bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ub.ac.id/865/2/bab i.pdf · bab ini berisi latar...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari waktu ke waktu, manusia terus menemukan pengetahuan dan mengembangkannya menjadi hal-hal yang tentu akan berguna bagi perkembangan masa depan. Perubahan yang paling signifikan adalah mengenai berkembang pesatnya teknologi. Perkembangan itu tidak hanya di bidang teknologi tinggi seperti komputer, elektro, telekomunikasi dan bioteknologi, tetapi juga dibidang mekanik, kimia, atau lainnya 1 . Alat-alat canggih ditemukan oleh para penemu dan dapat dipergunakan oleh masyarakat secara umum. Tentu saja penemuan-penemuan ini ditujukan untuk mempermudah proses kehidupan dari umat manusia supaya manusia menjadi semakin berkembang dan memiliki pengetahuan yang tiada batas. Salah satu perkembangan teknologi yang marak digunakan adalah internet. Melalui media elektronik seperti komputer, laptop, handphone ataupun tablet, internet dapat diakses secara mudah dan bebas oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Internet, selain digunakan untuk mendapatkan informasi juga dibutuhkan untuk sarana hiburan. Munculnya beragam jenis media sosial meningkatkan ketertarikan masyarakat dalam menggunakan internet. Hiburan seperti gambar, video, lagu ataupun film dapat kita dapatkan dengan begitu mudah dari internet. Pada kenyataannya, tidak bisa dipungkiri bahwa 1 Dr. Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Sinar Grafika, Malang, 2009, hlm viii.

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Dari waktu ke waktu, manusia terus menemukan pengetahuan dan

    mengembangkannya menjadi hal-hal yang tentu akan berguna bagi perkembangan

    masa depan. Perubahan yang paling signifikan adalah mengenai berkembang

    pesatnya teknologi.

    Perkembangan itu tidak hanya di bidang teknologi tinggi seperti komputer,

    elektro, telekomunikasi dan bioteknologi, tetapi juga dibidang mekanik, kimia, atau

    lainnya1. Alat-alat canggih ditemukan oleh para penemu dan dapat dipergunakan

    oleh masyarakat secara umum. Tentu saja penemuan-penemuan ini ditujukan untuk

    mempermudah proses kehidupan dari umat manusia supaya manusia menjadi

    semakin berkembang dan memiliki pengetahuan yang tiada batas.

    Salah satu perkembangan teknologi yang marak digunakan adalah internet.

    Melalui media elektronik seperti komputer, laptop, handphone ataupun tablet,

    internet dapat diakses secara mudah dan bebas oleh siapa saja, kapan saja dan

    dimana saja.

    Internet, selain digunakan untuk mendapatkan informasi juga dibutuhkan

    untuk sarana hiburan. Munculnya beragam jenis media sosial meningkatkan

    ketertarikan masyarakat dalam menggunakan internet.

    Hiburan seperti gambar, video, lagu ataupun film dapat kita dapatkan

    dengan begitu mudah dari internet. Pada kenyataannya, tidak bisa dipungkiri bahwa

    1 Dr. Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Sinar Grafika, Malang, 2009, hlm viii.

  • 2

    hiburan yang disediakan tersebut pasti dilindungi oleh Hak Atas Kekayaan

    Intelektual, yang memiliki fungsi untuk melindungi obyek intelektual

    bersangkutan.

    Untuk lebih mengerti mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual, pengertian

    dari Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak atau wewenang atau kekuasaan

    untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak tersebut diatur

    oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual

    merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti

    teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang lagu dan

    seterusnya2.

    Di Indonesia, Hukum mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual diatur

    dalam Undang-Undang Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Penerapan

    Hukum Hak Atas Hak Kekayaan Intelektual terdiri dari Hak Cipta, Merek, Paten,

    Perlindungan Varietas Tanaman, Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata

    Letak Sirkuit Terpadu.

    Beberapa jenis hasil produksi kecerdasan daya pikir merupakan jenis

    kekayaan intelektual yang dilindungi oleh Hak Cipta. Pengertian dari Hak Cipta,

    tertuang dalam pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

    Hak Cipta

    “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

    otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

    diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan

    sesuai dengan ketentutan peraturan perundang-undangan”

    2 Adrian Sutedi, Hukum Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm 38.

  • 3

    Dalam pasal 40 huruf (m) Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014 tentang

    Hak Cipta, tertulis bahwa karya sinematografi3 tergolong dalam ciptaan yang

    dilindungi.

    Saat ini, dengan adanya perkembangan teknologi terutama internet, semakin

    mengancam kekuatan perlindungan Hak Cipta terhadap Ciptaan yang dilindungi.

    Terdapat banyak penyimpangan yang dilakukan pengguna internet maupun

    pengguna media sosial, seperti penyiaran karya sinematografi secara bebas tanpa

    izin dari pemegang Hak Cipta dari karya sinematografi tersebut.

    Dewasa kini, banyak sekali media dalam internet dan media aplikasi media

    sosial yang memiliki kemampuan untuk merekam dan menampilkan gambar hasil

    rekaman supaya bisa dilihat oleh masyarakat luas baik secara langsung maupun

    tidak langsung. Proses menonton ini seringkali disebut dengan streaming process.

    Dalam dunia Internet terdapat banyak sekali pengguna yang menyediakan

    sarana berupa situs dan blog pribadi untuk melakukan tindakan penyiaran secara

    langsung suatu karya sinematografi milik orang lain yang sering kali dilakukan

    tanpa izin dan tanpa memberikan keterangan pasti mengenai informasi pemilik

    karya sinematografi.

    3 Dalam Penjelasan Pasal 40 huruf (m) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menuliskan pengertian dari karya sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar bergerak

    (moving images) antara lain film dokumenter, film iklan, reportase, atau film cerita yang dibuat

    dengan film kartun. Karya sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,

    cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukan di bioskop, layar lebar,

    televisi, atau media lainnya

  • 4

    Streaming process dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu Real Streaming

    dan Pseudo Streaming4.

    Untuk real streaming contoh media sosial yang menggunakan adalah seperti

    Bigolive, Nonolive, dan Periscope. Sedangkan, contoh dari pseudo steaming adalah

    Youtube. Tentu saja kedua cara streaming ini berbeda meskipun tidak banyak orang

    yang mengetahui bagaimana perbedaan keduanya karena biasanya kebanyakan

    pengguna aplikasi media sosial tidak memikirkan mengenai ketentuan ataupun

    dampak dari penggunaan suatu aplikasi media sosial.

    Sites like Youtube that rely on pseudo streaming create a full physical copy

    of content on your hard disk, usually in your browser’s cache. The Internet is rife

    with methods of capturing files in order to save a video you’ve watch on Youtube5.

    Dengan penjelasan tersebut diatas menunjukan bahwa pseudo streaming

    merupakan tindakan mutlak melanggar Hak Cipta karena benar-benar memenuhi

    syarat pelanggaran Hak Cipta dimana seseorang mengunduh, menonton, dan

    menyimpan suatu Hak Cipta berupa film atau video tanpa izin dari pemilik Hak

    Cipta.

    Real streaming merupakan hal yang lebih rumit dibandingkan pseudo

    streaming karena tidak ada dokumen atau file yang disimpan dalam hard disk.

    Misalnya aplikasi media sosial seperti Bigolive, Nonolive, Periscope. Aplikasi ini

    memiliki fasilitas untuk menampilkan hasil rekaman secara langsung (real

    streaming).

    4https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-

    copyright-infringement diakses tanggal 18 Oktober 2016 . Kerry Blasingim, seorang pengacara

    khusus untuk mengatasi masalah Intellectual Property Law, menuliskan dalam websitenya “There

    are two models of streaming software that I have been able to discover as I researched this issue:

    Real Streaming and Pseudo Streaming.” 5 Ibid. diakses tanggal 18 Oktober 2016

    https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringementhttps://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringement

  • 5

    Dalam real streaming, karena tidak adanya dokumen atau file yang

    tersimpan membuat sulit mengkategorikan suatu pelanggaran terhadap Hak Cipta

    karena apabila kita menonton suatu tayangan dengan cara real streaming, file yang

    kita lihat akan segera terhapus secara otomatis dari Random Access Memory (RAM)

    yang terdapat dalam komputer, laptop, tablet, handphone dan alat elektronik

    lainnya yang kita gunakan untuk melakukan kegiatan real streaming ini.

    Pada kenyataannya tentu saja kegiatan ini, meskipun tidak menyimpan file

    seperti layaknya orang yang melakukan penggandaan atau pembajakan tetap saja

    seharusnya dikategorikan sebagai perlawanan terhadap perlindungan atas suatu

    Hak Cipta.

    http://smallencode.com , http://fight-live.com adalah salah dua contoh situs

    internet yang menyediakan jasa penyiaran secara langsung atas suatu karya

    sinematografi yang seharusnya disiarkan secara legal melalui televisi berbayar

    tetapi bisa diakses secara gratis dan mudah oleh mengguna internet.

    Bigolive, Nonolive, dan Periscope, merupakan beberapa nama media sosial

    yang saat ini digemari oleh masyarakat khususnya kalangan muda dimana aplikasi

    ini dapat dipergunakan untuk menampilkan hasil rekaman secara langsung (real

    streaming).

    Fungsi dari media sosial ini secara umum adalah sebagai media untuk

    menyalurkan ekspresi atas segala bentuk kegiatan yang dilakukan melalui

    pengambilan video dan ditampilkan secara langsung sehingga pengguna Bigolive,

    atau Periscope yang lain dapat menyaksikan dan menikmati video yang diunggah

    melalui aplikasi media sosial ini.

    http://smallencode.com/http://fight-live.com/

  • 6

    Dengan kebebasan yang diberikan oleh internet maupun aplikasi-aplikasi

    tersebut membuat para pengguna menyalahgunakan fungsi sebenarnya dari media

    internet dan media sosial. Terdapat banyak sekali pengguna aplikasi Bigolive,

    Nonolive, maupun Periscope, dan pemilik situs di internet melakukan tindakan

    penyiaran terhadap karya sinematografi yang tentu saja termasuk sebagai Ciptaan

    yang dilindungi oleh Hak Cipta. Pengguna melakukan pengambilan gambar atas

    film yang diputar di bioskop secara langsung, atau yang diputar di televisi maupun

    media elektronik lain dan tidak menyertakan identitas dan keterangan dari pemilik

    Hak Cipta serta dilakukan tanpa izin sehingga merugikan pemilik Hak Cipta atas

    karya sinematogafi yang sebenarnya.

    Selain dalam Undang-Undang Hak Cipta, didalam Undang-Undang Nomor

    11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik khususnya dalam Pasal

    32 juga mengatur mengenai dilarangnya perbuatan membuat bisanya informasi

    elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain menjadi bisa dilihat oleh

    orang lain yang tidak berhak.

    Contoh dari tindakan penyiaran kembali secara langsung yang dilakukan

    oleh pengguna media terjadi di Indonesia pada karya sinematografi berupa film

    cerita yang berjudul “Warkop DKI Reborn”.

    Pada September 2016, Falcon Pictures melakukan laporan kepada Polda

    Metro Jaya karena merasa dirugikan atas tersiarnya film “Warkop DKI Reborn” di

    media sosial Bigolive yang diunggah oleh salah seorang pemilik akun Bigolive

    tanpa izin dan cara yang sah. Merasa dirugikan, Falcon Pictures mengambil jalur

    hukum supaya kasus serupa tidak akan terulang kembali.

  • 7

    Dengan munculnya permasalahan dan isu hukum seperti kejadian diatas,

    mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mengetahui perlindungan

    Hak Cipta terhadap tindakan penyiaran kembali karya sinematografi secara

    langsung (real streaming) melalui media internet maupun aplikasi media sosial.

    Maka, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian secara yuridis

    normatif melalui judul: PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA

    SINEMATOGRAFI TERHADAP TINDAKAN PENYIARAN KEMBALI

    SECARA LANGSUNG (REAL STREAMING) MELALUI MEDIA

    INTERNET

    (Kajian berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

    dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

    Elektronik)

  • 8

    Penelitian terdahulu yang pernah mengangkat permasalahan Hak Cipta atas

    karya sinematografi akan disebutkan dalam tabel penelitian sebagai berikut:

    Nomor Tahun

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    dan Asal

    Instansi

    Judul Penelitian Rumusan Masalah

    1. 2016 Gabriela Meliala

    (Fakultas

    Hukum

    Universitas

    Brawijaya)

    Perlindungan Hak

    Cipta Film Atas

    Tindakan

    Pengkomunikasian

    Film Yang

    Dilakukan Oleh

    Situs Penyedia

    Jasa Unduhan

    1. Bagaimana bentuk perlindungan

    hukum bagi

    pencipta atas

    tindakan

    pengkomunikasian

    film yang

    dilakukan oleh

    situs penyedia jasa

    unduhan?

    2. Bagaimana mekanisme

    penyelesaian

    sengketa apabila

    ada download film

    illegal melalui

    situs penyedia jasa

    unduhan?

    1.1 Tabel Penelitian Terdahulu

    Dengan adanya tabel penelitian terdahulu diatas, dapat dilihat perbedaan

    dari penelitian yang dilakukan antara penulis dengan penulis terdahulu milik

    Gabriela Meliala.

    Penulis terdahulu memiliki fokus mengenai film yang diunduh melalui

    suatu situs jasa unduhan, sedangkan fokus dari penulis sekarang adalah mengenai

    karya sinematografi yang disiarkan kembali secara langsung oleh pengguna media

    internet atau suatu aplikasi media sosial.

  • 9

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimana perlindungan hak cipta atas karya sinematografi terhadap tindakan

    penyiaran kembali secara langsung (real streaming) melalui media internet atau

    media sosial dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang

    Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

    Transaksi Elektronik?

    2. Apa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemegang Hak Cipta karya

    sinematografi terhadap tindakan penyiaran kembali secara langsung (real

    streaming) melalui media internet atau media sosial?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, dapat dilihat tujuan dari penelitian

    adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hak cipta atas karya

    sinematografi terhadap tindakan penyiaran kembali secara langsung (real

    streaming) melalui media internet atau media sosial oleh pengguna media

    internet dan pengguna media sosial

    2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik Hak Cipta

    atas karya sinematografi terhadap tindakan penyiaran kembali secara langsung

    (real streaming) melalui media internet atau media sosial.

  • 10

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Penulisan hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna dan bermanfaaat

    bagi penulis sendiri maupun pihak lain. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Untuk memberikan pengembangan dan perluasan ilmu hukum khususnya

    perihal Hukum Atas Kekayaan Intelektual terkait dengan Hak Cipta.

    b. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi lebih mengenai perlindungan

    hukum terhadap Hak Cipta khususnya karya sinematografi.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Pemerintah

    Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk semakin

    memperketat pengawasan terhadap tindakan yang memungkinkan membuat

    terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta sehingga bisa dibuat produk hukum

    yang lebih lengkap dan lebih tegas untuk kedepannya.

    b. Bagi Pengguna Internet dan Media Sosial

    Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan

    baru terhadap pengguna internet dan aplikasi-aplikasi, berkaitan mengenai

    adanya perlindungan Hak Cipta bagi pemilik Hak Cipta sekaligus menghimbau

    supaya para pengguna dapat mencegah terjadinya masalah yang diteliti untuk

    kedepannya.

  • 11

    c. Bagi Masyarakat

    Diharapkan penelitian ini bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan dan dapat

    membantu pihak-pihak yang mungkin mengalami hal serupa atas masalah yang

    diteliti.

    E. SISTEMATIKA PENULISAN

    Berikut ini akan disampaikan sistematika penulisan laporan hasil penelitian

    yang terbagi kedalam:

    BAB I: PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang dari masalah yang diteliti yaitu

    penyiaran secara langsung (real streaming) film tanpa izin melalui

    aplikasi media sosial yang memiliki kemampuan untuk melakukan

    real streaming, seperti Bigolive, Periscope, atau Netflix, dan juga

    terdapat rumusan masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat

    penelitian yang terbagi menjadi 2 (dua), yaitu manfaat teoritis dan

    manfaat praktis.

    BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini akan menguraikan lebih mendalam mengenai teori-teori

    yang mendasari dan melandasi penulisan dan pembahasan yang

    berkaitan dengan judul penelitian, yaitu mengenai perlindungan, hak

    cipta, film, penyiaran, penyiaran secara langsung, aplikasi, dan

    media sosial.

  • 12

    BAB III: METODE PENELITIAN

    Bab ini berisikan mengenai jenis dan metode pendekatan, bahan

    hukum, teknik pengumpulan dan penelusuran bahan hukum, teknik

    analisis bahan hukum dan definisi konseptual yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    BAB IV: PEMBAHASAN

    Bab ini berisikan hasil dan pembahasan dari penelitian. Dari

    penelitian ini penulis menguraikan analisa mengenai perlindungan

    Hak Cipta atas tindakan penyiaran film secara langsung (real

    streaming) melalui aplikasi jejaring sosial dan memaparkan analisa

    terhadap tindakan hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik Hak

    Cipta atas tindakan penyiaran film secara langsung dikaitkan dengan

    perlindungan terhadap tindakan penggandaan dan penyiaran tanpa

    izin.

    BAB V: PENUTUP

    Bab ini adalah bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran dari

    penulis terhadap permasalahan yang diteliti.