bab i pendahuluan · kemudian berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan pemerintah, pln eksploitasi...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Profil Perusahaan
Berkumandangnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, Indonesia mengalami perjuangan fisik sampai tiba saatnya penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1957 merupakan
titik tolak dan awal dari pengelolaan dan penguasaan kelistrikan di seluruh wilayah
Indonesia dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia, karena pada tahun tersebut
dimulai nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia. Maka pada tanggal 17 Desember
1957 GEBEO (Gemeenschappelijk Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken) atau
saat ini disebut sebagai Gedung Hebeo diambil alih oleh Pemerintah Indonesia yang
dikukuhkan dengan Peraturan No. 86 Tahun 1958 juga PP No. 18 tahun 1959 tentang
penentuan dibentuknya Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda yang pada tahun 1961
berdasarkan PP No. 67 tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum PLN (BPU-PLN)
sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN. Kemudian istilah PLN Bandung diganti dengan
wilayah kerja di seluruh Jawa Barat kecuali DKI Jaya dan Tangerang. Berdasarkan PP
No. 18 tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, maka PLN mengadakan
reorganisasi menyangkut nama, tugas dan wilayah kerja di daerah (Company Profile
Book, 2017).
Kemudian berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan Pemerintah, PLN
Eksploitasi XI diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi
Jawa Barat. Dengan adanya PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, tentang
pengalihan bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat menjadi
Perusahaan Persero dengan nama PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat, sejak 30 Juni
1994 sesuai dengan akta pendirian. Pada waktu Banten berubah menjadi Provinsi
tersendiri PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat berubah namanya menjadi PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang membawahi 15 Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) dan 1 Area Pelayanan dan Distribusi (APD) yaitu :
a. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Bandung
2
b. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi
c. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Majalaya
d. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Garut
e. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Tasikmalaya
f. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cirebon
g. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Purwakarta
h. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Bogor
i. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Sukabumi
j. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cianjur
k. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Sumedang
l. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Karawang
m. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Depok
n. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Bekasi
o. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Banten
p. Area Pelayanan Distribusi Bandung (APD)
Salah satunya adalah APJ Area Bandung, yang pada saat ini PT. PLN (Persero)
Jawa Barat Area Pelayanan dan Jaringan Bandung berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 436
Bandung. Sedangkan dibawah koordinasi dengan PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan Bandung terdiri dari 9 Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ), antara lain :
a. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bandung Utara
b. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bandung Selatan
c. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bandung Timur
d. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bandung Barat
e. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Cijawura
f. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Kopo
g. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Ujungberung
h. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Prima Priangan
i. Unit Jaringan Bandung
3
1.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
1.1.3 Logo Perusahaan
Gambar 1.1 Logo PT PLN (Persero)
Sumber : www.pln.co.id
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang
tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.
: 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum
Listrik Negara. Elemen-elemen dasar lambang terdiri dari :
a. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa
PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan
sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang
diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan
4
masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
b. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa
utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat
dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman
c. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama
yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang
seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan
layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan
konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam
kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang
dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
1.1.4 Sturuktur Organisasi
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT.PLN (PERSERO) APJ Bandung Sumber : Bagian SDM PT.PLN (PERSERO) APJ Bandung
5
1.1.5 Produk Layanan PT.PLN (Persero)
Pada intinya, produk yang dijual oleh PLN adalah energi yang bisa dipergunakan untuk
menjalankan mesin dan penerangan. Berdasarkan tujuan pemakaian listrik, maka energy
listrik yang dijual kepada pelanggan dibagi ke dalam beberapa golongan tarif Golongan
tarif S (Kepentingan social), tarif R (Rumah tangga kecil dan besar), tarif B (Bisnis), tarif
I (Industri), dan tariff P (Pemerintah dan penerangan jalan umum).
Produk layanan yang disediakan oleh PLN pada dasarnya meliputi beberapa
produk layanan, diantaranya :
a. Pelayanan sambungan baru dan penambahan daya
b. Pelayanan pembacaan meter
c. Pelayanan penjualan rekening listrik
d. Pelayanan ganguan
e. Pelayanan informasi pelanggan, diantaranya melalui fasilitas telepon 123 (call
center 123 PLN)
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan dari konsumen untuk
meningkatkan mutu pelayanan, PLN secara bertahap mengembangkan inovasi produk
layanan pelanggan dengan teknologi informasi tengah, diantaranya dengan
mengembangkan teknologi GIS (Geographical Informations System), P2ST (Pelayanan
pelanggan sistem terpusat), pembacaan meter secara elektronik dan on-line payment point.
Latar Belakang Penelitian
Sumber Daya Manusia merupakan aset organisasi yang sangat vital, sehingga peran dan
fungsinya tidak dapat digantikan oleh sumber daya lainnya. Badriyah (2015:15)
menyatakan bahwa betapapun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak
dana yang disiapkan, tanpa sumber daya manusia yang professional, semuanya tidak akan
bermakna. Peran sumber daya manusia pada perusahaan juga menjadi penentu perusahaan
untuk menjadi sukses atau sebaliknya. Sehingga dalam penelitian ini akan memfokuskan
pada sumber daya manusia yang ada pada objek penelitian.
Objek penelitian ini yaitu pada PT PLN (Persero) APJ Bandung yang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan pada area Jawa Barat. PT PLN
(Persero) merupakan perusahaan listrik terbesar dan ternama di Indonesia, dan perusahaan
6
tersebut merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang 100%
sahamnya dimiliki oleh Negara. Sehingga dengan status tersebut tidak dapat dipungkiri
PT.PLN (Persero) harus memiliki kinerja optimal untuk mewujudkan pelayanan terbaik.
Terlebih juga untuk PT PLN (Persero) APJ Bandung.
Dari data internal yang diperoleh, kondisi PT PLN (Persero) APJ Bandung
mempunyai tingkat KPI (Key Performance Indicator) yang meningkat cukup baik. Seperti
pada Gambar 1.3 dibawah ini
Gambar 1.3 Grafik KPI 2015-2016
Sumber : Data Internal Perusahaan
Dari gambar 1.3 diperoleh adanya peningkatan pada data KPI Perusahaan dari
tahun 2015- 2016 namun, setiap tahunnya PT PLN APJ Bandung memperoleh realisasi
yang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor
SDM yang cenderung membuat pencapaian perusahaan kurang optimal. Sehingga
peranan manajer diharuskan mampu mengatur dan mengarahkan bagaimana seorang
individu berperilaku dalam organisasi sesuai dengan aturan perusahaan demi mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang manajer perlu menguasai bidang
ilmu perilaku organisasi untuk memahami bagaimana pola perilaku seorang individu dan
cara mengontrol perilaku tersebut sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Robbins & Judge (2015: 6) menyatakan bahwa perilaku organisasi menerapkan
pengetahuan yang diperoleh mengenai individu, kelompok, dan efek dari struktur terdahap
perilaku untuk membuat organisasi bekerja dengan lebih efektif. Sehingga penulis akan
memfokuskan pada perilaku organisasi pada tingkat individual, yaitu Organizational
0
20
40
60
80
100
2015 2016
Target Realisasi
95,68% 96,33%
7
Citizenship Behavior atau biasa disebut dengan perilaku OCB. Menurut Griffin dan
Moorhead (2014:80) mengemukakan gagasan tentang OCB yang berisikan
“Organizational citizenship refers to the behavior of individuals who make a positive
overall contribution to the organization” (Perilaku OCB mengacu pada perilaku individu
yang memberikan kontribusi positif secara keseluruhan untuk organisasi).
Dalam bekerja pada suatu organisasi karyawan dituntut untuk bekerja agar
tercapainya target kerja yang diharapkan. Maka dalam mencapai keberhasilan di suatu
organisasi (perusahaan), dimana pekerja tidak hanya harus melakukan pekerjaan sesuai
dengan tuntutan tugas ataupun sesuai dengan Job description yang disebut sebagai in-
role performance, namun pekerja sangat disarankan untuk melakukan pekerjaan extra
diluar dari tuntutan tugasnya atau dinamakan extra-role performance yang disebut juga
sebagai organizational citizenship behavior (OCB) dalam Linda.K Ticoalu (2013).
Walaupun sepertinya perilaku organizational citizenship behavior (OCB) masih
dirasakan cukup langka, namun jika OCB ini dapat terealisasikan pada suatu perusahaan/
organisasi maka akan menjadi hal positif bagi perusahaan PT PLN (Persero) APJ
Bandung.
Seperti pada penelitian Syahrizal Siregar (2015) menjelaskan bahwa OCB yang
lemah mengakibatkan organisasi yang tidak efektif, dan OCB dapat diukur melalui
rekapitulasi keterlambatan karyawan masuk kerja. Menurut kreitner & kinicki (2014:173)
mengatakan bahwa OCB dapat diukur dari ketepatan waktu dan kehadiran di atas standar
atau tingkat yang dapat dilaksanakan. Berikut merupakan rekapitulasi karyawan yang
datang terlambat pada PT PLN (Persero) APJ Bandung.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Jumlah Keterlambatan Karyawan
Tahun 2014 - Tahun 2016
Bulan 2014 2015 2016
Januari 13.55% 17.91% 14.58%
Februari 11.93% 17.75% 17.33%
Maret 13.24% 15.46% 16.26%
April 10.22% 14.78% 16.32%
Mei 12.33% 13.92% 17.11%
Juni 17.36% 21.40% 18.35%
(Bersambung)
8
Juli 6.11% 19.01% 11.71%
Agustus 17.11% 14.93% 16.28%
September 14.39% 12.35% 15.31%
Oktober 12.49% 7.31% 15.61%
November 15.08% 9.08% 14.92%
Desember 16.01% 9.34% 13.66%
Rata-rata Keterlambatan/tahun 13.32% 14% 15.62%
Jumlah karyawan 220 188 191
Sumber : Data Internal Perusahaan
Sesuai tabel 1.1 dijelaskan bahwa rekapitulasi keterlambatan pertahunnya mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Seperti pada tahun 2014 memiliki persentase keterlambatan
13.32% kemudian pada tahun 2015 jumlah keterlambatan bertambah menjadi 14% ,
kemudian terjadi kenaikan kembali ditahun 2016 sebesar 15,62% . Meskipun jumlah
karyawan mengalami perubahan tetap saja angka keterlambatan terus meningkat. Berikut
adalah grafik presentase rata- rata keterlambatan karyawan pada PT PLN (Persero) APJ
Area Bandung.
Gambar 1.4 Grafik Rata- Rata Keterlambatan karyawan
Sumber : Data Internal Perusahaan
Apabila OCB dapat berjalan efektif pada suatu perusahaan, maka akan besar
kemungkinan persentase yang diperoleh dari keterlambatan karyawan akan menurun.
Kemudian Menurut Robbins and Judge (2015:53) faktor-faktor yang mempengaruhi
OCB diantaranya adalah kepuasan kerja karyawan, kepuasan kerja karyawan berpengaruh
cukup signifakan terhadap OCB seperti yang dikatakannya bahwa individu dengan ciri-
ciri kepribdian tertentu lebih puas dengan pekerjaan mereka, maka akan mengarahkan
12,00%
13,00%
14,00%
15,00%
16,00%
2014 2015 2016
Rata- Rata keterlambatan Karyawan
(Sambungan)
9
mereka terlibat lebih banyak Organizational Citizenship Behavior (OCB). Menurut
Kreitner & Kinicki (2014:172) mengatakan bahwa PKO atau Organizational Citizenship
Behavior (OCB) mempunyai kekuatan hubungan cukup kuat dengan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja menurut Kreitner& Kinicki (2014:175) dapat diukur secara signifikan
terhadap hasil kinerja pekerjaan karyawan. Berikut merupakan data KPI dari perpektif
kinerja tahun 2015-2016.
Tabel 1.2
KPI Tahun 2015
No KPI Satuan Bobot Target Realisasi Ket
I Perspektif pelanggan
1 Penambahan Jumlah Pelanggan Plg 5 40,497 50,741 Terlampaui
2 a. SAIDI mnt/plg 4 189.81 137.34 Tidak terlampaui
b. SAIFI kali/plg 4 4.10 4.05 Tidak terlampaui
II Perspektif Efektifitas Produk
dan Proses
1 Susut Distribusi/ susut jaringan % 8 5.04 4.89 Tidak terlampaui
2 Gangguan Penyulang per 100
kms
Kali/100
kms 5 25.43 25.38
Tidak terlampaui
III Perspektif SDM
1 Human Capital Readiness Level 3 3.90 3.90 Terlampaui
2 Organization Capital Readyness Level 8 3.90 3.90 Terlampaui
3 Produktifitas Pegawai
MWh/
Pegawai 3 20,774 21,764
Terlampaui
III Perpektif Keuangan Dan
Pasar
1 BPP (Biaya Pokok Penyediaan) Rp/Kwh 4 974.27 1,121.41 Terlampaui
2 Pencapaian Investasi
a. Program Terkontrak % 2 99.00 99.98 Terlampaui
b. Program Realisasi Terbayar % 2 99.00 83.27 Tidak terlampaui
3 Umur Piutang (PAL + TS +
PRR) Hari 7 31.69 30.72
Tidak terlampaui
Sumber : Data Internal PT. PLN (Perseroan) APJ Bandung
Tabel 1.3
KPI Tahun 2016
No KPI Satuan Bobot Target Realisasi Ket
I Perspektif pelanggan
1 Penambahan Jumlah Pelanggan Plg 5 51,930 38,037 Tidak terlampaui
2 Implementasi SAIDI- SAIFI Hari 2 366.00 366.00 Terlampaui
(Bersambung)
(Bersambung)
10
II Perspektif Efektifitas Produk
dan Proses
1 Susut Distribusi/ susut jaringan % 8 4.88 4.91 Terlampaui
2 Gangguan Penyulang per 100
kms
Kali/100
kms 5 20.35 18.88
Tidak terlampaui
III Perspektif SDM
1 Human Capital Readiness Level 3 4.08 4.08 Terlampaui
2 Organization Capital Readyness Level 7 4.08 4.08 Terlampaui
3 Produktifitas Pegawai
MWh/
Pegawai 1.5 22,364 21,662
Tidak terlampaui
III Perpektif Keuangan Dan Pasar
1 BPP (Biaya Pokok Penyediaan) Rp/Kwh 6 1091.86 1024.14 Tidak terlampaui
2 Pencapaian Investasi
c. Program Terkontrak % 3 100.00 99.58 Tidak terlampaui
d. Program Realisasi Terbayar % 3 90.00 97.46 Terlampaui
3 Umur Piutang (PAL + TS + PRR) Hari 3 31.17 20.12 Tidak terlampaui
Sumber : Data Internal PT. PLN (Perseroan) APJ Bandung
Dari data pada tabel 1.2 menjelaskan bahwa ada beberapa perspektif yang tidak
terlampaui sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dan dapat pula dilihat
perbandingannya pada tabel 1.3 dimana ada perubahan target yang ditetapkan dimana ada
yang mengalami penambahan nilai target atau pengurangan nilai target. Perubahan
tersebut dilakukan agar realisasi yang diharapkan dapat tercapai oleh perusahaan. Namun
masih ada beberapa perpektif penilaian yang masih tidak terlampaui pada tahun
berikutnya. Sehingga dapat dilihat bahwa pada PT PLN (Persero) APJ Bandung belum
mempunyai kinerja Organisasi yang maksimal dan masih lemahnya OCB pada
karyawannya. Hal ini bisa terjadi karena tingkat karyawan yang belum puas terhadap
perusahaan. karena pada dasarnya kepuasan karyawan yang menentukan perusahaan
tersebut sukses atau sebaliknya.
Dari penjabar diatas telah di jelaskan bahwa salah satu faktor penyebab OCB
adalah kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan bisa dilihat dari gaji,
kesempatan promosi, pengawasan, pekerjaan itu sendiri dan rekan kerja yang ada pada
perusahaan tersebut dalam Edison, Anwar, Komariah (2017: 213). Untuk mengetahui
kondisi kepuasan kerja pada karyawa PT PLN (Persero) APJ Bandung maka penulis
melakukan survey dengan menyebarkan 10 kuesioner secara acak, dari data responden
yang diperoleh 6 responden menyatakan bahwa kondisi kepuasan kerja yang diberikan
(Sambungan)
11
oleh perusahaan pada kategori cukup baik dan dari 4 responden diperoleh bahwa kepuasan
kerja yang diperoleh belum sesuai dengan harapan karyawan.
Gambar 1.5 Kuesioner Kepuasan Kerja
Sumber :Data Olahan Penulis
Gambar 1.6 Kuesioner Kepuasan Kerja
Sumber : Data Olahan Penulis
Berdasarkan hasil kuesioner diatas menyatakan bahwa kepuasan kerja yang
diberikan oleh PT PLN (Persero) APJ Bandung belum sesuai dengan harapan karyawan,
12
40% diantaranya menyatakan bahwa pada dimensi gaji dan kesempatan promosi dirasa
belum sesuai dengan harapan karyawan. Hal ini perlu diperhatikan karena pada dasarnya
karyawan yang merasa puas dalam bekerja, maka karyawan tersebut akan berupaya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada untuk mengerjakan serta
memaksimalkan tugas pekerjaannya. Menurut Wibowo (2016:428) Kepuasan kerja
menjadi faktor determinan dari Organizational citizenship behavior Pekerja, pekerja yang
puas akan lebih suka berbicara positif tentang organisasinya. Hal ini pun didukung dalam
Triwibowo & Arsanti (2016) mengatakan bahwa untuk variabel Kepuasan Kerja
berpengaruh terhadap variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebesar
sebesar 75,8%.
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan (Studi Kasus di PT PLN (Persero)
APJ Bandung)”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana kepuasan kerja pada karyawan PT PLN APJ Bandung ?
b. Bagaimana Organizational Citizenship Behavior pada karyawan PT PLN
APJ Bandung ?
c. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB) karyawan PT PLN APJ Bandung?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis :
a. Kepuasan kerja pada karyawan PT. PLN APJ Bandung.
b. Organizational Citizenship Behavior pada karyawan PT. PLN APJ Bandung.
c. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB) pada karyawan PT. PLN APJ Bandung.
13
Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk pembaca
tentang teori kepuasan kerja dan teori Organizational Citizenship Behavior.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini penulis dapat membandingkan antara teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan praktik yang di terapkan.
2) Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah wawasan
pembendaharaan perpustakaan Universitas Telkom.
3) Bagi objek penelitian atau lembaga usaha
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sumbangan
pemikiran bagi pemilik usaha dalam mengambil kebijaksanaan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja karyawan.
Waktu dan periode penelitian
Waktu : September 2017 s/d Desember 2017
Periode Penelitian : 2017
Sitematika Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan yang terdapat dalam skripsi, maka penulisan skripsi
disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat tentang isi
penelitian. Isi bab ini meliputi: objek penelitian, latar belakang penelitian, identifikasi
masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, waktu dan periode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini memuat rangkuman secara jelas, ringkas, dan padat tentang hasil tinjauan
pustaka pustaka terkait dengan topik dan variabel penelitian yang dijadikan sebagai
dasar/rujukan dalam penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis penelitian.
14
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data. Teknik analisis data harus relevan dengan masalah
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil penelitian, dan
saran-saran dari penulis yang diharapkan dapat berguna bagi pembaca.