bab i pendahuluan - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53435/2/bab i.pdf · mengandalkan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Henti jantung merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang signifikan
mempengaruhi semua kalangan di seluruh dunia dan dianggap sebagai masalah serius
(Yunanto et al, 2017). Karena kelangsungan hidup pada pasien henti jantung tergantung
dari respon, maka kejadian ini harus dapat dilihat dengan respon yang cepat dan tepat
termasuk awal menilainya agar dapat meningkatkan kelangsungan hidup (Abolfotouh et
al, 2017). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian awal CPR
(cardiopulmonary resuscitation) adalah salah satu faktor paling penting untuk bertahan hidup
dari kejadian serangan jantung. Dalam situasi saat ini, hanya sekitar 20-30% dari orang
dewasa dengan kejadian henti jantung menerima pemberian awal CPR (Rahman et al,
2013). Pasien yang menerima pemberian CPR memiliki tingkat dua sampai tiga kali lebih
tinggi survival 8,2% banding 2,5% dari pasien yang tidak menerima CPR (Meissner et al,
2012). Teknik CPR secara signifikan meningkatkan kembalinya sirkulasi spontan pada
jantung (Patidar et al, 2014).
Angka kejadian henti jantung secara dunia yaitu 50 hingga 60 per 100.000 orang
per tahun (Yunanto et al, 2017). Angka kejadian henti jantung di Eropa sebanyak
275.000 kasus dan angka kejadian di Amerika Serikat 420.000 kasus (Salciccioli et al,
2017). Indonesian Heart Association (2015) Angka kejadian henti jantung di Indonesia berkisar
10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai
sekitar 300.000-350.000 kejadian. Tingginya angka kejadian henti jantung juga diikuti
2
dengan angka tingkat kelangsungan hidup (survival rate) penderita henti jantung yang
sangat kecil, yaitu 12% saja (Yunanto et al, 2017). Berdasarkan pusat DATIN
kementerian kesehatan RI (2013) kejadian penyakit jantung coroner di Jawa Timur
sebanyak 144.279 orang no.2 terbanyak di Indonesia (kemenkes RI, 2013). Pada tahun
2010 American Heart Association (AHA) menyarankan CPR menjadi persyaratan untuk
lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) (Patidar et al, 2014) dan AHA telah menberikan
mandate untuk legislator negara tentang pelatihan CPR di semua sekolah menengah Pada
tahun 2010 (Raemdonck et al, 2017).
Siswa SMA dapat belajar dengan cepat dan mampu mempertahankan
keterampilan yang baik, siswa SMA memiliki kemampuan kognitif dan fisik untuk
bertindak cermat (Meissner et al, 2012). Siswa SMA sangat bersedia dan termotivasi
untuk untuk mengikuti pelatihan CPR (Patidar et al, 2014). Di Negara Maju Inggris
khususnya London 8% Sekolah-sekolah sudah menyediakan pelatihan CPR untuk semua
siswa SMA, dan 48% dari sekolah di London menawarkan pelatihan kepada siswa SMA,
Negara maju lain, Kanada menemukan bahwa 51 % dari sekolah menengah menberikan
pelatihan CPR kepada siswa (Salciccioli et al, 2017). Di Negara berkembang Arab Saudi
hasil Dari 2250 siswa yang disurvei, 73% siswa SMA mengatakan mereka akan bersedia
untuk melakukan CPR pada orang henti jantung selain itu 88% dari siswa ingin belajar
bagaimana melakukan CPR dengan benar, Selanjutnya, 33% siswa menyarankan
menawarkan agar program pelatihan CPR gratis dan 10% mengusulkan meningkatkan
jumlah program pelatihan CPR (Al-Turki et al, 2008). Siswa SMA di Jepang sudah
melakukan pelatihan BLS, Dengan lebih dari 8% kejadian henti jantung disaksikan oleh
siswa (Patidar et al, 2014). Mendidik anak SMA tentang BLS merupakan strategi yang
3
sangat baik untuk mencapai masyarakat luas dan meningkatkan persentase orang yang
terlatih, Hal ini menimbulkan bahwa kemungkinan orang yang terlatih akan lebih banyak
ketika telah terjadi henti jantung maka segera melakukan pertolongan CPR (Meissner et
al, 2012).
Hasil Studi Pendahuluan pada tanggal 17 Oktober 2018 di SMA Muhammadiyah
1 Kota Malang kepada 38 siswa kelas 10 dan kelas 11 di dapatkan hasil dari 38 siswa,
(18%) mereka pernah menyaksikan kejadian langsung orang yang mengalami henti
jantung, 38 siswa (100%) belum mengetahui BLS, ketika mereka melihat seseorang
mengalami henti jantung siswa menjawab membawa ke tempat yang sejuk, dan diantar ke
rumah sakit, dari 38 siswa (100%) mereka takut untuk menolong henti jantung, dengan
alasan ada yang menjawab karena belum mengetahui BLS, selain itu siswa juga menjawab
ada sedikit kemauan untuk menolong dan akan menolong jika tidak ada keperluan yang
mendesak. Dari 38 Sebagian siswa (23%) mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) mereka diajarkan pertolongan pertama tapi mereka lupa dan sanitasi
kesehatan. Hasil paparan di atas dapat ditarik garis besar bahwa untuk pemberian
pemahaman pada siswa SMA tentang BLS, banyak metode yang dapat menambah
pengetahun dan sikap siswa mengenai BLS. Pembelajaran Menggunakan Media Video
merupakan alternative pembelajaran, Banyak media yang ditawarkan dalam penyampaian
pembelajaran BLS, contohnya menggunakan media elektronik (digital) TV, Video, dan
Film (Notoatmodjo, 2010). Selain itu Media demonstrasi juga mempermudah
diterimanya informasi dari pengajar (Setiawati dan dermawan, 2008). Dari hasil
penelitian program pelatihan ceramah, video, demonstrasi CPR dan pamphlet signifikan
telah meningkat secara signifikan pada Tingkat pengetahuan dan sikap dibandingkan
4
dengan mereka yang tidak pernah dilatih, hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa
program pelatihan tersebut yang saat ini digunakan sangat sesuai untuk anak-anak
sekolah dan juga untuk seluruh masyarakat (Nik et al, 2013). Dari Hasil penelitian lain
menunjukan bahwa penyuluhan kesehatan pemeriksaan SADARI dengan media video
dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri Kelas XI, Menurut Munadi (2012, dalam
Aeni, et al 2018) Menggunakan media video mempunyai dampak yang lebih baik karna
mengandalkan pendengaran dan penglihatan, materi yang disampaikan cepat dan mudah
diingat dan dapat mengembangkan pikiran dan mengembangkan imajinasi remaja putri,
dan diperagakan dengan dilakukan demonstrasi, sehingga responden secara langsung
dapat memperoleh menyerap informasi. Lalu pada penelitian lain Hasil penelitian setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan media video sebagian besar didapatkan
pengetahuan meningkat dan sikap juga meningkat, Berdasarkan hasil penelitian sebelum
dan setelah pemberian pendidkan kesehatan dengan media video terjadi perubahan yang
singnifikan pada tingkat pengetahuan dan sikap pada siswa SD tentang perilaku hidup
bersih dan sehat mencuci tangan, menggunakan media video mampu mengubah perilaku
pada anak SD (Aeni, et al 2015).
Dari gambaran diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh
Metode Video dan demontrasi CPR sebagai pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap untuk menciptakan first responder yang dapat memperkenalkan
tentang topik BLS kepada keluarga, teman sebaya, dan masyarakat umum agar dapat
lebih terlatih yang lebih banyak lagi dan ketika terjadi henti jantung maka segera
melakukan pertolongan CPR. Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui tingkat
5
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah di berikan bekal pengetahuan pendidikan
kesehatan BLS kepada siswa SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh
pendidikan kesehatan mengunakan media video dan metode demontrasi CPR terhadap
perubahan tingkat pengetahuan dan sikap remaja mengenai Basic Life Support di SMA
Muhammadiyah 1 Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media video dan
metode demontrasi CPR terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap remaja
mengenai Basic Life Support di SMA Muhammadiyah 1 Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan
pembelajaran BLS dengan media video dan metode demontrasi CPR tentang
Basic Life Support di SMA Muhammadiyah 1 Malang.
2. Mengidentifikasi tingkat sikap sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran BLS
dengan media video dan metode demontrasi CPR tentang Basic Life Support di
SMA Muhammadiyah 1 Malang.
3. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media video dan
metode demontrasi CPR terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap
remaja mengenai Basic Life Support di SMA Muhammadiyah 1 Malang.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi literatur atau
masukan bagi ilmu keperawatan dan menambah ilmu, khususnya pada Department
Emergency di komunitas mengenai pemberian pendidikan kesehatan yang menggunakan
media video dan metode demontrasi CPR tentang Basic Life Support terhadap perubahan
tingkat pengetahuan dan sikap untuk menjaga keadaan keselamatan masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
keperawatan komunitas khususnya pada department emergency dalam memberi wawasan
tentang Basic Life Support, terutama pada siswa, guru dan keluarga. Bagi pihak lain,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam tindakan pemberian
pertolongan pertama terhadap seseorang yang mengalami henti jantung, dan dapat
menindak lanjuti dari penelitian ini.
1.5 Batasan Penelitian
1. Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah media
video dan metode demontrasi CPR.
2. Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap Basic Life
Support.
3. Responden penelitian ini adalah remaja kelas 10 dan kelas 11 di SMA
Muhammadiyah 1 Malang.
7
1.6 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian referensi yang sama mengenai pendidikan kesehatan Basic
Life Support untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pada Siswa SMA yaitu:
1. Salciccioli et al, (2017) dengan judul Basic life support education in secondary schools: a
cross-sectional survey in London, UK meneliti mengenai tentang pelatihan BLS (Basic
Life Support) di sekolah menengah di London penelitian ini melakukan survey
pendidikan kesehatan di semua sekolah di London dan dalam penelitian ini di
jelaskan bahwa hanya sedikit sekitar 8% sekolah melakukan pelatihan BLS dan
sisanya tidak ada pelatihan bls tetapi sebagian sekolah yang tidak ada pelatihan
menawarkan kepada peneliti untuk di berikan pelatihan BLS dan AED di dapat
hasil survey Dari 65 sekolah yang disurvei, setidaknya ada 5 serangan jantung tiba-
tiba dilaporkan selama periode 10-tahun sebelumnya. Kesimpulan jurnal peran
penting pelatihan BLS pada sekolah menengah agar bisa memberikan tindakan
langsung ketika terjadi henti jantung. Perbedaan penelitian yang dilakukan
peneliti pendidikan kesehatan yang dilakukan peneliti mengkhususkan siswa kelas
10 dan kelas 11 dan peneliti memberikan metode menggunakan video dan
demontrasi CPR pada siswa SMA.
2. Rahman et al, (2013) dengen judul A multicenter controlled trial on knowledge and
attitude about cardiopulmonary resuscitation among secondary school children in Malaysia
meneliti mengenai tentang pengetahuan dan sikap pada anak sekolah menengah
tentang BLS dalam penelitian ini diuji pada 220 siswa di dua sekolah menengah
yang tidak termasuk dalam penelitian di jelaskan menggunakan kuisioner tingkat
pengetahuan dan sikap, dan untuk intervensi dalam jurnal ini menggunakan video
8
dan demontrasi menggunakan manikin pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di berikan famlet dan materi peneliti ini melakukan penelitian dalam
waktu 2 minggu. Dan hasilnya pada lebih signifikan kelompok intervensi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti hanya
membandingkan sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan tentang
BLS untuk mengetahui tingkat pengetahun dan sikap siswa SMA menggunakan
kuisioner, dan peneliti menggunakan metode Video dan Demonstrasi CPR lama
penelian dilakukan 2 hari .
3. Raemdonck et al, (2017) yang berjudul A pilot study of flipped cardiopulmonary
resuscitation training: Which items can be selftrained meneliti mengenai tentang
pelatihan CPR kepada guru untuk bisa mengejarkan pada murid-murid sekolah
menengah pada penelitian ini menggunakan metode video yang diberikan Siswa
SMA, lalu di lakukan demontrasi penelitian ini mengukur sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi dan hasil dalam penelitian ini tingkat pengetahuan guru
bertambah dan ini menjadikan banyak sekolah sekolah yang melakukan pelatihan
CPR tidak harus menyewa pelatih dari luar, sekarang guru dapat memberikan
pelatihan dan materi BLS di masukan dalam kurikulum sekolah. Perbedaan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti sasarannya adalah siswa SMA
kelas 10 dan kelas 11 dan peneliti mengukur tingkat pengetahuan dan sikap siswa
menggunakan kuisioner sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan
menggunakan video dan demontrasi CPR
4. Abolfotouh et al, (2017) dengan judul Impact of basic life-support training on the
attitudes of health-care workers toward cardiopulmonary resuscitation and defibrillation
9
penelitian ini meneliti tentang hasil suvei bahwa sikap dalam melakukan
menolong pasien yang mengalami henti jantung masih banyak ragu-ragu oleh
karna ini peneliti memberikan pelatihan pada responden mengenai BLS dan
peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap responden dalam
penelitian ini, hasil dalam penelitian di lihat bahwa angka pada sikap dan
pengetahuan meningkat, responden mengalami peningkatan pengetahuan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian ini fokusnya
sasaran siswa SMA sedang pada jurnal adalah perawat yang di berikan pelatihan
agar meningkatkan pengetahuan dan sikap kepada pasien henti jantung dengan
tidak ragu ragu seperti takut penyakit menular dan takut melanggar hukum.
5. Pratiwi & Purwanto, (2016) dengan judul Basic Life Support : pengetahuan dasar
siswa sekolah menengah atas, peneliti ini meneliti tentang tingkat pengetahuan
dengen responden 32 siswa SMU yang merupakan anggota Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), peneliti ini mengunakan Kuisioner 10 item pertanyaan tentang
pengetahun dasar BLS, hasilnya siswa mengalami peningkatan pengetahuan di
buktikan dengan tingginya skor pengetahuan pada post-test. Perbedaan penelitian
yang dilakukan peneliti adalah peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahun dan
sikap siswa SMA tentangg BLS menggunakan metode video dan demostrasi
PCR, dan peneliti melihat peningkatan pengetahuan melalui skor kuisioner
sebelum dan sesudah menggunakan metode.