bab i pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/t1... ·...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 1 Dilihat dari agunannya, kredit terbagi menjadi dua yaitu kredit tanpa agunan dan kredit dengan agunan. Yang dimaksud dengan agunan itu sendiri yaitu jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. 2 Pada dasarnya eksistensi agunan dalam suatu hubungan kredit adalah sebagai sarana menjamin keamanan asset kreditur yang dialihkan kepada debitur dalam wujud kredit. Sehingga apabila dalam kemudian hari suatu kredit berkembang menjadi kredit bermasalah maka ada jaminan keamanan bagi pihak bank sebagai kreditur untuk dapat menarik kembali assetnya melalui likuidasi agunan, yang dimaksud dengan likuidasi agunan adalah proses menjadikan suatu agunan menjadi uang kas baik melalui penjualan secara lelang maupun diluar lelang ataupun penyerahan agunan secara sukarela. Oleh karenanya agunan sering 1 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan. 2 Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Perbankan

Upload: lamdiep

Post on 04-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.1 Dilihat dari

agunannya, kredit terbagi menjadi dua yaitu kredit tanpa agunan dan kredit

dengan agunan. Yang dimaksud dengan agunan itu sendiri yaitu jaminan

tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian

fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.2

Pada dasarnya eksistensi agunan dalam suatu hubungan kredit adalah

sebagai sarana menjamin keamanan asset kreditur yang dialihkan kepada debitur

dalam wujud kredit. Sehingga apabila dalam kemudian hari suatu kredit

berkembang menjadi kredit bermasalah maka ada jaminan keamanan bagi pihak

bank sebagai kreditur untuk dapat menarik kembali assetnya melalui likuidasi

agunan, yang dimaksud dengan likuidasi agunan adalah proses menjadikan suatu

agunan menjadi uang kas baik melalui penjualan secara lelang maupun diluar

lelang ataupun penyerahan agunan secara sukarela. Oleh karenanya agunan sering

1 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan.

2 Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Perbankan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

2

disebut dengan jalan keluar alternatif apabila suatu waktu kredit mengalami

penurunan kualitas.

Dalam perkembangannya, produk kredit dengan berbasis agunan asset

dirasakan tidak memadai dengan kebutuhan pasar karena adanya pertimbangan

keterbatasan calon debitur yang tidak mempunyai asset yang layak untuk

dipergunakan sebagai agunan atau biaya kredit yang terlalu mahal pada kredit

berbasis agunan. Biaya kredit yang muncul dalam suatu kredit dengan agunan

diantaranya adalah biaya pengikatan agunan, asuransi agunan dan biaya

penyimpanan agunan dalam suatu kredit. Berdasarkan problema yang terdapat

dalam kredit dengan agunan maka banyak bank yang kemudian mengarahkan

bisnisnya pada kredit tanpa agunan. Kebijakan bisnis ini tentunya telah

diperhitungkan untung ruginya terutama terkait manajemen risiko yang terkait

dengan kredit tanpa agunan.

Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, adalah

salah satu divisi yang ada pada Bank Danamon yang menyediakan fasilitas kredit

tanpa agunan, dengan nama produknya yaitu Solusi Modal, dengan tujuan

pinjaman yaitu konsumtif investasi dan modal kerja. Sepanjang tahun 2011, pada

DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga ini terdapat kasus kredit macet sebanyak

99 debitur prioritas tunggak DPD (Day Past Due). Para debitur tersebut memiliki

keterlambatan dalam pembayaran angsuran pinjaman yang telah melebihi 30 hari,

dimana hal ini telah melebihi batas waktu pembayaran angsuran kredit yang telah

ditetapkan oleh pihak DSP. Adanya kredit macet tersebut sebagian besar terjadi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

3

karena debitur kredit mengalami kemunduran, kerugian atau kendala dalam

kegiatan usahanya sehingga tidak dapat menghasilkan uang, serta adanya masalah

pribadi seperti masalah keluarga.3

Pihak DSP dalam menghadapi permasalahan tersebut menempuh berbagai

cara untuk dapat menyelamatkan kredit macet ini dengan tujuan agar dana yang

dipinjam baik sebagian atau bahkan seluruh dana tersebut dapat diselesaikan

pengembaliannya oleh pihak debitur. Mengenai bagaimana cara penyelamatan

atau penyelesaian kredit tanpa agunan macet yang ditempuh oleh pihak DSP

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga inilah yang penulis ingin untuk

mengetahuinya. Hal tersebut mendorong penulis untuk lebih mendalami persoalan

penyelesaian kredit tanpa agunan dengan melakukan penelitian, yang dituangkan

dalam tulisan “Penyelesaian Kredit Tanpa Agunan di Danamon Simpan

Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga”.

Skripsi serupa mengenai penyelesaian kredit bermasalah pernah ditulis

dan diteliti di Fakultas Hukum UKSW, dengan judul Penyelesaian Kredit Macet

di PD. BPR BKK Wonogiri Kota, oleh Andhika Purwaka Putra dengan NIM

312004017. Akan tetapi topik dalam skripsi ini berbeda. Jika dilihat secara garis

besarnya, yang membedakan antara skripsi yang ditulis oleh sdr. Andhika tersebut

dengan skripsi yang akan penulis tulis adalah terletak pada ruang lingkup

kreditnya, dimana penulis akan meneliti mengenai kredit tanpa agunan sedangkan

sdr. Andhika meneliti mengenai kredit dengan agunan.

3 Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, (wawancara di Salatiga : 11 April 2012)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

4

B. Latar Belakang Masalah

Pada prinsipnya kegiatan suatu bank terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu

kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, kegiatan penarikan dana kepada

masyarakat, serta kegiatan pemberian jasa tertentu yang dapat menghasilkan fee

based income.4 Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun

dan penyalur dana masyarakat.5 Sebagai penghimpun dana masyarakat, pihak

bank menyediakan layanan dalam bentuk simpanan atau tabungan, giro, deposito,

dan sebagainya. Sedangkan sebagai penyalur dana masyarakat, bank menyediakan

layanan dalam bentuk pemberian kredit kepada masyarakat.

Salah satu bank swasta nasional yang memberikan kredit mikro

(pelayanan keuangan yang diperuntukkan bagi pengusaha mikro berpenghasilan

rendah) adalah Bank Danamon, melalui salah satu divisinya yaitu Danamon

Simpan Pinjam (DSP). Pemberian kredit ini adalah tanpa agunan, yang dinamakan

dengan program Solusi Modal. Solusi modal adalah pinjaman jangka pendek

tanpa agunan untuk modal usaha atau keperluan lainnya.

Dalam hal penyaluran kredit, tidak terlepas dari adanya resiko kredit yaitu

resiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan dari debitur atas

kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun

keduanya6. Untuk menghindari resiko kredit tersebut maka pihak bank perlu

untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana kredit, yang

salah satunya adalah dengan dilakukan melalui kegiatan penyidikan dan analisis

4 Munir Fuady. 2003. Hukum Perbankan Modern. Buku Kesatu. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.Hlm 8. 5 Pasal 3 Undang-Undang Perbankan 6 http://id.m.wikipedia.org/wiki/Risiko_kredit (diunduh pada 4 Juni 2012)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

5

kredit. Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal

munculnya kredit bermasalah.7 Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah

untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan

kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib sesuai dengan

yang telah diperjanjikan dengan pihak bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian kredit adalah prinsip 6C’s Analysis, yaitu :8

1. Character, adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan

pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian

terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana

kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan

perjanjian yang telah ditetapkan.

2. Capital, adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh

calon nasabah. Modal sendiri diperlukan bank sebagai alat

kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam menjalankan

usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha.

3. Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam

menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.

Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh

mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi

utang-utangnya secara tepat waktu dari usahanya.

4. Collateral, adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai

agunan terhadap kredit yang diterimanya. 7 Siswanto Sutojo.2008. Menangani Kredit Bermasalah : Konsep dan Kasus. Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka. Hlm. 95. 8 http://arsasi.wordpress.com/2008/09/21/analisa-kredit-6c/ (diunduh pada 14 Juni 2012)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

6

5. Condition of economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial,

ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada

suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran usaha

calon debitur.

6. Constraints, adalah batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan

suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya

pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya terdapat

bengkel las atau pembakaran batu bara.

Dari keenam prinsip diatas, yang terpenting untuk diperhatikan adalah

character. Apabila prinsip ini tidak terpenuhi, maka dapat dikatakan kelima

prinsip lainnya adalah tidak berarti. Karena yang terpenting dari seorang debitur

kredit adalah kemauan dan itikad baiknya dalam melaksanakan kewajibannya

sesuai dengan yang telah diperjanjikan dengan pihak bank sebagai kreditur. Hal

ini menunjukkan bahwa agunan atau Collateral bukanlah menjadi yang terpenting

dalam suatu perjanjian kredit.

Mengenai Collateral, hal tersebut diperlukan sebagai salah satu upaya

dalam mengurangi resiko ketidakpastian yang ditimbulkan dari adanya jeda waktu

antara pemberian dan pengembalian dalam perjanjian kredit.

Selama ini masyarakat awam mempersamakan pengertian “jaminan

kredit” dengan “agunan kredit”, padahal keduanya berbeda. Jaminan kredit adalah

jaminan utama yang berwujud tidak nyata, yaitu jaminan yang berupa

“keyakinan” bank atas “itikad baik” nasabah debitur untuk melunasi hutangnya

sesuai perjanjian, sedangkan agunan kredit adalah jaminan tambahan yang pada

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

7

umumnya berwujud fisik (misalnya : rumah, tanah, mobil, surat berharga, dan

lain-lain) yang dicadangkan untuk pelunasan hutang.

Agunan merupakan salah satu unsur pemberian kredit yang digunakan

sebagai alternatif dalam pembayaran kredit apabila debitur tidak melakukan

kewajibannya. Agunan kredit terdiri dari agunan pokok dan agunan tambahan.

Agunan pokok dapat berupa barang, surat berharga, atau garansi, yang berkaitan

langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti

barang-barang yang dibeli dengan kredit yang bersangkutan, maupun tagihan-

tagihan debitur kepada pihak lain. Sedangkan agunan tambahan dapat berupa

barang, surat berharga, atau garansi, yang tidak berkaitan langsung dengan objek

yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambahkan sebagai

agunan. Agunan tambahan tidak bersifat pokok, artinya tanpa agunan itu pun bank

tetap dapat memberikan kredit kepada nasabah debitur, asalkan syarat jaminan

kredit dan agunan pokok telah dipenuhi.9

Istilah Collateral oleh UU Perbankan No 10 Tahun 1998 diartikan dengan

“agunan”. 10 Pengertian agunan kredit dapat dilihat pada Pasal 1 angka 23 UU

Perbankan, sedangkan pengertian jaminan kredit secara implisit dapat kita lihat

dalam Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan yang menyatakan “Dalam memberikan

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib

mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan

9 http://www.advokatmuhammadjoni.com/opini/tulisan/189-hak-kekayaan-intelektual-sebagai-jaminan-hutang.html (diunduh pada 24 Mei 2012) 10 Rachmadi Usman. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 282.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

8

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Sedangkan pada Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

No. 23/69/KEP/DIR tanggal 2 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit,

dapat kita temukan bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan

bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang

diperjanjikan.11

Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kredit tanpa agunan adalah

kredit yang tidak memerlukan agunan, namun tetap memerlukan jaminan yaitu

berupa keyakinan bank atas debiturnya. Untuk memperoleh keyakinan atas

debiturnya tersebut, maka bank sebelum memberikan kredit harus melakukan

penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, model dan prospek usaha

dari debitur.12

Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka

membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi

keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran, (sehingga

memungkinkan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum).13 Sedangkan

istilah kredit macet umumnya muncul setelah pihak debitur macet dan gagal

melakukan pelunasan kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Di dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor :

30/267/KEP/DIR jo Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 30/16/UPPB tanggal

11 Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana. Hlm. 69. 12 Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Hlm. 394. 13 Siswanto Sutojo. Op.Cit. Hlm. 13.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

9

27 Febuari 1998 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

:7/2/PBI/2005, Pasal 12 ayat (3) tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,

ditetapkan secara tegas penggolongan kualitas kredit, yaitu14 :

1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria :

a) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu, dan

b) Memiliki mutasi rekening yang aktif, atau

c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral).

2. Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria :

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 (Sembilan puluh) hari, atau

b) Kadang-kadang terjadi cerukan, atau

c) Mutasi rekening relatif aktif, atau

d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan,

atau

e) Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 (Sembilan puluh) hari, atau

2) Terjadi cerukan, atau

3) Frekuensi rekening relatif rendah, atau

14 Mudhofar, August. 2008. “Penanganan Kredit Bermasalah pada PT. Bank Jateng Cabang Utama, Pemuda, Semarang Setelah Piutang Bank Daerah Bukan Lagi Piutang Negara”. Tesis: Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang. hal 48.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

10

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 (Sembilan puluh) hari, atau

5) Terjadi indikasi masalah keuangan debitur, atau

6) Dokumentasi pinjaman lemah.

4. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari, atau

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen, atau

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari,

atau

4) Terjadi kapitalisasi bunga, atau

5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, atau

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau

3) Dari segi hukum kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai wajar.

Sedangkan menurut ketentuan yang telah ditetapkan di DSP Solusi Modal

unit Pasaraya Salatiga, terdapat dua penggolongan kualitas kredit, yaitu lancar dan

macet. Yang digolongkan dalam kualitas kredit lancar adalah jika pengembalian

kredit atau pembayaran angsuran pinjaman berjalan tepat waktu, atau jika

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

11

terdapat keterlambatan hanya dari 1 hingga 30 hari. Sedangkan yang digolongkan

dalam kualitas kredit macet adalah jika terdapat keterlambatan yang lebih dari 30

hari.

Kredit yang bermasalah dapat diselamatkan melalui beberapa cara,

tergantung dari kesulitan yang dihadapi debiturnya. Cara-cara tersebut yaitu :15

a. Penjadwalan Kembali (rescheduling)

Adalah perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal

pembayaran atau jangka waktunya.

b. Persyaratan kembali (reconditioning)

Adanya perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang

tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu

dan/atau persyaratan lain sepanjang menyangkut perubahan maksimum

saldo kredit.

c. Penataan Kembali (restructuring)

Adalah perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan

dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi

pokok kredit baru dan/atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit

menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan

penjadwalan kembali dan/atau persyaratan kembali.

d. Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi dari ketiga

usaha yang telah disebutkan diatas.

15 C. Timon Yunianti Ananda.1997. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta : PT.Gramedia. Hlm. 115-117.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

12

Apabila usaha penyelesaian kredit bermasalah secara non litigasi yaitu

melalui rescheduling, reconditioning, restructuring tersebut tidak berhasil, maka

selanjutnya pihak bank sebagai kreditur berhak untuk menempuh upaya litigasi

dengan mengajukan gugatan perdata kepada debitur ke pengadilan. Dalam hal

perjanjian kredit yang tidak menggunakan agunan, maka kreditur berhak menagih

debitur sampai pada harta kekayaannya. Yang menjadi dasarnya adalah Pasal

1131 KUHPerdata, yang menyatakan “Segala barang-barang bergerak dan tak

bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi

jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu”. Namun berdasarkan

pengalaman yang ada, penyelesaian melalui jalur hukum ini kurang diminati

karena selain memakan waktu lama, yang sering terjadi nilainya jauh dibawah

nilai yang diinginkan, sehingga tidak banyak yang melakukannya.16

Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan (penyaluran) kredit biasanya

disertai pula dengan meningkatnya kredit yang bermasalah. Seperti yang terjadi di

Salatiga, walaupun tidak semua nasabah kredit bermasalah, tetapi tetap saja

timbul beberapa kasus kredit yang bermasalah. Penulis mengambil contoh yang

terjadi di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga. Pada

DSP ini terdapat kasus kredit yang bermasalah. Sepanjang tahun 2011, terdapat

kasus kredit tanpa agunan macet sebanyak 99 debitur prioritas tunggak DPD (Day

Past Due).

16 Sri Laksmi Sukarsa. Eksistensi dan Permasalahan Debt Collector Dalam Perekonomian dan Perbankan. Hlm. 3.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

13

Dalam skripsi ini, penulis akan meneliti mengenai upaya penyelesaian

kredit tanpa agunan macet yang telah ditempuh oleh pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga terhadap 23 debitur pada tahun 2011.

Penulis mengambil contoh dalam permasalahan Ny. En (memiliki usaha

warung sembako dengan keterlambatan 61 hari) yang omset usahanya tidak

memadai karena ternyata keadaan debitur tersebut tidak sama dengan data yang

diambil pada saat survey awal. Ny. En memiliki pinjaman awal sebesar Rp.

10.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan angsuran sebesar Rp.

697.000,00 tiap bulannya. Melihat dari hasil analisa ulang terhadap kemampuan

bayar debitur Ny. En, maka pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

mengambil keputusan untuk mengubah persyaratan kredit, yaitu mengubah sisa

pokok pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,00 menjadi suatu kredit baru. Jadi

pinjaman baru sebesar Rp. 5.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan

angsuran sebesar Rp. 300.000,00. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan

bahwa pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga melakukan tindakan

Restructuring yang dikombinasikan dengan Rescheduling terhadap debitur Ny. En

dengan keringanan yang diberikan yaitu penurunan jumlah untuk setiap angsuran

yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu kredit yang dilakukan dengan

cara mengkonversi seluruh tunggakan/sisa pinjaman menjadi pokok kredit baru.

Selanjutnya penulis mengambil contoh dalam permasalahan Tn. Jk

(dengan keterlambatan 91 hari) memiliki usaha bengkel sepeda motor namun

mengalami kecelakaan dan mengalami cacat tubuh permanen, sehingga

bengkelnya pun ditutup. Melihat dari keadaan Tn. Jk yang sudah tidak lagi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

14

melakukan kegiatan usahanya tersebut, maka pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga menyarankan kepada Tn. Jk untuk melunasi sisa pinjamannya

dengan mendapat potongan. Sisa pinjaman yang dimiliki Tn. Jk adalah Rp.

5.000.000,00 jadi yang harus dibayarkan oleh BB adalah sebesar 70% dari Rp.

5.000.000,00 tersebut yaitu Rp. 3.500.000,00. Potongan yang diberikan kepada

Tn. Jk sebesar 30% dianggap sebagai bunga yang dibebaskan atau tidak perlu

dibayar oleh Tn. Jk jika melakukan pelunasan sisa pinjamannya. Berdasarkan hal

tersebut, dapat dikatakan bahwa pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

melakukan tindakan Reconditioning atau persyaratan kembali terhadap debitur

Tn. Jk dengan perubahan peryaratan kredit yang diberikan yaitu berupa

pembebasan bunga, dalam hal ini debitur dinilai memang tidak sanggup

membayar bunga karena debitur hanya mencapai tingkat kembali pokok.17

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian guna mengetahui dan menggambarkan mengenai bagaimana

penyelesaian kredit tanpa agunan bermasalah yang terdapat pada suatu bank.

Penulis memilih untuk melakukan penelitian di Danamon Simpan Pinjam Solusi

Modal unit Pasaraya Salatiga karena pihak DSP tersebut, sebagai sebuah divisi

dari Bank Danamon, pernah menghadapi permasalahan mengenai kredit tanpa

agunan yang macet dan telah memiliki kebijakan-kebijakan dalam menyelesaikan

kredit tanpa agunan macet tersebut.

17 Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, (wawancara di Salatiga : 11 Juni 2012)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

15

C. Rumusan Masalah

Bagaimana penyelesaian kredit tanpa agunan di Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bertujuan untuk

memperoleh gambaran mengenai mekanisme dan pola penyelesaian yang telah

dilakukan oleh Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

terhadap masalah-masalah hukum yang muncul dalam pelaksanaan perjanjian

kredit tanpa agunan.

E. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penulis memilih untuk melakukan penelitian di Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, yang bertempat di Jalan Jendral Sudirman

ruko Shoping Centre nomor 5 lantai 2.

2. Jenis Penelitian

Penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa

data yang ada seteliti mungkin, menguraikannya secara sistematis, serta

menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Penelitian yang penulis lakukan dalam

penyusunan skripsi ini adalah dengan menguraikan serta menganalisa data-data

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

16

mengenai langkah penyelesaian kredit tanpa agunan pada Danamon Simpan

Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga pada tahun 2011.

3. Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis sosiologis.

Yuridis sosiologis adalah penelitian yang bertitik tolak dari pemasalahan dengan

melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, kemudian menghubungkannya

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam skripsi ini, data-data

mengenai penyelesaian kredit tanpa agunan yang penulis dapatkan dari Danamon

Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga akan penulis uraikan dan

analisa dengan mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-

Undang Perbankan, serta peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

4. Jenis Data

a. Data Primer, data yang diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan,

yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak Danamon Simpan

Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga yang mengalami

permasalahan kredit tanpa agunan.

b. Data Sekunder, data yang diperoleh penulis dari Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga untuk mendapatkan informasi dimana

data tersebut telah dikumpulkan dan dinventarisir oleh pihak DSP, serta

data yang diperoleh dengan mempelajari literatur dan peraturan (bahan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

17

hukum) yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Peraturan

yang digunakan sebagai bahan hukum primer adalah Undang-Undang

Perbankan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan sebagai bahan

hukum sekunder meliputi buku-buku mengenai hukum perdata, hukum

perbankan, dan untuk selanjutnya data sekunder tersebut merupakan

landasan teori dalam mengadakan analisa data serta pembahasan

masalah.18

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan wawancara. Wawancara

adalah cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna

mencapai tujuan tertentu.19 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi, pewawancara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada yang

diwawancara untuk dijawab, menggali jawaban lebih dalam dan mencatat

jawaban yang diwawancarai.20 Wawancara tersebut dilakukan kepada pihak yang

terkait dengan permasalahan yang diangkat, yaitu Nanda Ferri K. (Credit Officer

Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga).

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan yang berupa teori-teori, pandangan dari para ahli dibidangnya,

penelaahan hukum yang ada, serta data-data yang diperoleh dari sumber internet.

18 Soerjono Soekanto. 1981. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Jakarta : UI. Hlm. 9. 19 Burhan Ashshofa. 2001. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Hlm. 95. 20 Ronny H.S.. 1990. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Ghalia. Hlm. 57.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2670/2/T1... · Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal ... dalam pemberian

18

Bahan-bahan hukum yang biasanya hanya tersedia di berbagai ruang

perpustakaan, sekarang sudah dapat diakses secara mudah melalui internet.21

6. Unit Amatan

a. Pihak kreditur yaitu Bank Danamon Simpan Pinjam unit Pasaraya

Salatiga.

b. Pihak debitur yaitu 23 nasabah kredit tanpa agunan yang telah diberi

tindakan penyelesaian oleh Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga pada tahun 2011.

7. Unit Analisis

Pola penyelesaian kredit tanpa agunan macet di Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga.

21 Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang : Bayumedia Publishing. Hlm. 323.