pada masing-masing modul. 2. Bacalah deskripsi pada masing-masing modul. 3. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai Anda

memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut. 4. Kerjakan semua kegiatan / praktik untuk memahami modul. 5. Diskusikan dengan teman-teman Anda dalam mengatasi materi-materi yang belum

Anda pahami. 6. Kerjakan semua soal latihan yang terdapat di akhir modul ini dengan sikap disiplin

dan mandiri.

C. Tujuan Akhir Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran tema Globalisasi secara holistik.

172

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP KEHIDUPAN

A. Tujuan Antara 1. Melalui diskusi tentang globalisasi ,peserta latihan dapat menjelaskan kemajuan

teknologi berbagai bidang dan dampaknya dengan benar. 2. Melalui diskusi tentang dampak globalisasi, peserta latihan dapat menjelaskan cara

mengantisipasi dampak globalisasi dengan benar. 3. Melalui diskusi tentang globalisasi ,peserta latihan dapat menjelaskan peran

Indonesia dalam kemajuan globalisasi dengan benar.

B. Uraian Materi Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat popular karena berkaitan dengan

gerak pembangunan Indonesia,terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terbuka, dan perdangangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan keterbukan. Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat.

Ada beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya John huckle (Miriam steiner, 1996) yang menyatakan bahwa globalisasi adalah “suatu proses dengan mana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat didaerah yang jauh”.

Arus globalisasi di Indonesia pada mulanya sangat terasa pada aspek ekonomi. Hal ini ditandai dengan adanya APEC dan AFTA yang semuanya menjurus pada perdagangan bebas. Namun semakin ke depan aspek politik, budaya, dan hukum mulai terasa terutama dengan adanya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bekerja dalam lingkup internasional. Selain itu dalam bidang politik, gaung reformasi sangat cepat merambat keseluruh dunia, dimana komentar dan opini internasional sangat deras masuk ke Indonesia. Demikian pula halnya dalam aspek budaya yang didukung oleh teknologi elektronik, maka dunia semakin sempit. Setiap hari kita dapat menyaksikan kejadian-kejadian di seluruh dunia dalam waktu beberapa menit saja.

Globalisasi mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1998) bahwa dampak positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, dimana setiap orang akan berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula. Untuk berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Dalam era globalisasi adalah era mengejar keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi dinamis, aktif dan kreatif.

Sebaliknya, globalisasi juga bisa menjadi ancaman budaya bangsa. Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi ancaman bagi budaya lokal, atau budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi salah satu penyebab cepatnya masyarakat terseret oleh arus globalisasi dengan menghilangkan identitas diri atau

173

bangsa. Sebagai contoh, “anak remaja” kita dengan cepat meniru potongan rambut, model pakaian atau yang tidak cocok dengan jati diri bangsa kita.

Globalisasi ini dapat melanda berbagai bidang kehidupan, Emil Salim (Mimbar, 1989) mengemukakan ada empat kekuatan yang membuat dunia menjadi semakin transparan yaitu perkembangan IPTEK yang semakin tinggi, perkembangan bidang ekonomi yang mengarah pada perdagangan bebas, lingkungan hidup, dan politik.

Globalisasi dalam bidang ekonomi membawa pengaruh terhadap bidang lain antara lain hukum, busaya, politik dan bahkan lingkungan. Regionalisasi dalam bidang ekonomi merupakan awal dari proses globalisasi. ASEAN sebagai suatu kerjasama negara-negara Asia Tenggara menyadari pentingnya suatu kerjasama dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu timbullah berbagai kesepakatan antara Negara ASEAN untuk membentuk lembaga ekonomi regional.

Munculnya berbagai lembaga perekonomian antara bangsa yang menunjukkan bahwa suatu negara tidak dapat lagi sendirian dalam hidup dan membangun bangsanya. Misalnya, Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Asia Pacific Economic Corporation (APEC), AFTA dan sebagainya.

Saat ini, kita merasakan bahwa krisis moneter yang melanda negeri kita ini, dirasakan pula oleh Negara lain di hampir seluruh Negara Asia Tenggara dan Asia Timur termasuk Jepang dan Korsel. Di belahan Eropa, Rusia juga mengalami krisis serupa. Perubahan kurs mata uang di satu negara akan mempengaruhi negara lainnya sehingga akan merubah arus ekspor dan impor.

Menurut Marwah Daud Ibrahim bahwa iptek mengandung dilemma atau bermata dua. Disatu pihak kita bersyukur menikmati rahmat, yang anda hayati dan nikmati seperti berbagai stasiun TV telah memanfaatkan penyiaran globalnya melalui satelit komunikasi, sedang dampak negative perkembangan, kemajuan dan penerapan ipteks yang menghasilkan berbagai ketimpangan oleh Toffler disebut “Guncangan Hari Esok”. Coba anda amati dan hayati : penyakit yang timbul di masyarakat yang mengglobal.

Dengan makin berkembang dan makin maju transportasi, konsep ekonomi tentang kebutuhan dan sumber daya produksi, distribusi dan komsumsi makin nyata makna dan nilainya. Namun kemajuan transportasi ini ada yang memanfaatkan untuk tujuan negatif (penyelundupan orang jahat, teroris,obat terlarang, dokumen terlarang). Transportasi telah menjadi kebutuhan mutlak kehidupan global dewasa ini, namun dampak negatifnya wajib diwaspadai. Dampak negative ini selain melekat pada diri pelakunya ,juga ditunjang oleh rendahnya kadar akhlak petugas.

Manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya, mengembangkan iptek memiliki kemampuan, cara dan kiat berkomunikasi yang beragam. Sejalan dengan perkembangan ,kemajuan dan penggunaan transportasi serta media elektronik ( radio,TV, internet) kontak interaksi social untuk berkomunikasi juga makin maju. Proses dan arus global kehidupan manusia makin dipacu melalui komunikasiini, makin lama komunikasi ini makin menjadi kebutuhan yang tidak dapat lepas dari kebutuhan.Namun bagi kepentingan-kepentingan tertentu yang harus dirahasiakan, fenomena-fenomena tertentu yang tidak boleh disebarluaskan, kemajuan alat komunikasi canggih seperti internet juga mengandung bahaya. Dengan memanfaatkan

174

internet, informasi dari berbagai penjuru dunia, mengenai aspek apa saja yang dikehendaki dalam waktu singkat dapat diperoleh

C. Lembar Kerja

Di rumah terdapat televisi yang dapat menerima semua informasi yang beraneka ragam, baik yang positif maupun negative. Misalnya informasi tentang kejadian di negara lain. film kekerasan., obat terlarang,pemerkosaan dan lain-lain.Bagaimana penilaian Anda terhadap informasi tersebut, serta usaha apa yang Anda lakukan agar informasi tersebut tidak membawa pengaruh yang negative terhadap Anda sekelurga?

D. Lembar Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut. 1. Era globalisasi merupakan era teknologi, oleh karena itu masyarakatnya harus

melek digital. Bagaimana tanggapan Anda dan jelaskan! 2. Jelaskan bagaimana hubungan antara teknologi dengan pendidikan! 3. Bagaimana peran pemerintah dalam rangka untuk menanggapi kemajuan iptek

dewasa ini? Jelaskan !

175

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

PENGANTAR STATISTIKA

A. Tujuan Antara 1. Membedakan jenis-jenis statistik. 2. Membedakan jenis-jenis data. 3. Menyajikan data dalam berbagai cara. 4. Menghitung dan menentukan jenis-jenis ukuran gejala memusat

B. Uraian Materi

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar komunitas, dan antar bangsa saling berinteraksi, dan memengaruhi satu sama lain. Interaksi atau hubungan antar komunitas tersebut terjadi di semua bidang kehidupan, seperti bidang pendidikan, kesehatan, perdagangan, pertanian, dan sebagainya, dan dari interaksi tersebut diperoleh data terkait. Misal di bidang pertanian diperoleh data tentang banyaknya produksi pertanian, banyaknya pupuk dan insektisida yang dibutuhkan, luas lahan pertanian dan sebagaianya, di bidang kesehatan diperoleh data tentang wilayah penyebaran suatu penyakit, banyaknya obat-obatan yang dibutuhkan, banyaknya orang yang terjangkiti penyakit terstentu dan sebagainya. Data-data yang diperoleh tersebut akan bermakna dan mudah dipahami dengan baik oleh semua orang apabila disajikan dengan baik. Berkaitan dengan hal itu, marilah kita pelajari cara pengolahan dan penyajian data dengan benar. 1. Pengertian Statistik

Kata statistik berasal dari bahasa Latin, yaitu status yang berarti negara. Pada mulanya, statistik hanya digunakan untuk menggambarkan keadaan dan menyelesaikan masalah kenegaraan seperti: banyaknya penduduk, pembayaran pajak, gaji pegawai, dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, statistik mencakup hal-hal yang lebih luas. Cakupan statistik tidak hanya bertumpu pada angka-angka untuk pemerintahan saja, tetapi telah mengambil bagian di berbagai bidang kehidupan, termasuk kegiatan berbagai bidang penelitian, seperti pendidikan, psikologi, ekonomi, pertanian, sosial, dan sains.

Dalam kamus bahasa Inggris dijumpai kata statistics dan kata statistic. Kedua kata itu mempunyai arti yang berbeda. Kata statistics artinya ilmu statistik (statistika), sedang kata statistic diartikan sebagai ”ukuran yang diperoleh atau berasal dari sampel,” sedangkan ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi disebut parameter.

Ditinjau dari segi terminologi, secara sempit menurut Sudjana (1996: 21) statistik diartikan sebagai kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Contoh: Statistik penduduk, yang berarti keterangan mengenai penduduk berupa angka-angka yang menyatakan jumlah penduduk dan rata-rata umur penduduk.

Sedangkan statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, penyajian, pengolahan, analisis data dan penarikan kesimpulan.

176

2. Pengertian Data Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan keterangan-keterangan

tentang suatu hal, dapat berupa angka atau keterangan. Data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar menarik suatu kesimpulan. Data dapat dijumpai di berbagai tempat. Misalnya di surat kabar yang terbit setiap hari, akan dijumpai berbagai informasi mengenai harga sekuritas, komoditas dagangan, kurs mata uang asing, tingkat inflasi yang melanda suatu negara, nilai ujian nasional SMA se Provinsi Jawa Timur, nilai hasil tes formatif dalam bidang matematika di SDN 1 Jakarta, prestasi belajar siswa dalam Ujian Nasional dalam mata pelajaran IPA, dan sebagainya.

Syarat data yang baik adalah (a) Data harus objektif (sesuai dengan keadaan sebenarnya), (b) Data harus representative, (c) Data harus up to date, dan (d) Data harus relevan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Ditinjau dari sifat susunan bagian-bagiannya, data dibedakan menjadi data tunggal dan data kelompok. Data tunggal ialah data statistik yang masing-masing angkanya merupakan satu unit (satu kesatuan). Sedangkan data kelompok ialah data statistik yang tiap-tiap unitnya terdiri dari sekelompok angka. 3. Penyajian Data

Pengolahan data dimaksudkan sebagai proses untuk memperoleh data ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus tertentu. Data ringkasan yang diperoleh dari pengolahan data itu dapat berupa jumlah (total), rata-rata, persentase, dan sebagainya.

Data yang sudah diolah, agar mudah dibaca dan dimengerti oleh orang lain atau pengambil keputusan, perlu disajikan ke dalam bentuk-bentuk tertentu. Penyajian data memiliki fungsi antara lain: (1) menunjukkan perkembangan suatu keadaan, dan (2) mengadakan perbandingan pada suatu waktu. Data statistik dapat disajikan dalam bentuk tabel atau daftar, grafik atau diagram. Ada bermacam-macam tabel seperti tabel baris dan kolom, tabel distribusi, tabel kontigensi dan sebagainya. Sedangkan macam-macam diagram atau grafik antara lain diagram batang, diagram garis, diagram lambang, diagram pastel dan diagram pencar.

a. Daftar Baris dan Kolom

Skema daftar baris dan kolom, secara garis besar dinyatakan dengan daftar Tabel 2.3.1 berikut.

Tabel 2.3.1

Sel

sel

sel

Judul Tabel

Catatan :

Judul

Kolom Judul

Baris Badan

Tabel

177

b. Diagram Lingkaran Diagram lingkaran adalah diagram yang digunakan untuk menyajikan data

dalam bentuk daerah lingkaran, sedangkan bagian-bagiannya dinyatakan dalam bentuk juring atau sektor. Diagram lingkaran dapat digunakan untuk menyajikan data yang terdiri atas beberapa kategori. Dalam diagram lingkaran, data keseluruhan dinyatakan dengan daerah lingkaran sedangkan data masing-masing kategori dinyatakan dalam bentuk juring-juring lingkaran yang luasnya sebanding dengan banyaknya data yang bersangkutan.

Langkah-langkah untuk membuat diagram lingkaran, diuraikan sebagai berikut: 1). Gambarkan sebuah lingkaran dengan menggunakan jangka untuk menyatakan

keseluruhan data. 2). Bagilah lingkaran tersebut menjadi beberapa juring/sektor, untuk menyatakan

data masing-masing kategori. Besar sudut masing-masing juring lingkaran ditentukan dengan rumus berikut.

3). Masukkan data masing-masing kategori ke dalam juring lingkaran yang bersesuaian (sebaiknya disusun sesuai urutan kategori data dan searah jarum jam, dengan kategori pertama dimulai dari juring kanan atas yang batas kirinya garis vertikal).

4). Namai kategori data pada masing-masing juring lingkaran dan tuliskan banyaknya data yang bersesuaian dalam bentuk persen. Untuk menyatakan banyaknya data masing-masing kategori dalam bentuk persen digunakan rumus berikut.

Contoh 4.1 Banyaknya siswa di suatu sekolah dasar adalah 250 siswa. Diketahui siswa

yang gemar tenis meja sebanyak 25 siswa, pencak silat sebanyak 20 anak, judo sebanyak 45 siswa, bola volley sebanyak 50 siswa, sepak bola sebanyak 100 siswa dan sisanya gemar olah raga renang. Nyatakan data kegemaran siswa tersebut dalam bentuk diagram lingkaran. Pembahasan:

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Untuk kategori tenis meja.

= = 36o.

= = 10%.

0360dataseluruhBanyaknya

kategoridataBanyaknyakategoridatajuringsudutBesar

xx

%.100dataseluruhBanyaknya

kategoridataBanyaknyakategoridata banyaknya Persentase

xx

0360dataseluruhBanyaknya

dataBanyaknyajuringsudutBesar

0360250

25

%.100dataseluruhBanyaknya

dataBanyaknya Persentase %100

250

25

178

2) Untuk kategori pencak silat.

= = 28,8o.

= = 8%.

3) Untuk kategori yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh

hasil seperti tertuang dalam Tabel 2.3.2 berikut:

Tabel 2.3.1

Kategori Banyaknya Persentase Sudut

tenis meja 25 10 360

pencak silat 20 8 28.80

Judo 45 18 64.80

Volley 50 20 720

sepak bola 100 40 1440

Renang 10 4 14.40

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dibuat diagram lingkaran sebagai berikut.

Gambar 2.3.1

0360dataseluruhBanyaknya

dataBanyaknyajuringsudutBesar

0360250

20

%.100dataseluruhBanyaknya

dataBanyaknya Persentase %100

250

25

Judo

Bola volley

Pencak silat

Tenis meja Renang

Sepak bola

179

c. Diagram Batang (Bar Diagram) Diagram batang adalah diagram yang digunakan untuk menyajikan data

dalam bentuk batangan-batangan. Data yang berbentuk kategori atau nominal sangat sesuai apabila disajikan dalam bentuk diagram batang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagram batang sebagai berikut: 1) Membuat sumbu mendatar dan sumbu tegak yang saling tegak lurus.

Sumbu mendatar disebut sumbu X, sedangkan sumbu tegak disebut sumbu Y. Sumbu mendatar dibagi menjadi beberapa bagian dengan skala yang sama, demikian juga pada sumbu tegaknya, tetapi antara sumbu mendatar dan sumbu vertikal skalanya tidak perlu sama.

2) Jika batangan-batangan dibuat vertikal, maka sumbu mendatar menyatakan kategori atau waktu, sedangkan sumbu vertikal menyatakan frekuensi atau banyaknya data. Sebaliknya jika batangan-batangan dibuat mendatar, maka sumbu mendatar menyatakan frekuensi atau banyaknya data, sedangkan sumbu vertikal menyatakan kategori atau waktu.

3) Nama atau judul diagram ditulis dibagian atas diagram dan ditempatkan pada bagian tengah, dinyatakan dalam bahasa yang singkat dan jelas, sehingga orang akan dapat memahami dengan mudah apa yang dimaksud dalam diagram itu.

4) Antara batang yang satu dengan batang yang lain dibuat secara terpisah.

Contoh 4.2 Banyaknya siswa di Sekolah Dasar Negeri Suka Berprestasi adalah 225 siswa.

Diketahui banyaknya siswa kelas I sebanyak 25 siswa, kelas II sebanyak 30 siswa, kelas III sebanyak 45 siswa, kelas IV sebanyak 50 siswa, kelas V sebanyak 35 siswa dan kelas VI sebanyak 40 siswa. Nyatakan data banyaknya SD tersebut dalam bentuk diagram batang. Pembahasan:

Gambar 2.3.2

Banyaknya, Kelas I, 25

Banyaknya, Kelas II, 30

Banyaknya, Kelas III, 45

Banyaknya, Kelas IV, 50

Banyaknya, Kelas V, 35

Banyaknya, Kelas VI, 40

, Kelas I, 0

, Kelas II, 0

, Kelas III, 0

, Kelas IV, 0

, Kelas V, 0

, Kelas VI, 0

, Kelas I, 0

, Kelas II, 0

, Kelas III, 0

, Kelas IV, 0

, Kelas V, 0

, Kelas VI, 0

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas

Banyaknya Siswa SD Negeri Suka Berprestasi Tahun 2012

180

d. Diagram Garis Diagram garis digunakan untuk menyajikan data yang berkesinambungan

(kontinu), seperti data pertumbuhan tinggi pohon dari minggu ke minggu, data perkembangan siswa sekolah dasar dari tahun ke tahun, data pertumbuhan tinggi badan anak dari tahun ke tahun dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagram garis yaitu: 1) Membuat sumbu mendatar dan sumbu tegak yang saling tegak lurus.

Sumbu mendatar disebut sumbu X dan sumbu tegak disebut sumbu Y. Sumbu mendatar dibagi menjadi beberapa bagian dengan skala yang sama, demikian juga pada sumbu tegaknya, tetapi antara sumbu mendatar dan sumbu vertikal skalanya tidak perlu sama.

2) Sumbu mendatar pada umumnya menyatakan waktu, sedangkan sumbu vertikal menyatakan frekuensi atau banyaknya data.

3) Gambarkan titik-titik diagram koordinat sesuai dengan waktu dan frekuensi data yang bersesuaian.

4) Hubungkan titik-titik yang diperoleh pada langkah c) dengan ruas-ruas garis, maka diperoleh diagram garis yang bersesuaian dengan data yang disajikan.

5) Nama atau judul diagram garis ditulis dibagian atas diagram dan ditempatkan pada bagian tengah, dinyatakan dalam bahasa yang singkat dan jelas, sehingga orang akan dapat memahami dengan mudah apa yang dimaksud dalam diagram itu. Contoh 4.3

Seorang anak lahir pada tahun 2007 dengan tinngi badan 50 cm. Pertumbuhan tinggi badan anak tersebut dari tahun ke tahun dinyatakan dalam tabel 2.3.3 berikut:

Tabel 2.3.3

Tahun Tinngi (cm)

2007 50

2008 60

2009 75

2010 85

2011 90

2012 110

Nyatakan pertumbuhan tinggi badan anak tersebut dalam bentuk diagram garis.

Pembahasan: Berdasarkan tabel 2.3.3 di atas dan dengan memperhatikan langkah-

langkah pembuatan diagram garis seperti diuraikan di atas, diperoleh diagram garis sebagai berikut.

181

Gambar 2.3.3

e. Diagram Lambang Diagram lambang digunakan untuk memperoleh gambaran kasar mengenai

suatu peristiwa/kejadian. Pada diagram lambang, lambang yang digunakan sama dengan peristiwa yang akan dipaparkan. Sebagai contoh peristiwa yang akan dipaparkan adalah banyaknya penjualan mobil dari tahun ke tahun, maka lambang yang digunakan adalah gambar mobil. Satu lambang tertentu menyatakan banyaknya data yang sesuai dengan lambang yang digunakan. Keuntungan dari diagram lambang yaitu dapat menghindari kekeliruan/kesalahan penafsiran peristiwa yang dipaparkan, karena menggunakan lambang/simbol dari data sebenarnya, sedangkan kelemahan diagram lambang yaitu sulit untuk menggambarkan bagian lambang yang menyatakan kelipatan pecahan dari banyaknya data yang dinyatakan oleh satu lambang utuh. Contoh 4.4

Banyaknya mobil sedan merek tertentu yang berhasil dijual sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 dinyatakan dalam tabel 2.3.4 berikut:

Tabel 2.3.4

Tahun Banyaknya Mobil

2008 1000

2009 3000

2010 2000

2011 40000

2012 3000

Nyatakan hasil penjumlahan mobil tersebut dalam bentuk diagram

lambang.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

182

Pembahasan:

Tahun Banyaknya Penjualan Mobil

2008

2009

2010

2011

2012

Gambar 2.3.3

Keterangan: mewakili 1000 mobil.

4. Ukuran Tendensi Sentral (Ukuran Gejala Memusat) Salah satu tugas guru dalam pembelajaran yaitu melakukan pengamatan

dan pengukuran terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dan pengukuran tersebut berupa data yang nilainya bervariasi, oleh karena itu untuk melihat ke arah mana sekumpulan data memusat dan bagaimana data menyebar di sekitar ukuran pemusatan tersebut diperlukan suatu ukuran, yang disebut ukuran tendensi sentral (ukuran gejala memusat). Jenis-jenis ukuran gejala memusat, antara lain rata-rata (mean), median dan modus.

a. Rata-rata (Mean) Rata-rata (mean) merupakan ukuran gejala memusat data yang paling

sering digunakan, karena mudah dimengerti dan perhitungannya pun mudah.

Mean yang dihitung dari data sampel disimbolkan dengan (dibaca X-bar), dan apabila dihitung dari data populasi atau sebagai parameter populasi disimbolkan dengan (dibaca myu).

b. Rata-rata data tunggal

Misal diketahui n buah data, yaitu , maka rata-rata data

tersebut dapat dihitung dengan rumus:

=

c. Rata-rata data tunggal berbobot

Misal diketahui sekumpulan data dengan nilai-nilai masing-

masing memiliki frekuensi , maka rata-rata data tersebut dapat

dihitung dengan rumus:

X

nxxx ,,, 21

n

x

x

n

i

i 1

n

xxx n 21

nxxx ,,, 21

nfff ,,, 21

183

= .

Contoh 4.5 Budi mengikuti ulangan matematika sebanyak 6 kali, rata-rata dari lima ulangan pertama sebesar 5,5. Agar memenuhi nilai KKM yaitu 6, berapa nilai ulangan yang keenam? Pembahasan:

= 36 – 27,5 = 8,5

Contoh 4.6 Misal dalam suatu sekolah terdiri atas 5 kelas paralel. Pada ulangan mata pelajaran matematika diperoleh hasil sbb: rata-rata kelas A sebesar 6 dengan jumlah siswa 30, rata-rata kelas B sebesar 5,5 dengan jumlah siswa 40, rata-rata kelas C sebesar 6,5 dengan jumlah siswa 32, rata-rata kelas D sebesar 7 dengan jumlah siswa 25, dan rata-rata kelas E sebesar 6 dengan jumlah siswa 40. Tentukan rata-rata nilai ulangan matematika sekolah tersebut. Pembahasan:

= = = 6,126

d. Median Median adalah data yang letaknya di tengah tengah setelah data diurutkan.

Median disimbolkan dengan Me atau Md. Untuk data tunggal, median ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Urutkan data dari terkecil hingga data terbesar. 2) Tentukan letak mediannya, yaitu

a) Jika banyaknya data ganjil, maka letak .

b) Jika banyaknya data genap, maka letak .

3) Tentukan nilai mediannya.

n

i

i

n

i

ii

f

xf

x

1

1

n

nn

fff

xfxfxf

21

2211

5,5x 5,55

54321 xxxxx

5,2754321 xxxxx

6KKM 66

654321 xxxxxx

36654321 xxxxxx

)(36 543216 xxxxxx

6x

k

i

i

k

i

ii

f

xf

x

1

1

4025324030

6.407.255,6.325,5.406.30

167

1023

12

1 nkedataMe

2

122

ndata

nkedata

Me

184

Contoh 4.7 Tentukan median dari data berikut 7, 6, 8, 5, 4, 8, 9, 10, 7. Pembahasan: Setelah data diurutkan diperoleh: 4, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10, dan banyaknya

data n = 9, bilangan ganjil. Jadi = = 7.

e. Modus Modus adalah nilai yang paling sering muncul pada sekumpulan data.

Modus disimbolkan dengan Mo. Sekumpulan data kemungkinan-kemungkinannya adalah tidak mempunyai modus, mempunyai satu modus (disebut unimodal), mempunyai dua modus (bimodal), atau mempunyai lebih dari dua modus (multimodal). Cara mencari modus dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok. Berikut diberikan contoh-contoh untuk modus data tunggal. Contoh 4.8 1) Diketahui data 5, 4, 6, 7, 5, 6, 5, 7, 5, 4. Modus data tersebut adalah 5. 2) Diketahui data 5, 4, 6, 7, 5, 6, 5, 7, 5, 4, 6, 7, 6. Modus data tersebut adalah 5

dan 6. 3) Diketahui data 5, 4, 6, 7, 5, 4, 5, 7, 4, 6, 7, 6. Modus data tersebut adalah tidak

ada, sebab semua data frekuensi kemunculannya sama. C. Lembar Kerja

Bacalah surat kabar satu minggu terakhir. Diskusikan dengan teman Anda, jenis-jenis penyajian data apa saja yang digunakan surat kabar tersebut? Adakah jenis penyajian data yang berbeda dengan jenis penyajian data yang sudah Anda pelajari? Jika ada jenis penyajian data yang lain, jelaskan.

D. Lembar Latihan 1. Rata-rata nilai ujian statistika 40 orang mahasiswa adalah 70,5 kemudian ada

seorang mahasiswa yang mengikuti ujian susulan sehingga nilai rata-ratanya menjadi 71. Berapakah nilai statistika mahasiswa yang baru masuk?

2. Suatu sekolah mempunyai 5 kelas paralalel. Berdasarkan hasil Ujian Akhir Nasional diperoleh data sebagai berikut: Kelas A terdiri dari 30 siswa, rata-rata nila matematikanya adalah 5,5. Kelas B terdiri dari 28 siswa, rata-rata nila matematikanya adalah 6,0. Kelas C terdiri dari 32 siswa, rata-rata nila matematikanya adalah 6,5. Kelas D terdiri dari N siswa, rata-rata nila matematikanya adalah 6,4. Jika rata-rata nilai matematika gabungan keempat kelas tersebut adalah 6,12 tentuan banyaknya siswa Kelas D tersebut.

3. Nilai ulangan matematika sekelompok siswa yang berjumlah 35 anak dinyatakan sebagai berikut. Siswa yang mendapat nilai 6 sebanyak 7 anak, siswa yang mendapat nilai 7 sebanyak 11 anak, siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak 9 anak, siswa yang mendapat nilai 9 sebanyak 5 anak dan siswa yang mendapat nilai 10 sebanyak 3 anak. Tentukan median dan modus data nilai ulangan matematika sekelompok siswa tersebut.

12

1 nkedataMe 5kdata e

185

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

PRODUKSI OKSIGEN OLEH TUMBUHAN

A. Tujuan Antara 1. Melalui penjelasan peserta diklat dapat menyebutkan empat factor yang dapat

mempengaruhi terjadinya fotosintesis. 2. Melalui percobaan peserta diklat dapat menunjukkan prodoksi oksigen dalam

proses fotosintesis. 3. Melalui animasi proses pengangkutan pada tumbuhan peserta diklat dapat

menjelaskan proses pengangkutan nutrisi pada tumbuhan.

B. Uraian Materi Globalisasi dalam bidang industri dapat berdampat pada hal-hal positif

maupun negatif. Dampak positif globalisasi industri pada kehidupan adalah semakin mudahnya orang mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya dampak negatif globalisasi industri terjadinya pencemaran. Salah satu di antaranya adalah pencemaran pencemaran udara.

Pencemaran udara disebabkan oleh kegiatan industri maupun transportasi. Pembakaran minyak bumi dalam mesin-mesin industry maupun kendaraan bermotor menghasilkan gas buang terutama CO dan CO2 yang dapat mengganggu pernapasan dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha menetralisasi gas hasil pembakaran berupa CO dan CO2 menjadi normal. Salah satu upaya yang bersifat alami adalah menanam tumbuhan yang dapat menghasilkan oksigen.

Dalam dunia tumbuhan proses produksi oksigen merupakan bagian dari proses fotosintesis. Untuk dapat memahami proses tumbuhan menghasilkan oksigen, marilah kita pelajari proses fotosintesis berikut ini.

1. Proses Fotosintesis pada Tumbuhan

Fotosintesis adalah suatu proses pembuatan makanan oleh tumbuhan menggunakan bahan berupa air dan karbon dioksida dengan bantuan cahaya. Fotosintesis terjadi pada struktur sel daun yang disebut kloroplas. Kloroplas mengandung klorofil, yaitu pigmen hijau yang berfungsi menyerap energi dari cahaya .

Proses sintesis dikenal juga sebagai “proses asimilasi” atau proses penyusunan senyawa kompleks dan senyawa anorganik. Dalam proses penyusunan tersebut diperlukan energi. Apabila energi diperoleh dari proses-proses kimia, misalkan pada bakteri maka proses tersebut kita namakan kemosintesis. Sedangkan apabila energi yang diperlukan tersebut diperoleh dari energi cahaya, kita sebut sebagai proses fotosintesis. Persamaan reaksi kimia pada proses fotosintesis yaitu:

CO2 + 6 H2O + Energi matahari C6 H12 O6 + 6 O2

klorofil

186

Terjadinya proses sintesis, diperlukan beberapa komponen bahan baku yang harus ada gas yaitu CO2, H2O (air), cahaya matahari dan klorofil. Dalam proses fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen (O2). a. Faktor CO2 (karbondioksida)

CO2 yang terdapat di dalam udara dengan kadar + 0,03 % per satuan volume. Gas CO2 akan masuk ke dalam uap air yang ada pada permukaan sel-sel jaringan pagar (sel polisade) dan sel bunga karang. Jika kadar CO2 di udara meningkat, maka kecepatan proses fotosintesis akan meningkat juga. Dalam keadaan matahari terik (intensitas tinggi) tetapi CO2 rendah, maka proses fotosintesis akan terhambat.

b. Faktor H2O (air) Air yang diperlukan untuk sintesis makanan oleh tumbuhan dapat diperoleh dari tanah. Air dalam tanah yang umumnya mudah diserap oleh akar tumbuhan yaitu air kapiler tanah. Air tersebut merupakan air yang terdapat diantara butir-butir tanah. Jenis akar yang berfungsi mengambil air dan garam tanah, yaitu bulu-bulu akar atau rambut-rambut akar.

c. Faktor Cahaya Peran cahaya dalam proses fotosintesis sangat besar, yaitu sebagai sumber energi. Menurut Planck dan Eisnteen cahaya terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut foton, yaitu mempunyai sifat materi dan gelombang. Foton memiliki energi yang dikenal sebagai kuantum. Cahaya matahari yang kita lihat yaitu merupakan cahaya putih yang tersusun dari tujuh macam spectrum cahaya. Tidak semua spectrum cahaya berperan dalam fotosintesis. Jika intensitas cahaya meningkat maka laju fotosintesis juga meningkat. Tetapi jika intensitas cahaya melebihi kadar tertentu, bahkan akan menghambat kegiatan fotosintesis.

d. Faktor Klorofil Proses fotosintesis tidak dapat terjadi jika tidak ada klorofil. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Klorofil terdapat dalam kloroplas. Kloroplas banyak kita jumpai di dalam daun. Pada tanaman tinggi kita jumpai dua macam klorofil, yaitu (1) Klorofil-a dengan rumus kimia C55 H72 O5 N4 Mg, warna hijau tua dan klorofil-b dengan rumus kimia C55 H70 O6 N4 Mg, warna hijau muda. Dua jenis klorofil tersebut paling kuat menyerap cahaya merah (panjang gelombang 600-700 nm), yang paling sedikit diserap adalah cahaya hijau (panjang gelombang 500-600 nm).

2. Transportasi pada Tumbuhan

Bagaimanakah air tanah dapat keluar masuk sel dan dapat ditranspor hingga ke pucuk batang ? Proses penyerapan gas, air, dan ion-ion terlarut dalam air tanah terjadi melalui peristiwa difusi dan osmosis.

Difusi merupakan gerakan penyebaran molekul dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Larutan yang pekat memiliki tekanan difusi yang besar disbanding larutan encer. Pada akhir difusi, kedua larutan akan bercampur menjadi larutan yang homogen.

Osmosis pada dasarnya merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air tinggi ke daerah yang potensial airnya lebih rendah melalui suatu

187

membran semi permeabel. Membran semi permeabel adalah membran yang hanya dapat ditembus oleh air dan molekul atau zat-zat tertentu yang berukuran kecil yang terlarut di dalamnya.

Gambar 1 Gambar 2.4.1 Struktur penampang melintang akar tanaman dikotil

Pada sel tumbuhan, di sebelah dalam dari dinding sel terdapat membran sel.

Membran sel bersifat selektif permeabel, yaitu hanya molekul zat tertentu yang berukuran besar dapat menembus namun molekul zat lain tidak dapat menembus walaupun berukuran lebih kecil. Kemampuan membran sel melakukan seleksi molekul zat tertentu akan menentukan apakah zat tersebut akan dapat masuk ke dalam sel atau tidak.

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar. Penyerapan larutan tanah pada akar dipengaruhi oleh berbagai kondisi di dalam tanah yaitu jenis tanah, pH, suhu, dan pertukaran udara tanah. Setelah air diserap oleh akar, selanjutnya air diangkut ke puncak batang. Pada gambar 2.5.1 terdapat dua kelompok sel yang berperan sebagai pembuluh angkut yaitu pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada batang, xilem berada pada bagian kayunya sedangkan floem berada di bagian kulitnya. Pengangkutan air dari akar ke puncak dilakukan melalui pembuluh kayu. Oleh sebab itu, untuk dapat diangkut ke pucuk batang, air harus terlebih dahulu mencapai kayu

Untuk mencapai kayu air tersebut melewati jaringan korteks dan endodermis. Pengangkutan air di luar pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem) semacam ini disebut pengangkutan ekstravaskuler. Pengangkutan melalui xilem dan floem disebut pengangkutan vaskuler. C. Lembar Kerja

Ada beberapa percobaan yang dapat digunakan untuk menguji terjadinya fotosintesis pada tumbuhan. Salah satu percobaan uji fotosintesis adalah timbulnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis. Untuk itu peserta pelatihan diminta melakukan percobaan dengan menggunakan bahan dan alat pada butir D serta mengikuti langkah-langkah pada butir E.

188

D. Alat dan Bahan 1. Kantong plastic transparan = 2 buah 2. Ember = 1 buah 3. Air = ½ ember 4. Karet gelang = 5 biji 5. Ganggang hijau / hidryla SP = 2 ikat 6. Korek api = 1 bungkus 7. Jarum jahit = 1 buah

E. Langkah Kerja 1. Masukkan tiap ikat ganggang hijau ke dalam kantong plastic. 2. Isi kantong platik dengan air hingga penuh, kemudian kantong plastic diikat dengan

karet sehingga tidak ada udara yang tersisa dalam kantong plastic. 3. Letakkan satu kantong dibawah sinar matahari dan yang lain pada tempat yang

teduh. 4. Setelah kurang lebih satu jam bandingkan gelembung-gelembung gas yang keluar

dari ganggang hijau. 5. Guna menguji bahwa gas yang dihasilkan proses fotosintesis adalah oksigen maka

siapkan korek api menyala di atas kumpulan gas dalam kantong plastic dan tusuk plastic tepat di atas timbunan gas dalam plastik. Sebagai indicator bahwa nyala api yang terkena gas oksigen akan menyala semakin besar.

189

BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

NILAI-NILAI PANCASILA

A. Tujuan Antara 1. Menjelaskan prinsip-prinsip sila-sila pancasila 2. Mencari contoh sikap atau perilaku yang mencerminkan sila-sila pancasila

B. Uraian Materi

Apakah nilai itu? Nilai termasuk bidang kefilsafatan yaitu axiologi . Pengertian axiologi berasal dari bahasa yunani exios berarti nilai , suatu yang berharga , logos berarti perhitungan , alasan , akal budi dan teori . Jadi nilai merupakan hasil pertimbangan dan hasil keputusan manusia . Nilai lebih abstrak daripada norma ,artinya norma adalah perwujudan daripada nilai-nilai . Mengapa bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Pada umumnya rakyat Indonesia berada dalam pemikiran yang sama dengan para pendiri bangsa ini , yaitu menginginkan pancasila dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat , berbangsa dan bernegara . Membumikan Pancasila berarti menjadikan Pancasila sebagai panduan praktis dan perangkat tata nilai yang diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan .

Pancasila yang dijadikan sebagai landasan ideal dalam pembangunan nasional, menjadi pegangan rakyat indonesia ditengah arus globalisasi yang begitu deras. Disaat memasuki era reformasi nilai-nilai pancasila nyaris tidak menyentuh kehidupan masyarakat kita,baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bila hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin , nasionalisme ,persatuan dan kesatuan bangsa akan lenyap dari negara kita ini. Karena itu tokoh-tokoh bangsa ini secara bersama-sama perlu untuk membangun kembali kesadaran masyarakat atas nilai-nilai luhur pancasila.

Pancasila harus diwariskan kepada generasi muda bangsa Indonesia berikutnya melalui jalur pendidikan,karena genersi muda sebagai penerus bangsa perlu penguatan karakter sebagai anak bangsa . Setiap bangsa memiliki kepedulian kepada pewarisan budaya luhur bangsanya. Oleh karena itu, perlu ada upaya pewarisan budaya penting tersebut melalui pendidikan Pancasila yang dilaksanakan dalam pendidikan formal (sekolah). Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis. Seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan Pancasila sebagai kaidah yuridis-konstitusional pada dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut. Dengan demikian penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah negara berarti bahwa moral bangsa telah menjadi moral negara (Dipoyudo: 1984). Hal ini berarti bahwa moral Pancasila telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukumnya, serta jiwa seluruh kegiatan negara dalam segala bidang kehidupan (A. T. Soegito, dkk, 2009: 6). Pada acara rembug nasional di Universitas Pancasila, ketua MPR Taufiq Kiemas mengatakan bahwa pancasila sudah selayaknya dijadikan sumber keteladanan dalam kepemimpinan. Karena pancasila sebagai landasan moral kenegaraan menekankan pentingnya semangat gotong royong yang merupakan jati

190

diri bangsa .Prinsip Ketuhanan harus berjiwa gotong royong , prinsip internasionalisme harus berjiwa gotong royong yang berperikemanusiaan dan berkeadilan ,prinsip kebangsaan juga harus berjiwa gotong royong yang mampu mengemban persatuan dan kebhinekaan .

Pelaksanaan Pancasila pada masa reformasi cenderung meredup dan tidak adanya istilah penggunaan Pancasila sebagai propaganda praktik penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini terjadi lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda Indonesia dewasa ini. Masyarakat terbius akan kenikmatan hedonisme yang dibawa oleh paham baru yang masuk sehingga lupa dari mana, di mana, dan untuk siapa sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan mereka melupakan bangsanya sendiri yang dibangun dengan semangat juang yang gigih dan tanpa memandang perbedaan. Dalam perkembangan masyarakat yang secara kultur, masyarakat lebih cenderung menggunakan Pancasila sebagai dasar pembentukan dan penggunakan setiap kegiatan yang mereka lakukan. Peran Pancasila dalam hal ini sebenarnya adalah untuk menciptakan masyarakat “kerakyatan”, artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban harus seimbang dan tidak memihak ataupun memaksakan kehendak kepada orang lain. Dalam pokok-pokok kerakyatan, masyarakat dituntut untuk saling menghargai dan hidup bersama dalam lingkungan yang saling membaur dan bisa membentuk sebuah kepercayaan (trust) sebagai modal untuk membangun bangsa yang berjiwa besar dan bermoral sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila.

Sejarah Indonesia membuktikan bahwa nilai luhur bangsa yang tercipta merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki dan tidak bisa tertandingi. Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Tuhan, hal tersebut terbukti dengan adanya tempat peribadatan yang dianggap suci, kitab suci dari berbagai ajaran agamanya, upacara keagamaan, pendidikan keagamaan, dan lain-lain merupakan salah satu wujud nilai luhur dari Pancasila khususnya sila ke-1.

Bangsa Indonesia yang dikenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut terhadap sesama mampu memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan Pancasila, hal ini terbukti dengan adanya pondok-pondok atau padepokan yang dibangun mencerminkan kebersamaan dan sifat manusia yang beradab. Pandangan hidup masyarakat yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Masyarakat Indonesia sekarang ini tidak hanya mendambakan adanya penegakan peraturan hukum, akan tetapi masalah yang muncul ke permukaan adalah apakah masih ada keadilan dalam penegakan hukum tersebut. Hukum berdiri diatas ideologi Pancasila yang berperan sebagai pengatur dan pondasi norma masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam sejarah Penanaman nilai-nilai Pancasila pada masa Orde Baru dilakukan secara indoktrinatif dan birokratis. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyakat,

191

tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata sehingga Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur bangsa dan merupakan landasan filosofi untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur bagi rakyat hanyalah omong kosong. Cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam pendidikan yang disebut penataran P4 maupun PMP ( Pendidikan Moral Pancasila), atau nama sejenisnya, ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan keteladanan yang benar. Mereka yang setiap hari berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata keramat: Pancasila dan UUD 45, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakan. Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi bukan berlaku bagi para pemimpin. Selain itu Pancasila digunakan sebagai asas tunggal bagi organisasi masyarakat maupun organisasi politik (Djohermansyah Djohan: 2007).

Karena Orde Baru tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah pemerintahan sebelumnya, akhirnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada akhir 1998-an runtuh oleh kekuatan masyarakat. Hal itu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk membenahi dirinya, terutama bagaimana belajar lagi dari sejarah agar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara benar-benar diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Djohermansyah Djohan: 2007). Berakhirnya kekuasaan Orde Baru menandai adanya Pemerintahan Reformasi yang diharapkan mampu memberikan koreksi dan perubahan terhadap penyimpangan dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam praktik bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan pada masa Orde Baru. Namun dalam praktik pada masa reformasi yang terjadi adalah tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan fundamentalism. Hal inilah yang menandai bahwa pada masa itulah masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis identitas bangsa.

Apakah prinsip-prinsip Pancasila itu ?

Prinsip adalah gagasan dasar, berupa aksioma atau proposisi awal yang memiliki makna khusus, mengandung kebenaran berupa doktrin dan asumsi yang dijadikan landasan dalam menentukan sikap dan tingkah laku manusia. Prinsip dijadikan acuan dan dijadikan dasar menentukan pola pikir dan pola tindak sehingga mewarnai tingkah laku pendukung prinsip dimaksud. Sila-sila Pancasila itulah prinsip-prinsip Pancasila.

Apa saja makna atau nilai pancasila ? 1. Makna Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang MahaEsa.

192

b. Menciptakan sikap taat menjalankan menurut apa yang diperintahkan melalui ajaran-ajaran Nya.

c. Mengakui dan memberikan kebebasan pada orang lain untuk memeluk agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

d. Tidak ada paksaan dan memaksakan agama kepada orang lain. e. Menciptakan pola hidup saling menghargai dan menghormati antar umat

beragama 2. Makna Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a. Kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan hati nurani.

b. Pengakuan dan penghormatan akan hak asasi manusia. c. Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan berkeadaban. d. Mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan. e. Memunculkan sikap tenggang rasa dan tepo slira dalam hubungan social.

3. Makna Persatuan Indonesia a. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia. b. Menjalin kerjasama yang erat dalam wujud kebersamaan dan

kegotongroyongan. c. Kebulatan tekad bersama untuk mewujudkan persatuan bangsa. d. Mengutamakan kepentingan bersama diatas pribadi dan golongan.

4. Makna Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyaratan / Perwakilan. a. Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan. b. Mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politik,ekonomi dan social. c. Pengambilan keputusan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat. d. Menghormati dan menghargai keputusan yang telah dihasilkan bersama. e. Bertanggung jawab melaksanakan keputusan.

5. Makna Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia a. Keadilan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya. b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. c. Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. d. Saling bekerjasama untuk mendapatkan keadilan.

Pancasila memiliki berbagai fungsi bagi bangsa Indonesia, suatu ketika Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, suatu ketika dipandang sebagai ideologi nasional, suatu ketika sebagai pandangan hidup dan suatu ketika sebagai ligatur bangsa. Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai acuan bagi warganegara dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warganegara, sehingga berkaitan dengan pengelolaan dan implementasi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berfungsi sebagai acuan bagi bangsa Indonesia dalam mengelola berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan yang ingin diwujudkan oleh negara. Kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam dikelola sesuai dengan konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

193

C. Lembar Kerja 1. Diskusikan permasalahan berikut bersama dengan teman-temanmu 2. Carilah contoh-contoh sikap yang mencerminakan sila pertama pancasila 3. Laporkan hasil diskusi kelompok anda dihadapan teman-temanmu.

D. Lembar Latihan 1. Jelaskan prinsip-prinsip dari sila pertama pancasila 2. Berikan contoh sikap atau perilaku yang mencerminkan sila-sila pancasila?

Sebutkan sila berapa!

E. Kunci jawaban 1. Prinsip sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa 2. Contoh sikap atau perilaku yang mencerminkan sila pertama pancasila adalah

pengakuan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

194

BAB VI KEGIATAN BELAJAR 5

MENEMUKAN ISI ATAU PESAN POKOK PADA WACANA LISAN DAN TULIS

A. Tujuan Antara 1. Melalui diskusi peserta pelatihan dapat menemukan isi atau pesan pokok pada

wacana lisan dan tulis. 2. Melalui penjelasan instruktur peserta pelatihan dapat mengidentifikasi unsur,

struktur, dan karakteristik karya ilmiah.

B. Uraian Materi Ada beberapa cara yang dianjurkan oleh para ahli untuk menduga daya simak

diri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sendiri dengan jujur. Pengetahuan tentang kualitas daya simak diri dapat dijadikan landasan bagi kita untuk menjadi penyimak yang baik. Agar menjadi penyimak yang baik, di samping harus mengetahui bagaimana ciri-ciri penyimak yang baik itu, kita pun harus mau berlatih menyimak secar terencana dan sistematis.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak adalah (1) identifikasi kata kunci, (2) merangkum, dan (3) menjawab pertanyaan, (4) menceritakan kembali, dan (5) menyimpulkan.

Daya baca merupakan kekuatan atau kemampuan seorang individu dalam membaca untuk memadukan sekaligus antara kecepatan mata menangkap lambang-lambang visual dengan ketepatan memahami makna yang dibaca. Dalam upaya memperbaiki daya baca, banyak upaya yang dapat dilakukan. Akan tetapi, kunci dari semua itu adalah disiplin diri untuk terus dapat membaca dan berlatih membaca. Kegiatan membaca cepat, membaca per kelompok kata menjadi persepsi diri yang pada pelaksanaannya dipadukan dengan upaya mencari kata kunci, kalimat utama, ide pokok dan topik. Untuk menemukan kalimat utama dapat dilakukan dengan cara menganalisis kalimat-kalimat yang ada. Kalimat yang diterangkan itulah yang menjadi kalimat utama. Di dalam kalimat utama tersebut terdapat ide pokok dan kata kunci. 1. Unsur, Struktur, dan Karakteristik Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karangan ilmiah pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologis penulisanyg baik dan benar. Kata-kata yang digunakan kata-kata teknis, ditujukan kepada masyarakat yang mempunyai pengetahuan teknis tertentu. Karya ilmiah populer pada dasarnya karya ilmiah yang disampaikan secara populer. Bahasanya mudah dipahami karena konsumennya masyarakat awam.

Menyimak pembacaan karya ilmiah dan karya ilmiah populer dapat dilatihkan dengan cara identifikasi kata kunci, merangkum dan menjawab pertanyaan.

Membaca karya ilmiah populer memiliki pola analisis keilmiahan yang sama dengan membaca karya ilmiah. Tiga unsur analisis yang dimaksud adalah: unsur pembentukan kerangka karya ilmiah populer, fakta, dan penalaan. Aspek isi dilakukan dengan jalan membaca paragraf. Tempat menuangkan karya ilmiah populer biasanya

195

berupa koran, tabloid, atau majalah. Penyediaan sarana itu, sangat menunjang pelatihan membaca.

Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal tentang kehidupan sehari-hari. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang menyenangkan atau disukai banyak orang karena menarik dan mudah dipahami.

2. Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer

a. Bahan menarik, artinya bahan tersebut setidaknya dapat diukur kadarnya dengan pertanyaan: apakah bahan tersebut mengandung unsur baru/aneh/luar biasa/kontroversial.

b. Cara penyajian yang menarik artinya: 1) disusun seperti kerucut terbalik dan berisi pendahuluan (lead), jembatan, tubuh penulisan, dan penutup; 2) menggunakan bahasa yang komunikatif. Bahasa yang komunikatif itu adalah: a) yang memiliki kemungkinan cepat ditangkap (tanpa pemanis dan basa-basi), b) ringkas tapi jelas; c) lengkap dan teliti; d) kata sederhana dan kalimat pendek; e) alinea yang beruntun.

c. Pendahuluan berisi hal yang paling penting untuk mengarahkan perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimulainya tulisan.

d. Jembatan bertugas menjembatani pendahuluan masuk ke tubuh tulisan. e. Tubuh tulisan berisi situasi dan proses, disertai penjelasan mendalam tentang

mengapa dan bagaimana. Situasi dan proses ini tidak disertai pendapat yang subjektif.

f. Penutup tulisan berisi pesan yang mengesankan. g. Pada dasarnya ada tiga cara penyajian, yaitu a) penyajian deskriptif yang hanya

membeberkan suatu pengetahuan sebagai kumpulan fakta sebagaimana adanya, b) penyajian deskriptif yang merangsang keingintahuan, c) penyajian deskriptif yang selain merangsang keingintahuan juga merangsang pemikiran pembaca.

h. Langkah-langkah penulisan karya ilmiah populer dapat dilakukan sebagai berikut: a) menelaah tema; b) menguji kelayakan topik; c) mengumpulkan bahan; d) menyusun kerangka; e) mengembangkan kerangka.

3. Karakteristik Karya Ilmiah

a. Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi yang baik dan benar.

b. Maksud penulis karya ilmiah adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain tentang ilmu.

c. Karya ilmiah sebaiknya ditulis dengan memperhatikan ketertiban dan kehalusan dalam menyajikan ide; keekonomisan dalam mengungkapkan dan ketetapan dalam memilih kata.

d. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan profesional, menulis karya ilmiah disarankan untuk mulai menulis dari kerangka; menguraikannya ke dalam draft pertama; membaca ulang setelah masa penundaan; dan meminta teman untuk mengkritik draf yang kita buat.

196

e. Kerangka adalah suatu cara untuk menyusun suatu rangka yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan yang akan digarap.

f. Unsur kerangka secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: bagian pendahuluan, bagian tubuh karangan/isi, dan bagian kesimpulan/ penutup.

g. Untuk kelengkapan karya ilmiah, biasa dilengkapi dengan halaman-halaman pendahuluan dan daftar pustaka.

h. Halaman pendahuluan terdiri dari: halaman judul, persembahan, kata pengantar, dan daftar isi.

i. Daftar pustaka berisi susunan sumber tertulis yang dikutip di dalam karangan. j. Daftar pustaka ditulis sebagai berikut: baris pertama ditik pada pukulan

pertama sedangkan barus kedua dan seterusnya ditik pada pukulan ke enam. k. Komponen yang harus ada pada daftar pustaka adalah: nama penulis, tahun

terbit, judul buru (sumber), kota tempat terbit, dan nama penerbit.

C. Lembar Kerja Perhatikan paragraf berikut ini!

Di mana-mana, anggota masyarakat membicarakan kenaikan harga. Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur yang semakin meningkat. Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. Penguasa bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bis. Abang becak secara diam-diam sepakat menaikkan tarif becak menjadi dua kali lipat. Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya. Pegawai kecil asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. Pendek kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.

Diskusikan dengan kelompok Anda dan temukan kalimat utama dari paragraf di atas!

D. Lembar Latihan Jelaskan karakteristik bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah.

197

ASESMEN Petunjuk: Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D. 1. Pancasila bagi bangsa Indonesia dijadikan sebagai dasar negara, artinya pancasila

sebagai … A. Cita-cita bangsa Indonesia B. Dasar mengatur penyelenggaraan negara C. Pegangan hidup bangsa Indonesia D. Pedoman tingkah laku masyarakat Indonesia

2. Saling menghargai terhadap keyakinan yang dianut oleh pihak lain merupakan prinsip dari sila … pancasila A. 5 B. 4 C. 2 D. 1

3. Sejak memasuki era reformasi pancasila ditegaskan kembali sebagai dasar negara Indonesia, hal ini diatur pada … A. TAP MPR No.XVIII/ MPR/ 1998 B. TAP MPR No.III/MPR/2000 C. Pasal 1 UUD 1945 D. Pasal 37 UUD 1945

4. Menurut HAR Tilaar bahwa dampak positif dari globalisasi adalah terjadinya masyarakat mega-kompetisi, yaitu….. A. Berlomba untuk berbuat terbaik B. Berlomba untuk menguasai sumber daya alam C. Berlomba untuk menguasai sector ekonomi D. Berlomba untuk menguasainegara lain

5. Interaksi social antar umat manusia, merupakan salah satu dasar terjadinya interaksi global manusia yang bersangkutan yang tercermin pada….. A. Pertandingan olah raga antar bangsa B. Kunjungan wisatawan manca negara C. Pertemuan dan pertukaran pelajar dan pemuda antar bangsa D. Gaya hidup orang asing merambah dari negara satu ke negara lain

6. Globalisasi merupakan dampak dari kemajuan IPTEK, maka untuk menguasainya juga kita harus menguasai IPTEK. Salah satu cara untuk menguasai IPTEK ini adalah…… A. Bersikap terbuka terhadap berbagai perubahan B. Meningkatkan pendidikan bangsa C. Meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan D. Meningkatkan keterbukaan yang selektif

7. Untuk menentukan kalimat utama pada bahasa lisan atau tulis dapat dilakukan dengan … A. mengidentifikasi kata kunci

198

B. menjawab pertanyaan C. menceritakan kembali D. hukum DM (diterangkan menerangkan)

8. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana, dan biasanya mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu karakteristik karya ilmiah populer diantaranya adalah sebagai berikut, kecuali … A. bahannya menarik dan disukai banyak orang B. ada halaman pendahuluan dan daftar pustaka C. memiliki kemungkinan cepat dipahami isinya D. ringkas tetapi jelas, lengkap dan teliti

9. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut, kecuali… A. bermakna denotatif B. tidak ambigu dan tidak pleonastis C. mengedepankan perasaan D. sistematis dan logis

10. Untuk tumbuh dan berkembang, tumbuhan memerlukan berbagai nutrisi yang diperoleh dari hasil asimilasi dan transportasi. Hubungan yang tepat antara pembuluh dengan fungsinya yaitu.... A. Pembuluh xylem untuk mengangkut fotosintesis B. Pembuluh xylem untuk mengangkut air dari tanah C. Pembuluh floem untuk mengangkut air dari tanah D. Pembuluh floem untuk mengangkut hormon tumbuhan

11. Tumbuhan dikatakan sebagai mahkluk yang autotrof karena dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Proses dari fotosintesis pada tanaman adalah.... A. Air + Karbondioksida ---------- > Oksigen + Karbohidrat B. Air + Oksigen ---------- > Karbondioksida + Karbohidrat C. Air + Karbohidrat ---------- > Oksigen + Karbondioksida D. Oksigen + Karbondioksida ---------- > Air + Karbohidrat

12. Air dan garam mineral dari dalam tanah dapat naik sampai ke seluruh tubuh tanaman, karena adanya... A. Proses tekanan akar B. Daya hisap batang C. Tekanan batang D. Gerak tropisme

13. Berikut adalah data tinggi badan siswa kelas VI SD Pencontohan yang berjumlah 30 anak.

Tinggi badan (cm) 100 115 125 132 127 133 120

Banyak siswa 4 8 6 5 2 4 1

Rata- rata berat badan siswa pada tabel di atas adalah ... cm. A. 112,2 B. 121,2 C. 122,1

199

7585

100

55

70

0

20

40

60

80

100

120

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

?

D. 122,2 14. Perhatikan diagram di bawah ini.

Diagram tersebut di atas menyajikan banyaknya pengunjung perpustakaan SD Suka Berprestasi selama seminggu (hari Minggu libur). Jika rata-rata banyaknya pengunjung perpustakaan dalam seminggu adalah 80 orang, banyaknya pengunjung pada hari Rabu adalah .... A. 80 B. 85 C. 90 D. 95

15. Perhatikan diagram lingkaran berikut. Banyaknya siswa yang gemar olah raga di suatu sekolah ditunjukkan oleh diagram

lingkaran di atas. Diketahui jumlah siswa yang gemar tenis meja dan pencak silat sebanyak 28 anak. Banyaknya siswa yang gemar bola voli sebanyak ... anak.

A. 14 B. 21 C. 35 D. 56

Sepak bola

Bola voli

Tenis meja

Pencak silat

Renang

10 %

15 %

10 %

40 %

200

KUNCI JAWABAN

1. B 7. D

2. D 8. B

3. A 9. C

4. A 10. B

5. C 11. A

6. B 12. A

201

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S, Susanto-Sunario. 1993. Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta ; Pustaka Sinar Awalluddin, dkk. (2008). Statistika Pendidikan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas. Cholis Sa’dijah, dkk..(1997). Pendidikan Matematika II. Jakarta : Ditjen Dikti. D’Augustine, C. Dan Smith, W.C. (Jr). (1992). Teaching Elmentary School Mathematics.

New York: Harper Collins. Darmodiharjo, Darji, 1990. Pendidikan Pancasila, Malang : IKIP Malang. Djamhur Winatasasmita. 1996. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Universitas

Terbuka Djoko Iswadji. (1998). Geometri II. Yogyakarta : P3G Matematika. Gatot Muhsetyo, dkk. (2002). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka. Joko Sumarsono, 2009. Fisika : Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional. Karso, dkk. (2007). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kennedy, L.M. dan Tipps, S. (1994) Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Belmont: Wadswoth. Nursid Sumaatmadja, Kuswaya Wihardit, 1999. Perspektif Global. Jakarta: Universitas

Terbuka Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Ditjen Dikti Depdiknas. Soewito, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Sukirman.(1986). Ilmu Bilangan. Jakarta : Karunika. Suryono, Hasan, 2005. Pancasila Progresif, Surakarta : Pustaka Cakra. Suwarso, Tri Wisiarto. 2005, Perspektif Global. Salatiga : Widya Sari Tarigan, Djago. 1997. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud UT. Th. Widyantini dan Pujiati. (2004). Statistika. Bahan ajar Diklat Instruktur/Pengembang

Matematika SD Jenjang Lanjut. Yogyakarta: PPPG Matematika. Umi Oktyari Retnaningsih, 2002. Perspektif global. Malang : IKIP Malang Winarno, Sri Haryati , 2005 ; Pendidikan Pancasila , Surakarta , Pustaka Cakra

202

PERISTILAHAN/GLOSSARY

AFTA : Asean Free Trade Areas satu perwujudan kerjasama ekonomi regional Asia Tenggara

APEC : Asian Pasific Economic Cooperation merupakan kerjasama antar Negara Pasifik

Data : catatan atau keterangan atas kumpulan fakta. Future Shock : gunjangan hari esok Globalisasi : suatu proses dimana kejadian, keputusan dan kegiatan di

salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi bagi individu dan masyarakat di daerah lain.

Melek digital : kemampuan untuk menggunakan teknologi digital. Moral dari kata mores : sifat yang menjunjung prinsip tentang yang baik dibedakan

dari yang jahat Morality : standard suatu perbuatan yang baik . Nasionalis : pecinta bangsa dan negeri sendiri; orang yang

memperjuangkan dan membela kepentingan bangsa sendiri.

Statistik : kumpulan data, berupa bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan.

Statistika : ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, penyajian, pengolahan, analisis data dan penarikan kesimpulan.

203

PETA KEDUDUKAN MODUL

Kewirausahaan

Kemampuan memprediksi

faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi.

Kemampuan menghitung

biaya untuk modal usaha.

Keterampilan

berbahasa guna

berkomunikasi

dengan mitra usaha.

Kemampuan

berdiskusi/negosiasi dalam

mencapai kesepakatan

dengan mitra usahanya.

Kemampuan menghitung

biaya kebutuhan energi

listrik dalam suatu

usaha.

204

205

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; bekerja secara efisien, berani mengambil resiko, kreatif dan inotif. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif, berdaya, mencipta, dan berkarsa dalam rangka meningkatkan kegiatan usahanya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa henti, karena dengan berkreasi dan berinovasi semua peluang dapat diperolehnya. (http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/).

Orang yang berjiwa wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Menurut Suryana (2003: 33-34), ciri-ciri orang yang berjiwa wirausaha sebagai berikut: 1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada

dirinya. 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan

kegagalan. 3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan. 5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang

diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

Untuk mewujudkan ciri-ciri orang yang berjiwa wirausaha seperti diuraikan di atas tidak mudah. Ia memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang luas. Terkait hal tersebut ia harus menguasai pengetahuan yang luas, beberapa diantaranya: 1. Kemampuan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk modal usaha setiap

bulannya. 2. Kemampuan menghitung biaya kebutuhan energi listrik dari suatu usaha yang

dimilikinya. 3. Kemampuan berdiskusi/negosiasi dalam mencapai kesepakatan dengan mitra

usahanya. 4. Kemampuan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. 5. Keterampilan berbahasa guna berkomunikasi yang baik dengan mitra usaha.

B. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan pendidikan dan latihan profesi guru kelas SD. Penyajian modul disusun berbasis tema. Dalam modul ini terdapat lima tema yaitu (1) tema makhluk hidup dan lingkungan, (2) tema globalisasi, (3) tema kewirausahaan, (4) tema kesehatan, dan (5) tema peristiwa. Pemilihan tema dan subtansi materi dalam tema telah diusahakan sesuai dengan tema-tema di SD.

206

Agar Anda berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut: 1. Pelajari peta kedudukan modul (jaringan tema) pada masing-masing modul. 2. Bacalah deskripsi pada masing-masing modul. 3. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai Anda

memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut. 4. Kerjakan smua kegiatan / praktik untuk memahami modul. 5. Diskusikan dengan teman-teman Anda dalam mengatasi materi-materi yang belum

Anda pahami. 6. Kerjakan semua soal latihan yang terdapat di akhir modul ini dengan sikap disiplin

dan mandiri.

Selamat belajar semoga sukses.

C. Tujuan Akhir Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran tema Kewirausahaan di SD secara holistik.

207

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

DEMOKRASI (MUSYAWARAH)

A. Tujuan Antara 1. Menjelaskan arti demokrasi 2. Menjelaskan prinsip-prinsip demokrasi 3. Menjelaskan parameter perilaku demokratis

B. Uraian Materi

APA arti demokrasi itu? Kita mengenal bermacam-macam istilah demokrasi, seperti demokrasi konstitusional , demokrasi parlementer ,demokrasi terpimpin demokrasi pancasila dsb . Sekalipun hampir setiap orang mengatakan kata demokrasi, khususnya setelah lahirnya era reformasi, kata demokrasi masih banyak disalahartikan. Sejak lengsernya Orde Baru di tahun 1998, demokrasi menjadi kosakata umum bagi siapa saja yang hendak menyatakan pendapat. Dari kalangan cendekiawan hingga kalangan awam menggunakan demokrasi dengan pengertian masing-masing. Berbeda dengan masa lalu, demokrasi kini sudah menjadi milik semua orang dengan pemahaman yang berbeda. Seperti halnya agama, demokrasi banyak digunakan dan diungkapkan dalam perbincangan sehari-hari, tetapi banyak juga disalahpahami bahkan acapkali ia dikontraskan dengan agama, padahal prinsip-prinsip moral agama dapat bertemu dengan nilai-nilai demokrasi.

Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) memiliki arti suatu sistem pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Menurut Miriam Budiardjo demokrasi berarti

“rakyat berkuasa” atau government or rule by the people . Sedangkan pengertian demokrasi secara terminologi adalah seperti yang

dinyatakan oleh para ahli tentang demokrasi : (a) Joseph A. Schmeter mengatakan, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat; (b) Sidney Hook berpendapat, demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsusng didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa; (c) Philippe C. Schmitter menyatakan, demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih; dan (d) Henry B. Mayo menyatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

208

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain, pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat yang mengandung pengertian tiga hal : pemerintahan dari rakyat (government of the people); pemerintahan oleh rakyat (government by the people); dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people)( Komaruddin Hidayat ;41). Tiga faktor ini merupakan tolok ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokratis. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum. Pengakuan dan dukungan rakyat bagi suatu pemerintahan sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya.

Kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by the people) memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elite negara dan elite birokrasi. Selain pengertian ini, unsur kedua ini mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat (social control). Pengawasan dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui para wakilnya di parlemen. Dengan adanya pengawasan para wakil rakyat di parlemen ambisi otoritarianisme dari para penyelenggara negara dapat dihindari.

Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus dijadikan landasan utama kebijakan sebuah pemerintahan yang demokratis . Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiardjo mengatakan bahwa demokrasi didasarkan pada beberapa nilai , walaupun tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis menganut semua nilai . Nilai-nilai berikut adalah : a) menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga (institutionalized peacefull seatlement of conflict ) b) menjamin terselenggaranya perubahan secara dalam masyarakat yang sedang berubah ( peaceful change in a changing society ) c) menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur ( orderly succession of rulers ) d) membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum ( minimum of coercion ) e) mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman ( diversity ) f) menjamin tegaknya keadilan .

Demi terciptanya proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah pemerintahan demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, negara berkewajiban untuk membuka saluran-saluran demokrasi. Selain saluran demokrasi formal lewat DPR dan partai politik, untuk mendapat masukan dan kritik dari warga negara dalam rangka terjadinya kontrol terhadap jalannya pemerintahan, pemerintah yang demokratis berkewajiban menyediakan dan menjaga saluran-saluran demokrasi nonformal bisa berupa penyediaan fasilitas-fasilitas umum atau ruang publik (public sphere) sebagai saran interaksi sosial, seperti stasiun radio dan televisi, taman, dan lain-lain. Sarana publik ini dapat digunakan oleh semua warga negara untuk

209

menyalurkan pendapatnya secara bebas dan aman. Rasa aman dalam menyalurkan pendapat dan sikap harus dijamin oleh negara melalui undang-undang yang dijalankan oleh aparaturnya secara adil.

Hal lainnya yang menunjang kebebasan berekspresi dan berorganisasi adalah dukungan pemerintah terhadap kebebasan pers yang bertanggung jawab. Pers bebas bertanggung jawab adalah sistem pers dengan iklim pemberitaan yang objektif dan seimbang dan tersedianya jalur dan mekanisme hukum bagi siapa saja yang merasa dirugikan oleh suatu pemberitaan surat kabar atau media elektronik.Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. Ia merupakan proses panjang melalui pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan lingkungan demokratis adalah mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi ditunjukkan oleh sejauh mana demokrasi sebagai prinsip dan acuan hidup bersama antarwarga negara dan antara warga negara dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak

Apa unsur pokok dalam tatanan masyarakat demokratis ?. Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoretis

dari masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi. Menurut cendekiawan muslim Nurcholis Madjid, pandangan hidup demokratis dapat bersandar pada bahan-bahan yang telah berkembang, baik secara teoretis maupun pengalaman praktis di negara-negara yang demokrasinya sudah mapan.

Menurut Prof Dr Komarudin Hidayat ( 2008 ; 41 ) ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis. Keenam norma itu adalah : 1. Kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar

pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif. Pengakuan akan kenyataan perbedaan harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku menghargai dan mengakomodasi beragam pandangan dan sikap orang dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan negara untuk menjaga dan melindungihak orang lain untuk diakui keberadaannya.

Jika norma ini dijalankan secara sadar dan konsekuen diharapkan dapat mencegah munculnya sikap dan pandangan hegemoni mayoritas dan tirani minoritas. Dalam konteks Indonesia, kenyataan alamiah kemajemukan Indonesia bisa dijadikan sebagai model potensial bagi masa depan demokrasi Indonesia.

2. Musyawarah. Makna dan semangat musyawarah ialahmengharuskan adanya

keinsyafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Semangat musyawarah menuntut agar setiap orang menerima kemungkinan terjadinya “partial functioning of ideals”, yaitu pandangan dasar bahwa belum tentu, dan tak harus, seluruh keinginan atau pikiran seseorang atau kelompok akan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya. Konsekuensi dari prinsip ini adalah kesediaan setiap orang maupun kelompok untuk menerima pandangan yang berbeda dari orang

210

atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk kompromi melalui jalan musyawarah yang berjalan secara seimbang dan aman.

3. Cara harus sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup

demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan. Dengan ungkapan lain, demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi (pemilu, suksesi kepemimpinan, dan aturan mainnya), tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab, yakni melalui proses demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan, dan ancaman dari dan oleh siapapun, tetapi dilakukan secara sukarela, dialogis, dan saling menguntungkan. Unsur-unsur inilah ynag melahirkan demokrasi yang substansial.

4. Norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokratis dituntut

untuk menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang memberi keuntungan semua pihak. Karena itu, faktor ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk semua warga negara merupakan hal yang sangat penting dalam membangun tradisi demokrasi. Prinsip ini erat kaitannya dengan paham musyawarah seperti telah dikemukakan di atas. Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki pandangan positif terhadap perbedaan pendapat dan orang lain.

5. Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban. Pengakuan akan kebebasan

nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua (egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya pada itikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude). Norma ini akan berkembang dengan baik jika ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap manusia. Sebaliknya, pandangan negatif dan pesimis terhadap manusia dengan mudah akan melahirkan sikap dan perilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain. Sikap dan perilaku ini akan sangat berpotensi melahirkan sikap enggan untuk saling terbuka, saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau untuk melakukan kompromi dengan pihak-pihak yang berbeda.

6. Trial and error (percobaan dan salah) dalam berdemokrasi. Demokrasi bukanlah

sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia merupakan sebuah proses tanpa henti. Dalam kerangka ini demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan ketidak tepatan atau kesalahan dalam praktik demokrasi.

Untuk meminimalkan unsur-unsur negatif demokrasi, partisipasi warga negara mutlak dibutuhkan. Sebagi negara yang masih minim pengalaman berdemokrasinya, Indonesia masih membutuhkan percobaan-percobaan dan “jatuh bangun” dalam berdemokrasi. Kesabaran semua pihak untuk melewati proses-proses demokrasi akan sangat menentukan kematangan demokrasi Indonesia di masa yang akan datang.

211

Namun demikian, demokrasi juga membutuhkan ketegasan dan dukungan pemerintah sebagai alat negara yang memiliki kewajiban menjaga dan mengembangkan demokrasi. Demi tegaknya prinsip demokrasi, keterlibatan warga negara sangatlah penting untuk mendorong negara bersikap tegas terhadap tindakan kelompok-kelompok yang berupaya mencederai prinsip-prinsip demokrasi. Pandangan sektarian dan tindakan memaksakan kehendak kelompok atas kepentingan umum bisa dikategorikan ke dalam hal-hal yang dapat mencederai kemurnian demokrasi. Ketegasan negara bisa ditunjukkan dengan menindak tegas, misalnya, sekelompok warga negara yang bertindak anarkis terhadap warga negara yang lain. Dalam negara demokrasi, alat keamanan negara (polisi) adalah satu-satunya aparat hukum yang berwenang atas ketertiban umum.

Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis

Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam penyelenggaraannya melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip dasar demokrasi itu adalah persamaan, kebebasan dan pluralisme. Dalam pandangan Robert A.Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi, yaitu kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum yang jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat.

Namun demikian, demokrasi tidak sekedar wacana yang mengandung prinsip-prinsip seperti diatas, ia mempunyai parameternya sebagai ukuran apakah suatu negara atau pemerintahan bisa dikatakan demokratis atau sebaliknya. Paling sedikit ada tiga aspek yang dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu berjalan dalam suatu negara . Ketiga aspek tersebut antara lain: 1. Pemilihan Umum sebagai proses pembentukan pemerintah. Hingga saat ini

pemilihan umum diyakini oleh banyak kalangan ahli demokrasi sebagai salah satu instrumen penting dalam proses pergantian pemerintahan.

2. Susunan kekuasaan negara, yakni kekuasaan negara dijalankan secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.

3. Kontrol rakyat, yaitu suatu relasi kekuasaan yang berjalan secara simetris, memiliki sambungan yang jelas dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol serta keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislatif.( Prof Dr Komarudin Hidayat , 2008 ; 52 )

Parameter demokrasi juga bisa diketahui melalui adanya unsur-unsur sebagai

berikut: (a) hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan, kemerdekaan dan rasa merdeka, (b) penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum(supremacy of law), kesamaan di depan hukum(equality before the law), dan jaminan terhadap HAM, (c) kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat, (d) kebebasan pers dan pers yang bertanggung jawab, (e) pengakuan terhadap hak minoritas, (f) pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas pelayanan, pemberdayaan dan pencerdasan, (g) sistem kerja yang kooperatif dan

212

kolaboratif, (h) keseimbangan dan keharmonisan, (i) tentara yang profesional sebagai kekuatan pertahanan, dan (j) lembaga peradilan yang independen.

C. Lembar Kerja 1. Diskusikan permasalahan berikut bersama dengan teman-temanmu 2. Carilah contoh-contoh tindakan atau perilaku yang sesuai maupun yang tidak

sesuai dengan parameter demokratis 3. Laporkan hasil diskusi kelompok didepan kelas

No Perilaku Demokratis Tidak demokratis

- Disekolah - Dimasyarakat

D. Lembar Latihan 1. Apakah arti demokrasi? 2. Apakah prinsip-prinsip demokrasi? 3. Bagaimanakah parameter untuk menentukan tindakan demokratis?

E. Kunci Jawaban 1. Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat 2. Yang termasuk prinsip demokrasi adalah pemerintahan berdasarkan persetujuan

dari yang diperintah. 3. Yang termasuk parameter demokratis adalah Suatu pemerintahan dikatakan

demokratis bila dalam penyelenggaraannya melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip dasar demokrasi itu adalah persamaan, kebebasan dan pluralisme.

213

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

ENERGI LISTRIK

A. Tujuan Antara 1. Melalui penjelasan peserta pelatihan dapat menghitung besar arus listrik yang

mengalir pada rangkaian listrik sederhana dengan benar. 2. Melalui percobaan tentang rangkaian listrik sederhana peserta pelatihan dapat

membuat rumusan Hukum Ohm dengan benar. 3. Melalui penugasan peserta pelatihan dapat menghitung kebutuhan energy listrik

dari sebuah usaha dengan benar.

B. Uraian Materi Dalam kegiatan ekonomi tak terhitung banyaknya bidang-bidang wirausaha.

Salah satu di antaranya adalah wirausaha dalam bidang industry. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dalam industry permesinan membawa dampak positip dalam industri-industri Kegiatan lainnya. Setiap mesin produksi memerlukan kebutuhan energy listrik yang berbeda sesuai dengan spesifikasi dan kapasitas mesin.

Sebagai bagian manajemen, mengetahui seluk beluk energy listrik dan menghitung kebutuhan energy listrik perlu diperhatikan secara matang. Untuk itu marilah kita pelajari tentang karakteristik energy listrik dan cara menghitung energy listrik baik dalam rumah tangga maupun dalam industry yang berskala kecil. 1. Arus Listrik

Guna mempelajari listrik dan energy listrik, marilah kita mulai dari listrik pada rangkaian sederhana. Untuk itu perhatikan gambar 3.3.1 berikut.

Gambar 3.3.1 (a) Rangkaian listrik sederhana, (b) Gambar skema

Pada gambar 3.3.1 (a) sebuah battery dan sebuah lampu dihubungkan dengan

kawat penghantar. Rangkaian gambar 3.3.1 (a) secara skematis dapat diwakili oleh gambar 3.3.1 (b). Jika di terminal-terminal baterai dihubungkan dengan penghantar muatan dapat mengalir melalui kawat rangkaian, dari satu terminal baterai ke yang lainnya. Aliran muatan seperti ini disebut arus listrik. Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai jumlah total muatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Dengan demikian, arus rata-rata I didefinisikan sebagai :

I = t

Q

214

Q adalah jumlah muatan yang melewati konduktor selama jangka waktu t. Arus listrik diukur dalam Coulomb per detik selanjutnya satuan ini diberi nama khusus, ampere (disingkat amp atau A), dari nama fisikawan Perancis Andre Ampere (1775 – 1836). Berarti, 1 A = 1C/det. Pada rangkaian tunggal, seperti pada Gambar 3.3.1 arus pada setiap saat sama pada satu titik (katakanlah titik A) seperti pada titik yang lain (misalnya B). Hal ini sesuai dengan kekekalan muatan listrik (muatan tidak hilang). Contoh Perhitungan

Arus merupakan aliran muatan. Arus tetap sebesar 2,5 A mengalir pada kawat selama 4,0 menit. Berapa besar muatan yang mengalir melalui satu titik pada rangkaian ?

Penyelesaian

Karena arus sebesar 2,5 A atau 2,5 C/det, maka dalam 4,0 menit (=240 detik) muatan total yang mengalir adalah, dari persamaan 4.

Q = I t = (2,5) C/det) (240 det) = 600 C

Ketentuan muatan positif dan negatif ditemukan dua abad yang lalu sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.3.2. Sekarang, kita masih menggunakan ketentuan historis mengenai aliran arus positif dalam membahas arah arus. Sehingga ketika kita membicarakan arus yang mengalir pada rangkaian, yang kita maksud adalah arah aliran muatan positif. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai arus konvensional. Ketika kita membicarakan arah aliran elektron, kita akan menyebutnya arus elektron secara spesifik. Pada zat cair dan gas, baik muatan (ion) positif dan negatif dapat bergerak.

Gambar 3.3.2

2. Hukum Ohm Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial.

Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung- ujungnya berbanding lurus dengan beda potensial.

Sebagai contoh, jika kita menghubungkan kawat ke baterai 6V, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3 V. Dalam hal ini R adalah hambatan kawat, V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Hubungan ini dituliskan sebagai berikut:

V = I R (hukum Ohm)

215

3. Energi Listrik Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus.

Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya: a. Energi listrik menjadi energi kalor, contoh: seterika, solder, dan kompor. b. Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu. c. Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor. d. Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu, peristiwa

penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain). Penggunaan energi listrik dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

W = V I t W = P t

W = (R I) I t W = I2 R t

Keuntungan menggunakan energi listrik: a. Mudah diubah menjadi energi bentuk lain. b. Mudah ditransmisikan. c. Tidak banyak menimbulkan polusi/ pencemaran lingkungan. Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah

menjadi panas (kalor) pada penghantar. Besar energi listrik yang berubah menjadi panas (kalor) dapat dirumuskan: Q = 0,24 kalori

C. Lembar Kerja

Bersama dengan teman Anda, lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa rangkaian listrik akan menyala jika dirangkai dengan benar dan tidak akan menyala jika dirangkai secara salah.

D. Alat dan bahan 1. Batery 1,5 volt = 2 buah 2. Dudukan battery = 2 buah 3. Kabel penghubung = 3 buah 4. Bohlam lampu 2,5 v = 1 buah E. Langkah Kerja 1. Perhatikan gambar 3.3.3 rangkaian (a) dan rangkaian (b).

(a) (b) Gambar 3.3.3

2. Buatlah hipotesis, manakah rangkaian yang menyala? 3. Lakukan percobaan sesuai gambar! Samakah hipotesis dengan hasil percobaan?

Mengapa ada yang berbeda antara hasil percobaan dengan hipotesis?

216

F. Lembar Latihan 1. Sebuah kamar kost menyalakan lampu 25 watt pukul 17.00 – 22.00, lampu 5 watt

pukul 22.00 – 07.00, dan TV 150 watt pukul 20.00 – 22.00. Berapa watt jam (wh) energy yang diserap pada kegiatan tersebut selama 24 jam?

2. Sebuah mesin home industry menggunakan energy listrik dengan spesifikasi 220 volt, 500 watt. Hitunglah kuat arus dan energy yang diperlukan dalam kondisi mesin berproduksi selama 10 jam!

217

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

BILANGAN BULAT DAN PEMBELAJARANNYA

A. Tujuan Antara 1. Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat. 2. Menentukan hasil operasi hitung campuran bilangan bulat. 3. Menggunakan media atau alat peraga yang tepat untuk menyampaikan

pembelajaran pecahan dan operasinya kepada siswa SD.

B. Uraian Materi Matematika adalah alat yang dapat membantu memecahkan berbagai

permasalahan dalam kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, industri, pemerintahan, industri, sains dan sebagainya. Berdasarkan peranan tersebut, ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika merupakan pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sedangkan sebagai raja, perkembangan matematika tak tergantung pada ilmu-ilmu lain, artinya matematika mempunyai bahasa dan symbol tersendiri.

Di era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu berikir secara kreatif, sistematis, logis, dan konsisten.

Sifat-sifat yang dikembangkan dalam matematika tersebut di atas sejalan dengan sifat-sifat kemandirian dalam kewirausahaan sebagaimana diuriakan berikut. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif, berdaya, mencipta, dan berkarsa dalam rangka meningkatkan kegiatan usahanya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu berkreasi dan berinovasi tanpa henti, karena dengan berkreasi dan berinovasi semua peluang dapat diperolehnya. Untuk menjadi seorang wirausaha yang tangguh diperlukan pengetahuan matematika yang baik. Pengetahuan tersebut antara lain digunakan untuk menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk modal usaha, berapa tenaga kerja kerja, berapa peluang berhasil jika menempuh cara tertentu dan sebagainya. Singkat kata seorang wirausahwan perlu menguasai matematika secara baik.

Berdasarkan uraian di atas, marilah kita membahas salah satu bagian dari matematika yaitu bilangan bulat, operasi-operasi dan sifat-sifat operasi dalam bilangan bulat serta bagaimana cara mengajarkannya. 1. Pengertian

Untuk setiap bilangan asli n didefinisikan bilangan –n dibaca “negatif n” atau “invers penjumlahan dari n” sehingga berlaku n + (-n) = (-n) + n = 0. Jadi diperoleh himpunan bilangan negatif {-n | n bilangan asli}.

Himpunan bilangan bulat adalah gabungan himpunan bilangan negatif, himpunan bilangan nol, dan himpunan bilangan asli, yaitu ,…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …-. Tujuan pembentukan bilangan bulat adalah agar operasi pengurangan bersifat tertutup.

218

Untuk pembahasan selanjutnya, himpunan bilangan bulat diberi simbol I, jadi I = ,…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …-

2. Operasi-operasi Pada Bilangan Bulat

a. Operasi Penjumlahan Sifat-sifat penjumlahan penjumlahan:

1) Tertutup, yaitu untuk setiap a, b I berlaku a + b I.

2) Komutatif (pertukaran), yaitu untuk setiap a, b I berlaku a + b = b + a.

3) Assosiatif (pengelompokan), yaitu untuk setiap a, b, c B berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

4) Mempunyai elemen identitas 0 yaitu untuk setiap a B berlaku a + 0 = 0 + a = a.

5) Setiap bilangan bulat mempunyai invers aditif. Invers dari bilangan bulat a adalah –a dan berlaku a + (-a) = (-a) + a = 0

b. Operasi Pengurangan

Diketahui a, b dan k bilangan-bilangan bulat. Bilangan a dikurangi b, ditulis a – b adalah bilangan bulat k jika dan hanya jika a = b + k. Sifat-sifat yang berkaitan: 1) Bilangan bulat tertutup terhadap pengurangan, yaitu jika a dan b bilangan-

bilangan bulat maka a - b juga bilngan bulat. 2) Jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a – b = a + (-b) 3) Jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a – (-b) = a + b. 4) Jika a bilangan bulat maka –(-a) = a.

c. Operasi Perkalian

Sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan bulat

1) Tertutup, yaitu untuk setiap a, b I berlaku a b I

2) Komutatif (pertukaran), aitu untuk setiap a, b B berlaku a b = b a

3) Assosiatif (pengelompokan), yaitu untuk setiap a, b, c I, berlaku: (a b)

c = a (b c) 4) Mempunyai elemen identitas 1, yaitu untuk setiap bilangan bulat a berlaku

a 1 = 1 a = a. 5) Sifat bilangan nol yaitu a.0 = 0.a = 0, untuk setiap bilangan bulat a. 6) Sifat distributif (penyebaran)

a) a (b + c) = (a b) + (a c), dan disebut distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan.

b) (b + c) a = (b a) + (c a) dan disebut distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan

d. Operasi Pembagian

Diketahui a, b dan k bilangan-bilangan bulat dengan b 0. Pembagian a oleh b,

ditulis a : b, adalah bilangan bulat k (jika ada) sehingga berlaku: a : b = k a = b

k.

219

Pembagian pada bilangan bulat tidak tertutup, sebab 5 dan 2 masing-masing bilangan bulat, tetapi 5 : 2 bukan bilangan bulat.

3. Urutan Operasi

Apabila dalam suatu operasi hitung, terdapat beberapa operasi hitung secara bersama-sama, maka urutan operasinya mengikuti aturan berikut: a. Perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan. b. Perkalian dan pembagian sama kuat. Apabila perkalian dan pembagian muncul

secara bersama-sama, maka urutan operasinya dari sebelah kiri, yaitu yang muncul di sebelah kiri harus dioperasikan terlebih dahulu.

c. Penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Apabila penjumlahan dan pengurangan muncul secara bersama-sama, maka urutan operasinya dari sebelah kiri, yaitu yang muncul di sebelah kiri harus dioperasikan terlebih dahulu. Contoh 1

48 – 25 + 72 : 12 3 = 48 – 25 + 6 3 = 48 –25 + 18 = 23 + 18 = 41. 4. Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil Definisi 1 Misal a bilangan bulat.

a. Bilangan bulat a disebut bilangan genap jika terdapat bilangan bulat m sehingga

berlaku a = 2 m. b. Bilangan bulat a disebut bilangan ganjil jika terdapat bilangan bulat m sehingga

berlaku a = 2 m + 1. Contoh 2

1). 6 bilangan genap, sebab terdapat bilangan bulat 3 sehingga berlaku 6 = 2 3. 2). (-18) bilangan genap, sebab terdapat bilangan bulat (-9) sehingga berlaku (-18)

= 2 (-9).

3). 0 bilangan genap, sebab terdapat bilangan bulat 0 sehingga berlaku 0 = 2 0.

4). 7 bilangan ganjil, sebab terdapat bilangan bulat 3 sehingga berlaku 7 = 2 3 + 1.

5). (-19) bilangan ganjil, sebab terdapat bilangan bulat (-10) sehingga berlaku (-19)

= 2 (-10) + 1. Berdasarkan definisi tersebut di atas jelas bahwa himpunan semua bilangan genap

adalah dan himpunan semua bilangan ganjil adalah

Teorema 1 Misal a dan b bilangan-bilangan bulat. a. Jika a dan b masing-masing merupakan bilangan genap, maka a + b juga

merupakan bilangan genap. b. Jika a dan b merupakan bilangan ganjil, maka a + b merupakan bilangan genap. c. Jika a bilangan genap dan b bilangan ganjil, maka a + b merupakan bilangan

ganjil.

d. Jika a dan b masing-masing merupakan bilangan genap, maka a b juga merupakan bilangan genap.

,4,2,0,2,4,

,5,3,1,1,3,5,

220

e. Jika a dan b masing-masing merupakan bilangan ganjil, maka a b juga merupakan bilangan ganjil.

f. Jika a bilangan genap dan b bilangan ganjil, maka a b merupakan bilangan genap.

5. Pembelajaran Penjumlahan Pada Bilangan Bulat

a. Penjumlahan dengan Peragaan Gerakan Model Penjumlahan pada bilangan bulat dapat dilakukan peragaan gerakan suatu model, yaitu dengan gerakan maju atau gerakan naik dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Arah menghadap model. a) Positif : Model menghadap ke kanan atau ke atas. b) Negatif : Model menghadap ke kiri atau ke bawah.

2) Titik permulaan selalu dimulai dari titik yang mewakili bilangan 0. Contoh 3. Hitunglah jumlah dari 6 + (-4) dengan peragaan gerakan! Penyelesaian: Tetapkan posisi awal model sebagai titik nol, lalu hadapkan model ke kanan (dilihat dari posisi siswa). Kemudian gerakkan/langkahkan model ke kanan sebanyak 6 langkah. Setelah itu, balikkan arah model (hadapkan ke kiri) kemudian gerakkan/langkahkan model maju sebanyak 4 langkah. Siswa diminta untuk memperhatikan posisi terakhir model berada, yaitu di titik 2. Jadi 6 + (-4) = 2.

b. Penjumlahan dengan Menggunakan Garis Bilangan

Kita dapat memikirkan penjumlahan bilangan bulat sebagai suatu gerakan atau perpindahan sepanjang suatu garis bilangan. Suatu bilangan bulat positif menggambarkan gerakan ke arah kanan, sedangkan bilangan bulat negatif menggambarkan gerakan ke arah kiri. Titik permulaan selalu dimulai dari titik yang mewakili bilangan 0. Contoh 4. Hitunglah jumlah dari 6 + (-2) dengan menggunakan garis bilangan ! Penyelesaian : 6 + (-2) berarti suatu gerakan yang di mulai dari 0, bergerak 6 satuan ke kanan dan dilanjutkan dengan bergerak 2 satuan lagi ke kiri. Gerakan ini berakhir di titik yang mewakili bilangan 4. Gerakan tersebut apabila dibuat diagramnya sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 -1 -2 -3 -4

6

-2

6 + (-2)

221

Jadi 6 + (-2) = 4

c. Penjumlahan dengan Menggunakan Muatan Penjumlahan dengan menggunakan muatan dapat divisualisaikan dengan potongan karton yang berwarna, misal warna hitam dan yang lain warna putih atau warna lain yang sesuai dengan selera masing-masing. Penggunaan warna perlu disepakati pula, misal karton berwarna hitam dianggap mewakili bilangan bulat negatif, sedang karton yang berwarna putih dianggap mewakili bilangan bulat positif, sebagai ilustrasi dinyatakan sebagai berikut berikut.

Warna putih (positif) Warna hitam (negatif)

Contoh 5. Hitunglah 7 + (-3) ! Penyelesaian : Ambillah 7 karton putih dan kemudian ambil lagi 3 karton hitam. Pasang-pasangkan masing-masing karton hitam dengan satu karton putih sehingga kira-kira seperti keadaan berikut.

Selanjutnya, amati dan hitung banyaknya karton yang tidak mempunyai pasangan. Ternyata ada 4 karton putih yang tidak mempunyai pasangan. Karena karton putih menyatakan bilangan positif, diperoleh 7 + (-3) = 4. Contoh 6. Selesaikan (-2) + (-4) !

Penyelesaian : Ambil 2 karton hitam, kemudian ambil lagi 4 karton hitam. Kumpulkan karton-karton tersebut pada satu wadah dan hitung banyaknya seluruh karton hitam yang ada dalam wadah tersebut. Ternyata ada 6 karton hitam. Karena karton hitam menyatakan bilangan negatif, maka diperoleh (-2) + (-4) = - 6.

6. Pembelajaran Pengurangan Pada Bilangan Bulat

a. Pengurangan dengan Peragaan Gerakan Model Penjumlahan pada bilangan bulat dapat dilakukan peragaan gerakan suatu model, yaitu dengan gerakan mundur atau gerakan turun dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Arah menghadap model. a) Positif : Model menghadap ke kanan atau ke atas. b) Negatif : Model menghadap ke kiri atau ke bawah.

2) Titik permulaan selalu dimulai dari titik yang mewakili bilangan 0. Contoh 7. Hitunglah hasil dari dari 6 - (-4) dengan peragaan gerakan!

222

Penyelesaian : Tetapkan posisi awal model sebagai titik nol, lalu hadapkan model ke kanan (dilihat dari posisi siswa). Kemudian gerakkan/langkahkan model ke kanan sebanyak 6 langkah. Setelah itu, balikkan arah model (hadapkan ke kiri) kemudian gerakkan/langkahkan model mundur sebanyak 4 langkah. Siswa diminta untuk memperhatikan posisi terakhir model berada, yaitu di titik 10. Jadi 6 - (-4) = 10.

b. Pengurangan dengan Menggunakan Garis Bilangan Untuk pengurangan dengan garis bilangan, digunakan konsep vektor. Pengurangan dengan metode ini dilakukan denga cara ujung vektor pengurang dihimpitkan dengan ujung vektor yang dikurangi. Hasilnya adalah vektor yang dimulai dari pangkal vektor yang dikurangi sampai ke pangkal vektor pengurang. Contoh 8. Hitunglah (-4) – 3. Penyelesaian :

Jadi (-4) – 3 = -7 Contoh 9. Selesaikanlah (-7) – (-9) ! Penyelesaian :

Jadi (-7) – (-9) = 2

c. Pengurangan dengan Menggunakan Muatan

Pengurangan dengan menggunakan muatan dilakukan dengan cara dan perlengkapan yang sama dengan penjumlahan dengan menggunakan muatan. Contoh 10. Hitunglah 3 – 7.

0 1 2 3 4 5 -1 -2 -3 -4 -5 -8 -7 -6 6

(-4)

(3)

(-7)

0 1 2 3 4 5 -1 -2 -3 -4 -5 -8 -7 -6

-7

- (-9)

3

223

Penyelesaian : Sediakan 3 karton berbeda bertanda “ + “. Karena 3 dikurangi 7, maka ambillah 7 karton bertanda “ + “ dari 3 karton bertanda “ + “ yang sudah disediakan. Ternyata tidak bisa, oleh karena itu kita nyatalan 3 sebagai berikut :

Sekarang, ambillah 7 karton bertanda “ + “ dari kumpulan karton yang menyatakan bilangan 3 tersebut. Yang tertinggal atau tersisa adalah 4 karton bertanda “ – “, yang menyatakan bilangan - 4. Jadi 3 – 7 = - 4 Contoh 11. Carilah (- 3) – 5. Penyelesaian : Sediakan 3 karton berbeda bertanda “ - “. Karena (-3) dikurangi 5, maka ambillah 5 karton bertanda “ + “ dari 3 karton bertanda “ - “ yang sudah disediakan. Jelas tidak dapat, agar dapat dilakukan maka (-3) kita nyatakan sebagai berikut :

Sekarang, ambillah 5 karton bertanda “ + “ dari kumpulan karton yang menyatakan bilangan (-3) tersebut. Ternyata sisa 8 karton yang bertanda “ – “, yang menyatakan bilangan - 8. Jadi (-3) – 5 = - 8

7. Pembelajaran Perkalian pada Bilangan Bulat Untuk menanamkan konsep perkalian pada bilangan bulat, yang melibatkan

bilangan bulat negatif agar sukar dilakukan dengan menggunakan alat peraga. Pada batas-batas tertentu, hal tersebut dapat diperagakan dengan menggunakan garis bilangan, khusunya untuk perkalian yang pengalinya meupakan bilangan bulat positif. Cara lain untuk menanamkan konsep perkalian pada bilangan bulat adalah dengan menggunakan pola bilangan. a. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pengali Bilangan Bulat Positif dan Terkali

Bilangan Bulat Negatif Contoh 12. Hitunglah 4 x (-2). Penyelesaian : Perhatikan bahwa 4 x (-2) = (-2) + (-2) + (-2) + (-2) = (-8).

b. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pengali Bilangan Bulat Negatif dan Terkali Bilangan Bulat Positif

Untuk menjelaskan perkalian jenis ini, sebaiknya menggunakan pola bilangan, dan yang perlu diperhatikan adalah para siswa perlu diingatkan kembali tentang perkalian pada bilangan cacah.

224

Contoh 13. Carilah (-3) x 4. Penyelesaian : Perhatikan pola bilangan berikut :

2 x 4 = 8 1 x 4 = 4 0 x 4 = 0 (-1) x 4 = ? (-2) x 4 = ? (-3) x 4 = ?

Amati bahwa faktor kedua (terkali) dalam perkalian ini adalah tetap 4, sedangkan faktor pertama (pengali) berkurang satu demi satu. Ternyata hal ini diikuti berkurangnya hasil perkalian empat demi empat. Berdasarkan pola ini diperoleh (-3) x 4 = 12.

c. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pengali dan Terkali Masing-Masing Bilangan

Bulat Negatif Untuk menanamkan konsep perkalian pada bagian ini, dipersyaratkan siswa

harus sudah menguasai perkalian bilangan bulat yang pengalinya positif dan terkali negatif atau pengalinya negatif dan terkali positif. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

Contoh 14. Carilah (-3) x (-4). Pembahasan: Perhatikan pola bilangan berikut :

3 x (-4) = -12 atau (-3) x 3 = -9 2 x (-4) = -8 (-3) x 2 = -6 1 x (-4) = -4 (-3) x 1 = -3 0 x (-4) = 0 (-3) x 0 = 0 (-1) x (-4) = ? (-3) x (-1) = ? (-2) x (-4) = ? (-3) x (-2) = ? (-3) x (-4) = ? (-3) x (-3) = ? (-3) x (-4) = ?

Amati bahwa pada pola bilangan sebelah kiri, terkali tetap (-4) sedangkan

pengali berkurang satu satu demi satu. Ternyata hasil kalinya bertambah empat demi empat. Pada pola bilangan sebelah kanan, pengali tetap (-3) sedangkan terkali berkurang satu demi satu. Ternyata hasil kalinya bertambah tiga demi tiga. Kedua pola bilangan tersebut memberikan hasil yang sama yaitu (-3) x (-4) = 12.

-4

-4

-4

-4

-4

+4

+4

+4

+4

+4

+4

+3

+3

+3

+3

+3

+3

+3

225

8. Pembelajaran Pembagian Pada Bilangan Bulat Penanaman konsep pembagian pada bilangan bulat sukar ditunjukkan

dengan menggunakan alat peraga. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan menggunakan konsep perkalian bilangan bulat dan didefinisi pembagian bilangan bulat.

Contoh 15. Hitunglah 12 : (-3). Pembahasan:

Karena 12 : (-3) = ekuivalen dengan 12 = x (-3) maka untuk mencari hasil dari 12: (-3) dapat dilakukan dengan mencari bilangan bulat yang apabila dikalikan dengan (-3) hasilnya 12. Ternyata (-4) x (-3) = 12. Jadi 12 : (-3) = -4 Contoh 16. Selesaikan (-10) : 5. Penyelesaian :

Karena (-10) : 5 = ekuivalen dengan (-10) = 5 x maka untuk mencari hasil dari 12: (-3) dapat dilakukan dengan mencari bilangan bulat yang apabila dikalikan dengan 5 hasilnya (-10). Ternyata 5 x (-2) = -10. Hak ini berarti (-10) : 5 = -2

Selanjutnya akan dibahas cara menjelaskan pembagian bilangan bulat yang pembaginya nol. Dalam hal ini akan ditinjau dua kasus yaitu kasus pertama terbagi bukan nol dan kasus kedua terbagi nol.

Sebagai contoh, carilah 9 : 0. Berdasarkan uraian di muka 9 : 0 = ekuivalen

dengan 9 = x 0. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari bilangan bulat yang apabila dikalikan dengan nol hasilnya 9. Ternyata tidak ada bilangan bulat yang memenuhi …… x 0 = 9. Hal ini berarti tidak ada bilangan bulat yang memenuhi 9 : 0. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa dalam matematika dikatakan 9 : 0 tidak didefinisikan.

Selanjutnya bagaimana dengan 0 : 0 ?. Karena 0 : 0 = ekulivalen dengan 0

= 0 x , maka siswa diarahkan untuk mencari bilangan bulat yang apabila dikalikan dengan nol hasilnya nol. Ternyata semua bilangan bulat, apabila dikalikan nol hasilnya nol. Hal ini berarti 0 : 0 tidak mempunyai hasil yang tunggal. Karena setiap pembagian harus mempunyai hasil yang tunggal dan 0 : 0 tidak mempunayi hasil yang tunggal, dalam matematika dikatakan 0 : 0 tidak didefinisikan.

C. Lembar Kerja 1. Bagaimana cara menanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan pada

bilangan bulat yang selama ini Anda lakukan? Bandingkan dengan cara yang dibahas dalam modul ini.

2. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara menanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dengan model muatan.

3. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara menanamkan konsep perkalian pada bilangan bulat dengan model garis bilangan.

D. Lembar Latihan 1. Tentukan hasil 60 – (42 + 6) : 12 × 2 + 10. 2. Seorang guru hendak menjelaskan operasi hitung pada bilangan bulat dengan

menggunakan model muatan. Berdasarkan penjelasan dari guru, Siswa A

226

melakukan peragaan sebagai berikut. Mula-mula ia meletakkan 7 buah kertas berwarna hitam (bermuatan negatif) ke dalam papan peragaan. Kemudian ia menambahkan lagi ke dalam papan peragaan tersebut 10 pasang kertas bermuatan netral (10 buah kertas berwarna putih (bermuatan positif) dan 10 buah kertas berwarna hitam), lalu ia mengambil kembali 17 buah kertas berwarna hitam. Sedangkan, Siswa B melakukan peragaan sebagai berikut. Mula-mula ia meletakkan 7 buah kertas berwarna hitam (bermuatan negatif) ke dalam papan peragaan. Kemudian ia menambahkan lagi ke dalam papan peragaan tersebut 12 pasang kertas bermuatan netral (12 buah kertas berwarna putih (bermuatan positif) dan 12 buah kertas berwarna hitam), lalu ia mengambil kembali 17 buah kertas berwarna hitam. Pertanyaan: a. Evaluasilah, kebenaran jawaban Siswa A dan Siswa B! Berikan argumentasi

Saudara! b. Berapa penyelesaian (jawaban) dari operasi hitung yang sedang diselesaikan

oleh Siswa A dan Siswa B? 3. Dalam suatu tes, seorang guru memberikan soal hitung campuran sebagai berikut:

Hasil dari 30 - 24 : 4 × 3 + 10 = …. Berdasarkan soal tersebut, Siswa A memberikan jawaban 22, sedangkan Siswa B memberikan jawaban 18. Pertanyaan: a. Berapa jawaban yang benar dari soal hitung campuran tersebut? b. Evaluasilah, kebenaran jawaban Siswa A dan Siswa B! c. Berdasarkan kasus tersebut jelas bahwa telah terjadi kesalahan konsep.

Analisislah, bagaimana kesalahan konsep itu terjadi? Bagaimana cara mengatasinya?

227

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

PRODUKSI

A. Tujuan Antara 1. Melalui diskusi tentang kegiatan produksi peserta latihan dapat menyebutkan

tindakan menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dengan benar. 2. Melalui diskusi tentang faktor produksi peserta latihan dapat menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dengan benar 3. Melalui pengamatan peserta latihan dapat menyebutkan saluran-saluran distribusi

dengan benar. 4. Melalui diskusi tentang masalah kewirausahaan, peserta latihan dapat mengatasi

berbagai masalah dalam kewirausahaan dengan baik.

B. Uraian Materi Untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik yang berupa barang maupun

jasa ternyata tidak mudah, tetapi memerlukan pengorbanan baik yang berupa tenaga, pikiran, waktu, kesempatan. Dengan demikian barang dan jasa yang dibutuhkan manusia harus diadakan melalui kegiatan ekonomi, di mana kegiatan tersebut meliputi kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Oleh karena itu simaklah penjelasan berikutnya. 1. Produksi

a. Pengertian Produksi Pengertian produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti

sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit yang dimaksud produksi adalah setiap kegiatan atau usaha untuk menghasilkan barang, sehingga jka tidak ada wujud barang yang dihasilkan, maka kegiatan itu tidak termasuk produksi. Sedangkan dalam arti luas yang dimaksud dengan produksi adalah setiap kegiatan atau usaha untuk menciptakan atau meningkatkan ”nilai” kegunaan suatu barang. Suatu barang dikatakan memiliki nilai kegunaan apabila barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tindakan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dapat dilakukan dengan cara: 1. kegiatan untuk menciptakan barang baru, misalnya kegiatan pertanian,

perikanan, peternakan dan pertambangan; 2. kegiatan dengan cara mengubah bentuk, sehingga barang tersebut

meningkat kegunaannya. Misalnya kayu diubah menjadi meja, kursi, almari dan sebagainya;

3. kegiatan memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang memerlukan, sehingga barang tersebut kegunaannya meningkat. Misalnya, pasir di sungai dipindahkan ke kota tempat pembangunan;

4. mengatur waktu penggunaan suatu barang. Misalnya, padi pada waktu panen harganya murah, kemudian disimpan dalam gudang dan pada saat musim paceklik padi tersebut dijual;

5. kegiatan memindahkan hak milik, sehingga kegunaannya meningkat, misalnya melaluui perdagangan. Misalnya, sebuah cangkul dan sabit yang

228

masih dimiliki oleh toko kegunaannya kurang, setelah dibeli dan mejadi milik petani maka kegunaannya meningkat.

6. kegiatan menyediakan jasa. Misalnya, tindakan yang dilakukan seorang dokter ketika sedang merawat pasien, seorang guru yang sedang mengajar murid-muridnya, kegiatan perbengkelan, persewaan perkakas, perbankan, asuransi dan sebagainya. Kegiatan produksi dapat dilakukan oleh perseorangan, maupun oleh badan usaha. Badan usaha dapat berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Orang atau badan usaha yang kegiatannya memproduksi atau menghasilkan barang disebut produsen, sedangkan barang yang dihasilkan disebut produk atau output.

b. Faktor-faktor Produksi

Barang dan jasa yang digunakan sebagai alat pemuas kebutuhan manusia sebagian besar harus diproduksi. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan faktor-faktor produksi. Adapun yang dimaksud dengan faktor produksi adalah sesuatu yang diperlukan dalam melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya alam (natural resources)

Yang dimaksud suberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam ini dapat berupa tanah, pasir, hewan, bahan-bahan tambang dan sebagainya.Sumber daya alam dapat dikelompkkan menjadi dua macam: (1) sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan (2) sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources),

2. Sumber Daya Manusia Yang dimaksud sumber daya manusia adalah kemampuan atau usaha manusia baik yang berupa jasmani maupun rohani, yang digunakan untuk meningkatkan nilai guna suatu barang. Sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani yaitu tenaga kerja yang dalam melakukan pekerjaannya dengan menggunakan pikiran, misalnya seorang pimpinan perusahaan, pengarang, dan sebagainya. Tenaga kerja jasmani yaitu tenaga kerja yang dalam melakukan pekerjaannya banyak menggunakan kemampuan fisiknya, antara lain buruh, kuli, tukang becak, dan pesuruh.

c. Sumber Daya Modal (Capital Resources) Sumber daya modal di sini adalah segala daya atau barang yang

dihasilkan untuk dipakai menghasilkan barang atau jasa selanjutnya. Contohnya adalah uang, tanah, mesin-mesin, peralatan, kendaraan, gedung, dan sebagainya.

Dilihat dari asal atau sumber modal, maka modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik atau calon pemilik. Modal asing adalah modal yang

229

berasal dari pinjaman baik yang berasal dari perseorangan atau perusahaan bank.

Dilihat dari kepentingannya, modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal pribadi dan modal masyarakat. Modal pribadi adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan barang/ jasa untuk memenuhi kepentingannya sendiri, misalnya kendaraan pribadi yang disewakan, rumah yang disewakan, dan lain-lain. Modal masyarakat adalah modal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnyamodal untuk membangun jembatan, jalan raya, rumah sakit, dan sebagainya.

2. Distribusi

Distribusi adalah semua kegiatan untuk menyalurkan atau memindahkan barang/ jasa dari produsen ke konsumen. Produsen adalah mereka yang menghasilkan barang/ jasa. Sedangkan konsumen adalah mereka yang menggunakan atau memakai barang/ jasa.

Dalam kenyataan hidup, produsen dan konsumen tidak selalu ada di wilayah yang sama. Mungkin letak produsen berada di luar kota, sedangkan tempat tinggal konsumen berada di kota atau sebaliknya. Barang-barang yang sudah diproduksi tidak akan berguna jka jauh dari konsumen. Oleh karena itu, barang-barang tersebut harus didekatkan kepada konsumen dengan cara disalurkan atau didistribusikan. Lembaga atau orang yang bertugas menyalurkan barang dari produsen ke konsumen disebut distributor. a. Fungsi Distribusi

Sebagian besar barang-barang yang dihasilkan oleh produsen agar sampai ke tangan konsumen memerlukan proses yang panjang. Tempat tinggal knsumen tidak selalu berada dalam satu wilayah dengan produsen. Tempat tinggal konsumen tidak sama, tetapi terpisah-pisah. Oleh karena itu untuk menyampaikan barang-barang dari produsen ke konsumen kegiatan distribusi sangat penting. Tanpa adanya distribusi, barang-barang yang dihasilkan tidak akan sampai ke konsumen. Dengan demikian fungsi distribusi adalah: (1) menyalurkan barang-barang dari produsen ke konsumen; dan (2) membantu memperlancar pemasaran, sehingga barang-barang yang dihasilkan produsen dapat segera terjual kepada konsumen.

Dalam kegiatan distribusi, faktor waktu memegang peranan yang penting. Kegunaan barang akan maksimal jika barang yang dibutuhkan itu dapat diperoleh pada saat diperlukan. Sebaliknya distribusi yang tidak tepat waktunya akan menimbulkan kerugian bagi produsen atau konsumen, yaitu produsen kehilangan keuntungan dan konsumen kepuasannya berkurang. b. Saluran distribusi

Menurut Vernon dan Jackson (1994) sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra (2003), jenis saluran distribusi berdasarkan intensitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Bentuk intensif yaitu jenis saluran yang memanfaatkan banyak pedagang besar dan

kecil;

230

2) Bentuk selektif yaitu jenis distribusi yang hanya memanfaatkan beberapa grosir dan sejumlah kecil pengecer;

3) Bentuk eksklusif yaitu saluran distribusi yang hanya melibatkan satu perantara dalam lingkungan masyarakat tertentu untuk menangani produk.

c. Lembaga-Lembaga Distribusi

Keberadaan lembaga distribusi sangat penting dalam kegiatan ekonomi, karena melalui lembaga distribusi inilah barang-barang produksi dari produsen dapat dijual ke konsumen.Adapun lembaga-lembaga distribusi itu adalah sebagai berikut: 1) Grosir (wholesaler) adalah pedagang perantara yang membeli barang dagangan

untuk dijual kembali terutama kepada pengusaha lain bukan kepada konsumen. Grosir berfungsi untuk mengumpulkan dan menyebarkan barang oduksi. Grosir merupakan sumber pasokan yang penting bagi pengecer.

2) Agen adalah pedagang perantara yang tidak membeli dan memiliki barang yang mereka jual. Agen biasanya dibayar dengan suatu komisi berdasarkan volume penjualannya.

3) Pedagang eceran (Retailler) adalah suatu pedagang yang membeli barang-barang dari produsen atau grosir kemudian menjualnya kepada konsumen. Pedagang eceran meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan barang dan jasa untuk konsumen terakhir.

3. Konsumsi

Konsumsi adalah tindakan manusia untuk mengurangi atau menghabiskan guna suatu barang. Selama masih hidup manusia memerlukan konsumsi, baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun yang tinggal di perkotaan. Setiap hari manusia berkonsumsi baik berupa barang atau jasa. Berkurang atau hilangnya guna barang, karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Barang dan jasa merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara garis besar barang konsumsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Barang konsumsi yang gunanya habis dalam satu kali pemakaian, sehingga setelah digunakan barang tersebut menjadi tidak berguna lagi. Sebagai contoh: makanan, minuman, buah-buahan, dan sebagainya. (2) Barang konsumsi yang gunanya akan habis secara berangsur-angsur dan akhirnya akan rusak atau habis kegunaannya. Misalnya meja-kursi, pakaian, sepatu, almari, radio, televisi, handphone, dan sebagainya. Ada beberapa faktor yang mepengaruhi besar kecilnya konsumsi seseorang, antara lain: a. Tersedianya barang-barang yang dibutuhkan

Banyak sedikitnya konsumsi akan mempengaruhi konsumsi seseorang. Apabila barang yang tersedia jumlahnya sedikit, maka mereka akan berusaha mengurangi konsumsi.

b. Harga barang Tinggi rendahnya barang konsumsi akan mempengaruhi banyak sedikitnya konsumsi seseorang. Jika harga barang konsumsi tinggi, maka konsumsi akan berkurang dan sebaliknya jka harga barang rendah maka konsumsi mereka bertambah.

231

c. Penghasilan atau Pendapatan Tinggi rendahnya penghasilan atau pendapatan seseorang akan mempengaruhi banyak sedikitnya konsumsi. Jika seseorang memiliki penghasilan tinggi artinya orang tersebut memiliki daya beli yang banyak, sehingga mereka mampu membeli barang dalam jumlah yang banyak sehingga konsumsi juga banyak. Sebaliknya jika pendapatan seseorang rendah, artinya daya beli yang dimilikinya juga rendah dan barang yang dapat dibelinya juga sedikit, sehingga konsumsi juga sedikit.

4. Uang dan Kebijakan Pemerintah

Uang adalah benda (alat) yang digunakan untuk mengukur, menukarkan, dan sekaligus untuk pembayaran barang dan jasa yang dipergunakan dalamkegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.Dari uraian itu tampak bahwa fungsi uang itu sebagai alat tukar yang memungkinkanseluruh transaksi dikalukan dan sebagai alat satuan hitung untuk menghitung harga suatu benda.

Jenis uang dikelompokan berdasarkan bahan yaitu uang kertas dan uang logam, berdasarkan lembaga yang mengeluarkan yaitu dikeluarkan Bank Sentral disebut uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan logam yang berlaku umum yang kita gunakan sehari-hari.Uang giral dikeluarkan oleh bank umum dan dipergunakan sewaktu-waktu untuk melakukan pembayaran oleh pihak tertentu menggunakan cek, bilyet, giro

Jenis uang berdasarkan nilai berarti perbandingan antar nilai bahan dan nilai daya belinya. Uang dapat dikelompokkan sebagai: a. Benilai penuh, yaitu uang yang bahannya ( nilai intrinksik) sama dengan nilai

nominalnya b. Tidak bernilai penuh, yaitu yang nilai nominalnya ( nilai yang terkandung pada uang

kertas atau uang logam ) tidak sama dengan nilai bahan untuk membuat uang tersebut.

Jenis uang berdasarkan pemakaian di dalam dan di luar negeri, uang dapat dibedakan menjadi internal value, artinya kemampuan uang untuk membeli barang atau jasa dalam suatu negara dimana uang itu dijadikan alat pembajaran resminya. Sedangkan eksternal value, ialah kemampuan uang suatu negara untuk ditukarkan dengan mata uang asing ( valuta asing )

Inflasi sangat erat kaitannya dengan masalah nilai uang. Nilai uang ditentukan oleh harga barang-barang dan jasa yang dapat dibeli oleh uang tersebut. Inflasi menyebabkan mengurangi daya beli uang dan tabungan karena inflasi sangat erat berhubungan dengan jumlah uang yang terdapat dalam perekonomian.Upaya mengatasi inflasi dikenal Kebijakan Moneter yang berupa politik diskonto, politik pasar terbuka dan politik persediaan kas.

Deflasi merupakan lawan atau kebalikan dari inflasi. Dalam keadaan deflasi jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu sedikit dibanding dengan jumlah barang dab jasa yang tersedia di masyarakat yang menyebabkan kenaikan nilai secara tajam tidak dapat dihindari

Devaluasi adalah penurunan nilai uang dalam negeri terhadap mata uang dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah.

Dalam rangka mendukung kemampuan sumber daya manusia dalam bidang ekonomi dan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian nasional

232

sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu pesat, Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden No 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan.

Dengan lahirnya Inpres tersebut lahirlah pengusaha-pengusaha di antaranya Pengusaha Kecil. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa usaha kecil masih belum dapat menunjukkan kemampuan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa usaha kecil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala baik dari dalam lingkungannya maupun yang datang dari luar lingkungannya dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung perkembangannya.

Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemapuan usaha kecil , pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan tentang perancangan usaha, pendanaan, dan pembinaan.tetapi upaya yang telah dilakukan belum mencapai sesuai sasaran yang diterapkan .

Pengangguran di Indonesia yang semakin meningkat per hari demi harinya, kesempatan dan lowongan kerja yang minim, serta pendidikan yang rendah menjadi pemicu setiap orang untuk mendirikan suatu usaha kecil dan menengah. Berwirausaha kini menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan hanya bermodalkan skill dan kemampuan dalam mengelolanya mereka bisa mendapatkan profit yang cukup menjanjikan.

Salah satu usaha pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran ialah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun kalangan orang yang berpendidikan cenderung tidak tertarik dengan pekerjaan ini (berwirausaha), minat mereka bekerja di kantoran lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan mereka semakin besar keinginan mereka untuk menduduki kursi kantoran dengan jabatan yang tinggi. Mereka tidak berani mengambil risisko besar seperti berwirausaha. Dalam hal ini berarti mereka bekerja dengan orang lain hanya mengandalkan upah atau gaji.

Namun, apa pendapat mereka para wirausahawan sukses yang menembus pasar nasional dan internasional? Mereka bekerja meniti kariernya sendiri dengan hasil yang menjanjikan dan hanya bermodalkan skill dan kemampuan. Ya, mereka berani mengambil risiko dalam dunia persaingan pasar. Bahkan mereka menggaji bukan memberi gaji jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan milik orang lain.

Semua alasan itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan terobosan baru dengan memilih berwirausaha. Namun pada prakteknya tidaklah mudah untuk memulai suatu usaha. Rasa takut akan kegagalan dan kerugian pastinya selalu menghantui para wirausahawan ketika akan memulai usahanya.

Niat dan keberanian dalam mengambil risiko adalah modal utama dalam membuka usaha baru. Namun keberanian tanpa disertai dengan kemampuan berwirausaha seringkali menjerumuskan kedalam situasi kegagalan yang berkepanjangan.

233

C. Lembar Kerja Diskusikan teman Anda permasalahan di bawah ini 1. Anda cermati dan amati proses produksi yang ada di sekitar anda, coba jelaskan

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sehingga produksinya bisa berhasil

2. Rudi setelah lulus sarjana ekonomi mereka bekerja sebagai buruh pabrik. Ekonomi orang tuanya cukup. Setelah ditanya temannya dia menjawab lebih enak bekerja di pabrik dari pada memikirkan masalah yang macam-macam. Bagaimana tanggapan Anda

D. Lembar Latihan

Untuk memperdalam Anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini. 1. Cobalah Anda jelaskan dan beri contoh usaha-usaha yang dilakukan untuk

menambah nilai guna suatu barang. 2. Kita mengenal lembaga distribusi grosir dan agen. Cobalah jelaskan perbedaan dan

persamaannya. 3. Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan usaha kecil,pemerintah

telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan.Coba sebutkan kebijaksanaan tersebut, dan seberapa jauh capaian sasaran tersebut.

4. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi barang.

234

BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

KETERAMPILAN BERBAHASA

A. Tujuan Antara

Melalui diskusi kelompok tentang cara meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia, peserta pelatihan dapat menjelaskan cara-cara meningkatkan keterampilan berbahasa.

B. Uraian Materi

Gambar 3.5.1

Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis mrpk satu kesatuan yang tidak

terpisahkan

1. Menyimak 1. Mendengar = terjadi secara kebetulan dan tidak disengaja sebelumnya 2. Mendengarkan = mulai ada faktor kesengajaan, tahapannya lebih tinggi

daripada mendengar 3. Menyimak

a. Faktor kesengajaan b. Faktor pemahaman c. Faktor penilaian

4. Memahami pesan melalui bahasa lisan

Membaca Menulis

Ket. Berbahasa Ind. Menyimak

Berbicara

Face to face Communication

Resiprokal Non face to face

Communication

235

2. Berbicara

1. Hakikat berbicara = menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan bahasa lisan

2. Faktor-faktor pendukungnya: a. Fisik (alat ucap, gestur, dan sebagainya) b. Psikologis (stabilts emosi – runtut dalam bicara) c. Neurologis (hubungan otak – mulut – telinga – dan sebagainya - aktif) d. Semantik (makna) e. Linguistik (kbhsaan) aturan gramatika

3. Proses Komunikasi

Gambar 3.5.2

4. Hubungan berbicara dengan keterampilan bahasa lain: a. Berbicara dan menyimak: Keterampilan berbahasa langsung, bersemuka,

resiprokal b. Berbicara dapat dipelajari melalui menyimak c. Berbicara diperoleh sebelum membaca dan menulis d. Berbicara cenderung kurang terstruktur daripada menulis

Reseptif

Produktif Saluran

Pesan

Simbol

236

e. Keterampilan menyimak akan meningkatkan keterampilan menulis f. Bunyi bahasa dan suara merupakan faktror penting dalam berbicara dan

menyimak g. Performansi berbicara dan menulis berbeda, meskipun keduanya bersifat

produktif

3. Membaca 1. Hakikat Membaca:

1) Membaca sebagai proses aktivitas mental dan fisik 1) Aspek sensori: memahami simbol 2) Aspek perseptual: menginterpretasi simbol/kata 3) Aspek sekuensial: mengikuti pola urutan, logika dan gramatikal teks 4) Aspek asosiasi: menghubungkan simbol dengan kata yang

dipresentasikan 5) Aspek pengalaman: menghubungkan kata dengan pengalaman 6) Aspek berpikir 7) aspek afektif

2) Membaca sebagai produk: mengacu pada konskuensi kemampuan berkomunikasi yang dilakukan pada saat membaca

2. Tujuan Membaca a. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun

tertulis b. Dengan membaca seseorang dapat:

1) Memperoleh informasi 2) Mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi

dari bacaan 3) Mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari

bacaan.

3. Kategori Pemahaman Membaca a. Pemahaman literasi: memahami informasi yang eksplesit dalam teks b. Pemahaman inferensial: memahami informasi yang dinyatakan secara tidak

langsung c. Pemahman kritis: kemampuan mengevaluasi materi teks d. Pemahaman kreatif: kemampuan untuk mengungkapkan respons

emosional dan estetis terhadap bahasa

Pada saat Anda melayangkan pandangan mata mencari bahan yang akan Anda baca, ada suatu proses membca yang Anda tempuh. Kegiatan membaca yang Anda lakukan itu ada dua, yaitu: 1) Skimming dan 2) Scanning.

Membaca skimming adalah kegiatan membaca dengan cara melayangkan pandangan mata ke seluruh halaman bacaan, kemudian menemukan suatu titik penting sebagai hasil membaca itu. Membaca ini biasanya dilakukan untuk menemukan ide pokok atau informasi utama sebuah bacaan. Membaca ini sudah Anda lakukan tadi dalam menemukan wacana yang pantas atau ingin Anda baca.

237

Membaca scanning adalah kegiatan membaca dengan cara memusatkan mata Anda pada bagian yang Anda perlukan dari sebuah bacaan. Pada membaca bagian-bagian lain yang tidak diperlukan, diabaikan saja. Semua yang Anda perlukan itu sudah Anda tetapkan sebelum proses membaca berjalan.

Untuk menentukan gagasan pokok sebuah paragraf dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: 1) Memperhatikan paragraf sebagai suatu unit bacaan. 2) Membaca kalimat pertama dalam paragraf secara cermat. Biasanya kalimat

pertama paragraf merupakan pendukung ide pokok. 3) Jika kalimat pertama ternyata bukan kaliat topik, langkah berikutnya adalah

membaca kalimat terakhir dalam paragraf. Ada kalanya penulis meletakkan pikiran utamanya pada kalimat terakhir.

4) Jika kalimat pertama ataupun kalimat terakhir tidak sebagai kalimat topik, langkah yang diambil adalah memperhatikan semua fakta dalam paragraf secara teliti untuk menemukan ide pokok.

5) Belajar mengenal kalimat dalam paragraf yang tidak mendukung. 6) Memperhatikan istilah bercetak tebal atau miring. 7) Menafsirkan pikiran menulis. 8) Membaca dengan tujuan akhir memperoleh fakta-fakta yang terinci yang dapat

menunjang pemahaman secara keseluruhan.

4. Menulis a. Strategi Menulis Naskah Pidato

a. Mengumpulkan bahan b. Membuat kerangka pidato c. Menguraikan isi pidato d. Struktur isi pidato

b. Tahap-tahap Penyusunan Naskah Pidato a. Membatasi subjek b. Menyusun ide pokok c. Menyusun submateri d. Mengisi materi pendukung e. Memeriksa draf kasar

Menurut Weaver (1990: 179), secara umum di dalam proses penulisan terdiri atas lima tahap, yaitu (1) persiapan penulisan (rehearsing), (2) pembuatan draft (drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan (editing), dan (5) mempublikasikan (publishing). Senada pendaat tersebut, Murray dalam Tompkins dan Hoskisson (1995: 88) ada lima tahap atau kegiatan yang dilakukan pada proses penulisan, yaitu (1) prapenulisan (prewriting), (2) pembuatan draft (drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan (editing), dan (5) pemublikasian (publishing/sharing).

C. Lembar Kerja

Agar orang senang dan terbiasa menulis maka mereka bisa berlatih dengan menulis buku harian. Diskusi dengan kelompok Anda, hal apa saja yang dapat ditulis dalam buku harian?

238

D. Lembar Latihan Tulislah hasil kegiatan Anda sehari-hari, sesuai dengan urutan kejadiannya.

239

ASESMEN Petunjuk: Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D. 1. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Pernyataan dibawah ini yang benar

… A. Demos berarti pemerintahan, kratos berarti rakyat B. Demos berarti kekuasaan, kratos berarti masyarakat C. Demos berarti rakyat, kratos berarti kekuasaan D. Demos berarti masyarakat, kratos berarti kerajaan

2. Pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat adalah pengertian … A. Pemerintahan dari rakyat B. Pemerintahan oleh rakyat C. Pemerintahan untuk rakyat D. Pemerintahan oleh masyarakat

3. Pemerintahan untuk menjalankan kekauasaan atas nama rakyat bukan pribadi atau elit birokrasi merupakan pengertian pemerintahan … A. Untuk rakyat B. Oleh rakyat C. Dari rakyat D. Untuk kepentingan masyarakat

4. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pak Sastro membuat meja kursi dari kayu hasil kebunnya. Tindakan pak Sastro ini termasuk menciptakan nilai guna dengan cara..... A. Menciptakan barang baru B. Memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain C. Cara mengubah bentuk D. Kegiatan menyediakan jasa

5. Modal utama dalam membuka usaha baru atau yang terkenal berwirausaha adalah….. A. Selalu melakukan terobosan bila menguntungkan B. Pendidikan harus cukup tinggi C. Niat dan keberanian dalam mengambil resiko D. Pandai menjalin kemitraan

6. Pedagang perantara yang membeli barang dagangan untuk dijual kembali terutama kepada pengusaha lain disebut….. A. Grosir B. Agen C. Pedagang eceran D. Pedagang perantara

7. Hal-hal di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyimak adalah faktor … A. kesenjangan, pemahaman, semantik, penilaian

240

B. fisik, psikologi, neorologi, linguistik C. pemahaman, penghayatan, ekspresi, mimik D. pembicara, pembicaraan, situasi, penyimak

8. Ada berbagai macam metode pidato. Metode pidato yang cocok untuk acara-acara insidental atau mendadak adalah … A. impromtu B. ekstemporan C. naskah/teks D. menghafal

9. Tingkatan pemahaman bacaan seseorang berbeda. Jika seorang telah mampu memahami informasi yang eksplisit dalam bacaan, maka berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman … A. inferensional B. literal C. kritis D. kreatif

10. Sebuah lampu memiliki tegangan (V) sebesar 100 Volt dengan hambatan (R) 25 Ohm. Kuat arus yang diperlukan adalah .... A. 0,25 Ampere B. 4 Ampere C. 25 Ampere D. 125 Ampere

11. Pada satu keluarga yang hidup sederhana menggunakan energi listrik tegangan 220 volt secara rutin. Setiap hari menyalakan lima buah lampu 20 watt selama 4 jam, dua buah lampu 10 watt selama 10 jam, kulkas 100 watt nonstop, dan televise 75 watt selama 6 jam. Energi yang diserap oleh semua alat listrik selama sehari sebesar.... A. 0,205 kwh B. 2,88 kwh C. 5,1 kwh D. 3,1 kwh.

12. Hasil pengukuran arus listrik dalam rangkaian tertutup sebesar sebesar 0,2 ampere. Nilai hambatan listrik yang tertulis pada lampu 9 Ohm. Sumber tegangan listrik yang terpasang pada rangkaian sebesar …. A. 1,8 volt B. 4,5 volt C. 18 volt D. 0,45 volt

13. Hasil dari 50 – 72 : 8 3 + 15 = …. A. 8 B. 32 C. 38 D. 62

14. Operasi perkalian 26 37 dapat dinyatakan sebagai berikut, kecuali….

A. (20 37) + (6 37)

241

B. (26 30) + (26 7)

C. (20 30) + (6 7)

D. (20 30) + (20 7) + (30 6) + (67) 15. Dengan menggunakan sifat komutatif dan distributif perkalian terhadap

penjumlahan, maka bentuk (162 75) + (300 50) + (75 138) dapat diubah menjadi ….

A. 50 300

B. 75 300

C. 125 300

D. 200 300 16. Jika seorang guru melakukan peragaan sebagai berikut. Mula-mula ia meletakkan 4

buah kertas berwarna hitam (bermuatan negatif) ke dalam papan peragaan. Kemudian ia menambahkan lagi ke dalam papan peragaan tersebut 7 pasang kertas bermuatan netral (7 buah kertas berwarna putih (bermuatan positif) dan 7 buah kertas berwarna hitam), lalu ia mengambil kembali 7 buah kertas berwarna putih. Peragaan di atas memperlihatkan bentuk operasi hitung ...

A. (-4) + (-7) B. 11 + (-7) C. (-4) – (-7) D. (-4) – 7

KUNCI JAWABAN

1. C 9. B

2. A 10. B

3. B 11. C

4. C 12. A

5. C 13. C

6. A 14. C

7. D 15. C

8. A 16. D

242

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Budiardjo , Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia. Cholis Sa’dijah, dkk..1997. Pendidikan Matematika II. Jakarta : Ditjen Dikti. D’Augustine, C. Dan Smith, W.C. (Jr). 1992. Teaching Elmentary School Mathematics.

New York: Harper Collins. Djoko Iswadji. 1998. Geometri II. Yogyakarta : P3G Matematika. Faqih Samlawi, Bunyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung : Maulana Gatot Muhsetyo, dkk. 2002. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka. Hidayat , Komaruddin dkk. 2008 . Pendidikan Kewargaan , Demokrasi Hak Asasi

Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Hidayati, Mujinem, Anwar Senen. Pengembangan Pendidikan IPS SD . Jakarta : Depdiknas Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kennedy, L.M. dan Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Belmont: Wadswoth. Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Glosarium Sekitar Pancasila. Surabaya : Usaha

Nasional. M. Faisal. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti. Madjid, Nurcholis, 2000. “Asas-asas Pluralisme dan Toleransi dalam Masyarakat

Madani”, dalam makalah Lokakarya Islam dan Pemberdayaan Civil Society di Indonesia, kerja sama IRIS Bandung-PPIM Jakarta-The Asia Foundation.

Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

Soewito, dkk. 1992. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Sukirman. 1986. Ilmu Bilangan. Jakarta : Karunika. Sumaatmadja, Nursid, 2006. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka. http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/

243

PERISTILAHAN/GLOSSARY

Anarkis : Orang / kelompok yang melakukan tindakan merusak atau membuat kekacauan di suatu tempat atau wilayah negara .

Bilangan ganjil : Bilangan bulat yang dapat dinyatakan dalam bentuk 2m + 1 untuk suatu bilangan bulat m.

Bilangan genap : Bilangan bulat yang dapat dinyatakan dalam bentuk 2m untuk suatu bilangan bulat m.

Capital resources : Sumber daya modal Demokrasi : Pemerintahan dari , oleh dan untuk rakyat Devaluasi : Menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang

luar negeri Distribusi : Semua kegiatan untuk menyalurkan barang dari produsen ke

konsumen Ekstensifikasi : Meningkatkan produksi dengan cara menambah factor produksi

yang digunakan Inflasi : Kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum yang

dihitung dalam presentase Natural resources : Sumber daya alam Produksi : Setiap kegiatan atau usaha untuk menghasilkan barang Retailer : Pedagang eceran Wholesaler : Grosir

244

PETA KEDUDUKAN MODUL

Komunikato

r

Umpan Balik

Komunikan Kesehatan

Menghitung persentase dan

kebutuhan energi yang

dibutuhkan tubuh setiap

hari.

245

246

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan), kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Memiliki tubuh yang sehat merupakan keinginan setiap orang, karena dengan tubuh yang sehat, maka kita dapat melakukan berbagai aktivitas kehidupan sesuai profesi kita masing-masing.

Ukuran sehat yaitu ketika kita mampu menjaga daya tahan tubuh dari berbagai serangan penyakit. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, maka perlu ada pemeliharaan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan. Kita harus selalu menjaga agar tubuh tetap bugar dan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap berbagai serangan penyakit.

Untuk menjaga agar tubuh kita tetap sehat dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan, maka kita harus mempelajari beberapa pengetahuan terkait, diantaranya sebagai berikut: 1. Cara menjaga keseimbangan antara kebutuhan tubuh dan makanan yang

diperlukan. 2. Cara kita mendisiplinkan diri untuk menjaga kesehatan tubuh. 3. Cara menghitung persentase dan kebutuhan energi yang dibutuhkan tubuh setiap

hari. 4. Cara membelajarkan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan sastra pada

wacana dengan tema kesehatan. B. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan pendidikan dan latihan profesi guru kelas SD. Penyajian modul disusun berbasis tema. Dalam modul ini terdapat lima tema yaitu (1) tema makhluk hidup dan lingkungan, (2) tema globalisasi, (3) tema kewirausahaan, (4) tema kesehatan, dan (5) tema peristiwa. Pemilihan tema dan subtansi materi dalam tema telah diusahakan sesuai dengan tema-tema di SD.

Agar Anda berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut: 1. Pelajari peta kedudukan modul (jaringan tema) pada masing-masing modul. 2. Bacalah deskripsi pada masing-masing modul. 3. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai Anda

memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut. 4. Kerjakan smua kegiatan / praktik untuk memahami modul. 5. Diskusikan dengan teman-teman Anda dalam mengatasi materi-materi yang belum

Anda pahami. 6. Kerjakan semua soal latihan yang terdapat di akhir modul ini dengan sikap disiplin

dan mandiri.

C. Tujuan Akhir Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran tema Kesehatan secara holistik.

247

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

A. Tujuan Antara 1. Menyebutkan paling sedikit 8 organ pencernaan manusia. 2. Menjelaskan mekanisme pencernaan pada manusia. 3. Menjelaskan gangguan kesehatan pada system pencernaan manusia. 4. Menunjukkan kemauan untuk menjaga kesehatan tubuh.

B. Uraian Materi

Kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh pola makan sehari-hari. Agar manusia tetap sehat maka sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan seimbang. Seimbang mengandung arti (1) keseimbangan antara jenis-jenis makanan, dan (2) seimbang antara makanan yang dikonsumsi sesuai dengan jumlah kebutuhan.

Proses pencernaan pada manusia merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Proses pencernaan, organ-organ pencernaan, dan kelenjar pencernaan merupakan sistem. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap oleh sel-sel tubuh.

Selanjutnya marilah kita pelajari alat-alat pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang memanjang mulai dari mulut hingga ke anus dan kelenjar pencernaan. 1. Saluran pencernaan

Saluran pencernaan atau alat-alat pencernaan terdiri dari mulut (rongga mulut), tekak, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. a. Rongga Mulut

Pada rongga mulut makanan mulai dicernakan baik secara mekanis maupun secara kimiawi. Pencernaan secara mekanis dikunyah oleh gigi dan lidah. Pencernaan secara kimiawi dilakukan oleh kelenjar air ludah (glandula salivales).

b. Lidah (Lingua) Dalam proses pencernaan lidah mempunyai beberapa fungsi penting, yaitu (1) membantu mengaduk makan yang ada di dalam rongga mulut, (2) membantu mendorong makanan pada waktu menelan, (3) mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat makanan dikunyah, (4) sebagai indra pengecap.

c. Tekak (Faring) Tekak (faring) merupakan bagian belakang mulut yang sekaligus merupakan bagian atas tenggorokan. Pada faring terdapat lubang yang terletak dibagian yang menuju tenggorokan. Lubang ini disebut glotis. Glotis mempunyai klep yang disebut epiglotis. Epiglotis bersifat lentur dan berfungsi untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Hal tersebut dapat terjadi dengan cara epiglottis menutup saluran pernapasan sehingga makanan masuk

248

ke dalam kerongkongan. Panjang faring kira-kira 7 cm. Makanan yang sudah dicerna kemudian akan masuk ke dalam kerongkongan.

Gambar 4.2.1 Struktur pencernaan makanan pada manusia sumber:http://ezzahhidayati.blogspot.com/2011/05/bab-v-sistem-pencernaan-makanan.html

d. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan. Masuknya makanan dari kerongkongan ke lambung disebabkan oleh gerak peristaltik. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot polos yang tersusun secara memanjang dan melingkar.

e. Lambung (Ventrikel) Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan berupa kantung besar terletak dalam rongga perut di sebelah bawah tulang rusuk terkhir agak ke kiri. Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan enzim yang disebut pepsin. Pepsin berperan mengubah protein menjadi pepton. Saat terjadi proses pencernaan pada lambung, otot-otot dinding lambung berkontraksi. Hal tersebut menyebabkan makanan akan tercampur dan teraduk dengan enzim serta asam klorida. Secara bertahap, makanan akan menjadi berbentuk bubur atau kim. Kemudian, makanan yang telah mengalami pencernaan akan bergerak sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

249

Di dalam lambung terdapat asam klorida (HCl) atau getah lambung atau asam lambung yang menyebabkan lambung menjadi asam. Asam lambung dihasilkan oleh dinding lambung. Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut (http://biologi.blogsome.com/2011/01/05/sistem-pencernaan-pada-manusia/) antara lain (1) mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin, (2) mengasamkan lambung sehingga dapat membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung, (3) mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari, dan (4) merangsang sekresi getah usus.

f. Usus Halus (Intestinum Tenue) Usus halus bentuknya berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 8,25 meter, lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus halus sehingga berpengaruh terhadap proses penyerapan sari makanan ke dalam peredaran darah. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) usus dua belas jari (deudenum) panjangnya sekitar 0,25 m, (2) usus kosong (yeyenum) panjangnya sekitar 7 m, dan (3) usus penyerapan (ileum) panjangnya sekitar 1 m. Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus bersifat pencernaan kimiawi. Di dalam usus halus terdapat vili yang berfungsi menyerap sari-sari makanan.. penyerapan terdapat bagian yang di sebut vili. Vili banyak mengandung pembuluh darah sebagai sarana transportasi. Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam amino. Molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam lemak. Getah pankreas yang berasal dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam getah pancreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati. 1) Penyerapan Karbohidrat.

Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Monosakarida yang sangat penting adalah glukosa. Glukosa disalurkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan melalui peredaran darah untuk dioksidasi sehingga menghasilkan energy guna melakukan aktivitas hidup. Kelebihan glukosa diubah menjadi glikogen sebagai cadangan energi.

2) Penyerapan Protein. Protein diserap dalam bentuk asam amino oleh kapiler darah usus. Dari usus, asam amino diangkut ke hati dan di dalam hati asam amino akan diubah sesuai dengan kebutuhan.

3) Penyerapan Lemak Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserin.Asam lemak dan gliserin diserap oleh pembuluh kil.Mekanisme penyerapan lemak adalah sebagai berikut. a) Asam lemak direaksikan dengan asam karbonat membentuk senyawa

sabun yang diserap oleh sel jonjot usus. b) Gliserin diserap oleh sel jonjot usus.

250

c) Di dalam sel jonjot usus dilepaskan asam karbonat sedangkan asam lemak dan gliserin membentuk lemak. Kemudian lemak diangkut oleh pembuluh kil menuju ke vena bawah selangka.

g. Usus Besar (intestinum Crassum) Usus besar terdiri atas usus tebal (kolon) dan poros usus (rektum).Makanan yang kita makan tidak semuanya diserap oleh ileum. Makanan yang tidak diserap ini akan masuk ke dalam kolon dan di dalam kolon, sisa makanan akan dibususkkan oleh bakteri Escherichia coli yang terdapat di dalam kolon.

h. Anus Anus adalah lubang yang merupakan muara akhir dari saluran pencernaan. Dinding anus terdiri atas dua lapis otot, yaitu otot lurik dan otot polos. Otot lurik yaitu lapisan otot yang langsung membatasi lubang anus, sedangkan otot polos yaitu yang terdapat di dalamnya.

2. Gangguan Pada SistemPencernaan Manusia Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola

makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan.Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis). a. Diare

Diare merupakan gangguan yang disebabkan infeksi pada kolon. Infeksi ini terjadi karena bakteri tertentu (misalnya E.coli, V.cholerae, dan Aeromonas sp.) atau sebab-sebab lain misalnya stes, makanan tertentu. Hal tersebut mengganggu proses penyerapan air sehingga feses keluar dalam bentuk cair. Mekanisme diare apabila kim dari lambung mengalir ke usus halus terlalu cepat maka feses banyak mengandung air. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

b. Konstipasi (Sembelit) Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus halus bergerak sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

c. Tukak Lambung / maag (Ulkus) Mag adalah peradangan yang terjadi pada dinding lambung. Hal tersebut disebabkan asam (HCl) yang dihasilkan lambung terlalu banyak sehingga mengikis dinding lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Tukak lambung dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu. Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan

251

tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

C. Lembar Kerja Lembar kerja I. 1. Perhatikan tayangan video animasi proses pencernaan pada manusia. 2. Catat mekanisme perjalanan bahan makanan mulai dari mulut sampai dengan

anus. Lembar kerja II. 1. Diskusikan hasil pengamatan dengan teman dalam kelompok. 2. Ambil kartu-kartu gambar dalam amplop. 3. Pisahkan kartu-kartu gambar menurut jenis makanan. 4. Buatlah tabel dan tuliskan nama-nama jenis makanan sesuai tabel. 5. Lakukan presentasi di depan kelas. Lembar kerja III. A. Dengan menggunakan kartu gambar susunlah komposisi menu makanan untuk

konsumsi : a. Sarapan pagi. b. Makan siang. c. Makan malam.

B. Tuliskan penjelasan alasan pemilihan komposisi.

D. Alat dan bahan 1. Video animasi proses pencernaan pada manusia. 2. Paket kartu gambar makanan 1 amplop berisi :

a. Kartu gambar makanan pokok = 5 macam b. Kartu gambar lauk = 5 macam c. Kartu gambar sayuran = 5 macam d. Kartu gambar buah-buahan = 5 macam e. Kartu gambar susu = 5 macam

252

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

PECAHAN DAN PEMBELAJARANNYA

A. Tujuan Antara 1. Membedakan jenis-jenis pecahan. 2. Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada pecahan. 3. Menentukan hasil operasi hitung campuran pecahan. 4. Menggunakan media atau alat peraga yang tepat untuk menyampaikan

pembelajaran pecahan dan operasinya kepada siswa SD.

B. Uraian Materi Menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan), kesehatan adalah

keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Memiliki tubuh yang sehat merupakan keinginan setiap orang, karena dengan tubuh yang sehat, kita dapat melakukan berbagai aktivitas kehidupan sesuai profesi kita masing-masing.

Keadaan kesehatan rakyat Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian didapat bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia (Evy Nurhidayah, 2012). Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.

Untuk menjaga agar tubuh kita tetap sehat sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas kehidupan, kita harus mengetahui kebutuhan energi tubuh kita setiap harinya. Sebagai contoh kita harus mengetahui berapa persen kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin setiap harinya. Terkait hal itu kita harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang jenis makanan dan kandungan gizinya serta mampu menghitung kebutuhan gizi yang kita perlukan.

Untuk dapat menghitung berapa kebutuhan energi yang kita butuhkan, seperti persen kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin setiap harinya, kita harus mengetahui tentang hitung campuran, khususnya pada pecahan. Oleh karena itu, marilah kita membahas mengenai pecahan dan cara pembelajarannya.

1. Pecahan

Pecahan adalah suatu bilangan yang dapat ditulis melalui pasangan terurut

dari bilangan bulat a dan b, dan dilambangkan dengan , dengan b 0. Pada

pecahan , a disebut pembilang dan b disebut penyebut.

2. Jenis-jenis Pecahan

Ditinjau dari perbandingan besar nilai pembilang dan penyebut, pecahan dibedakan menjadi dua (2) yaitu : a. Pecahan Sejati (Pecahan Murni)

b

a

b

a

253

Pecahan sejati adalah pecahan yang nilai positif pembilang lebih kecil dari nilai positif penyebut.

Contoh 1. , - , adalah contoh-contoh bilangan pecahan sejati

b. Pecahan Tidak Sejati (Pecahan Campuran) Pecahan tidak sejati adalah pecahan yang nilai positif pembilang lebih besar dari nilai positif penyebut.

Contoh 2. , - , 2 adalah contoh-contoh bilangan pecahan tak sejati.

Pecahan tak sejati dapat ditulis dalam bentuk , yang berarti = .

Pecahan dalam bentuk disebut pecahan campuran. Jadi pecahan campuran

adalah pecahan yang penulisannya merupakan gabungan dari bilangan bulat dan pecahan sejati. Ditinjau dari nilai pembilang atau penyebutnya, dan hubungan antara pembilang dan penyebut, pecahan dibedakan menjadi: 1) Pecahan Sederhana

Pecahan sederhana adalah pecahan yang FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari pembilang dan penyebutnya adalah 1.

Contoh 3. - ; ; adalah contoh-contoh pecahan sederhana karena

FPB dari pembilang dan penyebutnya adalah 1. 2) Pecahan Senama

Pecahan senama adalah pecahan yang penyebutnya sama.

Contoh 4. ; ; adalah contoh-contoh pecahan senama karena

penyebutnya sama. 3) Pecahan Desimal

Pecahan desimal adalah pecahan yang penyebutnya berbentuk atau

jumlahan dari pecahan-pecahan yang penyebutnya berbentuk dengan n bilangan asli.

Contoh 5. ; ; ; ; 0,03 adalah contoh-contoh pecahan

desimal.

3. Penjumlahan Pecahan

Diketahui dan bilangan-bilangan pecahan dengan b ≠ 0, d ≠ 0.

Penjumlahan dari dan , ditulis + , didefinisikan dengan: .

Contoh 6.

3

2

7

5

10

9

7

10

9

12

4

1

7

10

7

31

7

10

7

31

7

31

5

7

3

2

3

5

4

2

4

3

4

1

n10n10

10

1

100

1

1000

1

100

2

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

bd

bcad

d

c

b

a

254

Teorema 1

Jika dan pecahan-pecahan dengan c ≠ 0, maka + = .

Contoh 7. + = + = + =

Sifat-sifat penjumlahan pecahan: 1) Tertutup, yaitu jika x dan y pecahan-pecahan maka x + y juga pecahan. 2) Pertukaran (Komutatif), yaitu jika x dan y pecahan-pecahan maka berlaku x + y =

y + x. 3) Sifat Asosiatif (Pengelompokan), yaitu jika x, y dan z pecahan-pecahan maka (x + y)

+ z = x + (y + z). 4) Mempunyai elemen identitas yaitu 0, dan berlaku x + 0 = 0 + x = x untuk setiap

pecahan x.

4. Pengurangan Pecahan

Diketahui dan pecahan-pecahan dengan b 0, d 0, penguranga dengan

, ditulis - , didefinisikan = .

Teorema 2

Jika dan pecahan-pecahan dengan c 0 maka = .

Pada pengurangan yang berlaku hanya sifat tertutup, yaitu jika x dan y pecahan-pecahan maka x – y pecahan.

5. Perkalian Pecahan

Diketahui dan pecahan-pecahan dengan b 0, d 0. Perkalian

dengan ditulis didefinisikan = .

Sifat-sifat Operasi Perkalian : a. Pertukaran (komutatif), yaitu jika x dan y pecahan-pecahan maka x . y = y . x b. Tertutup, yaitu jika x dan y pecahan-pecahan maka x . y juga pecahan. c. Assosiatif (pengelompokan), yaitu jika x, y dan z pecahan-pecahan maka (x.y)z =

x (y . z). d. Mempunyai elemen identitas 1, yaitu jika x pecahan maka x . 1 = 1 . x = x

20

23

20

815

54

2453

5

2

4

3

c

a

c

b

c

a

c

b

c

ba

7

5

21

8

21.7

21.5

21.7

7.8

147

105

147

56

147

161

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

bd

bcad

c

a

c

b

c

a

c

b

c

ba

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

bd

ac

255

e. Setiap elemen mempunyai invers, yaitu jika x = pecahan dengan a 0 dan b

0 maka x mempunyai invers terhadap operasi perkalian yaitu dan berlaku

. = . = 1

f. Sifat Distributif (Penyebaran) 1) Distributif (penyebaran) kiri, yaitu jika a, b dan c pecahan-pecahan, maka

a×(b+c) = a×b +a×c. 2) Distributif (penyebaran) kanan, yaitu jika a, b dan c pecahan-pecahan, maka

(b+c) × a= b×a + c×a.

6. Pembagian Pecahan

Diketahui dan pecahan-pecahan dengan b 0, c 0, d 0. Pembagian

dengan ditulis : didefinisikan : = x

7. Pecahan Ekuivalen

Adalah pecahan yang mempunyai nilai yang sama atau pecahan yang senilai atau seharga. Sifat-sifat pecahan ekuivalen:

a. Pecahan dan , dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 dikatakan pecahan ekuivalen ditulis

= jika hanya jika a d = b c.

Contoh 8. = sebab 2 15 = 3 10

b. Pecahan dan , dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 dikatakan pecahan ekuivalen ditulis

= jika dan hanya jika c = m a dan d = m b untuk suatu bilangan bulat

m.

Contoh 9. = sebab 10 = 2 5 dan 15 = 3 5

8. Relasi Urutan Pecahan

Diketahui dan adalah pecahan-pecahan dengan. Pecahan dikatakan

kurang dari , ditulis < jika terdapat pecahan positif sehingga berlaku

= + .

b

a

a

b

b

a

a

b

a

b

b

a

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

c

d

b

a

d

c

b

a

d

c

3

2

15

10

b

a

d

c

b

a

d

c

3

2

15

10

b

a

d

c

b

a

d

c

b

a

d

c

f

e

d

c

b

a

f

e

256

Contoh 10. < sebab terdapat pecahan positif sehingga berlaku =

+ .

Teorema 3

Diketahui dan adalah pecahan-pecahan dengan c > 0. Pecahan

dikatakan kurang dari , yaitu < jika dan hanya jika a < b.

Contoh 11.

a. sebab 3 > 0 dan 2 < 5

b. < sebab 4 > 0 dan -5 < -1

Teorema 4

Diketahui dan pecahan-pecahan dengan b > 0 dan d > 0.

< a d < b c.

Contoh 12. Perhatikan bahwa < sebab 2 5 < 3 4.

Penyelidikan :

9. Pembelajaran Pecahan

Untuk memperkenalkan konsep pecahan kepada siswa SD/MI perlu diberikan peragaan dengan mengambil contoh pengalaman-pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Peragaan yang dapat dipakai untuk menanamkan konsep pecahan beserta operasi-operasinya di antaranya: 1) Benda konkret, 2) Luas daerah, dan 3) Garis Bilangan.

Contoh 13. (Pecahan didasarkan atas himpunan bagian) Misal Amir mempunyai 9 kelereng, dengan perincian 2 kelereng berwarna hitam dan 7 kelereng berwarna putih.

12

8

12

9

12

1

12

9

12

8

12

1

c

a

c

b

c

a

c

b

c

a

c

b

3

2

3

5

4

5

4

1

b

a

d

c

b

a

d

c

3

2

5

4

Mendisiplin

kan diri

untuk

Menjaga

keseimbang

an antara

Membelajar

kan

menyimak,

257

Perbandingan banyaknya kelereng yang berwarna hitam terhadap keseluruhan

kelereng adalah 2 : 9 atau . Sedangkan perbandingan banyaknya kelereng

yang berwarna putih terhadap keseluruhan kelereng adalah 7 : 9 atau .

Contoh 14. (Pecahan didasarkan atas pembagian benda)

Daerah persegi panjang tersebut dibagi menjadi 3 bagian yang sama besarnya. Daerah yang diarsir menempati 1 bagian dari 3 bagian keseluruhan. Oleh

karena itu daerah yang diarsir menyatakan pecahan .

10. Pembelajaran Pecahan Senilai Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang cara penulisannya berbeda

tetapi mempunyai nilai yang sama atau menyatakan bilangan yang sama. Secara

matematika, dua pecahan dan dikatakan senilai, ditulis = jika a d = b c.

Pecahan senilai disebut juga dengan pecahan ekuivalen. Contoh 15.

Satu bagian dari 2 bagian ditulis

Dua bagian dari 4 bagian ditulis

Empat bagian dari 8 bagian ditulis

Jika dibandingkan yaitu dengan cara menghimpitkan daerah yang satu dengan daerah yang lain maka akan diperoleh bahwa ketiga daerah yang diarsir pada diagram tersebut sama besar. Oleh karena pecahan-pecahan yang menyatakan ketiga daerah

tersebut ekuivalen satu dengan yang lain, yaitu = = .

11. Pembelajaran Membandingkan Pecahan Terdapat beberapa cara mengurutkan pecahan, yaitu: (1). Dengan membandingkan besar daerah yang mewakili suatu pecahan. (2). Dengan membandingkan letak titik pada garis bilangan yang mewakili suatu

pecahan. (3). Dengan menyamakan penyebutnya, dengan menggunakan pecahan senama

Contoh 16. Bandingkan dan .

Pembahasan:

9

2

9

7

3

1

b

a

d

c

b

a

d

c

2

1

4

2

8

4

2

1

4

2

8

4

3

2

6

5

258

Cara I:

........ (1) Dua bagian dari 3 bagian ditulis

...... (2) Lima bagian dari 6 bagian ditulis

Apabila dibandingkan besarnya daerah yang menyatakan pecahan yaitu

daerah (1) dengan daerah yang menyatakan pecahan yaitu daerah (2), maka

terlihat bahwa daerah (2) lebih besar (lebih menjorok ke kanan) daripada dearah

(1). Oleh karena itu diperoleh bahwa < .

Cara II:

Berdasarkan garis bilangan tersebut dapat dilihat bahwa titik yang mewakili

bilangan letaknya di sebelah kanan titik yang mewakili bilangan . Jadi

diperoleh < .

12. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan

a. Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut Sama

Contoh 17. + = ........

+ =

+ =

Diperoleh + = =

b. Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut Berbeda

3

2

6

5

3

2

6

5

3

2

6

5

6

5

3

2

3

2

6

5

4

1

4

2

4

1

4

2

4

3

4

1

4

2

4

3

4

31

<

=

=

0

259

Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya berbeda, kita harus mencari pecahan-pecahan yang senilai dengan pecahan terjumlah maupun penjumlah sehingga diperoleh pecahan-pecahan yang penyebut sama.

Contoh 18. + =............

Pembahasan: Cara I

Berdasarkan diagram terlihat bahwa daerah hasil penggabungan menempati 7 bagian dari 6 bagian keseluruhan.

Oleh karena itu diperoleh: + =

Cara II:

Perhatikan bahwa = = = = ....

Juga diperoleh bahwa = = = = ....

Jadi + = + = =

13. Pembelajaran Pengurangan Pecahan

a. Pengurangan Pecahan dengan Penyebut Sama

Contoh 19. - = ........

2

1

3

2

2

1

3

2

6

3

2

1

6

4

3

2

2

1

3

2

6

7

6

43

6

4

6

3

2

1

4

2

6

3

8

4

3

2

6

4

9

6

12

8

2

1

3

2

6

3

6

4

6

43

6

7

4

3

4

2

0

260

Diperoleh: - =

b. Pengurangan Pecahan dengan Penyebut Berbeda

Untuk melakukan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda, kita harus mencari pecahan-pecahan yang senilai dengan pecahan terkurang maupun pengurang sehingga diperoleh pecahan-pecahan yang penyebut sama, kemudian dijumlahkan pembilangnya dan dibagi dengan penyebutnya.

Contoh 20. - =............

Pembahasan: Cara I:

Berdasarkan diagram terlihat bahwa daerah hasil pengurangan menempati 1 bagian dari 6 bagian keseluruhan. Oleh karena itu diperoleh:

- =

Cara II:

Perhatikan bahwa = = = = ....

Juga diperoleh bahwa = = = = ....

Jadi - = - = =

14. Pembelajaran Perkalianan Pecahan

a. Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan

Contoh 21. 3 = ....

4

3

4

2

4

23

4

1

3

2

2

1

3

2

6

4

3

2

3

2

2

1

6

1

6

34

6

3

6

4

2

1

4

2

6

3

8

4

3

2

6

4

9

6

12

8

3

2

2

1

6

4

6

3

6

34

6

1

2

1

+

+

diambil

bagian

261

Pembahasan: + +

Berdasarkan diagram terlihat bahwa daerah hasil penggabungan menempati 6

bagian dari 4 bagian keseluruhan atau atau dapat dipandang sebagai 1 utuh

ditambah atau .

Hal ini berarti bahwa 3 = = = + + .

b. Perkalian Pecahan degan Bilangan Asli

Contoh 22. = ....

Pembahasan:

dapat diartikan sebagai bagian dari 6.

Garis bilangan dari 0 sampai 6 dibagi menjadi 3 bagian yang sama, dan

bagiannya ternyata sama dengan 4. Jika setiap skala dibagi lagi menjadi 3 bagian yang sama, maka posisi 4 akan menempati 12 bagian dari 3 bagian atau

.

Jadi = 4 = =

4

6

2

1

2

11

2

1

2

11

2

3

2

1

2

1

2

1

63

2

63

2

3

2

3

2

3

12

63

2

3

12

3

62

Diub

ah

Dia

mbil

Diga

bun

0

2

4

262

c. Perkalian Pecahan dengan Pecahan

Contoh 23. = .....

Pembahasan:

Untuk menentukan hasilnya ditentukan dengan cara sebagai berikut: Pembilang : Banyaknya daerah persegi panjang yang merupakan irisan dari

daerah yang dibatasi oleh dan .

Penyebut : Banyaknya daerah persegi panjang pada daerah persegi yang panjang sisi-sisinya satu satuan panjang.

Daerah yang panjang dan lebarnya sama dengan satu ternyata dibagi menjadi

20 bagian yang sama. Sedangkan daerah persegi panjang yang panjangnya

dan lebarnya menempati 6 bagian dari 20 bagian keseluruhan.

Jadi = = .

15. Pembelajaran Pembagian Pecahan

a. Pembagian Bilangan Asli dengan Pecahan

Contoh 24. 3 : = ....

Pembahasan:

3 : dapat diartikan sebagai: berapa banyaknya -an di dalam 3.

5

2

4

3

5

2

4

3

5

2

4

3

5

2

4

3

20

6

54

23

2

1

2

1

2

1

6

Di

ba

gi

Mene

mpati

2

263

Berdasarkan diagram terlihat bahwa apabila 3 dibagi-bagi ke dalam

-an diperoleh 6 buah pecahan -an. Jadi 3 : = 6 = .

b. Pembagian Pecahan degan Bilangan Asli

Contoh 25. : 2 = ....

Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa apabila dibagi 2 akan

memperoleh 2 buah -an. Jadi : 2 = = .

c. Pembagian Pecahan dengan Pecahan

Contoh 26. = .....

Pembahasan: dapat diartikan sebagai: ada berapa buah -an

di dalam , diperagakan:

Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa apabila dibuat menjadi

-an akan memperoleh 2 buah -an. Jadi = 2 =

C. Lembar Kerja 1. Bagaimana cara menanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan pada

pecahan yang selama ini Anda lakukan? Bandingkan dengan cara yang dibahas dalam modul ini.

2. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara menanamkan konsep pecahan ekuivalen.

3. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana cara menanamkan konsep perkalian dan pembagian pada pecahan dengan model luas daerah.

D. Lembar Latihan

2

1

2

1

2

1

1

23

2

1

2

1

4

1

2

1

4

1

2

1

2

1

4

1:

2

1

4

1:

2

1

4

1

2

1

2

1

4

1

4

1

4

1:

2

1

1

4

2

1

264

1. a. Dengan menggunakan model garis bilangan, berikan penjelasan untuk

menerangkan kepada siswa SD bahwa

b. Dengan menggunakan model luas daerah pada bidang datar, berikan

penjelasan untuk menerangkan kepada siswa SD bahwa .

2. Selesaikan dengan proses dan langkah-langkah yang tepat!

a. Ubahlah pecahan ke dalam bentuk penjumlahan dua pecahan, masing-

masing pembilangnya satu. b. Dengan menggunakan sifat asosiatif dan distributif, hitunglah nilai dari

.

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

KEDISIPLINAN

A. Tujuan Antara 1. Prinsip sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa. 2. Contoh sikap atau perilaku yang mencerminkan sila pertama pancasila adalah

pengakuan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

B. Uraian Materi Apa disiplin itu ?

Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), dinyatakan bahwa disiplin adalah : 1. Tata tertib (di sekolah, di kantor, dan sebagainya). 2. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib. 3. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu

Sedangkan menurut Blanford (1998 ) dalam Zaenal Aqib disiplin adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa sehingga dapat mengatur dirinya sendiri. Kebutuhan siswa menurut Banford (1998 ) adalah rasa aman, rasa memiliki , harapan , kehormatan , kesenangan dan kompetensi .Kebutuhan tersebut bila tidak terpenuhi maka terjadilah berbagai penyimpangan perilaku atau masalah disiplin .

Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.Sayangnya disiplin disekolah didefinisikan dengan prosedur yang terfokus pada konsekuensi pemberian hukuman. Riset menunjukkan bahwa

9

3

6

2

3

1

12

35

4

11

3

12

30

11

4

116

7

517

265

memberikan hukuman saja tidak cukup untuk menekan perilaku menyimpang dan mengembangkan perilaku prososial siswa. Paradigma baru tentang disiplin yaitu langkah-langkah atau upaya guru , kepala sekolah , orang tua dan siswa ikut mengembangkan keberhasilan perilaku siswa secara akademik maupun sosial . Jadi disiplin dijadikan alat menuju keberhasilan untuk semua guru guru dan siswa di berbagai situasi .Sekolah hendaknya tidak menggunakan penanganan perilaku secara individu dan terpisah-pisah , melainkan dengan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh . Menurut Zainal Aqib(2011;19 ) langkah-langkah pendekatan sistem disiplin menyeluruh adalah sebagai berikut ; a) perilaku yang diharapkan didefinisikan atau dirumuskan dengan jelas b) perilaku yang diharapkan ,diajarkan dalam kontek yang sesungguhnya. c ) perilaku yang sudah sesuai dengan harapan dihargai secara teratur.d ) perilaku yang menyimpang dikoreksi secara proaktif dan dengan prosedur yang jelas. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh ini harus didukung secara aktif oleh semua warga sekolah .

Ciri-ciri sekolah yang disiplin, aman dan nyaman menurut Zainal Aqib (2011) adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan fisik sekolah aman dan nyaman(gedung sekolah, kelas , laboratorium

dan halaman sekolah ) 2. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai . 3. Semua warga sekolah menerapkan disiplin yang efektif . 4. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik . 5. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan ,keadilan dan saling pengertian 6. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah harus diajarkan . 7. Strategi pengelolaan perilaku yang menyimpang sifatnya supportive terhadap

siswa. 8. Adanya program penyembuhan / terapi . 9. Adanya pemodelan / contoh perilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf

sekolah . 10. Adanya hubungan yang baik antara sekolah , orang tua komite sekolah dan

masyarakat Disiplin merupakan latihan yang diberikan kepada murid supaya mereka

bertindak sesuai dengan peraturan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Disiplin merupakan wujud nyata dari penghargaan kita pada diri sendiri dan orang lain. Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu.

Disiplin merupakan salah satu aspek perkembangan seorang individu yang berkaitan dengan cara untuk mengkoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin adalah beraneka aturan yang menjadi petunjuk dan pegangan kehidupan beradab suatu masyarakat agar dapat melangsungkan keberadaannya dalam keadaan aman, tertib, serta terkendali berdasarkan hukum dalam semua aspek kehidupan.

Aspek-aspek kedisiplinan Menurut Ahmadi (1991), aspek-aspek kedisiplinan antara lain:

266

1. Kemampuan pembawaan. 2. Kondisi fisik individu 3. Kondisi psikis 4. Kemampuan 5. Sikap terhadap sesuatu hal Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar Menurut Syah (1995) kedisiplinan belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : 1. Lingkungan. 2. Suasana emosional 3. Sikap 4. Hubungan orang tua dan anak. Macam – Macam Kedisiplinan 1. Disiplin dalam Menggunakan Waktu.

Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik.

2. Disiplin dalam Beribadah. Maksudnya ialah senantiasa beribadah dengan peraturan-peratuaran yang terdapat didalamnya. Kedisiplinan dalam beribadah amat dibutuhkan, Allah SWT senantiasa menganjurkan manusia untuk Disiplin, sebagai contoh firman Allah SWT.

3. Disiplin dalam Masyarakat 4. Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kedisiplinan merupakan hal yang amat menentukan dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, jika sampai terjadi erosi disiplin maka pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah : a. Faktor tuntutan materi lebih banyak sehingga bagaimana pun jalannya, banyak

ditempuh untuk menutupi tuntutan hidup b. Munculnya selera beberapa manusia yang ingin terlepas dari ikatan dan aturan

serta ingin sebebas-bebasnya c. Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah d. Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun e. Longgarnya peraturan yang ada Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan Ilmu kependidikan akan keguruan sebab saat ini banyak terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin. Macam-macam bentuk disiplin selain seperti yang disebutkan diatas, disiplin juga terbagi menjadi:

5. Disiplin Diri Pribadi

267

Apabila dianalisi maka disiplin menganung beberapa unsur yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan adanya proses sikap seseorang terhadap hal tersebut. Disiplin diri merupakan kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih luas lagi. Contoh disiplin diri pribadi yaitu tidak pernah meninggalkan Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

6. Disiplin Sosial Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam kaitannya dengan masyarakat atau dalam hubunganya dengan. Contoh prilaku disiplin social hádala melaksanakan siskaling verja bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan sebagaiannya.

7. Disiplin Nasional Berdasarkan hasil perumusan lembaga pertahanan nasional, yang diuraikan dalam disiplin nasional untuk mendukung pembangunan nasional. Disiplin nasional diartikan sebagai status mental bangsa yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang berlaku.

5. Faktor-faktor penghambat terhadap disiplin nasional a. Banyaknya pengaruh liberalisme, sosialisme, komunisme, fanatisme yang

berlebihan. b. Teladan pemimpin yang tidak memuaskan. c. Banyaknya aspirasi masyarakat yang tidak terpenuhi.

6. Upaya menumbuhkan disiplin nasional

a. Keteladanan b. Teguran c. Sanksi yang tepat Contoh pelaksanaan disiplin nasional dalam kehidupan sehari-hari: 1. Masuk dan keluar kantor sesuai waktunya 2. Menindak pelanggaran peraturan lalu lintas 3. Mengenakan sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh. Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin : 1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia yaitu dikarenakan adanya

pengetahuan, kesadaran, keamanan untuk berbuat disiplin 2. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu dikarenakan adanya perintah,

larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman dan sebagainya.

C. Lembar Kerja 1. Diskusikan permasalahan dibawah ini dengan teman-temanmu. 2. Carilah contoh tindakan atau perilaku yang tidak disiplin di lingkungan sekolah

maupun di lingkungan masyarakat, beserta solusinya ! 3. Laporkan hasil kerja kelompokmu di depan kelas.

No. Contoh Perilaku Indisipliner Cara mengatasinya

268

D. Lembar Latihan 1. Jelaskan apa yang dimaksud disiplin ! 2. Jelaskan macam-macam kedisiplinan ! 3. Apakah dorongan yang bisa mempengaruhi kedisiplinan ?

E. Kunci Jawaban 1. Disiplin adalah tata tertib atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib

dsb) atau disiplin adalah tindakan yang berhubungan dengan pengendalian diri, supaya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan selanjutnya bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.

2. Macam-macam kedisiplinan diantaranya : a. Disiplin dalam menegakkan waktu. b. Disiplin dalam beribadah. c. Disiplin dalam bermasyarakat. d. Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dorongan yang bisa mempengaruhi kedisiplinan yaitu : a. Dorongan dari dalam diri sendiri yaitu kesadaran. b. Dorongan dari luar dirinya yaitu perintah, ancaman, dan hukuman.

269

BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

MATERI AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

A. Tujuan Antara Melalui diskusi kelompok tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

SD, peserta pelatihan dapat merencanakan pembelajaran bahasa dengan baik.

B. Uraian Materi 1. Pembelajaran Menyimak

a. Pendahuluan Menyimak merupakan kegiatan yang sangat fungsional dalam kehidupan

manusia sehari-hari. Peranan menyimak dalam kehidupan manusia untuk:(1) landasan belajar bahasan, (2) penunjang keterampilan yang lain, yaitu berbicara, membca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambah informasi.

Kegiatan menyimak dalam kehidupan manusia untuk: (1) memperoleh informasi, fakta dan insprasi; (2) membedakan bunyi bahasa dengan tepat, (3) menikmati dan menghargai pembicaraan; (4) menilai hasil simakan; dan (5) meningkatkan keterampilan berbahasa.

Sebagai suatu proses, menyimak berlangsung dengan tahapan-tahapan: (1) mendengarkan, (2) memahami, (3) menginterprestasi; (4) menilai simakan, dan (5) menanggapi. Sebagai suatu proses, menyimak berlangsung dengan tahapan-tahapan: (1) mendengarkan; (2) memahami; (3) menginterprestasi; (4) mengevaluasi; dan (5) meningkatkan keterampilan berbahasa.

Untuk dapat menyimak dengan baik terhadap bahan simakan diperlukan kemampuan: (1) memusatkan perhatian; (2) menangkap bunyi; (3) mengingat; (4) linguistik dan non-linguistik; (5) menilai, dan (6) menanggapi.

Terdapat sejumlah jenis menyimak, tergantung dari aspek mana yang ditekankan. Aspek-aspek yang dijadikan dasar pengklasifikasian menyimak: (1) sumber suara, (2) cara menyimak,(3) taraf hasil simakan; (4) keterlibatan penyimak dan kemampuan khusus; dan (5) tujuan menyimak.

Dalam menyimak melibatkan beberapa faktor, antara lain: pembicara, pembicaraan, situasi, dan menyimak. Aktivitas dapat efektif bila faktor-faktor tersebut memenuhi sejumlah persyaratan antara lain: 1) Pembicara: menguasai materi, berbahasa yang baik dan benar, percaya diri,

berbicara sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan pendengar. 2) Pembicaraan: aktual, berguna, dalam pusat minat menyimak, sistematis

seimbang dengan taraf kemampuan penyimak. 3) Situasi: ruangan mendukung, waktu tepat, ketenangan terjamin dan peralatan

mudah digunakan. 4) Penyimak: kondisi sehat dan fisik mental, perhatian terpusat. Tujuan jelas,

minat tinggi, berkemampuan linguistik dan non linguistik dan berpengetahuan dan pengalaman luas.

270

b. Bahan Pembelajaran Menyimak Tujuan utama pembelajaran menyimak, melatih siswa memahami bahasa

lisan. Oleh sebab itu, pemilihan bahan pembelajaran menyimak harus anda sesuaikan dengan karakteristik siswa SD.

Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang Anda susun sendiri atau Anda ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh guru atau melalui alat perekam suara.

Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, guru secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikan atau menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan, menceritakan kembali, menemukan tema, atau menyimpulkan. 1) Metode Pembelajaran Menyimak

Beberapa metode menyimak yang dapat dilaksanakan di kelas tinggi sekolah dasar antara lain: 1) Metode menjawab pertanyaan; 2) Metode identifikasi tema kalimat topik/kata kunci; 3) Metode penyelesaian cerita; 4) Metode parafrasa; 5) Metode merangkum pembicaraan; 6) Simak ulang ucap; 7) Simak uang tulis; 8) Dikte; 9) Bisik berantai; 10) Permainan bahasa

2. Pembelajaan Berbicara

a. Klasifikasi Berbicara Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya,

cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Adapun materi pembelajaran berbicara di sekolah dasar diantaranya: 1) bercakap-cakap, 2) berdialog, 3) berdiskusi, 4) wawancara, 5) berpidato, 6) bermain peran; 7) berbalas pantun; dan sebagainya.

b. Bahan dan Strategi Pembelajaran Berbicara

Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, bercakap-cakap. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intoasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara dan pemahaman.

3. Pembelajaran Membaca

a. Pembelajaran Membaca Permulaan Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang

didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak di TK. Rubin (1993) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini.

271

1) Kegiatan Membaca Permulaan a) Peningkatan ucapan

Kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan murid mengucapan bunyi-bunyi bahasa.

b) Kesadaran Fonetik (Bunyi) Kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna. Kesadaran fonemik meliputi: a) Pembedaan bunyi; b) Pembedaan huruf; c) Konsonan awal dan akhir, klaster awal dan akhir, konsonan yang dilambangkan dua huruf (ny, ng, kh, sy); d) Vokal dan diftong; e) Huruf-huruf tertentu dan bunyinya; dan f) Suku kata

c) Hubungan antar Bunyi-Huruf Pengetahuan tentang hubungan bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca. Jika anak mengalami kesulitan dalam hal hubungan huruf-huruf, guru perlu mengajarkan hubungan huruf-huruf secara terpisah. Guru dipandang perlu mengidentifikasikan apakah anak telah dapat dengan tepat mencocokkan bunyi dengan huruf.

d) Kemampuan mengingat e) Orientasi dari kiri ke kanan f) Keterampilan kosa kata dan makna kata

Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi simbol tulis, mengucapkan dan menghubungkan dengan makna.

2) Materi Pembelajaran Membaca Permulaan

Berdasarkan Kurikulum atau silabus mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah disusun pada sekolah setempat salah satu contoh materi pembelajaran membaca permulaan ialah sebagai berikut. Kelas I: Materi kelas I diurutkan sebagai berikut: Semester Pertama: a. Persiapan (Pramembaca)

Pada tahap persiapan (pramembaca) ini, kepada anak dikenalkan tentang: (1) sikap duduk yang baik, (2) cara meletakkan atau cara menempatkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (5) melihat/memperhatikan gambar atau tulisan. Pada tahap persiapan ini sering dinamakan tahap membaca tanpa buku. Setelah tahap ini, yaitu tahap sesudah pramembaca disebut tahap membaca dengan buku.

b. Sesudah Pramembaca: Pada tahap Membaca permulaan ini anak dikenalkan tentang: (1) lafal atau ucapan kata (menirukan guru), (2) intonasi kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal anak, (3) kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal).

272

Huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap. Tahap pertama, dikenalkan sampai dengan 14 huruf. Keempat belas huruf tersebut sebagai berikut: 1) a, i, m, dan n 2) u, b, dan l 3) e, t, dan p 4) o dan d 5) k dan s Misalnya: 1) kata: ini, mama; untuk kalimat: mi mama 2) kata: ibu, lala; untuk kalimat: ibu lala 3) kata: itu, pita, ela; untuk kalimat: itu pita ela 4) kata: itu, bola, dadi; untuk kalimat: itu bola dadi 5) kata: kaki, siti, dua; untuk kalimat: kaki siti dua Tahap kedua, diperkenalkan lafal dan intonasi yang sudah dikenal dan kata baru. Huruf yang diperkenalkan 10 sampai 27 huruf. Misalnya: 1) Huruf baru: h, r, j, g. dan y Kata baru: hari, raja, jaga, gajah, bayi 2) Huruf baru lainnya: q, z, x, v, kh Kata baru: quran, zakat, supra x, vitamin, khairul 3) Materi lainnya berupa puisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan

tingkat usia siswa. Misalnya: kakekku ini kakekku kakek dari ibu gigi kakek hanya satu kakekku amat lucu

Semester kedua: Materi pembelajaran Membaca Permulaan berikutnya: (a) Bacaan lebih kurang 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang

wajar). Misalnya: itu papa tina papa tina makan ubi papa saya juga makan ubi dst.

(b) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya) Misalnya: sita dan tini naik kuda mereka membeli roti roti dibeli juga untuk adik

(c) Huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci, awal kalimat

273

Misalnya: Tina, Siti, Badu, Anto Allah, Tuhan Yang Maha Esa Agama Islam, Agama Katolik, Agama Kristen, Agama Hindu Al Qur’an, Al Kitab, Weda, Taurat, Injil, Tri Pitaka

(d) Penggunaan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat (1) Kelas II:

Materi untuk kelas II dirutkan sebagai berikut: Semester pertama: 1. Paragraf (15 sampai 20 baris) dibaca dengan lafal dan intonasi

yang tepat dan wajar. Bahan untuk itu dapat diambil dan bahan ajar, atau dan majalah anak-anak, misalnya Bobo dengan memilih wacana yang ada kaitannya dengan bidang studi Marematika, IPS, PKn, atau IPA.

2. Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya). Bahan untuk ini pun dapat diambil dan bacaan dengan bidang studi IPS, IPA, PKn, atau Matematika, yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Jika hal itu sulit dilakukan, guru dapat membuat sendiri.

3. Huruf besar pada awal kalimat. Bahan untuk ini juga dapat dibuat oleh guru sendiri, atau diambilkan dari majalah anak-anak atau bacaan yang lain, yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan usia siswa.

4. Bacaan dengan kalimat-kalimat sederhana (menggunakan huruf kapital pada awal kalimat) untuk dipahami isinya.

Semester kedua: (a) Cerita anak-anak (dengan memperhatikan jeda yang ada di

dalam bacaan) (b) Percakapan/ dialog tentang suatu kegiatan (menggunakan tanda

baca berupa titik (.), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat). (c) Puisi anak-anak (dibaca secara kelompok). (d) Problem Umum yang Dihadapi Anak dalam Membaca Permulaan

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak memahami isi bacaan. Pada tabel 5.2.1 berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi anak dalam belajar membaca.

274

Tabel 4.5.1

No Kategori Wujud

1 Pramembaca 2) Kurang mengenali huruf

2 Membaca Bersuara

1) Membaca kata demi kata 2) Memfrasekan yang salah 3) Miskin pelafalan (kesalahan pengucapan) 4) Penghilangan 5) Pengulangan 6) Pembalikan 7) Penyisipan 8) Penggantian 9) Menggunakan gerak bibir, menggunakan

jari telunjuk, dan menggerakkan kepala

3 Pemecahan kode (decoding)

1) Kesulitan konsonan 2) Kesulitan vokal 3) Kesulitan kluster, diftong, digraf 4) Kesulitan menganalisis struktur kata 5) Tidak mengenali makna kata dalam

kalimat

b. Pembelajaran Membaca Lanjut

Proses membaca sangat komplek dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (3) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (4) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Interaksi antar-aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.

Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi: a) Menikmati keindahan yang terkandang dalam bacaan; b) Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan; c) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; d) Menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; e) Menghubungkan pengetahuan barudg skemat siswa; f) Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan; g) Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum meembuatan membaca; h) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan; i) Mempelajari struktur bacaan; j) Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.

275

Membaca melibatkan karakter khusus dan menggunakan pengenalan kata serta strategi pemahaman. Kosakata adalah salah satu dari beberapa faktor yang paling penting mempengaruhi pemahaman. 1) Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru menerapkan kegiatan prabaca, kegiatan inti membaca dan kegiatan pascabaca dalam pembelajaran membaca. a) Kegiatan Prabaca

Kegiatan prabaca dimaksudkan untuk menggugah perilaku siswa dalam penyelesaian masalah dan motivasi penelaahan materi bacaan. 1) Gambaran awal; 2) Petunjuk untuk melakukan antisipasi; 3) Pemetaan semantik; 4) Menulis sebelum membaca; dan 5) Dramaisimulasi (creative drama)

b) Kegiatan Inti Membaca Beberapa strategi dan kegiatan dalam membaca dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Strategi yang dimaksud adalah : 1) Strategi metakogniotif; 2) Cloze procedure; 3) Pertanyaan pemandu

c) Kegiatan Pascabaca: 1) Memperluas kesempatan belajar; 2) Mengajukan pertanyaan; 3) Mengadakan pameran visual; 4) Pementasan teater aktual; 5) Menceritakan kembali; 6) Penerapan hasil membaca

2) Jenis-jenis Membaca a) Membaca bersuara: 1) Membacakan; 2) Membaca teknik; 3) Membaca

indah b) Membaca dalam hati (membaca pemahaman): 1) Membaca intensif; 2)

Membaca kritis; 3) Membaca memindai; 4) Membaca bahasa; 5) Membaca apresiatif; 6) Membaca pustaka; 7) Membaca studi

4. Pembelajaran Menulis

Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi pramenulis, penulisan, draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan. Seperti halnya perkembangan membaca, perkembangan anak dalam menulis juga terjadi perlahan-lahan. Dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Combs (1996) mengemukakan bahwa perkembangan menullis mengikuti prinsip-prinsip berikut: 1) Prinsip keterulangan (recurring principle); 2) Prinsip generatif (generative principle); 3) Konsep tanda (sign concept); 4) Fleksibilitas (flexibility)

Siswa kelas awal dapat dikategorikan terampil menulis jika siswa telah mampu menuliskan lambang bunyi bahasa dalam tataran huruf, merangkai huruf menjadi suku kata dan kata, merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna dan menyusun kalimat menjadi peragraf sederhana. Tulisan siswa tersebut lengkap/tidak ada huruf yang kurang, terbaca, benar tulisannya (bentuknya, merangkainya), dan sudah mengikuti kaidah EYD bila sudah diajarkan.

Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam jam pelajaran dan di luar jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis di

276

kelas adalah bermain-main dengan bahasa dan tulisan, kuis, membuat atau mengganti akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam pelajran, guru dapat menggunakan strategi menulis buku harian, menyelenggarakan majalah dinding atau membuat kliping yang semuanya diarahkan agar siswa senang menulis. Latihan menulis di kelas tinggi dapat dipancing dengan: 1) Gambar; 2) Pengalaman; 3) Peribahasa atau puisi dan sebagainya

Materi pembelajaran membaca menulis meliputi sastra dan non sastra. Pembelajaran membaca menulis sastra meliputi puisi, prosa, dan drama. Adapun pembelajaran membaca menulis non sastra meliputi MMP, pengumuman, undangan, surat, laporan pengamatan, meringkas isi bacaan, dan lain-lain.

5. Pembelajaran Apresiasi Sastra

a. Membaca Puisi Gema Hati Seorang Anak di Hari Sumpah Pemuda

Ma, Pagi tadi sang saka merah putih berkibar lagi, Aku jadi pembaca ikrar Sumpah Pemuda Alangkah bangganya Ma, Kaki kecilku melangkah tegap.... Kuulangi lagi Sumpah Pemuda Setia dan bersatu pada negara...... Satu kebanggaan meresap di kalbuku pagi itu, ma Ketika aku meneriakkan Bertanah air satu Berbangsa satu Berbahasa satu Indonesia.....tercinta (karya: Connie Adidjaya)

1) Berilah kesempatan membaca dalam hati agar anak dapat

menghayati isi bacaan secara garis besarnya. 2) Guru bersama siswa membahas kesukaran bahasa dan makna kata

(jika ada) agar anak tidak terganggu dalam memahami puisi tersebut.

b. Pertanyaan Bacaan c. Penilaian

Hal-hal yang dinilai dari membaca puisi di atas antara lain adalah: a. Pemahaman terhadap wacana b. Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, dan lagu kalimat c. Kuat atau lemah, keras atau lembut: jelas atau tidaknya suara

(termasuk volume) d. Penghayatan dan penjiwaan terhadap wacana yang dibaca e. Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca

277

d. Menulis Puisi Untuk dapat menulis puisi, siswa dapat mencontoh puisi yang sudah ada, menarasikan pengalamannya, mendeskripsikan sesuatu atau dipancing dengan huruf awal pada setiap lariknya yang mendukung tema tertentu.

KARTINI

Kaulah pelita wanita Indonesia Alangkah besar jasamu pada pertiwi ini Ramah, lembut penampilanmu Tapi semangatmu tak pernah padam Indah di hati kami Nan kian mewangi Itulah yang harus kami warisi

6. Pembelajaran Bahasa Indonesia (Penerapan Pendekatan Pembelajaran Whole

Language) 1. Pembelajaran Kompetensi Dasar “Menulis laporan pengamatan atau

kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan” dengan pendekatan Whole Language

Laporan dapat diartikan segala sesuatu yang dilaporkan (Depdiknas, 2005: 640). Dengan demikian, “laporan pengamatan” bisa berarti laporan yang memuat hasil pengamatan. Begitu pula “laporan kunjungan”, bisa berarti laporan yang memuat hasil kunjungan.

Tujuan laporan pengamatan atau laporan kunjungan dapat beraneka macam, di antaranya adalah: a. Memberikan keterangan atau penjelasan tentang sesuatu yang diamati

atau dikunjungi. b. Memberitahukan sesuatu tentang hal yang diamati atau dikunjungi. c. Memulai kegiatan, cara melaksanakan kegiatan, mengkoordinasikan

seluruh kegiatan, dan merangkum pelaksanaan kegiatan, jika hal-hal yang dilaporkan merupakan suatu kegiatan.

Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan atau Kunjungan dengan Pendekatan Whole Language a. Guru mengkondisikan siswa kemudian memberikan apersepsi: “Pernahkah

kalian melakukan pengamatan terhadap sesuatu?” b. Guru menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa dan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai, misalnya: “Anak-anak, pada kesempatan ini kita akan belajar tentang menulis laporan pengamatan, dan seusai pembelajaran ini, kalian hendaknya dapat menulis laporan pengamatan tentang sesuatu.

278

c. Guru memotivasi siswa bahwa dengan melakukan pengamatan terhadap sesuatu maka seseorang akan terbiasa menjadi orang yang cermat dan teliti, kemudian siswa diajak menyanyikan lagu “Lihat Kebunku”.

Lihat Kebunku

Lihat kebunku Penuh dengan bunga Ada yang putih dan ada yang merah Setiap hari ku siram semua Mawar, melati, semuanya indah

d. Guru meminta kepada siswa untuk mencermati syair lagu tersebut, kemudian memberikan beberapa pernyataan, misalnya (1) apa yang dilihat atau diamati; (2) kapan…..; (3) di mana…..; (4) siapa yang……; (5) mengapa disirami?; dan (6) bagaimana keadaan bunga tersebut?

e. Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa. f. Guru memberikan contoh laporan hasil pengamatan (tetapi jika di dalam

buku teks siswa atau buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah ada contohnya, maka guru tinggal menyuruh siswa untuk membuka contoh yang ada pada buku tersebut).

g. Secara individu (dalam kelompok) siswa membaca (dalam hati) contoh laporan pengamatan (sustained silent reading) Contoh:

Laporan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas Tema: Budaya Tertib

A. Pendahuluan Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha

Penyayang.Atas berkah dan rahmat-Nya, kami sekelompok dapat melakukan pengamatan tertib berlalu lintas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulastin.Beliaulah yang telah membimbing kami dalam melakukan pengamatan dan pembuatan laporan ini.

B. Pelaksanaan Kegiatan Dalam rangka mencari informasi yang berhubungan dengan

tertib berlalu lintas, kami melakukan pengamatan di persimpangan Jalan Pemuda Klaten.

Kegiatan ini kami lakukan pada hari Senin, 11 Februari 2008, pukul 06.30–14.00. Di sana terdapat empat lampu lalu lintas. Di dekat tiap-tiap lampu kami tempatkan satu petugas untuk melakukan pengamatan.

Berdasarkan catatan pengamatan dapat kami laporkan perihal berikut. 1. Kepadatan Lalu Lintas

Lalu lintas sangat padat, terutama pada pukul 06.30–07.30. Pada saat itu jalan dipadati anak-anak sekolah, pekerja, dan pegawai. Selepas pukul 08.00 jalan agak sepi. Kendaraan yang lewat

279

pada umumnya kendaraan umum. Pada pukul 13.00–14.00 lalu lintas kembali padat. Waktu itu saatnya para pelajar dan beberapa pegawai pulang. Namun, kepadatan lalu lintas tersebut tidak sampai menimbulkan kemacetan. Lalu lintas dapat dikatakan lancar.

2. Pelanggaran Lalu Lintas Selama kami melakukan pengamatan, terdapat beberapa

pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran yang cukup banyak adalah terkait dengan helm. Pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm standar ada 13 dan yang tidak memakai helm ada 5. Selain itu, ada 3 pengendara melanggar lampu merah.

3. Peranan Polisi Peranan polisi masih sangat dibutuhkan untuk menangani

berbagai pelanggaran di perempatan itu. C. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan berikut. 1. Pada jam berangkat dan pulang sekolah lalu lintas sangat padat.

Namun,tidak sampai menyebabkan kemacetan. 2. Pelanggaran lalu lintas masih sering terjadi. 3. Untuk menertibkan lalu lintas, peran polisi masih diperlukan.

Berdasarkan hal di atas, kami menyarankan para pengemudi dan pengendara motor untuk mematuhi peraturan lalu lintas. Adapun polisi harus bersikap tegas untuk menekan terjadinya pelanggaran. Itu semua perlu dilakukan demi ketertiban dan keselamatan bersama.

D. Penutup Demikianlah laporan hasil pengamatan kami terhadap lalu lintas

yang ada di perempatan Jalan Pemuda Klaten. Semoga laporan ini bermanfaat bagi siapapun. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.Atas tanggapan yang diberikan, sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

Laporan ini disusun oleh: 1. Agus Endra W. 2. Ocktavia Kartika P. 3. Adhelia Candra K. 4. Putri Intan P.

h. Hasil membaca individu didiskusikan dengan teman kelompoknya untuik menemukan kesamaan pandang tentang isi dan sistematika laporan (shared reading).

i. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan dan kelompok lain menanggapi. j. Guru dan siswa menganalisis contoh laporan pengamatan (secara bersama-

sama), baik mengenai isi maupun urut-urutan/sistematika laporan (guided reading)

k. Guru menjelaskan bahwa hal yang diamati harus dilaporkan secara apa adanya (objektif) dari segala sesuatu yang dilihatnya, didengarnya

280

diraba/yang dirasakan oleh kulit kita, yang dibau, yang dikecap (bila ada), dan yang dirasakan oleh perasaan/hati (5 indera + 1 perasaan). Adapun langkah-langkah membuat laporan di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Melakukan Pengamatan

Sebelum melakukan pengamatan, harus menentukan sesuatu yang akan kamu amati. Sesuatu yang akan diamati disebut objek pengamatan. Sesudah menentukan objek, harus menentukan perihal apa saja yang akan diamati dari objek tersebut. Selanjutnya, dapat dilakukan pengamatan. Bawalah perlengkapan yang diperlukan, misalnya, alat tulis dan kamera jika diperlukan.

2) Membuat Catatan Pada saat melakukan pengamatan, cobalah mencatat peristiwa atau perihal yang telah ditentukan. Hal yang diamati itu, misalnya, kepadatan lalu lintas di jalan raya dekat sekolahmu. Untuk itu harus mencatat orang dan kendaraan yang lewat. Perhatikan contoh catatan pengamatan berikut ini!

Catatan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas

a) Tema : budaya tertib. b) Tujuan : mengetahui kesadaran masyarakat akan tata tertib berlalu

lintas. c) Pelaksanaan

Hari dan tanggal : Senin, 11 Februari 2008. Waktu : pukul 06.30–14.00. Tempat : perempatan Jalan Pemuda Klaten (lampu merah).

d) Kegiatan (1) Mengamati jumlah kendaraan bermotor yang lewat. (2) Mengamati pengendara motor yang melakukan pelanggaran.

e) Hasil yang dicapai (1) Lalu lintas padat pada pagi dan siang hari antara pukul 13.00–

14.00. (2) Pelanggaran terbanyak adalah tidak mengenakan helm standar

ada 13, tidak memakai helm ada 5, dan melanggar lampu lalu lintas sebanyak 3 pengendara motor.

(3) Peranan polisi lalu lintas masih sangat diperlukan meskipun sudah terdapat lampu lalu lintas.

3) Membuat Kerangka Laporan Sesudah melakukan pengamatan, kegiatan berikutnya adalah

membuat kerangka laporan. Kerangka itu akan memudahkanmu dalam membuat laporan yang urut dan teratur. Perhatikan contoh kerangka laporan di bawah ini!

281

Kerangka Laporan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas A. Pendahuluan

Ucapan terima kasih B. Pelaksanaan Kegiatan

1. Tempat dan waktu pengamatan 2. Petugas 3. Hasil yang diperoleh

C. Kesimpulan dan Saran D. Penutup

4) Menulis Laporan Kegiatan selanjutnya adalah menulis laporan. Kerangka yang sudah dibuat dikembangkan menjadi laporan utuh (guided writing)

l. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

m. Guru dan siswa menyimpulkan cara-cara menulis laporan pengamatan. n. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis laporan pengamatan

secara kelompok (independen writing) Coba kerjakan bersama kelompokmu! 1) Bagilah kelasmu menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas

tiga atau empat siswa! 2) Lakukanlah pengamatan terhadap salah satu objek berikut!

a) Perpustakaan sekolah. b) Kegiatan anak-anak pada saat istirahat. c) Tempat parkir sekolah. d) Kamar kecil sekolah

3) Buatlah catatan pada saat melakukan pengamatan, kemudian diskusikan dengan kelompokmu!

4) Berdasarkan catatan pengamatan, buatlah kerangka laporan dan konsultasikan kepada guru!

5) Kembangkan kerangka laporan tersebut menjadi laporan yang utuh! 6) Jika sudah selesai, kumpulkan kepada guru untuk dikomentari dan

dinilai! 7) Betulkan laporanmu berdasarkan saran atau komentar guru!

C. Lembar Kerja

Pembelajaran menulis kelas 4 semester 1 1. Kompetensi Dasar

Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dan lain-lain) dengan kalimat efektif dan memperhatikan ejaan.

2. Tujuan Pembelajaran Melalui contoh surat undangan tidak resmi, siswa dapat membuat surat undangan ulang tahunnya sendiri secara tepat.

282

3. Buatlah langkah-langkah pembelajaran intinya!

D. Latihan 1. Bagaimana cara saudara untuk membelajarkan bermain peran di kelas V SD? 2. Ada siswa kelas I semester 2 yang belum bisa membedakan huruf ”b” dan ”d”.

Bagaimana cara saudara untuk mengatasi cara tersebut? 3. Jelaskan yang dimaksud membaca memindai dan berilah contohnya!

283

ASESMEN Petunjuk: Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D. 1. Selalu memberikan hukuman atau ancaman bagi perilaku yang menyimpang

merupakan … A. Definisi disiplin yang benar B. Penangangan perilaku disiplin secara individu C. Paradigma sistem disiplin secara menyeluruh D. Konsekuesi pemberian hukuman

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan siswa menimbulkan sikap tidak disiplin. Kebutuhan siswa tersebut diantaranya … A. Terpenuhinya selera B. Tanpa adanya ikatan tertentu C. Rasa aman D. Kebebasan untuk berperilaku

3. Salah satu tindakan yang mencerminkan sikap disiplin siswa di sekolah adalah.... A. Memakai seragam sesuai selera. B. Belajar pada saat pelajaran sekolah. C. Datang ke sekolah tepat waktu. D. Tidak pernah membantah guru .

4. Untuk mengetahui daya simak siswa, maka guru dapat menggunakan cara-cara di bawah ini, kecuali… A. menjawab pertanyaan B. menceritakan kembali C. mendengarkan apa yang disimak D. menyimpulkan isi yang disimak

5. i-ni i-bu ma-il ma-il be-li pe-na ma-il da-ri -ko-ta so-lo ko-ta ma-il ma-il su-ka bo-la Bacaan di awas dapat diberikan kepada siswa SD kelas I semester I untuk membelajarkan huruf-huruf di bawah ini, kecuali … A. a, i, m, n B. u, b, l, e, t C. b, c, l, d, s D. o, d, k, p, s

6. Untuk memberikan latihan menulis di kelas tinggi SD, guru dapat memberikan pancingan dengan hal-hal berikut ini, kecuali … A. tema tentang kesehatan B. gambar seri anak jatuh dari sepeda C. peribahasa atau puisi D. pengalaman bermain peran

284

7. Guna memproses makanan dalam sistem pencernaan, manusia dibantu oleh kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan yang menghasilkan hormon insulin adalah.… A. Hati B. Empedu C. Pankreas D. Kelenjar ludah

8. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar di dalam tubuh yang mempunyai berbagai macam fungsi. Berikut ini fungsi hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan.... A. Menghasilkan empedu B. Menghasilkan zat makanan C. Menghasilkan sel darah D. Menetralkan racun

9. Jika A : B = 2 : 3 dan B : C = 2 : 5, maka A : C = …. A. 4 : 15 B. 2 : 5 C. 3 : 5 D. 5 : 7

10. Jika a : b : c = 5 : 3 : 2, maka nilai dari adalah ….

A.

B.

C.

D.

11. Urutan pecahan-pecahan dari yang terkecil hingga yang terbesar yang

benar adalah ….

A.

B.

C.

D.

12. Di antara pernyataan-pernyataan ini di bawah ini yang benar adalah ….

A.

cba

cba

5

2

5

3

2

3

3

5

6

5,

5

3,

7

4,

3

2

6

5,

5

3,

3

2,

7

4

6

5,

3

2,

5

3,

7

4

6

5,

5

3,

7

4,

3

2

6

5,

7

4,

5

3,

3

2

qpqp

111

285

B.

C.

B.

13. Bilangan pecahan berikut yang terletak di antara dan adalah ….

A.

B.

C.

D.

14. Hasil dari operasi hitung adalah ….

A.

B.

C.

D.

KUNCI JAWABAN

1. B 8. A

2. C 9. A

3. C 10. B

4. C 11. B

5. C 12. C

6. A 13. C

qs

rp

s

r

q

p

qs

qrps

s

r

q

p

s

r

u

t

s

r

u

t:

11

10

12

11

132

120

132

121

264

241

264

243

5

34

5

13:

3

22

3

21

4

13

6

23

12

56

6

29

12

65

286

7. C 14. D

DAFTAR PUSTAKA A. Latief. 2001. Ejaan. Jakarta: Depdiknas. Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Aqib , Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Anak Bangsa. Bandung :

YRAMA WIDYA. Cholis Sa’dijah, dkk..1997. Pendidikan Matematika II. Jakarta : Ditjen Dikti. D’Augustine, C. Dan Smith, W.C. (Jr). 1992. Teaching Elmentary School Mathematics.

New York: Harper Collins. Depdikbud. 1991. Petunjuk Pembelajaran Membaca, Menulis Permulaan. Jakarta:

Dikdasmen. Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Djoko Iswadji. 1998. Geometri II. Yogyakarta : P3G Matematika. Gatot Muhsetyo, dkk. 2002. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka. Http://biologi.blogsome.com/2011/01/05/sistem-pencernaan-pada-manusia/ Http://ezzahhidayati.blogspot.com/2011/05/bab-v-sistem-pencernaan-makanan.html Http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2243994-pengertian http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kemal Adyana Kurnadi. 2001.Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 2.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kennedy, L.M. dan Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Belmont: Wadswoth. Nana Djumhana,dkk. 2006. Konsep Dasar Biologi Untuk SD. Bandung: UPI Press Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Ditjen Dikti Depdiknas. Soewito, dkk. 1992. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Sukirman. 1986. Ilmu Bilangan. Jakarta : Karunika.

287

PERISTILAHAN/GLOSSARY

Karakter : Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang .

Cloze procerude : Teknik rumpang (menghilangkan sebagian informasi dalam bacaan, dan siswa diminta mengisinya)

Frasa : Kelompok kata Memindai : Membaca secara cepat untuk mendapatkan informasi secara

tepat, misalnya membaca kamus, buku telepon, jadwal, tabel dan sebagainya.

Parafrase : Mengubah bentuk wacana atau bentuk sastra, misalnya dari puisi ke bentuk prosa atau sebaliknya, dan sebagainya.

Pecahan : Suatu bilangan yang dapat ditulis melalui pasangan terurut dari

bilangan bulat a dan b, dan dilambangkan dengan ,

dengan b ≠ 0.

b

a

288

PETA KEDUDUKAN MODUL

Dipecah menjadi beberapa

buah -an

Peristiwa

Pemahaman bahasa

meliputi wacana narasi,

deskripsi, eksposisi dan

argumentasi

Peristiwa dalam

kehidupan

Mekanisme energy panas

dapat merubah sifat-sifat

289

290

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Dalam kehidupan ini, kita sering mengalami berbagai peristiwa, baik itu peristiwa menyenangkan maupun peristiwa tidak menyenangkan. Contoh peristiwa menyenangkan adalah kita mendapat rezeki yang banyak yang tidak terduga-duga, kita mendapat hadiah dari atasan karena kerja keras kita, dan sebagainya, sedangkan contoh peristiwa tidak menyengkan, adalah pada saat kita mendapat cobaan sakit.

Sering kita tidak menyadari banyak peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan ini. Salah satu contoh peristiwa tersebut adalah peristiwa terbit dan tenggelamnya matahari. Peristiwa terbit dan tenggelamnya matahari tersebut sangat menentukan kelangsungan hidup manusia. Karena dengan peristiwa tersebut, tumbuhan dapat menghasilkan energi dan oksigen yang dibutuhkan manusia.

Jika kita menghadapi peristiwa yang menyenangkan, kita tidak boleh terlalu bergembira tetapi kita harus mensyukuri nikmat Allh SWT, sebaliknya jika menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan kita tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan.

Baik pada saat kita mengalami peristiwa menyenangkan maupun peristiwa tidak menyenangkan, kita tidak boleh hanya menyandarkan pada perasaan kita, tetapi kita harus berpikir positif dan mengunakan akal dan penalaran kita. Di samping itu, dalam menanggapi peristiwa tersebut, kita harus mengungkapkannya dalam bahasa yang santun.

Terkait peristiwa dalam kehidupan, marilah kita membahas hal-hal berikut: 1. Peristiwa dalam kehidupan 2. Fenomena cahaya 3. Penggunaan penalaran untuk menghadapi berbagai peristiwa dalam kehidupan 4. Pemahaman bahasa meliputi wacana narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi 5. Mekanisme energi panas dapat merubah sifat-sifat benda 6. Peristiwa perubahan kostitusi di Indonesia (Amandemen)

B. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan pendidikan dan latihan profesi guru kelas SD. Penyajian modul disusun berbasis tema. Dalam modul ini terdapat lima tema yaitu (1) tema makhluk hidup dan lingkungan, (2) tema globalisasi, (3) tema kewirausahaan, (4) tema kesehatan, dan (5) tema peristiwa. Pemilihan tema dan subtansi materi dalam tema telah diusahakan sesuai dengan tema-tema di SD.

Agar Anda berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut: 1. Pelajari peta kedudukan modul (jaringan tema) pada masing-masing modul. 2. Bacalah deskripsi pada masing-masing modul. 3. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai Anda

memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut. 4. Kerjakan smua kegiatan / praktik untuk memahami modul. 5. Diskusikan dengan teman-teman Anda dalam mengatasi materi-materi yang belum

Anda pahami.

291

6. Kerjakan semua soal latihan yang terdapat di akhir modul ini dengan sikap disiplin dan mandiri.

Selamat belajar semoga sukses.

C. Tujuan Akhir

Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran tema Peristiwa di SD secara holistik.

292

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN

A. Tujuan Antara 1. Melalui diskusi tentang pengaruh kebudayaan peserta latihan dapat menjelaskan

beberapa bukti pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha terhadap kebudayaan Indonesia dengan benar.

2. Melalui pengamatan gambar peserta latihan dapat menunjukkan bukti-bukti pengaruh kebudayaan Islam terhadap kebudayaan Indonesia dengan benar

3. Melalui diskusi peserta latihan dapat membuat garis waktu yang menunjukkan kronologi peristiwa-peristiwa sejarah sekitar proklamasi dengan benar.

B. Uraian Materi Pengaruh Kebudayaan India (Hindu dan Budha) 1. Awal mula kedatangan kebudayaan India

Pada masa pra sejarah kebudayaan bangsa Indonesia masih menunjukkan keasliannya dan masih belum mengenal tulisan. Dalam masa itu pengaruh kebudayaan luar belum dikenal.Baru pada abad pertama masehi, mulai terjadi pertemuan antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan luar,yaitu kebudayaan Hindu yang datang dari India.Masuknya pengaruh Kebudayaan Hindu itu telah menandai berakhirnya jaman pra sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke dalam jaman sejarah

Menurut sebagian para ahli sejarah, kebudayaan India yang datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India Mereka sejak awal masehi telah mengadakan hubungan dagang dengan bangsa Indonesia.

Masuknya pengaruh India melalui agama Hindu ke Indonesia dapat ditelusuri dengan ditemukannya batu-batu tertulis di Kutai ( Kalimantan Timur ) dan Jawa Barat, yang ditulis menggunakan huruf Pallawa. Huruf Pallawa merupakan huruf yang biasa digunakan di India Selatan antara abad ke-3 sampai ke – 7. Bahasa yang digunakan dalam batu tertulis adalah bahasa Sansekerta bahasa resmi di India. Batu tertulis atau prasasti dimaksud untuk memuji kebesaran raja yang memerintah saat itu.

Batu tertulis di Kutai dan di Bogor merupakan batu tertua ini membuktikan bahwa pengaruh kebudayaan luar yang pertama mempengaruhi kebudayaan Indonesia. Pengaruh kebudayan India terhadap kbudayaan Indonesia berlangsung dari abad pertama masehi sampai dengan kira-kira tahun 1500 masehi dengan lenyapnya kerajaan Majapahit.

2. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha

Kerajaan - kerajan tersebut antara lain Kutai, Taruma nagara, Kaling, Sriwijaya, Mataram, Kediri, Singasari sampai Majapahit. a. Kerajaan Kutai, kerajaan tertua di Indonesia terdapat di Kalimantan Timur.

Ditemukan prasasti dengan memakai huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta sekitar tahun 400 M. Rajanya terkenal adalah Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Kudungga.

293

b. Kerajaan Tarumanagara, di Jawa Barat tahun 400 - 500 M. Rajanya Purnawarman Bukti ditemukannya prasasti di dekat Bogor (Kebon Kopi, Ciaruteun, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten), di daerah Jakarta (Tugu, Cilincing), di Banten selatan (Lebak, Muncul), Agama Hindu, rajanya Purnawarman, dan pernah menggali sungai yaitu sungai Gomali sepanjang 12 km.

c. Kerajan Sriwijaya, di Sumatera pada abad ke 7 ada kerajaan Tulang Bawang (Sumatera Selatan), Melayu (Jambi), dan Sriwijaya (Sumatera Selatan). Kerajaan yang terkenal adalah Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat agama Budha. Guru terkenal Sakyakirti. Tahun 690 Sriwijaya menaklukkan kerajaan sekelilingnya.

d. Kerajaan Mataram Hindu dan Budha, berdasarkan prasasti Canggal tahun 732, dikenal kerajaan beragama Hindu, rajanya Sanna yang kemudian diganti Sanjaya. Sanjaya dapat menciptakan kemakmuran, ketenteraman rakyatnya.

e. Sanjaya dan Sailendra. Pada abad ke 8 dan 9 di Jawa Tengah berkuasa dua keluarga kerajaan yang berbeda agama, yaitu keluarga wangsa Sanjaya beragama Hindu dan keluarga beragama Budha. Keluarga Sanjaya berkuasa di derah Jawa Tengah utara sedang keluarga Sailendra di Jawa Tengah selatan. Hal ini bisa dilihat dari candi-candi abad ke 8 dan 9 di Jawa Tengah utara bersifat Hindu ,sedang di selatan bersifat Budha.

f. Keluarga Sailendra berkuasa tahun 750- 850. Candi terkenal candi Kalasan, candi Ngawen, candi Borobudur (Samaratungga). Pada pertengahan abad ke 9 kedua keluarga itu bersatu dengan perkawinan antara Rakai Pikatan (keluarga Sanjaya) dengan Pramudawardani (keluarga Samaratungga). Candi Rorojonggrang di Prambanan didirikan oleh Rakai Pikatan, sedang candi Plaosan didirikan oleh Pramodawardani

Gambar 5.2.1 Candi Borobudur

http://cepplux.blogspot.com/2011/09/gambar-candi-borobudur-dan-candi.html?m=1

294

Gambar 5.2.2 Candi Prambana

http://cepplux.blogspot.com/2011/09/gambar-candi-prambanan-dan-candi.html?m=1

g. Kerajaan Kanjuruan. di Jawa Timur tahun 760 dalam prasasti Dinoyo bertuliskan

huruf Kawi berbahasa Sansekerta ada kerajaan Kanjuruan dengan raja Dewa Simha punya anak Limwa bergelar Gajayana. Candi yang didirika yaitu Candi Badut.

h. Kerajaan Kediri 1042-1222. Raja yang terkenal Kameswara. Banyak karya satra yang dihasilkan yaitu Kitab Smaradahana oleh mpu Dharmaja, kitab Bharatayuda oleh mpu Sedah diselesaikan mpu Panuluh.

i. Kerajaan Singasari tahun 1222 – 1292 raja terkenal Ken Arok. Banyak pembunuhan keluarga raja. Raja terakir bernama Kertanegara yang mempunyai cita-cita mengembangkan kekuasaanya sampai di Sumatera, Bali, Kalimantan.

j. Kerajaan Majapahit tahun 1293 – 1528. Raja pertama Raden Wijaya, memerintah dengan tegas, bijaksana, keadaan Negara aman dan tenteram. Raja berikutnya Jayanegara, banyak pemberontakan, lalu diganti Tribhuwana Tunggadewi dengan patih Gajahmada. Gajah Mada punya cita-cita menyatukan kekuasaan dibawah Majapahit, terkenal dengan Sumpah Palapa. Raja terkenal adalah raja Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada. Majapahit mengalami jaman keemasan. Hasil kesusastraan jaman Majapahit yaitu Negarakertagama (mpu Prapanca) dan Sutasoma (mpu Tantular).

3. Pengaruh Kebudayaan Islam

Kedatangan Islam pertama diperkirakan pertama kali ke Aceh. Berdasarkan n Marco Polo (Italia) singgah di Aceh tahun 1292, sudah ada penduduk yang memeluk agama islam di Perlak dan banyak pula pedagang islam dari India yang giat menyebarkan agama. Bukti kuat yaitu adanya makam raja islam yaitu Sultan Malik al

295

Saleh. Yang membawa dan menyiarkan Islam pertama di Indonesia adalah pedangan Islam dari Gujarat. Kedatangan Islam berlangsung dengan damai.

4. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia a. Kerajaan Samudra terletak di Aceh, kerajaan Islam pertama di Indonesia. Raja

pertama bernama Sultan al-Saleh. Pada saat pemerintahan Sultan Zain al-Abidin, Samudra merupakan pelabuhan terpenting sehingga banyak pedangan yang datang seperti pedangan dari Tiongkok, India dan daerah lain di Indonesia.

b. Kerajaan Malaka. Raja pertama bernama Iskandar Syah. Di bawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445-1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antar barat dan timur.Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah pimpinan Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Malaka mengalami kemunduran waktu diperintah Sultan Mahmud Syah 1488-1511 ketika orang Portugis mengalahkan Malaka tahun 1511.

c. Kerajaan Demak 1500 - 1550. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, seorang bupati Majapahit yang memeluk Islam. Demak dengan cepat mencapai kejayaannya terutama setelah Malaka jatuh ketangan Portugis. Raden Patah meluaskan kekuasaannya kedaerah sekitar.. Putranya yang bernama Patiunus dan bergelar Pangeran Sabrang Lor sangat berjasa membantu ayahnya dalam meluaskan dan memperkuat kedudukan, termasuk mengadakan serangan ke Malaka. Raden Patah meninggal tahun 1518 diganti oleh Pati Unus, setelah Pati Unus meninggal diganti oleh Pangeran Trenggono sampai tahun 1546. Mereka sangat giat memperkuat kekuasaan Demak dan menegakkan agama Islam.

d. Kerajaan Mataram. Senopati mengangkat dirinya menjadi raja Mataram. Ia kemudian menundukkan daerah-daerah di Jawa Tengah, dan Jawa Timur bahkan sampai Jawa Barat. Mataram mengalami jaman keemasan pada masa pemerintahan Raden Rangsang (1613 -1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Dibawah pemerintahannya Mataram menjadi kerajaan yang dihormati dan disegani. Tahun 1628 Mataram mengadakan serangan terhadap Belanda di Batavia, tapi mengalami kegagalan. Sultan Agung meninggal tahun 1645 dan beliau terkenal mengadakan tarikh baru, yaitu tarikh Jawa-Islam mulai tahun 1633 untuk menggantikan tarikh Saka.

e. Kerajaan Banten. Banten berhasil diislamkan oleh Fatahillah atas nama raja Demak. Tahun 1527 Banten dibawah pimpinan Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa, dan diganti namanya menjadi Jayakarta. Fatahillah terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati karena jasanya dalam bidang agama.

Agama Islam juga berkembang di luar Jawa diantaranya Aceh, Goa, juga di Kalimantan dan lain-lain (Coba Anda sebutkan rajanya dan jasa-jasanya). Membicarakan penyebaran Islam di Indonesia tidak bisa lengkap tanpa membahas peran Wali Sanga. Wali sanga adalah Sembilan orang Wali Allah yang dianggap berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Wali Allah ini dianggap orang yang dekat dengan Allah yang dalam pandangan masyarakat dianggap mempunyai ilmu yang tinggi dan mempunyai kekuatan atau tenaga batin tinggi.

296

Kesembilan wali itu diberi gelar Sunan. Mereka itu adalah Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Bonang , Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, SunanKudus, Sunan Muria, dan Syekh Siti Jenar. Kebanyakan gelar-gelar yang diberikan kepada mereka itu diambil dari tempat mereka dimakamkan .

5. Pengaruh Kebudayaan Islam Terhadap Kebudayaan Indonesia

Agama Islam yang masuk ke Indonesia secara damai ternyata membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan, kebudayaan dan alam pikiran sebagian besar bangsa Indonesia. Pengaruh kebudayaan Islam member corak yang khusus pada kebudayaan bangsa Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam itu bukan hanya dalam bentuk bangunan atau benda-benda kongkrit, tetapi juga adat-istiadat,dan alam pikiran masyarakat. Beberapa hasil kebudayaan yang bercorak Islam antara lain masjid, makam, seni ukir, kesusastraan, dan lain-lain. (Coba Anda terangkan satu-persatu).

Gambar 5.2.3 Masjid Demak

http://www.google.com/images?q=gambar+masjid=demak&client

Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Ketika Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret

1942, maka berakhirlah masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Sebagai penggantinya adalah kekuatan Kemaharajaan Jepang. Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut baik oleh rakyat Indonesia karena berharap dapat melepaskan diri dari penderitaan yang berkepanjangan.Bahkan tokoh-tokoh pergerakan politik seperti Ir Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta bersedia melakukan kerjasama dengan pihak Jepang.

297

Dalam perkembangan peperangan Asia Timur Raya pada tahun 1944, Jepang ternyata sudah terdesak oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Kaiso mengumumkan bahwa pemerintah Kemaharajaan Jepang memperkenankan daerah Indonesia untuk merdeka “elak kemudian hari”. Janji Jepang ini untuk menarik simpati dan bantuan bangsa Indonesia terhadap Jepang dalam peperangan melawan Sekutu.

Janji Jepang itu kemudian mulai dilaksanakan dengan membentuk Badan Penyelidik Uasaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan ( Dokuritzu Jumbi Cosakai ) pada tanggal 28 Mei 1945, beranggota 60 orang dan diketuai oleh K.R.T Radjiman Wediodiningrat. BPUPK mengadakan sidang pertama untuk membahasa tentang dasar negara bagi negara Indonesia merdeka. Dalam persidangan tersebut tiga orang anggota mengajukan usulan tentang dasar Negara, yaitu Mr. Muh Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan Ir. Sukarno. Usulan Ir Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 diberi nama Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia 9 BPUPK berhasil menyusun Piagam Jakarta yang didalamnya terdapat juga rumusan dasar Negara. Pada tanggal 7 Agustus 1945 pihak Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Jumbi Inkai) yang terkenak PPKI dengan beranggotakan 21 orang diketuai Ir Sukarno. Kemudian tanggal 9 Agustus 1945 tiga tokok nasional yaitu Ir Sukarno, Drs Muh Hatta dan Dr Radjiman Wediodiningrat dipanggil oleh Jenderal Terauci (Panglima Perang Tertinggi di seluruh Asia Tenggara) ke Dalat (Vietnam Selatan). Dalam pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Terauci menyampaikan pesan pemerintah Jepang yang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Ketika Ir Sukarno dan Drs Moh Hatta kembali dari Dalat tanggal 14 Agustus1945 dan sesudah mendengar berita penyerahan Jepang kepada Sekutu, mereka segara didesak oleh para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ir Sukarno dan Moh Hatta menginginkan masalah proklamasi kemerdekaan itu dibicarakan dulu dalam rapat dengan anggota PPKI. Sementara para pemuda mereka keberatan proklamasi kemerdekaan itu melibatkan PPKI, karena pemuda menganggap bagwa PPKI itu bentukan Jepang,sehingga nanti kemerdekaan Indonesia seolah-olah hadiah dari Jepang. Pemuda mendesak Ir Sukarno untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945, namun ditolak oleh Ir Sukarno.

Perbedaan pendapat antara para pemuda dengan Ir Sukarno dan Drs Moh Hatta memuncak dengan terjadinya Peristiwa Rengasdengklok. Pada tanggal 16 Agustus1945 subuh para pemuda membawa Ir Sukarno dan Drs Moh Hatta ke Rengasdengklok.Para pemuda yang bermaksud menekan beliau berdua untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan yang lepas dari pengaruh Jepang ternyata tidak terlaksana. Pada sore hari tanggal 16 Agustus 1945 itu Sukarno dan Moh Hatta kembali ke Jakarta.

Pada pukul 23.00 malam Sukarno dan Moh Hatta bersama rombongan menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda (Perwira Jepang, Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang di daerah kekuasaan Angkatan Darat) di Jl Imam Bonjol 1. Di rumah Maeda inilah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibuat. Yang menulis konsep Proklamasi itu adalah Ir Sukarno, sedang Drs Moh Hatta dan Mr Ahmad

298

Subardjo menyumbangkan pikiran mereka secara lisan . Setelah konsep itu disusun, Ir Sukarno dan Moh Hatta menyarankan agar naskah ditandatangani oleh semua yang hadir. Namun usul itu ditentang oleh golongan pemuda, dan atas usul pemuda, naskah proklamasi itu cukup ditandatangani oleh Ir Sukarno dan Drs Moh Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Teks Proklamasi Kemerdekaan itu kemudian diketikrapi oleh Sayuti Melik disertai beberapa perubahan yang telah disepakati. Pada keesokan harinya, tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Teks Proklamasi Kemerdekaan itu dibacakan oleh Ir Sukarno dengan disaksikan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan.

Bunyi teks Proklamasi Kemerdekaan itu selengkapnya adalah sebagai berikut:

PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia Hal-hal yang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45

Atas nama bangsa Indonesia Soekarno / Hatta

Gambar 5.2.4 Sukarno sedang membaca tek Proklamasi

( http://www.google.com/url?q=http://indonesiaku.esg-creation.com/category/foto-proklamasi-kemerdekaan-indonesia/ )

299

Gambar 5.2.5 Pengibaran bendera pada saat Proklamasi Kemerdekaan

( http://www.google.com/url?q=http://marconyfm.com/cerita-di-balik-17-agustus-1945/pengibaran-bendera-pertama/ )

Dengan dibacakannya Teks Proklamasi Kemerdekaan itu, maka berarti bangsa

Indonesia telah menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dan lepa dari belenggu penjajahan . Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan hasil perjuangan bangsa Indonesia selama berabad-abad, yang harus ditebus dengan pengorbanan harta benda dan jiwa,akhirnya bangsa Indonesia bisa memperoleh kemerdekaan yang didambakan. Bangsa Indonesia memang bangsa yang mencintai perdamaian, namun lebih mencintai kemerdekaan.

C. Lembar Kerja 1. Buatlah garis waktu yang menunjukkan kronologi peristiwa-peristiwa sejarah yang

penting sekitar proklamasi kemerdekaan. 2. Buatlah kliping berupa gambar-gambar yang lengkap tentang berbagai candi,

patung, relief, masjid , ukiran, makam kuno dan sebagainya. 3. Carilah ciri-ciri khas yang membedakan candi-candi Jawa Tengah dengan candi-

candi Jawa Timur.

D. Lembar Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silahkan

Anda mengerjakan latihan berikut ini. 1. Coba kemukakan beberapa bukti pengaruh Hindu- Budha terhadap kebudayaan

Indonesia ? 2. Tunjukkan beberapa bukti bahwa meskipun bangsa Indonesia sudah memeluk

agama Islam, namun masih ada kebudayaan jaman purba yang diteruskan dalam kebudayaan Islam ?

3. Mengapa terjadi perbedaan pendapat antara kaum muda dan kaum tua di sekitar Proklamasi Kemerdekaan ? Jelaskan.

300

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2 FENOMENA CAHAYA

A. Tujuan Antara 1. Melalui percobaan peserta didik dapat menjelaskan proses pemantulan cahaya. 2. Melalui percobaan peserta didik dapat menjelaskan proses pembiasan cahaya. 3. Melalui diskusi peserta didik dapat menganalisis kejadian sehari-hari dengan asas

pemantulan dan pembiasan.

B. Uraian Materi Banyak peristiwa alam atau fenomena alam yang disebabkan oleh keberadaan

cahaya. Kita melihat benda sumber cahaya dengan dua cara : (1) Benda tersebut merupakan sumber cahaya, seperti bola lampu, berkas api, atau bintang, dimana kita melihat cahaya yang langsung dipancarkan dari sumbernya, dan (2) benda dari cahaya yang dipantulkan oleh sumber cahaya misalnya cahaya bulan. 1. Model Berkas Cahaya

Banyak bukti yang menunjukkan cahaya berjalan menempuh garis lurus pada berbagai keadaan.Sebagai contoh, sebuah sumber cahaya titik seperti Matahari menghasilkan bayangan, dan sinar lampu senter tampak merupakan garis lurus.Model berkas telah berhasil mendeskripsikan banyak aspek cahaya seperti pantulan, pembiasan, dan pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa. Disamping model berkas cahaya, terdapat model lain yaitu cahaya dianggap merambat sebagai gelombang (tidak dibahas bab ini). 2. Pantulan : Pembentukan Bayangan oleh Cermin Datar

Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda (dan diubah menjadi energi panas) atau, jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang sangat mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 95 persen cahaya bisa dipantulkan.

Ketika satu berkas cahaya mengenai permukaan yang rata (Gambar 6) ternyata berkas sinar datang dan pantul berada pada bidang yang sama dengan garis normal permukaan bidang pantul, dan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul.

Gambar 5.3.1 Pantulan cahaya.

sumber: http://parno-berandabelajaroreo.blogspot.com/2012/05/pembahasan-tuman-cahaya.html

301

Gambar 7.menunjukkan terjadinya bayangan dibentuk oleh cermin datar dilihat dari samping, sementara berkas-berkas cahaya digambarkan dari permukaan depan.

Berkas-berkas cahaya sebenarnya tidak melewati cermin datar. Hanya tampaknya seakan-akan cahaya datang dari balik cermin. Hal ini karena otak kita menerjemahkan semua cahaya yang memasuki mata kita sebagai cahaya yang datang dengan lintasan lurus dari depan kita. Berkas-berkas cahaya sebenarnya tidak melewati bayangan, bayangan tersebut tidak akan muncul pada kertas atau film yang dielatakkan di lokasi bayangan. Untuk selanjutnya, bayangan seperti ini disebut bayangan maya.

Gambar 5.3.2 Bayangan cermin datar.

3. Pembiasan : Hukum Snell

Gambar 5.3.3 Pembiasan

http://uchubald22.blogspot.com/2010/11/tentang-pembiasan-cahaya.html

Pembiasan cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya dipantulkan pada perbatasan dan sisanya lewat ke medium baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium baru. Pembelokan ini disebut pembiasan (gambar 8)

302

Pembiasan mengakibatkan sejumlah ilusi optik yang umum. Sebagai contoh, orang yang berdiri di air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki kaki yang lebih pendek. Ketika kita meletakkan sebuah pensil di dalam air, tampak pensil tersebut patah.

Hubungan analitis antara i (sudut datang) dan r (sudut bias) ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626).dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan :

n1 sin = i n2 sin r

C. Lembar Kerja 1 Pemantulan Cahaya Lembar Kerja 2 Pembiasan Cahaya

D. Alat dan bahan 1. Kaca hias (2 cm x15cm) ditempel pada pelat siku aluminium = 1 buah 2. Lempeng Kaca transparan (5x15x0,5 cm 3) : 1 buah 3. Kotak cahaya atau laser remote LCD : 1 buah 4. Kertas HVS : sejumlah percobaan. 5. Prisma segitiga (kertas manila putih,

sisi segitiga = 4 cm, panjang = 15 cm : 1 buah 6. Busur derajat : 1 buah E. Langkah Kerja Percobaan 1 Pemantulan cahaya 1. Buatlan garis mendatar di tengah kertas HVS sepanjang 15 cm, kemudian buatlah

garis vertikal tegaklurus garis mendatar di tengahnya (seperti pada gambar 2). 2. Buatlah garis miring (sinar datang = 300) menuju titik perpotongan O 3. Letakkan kaca hias (2 cm x15cm) berimpit garis mendatar dalam posisi kaca

menghadap sinar datang. 4. Tombol kotak cahaya/laser dipoisikan ”ON”, kemudian sinar diarahkan berimpit

dengan sinar datang. (Usahakan kaca tidak bergerak-gerak) 5. Tandai dengan titik satu tempat pada sinar pantul. 6. Buat garis menghubungkan antara O dengan titik pada langkah 5. 7. Ukur besar sudut datang dan sudut pantul. Sama atau berbeda? 8. Ulangi beberapa kali dengan sudut datang berturut-turut semakin besar. 9. Buatlah tabel seperti tabel dan Isilah dengan hasil percobaan.

Gambar 5.3.4 Pemantulan Cahaya

303

Percobaan 2 Pembiasan cahaya 1. Buatlan garis mendatar di tengah kertas HVS sepanjang 15 cm, kemudian buatlah

garis vertikal memotong garis mendatar di tengahnya (seperti pada gambar 2). 2. Buatlah garis miring (sinar datang = 300) menuju titik perpotongan O 3. Rebahkan kaca transparan di bawah garis mendatar. 4. Tombol kotak cahaya/laser dipoisikan ”ON”, kemudian sinar diarahkan berimpit

dengan sinar datang. (Usahakan kaca tidak bergerak-gerak) 5. Letakkan prisma kertas berimpit garis CD untuk menangkap sinar bias. 6. Tandai dengan titik pada HVS folio tempat terjadinya sinar bias. 7. Pindahkan kaca transparan ke tempat lain. 8. Buat garis menghubungkan antara O dengan titik pada langkah 6. 9. Ukur sudut datang dan sudut bias. 10. Bandingkan besar sudut datang dan sudut bias. Mana yang lebih besar ? 11. Ulangi beberapa kali dengan sudut datang berturut-turut semakin besar. 12. Buatlah tabel seperti tabel dan Isilah dengan hasil percobaan.

Gambar 5.3.5 Pembiasan Cahaya

Peristiwa

perubahan Penggunaan

penalaran

Fenom

ena

304

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

A. Tujuan Antara 1. Membedakan penalaran induksi dan deduksi. 2. Memberi contoh penalaran induksi dan deduksi. 3. Membuktikan penalaran induksi dan deduksi.

B. Uraian Materi

Dalam kehidupan ini, kita sering mengalami berbagai peristiwa, baik itu peristiwa menyenangkan maupun peristiwa tidak menyenangkan. Contoh peristiwa menyenangkan adalah kita mendapat rezeki yang banyak yang tidak terduga-duga, kita mendapat hadiah dari atasan karena kerja keras kita, dan sebagainya, sedangkan contoh peristiwa tidak menyengkan, adalah pada saat kita mendapat cobaan sakit.

Jika kita menghadapi peristiwa yang menyenangkan, kita tidak boleh terlalu bergembira tetapi kita harus mensyukuri nikmat Allh SWT, sebaliknya jika menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan kita tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan.

Baik pada saat kita mengalami peristiwa menyenangkan maupun peristiwa tidak menyenangkan, kita tidak boleh hanya menyandarkan pada perasaan kita, tetapi kita harus berpikir positif dan mengunakan akal dan penalaran kita. Kita sebagai manusia diberi kelebihan oleh Allah SWT dalam bentuk akal yang kita gunakan untuk berpikir dan bernalar. Bagaimana seharusnya kita menggunakan penalaran yang baik? Oleh karena itu, marilah kita membahas mengenai penalaran tersebut.

Penalaran dalam matematika ada dua jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif digunakan oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, biologi, dan sebagainya untuk membangun suatu teori baru. Sebagai contoh dalam ilmu fisika, dalam suatu percobaan seorang peneliti berhasil menunjukkan bahwa besi apabila dipanaskan memuai, seng apabila dipanaskan memuai, perak apabila dipanaskan memuai, dan aluminium apabila dipanaskan juga memuai. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, peneliti tersebut mengamati bahwa besi, seng, perak dan aluminium termasuk jenis logam. Oleh karena itu kemudian ia membuat suatu generalisasi bahwa setiap logam apabila dipanaskan memuai.

Sebaliknya, dalam matematika penalaran yang digunakan adalah penalaran deduktif yaitu proses berpikir berdasarkan atas suatu pernyataan dasar yang berlaku umum untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Aturan yang berlaku secara umum tersebut, pada umumnya dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya dan setelah terbukti kebenarannya baru diterapkan untuk kasus-kasus yang bersifat khsusus. Sebagai contoh, diberikan aturan umum bahwa sudut-sudut yang bertolak belakang adalah kongruen, diketahui sudut A bertolak belakang dengan sudut B dan ukuran sudut B adalah 60o, maka kesimpulannya ukuran sudut A adalah 60o.

Pada mulanya, matematika timbul karena adanya pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Oleh karena itu, walaupun

305

matematika menggunakan penalaran deduktif, namun para matematikawan dapat menyusun atau menemukan matematika atau bagian-bagiannya dengan menggunakan penalaran induktif. Tetapi begitu pola-pola umum atau generalisasi ditemukan maka pola-pola umum atau generalisasi tersebut harus dapat dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

Secara umum, langkah-langkah penalaran induktif yang digunakan dalam matematika sebagai berikut : 1. Mengamati pola-pola yang terjadi, 2. Membuat dugaan (konjektur) tentang pola umum yang mugkin berlaku, 3. Membuat generalisasi, 4. Membuktikan generalisasi secara deduktif.

Berikut ini diberikan beberapa contoh penggunaan penalaran induktif dalam matematika.

Contoh 1: Secara induktif, tentukan pola umum (generalisasi) yang mungkin

berlaku pada deret 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2n 1), untuk setiap bilangan asli n. Kemudian tentukan jumlah dari 1 + 3 + 5 + 7 + … + 199.

Pembahasan :

1 = 1 = = .

1 + 3 = 4 = = .

1 + 3 + 5 = 9 = = .

1 + 3 + 5 + 7 = 16 = = .

1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 = = .

dan seterusnya. Dengan memperhatikan pola tersebut di atas dapat diduga bahwa untuk sembarang bilangan asli n berlaku :

1 + 3 + 5 + … + (2n 1) = = .

Dengan memperhatikan hasil generalisasi tersebut di atas diperoleh:

1 + 3 + 5 + … + 199 = = = 10.000.

Contoh 2: Secara induktif, tentukan pola umum (generalisasi) yang mungkin berlaku pada deret 1 + 2 + 3 + 4 + … + n, untuk setiap bilangan asli n. Kemudian tentukan jumlah dari 1 + 2 + 3 + 4 + … + 200. Pembahasan :

1 = 1 = 1. = .

21

2

2

11

22

2

2

31

23

2

2

51

24

2

2

71

25

2

2

91

2

2

121

n 2n

2

2

1991

2100

2

2 2

111

306

1 + 2 = 3 = 2. = .

1 + 2 + 3 = 6 = 3. = .

1 + 2 + 3 + 4 = 10 = 4. = .

1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 = 5. = .

dan seterusnya. Dengan memperhatikan pola tersebut di atas dapat diduga (digeneralisasikan) bahwa untuk sembarang bilangan asli n berlaku :

1 + 2 + 3 + … + n = .

Dengan memperhatikan hasil generalisasi tersebut di atas diperoleh:

1 + 2 + 3 + … + 200 = = 20.100.

Dalam matematika, generalisasi pada Contoh 1 dan Contoh 2 tersebut di atas tidak dibenarkan dan perlu dibuktikan secara deduktif. Namun untuk pembelajaran di Sekolah Dasar pembuktian secara deduktif tidak perlu dilakukan, karena pada umumnya tahap berpikir siswa Sekolah Dasar masih dalam tahap berpikir induktif (tahap berpikir operasi konkret). Berikut akan diberikan contoh penalaran yang lain beserta buktinya.

Contoh 3 Secara induktif, tentukan generalisasi yang mungkin berlaku apabila sembarang dua buah bilangan ganjil dikalikan, dan kemudian secara dedutif buktikan bahwa generalisasi tersebut benar secara matematika. Pembahasan : Untuk menyelidiki pola umum yang mungkin terjadi pada perkalian sembarang dua buah bilangan ganjil, dibuat tabel 5.4.1 sebagai berikut :

Tabel 5.4.1

1 3 5 7

1 1 3 5 7

3 3 9 15 21

5 5 15 25 35

7 7 21 35 49

Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas, terlihat bahwa polanya adalah bilangan ganjil apabila dikalikan dengan bilangan ganjil hasilnya juga bilangan ganjil. Oleh karena itu dapat diduga (digeneralisasikan) bahwa bilangan ganjil apabila dikalikan dengan bilangan ganjil hasilnya adalah bilangan ganjil. Seperti dijelaskan pada Contoh 1 dan Contoh 2, dalam matematika, generalisasi

tersebut di atas tidak dibenarkan dan perlu dibuktikan secara deduktif. Untuk

2

3 2

122

2

4 2

133

2

5 2

144

2

6 2

155

2

1nn

2

1200200

307

membuktikan secara deduktif, perlu pengertian bilangan genap dan bilangan ganjil sebagai berikut :

Bukti generalisasi Contoh 3. Ambil sembarang dua buah bilangan ganjil m dan n. Akan dibuktikan bahwa m × n bilangan ganjil. Karena m bilangan ganjil maka terdapat bilangan bulat k sehingga m = 2k + 1, dan juga karena n bilangan ganjil maka terdapat bilangan bulat p sehingga n = 2p + 1. Selanjutnya diperoleh :

m × n = (2k + 1) × (2p + 1) = 4kp + 2k + 2p + 1 = 2(2kp + k + p) + 1 = 2r + 1, dengan r = 2kp + k + p. Karena 2, k dan p masing-masing bilangan bulat maka r = 2kp + k + p juga bilangan bulat, sebab penjumlahan dan perkalian pada bilangan bulat bersifat tertutup. Jadi terdapat bilangan bulat r sehingga m × n = 2r + 1. Dengan kata lain m × n merupakan bilangan ganjil.

C. Lembar Kerja 1. Diskusikan dengan teman Anda untuk menentukan contoh penggunaan penalaran

induktif dan deduktif dalam kehidupan sehari-hari. 2. Diskusikan dengan teman Anda, penalaran mana yang cocok untuk diterapkan

pada pembelajaran matematika di sekolah dasar, penalaran induktif atau deduktif? 3. Diskusikan dengan teman Anda untuk menentukan contoh penggunaan penalaran

induktif dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.

D. Lembar Latihan 1. Secara induktif, tentukan pola umum (generalisasi) yang mungkin berlaku pada

deret 2 + 4 + 6 + 8 + … + 2n, untuk setiap bilangan asli n. Kemudian tentukan jumlah dari 2 + 4 + 6 + 8 + … + 200.

2. Secara induktif, tentukan pola umum (generalisasi) yang mungkin berlaku pada

deret , untuk setiap bilangan asli n. Kemudian

tentukan jumlah dari .

E. Kunci Jawaban 1. Pola umum adalah n(n + 1) dan jumlah = 10.100.

2. Pola umum adalah dan jumlah = .

1

1

4.3

1

3.2

1

2.1

1

nn

51.50

1

4.3

1

3.2

1

2.1

1

1n

n

51

50

Garis Nomal

308

BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

KARYA SASTRA

A. Tujuan Antara 1. Melalui diskusi kelompok tentang wacana narasi, deskripsi, eksposisi dan

argumentasi, peserta pelatihan dapat membedakan antara wacana narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi.

2. Dengan penjelasan instruksi tentang unsur-unsur instrinsik sastra peserta pelatihan dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik, struktur dan ciri-ciri karya sastra, serta apresiasi sastra.

B. Uraian Materi 1. Wacana Narasi, Deskripsi, Eksposisi dan Argumentasi

a. Narasi Narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan

ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Tujuan menulis narasi secaa fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informai atau memberi wawancaa dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman estesis kepada pembaca. Tujuan pertama menghasilkan jenis narasi informasional atau narasi ekspositoris dan tujuan kedua menghasilkan jenis narasi artistik atau narasi sugestif.

Sebagai sebuah karangan, narasi dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur (plot), penokohan, latar, titik pandang, pemilihan detail peristiwa. Detail dalam narasi disusun dalam sekuensi (sequence) ruang dan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Jika cerita menyangkut latar tempat, maka pengisahan mengalami pergantian dari suatu tempat ke tempat lain. Jika cerita menyangkut latar waktu, maka pengisahan mengalami pergantian dari waktu ke waktu lain. b. Deskripsi

Sebagai salah satu jenis karangan, deskripsi ditulis untuk mendeskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan suatu objek sehingga pembaca memiliki penghayatan seolah-olah menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Objek dalam karangan deskripsi ini dapat berupa manusia dan tempat atau suasana. Dalam membuat karangan deskripsi, penulis dituntut memiliki kesan yang kuat tentang objek yang dideskrisikan karena tugas penulis adalah mengalihkan kesan tentang objek itu ke dalam karangan agar pembaca memiliki penghayatan atau pengalaman sendiri tentang objek yang penulis deskripsikan.

Agar pembaca memiliki penghayatan yang demikian, penulis harus dapat menyajikan objek sejelas-jelasnya, setepat-tepatnya, dan sehidup mungkin. Untuk itu, penulis dituntut dapat menggunakan diksi yang tepat dan kalimat-kalimat yang dapat menghadirkan objek deskripsi di depan pembaca. Untuk mendeskripsikan

309

sesuatu, dapat dengan cara mendeskripsikan karakteristik hal yang dideskripsikan, dengan cara mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, diraba, dicecap, dibau dan tanggapan perasaan terhadap hal yang dideskripsikan tersebut. c. Eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah informasi. Informasi dapat berupa: (a) data faktual, (b) suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta; dan (c) mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tujuan utama karangan eksposisi itu semata-mata untuk membagi informasi, dan tidak sama sekali mempengaruhi pembaca.

Langkah yang kita tempuh dalam membuat eksposisi ialah sebagai berikut: (1) menentukan topik karangan, (2) menentukan tujuan penulisan, dan (3) merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun baik.

Pengembangan karangan eksposisi sangat bergantung pada dua hal: (1) sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan, dan (2) tujuan yang akan dicapai. Anda beberapa teknik pengembangan eksposisi yang dapat dipilih sesuai dengan topik dan tujuan pembahasannya. Teknik-teknik tersebut adalah: (1) teknik identifikasi, (2) teknik perbandingan, (3) teknik ilustrasi,(4) teknik klasifikasi, (5) teknik definisi, dan (6) teknik analisis.

Bacaan-bacaan yang termasuk eksposisi di antaranya adalah pengumuman, undangan, petunjuk, berita, dan sebagainya. Strategi untuk mengetahui isi bacaan-bacan tersebut bisa dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan tentang apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana (5W 1 H). d. Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang isinya terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasa. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu terdapat alasan (argumen) ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengauhi keyakinan pembaca. Secara sederhana setiap argumen selalu menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan atau asersi (assertion) yang biasanya diurutkan. Asersi pertama merupakan alasan (reason) bagi asersi kedua.

Karangan argumentasi dikembangkan dengan dua teknik, yaitu: (1) teknik induktif, dan (2) teknik deduktif. Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif dimulai dengan suatu kesimpulan umum yang kemudian disusun uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti yang terdapat dalam argumentasi deduktif ini disebut premis.

310

2. Unsur Intrinsik, Struktur dan Ciri-ciri Karya Sastra, Serta Apresiasi Sastra Unsur intriksik puisi bisa dilihat dari dua segi, yaitu a. Dari segi isi puisi yang terdiri atas : a) tema; b) rasa; c) nada; dan d) amanat b. Dari segi struktur yang terdiri atas: a) diksi; b) imajinasi; c) Kata-kata konkrit; d)

Gaya bahasa; e) Ritme/irama; dan f) Rima/kesamaan bunyi Menyusun parafrasa puisi ke prosa ada dua cara yaitu: (1) parafrasa terikat, dan (2) parafrasa bebas : a. Langkah-langkah menyusun parafrasa terikat:

1) Memberikan makna larik, caranya dengan memberikan tambahan kata, atau kata-kata, pelengkap kata, mapun tanda baca,yang diletakkan di dalam kurung. Contoh: Buku Bila malam tiba Kubuka dan kubaca Kupahami dan kudalami Semua rahasia buku ini

Kau menyimpan misteri Dalam kehidupan ini Kau tiada pernah marah Bila kami tak menyentuhmu

Darimu aku tahu Apa artinya ilmu Yang berguna untuk kami Tuk bekal kemudian hari

(Rahaidawati, Majalah Bobo) Pada tahap ini puisi tersebut akan menjadi: Buku (Apa) bila malam (telah) tiba(,) (A)ku (mem) buka dan (a)ku (mem) baca (buku/nya) (Untuk) (a) ku pahami dan (a) ku dalami Semua rahasia (isi) buku ini. (Ternyata) (eng)kau menyimpan misteri (Tentang) (hal-hal) (yang) (ada) dalam kehidupan ini(.) (Eng)kau tiada pernah (me)marah(i) (kami) (Apa) bila kami tak (bisa) menyentuhmu(.)

Dari (ka)mu aku (menjadi) tahu(,) Apa (sebenarnya) artinya ilmu(,) Ynag (ternyata) (sangat) berguna untuk kami (Un)tuk bekal (kami) (pada) kemudian hari(.)

2) Memberikan makna lugas, caranya dengan mengubah bait menjadi paragraf dan menghilangkan tanda kurung.

Contoh:

311

Apabila malam telah tiba, aku membuka dan membaca buku untuk memahami semua rahasia isi buku tersebut. Ternyata engkau menyimpan misteri tentang segala hal yang ada dalam kehidupan ini. Engkau tidak pernah memarahi kami apabila kami tidak bisa menyentuhmu . Dari kamulah aku menjadi tahu, apa sebenarnya artinya ilmu, yang ternyata sangat berguna untuk kami karena untuk bekal kami pada kemudian hari.

3) Memberikan makna kias, caranya dengan menafsirkan kata yang sekiranya bermakna kias. Contoh: “ Semua rahasia buku ini “ bisa menjadi semua hal yang terkandung dalam isi buku ini. ”Kau menyimpan misteri” bisa menjadi“ ternyata di dalam buku terkandung berbagai macam hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. ”Kemudian hari ini” bisa menjadi menempuh kehidupan masa depan.

4) Memberikan makna utuh, caranya dengan memadukan antara makna lugas (b) dan makna kias (c) di atas menjadi satu kesatuan paragraf yang utuh dan padu.

Contoh : Buku Apabila malam telah tiba, aku membuka dan membaca buku-buku pelajaran untuk memahami dan mendalami semua hal yang terkandung dalam isi buku itu. Ternyata betapa lengkapnya isi buku itu karena di dalamnya terkandung berbagai macam hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. Buku yang sebagai sumber ilmu itu tidak pernah marah jika aku suatu saat tidak bisa mempelajarinya. Dari buku itulah aku menjadi tahu tentang artinya ilmu bagi diriku, yang ternyata sangat berguna untukku, karena dapat sebagai bekalku untuk menempuh kehidupan masa depan.

b. Langkah-langkah menyusun parafrase bebas 1) Membaca dan memahami secara keseluruhan suatu karya sastra 2) Memahami jenis perubahan yang akan dilakukan, baik bentuknya

maupun redaksinya atau penggunaan bahasanya. 3) Mengungkapkan kembali dengan redaksi bahasa dan bentuk yang

berbeda tetapi isinya tetap sama. Contoh: Puisinya sama yakni berjudul “Buku” para frasenya menjadi seperti berikut ini

Buku Setiap malam tiba, aku selalu membuka buku pelajaran.

Kuulangi lagi segala yang pernah diterangkan Bapak/Ibu guru kepadaku. Sampai aku benar-benar memahaminya. Aku tidak ingin ada yang terlewatkan sedikitpun. Semua teori dan latihan harus aku mengerti.

Bagiku buku bagaikan sebuah misteri. Semakin banyak kubaca dan kudalami, semakin banyak pula yang kudapatkan,

312

tentang semua isi kehidupan ini. Ia juga merupakan guru yang baik, setiap saat mendampingiku. Tapi juga tak pernah marah kepada orang yang tidak membacanya.

Berkat jasa buku, aku mengetahui berbagai ilmu. Setiap aku membaca, makin bertambah pengetahuanku. Tidak ada yang sia-sia setiap pemberiannya. Semuanya berguna untuk menempuh masa depanku.

Cerita anak adalah cerita yang akan dikonsumsi oleh anak atau cerita yang

diperuntukkan bagi anak-anak. Cerita anak merupakan bagian dari cerita rekaan. Oleh karena itu semua unsur atau ciri cerita yang harus ada pada cerita rekaan berlaku juga bagi cerita anak. Seperti perwatakan dan penokohan, sudut pandang, latar, tema, struktur, suspens (daya bayang), nada dan suara, serta bahasa. Walaupun demikian ada perbedaan yang mencolok antara cerita anak dengan cerita remaja atau cerita orang dewasa. Pada cerita anak sangat diutamakan keterbacaan dalam segi penggunaan bahasa dan kesesuaian dengan lingkungan sosial dan psikis anak. Untuk dapat menulis cerita anak, seorang calon penulis harus memahami kehidupan anak. Objek tentang lingkungan hidup anak inilah yang akan menjadi bahan tulisannya.

Bentuk karya sastra yang dijadikan bahan ajar di SD hendaknya memenuhi ciri-ciri sastra anak-anak yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Puisi anak-anak memiliki ciri-ciri: bahasanya dapat dipahami anak, pesan yang dikandungnya dapat dimengerti, memiliki irama dan keindahan, isinya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Cerita anak-anak memiliki ciri: latarnya dikenal anak, aluranya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari, petuangan, olahraga, dan keluarga. Drama anak-anak memiliki ciri-ciri yang relatif sama dengan prosa yang berbeda dari segi dialog yang relatif sederhana dengan adegan yang tidak panjang. Sastra anak pantang dari hal-hal kekerasan, kehidupan yang pelik, dan percintaan yang erotis.

C. Lembar Kerja

Saudara, tema yang kita bicarakan saat ini adalah tentang ”peristiwa”. Di dalam Kamus Bersar Bahasa Indonesia (KBBI), peristiwa bermakna kejadian yang luar biasa yang menarik perhatian orang (Depdiknas, 2005: 860).

Salah satu peristiwa yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur, pada tanggal 26 Desember 2012, yaitu hujan deras yang disertai ”puting beliung” menghajar empat desa di kecamatan Sidoarjo dan Sukodono. Ratusan bangunan luluh lantak disapu angin, bahkan sebuah truk bisa melayang dan terhempas menabrak pohon.

Meski pusaran angin hanya 10 menit, dampak yang ditimbulkan cuku besar. Kurang lebih 155 ruah rusak parah dan sedang. Menurut warga setempat, puting beliung tersebut datangnya dari utara ke selatan pada pukul 16.15. Angin kencang yang membentuk pusaran itu berwarna hitam pekat dan suaranya mengerikan. Tiga menit kemudian hujan deras yang disertai petir pun terjadi.

Angin puting beliung tersebut menyapu apa saja yang berada di tempat kejadian. Truk pun melayang sejauh 3 meter dan tertahan di pohon randu. Atap-atap seng beterbangan dan ada yang bertengger di pohon randu setinggi 12 m.

313

Hampir semua garasi mobil di daerah tersebut yang terbuat dari kanopi, rusak. Bahkan ada yang melayang sampai 200 meter. Ada pula kandang kambing yang tersapu puting beliung hingga semua kambingnya kelur. Kandang kambing itu terlempar 100 meter dari lokasi asal (Jawa Pos, edisi Jumat, 28 Desember 2012).

Diskusikan dengan kelompok Anda, wacana di atas termasuk jenis apa dan berikan alasannya!

D. Lembar Latihan

Buatlah rubrik penilaian membaca puisi!

314

BAB VI KEGIATAN BELAJAR 5

AMANDEMEN KONSTITUSI (UUD ’45)

A. Tujuan Antara 1. Menjelaskan pengertian amandemen 2. Menjelaskan tentang prosedur atau mekanisme melakukan amandemen UUD 1945 3. Membedakan UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen.

B. Uraian Materi

Amandemen adalah perubahan resmi dokumen resmi atau catatan tertentu, terutama untuk memperbaiki. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau juga penghapusan catatan yang salah/ tidak sesuai lagi. Kata ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada perubahan pada konstitusi sebuah negara (amandemen konstitusional). Konstitusional merupakan prinsip-prinsip dasar politik serta hukum yang mencangkup struktur , prosedur, serta kewenangan/hak serta kewajiban. Karena itu, konstitusional sangat berhubungan erat dengan amandemen karena bertujuan untuk memperbaiki suatu catatan/dokumen penting suatu negara yang mencangkup bentuk, struktur, prosedur, agar lebih baik dari sebelumnya

Hakekat konstitusi adalah sebagai instrumen pembebasan menuju humanisasi transendental. Suatu konstitusi yang tidak demikian sejatinya adalah penindasan atas fitrah kemanusiaan. Maka perubahan konstitusi merupakan suatu yang fitri,sejalan dinamika jaman yang terbingkai dalam etika ilahi. Amandemen terhadap UUD memang diperlukan, tanpa itu konstitusi tidak akan bisa menjadi benteng terakhir dari persoalan bangsa.Tapi filosofi kekeluargaan dan gotong royong harus tetap dipertahankan dan final. Konstitusional merupakan prinsip-prinsip dasar politik serta hukum yang mencakup struktur , prosedur, kewenangan/hak serta kewajiban. Karena itu, konstitusional sangat berhubungan erat dengan amandemen, karena bertujuan untuk memperbaiki suatu catatan/dokumen penting suatu negara yang mencakup bentuk, struktur, prosedur, agar lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Andi Mallarangeng dalam Deny Indrayana,UUD 1945 bukan mitos dan tidak boleh menjadi mitos ,Ia harus menjadi a living constitution sekaligus menjadi a working constitution. Selaras dengan dengan pemikiran tersebut,Deny Indrayana berpendapat bahwa konstitusi yang tidak bisa diamandemen tidaklah lebih dari sebuah dokumen palsu yang penuh kepura-puraan. Sebuah konstitusi yang tidak bisa diubah tidak lebih dari sekedar dokumen basa basi. Konstitusi yang tidak dapat diubah adalah konstitusi yang lemah,karena tak bisa beradaptasi dengan realitas kehidupan. Bahkan sebuah konstitusi harus bisa beradaptasi dengan realitas yang terus –menerus berubah. Sebuah mekanisme amandemen konstitusi sangat diperlukan untuk menjamin bahwa generasi yang akan datang mempunyai alat yang efektif untuk menjalankan kekuasaan-kekuasaan mereka untuk memerintah. Menurut pandangan Mahfud MD(dalam Deny Indrayana) bahwa di dunia ini tidak ada konstitusi yang tidak bisa diubah,sebab konstitusi dibuat sesuai dengan kebutuhan situasi politik, sosial, ekonomi dan budaya pada waktu tertentu. Maka janganlah bermimpi untuk menyakralkan konstitusi yang dulu maupun yang berlaku sekarang. Meski begitu

315

prosedur perubahan konstitusi harus dipersulit,agar orang tak terlalu mudah untuk selalu mengubah-ubah konstitusi. Namun sesulit apapun cara perubahan konstitusi itu, jika rakyat menghendaki maka perubahan akan terjadi. Selaras dengan beberapa pendapat ahli tersebut,Saiful Mujami (dalam Deny I ) menyatakan bahwa amandemen UUD 1945 merupakan langkah konstitusional yang membuat politik Indonesia sekarang demokratis,inilah puncak peradaban politik umat manusia

Apa dasar pemikiran yang melatar belakangi dilakukannya perubahan UUD 1945 ? Ada beberapa alasan diantaranya :1). UUD 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melakukan kedaulatan rakyat. 2) UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (presiden). 3) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes , sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran ( multitafsir ). 4)UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang .5)Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum , pemberdayaan rakyat , penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah ( jimmly Asshiddiqie; 2005 ; 22 ) 1. Amandemen I

Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 atas dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari 9 pasal, yakni: Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21. Inti dari amandemen pertama ini adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive heavy ) dan masa jabatan presiden .

2. Amandemen II Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan disahkan melalui sidang umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada amandemen kedua. Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36B, pasal 36C. Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps. 36A ; Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.

3. Amandemen III Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 9 November 2001 dan disahkan melalui ST MPR 1-9 November 2001. Perubahan yang terjadi dalam amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini rincian dari amandemen ketiga. Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal 7C, pasal 8, pasal 11, pasal 17, pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal 24A, pasal24B, pasal24C. Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA.

316

Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.

4. Amandemen IV Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal yaitu pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 37; dan BAB XIII, Bab XIV. Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD. Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah menyempurnakan aturan-aturan mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem pemerintahan presidensiil . Amandemen yang telah dilakukan oleh MPR terhadap Undang-Undang Dasar 1945 melalui amandemen 1, 2, 3, dan 4 kita dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, perubahan itu menggunakan landasan sistem dan prosedur yang ditentukan Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 . Memang Pasal 37 tidak mengatur secara terperinci masalah teknis perubahan yang harus dilakukan. Secar teoritis dikenal adanya dua model teknik perubahan, yaitu model Amerika Serikat dan model Eropa Kontinental. Tradisi Amerika Serikat, perubahan dilakukan terhadap isu / materi tertentu yang caranya dituangkan dalam naskah yang terpisah dari naskah aslinya. Sedangkan model Eropa Kontinental, perubahan dilakukan secara langsung terhadap teks / naskah Undang-Undang Dasar-nya. Amandemen 1, 2, 3, dan 4 kiranya dapat dikatakan meniru tradisi yang berlaku di Amerika Serikat, tetapi kalau dilihat materi / substansi yang diubah yaitu menyangkut tidak hanya isu tertentu namun perubahan itu menyangkut materi yang sangat luas dan mendasar, dapat dikatakan sama saja dengan penyusunan Undang-Undang Dasar baru (pengganti konstitusi). Kedua, mengenai bentuk hukum perubahan, secara teoritis dan praktek ketatanegaraan dikenal berbagai model dan polanya, yaitu : 1) pola yang substansi perubahannya langsung dituangkan / diadopsi ke dalam teks Undang-Undang Dasar lama dengan langsung melakukan perubahan / penggantian naskah, 2) pola yang substansi perubahannya dituangkan dalam teks tersendiri terpisah dari naskah aslinya yang sering dikatakan sebagai model / amandemen. Ketiga, substansi / materi perubahan yang dilakukan dalam amandemen 1, 2, 3, dan 4 merupakan bentuk perubahan konstitusi yang sifatnya sangat mendasar dan menyangkut hampir seluruh substansi yang diatur dalam teks aslinya, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan itu mengubah sistematika dan kerangka acuan

317

konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Banyak substansi yang berupa kerangka pokok (frame work) yang diubah. Hal ini membawa konsekuensi dan implikasi harus adanya perubahan pada pasal dan ayat yang mengatur penjabarannya. Misalnya substansi yang mengubah kedudukan, kewenangan dan fungsi MPR, sistem parlemen, pemilihan presiden dan pembentukan lembaga-lembaga baru. Perubahan mendasar tersebut juga membawa konsekuensi baru dalam hubungannya dengan Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu masalah krusial adalah status hukum Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Ketika rancangan Undang-Undang Dasar 1945 dibuat dan diperdebatkan dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI sampai tanggal 18 Agustus 1945, memang naskahnya tidak dilengkapi oleh penjelasan. Akan tetapi, di kemudian hari, naskah penjelasan itu dibuat dan ditambahkan oleh Prof. Soepomo sebagai lampiran terhadap naskah Undang-Undang Dasar 1945. Memang banyak sekali kegunaan penjelasan ini dalam praktek di kemudian hari. Namun, banyak juga masalah yang kontroversial berhubung beberapa bagian dalam penjelasan itu tidak secara tepat menjelaskan paradigma yang dianut dalam naskah UUD. Namun, setelah diadakan perubahan Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat Undang-Undang Dasar 1945, materi Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tidak mungkin lagi dipertahankan. Banyak perubahan yang tercakup dalam kedua perubahan itu yang sudah tidak cocok lagi dengan isi Penjelasan. Di samping itu, banyak pula para ahli hukum yang mempersoalkan mengenai keabsahan Penjelasan Undang-Undang Dasar itu sendiri sebagai bagian dari dokumen konstitusi yang mengikat. Karena, dewasa ini, makin luas pengertian bersama bahwa di masa yang akan datang Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 itu haruslah ditiadakan sama sekali dari pengertian kita tentang konstitusi. Apalagi, memang tidak ada konstitusi negara-negara modern dewasa ini mempunyai Penjelasan seperti halnya Undang-Undang Dasar 1945.

C. Lembar Kerja Petunjuk kerja : 1. Diskusikan dengan teman-temanmu. Apakah perbedaan UUD 1945 sebelum

amandemen dengan sesudah amandemen? 2. Laporkan hasil diskusi kelompok dihadapan teman-temanmu?

No Topik UUD 1945

Pasal Sebelum Amandemen

Sesudah Amandemen

Keanggotaan MPR

D. Lembar Latihan

1. Apakah yang dimaksud amandemen itu? Jelaskan! 2. Bagaimana prosedur atau mekanisme melakukan amandemen UUD 1945? 3. Apakah perbedaan antara UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen?

318

E. Kunci Jawaban 1. Amandemen adalah perubahan resmi dokumen resmi atau catatan tertentu,

terutama untuk memperbaiki. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau juga penghapusan catatan yang salah/ tidak sesuai lagi.

2. Prosedur atau mekanisme melakukan amandemen UUD 1945 diatur pada pasal 37 UUD 1945.

3. Perbedaan antara UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen antara lain

No Topik UUD 1945

Pasal Sebelum Amandemen

Sesudah Amandemen

Masa jabatan presiden dan wakil presiden

1. Masa jabatan 5 tahun

2. Dapat dipilih kembali

1. Masa jabatan 5 tahun

2. Dapat dipilih kembali 3. Dalam jabatan yang

sama 4. Hanya satu kali masa

jabatan

Pasal 7

319

BAB VII KEGIATAN BELAJAR 6

ENERGI PANAS

A. Tujuan Antara 1. Melalui penjelasan peserta pelatihan dapat menghitung konversi nilai suhu pada

satuan suhu lainnya dengan benar. 2. Melalui penugasan peserta pelatihan dapat menghitung energy kalor dengan

benar. 3. Melalui penugasan peserta pelatihan dapat mengukur suhu suatu benda cair

dengan benar.

B. Uraian Materi Kita tidak dapat menyentuh benda-benda yang sangat panas, tangan kita dapat

terbakar.Kita juga tidak dapat menyentuh benda-benda yang terlalu dingin dalam waktu yang agak lama, karena hal itu dapat merusak jaringan kulit tangan kita.Di samping itu kita sering tidak mampu membedakan suhu-suhu yang selisihnya hanya sedikit.Perasaan kita juga dipengaruhi oleh suhu badan kita.Untuk keperluan-keperluan bersahaja, perasaan dapat kita gunakan untuk menetapkan keadaan suhu sesuatu.Misalnya dengan meraba badan seseorang kita sering dapat mengatakan bahwa orang itu sedang demam, namun dalam ilmu pengetahuan diperlukan pengukuran yang lebih teliti. 1. Suhu dan Cara Pengukurannya

Untuk mengukur suhu dengan cara yang dapat dipercaya diperlukan sesuatu yang sifatnya berubah bila suhunya berubah, dan sifat itu dapat diukur. Ada beberapa sifat benda yang berubah kalau suhu benda itu berubah.Perubahan-perubahan sifat ini dapat digunakan sebagai alat untuk pengukur suhu suatu benda.Alat pengukur suhu disebut termometer.

Di laboratorium sekolah, laboratorium klinis dan rumah sakit banyak menggunakan termometer yang berisi raksa atau alkohol. Raksa dipilih sebagai bahan pembuat termometer dengan alasan : a. Suhu raksa cepat sesuai dengan benda yang diukur, karena raksa cepat memuai

dan cepat juga menyusut sehingga perubahan-perubahan suhu segera dapat diketahui.

b. Titik bekunya rendah (-39oC) dan titik didihnya tinggi (357oC), karena itu daerah ukur suhunya cukup lebar.

c. Dalam pipa kaca raksa mudah dilihat karena mengkilap. d. Pemuaiannya teratur. e. Raksa tidak membasahi/melekat dinding kaca. Bila menyusut seluruh raksa akan

turun tidak ada yang tertinggal menempel pada dinding kaca, dengan demikian pengukurannya lebih teliti.

Termometer alkohol dapat mengukur suhu lebih rendah daripada yang dapat diukur termometer raksa sebab alkohol membeku pada suhu yang lebih rendah dari titik beku suhu raksa (titik beku alkohol = -112oC). Akan tetapi, termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi, misalnya suhu air

320

mendidih.Hal ini disebabkan titik didih alkohol hanya 78oC, lebih rendah daripada titik didih air. 2. Suhu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin

Termometer yang sekarang masih digunakan ialah termometer berskala Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin; sedangkan skala Reamur tidak digunakan lagi.Suhu benda dapat dinyatakan dalam derajat Celcius (oC), derajat Fahrenheit (oF), dan Kelvin (K).Satuan suhu yang dipakai sebagai sistem internasional (SI) adalah Kelvin (K).

Gambar 5.7.1 Termometer

Gambar 5.7.1 adalah diagram termometer Celcius (C), termometer Kelvin (K), dan termometer Fahrenheit (F). Pada diagram terlihat jelas bahwa :

a. Titik lebur es = 0oC= 273K= 32oF Berarti 0oC = 273 K = 32oF b. Titik didih air = 100oC= 373K= 212oF Berarti 100oC = 373 K = 212oF c. Dihitung dari titik lebur es sampai ke titik didih air, jumlah skala

masing-masing termometer adalah : C = 100 skala K = 100 skala F = 180 skala Berarti perbandingan panjang skala C : K : F = 100 : 100 : 180 atau C : K : F = 5 : 5 : 9 Bagaimana melakukan konversi antara satuan suhu satu dengan yang lain? Marilah kita perhatikan rumus berikut : 1) Mengubah Suhu dari Skala C Menjadi Skala K dan F

toC = (t +273)

toC =

2) Mengubah Suhu dari Skala F Menjadi Skala C dan K

toF = x (t - 32) oC

32

5

9t

9

5

321

toF = K

3) Mengubah Suhu dari Skala K menjadi Skala C dan F

t K = (t - 273) oC

t K = oF

3. Kalor Dapat Mengubah Wujud Zat

Dari pengalaman sehari-hari kita ketahui bahwa es yang dipanasi akan berubah wujud menjadi air. Bila pemanasan berlangsung terus akan berubah menjadi uap air. Kalau digambarkan hubungan antara penambahan kalor dengan perubahan wujud es menjadi uap air dipaparkan pada Gambar 5.7.2

Gambar 5.7.2 Grafik perubahan wujud es menjadi uap

Garis I menggambarkan es mengalami kenaikan suhu dari -10oC (baca : 10oC di bawah nol) menjadi 0oC diperlukan energi panas Q1 sesuai dengan persamaan.

Q1 = m . c .t

Q = kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu es (joule, kkal, kal) m = massa es (kg, gr) c = kalor jenis es (joule/kg0C, kkal/kg0C)

t = perubahan suhu es (0C) Garis II mengambarkan es pada suhu 0oC diubah menjadi air 0oC. Selama terjadi perubahan wujud tidak ada kenaikan suhu.

Q = m . L

Q = Q2 – Q1 = kalor yang dibutuhkan untuk perubahan wujud es menjadi air (joule, kal) m = massa es (kg) L = kalor lebur es (joule/kg, kal/kg) Garis III menggambarkan air 0oC mengalami kenaikan suhu menjadi 100oC diperlukan energi Q3 – Q2.

Q = m . c .t

273329

5t

322935

9t

322

Q = kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air dari 0oC menjadi 100oC m = massa es c = kalor jenis air

t = perubahan suhu air Garis IV menggambarkan air pada suhu 100oC diubah menjadi uap air 1000C.Selama terjadi perubahan wujud tidak terjadi kenaikan suhu.

Q = m . U

Q = Q4 – Q3 = kalor yang dibutuhkan untuk perubahan wujud air menjadi uap air. m = massa air U = kalor uap air

C. Lembar Kerja Mengukur dan membandingkan suhu air mendidih dan suhu minyak goreng

mendidih.

D. Alat dan Bahan 1. Gelas kimia = 2 buah 2. Pembakar spiritus = 2 buah 3. Kaki tiga = 2 buah 4. Kassa asbes = 2 buah 5. Thermometer skala 0 – 100 = 2 buah 6. Minyak goreng = 50 cc 7. Air tawar = 50 cc 8. Korek api = 1 buah

E. Langkah Kerja 1. Tuangkan 50 cc air dalam gelas kimia I dan 50 cc pada gelas kimia II. 2. Letakkan kassa asbes di atas pada masing-masing kaki tiga. 3. Letakkan masing-masing pembakar spiritus di bawah kassa asbes. 4. Letakkan gelas kimia yang berisi cairan di atas kassa asbes. 5. Nyalakan pembakar spiritus 6. Agar cepat mendidih tutuplah gelas kimia. 7. Ukur suhu air mendidih! Apakah mencapai 1000 C ? Mengapa ? 8. Ukur suhu minyak goreng mendidih! 9. Samakah suhu air mendidih dengan suhu minyak goreng mendidih ? Jika berbeda

apa sebabnya ?

323

ASESMEN Petunjuk: Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D.

1. Salah satu yang melatar belakangi terjadinya perubahan Undang-Undang Dasar

1945 adalah … A. Kehendak dari para pejabat negara B. Karena desakan dari masyarakat C. Adanya multitafsir pasal-pasal UUD 1945 D. Tuntutan era globalisasi

2. Kesepakatan MPR setelah melakukan amandemen ada lima hal, satu diantaranya adalah … A. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 B. Tidak melakukan perubahan pasal-pasal C. Menetapkan kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara D. Masa jabatan presiden tetap lima tahun

3. Amandemen UUD 1945 salah satunya membahas mengenai masa jabatan presiden dan wakil presiden .pembahasan hal itu dilakukan pada amandemen ke … A. 2 B. 1 C. 4 D. 3

4. Dewasa ini kebudayaan bangsa Indonesia merupakan perpaduan dari berbagai

kebudayaan, baik kebudayaan Indonesia asli,pengaruh kebudayaan Hindu- Budha dan kebudayaan Islam. Hal ini terbukti di Solo sering dilakukan upacara..... A. Upacara Sekaten B. Upacara Sawalan C. Upacara Sadranan D. Upacara Kenduri

5. Perbedaan pendapat mengenai proklamasi kemerdekaan antara para pemuda dengan golongan tua memuncak dengan terjadinya peristiwa….. A. Peristiwa Rengasdengklok B. Peristiwa Dalat C. Peristiwa Ikada D. Peristiwa Agresi

6. Sifat –sifat golongan pemuda yang wajib kita kenang dan teladani adalah sebagai berikut, kecuali…. A. Tidak pantang menyerah B. Congkak karena keberhasilan

324

C. Pemberani dan kuat dalam pendirian D. Bersatu dan ulet

7. Bacalah kutipan-kutipan di bawah ini Kutipan pertama Rebuslah mie dalam 400 cc air mendidih selama 3 menit sambil diaduk. Sementara mie direbus, campurkan bumbu, minyak bumbu, kecap manis, dan saus cabe, pada piring. Jika mie sudah matang, tiriskan, kemudian campurkan mie ke dalam campuran bumbu di piring dan aduklah hingga merata. Setelah itu taburkan bawang goreng dan mie lezat siap di santap. Kutipan kedua Di sebuah sudut kotaku tampak sebuah taman yang baru saja selesai di pagar. Di taman tersebut ada sebuah patung seorang yang sedang membuat kain tenun-menenun dengan alat tenun tradisional. Di sekeliling patung-patung penenun itu ditumbuhi berbagai macam bunga, di antaranya bunga bogenfil, sakura, dan lai-lain sehingga tampak indah sudut kotaku itu. A. Kutipan pertama adalah eksposisi, sedangkan kutipan kedua adalah deskripsi B. Kutipan pertama adalah deskripsi, sedangkan kutipan kedua adalah eksposisi C. Kutipan pertama adalah narasi, sedangkan kutipan kedua adalah deskripsi D. Kutipan pertama adalah eksposisi, sedangkan kutipan kedua adalah narasi Kunci : A

8. Karangan-karangan di bawah ini yang termasuk narasi informasional adalah… A. sejarah, roman sejarah, biografi B. otobiografi, drama, kisah perjalanan C. kisah perjalanan, sejarah, biografi D. drama, kisah perjalalan, roman Kunci : C

9. “Gendang-gendut tali kecapi, kenyang perut senanglah hati” Puisi di atas termasuk puisi lama jenis … A. bidal B. karmina C. talibun D. tamsil

10. Jalan raya berkelok-kelok dipasang cermin untuk melihat kondisi jalan dibalik tikungan. Jenis cermin yang dipergunakan dan sifat cahaya yang berlaku adalah…. A. Cermin cembung dan perambatan cahaya B. Cermin cembung dan pemantulan cahaya C. Cermin cekung dan pembiasan cahaya D. Cermin cekung dan pemantulan cahaya

11. Kaca tembus cahaya berbentuk balok berada dalam air. Pada salah satu sisi balok dikenai sinar tegaklurus terhadap permukaan kaca. Cahaya menembus kaca dan keluar pada sisi berikutnya. Arah cahaya saat meninggalkan kaca dalam keadaan ….

325

A. Tegak lurus kaca B. membias C. mendekati garis normal D. menjauhi garis normal

12. Cahaya merambat di udara mengenai kaca dengan sudut datang 30o. Gerakan cahaya dalam kaca adalah .… A. Sudut bias kurang dari 30o, menjauhi garis normal B. Sudut bias lebih besar dari 30o, menjauhi garis normal C. Sudut bias lebih besar dari 30o, mendekati garis normal D. Sudut bias kurang dari 30o, mendekati garis normal

13. Dalam kegiatan ilmiah diperoleh data suhu suatu benda sebesar 318 K (Kelvin). Kalau dikonversi dalam satuan Celcius (C),Fahrenheit (F), dan Reamur (R) sebesar…. A. 45OC , 81OF, dan 36OR B. 45OC, 113OF, dan 36OR C. 50OC, 81OF, dan 40OR D. 50OC, 113OF, dan 40OR

14. Kalor jenis minyak tanah ditetapkan 2200 J kg-1C-1.Banyaknya kalor yang diperlukan oleh 10 kg minyak tanah jika suhunya turun dari 40oC menjadi 80oCadalah .... A. 8.800 joule B. 17.600 joule C. 176.000 joule D. 880.000 joule

15. Perhatikan proses berpikir beriku. Pernyataan umum: Semua manusia akan mati, Pernyataan Khusus: Si Fulan seorang manusia. Kesimpulan: Si Fulan akan mati. Proses berpikir tersebut menggunakan … A. penalaran induktif. B. penalaran deduktif. C. gabungan penalaran induktif dan deduktif. D. bukan penalaran induktif dan deduktif.

16. Nilai dari

A.

B.

C.

D.

1323

1

10.7

1

7.4

1

4.1

1

nn

12 n

n

13 n

n

14 n

n

15 n

n

326

KUNCI JAWABAN

1. C 9. B 2. A 10. B 3. B 11. A 4. A 12. D 5. A 13. B 6. B 14. D 7. A 15. B 8. C 16. B

327

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie , Jimly. 2005. Lembaga Negara dan sengketa kewenangan antar lembaga negara. Jakarta : Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN).

Cholis Sa’dijah, dkk..(1997). Pendidikan Matematika II. Jakarta : Ditjen Dikti. D’Augustine, C. Dan Smith, W.C. (Jr). (1992). Teaching Elmentary School Mathematics.

New York: Harper Collins. Faqih Samlawi, Bunyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Maulana Gatot Muhsetyo, dkk. (2002). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka. Giancoli, 2001, Fisika I, Jakarta : Erlangga. Giancoli, 2001, Fisika II, Jakarta : Erlangga http://cepplux.blogspot.com/2011/09/gambar-candi-borobudur-dan-candi.html?m=1 http://www.google.com/images?q=gambar+masjid=demak&client http://www.google.com/url?q=http://marconyfm.com/cerita-di-balik-17-agustus-1945/pengibaran-bendera-pertama/ Indrayana, Deni. 2007. Amandemen UUD 1945 Antara mitos dan pembongkaran. Bandung: Mizan Pustaka. Karso, dkk. (2007). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kennedy, L.M. dan Tipps, S. (1994) Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Belmont: Wadswoth. Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Ditjen Dikti Depdiknas. Sartono Kartodirdjo. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Soekmono, 1990. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Soewito, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Sukirman.(1986). Ilmu Bilangan. Jakarta : Karunika Suryono , Hassan. 2005. Pancasila Progresif. Surakarta : Pustaka Cakra. Tarigan, Djago. 1997. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud UT. Winarno, 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta : UNS Press

328

PERISTILAHAN/GLOSSARY

Amandemen : Perubahan dokumen resmi dengan tujuan untuk memperbaikinya

A living constitution : Konstitusi yang benar-benar hidup dalam masyarakat , tidak hanya terdiri dari naskah yang tertulis saja .

A working constitution : Konstitusi yang benar-benar dijadikan sebagai pedoman kerja untuk memberi arah tujuan yang ingin dicapai .

Generalisasi : Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Konjektur : Sebuah proposisi yang dipradugakan sebagai hal yang nyata, benar, atau asli, sebagian besarnya didasarkan pada landasan inkonklusif (tanpa simpulan).

Konstutusi : Keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat .

Penalaran : Proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

Penalaran deduktif : Proses berpikir berdasarkan atas suatu pernyataan dasar yang berlaku umum untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

Penalaran induktif : Proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Plot : Rangkaian peristiwa yang membentuk suatu cerita.

329

330

BAB IX STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Tematik Terpadu di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat menggunakan pendekatan pendekatan tematik. Model pembelajaran tematik atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an.Belakangan pembelajaran tematik diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teachingmodel), karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.Model pembelajaran tematik ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.

Pembelajaran tematik integratif yang sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik terintegrasi(integrated thematic instruction, ITI) aslinya dikonseptualisasikan tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.

Premis utama pembelajaran tematik bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan waktu ersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.Pada sisi lain, model pembelajaran tematik relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif lingkungan belajar.Model pembelajaran tematik diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.

Model pembelajaran tematik memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

B. Elemen-elemen Terkait dalam pembelajaran tematik

Implementasi pembelajaran tematik menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Karena itu guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena Model PEMBELAJARAN TEMATIK ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.

1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. 2. Memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. 3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.

331

4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran. 5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning). 6. Membuka pilihan-pilihan 7. Optimasi waktu secara tepat 8. Kolaborasi 9. Umpan balik segera 10. Ketuntasan atau aplikasi

C. Manfaat Pendekatan Tematik 1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas memungkinkan

semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau menanggung resiko bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin peserta didik merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kelas.Keterampilan hidup dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.

2. Menggunakan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar berkelompok, dan memecahan konflik sehingga mendodong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.

3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom).Aktivitas belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengesplorasi materi secara lebih luas.

4. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik siap mengembangkan pengetahuan.

5. Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam format ramah otak.

6. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari-hari.

7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar memungkinkan mengejar ketertinggalanya dengan dibantu oleh guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas.

8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

D. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik

1. Menentukan tema. Tema dapat ditetapkan oleh pengambil kebijakan, guru,atau ditetapkan bersama dengan peserta didik.

2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum.

332

Pada tahap ini guru harus mampu mendesain tema pembelajaran dengan cara terintegrasi sejalan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

3. Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, termasukkegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menunjukkan suatu tema pembelajaran terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya, pembelajaran di kelas yang didasarkan atau diperkaya hasil karya wisata, kunjungan ke museum, dan lain-lain.

4. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran. Tahapan ini memberi peluang peserta didik untuk mampu berpartisipasi dan memahami berbagi persepektif dari suatu tema. Hal ini memberi peluang bagi guru dan peserta didik melakukan eksplorasi suatu pokok bahasan.

E. Model-model PembelajaranTerpadu

Pembelajaran Terpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model. Menurut Robin Fogarty (1991) ada sepuluh model, seperti disajikan berikut ini.

1. Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.

2. Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan berbasis pada anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran berinduk pada mata pelajaran tertentu.Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.

3. Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.

4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.

5. Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.

333

6. Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat/memadukan berbagai mata pelajaran dalam proses pembelajaran

7. Model galur (threaded model). Model ini memadukan bentuk-bentuk ketrampilan. Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.

8. Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.

9. Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.

10. Model terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.

F. Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Scientific

Inovasi pendidikan di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan membelajarkan materi kepada peserta didik. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dengan mengedepankan peserta didik aktif.

Pembelajaran dimaksud diharapkan yang memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

Kualitas pendidikan sangatlah bergantung pada kesadaran, pengertian, komitmen, dan partisipasi serta dedikasi dari para pendidik dan tenaga kependidikan, terutama guru sebagai ujung tombak yang secara langsung menghadapi peserta didik. Apabila guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengubah hasil belajar peserta didik, dan dapat meningkatkan motivasi belajar, yang dapat

334

meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, dapat meningkatkan harga diri dengan menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran, maka visi dan misi guru sebagai pembelajar boleh dikatakan berhasil.

Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Guru lebih banyak berhubungan dengan pola pikir peserta didik di mana setiap peserta didik – siapapun, dimanapun - memiliki setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan baik di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.

Mulai tahun ajaran baru 2013 pola pembelajaran segera disosialisasikan bagi guru kelas I sampai dengan kelas VI, menggunakan Pembelajaran Tematik Terpadu. Di lapangan begitu beragam nuansa tematik ini sejak digulirkan di kalangan guru, dan sekolah, sepertinya terjadi suatu “kerancuan”, dan perbedaan pemahaman. Guru banyak yang berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran yang dirasakanya sudah menghasilkan lulusan peserta didik “berprestasi”, dan sudah mencetak serta menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan bahwa “saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya dianggap tidak berhasil?. Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat bagi bergulirnya sebuah inovasi dalam bidang pendidikan.

Pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

Pembelajaran yang diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas diharapkan dapat dikondisikan dalam suasana hubungan peserta didik dan guru yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan). Terlebih bagi peserta didik sekolah dasar yang masih berada di Kelas 1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, dan perhatian, sebagaimana pelayanan para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing mereka. Sedangkan di Kelas 4, 5, dan 6 mulai ditingkatkan pemahaman peserta didik untuk lebih memahami hidup dan kehidupan di lingkungan sekitar dengan menciptakan pola berpikir rasional. Mencari jawaban mengapa harus belajar membaca dan menulis? Mengapa harus belajar matematika, mengapa harus berinterakti dan saling berkomunikasi dengan teman dan sebagainya. Dengan pembelajaran tematik Terpadu diharapkan dapat menjawab ke semuanya itu dengan catatan guru dan peserta didik memiliki komitmen dan selalu berpikir positif bahwa pola pembelajaran yang dilakukan adalah menuju ketercapaian kompetensi sebagaimana yang dituangkan di dalam standar kelulusan.

Pelaksanaan pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang.Jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan

335

lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik di masing-masing sekolah.

Peserta didik perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi peserta didik yang masih berada di sekolah dasartentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan peserta didik yang ada di kelas menengah. Namun demikian baik peserta didik di kelas 1 sampai dengan kelas 6 di kondisikan menggunakan pendekatan tematik Terpadu dengan tema sebagai pemersatunya.

F. Pengertian pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu berawal dari tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada Tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan peserta didik dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.

G. Fungsi dan Tujuan

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah: 1. mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu 2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata

pelajaran dalam tema yang sama 3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik 5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,

seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam

konteks tema yang jelas

336

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

H. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Berpusat pada anak 2. Memberikan pengalaman langsung pada anak 3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu

pemahaman dalam kegiatan) 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran

(saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya) 5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran) 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak

(melalui penilaian proses dan hasil belajarnya) I. Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran

Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajarn dalam satu kesatuan yang dipusat pada tema adalah yang paling sesuai. Dan kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dari penjelasan diatas maka pembelajaran tematik memiliki beberapa kekuatan dan keuntungan antara lain: 1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan

tingkat perkembangan dan kebutuhan anak 2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna 4. mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalah an yang

dihadapi 5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama 6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain,

dalam arti respek terhadap gagasan orang lain. 7. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalah an yang

sering ditemui dalam lingkungan anak.

337

J. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran, dengan

memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus. Adapun mata pelajaran yang dipadukan adalah mata pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/ tata krama), PPKn dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (terdiri atas: Bahasa Indonesia, IPS,IPA, Matematika,), Estetika (Seni Budaya-Keterampilan) dan Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.

Di dalam struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa untuk peserta didik kelas 1, sampai dengan kelas 6 penyajian pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik. Penyajian pembelajaran dengan alokasi waktu komulatif 30 JP per minggu.

Pembuatan tema diharapkan memperhatikan kondisi peserta didik, lingkungan sekitar dan kompetensi guru dengan prosentase penyajian disesuaikan dengan aloasi waktu yang tersedia. Guru dalam penyajian diharapkan tidak terkonsentrasi pada salah satu mata pelajaran, melainkan harus tetap memperhatikan prosentase penyajianya. Namun demikianpenjadwalan dalam hal ini tidak terbagi secara kaku melainkan diatur secara luwes.

Mata Pelajaran Agama yang disajikan secara terpadu adalah yang sifatnya budi pekerti luhur, akhlak mulia dan tata krama serta bagaimana bersopan santun dalam pergaulan di dalam keluarga dan masyarakat,keterkaitan dengan pendidikan karakter bangsa. Sedangkan untuk materi-materi yang sifatnya aqidah dan khusus keagamaannya sisajikan oleh guru agama sendiri.

Demikian juga untuk Pendidikan Jasmani dan kesehatan, yang sifatnya gerakan ringan yang dapat disajikan di dalam kelas, bisa dilakukan oleh guru kelas. Sedangkan yang sifatnya gerakan olah raga yang memerlukan fisik, gerakan bebas, tetap dilakukan oleh guru olah raga dan dilaksanakan di luar kelas/ lapangan olah raga.

Pembelajaran tematik diawali dengan pembuatan tema selama satu tahun, kemudian dengan tema-tema yang telah dibuat tersebut, guru menganalisis semua standar kompetensi lulusan yang diturunkan ke dalam kompetensi inti dan selanjutnya mengalir ke kompetensi dasar dan membuat indikator dari masing-masing mata pelajaran yang ada di setiap kelas. Setelah itu dibuat hubungan antara KD dan indikator dengan tema yang telah disiapkan selama satu tahun. Berikutnya dari pemetaan hubungan tersebut dilanjutkan dengan membuat jaringan KD &indikator dari setiap tema yang telah dibuat. Setelah jadi semua jaringan selama satu tahun dilanjutkan dengan menyusun silabus tematik dan yang terakhir menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik.

K. Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Model pembelajaran tematik integratif melalui beberapa tahapan yaitu pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu tahun.Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi, ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema, keempat membuat jaringan KD, indikator, kelima menyusun silabus tematik dan keenammembuat rencana pelaksanaan

338

pembelajaran tematik dengan mengkondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific. Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini.

1. Kriteria Pemilihan Tema

Beberapa tema telah disiapkan menyertai dokumen Kurikulum 2013, namun demikian penulisan daftar tema dimaksud bukanlah urutan penyajajian Guru diharapkan dapat dengan cerdas dan tepat melakukan pemilihan tema mana yang akan dibelajarkan terlebih dahulu, seyogyanya penetapan tema sesuai dengan kondisi daerah, sekolah, peserta didik, dan guru di wilayahnya. Penentuan dan pemilihan tema yang akan dikembangkan di sekolah dasardapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema sebagai berikut : a. Tema tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk

memadukan banyak mata pelajaran b. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan

bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya c. Harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di

sekolah e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang

terjadi di dalam rentang waktu belajar f. Mempertimbangkan dilanjutkan kan kurikulum yang berlaku dan harapan

masyarakat terhadap hasil belajar peserta didik g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar

2. Tahapan Berpikir Pembelajaran Tematik Adalah Struktur Kurikulum

Struktur Kurikulum 2013 merupakan acuan dalam merancang pembelajaran yang akan menjdi landasan penetapan prosentase penyajian pembelajaran. Di Kelas I sampai dengan Kelas VI membelajarkan materi dengan tema sebagai pemersatunya, tidak parsial per mata pelajaran. penetapan alokasi waktu dimaksudkan agar guru dapat mempertimbangan batasan pembahasan, supaya tidak lagi fokus atau berlama-lama pada salah satu mata pelajaran saja. Meskipun telah dituangkan alokasi waktu di dalam struktur masing-masing mata pelajaran, namun tetap menjadi satu kesatuan per minggu komulatif 30 JP untuk Kelas I, berarti per hari 5 JP. Untuk Kelas II komulatif satu minggu 32 JP maka per hari ada yang 5 JP, ada yang 6 JP. Kelas III komulatif satu minggu 34 JP, maka per hari ada yang 5 JP, ada yang 6 JP. Sedangkan Kelas IV sampai dengan Kelas VI komulatif satu minggu 36 JP, jadi rata-rata per harinya 6 JP, bagi sekolah reguler. Struktur Kurikulum sebagai di berikut:

339

Struktur Kurikulum SD/MI

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

I II III IV V VI

Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5 6 6 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7

4. Matematika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

1. Seni Budaya dan Prakarya (termasuk muatan lokal)*

4 4 4 5 5 5

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)

4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

3. Beban Belajar

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar. Sekolah mendapat kesempatan mengkondisikan beban belajar sesuai hasil kesepakatan warga sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah.

4. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu

Langkah Guru yang akan membelajarkan materi dengan menggunakan pendekatan tematik integratif antara lain:

a. Memilih/Menetapkan Tema

340

Dibawah ini adalah Tema untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV Tema-Tema di Sekolah Dasar

KELAS I KELAS IV

1. Diriku 2. Kegemaranku 3. Kegiatanku 4. Keluargaku 5. Pengalamanku 6. Lingkungan Bersih dan Sehat 7. Benda, Binatan dan Tanaman

di Sekitar 8. Peristiwa alam

1. Indahnya Kebersamaan 2. Selalu Berhemat Energi 3. Peduli Makhluk Hidup 4. Berbagai Pekerjaan. 5. Menghargai Jasa Pahlawan 6. Indahnya Negeriku 7. Cita-citaku 8. Daerah Tempat Tinggalku 9. Makanan Sehat dan Bergizi

b. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar, Membuat Indikator,

Dalam melakukan Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat Indikator) dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran. Setelah memiliki sejumlah Tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan dengan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai mata pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, Seni-Budaya dan Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan serta Agama yang sifatnya Tata Krama, Budi Pekerti dan Akhlak Mulia). Kemudian masing-masing Kompetensi Dasar dibuatkan Indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan Indikator.

c. Melakukan Pemetaan KI, Mata Pelajaran ,Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran telah disediakan dalam Kurikulum 2013, demikian juga sejumlah Tema untuk proses pembelajaran selama satu tahun untuk Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 telah disediakan pula. Namun demikian guru masih perlu membuat Indikator dan melakukan kegitan pemetaan Kompetensi Dasar dan Indikator tersebut dikaitkan degan Tema yang tersedia dimasukkan ke dalam format pemetaan agar lebih memudahkan proses penyajian pembelajaran, Indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu dengan cara memberikan cek ( √ ).

d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Kegiatan berikutnya setelah dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema dalam satu Tahun dan telah terpetakan Indikator mana saja yang akan disajikan dalam setiap Tema, maka sebaiknya dilanjtkan dengan membuat Jaringan KD dan Indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format Jaringan KD & Indikator.

e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu

341

Setelah dibuat Jaringan KD & Indikator, langkah Guru selanjutnya adalah menyusun Silabus Tematik untuk lebih memudahkan Guru dalam melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap Tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses pembelajaran. Di Dalam Silabus Tematik ini memberikan gambaran secara menyeluruh Tema yang telah dipilh akan disajikan berapa minggu dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam penyajian Tema tersebut. Silabus Tematik Terpadu memuat komponen sebagaimana panduan dari Standar Proses yang meliputi 1) Kompetensi Dasar mana saja yang sudah terpilih (dari Jaringan KD), 2) Indikator (dibuat oleh Guru, juga diturunkan dari Jaringan) 3) Kegiatan Pembelajaran yang memuat perencanaan penyajian untuk berapa minggu Tema tersebut akan di belajarkan, 4) Penilaian proses dan hasil belajar (diwajibkan memuat penilaian dari aspek sikap, keterampilan dan pegetahuan) selama proses pembelajaran berlangsung 5) Alokasi waktu ditulis secara utuh komlatif satu minggu berapa jam pertemuan (misalnya 30 JP x 35 menit) x 4 minggu) 6) Sumber dan Media.

f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Langkah terakhir dari sebuah perencanaan adalah dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam Tema. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini peserta didik diajak belajar memahami konsep kehidupan secara utuh. Penulisan identitas tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung ditulis Tema apa yang akan dibelajarkan. Penyusunan RPP Tematik Terpadu sebagaimana dalam penyusunan silabus seyogyanya mengacu pada komponen penyusunan RPP dari Standar Proses yang meliputi: Identitas: Satuan Pendidikan, Tema, Kelas, Semester, Alokasi Waktu. 1) Kompetensi Inti: merupakan jabarn dari SKL ada 4 Kompetensi Inti yang harus ditulis semuanya, karena merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dicapai. 2) Kompetensi Dasar hasil penyempurnaan Standar Isi dari Kurikulum 2013 semua mata pelajaran yang telah dipilih dan tertulis di Jaringan KD & Indikator 3) Indikator dari semua mata pelajaran yang telah dibuat dan di tuangkan di Pemetaan 4) Tujuan Pembelajaran yang diharapkan dicapai dari keterpaduan berbagai mata pelajaran 5) Materi Pembelajaran meliputi berbagai mata pelajaran 6) Pendekatan dan Metode pembelajaran 7) Langkah Pembelajaran memuat kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti (memuat langkah pembelajaran Tematik Terpadu memadukan berbaai mata pelajaran yang diatukan dalam Tema, tersaji secara sistematis dan sistemik dalam tuangan Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, serta menggambarkan pendekatan Scientific dan diakhiri dengan Kegiaan Penutup 8) Sumber dan Media yang memuat semua sumber dan media pembelajaran yang dipergunakan dalm pembelajaran 9) Penilaian, meliuti proses dan hasil belajar seyogyanya dilampirkan instrumen dan rubrik

342

penilaiannya, baik untuk kepentingan proses dan ketercapaian hasil belajar siswa.

L. Pendekatan Scientific

Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty (1991) Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.

Sedangkan proses pembelajaran menggunaan pendekatan Pendekatan scientific hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata)

Penjelasan Prof Sudarwan tentang pendekatan scientific bahwa Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

343

M. Esensi Pendekatan Ilmiah Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan

induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk

kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa

fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

N. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

344

Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung -jawabkan.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.

Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.

Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi

345

prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkanmampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.

Berpikir kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

O. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

346

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau

informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

1. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode

347

observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

Menentukan objek apa yang akan diobservasi

Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi

Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder

Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.

Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.

Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.

348

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.

Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi. Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan

guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar

349

dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!

a. Fungsi bertanya

Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

b. Kriteria pertanyaan yang baik

Singkat dan jelas. Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.

Menginspirasi jawaban. Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama? Dua

350

kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.

Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.

Bersifat probing atau divergen. Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.

Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:

o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”? o Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang

bekerja.” o Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?” o Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang

yang malas tidak produktif” o Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?” o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan

waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang. Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan

351

kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.

Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c. Tingkatan Pertanyaan Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk

memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.

352

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif yang lebih rendah

Pengetahuan (knowledge)

Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berilah nama... Dll.

Pemahaman (comprehension)

Terangkahlah... Bedakanlah... Terjemahkanlah... Simpulkan... Bandingkan... Ubahlah... Berikanlah interpretasi...

Penerapan (application

Gunakanlah... Tunjukkanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah...

Kognitif yang lebih tinggi

Analisis (analysis)

Analisislah... Kemukakan bukti-bukti… Mengapa… Identifikasikan… Tunjukkanlah sebabnya… Berilah alasan-alasan…

Sintesis (synthesis)

Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah… Bagaimana kita dapat

memecahkan… Apa yang terjadi seaindainya… Bagaimana kita dapat

memperbaiki… Kembangkan…

353

Evaluasi (evaluation)

Berilah pendapat… Alternatif mana yang lebih baik… Setujukah anda… Kritiklah… Berilah alasan… Nilailah… Bandingkan… Bedakanlah…

3. Menalar

a. Esensi Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.

Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak

354

menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilakunya.

Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua jenis, yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang. Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.

Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.

Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah:

Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan saksama.

Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S dengan R makin intensif dan ekstensif.

Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan

355

pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.

Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.

Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.

Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.

Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention), menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi (motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.

Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.

Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati, mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

356

Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati

Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

b. Cara menalar

Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Contoh:

Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan

Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan

Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan

Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis. Contoh :

Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperas.

Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

4. Analogi dalam Pembelajaran Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan

fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan

357

peserta didik adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.

Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu ‘metode menalar’ yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan. Contoh: Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga, Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.

Analogi deklaratif merupakan suatu ‘metode menalar’ untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata dan dipercayai. Contoh: Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5. Hubungan Antarfenonena Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan

antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.

Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.

Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.

358

Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat. Contoh: Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.

Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya. Contoh : Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami dekandensi moral secara massal.

Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara siklikal.

6. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,

359

menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

a. Persiapan

Menentapkan tujuan eksperimen

Mempersiapkan alat atau bahan

Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran

Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul

Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.

b. Pelaksanaan

Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.

Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

c. Tindak lanjut

a. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru b. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik c. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil

eksperimen. d. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang

ditemukan selama eksperimen.

360

e. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan

P. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran

kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu,

peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.

Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan temannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yang digunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks ini disebut peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan cara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning). Akan tetapi di antara potensi dan aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu. Guru memiliki berkewajiban menjadikan wilayah “abu-abu” yang ada pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan cara belajar kelompok.

Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah yang tergamit dalam ZPD yang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“. ZPD merupakan wilayah “can do with help” yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.

Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

361

1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk

menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid. Contoh: Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik. Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu, pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik juga dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia sebenarnya. 2. Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.

Guru sebagai mediator. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.

Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik. Contoh Pembelajaran Kolaboratif Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.

Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori.

362

Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama.

Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekanhya.

Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.

3. Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif

Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini.

JP = Jigsaw Proscedure. Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor tes kelompok.

STAD = Student Team Achievement Divisions. Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta didik.

CI = Complex Instruction. Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

TAI = Team Accelerated Instruction. Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil belajar individual maupun kelompok.

363

CLS = Cooperative Learning Stuctures. Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.

LT = Learning Together Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.

TGT = Teams-Games-Tournament. Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.

GI = Group Investigation. Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

AC = Academic-Constructive Controversy. Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition. Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

364

CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU

A. Pengantar

Memasuki Tahun 2013 akan segera diberlakukan pembelajaran Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema yang akan menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi langkah-langkah pokok

1. Mengamati 2. Menanya 3. Menalar 4. Mencoba 5. Mengolah 6. Menyajikan 7. Menyimpulkan dan 8. Mengkomunikasikan

Langkah-langkah tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan, terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan scientific.

B. Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran dapat disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut:

1. Mengamati

Dalam penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 4 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual.

365

Berikut contoh Tema Indahnya kebersamaan. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya rumah yang sehat serta termasuk rumah adat mana sesuai dengan bentuknya. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia.

2. Menanya Peserta didik yang masih

duduk di kelas 4 Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab sekaligus membedakan karakteristik rumah adat daerah lain dan rumah yang bersih dan yang tidak bersih. (Eksplorasi)

Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah adata miangkabau ? Pada saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah

memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat).

3. Menalar

Apabila dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

366

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)

Contoh untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:

No Gambar Nama Rumah

adat Asal Rumah

adat Unsur

bentuk rumah

1

2.

3.

4.

367

5.

Peserta didik akan mengamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan cara memberikan tanda cek ( √ )

4. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, (Kelas IV SD/MI) misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Ekasplorasi dan elaborasi)

Contoh: Peserta didik bisa diajak berjalan ke luar kelas untuk melihat bentuk rumah adat didaerahnya sendiri secara nyata dan membandingkan dengan rumah adat yang ada di gambar yang sudah disiapkan guru. Dan membuat laporan tentang [erbedaan yang ada antara rumah yang ada di sekitar sekolah dengan gambar rumah adat lain yang dibandingkan.

5. Mengolah Pada tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar

secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga

368

memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).

Hasil tugas dikerjakan bersama dalam satu kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.

8. Mengkomunikasikan Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil

pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau

Sinar Datang

369

secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

370

371

BAB XI TEORI DAN PRAKTIK PENILAIAN AUTENTIK

A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas

hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.

Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi.Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya. B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.

372

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

C. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik

Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.

Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan

373

kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini. 1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta

desain pembelajaran. 2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan

pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.

Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang dipakai

374

dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional. D. Jenis-jenis Asesmen Autentik

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.

1. Penilaian Kinerja

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja: a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya

unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.

375

c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati. Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi. Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

376

2. Penilaian Proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain. Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru. a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan

mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya

377

peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang

akan dibuat. c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah

bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat

yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama

dokumen portofolio yang dihasilkan. g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian

portofolio.

4. Penilaian Tertulis Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat

378

fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

379

BAB XII PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. LATAR BELAKANG Guru sebagai tenaga professional wajib memiliki kompetensi pedagogig, profesi, kepribadfian dan sosial. Keempat kompetensi trersebut merupakan satu kesatuan utuh yang dalam melaksanakan profesinya saling sinergis. Seorang guru harus menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, mampu merencanakan pembelajaran, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran. Di dalam melaksanakan tugas seorang guru harus memiliki kepribadian yang tangguh, mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya dan memiliki kemampuan berkomunikasi baik dengan siswa rekan kerja orang tua siswa, baik secara lisan maupun tertulis. Profesi guru menuntut tanggung jawab yang besar bagi seseorang yang telah menentukan guru sebagai pilihan profesinya. Perkembangan Ilmu dan teknologi yang sangat pesat dan cepat, meningkatnya tingkat kekritisan siswa, meningkatnya tuntutan orang tua siswa terhadap pelayanan pendidikan, tuntutan pengembangan ksrir yang semakin tinggi, permassalahan kehidupan yang semakin komplek, menuntut kedinamisan dan kreatifitas guru untuk mengembangkan profesinya. Penguasaan dan pengembangan materi pelajaran merupakan salah satu kunci suksesnya seorang guru dalam proses pembelajaran. Berkembangnya ilmu dan teknologi menuntut guru untuk selalu mengikuti perkembangan tersebut melalui berbagai upaya antara lain, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah sarasehan, work shop, pelatihan, bedah buku, seminar baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, PGRI sebagai organisdasi profesi, maupun kelompok-kelompok pengembangan profesi seperti KKG dan MGMP. Perkembangan ilmu dan teknologi juga bisa diikuti melalui membaca buku-buku terbitan terbaru, sehingga seorang guru dituntut untuk selalu meningkatksn budasa baca baik pada diri sendiri, keluarga, lingkungasn tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Kunci kesuksesan guru dalam pembelajaran yang lain yang menjadi kekhasan profesi guru adalah ketrampilan dalam menggunakan metode, model, dan pendekatan pembelajaran. Penguasaan dan pengembangan materi yang baik dipadukan dengan ketrampilan pembelajaran yang pas akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik pada akhirnya akan menghasilkan prestassi siswa yang baik pula. Ketrampilan pembelajaran bisa ditumbuhkembangkan melalui pengadministrasian pembelajaran yang tertib, pengenalan masalah kelas, perencana pembelajaran yang baik, evaluasi yangh baik dan tidak kalah pentingnya melalui penelitian tindakan kelas penyusunan karya ilmiah. Memperhatikan uraian di atas profesi guru menuntut pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan melalui berbagai kegiatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah , PGRI sebagai organisasi profesi, swadaya dari kelompok guru maupun oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidik. Dalam melaksanakan kewajiban dan pengembangan kompetensinya guru sebagai tenaga professional harus menjunjung tinggi etika profesi. Kejujuran dan rasa ingin

380

tahu yang berkembang merupakan nilai yang harus dijadikan landasan untuk mengembangkan kompetensi guru. B. TUJUAN

1) Peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dapat menjelaskan pengertian dan langkah-langkah menyusun karya tulis ilmiah.

2) Peserta PLPG dapat menyusun setiap macam karya tulis ilmiah untuk dapat mengembangkan profesinya

3) Peserta PLPG memahami filosofi penelitian tindakan kelas dan etika sebagai peneliti.

4) Peserta PLPG dapat menjelaskan pengertian dan karakteristik dan prinsip penelitian tindakan kelas

5) Peserta PLPG dapat menjelaskan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan jenis penelitian lain.

6) Peserta PLPG dapat menyusun proposal penelitian tindakan kelas secara lengkap dan benar.

7) Peserta PLPG dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas tepat C. MANFAAT MODUL

1) Panduan dalam pembelajaran mata latih Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas bagi Instruktur Maupun Peserta PLPG Rayon 139 IKIP PGRI \Semarang.

2) Salah satu sumber bacaan untuk mengembangkan kompetensi guru 3) Bahan bacaan untuk mencari sumber-sumber lainya dalam pengembangan

keprofesian guru yang berkelanjutan.

381

BAB II PENULISAN KARYA ILMIAH

A. PENGERTIAN KARYA ILMIAH

Karya ilmiah adalah karya tulis yang menyajikan suatu deskripsi, gagasan, argumentasi atau pemecahan masalah yang didasarkan pada berbagai bukti empirik atau kajian teoritis yang ditulis dengan sistematis, sehingga pembaca dapat mencari kebenaran baik secara empirik maupun teoritis. Ahli lain menyatakan bahwa karya ilmiah adalah tulisan ilmiah tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Ditambahkan bahwa karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran sebuah karya ilmiah bukan merupakan kebenaran normative, melainkan kebenaran obyektif dan positif sesuai dengan fakta dan data di lapangan.

Karya ilmiah dapat dikenal dari ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat berupa gagasan,

deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan masalah. 2) Pengetahuan yang disajikan didasarkan pada fakta atau data empirik atau pada

teori yang telah diakui kebenarannya. 3) Karya ilmiah mengandung kebenaran yang obyektif serta kejujuran dalam

penulisan. 4) Bahasa yang digunakan bahasa baku. 5) Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.

Karya ilmiah dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) No. 84/1993 di sebut Karya Tulis Ilmiah, yang kemudian istilah itu dirubah lagi berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 dengan istilah baru Publikasi Ilmiah. Permenpan & RB No. 16/2009 ini berlaku efektif tanggal 1 Januari 2013.

B. MACAM-MACAM KARYA ILMIAH

Berdasarkan pemahaman umum karya ilmiah atau publikasi ilmiah dapat berupa makalah prasaran ilmiah, karya ilmiah yang ditulis mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu (Skripsi untuk S1, Tesis untuk S2, dan Desertasi Untuk S3), buku ilmu pengetahuan, dan lainnya. Namun dalam tulisan ini akan difokuskan jenis karya ilmiah untuk menunjang pengembangan profesi guru seperti yang dikemukakan pada Permenpan & RB N0. 16/2009. Hal ini bertujuan agar dapat membantu guru dalam meningkatkan profesinya.

Adapun macam karya ilmiah yang sesuai dengan upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan pada guru adalah:

1) Prasaran Ilmiah Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan ilmiah berbentuk makalah yang berisikan laporan penelitian, hasil gagasan penulis, atau tinjauan tentang pembahasan suatu masalah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah.

2) Laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian adalah sebuah tulisan ilmiah yang berupa laporan kegiatan penelitian ilmiah yang dilaksanakan dengan metode ilmiah ditulis

382

berdasarkan sistematika dengan menyesuaikan dengan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan.

3) Tinjauan Ilmiah Tinjauan ilmiah adalah tulisan ilmiah yang berisi gagasan/ide penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal, dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikan tertentu.

4) Karya Ilmiah Popular Karya ilmiah popular adalah tulisan ilmiah yang ditulis dengan bahasa yang sangat sederhana mudah dipahami tentang permasalahan pendidikan formal atau pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu dan dipblikasikan lewat media masa.

5) Artikel ilmiah Artikel ilmiah yang dikupas disini adalah artikel ilmiah bidang pendidikan; adalah tulisan yang berisi hasil gagasan/ide penulis, atau ringkasan hasil penelitian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang dimuat di jurnal ilmiah.

6) Buku Pelajaran Buku pelajaran adalah buku yang berisi pengetahuan untuk bidang atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru, baik sebagai buku utama atau buku pelengkap.

7) Modul dan Diktat Pelajaran Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materinya. Diktat adalah bahan ajar suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru secara tertulis untuk mempermudah atau memperkaya materi pelajaran tertentu

8) Buku Bidang Pendidikan Buku bidang pendidikan adalah buku yang berisi pengetahuan yang terkait dengan bidang kepndidikan.

9) Terjemahan Terjemahan adalah suatu karya terjemahan dari bahasa Asing ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya, demikian pula dari bahasa Indonesia ke bahasa Daerah atau sebaliknya.

10) Buku Pedoman Guru Buku pedoman guru adalah buku yang berisi rencana kerja tahunan bagi guru.

Berdasarkan sepuluh macam karya ilmiah atau publikasi ilmiah tersebut kemanfatan bagi guru dalam mengembangkan profesinya cukup besar.

C. SISTEMATIKA KARYA ILMIAH

Berdasarkan uraian tentang berbagai macam dan pengertian karya ilmiah tersebut, sistematika penulisannya mempunyai cirri-ciri sistematika penulisan yang tidak sama. Sebelum menulis karya ilmiah yang dikehendaki dilakukan perlu terlebih dahulu memahami sistematika dari jenis/macam publikasi ilmiah yang akan ditulisnya. Pemahaman sistematika ini sangat penting agar karya tulisnya dapat dikategorikan ke jenis karya ilmiah.

383

Adapun sistematika setiap macam karya ilmiah itu adalah sebagai berikut. 1) Prasaran Ilmiah

Kerangka atau sistematika prasaran ilmiah sangat tergantung juga oleh ketentuan yang ditetapkan Panitia seminar, lokakarya atau pertemuan ilmiah lainnya. Naman sekurangnya memenuhi persyarakat: a. Isinya berisi gagasan ilmiah yang berfungsi sebagai perluasan pengetahuan

atau keilmuan. b. Langkah sajiannya runtut dan menunjukan satu kesatuan bermakna baik

bagi keilmian maupun perbaikan pembelajaran. c. Lengkap, menyajikan idea tau gagasan penting atau hasil penelitian.

2) Laporan Penelitian Kerangka sistematika laporan penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar yaitu: a. Bagian awal, yang memuat halaman judul, halaman pengesahan, kata

pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran, b. Bagian inti; berisi 5 (lima) bab, dengan sistematika isi tiap bab yang sangat

bervareasi sangat tergantung pada jenis penelitian (kuantitataif, penelitian pengembangan, penelitian eksperimen, penelitian kualitatif atau Penelitian Tindakan Kelas). Namun secara umum bab pertama Pendahuluan, bab kedua kajian Teori dan Pustaka, Bab Ketiga Metodologi Penelitian, Bab Keempat Hasil dan Pembahasan dan Bab Kelima Simpulan dan Saran.

Karena umumnya penelitian yang dilakukan guru cenderung ke Penelitian Tindakan Kelas, maka secara agak rinci sistematika laporannya sebagai berikut: Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab Kedua Kajian Teori; terdiri dari bagian teori tentang variable masalah, teori tentang variable tindakan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Bab ke tiga metodologi penelitian mencakup, seting penelitian, prosedur/siklus penelitian. Pengumpulan data, Analisis data, dan indikator keberhasilan, Bab Ke empat terdiri dari Kondisi subyek penelitian, Sajian data tiap siklus, dan Pembahasan, dan Bab Ke lima Simpulan dan saran.

c. Bagian Penunjang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. 3) Tinjauan Ilmiah

Seperti diuaraikan pada bagian terdahulu bahwa Tinjauan Ilmiah berttitik tolak dari permasalahan yang dihadapi guru dalam bidang pendidikan dan pengajaran utamanya di satuan pendidikan dimana penulis bertugas. Dalam penulisan tinjauan ilmiah sistematika yang umum diguanakan setidaknya sebagai berikut: a. Bagian awal, yang terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, kata

pengenatar dan daftar isi. b. Bagian isi terdiri dari: Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang

msalah, perumusan masalah; Bab Kajian teori yang mengemukakan teori yang berkaitan dengan permasalahan dan gagasan/ide peneulis: Bab

384

Pembahasan mengemukakan secara jelas gagasan penulis dalam upaya mengatasi masalahnya, dan terakhir Bab Penutup/simpulan.

c. Bagian Penunjang yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran kalau ada. 4) Karya Ilmiah populer

Isi sajian berupa pengetahuan popular yang ditandai tema/topik yang actual dan masalahnya berkaitan dengan kependidikan atau pembelajaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang popular, mudah dipahami oleh pembaca dari semua golongan dan tingkat pendidikan. Karya Ilmiah popular setidaknya terdapat masalah yang dikemukakan, adanya dasar atau landasan untuk membahas, serta simpulan dari uraian yang disampaikan. Alur sajiannya tidak kaku, sehingga enak dibaca, mudah dicerna/dipahami.

5) Artikel Ilmiah Artikel ilmiah ada yang berupa tinjauan ilmiah, ada pula yang berasal

dari laporan hasil penelitian, sehingga mempunyai sistematika penulisan yang berbeda. Pada setiap jurnal ilmiah umumnya sudah disampaikan peraturan yang terkait dengan langkah mengusulkan artikel ilmiah untuk dimuat di jurnal tersebut, termasuk sistematika artikelnya. Tidak setiap jurnal ilmiah dapat memuat kedua jenis artikel ilmiah tersebut, oleh karena itu penulis harus membaca aturan yang disampaikan pada bagian belakang. Sistematika penulisan artikel itu sangat tergantung pada silingkung/pola aturan pemilik jurnal.

Pada artikel ilmiah yang berupa tinjauan ilmiah sistematikanya biasanya terdiri dari bagian awal yang memuat judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci; bagian isi mengetengahkan, bab pendahuluan (yang merupakan bagian latar belakang masalah dan kajian teori), bab pembahasan dan bab terakhir penutup, dan bagian penunjang berisi daftar pustaka.

Sedangkan artikel ilmiah hasil penelitian umumnya memuat; bagian Awa memuat Judul Penelitian, nama penulis, abstrak disertai kata kunci; Bagian Isi terdiri dari Bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah dan kajian teori, Bab Metode penelitian berisi uraian singkat tentang metode yang digunakan, bab hasil dan pembahasan yang merupakan inti artikel, dan bab Simpulan dan saran. Bagian penunjang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran bila diperlukan.

6) Buku Pelajaran Dalam menulis buku pelajaran yang perlu dilakukan adalah meneliti dan

melihat kurikulum yang berlaku, materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan ditulis. Sistematikanya sangat tergantung pada jenis ilmu pengetahuan yang akan ditulis. Namun, agar tidak menyimpang setidaknya memperhatian hal-hal berikut: a. Buku pelajaran yang ditulis mendasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai dengan buku tersebut. b. Mengikuti dan memperhatikan penggunaan bahasa yang dapat dipahami

oleh siswa sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikannya. c. Memberikan daya tarik siswa untuk membaca sehingga tidak jenuh untuk

mempelajari.

385

7) Modul/Diktat Pelajaran Modul merupakan bahan ajar sebagai bahan ajar yang dapat

mempermudah siswa untuk belajar mandiri. Sistematikanya minimal memuat: tujuan pembelajaran, paparan tentang materi, latihan-latihan, evaluasi dan kunci jawaban, daftar pustaka.

Diktat yang berfungsi menambah, memperjelas terhadap materi pelajaran, adapun sistematikanya setidaknya memuat bagian pendahuluan yang terdiri dari pengantar, daftar isi dan penjelasan tujuan penyusunan diktat pelajaran, bagian isi mengetengahkan tentang judul/sub judul topik isi bahasan, penjelasan setiap bab, uraian isi/materi pelajaran, sajian contoh dan soal latihan dan bagian akhir daftar pustaka.

8) Buku Bidang Pendidikan Buku pelajaran dapat membantu siswa dalam memahami mata

pelajaran tertentu dalam bidang pendidikan, dan menambah wawasan atau informasi dalam bidang pendidikan.

Adapun kerangka isi atau sistematikanya tergantung pada isi pengetahuan yang akan disajikandalam buku tersebut. Namun, secara umum dapat disampaikan sebagai berikut: Bagian awal mencakup Pengantar, daftar isi, Bagian inti terdiri dari pendahuluan, dan isi yang terdiri dari beberapa bab/bagian sesuai dengan isi pengetahuan yang disajikan. Dan Bagian penunjang yang memuat daftar Pustaka serta data diri penulis.

9) Terjemahan Karya terjemahan harus diutamatakan untuk menunjang pembelajaran

di sekolah penulis. Sedangkan sistematikanya sangat dipengaruhi oleh buku yang diterjemahankan. Dalam menterjemahan buku harus dilakukan terhadap seluruh isi buku bukan hanya satu atau beberapa bab buku yang diterjemahkan.

10) Buku Pedoman Guru Buku pedoman guru yang berisi rancangan kerja guru selama setahun

utamanya yang berkait dengan pengembangan keprofesian guru. Sedangkan sistematika penulisan setidaknya terdiri dari: Bagian awal yang memuat halaman judul, halaman pengesahan, kata pengenatar, dan daftar isi, bagian isi mengemukakan Pendahuluan yang menjelaskan tentang tujuan pembuatan Rencana kerja tahuan Guru, dan rincian rencana kerja secara lengkap dalam satuan bulanan selama satu tahun. Rencana kerja tersebut tampak upaya meningkatkan kompetensi guru baik paedagogik, kepribadian, social maupun professional. Bagain penunjang berisi lampiran-lampiran yang menunjang rencana kerja tersebut, dan daftar pustaka.

D. BAHASA DALAM KARYA ILMIAH Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan

bahasa Indonesia baku yang baik dan benar. Kecuali dalam menulis karya ilmiah popular yang bahasanya lebih sederhana mudah dibaca, dipahami isi materi yang ditulis oleh semua pembaca tanpa didasarkan pada tingkat pendidikan.

386

Oleh karena itu dalam menulis karya ilmiah penulis perlu memperhatikan tata bahasa, system penulisan, dan pola kutipan serta penulisan daftar pustaka atau rujuan yang digunakan.

E. RANGKUMAN

Karya ilmiah merupakan tulisan yang mengikuti aturan ilmiah baik isi, bahasa, maupun sistematika penulisan. Macam karya ilmiah yang dapat digunakan untuk pengembangan profesi guru berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi cukup banyak, namun dalam pengusulan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesian berkelanjutan jenis karya ilmiahnya terdapat aturan yang menetapkan. Tidak semua kenaikan pangkat pada jenjang tertentu dengan semaunya dapat memilih satu atau dua macam publikasi/karya ilmiah tersebut. Oleh karena itu dalam belajar menulis karya ilmiah untuk pengembangan profesi harus memahami ketentuan yang telah ditetapkan serta sistematika setiap macam jenis karja ilmiah seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu.

387

BAB III

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Saat ini penelitian tindakan utamanya penelitian tindakan sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh perhatian yang cukup besar terhadap Penelitian Tindakan /Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengapa demikian ? Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani permasalahan di sekolah dan atau proses belajar mengajar di kelas/ dengan melihat pada siswa. Bahkan McNiff (1992 : memandang Penelitian Tindakan sebagai bentuk penelitian yang reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

Dalam Penelitian Tindakan kelas pendidik dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK pendidik secara refektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kepada individu/sekolompok siswa. Pendek kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki prose pembelajaran di kelas guru mengajar, sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran, dan akan lebih efektif.

Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah praktek-praktek penyimpangan diri siswa pada kelas tertentu, dapat mempengaruhi pembelajaran yang selama ini dilakukan, sehingga memiliki efektivitas yang rendah. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek penanganan terhadap siswa yang menyimpang, membebani pembelajaran tertentu akibat tugas yang berlebihan seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas tidak efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tersebut akan dapat mempengaruhi sebagian siswa dalam memahami materi pelajaran.

Dalam hal ini pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan penelitian tindakan, karena dalam tugas keseharian terfokus pada kelas dimana guru mengajar, maka dalam pelaksanaannya guru akan dapat mengetahui pada kelas mana, dan pada kompetensi/materi apa kelas-kelas tertentu mengalami banyak masalah. Jadi permasalahannya diangkat dari kelas yang dirasakan paling merisaukan waktu guru mengajar.

Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, kondisi, serta penyimpangan yang dialami oleh sekelompok siswa pada suatu kelas tertentu. Untuk itu yang utama adalah bagaimana pendidik

388

memiliki kreativitas dalam mencari model/metode atau strategi untuk memperbaiki mutu pembelajarannya.

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1) PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan

perubahan mutu dalam pembelajaran. 2) PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk

meningkatkan praktiknya sendiri. 3) PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning,

acting, observing, reflecting.. the re-planning. 4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk

mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 5) PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi

dalam seluruh tahapan PTK. 6) PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut menggunakan

kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek dalam mengatasi

masalah siswa di sekolahnya.. 8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara

sismatik bukti yang menantangnya 9) PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan

kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc Taggart, 1997)

B. KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Apa yang menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas? Semua

penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu masalah. Dilihat dari segi

masalah yang harus dipecahkan, penelitian tindakan memiliki karakteristik penting

yaitu bahwa problema yang diangkat dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi oleh guru

di kelas. Pendidikan tindakan kelas akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal

memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk

pembelajaran yang dihadapi siswa di kelasnya. Kemudian dari persoalan itu pendidik

menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.

Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di sekolah

tidak bermasalah, kegiatan penelitian tidak diperlukan. Hal ini dapat dimungkinkan

guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses menangani

permasalahan di kelas, baik masalah belajar mengajar, maupun masalah beberapa

siswa yang dapat mengganggu kegiatan belajar, namun mungkin guru kurang

memperhatikan. Oleh sebab itu seharusnya selalu berdiskusi dengan sesame profesi

untuk minta bantuan apakah kegiatan yang selama ini dilakukan dalam proses

menangani masalah di kelas belum tepat.

Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain, dan /kepala sekolah

dapat bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan

demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan secara

389

kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak

masalah yang diperbuat selama melaksanakan tugasnya sebagai guru kelas. Jika

seorang guru bersedia melakukan Penelitian tindakan secara kolaboratif dengan guru

lain, banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin

diperlukan oleh guru dimasa depan. Penelitian tindakan secara kolaboratif akan

mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya publikasi ilmiah

sambil belajar dari para pakar yang lebih berbobot. Di samping itu juga akan

menumbuh-kembangkan budaya akademik di kalangan guru.

Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu

sendiri. Penelitian tindakan memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-

tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki permasalahan siswa utamanya dalam

proses belajar mengajar dan pembentukan kemandiriannya. Tindakan yang dilakukan

harus berbeda dari yang lama. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat

dilakukan di dalam sekolah, yang kemudian sering disebut dengan “Penelitian

deskriptif”..

Sebaliknya jika dengan penelitian ini guru/konselor mencoba berbagai tindakan

mencegah terjadinya pembolosan, ketidak disiplinan, rendahnya minat, aktifitas

belajar, sehingga proses belajar mengajar berjalan tidak dapat berjalan dengan baik

dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan. Tindakan

untuk mencegah tingginya pembolosan, ketidak disiplinan siswa mengikuti pelajaran,

mungkin dapat berbentuk model tertentu yang diciptakan guru.

Dengan penelitian tindakan kasus menunjukkan adanya perubahan kearah

perbaikan dan peningkatan secara positif. Dengan diadakan tindakan tertentu harus

membawa perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan tindakan justru membawa

kelemahan penurunan atau perubahan negatif berarti ada kesalahan mendasar yang

dilakukan peneliti dalam memilih model/teknik atau strategi. Kriteria keberhasilan atas

tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif. Penelitian penelitian tindakan tidak

untuk digeneralisasian sebab hanya dilakukan di kelompok siswa tertentu dan waktu

tertentu.

Di samping karakteristik tersebut ada prinsip penelitian tindakan yang perlu

diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1) inkuiri

reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif.

1) Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan berangkat dari permasalahan pembelajaran riil

yang sehari-hari dihadapi oleh siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada

pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi fokus adalah

permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan

tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalsiasi. Tujuan penelitian

tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat

diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki

praktis secara langsung, disini dan sekarang (Raka Joni, 1998).

390

Penelitian tindakan menggunakan metodologi yang agak longgar,

khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun demikian, penelitian

tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal

pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan

terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan

penelitian tindakan didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan

dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam

(McNiff.1992:9). Penelitian tindakan dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri

reflektif (sel-reflective-inquiry).

2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan

sendiri oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.lain. Penelitian

tindakan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan

perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi, tetapi harus

tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian

tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi,

dan refleksi), sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.

3) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang

berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering

mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan akan lebih

menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus

menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,

peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan

sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan

pada siklus kegiatan lainnya.

Hopkins (1993: 57-61) menyebutkan ada 6 prinsip dasar yang melandasi

penelitian tindakan. Hal ini juga tidak berbeda untuk melaksanakan penelitian tindakan

konseling, harus mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip pertama bahwa tugas pendidik yang utama adalah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berkembang dengan baik dan berkualitas.

2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang

tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-

tahapan penelitian tindakan selaras dengan proses perkembangan dan

pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan tindakan

(action), observasi terhadap proses tindakan (observation), evaluasi proses dan

hasil yang dicapai dan refleksi dari proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan

(reflection). Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil tindakan

direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.

3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari

pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan

kaidah ilmiah.

391

4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah

penyimpangan dari siswa yang riil merisaukan tanggungjawab profesional pendidik

dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar pada kejadian nyata yang

berlangsung dalam konteks peningkatan hasil pembelajaran yang sesungguhnya.

5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran sangat diperlukan.

6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak

seharusnya dibatasi pada masalah di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran

diluar kelas, misalnya : tataran pelanggaran siswa sistem atau tata tertib,

peraturan lembaga.

7) Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus

berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan

menjadi tantangan sepanjang waktu.

C. PROSEDUR PENELITIAN PTK

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai

permasalahan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dan hal-hal yang

dihadapi seperti kesulitan siswa dalam kegiatan pembelajaran tertentu, tetapi yang

lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu

untuk mengatasi permasalahan siswa baik secara individu, kelompok maupun klasikal.

Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang

meliputi penetapkan focus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan

yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analiisis, dan tahap akhir

refleksi.apa yang diperlukan, pada tahap selanjutnya diisusun rencana tindak lanjut.

Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langlkah

pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya. Sesudah

menetapkan pokok permasalahan secara mantap langkah berikutnya adalah:

0) Perencanaan tindakan

1) Pelaksanaan tindakan

2) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)

3) Refleksi (analisis dan interpretasi

Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah.

Dalam penelitian tindakan kelas, ini minimal harus dilakukan dua siklus, Siklus ke dua

merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari tindakan dari siklus pertama. Setiap

siklus diusahakan ada 3 (tiga) kali pertemuan, tidak dibenarkan dalam satu siklus itu

satu pertemuan.

392

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan

SIKLUS - I SIKLUS - II

Gambar Siklus Kegiatan PTK Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empaat tahap kegiatan. Hasil refleksi siklus pertama akan dapat diketahui keberhasilan atau hambatan/kelemahannya dalam hasil tindakan, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahannya untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelum yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan, namun setiap penelitian minimal dua siklus. 1) Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas pembelajaran atau siswa sangat ketergantungan kepada orang lain. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.

Kaca Definisi 1

(1). Bilangan

Permasalahan Perencanaan

Tindakan - I

Pelaksanaan

Tindakan – I

Refleksi - I

Pengamatan /

Pengumpulan

Data - I

Perencanaan

Tindakan - II

Perencanaan

Tindakan - II

Pengamatan /

Pengumpulan

Data - II

Refleksi - II

393

a. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran dan mengikuti kegiatan di sekolah cukup memadai ?

b. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif ? c. Apakah keberanian menerima pembelajaran cukup memadai ? d. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas ? e. Apakah suasana dalam proses belajar mengajar kondusif ?

Secara umum karakteristik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.

a. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan di sekolah.

b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi factor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.

c. Masalah tersebut sangat merisaukan dan mendesak untuk segera diatasi. d. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut

melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti. Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK

adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan mengatasi siswa bermasalah lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti dibawah ini. a. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasi

dengan benar ? b. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan ? c. Adakah teori serta hasil penelitian pendukung dari masalah yang akan

dipecahkan ? d. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan

praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan

dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksudkan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya.

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indicator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainnya dengan pemecahan yang diajukan.

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.

394

a. Apakah pendekatan diskusi patisipatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa pada pelajaran IPS materi Perang Diponegoro kelas V SD N 30 Semarang?

b. Bagaimana peningkatan belajar matematika pada materi Bangun ruang melalui model pembelajaran kontekstual pada siswa klas V SD negeri 22 Surakarta?

2) Perencanaan Tindakan Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan

alternatif tindakan yang akan dilskuksn. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman guru yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan masalah. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

b. Menentukan cara yang tepat untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran dengan menjabarkan indikator keberhasilan.

c. Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian materi tindakan dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkah-langkah tindakan sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrument pengumpul data yang sesuai.

3) Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan scenario pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian pada kompeteni atau materi pelajaran dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (scenario) tidakan yang akan dilakukan pada satu PTK. a. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi partisipatif dalam

pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D. b. Format tugas : pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih

ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topic bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.

395

c. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok belkerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.

d. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

e. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretest) dan setelah (postest) tindakan dilaksanakan.

4) Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknyaa terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusisas siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembaran observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

5) Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan baik oleh guru/peneliti maupun kolaborator. Jika terdapat masalah dalam proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan, tindakan, dan pengamatan sehingga tindakan pada siklus ke dua lebih baik dan permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

D. SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara

396

keseluruhan. Proposal PTK berkaitan dengan pernyataan atas nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal PTK biasanya merupakan langkah yang paling sulit, namun menyenangkan di dalam tahapan proses penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematiika usulan PTK.

Sistematika proposal PTK mencakup unsur-unsur sebagai berikut: JUDUL PENELITIAN Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat, danwaktu penelitian. Berikut contoh judul PTK dalam penidikan dasar.

Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang Bunyi di Klas 4 Sekolah Dasar Negeri I Semarang.

Integrasi Autdoor Learning dan Indoor Learning dalam Meningkatkan Kemandirian TK Anak Saleh Malang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan mutu pembelajaran di kelas. Untuk itu, dalam uraian latar belakang masalah yang harus dipaparkan hal-hal berikut.

1) Masalah yang diteliti adalah benar-benar masalah siswa yang terjadi di kelas dimana guru mengajar. Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru, pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Perlu dijelaskan pula proses atau kondisi riil factual yang terjadi di kelas.

2) Masalah yang akan dieliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Identifikasi masalah diatas, perlu dijelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.

3) Akar masalah didukung data factual yang menunjukan adanya indikator permasalahannya.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah, mengemukakan inti atau rumusan dari berbagai permasalahan serta indentifikasi masalah yang dikemukakan. Rumusan masalah ini seyogyanya jangan dibuat tunggal, karena pada prinsipnya PTK itu mementingkan proses tindakan, jadi berkaitan dengan, a) bagaimana kondisi siswa waktu sedang mengikuti pelajaran, b) bagaimana suasana pembelajaran dan c) bagaimana kelancaran pembelajaran. Sedangkan prestasi belajaran merupakan dampak dari semua kegiatan

397

Contoh rumusan masalah: 1) Bagaimana semangat belajar siswa mengikuti pelajaran IPA pada materi

pemahaman Konsep tentang Bunyi dengan model pembelajaran Inkuiri di klas 5 SD Negeri 3 Salatiga.?

2) Bagaimana prestasi belajar siswa pada pemahaman konsep tentang Bunyi pada pelajaran IPA dengan model pembelajaran Inkuiri di kals 5 SD 3 Salatiga.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Dari rumusan tersebut tujuan penelitiannya sebagai berikut:

1) Mengetahui semangat belajar siswa mengikuti pelajaran IPA pada materi pemahaman Konsep tentang Bunyi dengan model pembelajaran Inkuiri di klas 5 SD Negeri 3 Salatiga.?

2) Mengetahui prestasi belajar siswa pada pemahaman konsep tentang Bunyi pada pelajaran IPA dengan model pembelajaran Inkuiri di kals 5 SD 3 Salatiga

D. Manfaat Penelitian

Kemukakan secara jelas manfaat bagi siswa, bagi guru serta bagi satuan pendidikan di mana peneliti (konselor bertugas) BAB II KAJIAN TEORI Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoitik yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan pembelajaran bermain kartu interaktif sebagai jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:

1) Kemukakan secara lengkap berdasarkan teori dan temuan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan yaitu Prstasi Belajar IPA pada Pemahaman Konsep tentang Bunyi.

2) Uraikan teori dan langkah-langkah yang berkaitan dengan variable tindakan (yang dilaksanakan untuk mengatasi masalahnya, yaitu meteri pembelajaran model Inkuiri.

3) Kemukakan kerangka berpikir, keterkaitan antara variable tindakan dengan variable masalah, sehingga terdapat benang merah antara variable tersebut.

4) Bagaimana hipotesis tindakan atas dasar kerangka berpikir tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini uraikan setidaknya dengan sistematika berikut:

1) Setting penelitia dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, berapa siswa yang menjadi subyek penelitian, dan bagaimana karakteristik dari kelas subjek penelitian.

2) Prosedur/ siklus penelitian. Pada bagian ini dijelaskan jumlah siklus yang akan dilakukan dan berapa pertemuan tiap siklus. Diusahakan minimal dua siklus dan tiap siklus minimal 3 pertemuan. Kemukakan pula kapan kegiatan penelitian

398

dilakukan. (tanggal tiap pertemuan). Tiap siklus mengikuti tahapan PTK (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi)

3) Pengumpulan data. Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data dan cara pengumpulannya/instrument yang akan digunakan.

4) Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit.

5) Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

E. SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Berikut ini disampaikan sistematika laporan PTK yang telah memenuhi

persyaratan sebagai berikut. Bagian Awal Bagian awal terdiri dari:

1) Halaman judul 2) Halaman Pengesahan disertai tanggalnya. 3) Abstrak 4) Kata Pengantar disertai tanggal penyusunan. 5) Daftar Isi 6) Daftar Tabel/Lampiran.

Bagian Isi Bagian ini memuat setidak-tidaknya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Maslah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian. BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori tentang Variabel Masalah. B. Kajian Teori tentang Variabel Tindakan, serta temuan/hasil penelitian yang

relevan. C. Kerangka Berfikir D. Hipotesis Tindakan (bila diperlukan) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian B. Prosedur/Siklus Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Indikator keberhasilan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Subjek penelitian B. Sajian Hasil Penelitian

399

C. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran

Bagian Penunjang DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (RPP, semua instrument, contoh hasil kerja siswa dan guru, daftar hadir siswa, foto kegiatan beserta penjelasannya)

Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut. Dalam Bab I, dimulai dengan mendiskripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data factual yang menunjukkan adanya masalah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan konselor dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan. Selanjutnya masalah dirumuskan dalam kalimat Tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan Rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh. Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan masalah siswa, tindakan yang dilakukan, dan dapat juga diperluas ke guru. Dalam Bab II, kemukakan teori yang berkaitan dengan masalah dan tindakan yang dilakukan, dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (bila ada). Utamanya pada variable masalah agar dijelaskan secara jelas dan rinci langkah-langkah tindakan yang dilakukan berdasarkan konsep peneliti/teori yang diacu. Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan bahwa dengan tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat mengatasi masalah siswa baik secara individu, kelompok, ataupun di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian, keadaan siswa, waktu pelaksanaan, sasaran yang dicapai. Tahapan di setip siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantauan dan evaluasi besrta instrument yang digunakan, refleksi (.perlu dibedakan antara metode yang ada pada laporan penelitian). Dalam hal ini perlu dijelaskan waktu/tanggal pelaksanaan tindakan di setiap siklus yang dilakukan. Kemukakan pula di setiap siklus dilakukan berapa kali pertemuan. Tindakan yang dlakukan bersifat rational, fleksible, collaborative. Kemukakan indikator keberhasilan atas dasar tindakan yang diberikan. Pada bab ini dapat disajikan secara jelas indikator yang akan dicapai melalui penelitian ini. Indikator ini diharapkan dapat diukur dengan mudah untuk dilakukan peneliti. Pada Bab IV, deskripsikan setting penelitian secara lengkap. Pada bagian sajian data uraikan pelaksanaan masing-masing pertemuan di setiap siklus yang disertai data lengkap serta aspek-aspek yang direkam/diamati. Yang menunjukkan adanya perubahan atau perbaikan akibat tindakan. Rekaman itu menunjukkan adanya

400

perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahab yang terjadi. Akan lebih baika kalau dibuat dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas. Setiap penelitii menyajikan data dalam bentuk grafik/tabel seharusnya dinarasikan agar dapat memaknai arti tabel tersebut. Dalam BabV, sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya. Dalam memberikan saran diharapkan operasional, dan didasarkan pada kesimpulan yang disampaikan. Di samping itu kesimpulan ini harus menjawab perumusan dan tujuan penelitian yang disampaikan pada bagian terdahulu

Bagian Penunjang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Daftar Pustaka memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian pustaka yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan system yang konsisten menurut ketentuan. Lampiran-lampiran berisi lampiran berupa, Rencana Pelaksanaan Kegiatan, semua instrument yang digunakan, contoh hasil kerja siswa dan guru, daftar hadir di setiap pertemuan pada setiap siklus, ijin penelitian, foto kegiatan beserta penjelasannya. F. RANGKUMAN

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pendidik sebagai upaya meningkatkan perbaikan mutu proses belajar mengajar, yang permasalahannya diangkat dari kelas yang paling merisaukan, dimana pendidik mengajar. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kolaboratif yang menggunakan siklus berkelanjutan, dan setiap siklus terdapat 4 (empat tahapan) yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu pelaksanaan kurikulum, sehingga dari siklus ke siklus beikutnya metode/strategi/model pembelajaran sama, hanya makin ke siklus berikutnya makin sempurna tindakannya. Hal yang perlu dihindari adalah satu penelitian tidak boleh satu siklus, dan satu siklus tidak boleh satu pertemuan.

Penelitian tindakan kelas yang diutamakan adalah proses tindakan, walaupun dampak atau akibat perbaikan mutu pelajaran tindakan perlu diperhatikan, misalnya kemampuan memahami materi pelajaran. Pada waktu tindakan berlangsung dilakukan pencatatan terhadap semua peristiwa yang terjadi utamanya perubahan pada diri siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif atau kuantitatif. Utamanya pada waktu menyusun laporan hasil penelitian harus diingat jangan sampai isinya sama persis atau copy paste dengan bab I. II dan III pada proposal penelitian. Di samping itu pada laporan penelitian harus dilampirkan semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.

401

DAFTAR PUSTAKA Andreas Priyono, 2002, Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom-Based Action Research), Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas Propinsi Jawa Tengah

Anonymous, 2010. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16.Th 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

__________, 2003. UU No. 20 th 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. __________, 2005. UU No. 14 th 2005. Tentang Guru dan Doisen. Connole, H.,Smith B., Wiseman.R (1994), Research Methodologi I: Issues and Methods

in Research Study Guide. Deakin University Melbourne Australia Corey, S.M. (1949). Action reasearch, fundamental reaserch, and educational

practises. Teacher’s College Record, Vol.50., halaman 509-14. Gideonse,H.D.(1983), In search of more effective service:Inquiry as a guiding image

for educational reform in America. Cincinanti,OHIO: University of Cincinanti. Hopkins,D.(1993). A Teacher’s Guide to Clasroom Research.2nd.edition. Kemmis,S.(1988). Action research in retrospect and prospect. In C.Henry, C. Cook,

Kemiis, R.Mc Taggart (eds.), The Action Research Reader Action Research and the Critical Analysis of Pedagogy. Geelong: Deakin University, Vic., halaman 11-29.

Mc. Taggart, R. (1991). Action Reserch. Melbourne: Deakin University Press. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. Pedoman Umum Ejaan Yang

Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Raka Joni, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahannya. Jakarta :

PCP PGSM Ditjen Dikti. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006 Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,

Bina Aksara. Suhardjono, 2009, Pertanyaan dan Jawaban di sekitar Penelitian Tindakan Kelas, dan

Tindakan Sekolah, Penerbit Cakrawala Indonesia LP3 Universitas Negeri Malang.

Supardi, 2005 Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitoian Tindakan Kelas, Makalah dismpaikan pada Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara, Direktorat Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Supardi, 2011 Publikasi Ilmiah Non Penelitian, Yogyakarta, Penerbit Andi Offsed. Supardi, 2011, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Penerbit

Andi Offset.

402

LATIHAN Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dipandang benar dengan member tanda silang (X) pada lembar jawaban yang terlah disediakan. 1. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk…

a. Mendapatkan gambaran tentang proses pembelajaran di kelas b. Meningkatkan kualitas/mutu pembelajaran di kelas c. Membantu guru memahami kinerja pembelajaran yang diampunya d. Mendapatkan informasi tentang kinerja guru e. Mengetahui tingkat perkembangan belajar pesertadidik.

2. Alasan obyektif yang mendasari mengapa pengawas sekolah perlu memiliki pengetahuan tentang PTK .... a. Pengawas sekolah dapat naik pangkat dengan menyusun PTK sendiri. b. Pengawas sekolah adalah atasan langsung dari guru dan kepala sekolah c. Pengawas sekolah mempunyai kompetensi membimbing guru melaksanakan

PTK d. Dengan PTK diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik e. Pengawas sekolah berwenang untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran

di kelas melalui PTK. 3. Berikut yang bukan termasuk masalah Penelitian tindakan kelas adalah …

a. Penerapan metode belajar b. Motivasi belajar peserta didik c. Penilaian hasil belajar peserta didik d. Pemanfaatan media dan sumber belajar e. Pengembangan kemampuan guru dalam mengajar.

4. Manfaat dari PTK berkenaan langsung dengan guru dimaksudkan untuk … a. Implementasi dari tugas pokok dan fungsi b. Meningkatkan kinerja sekolah c. Meningkatkan kemampuan professional d. Mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran e. Menjadisalah satu dasar pertimbangan promosi guru.

5. Permasalahan atau topic yang dipilih untuk melaksanakan PTK harus memenuhi criteria sbb. … KECUALI : a. Menarik dan benar-benar nyata b. Mampu ditangani dan berada dalam lingkup kewenangan peneliti c. Mendapat dukungan dan persetujuan dari kepala sekolah d. Ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran e. Mendesak untuk segera ditangani.

6. Setelah menetapkan permasalahan penelitian, memantapkan teori yang terkait dengan masalah dan tindakannya, prosedur selanjutnya yang harus dipikirkan oleh peneliti adalah … a. Pengumpulan data b. Refleksi c. Pelaksanaan tindakan

403

d. Perencanaan tindakan e. Perencanaan tindak lanjut

7. Manakah dari judul PTK berikut, yang telah memenuhi criteria penulisan judul ? a. Implementasi Strategi Inquiri pada Mata Pelajaran Geografi untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Migrasi Penduduk b. Aplikasi Model PembelajaranTraffic Light Card Untuk Meningkatkan Prestasi

Siswa Kelas X SMKN 3 Banjarsari c. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode

bermain peran dalam pembelajaran PKn di SMAN 5 Bandung d. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan

Kemamapuan Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Fisika Kelas VII di SMPN 129 Jakarta.

e. Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui pendekatan eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif pada siswa klas XI SMA Negeri I Sragen, Jawa Tengah

8. Pada setiap penelitian tindakan kelas, peneliti harus memperhatikan prinsip-prinsip yang harus dikuti. Untuk setiap kegiatan suatu penelitian yang mengacu pada PTK, jumlah siklus yang sesuai adalah: a. Terserah kepada paneliti, tidak ada aturan yang tepat. b. Kalau satu siklus sudah cukup, peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus

berikutnya. c. Minimal dua siklus, karena PTK merupakan penelitian yang menggunakan siklus

berkelanjutan. d. Minimal tiga siklus karena dengan tiga siklus sudah akan mampu menerapkan

metode/strategi/model secara maksimal. e. Terserah kepada peneliti kalau perlu sampai lima atau enam siklus sampai

peneliti puas akan hasilnya. 9. Pada laporan hasil penelitian Perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi

yang tepat ditulis pada bab: a. Pada bab IV tentang hasil dan pembahasan, karena bab ini merupakan inti dari

keseluruhan hasil penelitian. b. Ditulis secara rinci pada bab III, karena pada bab ini merupakan bab penjelasan

tentang metode atau langkah penelitian yang merupakan gambaran dari kegiatan pada bab sesudahnya.

c. Pada bab pertama, karena dengan ditulis tahapan siklus penelitian pada bagian awal, akan memberi petunjuk penguasaan peneliti akan karakteristik PTK

d. Pada bab III serta bab IV, karena kedua bab ini mempunyai kaitan erat antara apa yang akan dilaksanakan dan kegiatan pelaksanaannya.

e. Sangat tergantung pada peneliti, karena hal itu bukan merupakan prinsip PTK 10. Yang perlu disampaikan pada Bab II laporan PTK berisi uraian tentang …..

a. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan variable tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

b. Kajian teori berkenaan dengan tujuan, variable masalah dan variable tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

404

c. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan sasaran yang diinginkan, variable masalah dan variable tindakan penelitian,.

d. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan variable tindakan penelitian, serta hipotesis yang akan dibuktikan.

e. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan rencana tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

11. Deskripsi materi yang tidak mesti disajikan dalam Proposal PTK antara lain, ... a. Teori tentang variable masalah yang diteliti b. Rumusan masalah penelitian c. Rencana dan pelaksanaan tindakan d. Pembahasan terhadap hasil penelitian. e. Kajian tentang ke-mengapa-an bahwa dengan tindakan yang akan

dilaksanakan akan mampu mengatasi masalah siswa. 12. Hasil temuan tentang perubahan yang terjadi pada diri siswa akibat tindakan PTK

dideskripsikan secara obyektif dan sistematis dalam ... a. Prosedur/siklus penelitian b. Teknik analisis dan pengolahan data c. Sajian hasil penelitian d. Pembahasan tentang hasil penelitian e. Simpulan dan saran

13. Apa itu karya ilmiah? a. Tulisan tentang kehidupan manusia berdasarkan pengalaman dan imajinasi. b. Tulisan tentang kehidupan dunia berdasarkan emosi dan akal pikiran. c. Tulisan tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut

metodologi penulisan yang baik dan benar. d. Tulisan mengenai pengetahuan yang menyajikan dugaan. e. Tulisan mengenai ilmu pengetahuan yang disajikan sesuai selera penulis.

14. Bagian apa saja yang harus mengikuti aturan ilmiah dalam penulisan ilmiah? a. Isi, Bahasa, Jenis Komputer b. Jenis Komputer, Bahasa, Sistematika c. Isi, Bahasa, Sistematika Penulisan d. Kertas, Jenis Komputer, Bahasa e. Bahasa, Kertas, Isi

15. Di bawah ini yang merupakan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan pada guru adalah… a. Prasaran Ilmiah, Laporan Penelitian, Novel b. Laporan Hasil Penelitian, Buku Pelajaran, Artikel Ilmiah c. Artikel Ilmiah, Buku Pelajaran, Naskah Drama d. Artikel Populer, Skenario, Laporan Penelitian e. Buku Pelajaran, Novel, Prasaran Ilmiah

16. Bagian awal dalam laporan penelitian ilmiah berisi… a. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar

Pustaka

405

b. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Lampiran, Pendahuluan

c. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Lampiran d. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar

Lampiran e. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Pembahasan

17. Pendahuluan dalam karya tulis ilmiah memuat hal-hal berikut ini, kecuali…. a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Analisis Data

18. Bagian penutup dalam karya tulis ilmiah memuat… a. Simpulan dan Saran b. Analisis Data c. Tinjauan Pustaka d. Abstrak e. Metode

19. Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan.... a. Bahasa Prokem b. Bahasa Gaul c. Bahasa Daerah d. Bahasa Indonesia e. Bahasa Indonesia Baku yang Baik dan Benar

20. Buku pedoman guru berisi rancangan kerja guru selama setahun utamanya yang berkait dengan…. a. Pengembangan Keprofesian Guru b. Prestasi Guru c. Rencana Kerja Guru d. Kepribadian Guru e. Kompetensi Guru

406