bab i pendahuluan -...

145
1 | Kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan "usahawan" atau "wiraswasta". Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan-untuk menciptakan sesuatu ari&har dan berbeda ( create newand different) melalui berpikir yang kreatif dan bertindak utuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, melalui: (1) Pengembangan teknologi baru, (2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang dan jasa yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.

Upload: phamduong

Post on 19-Aug-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

1 | K e w i r a u s a h a a n

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang

menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa

yang dimiliki baru dilakukan "usahawan" atau "wiraswasta". Pandangan

tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan

(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat

dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik

kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan,

pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju

sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan-untuk menciptakan

sesuatu ari&har dan berbeda (create newand different) melalui berpikir

yang kreatif dan bertindak utuk menciptakan peluang. Banyak orang yang

berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan

inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir

kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses

karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan

inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan

pemikiran-pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan

inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan

(research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran,

maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah

barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.

Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai

tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara

baru dan berbeda, melalui: (1) Pengembangan teknologi baru, (2)

Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang dan jasa

yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih

banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

2 | K e w i r a u s a h a a n

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide

baru dan cara-cara, baru dalam pemecahan masalah dan menemukan

peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan

peluang (doing new thing). Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk

memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan

kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang

baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa,

dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang

baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan

bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan

keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber

peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha "look at

old and think something new or different".

Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan

melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru

(thing and doing new things or old thing in new way) (Zimmer, 1996:51).

1.2 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang

memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri

(yakin, optimis, dan pen komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri),

memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan),

memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani

mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan

tantangan).

1.3 Proses Kewirausahaan

Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi,

kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada

adalah proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap

proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap

kewirausahaan. Tahapan inovasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik yang berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang

memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai

pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang

berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

3 | K e w i r a u s a h a a n

dan aktivitas. Perilaku kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi,

insentif, dan lingkungan.

1.4 Fungsi dan Peran Wirausaha

Secara umum, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai

penemu (inovator) dan sebagai perencana (planner). Sebagai penemu,

wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara

baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai

perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan

strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam

perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru.

1. 5 Ide dan Peluang Kewirausahaan

Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan

evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan

sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis

proses secara mendalam, dan memperhitungkan risiko yang mungkin

terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki berbagai

kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk menghasilkan

produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha

baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi

baru.

1.6 Bekal Pengetahuan dan Keterampilan Wirausaha

Selain bekal kemampuan, wirausaha juga perlu memiliki

pengetahuan dan keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki

wirausaha meliputi: (1) Bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan

memasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada, (2) Bekal pengetahuan

tentang peran dan tanggung jawab, dan (3) Bekal pengetahuan tentang

manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang

harus dimiliki wirausaha meliputi: (1) Bekal keterampilan konseptual

dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) Bekal

keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) Bekal

keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) Bekal keterampilan

berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) Bekal keterampilan teknik usaha

yang akan dilakukannya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

4 | K e w i r a u s a h a a n

1.7 Merintis Usaha Baru

Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga

cara untuk memasuki suatu usaha bisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru

sejak dari awal, (2) Membeli perusahaan yang telah ada, (3) Kerja sama

manajemen (franchising).

Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama

yang harus ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan

proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan

analisis kelavakan usaha termasuk analisis kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman strenght, weakness, opportunity, and treath—SWOT.

Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

merintis usaha baru, antara lain: (1) Bidang usaha dan jenis usaha yang

akan dirintis, (2) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan usaha dan jenis

usaha yang akan dipilih, (3) Tempat usaha yang akan dipilih, (4) Organisasi

usaha yang akan digunakan, (5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh,

(6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk mengelola usaha

tersebut harus diawali dengan (1) Perencanaan usaha, (2) Pengelolaan

keuangan, (3) Aksi strategic usaha, (4) Teknik pengembangan usaha.

1.8 Etika Berwirausaha

Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa berbeda baik secara

sosial ataupun ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan

harus diperhatikan, yaitu: (1) Kejujuran, (2) Integritas, (3) Menepatijanji,

(4) Kesetiaan, (5) Kewajaran, (6) Suka membantu orang lain, (7)

Menghormati orang lain, (8) Warga negara yang baik dan taat hukum, (9)

Mengejar keunggulan, dan (10) Bertanggung jawab. Dalam konteks

ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas dan tepat janji merupakan

modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara

hubungan baik untuk jangka panjang.

1.2 KOMPENTENSI KEWIRAUSAHAAN

Menurut Michael Harris (2000:19), kompetensi adalah: "... are

underlying bodies of knowledge, abilities, experiences, and other

requirement nescessary to successfully perform the job". Wirausaha yang

sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu

seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

5 | K e w i r a u s a h a a n

individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Wirausaha tidak hanya

memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-

keterampilan tersebut di antaranya keterampilan manajerial (managerial

skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan

memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi (human skill) dan

keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision

making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time

management skill), dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Akan

tetapi memiliki pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup.

Wirausaha harus memiliki sikap positif, motivasi, dan selalu berkomitmen

terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan individu (personality) yang langsung berpengaruh pada

kinerja. Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin

dicapainya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

6 | K e w i r a u s a h a a n

BAB II

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

2.1 Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari

tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam

menghadapi untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang

mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W.

Zimmerer (1996) “Entrepreneurship is the result of a

disciplined,systematic process of applying creativity and innovations to

needs and opportunitiesin the marketplace”. Kewirausahaan adalah hasil

dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

Dahulu, kewirausahaan diangap hanya dapat dilakukan melalui

pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak

lahir (entrepreneurship are bom notmade), sehingga kewirausahaan tidak

dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya

urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan

diajarkan. "Entrepreneurship are not only born but also made”, artinya

kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan

pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang

yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya

melalui pendidikan. Memang menjadi entrepreneur adalah orang-orang

yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk

menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-

citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki

bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenal

segala aspek usaha yang akan ditekuninya.

Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20

kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di

Belanda dikenal dengan "ondernemer", di Jerman dikenal dengan

"unternehmer". Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak

tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan

yang menyangkut kepemimpman teknis, kepemimpinan organisasi dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

7 | K e w i r a u s a h a a n

komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja,

pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada

tahun 1950-an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara

seperti di Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an

banyak universitas yang mengajarkan "entrepreneurship" atau "small

business management" atau "new venture management". Pada tahun 1980-

an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan

kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas

pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.

Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma

pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke

arah globalisasi (globalization paradigm shift) yang menuntut adanya

keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa sedang terjadi

perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift). Menurut Soeharto

Prawirokusumo (1997: 4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan

sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (independent

academic dicipline), karena:

(1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata

(distinctive), yaitu ads teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

(2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture start-up dan

venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan

manajemen umum (frame work general management courses) yang

memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha (business

ownership).

(3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek

tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (ability to create new and different things).

(4) Kewirausahaan merupakan slat untuk menciptakan pemerataan

berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth creation process an

entrepreneurial endeavor by its own night, nation's prosperity,

individual self-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang adil dan

makmur.

Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di

bidang industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang

lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya

mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

8 | K e w i r a u s a h a a n

dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang

lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-

institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga

swadaya lainnya. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah

dijadikan kompetensi inti (core competency) dalam menciptakan

perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat

digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai kiat

kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang.

Di bidang bisnis misalnya, perusahaan sukses dan memperoleh peluang

besar karena memiliki kreativitas dan inovasi. Melalui proses kreatif dan

inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa. Nilai

tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses kreatif dan inovatif

banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan pesaing.

Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh

perusahaan yang sukses dalam produknya, karena memiliki kreativitas dan

inovasi di bidang teknologi. Demikian juga di bidang pendidikan,

kesehatan dan pemerintahan, kemajuan-kemajuan tertentu dapat diciptakan

oleh orang-orang yang memiliki semangat, jiwa kreatif dan inovatif. David

Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya "Reinventing Goverment"

mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut

pemerintah yang beliwa kewirausahaan (entrepreneurial government).

Dengan memiliki kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan

memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara

baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

2.2 Objek Studi Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari

tentang nilai, kemarnpuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan

berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan

kemampuan (ability) seseorang yang mewujudkan dalam bentuk perilaku.

Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997: 14-15), kemampuan

seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:

(1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan

tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang kemudian

berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang

menjadi kemauannya.

(2) Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

9 | K e w i r a u s a h a a n

yang menyala-nyala.

(3) Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik

tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang

sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

(4) Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta)

setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.

Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari

berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat

dijadikan peranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran

masyarakat.

(5) Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital

goods).

(6) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu

tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak

menunda pekerjaan.

(7) Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

(8) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

2.3 Hakikat Kewirausahaan

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis

sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya

memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk pada sifat, watak dan

ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras

untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam. dunia usaha yang nyata dan

dapat mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, 1994).

Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and

different thing). Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga

diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono,

1993; Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997). Istilah kewirausahaan

bermula dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai

"the backbone of economy", yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai

"tail bone of economy", yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa

(Soeharto Wirakusumo, 1997: 1). Secara epistimologi, kewirausahaan

merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up

phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

10 | K e w i r a u s a h a a n

sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut Thomas W Zimmerer (1996:

51), kewirausahaan adalah "applying creativity and innovation to solve the

problems and to exploit opportunities that people face everyday".

Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk

memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang

dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,

inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara

kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh

Zimmerer (1996: 51) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan

ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan

persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new

ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities).

Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan

kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang

untuk berfikir meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the

ability to apply creative soluvasitions to those problems and opportunities

to enhance or to enrich people's live). Menurut Harvard's Theodore Levitt

yang dikutip Zimmerer (1996: 51), kreativitas adalah thinking new things

(berpikir sesuatu yang baru), sedangkan inovasi adalah doing new things

(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai

apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama

yang dilakukan dengan cara yang baru (thinking and doing new things or

old thing in new ways. Menurut Zimmerer (1996: 51), ide kreatif akan

muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan

sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something

new or different).

Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam

berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,

tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, proses dalam menghadapi tantangan

hidup.

Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata

entrepreneur. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini

pertama kali digunakan oleh Cantilon dalam Essai sur la nature du

commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang membeli barang

di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti.

Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

11 | K e w i r a u s a h a a n

seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya

seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja

(labor), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses

produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3).

Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur

(elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi,

komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk

memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi Swasono (1978: 38), dalam

konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha

adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator,

penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki

keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.

Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)

mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut:

"An entrepreneur is one who creates a new business in the face of

risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and

growth by identifying opportunities and assembling the necessary

resources to capitalize on those opportunities".

Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 35) wirausaha

adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung

risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.

"A person who organizes, manages, and assumes the risk of a

business or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is

individual who risks financial, material, and human resources a

new way to create a new business concept or opportunities within

an existing firm”.

Beberapa konsep "entrepreneur" di atas lebih menekankan pada

kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun

Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 4), memandang kewirausahaan

sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil.

Menurutnya, "entrepreneur" is considered to have the same meaning as

small business owner-manager" or "small busines operator".

Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan

kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal

kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha

semata, karena sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Wirausaha

mencakup semua aspek pekerjaan baik sebagai karyawan swasta maupun

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

12 | K e w i r a u s a h a a n

pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka

yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan mengembangkan

ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)

dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997:5).

Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya

banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter,

entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-

kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk

praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan

kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian.

Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumpeter

adalah: Pertama, memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu

barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua, melakukan suatu

metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru

untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan

keuntungan. Ketiga, membuka suatu pemasar baru yaitu pasar yang belum

pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan.

Keempat, pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau

sumber-sumber yang masih harus dikembangkan. Kelima, pelaksanaan

organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982: 33-34).

Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta

atau penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi

lebih merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif.

pengusaha tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap

pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis.

Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu

sikap pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap

pengusaha yang benar-benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang

berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses

kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang

berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha.

Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan

menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu" (Bygrave,

1995).

Menurut Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan

watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karna itu, berwirausaha

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

13 | K e w i r a u s a h a a n

merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan

imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, mengambil

keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan

(Meredith,1996: 9). Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk

menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber-sumber

daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari

peluang-peluang itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai

tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-

cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996: 51),

nilaf tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

(1) Pengembangan teknologi baru (developing new technology)

(2) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

(3) Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing

products or services)

(4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa

yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding

different ways of providing more goods and services with fewer

resources).

Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan

kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki

juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang

yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang

menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya

birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.

Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam

hakikat penting kewirausahaan, yaitu:

(1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku

yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,

kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).

(2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (

Drucker, 1959).

(3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk

memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).

(4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

14 | K e w i r a u s a h a a n

suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)

(Soeharto Prawiro, 1997).

(5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang

baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat

memberikan nilai lebih.

(6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat

diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan

pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang

dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang

sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan

dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create

new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan

perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang

dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

2.4 Karakteristik Dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan

2.4.1 Karakteristik Kewirausahaan

Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan

dengan konsep yang berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6)

misalnya mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan.

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer

(1993: 6-7) mengemukakan delapan karakteristik, yang meliputi:

(1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas

usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memilki rasa

tanggung jawab akan selalu mawas diri.

(2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat,

artinya ia selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun

risiko yang terlalu tinggi.

(3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan

dirinya untuk berhasil.

(4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

15 | K e w i r a u s a h a a n

yang segera.

(5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk

mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

(6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan

berwawasan jauh ke depan.

(7) Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

(8) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi

daripada uang.

Selanjutnya, Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil (1993: 20),

mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan

perilaku kewirausahaan.

Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai

berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karna

itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil.

tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang

matang. la berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah

diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko

yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak

terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh

komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari

peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan

objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran

kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil

yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang

sebagai sumber daya bukan tujuan akhir.

Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli

seperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman

(1989: 155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5)

dalam bentuk ciri-ciri berikut:

(1) Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

(2) Kemauan untuk mengambil risiko.

(3) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

(4) Memotivasi diri sendiri.

(5) Semangat untuk bersaing.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

16 | K e w i r a u s a h a a n

(6) Orientasi pada kerja keras.

(7) Percaya pada diri sendiri.

(8) Dorongan untuk berprestasi.

(9) Tingkat energi yang tinggi.

(10) Tegas.

(11) Yakin pada kemampuan sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai

berikut:

(12) Tidak suka uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di masyarakat.

(13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah

pada alam.

Geoffrey Meredith (1989: 5) menambahkan ciri yang ke-14

sampai dengan ke-16, yaitu:

(14) Kepemimpinan.

(15) Keorisinilan.

(16) Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki

ciri-ciri tertentu pula. Dalam "Entrepreneurship and Small Enterprise

Development Report" (1986) yang dikutip langsung oleh M. Scarborough

dan Thomas W. Zimmerer (1993: 5) dikemukakan beberapa karakteristik

kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:

(1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).

(2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan

bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi,

mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan

monitoring.

(3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan

hubungan bisnis.

Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993: 38)

mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi

wirausaha yang berhasil, meliputi:

(1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

17 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.

(3) Berencana, mengorganisir.

(4) Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

(5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan

yang lainnya.

(6) Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga

oleh sifat dan kepribadian seseorang. The Officer of Advocacy of Small

Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John

F Burgess (1993: 37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil

pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian (entrepreneurial

personality) sebagai berikut:

(1) They have the self-confidence to work hard independently and

understand that the risk taking is part of the equation for success

(2) They have organization ability, can set goals, are results-oriented, and

take responsibility for the results of their endeavors—good or bad.

(3) They are creative and seek an outlet for their creativity in an

entrepreneurship.

(4) They enjoy challenges and find personal fulfilment in seeing their ideas

through to completion.

Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan McDelland

(1961),,Thomas F. Zimmerer (1996: 6-8) memperluas karakteristik sikap

dan perilaku kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:

(1) Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad

yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha.

Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan

untuk gagal dalam berwirausaha.

(2) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik

dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun

tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena

itu, akan mawas diri secara internal.

(3) Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari

peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan

untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada

peluang.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

18 | K e w i r a u s a h a a n

(4) Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap

risiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola

risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti bank,

investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil

biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan

ketidakpastian.

(5) Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan

memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang

dimilikinya untuk berhasil.

(6) Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan dan luwes. Salah

satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan

permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia

yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan

untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja

memerlukan kreativitas yang tinggi.

(7) Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan

balik yang segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang

dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia

selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan

yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

(8) High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.

Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih

tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja

keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.

(9) Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia

selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang

dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini

muncul dari dalam diri (internal) dan jarang dari eksternal.

(10) Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan

datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpadangan jauh

ke masa depan yang lebih baik.

(11) Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.

Wirausaha yang berhasil tidak pernah takut gagal. Ia selalu

memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

19 | K e w i r a u s a h a a n

(12) Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan.

Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk

menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus lebih

memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator.

Menurut Ahmad Sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil

pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di

antaranya:

(1) Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah

teratur/diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin

sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk selalu

berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai

tambah yang berbeda).

(2) Suka memandang ke luar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih

luas dari soal yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru.

(3) Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap

kemandirian atau sikap prakarsa atas nama sendiri.

(4) Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta

memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.

(5) Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi

terhadap perbedaan pihak lain.

(6) Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan

dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa

sudut. prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk

modifikasi dan perubahan.

(7) Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai

timbul rasa percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.

(8) Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan

keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan

pengembangan produk, penetrasi/pengembangan pasar, organisasi

dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain.

(9) Meskipun asasnya bekerjakeras, cermat dan sungguh-sungguh

namun aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat

diterima.

(10) Dengan risiko tersebut, dibulatkanlah tekad, komitmen, dan

kekukuhan hati terhadap alternatif yang dipilih.

(11) Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus-menerus, maka

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

20 | K e w i r a u s a h a a n

ruang lingkup memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena

sukses tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba.

(12) Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong

kemauan keras untuk membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih

baik, untuk mencapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan

berbeda.

(13) Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan

pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan

tetapi, jika perlu, is harus ada kesiapan untuk bersaing.

(14) Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap

tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.

(15) Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian.

Ada introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif

terhadap umpan balik, kritik, dan saran.

(16) Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan

menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan

sikap sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal

yang dianggap belum jelas.

(17) Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi

keyakinan dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan

harga diri, selalu bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan

yang telah diberikan oleh orang lain.

Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha

tidak memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya

sendiri.

2.4.2 Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan

Masing-masing karakteristik kewirausahaan tersebut di atas

memiliki makna-makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton

Rockeach (1973: 4), membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai

sebagai "sesuatu yang dimiliki oleh seseorang "(person has a value), dan

nilai sebagai "sesuatu yang berkaitan dengan objek" (an object has nilue).

Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai yaitu sesuatu yang dijadikan

ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta

Poespadibrata (1993: 91) watak seseorang merupakan sekumpulan perangai

yang tetap. Sekumpulan perangai yang tetap itu dapat dipandang sebagai

suatu sistem nilai (Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan perangai

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

21 | K e w i r a u s a h a a n

yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri kewirausahaan

dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang

melekat pada sistem nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A.

Danandjaja (1986), Andreas Budihardjo (1991) dan Sidharta Poespadibrata

(1993), dalam sistem nilai manajer ada dua kelompok nilai, yaitu: (1)

Sistem nilai pribadi, (2) Sistem nilai kelompok atau organisasi. Dalam

sistem nilai pribadi terdapat empat jenis sistem nilai, yaitu: (1) Nilai

keprimer pragmatik, (2) Nilai primer moralistik, (3) Nilai primer afektif (4)

Nilai bauran. Dalam sistem nilai primer pragmatik terkandung beberapa

unsur di antaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan,

kecakapan, kreativitas, kerja sama, kesempatan. Sedangkan dalam nilai

moralistik terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi,

kehormatan, dan ketaatan.

Dalam kewirausahaan, sistem nilai primer pragmatik tersebut

dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya selalu kelp keras,

tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko, produktivitas,

kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen dan kemampuan mencari

peluang. Selanjutnya, nilai moralistik meliputi keyakinan atau percaya diri,

kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan ,dan

keutamaan.

Sujuti Jahya (1977) membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke

dalam dua dimensi nilai yang berpasangan, yaitu:

(1) Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan

berorientasi non-materi.

(2) Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.

Ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing, sebagai

berikut:

(1) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-

cirinya pengambil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan

mengutamakan materi.

(2) Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk

mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa

tanggung jawab, pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.

(3) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada

kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

22 | K e w i r a u s a h a a n

kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran fengshui) supaya

berhasil.

(4) Wirausaha yang berorientasi pada non-materi, dengan bekerja

berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada

pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik, paham

etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan

tujuan masing-masing wirausaha.

Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki

penting dari kewirausahaan, yaitu:

1. Percaya Diri (Self-confidence)

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan

seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi,

1988: 33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan

keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau

pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai

keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang

yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan

kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996: 7).

Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif dan dinamis,

dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan,

dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana,

efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu oleh ketenangan,

ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.

Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan

yang matang ikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan

kepercayaan diri. Oleh sebab optimisme dan keberanian mengambil risiko

dalam menghadapi suatu tantangan jauhi oleh kepercayaan diri.

Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian kemampuan sendiri.

Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif Mampu

menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan

orang lain.

Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,

keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan

sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat kapercayaan diri seseorang

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

23 | K e w i r a u s a h a a n

yang berbaur dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaannya

(Soesarsono Wijandi, 1988:37). Kepercayaan diri merupakan landasan

kekuatan untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang. Sebaliknya setiap

karya yang menghasilkan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan

diri. Kreativitas, inisiatif, kegairahan kerja dan ketekunan akan banyak

mendorong seseorang untuk mencapai yang memberikan kepuasan batin,

yang kemudian akan mempertebal kepercayaan Pada gilirannya orang yang

memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan bekerja sendiri

dalam mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (the ability of a man to

organize a business himself and could run, control and embrace)

(Soeparman ahamidjaja, 1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah

untuk memahami sendiri. Oleh sebab itu, wirausaha yang sukses adalah

wirausaha yang mandiri dan daya diri (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2).

2. Berorientasi Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah

orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi

pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai

dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin

mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat,

serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses

berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin

berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada

inisiatif. Perilaku inisiatif im biasanya diperoleh melalui pelatihan dan

pengalaman yang bertahun-tahun, dan berkembangannya diperoleh dengan

cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat

berprestasi.

3. Keberanian Mengambil Risiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan

salah satu nilai ke utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau

mengambil risiko akan sukar risi memulai atau berinisiatif. Menurut

Angelita S. Bajaro, "seorang wirausaha yang berani 1. menanggung risiko

adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan 2. dengan

cara yang baik" (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang

yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai

kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh

sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

24 | K e w i r a u s a h a a n

terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang

relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh

sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab

itu, ia akan lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan

demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan

dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam

melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. situasi risiko kecil dan situasi

risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada

masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha menyukai tantangan

yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G Meredith, 1996: 37).

Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada

tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.

Dalam situasi risiko dan ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil

keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Pada

situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua alternatif atau lebih yang

harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang

konservatif. Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada:

(a) Daya tarik setiap alternatif.

(b) Kesediaan untuk rugi.

(c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.

Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan

wirausaha untuk mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk

mengambil risiko ditentukan oleh:

(a) Keyakinan pada diri sendiri.

(b) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari

peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.

(c) Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.

Di atas dikemukakan bahwa pengambilan risiko berkaitan dengan

kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar kayakinan seseorang pada

kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan

kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar

pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain

sebagai risiko (Meredith, 1996: 39). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai

tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan pada

orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting

dari perilaku kewirausahaan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

25 | K e w i r a u s a h a a n

4. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat

kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda,

lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas

dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang

dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia

selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia

menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu

memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,

perbedaan bagi seseorang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber

pembaharuan untuk menciptakan nilai. la selalu ingin bergaul untuk

mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian

dijadikan peluang. Dalam karya dan karsanya, wirausaha selalu ingin

tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa yang berbeda akan dipandang

sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak hasil karya

wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti komputer, mobil, minuman,

dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana adalah Toyota yang

hampir setahun sekali menghasilkan produk mobil baru. Disebut produk

mobil kijang baru karena penampilannya, interiomya, bentuk, dan

asesorisnya berbeda dengan yang sudah ada. Karena berbeda, maka disebut

baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih mahal daripada kijang lama.

Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wirausaha yang memiliki

kepeloporan.

5. Berorientasi ke Masa Depart

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang

memiliki perspektif dan pandangan ke masa. depan. Karena memiliki

pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk

berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun

dengan risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang

dan tantangan demi pembaharuan masa. depan. pandangan yang jauh ke

depan, membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang

sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan

mencari suatu peluang.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

26 | K e w i r a u s a h a a n

1. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi

Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur

keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif

dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun

Wirasasmita, 1994: 7). Ciri-cirinya, adalah:

(a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,

meskipun cara tersebut cukup baik.

(b) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.

(c) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan

perbedaan.

Hardvard's Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan

kreativitas lebih Ki mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang

baru (think new and doing new). k, Kreativitas adalah ability to develop

new ideas and to discover mew ways of looking at problem and

opportunities". Sedangkan, "Innovation is ability to apply creative

solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich

people's live". Menurut Levitt, kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru

(thinking new things) dan inovasi adalah melakukan sesuatu b yang baru

(doing new things). Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah

"thinking and doing new things or old thinks in new ways." Kewirausahaan

adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang

lama dengan cara-cara baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparman

Soemahamidjaja (1997: 10) bahwa "kewirausahaan" adalah "ability to

create the new and different".

Zimmerer (1996:51), dalam bukunya "Entrepreneurship and The

New Venture Formation, mengungkapkan bahwa:

"Sometimes creativity involves generating something from

nothing. However, creativity is more likely to result in

collaborating on the present, in putting old things together in new

ways, or in taking something away to create something simpler or

better".

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu:

(1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak

ada.

(2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu

dengan cara yang baru.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

27 | K e w i r a u s a h a a n

(3) Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana

dan lebih baik.

Menurut Zimmerer, "creativity ideas often arise when

entrepreneurs look at something old and think something new or different".

Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang

lama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu,

kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada

(generating something from nothing).

Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang

dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan

masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity

and innovation to solve the problems and to and exploit opportunities that

people face everyday). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa

menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas

(daya cipta) setelah dibiasakan berulang-ulang dan melahirkan inovasi.

Gerschenkron adalah seorang ahli yang menonjolkan inovasi sebagai

sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern. la mengemukakan "...

entrepreneur are people whose task is to make economic decisions"

(Myron Weiner, 1966: 256-272). Wirausaha adalah orang yang bertugas

memecahkan keputusan-keputusan ekonomi. Pokok-pokok pikiran

Gerschenkron di atas, pada dasarnya sejalan dengan pokok- pokok pikiran

Everett E. Hagen (1962: 88) yang mengemukakan tentang ciri-ciri

innovational personality yang kreatif sebagai berikut:

(1) Openness to experience, yaitu terbuka terhadap pengalaman.

la selalu berminat dan tanggap terhadap gejala di sekitar

kehidupannya dan radar bahwa di dalamnya

terdapat individu yang berperilaku sistematis.

(2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi.

Wirausaha memiliki kemampuan untuk bekerja dengan penuh

imajinasi.

(3) Confidence and content in one's own evaluation, yaitu cakap

dan memiliki keyakinan atas penilaian dirinya dan teguh

pendirian.

(4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving

confusion or inconsistency, yaitu selalu memiliki kepuasan

dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

28 | K e w i r a u s a h a a n

(5) Has a duty or responsibility to achieve, yaitu memiliki tugas

dan rasa tanggung jawab untuk berprdstasi.

(6) Inteligence and energetic, yaitu dan memiliki kecerdasan dan

energik.

2.4.3 Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan

Hasil penelitian terhadap otak manusia, menunjukkan bahwa

fungsi otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi otak sebelah

kiri dan otak sebelah kanan. Setiap bagian tidak memiliki fungsi spesifik

dan menangkap informasi yang berbeda. Fungsi bagian acak yang satu

lebih dominan daripada bagian yang lain. Fungsi otak sebelah kiri

dikendalikan secara linear (berpikir vertikal), sedangkan otak sebelah

kanan lebih mengandalkan pada berpikir lateral. Otak sebelah kiri berperan

menangkap logika dan simbol-simbol sedangkan sebelah kanan lebih

menangkap hal yang bersifat intuitif dan emosional. Otak sebelah kanan

menggerakan berpikiran lateral dan meletakkannya pada jiwa proses

kreatif. Menurut Zimmerer (1996), untuk mengembangkan keterampilan

berpikir, seseorang menggunakan otak sebelah kiri. sedangkan untuk

belajar mengembangkan keterampilan kreatif digunakan otak sebelah

kanan, ciri-cirinya:

(1) Selalu bertanya, "Apa ada cara yang lebih baik?"

(2) Selalu menantang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin.

(3) Berefleksi/merenungkan, berpikir dalam.

(4) Berani bermain mental, mencoba untuk melihat masalah dari

perspektif yang berbeda. Menyadari kemungkinan banyak

jawaban daripada satu jawaban yang benar. Melihat kegagalan

dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk mencapai sukses.

(5) Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah

untuk menghasilkan pemecahan inovatif.

(6) Memiliki keterampilan helikopter (helicopters skills), yaitu

kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat

permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian

memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.

Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut Zimmerer (1996:

76), ada tujuh langkah proses kreatif:

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

29 | K e w i r a u s a h a a n

Tahap 1: Persiapan (Preparation). Persiapan menyangkut kesiapan kita

untuk berpikir kreatif yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal,

pengalaman, magang, dan pengalaman belajar lainnya. Pelatihan

merupakan landasan untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi.

Bagaimana kita dapat memperbaiki pikiran kita agar berpikir kreatif?

Zimmerer mengemukakan tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran kita

untuk berpikir kreatif, yaitu:

(1) Hindari sikap untuk tidak belajar. Setiap situasi merupakan

peluang untuk belajar

(2) Belajar banyak. Jangan belajar terbatas pada satu keahlian

yang kita miliki saja, karena banyak inovasi yang diperoleh

dari bidang ilmu lain.

(3) Diskusikan ide-ide kita dengan orang lain.

(4) Himpun artikel-artikel yang penting.

(5) Temui profesional atau asosiasi dagang, dan pelajari cara

mereka memecahkan persoalan.

(6) Gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain.

(7) Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain

Tahap 2: penyelidikan (Investigation). Dalam penyelidikan diperlukan

individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang

masalah atau keputusan. seseorang dapat mengembangkan pemahaman

tentang masalah atau keputusan melalui penyelidikan. Untuk menciptakan

konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang tertentu,seseorang pertama-

tama harus mempelajari masalah dan memahami komponen-komponen

dasarnya. Misalnya, seseorang pedagang tidak bisa menghasilkan ide-ide

baru kalau ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponen-komponen

dasar tentang perdagangan.

Tahap 3: Transformasi (Transformation), yaitu menyangkut persamaan

dan perbedaan pandangan di antara informasi yang terkumpul (involves

viewing the similarities and the differences among the information

collected). Transformasi, ialah mengidentifikasi persamaanpersamaan dan

perbedaan-perbedaan yang ada tentang informasi yang terkumpul. Dalam

tahap ini diperlukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir konvergen dan

divergen. Berpikir konvergen (convergent thinking) adalah kemampuan

untuk melihat persamaan dan hubungan di antara data dan kejadian yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

30 | K e w i r a u s a h a a n

bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen (divergent thinking),

adalah kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antara data dan

kejadian-kejadian yang beranekaragam.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan

mentransformasi informasi ke dalam ide-ide, yaitu yang dapat dilakukan

sebagai berikut:

(1) Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil

gambaran luasnya.

(2) Susun kembali unsur-unsur situasi itu. Di samping melihat

komponen-komponen masalah/isu dalam susunan dan perspektif

yang berbeda-beda, kita harus mampu melihat perbedaan dan

persamaan secara cermat.

(3) Sebelum melihat satu pendekatan khusus terhadap situasi tertentu,

ingat bahwa dengan beberapa pendekatan mungkin keberhasilan

akan dicapai.

(4) Lawan godaan yang membuat penilaian kita-tergesa-gesa dalam

memecahkan persoalan atau mencari peluang.

Tahap 4: Penetasan (Incubation), yaitu menyiapkan pikiian bawah sadar

untuk merenungkan informasi yang terkumpul (allows the subconcious

mind to reflect on the information collected). Pikiran bawah sadar

memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.

Untuk mempertinggi tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif

dapat dilakukan dengan cara:

(1) Menjauhkan diri dari situasi. Melakukan sesuatu yang tidak terkait

dengan masalah atau peluang secara keseluruhan sehingga kita dapat

berpikir di bawah sadar.

(2) Sediakan waktu untuk mengkhayal. Meskipun mengkhayal seolah-

olah melakukan sesuatu yang tidak berguna, akan tetapi khayalan

merupakan bagian terpenting dari proses kreatif.

(3) Santai dan bermain secara teratur. Anda dapat berpikir kreatif

dengan ide-ide besar pada waktu bermain atau santai. Ide-ide besar

Bering muncul pada waktu bermain golf, mendengarkan musik, di

kebun/taman, atau di tempat tidur.

(4) Berkhayal tentang masalah atau peluang. Berpikir berbagai masalah

sebelum tidur merupakan cara efektif untuk mendorong pikiran Anda

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

31 | K e w i r a u s a h a a n

bekerja waktu tidur.

(5) Kejarlah masalah atau peluang meskipun dalam lingkungan yang

berbeda di mana saja.

Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada

tahap inkubasi, yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan

adanya titik terang (occurs at point during the incubation stage when a

spontaneous breakthrough causes "the light bulb to _fir on "). Pada tahap

ini, semua tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan ide-ide

kreatif dan inovatif.

Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan

manfaat ide-ide yang muncul (involves validating the idea as accurate and

useful) yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes

pemasaran, membangun pilot project, membangun prototipe, dan aktivitas

lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan

diimplementasikan.

Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide

ke dalam praktik bisnis (involves transforming the idea into a business

reality).

Roger Von Oech dalam bukunya "Whack on the side of the Head",

mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas ("mental lock" of

creativity) atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:

(1) Searching for the one "right" answer, yaitu berusaha untuk

menemukan hanya satu jawaban yang benar atau satu solusi yang

benar dalam memecahkan suatu masalah. la tidak terbiasa dengan

beberapa jawaban atau pandangan yang berbeda.

(2) Focusing on "being logical", yaitu terfokus pada berpikir secara

logika, tidak bebas berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan

berpikir kreatif. Padahal dalam berkreasi (intuisi dari Von Oech)

kita dapat berpikir bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan

bebas pula berpikir secara non-logika khususnya dalam fase

berpikir kreatif (to thing something different and to freely use

nonlogical thinking, especially in the imaginative phase of the

creative process).

(3) Blindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang

berlaku (kaku). Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan

yang tidak kaku pada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

32 | K e w i r a u s a h a a n

untuk mengerjakan sesuatu (new ways of doing things).

(4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis

semata yang membatasi ide-ide kreatif.

(5) Viewing playas frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu

yang tidak menentu. Padahal, anak-anak dapat belajar dari bermain,

yaitu dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang

sesuatu yang lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan

dan apa yang tidak boleh dilakukan (create new ways of looking at

old things and learn what works-and what doesn't). Wirausaha bisa

belajar dengan mencoba pendekatan dan penemuan baru.

Kreativitas dapat diciptakan apabila wirausaha mau belajar dari

bermain. Seseorang yang memandang permainan sebagai hal yang

sia-sia cenderung membatasi berpikir kreatif.

(6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi

membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan

orang yang berpikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan

selalu mencari ide-ide di luar bidang spesialisasi.

Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada tahap

inkubasi, vaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya

titik terang (occurs at - -ww point during the incubation stage when a

spontaneous breakthrough causes "the light bulb to _fir on "). Pada tahap

ini, semua tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan ide-ide

kreatif dan inovatif.

Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan

manfaat ide-ide yang muncul (involves validating the idea as accurate and

useful) yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes

pemasaran, membangun pilot project, membangun prototipe, dan aktivitas

lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan

diimplementasikan.

Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke

dalam praktik bisnis (involves transforming the idea into a business

reality).

Roger Von Oech dalam bukunya "Whack on the side of the Head",

mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas ("mental lock" of

creativity) atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

33 | K e w i r a u s a h a a n

(1) Searching for the one "right" answer, yaitu berusaha untuk

menemukan hanya satu jawaban yang benar atau satu solusi yang benar

dalam memecahkan suatu masalah. la tidak terbiasa dengan beberapa

jawaban atau pandangan yang berbeda.

(2) Focusing on "being logical", yaitu terfokus pada berpikir secara logika,

tidak bebas berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan berpikir

kreatif. Padahal dalam berkreasi (intuisi dari Von Oech) kita dapat

berpikir bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan bebas pula

berpikir secara non-logika khususnya dalam fase berpikir kreatif (to

thing something different and to freely use nonlogical thinking, espe-

cially in the imaginative phase of the creative process).

(3) Blindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang berlaku

(kaku). Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan yang tidak kaku

pada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru untuk mengerjakan

sesuatu (new ways of doing things).

(4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis semata

yang membatasi ide-ide kreatif.

(5) Viewing playas frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu yang

tidak menentu. Padahal, anak-anak dapat belajar dari bermain, yaitu

dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang sesuatu

yang lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan (create new ways of looking at old things and

learn what works-and what doesn't). Wirausaha bisa belajar dengan

mencoba pendekatan dan penemuan baru. Kreativitas dapat diciptakan

apabila wirausaha mau belajar dari bermain. Seseorang yang

memandang permainan sebagai hal yang sia-sia cenderung membatasi

berpikir kreatif.

(6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi

membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan orang

yang berpikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan selalu mencari

ide-ide di luar bidang spesialisasi.

(7) Avoiding ambiguity. Menghindari ambiguitas merupakan hambatan

untuk berpikir kreatif. Padahal kemenduaan/ambiguitas (ambiguity)

bisa menjadi kekuatan yang mendorong kreativitas, dan mendorong

untuk berpikir sesuatu yang berbeda (tc think something different).

Karena itu, menghindari ambiguitas merupakan hambatan berpikir

kreatif.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

34 | K e w i r a u s a h a a n

(8) Fearing looking foolish. Orang kadang-kadang tidak mau melakukan

hal baru atau berpikir berbeda dari orang lain karena khawatir dianggap

bodoh. Takut terlihat), dianggap bodoh merupakan salah satu

penghalang kreativitas.

(9) Fearing mistakes and failure (takut salah dan gagal). Orang kreatif

menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru pasti membawa

kegagalan. Namun demikian, mereka melihat kegagalan bukanlah suatu

akhir dari segala sesuatu, tetapi merupakan pengalaman belajar untuk

meraih sukses. Thomas Edison misalnya, sebelum meraih sukses untuk

membuat bola lampu menyala, telah melakukan eksperimen sebanyak

1.800 cara. Seperti halnya Thomas Edison, wirausaha dapat belajar dari

kegagalan. Belajar dari kegagalan merupakan bagian terpenting dari

proses berpikir kreatif. Kuncinya, adalah kegagalan untuk meraih

sukses. Oleh karena itu, takut terhadap kegagalan merupakan hambatan

untuk berpikir kreatif.

(10) Believing that "I'm not creative". Setiap orang berpotensi untuk

kreatif. Takut pada ketidakmampuan untuk berbuat kreatif

merupakan hambatan berpikir kreatif.

Untuk memotivasi para karyawan agar memiliki kreativitas,

Zimmerer (1996: 76) mengemukakan beberapa cara:

(1) Expecting creativity. Wirausaha mengharapkan kreativitas. Salah satu

cara yang terbaik untuk mendorong kreativitas adalah memberi

kewenangan kepada karyawan untuk berkreasi.

(2) Expecting and tolerating failure, yaitu memperkirakan dan menoleransi

kegagalan. Ide-ide kreatif akan menghasilkan keberhasilan atau

kegagalan. Orang yang tidak pernah menemui kegagalan bukan orang

kreatif.

(3) Encouraging curiosity. Berbesar hati jika menemukan kegagalan,

artinya kegagalan jangan dipandang sebagai sesuatu yang aneh.

(4) Viewing problems as challenges, yaitu memandang kegagalan sebagai

tantangan. Setiap kegagalan memberikan peluang untuk berinovasi.

(5) Providing creativity training, yaitu menyediakan pelatihan

berkreativitas. Setiap seorang memiliki kapasitas kreatif. Untuk

mengembangkannya diperlukan pelatihan. Pelatihan melalui buku,

seminar, workshop, dan pertemuan profesional dapat mendorong

karyawan untuk untuk meningkatkan kapasitas kreativitasnya.

(6) Providing support, yaitu memberikan dorongan dan bantuan, berupa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

35 | K e w i r a u s a h a a n

alat dan sumber daya yang diperlukan untuk berkreasi, terutama waktu

yang cukup untuk berkreasi.

(7) Rewarding creativity, yaitu menghargai orang yang kreatif.

Penghargaan bisa dalam bentuk uang, promosi, dan hadiah lainnya.

(8) Modeling creativity, yaitu memberi contoh kreatif. Untuk mendorong

karyawan lebih kreatif, harus diciptakan lingkungan yang mendorong

kreativitas.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan

ekonomi global, menurut Zimmerer (1996: 53), kreativitas tidak hanya

penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif, akan tetapi juga sangat

penting bagi kelangsungan perusahaan .zurvive). Artinya, dalam

menghadapi tantangan global, diperlukan sumber daya manusia kreatif dan

inovatif atau berjiwa kewirausahaan. Wirausahalah yang bisa menciptakan

nilai tambah dan keunggulan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui

kreativitas dan inovasi, atau "thinking new thing and doing new thing or

create the new and different."

Zimmerer mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan

kewirausahaan "entrepreneur "rules to live by" yaitu:

(1) Create, innovate, and activate, yaitu ciptakan, temukan, dan

aktifkan. Wirausaha selalu memimpikan ide-ide baru, dan selalu

bertanya "apa mungkin" atau "mengapa tidak" dan menggunakan

inovasinya dalam kegiatan praktis.

(2) Always be on the look out for new opportunities, yaitu selalu

mencari peluang baru. Wirausaha harus selalu mencari peluang

baru atau menemukan cara baru untuk menciptakan peluang.

(3) Keep it simple, yaitu berpikir sederhana. Wirausaha selalu

mengharapkan umpan balik sesegera mungkin, dan berusaha

dengan cara yang tidak rumit.

(4) Try it, fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki, dan

melakukannya. Wirausaha berorientasi pada tindakan. Bila ada ide,

wirausaha akan segera mengerjakannya.

(5) Shoot for the top, yaitu selalu mengejar yang terbaik, terunggul dan

ingin cepat mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan,

mereka selalu bermimpi besar. Meskipun tidak selalu benar, mimpi

besar adalah sumber penting untuk inovasi dan visi.

(6) Don't be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai

dari hal-hal yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

36 | K e w i r a u s a h a a n

karena dimulai dari usaha kecil.

(7) Don't fear failure: learn form it, yaitu jangan takut gagal,

belajarlah dari kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi

yang terbesar berasal dari kegagalan.

(8) Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena

wirausaha bukan orang yang mudah menyerah.

(9) Go for it, yaitu untuk terns mengejar apa yang diinginkan. Orang

yang pantang menyerah selalu mengejar apa yang belum

dicapainya. Sebelum tujuannya tercapai, maka ia akan

mengejarnya.

2.5 Sikap Dan Kepribadian Wirausaha

Alex Inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) adalah salah satu

di antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang

modern. Menurut Inkeles (1974: 24) kualitas manusia modern tercermin

pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang

dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam

kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman

baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistic terhadap fakta dan

pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan

pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan

dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.

Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang

dikemukakan oleh Gunar Myrdal, yaitu:

(1) Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.

(2) Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.

(3) Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai

masalah.

(4) Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.

(5) Selalu berencana dalam segala kegiatan.

(6) Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

(7) Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu.

(8) Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip

masing-masing.

(9) Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972).

Menurut Harsojo (1978:5), modernisasi sebagai sikap yang

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

37 | K e w i r a u s a h a a n

menggambarkan:

(1) Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan.

(2) Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.

(3) Berorientasi pada masa kini dan masa depan.

(4) Meyakini kemampuan sendiri.

(5) Meyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(6) Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan

lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan

sosial, misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang

terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan

kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka

(1975), "Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk

pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak

lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang

banyak" (Yuyun Wirasasmita, 1982:44). Dalam konteks ini, juga dijumpai

perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan

rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan

yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul

yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas diteladani,

karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu

sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan

kebenaran dan kebaikan.

Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah

seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah

untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti

benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk

menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai

kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman

Ranupandoyo,1982: 1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-

kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu

menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode

produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta

organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat

menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.

Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau

organisator penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989: 16),

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

38 | K e w i r a u s a h a a n

seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola

tingkah laku sebagai berikut:

(1) Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima

ide-ide baru.

(2) Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang

dan menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan dalam

menghadapi ketidakpastian.

(3) Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi:

(a) Usaha perencanaan.

(b) Usaha untuk mengkoordinir.

(c) Usaha untuk menjaga kelancaran usaha.

(d) Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.

(4) Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan

mengarahkan tujuan usaha.

Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A.Turla (1986) pola

tingkah laku kewirausahaan di atas tergambar pula dalam perilaku dan

kemampuan sebagai berikut:

(1) Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,

kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan,

dan kemauan kuat.

(2) Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar-

personal, ke kepemimpinan, dan manajemen.

(3) Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menemukan produk dan harga,

periklanan dan promosi.

(4) Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,

perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.

(5) Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur

uang.

David McDelland (1961: 205) mengemukakan enam ciri perilaku

kewirausahaan, yaitu :

(1) Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang

modest, dan bukan atas dasar kebetulan belaka.

(2) Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.

(3) Tanggung jawab individual.

(4) Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya,

dengan tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

39 | K e w i r a u s a h a a n

(5) Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.

(6) Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan,

kepemimpinan, dan manajerial.

Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator

dalam mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru,

metode produksi baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru

(Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993) perilaku kreatif dan

inovatif tersebut dinamakan "entrepreneurial action", yang ciri-cirinya: (1)

Selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2) Mandiri, (3) Berkreasi

menciptakan nilai tambah, (4) Selalu mencari peluang, (5) Berorientasi ke

masa depan.

Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian

wirausaha, yaitu nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positif, dan

optimis, keberanian mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari

pengalaman.

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja

(1977), faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan

kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari ekstenal diri perlaku adalah

kesempatan atau peluang.

2.6 Motif Berprestasi Kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat

berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi

(achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang

menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna kepuasan

secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya

adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). la

mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya,

kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu

kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan dan keamanan (security

needs), kebutuhan social (social needs), kebutuhan harga diri (esneeds), dan

kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).

Teori Maslow, kemudian oleh Dayton Alderfer dikelompokkan

menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori existence, relatedness,

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

40 | K e w i r a u s a h a a n

and growth (ERG).

Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut

keperluan material yang harus ada (termasuk physiological need and

security need dari Maslow).

Kedua, ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk

mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need

dari Maslow).

Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan

intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk self-actualization dan

esteem need dari Maslow).

David C. McDelland (1971) mengelompokkan kebutuhan (needs),

menjadi tiga, yakni:

(1) Need for achievement (n'Ach): The drive to excel, to achieve in

relation to a set of standard, to strive to succeed.

(2) Need for power (n'Pow): The need to make other behave in a way

that they would not have behaved otherwise.

(3) Need for affiliation (n'Aff): The desire for friendly and dose

interpersonal relationships.

Kebutuhan berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk

tindakan untuk n melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien

dibanding sebelumnya. Wirausaha ke yang memiliki motif berprestasi

tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang

timbul pada dirinya.

(2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat

keberhasilan dan kegagalan.

(3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

(4) Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

(5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-

fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha

merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang

paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat

rendah.

Kebutuhan akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat untuk

mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya

adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

41 | K e w i r a u s a h a a n

berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.

Kebutuhan untuk berafiliasi (Waff), yaitu hasrat untuk diterima

dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi

tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama dari pada persaingan,

dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993: 214), kebutuhan

yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer

saat ini.

Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori

motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu

terhadap pekerjaannya merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan

keberhasilan atau kegagalan seseorang. Ada dua faktor dasar motivasi yang

menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang merasa

puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dis-

satisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan

kerja (job-satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (

recognition), pekerjaan (the work itself), tanggung jawab (responsibility),

kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of

growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan

(dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,

prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan

interpersonal (Gibson, 1990: 95).

Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964)

dalam teorinya yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia

mengernukakan bahwa "The strength of a tendency to act in a certain way

depend on the strength of an expectation that an act will be followed by a

given outcome and other attractiveness of that outcome to the individual".

Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arch tertentu

tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya

dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor

Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu: (1)

Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan, (2)

Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang

diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan

antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori

harapan (expectancy theory), yaitu:

(1) Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi

(M) dan ability (A).

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

42 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama

(V1) dengan expectancy (E).

(3) Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah

valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan

instrumental (I).

Menurut Nasution (1982: 26), Louis Allen (1986: 70), ada tiga

fungsi motif, yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor

yang melepaskan energi.

(2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan

menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan

itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa

orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F.

Burgess (1993: 6) ada tujuh motif:

(1) The desire for higher income.

(2) The desire for a more satisfying career.

(3) The desire to be self-directed.

(4) The desire for the prestige that comes to being a business owner.

(5) The desire to run with a new idea or concept.

(6) The desire to build long-term wealth.

(7) The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

Dalam "Entrepreneur's Handbook", yang dikutip oleh Yuyun

Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang

berwirausaha, yakni:

(1) Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,

untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas

keuangan.

(2) Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat

dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa,

agar dapat bertemu dengan orang banyak.

(3) Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat,

untuk menata masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

43 | K e w i r a u s a h a a n

demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan

kesetiaan suami/istri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.

(4) Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk

mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari

ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan

untuk menggunakan kemampuan pribadi.

Menurut Zimmerer (1996: 3) ada beberapa peluang yang dapat

diambil dari kewirausahaan, yaitu:

(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.

(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.

(3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-

usaha seseorang.

RANGKUMAN

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif

dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar,

kiat dalam usaha atau perbaikan hidup. Hakikat dasar dari kewirausahaan

adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas, berat berpikir sesuatu yang baru

(thinking new things) sedangkarrinovasi adalah berbuat sesuatu yang baru

(doing new things). Kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan sebagai

suatu disiplin ilmu tersendiri karena memiliki objek, konsep, teori, dan

metode ilmiah.

Objek kewirausahaan meliputi kemampuan merumuskan tujuan

dan memotivasi diri, berinisiatif, kemampuan membentuk modal dan

mengatur waktu, mental yang kuat dan kemampuan untuk mengambil

hikmah dari pengalaman.

Watak, sifat, jiwa, dan nilai kewirausahaan muncul dalam bentuk

perilaku kewirausahaan dengan ciri-ciri: (1) Percaya diri, (2) Berorientasi

pada tugas dan hasil, (3) Berani menghadapi risiko, (4) Berjiwa pemimpin,

(5) Keorisinilan, dan (6) Berorientasi ke masa depan. Jiwa kewirausahaan

tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku dalam bidang bisnis

semata, tetapi juga dimiliki oleh setiap orang yang memiliki jiwa kreatif

dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya

masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Keberhasilan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

44 | K e w i r a u s a h a a n

berwirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu kemauan,

kemampuan, peluang, dan kesempatan.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang berminat berwirausaha,

yaitu alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan dan alasan

pemenuhan diri. Beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan

meliputi:

(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.

(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki.

(3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk menghargai

usahausaha seseorang.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

45 | K e w i r a u s a h a a n

BAB III

PROSES KEWIRAUSAHAAN

3.1 Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan

David C. McDelland (1961: 207), mengemukakan bahwa

kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi

(achievement), optimisme (optimism), sikap-sikapnilai (value attitudes) dan

status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan

menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan

kewirausahaan (entrepreneunalaction) merupakan fungsi dan property

right(PR), competencylahility(C), incentive (I), dan external

environment(E).

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (propertyrig-ht, PR),

kemampuan/kompetensi (competency/ability, Q, dan insentif (incentive),

sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E).

Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abili-

ties) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang

kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka

dimensi kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif

(cognitive abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan

kewirausahaan (entrepreneurial. Jadi, kemampuan berwirausaha (entre-

preneurial merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam

mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian

menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

3.2 MODEL PROSES KEWIRAUSAHAAN

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses

kewirausahaan diawali proses dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal berkembangnya

kewirausahaan. maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi,

kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-faktor tersebut

membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, .jmplementasi, dan

pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

46 | K e w i r a u s a h a a n

(Soeharto Prawirokusumo (1977: 5). Secara internal, inovasi dipengaruhi

oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi,

nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari

lingkungan yang mempengaruhi di dengan adanya inovasi, antaranya

model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang

didukung oleh kejadian menjadi kewirausahaan melalui proses yang

dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan pemicu, diimplementasikan

keluarga.

Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi.

Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor

individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control,

toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman,

usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal

dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, inkubator, sumber

daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan, faktor pemicu berasal dari

lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok.

seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan

kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan

lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan

kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga

keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal

dari pribadi adalah komitmen, isi, kepemimpinan, dan kemampuan

manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah

kelompok, struktur, budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali

dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi,

sosiologi, organisasi, dan lingkungan.

Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang

dapat menggabungkan nilai-nilai sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku

dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis

(knowledge and practice). Jadi, pedoman-pedoman, pengharapan-

pengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun

kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan.

3.3 Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan Dan Pertumbuhan

Kewirausahaan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di

Kabupaten Bandung yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

47 | K e w i r a u s a h a a n

bahwa pada umumnya pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil

tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu:

(1) Tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating).

(2) Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and developing).

(3) Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda

(creating new and different).

Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para

wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau

merintis usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam

menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan imita meniru yang sudah

ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, dan dupli pola

pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu

diperoleh dan melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan

keluarga maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang

berhasil karena proses pengamatan.

Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para

wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi

produk misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui

diversifikasi dan diferensiasi dengan di desain sendiri. Demikian pula

dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan model-model

pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan

yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit

perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin

berubah tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh

bentuk-bentuk monopsoni oleh para pedagang pengumpul seperti usaha

kecil pada umumnya. Beberapa wirausaha di antaranya ada juga yang

mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai market

follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang

pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap

menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri

sampai terus berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan

dengan proses produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap

hasil yang sudah ada mulai fiftibul dan adanya keinginan untuk mencapai

hasil yang lebih unggul secara menggebu-gebu. Pada tahap ini organisasi

usaha mulai diperluas dengan skala yang lugs pula, produk mulai

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

48 | K e w i r a u s a h a a n

diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan berdasarkan

kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar

(market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-

produk unik yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan

dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri

kecil tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan industri konveksi mulai

menantang pasar (market challenger), sedangkan industri lainnya yang

menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi

pengikut pasar (market follower).

3.4 Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus

memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada

kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun

uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya

adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan

menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai

dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan,

baik dengan mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait

dengan kepentingan perusahaan.

3.5 FAKTOR PENYEBAB KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN

WIRAUSAHA

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau

kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi

wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor

yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan

usaha barunya:

(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak

memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha

merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan

kurang berhasil.

(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik,

kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan

mengkoordinasikan, keterampilan mengelola

sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan

operasi perusahaan.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

49 | K e w i r a u s a h a a n

(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat

berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan

adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan

penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas

akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan

perusahaan tidak lancar.

(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari

suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan

mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis

merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi

yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar

beroperasi karena kurang efisien.

(6) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya

dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat

mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang

setengah-setengah terhadap, usaha akan mengakibatkan usaha yang

dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan Sikap setengah hati,

kemungkinan gagal menjadi besar.

(8) Ketidakmampuan dalam, melakukan peralihan/transisi

kewirausahaan. Wirausaha yang kurang slap menghadapi dan

melakukan perubahan, tidak akan menjadi kewirausaha yang

berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh

apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat

peralihan setup waktu.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan,

Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat

seseorang mundur dari kewirausahaan,

(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap, awal maupun

tahap, pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus

memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam

kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga

bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang

mundur dari kegiatan berwirausaha.

(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi

usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998),

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

50 | K e w i r a u s a h a a n

tingkat mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78

persen. Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari

kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan

sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.

(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya

bekerja sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan

pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam

berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha

menjadi mundur. la kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan.

Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan

sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.

(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.

Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan

mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.

Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat,

maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

3.6 Keuntungan Dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan

keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri.

3.6.1 Keuntungan Kewirausahaan

(1) Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat

wirausaha menjadi seorang "bos" yang penuh kepuasan.

(2) Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal

atau perasaan bervariasi yang tinggi merupakan hal

menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep

usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi

wirausaha.

(3) Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa

kekayaan sebagai milik sendiri.

3.6.2 Kerugian Kewirausahaan

Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan

berwirausaha juga memiliki berapa kerugian, yaitu:

(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

51 | K e w i r a u s a h a a n

dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu

untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu

dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua

fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun

pengadaan dan pelatihan.

(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena

wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan

milik sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang diperoleh

akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

RANGKUMAN

Kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh

faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi

kewirausahaan adalah locus of control, pendidikan, pengalaman,

komitmen, visi, keberanian mengambil risiko, dan usia. Sedangkan faktor

lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, pesaing,

investor, dan kebijakan pemerintah.

Kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu (1) Proses

imitasi dan duplikasi (imiating and duplicating), (2) Proses pengembangan

(duplicating and developing) atau disebut juga proses benchmarking, (3)

Proses menciptakan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang

diawali dengan teknik pioduksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi

usaha baru, dan metode pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari

Schumpeter (1934).

Beberapa langkah untuk menjadi wirausaha yang sukses, di

antaranya: (1) Ada visi tujuan yang jelas, (2) Bersedia untuk mengambil

risiko uang dan waktu, (3) Berencana terorganisir, (4) Kerja keras sesuai

dengan tingkat kepentingannya, (5) Mengembakan hubungan yang baik

dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan lainnya, (6) memiliki tanggung

jawab terhadap keberhasilan ataupun kegagalan.

Adapun yang menyebabkan kegagalan kewirausahaan meliputi:

(1) Kurang kompeten dalam manajerial, (2) Kurang berpengalaman dalam

lapangan usaha yang akan dimasuki, (3) Kurang bisa mengendalikan

keuangan, (4) Gagal dalam perencanaan, (5) Kurang memadainya lokasi,

(6) Kurang pengawasan peralatan, (7) Sikap yang setengah hati, (8) Kurang

siap mengalami perubahan (peralihan).

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

52 | K e w i r a u s a h a a n

Beberapa keuntungan dengan berwirausaha bagian otonomi,

tantangan awal yang menyenangkan, dan kontrol atas keuangan. Sedangkan

kerugiannya adalah pengorbanan yang ditanggung sendiri, beban tanggung

jawab yang besar, dan kecilnya margin keuntungan yang mungkin

diperoleh.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

53 | K e w i r a u s a h a a n

BAB IV

IDE DAN PELUANG KEWIRAUSAHAAN

4.1 Ide Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan bahwa (wirausaha dapat manambah

nilai suatu, barang dan jasa melalui inovasi) Keberhasilan wirausaha

dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa

inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu inovasi

merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar

menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan ketangguhan

kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru

untuk menciptakan nilai secara terus-menerus. Wirausaha dapat

menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi

peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha

(business driven). Sernua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada

inovasi, misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru Dengan

penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan

mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat

ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen

tidak lagi tergantung pada konsumen (seller marked) seperti falsafah

pemasaran yang konvensional.

(Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat

menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu

menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha)

(Dalam mengevaluasi untuk menciptakan nilai-nilai potensial

(peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi

semua risiko mungkin terjadi dengan cara):

(1) Pengurangan kemungkinan risiko melalui melalui strategi yang

proaktif.

(2) Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin.

(3) pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.

Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu: (1) Risiko pasar atau

risiko persaingan, (2) Risiko finansial, dan (3) Risiko teknik. Risiko pasar

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

54 | K e w i r a u s a h a a n

terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar. Risiko finansial terjadi akibat

rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya. Risiko teknik terjadi

sebagai akibat adanya kegagalan teknik Pada hakikatnya, ketidakpastian

pasar terjadi akibat dari berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi,

teknologi, demografi, dan sosial politik.

Menurut Zimmerer (1996: 82) kreativitas sering kali muncul

dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru/ Ide itu

sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak

mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide

yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika

wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama

Pertanyaannya, bagaimana ide bisa_menjadi peluang. Ada beberapa cara,

antara lain:

(1) Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-

cara/metode yang lebih-lebih baik untuk melayani dan memuaskan

pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya.

(2) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.

(3) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan

dilakukan atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.

Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan

dalam bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru

tentang barang yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang

berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-

ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.

4.2 Sumber-Sumber Potensial Peluang

Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang

riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang

secara terus-menerus (proses penjaringan ide atau disebut proses screening

merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi

produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide

dapat dilakukan sebagai berikut):

(1) Menciptakan Produk Baru dan Berbeda. Ketika ide dimunculkan

secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru,

maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa

yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus

menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna,

barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen baik pelanggan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

55 | K e w i r a u s a h a a n

maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus

benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam

mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang

perlu diperhatikan:

(a) permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.

(b) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.

Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu

menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada

konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat

meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya? Apakah

perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui oleh pembeli potensial? Berapa

persen target yang ingin dicapai dari segmentasi tersebut? Pertanyaan-

pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang.

Secara implisit, apabila wirausaha baru memfokuskan pada

segmen pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung

pada perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu

sendiri sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis

pasar yang meliputi aspek:

(a) Kemampuan untuk menganalisis demografi pasar.

(b) Kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku

pesaing.

(c) Kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing

dan kefakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan

peluang.

(2) Mengamati Pintu Peluang. Wirausaha harus mengamati

potensi-potensi yang memiliki pesaing, misalnya

kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru,

pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk

baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang

dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk

mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan

mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam

menanamkan modal barunya.

Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang

dimiliki pesaing dan peluang yang dapat kita peroleh, ada beberapa

pertanyaan penting, yaitu:

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

56 | K e w i r a u s a h a a n

(a) Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

pesaing dalam pengembangan produk, meliputi:

Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing

dalam pengembangan produk jika dibandingkan

kemampuan teknik yang kita miliki?

Bagaimana track-record pesaing untuk mencapai

sukses dalam pengembangan produk?

(b) Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan

pesaing tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang

dimiliki, meliputi:

Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk

melakukan investasi dalam pengembangan produk

baru dan produk awal?

Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?

(c) Pertanyaan untuk menentukan apakah pintu peluang ada

atau tidak, meliputi:

Sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk

ke pasar dapat mendahului pesaing?

Apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar

yang sedang dikuasai pesaing?

Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup

untuk menguasai serangan pesaing?

Menurut Zimmerer (1996: 87) ada beberapa keadaan yang dapat

menciptakan peluang, yaitu:

(a) Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu

yang relatif singkat.

(b) Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan

teknik harus dipertimbangkan sebelumnya.

(c) Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan

strategi produknya.

(d) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.

(e) Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam

mempertahankan posisi pasarnya.

(f) Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber

untuk menghasilkan produk barunya.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

57 | K e w i r a u s a h a a n

(3) Analisis Produk dan Proses Produksi Secara Mendalam.

Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan

kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa

biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut?

Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisien daripada biaya

yang dikeluarkan oleh pesaing?

(4) Menaksir Biaya Awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh

usaha baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan?

Berapa yang diperlukan untuk operasi, untuk perluasan dan

untuk biaya lainnya?

(5) Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi, misalnya

risiko teknik, risiko finansial, dan risiko pesaing. Jangka

pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk

mempertahankan posisinya di pasar. Risi Pesaing meliputi

pertanyaan: (1) Kemungkinan kesamaan dan keunggulan

produk apa yang dikembangkan pesaing? (2) Tingkat

keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam

pengembangan produknya? (3) Seberapa jauh dukungan

keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan

produk yang diperkenalkannya? (4) Apakah perusahaan baru

cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?

Sedangkan risiko teknik berhubungan dengan proses

pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau

menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual dapat

ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas dan

karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul sebagai akibat

ketidakcukupan finansial baik dalam tahap pengembangan produk baru

maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan untuk

mendukung biaya produk baru.

Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman atau analisis

strength, de weakness, opportunity, and threat (SWOT) sangat penting

dalam menciptakan keberhasilan perusahaan baru.

4.3 Bekal Pengetahuan Dan Kompetensi Kewirausahaan

Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh

Lambing, (2000) bahwa kebanyakan responder yang menjadi wirausaha

berasal dari pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

58 | K e w i r a u s a h a a n

kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, bersyaratan

utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan.

dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,

kemampuan, kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh

pengetahuan dan pengalaman usaha.

Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah

seseorang yang memiiki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan

berinovasi. la adalah jarang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda : (ability to create the new and different)

atau kemampuan kreatif dan inovati (Kemampuan aktif dan inovatif

tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk

dimulai usaha (start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang

baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang

(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk

bearing) dan kemampuan untuk pengembangkan ide dan meramu sumber

daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama

untuk :

(1) menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new

service).

(2) Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).

(3) Merintis usaha baru (new businesess).

(4) Melakukan proses/teknik baru (the new technic).

(5) Mengembangkan organisasi baru (the new organization).

Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus

sebagai pelaksana usaha (businessman). sebagai perencana (planner),

wirausaha berperan:

(1) Merancang perusahaan (corporate plan).

(2) Mengatur strategi perusahaan (corporate strategy).

(3) Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corporate image).

(4) Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).

Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha

berperan:

(1) Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang

berbeda (create the new and different).

(2) Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

59 | K e w i r a u s a h a a n

(3) Meniru dan memodifikasi (imitating and modification).

(4) Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra

baru, dan organisasi baru.

Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan

sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali,

mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah

dibahas pada Bab 3 bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang

harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas

kemampuan dan komitmen kecukupan modal baik uang maupun waktu,

kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak

cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability).

Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita (1993: 3) ada

beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:

(1) Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha

yang akan dilakukannya atau ditekuninya.

(2) Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif

serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu.

(3) Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis

misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan,

pembukuan, administrasi, dan pemasaran.

(4) Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi,

dan berimajinasi.

(5) Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.

(6) Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan

kemampuan memprediksi keadaan masa yang akan datang.

(7) Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi,

bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.

Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan

memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan &

Bradstreet Business Credit Service (1993: 1), ada 10 kompetensi yang

harus dimiliki, wirausaha, yaitu:

(1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa

yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausaha

harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya

dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya,

seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

60 | K e w i r a u s a h a a n

memiliki pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis

pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang

cara memasarkan komputer.

(2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui

dasar-dasar pengelolaan Ac bisnis, misalnya cara merancang

usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan ke perusahaan,

termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,

mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan

usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat,

cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan

secara efektif dan efisien.

(3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar

terhadap usaha yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai

pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-

sungguh, dan tidak setengah hati.

(4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup.

Modal tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga moril.

Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama

dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang,

tenaga, tempat, dan mental.

(5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan

mengatur/mengelola keuangan secara efektif dan efisien,

mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta

mengendalikannya secara akurat.

(6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu

seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati

waktu sesuai dengan kebutuhannya.

(7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan,

mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan

mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.

(8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu

memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara

menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat, dan

memuaskan.

(9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi / cara

bersaing. Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan

(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

61 | K e w i r a u s a h a a n

ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan

analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap

pesaing.

(10) Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat

aturan/pedoman yang jelas (tersurat, tidak tersirat).

Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus

memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M.

Memphil, Jr dan Douglas Doud (1993: 8) ada empat kemampuan utama

yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar

kewirausahaan berhasil, di antaranya:

(1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam

bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk

usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam

bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-

betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan

dan disajikan.

(2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam

menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan

dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. la harus

mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang

spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum

dikelola pesaing.

(3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam

bidang keuangan, mengatur pembelian, penjualan,

pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. la harus

mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan

menggunakannya.

(4) Human relation competence, yaitu kompetensi dalam

mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan

berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. la harus

mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

Sedangkan menurut Norman " M. Scarborough (1993),

kompetensi kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis

tersebut, meliputi:

(1) Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam

melaksanakan tugas.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

62 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Berorientasi pada prestasi/kemajuan, cirinya:

(a) Selalu mencari peluang.

(b) Berorientasi pada efisiensi.

(c) Konsentrasi untuk kerja keras.

(d) Perencanaan yang sistematis.

(e) Selalu memonitor (check and recheck).

(3) Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:

(a) Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.

(b) Mengenali pentingnya hubungan bisnis.

Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi

tersebut, cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal

kewirausahaan yang berupa pengetahuan dan bekal keterampilan

kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu

dimiliki misalnya:

(1) Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan

lingkungan usaha yang ada di sekitarnya.

(2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.

(3) Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.

(4) Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan

keahlian dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi

seorang wirausaha. Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di

antaranya pengetahuan tentang pasar dan strategi pemasarannya,

pengetahuan tentang konsumen (pelanggan), pengetahuan tJntang pesaing,

baik yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang

pemasok, pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang

dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis

pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu,

sangat penting pengetahuan spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-

prinsip akuntansi dan pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia,

manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanaan.

Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi

dengan bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil

menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung

memiliki tingkat keterampilan khusus cukup. Beberapa keterampilan yang

perlu dimiliki itu di antaranya:

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

63 | K e w i r a u s a h a a n

(1) Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan

memperhitungkan risiko.

(2) Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.

(3) Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.

(4) Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi

(5) Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.

Pengetahuan, keterampilan, dan kamampuan kewirausahaan itulah

yang membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993),

pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian,

realistic, penuh harapan, dan penuh komitmen. Modal yang cukup, bisa

diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik

dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan nubungan baik itulah

akan menambah kepercayaan dari penyandang dana. Penggunaan Jana

tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus-menerus.

Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan

tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar

manajemen (Basic Management Skill) tersebut meliput:

(1) Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk

melakukan tugas-tugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-

auditor, dan ahli gambar.

(2) Human relations skill, yaitu keterampilan untuk

memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dengan

orang lain dalam organisasi.

(3) Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir

abstrak, untuk mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi

yang berbeda, dan melihat situasi luar. Keterampilan

konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar

baru dan menghadapi tantangan.

(4) Decision making skill, yaitu keterampilan untuk

merumuskan masalah dan memilih cara bertindak yang

terbaik untuk mernecahkan masalah tersebut. Ada tiga

tahap utama dalam pengambilan keputusan, yaitu:

(a) Merumuskan masalah, mangumpulkan fakta, dan

mengidentifikasi alternatif pernecahannya.

(b) Mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternatif

yang terbaik.

(c) Mengimplementasikan alternatif yang terpilih,

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

64 | K e w i r a u s a h a a n

menindaklanjutinya secara periodik, dan mengevaluasi

keefektifan yang telah dipilih tersebut.

(5) Time management skill, yaitu keterampilan dalam

menggunakan dan mengatur waktu seproduktif inungkin.

Kemampuan mengusai persaingan, merupakan hal yang tidak

kalah pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan

dan kekuatan sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki persaing.

seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993): "My best advice for

competing successfully is to find your own distinctive niche in the

marketplace". Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang

merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar

menghasilkan keunggulan. dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki pesaing merupakan peluang yang harus digali.

Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak

dalam berbagai hal, misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas

barang, distribusi, promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran

pemasaran (marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan

peluang. Semua informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan

dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan,

lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran

dagang.

Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi

seorang wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines

Development Centre (5-6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima

kompetensi yang merupakan fungsi dari kapabilitas yang diperlukan, yaitu

technical, marketing, personnel, and management. Wirausaha sebagai

manajer dan sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai

keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi

perubahan. Menurut Small Business Development Center, untuk mencapai

keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:

(1) Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap

individual.

(2) Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang

akan dilakukan.

(3) Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan

tujuan perusahaan.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

65 | K e w i r a u s a h a a n

(4) Take advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam

mencari peluang-peluang.

(5) Adapt to the change, yaitu kemampuan untuk beradaptasi

dengan perubahan.

(6) Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk

meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.

Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada

akhirnya seorang wirausaha harus memiliki perencanaan strategis yaitu

suatu proses penentuan tujuan, menetapkan langkah-langkah yang harus

diambil untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya perusahaan, misalnya

fasilitas, pasar, produk/jasa, dana, dan karyawan. Strategi tersebut sangat

penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumber daya seoptimal

mungkin. Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan selalu

memotivasi karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih

mudah diwujudkan. Menurut Allan Fillet dan Robert W. Price (1991:1-2)

untuk mencapai keberhasilan dalam wirausaha khususnyq.perusahaan kecil,

ada beberapa klasifikasi strategi yang harus dimiliki, meliputi:

(1) Craft; firms are prepared by people who are technical

specialist.

(2) Promotion; promotion are typically dominated by their leader

and 'are designed to exploit some kind of innovative

advantages.

(3) Administrative; administrative firm have formal management

and are built around neccesary business function.

Menurut Alan C. Fillet' dan Robert W Pricer (1991: 1)".. karena

perusahaan kecil kerja, tergantung pada lingkungan setempat, maka

perusahaan tersebut akan berhasil bila

lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu,

pada umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau

human skill. Human skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami,

dan kemampuan untuk memotivasi orang- C, orang, baik sebagai individu

maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan me mental

ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi,

ability ME diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai

tugas dalam perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana,

kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan manajerial. Robert

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

66 | K e w i r a u s a h a a n

Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins da (1993) mengemukakan

tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human,

dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan

pengetahuan dan "craft firm". Human skill adalah kemampuan

bersosialisasi, bergaul dan ka berkomunikasi, dan conceptualskill adalah

kemampuan merencanakan, merumuskan, ME meramalkan, atau

memprediksikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

menjadi wirausaha yang berhasil seseorang harus memiliki bekal

pengetahuan kewirausahaan dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal

pengetahuan yang terpenting adalah bekal pengetahuan bidang usaha yang

dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung

jawab, pengetahuan tentang kepribadian, kemampuan diri, pengetahuan

tentang manajemen dan organisasi bisms. Sedangkan bekal keterampilan

yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur

strategi dan kreatif keuntungan risiko, keterampilan kreatif dalam

menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam berkomunikasi dan

memimpin dan mengelola, keterampilan berinteraksi, serta keterampilan

teknis bidang usaha (Soesarsono Wijandi, 1988: 29).

RANGKUMAN

Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam

kewirausahaan. Agar ide menjadi peluang, maka harus dievaluasi dengan

cara screening (penjaringan), yaitu: (1) Ide harus ,dimunculkan dalam

bentuk yang riil (barang dan jasa baru) yang berbeda di pasar. Barang dan

jasa yang berbeda tersebut harus menciptakan nilai (efisiensi) baik bagi

konsumen maupun pembeli potensial, (2) Mengamati pintu (asal usul)

peluang, (3) Menjamin jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan, (4)

Menaksir biaya awal, (5) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi

beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu (1) Produk baru harus

segera dipasarkan, (2) Kerugian teknik harus rendah, (3) Ketika pesaing

tidak agresif mengembangkan strategi produk, (4) Pesaing tidak memiliki

teknologi canggih, (5) Pesaing tidak memiliki strategi dalam

mempertahankan posisinya, (6) Perusahaan yang baru kita rintis memiliki

sumber daya dan kemampuan dalam menghasilkan produknya.

Untuk menjadi wirausaha yang tangguh, ada 7 kemampuan

(kompetensi) yang harus dimiliki, yaitu: (1) Memiliki pengetahuan usaha

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

67 | K e w i r a u s a h a a n

yang akan dimasuki, (2) Kemampuan imajinasi, (D Kemampuan praktis,

(4) Kemampuan untuk berinovasi dan erkreasi, (5) Berpandangan ke depan,

(6) Kemampuan menghitung, (7) Kemampuan erkomunikasi. Untuk

memiliki kemampuan tersebut diperlukan bekal pengetahuan dan

keterampilan. Bekal-bekal pengetahuan yang perlu dimiliki di antaranya

meliputi: (1) Pengetahuan tentang bidang usaha yang dilakukan, (2)

Pengetahuan tentang peran dan -anggung jawab, (3) Pengetahuan tentang

kepribadian dan kemampuan diri, (4) Ide dan Peluang dalam pengetahuan

tentang manajemen dan organisasi usaha. Sedangkan, bekal keterampilan

meliputi: (1) Keterampilan konseptual, (2) Keterampilan kreatif dalam

menciptakan nilai tambah, (3) Keterampilan memimpin dan mengelola, (4)

Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) Keterampilan teknik

usaha yang dilakukan.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

68 | K e w i r a u s a h a a n

BAB V

MERINTIS USAHA BARU DAN MODAL

PENGEMBANGANNYA

5.1 Cara Memasuki Dunia Usaha

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha

atau memasuki dunia usaha, yaitu:

(1) Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan

usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan

manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang

dapat dirintis: (a) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship),

yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang,

(b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu ker a sama (asosiasi) dua

orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha

bersama, dan (c) Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu

perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal

saham-saham.

(2) Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli

perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh

orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah

ada.

(3) Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara

entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor /

parent compary) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak

monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini

biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana

bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan,

pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar,

promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-

sumber permodalan.

5.1.1 Merintis Usaha Baru

Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk

memasuki dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

69 | K e w i r a u s a h a a n

wirausaha/Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan

memiliki keberanian menghadapi risiko/Sebagai pengelola dan pemilik

usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business

operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, kemampuan

mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:

90), sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari

pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau

tempat-tempat profesional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara

mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak Ada 15%

responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya

dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11%) dari wirausaha

yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan

sebanyak 46% lagi karena hobi.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan

wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama,

pendekatan "inside-out" atau disebut dengan "idea generation", yaitu

pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan

keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan,

latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan

dirintis. Kedua, pendekatan "the out-side in" yang juga disebut

"opportunity recognition ", yaitu pendekatan yang menekankan pada basis

ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau

menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Opportunity recognition tidak lain

adalah pengamatan lingkungan (environment scanning) yaitu alat untuk

pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi.

Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000: 92) bersumber dari:

(1) Surat kabar.

(2) Laporan perodik tentang perubahan ekonomi.

(3) Jurnal perdagangan dan pameran dagang.

(4) Publikasi pemerintah.

(5) Informasi lisensi produk yang disediakan oleh broker,

universitas, dan perusahaan lainnya.

Menurut Lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar

adalah dapat mengidentifikasi "kebutuhan pelanggan" dan "kemampuan

pesaing".

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

70 | K e w i r a u s a h a a n

Berdasarkan pendekatan "inside out" di atas, bahwa untuk

memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha.

Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan

meliputi:

(1) Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana

memproduksi barangang dan jasa serta cara menyajikannya.

(2) Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana

menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.

(3) Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana

memperoleh sumber- sumber dana dan cara menggunakannya.

(4) Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana

cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan

kemampuan komunikasi serta negosiasi.

Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang

dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide

dan kemauan. Seperti telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut

harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar.

Setelah ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana

dan fasilitas baik barang uang maupun orang. Sumber dana tersebut adalah

berasal dari badan-badan di keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau

orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Tentu saja, barang dan jasa

yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh

karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus

dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang

pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan

mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan.

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan:

(1) Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.

(2) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih.

(3) Tempat usaha yang akan dipilih.

(4) Organisasi usaha yang akan digunakan.

(5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.

(6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

71 | K e w i r a u s a h a a n

Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

Berapa bidang usaha yang bisa dimasuki, di antaranya:

(1) Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian,

kehutanan, perikanan, dan perkebunan.

(2) Bidang Usaha Pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir,

galian tanah, batu, dan bata.

(3) Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri,

perakitan, dan sintesis.

(4) Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha

konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, dan jalan raga.

(5) Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan

kecil (retailer), grosir, agen, dan ekspor-impor.

(6) Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha

perbankkan, asuransi, dan koperasi.

(7) Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha

potong rambut, salon, loundry, catering.

(8) Bidang Jasa-jasa Umum (Public service), meliputi usaha

pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.

(9) Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok.

Berdasarkan LM No.9/1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis

usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi ke dalam tiga

kelompok usaha wisata, yaitu:

(a) Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi:

Jasa biro perjalanan wisata.

Jasa agen perjalanan wisata.

Jasa pramuwisata.

Jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran.

Jasa impresariat.

Jasa konsultan pariwisata.

Jasa informasi pariwisata.

(b) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi:

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

(c) Usaha sarana wisata, meliputi:

Penyediaan akomodasi.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

72 | K e w i r a u s a h a a n

Penyediaan makanan dan minuman.

Penyediaan angkutan wisata.

Penyediaan sarana wisata dan sebagainya.

Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang Akan Dipilih

Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih,

langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha/Ada

beberapa bentuk kepemilikan usaha,yang bisa dipilih, di antaranya:

(1) Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu

perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang

berlebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk

didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan

memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.

(2) Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh

dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu

perusahaan/Dalam persekutuan ada ada dua macam anggota, yaitu:

(a) Sekutu Umum (general partner), yaitu anggota Yang aktif dan

duduk sebagai pengurus persekutuan, (b) Sekutu terbatas (limited

partner), yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap

utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang

tersebut tidak aktif dalam perusahaan.

(3) Perseroan (corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya

terdiri atas para pemegang saham (peserolstockholder) Yang

mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang

perusahaan sebesar modal disetor.

(4) Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di

bawah nama bersama./Bila untung, maka keuntungan dibagi

bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung bersama. Dalam firma

terdapat tanggung jawab renteng antara anggota.

Tempat Usaha yang Akan Dipilih

Dalam menentukan tempat usaha harus, dipertimbangkan

beberapa hal di bawah ini:

(1) Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh

konsumen atau pelanggan atau pasar? Bagaimana akses

pasarnya?

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

73 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Apakah tempat usaha dekat ke cumber tenaga kerja?

(3) Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong

lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya?

Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek

efisiensi dan efektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan

efisien baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen/Untuk menentukan

lokasi atau tempat usaha ada beberapa alternatif yang kita bisa pilih yaitu:

(1) Membangun bila ada tempat yang strategis.

(2) Membeli atau menyewa bila lebih strategic dan

menguntungkan.

(3) Kerjasama bagi hasil, bila memungkinkan.

Organisasi Usaha yang Akan Digunakan

Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau

cakupan usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin

kompleks organisasinya sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka

semakin sederhana organisasi ada lingkup atau skala usaha kecil, organisasi

usaha pada umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya

berperan sebagai small business owner manager atau small business

operator. Meskipun pengusaha usaha kecil identik dengan owner business

manager, jika skala dan lingkup usahanya semakin besar, maka

pengelolaannya tidak bisa dikerjakan sendiri akan tetapi harus melibatkan

orang lain. Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan,

bagian pembelian, bagian administrasi, dan bagian keuangan masing-

masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu bantuan orang lain.

Dalam perusahaan yang lebih besar seperti Perseroan Terbatas

(PT) dan CV, maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara

hierarkis, organisasi perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat

umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim

manajer. Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar adalah pemegang

kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris dan dewan

direksi. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak-tanduk direksi

dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran

perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa

orang manajer. Gambar 6.3 menggambarkan struktur organisasi perusahaan

besar dalam bentuk organisasi garis/ lini.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

74 | K e w i r a u s a h a a n

Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam

perusahaan kecil vitas fungsi manajemen relatif tidak begitu besar,

sedangkan fungsi kewirausahaan sangat besar perannya karena dasarnya

adalah kreativitas dan inovasi. Sebaliknya, dalam Jalah perusahaan besar

fungsi kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi

manajemen sangat besar, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi litanajemen.

Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula fungsi

manajerial, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen dan

kemampuan. Sebaliknya semakin kecil kecil perusahaan, maka semakin

besar fungsi kewirausahaan karena yang mendasarinya adalah motivasi dan

kemauan.

Lingkungan Usaha

Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan

usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.

Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah

lingkungan mikro dan lingkungan makro.

A. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaftan langsung

dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang

saham, majikan, manajer, direktur, distributor, pelanggan/konsumen, dan

lainnya. Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran yaitu dari laba

perusahaan (shareholder) ke manfaat bagi stakeholder, maka lingkungan

internal baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan

pada perusahaan akan sangat berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan

kelompok perorangan dan kelompok yang bekepentingan terhadap

perusahaan dan mengharapkan kepuasan dari perusahaan (stakeholder

satisfaction), di antaranya:

(1) Pemasok (supplier). Pemasok berkepentingan dalam menyediakan

bahan baku/kepada perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan

pembeli/pelanggan, maka perusahaan tersebut harus memproduk

barang dan jasa yang bermutu tinggi. Hal ini bisa dicapai apabila

bahan baku dari pemasok berkualitas dan tepat waktu dan cukup

jumlahnya.

(2) Pembeli atau Pelanggan. Pembeli atau pelanggan merupakan

lingkungan yang sangat berpengaruh karena dapat memberi

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

75 | K e w i r a u s a h a a n

informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa karena tidak

memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya akibat mutu, harga

dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk pindah dan

berlangganan kepada perusahaan lain.

(3) Karyawan. Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam

perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila

memperoleh manfaat dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi,

pelayanan yang baik, dan produktivitas yang tinggi akan terjadi

apabila mereka mendapat gaji yang cukup, masa depan yang

terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang teratur. Jika

tidak, maka karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang

produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan perusahaan.

(4) Distributor. Distributor merupakan lingkungan yang sangat

penting dalam perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan.

Distributor yang kurang mendapat manfaat dari perusahaan akan

menghambat pengiriman barang, sehingga barang akan terlambat

datang ke konsumen atau pasar.

B. Lingkungan Makro

Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang

dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang

meliputi:

(1) Lingkungan Ekonomi (Economic Environment)

Kekuatan ekonomi lokal, regional, nasional, dan global akan

berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya

perusahaaim banyak dipengaruhi oleh lingkungan economy variabel-

variabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi

mata uang asing baik langsung maupun tidak akan berpengaruh pada

perusahaan Inflasi atau kenaikan harga-harga akan mempersulit para

pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan

suku bunga dan fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan

perusahaan dalam mengkalkulasi keuangannya.

(2) Lingkungan Teknologi (Technological Environment)

Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat

berpengaruh pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastis

dalam abad terakhir ini telah memperluas Skala industri secara

keseluruhan. Teknologi baru telah meciptakan produk-produk baru

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

76 | K e w i r a u s a h a a n

dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah

banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi/Kemajuan teknologi

dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi

kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat/Oleh karena itu,

kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat

melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan

tersebut.

(3) Lingkungan Sosiopolitik (Socio Environment)

Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu

diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut

berpengaruh pada tingkah laku masyarakati Dalam beberapa hal,

perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan

pemerintahan, dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan

ekonomi misalnya dengan adanya kekacauan politik dan kerusuhan

yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan investasi

pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada

kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat

bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari

lingkungan tersebut.

(4) Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and Life

Style Environment)

Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh

perubahan demografi dan gaya hidup/Kelompok-kelompok

masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur

masyarakat bisa menjadi peluang. Pada prinsipnya, semua lingkungan

di atas isa menciptakan peluang bagi wirausaha.

Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam

bisnis diperoleh. Zimmerer (1996: 98) menganalisis peluang baru dari

lingkungan tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan

(environment scanning), yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis

lingkungan yang mempengaruhi perusahaan baru diamati, dievaluasi,

distributor, dan diuji untuk menentukan pengaruh perubahan yang terjadi

dalam lingkungan tersebut terhadap potensi perusahaan. Maksud dari

proses pengamatan ini adalah untuk mengidentifikasi peluang-peluang baru

atau tantangan baru yang tercipta akibat perubahan lingkungan.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

77 | K e w i r a u s a h a a n

Hambatan-Hambatan Dalam Memasuki Industri

Menurut Peggy Lambing (2000: 95) ada beberapa hambatan untuk

memasuki industri baru, yaitu:

(1) Sikap dan Kebiasaan Pelanggan. Loyalitas pelangan kepada

perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang

sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui

sikap dan kebiasaan pelanggannya.

(2) Biaya Perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang

diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan

penggantian alat serta sistem yang lama.

(3) Respons dari pesaing yang ada yang secara agresif akan

mempertahankan pangsa pasar yang ada.

Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta

Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi

perusahaan terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan

nama perusahaan, serta keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh

perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya hak

perlindungan perusahaan. Perlindungan produk-produk perusahaan sangat

penting untuk menghindari usaha-usaha meniru dan menduplikasi yang

dilakukan oleh pihak lain. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan

bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan

mematikan perusahaan penemu.

Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah

hak paten, hak merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya.

(1) Paten

Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwewenang

atas penemuan uk yang diberi kewenangan untuk membuat, men gunakan

dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam

jaminan/Pemberian hak monopoli rroduk tersebut dimaksudkan untuk

mendorong kreativitas dan inovasi para penemu.

Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-

betul baru (bukan baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila

alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak

paten hanya diberikan kepada emu yang sebenarnya, bukan pada seseorang

yang menemukan penemuan orang yang telah diberikan hak paten, tidak

boleh diduplikasi dan dijual oleh siapa pun tanpa izin (lisensi) dari

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

78 | K e w i r a u s a h a a n

penemunya/Ada beberapa langkah untuk mendapatkan paten, yaitu:

Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru

Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul

baru, penemu harus menganalisis dan menguji alat baru dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut: Apakah alat ini telah digunakan oleh

orang lain, sebelum penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten?

(a) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan?

(b) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum

diberikan tanggal hak paten?

(c) Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan

hak paten, maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk

memperoleh paten?

Langkah 2: Dokumentasikan Alat yang Ditemukan Tersebut

Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka

penemuan harus memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut

ditemukan, misalnya tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang

digunakan, dan gambaruya.

Langkah 3: Telusuri Paten-paten yang Telah Ada

Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru

kita temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah

alat yang ditemukan itu memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.

Langkah 4: Pelajari Hasil Telusuran

Penemu harus mempelajari hasil telusuran terlebih dahulu

sebelum memutuskan mengajukan lamaran hak paten. Jika paten yang telah

ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan, maka pihak yang

berwewenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemuan baru. Akan

tetapi, meskipun alat yang kita temukan itu memiliki fungsi yang sama

dengan alat yang ada, namun memiliki perbedaan dalam cara-cara dan

macammacamnya, maka paten dapat dijamin.

Langkah 5: Mengajukan Lamaran Paten yang berisi:

(a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli.

(b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

79 | K e w i r a u s a h a a n

penemuan yang disebut Maim, yang mengidentifikasi sifat-

sifat penemuan baru.

(c) Gambar penemuan.

(2) Merek Dagang

Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam

perdagangan atau perusahaan/PV merek dagang pada umumnya berbentuk

simbol, nama, logo, slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan

digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk

membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trademark)

pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan

merek, harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi

pelanggan, sehingga menjadi merek terkepal.

(3) Hak Cipta

Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi

pencipta dari keorisinilan ciptaannya Misalnya, karangan, musik, lagu, hak

untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.

6.1.2 Membeli Perusahaan Yang Sudah Didirikan

Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan

yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain

risiko lebih rendah, lebih mudah, dan memiliki peluang untuk membeli

dengan harga yang bisa ditawar/Membeli perusahaan baru sedikit

risikonya, karena kemungkinan gagal lebih kecil, sedikit waktu, dan tenaga

yang diperlukan/Di samping itu, membeli perusahaan yang sudah adapun

memiliki peluang harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan

merintis usaha baru. Namun demikian bahwa membeli perusahan yang

sudah ada juga mengandung kerugian dart permasalahan baik eksternal dan

internal:

(1) Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan

ukuran peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam

menghadapi lingkungan eksternal ini, misalnya: apakah perusahaan

yang dibeli memiliki daya saing harga di pasar, khususnya dalam

harga dan kualitasnya? Bagaimana segmen pasarnya? Sejauh mana

agresivitas pesaingnya? Apakah ada industri yang dominan?

Bagaimana ukuran dan pertumbuhan pasarnya? Apakah ada perubahan

teknologi yang dapat mempengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

80 | K e w i r a u s a h a a n

pembelian perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang

mempengaruhinya.

(2) Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam

perusahaan, awalnya masalah image atau reputasi perusahaan.

Misalnya masalah karyawan, masalah konflik antara manajemen dan

karyawan yang sukar diselesaikan oleh konflik yang baru, masalah

lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya. belum melakukan

kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa yang

harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimerer

(1996) aspek-aspek itu meliputi:

(a) Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan

perusahaan tersebut?

(b) Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?

(c) Di mana lokasi perusahaan tersebut?

(d) Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan itu?

(e) Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih

menguntungkan daripada merintis sendiri usaha baru?

Tidaklah mudah untuk membeli perusahan-perusahaan yang sudah

ada. Seorang berwirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus

mempertimbangkan di berbagai keterampilan, kemampuan, dan

kepentingan pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus

memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di

antaranya:

(a) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.

(b) Bank investor yang melayani perusahaan.

(c) Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distributor,

pelanggan, dan yang lainnya yang erat kaitannya dengan

kepentingan perusahaan yang akan dibeli.

(d) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan

dibeli.

(e) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh

perusahaan yang akan dibeli.

Zimmerer tampak lebih eksplisit daripada Lambing tentang alasan

mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis

untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

81 | K e w i r a u s a h a a n

(a) Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya

berbentuk nyata (tangible) atau tidak nyata (intangible)? Apakah

masih prospektif dan layak guna (up-to-date) Berta efisien? Ada

beberapa jenis kekayaan yang harus diperhatikan, misalnya tangible

asset (peralatan daftar piutang, susunan leasing, business record), dan

intangible asset (merek dagang, paten, hak cipta, goodwill), lokasi, dan

penampilan.

(b) Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang

dimiliki barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus

dianalisis, yaitu: (1) Komposisi dan karakteristik pelanggan, (2)

Komposisi dan karakteristik pesaing yang ada.

(c) Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus

dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan

dan balik nama dari penjual ke pembeli.

(d) Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana

kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut apakah sehat

atau tidak? Misalnya, bagaimana potensi keuntungan yang akan

diperoleh? Bagaimana laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir

ini? Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana kompensasi laba

bagi pemilik?

Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian

suatu perusahaan, adalah:

(1) Yakinkan bahwa Anda tidak akan merintis usaha baru.

Pertimbangkan, alasan membeli perusahaan daripada merintis

usaha usaha baru atau franschising.

(2) Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah Anda

mampu mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan,

tujuan, dan kepribadian Anda.

(3) Pertimbangkan gaya hidup yang Anda inginkan. Apa yang

diharapkan dari perusahaan tersebut? Uang , kebebasan, atau

fleksibilitas?

(4) Pertimbangkan lokasi yang diinginkan. Tempat yang

bagaimana yang Anda inginkan?

(5) Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah Anda ingin

memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau hanya untuk

kesenangan?

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

82 | K e w i r a u s a h a a n

(6) Jajaki penyandang dana sebelumnya.

(7) Persiapkan bahwa Anda akan menjadi pedagang.

(8) Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli.

(9) Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual perusahaan

tersebut?

(10) Adakan penelitian sebelum Anda menyetujuinya.

(11) Buatlah surat perjanjian dalam bentuk yang spesifik,

misalnya jangka waktu pembayaran berakhir.

(12) Jangan lupa untuk menilai karyawan.

(13) Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan

nilai perusahaan.

6.1.3 Franchising (Kerja Sama Manajemen/Waralaba)

Franchising merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat

populer di seluruh dunia. Produk-produk franchising telah menjadi produk

global. Dealer-dealer mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga

lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis franchising telah

memberikan fasilitas jasa yang lugs bagi para dealer (franchisee) seperti

pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual,

serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha franchising

terlihat di pusat-pusat perdagangan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya,

bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.

Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya

berkembang dalam perusahaan eceran.Seperti telah dikemukakanbahwa

anchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu

perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain

untuk melaksanakan usaha yang memberi lisensi franchisor dan penyalur

disebut franchisee. Dalam franchising, perusahaan yang hak monopoli

menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari pemberi

lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang dan zriur

penyelenggaranya secara standar. Perusahaan induk (franchisor)

mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah,

bimbingan, latihan karyawan, dan perbekalan material yang berlanjut.

Dukungan awal meliputi salah satu keseluruhan dari aspek-aspek berikut

ini:

(1) Pemilihan tempat.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

83 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Rencana bangunan.

(3) Pembelian peralatan.

(4) Pola arus kerja.

(5) Pemilihan karyawan.

(6) Periklanan.

(7) Grafik.

(8) Bantuan pada acara pembukaan.

Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula

meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Pencatatan dan akuntansi.

(2) Konsultasi.

(3) Pemeriksaan dan standar.

(4) Promosi.

(5) Pengendalian kualitas.

(6) Nasihat hukum.

(7) Riset.

(8) Material lainnya.

Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan

bantuan manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra

(goodwill), pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan

franchisee. Tidak sedikit bentuk franchising yang dilakukan antar-negara,

misalnya McDonald's, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut. Cola, Pepsi

Cola, Hoka-hoka Bento, dan lain sebagainya. Bidang otomotif, misalnya

dealer mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin. Di

bidang lain, bentuk kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-obatan,

dan hotel. Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan

negara-negara di Eropa,franchising tumbuk cepat dan semakin meluas.

Bidang-bidang yang perkembangannya cukup menonjol seperti rekreasi,

hiburan, perjalanan, dan wisata dengan kenaikan 34,1%; jasa-jasa

perusahaan 30,7%; akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan

umum 21,19%; percetakan dan foto kopi 20,8%; dan jasa-jasa lainnya. Di

Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan franchising namun

berbeda adalah "bapak angkat" atau "kemitraan". Dalam kerja sama sistem

bapak angkat atau kemitraan kebanyakan hanya diberikan bantuan

permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha.

Dasar hukum dari penyelenggaran franchising adalah kontrak

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

84 | K e w i r a u s a h a a n

antara perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat

saja membatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja

sama tersebut melanggar persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan

dalam persetujuan.

Menurut Zimmerer (1996) keuntungan dari kerja sama franchising

adalah:

(1) Belatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari

franchisor.

(2) diberikannya bantuan finansial. Biasanya biaya awal

pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari

perusahaan franchisee sangat terbatas.

(3) Keuntungan dari penggunaan nama, merek, produk yang telah

dikenal.

Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), keuntungan

franchising meliputi:

(1) Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa

nasihat pemilihan lokasi, analisis fasilitas layout, bantuan

keuangan, pelatihan manajemen, seleksi karyawan, dan

bantuan pelatihan.

(2) Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu

menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan

untuk menghasilkan keuntungan. Mendapat pengakuan yang

segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki reputasi dan

berpengalaman, misalnya, sebulan, seminggu, bahkan

beberapa hari saja sudah dikenal

(3) Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang

besar besar, maka pembayaran untuk pembelian bahan baku,

peralatan, jasa asuransi akan relatif murah.

(4) Cakupan periklanan dan pengalaman. periklanan secara

nasional dengan pengalaman yang jauh lebih baik sehingga

biaya periklanan menjadi sangat murah.

(5) Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang

besar, usaha franchising memiliki metode yang lebih efisien

dalam perbaikan proses produksi.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

85 | K e w i r a u s a h a a n

Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, kerja sama

franchising tidak selalu menjamin keberhasilan, karena sangat tergantung

pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin

terjadi menurut Zimmerer adalah:

(1) Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

(2) Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.

(3) Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya

kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada

pihak franchisor dengan harga yang sama.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

86 | K e w i r a u s a h a a n

BAB VI

PERENCANAAN MODAL PERUSAHAAN

Wirausahawan yang merencanakan sebuah perusahaan baru atau

mengembangkan perusahaan yang telah berjalan dihadapkan pada dilema

mencari modal, baik modal awal untuk memulai suatu usaha bisnis baru

atau modal untuk pengembangan perusahaan yang telah beroperasi. Pada

umumnya mereka tidak mengetahui bahwa banyak kemungkinan

mendapatkan sumber modal yang dapat digunakan untuk memulai

perusahaan baru.

Suatu hal yang perlu diketahui adalah memahami bukan saja

berbagai sumber modal, tetapi juga harapan dan persyaratan yang ada pada

sumber-sumber modal. Apabila tidak mengetahui hal tersebut,

wirausahawan akan mendapat kesulitan untuk mendapat modal awal guna

mewujudkan rencana usaha.

1. Sumber Permodalan

Suatu perusahaan wirausaha pada umumnya bermula dari

sebuah usaha kecil dengan modal dana pribadi. Ketika usaha

berkembang, seorang wirausahawan kemudian mencari akses untuk

mendapatkan modal yang lebih besar dengan cara meminta bantuan

kepada keluarga dan teman. Selanjutnya wirausahawan yang berhasil

mengembangkan usaha akan mencari lebih banyak saluran untuk

mencari modal, seperti berhubungan dengan bank dan investor

perorangan di luar perusahaan. Wirausahawan yang berpandangan

prospektif memanfaatkan tiga sumber pendanaan awal: (1) tabungan

pribadi, (2) teman dan keluarga, dan (3) investor perorangan.

1.1. Tabungan Pribadi

Tabungan pribadi merupakan modal yang siap digunakan untuk membiayai aktivitas awal sebuah usaha baru. Tabungan ini

selain berupa uang tunai dapat pula berupa barang atau sesuatu yang

bernilai seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan barang berharga

lainnya. Barang-barang tersebut apabila perlu dapat dijadikan agunan pada saat mengajukan pinjaman keuangan ke sebuah bank

komersial.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

87 | K e w i r a u s a h a a n

1.2. Teman dan Saudara

Teman dan saudara atau kerabat dapat menjadi sumber dana

modal pada tahap awal untuk sebuah usaha bisnis yang dilakukan oleh

wirausahawan. Mencari pinjaman keuangan kepada mereka lebih mudah daripada mengajukan pinjaman ke suatu lembaga keuangan.

Cara ini bukannya tidak berisiko. Karena dengan memberikan bantuan

pinjaman dana modal, mereka merasa berhak untuk ikut mengatur

jalannya perusahaan. Sekurang-kurangnya mereka dapat memberikan masukan. Selain itu, risiko retaknya hubungan pribadi dapat terjadi.

Oleh karena itu prosedur formal peminjaman keuangan harus tetap

ditempuh. Misalnya, menggunakan Surat perjanjian dengan waktu jatuh tempo yang ditetapkan atau persetujuan bersama di antara kedua

pihak. Untuk menjaga hubungan pribadi pihak peminjam harus

berupaya untuk menepati perjanjian, atau mengembalikan pinjaman

lebih cepat.

2. Utang vs Ekuitas

Menggunakan utang untuk pembiayaan sebuah perusahaan

baru mencakup pembayaran kembali dan bunganya atas penggunaan

uang pinjaman. Pembiayaan ekuitas meliputi penjualan sebagian dari

pemilikan dalam perusahaan. Bagi wirausahawan utang memberikan

beban pembayaran kembali bersama dengan bunganya, sedangkan

pembiayaan ekuitas memaksa wirausahawan untuk melepaskan tingkat

pengendalian tertentu. Alternatif yang diambil oleh wirausahawan

adalah mengambil utang agar pemilikan perusahaan tetap berjalan, atau

melepaskan suatu persentase untuk menghindari utang. Pada umumnya,

wirausahawan menempuh kombinasi yang paling sesuai dari kedua

alternatif tersebut.

2.1. Pendanaan Utang

Banyak perusahaan berpendapat bahwa pendanaan utang perlu. Pinjaman jangka pendek (satu tahun atau kurang) seringkali

diperlukan untuk modal kerja dan dibayar kembali dengan dana di luar

penjualan. Utang jangka panjang (berjangka waktu antara satu sampai dengan lima tahun) digunakan untuk membiayai pembelian properti

atau perlengkapan, dengan aset yang dibeli berfungsi sebagai

jaminan atas pinjaman. Sumber dana utang pada umumnya bank komersial.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

88 | K e w i r a u s a h a a n

Dewasa ini banyak bank komersial di setiap daerah di

Indonesia pada umumnya menawarkan pinjaman dengan jaminan yang

dapat diterima, atau aset dalam bentuk tertentu dengan jangka waktu antara satu sampai dengan lima tahun. Dalam memberikan jaminan

pinjaman bank, wirausahawan harus dapat memberikan keterangan

tentang beberapa hal sebagai berikut:

2.1.1 Rencana penggunaan dana pinjaman

Apa yang anda rencanakan dengan uang pinjaman? Menjawab

pertanyaan ini kiranya tidak mengemukakan penggunaan dana untuk usaha berisiko tinggi. Bank mencari kemungkinan perusahaan yang

paling aman dalam memberikan pinjaman.

2.1.2. Jumlah dana yang diperlukan

Beberapa wirausahawan mengajukan pinjaman ke bank tanpa

mempunyai ide yang jelas tentang jumlah uang yang dibutuhkan. Hal

yang diketahui hanya bahwa mereka memerlukan uang.

2.1.3. Waktu memerlukan uang Sebelum mempunyai rencana yang jelas sebaiknya tidak pergi ke

bank untuk segera mendapatkan uang. Strategi seperti ini

menunjukkan bahwa wirausahawan tidak mampu membuat perencanaan yang baik, dan apabila demikian pihak bank biasanya

tidak akan memberikan pinjaman.

2.1.4. Jangka waktu pinjaman yang sesuai Jangka waktu yang singkat lebih memungkinkan pihak bank

untuk meluluskan pengajuan pinjaman. Waktu pengembalian harus

sesuai dengan batas waktu yang tersebut dalam rencana perusahaan.

2.1.5. Cara pembayaran pinjaman

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang paling penting. Bagaimana kalau rencana perusahaan salah? Adakah pendapatan lain

yang dapat dialihkan untuk melunasi pinjaman? Apakah ada aset

yang dapat dijadikan agunan atau jaminan? Meskipun seandainya ada

sejumlah aset atau kekayaan tetap, pihak bank mungkin tidak tertarik karena biasanya hasil penjualan aset tidak cukup untuk melunasi

pinjaman.

3. Merencanakan pinjaman

Meminjam uang merupakan kenyataan umum yang hampir tidak

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

89 | K e w i r a u s a h a a n

terhindarkan pada saat permulaan suatu usaha bisnis. Meskipun

seseorang mempunyai uang yang cukup untuk memulai suatu usaha

bisnis, meminjam uang merupakan hal yang dapat dianjurkan. Dengan uang pinjaman dari suatu lembaga keuangan akan

membatasi jumlah uang pribadi yang diinvestasikan dalam usaha bisnis

yang didirikan. Ketika perusahaan telah melunasi semua utang, seluruh aset dan laba menjadi milik wirausahawan. Namun, pada umumnya

lembaga keuangan mudah meluluskan pengajuan pinjaman modal

karena mereka mengetahui bahwa kekurangan modal merupakan

alasan umum bagi kegagalan perusahaan kecil. Jangka waktu dan jumlah pinjaman yang dapat disetujui oleh pihak lembaga keuangan

ditentukan oleh kualitas rencana keuangan perusahaan. Oleh karena

itu, agar pengajuan pinjaman dapat disetujui diperlukan strategi yang utuh dan mencerminkan potensi keberhasilan.

4. Strategi Pengajuan Pinjaman

Sebelum mengajukan permintaan pinjaman sejumlah dana

modal diperlukan persiapan untuk melakukan pendekatan.

Perusahaan harus menyiapkan proyeksi aliran kas dan laporan

keuangan yang menunjukkan rencana pembiayaan selama beberapa tahun ke depan. Pendekatan permintaan pinjaman disesuaikan dengan sifat

pihak pemberi pinjaman. Misalnya, bank lebih berfokus pada

pinjaman aliran kas daripada pinjaman berdasar aset. Dalam pengajuan pinjaman harus dipastikan bahwa strategi pemasaran diikhtisarkan

dengan rinci untuk menjamin proyeksi keuangan.

4.1. Daftar Pengajuan Pinjaman

Jumlah yang pasti permintaan pinjaman dan jangka waktu yang

diinginkan.

Tujuan peminjaman dan penggunaannya.

Cara dan waktu pembayaran kembali

Jaminan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengembalikan

pinjaman.

Kemungkinan yang akan terjadi pada perusahaan jika pinjaman

tidak diperoleh

5. Persetujuan Pinjaman

Salah satu bagian terpenting dari proses pinjaman adalah yang terjadi setelah permintaan pinjaman dipenuhi. Untuk menjaga

hubungan baik dengan pihak pemberi pinjaman perlu diciptakan

rasa percaya bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

90 | K e w i r a u s a h a a n

Menandatangani perjanjian pinjaman adalah memberikan jaminan

kepada pihak pemberi pinjaman yang dapat membawa konsekuensi

serius apabila pihak peminjam tidak memenuhi kewajiban. Jika pihak peminjam menyetujui persyaratan pembayaran kembali yang

tidak realistic dan tidak bersedia memenuhinya, pihak pemberi

pinjaman dapat menghentikan pinjaman. Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah strategi.

Memberikan penjelasan tentang perusahaan secara ringkas.

Memproyeksikan perubahan-perubahan umum yang akan

dilakukan selama 2 sampai 5 tahun ke depan.

Konsultan dari luar yang mendukung perusahaan dan alasan-

alasannya.

Ringkasan pengalaman dan pendidikan personel inti.

Memberikan uraian ringkas tentang produk dan jasa yang

ditawarkan.

Menjelaskan cara memasarkan, menjual, dan mendistribusikan

penawaran yang dilakukan oleh perusahaan.

Menyebutkan konsumen dan cara memenuhi kebutuhan mereka.

Mengetahui pesaing dan cara yang efektif melakukan persaingan.

Bank bukan satu-satunya sumber pendanaan utang. Kadang ada perusahaan baru yang mendapat pendanaan jangka panjang untuk suatu

jenis perlengkapan tertentu dari perusahaan manufaktur yang

membuatnya, yang digolongkan dalam bagian harga pembelian dalam bentuk utang jangka panjang. Perusahaan manufaktur bersedia

melakukannya ketika terdapat pasar aktif untuk perlengkapan bekas,

sehingga jika mesin harus diperbaiki, mesin tersebut dapat dijual

kembali. Selain itu, perusahaan baru dapat memperoleh dana pinjaman jangka pendek melalui negosiasi dengan pemasok. Meskipun

demikian, jenis kredit perdagangan ini membatasi keleluasaan

perusahaan dalam memilih pemasok dan mungkin dapat mengurangi kemampuannya untuk pendanaan utang mempunyai kelebihan dan

kekurangan dalam segi manfaat:

Kelebihan :

Tidak ada penyerahan kepemilikan.

Pemberian pinjaman lebih besar memberi peluang untuk pengembalian

ekuitas lebih besar.

Dalam periode tingkat bunga rendah, biaya kesempatan

(opportunity cost) ditetapkan karena biaya pinjaman rendah.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

91 | K e w i r a u s a h a a n

Kekurangan:

Bunga dibayar secara reguler (bulanan).

Problem aliran kas berkesinambungan dapat diintensifkan karena

pertanggungjawaban pelunasan.

Sulitnya pemanfaatan utang dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangan.

6. Sumber Pendanaan Lain

Selain bank komersial sumber pendanaan utang lainnya antara lain kredit perdagangan, anjak piutang, perusahaan keuangan, perusahaan

leasing, asosiasi simpan pinjam, dan perusahaan asuransi.

Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan oleh pemasok

yang menjual barang secara kredit. Kredit ini dicantumkan dalam neraca wirausahawan sebagai piutang, dan pada umumnya harus

dibayar dalam jangka antara 30 sampai dengan 90 hari. Perusahaan

baru, kebanyakan perusahaan kecil, memperoleh kredit ini apabila

tidak didapat pendanaan dalam bentuk lain. Pemasok menawarkan kredit ini sebagai suatu cara untuk menarik konsumen baru.

Pendanaan piutang adalah pendanaan jangka pendek yang

menyertakan baik jaminan yang dapat diterima seperti aktiva untuk

pinjaman. Pinjaman piutang dibuat oleh bank komersial. Pinjaman bank diberikan berdasarkan jaminan yang diterima. Bank dapat

meluluskan permintaan pinjaman baik dengan atau tanpa

rencana notifikasi (pemberitahuan). Dengan rencana notifikasi, pembeli produk diberikan informasi bahwa rekening mereka telah

dipercayakan pada bank, yang memasukkan mereka ke rekening

peminjam. Jika dengan rencana non notifikasi, peminjam

menagih rekeningnya sebagaimana biasa dan kemudian membayarkannya ke bank sebagai pembayar utang.

Anjak piutang (factoring) adalah penjualan piutang. Dengan

pengaturan ini piutang dijual, dengan nilai yang telah dikurangi,

untuk perusahaan anjak piutang. Beberapa perusahaan dana komersial juga melakukan anjak piutang. Dengan suatu pengaturan

yang baku, pelaku anjak piutang (factor) akan membeli seluruh

piutang klien segera setelah klien membuat piutang dengan

pengiriman barang kepada konsumen.

Perusahaan pembiayaan adalah pemberi pinjaman berdasar aktiva

yang meminjamkan uang dengan jaminan aktiva seperti piutang,

persediaan, dan peralatan. Manfaat yang berhubungan dengan

perusahaan pembiayaan komersial adalah bahwa perusahaan lebih wring memberikan pinjaman yang tidak diberikan oleh bank.

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

92 | K e w i r a u s a h a a n

Perusahaan baru yang tidak dapat mendapat pinjaman tambahan

dari bank dan factor beralih ke perusahaan pembiayaan.

7. Pembiayaan Ekuitas

Modal ekuitas ialah uang yang diinvestasikan dalam perusahaan

tanpa obligasi legal untuk membayar jumlah pokok atau membayar bunga

etas investasi tersebut. Dengan demikian penggunaan pembiayaan ekuitas

tidak memerlukan pembayaran kembali dalam bentuk utang. Meskipun

demikian hal tersebut memerlukan pembagian kepemilikan dan laba dengan pihak sumber pembiayaan. Karena tidak diperlukan pembayaran

kembali, modal ekuitas dapat lebih amen bagi perusahaan baru.

Modal ekuitas dapat ditingkatkan melalui penawaran saham umum

dengan melakukan Go public, istilah yang digunakan untuk menunjukkan perusahaan yang meningkatkan modal melalui penjualan efek pada pasar

umum. Manfaat pendekatan go public adalah sebagai berikut:

Ukuran jumlah modal. Penjualan efek merupakan salah satu cara

tercepat peningkatan jumlah modal dalam waktu yang singkat.

Likuiditas. Pasar umum memberikan likuiditas untuk pemilik karena

mereka siap menjual saham.

Nilai, Pasar menentukan nilai pada saham perusahaan

dengan bergantian untuk ditempatkan pada korporasi.

Citra. Citra perusahaan yang diperdagangan secara luas seringkali

lebih kuat dalam pandangan pemasok, penyandang dana, dan

konsumen.

8. Pasar Modal Ventura

Pemodal ventura merupakan sumber dana ekuitas yang penting bagi perusahaan baru. Mereka terdiri dari para profesional berpengalaman yang

memberikan jasa keuangan untuk perusahaan baru yang sedang

berkembang, meliputi:

Modal awal dan modal ekspansi

Riset pasar dan strategi untuk perusahaan yang tidak memiliki

sendiri bagian pemasaran

Konsultasi manajemen, audit manajemen, dan evaluasi

Hubungan dengan konsumen prospektif, pemasok, dan pelaku

bisnis penting dari perusahaan lain

Bantuan negosiasi perjanjian teknis

Membantu dalam pembentukan manajemen dan pengendalian

akuntansi

Membantu dalam penyerapan tenaga kerja dan pengembangan

perjanjian karyawan

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

93 | K e w i r a u s a h a a n

Membantu dalam mengatasi risiko manajemen dan menyusun

program asuransi

Bimbingan dan panduan dalam memahami dan mengikuti berbagai

peraturan pemerintah

9. Informasi yang Keliru. tentang Pemodal Ventura

Karena banyak orang salah beranggapan tentang fungsi dan

peran pemodal ventura, sejumlah informasi yang keliru bermunculan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Perusahaan Modal Ventura menginginkan untuk dapat

ikut campur dalam pengendalian perusahaan dan

mengarahkannya. Tidak ada perusahaan modal ventura yang dengan

sengaja bermaksud untuk ikut mengendalikan perusahaan kecil. Pemodal ventura tidak berhasrat untuk mengoperasikan perusahaan.

Mereka tidak akan ikut campur dalam pengambilan keputusan untuk

mengatur aktivitas harian perusahaan. Perusahaan penerima modal juga tidak perlu membuat laporan harian. Pihak pemodal ventura

menginginkan wirausahawan dan tim manajemen mengoperasikan

perusahaan secara menguntungkan. Pihak pemodal menginginkan dihubungi pada pengambilan keputusan yang signifikan.

Pemodal Ventura pugs dengan pengembalian hasil investasi yang

layak. Pemodal ventura mengharapkan pengembalian hasil investasi

yang sangat tinggi, melampaui batas,

pengembalian yang tidak masuk akal. Mereka dapat memperoleh pengembalian yang layak dari ratusan perusahaan

perdagangan umum. Mereka dapat menerima pengembalian yang

wajar dari berbagai jenis investasi yang tidak mempunyai tingkat risiko dalam membiayai perusahaan kecil.Karena setiap

investasi modal ventura mengandung risiko tinggi, harus sama

dengan pengembalian hasil investasi yang tinggi.

Pemodal Ventura cepat berinvestasi. Untuk meningkatkan modal

ventura diperlukan waktu yang lama. Rata-rata diperlukan waktu antara enam sampai delapan minggu dari pembicaraan

pertama untuk meningkatkan modal ventura. Jika wirausahawan

mempunyai rencana perusahaan yang dipaparkan dengan baik, is akan dapat meningkatkan uang dalam jangka waktu tersebut.

Pemodal Ventura tertarik pads penemuan teknologi baru.

Pemodal ventura hanya bersedia memberikan modal kepada

perusahaan dengan manajemen yang baik. Jika seorang wirausahawan mempunyai ide yang baik tetapi Tatar belakang

manajerialnya buruk dan tidak mempunyai pengalaman di

bidang industri, ia harus berusaha merekrut orang yang tabu

Page 94: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

94 | K e w i r a u s a h a a n

tentang industri dalam timnya. Ide yang baik memang penting,

tetapi tim manajemen yang baik lebih penting.

Pemodal Ventura hanya memerlukan ringkasan informasi yang

sederhana sebelum berinvestasi. Rencana perusahaan yang rinci

dan tersusun dengan baik merupakan syarat utama untuk menarik perhatian investor modal ventura sehingga mereka

menyetujui rencana perusahaan tersebut. Setiap pemoda l

ventura, sebelum melibatkan dir i, menghendaki

wirausahawan menguasai seluruh rencana perusahaan dan menuliskan seluruhnya secara rinci.

10. Kriteria untuk Evaluasi Proposal Perusahaan Baru

Selain evaluasi ide produk dan kekuatan manajemen, ada

beberapa kriteria pengevaluasian proposal perusahaan baru yang

dikelompokkan dalam enam kategori sebagai berikut: • Kepribadian wirausahawan

• Pengalaman wirausahawan

• Ciri produk atau jasa

• Karakteristik pasar

• Pertimbangan keuangan

• Sifat tim perusahaan

Kriteria yang dipandang penting pada waktu peninjauan proposal

perusahaan baru disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Kriteria yang Dipandang Penting dalam Evaluasi Perusahaan Baru

Kriteria Persentase

Ketahanan dalam melakukan upaya intensif 64

Keramahan sikap pada pasar 62

Menunjukkan sifat kepemimpinan 50

Melakukan evaluasi dan mengatasi risiko dengan

baik

48

Investasi yang dapat dicairkan 44

Pertumbuhan pasar yang pesat 43

Reputasi yang relevan dalam perusahaan 37

Menguasai pengetahuan perusahaan dengan baik 31

Proteksi yang sesuai 29

Page 95: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

95 | K e w i r a u s a h a a n

BAB VII

MENDIRIKAN PE RUSAHAAN KECIL

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang dikelola secara mandiri, dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok kecil pemilik modal dengan

ruang lingkup operasi terbatas. Jumlah pekerja dalam perusahaan kecil

berkisar antara 10 hingga 50 orang. Jenis perusahaan kecil yang banyak

diminati antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: . 1. Usaha Bidang Jasa, perusahaan yang menyediakan jasa untuk

konsumen dan perusahaan lain. Usaha jasa perseorangan

meliputi salon kecantikan, restoran, pompa bensin, dan cuci/cetak film.

2. Perdagangan Eceran, Usaha ini menjual barang secara langsung

kepada konsumen. Di kawasan tempat tinggal yang tidak luas

banyak didapati toko-toko roti, toko buku dan majalah, toko kaset dan CD, dan sebagainya sebagai wujud usaha kecil di

bidang bisnis eceran.

3. Grosir. Usaha ini merupakan perantara di antara produsen barang dan konsumen. Pengusaha grosir pada umumnya menyalurkan

makanan dan minuman, pakaian, peralatan rumah tangga,

bahan bangunan, dan berbagai produk lain.

1. Memulai dan Mengelola Perusahaan Kecil

Sebuah pepatah Cina mengatakan: "Perjalanan seribu mil dimulai

dengan satu langkah" Pemyataan pepatah itu patut dijadikan pedoman oleh pelaku usaha baru. Langkah pertama merupakan komitmen untuk

menjadi pengusaha kecil. Selanjutnya menentukan pilihan bidang usaha:

menawarkan barang atau jasa. Seperti halnya pengusaha besar, pelaku usaha kecil pun harus mampu meyakini bahwa mereka memahami sifat

usaha yang mereka lakukan. 5ebagai contoh adalah sebuah usaha

persewaan video. Mereka yang berhasil pada umumnya berpikir bahwa mereka menjalankan bisnis hiburan keluarga. Jika seorang pelaku usaha

kecil berusaha membuka persewaan video tanpa melihat kelengkapan

persediaan yang dimilikinya, perusahaannya akan dikalahkan oleh

pesaing yang memahami cakupan operasi yang sesungguhnya. Sebuah usaha dapat dimulai dengan cara membeli perusahaaan

yang telah ada dan beroperasi, dan ada pula yang diawali dari tangkah

pertama pada titik awal. Usaha yang dimulai dari titik nol berisiko lebih besar bila dibandingkan dengan membeli perwsahaan yang telah

beroperasi. Pendiri usaha baru hanya dapat membuat prediksi dan

Page 96: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

96 | K e w i r a u s a h a a n

proyeksi tentang prospek usahanya. Dengan demikian kesuksesan atau

kegagalan sangat dilentukan oleh pengidentitikasian kesempatan

berbisnis. Untuk mengetahui kesempatan, wirausahawan harus ma_rtyu men,g_etahui konsumen, harga produk yang akan ditetapkan, jumlah

produk yang akan dijual, pesaing, membuat keunggulan produk dari yang

dibuat oleh pesaing. Cara paling tepat untuk menjawab beberapa permasalahan tersebut

cara yang dapat ditempmh adalah sebagai berikut:

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pasar adalah dengan cara

bekerja di dalam pasar tersebut sebelum memasuki dunia usaha. Misalnya, jika suatu ketika seseorang bekerja di sebuah toko buku, dan

kini ia bermaksud untuk membuka toko sendiri, pengalamannya

mendorong timbulnya ide tentang jenis buku yang diperlukan dan akan dibeli oleh konsumen.

Membaca Yellow Pages yang terdapat pada buku petunjuk telepon untuk

mengetahui potensi pesaing. Mengunjungi tempat usaha sejenis yang

mungkin dapat menjadi pesaing akan memberi wawasan tentang kelebihan dan kekurangannya.

Melakukan kajian dengan membaca majalah dan buku-buku tentang

usaha kecil pun akan membantu dalam survei pasar.

2. Membuka Usaha

Mengawali usaha sendiri berarti berhadapan dengan kesempatan dan risiko pada waktu yang bersamaan. Apabila berhasil memanfaatkan

kesempatan untuk mengembangkan perusahaan, imbalan yang didapatkan

berupa keuntungan atau laba. Sebaliknya apabila gagal maka akan

menanggung rugi. Ada sejumlah alasan yang mendorong orang untuk membangun bisnis sendiri. Dua alasan yang paling sering dikemukakan

ialah: pertama, perusahaan yang dibangun sendiri membuka kemungkinan

untuk menjadi lebih kaya daripada perusahaan lain yang dikelola dengan baik. Kedua, dapat menjadi tuan bagi diri sendiri dan melakukan

pekerjaan untuk diri sendiri.

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mulai terjun dalam pengelolaan perusahaan kecil yang meliputi:

perencanaan perusahaan pembiayaan modal pengenalan pasar

pengelolaan karyawan pencatatan akuntansi

2.1. Perencanaan Perusahaan.

Pada tahap awal, wirausahawan memerlukan rencana perusahaan yang

berupa pernyataan yang telah tertulis yang disusun dengan rinci yang menerangkan sifat perusahaan, pasar sasaran, dan kelebihan-kelebihan

Page 97: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

97 | K e w i r a u s a h a a n

perusahaan terhadap pesaing, dan sumber dana serta kualifikasiikasi

pemiliknya.

Rencana perusahaan memberikan penekanan kepada pemilik

perusahaan kecil agar pesaing, memproduksi barang atau jasa yang mempunyai ciri khas yang inovatif untuk ditawarkan kepada

pasar. Rencana perusahaan secara umum meliputi hal-hal sebagai

berikut:

Uraian ringkas tentang industri dan keterangan rinci tentang

produk atau jasa yang ditawarkan.

Analisis pasar yang membicarakan ukuran pasar, kebutuhan

produk (jasa) baru, dan sifat persaingan.

Rencana Pemasaran yang meliputi lokasi, lambang iklan dan

peragaan

Rencana operasi yang meliputi ramalan penjualan , pro yeksi

keuangan, prosedur akuntansi, dan persyaratan sumber daya manusia.

Rencana permodalan yang lengkap yang menerangkan jumlah

uang pemilik yang diinvestasikan.

Keterangan tentang pengalaman dan keahlian pemilik perusahaan.

3. Pembiayaan Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil memerlukan sumber dana yang aman untuk

membiayai modal awal. Karena sesuatu dapat terjadi secara tidak

terduga, akan lebih baik apabila sebuah perusahaan kecil mempunyai sumber daya modal yang cukup.

Sumber daya modal bagi perusahaan kecil dapat diperoleh dari berbagai

kemungkinan sebagai berikut:

3.1. Investasi Pemilik.

Semuaperusahaan kecil yang baru berdiri pada umumnya bermodalkan

tabungan pribadi pemiliknya. Pemilik perusahaan perorangan menjual barang miliknya seperti mobil, saham, dan lain sebagainya untuk modal

awal usaha.

3.2. Investasi dari Keluarga dan Teman.

Modal dari keluarga dan teman merupakan sumber modal yang sering

digunakan dalam memulai suatu usaha. Dalam hat ini pemilik harus berhati-hati dan cermat dan mengelola modal dengan pemisahan yang

Page 98: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

98 | K e w i r a u s a h a a n

jelas. Apabila pemilik usaha gagal dalam hat pengelolaan investasi akan

berakibat rusaknya hubungan pribadi di kemudian hari.

3.3. Bank.

Meskipun mungkin tidak mudah mendapatkan modal dari bank, pihak

bank mendapat keuntungan dengan menarik bunga ringan atas pinjaman yang diberikannya. Untuk memberikan sejumlah kredit, bank terlebih

dahulu perlu mengetahui proposal penggunaan uang yang akan

dipinjamkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan Kecil

4.1. Kelebihan Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil mempunyai kelebihan dalam beberapa hal sesuai dengan perusahaan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain dapat

disebutkan sebagai berikut:

4.1.1 Fleksibel. Perusahaan kecil pada umumnya dikelola oleh pemiliknya sehingga

mampu lebih cepat bereaksi terhadap perubahan pasar. DI samping itu

juga dapat mengembangkan ide produk dan kesempatan pasar tanpa harus melalui proses persetujuan yang panjang.

4.1.2. Lebih efsien dalam pengoperasian. Perusahaan kecil lebih sederhana bila dibandingkan dengan perusahaan

besar. Jumlah pekerja yang terlibat langsung dalam produksi atau

penjualan produk perusahaan lebih sedikit, Dengan demikian perusahaan

kecil dapat beroperasi dengan biaya keseluruhan dalam jumlah yang relatif tidak besar. Jika pe.rusahaan kecil memerlukan bantuan, mereka

dapat memanfaat jasa pihak luar sesuai dengan keperluan. Pendekatan ini

menjadikan perusahaan kecil mendapatkan.laba dari penjualan produk dengan harga yang lebih murah daripada produk perusahaan besar.

4.1.3. Pelayanan yang akrab.

Perusahaan kecil lebih mempunyai kemungkinan untuk memberi

pelayanan yang akrab dan sentuhan pribadi. Di perusahaan kecil seperti

rumah makan, toko pakaian, toko mebel, agen perjalanan, konsumen lebih mungkin untuk mendapat perhatian secara pribadi. Pemilik yang

sekaligus juga manajer perusahaan kecil melalui hubungan langsung

dengan konsumen ini, mendapatkan umpan balik tentang cara yang baik dalam memenuhi kebutuhan pasamya.

Page 99: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

99 | K e w i r a u s a h a a n

4 . 2 . K e kur a ng a n P e r us a h a a n K ec i l

DI samping kelebihan-kelebihan seperti tersebut di atas, perusahaan

kecilpun mempunyai beberapa kekurangan.

4.2.1 KeterbatasanKecakapan Manajerial

Pemilik perusahaan kecil mungkin tidak memiliki variasi keterampilan yang luas untuk menghadapi perubahan yang terjadi dengan cepat.

Banyak orang mendirikan perusahaan tidak banyak mempunyai latar

belakang bisnis. Beberapa diantara mereka mempunyai pengalaman

dalam satu bidang bisnis tetapi bukan pada jenis bisnis yang mereka pilih untuk mereka mulai. Sementara yang lain mempunyai keterampilan

dalam bidang teknis tetapi tidak mempunyai kemampuan manajemen.

4.2.2. Kesulitan Mengembangkan Dana.

Kesulitan lain yang dihadapi perusahan kecil adalah sulitnya men

dapatkan dana pembiayaan perusahaarv dalam jumlah yang cukup.

Perusahaan kecil harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dalam hal persediaan investasi yang sama. Memperbesar pinjaman dapat

mengundang kesulitan, karena perusahaan baru lebih berisiko daripada

perusahaan yang telah mapan. Pada umumnya tingkat bunga yang dibebankan oleh bank atau pemilik modal untuk perusahaan kecil lebih

tinggi daripada yang dikenakan pada perusahaan besar.

Sumber daya pribadi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan kecil pada

umumnya merupakan sumber dana yang digunakan.Permasalahan yang

merupakan kendala bagi be-rdirinya perusahaan kecil selain yang tersebut

di atas adalah bahwa wirausahawan lebih memiliki semangat daripada kecakapan

manajerial dan modal. Modal (uang) memberikan kemungkinan bagi

wirausahawan untuk memulai usaha; membeli barang dan jasa yang diperlukan, tenaga kerja, dan tempat usaha. Beberapa alasan keuangan

yang menjadi penyebab wirausahawan tidak dapat bertahan lama adalah :

Memulai usaha dengan modal yang terlalu kecil.

Memulai usaha dengan modal yang terlampau besar tetapi kurang

cc:rmat dalam penggunaan.

Meminjam uang tanpa perencanaan pembayaran kembali.

Mencoba terlalu banyak untuk melakukan sesuatu tanpa modal

yang cukup.

Wirausahawan, seperti orang pada umumnya, tidak memiliki kecakapan

yang tinggi dalam mendapatkan, mengelola, dan menggunakan uang.

Modal yang tidak memadai atau pengelolaan keuangan yang lemah dapat merusak suatu usaha meskipun ide dasar usahanya baik dan produknya

Page 100: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

100 | K e w i r a u s a h a a n

diterima oleh pasar. Salah satu rahasia mendapatkan uang untuk memulai

suatu perusahaan adalah mengetahui di mana mencarinya.

Salah-satu permasalahan besar yang dihadapi oleh wirausahawan pemula adalah salah informasi dan kekurangan informasi tentang manajemen

permodalan dan keuangan.

5. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan

Setiap orang yang memulai bisnis baru senantiasa bersikap,oLtimis.

Tetapi optimisme itu pudar bersama den-an kegagalan usaha. lni terjadi

pada dua tahun pertama. Hanya sekitar 20% dari perusahaan-perusahaan bam yang mampu bertahan. Banyak atasan yang dikemukakan oleh para

usahawan pemula sehubungan dengan kegagalan mereka, seperti terlalu

banyaknya pesaing, tingkat bunga bank yang tinggi, perekonomian yang tidak menentu, dan berbagai alasan lain. Meskipun demikian, sebenamya

alasan utama ke_gagalan mereka adalah kesalahan manajemen yang

mereka terapkan. Kesalahan manajemen menempati persentase tertinggi

dalam kegagalan pmsakaaan, yakni 90%.

5.1. Pasar Terlalu Padat

Membuka sebuah perusahaan karena mengikuti jejak orang lain dengan mendirikan perusahaan yang sama atau sejenis tanpa perbedaan antara

perusahaan yang baru didirikan dengan perusahaan yang sudah ada.

Maka perusahaan yang baru hanya akan menjadi salah satu di antara mereka yang mengerjakan pekerjaan yang sama. Pasar terlalu padat

merupakan alasan klise yang diungkapkan oleh mereka yang mengalami

kegagalan bisnis karena banyaknya produk sejenis.

Keputusan untuk membuka perusahaan di lokasi dalam wilayah yang telah banyak berdiri perusahaan sejenis mungkin didasarkan atas

kemampuan dalam menawarkan sesuatu yang lebih baik daripada

pesaing yang ada dalam hal harga, kualitas, distribusi, dan sebagainya. Membuka usaha di lokasi yang telah banyak berdiri usaha sejenis

memerlukan pertimbangan yang cermat dan teliti meskipun pendatang

baru_ mempunyai kelebihan atas pesaing. Misalnya, memiliki potensi untuk menawarkan produk di bawah harga pesaing. Ada pertanyaan

yang harus dijawab apabila skenario tersebut diterapkan:

Apakah pesaing akan menyesuaikan harga dengan harga yang

diterapkan oleh pendatang baru? Apabila demikian apa alasan

mereka, dan jika tidak apa pula alasannya?

Jika pendatang baru memulai perang harga, sampai kapan akan di

terapkan?

Page 101: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

101 | K e w i r a u s a h a a n

Dengan memberikan harga lebih murah, apakah manfaat lain dari

penawaran, seperti lokasi dan kualitas, sama dengan atau lebih

baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing?

Sebelum membuka usaha di lokasi yang demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terlebih dahulu dijawab dengan pasti karena biasanya

orang-orang yang mempunyai modal (uang) paling banyak akan mampu

bertahan di tengah persaingan pasar mcakipun di sana banyak perusahan yang sama atau sejenis.

5.2. Tidak ada Pembeli

Perusahaan pendatang mungkin menawarkan produk dan jasa dengan kualitas prima, tetapi jika tidak ada yang membeli produk atau jasa yang

ditawarkan itu berarti tidak berdagang. Ada satu cerita tentang orang

Eskimo yang mencoba menjual penyejuk udara (air conditioner) di Kutub Selatan. Seperti cerita tersebut, banyak wirausahawan yang baru memulai

usaha mengabaikan kenyataan bahwa belum pasti orang membeli produk

yang mereka tawarkan jika mereka membuka usaha.

Perencanaan awal yang mengutamakan pemasaran dan penjualan merupakan faktor penting untulc l:eberhasilan

-usaha. Analisis pasar harus

mampu mengungkapkan jumlah~konsumen prospektif yang berada dl

wilayah pasar yang akan dilayani. Analisis pasar juga harus mampu mengidentifikasikan karakter konsumen yang lebih diutamakan, dan

konsumen yang paling mungkin untuk membeli. Misalnya:

Mereka pria atau perempuan, telah berkeluarga ataukah masih

lajang?

Apakah kategori usia atau pendapatan mereka merupakan faktor

yang perlu dipertimbangkan?

Apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai?

Oleh karena itu hendaknya wirausahawan sebagai pendatang baru di

dunia bisnis tidak membuka perusahaan tanpa terlebih dahulu mengetahui

dengan baik tentang pemasaran dan jangan membuka perusahaan sebelum mengetahui dengan tepat konsumen yang paling prospektif, apa yang

mereka inginkan, dan bagaimana produk atau jasa akan dijual kepada

mereka.

6 . U ns ur P e mb a w a K e be r ha s i l a n P e r us a ha a n

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan usaha kecil, unsur-unsur yang membawa keberhasilan perlu pula dibahas dalam bab

Mi. Banyak perusahaan kecil yang kandas sebelum jauh melangkah ke

arena bisnis. Sementara itu, ada beberapa perusahaan kecil yang maju,

berkembang, dan sukses. Salah satu misi utama perusahaan baru adalah "misi waspada", yakni, secara konstan senantiasa mewaspadai tanda-

Page 102: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

102 | K e w i r a u s a h a a n

tanda peringatan akaD..kegagalan, usaha sebagaimana telah diuraikan

dalam pembahasan terdahulu.

Pada waktu yang bersamaan, wirausahawan baru juga harus memperhatikan aspek-aspek keberhasilan perusahaan.

Banyak orang memulai usaha di bidang yang mereka sukai. Orang

yang menyukai bidang memasak akan membuka restoran. Hal ini merupakan sifat manusiawi yang dapat merupakan titik awal keberhasilan.

Meskipun demikian, hal tersebut bukanlah faktor utama . bagi kesuksesan

usaha.

7. Mencari Kesempatan dan Ide Usaha

Mencari ide bisnis yang tepat berarti menentukan sifat yang

diperlukan untuk mecapai keberhasilan dan setelah itu baru menetapkan jenis usaha yang paling sesuai.

Wirausahawan mendapatkan ide tentang perusahaan yang mereka

dirikan dari berbagai sumber yang meliputi pekerjaan yang pernah

dilakukan, hobi atau minat, kesempatan, saran orang lain, pendidikan/kursus, teman/keluarga, dan berbagai sumber lain. Sumber ide

yang paling banyak.dijadikan dasar pendirian usaha oleh wtrausahawan

adalah pekerjaan yang pernah dilakukan atau dijalani. Memulai suatu usaha yang telah pernah dialami lebih banyak membuka kesempatan

untu'k berhasil. Memilih usaha dari berbagai sumber ide tersebut diatas

dengan tingkat potensi pertumbuhan yang tinggi juga merupakan factor pendorong tingkat keberhasilan. Potensi pertumbuhan berubah dari tahun

ke tahun, tergantung pada kecenderungan pasar. Misalnya, pertumbuhan

populasi remaja, kaum bujangan, dan orang dewasa merupakan

kecenderungan demografis yang menciptakan kesempatan usaha. Orang yang membuka usaha baru harus membuat ketentuan apakah

perusahaannya akan berupa usaha mandiri, usaha patungan, atau

perusahaan yang lebih besar. Pemilihan jenis usaha bergantung pada jumlah karyawan, persyaratan permodalan, pertimbangan pajak, dan

tingkat risiko.

Membuka usaha baru diusahakan tidak meniru produk perusahaan lain yang telah mapan. Apabila tindakan ini yang dilakukan maka ibarat

memasuki medan pertempuran besar dan mencoba bertahan di sana.

Membangun usaha didasarkan atas ide cemerlang, dan mengembangkan

produk berkualitas prima untuk menarik perhatian dan menyerap konsumen ke dalam pasar yang diciptakan untuk mendapatkan

keuntungan yang layak. Ini berarti diperlukan konsep yang inovatif

sebagai basis usaha. Lebih daripada itu, kreativitas harus diterapkan secara berkesinampingan untuk mendukung keberhasilan perusahaan

Page 103: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

103 | K e w i r a u s a h a a n

dalam jangka panjang. Kreativitas dibedakan dalam dua klasifikasi :

kreativitas ekstemal dan kreativitas intemal.

7.1. Kreativitas Ekstemal

Kreativitas ekstemal dapat didorong dengan melatih rasa keingintahuan

tentang perkembangan baru, ide baru, dan semua yang sedang terjadi secara sistematis. Sementara hal itu dilakukan, seorang wirausahawan

membangun gudang informasi tentang berbagai hal, termasuk fakta,

kesan, citra dan gambaran-gambaran, serta berbagai ragam ide. La akan

dapat memperoleh ide yang muncul secara tiba-tiba, menangkap ide tersebut dan memanfaatkannya dengan cepat.

7.2. Kreativitas Intemal Suatu ketika seorang wirausahawan akan mengalami ide yang melintas

secara tiba-tiba dalam pikiran saat ia terlibat dalam kreativitas intemal.

Dalam upaya seperti ini, pikiran akan tertuju ke gudang informasi seperti

yang tersebut dalam uraian terdahulu. Pengetahuan dapat ditransfer atau disalurkan. la akan tiba-tiba melihat cara-cara baru untuk memadukan ide

dari berbagai bidang yang berbeda untuk mendapatkanJawaban yang

lebih baik atas problema

.atau

uuntuk metakukan perbaikan pada produk atau jasa yang

telah ada. Kadangkadang ide-ide ini menyusup secara tidak terduga ke

dalam pikiran. Kemudian secara tidak disadari la mendapatkan jawaban atas pengamatan yang ia lakukan.

8. Pengembangan Rencana Perusahaan

Sekali seorang wirausahawan mempunyai konsep dasar untuk suatu produk, maka kesempatan untuk berhasil harus ditetapkan dan

tyjuan ditentukan untuk mengembangkan usaha. Proses perencanaan

merupakan langkah terpenting dalam mengawali suatu usaha. Rencana itu harus dituangkan dalam bentuk rencana tertulis yang menerangkan

rincian tentang ide untuk mendirikan sebuah perusahaan baru dan cara

melaksanakannya. Menulis rencana usaha yang baik dapat memakan waktu berbilang

bulan. Banyak pelaku usaha, dengan penuh semangat memulai

menjalankan perusahaan, mengabaikan perencanaan. Segera mereka

terkurung dalam kesibukan operasi harian dan tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk membuat perencanaan. Menulis perencanaan memaksa

seorang wirausahawan untuk menganalisa dengan cermat atas konsep,

keputusan pemasaran, produksi, penataan pegawai, dan pemodalan.

Page 104: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

104 | K e w i r a u s a h a a n

9. Pembiayaan Perusahaan

Setelah rencana usaha selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah

mendapatkan biaya yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan. Jumlahnya tergantung pada jenis perusahaan yang akan anda dirikan dan

rencana investasi wirausaha. Perusahaan yang dimulai dengan gaya

wirausaha tidak banyak memerlukan modal awal. Utang, sejumlah dana yang dipinjam yang harus dikembalikan dengan bunga dalam jangka

waktu yang telah dinyatakan, merupakan salah satu sumber pembiayaan

modal.

10. Bentuk Perusahaan

10.1. Usaha Mandiri Perusahaan dapat berupa usaha mandiri, usaha modal bersama

(partnership), koperasi, dan perseroan terbatas. Usaha mandiri paling

banyak dikenal karena mudah dilakukan sehubungan dengan

prosedumya yang sederhana sehingga dapat didirikan, dimiliki, dioperasikan, dan dibiayai secara perorangan, dan semua keuntungan

usaha menjadi milik sendiri. Usaha ini pada umumnya berupa toko

kelontong, toko pengecer, rumah makan, toko obat, toko besi, toko roti, dan sebagainya.

Usaha mandiri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari usaha mandiri dapat diuraikan sebagai berikut:

Mudah didirikan dengan biaya yang relatif rendah

Usaha miandiri merupakan perusahaan yang paling mudah

didirikan karena tidak memerlukan biaya besar dan prosedur

yang rumit. Orang yang memiliki sejumlah dana dapat memulai

usaha.

Keuntungan usaha masuk ke kantung pribadi.

Pemilik usaha kecil menguasai semua laba yang didapat dari

pengoperasian perusahaan. Ini menjadi pendorong bagi pemilik

perusahaan untuk senantiasa berupaya menjalankan usahanya Oengan seefisien mungkin untuk mengembangkan laba.

Pengawasan langsung pada operasi perusahaan.

Dengan pengawasan langsung yang dilakukan sendiri, pemilik

perusahaan menjadi pengelola sekaligus juga pimpinan perusahaan. Pengendalian secara langsung rahasia perusahaan

tidak terbocorkan ke pihak lain. Pemilikan tunggal memudahkan

untuk melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap perubahan

kondisi bisnis.

Page 105: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

105 | K e w i r a u s a h a a n

Beberapa kekurangan atau kelemahan yang dapat diuraikan sebagai berikut: .

Pertanggungjawaban hukum tidak terbatas

Dalam pandangan hukum, usaha mandiri dan perusahaan besar

tidak berbeda. Dengan demikian pemilik perusahaan bertanggung jawab atas semua utang perusahaan, meskipun

apabila utang mereka melebihi nilai perusahaan. Dalam hal

tuntutan hukum atau kegagalan perusahaan, pemilik harus

mempertanggung jawabkan sendirl dan dengan keterpaksaan harus menjual kekayaan pribadinya-rumah, mobil, investasi -

untuk memenuhi tuntutan terhadap perusahaan.

Kesulitan mengembangkan modal

Dengan pertanggungjawaban hukum yang tidak terbatas, pemilik perusahaan mandiri menghadapi kesulitan dalam

mengembangkan modal untuk perusahaan mereka. Hal itu

disebabkan oleh tidak terlindunginya aset perusahaan dari tuntutan kreditor perorangan. Misalnya, seorang pelaku usaha

mandiri yang tidak mampu membayar kontraktor yang

membangun rumahnya, aset perusahaannya dapat disita untuk

membayar tagihan kontraktor. Untuk membiayai modal perusahaan, tidak jarang pemilik harus menggunakan uang

pribadi. Bahkan pemilik usaha mandiri yang telah berhasil

terpaksa harus melakukan merger dengan perusahaan lain untuk memperoleh modal guna mengembangkan perusahaan.

Keterbatasan keahlian manajemen

Keberhasilan usaha mandiri ditentukan oleh bakat pemiliknya.

Pemilik usaha mandiri sepenuhnya bertanggung jawab atas

semua keputusan perusahaan. Tetapi tidak setiap pemilik usaha mandiri memiliki kecakapan yang sama dalam semua bidang

yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan. Misalnya,

penemu suatu produk belum tentu mampu menjadi manajer produksi.

Sulit mendapatkan karyawan berpotens

Perusahaan yang merupakan usaha mandiri menghadapi kesulitan dalam mendapatkan atau mempertahankan karyawan

yang potensial. Ukuran perusahaan yang kecil seringkali

membatasi imbalan yang dapat ditawarkan. Kesempatan

karyawan untuk berkembang dan mendapatkan promosi pun terbatas. Perusahaan mandiri jarang memberikan fasilitas seperti

Page 106: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

106 | K e w i r a u s a h a a n

perumahan, bonus, kendaraan, pensiun dan imbalan selain upah

atau gaji kepada karyawan karena besamya biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan.

Kehidupan perusahaan tidak,stabil

Jangka waktu operasi sebuah perusahaan yang dikelola oleh

seseorang secara mandiri tidak pasti, tergantung pada

kemampuan pemiliknya untuk mengoperasikannya. Pelaku usaha mandiri kadang-kadang kehilangan minat dalam usaha

yang mereka jalankan, terlibat masalah keuangan yang rumit,

atau ingin mengubah bidang usaha dengan sesuatu yang baru.

Apabila pelaku usaha mandiri meninggal dunia atau mengalami cacat fisik, perusahaannya mungkin berhenti.

Seluruh kerugian ditanggung oleh pelaku usaha

Pelaku usaha mandiri menerima semua laba usaha yang

dijalankannya. Sebaliknya, ia juga harus menanggung sendiri seluruh kerugian yang diderita perusahaannya.

10.2. Usaha Bersama / Partnership Bentuk perusahaan kecil yang dapat dengan mudah didirikan ialah usaha

bersama atau dalam istilah bisnis disebut partnership. Perusahaan ini

dikelola oleh dua orang atau lebih dengan tujuan mendapatkan laba. Dal

am partnership pelaku bisnis tidak lagi terlibat seorang diri dalam menjalankan perusahaan. Ada orang lain yang membantu dalam

pengelolaan dan pengoperasian perusahaan yang memiliki kecakapan di

bidang tertentu dalam mengoperasikan perusahaan. Meskipun untuk mendirikan usaha partnership masih tergolong mudah,

pengelola yang terdiri lebih dari satu orang memerlukan perjanjian

formal. Ini untuk menghindari perselisihan di antara pengelola usaha.

Perselisihan yang terjadi dapat merugikan usaha yang dijalankan dan hubungan pribadi. Surat perjanjian bisanya dibuat dengan bantuan pihak

yang tahu tentang hukum. Perjanjian dibuat dalam bentuk perjanjian

tertulis yang menyebutkan persyaratan dan jangka waktu kerjasama: apakah setiap partner memberikan kontribusi dalam bentuk uang, skill

(keahlian), atau perlengkapan/peralatan usaha; manajemen tugas

masing-masing, kompensasi (gaji, pembagian laba); dan prosedur penyelesaian apabila terjadi konflik; dan distribusi aset perusahaan.

Usaha bersama memiliki beberapa faktor positif dan negatif sebagai

berikut:

Mudah didirikan.

Mendirikan usaha patungan diperlukan adanya partner yang sependapat dalam mewujudkan bentuk usaha yang disetujui

Page 107: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

107 | K e w i r a u s a h a a n

bersama kemudian dinyatakan dalam perjanjian tertulis untuk

dijadikan dasarpembagian kewajiban dan hak masing-masing.

Ketersediaan modal.

Karena partnership merupakan usaha patungan yang dipikirkan secara bersama-sama oleh para pengelolanya, usaha MI lebih

mudah dalam mendapatkan modal. Kemampuan finansial

partner- juga mendukung peningkatan kemampuan untuk

menda,patkan biaya yang lebih besar.

Keanekaragamara kecakapan dan kezhlian

Usaha patungan yang ideal sekaligus membawa orang-orang

yang mempunyai latar belakang berbeda sehingga saling

melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Ini lebih baik daripada berkumpulnya orang-orang yang memiliki kecakapan

dan pengalaman yang sama. Perpaduan keeakapan dan keahlian

untuk menentukan tujuan, mengelola pengaturan perusahaan, dan memecahkan persoalan dapat membantu keberhasilan usaha.

Keluwesan Para partner

usaha aktif dalam mengelola perusahaan sehingga bentuk perusahaan ini dapat dengan cepat mengantisipasi perubahan

lingkungan usaha.

Faktor-faktor negatif usaha bersama

Ketidakterbatasan kewajiban.

Setiap usaha patungan mempunyai tanggung jawab yang tidak

terbatas atas utang perusahaan. Sebenamya, partner yang manapun dapat melaksanakan kewajiban seorang diri atas utang

semua partner dan keputusan hukum, seperti kesalahan

manajemen, tanpa memandang siapapun di antara mereka yang

men jadi penyebab. Seperti halnya pada usaha mandiri, kegagalan perusahaan dapat disebabkan oleh kerugian atas aset

pribadi partner secara umum

Berpotensi terjadi konflik antara partner.

Setiap partner merupakan wakil perusahaan dalam usaha

patungan. Dengan demikian seorang partner dapat melakukan

suatu tindakanuntuk perusahaan, misalnya menanda tangani kontrak yang mengikat semua partner yang terlibat dalam

pengoperasian perusahan. Pertanggungjawaban bersama ini

dapat menjadi kendala hubungan di antara para partner yang jika

tidak teratasi dapat menjadi penyebab berakhimya kerjasama.

Page 108: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

108 | K e w i r a u s a h a a n

Pembagian laba.

Mereka yang terlibat dalam usaha patungan harus membagi laba,

meskipun dengan jumlah pembagian yang tidak sama. Pengambilan keputusan pembagian keuntungan secara adil dapat

menjadi permasalahan. Jika setiap partner memberikan

kontribusi modal berupa waktu, kecakapan, keahlian, dan finansial dalam volume yang sama formula pembagian

keuntungan akan lebih mudah. Tetapi apabila jumlah kontribusi

mereka bervariasi dalam volumenya maka pembagiannya

menjadi lebih sulit. Misalnya, dalam usaha patungan di bidang pengembang perumahan, seorang menyediakan modal berupa

uang dan yang lain memberikan sumbangan tenaga dan

manajemen. Dalam kasus seperti ini, sulitlah untuk menentukan nilai kontribusi setiap partner yang terlibat dalam usaha tersebut.

Page 109: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

109 | K e w i r a u s a h a a n

BAB VIII

MENDIRIKAN PERUSAHAAN KELUARGA

Perusahaan keluarga mempunyai ciri yang berbeda dengan perusahaan kecil lainnya. Jenis perusahaan ini ditandai dengan keterlibatan anggota

keluarga baik dalam pemilikan maupun dalam operasi perusahaan.

Misalnya pengambilan keputusan diwamai nilai formal yang bemuansa

keluarga.

1. Keterlibatan Keluarga dalam Perusahaan

Perusahaan keluarga ditandai dengan keterlibatan dua orang atau lebih anggota keluarga dalam perusahaan. Lingkup dan luas keterlibatan

anggota keluarga dalam operasi dan pemilikan perusahaan bervariasi

menurut ukuran perusahaan. Misalnya, dalam sebuah perusahaan

katering berskala kecil, kepala rumah tangga dapat berperan sebagai manajer, isteri berperan sebagai bendahara dan pemasar, anak-anak

dibagi peran sesuai dengan tugas yang diberikan kepada mereka masing-

masing.

2. Hubungan Antara Keluarga dan Perusahaan

Pada umumnya perusahaan keluarga diatur berdasarkan tatanan bisnis formal dalam nuansa kekeluargaan, meskipun kedua lembaga

tersebut berbeda dalam tujuan dan nilai. Perusahaan bertujuan mencari

laba berdasarkan nilai-nilai etika bisnis, dan keluarga bertujuan mencari

kesejahteraan. Dalam perusahaan keluarga tujuan dan nilai-nilai kedua lembaga yang berbeda tersebut dipertemukan oleh kepentingan mencari

kesejahteraan. Apabila kesejahteraan perusahaan dapat terwujud dengan

tercapainya target perusahaan, maka kesejahteraan keluarga akan terpenuhi.

Setiap individu yang terlibat dalam perusahaan keluarga, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dalam perusahaan keluarga mempunyai kepentingan dan pandangan yang berbeda-beda tentang

situasi perusahaan. Gambar 9-1 menunjukkan tingkat keterlibatan

individu sebagai anggota keluarga, karyawan, pemilik perusahaan, dan

kombinasi dari ketiganya. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan ketegangan yang

dapat berkembang menjadi konflik. Hubungan antar anggota keluarga

dalam perusahaan lebih peka daripada hubungan di antara karyawan yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Misalnya, peningkatan

disiplin bagi karyawan yang mempunyai hubungan keluarga lebih sulit

Page 110: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

110 | K e w i r a u s a h a a n

daripada mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan

pemilik perusahaan.

3. Prioritas Kepentingan antara Perusahaan dan Keluarga

Menentukan skala prioritas antara kepentingan keluarga dan

kepentingan perusahaan dalam suatu perusahaan keluarga bukan hal yang mudah. Pengambilan keputusanpun tidak dapat ditetapkan dengat

tepat karena kepentingan dua lembaga, keluarga dan perusahaan,

seringkali berbaur dan mengaburkan kebijaksanaan. Misalnya,

hubungan kerja antara pemimpin perusahaan yang dijabat oleh seorang ayah dengan supervisor yang dijabat oleh anak atau menantu. Hubungan

keluarga berdampak pada obyektivitas proses evaluasi peninjauan

kebijaksanaan perusahaan. Dalam suatu dilema yang mengharuskan seseorang memilih satu di antara dua altematif antara mengutamakan

kepentingan keluarga dan perusahaan, pada umumnya orang lebih

memprioritaskan kepentingan keluarga, dan masalah perusahaan

merupakan urutan prioritas sesudahnya. Hal ini didasarkaan atas pertimbangan bahwa keluarga merupakan basis perusahaan sehingga

penyelamatan keluarga menjadi prioritas utama. Meskipun demikian,

dalam kenyataan pengambilan keputusan tentang prioritas bukan hal yang mudah.

4. Faktor Positif Keterlibatan Keluarga dalam Perusahaan Pengelolaan perusahaan keluarga dapat dilakukan berdasarkan

hubungan pribadi antar personel yang telah terjalin sejak awal. Antara

seorang dan yang lain telah mengenal karakter dan kepribadian masing-

masing. Hal ini merupakan faktoryang dapat memudahkan komunikasi. Selain itu rasa kebersamaan dalam memiliki perusahaan dapat menjadi

pendorong motivasi karena setiap keuntungan yang diperoleh

perusahaan akan menjadi milik mereka. Pada waktu perusahaan mengalami penurunan laba atau menderita

rugi, semua pihak yang terlibat dalam perusahaan tidak akan

meninggalkan perusahaan untuk mencari pekerjaan lain. Mereka secara bersama-sama mengorbankan kepentingan pribadi dengan sumber daya

yang dimiliki untuk menyelamatkan perusahaan. Misalnya, menunda

keperluan yang berkaitan dengan keuangan, dan menginvestasikan

uangnya untuk mengembangkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan keluarga mempunyai komitmen yang tinggi dalam

mempertahankan dan mengembangkan perusahaan.

Page 111: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

111 | K e w i r a u s a h a a n

5. Peran Hubungan Keluarga dalam Perusahaan

Tujuan mendirikan perusahaan keluarga adalah masa depart yang

baik bukan saja bagi pendiri, melainkan juga untuk generasi penerus secara turun temurun. Pendiri perusahaan akan mewariskan kepada anak

mereka. Perusahaan keluarga berkembang secara berkesinambungan

dari satu generasi keturunan ke generasi selanjutnya. Perusahaan keluarga harus dikelola secara seimbang antara kepentingan bisnis dan

keluarga, terutama dalam skala prioritas pemanfaatan waktu dan

aktivitas.

Wirausahawan pemilik perusahaan keluarga sejak dini telah memikirkan saat yang tepat untuk melakukan suksesi kepada generasi

penerus. Suksesi perlu didasarkan atas beberapa pertimbangan yang

matang dalam beberapa aspek sebagai berikut:

Kapasitas kemampuan dan kecakapan dalam mengelola

perusahaan yang dimiliki oleh anak sebagai penerus.

Minat anak sebagai calon penerus terhadap dunia bisnis.

Pengalaman dan latar belakang pendidikan yang mendukung

kepemimpinan.

Waktu yang tepat untuk melibatkan anak dalam operasi

perusahaan sebelum mempromosikannya ke posisi yang sesuai.

Penunjukan anak secara obyektif berdasarkan bakat,

kemampuan, dan kepemimpinan sebagai penerus dalam

memimpin perusahaan.

Hubungan bisnis yang meskipun dilakukan secara fonnal tidak

berdampak negatif terhadap hubungan keluarga, khususnya antara

orang tua dan anak.

6. Potensi Konflik dalam Perusahaan Keluarga

"I'idak setiap anggota keluarga berminat untuk terlibat dalam pengoperasian perusahaan keluarga. Hal ini antara lain disebabkan oleh

rasa ingin membuktikan kemampuan untuk berusaha secara mandiri sejak

awal karir. Orang yang mempunyai kepribadian dan rasa percaya diri, dan

bakat kepemimpinan serta jiwa yang bebas senantiasa berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang barula tidak ingin dianggap bahwa

keberhasilannya merupakan warisan keluarga.

6.1. Potensi Kerjasama dan Konflik dalam Perusahaan Keluarga

Setiap anak dalam sebuah keluarga mempunyai perangai, kebiasaan, dan

bakat yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Anak yang berbakatdalam berwirausaha banyak membantu dalam pengembangan

perusahaan keluarga, sebaliknya anak yang malas tetapi menginginkan

bagian keuntungan dari perusahaan keluarga akan menjadi sumber

Page 112: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

112 | K e w i r a u s a h a a n

permasalahan bagi perkemhangan perusahaan. Terlebih lagi, apabila

anak-anak telah menikah potensi konflik pun semakin besar. Menantu

yang mempunyai kualifikasi sebagai wirausahawan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang sesuai apabila mereka ikut terlibat

secara aktif dan positif akan merupakan potensi bagi pengembangan

perusahaan. Sebaliknya, menantu yang hanya ingin ikut menikmati hasil tanpa terlibat dalam operasi perusahaan akan menjadi sumber konflik

keluarga yang potensial.

Konflik akan terjadi lebih rumit apabila keluarga terpecah menjadi

beberapa kubu perselisihan dalam mempmebutkan perusahaan sebagai warisan. Apabila hal ini terjadi pada sebuah perusahaan keluarga maka

biasanya akan terjadi kemunduran yang fatal, dan bahkan menjadi

penyebab yang potensial bagi berhentinya perusahaan keluarga.

7. Suksesi Perusahaan

7.1. Pokok Persoalan dalam Suksesi

Ada tiga pokok persoalan yang mempengaruhi pertimbangan suksesi. Pertama, tekanan dan kepentingan baik dari dalatn maupun dari pihak luar

perusahaan merupakan faktor penting dalam pertimbangan strksesi.

Kedua, konfilik yang terjadi dalam keluarga juga merupakan faktor penyebab terjadinya suksesi, dan ketiga adalah kejadian tidak terduga

yang memaksa terjadinya suksesi.

7.2. Tekanan dan Kepentingan di Dalam Perusahaan

Ada dua macam tekanan yang terjadi di dalam perusahaan: pertama,

yang berasal dari anggota keluarga; dan kedua, yang berasal dari

karyawan yang bukan keluarga.

7.2. 1. Anggota Keluarga

Apabila anggota keluarga bekerja sebagai karyawan akan menimbulkan berbagai problem tentang cara suksesi. Salah satu di

antaranya adalah mereka menghendaki perusahaan tetap berdiri

sehingga mereka bersama dengan anggota keluarga masing-masing dapat mengelolanya. Kadang-kadang kasus ini menimbulkan keinginan

untuk mendapat bagian atau bahkan menguasai perusahaan.

Kemungkinan lain yang dapat timbul adalah persaingan di antara

sanak keluarga. Misalnya, setiap anak pemilik merasa bahwa pemilik harus melibatkannya dalam operasi perusahaan. Apabila hanya satu di

antara sanak keluarga yang memenangkan persaingan dan berhasil

menguasai perusahaan, hal ini akan menyebabkan dijualnya perusahaan atau kebangkrutan.

Page 113: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

113 | K e w i r a u s a h a a n

7.2.2 Karyawan Yang Bukan Anggota Keluarga

Karyawan yang bukan anggota keluarga berpotensi menekan manajer

yang juga pemilik perusahaan sebagai upaya untuk melindungi kepentingan mereka. Misalnya, karyawan seringkali berpikir bahwa

pemilik harus memberi mereka kesempatan untuk membeli saham

perusahaan. Keinginan seperti itu sering diajukan kepada pemilik dan dapat menjadi suatu bentuk tekanan dalam perencanaan suksesi.

7.3. Tekanan dan Kepentingan dari Pihak Luar

Di luar perusahaan terdapat tekanan dan kepentingan baik dari anggota keluarga maupun dari elemen non-keluarga.

7.3.1. Anggota Keluarga Anggota keluarga yang meskipun tidak berperan aktif dalam

perusahaan mereka dapat memberikan tekanan. Orang-orang ini

seringkali berpegang pada keyakinan bahwa mereka mempunyai hak

waris atas perusahaan. Pada umumnya tekanan juga dinyatakan dengan keterlibatan mereka dalam perusahaan. Beberapa anggota keluarga

memaksa manajer-pemilik untuk memberi peluang kerja kepada

mereka. Permintaan ini seringkali ditolak sejak awal dengan alasan bahwa perusahaan tidak memerlukan tambahan personel, atau

memerlukan staf yang memiliki kecakapan di bidang tertentu dengan

pengalaman yang cukup, maka dengan demikian permintaan tersebut dapat dihindari.

7.3.2. Unsur Di luar Keluarga

Tekanan lain berasal dari faktor lingkungan luar. Salah satu di antaranya adalah persaingan yang senantiasa mengubah strategi dan mendesak

manajer-pemilik untuk melakukan penyesuaian pertimbangan pasar.

Faktor lain meliputi konsumen, teknologi, dan pengembangan produk baru

8. Konflik Keluarga Suksesi yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan

konflik dalam keluarga yang menyebabkan kebangkrutan atau dijualnya

perusahaan. Konflik dalam keluarga telah banyak menyebabkan

terhentinya perusahaan kecil. Peristiwa ini berakibat dijualnya seluruh aset perusahaan.

Problem yang menyebabkan terjadinya konflik keluarga dapat

dihindari. Cara yang paling mudah dilakukan adalah menyiapkan pewaris yang akan meneruskan bisnis, namun hal ini memerlukan persyaratan

yang tidak sederhana, seperti bakat, kepemimpinan, kecakapan, dan

Page 114: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

114 | K e w i r a u s a h a a n

sebagainya. Beberapa pendiri perusahaan kurang berminat untuk

membagi kewenangan dalam porsi yang memadai karena hal itu akan

berdampak kurang menguntungkan bagi kekuasaan mereka dalam perusahaan. Lebih dari itu, ada persoalan umum tentang usia anak terlalu

muda untuk mengambil alih perusahaan, tanpa mempertimbangkan usia

kronologis mereka. Persoalan lain adalah interpretasi anggota keluarga terhadap pokok permasalahan tersebut.

9. Kejadian yang Memaksa'Ierjadinya Suksesi

Kejadian yang memaksa terjadinya suksesi ialah peristiwa yang menyebabkan pergantian manajer-pemilik. Wirausahawan meskipun

dengan terpaksa, harus merelakan posisinya untuk digantikan oleh orang

lain demi kesinambungan hidup perusahaan. Kejadian-kejadian sebagai berikut merupakan peristiwa yang memaksa terjadinya suksesi:

Kematian, menyebabkan ahli waris harus segera mencari penerus untuk

melanjutkan pengoperasian perusahaan.

Sakit atau sebab lain yang mengakibatkan ketidakmampuan fisik. Patah semangat yang menyebabkan seseorang mengundurkan diri dari

perusahaan. Pengunduran diri atau pensiun dint yang dilakukan tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu. Kemunduran usaha yang parah sehingga menyebabkan manajer-pemilik mengambil keputusan untuk melepaskan

kendali atas perusahaan.

Kesulitan finansial yang menyebabkan pihak pemberi pinjaman meminta penggantian manajer-pemilik sebelum pemberian pinjaman dana yang

diperlukan untuk perusahaan diberikan.

10. Alasan Dasar Suksesi Pewaris kewirausahaan adalah orang yang cerdik, kreatif, dan mempunyai

motivasi diri. nrang ini seringkali memberikan ide yang kritis untuk

pengemhangan produk haru dan masa depan perusahaan. Pewaris manajerial adalah orang yang memperhatikan efisiensi, pengawasan

intemal, dan efektivitas penggunaan sumber daya. Orang ini seringkali

memberikan stabilitas dan pengarahan harian yang diperlukan untuk keberlangsungan perusahaan.

Pada saat wirausahawan mencari pewaris dari kalangan dalam,

biasanya la mencari anak laki-laki atau perempuan, kemenakan laki-laki

atau perempuan dengan tujuan pemberian tanggung jawab operasional secara bertahap diikuti dengan strategi kepemilikan dan penguasaan

perusahaan. Keterlibatan pendiri perusahaan dan keturunannya

merupakan faktorpenting dalam keberhasilan perusahaan. Wirausahawan harus dapat mengubah dirinya dari pemimpin menjadi pelatih, dari pelaku

Page 115: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

115 | K e w i r a u s a h a a n

menjadi penasihat. Pewaris harus dapat menghargai keterikatan pendiri

pada perusahaan dan peka pada rasa memiliki dalam diri orang tersebut.

Apabila melihat ke masa depan, untuk memilih seorang penerus dari dalam perusahaan, pendiri seringkali memberikan pelatihan kepada

suatu tim manajer eksekutif yang terdiri dari baik anggota keluarga

maupun pihak diluar keluarga. Hal ini memungkinkan untuk membangun tim manajemen yang berpengalaman yang mampu melahirkan penerus

dalam suksesi. Pendiri berasumsi bahwa pemimpin alamiah akan muncul

dari kelompok.

Penerus usaha bisnis tidak selalu dipilih dari anggota keluarga. Pendiri perusahaan dapat memilih penerus usaha dari pihak luar. Ini

dilakukan hanya dalam kondisi yang bersifat sementara. Wirausahawan

mungkin tidak melihat potensi yang sesuai di antara mereka yang ada dalam lingkup keluarga sebagai penerus usaha bisnis sehingga diambil

keputusan untuk mempekerjakan manajer profesional, sementara

menunggu pewaris mencapai kedewasaan berpikir dan kematangan

kepribadian untuk pengalihan pengoperasian perusahaan. Bentuk lain pengalihan penanganan perusahaan kepada pihak luar

yang bukan anggota keluarga ialah penunjukan seorang ahli yang

berpengalaman dalam mengentaskan perusahaan dari kesulitan finansial. Pada saat orang ini diperlukan, pendiri biasanya memberikan

pengendalian menyeluruh kepada spesialis tersebut yang kemudian

menyerahkan peremajaan perusahaan kepada pemimpin yang lain.

11. Mengembangkan Strategi Suksesi

Ada beberapa tahapan penting dalam pengembangan strategi

suksesi: (1) memahami aspekaspek kontekstual, (2) mengidentifikasikan tingkat kemampuan suksesor/penerus kendali bisnis, (3) memahami

kekuatan-kekuatan yang berpengaruh, dan (4) melaksanakan rencana

suksesi.

11.1. Memahami Aspek-aspek Knntekstual

Lima aspek pokok yang harus dipertimbangkan dalam suatu suksesi yang efektif dapat diuraikan sebagai berikut:

• Waktu Terlebih dahulu wirausahawan menyiapkan rencana

untuk smksesor, kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan orang

yang tepat. Problem terbesar yang dihadapi oleh pemilik adalah peristiwa yang memaksakan tindakan dan hasil pada waktu yang kurang

tepat untuk menyelenggarakan pergantian yang paling sesuai.

• Jenis Perusahaan. Ada beberapa wirausahawan yang dapat dengan mudah melakukan suksesi, tetapi ada pula yang mengalami 6a1

sebaliknya. Pada umumnya, hat ini ditentukan oleh jenis perusahaan.

Page 116: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

116 | K e w i r a u s a h a a n

Seorang wirausahawan yang menguasai penerapan teknologi tinggi

tidak mudah untuk digantikan. Demikian pula dengan orang yang

menguasai hubungan dengan seluruh industri perusahaan merupakan faktor kunci bagi keberhasilan perusahaan. Sebaliknya, orang yang

menjalankan tugas yang memerlukan keahlian atau pengetahuan terbatas

dapat digantikan tanpa banyak kesulitan. • Kecakapan Manajer Keahlian, hasrat, dan kemampuan

penggantian dalam suksesi akan menentukan potensi masa depan dan

arah perusahaan. Pada saat industri mencapai tingkat kematangan,

tuntutan kepada wirausahawan juga akan mengalami perubahan. Industri yang menggunakan teknologi tinggi akan membawa kemajuan yang

menyebabkan pemasaran menjadi semakin penting. Wirausahawan yang

menguasai teknologi dan memahami pemasaran, atau yang menguasai kemampuan untuk mengembangkan orientasi ke arah kemajuan akan

mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan daripada mereka

yang meskipun menguasai teknologi tetapi tidak mempunyai latar

belakang pemasaran. • Faktor Lingkungan. Perubahan lingkungan bisnis memerlukan

anti sipasi, salah satu diantaranya dilakukan dengan suksesi. Meskipun

sebuall perusahaan telah menerapkan teknologi maju, perusahaan memerlukan personel yang andal dalam pemasaran.

11.2. Mengidentifikasikan Kemampuan Suksesor Dalam mengidentifikasikan kemampuan suksesor ada beberapa karakter

atau ciri yang harus dimiliki oleh suksesor sebagai penerus pengelolaan

bisnis. Tingkat pentingnya masing-masing karakter berbeda menurut

situasi. Meskipun demikian, pada umumnya semua karakter tersebut mempunyai arti sesuai dengan skala prioritas. Kemampuan menurut

keperluan pada umumnya meliputi:

Pengetahuan bisnis yang memadai atau masa jabatan yang

memberinya

pengetahuan dalam bidang yang sesuai (khususnya pemasaran

atau keuangan)

Kejujuran dan kemampuan berdasarkan bakat

Kesehatan fisik yang prima

Kecerdasan dan persepsil

Semangat kerja yang tinggi

Kecocokan dengan bisnis perusahaan

Kegigihan

Kestabilan dan kedewasaan mental

Kemampuan mengatasi permasalahan

Page 117: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

117 | K e w i r a u s a h a a n

Kreativitas

Kemampuan menyusun dan mengorganisir rencana

Bakat mengembangkan orang kemampuan, dan kecakapan lain

11.3. Memahami Kekuatan yang Berpengaruh

Menempatkan orang yang memiliki sifat sesuai dengan dan keinginan bukan hal mudah. Jika harapan tidak tercapai, penekarian perhatian dapat

ditujukan pada seleksi suksesor yang mempunyai potensi untuk

mengembangkan ciri-ciri sebagaimana yang telah disebutkan di atas dalam kerangka waktu yang sesuai. Pemilihan ini harus

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: (1) budaya perusahaan

dan keluarga, dan (2) perhatian pemilik. Kekuatan yang berpengaruh

dalam bidang-bidang tertentu adalah sebagai berikut: Budaya perusahaan dan keluarga:

- Lingkungan perusahaan

- Tahap perkembangan perusahaan - Norma dan tradisi perusahaan

- Pengaruh, kekuatan, dan budaya keluarga

- Nilai dan motivasi diri pemilik

Perhatian pemilik

- Kepemimpinan dan kepercayaan pemilik

- Keterlibatan keluarga dalam unit kerja - Penetapan peran masa depan keluarga dalam perusahaan

- Jaminan kompetensi kepemimpinan di masa depan dalam perusahaan

- Pendidikan anggota keluarga dan non-keluarga tentang peran inti - Mempertahankan sumber daya dari pihak non-keluarga dalam

perusahaan

12. Melaksanakan Rencana Suksesi Suksesi dapat menimbulkan masalah. Untuk menghindarinya ada cara-

cara efektif yang dapat dilakukan. Berikut dipaparkan empat tahapan

yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suksesi.

12.1. Mengidentifikasikan Suksesor

Untuk mendapatkan suksesor sebagai penerus manajemen perusahaan bukan hal yang mudah. Manajer/pemilik harus dapat mengenali karakter

dan pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan tugas manajemen

dengan baik. Suksesor harus dapat melakukan yang terbaik dalam

mengoperasikan perusahaan. Bertahan dan berkembang harus menjadi prioritas utama. Kendala terbesar merupakan ujian merupakan penentu

dalam memilih pribadi suksesor yang tepat.

Page 118: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

118 | K e w i r a u s a h a a n

12.2. Permufakatan Rencana

Suksesi yang efektif memerlukan perencanaan. Pada perusahaan besar

perencanaan disusun melalui serangkaian rapat yang didesain untuk menjamin alih wewenang agar berlangsung secara kronologis dan alur

kerja berjalan dengan baik. DaIam perusahaan yang lebih kecil pada

umumnya diperlukan pembahasan yang rinci tentang tanggung jawab yang akan dialihkan kepada suksesor. Pada perusahaan besar suksesi

dilaksanakan mengikuti ketentuan pada semua jenjang. Mekanisme alih

kewenangan berlaku dalam waktu singkat. Prosedur dasar merupakan

sesuatu yang berlaku secara rutin. Hal ini berbeda dengan suksesi yang berlangsung di perusahaan kecil. Manager-pemilik perusahaan tidak

terbiasa dengan perubahan yang demikian. Suksesi di perusahaan kecil

mengikuti perencanaan yang rinci. Tidak seorangpun pemilik perusahaan membiarkan orang lain

menggantikan posisinya untuk melakukan perubahan secara dramatis;

tidak ada seorangpun wirausahawan yang menginginkan melihat upaya

yang dilakukan sepanjang hidupnya terlepas dari tangannya. Jika orang yang melepaskan jabatannya mempunyai pengaruh terhadap

pengambilan keputusan untuk masa mendatang, kini saatnya untuk

memanfaatkan. Sebaliknya jika segala sesuatu tidak berjalan dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan posisinya

tidak berpengaruh terhadap suksesor.

Page 119: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

119 | K e w i r a u s a h a a n

BAB IX

PERUSAHAAN WARALABA / FRANCHISE

1. Latar Belakang Sejarah Waralaba

Waralaba atau Franchise merupakan salah satu sistem distribusi yang

digunakan oleh produsen untuk mengirimkan barang atau jasa kepada

konsumen, dan melakukan fungsi distribusi yang berkembang. Dewasa ini perusahaan fi-anchise berkembang pesat hingga mencapai jumlah

ribuan di seluruh dunia.

Istilah franchise berasal dari kata dalam bahasa Prancis “ Franchise " yang berarti "membebaskan dari perbudakan." Istilah

tersebut berangsur-angsur berubah menjadi hak kebebasan untuk

memberi kepada orang lain. Kini arti franchise adaiah memberi hak

positif untuk menggunakan atau melakukan sesuatu secara komersial. Pada umumnya hak tersebut mencakup penggunaan nama atau metode

kerja yang telah dikenai yang dimiliki oleh orang lain. Definisi

franchise menurut Asosiasi Franchise Intem asional: franchise adalah hubungan antara dua pihak (franchisor dan franchise) di mana

pengetahuan, citra, keberhasilan, manufaktur dan teknikpemasaran

pihak franchise diperoleh dari pihak franchisor. Seseorang yang membeli lisensi franchise dia membeli perusahaan yang telah dikemas.

Waralaba telah dikenal sejak Abad Pertengahan sebagai metode

mendirikan tempat penjualan (outlet) untuk menjual produk

manufaktur. Di zaman modem, tidak lama sesudah Perang Saudara di Amerika Serikat, perusahaan mesin jahit Singer pertama kali

mengenalkan sistem waralaba. Sistem ini berangsur-angsur surut dan

franchise tidak menjadi bagian penting dari sistem distribusi sampai dengan industri mobil dan minuman ringan menggunakannya pada

awal abad duapuluhan. Franchise mengalami perkembangan yang

berarti dalam tahun 1930-an pada waktu perusahaan-perusahaan minyak menggunakannya sebagai sistem distribusi utama.

Waralaba atau franchise telah berkembang luas, dan kini

merupakan salah satu cara untuk memiliki perusahaan kecil dengan

cara menjalin kontrak franchise antara seorang wirausahawan untuk dapat menggunakan nama, logo, dan merek dagang perusahaan barang

dan/atau jasa yang telah mapan dikenal luas, misalnya Kentucky Fried

Chicken, Mc Donlas, Pizza Hut, UPS dan lain-lainnya. Perusahaan yang menyediakan produk berupa jasa dan/atau atau barang disebut

Page 120: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

120 | K e w i r a u s a h a a n

.Franchisor, dan pihak yang menjual produk di wilayah tertentu disebut

franchise.. Pihak kedua ini membayar kontrak franchise.

Perjanjian franchise. adalah kontrak perijinan pemakaian nama, merek dagang, dan logo perusahaan franchisor yang di dalamnya

dicantumkan ikhtisar peraturan pengoperasian fi-anchise, jasa yang

disediakan oleh,franchisor, dan persyaratan keuangan. Di samping itu, franchise.menyetujui untuk membeli perlengkapan sesuai dengan standar

yang ditetapkan oleh franchise., mengikuti sistem penjualan dan

pelayanan dan peraturan pengoperasian perusahaan, melibatkan diri

dalam promosi bersama, dan senantiasa menjaga hubungan dengan franchise.. Sebagai imbalan,,franchisor biasanya memberikan bantuan

berupa petunjuk dan pelatihan, bantuan manajemen, prosedur akuntansi

dan manajemen, pelatihan karyawan, bantuan keuangan, dan rencana bangunan serta pemilihan tempat usaha. Untuk memenuhi persyaratan

keuangan diperlukan sejumlah investasi minimum yang pembayarannya

dapat diangsur sesuai dengan kesepakatan diantara kedua pihak,

pembayaran iuran pertama, dan pembayaran bulanan yang dapat didasarkan atas persentase penjualan.

2. Jenis Perusahaan Waralaba/Franchise Terusahaan waralaba/Franchise dilakukan pada berbagai produk

dan jasa seperti minuman, makanan cepat saji, es krimr, jasa cuci

(laundry), hotel, dan sebagainya. Usaha waralaba dapat diklasifikasikan dalam empat jenis dengan ciri yang saling berbeda antara yang satu

dengan yang lain.

2,1. Sistem Waralaba Pabrik-Pengecer

Pada umumnya pabrik memberi izin usaha kepada semua toko pengecer (outlet) untuk menyimpan sediaan dan memasarkan jajaran prodaknya.

Contohnya meliputi kendaraan bermotor, peralatan pertanian, produk

minyak dan gas, dan sepatu.

2.2. Sistem Waralaba Pabrik-Grosir

Perusahaan minuman, terutama minuman ringan dan bir mendominasi

waralaba jenis ini. Pada waralaba minuman ringan pabrik memasok bahan dasar kepada grosir yang menambahnya dengan bahan, kemasan produk,

dan kemudian mendistribusikannya kepada pengecer lokal. Dalam sistem

ini franchise melakukan aktivitas produksl dan mendistribusikan kepada produknya ke tingkat pengecer. Seperti dalam ketentuan pada sistem

Page 121: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

121 | K e w i r a u s a h a a n

pabrik-pengecer, franchise mengawasi produk untuk didistribusikan atau

sifat dan cirinya.

2.3. Sistem Waralaba Grosir-Pengecer

Dalam sistem ini grosir mensponsori waralaba eceran; .franchisor

mencari pengecer independen untuk menjadi franchise dengan cara kontrak.

2.4. Waralaba Nama Perusahaan

Sistem waralaba nama perusahaan paling diminati dan teiah berkembang dengan cepat dalam dua dekade terakhir. Dalam tatanan ini franchisor

memiliki nama perusahaan yang telah dikenal dan metode untuk

pengoperasian toko pengecer (outlet) yang terbukti menguntungkan. Misalnya, restoran McDonalds, Kentucky Fried Chicken, hotel Holiday

Inn, Sheraton Inn, dan lain-lain.

3. Sifat Hubungan Waralabal / Franchise Inti hubungan waralaba / franchise berupa perjanjian kontrak

yang mengatur kebebasan franchise untuk melakukan atau menggunakan

sesuatu yang merupakan milik atau hak franchisor. Ikatan perjanjian ini mengatur hubungan dan pengendalian distribusi produk atau jasa yang

dijual oleh franchise. Franchise, wirausahawan atau investor membayar

sejumlah tertentu yang disetujui untuk memperoleh hak menjual suatu produk atau jasa tertentu, menggunakan merek dagang, cap, teknik

pengoperasian, atau proses teknis yang dimiliki oleh franchisor.

Hubungan fi-anchise tidak hanya mencakup lisensi untuk

menggunakan merek dagang tertentu atau teknik perusahaan sebagai imbalan suatu pertimbangan tertentu. Lebih dari itu ada dua keuntungan

dalam hubungan antara franchise dan franchisor sebagai berikut:

pertama, keberhasilan perusahaan waralaba menguntungkan kedua pihak sehingga perjanjian kontrak dapat diperpanjang; dan kedua, franchise

bersedia menjaga standar operasi tertentu yang ditetapkan oleh fi-

anchisor. Pada umumnya bentuk hubungan franchise mencakup

pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan bersama,

pertukaran manajemen yang spesifik atau keahlian teknis, dan, biasanya,

manfaat produk atau jasa dikembangkan oleh franchisor.

Page 122: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

122 | K e w i r a u s a h a a n

4. Evaluasi Hubungan WaralabalFranchise

4.1. Franchisor

Dengan mengetahui motif franchisor akan membantu franchise untuk

mengevaluasi prospeknya secara obyektif sebagai anggota sistem

distribusi franchisor.

4.1.1 Akuisisi Modal

Pada tahun-tahun belakangan ini alas an utama bagi perusahaan untuk

menerima distribusi waralaba memerlukan modal. Perusahaan makanan cepat saji yang telah dikenal luas menggunakan pembayaran terlebih

dahulu yang dibayar oleh franchise sebagai sumber utama modal kerja.

Cara ini merupakan teknik pembiayaan yang menarik karena pada umumnya modal dikumpulkan dalam waktu yang lama sebelum tempat

usaha (outlet) dibuka. Ketentuan ini menjadikan pihak, franchisor

menerima uang dalam jumlah besar dalam bentuk pinjaman tanpa bunga

dari franchise.

4.1.2. Mengurangi Biaya Pemasaran Usaha waralabalfYanchise dapat mengurangi biaya pemasaran. Jika

perusahaan mempunyai toko, perusahan harus membayar semua biaya

pengoperasian perusahaan yang tersebar di beberapa lokasi, biaya seperti tenaga kerja, overhead, administrasi personel, pelatihan

karyawan, merupakan pengeluaran yang secara kontinu harus dibayar

tanpa memperhatikan volume penjualan.

4.1.3. Kewirausahaan

Franchisor yang berhasil percaya bahwa manajer-wirausahawan lokal

merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan sistem waralaba. Bagi franchisor pada umumnya, franchise yang baik adalah orang yang dapat

mentaati suatu cara melakukan usaha yang telah ditetapkan tanpa

bermaksud untuk berupaya melakukan improvisasi. Seringkali franchisor mencari orang yang bertipe "prajurit", yakni, mereka yang

dapat bekerja dengan baik menurut jenjang pangkat, di antara atasan

yang memberi perintah dan pribadi yang mengikuti mereka. Franchisor

mendapati bahwa, franchise lebih mungkin untuk bekerja keras dalam pemasaran dan dalam pengendalian biaya operasi daripada karyawan

yang digaji di perusahaan yang dimiliki oleh toko pengecer (outlet).

Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan sistem waralaba (franchise) dan franchise berkaitan erat dengan efektivitas franchisor

Page 123: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

123 | K e w i r a u s a h a a n

menciptakan kondisi yang mendukung bagi kewirausahaan di antara

manajer-pemilik waralaba (franchise).

Faktor pribadi seseorang merupakan faktor penting dalam menentukan kesesuaian hubungan franchise dan dirinya sebagai seorang

franchise. Franchise dalam sistem yang berjalan dengan baik cenderung

menganggap dirinya sebagai wirausahawan dan pelaku bisnis lokal yang patut diperhitungkan.

Pada umumnya pelaku bisnis ingin berbisnis untuk dirinya, tetapi

ragu untuk mengambil langkah drastis pada awal perusahaan bisnis yang

sepenuhnya mandiri. Kurangnya pengalaman berbisnis merupakan alasan keraguan wirausahawan untuk berjalan sendiri dalam

menjalankan perusahaan. Meskipun pada umumnya orang mengetahui

bahwa menjalankan perusahaan kecil merupakan keinginan, mereka kurang memiliki ide, produk, jasa, atau lokasi perusahaan yang spesifik.

Franchise mempunyai daya tarik tersendiri bagi pelaku bisnis

seperti tersebut di atas. Membeli fr-anchise dapat memberikan beberapa

manfaat sebagai berikut: • Perusahaan dan metodenya secara keseluruhan telah teruji.

• Franchise dapat bermula dengan produk atau jasa yang telah dikenal

dan diterima konsumen. • Catatan keberhasilan dalam bidang keuangan dan pemasaran dapat

diketahui dan yang dianggap sesuai dapat diterapkan pada franchise

tertentu yang akan dibeli. • Dapat memperoleh bantuan dari ahli dalam berbagai bidang yang

berhubungan dengan pembukaan dan pengoperasiar} perusahaan

seperti pemilihan lokasi, tata letak toko, barang dagangan,

pengendalian sediaan, dan akuntansi. Pada umumnya franchise menerima indentitas dan partisipasi

kelompok dalam sistem franchise. Menurut pengamatan banyak

franchise yang tidak menginginkan mandiri sepenuhnya, melainkan lebih menginginkan untuk menjadi bagian dari perusahaan besar yang

berhasil.

5. Evaluasi Perjanjian Waralaba (Franchise)

Perjanjian atau kontrak waralaba (franchise) menyatakan

tanggungjawab franchisor dan franchise. Perjanjian harus menyebutkan

dengan jelas segala sesuatu yang akan dipasok oleh franchisor pada awal franchise dan bentuk jasa yang akan diterima oleh franchise. Lebih

dari itu,perjanjian juga menyebutkan dengan rinci cara pengoperasian

perusahaan. Komitmen dan pertanggungjawaban yang tidak jelas akan menimbulkan perselisihan hukum. Semua janji dan persetujuan, baik

secara lisan maupun tertulis, harus diperiksa oleh pengacara atau kuasa

Page 124: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

124 | K e w i r a u s a h a a n

hukum dan disebutkan dalam k.ontrak franchise. Berikut dipaparkan

elemen-elemen yang pada umumnya disebutkan dalam perjanjian

franchise.

5.1. Biaya Awal dan Biaya Perpanjangan Franchisor biasanya memerlukan biaya franchise yang besamya

bervariasi. Tujuan keperluan biaya untuk memperoleh modal kerja bagi

franchisor, dan untuk biaya pengeluaran lokasi usaha, pelatihan, dan

jasa lain yang diperlukan untuk memberi jaminan untuk pembuatan "toko eceran (outlet) franchise. Lebih dari itu, biaya lm juga untuk

mengasuransikan pribadi franchise dalam pengoperasian perusahaan.

Beberapa toko eceran dan tempat-tempat penjualan jasa tidak membayar biaya awal. Franchise membayar sewa untuk penggunaan fasilitas

franchisor dan franchisor mendapatkan laba dari menjual produk

kepada franchise. Misalnya, pabrik minuman ringan, franchisor

menjual sirup yang menjadi bahan dasar minuman kepada Franchise yang membotolkan minuman, selanjutnya bahan dasar diolah menjadi

produk yang dapat dipasarkan.

Dalam,franchise bisnis jasa, seperti akuntansi, biro perjalanan, dan penyalur tenaga kerja, biaya awal hanya dikenakan pada uang yang

didapat. lni dikarenakan biaya,ti-amchise meliputi penggunaan nama,

metode operasi, dan bentuk usaha franchisor, tetapi tidak ada kelanjutan hubungan.

5.2. Lokasi Usaha dan Fasilitas

Keberhasilan usaha franchise sangat ditentukan oleh lokasi usaha. Pada masa lalu, fi-anchisor menerima franchise dan kemudian mencari lokasi

untuk toko/outlet. Kemudian pada masa sekarang praktik se,perti itu

diubah. Franchisor niengidentifikasikan dap membeli tempat untuk outlet dan kemudian menerima franchise. Faktor utama penyebab

perubahan prosedur tersebut adalah: pertama, perkembangan usaha

franchise menyebabkan jumlah lokasi yang strategis mengalami penurunan tajam. Kedua, harga tanah men-alarm kenaikan ketika

diketahui bahwa perusahaan franclaise terkemuka menginginkan tempat

tertentu. Ketiga, pemerintah daerah setempat membatasi kontribusi

ketersediaan lokasi strategis yang semakin berkurang. Franchisor dalam membeli properti bisnis seringkali memanfaatkan

jasa perantara. Meskipun demikian, faktor yang lebih penting adalah

franchisor menjadi lebih seksama dalam penelitian dan pemilihan tempat yang potensial untuk outlet. Seringkali sejumlah besar dana

Page 125: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

125 | K e w i r a u s a h a a n

dikeluarkan untuk riset pemasaran dan studi kelayakan yang diperlukan

untuk mengevaluasi suatu lokasi toko.

5.3. Pelatihan Bisnis

Pada umumnya franchisor yang mempunyai reputasi terkemuka

menawarkan pelatihan menyeluruh tentang pengoperasian perusahaan. Mereka memerlukan pelatihan seperti itu sebagai syarat mendapatkan

franchise. Perlu diketahui harapan franchisor pada franchise berkenaan

dengan jenis usaha yang akan dioperasikan. Pada umumnya, franchisor

lebih men gutamakan, franchise yang belum berpengalaman karena mereka lebih mudah diberi pelatihan tentang cara franchisor

mengoperasikan perusahaan.

Pelatihan franclrise sebaiknya tidak terbatas pada materi tentang kebijakan, prosedur, dan metode, tetapi juga harus ditekankan pada sifat

kewirausahaan dan kecakapan manajerial yang diperlukan. Problem

pada permulaan dan pengoperasian usaha franchise tidak berbeda

dengan yang dialami oleh pelaku usaha kecil. Pelatihan juga harus bertujuan menyiapkan manajer franchise untuk jam menghadapi stres

karena jam kerja yang lama pada beberapa bulan pertama. Biaya

pelatihan pada umumnya sudah termasuk dalam biaya yang dibayarkan kepada franchisor.

5.4. Usaha Franchise Perjanjian franchise seringkali diatur dengan standar yang kaku dan

menyatakan prosedur operasi yang harus diikuti oleh franchise.

Pengendalian perusahaan ini menjamin praktik yang konsisten di antara

tokoloutletdan berfungsi untuk meningkatkan nilai merek dagang, identitas, dan citra konsumen. Hal ini berarti bahwa persyaratan operasi

yang ditentukan oleh franchisor dapat berpengaruh pada setiap aspek

usaha fran-chise, yang meliputi tatanan dan desain toko, perlengkapan dan perabot yang digunakan, produk dan kualitas yang dihasilkan, dan upaya

promosi.

Kuatnya pengendalian franchisor yang diterapkan langsung berpengaruh pada kebebasan dan sifat kewirausahaan franchise. Franchise harus

mengetahui mekanisme yang diterapkan pada pengaturan pengoperasian

perusahaan. Lima cara yang dapat diterapkan franchisor dalam

mengendalikan franchise adalah sebagai berikut:

• Perjanjian Franchise. Perjanjian kontrakfranchise secara khusus

menerangkan rincian standar, peraturan, dan prosedur yang harus diikuti. Perjanjian juga mengatur jangka waktu kontrak dan persyaratan yang

Page 126: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

126 | K e w i r a u s a h a a n

menyebutkan bahwa kontrak dapat dihentikan. Franchise terikat secara

hukum dalam kontrak.

Kebijakan Franchisor. Pada umumnya franchisor menjelaskan

secara rinci peraturan dan panduan dalam petunjuk kerja resmi.

Petunjuk kerja ini meliputi penyelenggaraan perusahaan seperti

jam kerja, gaji karyawan, pemutusan hubungan kerja karyawan, kualifikasi karyawan, penyimpanan dan produk.

Persetujuan Franchisor. Pada umumnya, franchisor menghendaki

franchisor untuk mendapatkan persetujuan untuk keputusan

perusahaan tertentu. Misalnya, persetujuan ftanchisor mungkin

diperlukan sebelum franchise dapat mengembangkan perusahaan, atau menambah produk atau jasa baru.

Rekomendasi Franchisor Kadang-kadang franehisor hanya

merekomendasikan cara untuk melaksanakan tugas atau aktivitas

perusahaan tertentu daripada menetapkan prosedur.

Laporan Franchise. Laporan tentang penjualan, pendapatan,

biaya, dan iaba disampaikan setiap bulan atau setiap kuartal.

Perwakilanfranchisorakan membahas laporan tersebut bersama

dengan franchise. Franchisor akan menggunakan satu atau kombinasi beberapa metode

pengaturan ini. Franchise harus memahami cara tertentu penerapan

mekanisme pengendalian ini.

6.Jangka Waktu, Pemutusan Hubungan dan Pengalinan Kontrak

Aspek lain hubungan antara frunchisor dan franchise yang perlu

diketahui dengan cermat adalah jangka waktu kontrak, rincian tentang pemutusan hubungan, dan persyaratan tentang pemindahan hak atau

penjualan hak franchise.

6.1. Jangka Waktu Jangka waktu kontrak fr

-anchise pada umumnya berlaku antara 10

sampai dengan 20 tahun. Pada umumnya jangka waktu kontrak franchise

ditentukan oleh sewa guna usaha atas properti tempat outlet berada. Perjanjian franchise dan perjanjian sewa guna properti disatukan dalam

suatu dokumen karena franchise tanpa tempat yang khusus tidak

mempunyai nilai.

6.2. Pemutusan Hubungan

Franchisor berhak menunda, atau menolak perpanjangan kontrak fi-

anelrise yang tidak dapat bekerja sama, salah kelola, atau gagal dalam usaha berdasarkan alasan-alasan yang layak. Meskipun demikian

Page 127: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

127 | K e w i r a u s a h a a n

pemutusan kontrak franchise harus dipelajari dengan seksamra.

Franchise seringkali berada pada posisi yang kurang menguntungkan

dalam penentuan hak franchisor untuk menunda atau menolak perpanjangan kontrak. Franchisor mengancam fYanchise dengan

penundaan agar mereka menerima keputusan perusahaan atau kewajiban

yang tidak didasari alasan rasional. Franchise dapat member-ikan

peringatan secara hati-hati jika franchisor meminta tingkat pembelian

sediaan minimum dengan harga tinggi, atau kuota penjualan yang tidak

rasional. Perencanaan dan pengambilan keputusan harus didasarkan atas

analisis dan strategi yang cermat, bukan rasa takut pada permintaan franchisor yang tidak rasional.

6.3. Pengalihan Kontrak Perjanjian franchise akan menetapkan persyaratan yang menetapkan

bahwa franchise dapat dijual dan dialihkan hak pengoperasiannya. Pada

umumnya franchise tidak berhak untuk menjual perusahaan atau

mewariskannya kepada All waris tanpa persetujuan resmi dari frunchisor.

Franchisor biasanya memberikan hak untuk membeli kembali outlet

franchise karena pemutusan hubungan kontrak. Jika franchise tidak menggunakan hak untuk memperbarui kontrak, franchisor dapat

melakukan transaksi dengan pihak lain untuk mendapatkan penawaran

kontrak baru. Pada umumnya franchisor cenderung membeli kembali outlet franchise

dan mengoperasikannya sendiri. Sementara itu, beberapa fYanchisor

menawarkan sebagian atau semua outlet yang dibelinya kembali kepada

perusahaan yang lebih besar.

7. Melakukan Sendiri Riset Pasar

Menangani sendiri riset pasar merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam memilih bisnis fzozzrchise yang tepat. Franchisor

yang ingin mengembangkan distribusi dengan cepat mengutamakan

kesempatan franchise dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat. lni dapat dilakukan den-an kajian tentang lokasi atau penelitian konsumen

yang dilakukan den-an cemial oleh franchise untuk mendukung

pemyataan dan cara menunjukkan daya tarik lokasi toko pengecer/outlet

yang strategis. Dengan melakukan sendiri riset pasar dapat file ngurangi kemungkinan tcrjadinya manipulasi.

Sebelum berinvestasi dalam bisnis franchise, seseorang harus

terlebih dahulu mengCtahui keahlian khusus franchisor dalam pemasaran, terutama dalam bidang inovasi produk, lokasi perusahaan,

merek dagang dan citra perusahaan, periklanan, dan kreativitas dalam

Page 128: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

128 | K e w i r a u s a h a a n

promrosi penjualan. Semua ini merupakan tanggung jawab dan manfaat

yang dibeli dengan menanam sejumlah investasi pada fi-anchise tertentu.

7.1. Inovasi Produk.

Perkembangan produk yang dibuat oleh franchisor, keunikan sifatproduk

yang ditawarkan, kesesuaian produk dengan persyaratan yang diinginkan konsumen, dan rencana produk yang akan dibuat franchisor perlu

diketahui oleh.ti-anchise melalui observasi pada rangkaian sejumlah

franchisedengan cara melakukan wawancara dengan pemilik franchise

yang ada dan konsumen, dan melihat laporan peninjauan yang dilakukan oleh franchisor

-. Jika hasil observasi tidak memuaskan dapat diartikan

bahwa,frazachisor berusaha meniual franchise daripada perusahaan yang

memenuhi kebutuhan konsumen dan menjual produk yang kualitasnya ditingkatkan secara berkesinambungan.

Konsep pemasaran mengutamakan konsumen. Produk atau jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan franchise harus mampu memenuhi kebutuhan

konsumen. Pengeluaran sejumlah hesar uang untuk periklanan, lokasi perusahaan, dan modal tidak d.rpnt menggantikan produk bermutu rendah

dan pelayanan yang kurang memuaskan.

7.2. Lokasi Perusahaan

Pada umumnya keberhasilan perusahaan franchise sangat ditentukan oleh

lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh konsumen. Mengetahui jumlah dan tipe konsuillen, dan jarak antara mereka dengan toko/outlet

merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Karcn,r itu, di samping

kualitas produk dan kebutuhan, jarak antara toko dan tempat konsumen

bermukim merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan. franchisor menerapkan beberapa strategi lokasi. Toko/outlet dapat

ditempatkan di antara toko-toko yang menjual produk sejenis, serupa tapi

tidak sama dengan produk dijual oleh toko lain. Dapat pula franchiseor megambil kebijakan untuk tidak bersaing secara langsung dengan toko

lain. Untuk itu mereka menempatkan outlet yang berdiri sendiri di tengah

daerah pertokoan. Ada pula franchisor yang menempatkan outlet di dalam mat, atau bersebelahan dengan outlet pengecer lain di pusat

perbelanjaan.

Rancangan yang diterapkan oleh franchisor untuk menentukan lokasi

outlet ditentukan oleh strategi segmentasi pasar. Franchisorsebagai pihak pertama harus dapat menunjukkan kepada pihak kedua yang akan

mengikat perjanjian kontrak franchise tentang data yang berupa

dokumentasi, kajian riset pasar yang profesional tentang pangsa pasar yang sesuai denganlokasiperusahaan.

Page 129: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

129 | K e w i r a u s a h a a n

Jika outlet yang akan dibeli tergolong bam, pihak kedua harus meninjau

den-an cemnat kajian pasar franchisor dengan memeriksa data tentang

lalu lintas konsumen, misalnya dengan menghitung jumlah kendaraan dan orang yang melintasi toko daiam jangka waktu tertentu.

7.3. Citra Produk dan Periklanan Pemasaran produk dan jasa yang dijual oleh outlet franchise

memerlukan periklanan dengan jaringan luas yang efektif. Makanan

cepat saji, perhotelan, otomotif dan produk atau jasa lain memerlukan

investasi besar dalam periklanan untuk menciptakan nama atau merek dagang yang dikenal berskala nasional. Pesan Man didesain dengan

cermat agar dikenal luas oleh konsumen dan diulang berkali-kali untuk

menekankanperhc dasar2 produk dan jasa franchisor dari produk pesaing. Pada umumnya . franchise r mc;nggelar periklanan nasional

bertujuan untuk menarik konsumen agar mengunjmgi outlet mereka.

Dua aspek penting dalam hubungan periklanan antara franchi,sor

dan.franchise perlu diketahui. Pertama, mengetahui komitmen keuangan dalam periklanan franchisor

- tentang cara pembagian pembiayaan

periklanan antara franchisor dan franchise, jumlah pengeluaran

investasi awal untuk periklanan, dan kontribusi yang perlu diberikan selama kampanye periklanan berskala nasional. Kedua, mengetahui sifat

program periklanan dengan menanyakan kepada franchise tentang

rencanaperiklanan untuk tahun yang akan datang. Gambaran dalam bentuk angka diperlukan untuk mengetahui besamya pasar periklanan

dibandingkan dengan pasar yang dicapai oleh franchisor lain.

Berdasarkan pengalaman seseorang sebelum mengikat kontrak fr-

anchise, dapat diketahu3 efektivitas bauran media massa seperti radio, TV, billboard, majalah, surat kabar merupakan sarana yang tepat untuk

mencapai pasar potensial bagi outlet yang akan dioperasikan.

Franchisor harus dapat menunjukkan kajian media yang membuktikan efektivitas kampanye periklanan. Analisis harus dapat menunjukkan

karakteristik demogratis dan sifat pembelian konsumen. DI samping itu

franchisor juga harus dapat menunjukkan rencana penjadwalan di pasar lokal dengan menggunakan media dan besamya biaya yang diperlukan.

8. Faktor Keunggulan dan Kekurangan Usaha Waralaba (Franchise) Sebelum memulai suatu usaha, seorang wirausahawan perlu

mengetahui faktor untungl rugi dengan membandingkan antara membeli

hak waralaba dan membuka usaha nonwaralaba. Berikut diungkapkan beberapa faktor kelebihan dan kekurangan dalam membeli franchise

waralaba:

Page 130: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

130 | K e w i r a u s a h a a n

• Bantuan dan pelatihun manajemen : Pengusaha waralaba

(franchise) dengan pengalaman pribadi yang kurang memadai dapat

memperoleh pelatihan dari induk perusahaan (franchisor). Program pelatihan yang telah tersusun dengan baik tentang cara memulai dan

menjalankan perusahaan diberikan kepada pemilik usaha waralaba.

Konsep perusahaan, produk, dan nama yang tetczh dikenat:

Pengusaha waralaba mendapatkan perusahaan yang telah dikenal dan kualitas produknya telah dipercaya pasar. Konsumen

mengetahui bahwa keunggulan kualitas produk yang ditawarkan

oleh waralaba seperti Pizza Hut tidak diragukan. Pewaralaba

mendapat perusahaan yang telah terbukti memiliki catatan prestasi, prosedur operasi yang baku, dan periklanan yang

tersebar di seluruh pelosok negeri. Dengan demikian risiko dapat

ditekan, dan kesempatan mendapat keuntungan menjadi lebih besar.

Buntuan keuangan: Memulai suatu usaha diperlukan uang dalam

jumlah besar, data wirausahawan seringkali mempunyai sumber

daya yang terbatas. Perusahaan waralaba memberikan bantuan keuangan dengan beberapa cara. Pertama, bergabung dengan

perusahaan yang telah dikenal luas secara nasional, biasanya

pewaralaba mendapat kesempatan lebih baik untuk memperoleh

dana pinjaman. DI samping itu, perusahaan induk waralaba (franchise

-) memberikan petunjuk tentang manajemen keuangan,

penyerahan kepada pihak yang memberi pinjaman, dan bantuan

dalam persiapan pengajuan pinjaman. Banyak perusahaan induk waralaba yang juga menawarkan rencana pembayaran, kredit

jangka pendek untuk pembelian perlengkapan dari perusahaan

waralaba.

Kepemilikan : Pengelolaan waralaba memiliki perusahaan secara

pribadi. Pemilik dapat menikmati kemandirian, insentif, dan laba usaha mandiri. DI samping itu, pemiiik juga dapat merasakan

nikmatnya menjadi pimpinan perusahaan meskipun harus

mentaati lebih banyak peraturan dan prosedur dibandingkan dengan memiliki usaha yang sepenuhnya berdasarkan atas modal

sendiri.

Faktor-faktor kelemahan pada franchise :

Biaya awal yang tinggi : Biaya pada awal usaha waralaba

bervariasi, bergantung pada jenis perusahaan. Biaya-biaya itu

meliputi biaya pembukaan usaha waralaba yang hanya dapat

dilakukan satu kali, pembelian tanah, bangunan, dan perlengkapan, dan dana untuk penyediaan bahan serta biaya

Page 131: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

131 | K e w i r a u s a h a a n

pengoperasian pecusahaan. DI samping biaya-biaya tersebut

pewaralaba masih harus membayar biaya periklanan nasional

yang dihitung berdasarkan persentase penjualan. Pewaralaba juga harus membayar royalti yang dibebankan atas penjualan sebesar

2% sampai dengan 20% dari hasil penjualan. Biaya lain yang

harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembimbingan dan pengarahan manajemen.

Pembatasan kebebasan beroperasi: Pengoperasian usaha

waralaba tidak seleluasa pengoperasian usaha yang didirikan

dari titik permulaan. Pewaralaba harus mengikuti berbagai

ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan induk (franchisor). Sediaan dan pasokan harus sesuai dengan standar

perusahaan induk. Pembelian harus dari pemasok yang telah

ditentukan atau dari perusahaan induk. Lebih daripada itu, wilayah pemasaran pewaralaba dibatasi pada wilayah atau

tempat tertentu yang membatasi pertumbuhan perusahaan.

Page 132: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

132 | K e w i r a u s a h a a n

BAB X

PRODUKSI DAN MANAJEMEN OPERASI

Setiap perusahaan memiliki fungsi produksi dalam menciptakan

beberapa jenis produk atau jasa Perusahaan harus mempertimbangkan

cara pembuatan produk atau pengiriman jasa. Oleh karena itu, setiap

perusahaan memerlukan manajemen operasi. Cakupan tugasnya berhubungan erat dengan pemasaran, keuangan, akuntansi, dan bidang-

bidang fungsi lain dalam perusahaan.

1. Proses Produksi

Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi dan produk yang

dihasilkan harus jelas. Divisi perlengkapan pada perusahaan elektronik

National Gobel , misalnya, mengubah baja, karet, tembaga, dan bahan lainnya menjadi mesin cuci, mesin pengering, kipas angin, blender, dan

sebagainya.

Produksi, pembuatan barang dan jasa, merupakan fungsi penting dalam setiap perusahaan. Melalui proses produksi, perusahaan

mengubah bahan menjadi produk. Pengelolaajl proses konversi dalam

produksi memerlukan peran manajemen operasi.

Proses Produksi Dasar

Manajer operasi mengklasifikasikan proses produksi dengan dua

cara. Pertama, menerangkan cara konversi bahan menjadi produk. Kedua, menerangkan penetapan waktu proses.

Konversi Bahan menjadi Produk Ada dua proses dasar untuk mengubah bahan menjadi produk. Pertama,

bahan mentah dibagi menjadi satu atau lebih produk. Misalnya,

penyaringan minyak bumi diubah menjadi bensin, minyak tanah, dan bahan kimia. Kedua, jenis proses yang merupakan kebalikan proses

pertama. Bahan dasar dikombinasikan untuk menghasilkan produk baru,

atau ditransformasikan menjadi produk yang berbeda.

2.2. Produksi Berkesinambungan, Repetitif, dan Terpisah

Penetapan waktu produksi merupakan suatu metode klasifikasi. Proses

berkesinambungan memerlukan jangka waktu yang panjang beberapa hari, nninggu atau bulan tanpa menghentikan peralatan. Kebijakan proses

berkesinambungan paling tepat diterapkan pada jumlah produksi besar,

Page 133: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

133 | K e w i r a u s a h a a n

tidak banyak variasi dengan suku cadang berstandar baku, seperti paku,

gelas, dan kertas. Biaya per-unit rendah dan produksi mudah dijadwalkan.

Proses repetitif dilakukan dengan menggunakan modul, bagian atau unit yang dibuat terlebih dahulu. Misalnya, proses ini diterapkan pada

pembuatan mesin cuci. Mesin dirakit terlebih dahulu sebagai modul

terpisah, kemudian dipasang pada mesin. Proses terpisah, pengerjaan produksi dalam waktu singkat digunakan

untuk membuat sejumlah produk yang berbeda-beda. Mesin dimatikan

dan disesuaikan untuk membuat produk-produk tersebut pada waktu yang

berlainan. Proses ini paling sesuai untuk produksi jumlah kecil dengan variasi yang tinggi. Misalnya, aneka produk cetakan seperti brosur,

undangan, surat atau edaran untuk anggota organisasi, dan laporan.

3, Perencanaan Produksi

Suatu bagian penting pada manajemen operasi adalah perencanaan

produksi, yakni penetapan jenis dan jumlah sumber daya yang diperlukan

untuk membuat produk. Perencanaan produksi yang baik menyeimbangkan tujuan yang mungkin menimbulkan konflik:

memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen sambil tetap

mempertahankan biaya rendah, mempertahankan laba yang tinggi sambil tetap men jaga kesesuaian persediaan.

3.1. Memilih Lokasi Sebuah keputusan penting yang harus ditetapkan terlebih dahulu dalam

perencanaan produksi adalah penempatan fasilitas. Pemilihan lokasi

berpengaruh terhadap biaya operasi, harga produk, dan kemampuan

bersaingperusahaan. Misalnya, pengiriman bahan mentah dan barang jadi sebesar 25 persen dari biaya total produk. Penempatan fasilitas dimana

biaya pengiriman dan biaya-biaya lain yang rendah merupakan bagian

keberhasilan perusahaan. Setelah produksi dimulai tidak mudah memindahkan pabrik atau fasilitas jasa.

3.1.1. Faktor Kuarltitatif Biaya pene.tapan lokasi diberbagai tempat berbeda-beda. Oleh karena itu

diperlukan analisis sebelum menetapkan lokasi suatu perusahaan.

Biaya tenaga kerja sangat penting baik untuk perusahaan manufaktur

maupun perusahaan jasa. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi tingkat kecakapan pekerja, pelatihan yang diperlukan, tingkat

upah, dan produktivitas pekerja. Jarak perusahaan yang mudah dijangkau

oleh konsumen dan sumber bahan mentah yang mudah dicapai juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan untuk menetapkan

pelayanan yang lebih baik pada tingkat biaya yang rendah.

Page 134: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

134 | K e w i r a u s a h a a n

3.1.2. FaktorKualitatif

Pemilihan lokasi perusahaan tidak mudah untuk diukur. Kualitas kehidupan dalam suatu komunitas seperti pendidikan, rekreasi, aktivitas

budaya, suasana, dan pelayanan umum merupakan faktor yang memberi

kesempatan kepada perusahaan untuk menjual produk berkualitas baik dengan harga yang lebih tinggi. Perusahaan produk berteknologi tinggi

menempatkan kualitas kehidupan pada urutan pertama dalam daftar

prioritas.

4. Arti Lokasi bagi Perusahaan

Keputusan lokasi perusahaan atau tempat usaha merupakan faktor

penting dalam pengambilan keputusan. Dua alasan penting tentang pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

4.1. Persaingan

Lokasi perusahaan atau tempat usaha berpengaruh terhadap kemampuan bersaing dan berbagai aspek operasi perusahaan. Bagi perusahaan

manufaktur, lokasi berpengaruh pada biaya langsung. Biaya transportasi

ke dan dari lokasi perusahaan maupun biaya tenaga kerja dan berbagai penyediaan bahan untuk proses produksi. Dalam pemberian pelayanan

lokasi dapat mempengaruhi permintaan jasa dan efektivitas operasi

secara keseluruhan. Lokasi juga dapat berpengaruh secara mental terhadap hubungan intemal antar karyawan dan hubungan ekstemal

dengan pihak luar. Tata letak atau penataaan fasilitas juga berpengaruh

terhadap biaya operasi dan koordinasi atau supervisi.

4.2. Biaya

Kegagalan pengambilan keputusan tentang lokasi dapat mengakibatkan

biaya mahal dalam jangka panjang. Keputusan membeli tanah atau mendirikan bangunan memerlukan biaya besar. Waktu yang digunakan

dan usaha yang dilakukan untuk pekerjaan yang tidak tepat dan

kemudian harus dibenahi tidak akan tergantikan.

5. Faktor Lokasi

Keputusan lokasi seringkali melibatkan serangkaian faktor yang dapat

berpengaruh terhadap pendapatan, biaya, atau keduanya karena dapat berpengaruh terhadap laba. Faktor lain yang pengaruhnya terhadap laba

tidak mudah untuk diukur adalah pertimbangan pemilihan lokasi.

Beberapa faktor lokasi operasi perusahaan dibahas dan dikelompokkan dalam tiga kategori umum.

Page 135: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

135 | K e w i r a u s a h a a n

5.1. Faktor Hubungan Pasar

Strategi pasar harus dipertimbangkan berdasarkan penempatan fasilitas

usaha. Ramalan permintaan membantu menentukan pasar barang atau jasa. Setiap produk ada pihak-pihak yang membutuhkannya. Keputusan

lokasi yang merupakan tempat penyediaan kebutuhan tersebut harus

diperhitungkan berdasarkan lokasi dan tingkat permintaan untuk setiap produk baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Lokasi

pesaing juga dapat berpengaruh terhadap tingkat disukai atau lidaknya

suatu lokasi. Meskipun demikian ada beberapa perusahaan yang

menghendaki berdekatan dengan pesaing, dan adapula yang bersikap sebaliknya. Kemudahan untuk dijangkaunya suatu lokasi usaha oleh

konsumen dapat mempengaruhi jumlah pembeli potensial dan

pendapatan perusahaan. Strategi pemasaran merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan bersama dengan faktor-faktor operasi pada

waktu lokasi telah ditetapkan.

5.2. Faktor Biaya untuk Fasilitas yang Beru,jud Banyak keperluan untuk operasi perusahaan harus diadakan dengan

biaya iriahal. Keputusan lokasi merupakan salah satu di antaranya.

Perlciraan biaya jangka panjang harus digunakan karena fasilitas operasi dapat dimanfaatkan selama empat puluh sampai lima puluh tahun, atau

bahkan lebih dari itu.

5.2.1. Transportasi.

Ketersediaan berbagai jenis sarana transportasi dapat memberikan

keluwesan dan aarana pengangkutberbagai bahan dengan biaya rendah.

Tarip pengiriman daiam volurme tertentu perkilometer bervariasi menurut jenis baham yang diangkut. Berat relatif dan ongkos muat

untuk barang yang keluar dan masuk juga berpengaruh terhadap

keputusan lokasi. Setiap mata rantai dalam rangkaian logistik akan mendapat tnasukan

dari satu sumber atau beberapa sumber dan mendistribusikan produknya

ke beberapa pengguna berikutnya. Faktor bahan yang akan diproses sangat diperhatikan oleh beberapa perusahaan ketika mengambil

keputusan lokasi. Jika perusahaan ditempatkan dengan sumber bahan

disebut lokasi berorientasi bahan. Perusahaan manufaktur cenderung

berorentasi bahan jika perusahaan mempunyai sumber bahan mentah tunggal dan mengirimkan produknya ke berbagai arah. Lebih mudah

mengangkut kertas daripada kayu dan air, sehingga pabrik kertas

biasanya berlokasi tidakjauh dari sungai dan dalam wilayah di sekitar hutan.

Page 136: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

136 | K e w i r a u s a h a a n

Beberapa pabrik manufaktur berlokasi tidak jauh dari konsumen jika

produk yang dihasilkan mudah rusak atau busuk, sangat berat, atau

berukuran sangat besar maka perusahaan memilih lokasi berorientasi pasar. Demikian puia perusahaan yang produksinya dikonsumsi di

wilayah yang tidak luas, lokasi pabrik dapat berorientasi pasar, terlebih

jika bahan mentah didatangkan dari beberapa wilayah dengan biaya transportasi yang tidak mahal. Operasi pergudangim barang jadi dan

barang eceran juga berorientasi pasar. Demikian pula dengan perusahaan

jasa karena mereka memerlukan hubungan langsung dengan konsumen.

5.2.2. Ketersediaan Energi dan Biaya

Banyak pabrik manufaktur menggunakan sumber energi dalam jumlah

besar, seperti listrik atau gas alam, untuk mengoperasikan proses produksi. Fasilitas nonmanufaktur menggunakan berbagai sumber daya

tersebut untuk pemanasan atau pengaturan udara di ruang-ruang kerja.

Bahan bakar menjadi langka dan mahal di banyak lokasi dan akan

semakin menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi.

5.2.3. Biaya Tempat dan Pembangunan

Biaya yang langsung berhubungan dengan lokasi fasilitas adalah biaya pemhelian tempat dan pembangunan fasilitas. Biaya per luas tertentu

bervariasi antara satu wilayah dan wilayah yang lain. Biaya per 1000

meter misalnya, kadang-kadang bervariasi karena tanah dengan harga yang tidak mahal mungkin memerluk<m pengeluaran yang lebih besar

untuk mempersiapkan tempat dan memhangun gedung.

5.3. Faktor-Faktor Tidak Berujud Disukai atau tidaknya suatu lokasi tidak selalu dapat diukur dengan

uang.Orang harus diberikan penjelasan dengan cara yang bijaksana agar

bersedia untuk bekerja di suatu lokasi atau tempat tertentu, karena itu daya tarik suatu lokasi dan lingkungannya sebagai tempat untuk tinggal

dan menghidupi keluarga merupakan faktor yang penting.

5.3.1. Sikap Masyarakat

Hubungan dengan komunitas penduduk di sekitar lokasi harus menjadi

bagian terpadu dari keputusan lokasi. Opini publik di suatu wilayah

tertentu mungkin kurang sesuai untuk jenis perusahaan tertentu, meskipun tidak ada peraturan formal secara tertulis tentang hal tersebut. Perusahaan

yang berlokasi di lokasi seperti tersebut di atas akan menghadapi risiko

pembatasan, pajak yang tinggi, atau reaksi masyarakat yang tidak diharapkan di masa mendatang. Permasalahan akan timbul jika

masyarakat merasa terganggu oleh asap, kebisingan, bau, atau dampak

Page 137: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

137 | K e w i r a u s a h a a n

lain yang tidak diharapkan. Pertemuan dengan tokoh dan wakil

kelompok dalam masyarakat mer-upakan suatu langkah yang bijaksana

sebelum membuat komitmen yang memerlukan biaya tinggi.

5.3.2. Potensi Ekspansi

Suatu tempat untuk mendirikan perusahaan manufaktur atau nonmanufaktur perlu dipertimbangkan kemungkinan dapat atau tidaknya

untuk perluasan perusahaan. Ukuran dan garis batas tanah harus

memungkinkan untuk perluasan tata letak fasilitas perusahaan tanpa

mengorbankan efisiensi.

6. Tata Letak Fasilitas

Tata letak fasilitas merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produksi. Idealnya temrpat proses,

perlengkapan, dan wilayah kerja diatur menurut pola yang paling

efisien. Kttentuan altematif ini juga berlaku di perusahaan jasa,

meskipun demikian pcrusatraan ja,a hnmrs lebih memperhatikan cara mempengaruhi konsumen. Di sebuah supermarket, misalnya, letak

tangga elektrik (elevator) ditempatkan di bagian tengah atau di bagian

pinggir toko. Diletakkan di tengah akan memudahkan pemindahan barang dari satu bagian ke bagiao iang lain di lantai yang berbeda, tetapi

menghalangi pandangan konsumen ke arah barang yang, dipajang.

Ada tiga macam tata letak fasilitas: proses, produk, dan posisi tetap.

6.1. Tata Letak Proses

Tata letak proses mengatur arus kerja sekitar proses, pengelompokan

bersama.r semua karyawan yang mengLrjakan pekerjaan sejenis. Produk berjalan melalui satu bagian atau departemen ke bagian yang lain.

Misalnya, semua pekerjaan pengelasan dikerjakan di satu tempat,

pekerjaan perakitan di tempat yang lain. Proses ini merupakan langkah yang paling sesuai untuk perusahaan yang memproduksi berbagai

produk dalam jumlah kecil.

6.2. Tata Letak Produk Llntuk proses produksi berkesinambungan tata letak (jajaran perakitan)

produk diterapkan. Pada waktu jumlah produk yang besar memerlukan

proses secara terus menerus tanpa terputus-putus, bagian atau

departemen yang mengerjakannya diatur dalam satu baris. Pabrik mobil, perkakas, dan pemrosesan makanan pada umumnya menerapkan tata

letak produk. Perusahaan jasa dapat pula menerapkannya untuk operasi

pemrosesan rutin. Misalnya, perusahaan pemrosesan film yang bekerja pada malam hari menerapkan teknik jajaran perakitan.

Page 138: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

138 | K e w i r a u s a h a a n

6.3. Tata Letak Posisi Tetap

Tidak setiap produk dapat dipindah-pindahkan dalam pemrosesannya.

Tata letak posisi tetap memungkinkan produk tetap berada di satu tempat, karyawan dan mesin bergerak sebagaimana diperlukan. Produk

yang sukar atau tidak dapat dipindahkan, seperti kapal, pesawat terbang,

proyek bangunan (rumah, jalan, jembatan) merupakan produk yang pengerjaannya menerapkan tata letak posisi tepat. Ruang yang terbatas

menyebabkan beberapa bagian produk harus dikerjakan di lokasi yang

berbeda. Tata letak posisi tetap juga sering diterapkan oleh perusahaan

jasa, seperti pada pengendalian hama, dan pengecatan rumah.

7. Keputusan Membuat atau Membeli

Keputusan lain yang harus diambil oleh perusahaan adalah membuat sendiri suku cadang atau membeli dari sumberlain di

luarperusahaan.Ini disebut keputusan membuat atau membeli. Produk

standar yang kecil seperti mur, baut, paku keling, dan paku biaya lebih

murah membeli daripada membuat. Faktor penting lain dalam keputusan ini ialah apakah sumber luar dapat menyediakannya dengan kualitas

tinggi dan apakah perusahaan perlu merahasiakan gambaran desain dari

pesaing. Jumlah keperluan yang dibutuhkan pun memerlukan berbagai pertimbangan. Mungkin lebih efektif dalam hal biaya dengan membeli

suku cadang daripada membuatnya apabila hanya untuk satu produk di

antara berbagai produk yang lain.

8. Mengurangi Biaya Melalui Keputusan Membeli

Fungsi pembelian merupakan bagian penting dari strategi

produksi perusahaan. Biaya bahan dan persediaan untuk perusahaan manufaktur lebih dari separoh pendapatan penjualan.

Empat jenis biaya penting yang harus dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan produksi adalah bahan mentah dan bagian-bagiannya, tenaga kerja, perlengkapan, dan energ,. Semuanya saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Perusahaan dapat

mengurangi biaya perlengkapan dengan membeli perlengkapan bertenaga listrik berefisiensi rendah tetapi kebijakan ini berakibatkan

kemungkinan naiknya tarif listrik. Kuncinya keputusannya terletak pada

semua biaya secara menyeluruh.

9. Manajemen Persediaan

Persediaan perusahaan adalah pemasokan barang yang berada

dalam penyimpanan untuk digunakan dalam produksi atau untuk dijual kepada konsumen. Manajemen persediaan adalah penetapan jumlah

persediaan yang harus tersedia, dipesan, diterima, disimpan, dan

Page 139: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

139 | K e w i r a u s a h a a n

disalurkan. Tujuan manajemen persediaan adalah untuk

mempertahankan tetap rendahnya biaya pesanan dan penyimpanan

persediaan sementara tetap menjaga ketercukupan pasokan untuk produksi dan penjualan. Persediaan merupakan investasi besar untuk

perusahaan, sebesar 40 persen dari jumlah keseluruhan investasi.

Dengan demikian manajemen persediaan mempunyai tanggungjawab yang besar kepada manajer operasi.

Manajemen persediaan yang baik menjamin kualitas produk,

operasi yang lebih efektif, dan peningkatan laba. Sebaliknya,

manajemen persediaan yang buruk dapat mengakibatkan kekecewaan konsumen, keuangan, dan bahkan kebangkrutan perusahaan.

10. Tingkat Persediaan Menentukan jumlah persediaan yang cukup merupakan tantangan

terbesar yang dihadapi oleh manajer operasi. Dengan jumlah persediaan

yang besar, perusahaan dapat memenuhi produksi dalam jumlah besar

dan permintaan konsumen. Agen pembelian mungkin juga membeli dalam jumlah besar untuk mendapat keuntungan dari jumlah diskon.

Tetapi persediaan dalam

jumlah besar bergantung pada jumlah uang yang dimiliki oleh perusahaan, besamya biaya penyimpanan dan umur persediaan dalam

penyimpanan sebelum usang. 5atu cara untuk menetapkan tingkat

persediaan adalah dengan memperhatikan tiga jenis biaya: biaya penyimpanan persediaan, biaya frekuensi pemesanan kembali, dan biaya

penyimpanan persediaan dalam jumlah yang cukup. Manajer dapat

mengukur ketiga biaya tersebut dan berusaha mengurangi,

Untuk pengendalian tingkat persediaan, seringkali manajer melacak penggunaan barang tertentu yang ada dalam persediaan.

Perusahaan pada umumnya menyimpan persediaan perpetual, yakni

daftar persediaan yang senantiasa diperbarui tingkat, pesanan, penjUalan, dan penerimaannya untuk semua barang.

11. Perencanaan Persyaratan Bahan Sistem pengendalian persediaan maupun produk berbasis

komputer yang popular materials requirement planning (MRP) atau

pereneanaan persyaratan bahan. MRP menggunakan jadwal induk untuk

menjamin agar bahan, tenaga kerja, dan perlengkapan yang diperlukan untuk

produksi dapat ditempatkan di lokasi yang paling sesuai dengan jumlah

menurut ketetapan dan tersedia pada waktu yang tepat. Jadwal ini didasarkan pada prakiraan pe.rmintaan atas produk perusahaan. Dengan

demikian dapat ditetapkan dengan tepat jumlah produk yang akan dibuat

Page 140: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

140 | K e w i r a u s a h a a n

dan pekerjaan yang akan dilakukan selama beberapa minggu atau bulan

ke depan. Semua unsur MRP dikoordinasi dengan menggunakan

program komputer yang rinci dan cermat. Tujuan MRP adalah untuk menjamin kelancaran arus produk jadi. Manfaat MRP sangat dirasakan

olch perusahaan manufaktur produk yang rumit seperti perakitan mobil.

12. S is tem J ust-I n-Time Sistem just-in-time (JIT) pada mulanya dikembangkan oleh

perusahaan otomotii' Toyota di Jepang pada pertengahan tahun 1970-an.

Dewasa ini sistem MI banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Sistem MI digunakan

untuk mengurangi persediaan. Berdasarkan rasa percaya bahwa bahan

akan tiba tepat pada waktu dibutuhkan untuk produksi sehingga tidak

perlu harus menyimpannya di suatu tempat. Dengan demikian sistem JIT sangat membantu dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan.

Perusahaan manufaktur menggunakan jadwal MRP untuk menetapkan

waktu diperlukannya bagian suatu produk yang akan diproduksi dan kemudian memesannya agar pesanan diterima tepat waktu. Tujuannya

adalah agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dengan

sistem JIT persediaan dapat ditarik melalui proses produksi dalam menanggapi permintaan konsumen.

Kewirausahaan

Sistem J1T merupakan bag Ian dari set uruh strategi manufaktur dan bukan semata tu.juan dalam sistem itu sendiri. JIT memerlukan

kerja tim antara penjual dan personel pembelian dan produksi.

Keterlambatan dalam pengiriman pasokan dapat menyebabkan terlambatnya produksi.

12.1. Manfaat, Problem, dan Implementasi JIT Sebagaimana uraian penjelasan tentang JIT tersebut di atas, sistem ini

memiliki beber-apa manfaat: mengurangi persediaan dan ruang, respon

konsumen yang lebih cepat karena waktu yang lebih singkat,

meningkatkan efisiensi, kualitas yang lebih baik, meningkatkan komunikasi dan timkerja, lebih mengutamakan identifikasi

permasalahan dan pemecahannya. Ada empat jenis manfaat yang dapat

diperoleh dari penerapan JIT: penghematan biaya, peningkatan pendapatan, penghematan investasi, dan peningkatan kualitas karyawan.

Page 141: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

141 | K e w i r a u s a h a a n

12.1. 1. Penghematan Biaya Biaya dapat dihemat dengan berbagai cara, seperti pengurangan per

-

sediaan, efisiensi bahan, mengurangi kerusakan, mengurangi pembahan

baik yang disebabkan oleh konsumen maupun oleh mesin, menghemat ruang, mcngurangi jam kerja, mengurangi pengulangan pekerjaan, dan

dampak lain. tZerttang penghematan biaya dapat mencapai antara 20

sampai dengan 25 pcnsen.

1.2.1.2. Peningkatan Pedaipatan

Pendapat dapat ditingkatkan melalui kualitas pelayanan kepada

konsumen dan mutu produk yang lebih baik. Respon yang lebih cepat terhadap kebutuhan konsumen menyebabkan tingkat penjualan yang

lebih tinggi. Lebih daripada itu, perolehan pemdapatan akan lebih cepat

pada produk dan jasa baru yang berujung pada peningkatan pendapatan.

12.1.3. Penghematan Investasi

Penghematan investasi dapat dilakukan melalui pengurangan ruangan

(kurang lebih sepertiga) diperlukan untuk kapasitas yang sama, pengurangam persediaan, dan volume kerja pada fasilitas yang sama

berkembang secara signifikan, tidak jarang perkembangannya mencapai

100 persen.

12.1.4. Peningkatan kualitas tenaga kerja

Pekerja pada perusahaan JIT lebih menyukai pekerjaan mereka. Mereka

Iebih senang bekerja dalam tim karena tidak banyak permasalahan yang harus dihadapi. Mereka juga lebih terlatih dalam keluwesan dan

ketrampilan yang diperlukan JIT

(pemeriksaan, perawatan) dan menikmati perkembangan yang mereka rasakan dalam melaksanakan tugas. Dengan demikian mereka bekerja

lebih baik dan lebih produktif.

13. Pengendalian Produksi

Setiap perusahaan perlu memiliki sistem untuk mengetahui bahwa

produksi dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Koordinasi

bahan, perlengkapan, dan sumber daya manusia untuk mencapai efisiensi produksi disebut pengendalian produksi. Dua aspek penting

dalam pengendalian produksi adalah penataan alur dan penjadwalan

produksi.

13.1. Penataan Alur Produksi

Page 142: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

142 | K e w i r a u s a h a a n

Penataan alur produksi merupakan langkah awal dalam pengendalian

produksi yang mengatur arus pekerjaan, rangkaian mesin dan operasi,

untuk mengatur tata urutan perkembangan produksi dari awal hingga akhir proses. Penataan ditentukan menurut jenis barang dan tata letak

fasilitas. Setelah alur kerja diatur, dibuatkan panduan kerja tertulis

sebagai petunjuk pengoperasian fasilitas produksi yang berisi informasi tentang tahaptahap khusus dan tahap urutannya. Petunjuk penataan alur

produksi dapat pula mencakup informasi tentang pengoperasian,

misalnya waktu yang diperlukan untuk menyiapkan mesin untuk

memproduksi barang yang dihasilkan.

13.2. Penjadwalan Produksi Penjadwalan produksi berhubungan erat dengan penataan alur produksi.

Manajer produksi menyiapkan jadwal yang menunjukkan rangkaian

produksi yang paling efislen, dan selanjutnya berupaya memastikan

bahwa bahan berada di tempat yang benar pada waktu yang tepat. Penjadwalan merupakan faktor penting baik pada perusahaan

manufaktur maupun perusahaan jasa. Manajer produksi di sebuah

perusahaan menjadwalkan pengiriman bahan, peralihan waktu kerja, dan proses produksi. Perusahaan angkutan membuat jadwal pengemudi,

karyawan kantor, dan perawatan kendaraan angkutan. Penjadwalan di

perguruan tinggi berarti pengaturan waktu kuliah dan pencraturan penggunaan ruang kelas.

14. Manajemen Mutu

Kemampuan sebuah perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa berkualitas baik merupakan faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan. Banyak perusahaan, seperti mobil, elektronik,

perlengkapan rumah tangga, yang ditinggalkan oleh konsumen karena kurangnya perhatian terhadap mutu produk. Bagi seorang konsumen,

mutu adalah cara kerja produk sesuai dengan tujuan pembuatannya. Dari

sudut pandang perusahaan, mutu adalah kesesuaian produk dengan seperangkat standar. Pengendalian mutu adalah penciptaan standar

kualitas dan pengukuran kesesuaian barang jadi atau jasa dengan standar

tertentu. Pengawasan mutu suatu produk semata hanya pemeriksaan

produk sebelum dikeluarkan menuju pasar. Manajemen mutu secara menyeluruh / mengacu pada penerapan dasar-

dasar kualitas dalam seluruh aspek operasi perusahaan yang

menekankan bahwa semua karyawan yang terlibat dalam penyajian produk atau jasa yang meliputi pemasaran, pembelian, akuntansi, dan

pengiriman dana memberikan kontribusi pada kualitas. Kontribusi

Page 143: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

143 | K e w i r a u s a h a a n

tersebut difokuskan pada perbaikan operasi untuk mencapai efisiensi

yang lebih besar. Dengan demikian perusahaan mengutamakan

kepuasan konsumen.

Page 144: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

144 | K e w i r a u s a h a a n

DAFTAR PUSTAKA

Drucker F. Peter. 1994. Inovation and Entrepreneurship: Practicer and

Principles, Terj. Rusdi Naib, Jakarta: Gelora Aksara Pratama hal 4. Hamel Gary. C. K Prahalad 1994. Competing for The Future: Breakthrough

Strategies for Seizing Control of Your Industry and Creating The

Markets for Tomorrow. USA: Hardvard trepreneurship Business

School Press. Hariss Michael. 2000. Human Recourses Management, USA: hal 19.

Zimmerer. W Thomas, Norman M. Scarborough. 1996. Entrepreneurahip

and New Venture Formation, New Jersey: Prentice Hall International Inc. hal 51.

Ahmad Sanusi.1974. Menelaah Potensi Perguruan Tinggi-untuk Marquis,

Donal G. 1972. Anatomi Inovasi yang Berhasil. Membina Program

Kewirausahaaan dan Mengantar Majalah Inovasi: American Management Association

Pewirausaha Muda, Makalah Seminar. Bandung: KOPMA- Inc.hal. 3,

5. Challanges of Managing a Small Business. Small Business to Modern

Business. Terj. Kusuma Wiriadisastra.

Departement. Winconsin: Murray Hill. USA:Pentice Hall Inc.hal. 16, 55. Drucker, Peter F. 1969. The Age of Discontinuity, Guideli es to Robbins, P

Stephen. 1993. Organizational Behavior: Concept

Our Changing Society. London: Pan Books 1971. hal. 4. Controversies and

Applications. Sixth Edit. New York: Gibson, Ivancevich, Donnely. 1982. Organisasi dan Reinhalt. Winston

Inc.

Kaplan, Paul F, Cynthia Hsien Huang. 1973. Orientasi Ber- Bandung:

Sinar Baru. hal. 23, 24, 33.

Lambing Peggy, Charles R Kuehl. 2000 Entrepreneurship. Jatinangor: PIBI-IKOPIN dan FNSt. hal. 10, 12.

New Jersey: prentice Hall. Inc. hal. 14-17. Sri Edi Swasono. 1979.

Kasus: Manusia Indonesia dalam Pem

Nfarzuki Usman. 1997. Kewirausahaan dalam Birokrasi Salah Satu bangunan. Pustaka. No. 8 TH II. hal. 38.

Wasty Soemanto. 1984. Pendidikan Kewirausahaan. Bandung:

Yuyun Wirasasmita. 1994. Kewirausahaan: Buku Pegangan. Binaaksara. hal. 5.

Page 145: BAB I PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entreprenership.pdf · 1 | K e w i r a u s a h a a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dalam kehidupan

145 | K e w i r a u s a h a a n

Weiner Myron.1966. Modernization, The Dynamic of Growth. Yuyun

Wirasasmita, Faisal Affif, M. Kusman Silaeman.1992.

Voice of America Forum: Lectures. hal. 256-271.Aspek-aspek Kewiraswastaan: Pandangan dan Beberapa Hasil

Winardi. 1998. Benzhmaking Sebagai Salah Satu Alat Manajemen

Penelitian. Bandung: LM-FE UNPAD. hal. 33-34,44.