bab i pendahuluan a. latar belakang masalah filedigunakan untuk membentuk kebiasaan gaya hidup...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Di
dalam pelaksanaan pendidikan jasmani disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
Begitu pentingnya peran pendidikan jasmani dalam meningkatkan dan
mengembangkan aspek kesehatan fisik, kesehatan mental/ pikiran, kebugaran
jasmani, ketrampilan gerak dan sosial. Pendidikan jasmani memberi kesempatan
siswa untuk bereksplorasi dan terlibat secara langsung dalam pengalaman belajar
yang teratur, terarah, sitematis dan terencana. Pengalaman belajar disini dapat
digunakan untuk membentuk kebiasaan gaya hidup teratur, sehat, aktif dan sportif
dimana unsur-unsur fisik, mental intelektual, emosional dan sosial terlibat secara
langsung. Secara fisik pendidikan jasmani akan menjaga serta meningkatkan
kesehatan dan kebugaran sedangkan secara psikis akan membentuk mentalitas yang
positif baik dalam jangka pendek selama melaksanakan pembelajaran di sekolah
maupun dalam jangka panjang sampai usia senja. Bahkan dengan kondisi fisik dan
psikis yang baik manusia akan dapat lebih berpeluang mencapai cita-cita dan harapan
yang diinginkan.
(Depdiknas 2006: 131) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang sekolah tertentu yang
merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan
aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan perkembangan
jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Menurut
Sukintaka (2000:2) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian
integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan mengembangkan
kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana
aktivitas jasmani.
Menurut Wawan S. Suherman (2004:23) Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
2
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif, kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Menurut Engkos Kosasih (1992:4) mengemukakan bahwa pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi
aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi dan
arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Dikemukakan juga arti pendidikan jasmani di dalam Depdiknas (2006:6) Pendidikan
Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara
organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
Nassir Rosyidi (1983:10) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah
pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap
tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi, arah menuju kebulatan kepribadiannya
sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.selanjutnya Nasir Rosyidi mengatakan bukan
hanya pendidikan jasmani saja yang dipentingkan. Tetapi pendidikan menuju arah
sportivitas harus dijaga dan ditanamkan pada anak. Dapat juga diuraikan bahwa arti
pendidikan jasmani itu meliputi :
1. Gerak badan, gerak badan ialah menggerakkan anggota tubuh baik sengaja atau
tidak, biasanya untuk menyegarkan badan.
2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan ialah pendidikan yang bertitik tolak atau bertitik pangkal pada jasmani.
Dan manusia keseluruhan menjadi tujuan.
3. Pendidikan Olahraga, pendidikan olahraga ialah mengolah raga melalui cabang
olahraga.
Menurut Nadisah (1992:15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang
berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan
menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.
Menurut Rusli (1998:13) pada awalnya olahraga pendidikan adalah suatu
kawasan olahraga yang spesifik yang diselenggarakan dilingkungan pendidikan
3
formal. Aktivitas jasmani pada umumnya atau olahraga pada khususnya dipakai
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Olahraga pendidikan direncanakan
sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan peserta didik secara keseluruhan,
baik fisik, intelegensi, emosi, sosial, moral maupun spiritual.
Menurut uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Jasmani
merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik
kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental,
emosional, spiritual, sosial) dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dalam rangka sistem
pendidikan nasional. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru
diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi
permainan dan olahraga, internalisasi nilainilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan
lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui
pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun
melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan
dalam pengajaran harus sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang yang
dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.
Ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi beberapa aspek yaitu permainan
dan olahraga, aktifitas pengembangan, uji diri/senam, aktifitas ritmik, aktifitas
air/aquatic dan pendidikan luar kelas. Pencak Silat termasuk dalam aspek permainan
dan olahraga.Pencak silat merupakan salah satu olahraga beladiri warisan budaya
bangsa Indonesia yang memuat unsur olahraga, seni, beladiri dan spiritual. Unsur
olahraga berkaitan dengan kekuatan fisik dan gerak tubuh yang mencakup kelenturan
dan kekuatan. Unsur seni berhubungan erat dengan keindahan dan kemantapan
gerakan sebagai sebuah ekspresi jiwa. Unsur beladiri merupakan kemampuan teknik
ragawi sebagai sebuah naluri menyerang atau mempertahankan diri dari segala
ancaman, gangguan dan hambatan yang dihadapi. Sedangkan unsur spiritual
merupakan kemampuan mengelola hati yang akan tercermin dalam kematangan
sikap sesorang. Dengan demikian Pencak silat sangatlah penting diajarkan di
sekolah.
4
Bila kita bicara mengenai olah raga secara umum, maka tidak bisa lepas
membicarakan mengenai stamina ini. Di dalam Pencak Silat, kita melatih berbagai
macam stamina yang tidak terdapat dalam jenis olah raga lainnya:
1. Stamina dinamis. Tidak seperti stamina statis seperti pada olah raga lainnya
seperti angkat besi, pencak melatih stamina kita untuk bergerak aktif.
2. Stamina dari seluruh tubuh. Pencak Silat melibatkan seluruh bagian tubuh kita.
Kebanyakan olah raga lain menitik beratkan pada salah satu atau beberapa bagian
tubuh saja. Pelatihan termasuk kelenturan dan koordinasi gerak serta
keseimbangan disamping nilai estetikanya.
3. Stamina dari metabolisme aerobic (oxygenic) dan anaerobic. Pencak Silat
merupakan olah raga yang memiliki kombinasi metabolisme aerobic dan
anaerobic. Tidak seperti dalam olah raga marathon yang 98% membutuhkan
metabolisme aerobic.
4. Stamina terhadap kecepatan. Dalam peragaan serang bela dibutuhkan stamina
kecepatan yang tinggi dan percepatan / impulse yang terkendali.
5. Stamina terhadap daya tahan pukulan. Hal yang specific untuk jenis olah raga bela
diri, yang mana kita perlu juga melatih ketahanan terhadap pukulan dan
bantingan.
Dari segi pengetahuan, kita juga akan lebih mengenal dan mengetahui bagian-bagian
tubuh kita baik fungsi serta kelebihan dan kelemahannya.
Disamping itu, Pencak Silat juga memiliki kelebihan dalam membina jiwa/
mental kita, yang membedakannya dari jenis olah raga lainnya;
1. Menambah kepercayaan diri.
2. Disamping fisik juga melatih mental dan pikiran kita.
3. Menimbulkan kewaspadaan yang tinggi.
4. Memupuk kegesitan dan kelincahan mental.
5. Lebih menumbuhkan jiwa ksatria.
6. Mempertebal kedisiplinan dan keuletan yang lebih tinggi karena sifat latihannya
yang sulit dan lama.
7. Melatih kita untuk lebih banyak berpikir disamping hanya sekedar menggunakan
otot belaka.
5
Mempelajari pencak silat dimulai dari tingkat dasar. Pada tahapan ini, sebagai
latihan inti siswa mempelajari gerakan-gerakan atau jurus-jurus dasar. Latihan gerak
dasar atau jurus dasar, siswa harus memahami teknik dan lintasan dengan baik dan
benar sehingga siswa harus betul-betul mempelajari konsep dasarnya. Penguasaan
gerak jurus dasar yang baik akan memberikan efek ledakan yang optimal, kaidah seni
yang indah dan memiliki filosofi spiritual. Untuk dapat menguasai jurus dasar yang
baik diperlukan latihan yang rutin cermat dan sungguh-sungguh. Latihan dapat
dilakukan disekolah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah. Mengingat
keterbatasan jam pelajaran di sekolah dan muatan kurikulum pembelajaran yang
cukup banyak, maka latihan dapat dilakukan pada kegiatan pengembangan diri di
luar jam pembelajaran. Di samping itu latihan juga bisa dilaksanakan di rumah atau
di tempat-tempat lain setiap waktu dan setiap kesempatan.
Karena latihan gerak dasar ini memerlukan ketepatan baik teknik maupun
lintasan, maka perlu ada bimbingan, arahan dan pemantauan dari guru, instruktur
ataupun pelatih. Permasalahan yang kemudian muncul adalah, pertama keterbatasan
tatap muka tidak memungkinkan guru memantau secara terus menerus
perkembangan kemampuan siswa, kedua sebagian besar guru kurang dapat mengusai
teknik gerak pencak silat yang baik. Hal ini didasarkan pada beberapa pertemuan dan
diskusi guru olahraga yang tergabung dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) pendidikan jasmani dan kesehatan, dimana sebagian besar guru kesulitan
dalam penyambaian mata pelajaran olahraga pada kompetensi pencak silat, ketiga
belum adanya media pembelajaran yang praktis untuk kompetensi pencak silat.
Meskipun telah ada beberapa media audio-visual pencak silat, namun kebanyakan
diperuntukkan bagi tingkat lanjut artinya bagi yang telah memiliki kemantapan gerak
dasar. Disamping itu media tersebut lebih bersifat searah sehingga siswa lebih
bersifat pasif. Konsep pembelajaran yang saat ini sedang dikembangkan adalah
pembelajaran yang aktif, inisiatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Tentunya hal
ini menuntut agar konsep yang dikembangkan dapat menumbuhkan keterlibatan
siswa. Sehingga tanpa disadari secara langsung oleh siswa ternyata siswa telah
terlibat secara jauh dan mendalam dalam proses pembelajaran.
6
Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini telah mencapai tataran yang luar biasa. Konsekuensi logis dari
kemajuan teknologi informasi ini membawa dampak positif dan negatif yang hampir
tak terbendung. Telepon seluler dengan berbagai fitur, komputer dengan berbagai
model mulai dari PC, laptop, notebook, netbook, ipad dan berbagai fasilitas
pendukung lainnya sudah bukan merupakan barang mewah, sangat mudah diakses
dan dioperasikan oleh setiap orang hampir disemua tingkatan usia dan setiap siswa
hampir disetiap jenjang pendidikan. Berbagai provider juga memberikan banyak
kemudahan akses yang hampir tanpa batas melalui jaringan internet. Setiap orang
berbagai golongan usiabisa dengan sangat mudah mengunggah dan mengunduh
content yang mereka inginkan.
Kemudahan akses tersebut seringkali menuntun pengguna kepada hal-hal
yang negatif seperti pornoaksi, perjudian online, prostitusi, hack dan sebagainya.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memblokir situs-situs tertentu
namun selalu saja bias ditembus. Di berbagai media berita dan informasi sering kita
dengar serta saksikan bahwa tindak asusila dan kriminal yang terjadi di masyarakat
banyak terinspirasi dan terdorong oleh apa yang merekan lihat melalui media-media
tersebut. Berapa kasus yang terjadi di kalangan pelajar, pejabat pelayanan publik,
wakil rakyat yang di pandang terhormat, yang tertangkap basah melakukan hal-hal
yang tidak semestinya terjadi.Serta masih banyak fenomena-fenomena yang
merupakan fakta dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi yang tidak asing
dari pandagan mata kita dan pendengaran telinga kita.
Di sisi lain, untuk memangkas jalur panjang komunikasi dan informasi peran
media ini sangatlah luar biasa. Orang bisa dengan sangat mudah dan cepat
melakukan kalkulasi yang kompleks serta massal. Kita bisa memahami sesuatu yang
rumit tanpa harus datang ke laboratorium dengan perlengkapan yang banyak dan
besar-besar. Kita hanya cukup melihat secara cermat replika dalam bentuk animasi
yang sangat komunikatif. Segala kesulitan yang dihadapi pada berbagai persoalan
cukup banyak pilihan solusi melalui jaringan internet yang bebas tanpa batas.
Menghadapi berbagai permasalahan tersebut, peran guru sebagai fasilitator
sangat diperlukan dalam dunia pendidikan dengan mengarahkan aktifitas para siswa
7
dibidang teknologi informasi dalam melakukan akses multimedia. Siswa harus selalu
didorong untuk selalu memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
untuk hal-hal yang positif dalam meraih tujuan dan cita-cita hidup yang membawa
kemajuan masyarakat, bangsa dan Negara. Guru hendaknya senantiasa berupaya
untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran berbasis multimedia hendaklah memiliki karakteristik yang interaktif,
inisiatif dan menyenangkan. Siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan kemudian
mengelaborasi dan mengkonfirmasikan kepada fasilitator untuk pencapaian
kompetensi tertentu. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan BAB IV ayat 1 :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. (PP No. 19 tahun 2005).
Sedangkan dalam Peraturan Menteri nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dikemukakan :
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi
Dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (Permendiknas No. 41
tahun 2007).
Jadi kebutuhan media pembelajaran interaktif menjadi konsep dasar para praktisi dan
penentu kebijakan dibidang pendidikan dalam rangka memotivasi serta mendorong
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Sistematis artinya terstruktur dengan pola yang urut dan runtut. Sistemik berarti ada
kesinambungan atau keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Proses
8
eksplorasi mengandung pengertian peserta didik termotivasi menggali sedalam-
dalamnya materi pembelajaran baik secara mandiri maupun kelompok. Elaborasi
berarti peserta didik akan dapat menginterpretasikan dari apa yang digali menurut
pemahamannya sendiri. Sedangkan peran guru atau pendidik adalah melakukan
konfirmasi, yakni memberikan penguatan terhadap simpulan dan interpretasi peserta
didik serta memfasilitasi interpretasi dan pemahaman yang masih kurang sesuai.
Saat ini sudah dapat dipastikan bahwa semua sekolah memiliki sarana
prasarana komputer dengan jumlah dan kualitas yang cukup memadai. Bahkan
sebagian besar siswa telah memiliki komputer dirumahnya masing-masing. Tentunya
hal ini akan sangat mendukung dalam pengembangan media pembelajaran interaktif.
Di samping itu kelengkapan fitur-fitur pendukung telephone genggam perangkat
multimedia portable sangat accessable dan sangat murah untuk dapat dimiliki para
siswa. Dengan demikian siswa akan dapat melaksanakan pembelajaran secara
mandiri di manapun dan kapanpun dia kehendaki secara sukarela dan senang hati.
Bahkan hal ini dapat mencegah dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana diungkapkan di atas.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka penulis mencoba
melakukan studi mengenai pengembangan media pembelajaran interaktif pencak
silat di sekolah melalui video audio-visual agar dapat memotivasi serta
mempermudah siswa menguasai dan mengembangkan kemampuan beladiri pencak
silat. Indikator keberhasilan penerapan model media audio-visual pembelajaran
berbasis multimedia interaktif secara kuantitatif diantaranya adanya peningkatan
prestasi atau nilai belajar siswa pada sub kompetensi pencak silat. Di samping itu
juga adanya peningkatan jumlah siswa yang berpartisipasi pada pembelajaran
tersebut baik di kelas maupun pada kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di
sekolah maupun kelompok-kelompok perguruan beladiri pencak silat di luar sekolah.
Secara kulaitatif peserta didik lebih kreatif dan termotivasi untuk terus berlatih untuk
meraih prestasi atau capaian tertentu. Tentunya hal ini berdampak positif terhadap
peningkatan kemampuan beladiri pencak silat yang juga dapat berpengaruh terhadap
raihan prestasi dalam berbagai even yang diselenggarakan secara tentatif maupun
reguler.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan pada pembahasan
kajian pustaka di atas, maka dengan demikian dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana hasil studi pendahuluan yang diperoleh guna dijadikan pertimbangan
untuk dilakukan studi pengembangan model program audio-visual media
pembelajaran pencak silat di SMK Negeri I Miri di Sragen?
2. Bagaimana desain awal atau rancangan model pengembangan program audio-
visual media pembelajaran pencak silat berbasis multimedia interaktif yang sesuai
di SMK Negeri I Miri di Sragen?
3. Bagaimana hasil uji coba pada uji coba pertama, uji coba kelompok kecil, uji coba
kelompok terbatas dan dan uji coba kelompok diperuas terhadap rancangan
produk pengembangan model audio-visual pembelajaran pencak silat di SMK
Negeri I Miri di Sragen serta tahapan-tahapan revisi dan perbaikan produk yang
dilakukan?
4. Bagaimana model hipotetik atau bentuk akhir model pengembangan program
audio-visual media pembelajaran pencak silat berbasis mulimedia inteaktif yang
diduga dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi pembelajaran pencak silat
siswa SMK Negeri I Miri di Sragen secara efektif dan efisien?
5. Bagaimana hasil uji keefektifan produk pengembangan model pembelajaran
pencak silat audio-visual interaktif siswa SMK Negeri 1 Miri Sragen?
a. Bagaimana signifikansi perbedaan penguasaan kemampuan pencak silat siswa
SMK Negeri 1 Miri Sragen yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan produk pengembangan model pembelajaran pencak silat audio-
visual dengan siswa SMK Negeri 1 Miri yang melakukan pembelajaran secara
konvensional.
b. Bagaimana perbandingan penguasaan kemampuan pencak silat siswa SMK
berdasarkan perbedaan skor tes awal dan tes akhir antara siswa yang
menggunakan produk pengembangan model pembelajaran pencak silat audio-
visual dengan kelompok siswa yang tanpa menggunakan produk model
pengembangan pembelajaran pencak silat.
10
C. Tujuan Pengembangan
Tujuan dari penelitian pengembangan ini yaitu :
1. Mengetahui hasil studi pendahuluan yang diperoleh guna dijadikan pertimbangan
untuk dilakukan studi pengembangan model audio-visual pembelajaran pencak
silat di SMK Negeri I Miri di Sragen.
2. Mengetahui desain atau rancangan produk pengembangan model audio-visual
pembelajaran pencak silat yang sesuai di SMK Negeri I Miri di Sragen.
3. Mengetahui hasil uji coba pada kelompok kecil, kelompok terbatas dan kelompok
diperuas terhadap rancangan produk pengembangan model audio-visual
pembelajaran pencak silat di SMK Negeri I Miri di Sragen guna melakukan revisi
dan perbaikan produk.
4. Mengetahui bentuk akhir produk pengembangan model yang diduga dapat
meningkatkan kemampuan dan prestasi pembelajaran pencak silat siswa SMK
Negeri I Miri di Sragen secara efektif dan efisien.
5. Mengetahui hasil uji keefektifan produk pengembangan model pembelajaran
pencak silat audio-visual interaktif siswa SMK Negeri 1 Miri Sragen.
a. Mengetahui signifikansi perbedaan penguasaan kemampuan pencak silat siswa
SMK Negeri 1 Miri Sragen yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan produk pengembangan model pembelajaran pencak silat audio-
visual dengan siswa SMK Negeri 1 Miri yang melakukan pembelajaran secara
konvensional.
b. Mengetahui perbandingan penguasaan kemampuan pencak silat siswa SMK
berdasarkan perbedaan skor tes awal dan tes akhir antara siswa yang
menggunakan produk pengembangan model pembelajaran pencak silat audio-
visual dengan kelompok siswa yang tanpa menggunakan produk model
pengembangan pembelajaran pencak silat.
D. Pentingnya Pengembangan
Pencak silat menjadi salah satu materi pokok pada kurikulum pembelajaran
pendidikan jasmani pada tingkat Sekolah Menengah Atas baik umum maupun
kejuruan. Pada tataran implementasi, sebagai materi pokok tentunya tidak semestinya
11
dipandang sebagai formalitas belaka, artinya harus ada target tertentu yang hendak
dicapai yang tidak hanya terpaku pada standar pencapaian. Standar diartikan sebagai
kriteria minimal suatu capaian tertentu yang hanya berorientasi pada nilai akademik.
Lebih dari itu pencapaian kompetensi di atas standar akan membantu meningkatkan
penguasaan ketrampilan yang mengarah pada prestasi. Permasalahan utama yang
muncul adalah bagaimana mengelola pembelajaran sehingga bisa didapatkan hasil
yang optimal?
Dalam teori pembelajaran modern, merekomendasikan untuk menempatkan
peran siswa sebagai subyek atau pelaku yang aktif bukan sebagai obyek, sedangkan
peran guru adalah sebagai fasilitator. Untuk menjembati peran siswa sebagai sobyek
dan peran guru sebagai fasilitator diperlukan salah satunya adalah media
pembelajaran sebagai jembatan penghubung yang efektif dan efisien. Untuk menguji
format media, efisiensi dan efektifitas media pembelajaran diperlukan penelitian
pengembangan. Dengan demikian dipandang perlu dan mendesak untuk
dilaksanakan penelitian pengembangan model program audio-visual pembelajaran
pencak silat berbasis multimedia interaktif. Secara empiris pengembangan model
program audio-visual sudah banyak terbukti mampu secara efektif dan efisien
meningkatkan motivasi dan prestasi pembelajaran diberbagai hasil penelitian. Hal ini
menjadi alasan utama untuk penelitian pengembangan model program audio-visual
pada pembelajaran pencak silat.
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru,
atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus,
yang diawali dengan adanya analisa awal. Studi awal dilakukan untuk memastikan
model faktual berdasarkan studi literatur dan studi lapangan tentang produk
pengembangan model program audio-visual pembelajaran pencak silat.
Langkah selanjutnya adalah menentukan rancangan model, mendiskusikan
dengan pakar atau ahli, desain uji coba, pelaksanaan uji coba, perbaikan dan
penyempurnaan produk sampai diperoleh hasil yang diduga benar-benar mampu
meningkatkan keterampilan beladiri pencak silat yang diharapkan. Langkah
12
berikutnya melakukan eksperimen atau uji coba produk dalam rentang waktu yang
telah ditentukan. Langkah selanjutnya mengukur efektifitas dan efisiensi produk
pengembangan. Efektifitas dan efisiensi produk dapat diketahui melalui hasil
perhitungan kuantitatif taraf signifikansi berdasarkan perhitungan skor akhir pada
kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol. Model yang telah teruji dalam
taraf signifikan diduga akan dapat mengatasi kesenjangan antara harapan dengan
fakta di lapangan.
Materi dan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi, latar
belakang dan kemampuan guru yang akan mempelajarinya, serta sumber-sumber
belajar yang ada di daerah lingkungan masing-masing. Setelah itu barulah dibuat
draft produk, atau produk awal yang masih kasar, kemudian produk tersebut
diujicobakan di lapangan dengan sampel secara terbatas dan sampel lebih luas secara
berulang-ulang.
Pada skala mikro hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran pencak silat di lingkungan
tempat dilaksanakannya penelitian. Sedangkan pada skala makro apapun hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian-penelitian sejenis
untuk mengatasi berbagai kesenjangan baik pada dunia pendidikan maupun pada
organisasi-organisasi lainnya. Peneliti berharap agar hasil dari penelitian
pengembangan ini juga membawa manfaat positif dan arti penting dalam
perkembangan pendidikan baik bagi siswa, guru maupun sekolah.
1. Bagi Siswa
Manfaat hasil penelitian pengembangan bagai siswa antara lain :
a. Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran pencak silat
b. Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek afektif maupun psikomotorik
c. Tumbuhnya kemandirian belajar siswa tanpa harus selalu bergantung pada
profil dan keberadaan guru.
d. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar baik dalam pelajaran reguler di
sekolah, ekstrakurikuler maupun kelompok belajar di luar sekolah
e. Melalui media pembelajaran audio video berbasis multimedia interaktif
memberikan komunikasi dua arah antara siswa dan sumber belajar
13
2. Bagi Guru
Manfaat hasil penelitian pengembangan bagai guru antara lain :
a. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi, produktif, aktif, inovatif
efektif dan menyenangkan untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi
pembelajaran pencak silat
b. Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat sesuai perkembangan teknologi
c. Pemanfaatan berbagai sarana sebagai media pembelajaran yang praktis,
menarik dan mudah diakses keberadaannya.
d. Mengoptimalkan peran guru sebagai mediator bukan sebagai sumber ilmu,
khususnya guru-guru yang yang kurang mampu dan kurang menguasai
keterampilan pada bidang tersebut karena guru memiliki partner media
interaktif sebagai peraga.
3. Bagi Sekolah
Manfaat hasil penelitian pengembangan bagai sekolah antara lain :
a. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran pencak silat.
b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang
bermutu.
c. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif.
4. Bagi Praktisi Pencak Silat
Manfaat hasil penelitian pengembangan bagai praktisi pencak silat yaitu :
a. Meningkatnya minat mempelajari dan berlatih pencak silat di luar jalur
pendidikan formal.
b. Mendorong kreatifitas pelatih beladiri pencak silat untuk mengembangkan
proses pendidikan dan pelatihan beladiri pencak silat di berbagai kelompok
latihan.
c. Tumbuhnya motivasi pelatih dalam mengembangkan proses pelatihan yang
bermutu pada kelompok latihan pencak silat dalam wadah perguruan beladiri
pencak silat.
d. Meningkatnya prestasi beladiri pencak silat pada berbagai even pertandingan
dan perlombaan.
14
E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Outcome dari penelitian pengembangan model audio-visual interaktif
pembelajaran pencak silat ini adalah media pembelajaran yang mudah diakses oleh
para siswa baik dilingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. Secara lebih
detail ciri-ciri produk yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bentuk keping CD dengan ukuran 12 mm
2. Dikemas dalam bentuk softcopy yang dapat diakses dengan menggunakan
Microsoft Power Point 2007
3. Berisi video peragaan gerak dengan keterangan-keterangan tertulis dan
penjelasan dalam bentuk audio tentang beladiri pencak silat dalam
cakupan materi yang telah dikembangkan sesuai kurikulum pembelajaran
pendidikan jasmani pada tingkat SMK
4. Pada tiap slide dilengkapi dengan tombol tombol navigasi yang jelas
fungsi dan arahnya
5. Tampilan menarik dan menimbulkan rasa penasaran dan memancing rasa
ingin tahu
6. Teknik pencahayaan pada tiap slide cukup tetapi tidak menyebabkan mata
cepat lelah bagi yang mengaksesnya.
7. Dilengkapi dengan soal-soal evaluasi untuk mengukur penyerapan materi
yang hasilnya bisa langsung dilihat.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi Pengembangan
Dalam penelitian ini, Pengembangan Model Program Audio-Visual Pembelajaran
Pencak Silat didasarkan pada asumsi, antara lain :
a. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
15
2. Keterbatasan Pengembangan
Dalam penelitian ini, Pengembangan Model Program Audio-Visual Pembelajaran
Pencak Silat ada beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti dalam teknik video
shooting, meliputi : pencahayaan, sudut pengambilan gambar, setting studio,
acting dan lain-lain.
b. Keterbatasan kemampuan teknik pengolahan video dengan software
pendukung seperti adobe premier, video converter dan lain-lain
c. Keterbatasan kemampuan teknik recording dan sound editing dengan sound
forge untuk mendukung back sound
d. Keterbatasan kemampuan teknik desain grafis dengan adobe photoshop
creative suite dan corel draw graphic suite
e. Keterbatasan kemampuan dalam mengoperasikan microsoft power point
khususnya video hyperlink dan macros script.