bab i pendahuluan a. rasional

42
1 BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Pendidikan dapat berlangsung dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, sehingga layanan pendidikan merupakan tanggung jawab bagi kita semua, baik sebagai tenaga pendidik (guru/ tutor), orangtua dan masyarakat. Berbagai satuan dan program pembelajaran pendidikan non-formal telah dan akan berlangsung dalam masyarakat, memerlukan penanganan dari akademisi dan praktisi pendidikan. Penanganannya hanya dapat dilaksanakan jika orang yang terlibat atau bertanggung jawab memiliki kemampuan dan pemahaman yang mendalam tentang satuan dan program pembelajaran Pendidikan Non-formal. Mahasiswa sebagai calon tenaga pendidik, terutama pendidik pada Pendidikan Nonformal, harus memahami berbagai satuan dan program Pendidikan Nonformal, agar dapat menjalankankan tugas dengan baik. Mata kuliah Satuan dan program Pendidikan Nonformal merupakan salah satu mata kuliah wajib di jurusan Pendidikan Luar Sekolah, disajikan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang Pendidikan Nonformal, dari aspek satuan dan program- program pembelajaran, baik ditinjau dari sisi teori, konsep dan pengalaman nyata para penyelenggara program pembelajaran di lapangan. B. Tujuan Mata Kuliah Setelah mempelajari mata kuliah Satuan dan Program Pendidikan Nonformal ini, diharapkan peserta didik (mahasiswa): 1. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan komponen- komponen Pendidikan Nonformal 2. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang karakteristik Pendidikan Nonformal 3. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan jenis satuan Pendidikan Nonformal 4. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan jenis program pembelajaran Pendidikan Nonformal 5. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang komponen-komponen rencana kegiatan/ proposal program pembelajaran Pendidikan Nonformal 6. Memiliki kemampuan membuat rencana kegiatan/ proposal pembelajaran Pendidikan Nonformal C. Pokok-Pokok Materi Sajian 1. Pengertian dan komponen-komponen Pendidikan Nonformal 2. Karakteristik Pendidikan Nonformal 3. Pengertian dan jenis satuan Pendidikan Nonformal 4. Pengertian dan jenis Program Pembelajaran Pendidikan Nonformal 5. Pengertian dan komponen-komponen pembuatan rencana kegiatan/ proposal kegiatan program pembelajaran Pendidikan Nonformal 6. Berlatih membuat rencana kegiatan/ proposal program pembelajaran Pendidikan Nonformal

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Rasional Pendidikan dapat berlangsung dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, sehingga layanan pendidikan merupakan tanggung jawab bagi kita semua, baik sebagai tenaga pendidik (guru/ tutor), orangtua dan masyarakat. Berbagai satuan dan program pembelajaran pendidikan non-formal telah dan akan berlangsung dalam masyarakat, memerlukan penanganan dari akademisi dan praktisi pendidikan. Penanganannya hanya dapat dilaksanakan jika orang yang terlibat atau bertanggung jawab memiliki kemampuan dan pemahaman yang mendalam tentang satuan dan program pembelajaran Pendidikan Non-formal. Mahasiswa sebagai calon tenaga pendidik, terutama pendidik pada Pendidikan Nonformal, harus memahami berbagai satuan dan program Pendidikan Nonformal, agar dapat menjalankankan tugas dengan baik. Mata kuliah Satuan dan program Pendidikan Nonformal merupakan salah satu mata kuliah wajib di jurusan Pendidikan Luar Sekolah, disajikan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang Pendidikan Nonformal, dari aspek satuan dan program- program pembelajaran, baik ditinjau dari sisi teori, konsep dan pengalaman nyata para penyelenggara program pembelajaran di lapangan. B. Tujuan Mata Kuliah Setelah mempelajari mata kuliah Satuan dan Program Pendidikan Nonformal ini, diharapkan peserta didik (mahasiswa): 1. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan komponen-
komponen Pendidikan Nonformal 2. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang karakteristik Pendidikan Nonformal 3. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan jenis satuan
Pendidikan Nonformal 4. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang pengertian dan jenis program
pembelajaran Pendidikan Nonformal 5. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang komponen-komponen rencana
kegiatan/ proposal program pembelajaran Pendidikan Nonformal 6. Memiliki kemampuan membuat rencana kegiatan/ proposal pembelajaran
Pendidikan Nonformal C. Pokok-Pokok Materi Sajian 1. Pengertian dan komponen-komponen Pendidikan Nonformal 2. Karakteristik Pendidikan Nonformal 3. Pengertian dan jenis satuan Pendidikan Nonformal 4. Pengertian dan jenis Program Pembelajaran Pendidikan Nonformal 5. Pengertian dan komponen-komponen pembuatan rencana kegiatan/ proposal
kegiatan program pembelajaran Pendidikan Nonformal 6. Berlatih membuat rencana kegiatan/ proposal program pembelajaran
Pendidikan Nonformal
A. Tujuan Pembelajaran 1. Memberikan pemahaman tentang pengertian Pendidikan Nonformal 2. Memberikan pemahaman tentang pendidikan Nonformal sebagai suatu sistem 3. Memberikan pemahaman tentang komponen pendidikan nonformal
B. Uraian Materi 1. Pengertian Pendidikan Nonformal Berbagai pengertian tentang Pendidikan Luar Sekolah atau Pendidikan Nonformal telah dikemukakan oleh para pakar dalam sudut pandang yang berbeda. Menurut Coombs (1973) Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya (Sudjana, 1991: 20) Sihombing (2000: 12), Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia, agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang, dengan mengoptimalkan penggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungannya. Lebih lanjut, Sihombing (2000: 12), mengemukakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah satu proses pendidikan yang sasaran, pendekatan, dan keluarannya berbeda dengan pendidikan sekolah, dan bukan merupakan pendidikan sekolah yang dilakukan di luar waktu sekolah. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pendidikan Luar Sekolah/ Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal (sekolah) yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dari berbagai definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah atau Pendidikan Nonformal adalah setiap aktifitas yang dilakukan secara teratur, terorganisir yang berlangsung di luar sistem persekolahan/ pendidikan formal. 2. Komponen Pendidikan Nonformal
Sistem Pendidikan Non-Formal adalah keseluruhan (organisme) yang terdiri atas rangkaian komponen yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem Pendidikan Non-Formal terdiri atas komponen, proses, dan tujuan. Masukan (input), yaitu masukan lingkungan, masukan sarana, masukan menah, dan masukan lain.
Uraian berikut dikemukakan dua cara pandang untuk melihat komponen- komponen pendidikan Non Formal a. Pendidikan Non Formal Sebagai Sistem Terbuka Sebagai sistem terbuka, maka pendidikan Non Formal, dalam proses pendidikan dan pembelajarannya secara terbuka menerima dan dipengaruhi oleh berbagai
3
Masukan sarana (instrumental input) adalah keseluruhan perangkat pembelajaran yang disusun oleh pengelola, khususnya perencana Pendidikan Non- Formal, sehingga dapat menjamin terwujudnya interaksi edukatif antara pelatih dengan peserta Pendidikan Non-Formal. Perangkat ini meliputi kurikulum, tenaga kePendidikan Non-Formal, sarana dan prasarana, serta biaya. Kurikulum mencakup tujuan pembelajaran dalam Pendidikan Non-Formal, susunan materi/ bahan pembelajaran, metode dan teknik serta media pembelajaran, dan teknik penilaian hasil pembelajaran. Tenaga kePendidikan Non-Formal terdiri atas pelatih, instruktur atau widyaswara yang mempunyai tugas membantu peserta Pendidikan Non- Formal melakukan kegiatan belajar melalui bimbingan, pembelajaran, dan atau latihan. Ketenagaan lainnya dapat terdiri atas pengelola satuan atau program Pendidikan Non-Formal, peneliti dan pengembang Pendidikan Non-Formal, penilik dan pengawas, penguji atau penilai, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Sarana dan prasarana Pendidikan Non-Formal antara lain berupa gedung/ panti Pendidikan Non-Formal, sarana transportasi, perlengkapan mebeler, perkakas, dan alat-alat bantu Pendidikan Non-Formal seperti laboratorium dan tempat kerja praktek. Biaya Pendidikan Non-Formal meliputi sumber dana dan rincian biaya Pendidikan Non-Formal yang memadai bagi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian Pendidikan Non-Formal.
Biaya perencanaan digunakan untuk kegiatan: (1) identifikasi kebutuhan, potensi dan kemungkinan hambatan Pendidikan Non-Formal, (2) penyusunan tujuan dan program Pendidikan Non-Formal, (3) penyusunan dan pengembangan bahan/ materi, metode, teknik dan media pembelajaran, (4) penyusunan dan pengujian alat evaluasi awal dan alat evaluasi akhir peserta Pendidikan Non- Formal, dan (5) penyiapan para pelatih. Biaya pelaksanaan mencakup (1) honorarium dan transportasi pelatih, (2) penyediaan dan penggandaan bahan
Masukan Sarana Masukan lain
Masukan Mentah (raw input) Masukan mentah (raw input) adalah calon peserta Pendidikan Non-Formal. Calon warga belajar Pendidikan Non-Formal dapat dikaji dari segi karakteristik internal dan karakteristik eksternalnya. Karakteristik internal mencakup aspek psikis, fisik, dan/ atau fungsional. Aspek psikis meliputi kebutuhan (kebutuhan belajar, kebutuhan Pendidikan Non-Formal, dan/ atau kebutuhan hidup), minat, pengalaman, struktur kognitif, aspirasi, dan masalah, yang dimiliki calon peserta Pendidikan Non-Formal. Aspek fisik berkaitan dengan kuantitas, jenis kelamin, kondisi dan kesehatan fisik, serta usia. Aspek fungsional berhubungan dengan pekerjaan, jabatan, kegiatan, satus sosial, tanggung jawab dalam keluarga, dlsb. Karakteristik eksternal berhubungan dengan tuntutan kemampuan dan tugas baru sebagai akibat perubahan kebijakan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, status sosial ekonomi keluarga, organisasi yang diikuti, lingkungan sosial, ketersediaan daya dukung bagi kegiatan belajar, dan kebiasaan belajar dalam masyarakat.
Masukan lingkungan (environmental input) yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan/ pembelajaran, meliputi lingkungan sosial, budaya, alam, kewilayahan, dan kelembagaan. Lingkungan sosial yaitu manusia dan kehidupannya. Lingkungan ini mencakup manusia secara perorangan, kelompok, komunitas, dan masyarakat dengan berbagai aspek kehidupannya. Lingkungan budaya meliputi hasil kegiatan atau ciptaan akal budi dan daya manusia yang diyakini baik dan bermanfaat. Lingkungan ini antara lain adalah kepercayaan, adat istiadat, tradisi, kesenian, dan pola interaksi yang menjadi kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya. Lingkungan wilayah yaitu daerah dimana program atau kegiatan Pendidikan Non-Formal itu diselenggarakan. Wilayah ini dapat mencakup wilayah lokal (seperti lokasi tertentu, kampung, desa), daerah administratif pemerintahan (seperti desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi), wilayah nasional, regional (seperti ASEAN, APEC, dsb), atau internasional. Lingkungan kelembagaan meliputi jenis dan tingkatan lembaga (seperti instansi, organisasi dan lembaga), kebijakan lembaga, program dan kegiatan kelembagaan. Lingkungan ini merupakan masukan yang perlu dikaji lebih dahulu dalam merancang dan menetapkan program Pendidikan Non-Formal. Dari masukan lingkungan dapat diidentifikasi kebutuhan, potensi, dan kemungkinan kendala dalam penyelenggaraan Pendidikan Non-Formal, serta lingkungan ini pula yang menjadi sumber dan yang mempengaruhi unsur-unsur sistem lainnya dalam Pendidikan Non-Formal.
Lingkungan alam terdiri atas lingkungan alam hayati, non hayati, dan buatan. Lingkungan hayati (biotik) adalah flora dan fauna yang ada di daerah Pendidikan Non-Formal. Lingkungan ini mencakup dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lingkungan non hayati (abiotik) meliputi antara lain keadaan tanah, mineral, tenaga
5
(energi), dan cuaca. Lingkungan buatan atau binaan adalah lingkungan alam yang telah diubah oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupannya, seperti sarana transportasi (jalan, jembatan, kendaraan), sarana ekonomi (bendungan, perusahaan, pasar, pabrik, alat produksi), sarana pendidikan (sekolah, kampus, pusat Pendidikan Non-Formal, bahan dan alat pembelajaran, dan sarana lainnya yang diperlukan dalam kehidupan.
Proses (process) Pendidikan Non-Formal berkaitan dengan interaksi edukasi antara masukan sarana, terutama pelatih, dengan masukan mentah yaitu pesaerta didik Pendidikan Non-Formal. Interaksi yang dilakukan pendidik adalah untuk membantu warga belajar melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan sehingga warga belajar nonformal melakukan kegiatan belajar selama pendidikan. Kegiatan belajar ini diharapkan dapat dilakukan secara berlanjut setelah warga belajar selesai mengikuti kegiatan Pendidikan Non-Formal. Pembelajaran dilaksnakan dengan menggunakan berbagai sumber pendukung seperti tempat kerja, perpustakaan, nara sumber, media masa (media cetak dan elektronik), alam sekitar, dsb. Pembelajaran dapat menggunakan pendekatan kontinum dari pedagogi ke andragogi dan/ atau gerogogi, serta sebaliknya. Pedagogi adalah ilmu dan seni mengajar anak-anak (paedagogy is the science and arts of teaching children). Andragogi adalah ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar (andragogy is the science and arts of helping adults learn). Proses pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran partisipatif yang memiliki ciri yaitu berdasarkan kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan, berorientasi pada tujuan Pendidikan Non-Formal, berpusat pada warga belajar, dan berangkat dari pengalaman belajar warga belajar atau belajar dengan cara mengalami (experiential learning). Pembelajaran partisipatif ditandai dengan upaya pendidik mengikutsertakan warga belajar dalam proses perancanaan, pelaksanaan, dan penilaian program Pendidikan Non-Formal. Proses Pendidikan Non-Formal ini lebih mengutamakan peranan warga belajar dalam melakukan kegiatan belajar, bukan menekankan pada peranan pendidik untuk mengajar.
Keluaran (output) sebagai tujuan antara (intermediate goals) Pendidikan Non-Formal, adalah hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah mereka menempuh kegiatan Pendidikan Non-Formal. Hasil belajar ini mencakup kuantitas lulusan Pendidikan Non-Formal dan kualitas perubahan tingkah laku lulusan. Kuantitas lulusan adalah jumlah orang yang telah mengikuti Pendidikan Non- Formal sesuai dengan syarat-syarat kelulusan yang telah ditetapkan penyelenggara Pendidikan Non-Formal. Perubahan kualitas perilaku lulusan meliputi perubahan dalam ranah psikomotorik atau keterampilan (skills), kognisi, afeksi dan nilai. Secara sederhana perubahan itu mulai dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak mau menjadi mau, dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Ranah psikomotorik adalah keterampilan fungsional yang diperoleh lulusan melalui tahapan pemberian stimulus (rangsangan), respons dari warga belajar, bimbingan oleh pendidik, pengkondisian gerakan secara mekanik, pengembangan respons berupa gerakan yang beragam, penyesuaian (adjusment) terhadap
6
Ranah psikomotorik dapat mencakup keterampilan produkstif, teknik, sosial, fisik, seni, manajerial, intelektual, emosional, dan spiritual. Keterampilan produktif (productive skills) adalah keterampilan guna menghasilkan suatu produk berupa benda atau jasa yang dapat langsung digunakan atau dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seperti keterampilan tata busana, tata boga, tata graha, tata rias, dan pelayanan pariwisata. Keterampilan teknik (technical skills) berkaitan dengan pembuatan, perbaikan, dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan seperti pesawat radio, bengkel kendaraan, televisi, komputer, dan internet. Keterampilan sosial (social skills) berkaitan dengan komunikasi dengan orang lain (individu, kelompok, komunitas), mencakup komunikasi langsung seperti wawancara, diskusi, orasi dan komunikasi secara tidak langsung melalui media masa (media cetak dan/ atau media elektronik). Keterampilan fisik (physical skills) berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan penampilan diri seperti senam, olah raga profesional, dan kebugaran jasmani. Keterampilan seni (artistic skills) dapat mencakup seni suara, seni musik, seni tari, seni drama, seni lukis, seni pahat, dlsb. Keterampilan manajerial (managerial skills) berhubungan dengan kegiatan pengelolaan suatu organisasi, program atau kegiatan melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan (pengawasan, penyeliaan, dan pemantauan), penilaian, dan pengembangan. Keterampilan intelektual (intellectual skills) berhubungan dengan kecakapan menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan gejala- gejala yang dihadapi dalam kehidupan manusia yang mungkin dapat dituangkan dalam bentuk proposal, rencana, dan/ atau model. Keterampilan emosi (emotional skills) berkaitan dengan pengendalian dan pemamfaatan perasaan, kemauan, semangat, dan aspek-aspek lain dalam kegiatan qolbu. Ketrampilan spiritual (spiritual skills) berhubungan dengan sikap dan penampilan yang senyawa dan seimbang antara hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta, serta penerapan nilai-nilai spiritual untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Ranah kognisi adalah penguasaan suatu pengetahuan oleh lulusan Pendidikan Non-Formal melalui tahapan pengenalan terhadap pengetahuan yang dipelajari, pemahaman (pengertian) terhadap pengetahuan, penggunaan pengetahuan, kegiatan menganalisis pengetahuan, mensintesis pengetahuan, dan mengevaluasi pengetahuan tersebut. Ranah afeksi mencakup perubahan sikap, nilai, dan aspirasi, yang dimiliki lulusan melalui tahapan penerimaan terhadap rangsangan, respons terhadap rangsangan, penilaian terhadap respons, pengorganisasian pola respons dalam diri lulusan, dan menjadikan pola respons sebagai ciri (karakteristik) pribadinya dalam kehidupan. Singkatnya, keluaran merupakan “tujuan antara” (intermediate objectives) Pendidikan Non-Formal yang mencakup kuantitas lulusan
7
Masukan lain (other input) adalah daya dukung atau sumber-sumber lainnya yang memungkinkan peserta atau lulusan Pendidikan Non-Formal dapat menggunakan kemampuan yang diperoleh dalam pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan kemajuan hidupnya. Dalam Pendidikan Non-Formal masukan lain berkaitan dengan dunia usaha, lapangan kerja, pengembangan sumber daya mausia, atau pengembangan masyarakat. Masukan lain ini dapat dikategorikan ke dalam: (1) daya dukung untuk berusaha (bisnis) seperti pemasaran, permodalan, bahan baku, dan proses produksi, (2) pembinaan lanjutan lulusan seperti bmbingan, konsultasi, pendidikan perbaikan, pendidikan lanjutan, penyuluhan, dan penyediaan informasi, (3) pengembangan karier, kebijakan, sarana dan fasilitas kerja, dan penghargaan, serta (4) organisasi seperti paguyuban (persatuan) alumni, koperasi, pembentukan badan usaha, hubungan kelembagaan, jejaring (networking), dan lain sebagainya.
Pengaruh (outcome) atau dampak yang merupakan “tujuan utama” (ultimate goals) Pendidikan Non-Formal. Pengaruh ini meliputi perubahan sikap dan perilaku lulusan untuk pengembangan dirinya, pembelajaran orang lain, dan pemberdayaan masyarakatnya. Pengaruh bagi pengembangan dirinya adalah tumbuhnya kebiasaan atau belajar untuk meningkatkan taraf hidupnya seperti perolehan dan peningkatan pendapatan, peningkatan kinerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan, memperbaiki penampilan, dan mengintensifkan pembinaan keluarga. Pembelajaran orang lain adalah upaya menularkan kemampuan yang telah dirasakan manfaatnya oleh lulusan kepada orang lain yang memerlukan kemampuan tersebut. Penularan ini dapat melalui penyebaran informasi, magang, pendidikan, penyuluhan, dan lain sebagainya. Pengaruh Pendidikan Non-Formal bagi pemberdayaan masyarakat diwujudkan dalam keikutsertaan lulusan dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. Keikutsertaan ini dapat melalui partisipasi buah pikiran, harta benda, tenaga, keterampilan, dan lain sebagainya sehingga masyarakat berdaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya antara lain dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Setelah membicarakan komponen, proses dan tujuan Pendidikan Non-Formal secara sistemik maka dapat disimpulkan bahwa suatu kegiaan pendidikan yang lengkap terdiri atas tujuh unsur sistem pendidikan yang terdiri atas masukan (masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, dan masukan lain), proses pendidikan, dan tujuan pendidikan (keluaran dan pengaruh). b. Komponen-komponen Utama Pendidikan Nonformal. Dalam proses terselenggaranya program pembelajaran pada pendidikan Non- formal dikenal berbagai komponen yang ikut mempengaruhinya. Dalam pendidikan Non Formal, Sihombing (2000) membagi sepuluh komponen.
8
1) Peserta didik/ warga belajar adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia, pada jalur pendidikan luar sekolah/ penddikan nonformal, melalui satuan pendidikannya. Bercirikan: (a) sebagai subjek bukan objek, (b) ikut menentukan kebutuhan belajar, (c) ikut memutuskan rencana belajar, (d) aktif bukan pasitif, (e) ikut bertanggung jawab.
2) Pendidik/ tutor adalah orang yang memiliki kemampuan ilmu/ kualifikasi tertentu, dan mampu menyampaikan/ mentransfer ilmunya kepada orang lain. Bercirikan: (a) berlaku sebagai sahabat maksimal sebagai fasilitator bukan menggurui, (b) tidak memakakan program, (c) tidak berperilaku sebagai pemutus, (d) penghargai pengalaman dan pendapat warga belajar.
3) Pelaksana adalah perseorangan/ kelompok orang yang dengan keinginan dan inisiatifnya menjadi koordinator, pemerakarsa/ pelaksana dalam program pembelajaran pendidikan luar sekolah. Bercirikan: (a) berperilaku fasilitator bukan pemutus, (b) menjadi penghubung antara warga belajar dengan sumber belajar/ tutor, (c) mengutamakan pelajaran pada warga belajar.
4) Kelompok Belajar adalah sekumpulan warga belajar saling membelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf kehidupan. Bercirikan: (a) tersedia tutor untuk setiap kelompok, (b) tempat tinggal warga belajar berdekatan.
5) Sarana belajar adalah segala perangkat peralatan/ fasilitas yang menunjang terselenggaranya proses pembelajaran. Bercirikan: (a) murah dan mudah didapat, (b) menjawab permasalahan yang dipelajari, (c) didasarkan pada urutan praktis bukan urutan logis, (d) menggunakan bahasa yang mudah dan benar.
6) Dana belajar adalah barang dan jasa yang dapat dinilai dengan uang, yang dibutuhkan dan digunakan dalam perencanaan, dan operasionalisasi program pembelajaran. Bercirikan: (a) warga belajar turut membantu sebagai rasa tanggung jawab, (b) tokoh masyarakat dilibatkan dalam menggali sumber- sumber keuangan yang ada.
7) Panti belajar adalah tempat terjadi proses pembelajaran. Bercirikan: (a) menggunakan fasilitas yang tersedia di lingkungan warga belajar, (b) warga belajar tidak segan untuk datang.
8) Program belajar adalah segala sesuatu yang terkait dengan program pembelajaran, meliputi kurikulum, strategi, metode, evaluasi dan tindak lanjut program pembelajaran. Bercirikan: (a) ditentukan oleh warga belajar bersama sumber belajar/ tutor, (b) bermuatan hal-hal yang praktis kurang aspek teoretis, (c) tidak jangka panjang, (d) cepat berguna untuk peningkatan penghasilan.
9) Hasil belajar adalah perolehan atau capaian dari warga belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dapat berupa penguasaan pengetahuan, penguasaan keterampilan maupun perubahan sikap. Bercirikan: langsung dapat bermanfaat untuk kehidupan warga belajar.
9
10) Ragi belajar adalah segala sesuatu yang menjadi daya dorong atau daya dukung yang membangkitkan semangat warga belajar dalam belajar untuk mencapai prestasi yan lebih baik, seperti pemberian pujian, hadiah, nilai, dan lain sebagainya. Bercirikan: (a) diberikan dalam proses belajar, dan warga belajar terlibat aktif, (b) menghargai pengalaman warga belajar, (c) menggunakan metode partisipatif, (d) menimbulkan situasi gembira, (e) mengadakan berbagai lomba.
C. Soal Latihan 1. Jelaskan pengertian pendidikan nonformal menurut Combs ? 2. Jelaskan pengertian pendidikan nonformal menurut Sihombing ? 3. Jelaskan pengertian pendidikan nonformal menurut UU no.2 tahun 2003 ? 4. Jelaskan pengertian pendidikan nonformal menurut pendapat anda ? 5 Jelaskan pendidikan nonformal sebagai sistem terbuka ? 6. Jelaskan 10 (sepuluh) komponen program pendidikan nonformal ? 7. Diskusikan dengan rekannya, mengapa pendidikan nonformal harus
disejajarkan dengan pendidikan formal dalam melayani pendidikan warga masyarakat
8. Diskusikan dengan rekannya, dapatkah semua orang dikatakan sebagai pendidik ? berikan alasan jawaban saudara !
9. Diskusikan dengan rekannya, syarat yang harus dimiliki oleh pendidik (Tutor) ?
10
A. Tujuan Pembelajaran 1. Memberikan pemahaman tentang karakteristik tujuan program pembelajaran
Pendidikan Non-formal 2. Memberikan pemahaman tentang karakteristik waktu penyelenggaraan
program pembelajaran Pendidikan Non-formal 3. Memberikan pemahaman tentang karakteristik isi program pembelajaran
Pendidikan Non-formal 4. Memberikan pemahaman tentang karakteristik poses belajar mengajar
program pembelajaran Pendidikan Non-formal 5. Memberikan pemahaman tentang karakteristik pengendalian mutu program
pembelajaran Pendidikan Non-formal B. Uraian Materi Karakteristik program pendidikan luar sekolah/ pendidikan nonformal merupakan ciri-ciri khas yang perlu dicermati, yang membedakan antara jalur pendidikan formal dan pendidikan informal. Uraian berikut dikemukakan beberapa karakteristik pendidikan Non Formal (Sudjana, 1991) sebagai berikut 1. Tujuan program pembelajaran a. Jangka pendek dan khusus
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang fungsional bagi kehidupan masa kini dan masa depan
b. Kurang menekankan pentingnya ijazah Hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat. Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program, dalam bentuk benda yang diproduksi, pendapatan dan keterampilan
2. Waktu Penyelenggaraan Program a. Relatif singkat
Jarang lebih dari setahun, pada umumnya kurang dari setahun. Lamanya penyelenggaraan program pembelajaran tergantung pada kebutuhan belajar warga belajar. Persyaratan untuk mengikuti program ialah kebutuhan, minat, dan kesempatan waktu para warga belajar.
b. Menekankan masa sekarang dan masa depan Memusatkan layanan untuk memenuhi kebutuhan terasa warga belajar guna meningkatkan kemampuan sosial-ekonominya dalam waktu bebas.
c. Menggunakan waktu tidak penuh dan tidak terus menerus Waktu ditetapkan dengan berbagai cara sesuai dengan kesempatan warga belajar, serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar sambil bekerja atau berusaha.
3. Isi Program Pembelajaran a. Kurikulum berpusat pada kepentingan warga belajar
Kurikulum bermacam ragam atas dasar perbedaan kebutuhan belajar warga belajar.
11
c. Persyaratan masuk ditetapkan bersama warga belajar Karena program diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mengembangkan kemampuan potensial warga belajar maka kualifikasi pendidikan formal dan kemampuan baca-tulis sering tidak menjadi persyaratan utama.
4. Proses Belajar-Mengajar a. Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga
Kegiatan belajar dilakukan di berbagai lingkungan (masyarakat dan tempat bekerja) atau satuan pendidikan luar sekolah.
b. Berkaitan dengan kehidupan warga belajar dan masyarakat Pada waktu mengikuti program, warga belajar berada dalam dunia kehidupan dan pekerjaannya. Lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar
c. Struktur program yang fleksibel Program belajar bermacam-macam dalam jenis dan urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan.
d. Berpusat pada warga belajar Kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan tutor/ fasilitator/ instruktur. Warga belajar sering menjadi sumber belajar. Lebih menitik beratkan kegiatan membelajarkan warga belajar dari pada mengajar.
e. Penghematan sumber-sumber yang tersedia Memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja untuk menghemat biaya
5. Pengendalian Program Pembelajaran a. Dilakukan oleh pelaksana program dan warga belajar
Pengendalian tidak terpusat. Koordinasi dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait. Otonomi terdapat pada tingkat program dan daerah, dan menekankan pada inisiatif dan partisipasi di tingkat daerah
b. Pendekatan demokratis Hubungan antara pendidik (tutor) dan warga belajar bercorak hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan Program dilakukan secara demokratis antara pendidik, warga belajar, dan pihak lain yang berpartisipasi.
C. Soal Latihan 1. Jelaskan karakteristik tujuan program pembelajaran Pendidikan Non-formal? 2. Jelaskan karakteristik waktu penyelenggaraan program pembelajaran
Pendidikan Non-formal? 3. Jelaskan karakteristik isi program pembelajaran Pendidikan Non-formal ? 4. Jelaskan karakteristik proses belajar mengajar program pembelajaran
Pendidikan Non-formal 5. Jelaskan karakteristik pengendalian mutu program pembelajaran Pendidikan
Non-formal ? 6. Diskusikan dengan rekannya, dan laporkan paling sedikit 5 (lima) perbedaan
antara Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Formal ?
12
A. Tujuan Pembelajaran 1. Memberikan pengertian satuan Pendidikan Non-formal 2. Menyebutkan jenis-jenis satuan Pendidikan Non-formal 3. Menjelaskan dan membedakan satuan Pendidikan Non-formal yang ada dalam
masyarakat B. Uraian Materi
Kelompok belajar adalah sekumpulan warga belajar saling membelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf kehidupan. Kelompok Belajar juga sering disingkat menjadi ”kejar” yang mengandung arti mengejar ketertinggalan dari berbagai aspek kehidupan melalui kelompok belajar. Karakteristik ketertinggalan yang dimaksud adalah dibidang membaca, menulis, berhitung dan pendidikan dasar. Ada dua program pendidikan Non-formal yang diselenggarakan melalui kelompok belajar, yaitu program pendidikan/ pembelajaran keaksaraan dan program pendidikan/ pembelajaran kesetaraan. 2. Kursus
Kursus adalah satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal, untuk melayani warga masyarakat yang berminat dan membutuhkan tambahan keahlian/ kemahiran tertentu. Perubahan ranah psikomotor atau keterampilan lebih diutamakan diperoleh warga belajar, namun tidak mengabaikan perubahan ranah kognitif dan afektif. Keterampilan (skills) terdiri dari lima rumpun yaitu: keterampilan produktif (productive skills), keterampilan teknis (technical skills), keterampilan fisik (Physical skills), keterampilan sosial (social skills), dan keterampilan intelektual (intellectual skills).
Untuk mutu penyelenggaraan kursus perlu ditetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap kursus. Oleh sebab itu kursus memiliki prinsif dasar: (1) berbasis pada kompetensi, (2) fleksibel terhadap tuntutan pasar kerja dan perkembangan jaman.
Dalam kaitan dengan standarisasi kursus, maka aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian: (1) persyaratan peserta didik, (2) persyaratan tenaga pendidik, (3) kurikulum, (4) sarana dan prasarana, (5) proses belajar mengajar, (6) praktek kerja dan pemagangan/ on the job training, (7) pengujian dan sertifikasi, dan kemitraan/ networking, (8) manajemen kelembagaan, (9) pendanaan, serta (10) lulusan.
13
Untuk meningkatkan partisipasi dan peranserta masyarakat di bidang pendidikan nonformal (kursus dan pelatihan), maka perlu memberdayakan berbagai organisasi mitra berikut: a. Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI) b. Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia (HISPPI) c. Ikatan Ahli keterampilan Sejenis:
1) Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia (Tiara Kusuma)
2) Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI Melati) 3) Persatuan Akupunkturis Seluruh Indonesia (PAKSI) 4) Ikatan Ahli Boga Indonesia (IKABOGA Indonesia) 5) Ikatan Ahli Penata Busana Indonesia (IPBI Kartini) 6) Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) 7) Ikatan Pembuat Hantaran Indonesia (IPHI) “Pancawati” 8) Assosiasi SPA Indonesia (ASPI) 9) Indonesia Spa Profesional Association (INDSPA) 10) Indonesian Master Association Spa Cosmetology & Natural Therapy (IMA)
3. Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah satuan pendidikan pada jalur pendidikan non-formal, untuk melayani warga masyarakat yang masih berusia muda (2–6 tahun), atau lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah. Pembelajaran dilakukan dalam suasana belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar, dengan memperhatikan aspek-aspek perkembangan kepribadian anak. Program pengembangan anak usia dini yang difokuskan pada pembinaan watak dan karakter anak melalui berbagai kegiatan bermain yang bermuatan unsur pendidikan dan pemberian makanan sehat, yang mengarah pada penyiapan sumberdaya manusia masa depan. Melalui program ini diharapkan sumberdaya manusia kecil, akan tumbuh menjadi suatu potensi yang siap dan mampu berkembang baik secara emosional, intelektual, kreativitas dan sosial. C. Soal Latihan 1. Jelaskan pengertian satuan Pendidikan Non-formal ? 2. Jelaskan pengertian kelompok belajar ? 3. Jelaskan pengertian kursus ? 4. Diskusikan dengan rekannya, dan laporkan kemungkinan ada satuan
pendidikan Nonformal yang berlangsung di masyarakat ?
14
A. Tujuan Pembelajaran 1. Memberikan pengertian dan tujuan pendidikan keaksaraan 2. Memberikan pemahaman tentang karakteristik pendidikan keaksaraan
terintegrasi life skills 3. Memberikan pemahaman tentang karakteristik pendidikan keaksaraan “model
BalibolaE” 4. Memberikan pengertian dan tujuan pendidikan kesetaraan 5. Memberikan pemahaman tentang tentang jenis-jenis pendidikan kesetaraan 6. Memberikan pemahaman tentang rumpun dan jenis-jenis program kursus 7. Memberikan pemahaman tentang jenis-jenis program Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) 8. Memberikan pemahaman tentang jenis-jenis program Pendidikan Non-formal
yang sejenis B. Uraian Materi Program Pendidikan non-formal adalah paket kegiatan pembelajaran/ pelatihan, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta; dikelola oleh individu, kelompok/ yayasan atau organisasi yang bergerak dalam dunia pendidikan nonformal. 1. Program Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan adalah upaya pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia dengan kandungan nilai fungsional bagi upaya peningkatan kualitas hidup dan penghidupan kaum buta aksara.
Peserta didik pendidikan keaksaraan adalah seseorang yang belum mampu membaca dan menulis huruf latin serta belum mampu berhitung sebagai landasan dalam mengembangkan pendidikan dasar, yang bersedia ikut serta dalam program pendidikan keaksaraan melalui pertemuan belajar yang teratur dan berkelanjutan di bawah fasilitasi penyelenggara dan seorang tutor pendidikan keaksaraan.
Tutor pendidikan keaksaraan adalah seseorang yang karena keterpanggilan jiwa dan pemilikan kemampuan bertindak sebagai pengajar, pembimbing, dan pendamping kaum buta aksara dalam belajar aksara dan pengetahuan dasar yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
Hasil belajar pendidikan keaksaraan adalah peningkatan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia serta kemampuan menerapkan kemampuan itu untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan peserta didik (warga belajar) pendidikan keaksaraan. a. Pendidikan Keaksaraan Terintegrasi Life Skills
Pendidikan keaksaraan terintegrasi life skill memiliki daya tarik tersendiri, karena pada program pembelajarannya diintegrasikan dengan pendidikan mata pencaharian, atau diintegrasikan dengan penguasaan keterampilan kerja (life skills).
15
Pola terintegrasi adalah pembelajaran keaksaraan yang diprogramkan dan dilaksanakan secara simultan dengan pembelajaran keterampilan kerja atau keterampilan produktif. Pada situasi ini bahan belajar tentang keaksaraan (baca, tulis dan hitung) disajikan dalam dua cara, yaitu pertama secara melebur pada semua bahan belajar keaksaraan, dan kedua disajikan tersendiri sebagai mata ajaran tersendiri. Bahan belajar keaksaraan yang disajikan secara melebur, menyatu, dan simultan pada bahan belajar keterampilan produktif dan tidak tertulis serta terprogram dengan tujuan kurikuler itu biasa disebut sebagai kurikulum keterampilan produktif tersembunyi (hidden curriculum).
Pembelajaran yang dilakukan, menggunakan bahan belajar keterampilan produktif yang telah dibuat dengan mengakomodasi materi keaksaraan, sehingga belajar baca, tulis dan berhitung dilakukan melalui bahan bacaan keterampilan yang telah disiapkan sebelumnya. Pengembangan bahan belajar tentunya melalui pengamatan dan identifikasi keterampilan produktif yang dibutuhkan warga belajar dan sesuai potensi alam dan pasar. Dengan demikian hasil pembelajaran keaksaraan terintegrasi keterampilan produktif adalah luaran pembelajaran yang terbebas buta aksara sekaligus memiliki sejumlah keterampilan yang siap dimanfaatkan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan yang terintegrasi dengan keterampilan kerja, memiliki karakteristik tersendiri, sebagaimana dikemukakan Ali Latif Amri (2010) sebagai berikut 1) Pendekatan Menerapkan pendekatan praktik atau demonstrasi, berorientasi pengalaman konkret, pendekatan pembelajaran dikurangi dari pola-pola yang bersifat teoretik, ceramah. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kondisi warga belajar dan lingkungannya. Dalam hal ini ada tiga metode pembelajaran yang dapat dipilih, yaitu metode pembelajaran individual, metode pembelajaran kelompok, dan metode pembelajaran masyarakat (Sudjana, 1993). Pemilihan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan faktor tujuan pembelajaran, bahan belajar, warga belajar, fasilitator, waktu, fasilitas dan alat bantu kegiatan belajar. Metode pembelajaran kelompok yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar keterampilan bagi warga belajar yang sama, namun metode pembelajaran individu juga dibutuhkan untuk memberikan pemahaman secara perorangan, atau memberi pemahaman lanjutan tentang materi yang belum dikuasai pada saat pembelajaran kelompok dilaksanakan. Apabila warga belajar belum memiliki usaha, maka pembelajaran keterampilan dapat mendorong mereka segera memulai usaha dengan sekala kecil dulu sambil menyelesaikan pendidikan keaksaraannya. Setelah menyelesaikan program
16
pendidikan keaksaraan maka mereka dapat mengembangkan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup atau meningkatkan kesejahteraannya. 2) Pengorganisasian Warga Belajar Pengorganisasian adalah tindakan yang melibatkan hubungan antar manusia, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, sehingga melahirkan keputusan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran dilakukan dalam kelompok belajar dan belajar individual melalui buku- buku keterampilan yang telah disiapkan oleh penyelenggara atau tutor. Pengorganisasian warga belajar dalam kelompok belajar dapat menyajikan peluang belajar yang lebih besar karena interaksi diantara mereka dapat efektif. Warga belajar dapat diorganisasikan menjadi tim kerja atau kelompok-kelompok kecil membahas atau mempraktekkan keterampilan tertentu yang menjadi minat atau kebutuhannya. Melalui kelompok belajar dapat diterapkan metode pembelajaran yang partisipatif, seperti simulasi, penugasan kelompok, diskusi, dan praktek kerja bersama. Pembentukan kelompok belajar jauh lebih baik jika melibatkan tokoh masyarakat setempat. Setelah kelompok belajar terbentuk, maka dilanjutkan menentukan/ menyeleksi jenis keterampilan dan memilih strategi pembelajaran seperti penentuan tahap-tahap pembelajaran, metode, tempat dan waktu. Untuk kegiatan ini, strategi pembelajaran menurut Anwar (2004) dibagi atas tiga tahap, yaitu: tahap pertama, pembelajaran dilakukan dengan melibatkan sumber belajar dari luar system sosialnya degan bahan belajar dari sumber tertulis dalam bahasa Indonesia, tahap kedua, pembelajaran dengan melibatkan sumber belajar dari kalangan anggota kelompok belajar, sehingga pelaksanaannya terjadi proses tutor sebaya, bahan belajar tertulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa ibu (lokal); tahap ketiga, pembelajaran melibatkan sumber belajar yang hanya mengandalkan modul pembelajaran dalam dua bahasa (bahan belajar berbahasa Indonesia dan berbahasa ibu/ lokal). 3) Bahan Belajar Dalam program pendidikan keaksaraan, materi keterampilan kerja merupakan alat motivasi bagi warga belajar untuk terus aktif mengikuti pertemuan pembelajaran yang direncanakan. Motivasi ditinjau dari sumbernya ada dua, yaitu (1) motivasi intrinsik, timbul dari setiap individu karena kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang, (2) motivasi ekstrinsik, timbul dari luar diri individu yang muncul karena adanya ransangan dari luar lingkungannya. Dalam kaitan dengan pemberian materi keterampilan kerja pada program pendidikan keaksaraan, maka termasuk motivasi ekstrinsik. Upaya pencapaian tujuan melalui bahan belajar disusun secara logis berdasarkan kebutuhan dan kemampuan yang dikembangkan, tanpa melupakan unsur-unsur yang terkait dengan meteri/ bahan belajar keaksaraan. Bahan belajar yang dikembangkan dimulai dari hal yang mendasar dan sederhana ke arah yang bersifat lanjutan dan kompleks. Bahan belajar utama terkait dengan keaksaraan, sedangkan bahan belajar keterampilan produktif merupakan pendukung. Namun sebagian dari program pembelajaran keaksaraan mengintegrasikannya, yaitu bahan belajar keaksaraan yang disiapkan dalam bentuk buku atau bahan bacaan
17
lainnya telah memasukkan unsur-unsur keterampilan. Sehingga dalam proses pembelajaran juga merupakan proses pengintegrasian antara keduanya. Materi keterampilan produktif dikembangkan lebih banyak bernuansa lokal, yang didukung oleh sumber daya alam dan pasar. Hal ini penting karena luaran pendidikan keaksaraan yang memiliki keterampilan produktif, nantinya diharapkan dapat bekerja atau menciptakan usaha yang memiliki bahan baku yang ada di sekitarnya dan produk yang dihasilkan memilki pasar. 4) Metode Pembelajaran Metode yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran keaksaraan terintegrasi keterampilan produktif adalah metode pembelajaran partisipatif. Metode pembelajaran partisipatif adalah cara membelajarkan warga belajar dengan sebanyak mungkin melibatkan warga belajar dalam aktivitas-aktivitas belajar. Semakin banyak aspek fisik dan psikologis warga belajar yang diaktifkan dalam proses pembelajaran berarti makin baiklah pembelajaran itu. Metode pembelajaran yang diperoleh dapat memberikan sebanyak mungkin pengelaman langsung kepada warga belajar tentang materi belajar yang sedang dipelajarinya. Metode pembelajaran yang partisipatif antara lain berupa simulasi, penugasan kelompok, diskusi, dan praktek kerja bersama. 5) Alokasi Waktu Jumlah waktu yang dialokasikan dipertimbangkan sesuai kebutuhan. Secara umum waktu yang digunakan untuk meteri keaksaraan lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pembelajaran keterampilan produktif. Namun jika dilihat waktu yang digunakan untuk pembelajaran keterampilan produktif jika dibelajarkan tersendiri, maka alokasi waktu untuk praktek lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan dengan materi teoretis, yaitu 70 % praktek dan 30 % teori. Alokasi waktu sebaiknya dipaksakan terlalu sempit atau longgar, distribusinya perlu dilakukan secara proporsional untuk setiap bahan belajar. 6) Tempat Belajar Tempat belajar tidak terbatas, dalam ruang kelas, namun juga dapat menggunakan lapangan (tempat kerja/ usaha). Tempat belajar yang digunakan dalam membelajarkan materi keterampilan tidak jauh beda dengan tempat pembelajaran materi keaksaraan. Tempat belajar yang dipilih perlu mempertimbangkan segi-segi keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan fungsionalitas, dan perlu didukung sarana-sarana yang dibutuhkan. Pemakaian tempat belajar tertentu dapat diputuskan berdasarkan kesepakatan antara tutor dan warga belajar. Rumah, tempat pertemuan, tempat usaha merupakan alternatif pilihan sebagai tempat belajar. 7) Media Pembelajaran Media pembelajaran keterampilan perlu disediakan secara memadai. Media pembelajaran itu sebaiknya diusahakan yang murah, dan mudah didapatkan. Media pembelajaran memiliki kemampuan membawa warga belajar pada pengalaman belajar yang konkrit. Misalnya untuk pembelajaran membuat abon ikan, harus mempersiapkan wajan, jenis-jenis ikan, baskon, minyak goreng, penyedap, dan lain-lain yang
18
diperlukan. Media pembelajaran keterampilan juga dapat berfungsi sebagai bahan baku olahan/ produksi. Media dapat berupa gambar, sketsa dan selebaran atau resep. Media pembelajaran adalah barang, tempat, lokasi, dan/ atu peristiwa yang sebenarnya. Jumlah, kualitas, dan frekuensi penggunaannya perlu disesuaikan secara memadai. 8) Nara Sumber Nara sumber dalam pembelajaran keterampilan selain memiliki kemampuan mengajar materi keaksaraan juga memilki keahlian di bidang keterampilan tertentu, Dengan demikian, nara sumber pada program pendidikan keaksaraan yang terintegrasi keterampilan dapat memanfaatkan tutor yang mengajar materi keaksaraan, dalam arti memiliki tugas rangkap, dapat juga memanfaatkan tutor/ pelatih selain tutor yang ada. Hal tergantung dari kebijakan penyelenggara program pembelajaran dan kebutuhan warga belajar tentang keterampilan tertentu. 9) Iklim Pembelajaran Iklim sosial yang tercipta dalam pembelajaran keterampilan pada program pendidikan keaksaraan berusaha mendukung tercapainya tujuan-tujuan belajar pendidikan keaksaraan. Kemampuan baca, tulis, hitung dan bahasa Indonesia merupakan tujuan utama pembelajaran, sedangkan penguasaan keterampilan produktif tertentu merupakan tujuan tambahan. Situasi belajar dikondisikan sedemikian rupa, dengan menggunakan strategi, metode, teknik dan pendekatan pembelajaran yang relevan, agar kedua tujuan belajar dapat dicapai diakhir program pendidikan keaksaraan. 10) Dana Belajar Dana belajar perlu disediakan cukup dengan sumber-sumber dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Distribusi dana perlu dilakukan secara proporsional sesuai kebutuhan setiap kegiatan. Pada umumnya dana yang digunakan pada program pendidikan keaksaraan bersumber dari pemerintah, Penyelenggara program dalam merancang program senantiasa mencantumkan alokasi pendanaan untuk penguasaan keterampilan tertentu. Sehingga pembiayaan untuk keterampilan produktif telah menjadi bagian dari program pendidikan keaksaraan. 11) Penilaian Penilaian merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Sudjana, 2000). Ada dua jenis penilaian yang dapat dilakukan yaitu formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program lebih dini. Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat program. Alat evaluasi harus dipilih yang secara cepat dan tepat memberikan umpan balik kepada warga belajar akan tingkat kemajuan belajarnya. Dengan demikian warga belajar mengetahui secara sadar setiap kemajuan belajar yang dicapainya. Waktu evaluasi dilakukan selama program pembelajaran berjalan, dan merupakan evaluasi secara keseluruhan dari program pendidikan keaksaraan terintegrasi keterampilan kerja. Penilaian formatif dilaksanakan setiap akhir materi
19
Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) regional V, yang berkedudukan di Kota Makassar, memiliki wilayah kerja Pulau Sulawesi. Dalam tugas pokoknya mengembangkan model-model pembelajaran pendidikan nonformal, salah satu model yang dikembangkan dan telah diuji cobakan ke seluruh wilayah regional adalah pendidikan keaksaraan “model Balibolae”.
Istilah Balibolae diangkat dari akar budaya lokal orang Bugis dengan mempertimbangkan karakteristik masyarakatnya yang religious, menjunjung tinggi nilai budaya leluhur.
Secara morfologis, kata balibolae berasal dari bahasa bugis bali dan bola. Kata bali diartikan berhadapan, berpasangan dan berdampingan. Sedangkan bola berarti rumah atau tempat tinggal. Dalam penulisan bata secara terpisah, dan apabila titambahkan huruf “e” di belakang, maka penulisannya bersambung. Fungsi huruf “e” pada kata dalam bahasa Bugis menunjuk kata sifat/ Bali bola lazim diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan arti tetangga.
Dari pengertian di atas, maka balibolae semua merujuk pada hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan keaksaban. Pendekatan balibolae diangka sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan, karena salah satu cirri khas pembelajaran dalam pendidikan keaksaraan adalah diangkat dari konteks dan desain lokal.
Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan melalui pendekatan balibolae adalah suatu model layanan pendidikan bagi warga masyarakat yang belum mampu menulis, membaca, dan berhitung dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di lingkungan warga belajar. Dalam penerapannya “balibolae” bukan hanya orangnya (tutor) tetapi segala sesuatu yang mendukung proses pembelajaran di dalam/ sekitar rumah, pekerjaan sehari-hari dan apa yang ada sekitar lingkungan dimana warga belajar itu berada.
Ciri khas dari pendidikan keaksaraan melalui pendekatan Balibolae adalah (1) tutor direkrut dari tetangga warga belajar, (2) target yang dibelajarkan oleh setiap tutor tidak dipatok dengan system kelompok (10 orang), tergantung berapa orang tetangganya yang buta aksara dan kesanggupan tutor sendiri; (3) calon warga belajar direkrut oleh tutor; (4) insentif tutor dibayarkan sesuai dengan jumlah warga belajar yang dilayani; (5) dalam melaksanakan tugasnya, tutor didampingi pendamping teknis; (6) bahan ajar yang digunakan dikembangkan melalui pendekatan bahasa ibu/ bahasa lokal (7) tema- tema pembelajaran diangkat dari konteks dandesain lokal dimana warga belajar itu berada, dimulai dari lingkungan terkecil, rumah dan isinya, sekitar rumah, tetangga dan pekerjaan sehari-hari; (8) bahasa pengantar adalah bahasa lokal/ bahasa ibu; (9) lama penyelenggaraan tidak didasarkan atas bulan, tetapi tergantung dari pencapaian Standar Kompetensi Keaksaraan; (10) penilaian hasil belajar meliputi penilaian awal,
20
penilaian proses dan penilaian akhir; (11) penilaian dilakukan melalui teknik observasi, penilaian potofolio dan tes kemampuan keaksaraan. 1) Warga belajar Rekruitmen calon warga belajar dilakukan oleh tutor dengan criteria sebagai berikut: a) Buta aksara b) Drop Out Sekolah Dasar/ Madrah Ibtidaiyah kelas I, II dan III. c) Usia 15 tahun keatas dengan prioritas usia 15 – 44 tahun d) Bersedia mengikuti pembelajaran sampai selesai e) Diketahui oleh kepala desa/ lurah setempat. Dalam merekrut warga belajar yang diperhatikan adalah nama, jenis kelamin, tempa/ tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, dan alamat/ tempat tinggal 2) Tutor Tutor ditetapkan oleh penyelenggara program pendidikan keaksaraan, dengan syarat: a) Pendidikan minimal tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP dan
sederajat) b) Usia mnimal 17 tahun c) Memiliki data buta aksara di sekitar tempat tinggalnya d) Bersedia menandatangani akad kerjasama dengan penyelenggara program
pendidikan keaksaraan. Selain persyaratan tersebut, seorang tutor perlu memiliki kompotensi dasar berikut a) Memahami konsep dasar pendidikan orang dewasa b) Memahami konsep dasar pendidikan keaksaraan c) Mampu berkomunikasi dengan warga belajar (dengan bahasa Indonesia dan
bahasa lokal) d) Memahami karakteristik dan kebutuhan warga belajar e) Memiliki keterampilan kerja yang dapat diajarkan kepada warga belajar f) Dapat menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat Tugas dan fungsi tutor adalah (1) merekrut calon warga belajar; (2) mengidentifikasi kebutuhan belajar warga belajar; (3) mengembangkan bahan ajar kuatan lokal; (4) menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran; (5) melaksanakan penilaian awal; (6) melaksanakan proses pembelajaran; (7) menilai kemajuan belajar warga belajar; (8) melaksanakan penilaian akhir warga belajar; (9) membuat administrasi kejar yang terdiri dari buku induk warga belajar, daftar hadir warga belajar; buku persiapan mengajar/ Rencana Program Pembelajaran (RPP); laporan perkembangan kegiatan pembelajaran, dan laporan penilaian akhir hasil belajar. 3) Pendamping Teknis Pendamping teknis direkrut dari unsure Pamong Belajar, Tenaga Lapangan Pendidikan Masyarakat (TLD) atau orang yang memahami pendidikan keaksaraan. Kompotensi dasar yang harus dimiliki pendamping teknis minimal: 1) Memahami konsep dasar pendidikan orang dewasa 2) Memahami konsep dasar pendidikan keaksaraan 3) Memahami metodologi pembelajaran
21
4) Memahami metodologi penilaian Tugas dan fungsi pendamping teknis adalah (1) memberikan bimbingan kepada tutor dalam membuat persiapan mengajar; (2) memberikan bimbingan kepada tutor dalam mengembangkan bahan ajar; (3) memberikan bimbingan kepada tutor dalam pembuuatan administrasi kelompok belajar; dan (3) memberikan bimbingan kepada tutor dalam menyusun laporan perkembangan kegiatan belajar dan hasil akhir kegiatan pembelajaran 4) Kelompok Belajar Jumlah warga belajar dalam satu kelompok belajar tidak dibatasi harus sepuluh orang, tergantung dari kemampuan tutor membelajarkan dan ketersediaan warga belajar yang ada di lingkungan tetangganya. Untuk efektifitas penyelenggaraan dalam satu kelompok dibatasi maksimal 15 orang 5) Tempat Belajar dan jadwal pembelajaran Kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan di rumah warga belajar, rumah tutor, tempat ibadah, balai desa, PKBM dan gedung sekolah. Jadwal pembelajaran disusun berdasarkan kesepakatan antara tutor dan warga belajar, minimal dalam seminggu ada proses pembelajaran. Lama waktu penyelenggaraan tidak ada target bulan, tapi tergantung pada pencapaian Standar Komptensi Keaksaraan (SKK). 6) Penyelenggara Program Penyelenggara program pendidikan keaksaraan berasal dari lembaga/ instansi pemerintah dan lembaga swasta. Lembaga pemerintah seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan lembaga swasta, seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), majelis taklim, dan organisasi lainnya yang bergerak dalam layanan pendidikan. 7) Kurikulum dan Metode Pembelajaran Kurikulum disusun berdasarkan materi dasar pendidikan keaksaraan dengan mengintegrasikan potensi dan kebutuhan warga belajar. Dalam menyusun kurikulum didasarkan pada selisih antara kemampuan awal dan Standar Kompetensi Kelulusan yang akan dicapai. Materi pembelajaran pendidikan keaksaraan tingkat dasar, meliputi materi membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi (baik dalam bahasa lokal maupun dalam bahasa Indonesia). 8) Bahan Ajar Bahan ajar dikembangkan dari lingkungan dimana warga belajar berdomisili, mulai dari isi rumah, kehidupan sehari-hari,pekerjaaan, lingkungan hidup, kesehatan dan budaya. Untuk memudahkan warga belajar memahami materi pembelajaran, bahan ajar dikembangkan melalui bahasa ibu. 9) Metode Pembelajaran Orang dewasa belajar membaca, menulis dan berhitung lebih cepat, jika mereka melakukannya melalui pengalamannya. Warga dibelajarkan melalui pendekatan partisipatif, dalam arti mereka lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga mereka memperoleh banyak pengalaman pribadi.
22
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan seperti: metode SAS, metode Suku kata, metode Abjad, metode transliterasi, metode Iqra. Tutor yang melaksanakan pembelajaran dapat menggunakan metode pembelajaran yang dikuasai dan sesuai materi yang diajarkan. 10) Pembiayaan Pembiayaan didasarkan atas unit cost warga belajar sebesart Rp. 360.000, (tiga ratus enam puluh ribu rupiah). Dirinci penggunaannya sebagai berikut a) ATK penyelenggaraan, transport penyelenggara, penyusunan proposal dan
laporan Rp 50.000 perwarga belajar. b) Pembelajaran keterampilan Rp 20.000, perwarga belajar c) ATK warga belajar Rp 15.000, perwarga belajar d) Insentif Tutor Rp 250.000, perwarga belajar e) Transport pendamping teknis Rp 15.000, perwarga belajar f) Penilaian Rp 10.000, perwarga belajar. Pembayaran insentif tutor dilakukan melalui dua tahap: tahap pertama (50 %) dibayarkan pada saat menandatangani akad kerja sama, dan sisanya dibayarkan pada setelah warga belajar diuji dan dinyatakan lulus sesuai dengan SKK. 11) Penilaian Penilaian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu penilaian awal, penilaian proses dan penilaian akhir. a) Penilaian awal Setiap warga belajar memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, dari yang belum mengetahui aksara hingga yang telah mengetahui. Untuk itu tutor perlu menilai kemampuan awal setiap warga belajar sebelum dibelajarkan. Penilaian awal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan awal warga belajar baik pada kemampuan calistung maupun minat dan kebutuhan fungsionalnya. Hasil dari penilaian tahap ini akan memudahkan tutor untuk mengelompokkan warga belajar berdasarkan kemampuan dan memilih metode pembelajaran. Selain itu tes kemampuan awal dilakukan untuk memperkuat apakah warga belajar yang direkrut sudah memiliki syarat keaksaraan. b) Penilaian Proses Penilaian proses biasa juga disebut penilaian kemajuan belajar, untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh warga belajar dari materi/ bahan belajar yang telah diajarkan oleh tutor. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengecek dan mengetahui tingkat penguasaan materi yang berhasil diperoleh atau diselesaikan oleh warga belajar dalam waktu tertentu, membandingkan capaian rencana pembelajaran yang telah dibuat di awal program pembelajaran. Juga dimaksudkan akan terjadi deteksi dini kekurangan penyelenggaraan program untuk secepatnya mendapatkan perbaikan seperlunya. Penilaian proses dapat dilakukan dengan system potofolio dan pencatatan langsung selama proses pembelajaran.
23
c) Penilaian akhir Penilaian akhir merupakan penilaian hasil belajar, untuk mengetahui tingkat kompetensi keaksaraan yang telah dicapai warga belajar di akhir program pembelajaran. Penilaian hasil belajar meupakan penilaian blok dari keseluruhan kompotensi atau materi program pendidikan keaksaraan yang telah dicapai warga belajar. Bagi warga belajar yang memenuhi standar dinyatakan “berhasil”. Bahan penilaian hasil belajar berpatokan pada SKK tingkat dasar. Hasil penilaian akhir yang diperoleh masing-[masing warga belajar dengan angka, dikonversi ke dalam empat kategori: sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kategori sangat baik, baik dan cukup dinyatakan berhasil/ lulus, dan berhak memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), sedangkan kategori kurang dan sangat kurang dinyatakan belum berhasil/ tidak lulus, dan disarankan untuk mengulang (remedial). 2. Program Pendidikan Kesetaraan Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan luar sekolah/ pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/ MI, paket B setara SMP/ M.Ts, dan Paket C setara SMA/ MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik/ warga belajar. Setiap peserta didik yang lulus ujian keseteraan Paket A, Paket B, dan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/ MI, SMP/ MTs, dan SMA/ MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status lulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja. a. Program Paket A, adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SD/ MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan.
b. Program Paket B, adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/ MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar.
c. Program Paket C, adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/ MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah.
Tujuan Pendidikan Kesetaraan yaitu: a. Memperluas akses pendidikan dasar sembilan tahun melalui pendidikan
nonformal program Paket A setara SD/ MI dan Paket B setara SMP/ MTs yang menekankan pada keterampilan dan kepribadian profesional
b. Memperluas akses pendidikan menengah melalui pendidikan nonformal program Paket C setara SMA/ MA yang menekankan pada keterampilan dan kepribadian profesional
24
c. Meningkatkan mutu dan daya saing lulusan serta relevansi program dan daya saing pendidikan kesetaraan program Paket A, Paket B, dan Paket C.
d. Menguatkan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik terhadap penyeleng- garaan dan penilaian program pendidikan kesetaraan.
Sasaran Pendidikan Kesetaraan yaitu: a. Penduduk usia tiga tahun di atas usia SD/ MI (13-15 tahun) untuk Paket A dan
tiga tahun di atas usia SMP/ MTs (16-18 tahun) untuk Paket B. b. Penduduk usia sekolah yang terkendala ke jalur formal karena berbagai alasan c. Penduduk usia 15-44 tahun yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar
9 tahun d. Penduduk usia SMA/ MA yang berminat mengikuti program Paket C terutama
karena masalah ekonomi e. Penduduk di atas usia 18 tahun yang bermnat mengikuti program Paket C
karena berbagai alasan
3. Pendidikan Melalui Kursus Informasi Pembinaan dan Pengembangan Kursus Indonesia (2004) membagi 10 rumpun kursus, dengan berbagai jenis program. Berikut ini akan dikemukakan pembagian rumpun kursus dan jenis programnya: a. Rumpun kecantikan dan kesehatan, dengan jenis program:
1) Tata kecantikan kulit 2) Tata kecantikan rambut 3) Spa 4) Akupuntur 5) Pramubalita dan Pramulansia 6) Senam
b. Rumpun Seni dan budaya, dengan jenis program: 1) Tata rias pengantin 2) Tari 3) Merangkai bunga 4) Hantaran 5) Musik 6) Modeling (keperagaan) 7) Pengembangan kepribadian 8) Merangkai bunga kering 9) Merancang busana 10) Pertamanan 11) Fotografi
c. Rumpun Bahasa, dengan jenis program: 1) Bahasa Inggeris 2) Bahasa Mandarin 3) Bahasa Arab
25
4) Bahasa jepang 5) Bahasa Belanda 6) Bahasa Jerman 7) Bahasa Prancis 8) Bahasa Jawa 9) Bahasa daerah lain
d. Rumpun Kewirausahaan, dengan jenis program: 1) Tour and Travel 2) Perhotelan
e. Rumpun Teknologi dan informatika, dengan jenis program: 1) Mekanik Otomotif 2) Teknik mengemudi 3) Elektronika 4) Komputer 5) Pemadam kebakaran
f. Rumpun Bisnis dan Manajemen, dengan jenis program: 1) Akuntansi 2) Mengetik 3) Perbankan 4) Sekretaris 5) Ekspor-impor
g. Kerumantanggaan, dengan jenis program: 1) Memasak 2) Jasa boga 3) Menjahit 4) Bordir
h. Kelautan, dengan jenis program: 1) Galangan kapal 2) Budidaya kelautan 3) Pelaut nelayan 4) Pelaut niaga
i. Bimbingan Belajar, dengan jenis program: 1) Mental Aritmatika 2) Bimbingan belajar Sekolah
j. Pertanian, Peternakan dan Perikanan, dengan jenis program: 1) Budidaya perikanan (ikan laut, ikan air tawar, dan lainnya) 2) Budidaya pertanian (padi, sayuran, bunga, dan lainnya) 3) Peternakan unggas (ayam, bebek, burung, dan lainnya) 4) Peternakan (sapi, kerbau, kambing, dan lainnya)
26
4. Program Pendidikan Anak Usia Dini a. Taman Kanak-kanak Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa Taman Kanak-Kanak termasuk dalam pendidikan pra sekolah, namun dalam dokumen lain ditemukan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu program pendidikan nonformal, dalam satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di Indonesia Taman Kanak-Kanak berada dalam naungan/ pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki kerakteristik tersendiri, antara lain: 1) Tenaga pendidik (Guru TK) harus berkualifikasi pendidikan S1 (sarjana)
kependidikan dan/ atau psikologi (menurut PP nomor 19 tahun 2005). 2) Peserta didik berusia prioritas 2 – 6 tahun, prioritas 4 – 6 tahun 3) Muatan kurikulum mengacu pada penguasaan kompotensi moral agama,
pengembangan motorik (kasar/ halus), pengetahuan (kognitif), bahasa, dan sosial emosional).
b. Kelompok Bermain Kelompok bermain (Play Group) termasuk salah satu program Pendidikan Anak Usia Dini, yang diperuntukkan untuk melayani anak usia dini, dengan prioritas usia 02 – 04 tahun, namun kalau di daerah sekitar program Kelompok Bermain itu tidak ditemukan Taman Kanak-Kanak, maka anak usia 5 – 6 tahun dapat dijadikan peserta didik. Sebaliknya, kalau di daerah itu ada Taman Kanak-Kanak maka harus berbagi peserta didik. Kelompok Bermain melayani anak `usia 2 – 4 tahun dan Taman Kanak-Kanak melayani anak usia 5 – 6 tahun.
c. Tempat Penitipan Anak Tempat Penitipan Anak (TPA) lebih tepat disebut sebagai Tempat Pengasuhan Anak. Sebab kalau memakai nama Tempat Penitipan Anak maka mengandung konotasi lain, yang disamakan dengan tempat penitipan barang, pada hal TPA adalah tempat atau lembaga pendidikan dimana dalam program atau kegiatannya berkaitan dengan pengasuhan anak tidak sekedar menitipkan anak. Dalam TPA anak usia dini diberi bimbingan atau pengasuhan sesuai tingkat usia atau kepribadiannya. TPA yang idial, sebaiknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut 1) Tenaga pendidik/ pengasuh 2) Tenaga medis/ dokter/ psikolog/ ahli gizi. 3) Fasilitas bermain indoor dan outdoor 4) Tempat beristirahat/ tidur anak 5) Waktu tinggal anak di TPA hingga anak dijemput orangtua/ penjemput 6) Menu makanan yang teratur dan mengandung gizi yang dibutuhkan. 7) Fasilitas komunikasi yang baik (seperti telepon).
d. Posyandu Terpadu Posyandu dikenal sebagai program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bertujuan untuk melayani anak usia dini, dengan kegiatan penimbangan balita dan
27
pemberian makanan sehat. Hal ini untuk menciptakan anak-anak sehat. Posyandu dalam perkembangannya, memperluas layanannya, disamping kegiatan yang telah disebutkan, di tempat posyandu disiapkan sarana bermain dan belajar untuk digunakan anak saat di bawa kesana. Para orangtua atau pengantarnya diberikan informasi yang berkaitan dengan psikologi perkembangan dan kesehatan anak usia dini, dengan harapan mereka memiliki kemampuan dalam membimbing dan mengasuh anaknya. Keragaman kegiatan yang dilakukan di Posyandu semua ditujukan untuk layanan anak usia dini. e. Taman Kanak-Kanak Agama Taman Kanak-Kanak Agama (TKA) merupakan program pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan oleh organisasi keagamaan (seperti Pengurus Masjid). Pada umumnya pembelajaran berlangsung di tempat ibadah, dengan materi pembelajaran didominasi materi keagamaan dan budi pekerti. Pembelajaran sering berlangsung pada malam hari sesudah shalat magrib hingga shalat Isya. Sasarannya TKA adalah anak usia dini, dari berbagai latar belakang kehidupan. Pendidiknya biasa dipanggil ustad (guru), tanpa ada persyaratan khusus dari tingkat pendidikan formalnya, yang penting memiliki kemampuan menyampaikan materi kepada anak didik (santrinya). 5. Program Pendidikan Nonformal Sejenis a. Program Magang, Merupakan program pengayaan dan peningkatan keterampilan kerja bagi peserta didik (warga belajar), dengan cara belajar sambil bekerja di tempat usaha, dilaksanakan bekerjasama dengan pusat-pusat industri kecil dan rumah tangga, pusat-pusat kerja, maupun kursus-kursus yang ada di sekitar warga belajar. b. Program bimbingan belajar Dilaksanakan oleh lembaga/ yayasan untuk memberikan tambahan atau pendalaman pengetahuan kepada warga sekolah di luar jam sekolah. Program bimbingan belajar diselenggarakan dengan maksud membantu para peserta didik di sekolah dalam penguasaan materi yang diperoleh di sekolah. Peserta didik di sekolah mengikuti bimbingan belajar ketika ingin mengikuti ujian akhir sekolah atau ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. c. Program Pendidikan Latihan (diklat) Dilaksanakan oleh berbagai instansi/ lembaga untuk memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif kepada para pekerja/ pegawai. Jenis program ini biasa disebut pendidikan pra-service training (diklat sebelum seseorang bertugas) dan inservice training (diklat setelah orang bertugas). d. Program Pendidikan melalui media, Program yang dirancang oleh pengelola media, baik media cetak (seperti surat kabar dan majalah), maupun media elektronik (seperti televisi dan radio). Pengelola media memprogramkan acara informasi/ pendidikan berupa tulisan dan/ atau siaran untuk para pembaca, pendengar dan pemirsa, dengan maksud agar program mereka dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
28
warga masyarakat. Sasaran program tidak terbatas kepada sekelompok orang, tetapi bersifat umum tanpa mengenai usia, status, dan jangkauan geografis. Salah satu bentuk program melaui media tulis adalah Koran Masuk Desa (KMD) yang dilaksanakan pemerintah tahun 1973. Koran Masuk Desa isinya diorientasikan untuk kebutuhan informasi yang relevan bagi masyarakat pedesaan. Bentuk penyajian Koran Masuk Desa ada empat: (1) penerbitan KMD terpisah sama sekali dari penerbitan koran induk, jadi dicetak dan dipasarkan khusus untuk desa-desa sasaran; (2) berbentuk suplemen, berupa cetakan khusus yang dilampirkan pada penerbitan koran induknya; (3) berbentuk rubrik khusus, yaitu tertampung dalam halaman khusus pada penerbitan koran induk sendiri; dan (4) materi yang berorientasi ke desa dibaurkan dalam penerbitan koran induk itu sendiri/ tak ada rubrik khusus. e. Program Penyuluhan Penyuluhan merupakan salah satu cara berinteraksi atau berkomunikasi para penyuluh dengan warga masyarakat. Dilakukan dengan pendekatan persuasif dan demokratis. Penyuluhan sering dilaksanakan oleh kalangan petugas penyuluh seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kepada para petani di lahan perkebunan atau pertanian, Penyuluh Keluarga Berencana kepada warga masyarakat (pasangan usia subur), dan sebagainya.
C. Soal Latihan 1. Jelaskan pengertian pendidikan keaksaraan ? 2. Jelaskan pengertian pendidikan keaksaraan terintegrasi life skills ? 3. Sebutkan karakteristik pendidikan keaksaraan terintegrasi life skills ? 4. Jelaskan pengertian pendidikan keaksaraan “model BalibolaE” ? 5. Sebutkan karakteristik pendidikan keaksaraan “model BalibolaE” ? 6. Jelaskan pengertian pendidikan kesetaraan ? 7. Jelaskan tujuan pendidikan kesetaraan ? 8. Sebutkan jenis-jenis program pendidikan kesetaraan ? 9. Sebutkan jenis-jenis kursus berdasarkan rumpun yang ada ? 10. Sebutkan jenis-jenis program pendidikan anak usia dini ? 11. Diskusikan dengan temannya, program-program pendidikan non-formal yang
menurut saudara masih ada dan berlangsung dalam masyarakat ?
29
PENDIDIKAN NONFORMAL
A. Tujuan Pembelajaran 1. Memberikan pemahaman tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum
menyelenggarakan pembelajaran ? 2. Memberikan pemahaman tentang komponen-komponen penyusunan
rancangan kegiatan/ proposal program pembelajaran Pendidikan Non-formal ? 3. Melatih membuat rancangan kegiatan/ proposal program pembelajaran
Pendidikan Non-formal?
A. Uraian Materi Merancang program pembelajaran adalah bagian dari perencanaan pada
program pendidikan nonformal, yaitu menentukan tujuan yang harus dicapai, menetukan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung tujuan, menentukan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh penyelenggara program tersebut.
Perencanaan hanya akan dapat dilakukan apabila perencana dalam hal ini penyelenggara mengenal, memahami kekuatan dan kelemahan aspek internal dan eksternal dari suatu program, sehingga dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin terbuka untuk diraih untuk kebaikan program. Tanpa mengetahui aspek-aspek tersebut rencana yang disusun hanya merupakan angan-anagan yang tidak mendasar, karena itu diperlukan data yang cermat, akurat dan terbaru dari semua sudut pandang atau lini.
Rencana yang didukung oleh data dengan harapan agar tercipta situasi yang memungkinkan warga masyarakat sasaran dapat berkomunikasi dengan kemajuan yang ada di lingkungannya.
Perencana pembelajaran program PNF bermaksud mengetahui secara pasti, berapa sebenarnya jumlah sasaran pada jenjang usia tertentu. Bagaimana penyebarannya, berapa tenaga yang mampu, mau dan siap untuk membelajarkan, apa sarana yang tersedia dan berapa jumlahnya. Berapa biaya satuan yang mampu untuk mendukung proses belajar, metode apa yang disenangi calon warga belajar, bagaimana kemauan dan kesiapan warga belajar. Berapa lama waktu yang diperlukan agar mereka memiliki kemampuan yang diharapkan, dimana kegiatan belajar akan dilakukan, bagaimana organisasi pelaksanaan kegiataan belajar, bagaimana ukuran atau indikator keberhasilan program pendidikan nonformal. 2. Mempersiapkan Pembelajaran Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pembelajaran (contoh: pendidikan keaksaraan) yang dapat diadaptasi untuk program pembelajaran lain, dilakukan berbagai kegiatan antara lain a. Pertemuan pihak Penyelenggara dengan Tokoh Masyarakat Langkah awal yang dilakukan oleh penyelenggara adalah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, termasuk pemerintah kelurahan, tokoh adat dan tokoh
30
pendidikan di lokasi itu. Maksud pertemuan dalam rangka koordinasi dan mensosialisasikan sekaligus mendapatkan masukan dalam penyelenggaraan pembelajaran PNF yang akan dilaksanakan di wilayah mereka. Pertemuan juga dimaksudkan untuk mendapatkan data awal tentang kondisi kependudukan, sosial ekonomi, lembaga pendidikan, dan fasilitas penunjang lainnya. Sekaligus diminta dukungannya dalam penyelenggaraan program pembelajaran PNF. Koordinasi diartikan sebagai suatu usaha untuk bekerjasama, antara beberapa unsur dalam melaksanakan suatu kegiatan. Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memciptakan jaringan kerja diantara beberapa orang, unsur, organisasi, dengan tujuan untuk saling memperkuat melalui pertukaran informasi, ataupun bekerjasama dalam melaksanakan suatu pekerjaan, atau memecahkan berbagai kesulitan yang sedang dan mungkin dihadapi di masa depan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan (Sihombing, 2000). Pendidikan nonformal, pelaksanaannya benar-benar mengandalkan keterlibatan masyarakat, berbasis di masyarakat dan keberhasilannya bertumpu pada masyarakat. Masalah koordinasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, Pendidikan keaksaraan mustahil dapat berhasil kalau hanya mengandalkan borokrasi atau segelintir orang. Pengelola atau penyelenggara pendidikan nonformal perlu selalu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah lokal, tokoh masyarakat, pengusaha produksi dan jasa. Keberhasilan pendidikan nonfomal akan sangat tergantung dari keberhasilan menciptakan jaringan kerja, yang dilakukan sejak awal, proses hingga berakhirnya program. b. Rekruitmen Warga belajar Warga masyarakat yang ditetapkan sebagai warga belajar adalah mereka yang berada pada suatu lokasi. Warga belajar yang menjadi sasaran ditentukan berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Tutor yang telah direkrut/ ditetapkan sebelumnya. Tutor yang telah ditetapkan oleh penyelenggara bertugas melakukan rekruitmen calon warga belajar, dengan cara mendatangani calon warga belajar dari rumah ke rumah. Tutor dalam menjalankan tugasnya merekrut calon warga belajar dilengkapi dengan instrumen identifikasi calon warga belajar, Instrumen tersebut diberi nama” Kartu Sumber dan Kebutuhan Belajar Masyarakat” (Kartu SKBM). Contoh kartu SKBM dapat dilihat pada lampiran buku ini. Sekaitan dengan syarat-syarat warga belajar yang diberlakukan pada umumnya, maka tantangan yang dihadapi dan harus segera diatasi oleh pengelola pendidikan nonformal adalah bagaimana: (a) menyadarkan masyarakat akan arti dan pentingnya pendidikan, sehingga motivasi belajar masyarakat semakin meningkat, (b) merubah sikap dan pandangan masyarakat sehingga tidak pasrah dan cepat puas dengan keadaan yang selama ini dinikmati, dan (c) mengubah anggapan masyarakat bahwa ijazah menentukan masa depan warga belajar (Sihombing: 2000). c. Rekruitmen Tutor Tutor sebagai pendidik dalam pembelajaran PNF ditetapkan penyelenggara program pembelajaran (seperti Sanggar Kegiatan Belajar di kabupaten dan
31
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Tutor ditetapkan terlebih dahulu sebelum warga belajar ditentukan. Calon tutor merupakan warga komunitas wilayah tersebut, dia bertempat tinggal di daerah tersebut, memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai penduduk desa. Tutor yang dipilih harus kredibel dan berpengalaman, serta merupakan perpaduan antara praktisi dan teoretisi. Tutor tidak hanya profesional, tetapi juga harus mempertimbangkan komitmennya terhadap misi pendidikan, khususnya kepada kaum tertindas, miskin dan terpinggirkan, seperti kebanyakan yang ada di wilayah pesisir. Pada aspek tutor, tantangan yang harus diatasi adalah bagaimana: (a) menyadarkan tutor untuk mau membelajarkan sesamanya, (b) meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan membelajarkan, (c) meningkatkan kesadaran dan kesediaan , kemampuan pemerintah agar mau dan mampu memberikan penghargaan kepada para tutor yang membantu dan benar-benar berjasa dalam mendidik warga belajar melalui program pendidikan keaksaraan. d. Pengelompokan Warga Belajar Sebelum pembelajaran dimulai, maka tutor atas sepengetahuan penyelenggara program membentuk kelompok belajar, dimana warga belajar menghimpun diri untuk belajar, saling membelajarkan dibimbing oleh tutor. Menurut Johnson (1982) kelompok belajar bertujuan agar para anggota (warga belajar) kelompok melakukan kegiatan belajar tentang sesuatu program belajar yang meliputi informasi, pengetahuan, keterampilan, dan cara-cara mengerjakan sesuatu yang diperlukan. Selanjutnya dikemukakan bahwa dalam kelompok belajar terdapat tiga macam interaksi yaitu interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, interaksi antara warga belajar dengan program belajar, dan interaksi antar warga belajar. Kelompok belajar mempunyai komponen utama yaitu peserta didik (warga belajar), program belajar, sumber belajar (tutor/ fasilitator/ instruktur), dan hasil belajar. Selain komponen utama tersebut dapat dilengkapi dengan komponen pamong belajar, panti belajar, ragi belajar, dana belajar, sarana belajar, dan pengelolaan kelompok belajar. Pengelompokan warga belajar didasarkan atas persamaan jenis kelamin dan kedekatan tempat tinggal. Sekaitan dengan itu maka Abdulhak (2000) menyatakan bahwa pengelompokan warga belajar didasarkan atas dimensi kooperatif yang ditujukan untuk memperhatikan kerjasama antara peserta dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tesebut, maka ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelompokan warga belajar, yaitu (a) situasi, yang mengharapkan perlunya suasana hubungan baik antara yang termotivasi dengan yang dimotivasi, (b) upaya yang dapat dilaksanakan oleh pengelola kepada pihak pelaksana, (c) kegiatan yang dilakukan mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi atau lembaga. e. Keterlibatan Penyelenggara Program Penyelenggara program pembelajaran keaksaraan adalah organisasi/ lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
32
SKB merupakan institusi pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan Nasional di level kabupaten/ kota. SKB tersebar di berbagai kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. Sebagai sanggar atau pusat kegiatan belajar, SKB melayani berbagai kegiatan dan program pendidikan nonformal. PKBM merupakan institusi pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat. Tugas Penyelenggara program pendidikan keaksaraan adalah 1) Menyusun program pembelajaran keaksaraan bersama Penilik, atau mitra
kerja lainnya. 2) Merekrut calon tutor, melatih dan menetapkan menjadi tutor pembelajaran
keaksaraan 3) Memfasilitasi terselenggaranya pre-test, post-test kemampuan keaksaraan
warga belajar. 4) Menyiapkan fasilitas pembelajaran, seperti tempat belajar, bahan ajar, alat
tulis menulis. 5) Memfasilitasi warga belajar untuk mendapatkan ”SUKMA” (Surat Melek
Aksara) di akhir program pembelajaran keaksaraan f. Menyiapkan Bahan belajar Bahan belajar dikembangkan dari kehidupan sehari-hari komunitas di daerah sasaran, dengan menggunakan bahasa lokal/ bahasa ibu yang dipadu dengan Bahasa Indonesia Bahan belajar dibuat dan dikembangkan dari bahasa mereka. dengan maksud agar warga belajar lebih mudah memahami, dan tutor mudah mengajarkannya. Dalam bahan ajar selain mengakomodasi kata, kalimat, bahasa pergaulan dan pengenalan lingkungan hidup warga belajar, juga mengakomodasi lambang bilangan dan huruf yang telah baku. Salah satu bahan ajar yang dikembangkan penyelenggara pendidikan keaksaraan di komunitas Bajo, yang berjudul ” Pengantar Calistung”, dalam bahan bacaan tersebut berisi uraian dalam bahasa lokal, di dampingi terjemahan Bahasa Indonesia, yang dilengkapi dengan gambar-gambar berwarna yang berkaitan dengan hasil laut, alat penangkapan ikan, kata dalam percakapan sehari-hari dan keadaan rumah suku Bajo. Bahan ajar ini dilengkapi dengan petunjuk mengajarkan dan mempelajarinya. Selain materi baca, tulis, hitung dan bahasa Indonesia, bagi yang berprofesi sebagai nelayan di daerah pesisir juga dikembangkan materi kecakapan hidup yang berkaitan dengan usaha perikanan antara lain: usaha/ keterampilan penangkapan ikan, usaha/ keterampilan budidaya perikanan, usaha/ keterampilan pengolahan hasil perikanan. Juga materi yang berkaitan pembinaan perilaku, wawasan perikanan, dan wawasan tentang pengembangan produksi dan pemasaran. Bagi warga yang berprofesi petani materi life skill disesuaikan dengan kondisi dan keperluan masyarakat pertanian yang meliputi: budidaya, penanganan panen, pengelolaan paska panen, pemasaran, permodalan, dan kaedah wirausaha.
33
3. Menyusun Rancangan Program Pembelajaran PNF Suatu hal yang penting dilakukan oleh penyelenggara program pembelajaran PNF sebelum pembelajaran dilaksanakan, adalah membuat rancangan atau proposal program pembelajaran. Rancangan program pembelajaran ini dibuat guna dijadikan sebagai panduan atau pedoman dalam operasionalisasi program. Unsur- unsur penting yang harus ada sebagai berikut a. Judul Program Judul Program pembelajaran hendaknya dibuat secara singkat dan jelas, minimal menjawab tiga pertanyaan, yaitu apa, dimana dan kapan. Apa merupakan pertanyaan yang mengarah kepada program yang ingin diselenggarakan (contoh: Program Pendidikan Keaksaraan). Dimana merupakan pertanyaan yang mengarah kepada tempat penyelenggaraan program (contoh: di desa X kecamatan X). Kapan merupakan pertanyaan yang mengarah kepada waktu penyelenggaraan program (seperti: tahun 2013). b. Rasional/ Latar Belakang Pada bagian ini minimal mengungkapkan tentang: (a) landasan idil atau legalitas (hukum) yang mendasari diperlukannya program pembelajaran diselenggarakan; (b) kondisi nyata yang didukung oleh data yang sah, yang diperoleh dari berbagai sumber. Menggambarkan tentang berbagai hal (termasuk kekurangan/ kelemahan) yang yang ada di suatu lokasi yang ingin dijadikan sasaran program pembelajaran, yang menunjukkan diperlukannya program pembelajaran di lokasi tersebut, dan kalau tidak ada program pembelajaran maka akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) dikemukakan permasalahan pokok yang perlu dipecahkan melalui program yang akan diselenggarakan. c. Tujuan Program Pembelajaran Pada bagian ini di bagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Rumusan tujuan umum menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh program pembelajaran yang masih bersifat umum atau belum dapat diukur (belum operasional); contoh: “setelah selesai program pembelajaran keaksaraan peserta didik dapat membaca, menulis dan berhitung”. Sedangkan tujuan khusus menggambarkan tujuan operasional (dapat diukur); contoh: “Setelah selesai program pembelajaran keaksaraan peserta didik dapat membaca huruf a s.d z secara benar” Rumusan tujuan khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum, sehingga rumusan tujuan khusus jauh lebih banyak. Pembuatan tujuan khusus tidak diperbolehkan didalamnya ada tujuan ganda (lebih dari satu). Lihat contoh tujuan khusus sebelumnya. d. Hasil Yang Diharapkan Pada bagian ini dikemukakan rumusan hasil-hasil yang akan dicapai di akhir program pembelajaran yang akan diselenggarakan. Salah satu contoh hasil yang diharapkan: “setelah program berakhir peserta didik dapat menyebutkan dan membedakan angka 1 sampai 100 dan dapat menerapkan dalam penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian”
34
e. Pokok Materi yang disajikan Pada bagian ini dikemukakan tentang pokok-pokok materi yang akan disajikan dalam program pembelajaran. Hal ini terkait dengan tujuan pembelajaran f. Sasaran/ peserta didik Pada bagian ini dikemukakan tentang calon peserta didik (warga belajar) yang akan dijadikan objek/ sasaran program pembelajaran. Dikemukakan tentang karakteristik atau syarat untuk menjadi peserta didik g. Pendidik/ pelatih/ instruktur Pada bagian ini dikemukakan tentang calon pendidik yang bertugas membelajarkan warga belajar. Dikemukakan tentang karakteristik atau syarat menjadi tenaga pendidik. h. Penyelenggara Program Pembelajaran Pada bagian ini dikemukakan siapa penyelenggara program pembelajaran dan unsur-unsur yang terlibat. Kalau organisasi/ lembaga/ yayasan dikemukakan person-personnya. Contoh: Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan ini diselenggarakan oleh suatu kepanitian yang dibentuk oleh Sanggar Kegiatan Belajar X, dengan susunan kepanitian sebagai berikut: Ketua ………. Sekretaris …….. Bendahara…….. Anggota …….. Sebagai catatan bahwa susunan kepantian harus dilengkapi dengan uraian tugas dari masing-masing person. Jumlah kepanitiannya disesuaikan dengan kebutuhan. i. Waktu dan tempat penyelenggaraan Waktu menunjukkan lama waktu dan jadwal kegiatan. Dikemukakan tentang berapa lama waktu yang akan digunakan dalam penyelenggaraan program pembelajaran, kapan dimulai dan kapan berakhir, juga dikemukakan jadwal terinci dari hari ke hari dari jam ke jam dilengkapi dengan penyaji/ tenaga pendidik yang bertugas. Pada tempat penyelenggaraan harus menjelaskan tentang tempat yang pasti akan diselenggarakanan (harus jelas RT, Dusun, Desa kalau di daerah pedesaan dan nama jalan, RT,RW dan kelurahan kalau di daerah perkotaan) j. Metode Pembelajaran Pada bagian ini dikemukakan tentang berbagai cara/ metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode yang dapat digunakan seperti ceramah, Tanya jawab, diskusi, penugasan, kerja kelompok, permainan simulasi, praktek/ demonstrasi, dan sebagainya. Penggunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disajikan. k. Sarana dan prasarana (fasilitas) pembelajaran Pada bagian ini dikemukakan tentang sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam penyelenggaraan program pembelajaran. Seperti tempat belajar dan
35
praktek (magang), bahan praktek, papan tulis/ white board, spidol white board, instrument-instrumen penilaian, OHV, LCD, lap top, film. Slide, kertas, penggaris, dan sebagainya. Kebutuhan sarana dan prasarana disesuaikan dengan jenis program pembelajaran yang akan diselenggarakan l. Pembiayaan Pada bagian ini dikemukakan tentang jumlah dana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan program pembelajaran, disebutkan sumber-sumber pendanaan, dan yang paling penting dikemukakan secara rinci rancangan penggunaan dana dari jumlah yang dibutuhkan. Dalam rincian penggunaan dana, tertuang dalam biaya honor, biaya bahan/ peralatan, biaya konsumsi/ akomodaasi, biaya sewa tempat (kalau menyewa), biaya pembuatan laporan. m. Penilaian Pada bagian ini dikemukakan tentang instrument-instrumen penilaian yang akan digunakan, baik dalam bentuk tes maupun non tes. Frekuensi penilaian dilaksanakan (sebelum, proses, akhir, dan dampak). B. Soal Latihan 1. Sebutkan kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan program
pembelajaran PNF ? 2. Jelaskan masing-masing komponen penyusunan rancangan kegiatan/ proposal
pembelajaran PNF ? 3. Buatlah satu proposal program pembelajaran PNF dengan memperhatikan
komponen-komponen penyusunan proposal yang telah dipelajari ?
36
DAFTAR PUSTAKA Ali latif Amri, M, dkk, 2010, Pendidikan Keaksaraan Kawasan Pesisir dan
Kepulauan, Makassar: apustaka Pena Press Anwar, 2004, Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung: Alfabeta ---------, 2005, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Kendari: Unhalu Press BPPNFI Regional V, 2006, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
(Model BalibolaE), Makassar Coombs, 1973, New Part To Learning, New York: ICED Direktorat Dikmas, 2004, Informasi Pembinaan dan Pengembangan Kursus dan
Pelatihan, Jakarta: Ditjen PLSP Depdiknas Direktorat Dikmas, 1987, Petunjuk Teknis Program Kejar Paket A dan Program
Kejar Usaha, Jakarta: Ditjen PLSPO Depdikbud Ditjen PLSP Deddiknas, 2003, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta Johnson, et all, 1082, Joining Together, New Jersey: Prentice Hall, inc Kusnadi,dkk,2005, Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, Strategi, Implementasi,
Jakarta: Direktorat Dikmas Depdiknas Sihombing, Umberto, 1999, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan,
Jakarta: PD Mahkota Sihombing, Umberto, 2000, Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi,
Jakarta: PD Mahkota. Sudjana, HD, 1991, Pendidikan Luar Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan,
falsafah dan Teori Pendukung, Bandung: Nusantara Press -------------------, 1992, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung:
Nusantara Press ------------------, 1993, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Dalam
Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press ------------------, 2000, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung:
Falah Production . Suzanne Kindervatter, 1974, Nonformal Education as an Improving Process,
Amherst: Massachuset University. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
37
38
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR DAN SUMBER BELAJAR A. Beberapa Pengertian 1. Identifikasi adalah suatu kegiatan mencari, menemukan, mendaftar, mencatat
data yang belum diketahui mengenai sasaran, kemudian data tersebut diolah menjadi informasi
2. Kebutuhan pada dasarnya berkaitan dengan masalah. Masalah itu sendiri adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapai. Kesenjangan dapat disebabkan karena terbatasnya sumberdaya, tenaga, dana, dan waktu.
3. Kebutuhan belajar adalah setiap kehendak seseorang atau kelompok untuk mendapatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu
4. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau menunjang terselenggaranyapencapaian pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.
5. Identifikasi kebutuhan belajar adalah sebagai suatu kegiatan mencari, menemukan, mendaftar, mencatat data kebutuha