bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/atikhoh panji pratiwi bab i.pdf2...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang tidak dapat disembuhkan dan membutuhkan pengelolaan seusia hidup dalam mengontrol kadar gula darahnya agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita (Arisman, 2013). Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus, cedera dan penyakit obstruksi kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Menurut Dinkes Kesehatan Jawa Tengah 2014, penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,89%, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Diabees Mellitus sebesar 16,53%. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas pengendalian PTM di Jawa Tengah. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF, 2014). Jumlah penderita DM sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011 meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah kematian yang terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik terdapat satu kematian dari penderita DM di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke empat setelah China, India dan Amerika Serikat Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: duongduong

Post on 13-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang tidak dapat

disembuhkan dan membutuhkan pengelolaan seusia hidup dalam mengontrol

kadar gula darahnya agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita

(Arisman, 2013). Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung,

stroke, kanker, diabetes mellitus, cedera dan penyakit obstruksi kronik serta

penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia

dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Menurut Dinkes

Kesehatan Jawa Tengah 2014, penyakit Hipertensi masih menempati proporsi

terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,89%, sedangkan

urutan kedua terbanyak adalah Diabees Mellitus sebesar 16,53%. Dua

penyakit tersebut menjadi prioritas pengendalian PTM di Jawa Tengah.

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan

adanya peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation

(IDF, 2014). Jumlah penderita DM sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011

meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan

bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah kematian yang

terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik

terdapat satu kematian dari penderita DM di dunia. Indonesia sendiri

menduduki peringkat ke empat setelah China, India dan Amerika Serikat

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

2

sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF,

2013).Menurut Riskesdas tahun 2013 proporsi terbesar di wilayah Sulawesi

Tengah dan Nusa Tenggara Timur sebesar 2,1% sedangkan jumlah terbesar

penderita DM terdapat di Jawa Barat dengan jumlah 32.162.328 kasus.

Menurut Dinkes Jawa Tengah 2013 jumlah kasus Diabetes Melitus

tergantung insulin atau DM tipe I di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013

sebesar 9.376 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (19.493). Kasus

tertinggi di Kabupaten Brebes dan Kota Semarang (1.095 kasus). Sedangkan

Jumlah kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II,

mengalami penurunan dari 181.543 kasus menjadi 142.925 kasus.Kasus DM

tidak tergantung insulin tertinggi di Kota Surakarta (22.534 kasus).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2015 didapatkan

angka kejadian kasus Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

sebanyak 1.542 kasus, sedangkan tipe Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM) sebanyak 563 kasus.

Komplikasi merupakan masalah serius yang dikhawatirkan penderita

DM. Komplikasi Diabetes mellitus terdiri dari komplikasi akut dan

komplikasi kronis. Sehingga perlu adanya pengendalian kadar gula darah.

Pengendalian kadar gula darah meliputi diet makan, olahraga, upaya

pengobatan dan control gula darah. Kontrol gula darah berguna untuk

menghindari kejadian komplikasi (Fox dan Kilvert, 2010). Berdasarkan

penelitian yang Zhaolan et al pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi

komplikasi DM di daerah China yang berupa gangguan kardiovaskuler

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

3

mencapai 30,1%, serebrovaskuler 6,8%, nefropathy 10,7%, lesi okuler 14,8%

dan masalah kaki 0,8%. Soewondo,dkk (2010), terdapat 1785 penderita DM

di Indonesia yang mengalami komplikasi yakni 16% komplikasi

makrovaskuler, 27,6% komplikasi mikrovaskuler, 63,5% neuropati, 42%

retinopati diabetes dan 7,3% nefropati. The Diabcare dalam Sitompul (2011)

menjelaskan jumlah kejadian komplikasi kebutaan pada penderita DM di

Indonesia diperkirakan 6,4% dari 64% penderita yang mengalami komplikasi.

Sacket dalam Niven (2005), menyatakan untuk mendapatkan status

kesehatan lebih baik, penderita DM dianjurkan untuk patuh melaksanakan

penatalaksanaan DM. Kepatuhan merupakan kondisi dimana penderita DM

bersedia dan melakukan anjuran terapi yang dilakukan (Kaplan, 2007). Hasil

penelitian oleh Hidayat (2013), di Bogor menjelaskan bahwa masih terdapat

45,5% responden yang tidak patuh dalam melakukan penatalaksanaan DM.

Menurut Stein dalam Niven (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan penderita termasuk kepatuhan dalam melaksanakan

penatalaksanaan DM yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi,

dukungan sosial keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian penderita.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah

Puskesmas 1 Cilongok didapatkan data angka kejadian DM pada bulan

Januari sampai Oktober sebanyak 70 kasus. Hasil wawancara kepada 7

penderita DM yang ditemui saat melakukan pemeriksaan dengan cara

wawancara, saat diberikan pertanyaan tentang makanan apa yang dikonsumsi

sebelum mengalami Diabetes Mellitus didapatkan data 7 responden

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

4

mengatakan bahwa makanan yang dikonsumsi sehari-hari adalah nasi, 4

responden mengatakan minum es teh manis lebih dari 3 gelas besar setiap

hari sedangkan 3 responden mengatakan tidak mengkonsumsi es teh manis

setiap hari. Hal tersebut memiliki tingkat kepatuhan yang buruk dilihat dari

pola makan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Faktor Demografi Terhadap

Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di

Wilayah Puskesmas Cilongok 1 Banyumas.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Anggit

Yatama (2016) dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Penderita

Dengan Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes

Mellitus Di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016”.

Perbedaan pada penelitian ini memfokuskan pada faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pengendalian gula darah. Adapun rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Hubungan Faktor Demografi Pada Penderita Diabetes

Mellius Terhadap Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Di Wilayah

Puskesmas Cilongok 1 ”.

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Faktor Demografi (usia, jenis kelamin,

tingkat pengetahuan dan tingkat sosioekonomi) Pada Penderita Diabetes

Mellius Terhadap Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Di Wilayah

Puskesmas Cilongok 1.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Tingkat kepatuhan pengendalian gula darah pada penderita diabetes

mellitus di wilayah Puskesmas 1 Cilongok.

b. Hubungan usia terhadap kepatuhan pengendalian gula darah di

wilayah Puskesmas 1 Cilongok.

c. Hubungan jenis kelamin terhadap kepatuhan pengendalian gula

darah di wilayah Puskesmas 1 Cilongok.

d. Hubungan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pengendalian gula

darah di wilayah Puskesmas 1 Cilongok.

e. Hubungan tingkat sosioekonomi terhadap kepatuhan pengendalian

gula darah di wilayah Puskesmas 1 Cilongok.

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah

didapatkan dan dipelajari di instansi pendidikan serta sebagai

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menambah wawasan dalam melakukan penelitian secara nyata.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk membuat

protokol/aturan tentang penatalaksanaan pada penderita DM khususunya

di Puskesmas Cilongok 1 Banyumas untuk dapat mengantisipasi

komplikasi yang terjadi pada penderita DM.

3. Bagi Penderita

Menjadi motivasi bagi penderita DM agar mengetahui dampak

yang diakibatkan jika tidak patuh dalam melakukan penatalaksanaan

DM. Memberikan gambaran secara nyata hal-hal minimal yang dapat

dilakukan penderita DM di rumah.

4. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Menjadi bahan pertimbangan dan saran bagi keluarga dan

masyarakat tentang pentingnya kepatuhan penatalaksanaan DM. Support

dan dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan oleh penderita DM, karena

lamanya pengobatan dan banyaknya obat yang harus diminum dan hal-

hal apa saja yang menjadi anjuran dan pantangan pada penderita DM.

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

7

Tanpa adanya dukungan dan support keluarga penderita DM akan

merasakan kejenuhan karena penyakitnya yang melelahkan.

E. Penelitian terkait

1. Yatama, Anggit (2016) tentang Hubungan Dukungan Keluarga Penderita

Dengan Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Pada Penderita Diabettes

Mellitus Di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara. Penelitian ini

merupakan merupakan penelitian survey analitik dengan study korelasi

dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah

purposive sampling. Hasil penelitian Sebagian besar dukungan keluarga

adalah mendukung sebanyak 28 responden (56%), sebagian besar

kepatuhan responden adalah tidak patuh sebanyak 27 responden (54%)

dan ada hubungan dukungan keluarga penderita dengan kepatuhan

pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah

Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016 dengan nilai p value < α

(0,011 < 0,05).

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

diabtes mellitus. Sedangkan perbedaan penelitian ini yaitu meneliti faktor

demografi dengan kepatuhan pengendalian gula darah pada penderita

diabetes mellitus..

2. Ahmad, dkk (2011) tentang Hubungan Antara 4 Pilar Pengelolaan

Diabetes Melitus Dengan Keberhasilan Pengelolaan Diabetes Melitus

Tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan kasus

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

8

control. Responden kelompok kasus ditentukan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang tergolong tinggi atau status glikemi tak

terkendali (HbA1c > 6,5%). Sedangkan penentuan kelompok kontrol

adalah yang hasil pemeriksaan HbA1c-nya tergolong baik (HbA1c ≤

6,5%). Besar sampel untuk kasus 30 orang dan kontrol 30 orang. Hasil

penelitian ini membuktikan bahwa dari keempat hipotesis. Pengetahuan

tentang pengelolaan DM tidak berpengaruh signifikan terhadap

keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 (P = 0.26), kepatuhan minum obat

secara teratur tidak memberikan hasil yang signifikan secara statistik (P =

0.05). Pola makan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan

pengelolaan DM tipe 2 (P = 0.46). Sebaliknya, keteraturan berolah raga

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 (P

= 0.00).

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

diabetes mellitus. Sedangkan perbedaan penelitian ni adalah meneliti

tentang kepatuhan pengendalian gula darah penderita diabetes mellitus.

3. Mohamad Judha (2016), tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan,

Pendidikan Dan Status Ekonomi Dengan Ketaatan Kontrol Gula Darah

Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif

analitik yaitu untuk memperoleh gambaran hubungan antara

pengetahuan, pendidikan dan status ekonomi dengan ketaatan kontrol

gula darah penderita Diabetes Mellitus. Jenis penelitian ini adalah

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

9

penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan

menggunakan metode retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat

ke belakang (backward looking) . Teknik sampling yang digunakan

adalah non probability sampling yaitu acidental sampling Jumlah sampel

dalam penelitian ini di sebanyak 50 responden. Hasil penelitian ada

hubungan tingkat pengetahuan dengan ketaatan kontrol gula darah pada

penderita DM di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hasil uji Chi-

Square diperoleh nilai χ2 sebesar 10,528 dengan p value sebesar 0,005

(p<0,05). Ada hubungan tingkat pendidikan dengan ketaatan kontrol

gula darah pada penderita DM di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Didukung hasil uji Chi-Square diperoleh nilai χ2 sebesar 6,727 dengan p

value sebesar 0,035 (p<0,05). Ada hubungan status ekonomi dengan

ketaatan kontrol gula darah pada penderita DM di RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Didukung hasil uji Chi-Square diperoleh nilai χ2

sebesar 8,742 dengan p value sebesar 0,013 (p<0,05).

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus. Sedangkan

perbedaan pada penelitian ini adalah meneliti tentang faktor demografi

selain itu metode yang digunakan adalah survey analitik.

4. Penelitian Rong Su, dkk (2016) dengan judul “Multilevel Analysis of

Socioeconomic Determinants on Diabetes Prevalence, Awareness,

Treatment and Self-Management in Ethnic Minorities of Yunnan

Province, China”. Penelitian ini menggunakan metode survei cross-

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

10

sectional dalam sampel dari 5532 Na Xi, Li Su, Dai dan Jing Po etnis

minoritas. Pemodelan multilevel digunakan untuk memperkirakan rasio

odds (OR) dan interval keyakinan 95% (CI) untuk prevalensi diabetes,

serta hasil lainnya. Hasil dari penelitian ini diperoleh tingkat pendidikan

individu yang lebih tinggi dihubungkan dengan tingkat kesadaran yang

lebih tinggi, pengobatan, kepatuhan terhadap obat-obatan dan monitor

glukosa darah (OR = 1,87, 4,89, 4,83, 6,45; 95% CI: 1,26-2,77, 1,87-

12,7, 1.95- 11,9, 2,23-18,6, masing-masing). responden diabetes dengan

aset rumah tangga yang lebih baik cenderung untuk menerima perawatan

lebih (OR = 2,81, 95% CI: 1,11-7,12) dan untuk memantau glukosa

darah mereka (OR = 3,29, 95% CI: 1,48-7,30). penderita diabetes dengan

akses yang lebih baik ke pelayanan medis lebih mungkin untuk

mengobati (OR = 7.09, 95% CI: 2,46-20,4) dan mematuhi pengobatan

(OR = 4,14, 95% CI: 1,46-11,7). Pendapatan di tingkat kontekstual

secara signifikan berkorelasi dengan prevalensi diabetes, pengobatan dan

glukosa darah pemantauan (OR = 1,84, 3,04, 4,34; 95% CI: 1,20-2,83,

1,20-7,73, 1,45-13,0, masing-masing).

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

diabetes mellitus, metode yang digunakan survey cross sectional .

Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah meneliti tentang faktor

demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan dan sosio ekonomi).

5. Ambepitiyawaduge Pubudu De Silva, dkk (2016) dengan judul “A

survey on socioeconomic determinants of diabetes mellitus management

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

11

in a lower middle income setting”. Metode yang digunakan deskriptif

dengan study cross sectional pada sampel acak bertingkat dari 1.300

individu dilakukan dengan kuesioner pewawancara diberikan,

pemeriksaan klinis dan investigasi darah. Hasil dari penelitian ini yaitu

ada 202 (14,7%) dengan diabetes mellitus. kontrol yang buruk terlihat

pada 130 (90,7%) sedangkan 71 (49,6%) yang tidak pada perawatan

rutin. Proporsi tertinggi kontrol miskin dan tidak pengobatan biasa

diamati pada sektor real, kategori status sosial miskin dan wilayah

geografis termiskin. Komplikasi mikrovaskuler retinopati, neuropati dan

mikro albuminuria diamati pada 11,1%, 79,3% dan 54,5% masing-

masing. Di antara penyakit makrovaskular, angina, penyakit jantung

iskemik dan penyakit arteri perifer terlihat di 15,5%, 15,7% dan 5,5%

masing-masing.

Persamaan penelitian ini adaalah sama-sama meneliti tentang

tingkat sosioekonomi dan diabetes. Sedangkan perbedaan penelitian ini

yaitu metode yang digunakan adalah survey analitik, peneliti juga

meneliti tentang usia, jenis kelamin dan pengetahuan.

6. Fatma Al-Maskari, dkk (2013) dengan judul “Knowledge, Attitude and

Practices of Diabetic Patients in the United Arab Emirates”. Metode yng

digunakan adalah random sampling dari 575 penderita DM dipilih dari

klinik diabetes rawat jalan untuk rumah sakit Tawam dan Al-Ain di Al-

Ain kota (UEA) selama 2006-2007, dan sikap pengetahuan dan praktik

dinilai menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari Pelatihan

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3924/1/ATIKHOH PANJI PRATIWI BAB I.pdf2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak (IDF, 2013).Menurut

12

Michigan Diabetes Research instrumen pusat. Hasil dari penelitian ini

adalah tiga puluh satu persen penderita memiliki pengetahuan yang buruk

diabetes. Tujuh puluh dua memiliki sikap negatif terhadap memiliki

penyakit dan 57% memiliki tingkat HbA1c mencerminkan kontrol

glikemik yang buruk. Hanya tujuh belas persen dilaporkan memiliki

kontrol gula darah yang memadai, sementara 10% mengaku non-

kepatuhan dengan obat mereka. Pengetahuan, praktik dan sikap skor

semua statistik signifikan positif, melainkan lemah, terkait, namun tidak

satupun dari skor tersebut secara signifikan berkorelasi dengan HbA1c.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

pengetahuan dan kontrol gula darah. Sedangkan perbedaan penelitian ini

yaitu penelitian menggunakan metode survey analitik dengan study

korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional.

Analisis Faktor Demografi..., Atikhoh Panji Pratiwi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017