bab i pendahuluan a. latar belakang masalahthesis.umy.ac.id/datapublik/t39915.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kinerja birokrasi saat ini menjadi isu yang sangat strategis karena memiliki dampak
yang luas dalam hal ekonomi maupun politik. Dalam hal ekonomi, perbaikan kinerja
birokrasi akan dapat memperbaiki kondisi keuangan yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa
Indonesia agar bisa keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sedangkan dalam hal
politik perbaikan kinerja birokrasi pelayanan akan memiliki dampak luas terutama dalam
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Semangat reformasi telah mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan
pembaharuan dan peningkatan sistem pemerintahan negara dalam pembangunan,
perlindungan dan pelayanan masyarakat guna mendorong kebutuhan serta kepentingan
masyarakat. Rakyat menghendaki agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-
sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sebagaimana
diamanatkan dalam TAP PMRNOMOR XI/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN.1 Orientasi pada kekuasaan yang kuat selama ini telah membuat
birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk melayani publik.
Dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)
diperlukan adanya langkah pembaharuan atau reformasi birokrasi. Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik(Good Governance) dalam administrasi publik dan pelaksanaan
1Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara diakses dari http://www.dprd-
bandungkota.go.id/attachments/article/449/BAB%20III%20KEBIJAKAN%20DIBDANG%20PENDAYAGUNA
AN%20APARATUR%20NEGARA.pdf pada tanggal 30 september 2014 pukul 19.42.
akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan merupakan wujud responsibilitas pemerintah
terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan bangsa dan negara.
Di Indonesia, walaupun reformasi sudah berjalan, namun masih ada kendala lain
yang harus dihadapi, antara lain; struktur organisasi yang kurang proporsional karena
kelembagaan pemerintah belum sepenuhnya berprinsip pada organisasi yang efisien dan
rasional, rendahnya tingkat responsibilitas di lingkungan instansi pemerintahan dalam
mengemban tugas dan amanahnya, praktik KKN belum sepenuhnya teratasi, pelayanan
publik belum sesuai dengan harapan masyarakat, terabaikannya nilai etika dan budaya
kerja serta sistem dan prosedur kerja yang kurang efektiv dan efisien di lingkungan instansi
pemerintahan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sering mendapat sorotan terhadap kinerjanya,
dikarenakan image yang tercipta dari PNS terlanjur buruk, seperti kurang produktif, suka
korupsi dan menghamburkan uang negara, rendahnya etos kerja, sering bolos, dan
sebagainya.Tingkat kinerja pegawai masih dibilang rendah karena kebanyakan dari mereka
hanya datang, mengisi absen, ngobrol, lalu pulang tanpa memberikan jasa mereka dalam
pekerjaan yang dapat mewujudkan tujuan bersama suatu organisasi pemerintah.Melihat
berbagai permasalahan yang timbul, maka dibuatlah Undang-Undang baru No.5 Tahun
2014 khusus tentang Aparatur Sipil Negara yang melingkupi standar perektutan yang
berbasis merit sistem, peraturan kerja pegawai aparatur negara,hingga sanksi yang
diberlakukan jika tidak mentaati UU tersebut.
Pengertian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada
instansi pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari PNS dan PPPK yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.2
Keluarnya UU tersebut diharapkan dapat membawa perubahan dalam manajemen
kepegawaian serta pengembangan kapasitas pegawai di Indonesia yang berdampak pada
kinerja pegawai ASN yang nantinya akan diukur setiap tahun secara individual dan sistem
penggajian yang berdasar pada beban kerja yang diberikan. Alasan lain pembuatan UU
ASN ini juga karena di era sekarang kebanyakan birokrasi lebih mengabdi pada
kepentingan politik yang sedang berkuasa, bukan untuk melayani kepentingan publik.
Padahal pada hakekatnya birokrasi merupakan abdi negara yang memenuhi dan melayani
kepentingan publik.
Dalam UU ASN mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme ASN.
Jabatan dalam UU ASN terdiri dari jabatan fungsional, jabatan administratif serta jabatan
pimpinan tinggi, istilah PNS diganti menjadi ASN, dan ada perubahan batas usia pensiun
yang semula 56 tahun diperpanjang menjadi 58 tahun sementara pejabat pimpinan tinggi
(eselon I dan II) 60 tahun. Perubahan-perubahan tersebut didasarkan pada sistem merit,
yang lebih menekankan profesionalisme, kualitas, kompetensi, kinerja, obyektivitas,
transparansi serta bebas dari intervensi politik dan praktik KKN untuk pengisian jabatan.
Menurut Wakil Menteri Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Profesor Eko Prasojo, UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam
manajemen SDM. Pertama, perubahan dari pendekatan personel administration yang hanya
berupa pencatatan administratif kepegawaian kepada human resource management yang
menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola,
dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed career
2UU No. 5 th 2014 tentang ASN, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (1) dan (2).
system yang sangat berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open career
system yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian
jabatan. Hal ini menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah profesi yang harus memiliki
standar pelayanan profesi, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan dan
pengembangan profesi, serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-nilai
dasar profesi. Profesi ASN ini juga akan terdiri dari profesi-profesi spesifik yang lazimnya
dikenalsebagai jabatan fungsional seperti dosen, guru, auditor, perencana, dan analis
kebijakan.3
Seperti yang dikutip oleh Irfan Mufti dalam tulisannya, jika memperhatikan konsep
Weber maka tipe ideal birokrasi dalam pemerintahan adalah lembaga pemerintahan yang
dalam kegiatannya berdasarkan pada kemampuan pegetahuan, artinya kesesuaian antara
posisi birokrasi dengan orang yang menempatinya.4 Dengan kata lain bahwa setiap jabatan
hanya diisi oleh orang yang mempunyai kemampuan yang tepat baik akademik maupun
teknis.
Mengetahui bahwa kinerja birokrasi di Indonesia rendah, maka diperlukan adanya
peningkatan kompetensi terhadap aparaturnya baik secara individu maupun kelompok guna
meningkatkan produktifitas dan profesionalitas kerja. Kompetensi dalam hal ini mengarah
pada kompetensi birokrasi yaitu kemampuan yang dimiliki oleh para pegawai ASN dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan sesuai dengan bidang masing-
masing.Pengingkatan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja layanan yang
3UU ASN untuk Profesionalisme dan Independensi Birokrasi diakses dari
http://m.kompasiana.com/post/read/620175/1/uu-asn-untuk-profesionalisme-dan-independensi-birokrasi.html pada
tanggal 30 september 2014 pukul 20.30 4Irfan Mufti. Tantangan Reformasi Birokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.8 No.2, Oktober 2012.hlm
29-46
diberikan, serta yang akan penulis teliti dengan obyek penelitian di Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kabupaten Bantul.
Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta,
ibukotanya adalah Bantul. Motto kabupaten Bantul adalah “Projotamansari” yakni
singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo Royo-Royo, Tertib, Aman, Sehat Dan Asri.
Secara administratif, kabupaten bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 kelurahan, serta
terdapat jajaran SKPD antara lain yaitu Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Kantor-
Kantor, Badan-Badan, Dinas-Dinas, BUMN dan BUMD.5 Saat ini Kabupaten Bantul
termasuk Kabupaten yang sedang memerlukan banyak tenaga aparatur dalam masing-
masing instansi untuk menjalankan tugasnya, misalnya tenaga kesehatan, tenaga pengawas
perusahaan, tenaga teknis dan tenaga pendidik atau guru.6 Dengan demikian diharapkan
perekrutan C/ASN dimasa mendatang benar-benar memperhatikan dan menyaring calon
aparat yang berkompetensi sesuai bidangnya.
Salah satu Badan Pemerintah Daerah yang terdapat di Kabupaten Bantul adalah
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang fungsinya sebagai pendukung atas
penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang kepagawaian serta perumusan kebijakan
teknis bidang kepegawaian.Dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak, sudah tentu
membutuhkan banyak perhatian dan pelayanan dari pemerintah, yang membutuhkan peran
dari BKD sendiri selaku pembantu penyelenggara ASN.Namun, banyaknya penduduk
tidak sebanding dengan tenaga pelayan masyarakat yang terdapat di kabupaten bantul,
misalnya tenaga pendidik atau guru yang belum terpenuhi.
5 Profil Kabupaten Bantul, diakses dari http://www.bantulkab.go.id/pemerintahan/pejabat.html pada tanggal 30
september 2014 pukul 19.00 6 Bantul kekurangan tenaga PNS diakses dari http://jogja.antarnews.com/berita/326808/pemkab-bantul-kekurangan-
tenaga-pns-tenaga-teknis pada tanggal 5 november 2014 pukul 16.00
Peningkatan kompetensi sangat penting bagi aparatur negara untuk mewujudkan
pelayanan yang profesional dan handal.Tuntutan tersebut dikarenakan peranannya yang
sangat strategis sebagai alat penggerak jalannya pemerintahan serta sebagai ujung tombak
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.Dengan peran dan posisinya yang sangat
strategis, PNS diharapkan mampu terus berkembang dengan meningkatkan kualitas dan
kompetensinya.Dihubungkan dengan kondisi nyata Indonesia saat ini yang masyarakatnya
sedang berkembang dari tradisonal ke modern, dengan adanya peningkatan kompetensi
tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat yang berada di lapisan bawah agar tetap
mendapatkan layanan yang adil, tidak bertele-tele serta akuntabel. Penetapan standar
kompetensi juga diperlukan untuk pengukuran tingkat kinerja seorang aparatur.Hal
tersebut tidak lepas dari kualitas SDM Aparatur yang dimiliki setiap individu.
Dari sisi kapasitas individual PNS, data hasil Pendataan Ulang PNS Tahun 2003
menyebutkan, dari jumlah 3.541.961 orang PNS, persentase terbesar adalah mereka yang
berpendidikan SLTA (38,6 %), dan yang berpendidikan S-1 sebesar 26,6 %. Sedangkan
mereka yang berpendidikan pascasarjana (S-2 dan S-3) hanya sebesar 2,8 %.PNS yang
berpendidikan SLTP ke bawah adalah sebesar 6,5 %.7Dari data tersebut dapat dilihat dari
tingkat pendidikan bahwa PNS yang memiliki jenjang pendidikan tinggi hanya sedikit, itu
menunjukkan pada masa itu banyak sekali PNS yang minim pengetahuan dan kompetensi.
Di bantul sendiri terdapat 11.147 PNS (data 30 juni 2014) dengan tingkat pendidikan
S1 paling tinggi yaitu sebanyak 5.738 jiwa8, yang menunjukkan sudah ada kemajuan dalam
tingkat pendidikan sebagai aparatur negara dengan pengetahuan yang semakin luas.
7Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang Efektif diakses dari
http://www.stialan.ac.id/artikel/artikel%20akhyar_effendi.pdf pada tanggal 14 oktober 2014 pukul 22.18 8Jumlah dan Komposisi C/PNS Kabupaten Bantul diakses dari http://bkd.bantulkab.go.id/index.php/statistik pada 14
oktober 2014 pukul 23.00
Namun demikian peningkatan kompetensi harus tetap dilakukan, karena jika tidak, maka
akan berdampak pada pelayanan pada masyarakat, bekerja asal-asalan, tidak efisien dan
hasil tidak sesuai dengan SOP yang berlaku.
Selain itu terdapat tuntutan, mengapa kompetensi penting dimiliki oleh sorang aparat,
antara lain9:
a. Tugas, pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan aparatur adalah memberikan
pelayanan publik.
b. Pelaksanaan kepemerintahan yang baik (Good Governance).
c. Dalam upaya mengimbangi perubahan lingkungan strategis yang cepat
berubah, baik intrnal maupun eksternal.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi yang
sedang berlangsung, yang tidak dapat ditolak atau dicegah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah.
Untuk menentukan Standar Kompetensi Jabatan, telah ditetapkan Keputusan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011 tanggal 28 Juni 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Pedoman ini merupakan panduan bagi setiap
instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menyusun standar kompetensi
jabatan pada instansi masing-masing.10
Dengan adanya UU ASN ini pemerintah Kabupaten Bantul khususnya BKD
diharapkan dapat memberikan pelayanan prima untuk masyarakat dengan mengutamakan
9Kompetensi PNS, Apa, Mengapa dan Bagaimana dikases dari
http://bkd.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/15 pada 20 oktober 2014 pukul 15.00 10
ibid
profesionalisme, SDM, integritas dan kompetensi pegawai serta memberikan perubahan
kinerja sebelum dan sesudah adanya UU ASN.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada
narasumber yaitu perwakilan dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bantul (BKD),
karena penulis ingin menggali lebih dalam untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
guna menyelesaikan penelitian ini. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, muncul permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana upaya yang dilakukan BKD Bantul dalam meningkatkan kompetensi
ASN berdasarkan UU no.5 tahun 2014 tentang ASN ?
2. Adakah perubahan kinerja yang terjadi di BKD Bantul setelah adanya UU no.5
tahun 2104 tentang ASN?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan, yaitu :
1) Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan BKD dalam
meningkatkan kompetensi ASN sesuai dengan UU ASN.
2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan kinerja dalam BKD setelah
adanya UU ASN.
Penulisan proposal penelitian ini juga bertujuan untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan serta untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar
kesarjanaan (S1) pada program studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan proposal penelitian ini yaitu:
A. Manfaat Teoritis
Agar dapat digunakan sebagai literatur atau referensi bagi penelitian berikutnya
yang terkait tentang peningkatan kompetensi ASN berdasarakan UU ASN
khususnya di BKD Kabupaten Bantul serta untuk mengetahui dan memahami
masalah-masalah yang terjadi di sekitar kita khususnya di lingkungan instansi
pemerintahan.
B. Manfaat Praktis
a) Bagi pemerintah, agar menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam
pengambilan langkah-langkah kebijakan yang akan diterapkan dalam
sistem pemerintahan yang akan datang.
b) Bagi masyarakat, agar dapat digunakan sebagai bahan kajiandalam
melaksanakan tugas yang diberikan, baik bagi pekerja maupun
mahasiswa.
c) Bagi penulis, agar menjadi bahan pembelajaran untuk melatih dan
mengasah daya pikir dalam melihat permasalahan yang terjadi di
lingkungan kerja.
E. Sistematika Penulisan
Laporan hasil penelitian ini akan trdiri dari empat (4) bab yang meliputi ;
BAB I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat mengapa diadakannya penelitian ini, teori yang dipakai serta
metode yang digunakan penulis dalam penelitian.
BAB II, berisi tentang deskripsi wilayah Kabupaten Bantul dan BKD Kabupaten
bantul yang meliputi sejarah, visi misi, struktur organisasi dan sebagainya.
BAB III, peneliti akan membahas tentang strategi atau upaya apa saja yang
dilakukan BKD Kabupaten Bantul untuk meningkatkan kompetensi para aparatur negara
serta adakah perubahan kinerja aparatur negara sesuai dengan UU ASN saat ini.
BAB IV, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah
dikemukakan serta saran yang diharapkan memberi masukan kepada pemerintah atau
instansi terkait.
F. Kajian Teori
1. Teori Kompetensi Birokrasi
Peningkatan kompetensi pegawai menjadi penting agar penempatan
pegawai sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Penempatan jabatan dalam
birokrasi seringkali didasari oleh kepentingan politik yang berkuasa tanpa
mempertimbangkan kemampuannya, alhasil kinerja layanan birokrasi yang kita
dapatkan tidak maksimal.
Konsep mengenai kompetensi bukan hal baru bagi kita, karena sebenarnya
konsep ini sudah ada sejak tahun 1960-1970an. Menurut McClelland dalam
bukunya Testing for Competence Rather Than Intellegenceyang dikutip oleh
Moeheriono, menyebutkan bahwa ada sesuatu karakteristik dasar yang lebih
penting dalam memprediksikan kesuksesan kerja pada individu seseorang,
namun sesuatu itu lebih berharga dari kecerdasan akademik itu sendiri. Namun
demikian, sesuatu itu dapat ditentukan lebih akurat dan dapat menjadi titik
penentu pembeda (critical factor) antara seorang star performer dan seorang
dead wood atau orang yang satu dengan orang lainnya.11
1.1 Pengertian Kompetensi
Pengertian kompetensi oleh Spencer yang dikutip oleh Moeheriono adalah
karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki
hudungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi
tertentu (A competency is an underlying characteristic of an individual that is
causally related to criterian referenced effective and or superior performance in
a job situation).12
Sementara menurut Amstrong yang dikutip oleh Tahir, menyebutkan
bahwa kompetensi merupakan knowledge, skill dan kualitas individu untuk
mencapai kesuksesan pekerjaannya. Selanjutnya menurut Buyung yang dikutip
oleh Tahir, kompetensi adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang
ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat
kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik.13
Berdasarkan definisi tersebut, jika dihubungkan dengan birokrasi maka
dapat ditarik makna seperti :
11
Moeheriono(2010).Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.(Bogor : Ghalia Indonesia).hlm.3 12
ibid 13
A.T. Tahir. (2014). Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap Kinerja Pelayanan Publik (Suatu Penelitian Pada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah) (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Gorontalo).hlm.2
a. Karakteristik Dasar, yaitu kepribadian atau bagian dari diri seorang
aparatur yang harus dimiliki dan dapat dilihat dari berbagai tugas
pekerjaan yang diberikan.
b. Sebab-akibat, maksudnya yaitu jika seorang aparatur mempunyai
kompetensi yang tinggi dibidangnya, maka kinerja yang dihasilkan akan
tinggi pula (the right man on the right job).
c. Kriteria yang dijadikan acuan maksudnya kompetensi dapat
memprediksikan seorang aparatur dapat bekerja dengan baik, jika aparat
tersebut terstandar dan mempunyai spesifikasi.
Menurut teori dari Spencer yang dikutip oleh Moeheriono, terdapat 5
(lima) karakteristik dasar seorang aparat yang berkompeten, yaitu motif
(motive), sifat (trait), konsep diri (self concept), keterampilan (skill) serta
pengetahuan (knowledge), yang diharapkan dapat memprediksi kinerja seorang
aparat.14
Kebijakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) sendiri
menegaskan bahwa kompetensi merupakan persyaratan dan pertimbangan
penting dalam penataan Pegawai Negeri Sipil (PNS), seperti yang sudah diatur
dalam UU No.43 Tabun 1999 tentang Perubahan Atas UU No.8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, khususnya pada pasal 17.15
Muncul pendapat lain, bahwa Kompetensi adalah kombinasi kecakapan
(skills),kemampuan (abilities), dan pengetahuan (knowledge)yang dibutuhkan
untuk mengerjakan suatu tugas spesifik, menurut National Postsecondary
14
Moeheriono, op.cit, hlm.8 15
Moeheriono, op.cit,hlm.25
Education Cooperative,yang dikutip oleh Apriani F.16
Menurut Mc.Clelland
dalam Sedarmayanti yang dikutip oleh Astuti& Zunaidah, kompetensi adalah
karakteristik mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung
terhadap, atau dapat memprediksikan kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain,
kompetensi adalah apa yang outstanding performers lakukan lebih sering, pada
lebih banyak situasi,dengan hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan
penilai kebijakan.17
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, kompetensi aparatur berkaitan
dengan sifat atau kepribadian seorang aparat yang dijadikan sebagai dasar
kemampuan dalam menjalankan segala tugas yang diberikan.
1.2 Pengertian Birokrasi
Menurut Robbins dalam Sembiring, yang dikutip oleh Lenda S.N,
menyatakan budaya birokrasi/organisasi merupakan suatu sistem dari makna/arti
bersama yang dianut oleh para anggotanya yang membedakan organisasi dari
organisasi lainnya; budaya organisasi adalah produk dari semua karakteristik
organisasi, para anggotanya, kesuksesan dan kegagalannya.18
Menurut Taliziduhu Ndraha dalam bukunya kybernologi yang dikutip oleh
Rantepadang, mengungkapakan tiga macam arti birokrasi, birokrasi diartikan
sebagai “Goverment by bureus“ yaitu pemerintahan biro oleh aparat yang di
16
F. Apriani.(2011). Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja.Bisnis &
Birokrasi Journal, 16(1).hlm.13-17 17
F.F Astuti&Z. Zunaidah.(2012).Pengaruh Perubahan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Dan Kompetensi Terhadap
Kinerja Pegawai (Studi Pada Bagian Pengadaan Barang/Jasa Di Sekretariat Dprd Provinsi Sumatera
Selatan).Jurnal Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 10(20), 59-80. 18
S. N. Lenda (2013). Pengaruh Budaya Birokrasi Terhadap Kinerja Aparatur Di Sekretariat Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Acta Diurna, 2(4).
angkat oleh pemegang kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan dalam sebuah
organisasi formal baik publik maupun privat. Kedua, birokrasi diartikan sebagai
sifat atau perilaku pemerintahan, yaitu sifat kaku, macet, berliku, dan segala
tuduhan negatif terhadap instansi yang berkuasa. Ketiga, birokrasi sebagai tipe
ideal organisasi.19
Menurut Weberdalam Hariandja yang dikutip oleh Nurhamni, menjelaskan
birokrasi merupakan bentuk organisasi yang paling rasional, menurut Griffin
dalam Santoso yang dikutip Nurhamni, menyebut birokrasi adalah
strukturorganisasi yang diperkenankan oleh Weber dengan karakteristikadanya
hirarkhi wewenang, system prosedur, peraturan danpembagian kerja, selanjutnya
menurut Almond dan Powel dalam Hariandja Denny yang dikutip oleh
Nurhamni memberikan definisi birokrasi pemerintah publikdalammenjalankan
fungsi-fungsi Negara dalam mengayomi warganyasebagai sekumpulan tugas dan
jabatan yang terorganisir secaraformal, yang saling berhubungan dalam jenjang
kompleks di bawahpembuat tugas atau peran formal, sedangkan menurut Michan
dalamHariandja Denny yang dikutip oleh Nurhamni, bahwa birokrasi adalah
sekelompokorang yang menjalankan tugas-tugas mereka menurut aturan-
aturandan prosedur Negara yang mengayomi warganya yang telahditetapkan
berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatan.20
Birokrasi ini biasanya lebih kepada sistem pemerintahannya yang
dijalankan oleh pegawai pemerintah berdasarkan dengan jabatan dan jenjang
19
C. Rantepadang. (2013). Profesionalisme Birokrasi Pemerintahan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik Di
Kecamatan Sinonsayang.Governance Journal, 5(1). 20
N. Nurhamni. (2014). Pengaruh Perilaku Birokrasi Terhadap Kualitas Pelayanan Pada Masyarakat.Academica
Journal,Fisip Untad.3(2).hlm 686-696
hirarki, namun birokrasi pemerintahan di Indonesia mempunyai citra yang
lamban, berbelit-belit dan tidak transparan.Untuk itu diperlukan birokrat yang
berkompeten dalam bidangnya.
Dari pegertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi birokrasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh aparaturnya
selaku pegawai pemerintah (birokrat) dalam bidang masing-masing sesuai
jabatan yang dimiliki agar dapat mengemban tugas dan kewajibannya dengan
baik dan lebih professional dalam kinerjanya, karena organisasi birokrasi tidak
dapat terlepas dari pegawai aparaturya dalam menjalankan segala kebijakan
yang sudah ditentukan.
Gambar 1.1
Sumber: http://organisasi.malangkota.go.id
Berdasarkan gambar di atas, bisa dilihat bahwa kondisi birokrasi di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu sebaiknya pemerintah
dapat membenahi sistem birokrasi serta tata kelola pemerintahan yang ada
sekarang ini dengan kebijakan yang lebih sesuai dengan keadaan negara kita
serta peningkatan dalam kompetensi SDM aparatur harus lebih diperhatikan.
1.3 Jenis Kompetensi
Rincian kompetensi jabatan pada organisasi publik atau instansi
pemerintah bagi pegawai aparatur terdiri atas masing-masing kompetensi dasar
(basic competence) dan kompetensi bidang (specific competence), hal tersebut
berdasarkan surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 46a Tahun
200321
, sebagai berikut:
a. Kompetensi Dasar (Basic Competence)
Integritas, yaitu bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai
kebijakan organisasi dan kode etik profesi.
Kepemimpinan, yaitu tindakan yang dapat mempengaruhi orang
lain agar orang lain tersebut mengikuti serta mendukung sesuatu
yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu organisasi.
Perencanaan dan pengorganisasian, yaitu menyusun rencana kerja
dan melakukan tindakan tertentu dengan mempertimbangkan unit
kerja lainnya sebagai satu tim serta mencapai tujuan bersama
dalam organisasi.
Kerjasama, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dengan orang
lain dan kemauan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok.
Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam
kondisi apapun dan dimanapun di dalam pekerjaannya.
21
Moeheriono, op.cit. hlm.27
b. Kompetensi Bidang (Specific Competemce)
Kompetensi bidang merupakan keahlian tertentu yang dimiliki
sesuai dengan bidang atau tugas atau pekerjaannya dalam suatu
organisasi serta dapat dipertanggungjawabkan.Sebagai contoh seorang
aparatur yang mempunyai tingkat pendidikan S1 Teknologi Informasi,
maka sebaiknya ditempatkan pada bagian komputer karena sesuai
dengan bidangnya, untuk mengolah kebijakan-kebijakan melalui
teknologi masa kini.
Menurut David Robotham yang dikutip oleh Ratu Megalia, kompetensi
dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni: (1) Technical competence, (2)
Managerial competence, (3) Interpersonal competence atau
Social/Communication competence, dan (4) Intellectual competence.22
1. Technical Competence atau kompetensi teknik yaitu kompetensi
mengenai bidang tertentu yang menjadi tugas pokok dan harus
dilaksanakan masing-masing aparatur.
2. Managerial Competence atau kompetensi manajerial yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan kemampuan manajerial yang dibutuhkan
dalam menangani tugas organisasi.
3. Interpersonal Competence atau Social/Communication
Competenceatau kompetensi sosial, yaitu kemampuan dalam
22
Ratu Megalia.(2011). Manajemen Peningkatan Kompetensi Aparatur : Studi Tentang Implementasi Kebijakan
Reformasi Sdm Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Sains Sosial Dan
Kemanusiaan (Sosiohumanika) 4 (2), 259-286.
melakukan komunikasi yang dibutuhkan suatu organisasi dalam
pelaksanaan tugas.
4. Intellectual Competence atau kompetensi intelektual, yaitu
kemampuan berfikir strategis untuk masa yang akan datang, seperti
merumuskan visi, misi, strategi untuk mencapai tujuan organisasi
sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Sementara Menurut Muins yang dikutip oleh Tim Peneliti dari STIA LAN
Makassar sebagai Laporan hasil penelitian,ada tiga jenis kompetensi yaitu: (1)
Kompetensi profesi, (2) Kompetensi individu, dan (3) Kompetensi social.23
Kompetensi profesi merupakan kemampuan untuk menguasai
keterampilan/keahlian pada bidang tertentu, sehingga tenaga kerja
mampu bekerja dengan tepat, cepat teratur dan bertanggungjawab.
Kompetensi Individu, merupakan kemampuan yang diarahkan pada
keunggulan tenaga kerja, baik pengusaan ilmu pengetahuan
teknologi (Iptek) maupun daya saing kemampuannya.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang diarahkan pada
kemampuan tenaga kerja dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan, sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya di
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya.
Dalam UU no.5 tahun 2014 tentang ASN pasal 69 ayat (1) telah dijelaskan
bahwa pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
23
Tim Peneliti STIA LAN Makassar. Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah. Laporan Penelitian.2012
kompetensi, penilaian kinerja dan kebutuhan instansi pemerintah.Kompetensi
yang dimaksud pada ayat (1) meliputi;24
a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis;
b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan
c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
1.4 Peningkatan Kompetensi
Menurut Raka Joni dalam Hisyam yang dikutip oleh Tahir, meningkatkan
kompetensipada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang dapat
dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan,
perilaku dan hasil yang dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat
melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang
harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya
(KSAs).25
Ada tiga (3) cara meningkatkan kompetensi menurut Hisyam yang
dikutip oleh Tahir26
, yaitu:
24
UU No.5 th 2014 tentang ASN, ayat (3) 25
Tahir, op.cit.hlm.23 26
Ibid hlm.24
1. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari
bidang yang dikerjakan,
2. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan
anggota organisasi, maupun masyarakat luas.
3. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan
patut diteladani. Dengan demikian, seorang aparat akan mampu
menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran :ing ngarso
sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Dalam penelitian ini, teori kompetensi yang menyangkut dengan
kompetensi dasar dan kompetensi bidang yang peneliti gunakan yaitu menurut
Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.46a Tahun 2003 yang
dikutip oleh Moeheriono serta menurut David Robotham yang dikutip dalam
tulisan Ratu Megalia, karena menurut penulis jenis kompetensi yang dijelaskan
lebih spesifik dan terkait dengan permasalahan yang diteliti.
2. Teori Kinerja
Berbicara mengenai kompetensi, dampak yang berkaitan salah satunya
adalah hasil kinerja seorang pegawai aparatur, sayangnya pemerintah belum
sepenuhnya menganggap kinerja sebagai hal penting dalam pelayanan
birokrasinya.Padahal kinerja yang profesional sangat dibutuhkan untuk
memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Pelayanan merupakan sesuatu
yang diberikan untuk orang lain yang lebih berupa jasa, dalam hal ini yaitu
sesuatu yang diberikan oleh pegawai aparatur negara kepada masyarakat.
2.1 Pengertian Kinerja
Menurut Moeheriono, kinerja atau performance merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi.27
Pendapat lain muncul dari Widodo
dalam Pasolog yang dikutip oleh Sugianto, dkk, bahwa kinerja adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggungjawabnya dengan hasil yang diharapkan, serta menurut Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) dalam Pasolog yang dikutip
oleh Sugianto, dkk, merumuskan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi.28
Selanjutnya menurut Ruki yang dikutip oleh Tahir, menyatakan kinerja
adalah catatan tentang hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan tertentu untuk
kegiatan tertentu dan selama kurun waktu tertentu, menurut Hasibuan yang
dikutip Tahir menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu, dan
menurut Mangkunegara yang dikutip oleh Tahir, Kinerja karyawan (Prestasi
Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
27
Moeheriono, op.cit, hlm.60 28
Arinda H. Sugianto, dkk. Evaluasi Kinerja Pelayanan Dinas Perhubungan Dalam Bidang Angkutan Umum
Perkotaan (Studi Pada Dinas Perhubungan Kota Malang, Provinsi Jawa Timur).Jurnal Administrasi Publik
(Jap).Vol.1 No. 1 : 19-28.
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya.29
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
suatu hasil yang telah dicapai seorang karena telah memberikan sesuatu yang
berguna kepada orang lain (seorang aparatur kepada masyarakat).
2.2 Pentingnya Kinerja
Kinerja pegawai yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja
organisasinya, kondisi tersebut berdampak salah satunya perubahan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi. Untuk itu memberikan kinerja yang
maksimal sangat penting, karena selain merubah image buruk birokrasi,
perbaikan kinerja juga dapat memajukan organisasi yang terkait.
Kepuasan masyarakat akan lebih tercermin apabila kinerja yang dilakukan
oleh suatu organisasi tergolong baik, sehingga peningkatan kinerja seharusnya
dapat terus dilakukan untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat, sebab
kepuasan masyarakat juga bisa dijadikan pengukur kinerja seorang
aparat.Kinerja yang prima akan berdampak pada pelayanan publik yang
berkualitas.
2.3 Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang harus dilakukan karena dapat
digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
misinya.Dengan penilaian kinerja maka perbaikan kinerja dapat lebih terarah dan
sistematis.Penilaian kinerja birokrasi publik tidak hanya dilakukan dengan
29
Tahir, op.cit.hlm.10
menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi tersebut, seperti efisiensi
dan efektivitas, namun juga harus mempertimbangkan dari pengguna jasa,
seperti kepuasan terhadap layanan, akuntabilitas dan responsivitas.
Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja
birokrasi publikmenurut Menurut Lenvinne dalam Ratminto yang dikutip oleh
Tahir, mengusulkan tiga konsep yang bisa dipergunakan untuk mengukur kinerja
birokrasi publik/organisasi yaitu : Responsiveness, responsibility dan
accountability.30
1. Responsivitas (responsiveness) disini adalah kemampuan organisasi
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
2. Responsibilitas (responsibility) disini menjelaskan apakah pelaksanaan
kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi
baik yang implisit atau eksplisit.
3. Akuntabilitas (accountability) publik menunjuk pada seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat
politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials).
30
Tahir, op.cit.hlm.18
Sementara menurut Flippo yang dikutip oleh Lenda S.N kriteria kinerja
yang paling umum digunakan untuk menilai atau mengukur kinerja individu
pegawai meliputi empat faktor yaitu:31
1. Kualitas atau mutu kerja; yaitu ketepatan, keterampilan, ketelitian,
dan kerapihan hasil kerja;
2. Jumlah atau kuantitas kerja; yaitu tidak hanya menyangkut tugas-
tugas regular, tetapi juga kecepatan dalam menyelesaikan tugas-
tugas ekstra atau mendesak;
3. Ketangguhan; yaitu meliputi seperti mengikuti perintah, kebiasaan
keselamatan yang baik, inisiatif, ketepatan waktu, dan kehadiran;
4. Sikap; yaitu sikap terhadap perubahan pekerjaan dan terhadap teman
kerja, serta kerjasama.
3. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
3.1 Pengertian MSDM
Beberapa definisi MSDM ini yang dirumuskan oleh para ahli; Drs. Malayu
S.P Hasibuan dalam bukunya, MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat.32
Menurut Andrew F. Sikula yang
dikutip oleh Hasibuan, menyatakan Personnel administration is the
implementation of human resources (man power) by and within an enterprise
31
S.N Lenda. (2013). Pengaruh Budaya Birokrasi Terhadap Kinerja Aparatur Di Sekretariat Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.Jurnal Acta Diurna, 2(4). 32
Malayu Hasibuan S.P(2013). Manajemen Sumber Daya Manusia.(Jakarta : PT.Bumi Aksara),Edisi Revisi hlm. 10
(Administrasi kepegawaian adalah penempatan orang-orang ke dalam suatu
perusahaan).33
Terdapat pula definisi lain tentang MSDM Aparatur, antara lain:
a. Menurut Nawawi yang dikutip oleh Elga S, Sumebr Daya Aparatur
(SDA) sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan
sebagai aparatur yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
(disebut personil, tenaga kerja, pekerja/karyawan) atau potensi
manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
eksistensinya, atau potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.34
b. Menurut Mangkunegara yang dikutip oleh Ladudy Adjid, dkk
menyatakan bahwa, manajemen sumber daya manusia menjadi
penting dan utama dalam memperkuat pencapaian tujuan
organisasi.35
c. MenurutWidjaja yang dikutip oleh Ladudy Adjid,dkk menyatakan
bahwa aparat (aparatur) adalah keseluruhan organ pemerintahan atau
pejabat negara serta pemerintahan negara yang bertugas
melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan
33
Ibid, hlm.11 34
Elga Septhinna.Sumber Rekruitmen Sumber Daya Aparatur Dinas Pendidikan.Jurnal Administrasi Publik
(JAP).1(3) : 165-173,hlm.166 35
Ladudy Adjid, dkk. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Aparatur di Distrik Jagebob Kebupaten Merauke.
Makalah Penelitian.
kewajiban sebagai tanggung jawab yang dibebankan negara
kepadanya.36
3.2 Pentingnya MSDM
Manajemen adalah ilmu seni dan mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai satu tujuan tertentu.37
Unsur yang terdapat dalam manajemen adalah
men, money, methode, materials, machine dan market (6 M). Diantara unsur
tersebut, yang paling utama dan paling penting adalah unsur men atau manusia.
Manusia selalu memiliki peran yang penting dalam setiap kegiatan
termasuk dalam organisasi publik atau pemerintahan, karena manusia menjadi
perencana sekaligus pelaku serta penentu terwujudnya suatu tujuan dalam
organisasi tersebut. Hal tersebut menjadi berkembang pada bidang ilmu
manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa fokus dari MSDM yaitu
tentang tenaga kerja manusia yang diatur menurut fungsinya agar efektif dan
efisien dalam mewujudkan suatu tujuan, karena manusia sebagai perencana
sekaligus pelaku yang harus selalu berperan aktif dalam kegiatan dalam
organisasi. Perkembangan SDM ini didorong oleh kemajuan pendidikan, ilmu
pengetahuan maupun teknologi serta perkembanganjaman yang semakin
modern.
36
ibid 37
Hasibuan, op.cit, hlm.9
G. Definisi Konseptual
Definisi konseptual disini adalah untuk menjelaskan berbagai teori yang telah
dikemukakan oleh para cendikiawan diatas, sesuai dengan pemahaman penulis agar
pembaca lebih jelas dan mengerti dengan apa yang dituliskan penulis. Definisi konseptual
dalam penelitian ini antara lain :
a. Kompetensi Birokrasi, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seorang aparatur
dalam mengemban tugas sesuai bidangnya, sehingga dapat mencapai hasil kerja yang
maksimal. Kemampuan yang dimaksud berupa keahlian, pengetahuan dan sikap.
b. Kinerja, merupakan suatu hasil yang telah dicapai seorang karena telah
memberikan sesuatu yang berguna kepada orang lain (seorang aparatur kepada
masyarakat).
H. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
dapat diamati, karena hal tersebut dapat membuka kemungkinan bagi orang lain untuk
mengkaji lebih lanjut apa yang sudah diteliti oleh penulis.
Peningkatan kompetensi yang terkait dengan kinerja layanan dapat diukur melalui:
1. Upaya meningkatkan basic competence atau kompetensi dasar, yang meliputi:
a. Integritas dalam malaksanakan pelayanan publik.
b. Kepemimpinan dalam melaksanakan pelayanan publik.
c. Perencanaan dan pengorganisasian dalam melaksanakan pelayanan
publik.
d. Kerjasama dalam melaksanakan pelayanan publik.
e. Fleksibilitas dalam melaksanakan pelayanan publik.
2. Upaya meningkatkan specific competence atau kompetensi bidang, yang
meliputi:
a. Technical competence dalam melaksanakan pelayanan publik.
b. Managerial competence dalam melaksanakan pelayanan publik.
c. Social competence dalam melaksanakan pelayanan publik.
d. Intellectual competence dalam melaksanakan pelayanan publik.
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, yaitu analisa yang menggambarkan suatu fakta yang terjadi.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gabaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Perspektif waktu yang dijangkau
dalam penelitian deskriptif, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka
waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.38
Sementara pendkatan kualitatif merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
berhubungan langsung pada sumber data yang tidak berbentuk angka atau hitungan
melainkan menekankan analisisnya pada penyimpulan deduktif dan induktif dengan
menggunakan logika ilmiah.39
38
Nazir (1988). Metode Penelitian. Hlm.63 39
Azwar (2007). Metode Penelitian.
Jika disimpulkan, jenis penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang
menggambarkan kejadian atau peristiwa secara runtut terhadap suatu fenomena yang
sedang terjadi.Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang bagaimana upaya
yang dilakukan BKD Kabupaten Bantul dalam peningkatan kompetensi aparaturnya
serta perubahan kinerja yang terjadi dengan adanya UU No.5 Tahun 2014 tentang
ASN.
2. Jenis Data
Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu Data Primer dan Data
Sekunder.
a. Data Primer (primary data), yaitu objek atau dokumen original yang
didapat sendiri oleh peneliti ketika suatu fenomena sedang terjadi. Data
primer dalam penelitian ini dapat diperoleh dari data hasil wawancara
tentang upaya meningkatkan kompetensi ASN di BKD Bantuloleh
beberapa narasumber, diantaranya Kepala BKD, Bidang Pengadaan dan
Pengembangan serta Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
Berikut data primer yang diperoleh melalui wawancaralangsung, antara
lain:
Tabel 1.1
Perolehan Data Primer
Data Primer Sumber Data
Integritas ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
dan Kepala Bidang Pendidikan dan
Pelatihan
Kepemimpinan ASN Wawancara dengan Kepala Badan
Kepegawainan Daerah atau Kepala
Bidang Pengadaan dan
Pengembangan BKD
Perencanaan dan
Pengorganisasian ASN
Wawancara dengan KepalaBidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
Kerjasama ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
Fleksibilitas ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
Kompetensi Teknik ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pendidikan dan Pelatihan BKD
Kompetensi Manajerial ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
dan Kepala Bidang Pendidikan dan
Pelatihan BKD
Kompetensi Sosial ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
Kompetensi Intelektual ASN Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengadaan dan Pengembangan BKD
Data tentang kepemimpinan diperoleh melalui wawancara dengan Kepala BKD
atau Bidang pengadaan dan pengembangan sehingga diharapkan dapat memberi
masukan gambaran karakter kepemimpinan kepada C/ASN serta meningkatkan SDM
aparat.Data perencanaan dan pengorganisasian wawancara dengan Bidang Pengadaan
dan Pengembangan karena terkait dengan perencanaan penyelenggaraan kegiatan.
Selanjutnya data mengenai kompetensi teknik didapat melalui wawancara dengan
Bidang Pendidikan dan Pelatihan karena dalam bidang teknis tertentu memerlukan
diklat khusus. Sedangkan integritas, kerjasama, fleksibilitas, kompetensi manajerial,
kompetensi sosial dan kompetensi intelektual ASN diperoleh melalui wawancara
dengan Bidang Pengadaan dan Pengembangan karena Bidang tersebut memiliki tugas
diantaranya memberikan bimbingan, pengendalian dan pembinaan pengembangan
SDM.
b. Data sekunder (secondary data)yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari buku, jurnal, catatan, dokumentasi, internet dan media massa
lainnya yang masih berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Berikut perolehan data sekunder yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
Tabel 1.2
Perolehan Data Sekunder
Data Sekunder Sumber Data
Integritas ASN Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Kepemimpinan ASN Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Perencanaan dan
Pengorganisasian ASN
Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Kerjasama ASN Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Fleksibilitas ASN Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Kompetensi Teknik ASN Laporan, surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pendidikan dan Pelatihan.
Kompetensi Manajerial
ASN
Laporan-laporan, surat-surat resmi dan
atau dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Kompetensi Sosial ASN Laporan-laporan, surat-surat resmi dan
atau dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
Kompetensi Intelektual
ASN
Laporan, surat-surat resmi dan atau
dokumen resmi dari Bidang
Pengadaan dan Pengembangan.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian yang penulis teliti mengenai peningkatan kompetensi ASN
berdasarkan UU ASN ini dilakukan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten
Bantul, yang beralamat di Jln. R.W. Monginsidi No.01 Kompleks Parasamya Bantul.
Waktu penelitian ini sekitar 1 (satu) bulan, terhitung sejak 6 November 2014 sampai
dengan 6 Desember 2014.
Peneliti mengambil Kabupaten Bantul sebagai lokasi penelitian, karena
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten di DIY yang saat ini sedang
memerlukan banyak tenaga aparatur di berbagai dinas untuk melaksanakan tugasnya,
sehingga sangat diperlukan peran BKD yang diharapkan dapat benar-benar merekrut
calon aparatur yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya pada perekrutan yang
akan datang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Tenkik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian proposal ini adalah:
a. Teknik wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data secara lisan, yaitu dengan
melakukan percakapan antara pewawancara dengan narasumber. Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan dengan perwakilan dari pihak BKD Bantul
diantaranya Kepala BKD Bantul, Kepala Bagian yang mengerti tentang
kepegawaian, dan pegawai/masyarakat, sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti, agar
peneliti dapat mengetahui secara pasti bagaimana upaya peningkatan kompetensi
ASN yang ada di dalamnya serta mengetahui ada atau tidaknya perubahan dalam
kinerja pelayanan yang diberikan, yang akan digunakan sebagai data
penelitian.Berikut rincian wawancara yang akan dilakukan peneliti terhadap
BKD Kabupaten Bantul, yaitu:
Tabel 1.3
Rincian Wawancara
Narasumber Instansi
Kepala Badan Kepegawaian
Daerah
BKD Kabupaten Bantul
Sekretariat Bidang Kesekretariatan BKD
Kab. Bantul
Kepala Bidang Pengadaan
dan Pengembangan
Bidang Pengadaan dan
Pengembangan BKD Kab.
Bantul
Kepala Bidang Pendidikan
dan Pelatihan
Bidang Pendidikan dan
Pelatihan BKD Kab. Bantul
Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara mendalam, dimana
pewawancara dan narasumber terlibat percakapan dan tatap muka dalam waktu
yang telah disepakati.
b. Teknik observasi
Observasi atau penelitian langsung di BKD Kabupaten Bantul diperlukan
agar bisa melihat secara langsung bagaimana kondisi dan apa saja yang terjadi
dalam Badan tersebut.Observasi bisa dilakukan dengan menggunakan rekaman
suara, gambar, maupun quisioner.
Dalam penelitian ini penulis lebih mengobservasi para aparaturnya, karena
aparatur merupakan komponen utama berjalannya suatu organisasi serta inti dari
permasalahan yang sedang diteliti, misalnya dengan melihat apakah aparat
benar-benar dimotivasi untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang masing-
masing dan menerapkannya dalam rangka pelayanan publik. Dengan observasi
tersebut diharapkan peneliti mendapatkan gambaran yang jelas tentang
penigkatan kompetensi ASN di Kabupaten Bantul, khususnya BKD Kabupaten
Bantul.
c. Teknik dokumentasi
Dokumen terdiri dari dua (2) macam, yaitu:
a. Dokumentasi Pribadi
Dalam penelitian ini, dokumentasi pribadi yang digunakan antara
lain catatan pribadi, surat-surat pribadi yang dibuat oleh subyek
yang diteliti, dan biografi yang dibuat sendiri oleh informan
penelitian.
b. Dokumen Resmi
Dalam penelitian ini, dokumen resmi yang dimaksud seperti Surat
Keputusan (SK), surat-surat resmi, peraturan-peraturan, arsip dan
sebagainya yang bisa diperoleh dengan mengkopi atas ijin dari
pihak terkait.
Selain tersebut diatas, adapun penambahan data lain dari jurnal, buku,
majalah,foto, media massa dan sebagainya untuk memperjelas dan yang masih
terkait serta relevan dengan masalah yang sedang diteliti.
5. Teknik Analisa Data
Penulis melakukan analisa data dengan menggunakan metode Induktif yaitu
berdasarkan observasi lapangan dengan unit analisanya yaitu BKD Kabupaten Bantul.
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa interaktif,
dengan tahapan:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses memilah data, merangkum, dan
mengklasifikasikan jenis data yang dihasilkan dari penelitian di lapangan.
Reduksi data disusun secara bertahap dengan membuat ringkasan dan
menelusuri data yang tersebar, serta menggali informasi dari sumber yang
berbeda saat wawancara dan observasi.
2. Penyajian Data
Dalam tahap ini penulis menyusun informasi data yang diperoleh secara
kualitatif atau dalam bentuk teks yang diurutkan sesuai dengan pokok
permasalahan yang terkait tentang peningkatan kompetensi ASN di BKD bantul.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan ditarik berdasarkan reduksi, interpretasi dan penyajian data
yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Kesimpulan diambil sebagai
pemahaman penulis terhadap permasalahan yang diteliti dengan alur induktif
yaitu dari yang bersifat khusus ke sifat yang lebih umum.