bab i pendahuluan latar belakang · pdf fileprovinsi maluku terdapat di kota ambon, dengan...

30
1 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi) merupakan tiga hal dasar yang menjadi persoalan penduduk di seluruh penjuru dunia. Kelahiran (fertilitas) diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Kematian (mortalitas) adalah keadaan menghilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen. Sedangkan perpindahan (migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Sedangkan migran adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih. Dari ketiga persoalan kependudukan yang disebutkan sebelumnya, migrasi menjadi pilihan analisa kali ini mengingat hal inilah yang berhubungan langsung terhadap densitas (kepadatan), distribusi penduduk, transportasi serta aspek lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Upload: ngodat

Post on 30-Jan-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

1

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi)

merupakan tiga hal dasar yang menjadi persoalan penduduk di seluruh penjuru

dunia. Kelahiran (fertilitas) diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari

seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini

menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Kematian (mortalitas) adalah

keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen.

Sedangkan perpindahan (migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan

untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif

(migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata

lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu

daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Sedangkan migran adalah orang yang

berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam

bulan atau lebih.

Dari ketiga persoalan kependudukan yang disebutkan sebelumnya, migrasi

menjadi pilihan analisa kali ini mengingat hal inilah yang berhubungan langsung

terhadap densitas (kepadatan), distribusi penduduk, transportasi serta aspek

lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

2

Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia, Kota Ambon merupakan wilayah yang memiliki persentase migran

tertinggi dibandingkan dengan sepuluh kabupaten / kota lainnya yang ada di

Provinsi Maluku. Jumlah migran di Kota Ambon adalah 112.715 jiwa (34,03 %)

dari jumlah penduduk kota Ambon secara keseluruhan. Selanjutnya diikuti oleh

Kota Tual dengan jumlah migran 18.724 jiwa (32,24 %) ; Kabupaten Buru 25.198

(23,34 %) ; Kepulauan Aru 15.798 (18,78 %) ; Seram Bagian Barat 23.293

(14,15 %) ; Maluku Tengah 45.548 (12,59 %) ; Seram Bagian Timur 11.917

(12,03 %) ; Maluku Tenggara 10.958 (11,36 %) ; Buru Selatan 4.395 (8,19 %) ;

Maluku Tenggara Barat 8.096 (7,69 %) dan Kabupaten Maluku Barat Daya

dengan jumlah migran 2.643 jiwa (3,74 %).

Jika melihat secara provinsi, hampir setengah dari jumlah migran yang ada

Provinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36

persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

kependudukan ini perlu dibuat sehingga dapat melihat lebih jauh sebab maupun

akibat yang terjadi dari kondisi migrasi yang ada di Kota Ambon.

PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang perlu dijawab antara lain :

1. Apa dampak yang terjadi dari pertumbuhan migrasi di Kota Ambon ?

2. Apa solusi yang perlu dilakukan sebagai langkah penyelesaian masalah

migrasi tersebut ?

Page 3: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

3

TUJUAN ANALISIS

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi dari pertumbuhan

migrasi di Kota Ambon dan bagaimana solusinya.

MANFAAT

Analisis ini diharapkan akan memberikan jawaban akurat terhadap persoalan

migrasi di Kota Ambon, terutama tentang dampak yang terjadi serta langkah

penanggulangan yang tepat.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

4

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LANDASAN TEORI

Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan seseorang atau sekelompok orang

yang relatif permanen dari satu daerah ke daerah lain. Menurut Rozy Munir,

migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat

ke tempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administratif atau

batas bagian dalam suatu negara.

Dalam proses migrasi, terdapat dua dimensi penting yang perlu ditinjau, antara

lain :

1. Dimensi Waktu

2. Dimensi Daerah

Dalam dimensi waktu biasanya ukuran yang pasti tidak ada karena sulit untuk

menentukan berapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat

dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan definisi yang

ditentukan dalam sensus penduduk. Sedangkan untuk dimensi daerah,

dibedakan atas migrasi internasional, migrasi interen, dan migrasi lokal.

Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari satu Negara ke negara

lain. Migrasi interen adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu

negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administratif lainnya,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

5

sedangkan migrasi lokal adalah perpindahan dari satu alamt ke alamat lain atau

dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara

misalnya dalam satu Propinsi.

Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalam tahun 1985 dan

kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi para peneliti lainnya (Lee, 1966;

Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Para peneliti tersebut mengatakan bahwa

motif utama atau faktor primer yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi

adalah karena alasan ekonomi.

Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentang perilaku

mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum hukum migrasi

berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah

tujuan.

b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi

adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan kemungkinan

untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.

c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain

merupakan informasi yang sangat penting.

d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk

bermigrasi.

e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar

tingkat mobilitas orang tersebut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

6

f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitas

orang tersebut.

g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat teman atau

sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.

h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untuk

diperkirakan.

i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan

migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah.

j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebih banyak

mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Mantra, Kastro dan Keban (1999) dalam Waridin (2002) menyebutkan bahwa

ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapa seseorang melakukan

mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan dan stres. Setiap individu

mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupa kebutuhan ekonomi,

sosial, budaya dan psikologis. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpenuhi,

semakin besar stres yang dialami seseorang. Apabila stres sudah berada di atas

batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ke tempat lain yang

mempunyai nilai kefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi.

Perkembangan teori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model ”stress

treshold” atau model ”place utility”. Model semacam ini juga diterapkan oleh

Keban (1994) dan Susilowati (1998) dalam Ara (2008).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

7

Tjiptoherijanto (1999) menyatakan bahwa dalam arti yang luas migrasi adalah

perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen. Dalam

pengertian yang demikian, tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan

maupun sifatnya, serta tidak adanya perbedaan antara migrasi dalam negeri dan

luar negeri. Migrasi menyimpan sejarahnya sendiri, yang sebenarnya tidak dapat

dipisahkan dari sejarah perkembangan segala macam faham atau ”isme” yang

pernah berlaku, khususnya mengenai buruh yang diawali dengan perdagangan

budak beberapa abad silam sampai kepada mobilitas tenaga kerja di masa

kolonial. Sejarah kehidupan bangsa diwarnai dengan adanya migrasi, dan

oleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kehidupan

kebudayaan.

Selain model migrasi tersebut, terdapat model yang dikembangkan oleh Speare

(1975). Ia mengatakan bahwa migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor

struktural seperti karakteristik sosio – demografis, tingkat kepuasan terhadap

tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal, dan karakteristik komunitas. Pada

umumnya ketidakpuasan pada latar belakang yang berdimensi struktural ini akan

dapat mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi. Sebagai contoh, daerah yang

lahan pertaniannya tandus biasanya sebagian besar masyarakatnya akan

mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih subur atau banyak peluang ekonomi,

khususnya pada sektor non pertanian, misalnya industri, perdagangan dan jasa.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

8

Everett S. Lee (1976) mengungkapkan bahwa volume migrasi di satu wilayah

berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah di dalam wilayah

tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor

positif, negatif dan adapula faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang

memberi nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah tersebut,

misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang

baik. Sedangkan faktor negative adalah faktor yang memberi nilai negatif pada

daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat

tersebut. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat cenderung

menimbulkan arus imigrasi penduduk.

Selanjutnya Everett S. Lee (1976) menambahkan bahwa besar kecilnya arus

migrasi juga dipengaruhi rintangan, misalnya ongkos pindah yang tinggi dan

menurutnya terdapat 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses migrasi

penduduk antara lain :

a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.

b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan.

c. Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan.

d. Faktor-faktor daerah asal dan daerah tujuan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

9

- + -

- +

- + o

o +

o

- - o

- +

- + o

- o

Gambar 1

Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal, daerah tujuan dan rintangan

antara

Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menarik seseorang

untuk tidak meninggalkan daerah tersebut (faktor positif) dan faktor-faktor yang

tidak menyenangkan sehigga menyebabkan seseorang untuk meninggalkan

daerah tersebut (faktor negatif). Di samping itu terdapat faktor-faktor yang pada

dasarnya tidak ada pengaruhnya terhadap daerah tersebut.

Diantara ke empat faktor tersebut, faktor individu merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam pengambilan keputusan untuk bermigrasi. Penilaian positif

atau negatif suatu daerah tergantung pada individu itu sendiri.

Robert Norris (1972) adanya tambahan tiga komponen dari pendapat Lee, yaitu

migrasi kembali, kesempatan antara, dan migrasi paksaan (force migration).

Noriss berpendapat bahwa faktor daerah asal merupakan faktor terpenting.

Daerah Asal Daerah Tujuan

Gambar : Everett S Lee (1976)

Rintangan Antara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

10

Dapat dikatakan bahwa penduduk migran adalah penduduk yang bersifat bi local

population, yaitu dimanapun mereka bertempat tinggal, pasti mengadakan

hubungan dengan daerah asal. Dalam diagram Norris wilayah antara daerah

asal dan derah tujuan dapat merupakan wilayah kesempatan antara (intervening

opportunities).

Gambar 2

Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk

Todaro (1969) mengatakan, seseorang akan memutuskan untuk bermigrasi atau

tidak tergantung dari present value dari pendapatan yang dapat diperoleh dari

migrasi itu positif atau negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang tersebut ingin

Kesempatan Antara

+ - - o

Daerah Asal

- o - + +

+ - o + +

Daerah Tujuan

_ + + o + o

Migrasi Paksaan

Migrasi Kembali

Rintangan Antara

Gambar : Robert E. Norris (1972)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

11

bermigrasi perlu dilihat secara spesifik menurut karakteristik dari calon migran

(seperti : pengetahuan dan keterampilan, umur, jenis kelamin, pemilikan modal,

dan lain-lain yang relevan) karena tingkat pendapatan dan probabilita akan

sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro mengsumsikan bahwa

faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong orang untuk

migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein (1889) menyatakan

dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan

pendorong utama seseorang melakukan migrasi.

Pendapat Todaro (1969) bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling

sering dijadikan sebagai alasan utama untuk bermigrasi. Sehingga daerah yang

kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan

ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya

manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama

yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi

regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan

kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja

besar dan upah tinggi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

12

KERANGKA PEMIKIRAN

Migrasi menjadi sebuah fenomena yang dialami hampir di seluruh kota di

Indonesia, tanpa terkecuali Kota Ambon sebagai objek yang hendak dianalisa.

Hal ini terjadi oleh karena berbagai faktor individu yang tentunya menjadi

pengambil keputusan utama dalam proses migrasi itu sendiri.

Jumlah migrasi yang tinggi di Kota Ambon, mengarah pada teori yang

dikemukan oleh Taylor (1968) dan Starck (1991) dalam Ara (2008) yang

beranggapan bahwa perpindahan atau mobilitas penduduk terjadi bukan hanya

berkaitan dengan pasar kerja saja namun juga karena faktor-faktor lain yang

akhirnya dapat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk bermigrasi. Oleh

karena itu, kerangka pemikiran yang akan dikembangkan adalah seperti pada

gambar berikut :

Gambar 3

Kerangka Pemikiran Teoritis

Migrasi

Lapangan Pekerjaan

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Kesehatan

Perumahan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

13

BAB III

METODE ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN

VARIABEL PENELITIAN

1. Lapangan Pekerjaan

Jumlah perusahaan terdaftar di Kota Ambon yang menjadi peluang bagi para

migran untuk bekerja.

2. Fasilitas Pendidikan

Sarana Prasarana pendidikan dari tingkat Taman kanak – kanak (TK),

Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertam (SLTP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum

(SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan

perguruan tinggi yang tentunya bisa menunjang aktivitas pendidikan migran

maupun anak – anak mereka nanti.

3. Fasilitas Kesehatan

Sarana prasarana kesehatan bagi para migran, dimulai dari ketersediannya

Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas

Pembantu, Posyandu, Klinik/ Balai Kesehatan, Polindes dan Praktek Bidan.

4. Perumahan

Ketersediaan tempat tinggal yang layak.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

14

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi penelitian adalah penduduk di Provinsi Maluku yang dikategorikan

sebagai migran atau pendatang, sedangkan sampel yang dipilih adalah migran

yang berada di Kota Ambon, karena kota ini memiliki jumlah migran terbanyak di

Provinsi Maluku.

JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

dan yang tidak dipublikasikan. Data Sensus Penduduk Provinsi Maluku tahun

2010 dipakai untuk melakukan analisa lebih jauh, terkait dengan jumlah migran

di Kota Ambon.

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

Metode penelitian yang digunakan adalah secara kualitatif dengan pendekatan

eksploratif berdasarkan data jumlah migran di Kota Ambon yang tercatat dalam

hasil sensus penduduk Provinsi Maluku yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik. Data yang diperoleh dari hasil sensus tersebut kemudian digunakan

sebagai bahan analisis dan interprestasi.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI GEOGRAFIS

Kota Ambon terletak pada 3°-4° Lintang Selatan dan 128°-129° Bujur Timur, dan

secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah.

Secara keseluruhan luas wilayah Kota Ambon adalah 377 Km2 dengan luas

daratan 359,45 km2. Kota Ambon memiliki lima kecamatan yaitu, Kecamatan

Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Teluk Ambon Baguala dan Kecamatan

Leitimur Selatan. Kota Ambon memiliki 20 kelurahan dan 30 desa yang tersebar

di kelima kecamatan yang ada.

Sebagian besar wilayah Kota Ambon terdiri dari perbukitan, sedangkan iklimnya

adalan iklim laut tropis dan iklim musim. Kondisi iklim ini dipengaruhi oleh letak

Kota Ambon yang dikelilingi oleh lautan. Iklim laut tropis berlangsung bersamaan

dengan iklim musin yang terdiri dari musim barat yang terjadi di bulan Desember

sampai Maret ; bulan april sebagai bulan transisi musim barat ke timur ; dan di

bulan Mei – Oktober adalah masa musim timur ; sedangakan bulan November

adalah masa transisi ke musim barat.

Dari data curah hujan Kota Ambon tahun 2012, tingkat curah hujan mulai

meningkat dari awal bulan Mei hingga bulan Agustus, namun puncaknya terjadi

di bulan Juni dengan curah hujan 1 252,1 Mm dan berlangsung selama 30 hari.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

16

KONDISI DEMOGRAFIS

Jumlah penduduk Kota Ambon menurut hasil sensus penduduk tahun 2010

adalah 331.254 jiwa (21,60 %) dari jumlah penduduk Maluku secara

keseluruhan. Dimana jumalah penduduk laki – laki sebesar 165.926 jiwa dan

perempuan 165.328 jiwa.

Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk Kota

Ambon paling banyak menyelesaikan jenjang SLTA / MA / Sederajat, yaitu

106.935 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1

Penduduk Kota Ambon Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan.

No Pendidikan Tertinggi

Yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa)

Tidak / Belum Pernah Sekolah Tidak / Belum Tamat SD SD / MI / Sederajat SLTP / MTs / Sederajat SLTA / MA / sederajat SM Kejuruan Diploma I / II Diploma III Diploma IV / Universitas S2 / S3

8.956 43.967 44.240 45.782 106.935 13.787 4.057 5.838 21.363 1.999

Page 17: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

17

ANALISIS TINGKAT MIGRASI DI KOTA AMBON

Secara umum, Provinsi Maluku memiliki jumlah migran sebesar 279,285 jiwa.

Jumlah ini tersebar di 11 kabupaten / kota yang ada. Jika melihat per kabupaten

/ kota, jumlah migran terbanyak ada di Kota Ambon dengan jumlah 112.715 jiwa,

sedangkan yang terkecil jumlahnya ada di Kabupaten Maluku Barat Daya,

dengan jumlah migran 2.643 jiwa.

Berdasarkan persentase yang ada, jumlah migran di Kota Ambon hampir

setengah dari jumlah migran yang ada di Provinsi Maluku, yaitu sebesar 40,36

%. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah dengan besar persentase

16,31 % ; Buru 9,02 % ; Seram Bagian Barat 8,34 % ; Tual 6,70 % ; Kepulauan

Aru 5,66 % ; Seram bagian Timur 4,27 % ; Maluku tenggara 3,92 % ; Maluku

Tenggara Barat 2,90 % ; Buru Selatan 1,57 % dan Maluku Barat Daya 0,95 %.

Secara lengkap data penduduk Provinsi Maluku yang berstatus sebagai migran

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

18

Tabel 2

Jumlah Migran Di Maluku

KAB/KOTA MIGRAN %

Maluku Tenggara Barat 8,096 2.90

Maluku Tenggara 10,958 3.92

Maluku Tengah 45,548 16.31

Buru 25,198 9.02

Kepulauan Aru 15,798 5.66

Seram Bagian Barat 23,293 8.34

Seram Bagian Timur 11,917 4.27

Maluku Barat Daya 2,643 0.95

Buru Selatan 4,395 1.57

Ambon 112,715 40.36

Tual 18,724 6.70

Provinsi Maluku 279,285 100.00

Tingginya jumlah migran di Kota Ambon tentunya dipengaruhi oleh mobilitas

perpindahan penduduk atau yang disebut sebagai migrasi. Proses migrasi ini

dianalisa lebih lanjut dengan melihat berbagai variabel yang mempengaruhi

individu untuk melakukan migrasi itu sendiri, yakni lapangan pekerjaan, fasilitas

pendidikan, fasilitas kesehatan dan perumahan.

a. Lapangan Kerja

Seperti yang dikatakan dalam konsep pemikiran Todaro yang menyatakan

bahwa para migran mempertimbangkan dan membandingkan pasar-pasar

tenaga kerja yang tersedia bagi mereka disektor pedesaan dan perkotaan,

serta memilih salah satunya yang dapat memaksimumkan keuntungan yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

19

diharapkan. Maka tentunya lapangan kerja menjadi alasan kuat bagi individu

maupun kelompok dalam melakukan migrasi.

Pada tahun 2010, ketersediaan lapangan kerja di Kota Ambon cukup banyak,

hal ini dilihat dari 3.100 perusahaan yang terdaftar pada dinas perdagangan

dan industri Kota Ambon dengan 64 jenis usaha yang dikembangkan. Ini

menjadi peluang yang memungkinkan para migran untuk masuk ke Kota

Ambon.

Perusahaan terbanyak yang ada di Kota Ambon adalah perusahaan dengan

jenis usaha CV yaitu sebanyak 873 perusahaan, kemudian angkutan darat

583 perusahaan dan toko sebanyak 530 perusahaan.

Secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3

Jumlah Perusahaan di Kota Ambon

Menurut Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jml Perusahaan

1 Toko/Stores 530

2 Perusahaan Dagang 168

3 Kios/Pondok/Kiosk 80

4 Rumah Makan/Small Restaurants 60

5 Restaurant/Big Restaurants 5

6 Rumah Kopi/Coffee Shops 16

7 Hotel/Penginapan/Hotels/Motels 23

8 Billyard/Billiards 6

Page 20: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

20

No Jenis Usaha Jml Perusahaan

9 PT/Limited Cooperation 440

10 CV/Limited Partnerships 873

11 Fa/Firms 35

12 Perusahaan Daerah 1

13 Apotik/Pharmacy 34

14 Percetakan/Printings 1

15 Penjahit/Tailors 8

16 Kap Salon/Beauty Salons 18

17 Fotocopy/Photocopies 1

18 Foto Studio/Photo Studios 7

19 Servis Elektronik 4

20 Bank/Banks 9

21 Koperasi/Cooperation 41

22 Pabrik Roti/Bakeries 1

23 Usaha Mie/Noodles Factories -

24 Penggergajian/Sawmills -

25 Meuble/Furniture 4

26 Bengkel/Workshops 9

27 Tukang Gigi/Tooth Worker -

28 Tukang Cukur/Shavers 1

29 Yayasan/Foundations 4

30 Pengecer Kecil Minyak Tanah 12

31 Angkutan Darat 583

32 Usaha Pijat/Massages 2

33 Diskotik/Discotic -

34 Usaha Permainan Ketangkasan Anak -

35 Swalayan/Supermarkets 3

36 Optikal/Optical Shops 3

37 Tempat Wisata/Tourism Places -

Page 21: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

21

No Jenis Usaha Jml Perusahaan

38 Industri/Industries -

39 Wartel/Calling Shops 1

40 Karaoke 29

41 Café/Cafés 9

42 Rental/Rents 2

43 Usaha Rumah Kost/Lodgings 12

44 Mini Market 4

45 Seles/Sales -

46 Warnet/Internet Shops 28

47 Industri Gomblo/Cone block -

48 Notaris/Notaries -

49 Depot Air Minum 9

50 SPBU/Gas Stations 1

51 Pegadaian/Pawn Shops -

52 Fitness Centres 1

53 Catering 1

54 Play Zone 2

55 Laundry 2

56 Klinik/Clinic 2

57 Kedai Es/Ice Shop -

58 Butiq/Boutiqe 3

59 Kerambah -

60 KFC 1

61 Sellular 6

62 Pencucian Mobil/Car Wash 1

63 TV Kabel/Cable TV 3

64 Warung/Shop 1

Jumlah Perusahaan 3100

Page 22: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

22

Ketersediaan lapangan kerja di Kota Ambon tentunya menjadi salah satu

faktor yang terbukti memberikan daya tarik tersendiri bagi para migran, hal ini

cukup berbeda dengan kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Maluku yang tidak

memiliki lapangan kerja sebanyak yang dimiliki Kota Ambon.

Kota Ambon menyediakan banyak perusahaan, yang jika dilihat dari jenis

usahanya, rata – rata tidak membutuhkan tenaga ahli atau lulusan

pendidikan tinggi. Inilah yang menjadi kesempatan besar bagi mereka yang

masuk, dengan anggapan bahwa mereka akan bisa bekerja dan memiliki

penghasilan sekalipun berpendidikan dasar atau menengah.

Hal ini tentu memberikan dampak negatif untuk Kota Ambon yaitu :

1. Kualitas sumber daya yang masuk (Migran) adalah kualitas yang rendah,

dengan keterampilan kerja yang sangat terbatas.

2. Karena rendahnya kualitas dan keterampilan sumber daya yang masuk

inilah, maka para migran hanya bisa menjadi pekerja dan sangat sulit

untuk menciptakan lapangan kerja baru, dengan demikian maka Kota

Ambon akan sulit bersaing di pasar global.

Untuk menanggulangi dampak yang terjadi ini, maka pemerintah Kota Ambon

perlu menghimbau bagi perusahaan – perusahaan baru yang hendak

dibentuk, agar menetapkan standar pendidikan dan keterampilan khusus

bagi setiap orang yang akan dipekerjakan. Sedangkan untuk perusahaan –

perusahaan lama yang telah berproses, pemerintah perlu bekerjasama

Page 23: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

23

dengan balai – balai pelatihan dan pengembangan untuk mengasah

pengetahuan dan keterampilan para pekerja sehingga mampu bersaing

secara interen maupun secara global.

b. Fasilitas Pendidikan

Kualitas sumber daya manusia pada dasarnya ditunjang oleh fasilitas

pendidikan yang ada. Sarana prasarana pendidikan di Kota Ambon tahun

2010 sudah sangat baik karena untuk segala jenjang pendidikan dari Taman

Kanak – Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi sudah tersedia.

Secara keseluruhan jumlah gedung pendidikan di Kota Ambon adalah 391

gedung. Dari jumlah yang ada, gedung Sekolah Dasar (SD) di Kota Ambon

adalah yang paling banyak yaitu 192 gedung sekolah. Kemudian Taman

Kanak – Kanak (TK) 77 sekolah ; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

48 ; Sekolah Menengah Umum (SMU) 33 ; Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) 12 ; Madrasah Ibtidaiyah (MI) 10 ; Madrasah Tsanawiyah (MTs) 6 ;

Madrasah Aliyah (MA) 2 sekolah dan Perguruan Tinggi 11 (Terdiri dari 2

perguruan tinggi negeri dan 9 perguruan tinggi swasta).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

24

Tabel 4

Jumlah Gedung Sekolah di Kota Ambon

Menurut Jenjang Pendidikan

No Jenjang

Pendidikan Jumlah Sekolah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Taman Kanak – Kanak Sekolah Dasar Mandrasah Ibtidaiyah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Madrasah Tsanawiyah Sekolah Menengah Umum Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah Perguruan Tinggi

77 192 10 48 6 33 12 2 11

Jumlah Sekolah 391

Selain lapangan kerja yang cukup banyak di Kota Ambon dibandingkan

dengan kabupaten / kota lainnya di Provinsi Maluku, salah satu daya tarik

yang mempengaruhi para migran adalah ketersediaan fasilitas pendidikan

seperti yang terlihat dalam tabel 4.

Ketersediaan gedung sekolah tentunya akan menjadi hal penting bagi para

migran, misalnya untuk kelangsungan pendidikan para migran itu sendiri

maupun anak – anak mereka nanti. Dengan demikian ketika mereka bekerja

maka anak – anak mereka tetap mampu bersekolah.

Dampak yang timbul dari segi pendidikan tentunya baik untuk para migran,

namun untuk Kota Ambon sebagai daerah tujuan tentunya tidak selalu baik,

misalnya dengan masuknya migran maka fasilitas pendidikan yang tadinya

Page 25: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

25

mampu menampung anak – anak usia sekolah akan mulai berkurang,

sehingga jumlah gedung sekolah sewaktu – waktu tidak akan mampu

menampung jumlah anak usia sekolah yang ingin bersekolah.

Untuk menanggulangi hal ini, maka pemerintah perlu melakukan rencana

pembangunan dan pemerataan fasilitas pendidikan di wilayah Kota Ambon,

dalam arti bahwa sekalipun anak – anak yang akan bersekolah semakin

meningkat, namun gedung sekolah jangan sampai tidak tersedia. Strategi

yang dapat dipakai adalah pembangunan gedung sekolah dari jenjang

Taman Kanak – Kanak hingga SMU di setiap Desa/ Kecamatan. Hal ini

selain dapat menjawab kebutuhan gedung sekolah untuk anak usia sekolah

di desa/ kecamatan tertentu, namun disisi lain dapat mengurangi

pengeluaran orang tua, seperti biaya angkutan anak menuju sekolah yang

letaknya jauh dari tempat tinggal.

c. Fasilitas Kesehatan

Di tahun 2010, data jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kota Ambon

adalah sebanyak 442. Jumlah ini terdiri dari beberapa fasilitas yang tersedia

untuk melayani kesehatan masyarakat umum termasuk para migran.

Fasilitas tersebut antara lain, Rumah sakit sebanyak 10 buah ; Rumah

bersalin 1 ; Puskesmas 22 ; Puskesmas Keliling 22 ; Puskesmas Pembantu

34 ; Posyandu 287 ; Klinik/ Balai Kesehatan 6 dan Bidan Praktek 60 buah.

Jenis fasilitas kesehatan lain yang belum ada di Kota Ambon hanya Polindes.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

26

Tabel 5

Jumlah Fasilitas Kesehatan

di Kota Ambon

No Jenis Sarana

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Posyandu Klinik / Balai Kesehatan Bidan Praktek

10 1 22 22 34

287 6 60

Jumlah 442

Fasilitas kesehatan di Kota Ambon sama halnya dengan fasilitas pendidikan,

sudah cukup memadai. Hal ini memberikan dampak positif bagi para migran.

Namun jika melihat dari jenis fasilitas kesehatan yang ada, perlu penambahan

untuk rumah bersalin dan klinik / balai kesehatan. Hal ini sangat diperlukan

mengingat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk terjadi setiap waktu, disertai

dengan intensitas kunjungan dan migrasi yang terjadi.

Dampak yang terjadi jika dilihat dari sisi fasilitas kesehatan adalah, bahwa

dengan masuknya migran ke Kota Ambon tentunya membutuhkan layanan

fasilitas yang lebih banyak, dan ini juga membutuhkan perhatian dari pemerintah

Kota untuk menambah fasilitas kesehatan di tempat – tempat tertentu yang

sebelumnya belum memiliki fasilitas kesehatan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

27

d. Perumahan

Bertambahnya jumlah penduduk serta makin membaik strata kehidupan

sosial ekonomi masyarakat Ambon dengan pola konsumsi yang sangat tinggi

berdampak pada tuntutan kebutuhan papan (rumah) yang sehat dengan

lingkungan yang baik. Beberapa kawasan pengembangan sesuai arahan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon yang merupakan sentra

pertumbuhan baru dan potensial seperti kawasan Passo dengan lahan yang

sangat datar telah dicadangkan untuk kawasan pertumbuhan baru bukan

saja bagi sektor perdagangan dan jasa namun juga bagi sektor-sektor

lainnya termasuk sektor perumahan dan permukiman.

Kawasan Passo sebagai Kota Orde Kedua memiliki keunggulan dan potensi

yang sangat besar untuk prospek pengembangan perumahan dan

permukiman baru baik itu rumah tinggal maupun rumah toko (Ruko).

Pengembangan kawasan ini karena ditunjang dengan kemampuan daya

dukung lahan yang tersedia serta adanya rencana Pemerintah Kota untuk

mengembangkan kawasan Passo sebagai pusat aktivitas ekonomi baru.

Dengan ketersediaan lahan perumahan tentunya baik untuk migran namun

disisi lain Kota Ambon akan diperhadapkan dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi yang tentu akan memberikan dampak buruk bagi

lingkungan sekitar. Hal ini akan mengakibatkan kawasan Passo sebagai

kawasan yang berpotensi sebagai wilayah padat penduduk.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

28

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Kota Ambon membutuhkan strategi

penataan wilayah Kota Ambon secara umum, maupun wilayah Passo

sebagai wilayah masa depan dengan peluang pertumbuhan siklus ekonomi

dan perdagangan, serta wilayah yang berpotensi memiliki tingkat kepadatanb

tinggi dengn jumlah perumahan yang sangat banyak.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

29

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari pembahasan yang diutarakan sebelumnya, beberapa hal yang menjadi

kesimpulan adalah :

1. Kota Ambon memiliki kecenderungan sebagai daya tarik daya tarik bagi

para migran untuk masuk karena ketersediaan lapangan kerja, fasilitas

pendidikan, fasilitas kesehatan maupun perumahan.

2. Lapangan kerja yang tersedia di Kota Ambon rata – rata tidak

membutuhkan keahlian khusus, sehingga migran yang masuk untuk

memenuhi lowongan kerja tersebut lebih banyak berpendidikan rendah

dengan keterampilan yang minim. Dengan demikian keterbatasan

tersebut bisa membuat Kota Ambon sulit untuk memasuki persaingan

ekonomi global.

3. Fasilitas pendidikan dan kesehatan sudah cukup tersedia, namun jika

jumlah migran bertambah secara terus menerus akan berpeluang

menimbulkan keterbatasan fasilitas yang ada. sehingga berpengaruh

pada pelayanan yang akan diberikan.

4. Wilayah Passo sebagai wilayah baru yang memiliki potensi perdagangan

serta pemukiman menjadi daya tarik pembangunan, namun dengan

masuknya migran secara tidak terkontrol akan mengakibatkan kepadatan

penduduk dan semakin berkurangnya lahan pemukiman, dan disisi lain

akan berpeluang menimbulkan konflik sosial antar pendatang dengan

penduduk asli.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG · PDF fileProvinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak

30

Rekomendasi :

1. Pemerintah kota Ambon lebih meningkatkan promosi darah dan

memberikan peluang bagi investor untuk membangun perusahaan –

perusahaan dengan standar yang lebih baik, sehingga kualitas sumber

daya manusia yang dipekerjakan adalah mereka yang berkualitas dan

memiliki keterampilan lebih, sehingga Kota Ambon mampu bersaing

dalam persaingan global.

2. Perlu adanya peraturan daerah yang mengatur mobilitas penduduk di

Provinsi Maluku, khususnya di Kota Ambon, sehingga diharapkan akan

ada keseimbangan yang baik antara penduduk yang keluar maupun yang

masuk.

3. Pemerintah diharapkan membangun sarana dan prasarana pendidikan,

kesehatan, dan pelayanan publik lainnya untuk mengatasi dampak

pertambahan penduduk akibat migrasi masuk.

4. Pemerintah Kota Ambon perlu membuat rencana tata kota yang lebih

baik, sehingga pemukiman penduduk kota maupun para migran akan

lebih tertata dengan tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja. Dengan

demikian ada pemerataan dan distribusi pemukiman yang lebih baik.