bab i pendahuluan a. latar belakang pembelajaran

116

Upload: ngotuyen

Post on 07-Feb-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika merupakan salahsatu komponen pendukung bagi

berlangsungnya sistem pendidikan yang dilaksanakan di suatu negara.

Pembelajaran matematika harus diperhatikan secara khusus, karena matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang secara langsung atau tidak langsung dapat

dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan seperti sains, ekonomi, akutansi dan

statistika. Matematika adalah ilmu yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari

manusia, sehingga berguna bagi kehidupan sehari-hari manusia. Menurut

Ruseffendi (1990a) matematika diajarkan disekolah karena memang berguna;

berguna untuk kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan

dalam masyarakat. Dengan diajarkannya matematika kepada siswa di semua

jenjang pendidikan, maka matematika bisa diawetkan dan dikembangkan.

Kegunaan matematika dalam memecahkan persoalan sehari-hari diaplikasikan

dalam menghitung berat, melakukan pengukuran, mengumpulkan dan mengolah

data, penggunaan kalkulator dan dalam perhitungan penambahan atau

pengurangan suatu benda. Dalam kondisi yang lain, matematika dijadikan sebagai

ilmu pengetahuan yang mendukung kemajuan suatu negara. Menurut Ruseffendi

(1990a, hlm 13)

demi kemajuan dan pertahanan, negara harus memiliki manusia-manusia yang

menguasai matematika, misalnya untuk pembinaan anak-anak berbakat,

kemajuan teknologi dan pertahanan. Negara perlu membina khusus anak-anak

berbakat itu, sebab di atas pundak merekalah terutama kemajuan negara itu

bisa diandalkan.

Namun, sangat disayangkan ketika terdapat fakta yang menyebutkan bahwa

pelaksanaan pengajaran matematika di Indonesia dilaksanakan dengan kegiatan

yang sangat sederhana. Seperti yang dikemukakan oleh Sato (dalam Sugiman,

2009, hlm. 416-417), berdasarkan pengalamannya dalam kegiatan IMSTEP-JICA

(Indonesian mathematics and science teaching enhancement program-Japan

international agency) di Indonesia, mengemukakan bahwa:

sebagian besar guru di Indonesia masih menerapkan metode konvensional

dengan ciri-ciri:

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

2

1. Guru memberikan perintah pada sekelompok siswa dengan metode

ceramah.

2. Pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa masih berupa pertanyaan

sederhana, seperti “apakah ini?” dan “apakah ini benar?”

3. Apabila siswa dikategorikan dalam kelompok “atas”, “menengah”, dan

“bawah”; materi buku teks yang digunakan lebih cocok bagi tingkat

menengah dari kelompok atas siswa.

4. Guru cenderung mengelola pelajaran bagi tingkat menengah dari

kelompok atas siswa.

5. Siswa yang mampu memetik ilmu hanyalah mereka yang dalam kelompok

menengah.

Melihat fakta yang terjadi di lapangan, maka tidak heran ketika prestasi

Indonesia di bidang pendidikan matematika masih sangat rendah. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi siswa pada pelajaran matematika, diantaranya

adalah faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor

eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa). Faktor internal berkaitan

dengan kondisi psikologi siswa dalam menghadapi pembelajaran matematika,

sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang dapat

mendukung atau menghambat siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika.

Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi siswa dalam memandang

pembelajaran matematika adalah pandangan negatif siswa terhadap pembelajaran

matematika. Siswa selalu beranggapan bahwa matematika merupakan

matapelajaran yang sulit dan tidak mudah untuk dipahami. Seperti hasil penelitian

yang dilakukan Anggraeni (2010) pada matapelajaran matematika menyebutkan

bahwa, kecemasan siswa terhadap pelajaran matematika akan berpengaruh kepada

prestasi siswa pada pelajaran tersebut. Semakin tinggi tingkat kecemasan siswa

menghadapi pelajaran matematika maka semakin rendah prestasi siswa dalam

pelajaran matematika, dan sebaliknya semakin rendah kecemasan siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika, maka semakin tinggi prestasi yang diraih

siswa. Oleh karenanya, pembelajaran yang interaktif, inovatif, efektif, dan

menyenangkan sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa nyaman dan bahagia

pada siswa saat pembelajaran berlangsung.

Tingkat kecemasan siswa biasanya akan meningkat ketika menghadapi materi

yang lebih sulit dan lebih kompleks. Salah satu materi yang sulit di sekolah dasar

adalah materi geometri. Pembelajaran geometri harus dilakukan secara khusus

agar tidak lagi dianggap sulit oleh siswa. Guru harus melakukan persiapan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

3

pembelajaran dua kali lipat lebih bagus dibandingkan dengan materi yang lain.

Pelajaran geometri tidak bisa diajarkan seperti konsep lain yang mempunyai

tingkat kesulitan yang lebih rendah. Herawati (dalam Nuraeni, 2010, hlm. 28-29)

melaporkan hasil penelitiannya, bahwa “Masih banyak siswa sekolah dasar yang

belum memahami konsep-konsep dasar geometri datar”.

Masalah lain yang timbul dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan

komunikasi matematis siswa terhadap materi. Kemampuan komunikasi

merupakan satu hal yang penting untuk dikembangkan pada siswa sekolah dasar.

Melalui komunikasi, siswa dapat menuangkan pemikiran dan pemahamannya

terhadap materi yang diajarkan. Oleh karena itu, melalui suatu komunikasi ini

guru dapat menilai pemahaman siswa terhadap materi. Kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia dalam aspek

komunikasi matematis masih rendah. Seperti yang dituturkan oleh Rohaeti (dalam

Fachurazi, 2011, hlm. 78) dalam penelitiannya menunjukan bahwa “Rata-rata

kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang”.

Demikian juga yang dituturkan oleh Purniati (dalam Fachrurazi, 2011, hlm. 78)

bahwa “Respons siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya

kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi

matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami

kesulitan dalam menyelesaikannya”.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir geometri siswa dapat

dilakukan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan realistic

mathematics education. Menurut Maulana (2009a, hlm. 5) “Dalam praktik

pembelajaran matematika di kelas, pendekatan realistik sangat memperhatikan

aspek-aspek informal, kemudian mencari jembatan untuk menghantarkan

pemahaman siswa kepada matematika formal”. Aspek informal merupakan suatu

penggambaran peristiwa sehari-hari sedangkan aspek formal merupakan

penggambaran peristiwa dalam suatu bentuk rumus yang baku. Melalui

pendekatan RME siswa dapat membangun suatu peristiwa sehari-hari menjadi

bentuk konsep matematika baku. Begitu pula dengan konsep luas dan keliling

jajargenjang yang biasanya disajikan secara langsung dengan pemberian rumus

yang sudah ada tanpa memperlihatkan proses pembentukan rumus tersebut akan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

4

menghasilkan suatu pembelajaran yang tidak bermakna bagi siswa. Dalam hal ini,

pendekatan realistik menyajikan proses pembelajaran yang memfasilitasi siswa

untuk memahami proses pembentukan rumus luas dan keliling jajargenjang yang

berorientasi pada kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut akan berdampak

positif bagi siswa diantaranya yaitu siswa lebih cepat memahami konsep dan

tentunya pembelajaran pun bermakna bagi siswa. Pendekatan realistic

mathematics education ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis,

kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam

menyelesaikan masalah. Hal tersebut sesuai dengan fungsi matematika yang telah

dijelaskan sebelumnya. Maka dari itu, pembelajaran matematika akan lebih terasa

matematikanya dan terlihat jelas hubungan antara matematika dengan kehidupan

sehari-hari siswa melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan RME.

Penerapan pendekatan RME pada pembelajaran matematika, dapat

menciptakan suatu pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan

kemampuan komunikasi matematisnya. Pendekatan RME dipilih untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi siswa karena dalam RME terdapat

tahap komunikasi dan representasi. Melalui tahap tersebut, siswa dilatih untuk

dapat mengkomunikasikan kepada teman-temannya mengenai metode pemecahan

masalah yang ditemukannya melalui tahap pemecahan masalah dalam RME.

Dalam tahap ini, untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis

siswa terhadap materi geometri, dilakukan dengan penyampaian pendapat

berdasarkan pemikiran siswa melalui komunikasi secara lisan kepada teman-

teman di kelasnya.

Dengan penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran di kelas, diharapkan

dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh

karena itu, pendekatan RME merupakan salah satu alternatif yang dipilih untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SD dalam materi

geometri terutama pada luas dan keliling jajargenjang. Untuk melihat pengaruh

RME, terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, maka

skripsi ini disusun dengan judul: “Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics

Education terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Luas

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

5

dan Keliling Jajargenjang” (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IVa dan

IV b SD Negeri Sindangraja Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang).

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian dilakukan untuk melihat

pengaruh pendekatan pembelajaran RME terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Secara lebih rinci, rumusan penelitian ini adalah.

1. Adakah pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

RME terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada

materi luas dan keliling jajargenjang?

2. Adakah pengaruh pembelajaran matematika dengan metode konvensional

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi

luas dan keliling jajargenjang?

3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada

pembelajaran yang menggunakan pendekatan RME lebih baik dibandingkan

dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional pada materi

luas dan keliling jajargenjang?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan RME pada materi luas dan keliling jajargenjang?

5. Apa faktor yang mendukung dan menghambat berlangsungnya proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME pada materi luas dan

keliling jajargenjang?

Penelitian ini difokuskan pada materi luas dan keliling jajargenjang. Materi ini

merupakan prasyarat bagi materi volume bangun ruang yang akan ditempuh siswa

pada pertemuan selanjutnya. Materi luas dan keliling jajargenjang ini memang

seharusnya dikuasai dengan baik oleh siswa, namun guru biasanya hanya

mengajarkan dengan metode konvensional yaitu ceramah, dan biasanya rumus

luas dan keliling jajargenjang ini diberikan secara instan. Hasil pembelajaran

konvensional tersebut ternyata tidak dapat mengembangkan pola pikir siswa

terhadap materi ajar, maka dari itu diperlukan adanya suatu pembaruan dalam

pembelajaran luas dan keliling jajargenjang. Siswa sebaiknya menemukan sendiri

rumus dari luas dan keliling jajargenjang melalui metode inkuiri. Penelitian ini

dibatasi di kelas IV sekolah dasar Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

6

Kabupaten Sumedang pada semester genap tahun ajaran 2014-2015 pada pokok

bahasan luas dan keliling jajargenjang. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Pembelajaran luas dan keliling jajargenjang harus dilakukan dengan proses

matematisasi melalui pendekatan RME agar pembelajaran lebih bermakna.

2. Materi luas dan keliling jajargenjang merupakan hal yang tidak terlepas dari

kehidupan sehari-hari siswa.

3. Materi luas dan keliling jajargenjang menentukan pemahaman siswa terhadap

materi volume bangun ruang di pertemuan berikutnya.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan proses

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME sebagai upaya

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas

dan keliling jajargenjang. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut yaitu untuk

mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi

luas dan keliling jajargenjang.

2. Pengaruh pembelajaran matematika dengan metode konvensional terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan

keliling jajargenjang.

3. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

menggunakan pendekatan RME dengan pembelajaran yang menggunakan

metode konvensional pada materi luas dan keliling jajargenjang.

4. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan RME pada materi luas dan keliling jajargenjang.

5. Faktor yang mendukung dan menghambat berlangsungnya proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian bagi siswa

a. Mendapatkan pengalaman proses pembelajaran yang berbeda.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

7

b. Mendapatkan pembelajaran yang lebih memperhatikan keberhasilan siswa

dalam aspek komunikasi matematis siswa.

c. Memaknai materi ajar dengan baik melalui pendekatan pembelajaran yang

inovatif.

2. Manfaat penelitian bagi guru

a. Memberikan gambaran tentang peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa melalui penggunaan metode/pendekatan pembelajaran

yang inovatif.

b. Memberikan suatu referensi tentang suatu model pembelajaran inovatif

yang dapat meningkatkan prestasi siswa.

3. Manfaat penelitian bagi sekolah

a. Memberikan pengalaman penelitian pada sekolah.

b. Memberikan gambaran tentang kualitas sekolah.

4. Manfaat penelitian bagi peneliti

a. Menambah wawasan mengenai strategi pembelajaran yang menciptakan

pembelajaran bermakna bagi siswa.

b. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam menyelesaikan masalah pada

proses pembelajaran.

c. Menambah referensi peneliti mengenai cara penyelesaian masalah dalam

proses pembelajaran.

5. Manfaat penelitian bagi peneliti lain

a. Memberikan gambaran tentang hubungan penggunaan metode/pendekatan

pembelajaran dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Memberikan gambaran nyata mengenai penelitian yang dilakukan.

c. Sebagai referensi dalam penentuan arah penelitian yang akan dilakukan

oleh calon peneliti.

E. Batasan Istilah

1. Menurut Maulana (2011, hlm. 85) “Pendekatan pembelajaran adalah cara yang

ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan

bisa beradaptasi dengan siswa”.

2. Menurut Maulana (2009a, hlm. 5) “Dalam praktik pembelajaran matematika

di kelas, pendekatan realistik sangat memperhatikan aspek-aspek informal,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

8

kemudian mencari jembatan untuk menghantarkan pemahaman siswa kepada

matematika formal”.

3. Metode konvensional adalah metode pembelajaran yang sering digunakan

dalam pembelajaran di SD penelitian. Pembelajaran yang sering dilakukan

adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.

Menurut Sanjaya (2006) Pendekatan ekspositori adalah suatu langkah

pengajaran di mana guru biasanya lebih menekankan pada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

4. Menurut Depdiknas (dalam Mardhiyanti, dkk, 2010, hlm. 2) “Kemampuan

komunikasi matematis merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa

untuk dapat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan,

tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam soal matematika”.

Menurut Maulana (2011, hlm. 55) indikator dari kemampuan komunikasi

matematis adalah sebagai berikut:

a. Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide

matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan,

dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

d. Mendengarkan berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan

generalisasi.

g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.

Indikator komunikasi matematis yang dipakai dalam penelitian ini adalah (a)

menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;

(b) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan,

dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar; (c) menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; (d) mendengarkan,

berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

5. Jajargenjang adalah bangun datar yang dibentuk dari empat buah sisi dan sisi

yang saling berhadapan sejajar dan mempunyai panjang yang sama, salah satu

sisi yang berhadapan adalah satu pasang sisi miring yang sejajar dan sama

panjang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran

9

6. Luas jajargenjang adalah besaran yang menyatakan jumlah isi pada bagian

permukaan jajargenjang. Luas jajargenjang dapat dicari dengan mengalikan

panjang alas dengan tinggi suatu jajargenjang.

7. Keliling jajargenjang adalah panjang garis terluar pada jajargenjang. Keliling

jajargenjang dapat dicari dengan menjumlahkan keseluruhan garis terluar dari

jajargenjang atau bisa digunakan rumus:

Keliling jajargenjang = 2 (alas+sisi miring) = 2alas + 2sisi miring