bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/bab i.pdf · 2018. 10. 27. ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi yang kian maju saat ini memacu perusahaan untuk
menghasilkan produksi barang yang semakin inovatif, beragam, dan canggih.
Keunggulan dan kebutuhan atas suatu barang terbaru mendorong masyarakat
(konsumen) untuk memilikinya, meskipun seringkali keadaan finansial untuk
membelinya tidak mencukupi. Terlebih lagi bagi masyarakat kelas menengah
ke bawah yang memiliki jumlah dana yang rendah, hal ini tentu merupakan
salah suatu problem tersendiri. Hal seperti inilah yang menyebabkan
munculnya lembaga–lembaga baru sebagai sumber pembiayaan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas barang–barang yang mereka
butuhkan.
Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan dana tersebut, maka muncul
bank sebagai lembaga yang melakukan match dana tersebut secara
konvensional, namun dalam kenyataan di lapangan ternyata tidak cukup
mampu untuk menanggulangi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan
masyarakat.Kegiatan bank konvensional dalam menyalurkan dana hanya
menyediakan produk – produk seperti kredit investasi (keperluan investasi),
kedit modal kerja (keperluan modal usaha), kredit perdagangan
(memperbesar/memperlancar kegiatan perdagangan), kredit konsumtif
(digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi), serta kredit
2
produktif (peningkatan bidang usaha / investasi / produksi).1 Situasi ini
menciptakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan moderat dari
bank, yang dalam hal – hal tertentu tingkat resikonya bahkan lebih tinggi,
yang kemudian dikenal sebagai lembaga pembiayaan.2
Lembaga pembiayaan baru tumbuh dan berkembang seiring dengan
adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober
1988 (Pakto 88) yang berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending,
Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito, dan Paket Deregulasi 20
Desember 1988 (Pakdes 88) yang pada dasarnya memberikan dorongan yang
lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa.3
Pakdes 88 mulai memperkenalkan usaha lembaga pembiayaan tidak hanya
sewa guna usaha (leasing) saja, tetapi juga meliputi jenis usaha lainnya yaitu,
anjak piutang (factoring), modal ventura (venture capital), kartu kredit
(credit card), perdagangan surat berharga (securities company) dan
pembiayaan konsumen (consumer finance). Selanjutnya Pakdes 1988
tersebut dituangkan dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9
tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri
1 Widianingsih, Analisis Yuridis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, Jurnal
Panorama Hukum, Vol.1 No.2, hal.87-100,hal.88 2 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing Factoring,
Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen) Bandung, Citra Aditya Bhakti, hal. 5 3 Endang Prasetyawati, Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pembiayaan
Konsumen, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 , Vol. 8, No. 16,
hal.60-65, hal.61
3
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.4
Pada penulisan ini, penulis akan fokus kepada lembaga pembiayaan.
Lembaga Pembiayaan menurut pasal 1 ayat (1) Perpres No 9 Tahun 2009
tentang Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Terdapat tiga
jenis lembaga pembiayaan berdasarkan Pasal 2 Perpres No 9 Tahun 2009
tentang Lembaga Pembiayaan, yaitu perusahaan pembiayaan, perusahaan
modal ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Serta Pasal 1 ayat
(2) Perpres No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
pembiayaan merupakan badan usaha khusus yang didirikan untuk melakukan
Sewa Guna Usaha, Pembiayaan Konsumen, Anjak Piutang, dan/atau usaha
Kartu Kredit.
Sesuai dengan Pasal 3 Perpres No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan sendiri ada empat
diantaranya sewa guna usaha (leasing), anjak piutang, usaha kartu kredit
(credit card), pembiayaan konsumen (consumer finance). Pasal 1 (5) Perpres
No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Sewa Guna Usaha (Leasing)
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna
4 Ibid.
4
usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
angsuran.
Pembiayaan konsumen merupakan sebuah perjanjian antara pihak
perusahaan pembiayaan dengan konsumen, antara konsumen dengan supplier
dan antara supplier dengan lembaga pembiayaan, bahkan dalam perjanjian
pembiayaan konsumen juga pada umumnya melibatkan pihak penanggung
resiko (lembaga asuransi) untuk menanggung kerugian yang mungkin saja
muncul pada masa pembayaran cicilan bagi barang yang menjadi jaminan
bagi hubungan utang-piutang antara konsumen dengan pihak lembaga
pembiayaan.5
Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor di Indonesia terus mengalami
pertumbuhan yang semakin pesat, meskipun kondisi ekonomi di Indonesia
cukup sulit, namun pembiayaan konsumen produk kendaraan bermotor justru
kian meningkat. Menurut riset yang dilakukan Creative Data Make
Investigation, berdasarkan jenis kendaraan bermotor, tahun 2011 nilai
pembiayaan mobil baru mencapai Rp. 69,07 triliun dan tahun 2016 telah
melambung menjadi Rp. 112,87 triliun, kemudian pembiayaan sepeda motor
tahun 2011 angkanya mencapai Rp. 66,33 triliun, tahun 2016 telah mencapai
Rp. 91,79 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada pembiayaan mobil bekas
yang mencapai Rp. 21,97 triliun ditahun 2011 dan Rp. 53,91 triliun ditahun
5 Setianto Trimulyo, Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dan Implikasi
Wanprestasi Terhadap Objek Jaminan (Studi Kasus Di Pt. Oto Multiartha Cabang Mataram),
Magister Kenotariatan Universitas Mataram Jurnal IUS, Vol. V, No.1, hal.86-109, hal.87
5
2016.6 Sedangkan presentase obyek kendaraan bermotor yang dijaminkan
fidusia periode tahun 2014-2015 sendiri untuk kendaraan roda dua adalah
11.960,760 dan untuk kendaraan roda empat adalah 3.262.500.7
Di sisi lain, yang menjadikan lembaga pembiayaan lebih unggul daripada
yang lain yaitu kemudahan yang diberikan lembaga pembiayaan konsumen
melebihi kemudahan yang diberikan oleh bank.8 Lembaga pembiayaan
konsumen memberikan keringanan karena besaran bunga yang akan
dilimpahkan sangat kompetitif dan tetap mengacu pada suku bunga acuan
Bank Indonesia, kemudahan karena seringkali bekerjasama dengan dealer
kendaraan bermotor yang hendak dibeli, pelayanan cepat yang tidak
membutuhkan waktu lama untuk mendapat persetujuan dalam membeli
secara angsuran, waktu yang singkat dikarenakan setiap perusahaan
pembiayaan menyediakan pilihan jangka waktu pelunasan yang
keputusannya diserahkan kepada calon nasabah, prosedur yang tidak berbelit
– belit karena persyaratan yang diperlukan cukup relatif sederhana seperti
identitas diri atau slip gaji. Hal seperti inilah yang menyebabkan bisnis
perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia dapat berkembang dengan
cepat.9
6 Creative Data Make Investigation & Reaserch , Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama
Industri Pembiayaan Kendaraan Bermotor di Indonesia 2017-2021, PT. CDMI, hal.12 7 Layanan Jaminan Fidusia Online, Kebijakan Jaminan Fidusia dan
Perkembangannya,www.ahu.go.id, diakses 10 Mei 2018, pukul 21.03 WIB 8 Endang Prasetyawati, 2013, Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen Di Masa Yang Akan
Datang,. Yustisia Vol.2 No.2, Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus 1945, hal.30-43, hal.31 9 Ibid, hal.32
6
Pada dasarnya dalam pelaksanaan pembiayaan konsumenkhususnya
kendaraan bermotor terdapat tiga jaminan, yaitu Jaminan utama berupa
kepercayaanbahwa debitur dapat dipercaya untuk membayar angsurannya
sampai selesai, jaminan pokok berupa jaminan fidusia karena dengan adanya
fidusia, seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang
bersangkutan akan dipegang oleh pihak kreditur sampai angsuran debitur
lunas, serta jaminantambahan yang merupakan jaminan berupa pengakuan
utang (promissory notes) atau kuasa menjual barang dari konsumen dan
(assignment of proceed) dari asuransi.10
PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance Cabang Kota Madiun (selanjutnya
disebut dengan MPM Finance Cabang Kota Madiun) adalah salah satu
perusahaan pembiayaan konsumen yang bergerak dalam pembiayaan
kendaraan bermotor, yang dalam melaksanakan kegiatannya dengan
melakukan pengikatan fidusia. Namun pada faktanya banyak kendaraan
bermotor yang dibiayai oleh PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM
Finance) Kota Madiun tidak dibuat dengan akta otentik serta tidak melakukan
pendaftaran fidusia dan akhirnya tidak memiliki sertifikat jaminan fidusia.
Apabila jaminan fidusia tidak dilakukan pendaftaran jaminan fidusia, akan
menimbulkan akibat hukum, diantaranya perlindungan hukum yang lemah
dari debitur, karena tidak adanya pendaftaran jaminan fidusia, sehingga
kreditur dapat melakukan hak eksekusinya karena telah dianggap sepihak,
10 Sintia Hati, Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pembiayaan Konsumen,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 16, hal.60-66, hal.64
7
sehingga dapat menyebabkan kesewenang-wenangan dari kreditur.11
Kesewenang – wenangan kreditur kepada debitur tersebut bisa juga
dikarenakan mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia biasanya tidak
diberikan secara penuh sesuai dengan nilai barang, atau debitur
sudahmelakukan kewajiban sebagian dari perjanjian yang dilakukan,
sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian
milik kreditur dan sebagian milik debitur. Terlebih lagi jika eksekusi terhadap
barang objek fidusia tidak dilakukan melalui badan pelelangan umum
ataupun badan penilai harga yang resmi. Tindakan tersebut, dapat
dikategorikan dalam kategori Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang
sebagaimana telah diatur di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan dapat digugat untuk mendapatkan ganti rugi.12
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rega Satya Rachellariny
di PT. Sinarmas Multifinance yang melaksanakan kegiatan usahanya di
bidang pembiayaan konsumen yang kegiatan pembiayaannya berfokus pada
pembiayaan motor. Kegiatan pembiayaannya dilakukan melalui sistem
pemberian kredit yang dibayar oleh konsumen dengan angsuran atau berkala,
yang perjanjian tersebut merupakan perjanjian hutang piutang dengan
penyerahan hak milik secara fidusia. Dan ketika ada seorang debitur yang
melakukan wanprestasi karena tidak membayar angsuran selama dua bulan,
pada akhirnya membuat pihak kreditur untuk mengambil tindakan dengan
11 Grace P. Nugroho, SH, Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia dengan Akta
di Bawah Tangan. http://www.hukumonline.com,diakses 30 Januari 2018, pukul 15.45 WIB 12 Retno Puspo Dewi, Op.Cit, hal.79
8
penyitaan obyek jaminan fidusia motor tersebut, akan tetapi proses dilakukan
dengan secara paksa dan tidak berdasarkan peraturan tentang tata cara
eksekusi jaminan fidusia yang benar. Karena tidak terima, debitur
kemudianmengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Surakarta dan ternyata
obyek jaminan motor tersebut tidak di daftarkan jaminan fidusia.13
Hal sebagaimana diatas juga masih ditemukan di PT. MDL Finance yang
merupakan salah satulembaga pembiayaan konsumen di Kota Palu yang
masih tidak melakukan tahap pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana
peraturan perundang-undangan. PT. MDL Finance tidak mendaftarkan
jaminan fidusia karena mereka beralasan biaya yang akan dibebankan kepada
debitur akan semakin besar. Sehingga permasalahan yang muncul adalah
ketika konsumen tidak membayar angsuran dalam beberapa waktu tertentu
atau tidak melunasinya maka Pihak kreditur tidak dapat secara serta merta
mengeksekusi secara langsung. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara
mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum
acara perdata hingga putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dan hal
itu memerlukan waktu yang lama.14
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian hukum dengan judul “PELAKSANAAN PEMBEBANAN DAN
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR DALAM
13 Rega Satya Rachellariny, Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan
Dalam Lembaga Keuangan Non Bank, Fakultas Hukum Universitas Sebelas, Privat Law Vol. IV
No. 2, hal 132-142, hal.134 14 Alfian, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Dalam Kontrak Pembiayaan Konsumen Di Kota
Palu, Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 1, hal. 11-20, hal.15
9
PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN JIKA DEBITUR
WANPRESTASI” (Studi Di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance Kota
Madiun)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan
Jmainan Fidusia Kendaraan Bermotor di PT Mitra Pinasthika Mustika
Finance (MPM Finance) kota Madiun Ditinjau dari Undang – Undang no.
42 tahun 1999 Jaminan Fidusia juncto Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran
Jaminan Fidusia, juncto Peraturan OJK 29/Pojk.05/2014 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan ?
2. Bagaimana Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor
di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota
Madiun Bila Debitur Wanprestasi Ditinjau dari Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan suatu hal yang penting keberadaannya dalam
menentukan awal penelitian yang ingin dicapai dari permasalahan yang ada.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Dengan Jmainan Fidusia Kendaraan Bermotor di PT Mitra
Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) kota Madiun Ditinjau dari
Undang – Undang no. 42 tahun 1999 Jaminan Fidusia juncto Peraturan
10
Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang
Pendaftaran Jaminan Fidusia, Peraturan OJK 29/Pojk.05/2014 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
2. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia kendaraan
bermotor di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang
Kota Madiun bila debitur wanprestasi ditinjau dari Undang – Undang no.
42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
D. Manfaat / KegunaanPenelitian
Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini baik secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan terutama untuk mengetahui
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia kendaraan bermotor dalam
perjanjian pembiayaan konsumen jika debitur wanprestasi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat berguna sebagai penambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti oleh penulis,
sekaligus sebagai syarat untuk penulisan tugas akhir dan
menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
11
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan masyarakat sebagai sarana untuk
memperoleh pengetahuan mengenai pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia kendaraan bermotor dalam perjanjian pembiayaan konsumen
jika debitur wanprestasi, sehingga masyarakat nantinya mengetahui
dan akan mendapatkan haknya secara adil
c. Bagi PT. Mitra Punasthika Mustika Finance (MPM Finance)
Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan acuan,
pertimbangan dan pengetahuan agar PT. MPM Finance lebih baik
lagi untuk meningkatkan mutu terutama terhadap hal pendaftaran
jaminan dan eksekusi objek jaminan sebagaimana peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan penulisan
hukum ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, yakni pendekatan
dengan memaparkan suatu fakta atau kenyataan yang terjadi di
masyarakat dengan memberikan paparan yang bersifat deskriptif, yaitu
suatu penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasikan hukum dan
melihat efektifitas hukum yang terdapat dalam masyarakat.15 Dimana
15 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Bumi
Aksara, hal. 1
12
secara yuridis peneliti berpedoman pada Undang – Undang Nomor 42
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran
Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan
Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan
Pembebanan Jaminan Fidusia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan ,Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 8 tahun 2011
Tentang Perjanian Penjaminan dan Pengamanan Eksekusi Jaminan
Fidusia, dan sosiologis berorientasi pada studi lapang PT Mitra Pinasthika
Mustika Finance (MPM Finance) kota Madiun Jawa Timur, yang
nantinya dalam studi lapang ini akan diperoleh data-data yang
dipergunakan untuk menjelaskan terkait permasalahan yang akan penulis
angkat.
2. Lokasi Penelitian
Penulis memilih lokasi penelitian di perusahaan pembiayaan PT Mitra
Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun yang
terletak di Jl. Diponegoro No.19, Klegen, Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa
Timur. Hal ini dikarenakan PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance
tersebut merupakansalah satu perusahaan pembiayaan besar yang
bergerak dalam bidang finance khususnya kendaraan roda dua Merk
Honda, oleh sebab itu peneliti memilih lokasi ini dikarenakan perlu
adanya pendaftaran jaminan fidusia bagi debitur yang memperoleh
13
fasilitas pembiayaan di PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance tersebut.
Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan eksekusi
fidusia terhadap objek jaminan yang dilaksanakan oleh MPM Finance
Cabang Kota Madiun terhadap debitur wanprestasi.
3. Jenis Data
Adapun pengambilan data yang peniliti ambil dan gunakan di dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah
peneliti mendapatkannya melalui sumber atau bahan hukum yang
dapat didapatkan secara langsung dari masyarakat. Adapun data
yang peneliti dapatkan dari masyarakat disebut sebagai data
lapangan. Berdasarkan kasus pada penelitian kali ini, sumber data
lapangan bisa peneliti peroleh langsung dengan cara sebagai berikut:
1) Wawancara dengan responden terkait permasalahan yang penulis
teliti yaitu terkait dengan perjanjian pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia di PT. MPM Cabang Kota Madiun
2) Dokumen-dokumen yang terkait dengan permasalahan yang
penulis teliti yaitu terkait pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia di
PT. MPM Kota Madiun.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen
tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat dan lain – lain yang
14
diperoleh dari sumber kedua.16 Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang dihimpun dengan cara studi
kepustakaan, studi dokumentasi, jurnal, penelitian terdahulu, dan
penelusuran internet terkait dengan penulisan karya ilmiah ini, yaitu
meliputi :
1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 42 tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia;
2. Peraturan Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor
130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi
Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan
Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan
Jaminan Fidusia;
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014
Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;
4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 8 tahun 2011
Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.;
c. Data Tersier
Data Tersier yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah
mengenai suatu pengertian yang bersifat baku di dalam bahan
hukum yang dapat menjelaskan baik di dalam bahan hukum primer
maupun di dalam hukum sekunder. Peneliti mendapatkannya
16Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, ALFABETA, Bandung, hlm. 7.
15
melalui sumber yang dapat didapatkan melalui Ensiklopedia,
Kamus, Grossary dan lain-lain.
5. Teknik Pengumpulan Data :
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan
cara pedoman :
a. Wawancara
Melalui wawancara dengan responden, peneliti dapat
memperoleh serta mengumpulkan data yang diperlukan dengan
melalui proses tanya jawab kepada pihak yang terkait serta
dianggap mengetahui banyak informasi mengenai pelaksanaan
eksekusi jaminan fidusia kendaraan bermotor dalam perjanjian
pembiayaan konsumen jika debitur wanprestasi. Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pedoman
wawancara serta membatasi jawaban-jawaban, memperhatikan
karakteristik yang diwawancarai dan membatasi aspek-aspek dari
masalah yang diperiksa.
Dalam wawancara ini peneliti menentukan sendiri sampel yang
akan diambil peneliti, tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri
oleh peneliti. Mengenai pengambilan sampel dengan berdasarkan
"penilaian" peneliti mengenai siapa saja yang pantas dalam
memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel.17 Dalam hal ini
17Febriani Puhanda, Pengertian Teknik Purposive Sampling Menurut Para Ahli,
https://www.scribd.com, Access 14 Maret 2018.
16
penulis mewawancarai responden dari PT. MPM Finance kota
Madiun yang dipilih secara purposive sampling,yang artinya adalah
teknik mengambil sampel yang dilakukan secara sengaja dan telah
sesuai dengan semua persyaratan sampel yang akan diperlukan. Dan
akan bertindak sebagai sampel dan populasi penelitian serta
diharapkan responden tersebut dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar masalah yang terkait dalam penelitian.
Terkait pemilihan debitur penulis mewawancarai responden yang
dipilih secara accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara
aksidental (accidental) dengan teknik mengambil kasus
atauresponden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian,18sehingga dalam teknik
samplingdi sini penulis mengambil responden pada saat itu juga di
PT. MPM Finance Cabang Kota Madiun,yaitu kepada :
a. Iwan Muhari yaitu branch manager di PT Mitra Pinasthika
Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun
b. Stefani Wijaya yaitu branch operation di PT Mitra Pinasthika
Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun
c. Budi yaitu salah satu pekerja di PT Mitra Pinasthika Mustika
Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun bagian divisi
collector.
18Latipun, Psikologi Eksperimen, UMM Press,Malang, hal.35
17
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsi-arsip dan buku-buku tentang
pendapat, teori atau hukum yang berhubungan dengan masalah
penelitian.19 Dalam hal ini penulis mencari dan meminta data yang
berhubungan dengan masalah penelitian pada PT. MPM Finance
Cabang Kota Madiun
c. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang akan diteliti. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-
buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis maupun
disertasi, peraturan perundang-undangan, ketetapan, ensiklopedia
dan sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. Dalam hal ini
penulis melakukan penelitian dengan mempelajari dan mengkaji
perundang-undangan, jurnal, literature atau dokumen yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
6. Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang
mempunyai suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
19Margono, 1997, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 187
18
membuat kesimpulan lebih luas.20 Setelah memperoleh dan
mendeskripsikan fakta tentang prosedur penjaminan fidusia dan
pelaksanaan eksekusi fidusia terhadap objek jaminan yang dilaksanakan
oleh pihak PT. MPM Finance Cabang Kota Madiun sebagai tempat
penelitian atau pun bahan hukum lainnya yang memiliki keterkaitan,
yang untuk selanjutnya dianalisis agar dapat di deskripsikan segala
fenomena yang terjadi dalam prakteknya. Sehingga dapat diperoleh suatu
hasil kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penelitian karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penelitian
ilmiah, maka peneliti menyiapkan suatu sistematika penelitian hukum.
Adapun sistematika penelitian hukum terbagi dalam 4 ( empat ) bab yang
saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penelitian hukum ini
adalah sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penelitian Hukum.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mendeskripsikan tentang kajian-kajian teoristik yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat, antara lain berbagai macam jurnal,
20 Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, ALFABET, Bandung, hlm. 21.
19
buku, serta himpunan peraturan perundang-undangan terkait permasalahan
yang akan dijadikan penelitian.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta akan
disajikan mengenai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis.
BAB IV: PENUTUP
Dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.