bab i pendahuluan - digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/9976/4/4_bab1.pdfdikolaborasikan dengan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cara penyampaian dakwah dari masa ke masa terus berubah-ubah sesuai
dengan kondisi masyarakat pada zamannya. Seperti halnya zaman sekarang
teknologi yang terus berkembang pesat, membuat para da’i harus pintar dalam
berdakwah baik dalam segi metode maupun isi pesan yang disampaikannya.
Keberhasilan dakwah tergantung pada respon mad’u atau objek dakwah
bagaimana respon yang dihasilkan baik ketika berdakwah maupun setelah
berdakwah. Da’i harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menarik
perhatian dan keinginan masyarakat agar pesan dakwah sampai kepada sasaran
dakwah. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan perhatian masyarakat.
Seorang da’i harus mengetahui latarbelakang dan minat sasaran dakwah.
Begitupun dakwah pada masa dahulu melalui pendekatan kebudayaan yang
melekat pada masyarakat saat itu.
Masuknya Islam ke Nusantara yang dibawa oleh para wali songo dengan
melakukan pendekatan kultural atau melalui budaya merupakan salahsatu bentuk
metode dakwah. Seni merupakan salahsatu bentuk kebudayaan yang menjadikan
keindahan dalam berdakwah. Sebenarnya berbagai kesenian dapat dijadikan
sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Seni dapat
dinikmati oleh berbagai kalangan karena sifatnya yang memasyarakat dan
2
kondisional. Kesenian yang ada pada masa itu dapat diangkat atau ditampilkan
bersamaan dengan pesan-pesan dakwah.
Manusia tidak dapat dipisahkan dari seni dan dasarnya Islampun
membernarkan adanya seni selama seni tersebut tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan kelalaian ibadah kepada Allah dan tidak minimbulkan
kemusyrikan. Dakwah dengan seni budaya ini dianggap efektif untuk
menyampaikan pesan dakwah agar terhindar dari konflik dan ketegangan.
Wayang golek di tatar sunda atau upacara “Sakatenan” yang terkenal
merupakan salahsatu cara Sunan Kalijaga untuk mengadaptasikan nilai-nilai
agama Islam pada pusat-pusat kekuasaan raja-raja zaman itu. Cerita wayang
diselipkan dengan cerita-cerita keislaman.
Penataan kata-kata ataupun kalimat dalam berdakwah tidak kalah penting
karena tidak semua orang mengerti dengan berbagai bahasa ataupun istilah yang
digunakan. Selain itu, pemilihan dan penyajian data harus disampaikan dengan
seindah dan senyaman mungkin untuk didengar. Kata-kata tersebut misalnya kata-
kata puitis, humor, pantun dan lain-lain. Penyajian pesan dakwah juga bisa
dikolaborasikan dengan musik.
Musik merupakan salah satu bentuk seni suara yang sudah dijadikan
sebagai media dakwah dari dahulu sampai sekarang. Pada zaman penjajahan
penyanyi-penyanyi terbaik sempat diminta Rasulullah SAW untuk melantunkan
lagu-lagu dan pujian-pujian untuk menumbuhkan ketenangan dan keberanian saat
itu.
3
Pujian-pujian yang menjadi media dakwah seperti pada qosidah berjanji,
qosidah burdah, syair nadzoman silsilah Nabi, syair nadzoman kelahiran Nabi
dan lain sebagainya yang masih ada dan masih dipraktikan khusunya di
pesantren-pesantren salafi. Zaman sekarangkhsususnya di Indonesia sudah
banyak dilakukan dengan mengusung lirik-lirik keislaman dari berbagai jenis
aliran musik, yaitu lagu pop, dangdut, kawih yang bergenre religi.
Kekayaan dan keberagaman ilmu agama membuat pro dan kontra dalam
penyampaian dakwah melalui musik. Ada ulama yang mengharamkan karena
atas dasar dalil dalam Q.S Lukman ayat 6:
خذهاعلم بغيرٱللسبيلعنليضلٱلحديثلهويشترىمنٱلناسومن هزواويت
ئك هيعذاب لهمأول م
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan
kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan
menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan (Kemenag RI,2016: 411 ).
Abdullah bin Mas’ud menafsirkan bahwa “ ayat yang dimaksud adalah
nyanyian, demi Allah yang tiada sesembahan kecuali Dia”. Menurut yang
kontra, jika dakwah menggunakan seni musik atau kolaborasi dengan musik
identik dengan hura-hura. Sedangkan menurut yang pro “berdakwah melalui
media musik sah-sah saja, dengan catatan musik tersebut tidak membuat
seseorang lalai akan kewajibannya sebagai seorang muslim” (Tajiri, 2015: 124).
Seni suara merupakan media dakwah yang bisa menjadi daya tarik
pendengar. Musik menjadikan kebutuhan hidup masyarkat dan mengandung
4
beberapa hal yang bermanfaat dan pelajaran bagi kehidupan. Dari segi isi seni
menyampaikan nasihat, kisah teladan, kritik dan lain-lain.
Tanpa dipungkiri masyarakat sekarang setiap harinya pasti
mendengarkan musik, baik itu melalui handphone, radio maupun televisi. musik
juga digunakan sebagai sarana hiburan, ketenangan dan merubah emosi bagi
para pendengarnya. kecintaan masyarakat terhadap musik membuat media
maupun komunitas banyak membuat program khusus untuk pementasan musik,
baik musik tradisional maupun musik modern.
Musik tradisional kawih yang berisi tentang gambaran suasana, sifat
seseorang, fenomena, dan pepeling yang berasal dari Jawa dan Sunda
(Natapraja, 1997: 6). Meskipun kawih tidak terlalu familiar dikalangan
masyarakat khusunya dikalangan remaja sekarang ini, namun kawih masih
sering dipentaskan diberbagai acara misalnya pernikahan, PHBI (Peringatan
Hari Besar Islam), PHBN (Peringan Hari Besar Nasional dan event-event
tertentu. Lagu yang berlirik sunda ini dari zaman ke zaman terus berkembang
baik dalam segi isi lirik maupun alat musik yang mengiringi. Banyak seniman
khususnya seniman Sunda yang membuat Kawih bergenre religi seperti koko
Koswara, Nano dan Atang Warsita.
Atang warsita beliau adalah seniman sunda dari Bandung yang memiliki
suara khas tersendiri dan suaranya mudah dikenal. Sejak SMA tahun 1966 beliau
sudah membuat kawih berikut notasinya. Ada beberapa Kawih genre Religi yang
bernama kawih Qosidah karya Atang Warsita diantaranya Balitungan (1983),
Demi Wanci (1985), Insan Utama (1983), Isro Mi’raj (1985), Minal Aidzin Wal
5
Faidzin (1986), Sumerah (1985), Teu Daya Teu Upaya (1985), Do’a (1985),
Karinding Panggeuing (1985) dan Thola’al (2004). Karya pertama beliau adalah
Perlaya di Nagri Sebrang, sebuah interpretasi terhadap dua prajurit KKO yang
gugur di Singapura. Salah satu karya kawih genre religi beliau yang terkenal
yaitu Demi Wanci. Syair kawih ini terinspirasi dari Al-Qur’an surat Al-Asr.
kawih Demi wanci sering dilantunkan oleh Ibing dan Asep Sunandar ketika
berdakwah, kemudian menjelaskan makna dari kawih tersebut. Banyak
penghargaan yang beliau dapat diantaranya penghargaan sebagai pencipta lagu
Indomart, Anugrah kota Bandung tahun 2012, Juara 1 pencipta lagu sunda
tingkat Nasional dan sebagainya.
Melalui lirik-lirik kawihnya beliau menyampaikan pesan-pesan dakwah
seperti halnya salahsatu kawih yang berjudul Balitungan, disana terdapat pesan
dakwah bahwa setelah kematian akan adanya hari pertanggungjwaban akan
dihitungnya amal perbuatan manusia.
Ketertarikan masyarakan akan musik, menjadikan media yang efektif
untuk berdakwah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Atang Warsita selain
digunakan sebagai hiburan, beliaupun membuat kawih yang bernuasa islami
yang sering beliau lantunkan di acara-acara besar. Apabila dakwah
menggunakan media musik kesenian kawih semakin populer, maka bukan hanya
sebatas ber-amar ma’ruf nahi munkar, melainkan juga sebagai cara untuk
melestarikan kesenian sunda.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan meneliti isi pesan dalam
beberapa kawih genre religi karya Atang Warsita dengan judul “ Pesan Dakwah
6
Dalam Kawih Qosidah Sunda (Analisis Isi Dalam Kawih Qosidah Sunda Karya
Atang Warsita)”.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latarbelakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah
penelitian diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana jenis pesan dakwah dalam album kawih Qosidah Sunda Atang
Warsita?
2. Bagaimana Kategorisasi isi pesan dakwah dalam album kawih Qosidah
Sunda kawih Atang Warsita?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan
kategorisasi isi pesan dakwah dalam album kawih Qosidah Sunda Atang
Warsita.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini memiliki dua kategori adalah sebagai berikut:
a) Manfaat secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan bagi mahasiswa dibidang penelitian komunikasi khususnya
dibidang analisis isi kualitatif dalam kawih.
b) Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memotivasi bagi para musisi untuk membuat lagu dan
7
mengembangkannya khususnya kawih yang dirancang seindah
mungkin dan mempunyai makna nilai-nilai agama, agar tetap lestari
dan memenuhi keinginan penggemar di seluruh dunia. Selain itu,
diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui
dan menggali makna yang ada dalam syair khusunya kawih dengan
menggunakan analisi isi.
1.4 Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan analisis isi, seni
sunda, kebudayaan dan pesan dakwah yang dianggap relevan oleh peneliti yaitu:
Tabel 1.1 Kajian Pustaka
No TAHUN PENELITI JUDUL HASIL
1 2012 Dini Nur
Fauziyyah
Peran Koko
Koswara dalam
Mengembangkan
Seni Karawitan
Sunda di Jawa
Barat (1950-1985)
Koko koswara memiliki
peran penting dalam
perkembangan karawitan
sunda di Jawa Barat
terutama dengan
penemuannya kawih
wanda anyar.
2 2014 Sinta Siti
Hanifah
Perkembangan
Seni Musik
Marawis di
Sukabumi
Perkembangan seni
musik marawis sangat
pesat. Ditandai dengan
bervariasinya lirik lagu
dan aransemen musiknya
ada yang menggunakan
nada India.
3 2013 Nena
Yuningsih
Ipnayati
Perpaduan
Tabligh dengan
Musik Sebagai
Model Dakwah.
Respon mubalagh
terhadap pesan yang
disampaikan dengan
perpaduan musik yaitu
memiliki peresentase
85% menunjukan respon
tinggi.
4 2015 Siti
Zakiyah
Tifany
Pesan Dakwah
Tentang
Muslimah di
Pesan dakwah dalam
akun @dakwahmuslimah
selama bulan November
8
Media Sosia Line 2015 sebanyak pesan 53
Pesan. pesan dibagi
berdasarkan kateogori
dan format pesan.
Sumber : hasil penelitian
1.5 Landasan Pemikiran
Dakwah secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari kata يدعو –دعا
دعوة – (da’a, yad’u, da’watan), yang berarti seruan, panggilan, undangan atau
do’a.
Sedangkan dakwah menurut istilah (terminology) termaktub dalam Al-Qur’an
surat An-Nahl : 125 yaitu:
دلهمٱلحسنةوٱلموعظةبٱلحكمةربكسبيلإلى ٱدع هوربكإنأحسنهىبٱلتىوج
بٱلمهتدينأعلموهوسبيلهۦعنضلبمنأعلم
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk (Kemenag RI 2016: 281).
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah adalah menyeru
manusia kepada jalan yang diridai-Nya dan mencegah manusia kepada keburukan
dengan cara yang baik dan tidak radikal.
Dari uraian diatas dapat diketahui bawah dakwah adalah mengajak
manusia kejalan Allah, baik dengan lisan, tulisan maupun perbuatan yang
merupakan kewajiban dan tugas manusia yang sudah direncanakan sejak awal
penciptaan manusia (Enjang AS, 2009: 1).
9
Definisi dakwah jika dikaitkan dengan fenomena dakwah zaman sekarang
merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, bertahap untuk
meningkatkan iman seseorang dari tidak baik menjadi baik dan dari baik menjadi
lebih baik. Perubahan ke arah yang positif ke jalan yang di ridhai Allah SWT
(Aziz, 2004:19).
Berdakwah setidaknya ada lima unsur diantaranya Orang yang mengajak
kepada jalan Allah adala da’i (subjek dakwah), maudu’ (pesan dakwah), uslub
(metode dakwah), wasilah al-dakwah (media dakwah) dan orang yang diajak
adalah mad’u (objek dakwah).
Seorang da’i harus pintar dalam menyampaikan pesan dakwah. Memilih
metode dakwah dengan menyesuaikan karekteristik mad’u yang menjadi sasaran
dakwah.
Pesan dakwah dalam bahasa arab disebut maudlu’ al-da’wah. Pesan
dakwah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Maka, semua pesan yang
bertolakbelakang dengan Al-Qur’an maupun Hadis tidak bisa disebut sebagai
pesan dakwah (Aziz, 2016: 318). Sedangkan menurut Enjang AS dan Aliyudin
pesan dakwah adalah materi yang disampaikan seorang da’i kepada mad’u
(sasaran dakwah). Materi berisi ajaran-ajaran islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadits (Enjang AS, 2009: 80).
Jenis-jenis pesan dakwah menurut Onong Uchjana Effendy (2004: 8)
yaitu: (1) informatif yaitu pesan yang disampaikan berisi informasi dan bertujuan
untuk menambah wawasan seseorang (2) persuasif yaitu pesan yang disampaikan
dengan cara mempengaruhi khalayak agar mengikuti apa yang disampaikan oleh
10
komunikator dengan tidak adanya paksaan dan, (3) instruktif yaitu pesan yang
berisi tentang perintah untuk melakukan sesuatu .
Sedangkan kategorisasi pesan dakwah menurut Moh. Ali Aziz (2009: 332)
atau Al-Islam meliputi tiga hal yaitu: (1) Akidah adalah kepercayaan atau
keyakinan yang tertanam dalam hati seseorang yang meliputi iman kepada Allah,
iman kepada Rasulullah, iman kepada kitab Allah, iman kepada malaikat Allah
dan iman kepada qadla dan qadar (2) Syariah adalah ilmu yang mempelajari
hubungan manusia dengan pencipata-Nya dan dengan makhluk. Syariah secara
garis besar terdiri atas dua bagian yaitu Ibadah adalah menyembah Allah SWT
dan tidak menyembah selain-Nya. Hubungan manusia kepada Allah tanpa
perantara seperti Shalat, Puasa Ibadah Haji dan lain sebagaianya dan Muamalah
adalah segala bentuk interaksi dan komunikasi antara sesama manusia dengan
manusia lain sebagai makhluk sosial atau hidup bermasyarakat dengan lingkungan
seperti jual-beli, perkawinan, perdagangan dan sebagainya, dan (3) Akhlak berasal
dari bahasa Arab yaitu khuluq yang jamaknya merupakan akhlaq. Menurut bahasa
akhlak yaitu tabiat, perangai, dan agama.Sedangkan menurut istilah akhlak
merupakan tingkah laku, adat kebiasaan atau sesuatu yang sudah melekat pada
diri seseorang (Sukayat, 2009: 32-33).
Dakwah bukan hanya disampaikan dari mimbar ke mimbar, perkembangan
zaman yang membuat metode dakwah harus berubah sesuai dengan kondisi
masyarakat seperti dakwah dengan pendekatan budaya melalui kesenian.
Seni dengan misi dakwah merupakan keindahan pembawaan nilai-nilai
islamiyyah kepada khalayak kearah perubahan budaya yang lebih baik sesuai
11
dengan ajaran islam. Misi dakwah terealisasikan atau tidak, tergantung pada
kemampuan seniman menyampaikan seni yang bermakna islamiyyah tersebut
kepada khalayak ataupun nantinya khalayak yang akan menterjemahkannya
sendiri. pengakuan seni dalam Islam tidak terlepas dari fitrah manusia yang
mempunyai unsur rasa, pikir , karya dan karsa,
Pertunjukan seni di Indonesia terdapat tiga macam hubungan Islami yaitu
pertama, bentuk seni yang belum diperkenalkan Islam, kemudian seiring
berjalannya waktu terpengaruh dengan pesan islami contohnya wayang golek
menak yang bercerita tentang pahlawan islam beserta dengan pesan-pesan
islaminya. Kedua, bentuk seni yang sudah bernuansa Islami contohnya
pertunjukan tarian sambil menyanyikan teks yang kebanyakan berisi pujian-pujian
untuk Nabi Muhammad SAW., dalam bahasa Arab. Ketiga, bentuk seni
kontemporer yang tidak terikat dengan tradisi tertentu namun membawa nuansa
islami.
Di Indonesia terdapat berbagai bentuk musik tradisional yang popular
selain qasidah, selawatan dan Hadrah. Muncul pula musik dengan berbagai
modifikasi seperti Senandung Deli dari Sumatra Utara, Rapai Geleng dari Aceh,
Marhaban Priangan dari Jawa Barat dan sebagainya. Selain itu pada tahun 1990-
an muncul salawatan modern yang dipimpin oleh Hadad Alwi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kawih adalah lagu tradisional
dalam bahasa sunda yang iramanya tidak teratur, dinyanyikan sambil bersajak.
Sedangkan menurut Kamus istilah sastra, “Kawih adalah sejenis karya bebas yang
dapat dinyanyikan dan berkembang dikalangan rakyat jelata” (Zaidan Abdul
12
Akidah, akhlak, dan
syariah
Informatif, persuasif, dan
instruktif
Rozak, 2007: 98) dan menurut Iwan Natapraja dalam bukunya yang berjudul
Sekar Gending, kawih adalah lagu sunda yang berirama tandak. Kawih biasanya
ditembangkan dengan iringan musik seperti degungan, kacapian, calung, tepuk
tiluan dan lain sebagainya. Bentuk liriknya rumpaka bermacam-macam, seperti
jangkawokan, sisindiran, wawangsalan, paparikan, sesebred, kakamitan,
purwakanti, siloka dan tatarucingan (Hasan, 1996 :12).
1.6 Langkah-langkah penelitian
Ada beberapa langkah dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan adalah tempat sumber informasi kawih. Adapun lokasi
penelitian ini yaitu di Blok L No. 8 Pasirpogor Bandung.
2. Paradigma dan pendekatan
Da’i
Dakwah
kawih
Kategorisasi pesan Jenis-jenis pesan
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
13
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini berupa pandangan
peneliti. Sedangkan untuk pendekatan penelitiannya menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu temuan-temuan berupa teks.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu
menggunakan analisis isi. Analisis isi merupakan suatu teknik yang
sistematik untuk menganalisis dan mengolah isi pesan atau informasi
baik dalam media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan
komunikasi atau isi komunikasi (Bungin, 2011: 163). Analisis isi ini
merupakan penelitian yang membahas isi informasi atau pesan tertulis
ataupun tercetak dalam media massa secara mendalam dan bisa
digunakan untuk meneliti dokumen berupa teks seperti surat kabar,
gambar, simbol dan sebagainya (Kusnawan, 2011: 249).
Dalam penelitian kualitatif, analisis isi teks menjadi objek pokok
dalam penelitian (Sadiah, 2015: 18). Menekankan bagaimana peneliti
memaknai isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi
interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi. Secara kualitatif,
analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis, dimana isi komunikasi
(percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan sebagainya)
dikategorikan dan diklasifikasikan (Emzir, 2014: 284).
Penggunaan metode analisis isi mempunyai prosedur yang
menyangkut pertanyaan yang ditujukan pada surat kabar , artikel, pita
14
rekaman dan sebagainya. Analisis isi bergantung pada cara
mengklasifikasian dan penyandingan isi.
4. Jenis Data dan Sumber data
a. Jenis data
Jenis data merupakan data yang dikumpulan dalam penelitian.
Adapun jenis data yang dikumpulkan peneliti yaitu berupa data
kualitatif yang menjelaskan mengenai jenis pesan dan kategorisasi
pesan dakwah dalam kawih qosidah sunda.
b. Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer adalah data penting yang menjadi subjek penelitian
(Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2016: 21). Adapun data
primer dalam penelitian ini adalah lirik kawih sunda yang
diperoleh langsung dari Atang Warsita sebagai pembuat kawih
qosidah sunda.
2) Data sekunder adalah data pembantu atau pendukung peneliti
untuk meneliti objek penelitian data berupa kamus, buku,
catatan kuliah dan lain sebagainya (Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, 2016: 21). Adapun data sekunder penelitian ini
adalah buku tentang kawih, dakwah, metode penelitan dan lain
sebagainya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu
sebagai berikut:
15
a. Dokumentasi yaitu proses pengumpulan data berbentuk surat-surat,
catatan harian, majalah, laporan, buku dan sebagainya (Bungin,
2011: 124) . Penelitin mencari data syair kawih dan mencari data-
data yang berhubungan dengan kawih.
b. Wawancara yaitu proses untuk menggali atau mendapatkan
informasi dengan cara tanyajawab dengan narasumber (Bagong
Suyanto, 2008: 69). Peneliti melakukan wawacara langsung
dengan pencipta kawih sunda religi yang menjadi objek penelitian
ini. Penulis memperoleh informasi mengenai kawih, latarbelakang,
penciptaan dan lain sebagainya.
c. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis
atau memproses data penelitan yang terkumpul kemudian menjadi sebuah
kesimpulan yang mudah dibaca (Sugiyono, 2008: 244).
Adapaun teknik analisis data dari penelitian ini adalah dengan melakukan
beberapa langkah yaitu:
1. Reduksi data yaitu merangkum dan memilih data yang difokuskan
untuk diteliti. Dalam Penelitian ini difokuskan pada data berupa pesan
dakwah pada lirik-lirik kawih karya Atang Warsita.
2. Data yang sudah terkumpul dibuat dua kelompok yaitu jenis-jenis
pesan dakwah (Informatif, Persuasif dan Instruktif) dan kategorisasi
pesan dakwah (Akidah, akhlak dan syariah).
16
3. Dua kelompok tersebut diuji dengan menggunakan lembar koding
analisis isi antara peneliti dan Dwi Nurul Ilmi Mahasiswa UIN Sunan
Gunung Djati Bandung sebagai peneliti koder kedua dengan
menggunakan rumus analisis isi Formula Holsti yaitu Releabilitas
Antar-Coder = 2M
N1+N2 untuk mengetahui presentase persetujuan antar-
coder (Eriyanto, 2011: 290).
4. Paparan yaitu memaparkan data berupa narasi. Dalam penelitian ini
penulis memaparkan jenis dan kategorisasi pesan dakwah dalam kawih
qosidah sunda karya Atang Warsita.
5. Penarikan kesimpulan yaitu menyimpulan hasil dari paparan. Dalam
penelitian ini peneliti menyimpulkan hasil dari paparan berdasarkan
jenis-jenis dan kategorisasi pesan dakwah dalam kawih qosidah sunda
karya Atang Warsita.