bab i pendahuluan a. latar belakangscholar.unand.ac.id/29167/2/bab i.pdf · kepastian hukum...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era moderen sekarang ini, semua dituntut untuk dapat hidup mengikuti
perkembangan zaman, baik individu, organisasi, pemerintah serta negara. Pada
umumnya hal yang dapat menjadikan acuan sebagai perkembangan zaman ialah
teknologi. Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
kehidupan sehari-hari. Negara-negara yang menguasai dunia adalah negara yang
menguasai teknologi.
Teknologi adalah salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan
ekonomi sebuah negara. Keberhasilan negara-negara maju di dalam menguasai
perekonomian dunia adalah salah satu contoh yang membuktikan adanya
hubungan yang sangat erat antara pembangunan ekonomi dan peguasaan
teknologi. Fakta ini sekaligus meyakinkan banyak negara bahwa kekayaan alam
sudah tidak menjadi faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan ekonomi
sebuah negara. Kekayaan alam yang dimiliki sebuah negara, tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal jika tidak diimbangi dengan penguasaan teknologi.
Sebaliknya penguasan teknologi tidak dapat dicapai tanpa adanya insetif atau
reward dari pemerintah untuk memberikan suasana yang kondusif kepada para
peneliti.1 Teknologi merupakan bentuk dari perkembangan zaman yang diciptakan
oleh orang atau manusia dimana mempunyai tujuan untuk membantu kehidupan
1Tomi Suryo Utomo,2009, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian
Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm 106
2
manusia, sehingga teknologi dalam berkehidupan sehari-hari punya sesuatu yang
dapat mempengaruhi proses kehidupan. Dalam perkembangannya, selalu diikuti
oleh regulasi terhadap pengaturan yang mengatur pemakaian sampai ke
perlindungan teknologi tersebut.
Dampak positif yang timbul akibat dari perkembangan zaman yang begitu
cepat dengan adanya teknologi, manusia mendapatkan berbagai kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari. Bahkan saat sekarang ini semua kegiatan
manusia telah dibantu oleh teknologi. Teknologi yang telah diciptakan
mempunyai manfaat besar bagi umat manusia didunia. Bahkan dalam dewasa ini
semua kegiatan yang dilakukan tidak bisa dipisahkan oleh kegiatan teknologi.
Dewasa ini teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Hampir semua bidang kehidupan telah menggunakan
teknologi yang maju, baik teknologi yang berasal dari dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri. Aturan yang dipakai dalam melindungi kepemilikan dari
teknologi yang ditemukan berlandaskan pada hal pemikiran intelektual manusia
yang timbul untuk membuat sesuatu temuan baru, sehingga dengan adanya aturan
yang melindungi hasil temuan dari pemikiran intelektual manusia tersebut, dapat
dijadikan sebagai faktor pendorong manusia untuk dapat terus membuat dan
menghasilkan temuan dari hasil pemikiran manusia tersebut.
Semua itu adalah berkat hasil kerja ratio manusia dengan menggunakan
logika yang dituangkan kedalam suatu karya dan kemudian dirumuskan sebagai
intelektualitas, menjadi suatu gagasan dan ide yang diekspresikan sebagai objek
kekayaan intelektual. Gagasan atau ide yang diambil melalui suatu pemikiran
3
secara rasional tersebut tentu saja tidak semua orang dapat dan mampu
melakukannya. Oleh sebab itu suatu gagasan yang bermanfaat bagi praktek
kehidupan sehari-hari bernilai ekonomis, sehingga perlu diberikan suatu
perlindungan dalam hal penggunaannya. Perlindungan gagasan dan ide tersebut
dapat dilakukan melalui pemberian suatu hak kepada pemilik gagasan dan ide
tersebut untuk menggunakan dan atau menyebarluaskan. Perlindungan gagasan
dan ide melalui pemberian suatu hak tersebut dinamakan dengan Hak Kekayaan
Intelektual.2
Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah terjemahan
resmi dari Intelectual Property Right. Berdasarkan substansinya, HKI
berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual
yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. Meskipun substansinya jelas,
mencari sebuah defenisi yang tepat untuk HKI yang bersifat komprehensif dan
mencakup disemua aspek, bukanlah hal yang mudah. Banyak ahli hukum
menemui kesulitan ketika mengkaji HKI di luar dari sekumpulan cabang-cabang
yang melingkupinya sehingga defenisi yang dirumuskan selalu difokuskan pada
cabang-cabang HKI dari pada merumuskan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
alasan pembenar terhadap perlindungan HKI.3
Pengertian HKI menurut para ahli yakni Sudikmo Mertokusumo
mendefinisikan HKI adalah hak milik yang bersifat mutlak yang tidak bersifat
2 Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor
M.03.PR.07 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam
Surat Nomor 24/M/PAN/1/2000, istilah „‟Hak Kekayaan Intelektual tanpa „‟Atas‟‟ dapat disingkat
dengan HKI. 3Tomi Suryo Utomo, Op. Cit hlm 1
4
kebendaan yang obyeknya adalah hasil pemikiran manusia yang bisa berupa satu
pendapat, tanda atau penemuan. Sedangkan menurut Sri Rejeki Hartono, HKI
adalah hak yang memiliki karakteristik khusus dan istimewa karena hak ini baru
timbul jika ada pemberian dari negara. Negara disini bersifat pasif, karena jika
tidak ada permintaan dan pendaftaran dari subjek HKI maka tidak ada
perlindungan dari negara atas hak tersebut.
Adapun tujuan dari perlindungan Hak Kekayaan Intelektual untuk memberi
kepastian hukum mengenai hubungan antara kekayan intelektual dengan penemu
atau pencipta, pemegang atau pemakai yang mempergunakan hak kekayan
intelektual tersebut.
Dalam temuan dibidang teknologi yang menjadi dasar aturan perlindungan
atas HKI manusia merupakan hak atau yang biasa dikenal dengan istilah hak
paten. Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Paten yang dimaksud paten adalah hak eklusif yang diberikan negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk pelaksanaannya.
Secara sederhana Hak Paten adalah hak yang diberikan oleh negara kepada
penemu atau pemegang paten atas hasil dari kekayaan intelektual manusia
tersebut. Sebagai perbandingan perhatikan juga definisi paten yang diberikan oleh
World Intellectual Property Organization (WIPO) sebagai badan internasional
5
Perserikatan Bangsa-bangsa yang pengelola Hak Kekayaan Intelektual sebagai
berikut:
"A patent is a legally enforceable right granted by virtue of a law to a person
to exclude, for a limited time, others from certain acts in relation to describe
new invention, the privilege is granted by a government authority as a matter
of right to the person who is entitled to apply for it and who fulfils the
prescribed condition."4
Terjemahan :
“Paten adalah hak yang dapat ditegakkan secara hukum,diberikan kepada
seseorang dalam jangka waktu tertntu untuk mencegah pihak lain melakukan
tindakan-tindakan tertentu terhadap invensi baru. Yang oleh pemerintah
berwenang, diberikan hak-hak istimewanya kepada seseorang dengan
mengajukan invensi memenuhi persyratan-persyaratan yang telah diatur.”
Pada perkembangannya, paten sering dikaitkan dengan perlindungan atas
pemegang paten tersebut, dikarenakan paten timbul dari hasil kekayaan
intelektual manusia yang didaftarkan oleh penemunnya. Perlindungan yang
diberikan terhadap penemu atau pemegang atau pemakai yang mempergunakan
serta memanfaatkan hak kekakyaan intelektual tersebut, merupakan salah satu
tujuan dari manfaat pendaftaran paten.
Indonesia sebagai salah satu anggota dari masyarakat internasional tidak
akan terlepas dari perdagangan internasional. Sekarang ini negara sebagai pelaku
perdagangan internasional terorganisasikan dalam sebuah wadah yang disebut
World Trade Organization (WTO). Salah satu konsekuensi dari keikutsertaan
sebagai anggota WTO maka semua negara termasuk Indonesia diharuskan
4Abdul Khadir Muhammad, 2007, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm 140
6
menyesuaikan segala di bidang hak kekayaan intelektual dengan standar Trade
Related Aspect of Intellectual Property Right (TRIP‟s).5
HKI menjadi sangat penting untuk menggairahkan laju perekonomian dunia
yang pada akhirnya membawa kesejahteraan umat manusia. Meski terus ada
upaya pengurangan angka tarif dan kouta secara gradual dalam rangka
mempercepat terbentuknya perdagangan bebas, jika produk impor barang dan jasa
dibiarkan bebas diduplikasi dan direproduksi secara ilegal, ini merupakan beban
berat bagi pelaku perdagang internasional.
Oleh karena itu, pelanggaran HKI berupa pembajakan (piracy), pemalsuan
dalam konteks hak cipta dan merek dagang (counterfeitng), dan pelanggaran hak
paten (infringment) jelas merugikan secara signifikan bagi pelaku ekonomi,
terutama akan melukai si pemilik sah dari hak intelektual tersebut. Begitu pun
konsumen dan mekanisme pasar yang sehat juga akan terganggu dengan adanya
tindak pelanggaran HKI.6
Dilihat dari sejarahnya, paten bukanlah sesuatu yang baru untuk orang
Indonesia sampai tahun 1945 tidak kurang dari 18.000 paten telah diberikan di
Indonesia berdasarkan undang-undang kolonial belanda, Octroiiwet 1910.7
Di Indonesia, paten yang berasal dari luar negeri sangat banyak. Guru besar
HKI Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Budi Santoso menyatakan prihatin
5 Muhamad Djumhana, 2006, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan HKI, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm 4 6 Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 6
7 Lindsey, Tim dkk, 2002, Hak Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), PT. Alumni, Bandung,
hlm 182
7
melihat kondisi pendaftaran paten di Indonesia, jumlah paten yang didaftarkan
oleh warga negara Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan paten
internasional yang didaftarkan di Indonesia.8
Berdasarkan data Dirjen HKI, selama 10 tahun belakangan ini rata-rata
persetujuan paten oleh peneliti Indonesia dibanding seluruh paten yang telah
dikeluarkan angkanya baru mencapai 3,5%. Dengan demikian mayoritas pemilik
paten selebihnya yang 96,5% berasal dari negara industri maju seperti Amerika
Serikat, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, Singapura,
Swiss, Taiwan dan lain-lain. Prestasi yang tergolong tinggi yakni tahun 1999
ketika dari sejumlah total 739 paten tercatat 88 buah atau 11% didapat oleh
kalangan peneliti nasional. Setahun sebelumnya angka 203 dari 1997 atau naik
10%. Jumlah rata-rata persetujuan paten per tahun adalah lebih dari 2000 paten.9
Banyaknya jumlah paten yang dihasilkan oleh suatu negara berbanding
lurus dengan kemajuan teknologi dan ekonomi negara tersebut. Sebaliknya,
semakin kecil jumlah paten yang dihasilkan oleh suatu bangsa, maka akan
semakin miskin dan terkebelakang pula negara tersebut.
Seiring dengan tingginya paten internasional di Indonesia diharapkan
adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi yang mengatur semua aspek. Dalam
8AR (hole), Birokrasi Rumit Pendaftaran Paten Minim Kemenkumham Berdalih KekuranganSDM.
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt526fc996aa675/birokrasi-rumit-pendaftaran-
minim diakses pada tanggal 28 November 2016
9 Eryda Listyaningrum, Perlindungan Paten Atas Invensi-Invensi Dari Sentra Hak Kekayaan
Intelektual Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diakses pada tanggal 25 Februari
2017
8
pengaturan yang telah dibuat untuk melindungi hak-hak dan kewajiban pemilik
atau penemu dan untuk dapat diberikan reward atas hasil dari teknologi yang di
buat oleh hasil dari kekayaan intelektual manusia tersebut, diharapkan adanya
kepastian hukum mengenai perlindungan terhadap paten yang telah didaftarkan di
Indonesia dalam kasus-kasus atau pelanggaran penyalahgunaan paten.
Pada saat ini Indonesia lemah soal perlindungan hak kekayaan intelektual.10
Ini dibuktikan dengan masuknya Indonesia kedalam priority wacth list, karena di
Indonesia banyak terdapat pelanggaran terhadap HKI terutama pada paten.
Masuknya Indonesia dalam priority watch list mengindikasikan masih lemahnya
penegakkan hukum dibidang HKI serta perlindungan HKI yang berada di
Indonesia.11
Penggunaan hak kekayaan intelektual dalam hal ini paten tanpa izin tertulis
dari pemiliknya atau dengan cara memalsukan atau meniru, atau mengambil hak
kekayaan intelektual orang lain, hal itu merupakan bentuk perbuatan tercela yang
digolongkan sebagai perbuatan melanggar hukum (illegal action).12
Sebagai salah satu negara yang meratifikasi Paris Convention for the
Protection of Intelectual Property atau Paris Convention (Keppres No. 15 Tahun
1997), Indonesia wajib memberikan perlindungan hukum terhadap warga negara
sesama anggota Paris Convention. Salah satu bentuk perlindungan hukum sesuai
Paris Convention adalah Hak Prioritas.
10
Dikutip dari berita pada www.koran-sindo.com/news.php?r=0&date=2016-04-26 diakses pada
tanggal 8 Desember 2016 11
Dikutip dari berita pada m.bisnis.com/kabar24/read/20160120/16/594296 diakses pada tanggal 8
Desember 2016. 12
Abdulkhadir Muhammad, Op. Cit, hlm 153
9
Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang
berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention atau WTO untuk
memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan
prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu
selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan
berdasarkan Paris Convention. Hak prioritas untuk permohonan paten adalah
paling lama 12 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan paten di negara yang
anggota Paris Convention atau WTO (Pasal 30 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2016
tentang Paten).
Sebagai negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO,
Indonesia juga terikat dengan General Agreement on Tariff and Trade
1947/GATT dan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs). Kemudian, Indonesia juga telah meratifikasi Paris Convention
seperti yang telah dijelaskan di atas. Hak prioritas yang diatur dalam UU Paten
berlaku bagi negara anggota Paris Convention atau anggota WTO.13
Menurut penjelasan Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahaan
Agreement Estabilising the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) perundingan di bidang ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dari
produk-produk yang diperdagangkan.
13
Tim Redaksi, Paten Dalam Perjanjian-Perjanjian Internasional. http://www.hukumonline.com
/klinik/ detail/cl157/paten%20-dalam-perjanjiaan-%20internasional diakses pada tanggal 26
Oktober 2016
10
2. Menjamin prosedur pelaksanaan Hak Atas Kekayaan Intelektual yang tidak
menghambat kegiatan perdagangan.
3. Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan
terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual.
4. Mengembangkan prinsip aturan dan mekanisme kerja sama internasional
untuk menangani perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau
pembajakan atas Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Kesemuanya tetap memperhatikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
World Intelectual Property Organization (WIPO).14
Permintaan paten yang diajukan oleh penemu atau yang berhak atas
penemuan yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di wilayah
Negara Republik Indonesia harus diajukan melalui konsultan paten di Indonesia
selaku kuasa. Penemu atau yang berhak atas penemuan harus menyatakan dan
memilih tempat tinggal atau kedudukan hukum di Indonesia untuk kepentingan
permintaan paten tersebut. Ketentuan ini berlaku bagi Paten Asing agar
memudahkan pengurusan permintaan patennya di Indonesia.15
Paten yang telah didaftarkan di negara-negara peserta Paris Convention atau
WTO memperoleh perlindungan berupa hak prioritas untuk memperoleh
pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan prioritas di
Indonesia selama permohonan paten tersebut diajukan dalam kurun waktu sesuai
14
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia) Edisi Revisi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm 9-10 15
Abdul Khadir Muhammad, Op Cit, hlm 139
11
Paris Convention. Menurut situs milik World Intelectual Property Organization
(WIPO), saat ini terdapat 184 negara yang telah menjadi anggota Paris
Convention. Apabila paten tersebut telah terdaftar negara asal dan juga di
Indonesia, maka pemanfaatan paten oleh pihak lain harus melalui perjanjian
lisensi. Apabila tidak memperoleh lisensi dari pemegang paten, maka
pemanfaatan paten tersebut dianggap melawan hukum (Pasal 16 jo. Pasal 130 UU
Paten).
Berdasarkan paparan yang telah disampaikan di atas, maka penulis merasa
tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian atau menelaah lebih lanjut serta
ingin menuangkannya dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul :
PERLINDUNGAN PATEN ASING YANG TELAH DIDAFTARKAN DI
INDONESIA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM INTERNASIONAL DAN
HUKUM NASIONAL INDONESIA.
B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan harapan,
maka dari itu sesuai dengan paparan diatas maka penulis memberikan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah mekanisme pendaftaran paten asing ditinjau dari hukum
internasional dan hukum nasional Indonesia?
2. Bagaimanakah mekanisme perlindungan paten asing ditinjau dari hukum
internasional dan hukum nasional Indonesia?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka penulis
menentukan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mekanisme pendaftaran paten asing ditinjau dari hukum
internasional dan hukum nasional Indonesia.
2. Untuk mengetahui mekanisme perlindungan paten asing ditinjau dari
hukum internasional dan hukum nasional Indonesia?
D. Manfaat Penelitian
Melalui penilitian ini penulis mengharapkan penelitian ini dapat berguna
dan bermanfaat baik untuk penulis maupun pembaca. Adapun manfaat
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis :
Adapun penelitian ini dilakukan untuk melatih kemampuan penulis dalam
melakukan penelitian dan dapat merumuskan hasil penelitian tersebut ke dalam
bentuk tulisan, serta berguna untuk :
a. Menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dibangku perkuliahan.
b. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang hukum pada umumnya
maupun dibidang hukum internasional pada khususnya, yakni dengan
mempelajari catatan, dokumen-dokumen, buku-buku dan juga literatur-
literatur yang ada.
13
2. Secara praktis :
Hasil dari penelitian ini akan dapat menambah bahan bacaan mengenai
mekanisme pendaftaran serta perlindungan paten asing yang telah tedaftar di
Indonesia, serta harapan penulis penelitian ini dapat berguna bagi pustakawan
dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
E. Metode Penelitian
Penilitian pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah
kebenaran. Sehingga akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang
suatu objek penelitian. Demi terciptanya sebuah tulisan dengan data yang akurat
dan relevan serta lengkap maka perlu digunakan metode penelitian. Dalam
penulisaan ini, dibutuhkan bahan yang konkrit, yang berasal dari perpustakaan
yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tipologi Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka metode
penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif. Metode penelitian
hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau
cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka yang ada16
Tahapan pertama penelitian hukum normatif
adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma
hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum.
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Cetakan ke – 11. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 13.
14
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu menggambarkan gejala-
gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti, pendekatan
yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan tata cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif. Digunakan pendekatan kualitatif oleh penulis
bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti. Penulis melakukan
penelitian dengan tujuan untuk menarik azas-azas hukum yang dapat dilakukan
terhadap hukum positif tertulis maupun hukum positif tidak tertulis.
2. Sumber Data
Di dalam metode penelitian hukum normatif ini, terdapat 3 macam bahan
pustaka yang dipergunakan oleh penulis yakni17
:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang
membuat orang taat pada hukum seperti perjanjian-perjanjian internasional serta
peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang penulis gunakan di
dalam penulisan ini yakni: Paris Convention for the Protection of Industrial
Property(Paris Convention), Agreement on the Trade Related Aspect of
Intelectual Property Right (TRIPs), Undang-undang No 13 Tahun 2016 tentang
PATEN.
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm 52.
15
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan
hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu
bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti
akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah
doktrin–doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan internet.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan
pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh
penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis penelitian yang bersifat normatif, maka dalam
pengumpulan bahan hukum penulis menggunakaan metode pengumpulandata
sekunder dengan melakukan studi kepustakaan . studi kepustakaan merupakan
metode tunggal yang digunakan dalam penelitian hukum normatif. Studi dokumen
juga merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum(baik normatif maupun
sosiologis), karena penelitian hukum selalu bertolak dari premis normatif.18
Dalam melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mengumpulkan bahan
18
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peniitian Hukum, Jakarta, PT Radja Grafindo
Persada, 2012
16
dengan cara membaca buku-buku, majalah, perjanjian internasioanl, serta tulisan-
tulisan yang tidak terkecuali menggunakan jasa internet. Selain itu, penulis juga
mengunjugi perpustakaan antara lain :
a. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas
b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas
Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya. Macam-macam
pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum ini adalah
dengan cara pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus. Pendekatan
undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.19
Pendekatan
kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang
berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan20
.
19
Ibid., hal. 93. 20
Ibid., hal. 94.