bab i pendahuluan -...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peranan penting dalam perubahan di masyarakat. Ciri paling utama dari media massa adalah bahwa mereka dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu televisi. Televisi merupakan salah satu media konvensional yang masih dapat bertahan di era media baru seperti sekarang. Televisi masih diminati masyarakat sebagai media yang sarat akan hiburan. Semua kalangan baik dari segi umur, segi pendidikan, dan dari segi ekonomi dapat menikmati tontonan yang diinginkan. Tidak dipungkiri televisi masih memiliki tempat di hati sebagian besar masyarakat walaupun sudah banyak media elektronik lain yang lebih canggih dan futuristik desainnya. Bahkan dengan merek telepon genggam tertentu stasiun televisi mancanegara dapat diakses secara real time atau sering dikenal dengan streaming. Seiring dengan perkembangan waktu, di Indonesia muncul televisi swasta yang kemudian menjelma menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Dengan keberadaan televisi swasta yang mendominasi siaran televisi nasional ini juga terkadang dijadikan alat propaganda serta mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Televisi swasta dapat mengudara memang tidak mendapat subsidi dari pemerintah dalam proses penyelenggaraannya, sehingga mau tidak mau mereka harus memutar otak untuk bertahan dalam persaingan industri media. Salah satu cara yang dilakukan stasiun televisi swasta dengan membuat program tanpa memikirkan kualitas program tersebut. Namun tidak banyak masyarakat yang sadar bagaimana hak frekuensi mereka diselewengkan oleh praktisi media karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu pemilik modal. Masyarakat jika dilihat dari kacamata media sekarang tidak lagi dilihat sebagai Warga Negara yang harus dididik melalui tayangan yang sarat

Upload: lenhan

Post on 20-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa memiliki peranan penting dalam perubahan di

masyarakat. Ciri paling utama dari media massa adalah bahwa mereka

dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media

massa yaitu televisi. Televisi merupakan salah satu media konvensional

yang masih dapat bertahan di era media baru seperti sekarang. Televisi

masih diminati masyarakat sebagai media yang sarat akan hiburan. Semua

kalangan baik dari segi umur, segi pendidikan, dan dari segi ekonomi

dapat menikmati tontonan yang diinginkan. Tidak dipungkiri televisi

masih memiliki tempat di hati sebagian besar masyarakat walaupun sudah

banyak media elektronik lain yang lebih canggih dan futuristik desainnya.

Bahkan dengan merek telepon genggam tertentu stasiun televisi

mancanegara dapat diakses secara real time atau sering dikenal dengan

streaming.

Seiring dengan perkembangan waktu, di Indonesia muncul televisi

swasta yang kemudian menjelma menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.

Dengan keberadaan televisi swasta yang mendominasi siaran televisi

nasional ini juga terkadang dijadikan alat propaganda serta mengeruk

keuntungan yang sebesar-besarnya. Televisi swasta dapat mengudara

memang tidak mendapat subsidi dari pemerintah dalam proses

penyelenggaraannya, sehingga mau tidak mau mereka harus memutar otak

untuk bertahan dalam persaingan industri media. Salah satu cara yang

dilakukan stasiun televisi swasta dengan membuat program tanpa

memikirkan kualitas program tersebut. Namun tidak banyak masyarakat

yang sadar bagaimana hak frekuensi mereka diselewengkan oleh praktisi

media karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu pemilik modal.

Masyarakat jika dilihat dari kacamata media sekarang tidak lagi dilihat

sebagai Warga Negara yang harus dididik melalui tayangan yang sarat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

2

informasi tetapi sebagai konsumen dari produk-produk yang ditampilkan

oleh media dalam hal ini televisi swasta.

Melihat fakta di lapangan, televisi swasta di masa sekarang belum

melaksanakan fungsinya secara baik. Padahal fungsi televisi sebagai

komunikasi massa memiliki lima fungsi sebagai berikut; 1). Surveillance

(pengawasan); 2). Interpretation (penafsiran); 3). Linkage (pertalian); 4).

Transmittion of Value (penyebaran nilai-nilai); 5). Entertainment

(Hiburan)1. Melihat dari program-program televisi swasta yang

disuguhkan ke masyarakat didominasi pada fungsi hiburan semata.

Banyak adegan yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk diangkat dalam

layar kaca. Baik kekerasan, eksploitasi terhadap anak dan perempuan,

serta tayangan yang tidak selaiknya ditayangkan pada jam-jam saat anak-

anak menonton televisi, gosip yang merajalela, seksisme, stereotype

terhadap kaum minoritas dan jurnalisme buruk.

Beberapa masalah yang muncul di ranah industri media, Remotivi

sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di

Indonesia cakupan kerja turut aktivitas pendidikan melek media dan

advokasi.Hadir sebagai sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang terbentuk pada tahun 2010, Remotivi bekerja untuk mewadahi

aspirasi publik bahkan pada beberapa masalah menjadi perantara dalam

menemukan solusi. Remotivi mengambil posisi sebagai “teman publik‟

yang mencoba mengambil tanggungjawab penuh untuk mengadvokasi

publik dari tayangan bermasalah.

Berdirinya Remotivi sekaligus menjadi wujud kritik nyata

terhadap kinerja KPI selama ini, yang seharusnya mampu melindungi hak-

hak publik. Remotivi sendiri memiliki anggapan bahwa sebagai khalayak

televisi, pilihan untuk menekan tombol power pada setiap remot televisi

bukanlah jawaban apalagi solusi atas berbagai macam masalah televisi di

1 Elvinaro Ardinto et al. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media. Hal 14-17

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

3

era ini. Maka,Remotivi memberi jawaban dalam bentuk tagline

mereka yaitu “Hidupkan televisimu, hidupkan pikiranmu”.

Remotivi sebuah gerakan literasi media dan pemantauan media di

Indonesia memiliki keunikan sendiri dibanding dengan gerakan-gerakan

yang fokus pada hal yang sama yaitu dengan memanfaatkan teknologi

dalam program literasi media kepada khalayak. Gerakan-gerakan yang

yang selaras dengan Remotivi dalam memperjuangkan hak-hak yang sama

lainnya cenderung menggunakan literasi media secara langsung. Pada tipe

ini, lembaga memberikan pendidikan literasi media ke tujuan akhir,

misalnya anak-anak seperti yang dilakukan oleh Sahabat Cahaya.

Kelebihan pemilihan sasaran ini adalah literasi media dapat langsung

diterapkan ke sasaran. Metodenya pun lebih mudah karena tidak perlu

menyusun strategi penyebaran yang lebih luas. Hanya saja, pemilihan

sasaran yang demikian membutuhkan tenagayang lebih besar karena harus

melayani masyarakat yang lebih luas dan lebih banyak.2

Namun, Remotivi memilih dua jalur model literasi media yaitu

berbasis website dengan menyebarkan tulisan kritis di website dan berbasis

kampus diskusi atau seminar. Tetapi, terkadang metode tersebut menemui

hasil yang kurang diharapkan oleh pihak Remotivi. Kegiatan diskusi dirasa

memiliki kekurangan dalam menyampaikan program literasi media. Ada

dua faktor, pertama, materi yang kurang relevan bagi mahasiswa karena

materiyang dibahas jauh dari keseharian mahasiswa. Kedua, dari

pembicara. Bahasan pembicara yang terkadang tidak mudah diserap oleh

kalangan mahasiswa dan pembicara gagal menerjemahkan apa yang

diinginkan Remotivi seperti contoh saat membicarakan K-Pop, Remotivi

mengharapkan persepektif tentang rasionalisasi di balik gejala itu,

2 Puji Rianto. 2013. Model-Model Gerakan Literasi Media dan Pemantauan Media di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer. Hal 189

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

4

konsumsi. Namun, yang timbul dalam diskusi adalah kebanggan akan

budaya nasional. Hal itu bukan yang dikehendaki Remotivi.3

Melihat beberapa catatan kritis, Remotivi berputar otak untuk lebih

menggerakkan kalangan muda agar aktif dan kritis. Maka, Remotivi

memanfaatkan teknologi untuk memberikan literasi media khalayak

melalui sebuah aplikasi. Pada hari Sabtu, 21 Februari 2015 bertempat di

Bakoel Koffie, Jakarta, Remotivi memperkenalkan salah satu media untuk

masyarakat yang peduli akan kualitas tayangan televisi Indonesia yaitu

Rapotivi. Rapotivi merupakan aplikasi yang mampu diunduh secara gratis

oleh masyarakat umum dengan fungsi utama menyampaikan laporan atau

pengaduan tentang tayangan televisi yang menyimpang dan melanggar

peraturan. Setiap aduan yang masuk akan diverifikasi dan akan diteruskan

ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Tidak hanya fitur utama sebagai media pengaduan tayangan,

aplikasi ini juga menawarkan berbagai hal terkait dengan media khususnya

televisi. Mengingat beberapa gerakan masyarat sipil yang peduli media

gencar melakukan pendekatan secara personal namun Remotivi membuat

inovasi baru dengan memanfaatkan teknologi yang mampu menjangkau

seluruh lapisan masyarakat.

Sejak diluncurkan tepat satu tahun pada tanggal 21 Februari 2016

lalu, Rapotivi sudah menerima 1177 aduan dengan 2810 pengguna aktif.

Selama itu, ada 3 jenis pelanggaran yang paling banyak diadukan,

diantaranya: pelanggaran kekerasan (23%), pelanggaran privasi (19%),

dan pelanggaran politik (14%). Dari tiga pemilik media yang

mengeksploitasi media untuk kepentingan politik, Hary Tanoe menerima

paling banyak aduan. Berdasarkan data aduan yang berhasil Rapotivi

himpun selama satu tahun (Februari 2015-Februari 2016), Trans TV

menjadi stasiun TV dengan aduan terbanyak (198 aduan) dan acara

3Ibid, Hal 60.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

5

Katakan Putus (Trans TV) menjadi peringkat pertama sebagai tayangan

yang paling banyak diadukan melalui Rapotivi (60 aduan).

Setiap pengguna aplikasi ini dapat langsung mengirimkan sebuah

laporan dengan menggunakan opsi Buat Laporan dimana pengguna harus

mengisi kolom judul tayangan terkait, stasiun televisi yang menyiarkan,

waktu penayangan, jenis pelanggran dan penjelasan mengenai pelanggaran

yang dilakukan. Setelah semua kolom terisi dan dikirim, tim dari Rapotivi

akan melalukan verifikasi terhadap laporan tersebut lalu laporan yang

sudah diverifikasi akan di laporkan ke Komisi Penyiaran (KPI).

Melihat beberapa uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk

meneliti secara mendalam mengenai Rapotivi sebagai metode literasi

media oleh Remotivi. Tidak hanya sampai disitu saja, peneliti juga tertarik

untuk mendalami lebih jauh latar belakang pembuatan aplikasi ini,

pengembangan fiturnya serta proses verifikasi dari pengaduan masyarakat

hingga diteruskan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), mengingat

Rapotivi adalah aplikasi pertama di Indonesia mengenai penilaian

tayangan televisi swasta di Indonesia dengan fitur-fitur didalamnya

dikemas secara menarik agar masyarakat lebih peduli dan bergerak aktif

dalam menilai tayangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana

Rapotivi menjadi metode literasi media Remotivi bagi masyarakat?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fitur Rapotivi dalam rangka memberikan

literasi media.

2. Untuk mengetahui Rapotivi melalui pemrakarsanya yaitu

Remotivi dalam pengunaan metode literasi media ini agar

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

6

masyarakat melek media dan dampaknya baik bagi masyarakat

atau industri media

D. Kerangka Pemikiran

1. Definisi Gerakan Masyarakat Sipil

Gerakan Masyarakat Sipil atau biasa juga disebut dengan

organisasi masyarakat sipil (Civil Society Organisation) merupakan

asosiasi kelompok atau lembaga yang memiliki tatanan sosial dan mampu

melingkupi berbagai ruang dalam mengakses dan memobilisir masyarakat

atau warga negara di luar varian-varian masyarakat sipil itu sendiri, dalam

arti adanya suatu bentuk tanggung jawab dari organisasi masyarakat sipil

sendiri untuk menjadi jembatan penghubung antara negara dan

masyarakat.4

Pada tahun 1998 saat runtuhnya rezim orde baru, Indonesia

memasuki era reformasi yang membuka peluang demokratisasi oleh

negara. Implikasinya adalah fenomena menguatnya Civil Society

Organization (CSO) atau gerakan masyarakat sipil untuk berpartisipasi

dalam proses pembangunan negara. CSO sebagai bagian dari entitas

negara saat ini memiliki ruang untuk melakukan kebebasan berpikir,

berekspresi, dan berpendapat di muka umum sesuai dengan konstitusi

yang berlaku.

Civil Society menurut Alexix de Tocqueville dalam Rahmat

(2003:15) dapat dilihat sebagai kekuatan penyeimbang negara karena

peranannya sebagai sumber input dalam proses politik bernegara dengan

sistem demokrasi. Sementara itu, civil society memiliki dimensi kultural

sehingga membuatnya juga dipahami sebagai wilayah kehidupan sosial

yang terorganisasi, dengan ciri-ciri kesukarelaan, keswasembadaan,

4 Muhammad Zudairan. 2014. Tesis S2; Advokasi Kebijakan Civil Society Organization (Studi kasus: Rifka Annisa Dalam Strategi Advokasi Kebijakan Perlindungan Perempuan Daerah Yogyakarta). Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

7

keswadayaan, dan kemandirian ketika berhadapan dengan negara. Artinya,

keberadaan civil society penting dalam proses demokratisasi di Indonesia

karena peranannya sebagai penghubung antara warga negara dengan

pemerintah, fungsinya sebagai mitra kritis pemerintah, sekaligus dimensi

kultural yang dimilikinya membuat keberadaannya dalam hubungan

politik dengan negara tetap berorientasi pada kepentingan publik.

CSO yang berkembang di Indonesia sejak era reformasi dapat

dilihat dalam bentuk organisasi, perkumpulan, paguyuban, LSM, ormas

agama, dan kelompok kepentingan lainnya yang aktif dalam

mengadvokasi dan mengawal isu-isu kenegaraan dengan memiliki ciri-ciri

berhadapan dengan negara, swadaya (menghimpun kekuatan sendiri),

swasembada (mencukupi kebutuhan sendiri) (Otho, H, 2010:118).

Keberadaan CSOs dalam kerjasama pembangunan sangat

berpengaruh. Untuk itu kita perlu mengindentifikasi CSOs dari 3 (tiga)

kerangka berikut:

a. Masyarakat Sipil dan Partisipasi Masyarakat

Secara umum masyarakat sipil diposisikan sebagai kaki ketiga dari

tiga kaki, atau sebagai pelengkap terhadap negara dan swasta. Ketiganya

merupakan pilar bagi suatu masyarakat yang telah terorganisasi dan

berfungsi. Keberadaan masyarakat sipil dari perspektif ini dipandang

penting dalam suatu masyarakat yang demokratis dan dalam pembangunan

modal sosial. Di samping itu, pandangan ini juga menyatakan bahwa

masyarakat sipil adalah salah satu pilar dalam demokrasi bersama dengan

eksekutif, legislatif, yudikatif, serta media yang independen.

b. Masyarakat Sipil dan Program Pembangunan

Mereka yang tiap hari bekerja melalui CSOs maupun NGOs

umumnya memiliki perspektif yang sifatnya operasional, dimana CSOs

secara aktif terlibat dalam program-program pembangunan. Dalam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

8

perspektif ini, masyarakat sipil bukanlah suatu bangunan abstrak

melainkan suatu kumpulan aktor pembangunan.

c. Masyarakat Sipil dan Pemberdayaan Masyarakat

Beberapa pendekatan lain yang saat ini digunakan untuk

menganalisis masyarakat sipil adalah pendekatan yang berangkat dari

perspektif hak asasi manusia, yang melihat masyarakat sipil sebagai

mekanisme dalam pemberdayaan sosial dari kelas-kelas dalam masyarakat

khususnya masyarakat miskin, juga perempuan, masyarakat adat, dan

kelompok lainnya.

Ketiga perspektif di atas memang berbeda namun saling

melengkapi dan menitikberatkan pada tiga kategori umum dari peran

masyarakat dan CSOs, antara lain:

- Keberadaannya mengindikasikan “masyarakat yang sehat”,

demokrasi yang sehat, dan sistem pemerintahan yang akuntabel dan

efektif.

- Keberadaannya sebagai organisasi yang menjalankan program-

program pembangunan.

- Sebagai mekanisme pemberdayaan masyarakat, khususnya dari

kelompok sosial tertentu dan sebagai realisasi dari penegakkan hak asasi

manusia.

` CSOs sebagai salah satu aktor pembangunan telah menaruh

perhatian yang besar dalam isu-isu demokrasi, tata-kelola pemerintahan

yang bersih, maupun isu-isu yang kurang mendapat perhatian dari para

politisi, organisasi politik, maupun pemerintah. Lebih lanjut CSOs juga

menghadirkan suatu mekanisme bagi masyarakat untuk mengekspresikan

suara-suara masyarakat terhadap persoalan politik, sosial, ekonomi melalui

partisipasi demokratis dari setiap warga negara.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

9

Salah satu bentuk CSO yang berkembang di Indonesia berupa

Lembaga Swadaya Masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat yang

menyuarakan hak-hak khalayak dalam beberapa tahun ini memang banyak

bermunculan dalam berbagai bidang. Perbincangan mengenai isu

akuntabilitas lembaga swadaya masyarakat di Indonesia baru muncul ke

permukaan di awal abad ini.

Dicanangkannya reformasi yang diikuti dengan proses

demokratisasi telah membawa pertumbuhan luar biasa dalam jumlah

organisasi masyarakat sipil, termasuk LSM. LSM kini tidak hanya terlibat

dalam pemberdayaan masayarakat, advokasi dan lain-lain, namun juga

mengawasi kinerja pemerintah, lembaga negara dan lembaga politik

lainnya; menuntut tata- pemerintahan yang baik berupa pemerintah yang

bersih, akuntabel dan transparan; melakukan advokasi terhadap

pelanggaran hak asasi manusia (HAM), pelayanan publik yang lebih

baik, serta memperluas demokrasi dan desentralisasi.5

Keberadaan LSM di Indonesia sebagai perwakilan publik untuk

melakukan pengawasan. Lebih lanjut lagi Jordan dan Tujil (2009)

menjelaskan dalam fungsi pengawasan LSM tidak dapat menyebut dirinya

sebagai satu-satunya lembaga yang melakukan pengawasan. Beberapa

lembaga atau institusi lainnya seperti akademisi dan media misalnya juga

melakukan fungsi pengawasan. Posisi Lembaga Swadaya Masyarakat

apabila dilihat dari relasi negara (state) dan privat, keberadaanya sebagai

aktor intermediary.

Kehadiran LSM di tengah-tengah masyarakat memang tidak dapat

dihindari. Hal ini dikarenakan keterbatasan pemerintah yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat, dan atau keterbatasan masyarakat dalam

memenuhi tuntutannya kepada negara. Hingga yang terjadi biasanya

5 Jordan dan Tujil. 2009. Akuntabilitas LSM; Politik, Prisnip & Inovasi. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

10

adalah peran itu kemudian diambil alih oleh kelompok LSM atau aktor-

aktor intermediary. Di sisi lain, fenomena pembentukan norma dan tatanan

sosial yang dilakukan oleh negara, menciptakan ketegangan dengan

masyarakat, sehingga peran-peran dari aktor intermediary akan sering

terlihat.6

Menurut Noeleen Heyzer, terdapat tiga jenis peranan yang dapat

dimainkan oleh berbagai aktor intermediary yakni mendukung dan

memberdayakan masyarakat pada tingkat grasroots, yang sangat esensial

dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Kedua,

meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerja

sama, baik dalam suatu negara atau dengan lembaga-lembaga internasional

lainnya. Ketiga, ikut mengambil alih bagian dalam menentukan arah dan

agenda pembangunan.7 Philip Eldridge (dalam Corrothers dan Suryatna,

1995)8 mengajukan tiga model hubungan antara NGO/LSM dengan

negara, dilihat dari dimensi orientasi NGO dalam melakukan kegiatannya.

Model yang pertama: disebut sebagai High Level Partnership;

Grassroots Development. NGO yang masuk dalam kategori ini pada

prinsipnya sangat partisipatif, kegiatannya lebih diutamakan pada hal-hal

yang berkaitan dengan pembangunan daripada yang bersifat advokasi.

Kelompok ini kurang memiliki minat pada hal-hal yang bersifat politis.

Namun mereka mempunyai perhatian yang sangat besar untuk

mempengaruhi kebijakan pemerintah. NGO seperti ini, pada umumnya,

tidak begitu besar dan banyak yang bersifat lokal. Namun demikian, tidak

jarang mereka terlibat dalam kegiatan yang besar, dan selalu memelihara

dukungan pada tingkat grassroots.

6Haryanto et al. 2013. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik volume 16, nomor 3; PKBI:Aktor Intermediary Dan Gerakan Sosial Baru.Yogyakarta 7Affan Gaffar. 2006. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 203. 8 Suharko. 2005. Merajut Demokrasi; Hubungan NGO-Pemerintah dan Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

11

Model yang kedua: disebut High Level Politics; grassroots

Mobilization. NGO yang termasuk dalam kategori ini mempunyai

kecenderungan untuk aktif dalam kegiatan politik. Kegiatan-kegiatan

mereka tidak jarang berhubungan dengan usaha untuk mendukung

“peningkatan kesadaran politik” masyarakat. Mereka pada umumnya tidak

begitu saja dapat bekerja sama dengan pemerintah, sekalipun ada juga

diantaranya telah mendapat proyek-proyek penelitian dari pemerintah.

NGO dalam kategori ini bersifat advokatif, terutama dalam memobilisasi

masyarakat guna mendapat tempat dalam kehidupan politik.

Model yang ketiga: disebut sebagai Empowerment at Grassroots.

NGO ini cenderung memusatkan perhatiannya pada usaha untuk

memberdayakan masyarakat, terutama pada tingkat grassroots. Mereka

tidak begitu berminat untuk mengadakan kontak dengan pejabat

pemerintah. Mereka tidak juga memusatkan perhatian dan energinya untuk

melakukan kampanye guna mengadakan perubahan. Mereka juga percaya,

bahwa perubahan akan muncul sebagai akibat dari meningkatnya kapasitas

masyarakat, bukan sesuatu yang berasal dari pemerintah. Dan mereka

tidak mau terlibat dalam kegiatan yang berskala besar.

Di Indonesia sendiri, gerakan masyarakat sipil peduli media yang

memperjuangkan hak-hak warga negara telah menjadi perhatian akhir-

akhir ini. Gerakan-gerakan tersebut sering disebut gerakan literasi

media. Setiap LSM memiliki cara dan target yang berbeda-beda.

Seperti halnya Yayasan Sahabat Cahaya (Jakarta) yang digerakkan

oleh organisasi pemuda masjid Al-Azhar, Jakarta. Target yayasan ini

ke anak dan remaja melalui pendidikan yang berwujud pada

Playgroup, TK, dan Sains Club dengan metode yang fun dengan

eksperimen, mendongeng, dan bernyanyti. Tujuan mereka agar anak

lebih kritis dalam bermedia. Ada lagi Masyarakat Peduli Media

(MPM) di Yogyakarta menerapkan pendidikan literasi media dengan

melakukan pembinaan terhadap ibu-ibu untuk tidak hanya paham dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

12

kritis terhadap media namun juga didorong untuk menjadi aktivis. Ibu-

ibu menjadi subjek program literasi media. Hal ini didasarkan bahwa

gerakan untuk melindungi anak-anak dari pengaruh media yang tidak

sehat dan kurang mendidik akan lebih efektif apabila disampaikan oleh

orang terdekat mereka seperti orangtua terutama ibu.

Adalagi inovasi kurikulum yang dilakukan oleh Early Chilhood

Care and Development-Resource Centre atau Pusat Pengembangan

Program Pendidikan Anak Usia Dini. Di program mereka, guru

menjadi sasaran. Hal ini dikarenakan guru dianggap memiliki

pengaruh yang kuat untuk mengubah masyarakat. Masih ada beberapa

lembaga swadaya masyarakat yang gencar dengan memperjuangkan

hak-hak masyakarat berkaitan dengan media. diharapkan agar

penyiaran khususnya televisi di Indonesia jauh lebih baik lagi dan

masyarakat lebih cerdas dalam memilih dan memilah media tanpa

mengurangi esensi pesan media.

2. Definisi dan Konsep Literasi Media

Literasi media berasal dari kata bahasa inggris yaitu Media

Literacy, terdiri dari dua suku kata Media berarti media tempat pertukaran

pesan dan Literacy berarti melek, kemudian dikenal dalam istilah Literasi

Media. Konsep literasi media sendiri merupakan lanjutan dari konsep

literasi, atau melek huruf. Literasi selalu berkenaan dengan membaca dan

menulis. Namun, lebih jauh lagi literasi juga berkaitan tentang pemahaman

yang kritis dari apa yang dibaca dan mengkomunikasikannya kepada pihak

lain. Konsep literasi media tidak dapat dipisahkan dengan media

cetak,artinya kemampuan untuk membaca. Sehingga beberapa ahli

memperluas menjadi literasi visual dengan media lain, seperti televisi dan

film.9

9 Wisnu Martha. Literasi Media dan Intrepertasi atas Bencana. Hal 4.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

13

Konsep literasi media lebih kompleks daripada konsep literasi

karena banyak berhubungan dengan konsep lain, yaitu: konsep pendidikan

media, berpikir kritis dan aktivitas memproses informasi.10 Dengan hal ini,

tidak ada kesepakatan di antara para ahli mengenai definisi literasi media.

Potter membuat kategori definisi literasi media. Definisi literasi media

dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: the umbrella definition, the process

definition, and the purpose definition.11 Definisi payung dapat dijelaskan

bahwa literasi media sebagai pelindung individu ketika individu terkena

hujan informasi dari media. Definisi proses menunjukkan bahwa literasi

media adalah sebuah kecakapan yang berfungsi ketika individu mengakses

media massa. Definisi tujuan sebagai sebuah hasil dari konstruksi yang

dibangun dalam pikiran individu sehingga individu tersebut mempunyai

kontrol lebih besar mengenai pesan media yang diterima.

Untuk mengenal literasi media lebih jauh, berikut ini merupakan

definisi literasi media berdasarkan tiga kategori sebelumnya:

Definisi pertama, literasi media adalah a perspective from which

we exposeourselves to the media and interpret the meaning of the

messages we encounter. We build our perspective from knowledge

structures, which are constructed from information using skills.12

Dari definisi ini, literasi media merupakan perspektif yang

digunakan secara aktif ketika berhadapan dengan media untuk

menginterpretasi makna pesan yang diterima. Setiap orang memerlukan

pengetahuan untuk membangun perspektif. pengetahuan didapat karena

“alat” dan “bahan mentah”. Alat disini diartikan sebagai kemampuan yang

harus dimiliki. Sedangkan bahan mentah merupakan informasi dari media

dan dari dunia nyata. Konsumsi aktif atas media berarti orang memahami

pesan dan secara sadar berinteraksi dengan pesan (media) tersebut.

10 W. James Potter. 2004. Theory of Media Literacy: A Cognitive Approach. London: Sage Publication.Hal 23 11Ibid, Hal.42. 12 W. James Potter. 2001. Media Literacy. Second Edition. London: Sage Publications. Hal 2.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

14

Sedangkan definisi yang kedua adalah: the ability to access analyze

evaluateand communicate information in a variety of format including

print and nonprint.13 Literasi media adalah seperangkat kecakapan yang

berguna dalam proses mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan

menciptakan pesan dalam beragam bentuk. Literasi media digunakan

sebagai model instruksional berbasis eksplorasi yang mendorong individu

mempertanyakan secara kritis apa yang mereka lihat, dengar, dan baca.

Salah satu cara untuk mengembangkan literasi media tersebut

diperlukan pendidikan literasi. Literasi media diasumsikan bisa diajarkan

secara terencana kepada kelompok masyarakat tertentu. Pendidikan media

menyediakan alat untuk menolong audiens agar dapat menganalisis secara

kritis pesan media untuk mendeteksi propaganda, sensor, dan bias dalam

berita dan berbagai program yang berkaitan dengan kehidupan publik, dan

memahami struktur institusi media, seperti kepemilikan media dan

pendanaannya.14

Terakhir, literasi media didefinisikan sebagai an informed,

criticalunderstanding of the mass media. It involves examining the

techniques, technologies and institutions involved in media production;

being able to critically analyze media messages; and recognizing the role

audiences play in making meaning from those messages.15

Definisi terakhir ini menunjukkan bahwa literasi media adalah

sesuatu yang lebih luas dari sekadar mengkonsumsi informasi. Seseorang

yang memahami media berarti individu tersebut dapat pula memproduksi,

menciptakan dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk.

Literasi media juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

berkomunikasi dan mendapatkan informasi yang responsif terhadap

13 Wisnu Martha, op.cit, Hal 6. dikutip dari

http://www.ced.appstate.edu/departments/ci/programs/edmedia/medialit/article.html#

What%20is%20Media%20Literacy 14Ibid. 15Ibid dikutip dari http://www.nmmlp.org/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

15

perubahan bentuk pesan di dalam masyarakat. Sehingga kemampuannya

tidak terbatas pada mengumpulkan informasi saja, tetapi memproduksi

sesuai kondisi aktual. Literasi media pada tingkat lanjut bergerak dari

mengenali dan memahami informasi ke tahap yang lebih tinggi yaitu

kecakapan berpikir kritis seperti mempertanyakan, menganalisis, dan

mengevaluasi informasi tersebut. Pada akhirnya, literasi media digunakan

untuk mengaitkannya dengan konteks yang lebih besar, semisal kondisi

sosio-kultural sebuah masyarakat.16

3. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Memunculkan Media Layanan

Publik Berbasis Teknologi Digital

Teknologi komunikasi berkaitan erat dengan informasi. Ada

teknologi komunikasi yang berfungsi menyalurkan informasi. Ada juga

teknologi komunikasi yang berfungsi mengolah informasi. Namun ada

juga teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah dan

penyimpan informasi. Tidak berlebihan apabila orang menyebut teknologi

komunikasi sebagai teknologi informasi. Tetapi bertolak dari pengertian

teknologi informasi yang ditulis Richard Weiner, dalam Webster’s New

World Dictionary of Media and Communications yang menyebutkan

bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan

penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi (1996:303),

maka teknologi informasi lebih merupakan pengerjaan terhadap data.

Teknologi informasi lebih menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana

data “ditukangi” dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.17

Sebenarnya ada perbedaan yang mendasar pada keduanya. Apabila

teknologi komunikasi menekankan pada alat yang menambah kemampuan

orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data

oleh komputer dan telekomunikasi. Kenyataan ini membuat seorang ahli

16Ibid. 17 Ana Nadya Abrar. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Lesfi. Hal 3-4

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

16

komunikasi, Andre Hardjana, menggunakan istilah teknologi informasi

dan komunikasi. Penggunaan istilah tersebut dianggap hal yang sah.18

Teknologi komunikasi kemudian memungkinkan manusia melihat

berbagai fenomenasosial yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Dari

sisi khalayak, teknologi komunikasi digunakan untuk mencari, mengolah,

membagi, menyimpan, membandingkan, memutakhirkan informasi. Tidak

heran bila teknologi menjadi sentral dalam proses komunikasi. Jika

seorang individu tidak membutuhkan informasi, tentunya dia tidak perlu

teknologi komunikasi. Sebaliknya, jika seorang individu membutuhkan

informasi yang banyak, maka dia butuh teknologi komunikasi yang

canggih.

Dengan berkembangnya teknologi saat ini, masyarakat Indonesia

sudah dimudahkan dengan berbagai aktivitas interaksi dengan pemerintah

atau aktor intermediary sebagai bagian dari elemen pengawasan terhadap

berbagai kebijakan dan layanan publik yang diberikan oleh pemerintah

untuk rakyatnya.

Kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat cepat dan efisien pun

sangat diharapkan oleh masyarakat sehingga apa yang menjadi keinginan,

keluhan dan kritikan terhadap pemerintah dapat langsung terakomodasi

dengan baik. Hadirnya media aduan berbasis teknologi seperti website dan

aplikasi berbasis Android dan Apple.

Salah satu contoh website untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

kini sebuah aplikasi bernama LAPOR! pun dirilis. LAPOR! adalah

kepanjangan dari Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat.

Dengan menggunakan teknologi yang berkembang saat ini, masyarakat

pun dapat berpartisipasi langsung dalam pengawasan terhadap berbagai

layanan publik.

18Ibid, Hal 4.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

17

Melalui website resminya di Lapor.ukp.go.id, saat ini aplikasi

layanan publik tersebut sudah terintegrasi dengan 80 Kementerian atau

Lembaga serta 5 lembaga pemerintahan di daerah dan BUMN di seluruh

Indonesia. Proyek ini dikembangkan oleh Unit Kerja Presiden Bidang

Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP). Hingga saat ini,

aplikasi tersebut telah digunakan oleh lebih dari 260.000 pengguna aktif.

Bahkan sebanyak 1.000 laporan pun selalu masuk setiap harinya. Prestasi

tersebut menampilkan betapa masyarakat sangat aktif dan memiliki reaksi

yang baik terhadap pemerintah Indonesia.19

Selain itu ada juga Qlue, aplikasi hasil karya anak negeri ini

semakin dikenal masyarakat luas. Peranti lunak untuk pelaporan berbasis

media sosial ini digunakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Sejak diluncurkan dua tahun lalu, pengguna aplikasi tersebut semakin

meningkat. Hingga saat ini, Qlue digunakan sekitar 200 ribu pengguna.

Platform yang sejenis degan media sosial ini memang dibuat untuk

menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.

Melalui aplikasi ini, semua urusan publik dapat lebih mudah dan

transparan. Tujuan aplikasi ini untuk membawa Jakarta ke arah perubahan

yang lebih baik. Fokus aplikasi ini agar masyarakat yang merupakan

pengguna aktif dalam bentuk laporan berupa teks maupun foto. Nantinya

akan ditindaklanjuti dinas terkait. Sampai saat ini ada sekitar 5.000 laporan

per hari dan 90% diantaranya akan ditindaklanjuti.20

Pemerintah Kulon Progo kini membuka lebar-lebar aduan dan

keluhan dari masyarakat untuk memperpaiki kinerja Pemerintah. Pemkab

Kulon Progo telah meluncurkan aplikasi SEMAR (Sistem Aduan

Masyarakat), demi terwujudnya keterbukaan publik.SEMAR merupakan

sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aduan kepada pemerintah

19http://teknoreti.blogspot.co.id/2014/10/aplikasi-lapor-cara-baru-sampaikan.html diakses pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 20:52 WIB 20http://www.jawapos.com/read/2016/03/21/21601/aplikasi-qlue-terima-5000-aduan-warga-per-hari diakses pada tanggal 18 Februari pukul 15:45 WIB

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

18

kabupaten Kulon Progo. Inovasi ini untuk melengkapi sarana yang ada

terkait dengan implementasi Undang-Undang tentang Keterbukaan

Informasi Publik di Pemkab Kulon Progo. Aplikasi ini dibuat oleh pranata

komputer di instansinya, sehingga apabila ada kekurangan masih bisa

diperbaharui atau disempurnakan. Tak hanya itu, aduan yang masuk dari

masyarakat sebelum dipublish terlebih dahulu akan diseleksi oleh petugas

admin.21

Dengan mengandalkan telepon genggam atau yang sekarang lebih

dikenal dengan smartphone merupakan alat yang mampu menjangkau

ruang dan waktu yang melampaui batas global. Tentu saja hal ini

memudahkan Remotivi sebagai aktor intermediary dalam menyebarkan

informasi mengenai literasi media yang terstruktur dan sesuai dengan visi

dan misinya agar masyarakat lebih kritis dalam mendapatkan informasi

melalui siaran televisi.

4. Model Gerakan Literasi Media

Gerakan literasi media mulai marak di Indonesia namun

sebenarnya masih lemah apabila disebut sebagai sebuah gerakan. Pertama,

tidak adanya komunikasi dan kerja sama diantara para aktor yang terlibat

dalam gerakan literasi media. Hal ini mengakibatkan kelompok-kelompok

tersebut bergerak sendiri-sendiri. Kedua, lemahnya koordinasi di antara

aktor pelaku literasi media sehingga sasaran dan target yang ditetapkan

dari tiap-tiap gerakan sulit dicapai apabila berhasil juga tidak secara

menyeluruh dan tidak mudah untuk menggunakan model tersebut di

tempat lain.22 Model gerakan literasi media bermacam-macam di

Indonesia mulai dari target sasaran sampai metode yang digunakan untuk

melakukan literasi media. Menurut Agus Salim, model mempunyai derajat

21http://www.suarayogyakarta.com/blog/2015/09/aplikasi-semar-sistem-aduan-masyarakat/ diakses pada tanggal 20 Februari pukul 19:35 WIB 22 Rianto, op.cit., hal. 14

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

19

yang lebih tinggi dibandingkan dengan teori.23 Menurutnya, perbedaan

keduanya terletak pada nilai informasi yang berasal dari aras

kemujaradannya. Suatu model dibentuk oleh seperangkat dalil rendahan

berangkai, sedangkan teori dibentuk suatu sistem dalil-dalil beraras

kemujaradan lebih tinggi.24 Lebih jauh, konsep dan dalil-dalil yang berada

di aras kemujaradan yang relatif lebih tinggi memiliki informasi yang luas

dan tidak terikat ruang waktu. Sebaliknya, konsep dan dalil yang berada di

aras kemujaradan lebih rendah memiliki informasi yang relatif terikat oleh

ruang dan waktu. Model merupakan rangkaian terpadu dalil-dalil rendahan

sehingga memiliki suatu makna, sedangkan teori adalah rangkaian sistem

dari dalil-dalil tengahan sehingga membentuk suatu makna.25

Suatu model berisi pernyataan-pernyataan mengenai hubungan-

hubungan konsep atau berbagai peubah yang tidak membutuhkan

“epidemistic proposition”.26 Menurutnya, model mengandung logika-

deduktif yang dibutuhkan dalam struktur bangunan teori karena

merupakan alat dalam membangun teori. Dalam kaitan ini, model

memerlukan kaidah-kaidah untuk dapat dijelaskan secara empiris, tetapi

model juga memerlukan kaidah-kaidah untuk menyesuaikan diri dengan

indikator empiris dari lapangan (epidimistic proposition). Dengan

demikian, menurut Salim, model menjadi unsur terakhir dalam

membangun teori sebab ketika teori telah selesai dibangun maka model-

model tersebut tidak lagi digunakan.27

Dalam buku Model-Model Gerakan Literasi dan Pemantauan

Media di Indonesia, tim peneliti berusaha merumuskan sebuah model

‘ideal’ bagi pendidikan literasi media di Indonesia. Berdasarkan analisis,

dirumuskan suatu model yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan

23 Agus Salim. 2006. Bangunan Teori: Metodologi Penelitian untuk Bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana 24 Salim, loc.cit., hal. 68 25 Salim, loc.cit., hal. 69 26 Salim, loc.cit., hal. 71 27Ibid

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

20

model pendidikan literasi media di Indonesia. Ada enam indikator yang

akan digunakan untuk menilai model-model pendidikan literasi media

yang ada, yaitu dilihat dari sisi metode, relevansi, kontinuitas, tujuan-

tujuan literasi media, aktor, dan keberlanjutan program (sustainability).

a. Metode

Metode (method) berasal dari bahasa Latin dan juga Yunani,

methodus , yang berasal dari kata meta yang berarti sesudah atau di atas,

dan kata hodos, yang berarti suatu jalan atau suatu cara.28

Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara

suatu totalitas dicapai atau dibangun. Mendekati suatu

bidang secara metodis berarti memahami atau

memenuhinya sesuai dengan rencana, mengatur berbagai

kepingan atau tahapan secara logis dan menghasilkan

sebanyak mungkin hubungan.

Metode dan sistem membentuk hakikat ilmu. Sistem

bersangkutan dengan isi ilmu, sementara metode berkaitan

dengan aspek formal. Lebih tepat, sistem berarti

keseluruhan pengetahuan yang teratur atau totalitasisi dari

ilmu.29

Dari kedua definisi tersebut, karakter metode meliputi: pertama,

metode merupakan sebuah aktivitas yang relatif mapan yang digunakan

oleh suatu kelompok. Kedua, terkadang karena sudah terbiasa dan relatif

mapan, metode merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan dari

suatu kelompok. Ketiga, metode yang telah mapan dan menjadi kebiasaan

biasanya menjadi tindakan yang logis dan merupakan sebuah proses yang

28 Lorens Bagus. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 29Ibid, Hal 635.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

21

sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi

penggunaan sumber daya.30

b. Relevansi

Kata relevan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kait-

mengait; bersangkut paut; atau berguna secara langsung. Asian

Development Bank meminjam konsep dari Organization for Economic

(OEC-DAC), memasukkan relevansi ke dalam empat kriteria evaluasi

program, yaitu relevanis, efektivitas, sustainability (keberlanjutan), dan

dampak. Dalam hal ini, OECD-DAC mendefiniskan relevansi sebagai “the

extent to which the aid activity is suited to the priorities and policies of the

target group, recipent, and donor.31 Dalam konteks riset gerakan literasi

media dalam buku Model-Model Gerakan Literasi Media dan Pemantauan

Media di Indonesia, relevansi berkaitan dengan kesesuaian antara

substansi materi yang diberikan dengan level pengetahuan, kebutuhan

informasi, atau isu yang dihadapi sasaran program.

c. Kontinuitas

Kontinuitas atau kesinambungan mengacu pada keberaturan

berdasar kaidah tertentu.Kontinuitas pada hakikatnya menjaga agar suatu

program tidak membingungkan dan tercapai sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan. Untuk mempertahankan kontinuitas, penting untuk menjaga

arah program agar tetap beradadi jalur yang sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan. Jadi, penting untuk memahami penetapan tujuan program

sebelum menganalisis kontinuitas dari kegiatan-kegiatan yang mendukung

program.32

d. Tujuan Edukasi

30 Rianto. Op.cit., Hal 27. 31 __________. 2011. Guidelines for Knowledge Partnership. Mandaluyong City: Asian Develompent Bank. 32 Rianto.op,cit.,Hal 28.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

22

Mengenai tujuan edukasi mengacu pada teori Taksonomi Bloom

yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956. Bloom

membagi tujuan penyelenggaran pendidikan ke dalam tiga ranah, yaitu

ranah kognisi (cognitive domain), ranah afeksi (affective domain), dan

ranah psikomotor (pschyomotor domain). Ketiganya menentukan materi

dan substansi pendidikan. Ranah kognisi meliputi pengetahuan dan

pengembangan intelektualitas. Pada ranah afeksi berkaitan dengan sikap

seseorang secara emosional baik perasaa, psikomotor, penerimaan,

motivasi, maupun tindakan. Sementara, ranah psikomotor bergerak pada

tataran perilaku. Domain ini adalah domain tersulit karena membutuhkan

kecakapan, keterampilan, dan latihan terus menerus.33

Dalam pendidikan literasi media, tiga ranah tersebut merupakan

rujukan dalam menetapkan tujuan literasi media. Art Silverblatt

menetapkan hasil atau dampak (outcome) sebuah pendidikan literasi media

seharusnya mampu mengembangkan kesadaran kritis, diskusi, pilihan

yang kritis, dan aksi sosial.34 Keempat hasil ini menjadi tujuan-tujuan yang

seharusnya dicapai dalam sebuah pendidikan literasi media. Tujuan

pertama dapat dikategorikan dalam ranah kognisi, tujuan kedua merupakan

ranah afeksi, dan tujuan ketiga dan keempat masuk dalam ranah

psikomotor.

e. Aktor

Aktor, dalam teori Strukturasi, disebut dengan istilah human agent.

Maknanya hampir sama dengan individu, aktor (agen) lebih mengacu pada

watak individu yang aktif, memiliki tujuan dan alasan dari setiap

tindakannya dan mampu memperinci tindakannya tersebut dengan detail.35

Aktor apabila dilihat dari konteks tindakan sosial tidak dapat dilepaskan

33 Rianto, op.cit, Hal 29 dikutip dari “Bloom’s Taxonomy of Learning Domains: Three Types of Learning 34 Art Silverblatt. 1995. Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages. London: Praeger. Hlm 303-305. 35 Rianto, op,cit, Hal 30 dikutip dari http://galihga.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

23

dari konsep aktor dalam Teori Strukturasi. Dalam teori tersebut dijelaskan

bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh aktor memiliki tingkatan

kesadaran berupa kesadaran diskursif (discursive conciusness), kesadaran

praktis (practical conciousness), dan motif atau kognisi tak sadar

(unconscious motives/cognition).36 Kesadaran diskursif adalah apa yang

mampu dikatakan atau diberi ekspresi oleh aktor tentang kondisi sosial.

Kesadaran praktis adalah apa yang diketahui oleh aktor tentang kondisi-

kondisi sosial, khususnya kondisi mengenai tindakannya sendiri, namun

tidak dapat mengekspresikannya secara diskursif.

Sementara motif atau kognisi tak sadar menjadi landasan aktor

untuk menjalankan rutinitasnya. Ketiga tingkatan ini mempengaruhi faktor

dalam perubahan struktur. Lebih jauh, pilihan agen nantinya sangat

mempengaruhi keberhasilan pendidikan literasi media. Agen bukan hanya

ditentukan dari tingkat kesadaranyya saja tetapi juga posisinya dalam

struktur sosial karena letak menentukan akses perubahan sosial yang

mungkin diciptakan.37

f. Sustainability (Keberlanjutan)

Sustainability atau berkelanjutan berkaitan dengan mengukur

apakah manfaat dari suatu kegiatan mungkin akan berlanjut setelah

pendanaan donor ditarik. Dapat dikatakan bahwa keberlanjutan program

atau proyek memerlukan kelanjutan lingkungan dan keuangan. Dalam

kerangka partnership, kebrlanjutan biasanya terdiri dari dua komponen,

yaitu kemungkinan bahwa capaian pengetahuan mitra akan dipertahankan,

dan kedua kesinambungan pengetahuan kemitraan itu sendiri.38

Seperti yang dijelaskan oleh Shreier (2005), keberlanjutan hampir

tidak pernah didefiniskan sebagai konsep yang terpisah. Keberlanjutan

36 Rianto, loc, cit dikutip dari http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2008/11/perubahan-truktur-menurut-teori.html 37 Rianto, Op,cit., hal 30-31 38 Asian Development Bank. 2011.Guidlines for Knowledge Partnerships. Mandaluyong City: Asian Development Bank. Hlm 24

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

24

seperti halnya kerangka Life cycle suatu program yang terdidi dari enam

tahap, yakni inisiasi, pengembangan, implementasi, evaluas, keberlanjutan

atau ketakberlanjutan, dan persebaran atau diseminasi. Inisiatif berasal dari

gagasan program yang diterima sebagai suatu masalah penting. Gagasan

ini kemudian berkembang ke dalam detail-detail, menyangkut komponen-

komponen gagasan yang kemudian teruji.

Setelah itu, program kemudian dipraktikkan ke dalam target

komunitas atau organisasi. Setelah melakukan implementasi kemudian

dilakukan evaluasi. Dalam tahap evaluasi ini, dapat diukur kemajuan-

kemajuan maupun prestasti yang dicapai. Setelah itu baru dapat dilihat

keberlanjutan sebuah program. Di sini, keberlanjutan dilihat sejauh apakah

program atau prakarsa yang sudah dilakukan tetap dipertahankan setelah

lembaga donor atau pendorong keluar dari program tersebut.39

Keberlanjutan juga dapat dikatakan sebagai bagian dari “proses

perubahan” yang lebih besar di mana serangkaian langkah-langkah

tindakan membantu memperkuat infrastruktur sistem dan atribut inovatif

yang pada gilirannya membantu keberlanjutan inisiatif. Proses ini

bergantung pada infrastruktur organisasi yang fleksibel dan mau menerima

perubahan.40 Namun dalam hal sustainability atau keberlanjutan ini tidak

semua program memberikan perubahan pada komunitas atau orgnaisasi.

Seringkali terjadi keberlanjutan sebatas pada pengetahuan dan bagaimana

pengetahuan-pengetahuan itu dipertahankan.

E. Kerangka Konsep

Dari penjabaran kerangka pemikiran di atas, dijelaskan bahwa

Remotivi merupakan salah satu gerakan literasi media dan pemantauan

media di Indonesia yang memanfaatkan teknologi agar masyarakat kritis

terhadap televisi nasional. Salah satu program literasi media milik

39 Rianto. Op, cit, Hal 32. dikutip dari http://www.womensheakth.gov/publications/federal-reports/sustainabilityReview-060109.pdf 40 Rianto. Op,cit., hlm 32

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

25

Remotivi yaitu Rapotivi menjadi inovasi baru dan memiliki keunikan

sendiri di tengah semakin pesatnya perkembangan teknologi. Agar mampu

dijangkau dan digunakan dengan mudah, Rapotivi hadir sebagai jembatan

masyarakat dengan KPI agar lebih menjadi lembaga independen yang

cepat tanggap dalam melaksanakan tugasnya.

Remotivi yang telah memiliki kepengurusan dan pegiat mampu

menjalankan Rapotivi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-

masing. Dalam penelitian yang menggunakan studi kasus ini peneliti akan

melihat dari salah satu indikator yaitu metode karena Remotivi menjadikan

Rapotivi sebagai metode literasi media yang menyasar masyarakat.

Metode ini berkaitan erat dengan kelmpok sasaran yang dipilih oleh

pelaku gerakan literasi media dan juga tujuan-tujuan kegiatan yang

berkaitan dengan Rapotivi yang nantinya akan dijadikan kerangka konsep.

Penelitian ini memfokuskan Rapotivi sebagai metode literasi media

yang dilakukan oleh Remotivi. Agar penelitian memiliki batasan dan tidak

melebar ke aspek lain, peneliti menurunkan konsep gerakan literasi media

ke dalam kerangka konsep penelitian. Berikut kerangka konsep yang

disusun oleh peneliti;

Rapotivi sebagai Metode Literasi Media Remotivi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

26

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi positif terhadap khasanah keilmuan

pada Jurusan llmu Komunikasi, khususnya mengenai literasi

media. Terlebih penelitian ini agar dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi para pembacanya, khususnya

mahasiswa Ilmu Komunikasi yang ingin meneliti mengenai

literasi media.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta wawasan bagi penelitian Ilmu

komunikasi, khususnya literasi media melalui aplikasi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

27

G. Metodologi Penelitian

Peneliti memilih menggunakan metode penelitian studi kasus.

Pemilihan metode penelitian ini karena studi kasus merupakan studi yang

dilakukan untuk mencari kedalaman penjelasan atas ‘kasus’ yang diteliti,

digunakan untuk kasus spesifik (mempunyai keunikan atas konteks

alamiah, sejarah, lingkungan fisik, konteks ekonomi, politik, sosial,

estetika), dibatasi oleh waktu, dan dalam proses pengumpulan datanya

menggunakan banyak ragam sumber.41

Menurut Robert K. Yin, studi kasus adalah suatu inkuiri empiris

yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana

batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak tegas, dan dimana

multi sumber bukti dimanfaatkan.42 Dalam bukunya, juga ditambahkan

secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok

pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “How” atau “Why”, bila

peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-

peristiwa yang akan diselidiki, dan apbaila fokus penelitiannya terletak

pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan

nyata.43

1. Alasan Pemilihan Studi Kasus

Dalam penelitian ini, jelasnya peneliti ingin mencari jawaban atas

pertanyaan bagaimana pengelolaan aplikasi Rapotivi. Penelitian ini juga

dilakukan guna memberi gambaran secara mendetail tentang Remotivi

sebuah gerakan literasi media yang memanfaatkan tekonologi sebagai

salah satu programnya yang kemudian lebih jauh akan membahas tentang

latar belakang pembuatan Rapotivi, fitur-fitur aplikasi secara detail, serta

proses dari pengaduan masyarakat ke verifikasi sampai diteruskan ke 41Pitra Narendra. 2008. Metodologi Riset Komunikasi. Yogyakarta:Pusat Kajian Media dan Budaya Populer. Hal 83. 42 Robert Yin. 2003. Studi Kasus: Desain dan Metode (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 18. 43Ibid. Hal 1

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

28

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Lebih jauh, peneliti juga akan melihat

tentang efektifitas aplikasi ini dalam me-literasi media pada khalayak.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di kantor Remotivi khususnya pada

bagian yang bertanggung jawab terhadap aplikasi Rapotivi.

Alamat kantor : Jalan Satria Raya No. 36 Kelurahan Jati,

Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur 13220

Telepon : (021) 4750363

Email : [email protected]

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencari informasi guna mendapatkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini, akan digunakan beberapa teknik antara

lain;

a). Observasi

Dalam penelitian ini peneliti memilih observasi langsung.

Observasi dilakukan secara langsung di lapangan. Peneliti akan

mengamati dan mencatat langsung bagaimana pengelolaan Rapotivi

oleh Remotivi posisi peneliti nantinya akan berjarak dengan objek

yang diteliti. Dengan asumsi bahwa fenomena yang diamati tidak

asli historis, beberapa pelaku atau kondisi lingkungan yang relevan

akan tersedia untuk observasi. Fungsi observasi dalam hal deskripsi

adalah menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi.

b). Wawancara

Wawancara atau interview adalah sumber yang penting

dalam penelitian ini. Pertanyaan mendalam (in depth interview),

metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

melibatkan individu yang memiliki peran dan posisi dalam

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

29

pengelolaan program literasi media, Rapotivi. Wawancara

mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang mencakup hal-

hal yang berkaitan di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan

datang.

c). Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan

dengan mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, jurnal-

jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.

d). Dokumentasi

Dokumen yang akan digunakan oleh peneliti disini berupa

foto, gambar, serta data-data mengenai pengelolaan program

literasi media Remotivi yaitu Rapotivi dan detail aplikasi ini. Hasil

penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dapat

dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.

4. Teknik Analisis Data

Dari data yang sudah didapatkan, baik itu dari wawancara dengan

pengurus dan pegiat Remotivi beserta pengguna aplikasi Rapotivi,

observasi langsung, maupun studi dokumentasi, maka akandilakukan

analisis data. Analisis data merupakan kegiatan mengolah data-data hasil

penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil

kesimpulan dalam suatu penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengorganisasian data: pada tahap ini semua“fakta” yang telah

dikumpulkan diorganisasikan dalam susunan yang logis, atau bisa

juga secara kronologis.

b. Kategorisasi data: Kategori diidentifikasi, dan dengan kategori-

kategori itu data dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105294/potongan/S1-2016...dirancang untuk menjangkau banyak orang. Salah satu contoh media massa yaitu

30

bermakna.

c. Interpretasi data: penafsiran dari “data” atau kelompok “data”

yang masuk dalam kategori itu dan mencari hubungannya dengan

kasus yang sedang diteliti.

d. Identifikasi pola: data dan artinya diselidiki untuk menemukan

tema-tema penting, serta dilakukan pula pengidentifikasian pola-

pola yang muncul sehingga kita mengerti kasus yang dijadikan

studi.

e. Sintesis dan generalisasi: Gambaran keseluruhan kasus disusun;

dan kesimpulan diambil serta dipakai sebagai titik tolak untuk

mencari kemungkinan diterapkan pada kasus-kasus lain.