bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/bab i.pdf · 2018. 10. 27. ·...

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi yang kian maju saat ini memacu perusahaan untuk menghasilkan produksi barang yang semakin inovatif, beragam, dan canggih. Keunggulan dan kebutuhan atas suatu barang terbaru mendorong masyarakat (konsumen) untuk memilikinya, meskipun seringkali keadaan finansial untuk membelinya tidak mencukupi. Terlebih lagi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang memiliki jumlah dana yang rendah, hal ini tentu merupakan salah suatu problem tersendiri. Hal seperti inilah yang menyebabkan munculnya lembagalembaga baru sebagai sumber pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas barangbarang yang mereka butuhkan. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan dana tersebut, maka muncul bank sebagai lembaga yang melakukan match dana tersebut secara konvensional, namun dalam kenyataan di lapangan ternyata tidak cukup mampu untuk menanggulangi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan masyarakat.Kegiatan bank konvensional dalam menyalurkan dana hanya menyediakan produk produk seperti kredit investasi (keperluan investasi), kedit modal kerja (keperluan modal usaha), kredit perdagangan (memperbesar/memperlancar kegiatan perdagangan), kredit konsumtif (digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi), serta kredit

Upload: others

Post on 25-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi yang kian maju saat ini memacu perusahaan untuk

menghasilkan produksi barang yang semakin inovatif, beragam, dan canggih.

Keunggulan dan kebutuhan atas suatu barang terbaru mendorong masyarakat

(konsumen) untuk memilikinya, meskipun seringkali keadaan finansial untuk

membelinya tidak mencukupi. Terlebih lagi bagi masyarakat kelas menengah

ke bawah yang memiliki jumlah dana yang rendah, hal ini tentu merupakan

salah suatu problem tersendiri. Hal seperti inilah yang menyebabkan

munculnya lembaga–lembaga baru sebagai sumber pembiayaan alternatif

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas barang–barang yang mereka

butuhkan.

Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan dana tersebut, maka muncul

bank sebagai lembaga yang melakukan match dana tersebut secara

konvensional, namun dalam kenyataan di lapangan ternyata tidak cukup

mampu untuk menanggulangi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan

masyarakat.Kegiatan bank konvensional dalam menyalurkan dana hanya

menyediakan produk – produk seperti kredit investasi (keperluan investasi),

kedit modal kerja (keperluan modal usaha), kredit perdagangan

(memperbesar/memperlancar kegiatan perdagangan), kredit konsumtif

(digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi), serta kredit

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

2

produktif (peningkatan bidang usaha / investasi / produksi).1 Situasi ini

menciptakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan moderat dari

bank, yang dalam hal – hal tertentu tingkat resikonya bahkan lebih tinggi,

yang kemudian dikenal sebagai lembaga pembiayaan.2

Lembaga pembiayaan baru tumbuh dan berkembang seiring dengan

adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober

1988 (Pakto 88) yang berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending,

Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito, dan Paket Deregulasi 20

Desember 1988 (Pakdes 88) yang pada dasarnya memberikan dorongan yang

lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk

menyelenggarakan bursa.3

Pakdes 88 mulai memperkenalkan usaha lembaga pembiayaan tidak hanya

sewa guna usaha (leasing) saja, tetapi juga meliputi jenis usaha lainnya yaitu,

anjak piutang (factoring), modal ventura (venture capital), kartu kredit

(credit card), perdagangan surat berharga (securities company) dan

pembiayaan konsumen (consumer finance). Selanjutnya Pakdes 1988

tersebut dituangkan dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9

tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri

1 Widianingsih, Analisis Yuridis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.

130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, Jurnal

Panorama Hukum, Vol.1 No.2, hal.87-100,hal.88 2 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing Factoring,

Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen) Bandung, Citra Aditya Bhakti, hal. 5 3 Endang Prasetyawati, Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pembiayaan

Konsumen, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 , Vol. 8, No. 16,

hal.60-65, hal.61

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

3

Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.4

Pada penulisan ini, penulis akan fokus kepada lembaga pembiayaan.

Lembaga Pembiayaan menurut pasal 1 ayat (1) Perpres No 9 Tahun 2009

tentang Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Terdapat tiga

jenis lembaga pembiayaan berdasarkan Pasal 2 Perpres No 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan, yaitu perusahaan pembiayaan, perusahaan

modal ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Serta Pasal 1 ayat

(2) Perpres No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Perusahaan

pembiayaan merupakan badan usaha khusus yang didirikan untuk melakukan

Sewa Guna Usaha, Pembiayaan Konsumen, Anjak Piutang, dan/atau usaha

Kartu Kredit.

Sesuai dengan Pasal 3 Perpres No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan sendiri ada empat

diantaranya sewa guna usaha (leasing), anjak piutang, usaha kartu kredit

(credit card), pembiayaan konsumen (consumer finance). Pasal 1 (5) Perpres

No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Sewa Guna Usaha (Leasing)

adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna

usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna

4 Ibid.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

4

usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

angsuran.

Pembiayaan konsumen merupakan sebuah perjanjian antara pihak

perusahaan pembiayaan dengan konsumen, antara konsumen dengan supplier

dan antara supplier dengan lembaga pembiayaan, bahkan dalam perjanjian

pembiayaan konsumen juga pada umumnya melibatkan pihak penanggung

resiko (lembaga asuransi) untuk menanggung kerugian yang mungkin saja

muncul pada masa pembayaran cicilan bagi barang yang menjadi jaminan

bagi hubungan utang-piutang antara konsumen dengan pihak lembaga

pembiayaan.5

Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor di Indonesia terus mengalami

pertumbuhan yang semakin pesat, meskipun kondisi ekonomi di Indonesia

cukup sulit, namun pembiayaan konsumen produk kendaraan bermotor justru

kian meningkat. Menurut riset yang dilakukan Creative Data Make

Investigation, berdasarkan jenis kendaraan bermotor, tahun 2011 nilai

pembiayaan mobil baru mencapai Rp. 69,07 triliun dan tahun 2016 telah

melambung menjadi Rp. 112,87 triliun, kemudian pembiayaan sepeda motor

tahun 2011 angkanya mencapai Rp. 66,33 triliun, tahun 2016 telah mencapai

Rp. 91,79 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada pembiayaan mobil bekas

yang mencapai Rp. 21,97 triliun ditahun 2011 dan Rp. 53,91 triliun ditahun

5 Setianto Trimulyo, Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dan Implikasi

Wanprestasi Terhadap Objek Jaminan (Studi Kasus Di Pt. Oto Multiartha Cabang Mataram),

Magister Kenotariatan Universitas Mataram Jurnal IUS, Vol. V, No.1, hal.86-109, hal.87

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

5

2016.6 Sedangkan presentase obyek kendaraan bermotor yang dijaminkan

fidusia periode tahun 2014-2015 sendiri untuk kendaraan roda dua adalah

11.960,760 dan untuk kendaraan roda empat adalah 3.262.500.7

Di sisi lain, yang menjadikan lembaga pembiayaan lebih unggul daripada

yang lain yaitu kemudahan yang diberikan lembaga pembiayaan konsumen

melebihi kemudahan yang diberikan oleh bank.8 Lembaga pembiayaan

konsumen memberikan keringanan karena besaran bunga yang akan

dilimpahkan sangat kompetitif dan tetap mengacu pada suku bunga acuan

Bank Indonesia, kemudahan karena seringkali bekerjasama dengan dealer

kendaraan bermotor yang hendak dibeli, pelayanan cepat yang tidak

membutuhkan waktu lama untuk mendapat persetujuan dalam membeli

secara angsuran, waktu yang singkat dikarenakan setiap perusahaan

pembiayaan menyediakan pilihan jangka waktu pelunasan yang

keputusannya diserahkan kepada calon nasabah, prosedur yang tidak berbelit

– belit karena persyaratan yang diperlukan cukup relatif sederhana seperti

identitas diri atau slip gaji. Hal seperti inilah yang menyebabkan bisnis

perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia dapat berkembang dengan

cepat.9

6 Creative Data Make Investigation & Reaserch , Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama

Industri Pembiayaan Kendaraan Bermotor di Indonesia 2017-2021, PT. CDMI, hal.12 7 Layanan Jaminan Fidusia Online, Kebijakan Jaminan Fidusia dan

Perkembangannya,www.ahu.go.id, diakses 10 Mei 2018, pukul 21.03 WIB 8 Endang Prasetyawati, 2013, Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen Di Masa Yang Akan

Datang,. Yustisia Vol.2 No.2, Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus 1945, hal.30-43, hal.31 9 Ibid, hal.32

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

6

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pembiayaan konsumenkhususnya

kendaraan bermotor terdapat tiga jaminan, yaitu Jaminan utama berupa

kepercayaanbahwa debitur dapat dipercaya untuk membayar angsurannya

sampai selesai, jaminan pokok berupa jaminan fidusia karena dengan adanya

fidusia, seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang

bersangkutan akan dipegang oleh pihak kreditur sampai angsuran debitur

lunas, serta jaminantambahan yang merupakan jaminan berupa pengakuan

utang (promissory notes) atau kuasa menjual barang dari konsumen dan

(assignment of proceed) dari asuransi.10

PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance Cabang Kota Madiun (selanjutnya

disebut dengan MPM Finance Cabang Kota Madiun) adalah salah satu

perusahaan pembiayaan konsumen yang bergerak dalam pembiayaan

kendaraan bermotor, yang dalam melaksanakan kegiatannya dengan

melakukan pengikatan fidusia. Namun pada faktanya banyak kendaraan

bermotor yang dibiayai oleh PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM

Finance) Kota Madiun tidak dibuat dengan akta otentik serta tidak melakukan

pendaftaran fidusia dan akhirnya tidak memiliki sertifikat jaminan fidusia.

Apabila jaminan fidusia tidak dilakukan pendaftaran jaminan fidusia, akan

menimbulkan akibat hukum, diantaranya perlindungan hukum yang lemah

dari debitur, karena tidak adanya pendaftaran jaminan fidusia, sehingga

kreditur dapat melakukan hak eksekusinya karena telah dianggap sepihak,

10 Sintia Hati, Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pembiayaan Konsumen,

Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 16, hal.60-66, hal.64

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

7

sehingga dapat menyebabkan kesewenang-wenangan dari kreditur.11

Kesewenang – wenangan kreditur kepada debitur tersebut bisa juga

dikarenakan mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia biasanya tidak

diberikan secara penuh sesuai dengan nilai barang, atau debitur

sudahmelakukan kewajiban sebagian dari perjanjian yang dilakukan,

sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian

milik kreditur dan sebagian milik debitur. Terlebih lagi jika eksekusi terhadap

barang objek fidusia tidak dilakukan melalui badan pelelangan umum

ataupun badan penilai harga yang resmi. Tindakan tersebut, dapat

dikategorikan dalam kategori Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang

sebagaimana telah diatur di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan dapat digugat untuk mendapatkan ganti rugi.12

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rega Satya Rachellariny

di PT. Sinarmas Multifinance yang melaksanakan kegiatan usahanya di

bidang pembiayaan konsumen yang kegiatan pembiayaannya berfokus pada

pembiayaan motor. Kegiatan pembiayaannya dilakukan melalui sistem

pemberian kredit yang dibayar oleh konsumen dengan angsuran atau berkala,

yang perjanjian tersebut merupakan perjanjian hutang piutang dengan

penyerahan hak milik secara fidusia. Dan ketika ada seorang debitur yang

melakukan wanprestasi karena tidak membayar angsuran selama dua bulan,

pada akhirnya membuat pihak kreditur untuk mengambil tindakan dengan

11 Grace P. Nugroho, SH, Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia dengan Akta

di Bawah Tangan. http://www.hukumonline.com,diakses 30 Januari 2018, pukul 15.45 WIB 12 Retno Puspo Dewi, Op.Cit, hal.79

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

8

penyitaan obyek jaminan fidusia motor tersebut, akan tetapi proses dilakukan

dengan secara paksa dan tidak berdasarkan peraturan tentang tata cara

eksekusi jaminan fidusia yang benar. Karena tidak terima, debitur

kemudianmengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Surakarta dan ternyata

obyek jaminan motor tersebut tidak di daftarkan jaminan fidusia.13

Hal sebagaimana diatas juga masih ditemukan di PT. MDL Finance yang

merupakan salah satulembaga pembiayaan konsumen di Kota Palu yang

masih tidak melakukan tahap pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana

peraturan perundang-undangan. PT. MDL Finance tidak mendaftarkan

jaminan fidusia karena mereka beralasan biaya yang akan dibebankan kepada

debitur akan semakin besar. Sehingga permasalahan yang muncul adalah

ketika konsumen tidak membayar angsuran dalam beberapa waktu tertentu

atau tidak melunasinya maka Pihak kreditur tidak dapat secara serta merta

mengeksekusi secara langsung. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara

mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum

acara perdata hingga putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dan hal

itu memerlukan waktu yang lama.14

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian hukum dengan judul “PELAKSANAAN PEMBEBANAN DAN

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR DALAM

13 Rega Satya Rachellariny, Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan

Dalam Lembaga Keuangan Non Bank, Fakultas Hukum Universitas Sebelas, Privat Law Vol. IV

No. 2, hal 132-142, hal.134 14 Alfian, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Dalam Kontrak Pembiayaan Konsumen Di Kota

Palu, Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 1, hal. 11-20, hal.15

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

9

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN JIKA DEBITUR

WANPRESTASI” (Studi Di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance Kota

Madiun)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan

Jmainan Fidusia Kendaraan Bermotor di PT Mitra Pinasthika Mustika

Finance (MPM Finance) kota Madiun Ditinjau dari Undang – Undang no.

42 tahun 1999 Jaminan Fidusia juncto Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran

Jaminan Fidusia, juncto Peraturan OJK 29/Pojk.05/2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan ?

2. Bagaimana Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor

di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota

Madiun Bila Debitur Wanprestasi Ditinjau dari Undang – Undang

Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hal yang penting keberadaannya dalam

menentukan awal penelitian yang ingin dicapai dari permasalahan yang ada.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan

Konsumen Dengan Jmainan Fidusia Kendaraan Bermotor di PT Mitra

Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) kota Madiun Ditinjau dari

Undang – Undang no. 42 tahun 1999 Jaminan Fidusia juncto Peraturan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

10

Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia, Peraturan OJK 29/Pojk.05/2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

2. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia kendaraan

bermotor di PT Mitra Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang

Kota Madiun bila debitur wanprestasi ditinjau dari Undang – Undang no.

42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

D. Manfaat / KegunaanPenelitian

Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini baik secara teoritis

maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan

ilmu pengetahuan dan menambah wawasan terutama untuk mengetahui

pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia kendaraan bermotor dalam

perjanjian pembiayaan konsumen jika debitur wanprestasi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat berguna sebagai penambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti oleh penulis,

sekaligus sebagai syarat untuk penulisan tugas akhir dan

menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

11

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan masyarakat sebagai sarana untuk

memperoleh pengetahuan mengenai pelaksanaan eksekusi jaminan

fidusia kendaraan bermotor dalam perjanjian pembiayaan konsumen

jika debitur wanprestasi, sehingga masyarakat nantinya mengetahui

dan akan mendapatkan haknya secara adil

c. Bagi PT. Mitra Punasthika Mustika Finance (MPM Finance)

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan acuan,

pertimbangan dan pengetahuan agar PT. MPM Finance lebih baik

lagi untuk meningkatkan mutu terutama terhadap hal pendaftaran

jaminan dan eksekusi objek jaminan sebagaimana peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan penulisan

hukum ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, yakni pendekatan

dengan memaparkan suatu fakta atau kenyataan yang terjadi di

masyarakat dengan memberikan paparan yang bersifat deskriptif, yaitu

suatu penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasikan hukum dan

melihat efektifitas hukum yang terdapat dalam masyarakat.15 Dimana

15 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Bumi

Aksara, hal. 1

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

12

secara yuridis peneliti berpedoman pada Undang – Undang Nomor 42

tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran

Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan

Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan ,Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 8 tahun 2011

Tentang Perjanian Penjaminan dan Pengamanan Eksekusi Jaminan

Fidusia, dan sosiologis berorientasi pada studi lapang PT Mitra Pinasthika

Mustika Finance (MPM Finance) kota Madiun Jawa Timur, yang

nantinya dalam studi lapang ini akan diperoleh data-data yang

dipergunakan untuk menjelaskan terkait permasalahan yang akan penulis

angkat.

2. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di perusahaan pembiayaan PT Mitra

Pinasthika Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun yang

terletak di Jl. Diponegoro No.19, Klegen, Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa

Timur. Hal ini dikarenakan PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance

tersebut merupakansalah satu perusahaan pembiayaan besar yang

bergerak dalam bidang finance khususnya kendaraan roda dua Merk

Honda, oleh sebab itu peneliti memilih lokasi ini dikarenakan perlu

adanya pendaftaran jaminan fidusia bagi debitur yang memperoleh

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

13

fasilitas pembiayaan di PT. Mitra Pinasthika Mustika Finance tersebut.

Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan eksekusi

fidusia terhadap objek jaminan yang dilaksanakan oleh MPM Finance

Cabang Kota Madiun terhadap debitur wanprestasi.

3. Jenis Data

Adapun pengambilan data yang peniliti ambil dan gunakan di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah

peneliti mendapatkannya melalui sumber atau bahan hukum yang

dapat didapatkan secara langsung dari masyarakat. Adapun data

yang peneliti dapatkan dari masyarakat disebut sebagai data

lapangan. Berdasarkan kasus pada penelitian kali ini, sumber data

lapangan bisa peneliti peroleh langsung dengan cara sebagai berikut:

1) Wawancara dengan responden terkait permasalahan yang penulis

teliti yaitu terkait dengan perjanjian pelaksanaan eksekusi jaminan

fidusia di PT. MPM Cabang Kota Madiun

2) Dokumen-dokumen yang terkait dengan permasalahan yang

penulis teliti yaitu terkait pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia di

PT. MPM Kota Madiun.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen

tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat dan lain – lain yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

14

diperoleh dari sumber kedua.16 Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data yang dihimpun dengan cara studi

kepustakaan, studi dokumentasi, jurnal, penelitian terdahulu, dan

penelusuran internet terkait dengan penulisan karya ilmiah ini, yaitu

meliputi :

1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 42 tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia;

2. Peraturan Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor

130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi

Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan

Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan

Jaminan Fidusia;

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014

Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;

4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 8 tahun 2011

Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.;

c. Data Tersier

Data Tersier yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah

mengenai suatu pengertian yang bersifat baku di dalam bahan

hukum yang dapat menjelaskan baik di dalam bahan hukum primer

maupun di dalam hukum sekunder. Peneliti mendapatkannya

16Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, ALFABETA, Bandung, hlm. 7.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

15

melalui sumber yang dapat didapatkan melalui Ensiklopedia,

Kamus, Grossary dan lain-lain.

5. Teknik Pengumpulan Data :

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan

cara pedoman :

a. Wawancara

Melalui wawancara dengan responden, peneliti dapat

memperoleh serta mengumpulkan data yang diperlukan dengan

melalui proses tanya jawab kepada pihak yang terkait serta

dianggap mengetahui banyak informasi mengenai pelaksanaan

eksekusi jaminan fidusia kendaraan bermotor dalam perjanjian

pembiayaan konsumen jika debitur wanprestasi. Dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pedoman

wawancara serta membatasi jawaban-jawaban, memperhatikan

karakteristik yang diwawancarai dan membatasi aspek-aspek dari

masalah yang diperiksa.

Dalam wawancara ini peneliti menentukan sendiri sampel yang

akan diambil peneliti, tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri

oleh peneliti. Mengenai pengambilan sampel dengan berdasarkan

"penilaian" peneliti mengenai siapa saja yang pantas dalam

memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel.17 Dalam hal ini

17Febriani Puhanda, Pengertian Teknik Purposive Sampling Menurut Para Ahli,

https://www.scribd.com, Access 14 Maret 2018.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

16

penulis mewawancarai responden dari PT. MPM Finance kota

Madiun yang dipilih secara purposive sampling,yang artinya adalah

teknik mengambil sampel yang dilakukan secara sengaja dan telah

sesuai dengan semua persyaratan sampel yang akan diperlukan. Dan

akan bertindak sebagai sampel dan populasi penelitian serta

diharapkan responden tersebut dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan seputar masalah yang terkait dalam penelitian.

Terkait pemilihan debitur penulis mewawancarai responden yang

dipilih secara accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara

aksidental (accidental) dengan teknik mengambil kasus

atauresponden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian,18sehingga dalam teknik

samplingdi sini penulis mengambil responden pada saat itu juga di

PT. MPM Finance Cabang Kota Madiun,yaitu kepada :

a. Iwan Muhari yaitu branch manager di PT Mitra Pinasthika

Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun

b. Stefani Wijaya yaitu branch operation di PT Mitra Pinasthika

Mustika Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun

c. Budi yaitu salah satu pekerja di PT Mitra Pinasthika Mustika

Finance (MPM Finance) Cabang Kota Madiun bagian divisi

collector.

18Latipun, Psikologi Eksperimen, UMM Press,Malang, hal.35

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

17

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsi-arsip dan buku-buku tentang

pendapat, teori atau hukum yang berhubungan dengan masalah

penelitian.19 Dalam hal ini penulis mencari dan meminta data yang

berhubungan dengan masalah penelitian pada PT. MPM Finance

Cabang Kota Madiun

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu segala usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau

masalah yang akan diteliti. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-

buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis maupun

disertasi, peraturan perundang-undangan, ketetapan, ensiklopedia

dan sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. Dalam hal ini

penulis melakukan penelitian dengan mempelajari dan mengkaji

perundang-undangan, jurnal, literature atau dokumen yang terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang

mempunyai suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

19Margono, 1997, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 187

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

18

membuat kesimpulan lebih luas.20 Setelah memperoleh dan

mendeskripsikan fakta tentang prosedur penjaminan fidusia dan

pelaksanaan eksekusi fidusia terhadap objek jaminan yang dilaksanakan

oleh pihak PT. MPM Finance Cabang Kota Madiun sebagai tempat

penelitian atau pun bahan hukum lainnya yang memiliki keterkaitan,

yang untuk selanjutnya dianalisis agar dapat di deskripsikan segala

fenomena yang terjadi dalam prakteknya. Sehingga dapat diperoleh suatu

hasil kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penelitian karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penelitian

ilmiah, maka peneliti menyiapkan suatu sistematika penelitian hukum.

Adapun sistematika penelitian hukum terbagi dalam 4 ( empat ) bab yang

saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penelitian hukum ini

adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penelitian Hukum.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mendeskripsikan tentang kajian-kajian teoristik yang berkaitan

dengan permasalahan yang diangkat, antara lain berbagai macam jurnal,

20 Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, ALFABET, Bandung, hlm. 21.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38659/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · Pembiayaan, yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang

19

buku, serta himpunan peraturan perundang-undangan terkait permasalahan

yang akan dijadikan penelitian.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta akan

disajikan mengenai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis.

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.