bab i pendahuluan -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1 Hal ini harus selaras dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini yang sudah sedemikian pesat, sehingga kajian hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja kerja semata, akan tetapi menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), tetapi setelah hubungan kerja (post employment). Konsepsi ketenagakerjaan inilah yang dijadikan acuan untuk mengkaji perangkat hukum yang ada sekarang. Hukum perburuhan (ketenagakerjaan) adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah. 2 Kaitannya dengan hal ini, Lalu Husni mengemukakan sebagai berikut : “Bidang hukum ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja adalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga memiliki 1 Pasal 1 (ayat) 1 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 140, Tambahan Lembaga Negara Nomor 4279) 2 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Jambatan, Jakarta, 1985, h. 12.

Upload: lyminh

Post on 17-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.1 Hal ini harus selaras dengan

perkembangan ketenagakerjaan saat ini yang sudah sedemikian pesat, sehingga kajian

hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja kerja semata, akan

tetapi menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang

tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

tetapi setelah hubungan kerja (post employment). Konsepsi ketenagakerjaan inilah

yang dijadikan acuan untuk mengkaji perangkat hukum yang ada sekarang. Hukum

perburuhan (ketenagakerjaan) adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak

yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan

menerima upah.2 Kaitannya dengan hal ini, Lalu Husni mengemukakan sebagai

berikut :

“Bidang hukum ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja

adalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan

mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga memiliki

1 Pasal 1 (ayat) 1 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 140, Tambahan Lembaga Negara Nomor 4279) 2 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Jambatan, Jakarta, 1985, h.

12.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

2

keterampilan yang cukup untuk memasuki dunia kerja,

termasuk upaya untuk memperoleh lowongan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar negeri dan mekanisme yang harus dilalui

oleh tenaga kerja sebelum mendapatkan pekerjaan”.3

Faktor utama mobilitas tenaga kerja antar negara dipengaruhi

hal yang dominan adalah faktor ekonomi. Masalah kesempatan

kerja semakin penting dan mendesak, karena pertumbuhan

angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja.

Hal ini akan mengakibatkan tingkat pengangguran yang

semakin meningkat lebih-lebih dalam era krisis ekonomi dan

moneter yang melanda Indonesia saat ini yang ditandai dengan

penyerapan angkatan kerja yang sangat sedikit dan tingginya

angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam kondisi yang

demikian alternatif yang paling tepat dilakukan adalah mencari

pekerjaan di luar negeri.4

Komitmen Indonesia dalam menjelaskan aspek tenaga kerja yang

penempatannya bekerja di luar jangan hanya dipandang sebagai penghasil devisa,

melainkan sebagai upaya pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan

yang layak. Sehingga dalam penyelenggaraan harus dikedepankan aspek

perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk itu tenaga

kerja Indonesia agar ditempatkan dalam kedudukannya sebagai manusia dengan

segenap harkat dan martabatnya.5

Untuk melindungi TKI yang bekerja di luar negeri, pemerintah telah

menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan

perlindungan TKI di Luar Negeri dan peraturan pelaksanaannya. Pada konsideran

menimbang huruf (d) disebutkan bahwa Negara wajib menjamin dan melindungi has

3 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Penerbit Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2000, h. 54. 4 Ibid., h. 56.

5 Habibi, “Aspek Perlindungan Perlu Dikedepankan”, Majalah Tenaga Kerja No. 37, 14

November, 1999, h. 3.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

3

asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan

prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender,

anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia. Dalam hal penempatan tenaga kerja

Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan

kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan

penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan

harkat, martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum. Pemberian

perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri, perwakilan Republik

Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan pelaksana

penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di luar negeri.6 Perlindungan

selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan antara lain dengan

melakukan pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di Negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional, dan melakukan

pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/ atau

peraturan perundang-undangan di Negara TKI ditempatkan.7 Tujuan penempatan dan

perlindungan calon TKI/ TKI ialah untuk memberdayakan dan mendayagunakan

tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; menjamin dan melindungi calon TKI/

6 Pasal 79 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaga Negara Nomor

4445) 7 Pasal 80 ayat 1 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133,

Tambahan Lembaga Negara Nomor 4445)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

4

TKI sejak di dalam negeri, di Negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di

Indonesia; serta meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.8

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh calon TKI untuk dapat

bekerja di luar negeri. Tahapan-tahapan ini merupakan bagian dari proses

perlindungan TKI yang kelak akan membantu jika terjadi permasalahan pada masa

pra penempatan, selama penempatan di luar negeri, maupun purna penempatan

(kembali ke tanah air). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berminat bekerja di luar

negeri dapat mendaftar pada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten/ Kota atau

Bursa Kerja Luar Negeri (BKLN) setempat. Proses perekrutan menjadi TKI

dilakukan oleh Pelaksana Penempatan TKI swasta (PPTKIS) dari pencari kerja yang

terdaftar pada instansi Pemerintah Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab di

bidang Ketenagakerjaan.9 Perusahaan (badan hukum) yang akan menjadi PPTKIS

wajib mendapat ijin tertulis berupa Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI (SIPPTKI)

dari Menteri.10

PPTKIS melakukan seleksi kepada calon TKI yang terdaftar di

Disnaker kabupaten/ kota atau Bursa Kerja Luar Negeri (BKLN). Adapun mekanisme

perekrutan TKI ke luar negeri, yaitu:

1. PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta) mendapat izin dari Menteri

Tenaga Kerja RI.

8 Pasal 3 huruf (a), (b), dan (c) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133,

Tambahan Lembaga Negara Nomor 4445) 9 Pasal 37 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaga Negara Nomor

4445) 10

Pasal 12 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaga

Negara Nomor 4445)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

5

2. PPTKIS mendapat Surat Izin Pengerahan (SIP) yang dibuktikan dengan

adanya:

a. Permintaan nyata/ Job Order (JO)/ demand letter,

b. Perjanjian kerjasama penempatan,

c. Rancangan perjanjian penempatan, dan

d. Rancangan perjanjian kerja.

Huruf a,b dan d harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang

berwenang pada perwakilan RI di negara tujuan.

3. PPTKIS memiliki Surat Pengajuan Rekrutmen (SPR) dari pemerintah

dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Provinsi yang selanjutnya

proses rekrutmen akan dibagi ke kabupaten/ kota.

4. PPTKIS memberi informasi/ sosialisasi kepada masyarakat/ calon TKI

bersama-sama dengan Disnaker kota asal.

5. Calon TKI yang berminat bekerja ke luar negeri harus terdaftar pada

instansi pemerintah Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan.

6. Calon TKI harus memenuhi persyaratan:

a. Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi

calon TKI yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan

sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun;

b. Sehat jasmani dan rohani;

c. Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan;

dan

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) atau yang sederajat.11

7. Setelah mendapatkan calon TKI, pihak PPTKIS menyediakan perjanjian

penempatan calon TKI dengan diketahui Disnaker kota asal dilengkapi

dengan persyaratan yang lengkap.

8. Calon TKI tersebut wajib mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Luar

Negeri (BLKLN) sesuai dengan Negara tujuan masing-masing. BLKLN

11

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan TKI di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaga

Negara Nomor 4445)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

6

tersebut berada di bawah PPTKIS dan ada dalam pengawasan Disnaker

kabupaten/ kota kota asal. Pelatihan tersebut dipergunakan sebagai

persiapan penyaluran tenaga kerja yang ke luar negeri, calon TKI perlu

diberi bekal pelatihan yang cukup, sehingga mereka memiliki ketrampilan

kerja yang memadai. Uji kompetensi BLKLN dilakukan oleh Lembaga

Sertifikasi Profesi (LSP) Indonesia.

9. Setelah lulus seleksi TKI wajib ikut peserta asuransi TKI.

Prosedur menjadi TKI yang resmi/ legal adalah:

1. Mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh Perusahaan Pengerah Tenaga

Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan/ Perusahaan Jasa Tenaga Kerja

Indonesia (PJTKI) bersama dengan kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker)

di daerah asalnya.

2. Mendaftar sebagai calon TKI melalui PPTKIS, PJTKI atau kantor

Disnaker kota asal.

3. Dilakukan seleksi secara administrasi, kesehatan, dan psikologi oleh

PPTKIS/ PJTKI atau kantor Disnaker setempat untuk memperoleh calon

TKI yang memenuhi syarat.

4. Calon TKI membuat perjanjian penempatan dengan PPTKIS/ PJTKI

untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing dalam proses

penempatan TKI.

5. Calon TKI mengikuti latihan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKN)

dan uji kompetensi.

6. Calon TKI mengurus paspor di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKN)

dan uji kompetensi.

7. Menandatangani perjanjian kerja yang disahkan oleh petugas Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) atau Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BP3TKI) di kota asal.

8. Mengikuti program asuransi untuk TKI yang lulus seleksi yang berguna

untuk menjamin resiko yang dapat terjadi selama TKI bekerja.

9. Mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) di Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) atau

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BP3TKI) di kota asal.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

7

Dibawah ini merupakan contoh masalah-masalah yang dihadapi oleh calon TKI/ TKI

yang dibagi menjadi beberapa jenis/ fase, yakni fase pra penempatan (dalam negeri),

selama penempatan (diluar negeri) dan purna penempatan (kembali ke Indonesia),

seperti dijelaskan di dalam table di bawah ini:

Tabel 1. Masalah yang dihadapi TKI pada pra penempatan (dalam negeri), selama

penempatan (luar negeri) dan purna penempatan (kembali ke Indonesia).

Pra penempatan

(di dalam negeri)

Selama penempatan

(di luar negeri)

Purna penempatan

(kembali ke Indonesia)

TKI gagal berangkat; Gaji tidak dibayar; Kecelakaan;

Penipuan peluang kerja; Potongan gaji melebihi

ketentuan;

Sakit;

Pemalsuan dokumen (KTP,

ijazah, umur, ijin orang tua);

Putus hubungan

komunikasi;

Depresi/ sakit jiwa;

Biaya penempatan melebihi

struktur biaya, TKI berada

pada penampungan illegal;

Un fit (pemalsuan

sertifikat kesehatan atau

tidak dilakukan

pemeriksaan kesehatan);

TKI membawa anak;

TKI tidak diasuransikan; Pemutusan hubungan

kerja sebelum masa

perjanjian kerja berakhir;

TKI tidak punya ongkos

pulang (berdokumen,

tidak berdokumen);

TKI sakit di penampungan; TKI mengalami

kecelakaan;

Alamat rumah berbeda

dengan alamat di

paspor;

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

8

Lanjutan Tabel 1.

Pra penempatan

(di dalam negeri)

Selama penempatan

(di luar negeri)

Purna penempatan

(kembali ke Indonesia)

Perlakuan tidak manusiawi

di penampungan termasuk

pelecehan;

Pekerjaan tidak sesuai

perjanjian kerja;

Pemerasan/ tindakan

kriminal;

Tidak boleh berkomunikasi Tindak kekerasan dari

majikan (penganiayaan);

TKI hamil;

Peran lembaga pemerintah (BNP2TKI) dan lembaga swasta nasional

Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) atau Perusahaan Jasa

Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang secara langsung menangani penyaluran tenaga

kerja ke luar negeri sangatlah penting. Saat ini teknis pelayanan penempatan dan

perlindungan TKI tingkat nasional dilakukan oleh Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan TKI (BNP2TKI). Untuk wilayah provinsi Jawa Tengah dilakukan oleh

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI). BP3TKI mempunyai

tugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan,

perlindungan dan penyelesaian masalah TKI secara terkoordinasi dan terintegrasi di

wilayah kerja masing-masing BP3TKI. Dalam melakukan tugasnya BP3TKI

bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah sesuai dengan bidang tugas masing-masing, meliputi

ketenagakerjaan, keimigrasian, verifikasi dokumen kependudukan, kesehatan,

kepolisian, dan bidang lain yang dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugasnya

BP3TKI berfungsi:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

9

1. Penyusunan dan pengembangan program pengadaan anggaran

2. Pembinaan, pemantapan dan evaluasi kinerja lembaga penempatan TKI

3. Menyelenggarakan pemasyarakatan program penempatan dan

perlindungan TKI

4. Pelayanan penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)

5. Pengumpulan data, pemberian layanan informasi serta pembinaan sistem

dan jaringan informasi penempatan dan perlindungan TKI

6. Pemberdayaan dan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) TKI

7. Pelaksanaan pemantauan penempatan dan perlindungan TKI di Negara

penempatan

8. Melaksanakan pendaftaran dan seleksi calon TKI penempatan pemerintah

9. Monitoring penyediaan dan pelaksanaan sertifikasi calon TKI

10. Pemantauan pelaksanaan kerjasama luar negeri dan promosi

11. Pelaksanaan fasilitas unit pelayanan terpadu satu pintu dan Pos Pelayanan

Penempatan dan Perlindungan TKI

12. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penempatan

dan perlindungan TKI

13. Pelaksanaan dan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.12

Berikut adalah contoh kasus/ permasalahan TKI selama di luar negeri yang

dilaporkan ke BP3TKI yang telah diselesaikan pada tahun 2008-2009, sebagai

berikut:

12

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI), Profil BP3TKI Jawa

Tengah, BP3TKI, Jawa Tengah, 2010, h. 7

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

10

Tabel 2 Permasalahan TKI yang dilaporkan ke BP3TKI dan telah diselesaikan

pada tahun 2008-2009

No. Jenis Kasus 2008 2009

1 Gaji tidak dibayar 154 85

2 PHK sepihak 76 286

3 TKI meninggal 33 28

4 TKI sakit 205 365

5 TKI lari dari majikan 67 31

Jumlah 535 795

2. Pembatasan Masalah

Proses pengiriman TKI ke luar negeri melalui pra penempatan (dalam negeri),

selama penempatan (di luar negeri) dan purna penempatan (kembali ke Indonesia).

Dalam tulisan ini tahap yang difokuskan penulis adalah pada perlindungan hukum

TKI pra penempatan dan selama penempatan (di luar negeri).

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya-upaya pencegahan yang dilakukan Balai Pelayanan

Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Jawa Tengah dalam melakukan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

11

perlindungan TKI ke luar negeri pada saat pra penempatan dan selama

penempatan?

2. Bagaimana Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI)

Jawa Tengah menangani masalah-masalah yang timbul dalam melakukan

perlindungan hukum kepada TKI ke luar negeri pada saat pra penempatan dan

selama penempatan?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan Balai Pelayanan Penempatan

dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Jawa Tengah dalam melakukan

perlindungan TKI ke luar negeri pada saat pra penempatan dan selama

penempatan.

2. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Jawa

Tengah menangani masalah-masalah yang timbul dalam melakukan

perlindungan hukum kepada TKI ke luar negeri pada saat pra penempatan

dan selama penempatan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

12

5. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan

hukum kepada TKI ke luar negeri pada saat pra penempatan dan selama

penempatan.

b. Bagi Tenaga Kerja Indonesia

Tulisan ini diharapkan Tenaga Kerja Indonesia mengetahui bagaimana

perlindungan hukum TKI pada saat pra penempatan dan selama

penempatan.

c. Bagi BP3TKI Jawa Tengah

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang perlindungan

hukum yang dilakukan BP3TKI Jawa Tengah terhadap TKI ke luar negeri

dan juga menjadi acuan dalam mencegah maupun menangani masalah-

masalah yang timbul dalam melakukan perlindungan hukum kepada TKI

pada saat pra penempatan dan selama penempatan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

13

6. Metode Penelitian

6.1. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis, yaitu yang

diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan

penelitian terhadap data primer di lapangan.13

6.2. Jenis Penelitian

Spesifikasi penelitian yang diterapkan adalah berupa penelitian eksploratoris.

Penelitian eksploratori adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh

keterangan, penjelasan, dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui.14

Sehingga

sifatnya penelitian yang menjelajah dengan tujuan untuk mengetahui perlindungan

hukum serta pencegahan maupun penindakan yang dilakukan BP3TKI Jawa Tengah

dalam menangani masalah TKI selama pra penempatan dan masa penempatan (di luar

negeri).

6.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

6.3.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara, kepada Kepala Seksi perlindungan

dan pemberdayaan TKI di BP3TKI Jawa Tengah.

13

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, 1986, h. 12. 14

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, 2002, h. 8.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8367/2/T1_312011804_BAB I.pdfadalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga

14

6.3.2 Data Sekunder

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari

buku-buku literatur yang meliputi:

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

c. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan TKI di Luar Negeri,

d. Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013 tentang

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

PER.14/MEN/X/2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 07/MEN/V/

2010 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia

h. Tulisan-tulisan atau karya-karya dari praktisi hukum, majalah, surat kabar,

dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan TKI ke luar

negeri.