bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umpo.ac.id/1337/2/bab i.pdf · pemberian asi di...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program MDGs 2015 Indonesia difokuskan pada penurunan angka
kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization
(WHO). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan
derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan
anak saat ini (WHO, 2004:89). Tingginya angka kematian bayi di Indonesia
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor penyakit infeksi
dan kekurangan gizi.WHO (2004:89). Masalah utama masih rendahnya
pemberian ASI di Indonesia karena faktor sosial budayakurangnya
pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta
jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan
pemberian ASI, masalah ini di perparah gencarnya susu formula dan
kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk instansi yang
memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan
bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI). keberhasilan ibu untuk
menyusui bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suaminya, keluarga,
petugas kesehatan masyarakat serta lingkungan kerja. Kemenkes RI (2010).
Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah umur
ibu,dukungan suami dan keluarga pengetahuan dan perilaku. Gustina,
(2008:38).
2
Secara nasional berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional
(Susenas), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6bulan
menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan
meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas,2010) menyatakan persentasi bayi yang diberikan ASI
eksklusif yaitu bayi antar umur 0-1 bulan sebesar 38,8%, umur 1-2 bulan
sebesar 32,5%, umur 2-3 bulan sebesar 30,7%,umur 3-4 bulan sebesar 25,2%,
umur 4-5 bulan sebesar 26,3%,dan bayi umur 5-6 bulan sebesar 15,3%.
Kenyataan dari hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menyatakan di Indonesia hanya sepertiga (32%) bayi berumur dibawah
enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif,diantara sepuluh hanya empat
bayi yang berumur dibawah empat bulan (41%) yang mendapatkan ASI
eksklusif, dan hanya 48% anak ber umur kurang dari dua bulan mendapatkan
ASI eksklusif. Depkes RI, (2007). Di Propinsi Jawa Timur adalah 35 % dari
57,208 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan terdapat 65 % ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif. Laporan Tahunan Promkes tahun (2009). Dari data
yang sudah didapat berdasarkan catatan Dinkes Propinsi Jawa Timur terdapat
2% / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik khususnya pada
anak usia toddler, selain itu juga terdapat gangguan kecerdasan atau retardasi
mental (Afrianti, 2008:109). Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur
2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 80%
tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal
sebanyak 0,14% (Depkes Jatim, 2009).
3
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Ponorogo Tahun 2014 bahwa ada
63.856balita di Kabupaten Ponorogo, yang ASI eksklusif terdiri dari
9.264balita. perolehan prosentasinya 14.5%sedangkan target yang harus
dicapai yaitu 100%.Dipuskesmas Setono di dapatkan 280 bayi dan balita
sehatdan 148 bayi dan balita yang diberikan ASI Eksklusif dengan
prosentasenya hanya 20 %Dari seharusnya yang di targetkan yaitu
100%.Study Pendahuluan yang dilakukan diPosyandu kelurahan Singosaren
Puskesmas Setono Kabupaten Ponorogo tanggal 07 Januari 2015 dengan
menggunakan kuesioner dan KPSdiperoleh hasil dari 10 ibu menyusui
bayiusia 6 bulan -2 tahun yang memberikan ASI eksklusif terdapat 10
(100%) ibu menyusui ASI eksklusif dan 10 (100%) anak usia 6 bulan – 2
tahun yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki perkembangan baik atau
tidak terjadi keterlambatan perkembangan.
Banyak aspek yang mempengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif antara
lain adalah ibu menyusui menghadapi banyak tantangan yang berhubungan
dengan pelayanan yang diperoleh ditempat persalinan, dukungan yang
diberikan anggota keluarga dirumah, motivasi dari ibu untuk memberikan
ASI secara eksklusif, banyaknya ibu yang belum dibekali pengetahuan yang
cukup tentang teknik menyusui yang benar dan menejeman kesulitan laktasi,
termasuk tantangan yang dihadapi oleh ibu bekerja, selain itu peraktek
pemberian ASI eksklusif juga diketahui banyak dipengaruhi oleh budaya dan
norma yang berkembang dikalangan anggota keluarga, rekan dan masyrakat.
Gustina, (2008:38). Menurut Sondang Yunita, (2009:103) hambatan ibu yang
memberikan ASI eksklusif juga dari sumber informasi yang didapat ibu dari
4
lingkungan luar terutama peran media massa dalam memberikan informasi.
Informasi yang disampaikan media massa yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif yaitu informasi atau iklan susu formula yang sekarang ini
sedang gencar - gencarnya dilakukan oleh produsen susu. Berdasarkan hasil
penelitian Sondang Yunita (2009) diketahui bahwa 80% ibu mendapatkan
informasi tentang susu dari media massa seperti majalah, televisi, koran dan
radio. Menurut Dwiharso ( 2010 ) Tumbuh kembang dapat berjalan dengan
optimal dengan pemberian ASI eksklusif seperti perkembangan motorik
halus, motorik kasar, bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian
dimana keterampilan ini menunjukan tingkah laku yang mengerakan otot –
otot besar lengan, kaki, dan bagian tubuh seperti kepala dan duduk.
Upaya yang dilakukan untuk mempromosikan pemberian ASI
eksklusif UNICEF merencanakan berbagai langkah untuk menurunkan angka
kematian bayi. Pemerintah mengupaya meningkatkan minat dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI melalui berbagai kegiatan
seperti lomba bayi sehat, lomba klinik, dan rumah sakit sayang bayi ( Risa
Devita,2013:39). Di samping itu perlu meningkatkan penyuluhan tentang
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan ASI eksklusif dengan perkembangan anak usia 6
bulan – 2 tahun di Posyandu Kelurahan Singosaren Wilayah Kerja Puskesmas
Setono Kabupaten Ponorogo.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, Rumusan masalah
adalah “ Bagaimanakah hubungan ASI eksklusif dengan perkembangan anak
usia 6 bulan – 2 tahundi Posyandu Kelurahan SingosarenWilayah Kerja
Puskesmas Setono Kabupaten Ponorogo ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan ASI eksklusif dengan perkembangan anak
usia 6 bulan-2 tahun di Posyandu Kelurahan Singosaren Wilayah Kerja
Puskesmas Setono Kabupaten Ponorogo.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6 bulan –
2 tahundi Posyandu Kelurahan SingosarenWilayah Kerja Puskesmas
Setono Kabupaten Ponorogo.
b. Mengidentifikasi perkembangan anak usia 6 bulan- 2tahun di
Posyandu Kelurahan Singosaren Wilayah Kerja Puskesmas Setono
Kabupaten Ponorogo.
c. Menganalisis hubungan ASI eksklusif dengan perkembangan anak
usia 6 bulan - 2 tahun di Posyandu Kelurahan Singosaren Wilayah
Kerja Puskesmas Setono Kabupaten Ponorogo.
6
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
sumber bagi penelitian selanjutnya tentang hubungan ASI eksklusif
dengan perkembangan anak usia 6 bulan – 2 tahun
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
secara konseptual dalam mata kuliah kebidanan khususnya pada
mata kuliah asuhan kebidanan.
b. Bagi peneliti
Sebagai sumber data penelitian dan mengaplikasikan ilmu
metodelogi penelitian yang diperoleh dari pendidikan dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.
c. Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan untuk penyuluhan
mengenai hubungan ASI eksklusif dengan perkembangan anak usia
6 bulan – 2 tahun.
d. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan perkembangan anak usia 6
bulan – 2 tahun.