bab i pendahuluan dari definisi tersebut dapat · 2 undang undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum...

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa Narkotika sejatinya adalah obat yang sangat baik digunakan untuk kepentingan pengobatan, hal tersebut tercantum dalam konsiderans Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (selanjutnya disebut Undang Undang Narkotika) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan daerajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan , antara lain dengan mengusahakan ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat. Meskipun demikian penggunaan Narkotika sebagai obat hanya dapat dilakukan dengan pengawasan dokter, hal itu dikarenakan Narkotika juga memiliki efek yang sangat berbahaya salah satunya adalah efek ketergantungan. Oleh karena itu dibentuklah Undang Undang Narkotika yang tujuannya untuk mengatur kapan pengguaan Narkotika yang diperbolehkan dan kapan yang tidak diperbolehkan. Dalam pasal 7 Undang Undang Narkotika di tegaskan “Narkotika hanya dapat 1 Lihat Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

    baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

    perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

    nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.1 Dari definisi tersebut dapat

    diketahui bahwa Narkotika sejatinya adalah obat yang sangat baik digunakan untuk

    kepentingan pengobatan, hal tersebut tercantum dalam konsiderans Undang

    Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (selanjutnya disebut Undang

    Undang Narkotika) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan daerajat

    kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan

    kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang pengobatan dan

    pelayanan kesehatan , antara lain dengan mengusahakan ketersediaan Narkotika

    jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat.

    Meskipun demikian penggunaan Narkotika sebagai obat hanya dapat dilakukan

    dengan pengawasan dokter, hal itu dikarenakan Narkotika juga memiliki efek yang

    sangat berbahaya salah satunya adalah efek ketergantungan. Oleh karena itu

    dibentuklah Undang Undang Narkotika yang tujuannya untuk mengatur kapan

    pengguaan Narkotika yang diperbolehkan dan kapan yang tidak diperbolehkan.

    Dalam pasal 7 Undang Undang Narkotika di tegaskan “Narkotika hanya dapat

    1 Lihat Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

  • 2

    digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi. Dari ketentuan pada pasal 7 tersebut dapat diketahui

    bahwa segala jenis Narkotika apapun namanya dilarang di Indonesia kecuali untuk

    kepentingan pelayanan kesehatan (pengobatan) dan/atau pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    Tugas dan wewenang jaksa penuntut unun telah tercantum dengan jelas pada

    Pasal 13 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut

    KUHAP) yang berbunyi “Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh

    undang undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan

    hakim”2. berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa Tugas dan wewenag utama jaksa

    penuntut umum adalah melakuakan penuntutan dan melaksanakan putusan hakim.

    Kewenagan jaksa penuntut umum tersebut kemudian diperjelas dalam Pasal 14

    KUHAP dimana Penuntut umum mempunyai wewenang:

    a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu;

    b. mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan

    memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari

    penyidik;

    c. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya

    dilimpahkan oleh penyidik;

    d. membuat surat dakwaan; e. melimpahkan perkara ke pengadilan; f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari

    dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada

    terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah

    ditentukan;

    2 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3209)

  • 3

    g. melakukan penuntutan; h. menutup perkara demi kepentingan hukum; i. mengadakan tindakan lain dalam Iingkup tugas dan tanggung jawab

    sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini;

    j. melaksanakan penetapan hakim.

    Dari sekian kewenagan jaksa/penuntut umum diatas kewenangan yang

    berkaitan langsung dengan nasib terdakwa adalah melakukan penuntutan, karena

    tuntutan itulah yang menjadi pertimbangan hakim nantinya, dan hakim tidak boleh

    memutus melebihi tuntutan itu. Kewenangan penuh kejaksaan adalah

    prapenuntutan dan penuntutan merupakan kewenangan mutlak kejaksaan atau

    disebut juga dengan dominus litis3.

    Ada beberapa alasan dalam pemilihan judul pelaksanaan praktik kerja,

    Pertama, tidak terlepas dari kewengan jaksa/penuntut umum pada pasal 14 huruf g

    yaitu melakukan penuntutan. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk

    melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan

    menurut cara yang diatur dalam undang undang ini dengan permintaan supaya

    diperiksa dan diputus oleh hakim di siding pengadilan.4 Dalam hal hal memperoleh

    putusan hakim agar terhadap seorang dijatuhi pidana (tuntutan pidana) inisiatifnya

    adalah pada perseorangan, yaitu pada pihak yang dirugikan.5 Untuk melakukan

    penuntutan tentu ada tahapan tahapan yang harus dilakukan termasuk salah satunya

    menyusun rencana tuntutan, utamanya yang menarik disini adalah pertimbangan

    3 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua , Sinar Grafika, Jakarta,

    2016, hlm.124. 4 Tolib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana, Setara Press, Malang, 2014, hlm.

    129. 5 Brigjen Pol.(purn) dkk, Panduan Praktis Bila Anda Menghadapi Perkara Pidana Mulai

    Dari Penyidikan Hingga Persidangan, Prenadamedia, Jakarta,2013, hlm.66

  • 4

    jaksa/penuntut umum dalam melakukan penuntutan khususnya dalam melakukan

    penuntutan perkara pidana Narkotika.

    Tuntutan dalam tindak pidana Narkotika sedikit berbeda dengan tindak

    pidana lainnya karena tuntutan jaksa/penuntut umum setidak tidaknya ada dua jenis

    tuntutan, Pertama, tuntutan pidana. Kedua Kedua tuntutan Rehabilitasi. Kedua

    jenis tuntutan tersebut tentu memiliki hal hal atau indikator yang berbeda, dan itulah

    yang menarik perhatian untuk dipelajari secara langsung di lembaga kejaksaan

    khususnya diKejaksaan Tinggi Jawa Timur, termasuk mempelajari kapan tuntutan

    pidana dilakukan dan kapan tuntutan rehabilitasi diterapkan oleh jaksa/penuntut

    umum. Kedua, Disisi lain kenapa memilih kasus Narkotika selain karena bjenis

    tuntutannya yang sedikit berbeda sebagaimana di uraikan di atas, Indonesia saat ini

    darurat narkoba (Narkotika dan obat berbahaya lainnya). Hasil survei Badan

    Narkotika Nasional tahun 2016 sampai 2017 bahwa Pengguna narkoba (Narkotika

    dan obat berbahaya lainnya) di Indonesia tercatat sebanyak 5,1 juta jiwa. Setiap

    tahun, sekitar 15 ribu jiwa melayang karena menggunakan narkoba.6

    1.2.Tujuan

    Tujuan yang hendak di pelajari atau dilatih pada Kejaksaan Tinggi Negeri Jawa

    Timur yaitu :

    6 Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-

    bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi, dikutip pada tanggal 01 Oktober 2017, Jam 23:56

    WIB

    https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggihttps://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi

  • 5

    a. Untuk mengetahui tentang tahap tahap yang dilakukan oleh Kejaksaan

    dalam menuyusun/membuat rencana surat dakwaan dan rencana tuntutan

    tindak pidana penyalahgunaan Narkotika.

    b. Untuk mengetahui mekanisme penanganan berkas perkara tindak pidana

    Narkotika berkenaan dengan penyusunan rencana surat dakwaan sampai

    penuntutan

    c. Memperdalam penegetahuan mengenai proses penanganan tindak pidana

    Narkotika secara langsung di lembaga kejaksaan

    1.3. Manfaat

    1.3.1. Manfaat Teoritis

    Dapat memberikan wawasan terhadap perkembangan ilmu

    hukum khususnya terkait dengan peran Jaksa Penuntut Umum dalam

    melakukan proses pembuatan rencana tuntutan tindak pidana Narkotika

    1.3.2. Manfaat Praktis

    Dapat memberikan jawaban atas masalah yang penulis teliti

    terkait bagaimana mekanisme Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan

    proses pembuatan rencana tuntutan tindak pidana Narkotika khususnya

    di kejaksaan tinggi jawa timur.

    1.4. Waktu Magang

    Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 23 Oktober 2017 sampai 17

    November 2017 dalam 20 kali tatap muka.

  • 6

    Table 1. Pelaksanaan Praktik Kerja 23 Oktober 2017 sampai 17

    November 2017

    OKTOBER 2017

    Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

    1

    2 3 4 5 6 7 8

    9 10 11 12 13 14 15

    16 17 18 19 20 21 22

    23 24 25 26 27 28 29

    30 31

    NOVEMBER 2017

    Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

    1 2 3 4 5

    6 7 8 9 10 11 12

    13 14 15 16 17 18 19

    20 21 22 23 24 25 26

  • 7

    27 28 29 30

    1.5. Tempat Magang

    Kegiatan magang ini dilaksanakan Kejaksaan Tinggi Jawaa Timur yang

    beralamat di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 54-56, Ketintang, Gayungan, Kota

    SBY, Jawa Timur 60231 Capaian Kegiatan

    Table 2. Capaian Kegiatan

    No Target Capaian Kegiatan

    1. Mampu mengetahui tahap tahap yang

    dilakukan oleh Kejaksaan dalam sebelum

    atau pada saat menyusun rencana tuntutan.

    Penulis mengetahui

    apa saja tahapan-

    tahapan yang

    dilakukan oleh Jaksa

    Penuntut Umum

    dalam membuat

    rencana tuntutan (P-

    41)

    2. Mampu mengetahui pertimbangan

    pertimbangan hukum jaksa/penuntut

    umum dalam melakukan proses

    penuntutan tindak pidana Narkotika baik

    Penulis dapat

    mengetahui apa saja

    yang menjadi

    pertimbangan jaksa

    penuntut umum

  • 8

    tuntutan pidana ataupun tuntutan

    rehabilitasi.

    sebelum atau pada saat

    menyusun rencana

    tuntutan (P-41)

    termasuk kenapa

    menuntut rehabilitasi

    dan kenapa menuntut

    pidana.

    3. Mampu menyusun rencana tuntutan baik

    itu rencana tuntutan pidana maupun

    rehabilitasi.

    Penulis memperoleh

    mempelajari

    bagaimana

    menyususun rencana

    tuntutan (P-41) yang

    baik dan benar dalam

    tindak pidana

    narkotika.

    4. Mengetahui pengaturan pengaturan yang

    berkaitan dengan pembuatan rencana

    tuntutan.

    Penulis mendapatkan

    informasi terkait dasar

    dasar hukum jaksa

    penuntut umum dalam

    melaksanakan atau

    membuat rencana

    tuntutan.

  • 9

    BAB II

    HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA

    2.1. Kegiatan Magang Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

    Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 23 Oktober 2017

    sampai 17 November 2017 dalam 20 kali tatap muka. Kegiatan magang ini

    dilaksanakan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang beralamat di Jl. Jenderal

    Ahmad Yani No. 54-56, Ketintang, Gayungan, Kota SBY, Jawa Timur

    60231. Dalam kegiatam magang di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, penulis

    ditempatkan di bagian KASI TPUL (kepala seksi tindak pidana umum

    lainnya) dengan dibimbing oleh Bapak SUWANTO, S.H., M..H. Selama

    melaksanakan kegiatan magang di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, penulis

    juga dibantu oleh Mbak Isa, SH Bpk. Afka, SH dan Bpk. Habib, SH dalam

    melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dan banyak pengetahuan yang

    didapatkan penulis selama melaksanakan magang di Kejaksaan Tinggi Jawa

    Timur mulai dari pengetahuan dasar dalam pembuatan rencana tuntutan (P-

    41) serta pertimbangan pertimbangan yang sering dijadikan jaksa dalam

    membuat rencana tuntutan baik itu pidana maupun rehabilitasi, dan yang

    terpenting penulis juga diberikan contoh contoh rencana tuntutan dan surat

    Tuntutan (P-42), serta hal hal lain yang berkaitan dengan proses pembuatan

    rencana tuntutan dalam penangan perkara tindak pidana Narkotika.

  • 10

    2.1.1. Pelaksanaan Magang Dalam Uraian Harian Serta Berkas Berkas

    Terkait

    Tabel 3. Pelaksaanaan Magang dalam Uraian Harian

    No Hari/ Tanggal Kegiatan

    1 Senin, 23 Oktober

    2017

    ✓ Rapat bersama Koordinator tindak pidana

    umum yakni Bapak Sudarso, SH. dan

    mahasiswa magang lainnya di aula

    Kejaksaan Tinggi Jawa Timur untuk

    melakukan diskusi terkait kegiatan

    magang yang akan saya laksanakan

    sekaligus menentukan penempatan

    ✓ perkenalan dengan para pegawai yang di

    Kejaksaan Tinggi Surabaya sekaligus

    pemasrahan oleh coordinator PIDUM

    kepada pembimbing lapangan

    2 Selasa, 24 Oktober

    2017

    ✓ diskusi dengan bagian tata usaha terkait

    tugas dan fungsinya. Yaitu dengan bpk.

    Afka,SH. Bapak Habib, SH. Ibu

    Benowati, SH. Dan mbak Isa.

    3 Rabu, 25 Oktober

    2017

    ✓ Membaca dan Mempelajari contoh

    contoh surat printah penahanan (T-7)

  • 11

    4 Kamis, 26 Oktober

    2017

    ✓ Membaca dan Mempelajari contoh

    contoh surat perpanjangan penahanan (T-

    4)

    5 Jumat, 27 Oktober

    2017

    ✓ Membaca dan Mempelajari dan diskusi

    mengenai Surat Dakwaan (P-29) dengan

    kasi TPUL Bpk. SUWANTO, SH.MH.

    6 Senin, 30 Oktober

    2017

    Membaca dan Mempelajari pedoman

    tuntutan pidana SEJA Nomor: SE-

    001/J.A/4/1995 tentang pedoman

    tuntutan pidana,

    7 Selasa, 31 Oktober

    2017

    ✓ Membaca dan Mempelajari pedoman

    tuntutan pidana serta SEJA Nomor: SE-

    013/A/JA/12/2011 tentang pedoman

    tuntutan pidana perkara tindak pidana

    umum.

    8 Rabu, 01 November

    2017

    ✓ Menulis dan Meneliti berkas Eksaminasi

    9 Kamis, 02 November

    2017

    ✓ mendampingi Bapak Afka, S.H untuk

    menyampaikan berkas jaksa jaksa yang

    sudah ditunjuk untuk menangani perkara

    tersebut sesuai P-16,untuk diteliti guna

    memutuskan p-18 atau p-21

  • 12

    10 Jumat, 03 November

    2017

    ✓ menulis registrasi terkait tahap 2 bersama

    dengan Bpk. Afka, SH.

    11 Senin, 06 November

    2017

    ✓ Mengikuti acara ulang tahun Jaksa jaksa

    yang kelahirannya bulan November di

    aula kejaksaan tinggi jawa timur

    ✓ wawancara dengan para jaksa terkait

    mekanisme pembuatan rencana tuntutan

    12 Selasa, 07 November

    2017

    ✓ Membaca dan mempelajari rekomendasi

    tim asesmen terpadu BNN kota surabaya

    13 Rabu, 08 November

    2017

    ✓ Membaca dan mempelajari Lampiran

    rekomendasi tim asesmen terpadu BNN

    kota surabaya

    14 Kamis, 09 November

    2017

    ✓ Membaca dan Mempelajari laporan

    bulanan di bimbing Bpak Habib, SH.

    15 Jumat, 10 November

    2017

    ✓ wawancara dengan para jaksa terkait

    mekanisme pembuatan rencana tuntutan

    16 Senin, 13 November

    2017

    ✓ Membaca dan memperlajari rencana

    tuntutan dan lampirannya

    17 Selasa, 14 November

    2017

    ✓ Membaca dan memperlajari rencana

    tuntutan A.N. Achmad Arief

  • 13

    18 Rabu, 15 November

    2017

    ✓ Membaca dan memperlajari surat

    tuntutan A.n.

    19 Kamis, 16 November

    2017

    ✓ Membaca dan mempelajari petikan

    putusan A.n. Achmad Arief

    20 Jumat, 17 November

    2017

    ✓ Penutupan

  • 14

    2.1.2. Pelaksanaan Magang Dalam Uraian Mingguan Serta Berkas Terkait

    Tabel 4. Pelaksanaan Magang dalam Uraian Mingguan

    Minggu ke- Kegiatan Keterangan

    1 Pengenalan dengan instansi serta

    mempelajari dan berdiskusi dengan

    jaksa penuntut umum terkait contoh dan

    pembuatan surat dakwaan.

    Terlaksana

    2 Mempelajari dan berdiskusi dengan

    jaksa terkait dengan aturan aturan dan

    pertimbangan pertimbangan dalam

    penyususunan rencana tuntutan dalam

    tindak pidana narkotika

    Terlaksana

    3 Mempelajari dan berdiskusi terkait

    contoh contoh rencana tuntutan dan

    rekomendasi hasil pelaksanaan hasil

    assesmen BNN dalam tindak pidana

    narkotika

    Terlaksana

    4 Mempelajari dan berdiskusi dengan

    jaksa terkait Surat tuntutan serta petikan

    putusan dalam tindak pidana narkotika

    Terlaksana

  • 15

    2.2. HASIL PENGAMATAN

    2.2.1. Gambaran Umum

    Jaksa merupakan salah satu penegak hukum dalam hukum acara pidana

    salah stu tugas utamanya yaitu melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan

    hakim. Adapun definisi penuntutan sendiri dapat ditemui dalam Pasal I angka 7

    disebutkan bahwa “Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk

    melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan

    menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya

    diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”7. Ini berarti bahwa

    pengertian penuntutan tidak hanya mencakup pada saat jaksa mengajukan surat

    tuntutan melainkan tindakan tindakan sejak pelimpahan perkara ke pengadilan

    negeri sudah termauk dalam proses penuntutan.

    Berkenaan dengan judul peraktik kerja yang penulis angkat yaitu mengenai

    mekanisnisme penyusunan rencana tuntutan tindak pidana narkotika, maka jelas

    bahwa rencana tuntutan sudah bagian dari proses penuntutan. Sebenarnya mengenai

    rencana tuntutan dalam KUHAP tidak diatur secara secara spesifik begitupun dalam

    Undang undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan juga tidak diatur secara

    spesifik, akan tetapi mengenai mekanisme rencana tuntutan hanya dapat ditemui

    dalam surat edaran jaksa agung nomor-001/J.A/4/1995 Tentang pedoman tuntutan

    7 Lihat KUHAP

  • 16

    pidana. Dalam SEJA tersebut mengatur tentang mekanisme atau tata cara pengajuan

    tuntutan dimana disyaratkan untuk membuat rencana tuntutan lebih dahulu.

    Model atau format rencana tuntutan tersebut disampaikan menggunakan

    formulir model P-41 dengan menguraikan hal hal yang harus diperhatikan dalam

    mebuat rencana tuntutan.8 Adapun pembuatan rencana tuntutan tersebut dibagi

    kedalam beberapa tingkatan, tingakat kejaksaan negeri, kejaksaan tinggi dan

    kejaksaan agung, adapun mekanisme pengajuannya tergantung tingkat

    pengendaliannya, namun secara garis besar ada kesamaan hanya tingkatannya saja

    yang membedakan. Penulis mengangkat judul praktik kerja tersebut dikarenakan

    ingin mempelajari dan mengetahui secara langsung bagaimana mekanisme serta

    pertimbangan pertimbangan jaksa penuntut umum dalam membuat rencana

    tuntutan dalam tindak pidana narkotika.

    Dan selama melakukan praktik kerja di kejaksaan tinggi jawa timur penulis

    menemukan jawaban jawaban terkait judul peraktik kerja yang telah penulis angkat

    tersebut, mulai dari mekanisme penyusunan rencana tuntutan menjadi surat

    tuntutan, bahkan pertimbangan pertimbangan jaksa dalam melakukan penuntutan

    sudah ada standardnya masing masing bahkan pasal per pasal dan itupun masih

    terdapat control dari pimpinan. Sehingga menurut hemat penulis sangat kecil

    kemungkinan ketika jaksa melakukan penuntutan yang dapat diputus bebas ataupun

    lepas dari segala tuntutan hal itu dikarenakan system yang sangat terintegrasi

    dengan sangat baik.

    8 Surat Edaran Jaksa Agung Nomor-001/J.A/4/1995 Tentang Pedoman Tuntutan Pidana

  • 17

    2.2.2. Alur tahapan Pengajuan rencana tuntutan sampai menjadi surat

    tuntutan

    Alur Tahap Pengajuan rencana tuntutan sampai menjadi surat tuntutan

    PENJELASAN:

    1. Sidang pemeriksaan telah selesai ; ketika siding pemeriksaan telah

    selesai dalam hal ini pemeriksaan persidangan meliputi, pembacaan

    surat dakwaan, pembacaan eksepsi, putusan sela, pembacaan replik,

    pembacaan duplik, pemeriksaan saksi saksi, serta pemeriksaan terdakwa

    semua sudah selesai maka penuntut umum mengajukan tuntutannya,

    baik itu tuntutan pidana mati, seumur hidup atau bahkan tuntutan

    percobaan. Hal ini didasarkan pada pasal 182 ayat (1) KUHAP yang

    menyatakan; “Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum

    mengajukan tuntutan pidana”.

    Adapun pengaturan yang lebih sepsifik mengenai proses melakukan

    tuntutan diatur dalam surat edaran jaksa agung (SEJA) Nomor: SE-

    Sidang

    pemeriksaan telah

    selesai (182

    KUHAP)

    JPU membuat rencana

    tuntutan (P-41)

    Pendapat Kasi Pidum

    (Kejari)/ Aspidum

    (Kejati)

    Petunjuk dari Kajari/

    Kajati

    Surat tuntutan JPU

    (P-42)

  • 18

    001/J.A/4/1995 tentang pedoman tuntutan pidana, serta SEJA Nomor:

    SE-013/A/JA/12/2011 tentang pedoman tuntutan pidana perkara tindak

    pidana umum.

    SEJA Nomor: SE-001/J.A/4/1995 tentang pedoman tuntutan pidana

    memberi batasan batasan dalam melakukan tuntutan pidana tertentu,

    berikut lebih lengkapnya:

    1) Pidana mati a) Perbuatan yang didakwakan diancam pidana mati b) Dilakukan dengan cara yang sadis di luar

    prikemanusiaan

    c) Dilakukan secara berencana d) Menimbulkan korban jiwa atau sarana umum yang vital e) Tidak ada alasan yang meringankan

    2) Seumur hudup a) Perbuatan yang didakwakan diancam pidana mati b) Dilakukan dengan cara yang sadis c) Dilakukan secara berencana d) Menimbulkan korban jiwa atau sarana umum yang vital e) Tidak ada alasan yang meringankan

    3) Tuntutan serendah rendahnya ½ dari ancaman pidana, apabila terdakwa;

    a) Residivis b) Perbuatannya menimbulkan penderitaan bagi korban

    atau keluarganya

    c) Menimbulkan kerugian materi d) Terdapat hal hal yang meringankan

    4) Tuntutan pidana serendah rendahnya ¼ dari ancaman pidana yang termasuk dalam butir 1,2,3 tersebut di atas.

    5) Tuntutan pidana bersyarat. a) Terdakwa sudah membayar ganti kerugian yang di derita

    korban

    b) Terdakwa belum cukup umur (pasal 45 KUHP) c) Terdakwa bersetatus pelajar/mahasiswa/expert d) Dalam menuntut hukuman pidana bersyarat hendaknya

    diperhatikan ketentuan pasal 14 huruf f KUHP.

    SEJA Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang pedoman tuntutan pidana

    perkara tindak pidana umum menambah ketentuan baru baru mengenai

  • 19

    penuntutan yaitu penuntutan pidana percobaan atau pidana bersyarat,

    dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut:

    a) Terdakwa belum cukup umur pasal 14 huruf f KUHAP dan pasal 26 Undang undang Nomor : 3 Tahun 1997 tentang pengadilan

    anak (sudah tidak berlaku diganti UU 11 tahun 2012 tentang

    system peradilan anak)

    b) Adanya perdamaian c) Adanya pembayaran ganti rugi oleh terdakwa d) Saksi korban mencabut laporan/pengaduan e) Memperhatikan situasi keadaan, keadilan dalam masyarakat

    setempat, kearifan local.

    2. JPU membuat rencana tuntutan (P-41) : format rencana tuntutan dibuat

    dengan formulir model P-41, hal tersebut diatur dalam Keputusan Jaksa

    Agung RI Nomor KEP-120/J.A/12/1992, yang pada pokoknya harus

    memuat hal hal sebagai berikut:

    a) Nama institusi kejaksaan b) Identitas terdakwa c) Kasus posisi d) Pasal yang di dakwakan e) Pasal dakwaan yang terbukti f) Jenis penahanan /ditahan sejak g) Barang bukti h) Hal hal yang meringankan dan hal hal yang memberatkan i) Tolak ukur j) Tanggal pembacaan tuntutan k) Usul tuntutan jaksa penuntut umum l) Pendapat/ saran kasi pidum m) Petunjuk kajari/ kajati n) Tanda tangan dan nama jaksa penuntut umum

    Untuk butir I dan m dikosongin sebab nantinya kan di isi sesuai saran,

    pendapat serta petunjuk dari kasi pidum/aspidum, kajari/kajati

    3. Pendapat Kasi Pidum/Aspidum : sebenarnya kasi pidum dan aspidum

    tugasnya hamper sama hanya saja karena keduanya berada dalam

    institusi yang yang tingkatannya berbeda, kasi pidum ditingkat

  • 20

    kejaksaan negeri sedangkan aspidum dikejaksaan tinggi. Pendapat

    keduanya dalam ranah mereka masing masing sangat penting dalam

    pembuatan rencana tuntutan menjadi surat tuntutan yang diajukan jaksa

    penuntut umum. Seringkali keduanya berbeda dengan usulan tuntutan

    jaksa penuntut umum, kadang lebih berat kadang juga lebih ringan hal

    itu untuk kepentingan pertimbangan berikutnya yaitu oleh kepala

    kejaksaan tinggi ataupun negeri

    4. Petunjuk dari Kajari/ Kajati : Petunjuk kepala kejaksaan negeri atau

    kepala kejaksaan tinggi merupakan hal terpenting dalam pembuatan

    rentut karena petunjuk tersebutlah yang kan menjadi surat tuntutan

    nantinya. Petunjuk disini memiliki kelebihan dan kelemahan dari sisi

    penegakan hukum, kelebihannya adalah kontrol dalam internal

    kejaksaan sangat terintegrasi dengan baik dan hal itu juga meminimalisir

    disparitas/kesenjangan tuntutan tuntutan yang dilakukan jaksa, dan juga

    menjadi konsekuensi dari adanya kontrol yang berbentuk petunjuk

    tersebut maka pertanggung jawaban kesalahan kesalahan penuntutan

    ada ditangan kepala kejasaan negeri ataupun kepala kejaksaan tinggi.

    Adapun kelemahannya jaksa penuntut umum dikendalikan oleh

    pimpinan dalam melakukan penuntutan sehingga dia tidak independen

    dalam menegakan hukum, karena seperti sitem komando dalam

    peradilan militer, sehingga jaksa penuntut umum yang tau riil keadaan

    dipersidangan tidak bisa berbuat apa apa karena dia hanya bisa

    mengusulkan tunututannya yang dituangkan dalam rencana tuntutan

  • 21

    yang ia buat, sementara keputusan akhirnya atau yang jelas menjadi

    surat tuntutan adalah dari kepala kejaksaan. Muncul pertanyaan

    bagaimana jika petunjuk kepala kejaksaan sangat berbeda dengan yang

    di usulkan jaksa penuntut umum, apakah penunutut umum bisa

    membantahnya, jelas tidak bisa maka jelaslah disini kelemahan

    kelemahan dalam dalam pembuatan rencana tuntutan menjadi surat

    tuntutan.

    5. Di bacakan di persidangan: Yang di bacakan jaksa penunutut umum

    dalam persidangan itu merupakan surat tuntutan (P-42) yaitu surat

    tuntutan, dimana sebagaimana di uraikan diatas pada butir ke 4 bahwa

    yang dibacakan dipersidangan adalah petunjuk dari kepala kejaksaan

    dari semua tingkatan. Adapun sitematika surat tuntutan (P-42) pada

    pokonya memuat hal hal sebagai berikut:

    a) Nama institusi kejaksaan b) Nomor register perkara c) Identitas terdakwa d) Kasus posisi e) Pasal yang di dakwakan f) Uraian Pasal dakwaan yang terbukti g) Keterangan saksi saksi h) Keterangan terdakwa i) Barang bukti j) Hal hal yang meringankan dan hal hal yang memberatkan k) Tuntutan l) Tanggal pembacaan tuntutan m) Tanda tangan dan nama jaksa penuntut umum

    2.2.3. Permasalahan hukum yang ditemukan Pada Saat Melakukan

    Peraktik Kerja (Magang)

  • 22

    Selama penulis melakukan kegiatan magang di kejaksaan tinggi

    jawa timur, penulis menemukan beberapa kejanggalan yang menurut

    penulis penting untuk diperhatikan, kejanggalan kejanggalan tersebut

    meliputi:

    1) Surat Edaran Jaksa Agung terkait pedoman tuntutan pidana

    Surat Edaran Jaksa Agung yang masih berlaku sampai saat ini

    yaitu:

    a) SEJA Nomor: SE-001/J.A/4/1995 tentang pedoman tuntutan

    pidana, serta SEJA Nomor:

    b) SEJA Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang pedoman tuntutan

    pidana perkara tindak pidana umum.

    Setelah kedua atauran/pedoman penuntutan tersebut penulis pelajari

    dan berdiskusi dengan para jaksa terkait proses pembuatan rencana

    tuntutan tindak pidana narkotika, penulis menemukan jawaban

    bahwa kedua aturan/pedoman tersebut masih berlaku sampai saat

    ini, namun ada beberapa hal yang masih menggunakan rujukan

    peraturan perundang undangan yang sudah tidak berlaku misal

    dalam melakukan tuntutan pidana percobaan harus memperhatikan

    beberapa factor salah satunya berkenaan denga usia Terdakwa

    belum cukup umur pasal 14 huruf f KUHAP dan pasal 26 Undang

    undang Nomor : 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, padahal

    diketahui Undang undang tersebut sudah tidak berlaku diganti UU

    11 tahun 2012 tentang system peradilan anak.

  • 23

    a) Surat tuntutan ditentukan oleh kepala kejaksaan JPU hanya sebatas

    mengusulkan

    Berasarkan surat edaran jaksa agung sebagaimana disebutkan

    diatas dalam melakukan penunututan jaksa terlebih dahulu

    membuat rencana tuntutan pidana yang diajukan ke kasi

    pidum/aspidum untuk dimintai pendapat serta petunjuk

    kajari/kajati. Kejanggalan penulis disini jaksa tidak independent

    dalam melakukan penuntutan sebab semua tuntutan harus melalui

    petunjuk atau persetujuan kepala kejaksaan padahal diketahui yang

    tau kondisi riil dalam persidangan adalah JPU bukan kepala

    kejaksaan. Bahkan menurut salah satu jaksa menerangkan “yang

    kami baca dipersidangan adalah apa yang turun dari pak waka

    atau kajati”. Sehingga jelas diakui atau tidak sitem penuntutan

    sama seperti system komando semua ditentukan pimpinan yaitu

    kepala kejaksaan.

    2.3. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KEGIATAN

    MAGANG

    2.3.1. FAKTOR PENGHAMBAT

    Faktor penghambat dalam pelaksanaan praktik kerja di

    Kejaksaan Tinggi Jawa Timur ini mengenai kerahasiaan data-data

    dan dokumen-dokumen yang ada, sehingga berpengaruh pada data-

  • 24

    data yang penulis butuhkan untuk dipelajari dan dilampirkan dalam

    laporan magang, karena sifatnya yang rahasia.

    2.3.2. FAKTOR PENDUKUNG

    Faktor pendukung dalam pelaksanaan praktik kerja di

    Kejaksaan Tinggi Jawa Timur adalah pihak-pihak yang ada di

    Kejaksaan Tinggi Jawa Timur khususnya pihak-pihak yang ada di

    Seksi Tindak Pidana Umum Lainnya Kejaksaan Tinggi yang sangat

    mendukung terlaksananya semua kegiatan-kegiatan penulis selama

    magang. Dan penulis selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan

    sehingga menambah wawasan penulis terkait peran kejaksaan.

  • 25

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. KESIMPULAN

    Dalam melaksanakan tugas dan wewenagnya khususnya dalam hal

    melakukan penuntutan jaksa penuntut umum harus sesuai dengan aturan aturan

    yang ada khususnya aturan yang ada dalam internal kejaksaan itu sendiri, aturan

    tersebut salah satunya yang sampai saat ini berlaku yaitu Surat Edaran Jaksa Agung

    SEJA Nomor: SE-001/J.A/4/1995 tentang pedoman tuntutan pidana, serta SEJA

    Nomor: SEJA Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang pedoman tuntutan pidana

    perkara tindak pidana umum.

    Kedua aturan tersebut mengatur tatacara melakukan penuntutan dimana salah

    satu ketentuannya adalah dalam melakukan penunutan jaksa penuntut umum harus

    mematuhi prosedur yang ditententukan jaksa agung yang pada pokoknya sebagi

    berikut :

    1. membuat rencana tuntutan terlebih dahulu denga formulir model P-

    41, stelah

    2. rencana dakwaan disampaikan kepada kepala seksi tindak pidana

    umum atau asisten tindak pidana umum

    3. setelah itu rencana dakwaan disampaikan kepada kepala kejaksaan di

    semua tingkatan untuk diberikan perstujuan atau petunjuk

    4. stelah mendapat perstujuan maka dibuatlah surat tuntutan (P-42) dan

    dibacakan di persidangan

  • 26

    Dalam membuat rencana tuntutan hal yang terpenting adalah jaksa penuntut

    umum benar benar mengetahui fakta fakta persidangan, pasal dakwaan yang

    terbukti, seta hal hal yang meringankan dan memberatkan bagi terdakwa sehingga

    hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun rencana tuntutan

    oleh jaksa penuntut umum.9 Dalam SEJA Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang

    pedoman tuntutan pidana perkara tindak pidana umum sudah diatur sangat detail

    sekali bahkan pasal perpasal sudah ada ketentuannya dimana dalam melakukan

    penunututan jaksa penuntut umum tinggal mencocokan dengan fakta persidangan

    dan hal lain tersebut di atas.

    Namun meskipun diatur sedemikian rupa ternya ada hal hal yang penting untuk

    diperhatikan salah satunya dalam SEJA Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang

    pedoman tuntutan pidana perkara tindak pidana umum khususnya pada pedoman

    pertimbangan melakukan tuntutan percobaan merujuk pada Undang undang yang

    sudah tidak berlaku lagi yaitu merujuk pada pasal 26 Undang undang Nomor : 3

    Tahun 1997 tentang pengadilan anak, dimana diketahui undang undang tersebut

    sudah tidak berlaku diganti UU 11 tahun 2012 tentang system peradilan anak.

    Kemudian setelah penulis pelajari dan juga berdiskusi dengan para jaksa

    penulis menemukan kejanggalan dalam proses penuntutan yaitu adanya system

    komando, artinya jaksa penuntut umum dalam melakukan penunututan hanya bisa

    mengusulkan tuntutannya keputusan spenuhnya ada ditangan kepala kejaksaan di

    semua tingkatan, padahal diketahui yang tahu kondisi yang sebenarnya dan fakta

    9 Hasil wawancara

  • 27

    persidangan adalah jaksa penuntut umum bukan kepala kejaksaan, dan menurut

    keterangan dari salah satu jaksa saat diwawancarai menyatakan “apa yang turun

    dari bapak kajati atau bapak wakajati itu yang kami bacakan di persidangan”,

    sejatinya meminta pendapat dan petunjuk itu baik demi terciptanya harmonisiasi

    dan singkronisasi tuntutan tetapi harusnya itu bukan berarti keputusan mutlak yang

    harus dilaksanakan dan dibacakan penuntut umum di perdidangan.

    Dan berkenaan dengan pencapaian praktik kerja yang dilakukan penulis

    dikejaksaan tinggi jawa timur secara garis besar sudah tercapai hal itu bisa dilihat

    dari terjawabnya judul peraktik kerja yaitu “Mekanisme Penyusunan Rencana

    Tuntututan Tindak Pidana Narkotika Di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.” Penulis

    sudah menguraikan bagaimana proses atau alur dalam membuat rncana tuntutan

    hingga menjadi surat tuntutan, bahkan penulis juga menyertakan aturan aturan serta

    contoh contoh rencana tuntutan itu sendiri.

    3.2. REKOMENDASI

    Dari kesimpulan di atas sedikitnya ada dua rekomendasi penulis untuk

    megantisipasi dan memperbaikinya yaitu:

    1. Intensitas pengecekan terhadap aturan aturan lebih ditingkatkan

    sehingga jika ada perubahan undang undang dapat diketahui dan

    bisa cepat dilakukan perubahan sesuai dengan undang undang yang

    baru.

    2. Dilakukan perubahan pengaturannya khususnya SEJA sebagaimana

    disebut diatas bahwa jaksa penuntut umumlah yang punya

  • 28

    kewenagan penuh dalam melakukan penuntutan kepala kejaksaan

    hanya sebatas mengetahui bukan memberi petunjuk apalagi

    persetujuan.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Undang Undang

    Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

    Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)

    Surat Edaran Jaksa Agung Nomor-001/J.A/4/1995 Tentang Pedoman

    Tuntutan Pidana

    2. Buku

    Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua , Sinar Grafika,

    Jakarta, 2016.

    Effendi Tolib, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana, Setara Press, Malang,

    2014.

    Pol Brigjen (purn) dkk, Panduan Praktis Bila Anda Menghadapi Perkara

    Pidana Mulai Dari Penyidikan Hingga Persidangan, Prenadamedia,

    Jakarta,2013, hlm.66

    3. Internet

    Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-

    persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi, dikutip pada tanggal

    01 Oktober 2017.

    https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggihttps://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi

  • 30

    BEBERAPA DOKUMENTASI PRAKTEK KERJA

    LAPANGAN (MAGANG)

  • 31