bab i pendahuluan -...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan pada masyarakat yang diikuti penyesuaian sistem sosial untuk mencapai kesejahterahan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi.1 Perubahan struktur kegiatan ekonomi merupakan bagian dari perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Perubahan corak kegiatan ekonomi diperlihatkan dalam pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat dilihat menggunakan perttumbuhan Pendapatan perKapita. Pendapatan perKapita yang terus mengalami peningkatan merupakan indikasi dalam pembangunan ekonomi. “Pada hakekatnya pembangunan mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual.” 2 Keberhasilan pembangunan ekonomi dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Tjokrowinoto mengungkapkan Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai 1 Sukirno Sadono, 2006, Makroekonomi Teori Pengantar,RajaGrafindo Persada, Jakarta,. hal. 423 2 Michael P.Todaro & Stepehen C. Smith, 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, hal. 1

Upload: lyxuyen

Post on 17-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan pada masyarakat

yang diikuti penyesuaian sistem sosial untuk mencapai kesejahterahan masyarakat.

“Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh

perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi.”1

Perubahan struktur kegiatan ekonomi merupakan bagian dari

perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Perubahan

corak kegiatan ekonomi diperlihatkan dalam pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi dapat dilihat menggunakan perttumbuhan Pendapatan

perKapita. Pendapatan perKapita yang terus mengalami peningkatan merupakan

indikasi dalam pembangunan ekonomi.

“Pada hakekatnya pembangunan mencerminkanperubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistemsosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragamankebutuhan dasar dan keinginan individual maupunkelompok – kelompok sosial yang ada didalamnya, untukbergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serbalebih baik, secara material maupun spiritual.”2

Keberhasilan pembangunan ekonomi dilihat dari pertumbuhan ekonomi.

Tjokrowinoto mengungkapkan “Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai

1 Sukirno Sadono, 2006, Makroekonomi Teori Pengantar,RajaGrafindo Persada, Jakarta,.hal. 423

2 Michael P.Todaro & Stepehen C. Smith, 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,hal. 1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

2

pertumbuhan ekonomi setinggi – tingginya.” 3 Suatu negara perlu mencapai

pertumbuhan ekonomi tinggi untuk menaikkan tingkat kemakmuran rakyat.

Kemakmuran rakyat terlihat ketika ketersediaan kesempatan kerja selalu

bertambah, dan rakyat yang merupakan tenaga kerja mendapatkan pekerjaan dari

kesempatan kerja tersebut. Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses terhadap

kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan output

dan dinyatakan dalam pendapatan nasional. “Pertumbuhan ekonomi adalah

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan

jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah”.4

Kemampuan meningkatkan output berupa barang dan jasa didapat ketika

faktor – faktor produksi selalu mengalami pertambahan jumlah dan kualitasnya.

Bentuk pertambahan Faktor – faktor produksi diantaranya modal fisik yang akan

menambah jumlah barang dan investasi, tenaga kerja dengan pengalaman kerja

serta pendidikan menambah kualitas sumberdaya manusia , dan penyempurnaan

teknologi.

“Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahanpendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi diwilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah(Added Value) yang terjadi. Pendapatan wilayahmenggambarkan balas jasa bagi faktor – faktor produksiyang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenagakerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapatmenggambarkan kemakmuran daerah tersebut.”5

3 Tjokrowinoto. Moeljarto, 2007, Pembangunan Dilema dan Tantangan, Pustaka PelajarYogyakarta, hal. 8

4 Sukirno Sadono, 2006, ibid, Hal 95 Robinson Tarigan,2007,Ekonomi Regional, Bumi Aksara, Jakarta

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

3

Indonesia adalah negara dengan wilayah kepulauan yang cukup luas.

Perbedaan geografis setiap daerah menimbulkan kesenjangan kesejahterahan

masyarakat yang menjadi tantangan terhadap pembangunan nasional. Pelaksanaan

otonomi daerah merupakan langkah pemerintah dalam pembangunan nasional

sebagai upaya pemerataan dan peningkatan kesejahterahan masyarakat. Melalui

pelaksanaan otonomi daerah setiap daerah diharapkan mendapat perhatian

pemerintah ataupun swasta dalam pembangunan daerah sesuai potensi yang

dimiliki.

Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah otonomi dengan 35

kabupaten/kota. Luas wilayah provinsi Jawa Tengah adalah 3,25 juta hektar atau

25,04 persen dari luas seluruh pulau Jawa. Dengan penduduk lebih dari 32 juta

jiwa, menempatkan Jawa Tengah berada pada urutan ke tiga provinsi dengan

penduduk terbanyak di Indonesia. Keberagaman karakteristik setiap wilayah dapat

menjadikan potensi daerah namun juga hambatan dalam pembangunan ekonomi

menjadi kurang merata. Provinsi Jawa Tengah tengah berusaha menjalankan

pembangunan secara berkala dalam upaya pemerataan kesejahterahan masyarakat

melalui Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Disisi lain penggunaan sumberdaya

manusia yang melimpah sebagai tenaga kerja yang kurang maksimal menjadi

kendala tersendiri dalam penentuan kebijakan ekonomi.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

4

Tabel 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Tujuh Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional

Tahun 2004 – 2012

ProvinsiTahun

Rata -Rata2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

DKI Jakarta 5.70% 6.01% 5.59% 6.44% 6.23% 5.02% 6.50% 6.71% 6.50% 6.08%Jawa Barat 4.80% 5.60% 6.02% 6.48% 6.21% 4.19% 6.20% 6.48% 6.21% 5.80%Banten 5.60% 5.88% 5.57% 6.04% 5.77% 4.71% 6.08% 5.43% 6.15% 5.69%JawaTengah

5.10% 5.35% 5.33% 5.59% 5.46% 5.14% 5.84% 6.01% 6.23%5.56%

Jawa Timur 5.80% 5.87% 5.80% 6.35% 5.94% 5.01% 6.68% 7.72% 7.27% 6.27%Yogyakarta 5.10% 4.73% 3.70% 4.31% 5.03% 4.43% 4.88% 5.16% 5.32% 4.74%Bali 4.60% 5.56% 5.28% 5.92% 5.33% 5.83% 6.46% 6.65% 6.23% 5.76%Nasional 5.03% 5.69% 5.50% 6.35% 6.01% 4.58% 6.20% 6.46% 6.15% 5.77%Sumber: BPS Nasional Tahun 2005 – 2013

Berdasarkan tabel 1.1. pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah bila

dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa dan Bali, masih berada pada

posisi yang rendah. Setelah mengalami penurunan sebesar 0,32% pada tahun

2009, provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 provinsi Jawa

Tengah kembali mengalami penurunan menjadi 5,9%. Dalam kurun waktu 2004 –

2012 provinsi Jawa Tengah memiliki rata – rata pertumbuhan ekonomi 5,56%.

Rata – rata pertumbuhan ini lebih rendah dari rata – rata pertumbuhan ekonomi

nasional maupun provinsi lain di pulau Jawa dan Bali.

Pertumbuhan ekonomi dapat ukur melalui beberapa indikator: Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perKapita maupun pendapatan per jam kerja. Menurut Mankiw, “Produk domestik

bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian.” 6

6 N. Gregory Mankiw, 2007, Makroekonomi, Erlangga, Jakarta, hal .17

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

5

Produk domestik bruto perKapita sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan rata – rata penduduk suatu negara atau wilayah. PDRB perKapita

menggunakan harga konstan tahun 2000 memudahkan dalam melihat

perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam pengambilan kebijakan..

Tabel 1.2.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut provinsi2004-2010 (Ribuan Rupiah)

Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

DKI Jakarta 31,446.67 32,888.33 34,375.51 36,095.28 37,828.44 39,191.22 41,181.65

Jawa Barat 5,974.67 6,192.69 6,444.05 6,734.73 7,020.79 7,179.77 7,476.14

Jawa Tengah 4,285.56 4,498.39 4,721.21 4,967.21 5,226.81 5,475.63 5,774.56

Jawa Timur 6,759.21 7,102.67 7,456.95 7,853.55 8,275.26 8,625.69 9,133.15

DI Yogyakarta 4,964.66 5,146.96 5,282.99 5,454.76 5,671.27 5,862.61 6,085.99

Banten 6,077.39 6,261.92 6,433.02 6,638.42 7,915.44 8,064.43 8,313.81

Bali 5,822.84 6,018.14 6,203.61 6,433.51 6,946.27 5,802.00 7,422.90Sumber: BPS Nasional berbagai Tahun

Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa PDRB perKapita atas dasar harga

konstan provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan yang masih berada

dibawah PDRB provinsi lain di pulau Jawa dan Bali. Pada tahun 2012 PDRB

provinsi DKI Jakarta menempati urutan pertama dengan 41.181,65 diikuti

provinsi Jawa Timur dengan angka 9.133,15. Provinsi Jawa Tengah berada pada

urutan terakhir dengan angka 5.774,56. Data ini menunjukan bahwa provinsi Jawa

Tengah harus bekerja lebih keras untuk terus membangun wilayahnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

6

“Terdapat tiga faktor atau komponen utama dalampertumbuhan ekonomi yaitu (1) akumulasi modal, meliputisemua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkanpada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumberdayamanusia. (2) pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnyaakan memperbanyak jumlah angkatan kerja dan (3)kemajuan teknologi.”7

Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia “poros” dari roda

pembangunan dan perekonomian. Tenaga kerja yang memperoleh pekerjaan dan

berkerja secara produktif akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan

ekonomi. Keseimbangan penggunaan tenaga kerja dibutuhkan dalam pemanfaatan

maksimal dari tenaga kerja sebagi bagiamn dari pertumbuhan ekonomi.

Kesenjangan permintaan dan penawaran tenaga kerja menimbulkan

ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan permintaan dan penwaran tenaga kerja

dipengaruhi berbagai faktor diantaranya pendidikan, angkatan kerja, upah, tenaga

kerja, sosial-ekonomi, maupun komposisi industri. Pendidikan sebagai fakttor

dalam permintaan pasar tenaga kerja secara tidak langsung menuntut tenaga kerja

untuk mengentaskan pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk

memenuhi persyaratan dalam permintaan tenaga kerja.

Tenaga kerja adalah angkatan kerja berusia dewasa yang mendapatkan

pekerjaan dan sedang bekerja. Mendapatkan pekerjaan berarti akan bekerja dan

menghasilkan output. Output dan tenaga kerja memliki hubungan erat.

Meningkatnya tenaga kerja berarti meningkatnya output per orang yang

dipekerjakan biasa disebut produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas

tenaga kerja menjadi kontribusi utama dalam naiknya pertumbuhan ekonomi.

7 Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di DuniaKetiga,Ediri kedelapan, Haris Munandar, Erlangga, Jakarta, Hal. 92

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

7

Ketika pertumbuhan ekonomi naik maka jumlah tenaga kerja terserap juga akan

naik.Tenaga kerja yang belum mampu memenuhi angkatan kerja berdampak pada

penambahan pengangguran. Pengangguran inilah yang mengurangi kontribusi

pertumbuhan ekonomi.

Tabel 1.3

Perkembangan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008 – 2012

TahunAngkatan Kerja

Sub JumlahBekerja Pencari Kerja

2008 15,463,658 - 1,227,308 - 16,690,966

2009 15,835,382 2.40% 1,252,267 2.03% 17,087,649

2010 15,809,477 -0.16% 1,046,883 -16.40% 16,856,360

2011 15,916,135 0.67% 1,002,662 -4.22% 16,918,797

2012 16,132,890 1.36% 92,141 -90.81% 16,225,031

Jumlah 79,157,542 4,621,261 83,778,803

Sumber : Indikator Utama, Sosial, Politik dan Keamanan

Tabel 1.5 menunjukan jumlah penduduk yang bekerja tahun 2012 hanya

mencapai 50% dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah. Pertumbuhan pencari

kerja di Jawa Tengah mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan kebijakan

ekonomi di Jawa Tengah belum sepenuhnya memperhatikan tenaga kerja sebagai

faktor yang berpengaruh dan percepatan ekonomi lokal.

Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah dengan sumberdaya melimpah.

Sumberdaya manusia dan alam yang melimpah menjanjikan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Ketersediaan lapangan kerja seringkali menjadi alasan

terjadi pengangguran. Kelangkaan tenaga kerja membuat angka urbanisasi

meningkat. Sumberdaya manusia sesungguhnya berpotensi meningkatkan

pertumbuhan daerah, berpindah ketempat yang lebih berkembang. Menurut data

dari direktorat pengembangan pasar kerja Ditjen Binapeta tahun 2011, Jawa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

8

Tengah termasuk provinsi dengan pencari kerja mencapai 527.521 jiwa. Awal

tahun 2012 pertumbuhan pencari kerja kembali meningkat menjadi 669.744 jiwa.

Pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi dan berada dibawah provinsi lain

di pulau Jawa dan Bali merupakan masalah menarik untuk dikaji. Mengingat

pertumbuhan modal manusia melalui pendidikan mengalami peningkatan dan

tenaga kerja yang semakin produktif selayaknya menjadikan potensi pertumbuhan

ekonomi di provinsi Jawa Tengah dapat lebih maksimal. Dari ulasan diatas,

peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pendidikan dan Tenaga kerja terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”

1.2. Permasalahan Penelitian

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran untuk melihat pencapaian tujuan

pembangunan dan kesejahterahan rakyat. Pertumbuhan ekonomi memperlihatkan

pertumbuhan output ataupun pendapatan suatu daerah/Negara. Pertumbuhan

ekonomi dipengaruhi oleh 3 faktor produksi: modal, tenaga kerja dan

perkembangan teknologi. Selayaknya tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi

dari tingkat pertumbuhan penduduk maupun tingkat inflasi.

Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah berfluktuasi dalam sepuluh

tahun terakhir. Selama 4 triwulan terakhir pada tahun 2012 dan 2 triwulan pada

tahun 2013, pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut. Terlihat pada tabel

1.4. dimana kecenderungan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah menurun. Pada

tahun 2010 pertumbuhan ekonomi berada pada 5,8% pada tahun 2011 kembali

meningkat menjadi 6,00%. Kembali meningkat hingga 6,60% hingga triwulan ke

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

9

dua tahun 2012, namun pada triwulan ketiga kembali mengalami penurunan

hingga 6,00%. Pada awal tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

kembali merosot hingga 5,60%.

Tabel 1.4.Pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2010 – 2013

LAPANGANUSAHA

2010 20112012

20122013

I II III IV I II

1. Pertanian 2.50 1.30 1.50 1.80 3.90 9.30 3.70 0.90 2.40

2. Pertambangandan Penggalian 7.10 4.90 8.70 7.70 8.70 4.50 7.40 5.20 5.703. Iindustripengolahan 6.90 6.60 7.10 5.80 5.60 3.50 5.50 4.70 6.504. Listrik, gasdan air 8.40 6.00 6.20 5.20 5.50 8.50 6.40 9.80 6.80

5. Konstruksi 6.90 6.70 7.00 7.60 7.90 5.40 7.00 6.10 6.906. Perdagangan,hotel, &Restoran 6.10 7.70 8.10 9.40 7.80 7.70 8.20 9.20 8.30

7. Pengangkutandan komunikasi 6.70 8.60 8.60 8.20 7.20 7.60 7.90 7.90 7.508. Keuangan,real estate & jasapersh 5.00 6.60 7.80 9.70 10.40 9.50 9.40 9.90 9.70

9. Jasa - jasa 7.40 7.50 9.40 9.30 3.40 7.40 7.30 6.20 4.20

PDRB 5.80 6.00 6.50 6.60 6.00 6.30 6.30 5.60 6.10Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Selama 4 tahun terakhir tingkat inflasi provinsi jawa tengah mengalami

kecenderungan meningkat. Hal ini terlihat dari tabel 1.5. dimana tingkat inflasi

provinsi Jawa Tengah pada triwulan tahun 2012 dan 2013 cenderung meningkat

dan secara tahunan pada tahun 2012 sebesar 4,24 lebih tinggi dari tahun

sebelumnya yang mencapai 2, 68 yang mengalami kenaikan sebesar 1,56% dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

10

tahun 2010 mencapai 6,68. Pada setiap triwulan tahun 2012 mengalami

kecenderungan meningkat, dan pada triwulan kedua tahun 2013 setelah triwulan

pertama mampu menurunkan inflasi, meningkat menjadi 5,44%.

Tabel 1.5.Pertumbuhan Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2010 – 2013

KOMODITAS2010 2011

2012 2013I II III IV I II

Bahan Makanan 3.86 1.08 5.14 8.20 7.15 5.60 6.25 9.78

Makanan jadi,Minuman, rokok &tembakau 0.20 0.13 3.52 5.00 5.92 5.84 12.86 5.43

Perumahan, air,listrik, gas & BB 0.23 0.14 2.35 3.00 2.96 3.09 6.54 3.27

Sandang 0.58 0.07 5.01 3.41 2.46 3.04 3.90 0.89

Kesehatan 0.11 0.07 2.37 1.95 2.00 2.11 2.56 2.15Pendidikan,rekreasi dan olahraga 0.07 0.28 4.35 4.47 3.82 3.56 2.44 3.67Transpor,komunikasi danjasa K 0.10 0.18 1.88 2.04 2.65 3.06 3.69 5.25

Umum 6.88 2.68 3.45 4.58 4.50 4.24 2.22 5.44Sumber: BPS provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan penduduk akan memberikan tambahan hasil terhadap

pertumbuhan ekonoi, namun jika pertumbuhan penduduk terlalu banyak maka

pertumbuhan ekonomi akan menjadi semakin lambat. Provinsi Jawa Tengah

merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak ke tiga di Indonesia. Dengan

penduduk lebih dari tiga juta jiwa setiap kilometer persegi tanah di Jawa Tengah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

11

rata – rata dihuni oleh 1.022,31 jiwa. Banyaknya penduduk ini terus bertambah

setiap tahunnya. Pertumbuhan terlihat jelas pada tahun 2010 menuju tahun 2012.

Terlihat dari tabel 1.6. bahwa pada tahun 2012 penduduk Jawa Tengah adalah

33.228.207 yang jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 32.382.657 artinya

semala 2 tahun provinsi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan penduduk sebesar

887.550. peningkatan pertumbuhan penduduk sebesar 2,74% dari tahun 2010

dibandingkan tahun 2012.

Tabel 1.6.Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2010 – 2013

No TahunPenduduk

laki – Laki Perempuan Jumlah

1 2013 16,499,377 16,764,962 33,264,339

2 2012 16,495,705 16,774,502 33,270,207

3 2011 16,273,976 16,369,636 32,643,612

4 2010 16,091,112 16,291,545 32,382,6575 2009 16,123,190 16,741,373 32,864,563

Sumber: BPS provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan ekonomi jawa tengah selama 10 tahun terakhir

memperlihatkan fluktuasi dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi provinsi

Jawa Tengah lebih rendah dari pertumbuhan penduduk maupun inflasi provinsi

Jawa Tengah. Hal ini diperlihatkan dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang

peningkatannya cenderung menurun dibandingkan dengan pertumbuhan inflasi

yang mengalami peningkatan dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi

yang lebih rendah dari pertumbuhan penduduk maupun pertumbuhan inflasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

12

memperlihatkan kesenjangan antara teori pertumbuhan ekonomi yang

menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selayaknya lebih tinggi dari

pertumbuhan penduduk maupun inflasi. Berdasarkan uraian permasalahan yang

telah ada, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah

Seberapa besar pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di

provinsi Jawa Tengah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh

tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Tengah.

1.4. Signifikansi Penelitian

1.4.1 Signifikansi Teori

Dalam meneliti hubungan pendidikan dan tenaga kerja dengan

pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, penelitian ini mendasarkan pada

teori – teori yang relevan dalam mendukung hasil penelitian yang ilmiah.

Dasar teori yang digunakan adalah teori pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan Neo-Klasik oleh solow – pertumbuhan

ekonomi menggunakan fungsi produksi agregat standar dimana

pertumbuhan ekonomi bergantuk pada stok modal fisik dan manusia,

ternaga kerja dan penyempurnaan teknologi. Tenaga kerja merupakan

faktor endogen dalam pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja adalah orang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5580/2/T1_162010016_BAB I.pdf · kenaikan produktivitas dari faktor – faktor produksi yang menghasilkan

13

yang sedang bekerja dan mengahasilkan output. Perkembangan teknologi

memaksa pelaku ekonomi ataupun industri menggunakan tenaga kerja ahli

dan terampil lebih banyak dari tenaga kerja kurang terampil.

Pengembangan tenaga kerja sebaga modal manusia melalui pendidikan

menjadikan tenaga kerja lebih ahli dan terampil. Peningkatan tenaga kerja

memberikan kontribusi pada produktivitas dan kenaikan pertumbuhan

ekonomi.

1.4.2 Signifikansi Praktis

1.4.2.1.Khusus

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran

pemerintah Jawa Tengah dalam mengambil keputusan dalam rangka

pembangunan ekonomi.

1.4.2.2.Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pihak – pihak yang melakukan studi terkait.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam kemampuan,

tenaga dan waktu maupun biaya. Penelitian ini menggunakan data sekunder

sehingga terdapat keterbatasan pada data yang digunakan.