bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/bab i.pdf · 2019. 7. 10. · 1 bab i...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana negara-negara di dunia saat ini telah menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara dan telah mengarah pada pola perdagangan bebas. Perdagangan internasional yang mengarah pada pasar bebas ini pada dasarnya akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif dan sebaliknya juga akan membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Hal ini dapat memungkinkan para pelaku usaha di satu negara berlomba-lomba untuk mendapatkan akses pasar dan mendominasi pasar dari negara lain. 1 Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan dibidang perdagangan internasional, diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional ini. Perangkat hukum internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara terkandung dalam dokumen GATT yang ditandatangani negara-negara tahun 1947, dan mulai diberlakukan sejak tahun 1948. Dari waktu ke waktu ketentuan GATT disempurnakan lewat berbagai putaran perundingan, terakhir lewat 1 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Analisis dan Panduan Praktis, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 8

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional telah

mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana

negara-negara di dunia saat ini telah menjadi satu kekuatan pasar yang semakin

terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara dan telah mengarah

pada pola perdagangan bebas. Perdagangan internasional yang mengarah pada

pasar bebas ini pada dasarnya akan membuka peluang pasar produk dari dalam

negeri ke pasar internasional secara kompetitif dan sebaliknya juga akan

membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Hal ini dapat memungkinkan para pelaku usaha di satu negara berlomba-lomba

untuk mendapatkan akses pasar dan mendominasi pasar dari negara lain.1

Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan dibidang

perdagangan internasional, diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta

memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional ini.

Perangkat hukum internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara

terkandung dalam dokumen GATT yang ditandatangani negara-negara tahun

1947, dan mulai diberlakukan sejak tahun 1948. Dari waktu ke waktu ketentuan

GATT disempurnakan lewat berbagai putaran perundingan, terakhir lewat

1 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Analisis dan Panduan Praktis,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 8

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

2

perundingan-perundingan Putaran Uruguay (1986 – 1994).2 yang berhasil

membentuk sebuah Organisasi Perdagangan Dunia yaitu World Trade

Organization (WTO). Badan inilah yang selanjutnya akan melaksanakan dan

mengawasi aturan-aturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT

sejak tahun 1947.3

Dengan adanya WTO secara umum negara-negara berkembang memang

menghendaki adanya suatu institusi perdagangan internasional yang kuat dalam

arti dapat mengamankan secara seimbang antara hak dan kewajiban serta antar

kepentingan negara-negara anggota. Dengan adanya pertentangan-pertentangan

antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang, akhirnya pada

tanggal 14 Januari 1994 perjanjian pembentukan WTO di bentuk memenuhi

tujuannya dalam meningkatkan standar hidup, menjamin tersedianya lapangan

kerja, pertumbuhan, pendapatan riil, dan permintaan yang tinggi dan stabil,

perluasan produksi barang dan jasa, sekaligus mengoptimalkan pengggunaaan

sumberdaya yang ada sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Sekaligus melindungi dan melestarikan lingkungan serta meningkatkan cara-cara

dalam melakukannya sehingga sesuai dengan kebutuhan dan keperluan dari

berbagai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda.

Kemudian di sebutkan pula bahwa dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut

diatas, maka di lakukan perjanjian-perjanian yang di tujukan untuk mengurangi

2 Putaran Uruguay menghasilkan 15 perjanjian dalam satu paket, yang di antaranya adalah

Persetujuan Tentang Pelaksanaan Pasal VI GATT 1994 (Anti-dumping Code 1994) 3 Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional (dalam Kerangka Studi Analitis),

(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 12.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

3

tarif dan hambatan perdagangan lainya, serta menghapus perlakuan diskriminasi

dalam perdagangan internasional. Perjuangan negara-negara berkembang untuk

memperoleh kemandirian dan pengawasan (kontrol) terhadap ekonomi

internasional telah memaksa negara-negara ini untuk mengadakan hubungan-

hubungan perdagangan dengan negara-negara lainnya. Perdagangan

internasional sangat menentukan dalam menciptakan kemakmuran seluruh

bangsa. World Trade Organization (WTO) sebagai sebuah organisasi

perdagangan internasional diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan

negara di dunia dalam sektor perdagangan melalui ketentuan-ketentuan yang

disetujui bersama. Melalui WTO, diluncurkan suatu bentuk perdagangan dimana

kegiatan perdagangan antar negara diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

Pada prinsipnya World Trade Organization (WTO) merupakan suatu

sarana untuk mendorong terjadinya suatu perdagangan bebas yang tertib dan

adil di dunia ini. Dalam menjalankan tugasnya, untuk mendorong terciptanya

perdagangan bebas tersebut, World Trade Organization (WTO) memberlakukan

beberapa prinsip yang menjadi pilar-pilar World Trade Organization (WTO).4

Dengan adanya prisip-prinsip WTO tesebut, negara-negara anggota

berharap dapat bersaing secara sehat dalam perdagangan global, berdasarkan

tujuan tersebut usaha yang dapat dilakukan oleh negara-negara adalah

4 Yang terpenting di antara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Prinsip

Perlindungan Melalui Tarif, Prinsip National Treatment, Prinsip Most Favoured Nations,

Prinsip Reciprocity (Timbal Balik), Prinsip Larangan Pembatasan Kuantitatif. Prinsip Most

Favoured Nations merupakan prinsip dasar (utama) WTO yang menyatakan bahwa suatu

kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar nondiskriminatif, yakni semua negara

harus diperlakukan atas dasar yang sama dan semua negara menikmati keuntungan dari suatu

kebijaksanaan perdagangan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

4

meningkatkan ekpor dan impor untuk meningkatkan pendapatan dalam

rangka menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Dalam kondisi ini,

tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaaan tingkat kemajuan dan kemampuan

serta sumber daya masing masing negara yang memicu terjadinya

kesenjangan tingkat produksi antara negara maju dengan negara berkembang

atau negara miskin yang berpengaruh dalam lalu lintas perdagangan dan

pemenuhan kebutuhan. Perkembangan perekonomian dunia pada awal tahun

banyak diliputi permasalahan permasalahan yang kompleks dan

menimbulkan persaingan yang ketat dibidang perdagangan global. Berbagai

praktek perdagangan yang di anggap tidak jujur termasuk salah satunya adalah

praktek Dumping, semakin banyak dan merajalelah sebagai tindakan ataupun

langkah persaingan ketat tersebut.

Dumping merupakan tindakan pengekspor yang menjual barang ke negara

lain dengan harga yang lebih rendah dari harga normal barang sejenis di negara

pengimpor.5 Untuk mengantisipasi adanya praktik Dumping, maka diperlukan

suatu tindakan balasan yang diberikan oleh negara pengimpor terhadap barang

dari negara pengekspor yang melakukan Dumping berupa pengenaan bea masuk,

hal tersebut dikenal dengan istilah Anti-dumping. Indonesia merupakan salah

satu anggota WTO yang telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO

melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1994. Hal tersebut berarti Indonesia

5 Article 2.1 Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

5

tunduk terhadap ketentuan-ketentuan dalam WTO, termasuk ketentuan

mengenai sengketa Anti-dumping.6

Dengan tingginya arus globalisasi dan kompetisi perdagangan, terutama

dalam perdaganngan barang, maka sering muncul prilaku perdagangan yang

tidak adil (unfair trade practices) salah satunya adalah Dumping dan Anti-

dumping yang dilakukan oleh suatu Negara. adapun upaya tehadap hal tesebut

berupa pengaturan terhadap tindakan Dumping dan Anti-dumping telah

dilakukan.

Sebagaimana dalam uraian diatas maka terhadap bentuk bentuk praktek

dumping yang dilakukan negara negara lain, negara yang mengalami dampak

praktek politik Dumping tersebut dapat melakukan atau menerapkan tindakan

balasan. Namun penerapanya sering didasarkan kepada alasan yang tidak wajar.

Untuk itu perlu adanya prosedur-prosedur yang harus dipenuhi oleh suatu

negara yang merasa dirugikan oleh praktek Dumping dengan mengenakan bae

masuk Anti-dumping.

Penggunaan upaya Anti-dumping yang dimungkinkan dalam sistem

GATT sebagai tindakan untuk melawan praktek Dumping, pada kenyataanya

lebih banyak digunakan semata mata sebagai usaha untuk melindungi industri

dalam negri. keadaan ini di anggap menghambat kelancaran arus perdagangan

internasional. Karenanya pengaturan masalah Anti-dumping dalam sistem

perdagangan multilateral akan semakin penting, terutama negara berkembang

6 Hata, 2006, Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT & WTO, PT. Refika

Aditama, Bandung, hal 8.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

6

yang sangat berkepentingan dalam rangka meningkatkan ekpor nonmigas,

khususnya barang-barang manufaktur. Peserta perundingan Uruguay Round,

baik dari kalangan negara maju maupun negara berkembang, menganggap

memasukan masalah Anti-dumping menjadi salah satu substansi perundingan

dibidang rule making. Dalam perundingan tersebut yang diperjuangkan,

terutama mengenai penerapan ketentuan yang lebih jelas dan seimbang untuk

mencegah penggunaan aturan Anti-dumping dan tindakan Anti-dumping duties

sebagai alat proteksi yang terselubung.7

Adapun contoh kasus sengketa yang sekarang masih dalam proses

penyelesaian adalah gugatan indonesia terhadap Uni eropa pada tahun 2012

Uni Eropa telah menuduh indonesia melakukan Dumping fatty Alcohol8 di

negara mereka dengan alasan telah melakukan Dumping tersebut maka, pihak

Uni Eropa langsung mengenakan bea masuk Anti-dumping terhadap Fatty

alcohol indonesia.

Pengenaan tindakan tersebut di nilai melanggar Anti-Dumping Agreement

atau Agreement on the Implementation of Article IV of GATT 1994 General

Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Dalam aturan anti dumping code

7 H.S. Kartadjoemena, 1997:170 dikutip oleh Rachmadi usman, S.H., M.H. Hukum

persaingan usaha di indonesia, Sinar Grafika, hal 439. 8 Fatty alcohol: merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester asam lemak.

Fatty alcohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10 yang dikenal sebagai

plasticizer range alcohol, dan C8-C12 sebagai deterget range alcohol. Plasticizer range alcohol

berbentuk cair dan memiliki daya pelarut yang tinggi dapat digunakan dalam industri tinta

printer dan cat. Esterfikasi dengan polycarboxylic acid seperti phthalic anhydride menghasilkan

plasticizer khususnya untuk industri PVC. C12 – C14 alkohol banyak digunakan sebagai additif

pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak hidrolik. C16-C18 fatty alkohol

banyak digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cream, lipstik, pasta, semir dan produk

lainnya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

7

Secara umum (Anti-dumping Code 1994) membagi pengaturan Anti-dumping

dalam empat bagian besar yaitu penentuan dumping (The determination of

dumping), penentuan kerugian (The determination of injury), prosedur dan

Circumvention. dalam pengaturan pengenaan bea masusk Anti-dumping harus

melalui prosedur prosedur tertentu, salah satunya adalah penentuan

Dumping, penentuan kerugian, Industri Dalam Negeri, Penyelidikan Awal dan

Lanjutan,pembuktian.

Khusus dalalam hal pembuktian, seharusunya pihak indonesia diberikan

kesempatan untuk pembuktian yang selengkapanya pada pasal 5 Anti-dumping

code 1994 berbunyi “Semua pihak yang terkait dengan tuduhan dumping akan

diberikan kesempatan untuk memberikan bukti-bukti, termasuk jawaban

pertanyaan yang diajukan oleh pejabat berwenang. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut diberikan waktu selama 30 hari dan diperpanjang 30 hari dengan

pertimbangan dan atas sebab yang ditujukan perpanjangan itu harus diberikan

bilamana dapat dilaksanakan.

Pengenaan bea masusk Anti-dumping yang tidak melalaui prosedur

tersebut tentunya sangat merugikan pihak indonesia sehingga, indonesia

memperkarakan masalah tersebut ke WTO dengan menggugat Uni Eropa.

Direktur Pengamanan Perdagangan Ditjen Perdagangan Luar Negeri

Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan langkah membawa kasus

tersebut ke WTO bertujuan melindungi kepentingan dunia usaha nasional.

Adapun, gugatan atas tindakan Anti-dumping terhadap produk turunan dari

kelapa sawit tersebut saat ini telah memasuki pertemuan pertama (first sub

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

8

stantive meeting) di Jenewa, Swiss, yang telah berlangsung pada 25-26

November 2015.9

Indonesia sangat berkepentingan tehadap sengketa ini karena kebijakan

pengenaan tindakan Anti-dumping tersebut telah menghambat akses pasar

produk fatty alcohol asal Indonesia ke negara-negara Uni Eropa, kata Oke,

Minggu (29/11).10 Selain kasus tuduhan Dumping fatty alcohol oleh Uni

Eropa, Indonesia juga pernah mendapatkan tuduhan Dumping kertas oleh

Korea Selatan, dalam kasus Dumping kertas ini sekiranya indonesia dapat

menjadikan pedoman dalam penyelesaian sengketa dengan Uni Eropa sehingga

kasus ini tidak berlarut larut dan bisa secepatnya diselesaikansampai tuntas dan

diharapkan tidak terlalu lama seperti negara berkembang lainya, indonesia

diharapkan bisa berlitigasi dengan baik walaupun untuk berlitigasi di WTO

mempunyai banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh negara-negara

berkembang termasuk indonesia.

Dalam contoh kasus diatas, negara-negara anggota WTO memiliki

keleluasaan untuk mengatur tindakan pengaman perdagangan, seperti Anti-

dumping. Hal itu sering sekali menimbulkan masalah dan merugikan

perdagangan negara anggota WTO lainnya. Indonesia sebagai anggota WTO

sering sekali mendapat tuduhan Dumping oleh mitra dagang, sehingga tindakan

Anti-dumping sering sekali dilakukan atas barang-barang yang berasal dari

pengusaha dalam negeri.

9 Harry prabawa. antidumping fatty alcohol indonesia gugat ue ke WTO.

https://harryprabawa.com diakses tgl 12 Desember 2016 10 ibid

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

9

Dari latar belakang permasalahan di atas maka penulis mengangkat judul

penulisan hukum ini sebagai berikut ‘’Analisis Yuridis Pengenaan Bea Masuk

Anti-dumping Fatty Alcohol Indonesia di Uni Eropa Berdasarkan Perpektif

GATT-WTO’’.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah regulasi Dumping dan pengenaan bea Anti-dumping Fatty

Alcohol Indonesia di Uni Eropa menurut perpektif GATT/WTO?

2. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa perdagangan terhadap

pengenaan bea masuk Anti-dumping produk fatty alcolhol Indonesia oleh

Uni Eropa dalam ketentuan GATT/WTO?

C. Tujuan Penelitian

adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melakukan kajian yang mendalam tentang praktek Dumping dan

Anti-dumping yang melibatkan indonesia dan uni Eropa serta sebagai

sumbangsi pemikiran dalam memahami hukum perdagangan

internasiaonal maupun hukum ekonomi internasional.

2. Untuk menegetahui cara penyelesaian kasus Dumping dan Anti-dumping

yang dapat di tempuh oleh indonesia dalam sengketa anti dumping yang

diterapkan oleh Uni Eropa pada produk Fatty alcohol indonesia.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

10

D. Mamfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, adapun mamfaat

penulisan atau penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran pengembangan bidang ilmu hukum pada

umumnya dan ilmu hukum internasional dibidang hukum privat khususnya

Hukum Perdagangan Internasional, dan hukum ekonomi internasional

mengenai perdagangan Indonesia dengan masarakat ekonomi Eropa.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumbangan dan acuan bagi sistem hukum, Pakar hukum,

praktisi, Mahasiswa, dan masarakat Indonesia pada umumnya terutama untuk

menangani kasus-kasus yang terkait dengan perdagangan bebas Indonesia-

Uni Eropa sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan

perlindungan terhadap produk industri dalam negeri yang dipasarkan dalam

secara internasional, khususnya di Uni Eropa.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

atau wawasan penulis, serta untuk pengembangan teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dan sebagai

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

11

syarat akademis untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana Strata 1

(S1) di Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu reprensi untuk menambah

wawasan tentang pengetahuan akan hukum Internasional, Hukum

dagang internasoional, maupun hukum ekonomi internasional.

3. Bagi Kalangan Hukum Bisnis

Tidak dapat dipungkiri, bagi kalangan orang yang mendalami hukum

bisnis, harus memahami pula tentang hukum bisnis yang bersinggungan

dengan Hukum perdaganangan internasisonal maupun hukum ekonomi

internasional yang nyatanya sudah menjadi sangat penting dalam

perdagangan Global sehingga dapat memunculkan ahli ahli Hukum di

bidang tersebut.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian

masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai

tujuan penelitianatau penulisan.11 Penulisan ini menggunakan pendekatan

yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara

menelaah dan menginterprestasikan hal-hal yang bersifat teoritis.

11Abdul Kadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra

Aditya Bakti. hal. 112

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

12

Pendekatan ini juga dikenal dengan pendekatan kepustakaan, yaitu

mempelajari jurnal-jurnal, buku-buku, peraturan perundang-undangan dan

dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.12

2. Jenis Bahan Hukum

Bahan penelitian Hukum ini meliputi:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoratif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau risalah didalam

pmbuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim13 yang

berlaku sebagai aturan hukum yang dianut oleh WTO, adapun

aturan hukum yang akan dipakai adalah Anti-Dumping Agreement

atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994

General Agreement on Tariffs and Trade.

b. Bahan Hukum sekunder

Bahan Hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen yang tidak resmi. publikasi tersebut

terdiri atas: Pertama buku-buku teks yang membicarakan suatu

dan/beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi,tesis,dan

desertasi hukum, kedua kamus kamus hukum, ketiga, jurnal jurnal

12 Soerjono, Soekanto dan Sri Mamuji. 1985. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta. Rajawali Press. hal. 52 13 Peter Muhamad Marzuki. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Mulia.

hal. 141

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

13

hukum, dan yang keempat dan komentar komentar atas putusan

hakim. publikasi tersebut merupakan petunjuk atau penjelasan

mengenai bahan hukum primer atua bahan huikum sekunder yang

berasal dari kamus,ensiklopedia,jurnal, surat kabar, dan

sebagainya.14

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Biasanya bahan hukum tersier diperoleh dari

kamus hukum, kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris, dan

sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan Hukum yang dilakukan adalah model

studi kepustakaan (library research). Yang dimaksud adalah pengkajian

informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber,

dipublikasikan secara luas dan dibutuhkan dalam penelitian Hukum

normatif,15 yaitu penulisan yang telah didasari pada data-data yang

dijadikan obyek penulisan kemudian dikaji dan disusun secara

komprehensif dan mendalam.

4. Teknik Analisis Bahan Hukum

14 Soerjono, Soekanto dan Sri Mamuji, Op.cit.hal 33-37 15 Jhony Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Pendekatan Hukum Normatif. Malang.

Bayumedia. hal. 392

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

14

Teknik analisa yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan Teori-Teori, Asas-Asas,

Norma-Norma, doktrin dan Pasal-Pasal didalam aturan hukum dagang

internasional. Kemudian membuat sistematika dari data-data tersebut. Data

yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uaraian

secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antar jenis data.

Selanjutnya semua data akan diseleksi dan diolah sedemikain rupa,

kemudian dinyatakan secara deskriptif sehinggga selain menggambarkan

pokok permasalahan, mengungkapkan dasar hukumnya, dan dapat

memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud dalam

penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Pada penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam empat

(4) Bab yang akan membantu penulis dan pembaca untuk memahami subtansi

dari penelitian yang akan diangkat oleh penulis. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Adapun pada bab pertama ini akan memuat hal-hal yangmelatarbelakangi

penulis dalam memilih judul skripsi, serta menjadi dasar umum dalam

memahami penulisan skripsi ini. Pada Bab I berisikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/46921/2/BAB I.pdf · 2019. 7. 10. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional

15

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini memuat penjelasan dari teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang digunakan untuk

membantu penulis dalam membahas permasalahan yang diangkat sehingga

mendukung kesempurnaan penulisan ini.

3. BAB III PEMBAHASAN

Pada bab III ini berisikan mengenai pembahasan yang diangkat oleh

penulis serta dianalisa berdasarkan kenyataan yang terjadi dan didukung

dengan teori-teori dan aturan hukum yang relevan dengan permasalahan

dalam penulisan ini.

4. BAB IV PENUTUP

Bab IV merupakan bab terakhir yang akan berisikan tentang

kesimpulan dan saran dari penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis.