bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata...

132
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995: 121). Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa sehari-hari pada umumnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa khas yang mengandung nilai estetis. Nilai estetis dalam sebuah karya sastra salah satunya dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang tepat. Seorang pengaranglah yang berperan dalam mengolah bahasa tersebut sehingga menghasilkan karya sastra yang bernilai estetis. Pengarang merupakan asal usul karya sastra (Ratna, 2014: 94), oleh karena itu baik tidaknya sebuah karya sastra tergantung dari pengarangnya. Pengarang adalah seorang koki dan bahasa adalah bahan masakannya, setiap koki memiliki cara-cara tersendiri dalam mengolah masakannya, cara-cara tersebut disebut gaya bahasa. Gaya bahasa bukan baju, tetapi kulit, bahkan orangnya sendiri, maka gaya bahasa tidak bisa dipisahkan dengan pengarangnya (2014: 95). Gaya bahasa merupakan keseluruhan cara pemakaian bahasa oleh seorang pengarang (Ratna, 2011: 232), atau bagaimana dia mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Gaya bahasa yang menarik akan menambah nilai estetis sebuah karya sastra. Nilai estetis karya sastra dapat dilihat dari gaya bahasa yang digunakan, dan aspek-aspek keindahan tersebut terkandung dalam pemanfaatan gaya bahasa. Salah satu gaya bahasa yang cukup dikenal secara umum adalah majas metafora. 1

Upload: vuongdung

Post on 05-Mar-2019

292 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai

mediumnya (Pradopo, 1995: 121). Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa

sehari-hari pada umumnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa khas yang

mengandung nilai estetis. Nilai estetis dalam sebuah karya sastra salah satunya

dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang tepat. Seorang pengaranglah yang

berperan dalam mengolah bahasa tersebut sehingga menghasilkan karya sastra

yang bernilai estetis. Pengarang merupakan asal usul karya sastra (Ratna,

2014: 94), oleh karena itu baik tidaknya sebuah karya sastra tergantung dari

pengarangnya. Pengarang adalah seorang koki dan bahasa adalah bahan

masakannya, setiap koki memiliki cara-cara tersendiri dalam mengolah

masakannya, cara-cara tersebut disebut gaya bahasa.

Gaya bahasa bukan baju, tetapi kulit, bahkan orangnya sendiri, maka

gaya bahasa tidak bisa dipisahkan dengan pengarangnya (2014: 95). Gaya

bahasa merupakan keseluruhan cara pemakaian bahasa oleh seorang

pengarang (Ratna, 2011: 232), atau bagaimana dia mengungkapkan sesuatu

yang akan dikemukakan. Gaya bahasa yang menarik akan menambah nilai

estetis sebuah karya sastra. Nilai estetis karya sastra dapat dilihat dari gaya

bahasa yang digunakan, dan aspek-aspek keindahan tersebut terkandung

dalam pemanfaatan gaya bahasa. Salah satu gaya bahasa yang cukup dikenal

secara umum adalah majas metafora.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

2

Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan tersirat yang

menyamakan hal yang satu dengan hal yang lain (Zaidan, 2007: 129).

Aristoteles (Ratna, 2011: 258) mendefinisikan metafora sebagai pengalihan

makna melalui analogi, memperbandingkan sekaligus mempersamakan suatu

objek dengan objek lain untuk memperoleh makna yang berbeda. Kekuatan

aspek-aspek metafora dalam karya menandakan kejeniusan, karena dalam

metafora terkandung persepsi intuitif seorang pengarang. Di antara genre

sastra, jelas puisilah yang paling intens dalam menampilkan metafora, dengan

cara menciptakan konsep-konsep yang seolah-olah tidak berhubungan,

tumpang tindih, bahkan membingungkan. Tetapi justru variasi inilah yang

dicari, baik oleh penyair atau pembaca (Ratna, 2014: 183).

Puisi merupakan sebuah seni sastra yang kreatif dan imajinatif

sehingga dianggap umum menunjukkan pemakaian bahasa yang spesial. Puisi

merupakan sebuah ekspresi penyair yang dituangkan ke dalam bait-bait. Puisi

sudah berkembang sejak jaman dahulu di seluruh penjuru dunia, salah satunya

adalah di tanah Arab.

Puisi dalam istilah Arab dikenal dengan istilah Syi’run. ‘Abdul Ba>sith

‘Abdur-Raza>q Badr (1411: 139) mendefinisikan syi’run atau puisi Arab

sebagai sebuah seni sastra yang menggambarkan kehidupan dan perasaan

penyair, serta bertumpu pada khayalan, perasaan, dan kenyataan. Puisi bagi

orang arab merupakan salah satu genre sastra yang menempati posisi

tersendiri di hati mereka. Mereka mengatakan Inna's-syi’ra di >wa>nul ‘Arab,

yang dimaksud diwan di sini adalah catatan. Catatan tersebut mencatat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

3

berbagai hal tentang tata krama, adat istiadat, agama dan peribadatan mereka

serta keilmuan mereka, atau dengan kata lain mereka mencatat tentang diri

mereka sendiri dalam puisi (Wargadinata, 2008: 90). Puisi Arab terbagi

menjadi berbagai macam bentuk, salah satunya adalah puisi bebas atau

syi’rul-chur.

Syi’rul-chur adalah puisi Arab yang tidak terikat sama sekali dengan

aturan klasik puisi Arab (Muzakki, 2006: 53). Puisi Arab bebas seperti ini

banyak ditemukan pada puisi-puisi Arab modern. Meskipun para penyair Arab

modern melakukan penyimpangan konvensi yang ada, namun pada

kenyataannya mereka tidak melepaskan diri secara total dari konvensi sastra

(Muzakki, 2006: 43). Salah satu dari penyair-penyair modern Arab yang

terkenal adalah Farouk Juwaidah.

Farouk Juwaidah adalah salah satu penyair Arab modern terkenal

yang berasal dari Mesir. Dia lahir pada 10 Februari 1945. Lulus dari Program

Studi Jurnalistik Fakultas Adab Universitas Kairo pada tahun 1968. Setelah itu

dia terjun ke dunia jurnalistik di surat kabar terkenal bernama Al-Ahram.

Farouk telah banyak menyumbangkan tulisannya di surat kabar tersebut, dia

memiliki artikel khusus bernama 'Hawa>misy Churrah' yang menyuguhkan

berbagai pendapatnya (Al-Hasi>n, 2011: forum.islamstrory.com).

Farouk juga dikenal dengan puisi-puisinya yang memiliki kata-kata

indah, dan banyak digandrungi oleh khalayak terutama kalangan muda, karena

puisi-puisinya sarat akan hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Oleh karena itu

Juwaidah dijuluki dengan 'Raja cinta'. Selain itu, dia mampu membuat puisi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

4

cinta yang penuh kenikmatan dengan kata-kata indah, serta membuat puisi

nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal

berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012: 6oyor-

aljanah.net).

Karena kepiawaiannya, telah banyak karya Farouk Juwidah yang

diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa

Prancis, dan Bahasa Cina. Lewat tangan dinginnya telah lahir banyak tulisan-

tulisan, di antaranya adalah antologi puisi, naskah drama, dan tulisan-tulisan

mengenai politik dan budaya. Adapun beberapa antologi puisinya adalah

Chabi>bati> La> Tarchali> (1975), Wa Yabqa>l-Chub (1977), Lil Asywa>qi ‘Audah

(1978), Fi> ‘Ainika ‘Unwa>ni> (1979), Da>iman Anti Biqalbi> (1981), Liannani

Uchibbuka (1982), Syaiun Sayabqa> Bainana> (1983), Lan Abi>‘ Al-‘Umra

(1989), A>khirul-Laya>lil-Chilmi (1993), Alfu Wajhin Lil Qamar (1996), Ka>nat

Lana> Awtha>n (1997), Lau Annana> Lam Naftariq (1998), dan 'Azfun

Munfaridun (2003). Sedangkan karya Juwaidah berupa prosa di antaranya

adalah Amwa>lu Mishra Kaifa Dha>'at: Iqtisha>d (1976), ‘Umrun Min Waraq:

Khawa>thir Nastriyyah (1997). Selain itu dia juga menulis drama, di antaranya

adalah Al-Wazi>r Al‘A>syiq (1981) (Kharafiyah, 2012: 6oyor-aljanah.net).

Dua puisi Farouk Juwaidah dengan judul Lau Annana> Lam Naftariq

dan Lau Tarji‘>n adalah dua di antara puisi-puisi di dalam antalogi puisi Lau

Annana> Lam Naftariq yang diterbitkan pertama kali oleh penerbit Da>r Al-

Ghari>b Lithaba‘ah Wa'n-Nasyr Wa't-tauzi>' pada tahun 1998. Kemudian

diterbitkan kembali oleh Da>ru'sy-Syuru>q pada tahun 2005. Puisi Lau Anna>

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

5

Lam Naftariq karya Farouk Juwaidah pernah digubah ke dalam lagu oleh

penyayi asal Irak bernama Khadim Al-Sahir.

Kepiawaian Farouk Juwaidah dalam puisinya inilah yang membuat

penulis memilih syair Lau Anna> Lam Naftariq dan Lau Tarji'I>n sebagai objek

penelitian. Kajian stilistika yang dikerucutkan menjadi metafora digunakan

sebagai alat dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil pelacakan penulis, penelitian terhadap karya Farouk

Juwaidah sudah banyak dilakukan. Pertama, ditinjau dari segi pengarang yaitu

Farouk Juwaidah. Penelitian yang mengambil objek dari karya-karya Faoruk

Juwaidah masih sedikit, yaitu skripsi di Universitas Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang berjudul "Qashi>dah Hadza> Bila>d Lam Ta‘ud Kabila>di

Karya Farouk Juwaidah: Analisis Semiotik Charles Morris" oleh Hilman

Abdullah (2015). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa dalam

keseluruhan bait puisi, lebih didominasi oleh kalimat-kalimat yang

mengandung tanda yang menunjukkan pada kesan keputusasaan, duka, dan

gambaran penindasan. Oleh karena itu makna puisi tersebut adalah

'keputusasaan'.

Kedua, dari segi teori, Annas (2013) dalam tesis di Universitas Gajah

Mada berjudul “Analisis Metafora dalam Kumpulan Puisi Leaves Of Grass

Karya Wath Whitman”. Dari Penelitian tersebut disimpulkan bahwa telah

ditemukan sembilan jenis metafora berdasarkan medan semantik yang

disampaikan oleh Haley. Kemudian dari metafora tersebut diketahui bahwa

ada korelasi antara metafora yang digunakan dengan pengalaman Walt

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

6

Whitman pada masa perbudakan, perang saudara, memori Abraham Lincoln,

dan faham spiritualnya. Metafora tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu

untuk menyatakan pujian, kesedihan, kebahagiaan, nasehat, ketakutan, dan

hujatan.

Ahmad Khoironi Arianto (2013) dalam tesis di Universitas Gajah

Mada berjudul “Metafora dalam Puisi Imam Syafi'i”. Dalam penelitian

tersebut disimpulkan bahwa terdapat 8 (delapan) jenis metafora sebagaimana

yang telah diterangkan oleh Haley. Bentuk kebahasaan yang terdapat di

dalamnya ditemukan adanya bentuk kata, frasa, dan klausa dalam bahasa

Arab. Adapun hubungan antara metafora Di>wa>n Imam Syafi'i dengan budaya

ditemukan bahwa pembanding dalam buku tersebut banyak berhubungan

dengan kehidupan bangsa Arab pada saat itu dan kehidupan nenek moyang

bangsa Arab yang penuh dengan peperangan.

Ketiga, dari segi objek, berdasarkan hasil penelusuran yang telah

dilakukan, belum pernah ada penelitian yang membahas objek puisi Lau

Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘in dalam antologi Lau Annana> Lam

Naftariq karya Farouk Juwaidah sebagai objek penelitian.

Dengan demikian, penelitian yang membahas dua puisi dalam

antologi puisi Lau Annana> Lam Naftariq karya Farouk Juwaidah dengan

memanfaatkan teori stilistika berdasarkan pengamatan penulis belum pernah

dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu penulis memandang penting dan

tertarik untuk meneliti bentuk gaya bahasa metafora serta maknanya yang

terkandung di dalam puisi tersebut.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

7

Adapun manfaat penelitian yang didapatkan adalah, pertama

memperkaya pengetahuan bagi para pembaca tentang kesusasteraan Arab,

khususnya puisi Arab modern. Kedua, memberikan wawasan dan pengetahuan

mengenai metafora, khususnya metafora dalam puisi Arab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur teks yang membangun puisi arab Lau Annana> Lam

Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah berdasarkan teori

sturuktural ‘Abdul Ba>sith ‘Abdur-Raza>q Badr (1411 H)?

2. Apa saja jenis metafora beserta maknanya dalam puisi Lau Annana> Lam

Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah?

C. Tujuan

Tujuan Penelitian adalah untuk memberikan arah yang jelas pada

penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur teks yang membangun dalam puisi arab Lau

Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah Darwish

berdasarkan teori sturuktural ‘Abdul Ba>sith ‘Abdur-Raza>q Badr (1411 H).

2. Mengungkapkan jenis-jenis metafora beserta maknanya dalam puisi arab

Lau Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

8

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian bertujuan menghindari pelebaran

masalah yang dianalisis sehingga menimbulkan ketidakjelasan dalam

pembahasan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mendeskripsikan struktur teks yang membangun puisi arab Lau Annana>

Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah berdasarkan teori

sturuktural ‘Abdul Ba>sith ‘Abdur-Raza>q Badr (1411 H) yang meliputi

keadaan teks, deskripsi umum teks, tema, emosi, gaya bahasa, imajinasi

dan penilaian umum.

2. Menemukan dan mengungkapkan jenis-jenis metafora beserta maknanya

yang digunakan oleh Farouk Juwaidah dalam puisinya yang berjudul Lau

Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n.

E. Landasan Teori

1. Teori Struktural ‘Abdul Ba>sith ‘Abdur-Raza>q Badr (1411 H)

Strukturalisme adalah paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu

sendiri dengan mekanisme antarhubungannya (Ratna, 2004: 91). Objek

dipandang cukup dan terlepas dari latar belakang sosialnya. Pada penelitian

ini, teori struktural yang digunakan adalah teori struktural ‘Abdul Ba>sith

‘Abdur-Raza>q Badr.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

9

Menurut Badr (1411: 207) dalam menganalisis karya sastra ada 7 (tujuh)

aspek yang dibahas, yaitu keadaan teks (Jawwu'n-Nashshi), deskripsi umum

teks (Al-‘ardhul-‘a>m li'n-nashshi), tema (Al-afka>r), emosi (Al-‘awa>thif), gaya

bahasa (Al-uslu>b), imajinasi (Al-khaya>l), dan penilaian umum (Al-Chukmul-

‘a>m li'n-Nashshi).

a. Keadaan Teks (Jawwu'n-Nashshi)

Dalam aspek pertama ini, akan dibahas mengenai keadaan teks secara

umum. Dimulai dari masa teks tersebut dibuat, kejadian-kejadian yang

melatarbelakangi teks tersebut, hingga pengarangnya. Menurut Badr, ada

sebagian teks sastra yang tidak diketahui pengarangnya ataupun tidak terikat

dengan kejadian apapun, oleh karena itu diperbolehkan menghilangkan aspek

pertama ini, dan analisis dimulai dari aspek ke-dua.

b. Deskripsi Umum Teks (Al-‘ardhu Al-‘A>m Li'n-Nashshi)

Pada bagian ini, teks secara keseluruhan akan dideskripsikan, sesuai

dengan apa yang telah dipaparkan oleh pengarangnya. Pendeskripsian teks

berupa puisi dimulai dari bait ke bait, sedangkan prosa dimulai dari paragraf

ke paragraf atau bab ke bab.

c. Tema (Al-Afka>r)

Pada aspek ke-tiga ini, akan dipaparkan mengenai tema-tema yang

terkandung dalam teks sastra secara rinci, kemudian mengaitkannya dengan

tema pokok karya sastra tersebut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

10

d. Emosi (Al-‘Awa>thif)

Emosi merupakan sekumpulan perasaan yang terkandung dalam sebuah

teks sastra, seperti : sedih, marah, gembira dan lain sebagainya. Menurut Badr,

seorang pengarang saat berpindah dari satu pokok pikiran ke pokok pikiran

yang lain, atau dari satu tujuan ke tujuan yang lain, maka emosi yang

digunakan juga akan berubah. Maka dari itu seorang peneliti harus

mengungkapkan emosi-emosi yang terkandung dalam teks sastra.

e. Gaya Bahasa (Al-Uslu>b)

Pada aspek gaya bahasa ini, Badr mengklasifikasikannya menjadi 4

(empat) bagian, yaitu: kosa kata, struktur, kemahiran bersastra, dan irama.

Dalam setiap bagian tersebut, harus dianalisis dengan detail, bagaimana kosa

kata, struktur, dan kemahiran bersastra yang digunakan oleh pengarang.

Sedangkan irama, hanya khusus digunakan dalam analisis puisi.

f. Imajinasi (Al-Khaya>l)

Unsur imajinasi dalam puisi sangat banyak, oleh karena itu pada bagian

ini, peneliti harus mengupas imajinasi-imajinasi yang digunakan oleh

pengarang serta pengaruhnya terhadap kejelasan makna teks puisi.

g. Penilaian Umum (Al-Chukmul-‘A>m Li'n-Nashshi)

Pada bagian ini akan ditunjukkan ciri-ciri teks yang terpenting,

kemudian membandingkannya dengan karya-karya lain yang bertema dan

berobjek sama, sambil menjelaskan hal-hal baru yang disajikannya, nilai-nilai

humanis yang diusungnya, dan kemahiran-kemahiran teknis yang

menjadikannya istimewa.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

11

2. Teori Stilistika

Penelitian ini menerapkan teori stilistika, karena metafora yang menjadi

pokok pembahasan penelitian ini berada dalam ruang lingkup kajian stilistika.

Secara sistematis metafora merupakan bagian dari bahasa kiasan, sedangkan

bahasa kiasan merupakan bagian dari gaya bahasa, dan gaya bahasa

merupakan bagian dari stilistika (Huda, 2011: 16). Secara ringkas dapat dilihat

gambar di bawah ini :

Stilistika adalah ilmu tentang gaya (Shipley dalam Ratna, 2014: 8).

Stilistika dalam Kamus Linguistik didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki

bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra (Kridalaksana, 2008: 227).

Menurut Leech dan Short (dalam Nurgiyantoro, 1995: 279) stilistika

merupakan kajian terhadap wujud performasi kebahasaan, khususnya yang

terdapat dalam karya sastra. Sedangkan menurut Slamet Muljana dalam

bukunya berjudul Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Sastra (1956) mengatakan

Stilistika

Gaya bahasa

Bahasa kiasan

Metafora

Gambar 1 : metafora dalam stilistika

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

12

bahwa bahasa sastra khususnya puisi disebut sebagai 'kata berjiwa', yaitu

bahasa adalah alat untuk mewujudukan pengalaman jiwa yaitu cita dan rasa ke

dalam rangkaian bentuk kata yang tepat dan dengan sendirinya sesuai dengan

tujuan pengarang. Pemahaman menganai kata-kata berjiwa inilah yang disebut

sebagai stilistika (Ratna, 2014: 38-39). Tujuan stilistika adalah untuk

menerangkan bagaimana sastrawan memanipulasi penggunaan bahasa di

dalam karya sastra untuk menghasilkan efek tertentu sesuai dengan prinsip

licentia poetica (Muzakki, 2011: 178).

a. Gaya Bahasa

Berdasarkan penjabaran di atas, stilistika merupakan ilmu tentang gaya

Bahasa atau style. Kata style berasal dari akar kata stilus (latin) yang berarti

alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis

lilin. Benda runcing tersebut dapat diartikan bermacam-macam, di antaranya

adalah menggores dan menusuk. Konotasi lain adalah menggores dan

menusuk pembaca bahkan juga penulis itu sendiri sehingga menimbulkan efek

tertentu. Pada dasarnya di sinilah terletak makna kata stilus sehingga

kemudian berarti gaya bahasa yang sekaligus berfungsi sebagai penggunaan

bahasa yang khas (Ratna, 2014: 8).

Gaya bahasa menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 1995: 276) adalah

cara bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

dikemukakan. Ratna (2014: 3) mendefinisikan gaya bahasa sebagai cara-cara

khas bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga

tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Ratna (2014: 416)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

13

juga mengatakan bahwa secara tradisional gaya bahasa disamakan dengan

majas, dan secara modern meliputi keseluruhan cara penyajian karya sastra,

termasuk bahasa nonsastra. Senada dengan Keraf (1996: 93) yang mengatakan

bahwa tiap pengarang memiliki gaya sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan

kegemaran masing-masing pengarang. Gaya bahasa merupakan cap seorang

pengarang dan merupakan keistimewaan seorang penulis. Sebagaimana gaya

bahasa yang digunakan Tere Liye berbeda dengan gaya bahasa yang

digunakan oleh Andrea Hirata, meskipun keduanya sama-sama menulis novel.

Dengan ini dapat dipahami bahwa gaya bahasa adalah milik setiap

orang, gaya bahasa mencerimkan karakter seseorang, dan gaya bahasa

merupakan ciri khas setiap pemakai bahasa. Penulis A akan memiliki gaya

bahasa yang berbeda dengan penulis B, begitu pula dengan penulis C dan D.

Setiap penulis akan memiliki ciri khas masing-masing dalam mengolah kata.

b. Bahasa Kiasan

Bahasa kiasan (figurative language) adalah salah satu unsur untuk

mendapatkan kepuitisan. Adanya bahasa kiasan ini menjadikan sajak menjadi

menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama

menimbulkan kejelasan gambaran angan (Pradopo, 1987: 62). Bahasa kiasan

dibentuk berdasarkan perbandingan dan persamaan. Membandingkan sesuatu

dengan sesuatu yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang

menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf, 1996: 136). Bahasa

kiasan bermacam-macam. Namun meskipun bermacam-macam, masih

memiliki satu sifat umum, yaitu mempertalikan sesuatu dengan cara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

14

menghubungkan dengan sesuatu yang lain (Altenbernd dalam Keraf, 1996:

62). Salah satu macam bahasa kiasan adalah metafora.

c. Metafora

Secara etimologis, metafora berasal dari kata methaphora (Yunani)

yang berati mentransfer, mengalihkan, memindahkan, membawa dari satu

tempat ke tempat yang lain. Kata ini juga dapat ditelusuri melalui akar

katanya, yang terdiri atas meta dan pherein. Meta berarti samping, sesudah,

mengatasi, dan melalui, sedangkan pherein berarti mengandung, memikul dan

memuat. Keduanya dihubungkan oleh kesamaan atau perbandingan secara

implisit (Ratna, 2011:253). Dalam Kamus Istilah Sastra, Zaidan (2007:129)

mendefinisikan metafora sebagai majas yang mengandung perbandingan

tersirat yang menyamakan hal yang satu dengan hal yang lain. Metafora

sendiri memiliki dua pengertian, secara sempit dan luas. Pengertian secara

sempit, metafora adalah majas seperti metonimia, sinekdoke, hiperbola, dan

sebagainya. Sedangkan pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan

penggunaan bahasa yang menyimpang dari bahasa baku (Ratna, 2014: 181).

Sedangkan Pradopo (1987: 66) mendefinisikan metafora sebagai bahasa

kiasan seperti perbandingan hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding

tetapi dengan melihat sesuatu melalui perantara benda lain.

Menurut Aristoteles (dalam Saifudin, 2012: 92) metafora merupakan

sarana berpikir yang sangat efektif untuk memahami suatu konsep abstrak,

yang dilakukan dengan cara memperluas makna konsep tersebut dengan cara

membandingkannya dengan suatu konsep yang lain yang sudah dipahami.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

15

Melalui perbandingan itu terjadi pemindahan makna dari konsep yang sudah

dipahami kepada konsep abstrak. Sebagai contoh seorang anak bertanya

kepada ibunya ‘Apa itu cinta?’. Ibu tersebut tidak akan memberikan jawaban

dengan definisi cinta dari kamus, melainkan memperluas makna konsep cinta

itu sendiri dengan membandingkannya dengan konsep yang lain yang mudah

dipahami. Ibu tersebut kemudian menjawab ‘cinta itu perasaan yang kamu

rasakan saat ibu memelukmu’. Dengan demikian konsep abstrak cinta dapat

dengan mudah dipahami oleh anak.

Beberapa pakar menganggap bahwa metafora merupakan “ratunya”

majas (Zaimar, 2002: 48). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ratna (2011:

253) bahwa sebagian gaya bahasa yang sudah dikenal dapat dikelompokkan

ke dalam metafora. Jakobson (dalam Ratna, 2014: 183) juga mengatakan

bahwa semua bentuk pada dasarnya dapat disebut sebagai metafora. Dengan

demikian, pada hakikatnya sebagian besar majas didasari oleh perbandingan

dua konsep yang disandingkan.

Richards (dalam Ratna, 2014: 185) membagi komponen metafora

menjadi dua, yaitu: tenor dan vehicle. Tenor adalah konsep yang sudah

dipahami atau makna yang secara harfiah sudah dipahami, sedangkan vehicle

adalah konsep yang dibicarakan agar tenor lebih mudah dipahami.

Contohnya: “Rindu adalah duri di hati”. Rindu merupakan tenor sedangkan

duri adalah vehicle. Kemudian, melalui interaksi antara tenor dan vehicle

dihasilkan gagasan baru yaitu titik kesamaan atau disebut ground. Dalam

contoh kalimat di atas misalnya, tidak terjadi pemindahan makna dari kata

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

16

rindu kepada kata duri, kedua kata tersebut tetap berada pada makna harfiah

masing-masing. Namun sebagian wilayah makna kedua kata tersebut saling

berinteraksi dan menunjukkan adanya sekumpulan komponen makna yang

serupa. Oleh karena itu, titik kesamaan dari kalimat tersebut adalah menyakiti.

Di bawah ini akan dikemukakan wilayah makna metafora, sehingga

akan lebih mudah dalam memahami konsep metafora.

Pada gambar 2 diatas, dapat dideskripsikan bahwa A merupakan makna kata

rindu, sedangkan B merupakan makna kata duri. Sebagian dari kedua wilayah

makna tersebut bertumpang tindih (ditampilkan oleh bagian yang berwarna),

hal itu menunjukkan adanya sekumpulan komponen makna yang sama, yaitu

sama-sama dimiliki oleh kedua wilayah makna. Meskipun kedua wilayah

menyatu salah satu makna tidak akan hilang melainkan berinteraksi. Jadi

dalam metafora tidak terjadi substitusi makna, melainkan interaksi makna

(Richards dalam Zaimar, 2002: 49).

A B

Gambar 2: Proses metafora

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

17

Dalam kesusasteraan Arab, istilah metafora dapat disepadankan dengan

Isti‘a>rah (Al-Khuli, 1982:168), hal demikian juga diungkapkan oleh Fatchi

(1986:21) dalam Mu‘jam Musthalacha>t Al-'Adabiyyah, Mubarak (1995: 180)

dalam Mu‘jam Musthalacha>t Al-Alsinah, dan Wahbah (1984: 27) dalam

Mu’jam Musthalacha>t Al-‘Arabiyyah Fi Al-Lughah wa Al-Adab.

Isti'a>rah adalah salah satu bagian dari maja>z lughawi, isti'a>rah

merupakan tasybi>h yang dibuang salah satu unsur pokoknya. Maja>z lughawi

adalah lafaz yang digunakan bukan pada makna yang sebenarnya karena

adanya qari>nah yang menghalangi pemahaman makna sebenarnya. Hubungan

antara makna hakiki dan makna maja>zi> terkadang berupa hubungan

penyerupaan dan terkadang bukan penyerupaan, sedangkan qari>nah terkadang

lafdziyyah dan terkadang cha>liyah (Al-Ja>rim, 2007: 77-83).

Adapun tasybi>h adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal

memiliki kesamaan sifat dengan hal lainnya. Penjelasan tersebut

menggunakan hururf ka>f (seperti) atau sejenisnya, baik tersurat maupun

tersirat (Al-Ja>rim, 2007: 25). Tasybi>h sendiri memiliki unsur-unsurnya, yaitu

musyabbah atau yang diserupakan, musyabbah bih atau atau yang diserupai,

ada>t tasybi>h atau huruf yang menyatakan penyerupaan, dan wajhu syibhi atau

sifat yang ada pada kedua belah pihak. Seperti contoh di bawah ini:

شمس ىف الضياءأَْنَت كال[Anta ka’sy-syamsi fi’dh-dhiya>i]

Engkau bagaikan matahari yang menyinari

'Engkau' pada kalimat di atas merupakan musyabbah, 'Matahari' merupakan

musyabbah bih, 'Seperti' merupakan ada>t tasybi>h, dan 'sinar' adalah wajhu

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

18

syibhi (Al-Ja>rim, 2007: 23) Di antara keempat unsur tasybi>h tersebut, unsur

pertama dan kedua, yaitu musyabbah dan musyabbah bih adalah unsur

penting yang harus ada dalam kalimat yang mengandung tasybi>h.

Pada dasarnya konsep isti‘a>rah berangkat dan bermuara dari bentuk

gaya bahasa tasybi>h dan pada hakikatnya ungkapan bentuk Isti'a>rah adalah

ungkapan bentuk tasybi>h yang paling tinggi (Muzakki, 2011: 182). Jika

kedua unsur penting yaitu musyabbah dan musyabbah bih dalam tasybi>h

harus disebutkan, maka dalam isti‘a>rah hanya salah satu unsur saja yang

disebutkan. Salah satu unsur tersebut adalah musyabbah atau musyabbah bih

sebagaimana pengertian isti‘a>rah yang telah dipaparkan di atas.

رأيت أسدا ىف املدرسة[Ra'aitu asadan fil-madrasati]

Aku melihat singa di sekolah

Kalimat di atas termasuk contoh isti‘a>rah, hakikat kalimat tersebut

adalah 'aku melihat seorang laki-laki pemberani seperti singa di sekolah'.

Akan tetapi dalam isti‘a>rah hanya salah satu unsur saja yang disebutkan baik

musyabbah maupun musyabbah bih tanpa disebutkan wajhu syibhi dan ada>t

tasybi>h, kemudian dihubungkan dengan qari>nah yang menghalangi kepada

pemahaman makna hakiki. Meskipun wajhu syibhi tidak disebutkan namun,

sebenarnya ia terkandung dalam kalimat isti‘a>rah, karena isti‘a>rah sendiri

berlandaskan pada hubungan penyerupaan. Kata 'al-madrasatu' merupakan

qari>nah yang menunjukkan arti sebenarnya kata 'asadun'. Makna 'singa' pada

kalimat di atas bukan hewan buas yang hidup di hutan melainkan seorang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

19

laki-laki yang memiliki keberanian layaknya seekor singa (Al-Ha>syimi, tt:

258).

Meskipun pada hakikatnya unsur-unsur isti‘a>rah sama dengan unsur-

unsur tasybi>h, namun isti‘a>rah memiliki istilah penyebutan tersendiri.

Musyabbah dalam isti‘a>rah disebut dengan musyta‘a>r lahu dan musyabbah

bih disebut dengan musyta‘a>r minhu (Al-Ha>syimi, tt: 258). Selain kedua

unsur pokok tersebut, qari>nah juga memiliki peran dalam memahami makna

sebenarnya yang dimaksudkan.

Qari>nah merupakan petunjuk bahwa sebuah kalimat tidak bisa

dimaknai dengan makna hakiki. Qari>nah harus ada dalam kalimat yang

mengandung isti‘a>rah. Karena jika dikatakan ‘ra'aitu asadan’ dengan maksud

seorang laki-laki pemberani, maka kata ‘al-asadu’ di atas hanya akan

dimaknai dengan singa yang merupakan hewan buas. Tetapi jika terdapat

qari>nah yang menunjukkan bahwa makna kata ‘al-asadu’ adalah laki-laki

pemberani, misalnya ‘ra'aitu asadan fil-madrasati’, maka kalimat tersebut

termasuk isti‘a>rah (Mathlu>b, 1975: 128). Qari>nah ada dua macam,

sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu qari>nah lafzdiyyah dan

qari>nah cha>liyah. Qari>nah lafdziyah adalah qarinah yang terletak di lafadz

dalam sebuah kalimat yang mengandung isti‘a>rah, sedangkan qari>nah

cha>liyah adalah qari>nah yang tidak terletak pada kata tertentu (A>mir, 2008:

www.almdares.net).

Melihat teori metafora yang diusung Richard dan metafora dalam

kesusasteraan Arab, maka dapat ditarik benang merah bahwa terdapat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

20

kemiripan di antara keduanya. Tenor dapat disepadankan dengan musta‘a>r

lahu atau musyabbah, vehicle dapat disepadankan dengan musta‘a>r minhu

atau musyabbah bih, dan ground dapat disepadankan dengan wajhu syibhi

(Wahbah, 1984: 28).

Dalam menciptakan metafora, manusia tidak dapat melepaskan diri dari

lingkungannya, karena manusia selalu mengadakan interaksi dengan

lingkungannya, dan dari interaksi tersebut terciptalah persepsi. Ruang

persepsi tersebut mempengaruhi daya cipta metafora pada kalangan

sastrawan, dan dimulai dari lingkungan terdekat sampai lingkungan terjauh

(Wahab, 1991: 76). Berdasarkan ruang persepsi manusia Michael C. Haley

(dalam Annas, 2013: 28) membagi metafora menjadi 9 (Sembilan) kategori

bentuk, yaitu :

1) Ke-ada-an (Being) yaitu metafora yang meliputi hal-hal abstrak seperti

kebenaran, kasih sayang, kebencian dan lain sebagainya.

2) Kosmos (Cosmos) yaitu metafora yang meliputi benda-benda kosmos

seperti matahari, bulan dan lain sebagainya.

3) Energi (Energy) yaitu metafora yang berkaitan dengan hal-hal yang

memiliki kekuatan, seperti angin, cahaya, api, air.

4) Substansi (Substance) yaitu metafora yang meliputi jenis-jenis gas

dengan prediksinya dapat memberi kelembutan, bau, tekanan, dan lain

sebagainya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

21

5) Permukaan Bumi (Terrestrial) yaitu metafora yang berkaitan dengan

hal-hal yang terikat atau terbentang di permukaan bumi seperti, sungai,

laut, dan lain sebagainya.

6) Benda Mati (Object) yaitu metafora benda mati yang meliputi benda-

benda tidak bernyawa seperti kursi, gelas, meja, dan lain sebagainya.

7) Flora (Living) yaitu metafora yang berhubungan dengan seluruh jenis

tumbuhan.

8) Fauna (Animate) yaitu metafora yang berhubungan dengan makhluk

organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang dan lain sebagainya,

seperti sapi, anjing, dan kerbau.

9) Manusia (Human) yaitu metafora yang behubungan dengan makhluk

yang dapat berpikir dan berakal.

Pembagian ini menurut Haley mencerminkan ruang persepsi manusia.

Model Haley ini dipakai untuk memetakan hubungan sistematis antara

lambang yang dipakai dalam metafora dan makna yang dimaksudkan. Arianto

(2013) dalam penelitiannya memberikan salah satu contoh aplikasi model

Haley terhadap salah satu potongan puisi Imam Syafi'i yang berbentuk simile

(tasybi>h).

وعيدا وختاف يوم املعاد الذنوب جليدا كنت تغدو يفإن [In kunta taghdu> fi>'dz-dzunu>bi jali>dan]

[wa takha>fu yaumal-mi'a>di wa‘i>dan] Apabila kamu berjalan di atas dosa-dosa seperti salju

Dan kamu khawatir pada dosa-dosa hari nanti

Tenor atau musta‘a>r lahu pada puisi di atas adalah kata 'adz-

dzunu>bi' yang berarti 'dosa' sedangkan salju pada puisi tersebut menjadi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

22

vehicle atau musta‘a>r minhu. Dalam perumpamaan tersebut dosa

diumpamakan seperti salju. Bukan karena sifat salju yang dingin ataupun

salju yang indah saat muncul pertama kali, akan tetapi lebih mengarah

pada persamaan bahwa keduanya sama-sama tidak dapat dihitung

jumlahnya. Salju merupakan sebuah partikel kecil dan berwarna putih

yang tidak sanggup untuk dihitung berapa butiran salju yang ada saat kita

mengambil satu genggaman saja. Hal tersebut sama halnya bila kita

menghitung banyakknya jumlah bulu yang terdapat pada seekor kambing,

bila hal tersebut dikerjakan maka setiap orang yang menghitungnya akan

mendapatkan perbedaan jumlah antara yang satu dengan lainnya, begitu

pula dengan dosa seseorang yang telah menumpuk sekian lama. Dosa

tersebut akan menggunung dengan jumlahnya yang sangat banyak hingga

tidak dapat dihitung.

Salju merupakan butiran uap air berwarna putih yang membeku di

udara dan jatuh ke bumi akibat temperatur udara di daerah itu berada di

bawah titik beku. Salju adalah benda mati yang tidak memiliki kekuatan

kecuali ada kekutan dari luar yang mendorongnya. Oleh karena hal

tersebut, salju dikatakan termasuk kategori metafora benda mati (object)

karena tidak memiliki kekuatan yang dapat menggerakkan kecuali

kekuatan dari luar.

Jenis-jenis metafora model Haley tersebut akan dibahas sesuai

dengan objek yang dikaji, dan dengan unsur vehicle atau Musta‘a>r minhu

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

23

sebagai titik acuannya. Dari paparan di atas, secara ringkas dapat dilihat

dalam bagan di bawah ini :

3. Data dan Sumber Data

1. Objek Penelitian

Objek penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra

(Sangidu, 2001: 61). Objek penelitian ini adalah puisi Arab berjudul Lau

Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah yang yang

diambil dari antalogi puisi Lau Annana> Lam Naftariq karya Farouk Juwaidah.

Gambar 3: Bagan klasifikasi metafora

Metafora

Unsur-Unsur

Jenis

Tenor (Musyabbah bih/Musta‘a>r lahu)

Vehicle (Musta‘a>r minhu/Musyabbah

bih)

Ke-ada-an

Kosmos

Substansi

Permukaan Bumi

Lafdziyyah

Cha>liyah

Qarinah

Energi

Benda Mati

Flora

Fauna

Manusia

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

24

2. Data

Data penelitian sebagai data formal adalah kata-kata, frasa, dan kalimat.

Data yang terkumpul dalam analisis deskriptif berupa kata-kata dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif

(Moleong, 2010: 16). Bentuk data dalam penelitian ini berupa huruf, kata-

kata, frasa dan kalimat, yang terdapat di pada puisi arab Lau Annana> Lam

Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah.

3. Sumber data

Sumber data adalah naskah (Ratna, 2004: 47). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yang berupa buku, e-

book, hasil penelitian dan lain sebagainya yang diuraikan dengan perincian

sebagai berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama. Sumber data

primer penelitian ini adalah puisi Arab yang berjudul Lau Annana> Lam

Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah diambil dari antologi

puisi Lau Annana> Lam Naftariq karya Farouk Juwaidah yang diterbitkan

oleh Da>ru'sy-Syuru>q di Kairo pada tahun 2005.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang kedua. Sumber

data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari

buku-buku, karya tulis, data penelitian, informasi, dan website yang

berhubungan dan menunjang pembahasan penelitian.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

25

4. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

deskriptif. Penelitian ini cenderung berkembang dan banyak digunakan dalam

ilmu-ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku sosial manusia, dan

berbagai argumentasi lainnya. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data

yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada),

melainkan hasil analisis tersebut berupa deskripsi berupa gejala-gejala yang

diamati, yang tidak selalu berbentuk angka-angka atau koefisien antar

variabel (Subana, 2011: 17)

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang terikat dengan

pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam teknik pengumpulan data,

data diperoleh dari teknik pustaka, yaitu dengan cara membaca, memahami,

mencatat hal-hal penting, memaknai dan mengkategorikan teks Lau Annana>

Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n, sesuai dengan kebutuhan masalah yang telah

dirumuskan.

Adapun dalam teknik pengolahan data, data yang telah diambil melalui

tahap pengumpulan data dan telah diklasifikasikan selanjutnya akan diolah

melalui tahap analisis struktural dengan menggunakan teori struktural Badr.

Kemudian dilanjutkan dengan analisis unsur-unsur dan jenis-jenis metafora

dalam teks Lau Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n beserta maknanya.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

26

Pada tahap akhir, data-data yang telah dianalisis kemudian ditafsirkan dan

dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan.

5. Sistematika Penulisan

Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas dan berkesinambungan

antara bab demi bab, maka sistematika penulisan penelitian ini sebagai

berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, data dan

sumber data, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II meliputi pembahasan analisis struktural teks Lau Annana> Lam

Naftariq dan Lau Tarji‘i>n menggunakan teori struktural Badr (1141 H).

Bab III meliputi pembahasan inti dari penelitian ini yaitu jenis-jenis dan

metafora dalam teks Lau Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n beserta

maknanya dengan menggunakan kajian stilistika dalam bentuk deskripitif.

Bab IV merupakan penutup yang meliputi simpulan dan saran

Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran

berupa teks rekap uraian hasil penelitian, biografi Farouk Juwaidah dan data

primer (puisi Lau Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

27

BAB II

ANALISIS STRUKTURAL LAU ANNANA> LAM NAFTARIQ

DAN LAU TARJI‘I>N KARYA FAROUK JUWAIDAH

Strukturalisme adalah paham mengenai unsur-unsur, yang terdiri dari struktur

itu sendiri dan mekanisme antarhubungannya (Ratna, 2004:91). Analisis struktural

dapat disebut sebagai analisis unsur intristik sebuah karya sastra. Objek dapat

dipandang cukup yang terlepas dari unsur-unsur ekstrinsik di luar karya sastra.

Menurut Badr (1411: 207) dalam menganalisis karya sastra ada 7 (tujuh) aspek

yang dibahas, yaitu keadaan teks (Jawwu'n-Nashshi), deskripsi umum teks (Al-

‘Ardhul-‘A>m Li'n-Nashshi), tema (Al-Afka>r), emosi (Al-‘Awa>thif), gaya bahasa

(Al-uslu>b), imajinasi (Al-khaya>l), dan penilaian umum (Al-Chukmul-‘A>m li'n-

Nashshi).

A. Puisi Lau Annana> Lam Naftariq

لو أنّنا .. لم نفترق لو أنّنا .. مل نفرتق

مسائك ساريا لبقيت جنما يف يف هليبك حيرتق يوتركت عمر

سافرت يف قمم السحاب ينلو أنّ ربوعك ينطلق يفوعدت هنرا

املدى ها األحالم تنثرنا سرابا يفلكنّ وتظل سرا.. يف اجلوانح خيتنق

*** نا .. مل نفرتقلو أنّ

ذهول تبتعد كانت خطانا يف وتشدنا أشواقنا

فنعود منسك بالطريق املرتعد تلقي بنا اللحظات

27

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

28

صخب الزحام كأننا يف جسد جسد تناثر يف

جسد نسري .. وحولنا جسدان يف كانت وجوه الناس جترى كالرياح

فال نرى منهم أحد***

مازلت أذكر عندما جاء الرحيلاألرق عيين وصاح يف

وتعثرت أنفاسنا بني الضلوع وعاد يشطرنا القلق

يديك يف يورأيت عمر رياح صيف عابث

ورماد أحالم .. وشيئا من ورق هذا أنا..

ورق يعمر ورق يحلم

جحيم املوج طفل صغري يف حاصره الغرق

ضوء طريد يف عيون األفق يطويه الشفق

جنم أضاء الكون يوما .. واحرتق***

العني احلزينة ال تسأيل كيف أدمتها املقل؟!

النجم البعيد ال تسأيل بأي سر قد أفل؟!عيين مهما توارى احللم يف

األجل قينوأرّ مازلت أملح يف رماد العمر

شيئا من أمل

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

29

فغدا ستنبت يف جبني األفق جنمات جديده

وغدا ستورق يف ليايل احلزن أيام سعيده

وغدا أراك على املدى مشسا تضئ ظالم أيامي

وإن كانت بعيده لو أننا مل نفرتق

ضجر الّشوارع فرحيت محلتك يف الطرقات يعل واخلوف يلقيين

تتمايل األحالم بني عيونناصمت الّلقا نبضايت وتغيب يف

واللّيل سّكري يعانق كأسه ويطوف منتشيا على احلانات

العيون بريقهوالضوء يسكب يف خجل على الشرفات ويهيم يف حولناالطريق و يف يكنا نصل

يتنّدر الكّهان بالّضحكاتالّظالم دموعنا نعانق يف كّنا الّدرب منفطر من العرباتو

يوتوّقف الّزمن املسافر ىف دم لوعة خطواتى وتعثرت يف

يالّدقائق ختتفو والوقت يرتع .. فنطارد الّلحظات .. بالّلحظات

كنت أعرف والرحيل يشدناما وحيايت أودّع مهجيت أين

من وداع قد مضى ماكان خويف من فراق آت بل كان خويف

منذ كان وداعنا يءش مل يبق كلمايت غري اجلراح تئن يف

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

30

لو أننامل نفرتق ..زمن اخلطيئة توبيت لبقيت يف

صاليت.. و وجعلت وجهك قبليت 14-9: 2010)جويدة, (

Lau Annana> .. Lam Naftariq

[Lau annana> lam naftariq]

[Labaqaitu najman fi> sama>'iki sa>riyan]

[Wa taraktu ‘umri> fi> lahi>biki yachtariq]

[Law annani> sa>fartu fi> qimami's-sacha>bi]

[Wa ‘udtu nahran fi> rubu>‘iki yanthaliq]

[Lakinnaha>l-achla<mu tantsuruna> sara>ban fil-mada>]

[Wa tazhullu sirran .. fi>l-jawa>nichi yakhtaniq]

***

[Law annana> lam naftariq ..]

[Ka>nat khutha>na> fi> dzuhu>lin tabta‘id ..]

[Wa tasyudduna> asywa>quna>]

[Fana‘u>du numsiku bi'th-thari>qil-murta‘id]

[Tulqi> bina>'l-lachazha>tu]

[Fi> shakhabi'z-zicha>mi ka'annana>]

[Jasadun tana>tsara fi> jasad ..]

[Jasada>ni fi> jasadin nasi>ru wa chaulana>]

[Ka>nat wuju>hu'n-na>si tajri> ka'r-riya>ch]

[Fala> nara> minhum achad]

***

[Ma> ziltu adzkuru ‘indama> ja>'a'r-rachi>l]

[Wa sha>cha fi> ‘aini>l-'araq]

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

31

[Wa ta‘atstsarat anfa>suna> baina>'dh-dhulu>‘]

[Wa> ‘a>da yasyturuna>l-qalaq]

[Wa ra'aitu ‘umri> fi> yadaiki]

[Riya>cha> shaifin ‘a>bitsin]

[Wa rama>da achla>min wa sya'ian min waraq]

[Hadza> ana< ..]

[‘umri> waraq ..]

[Chulmi> waraq ..]

[Thiflun shaghi>run fi> jachi>mil-mauj]

[Cha>sharahul-gharaq]

[Dhau'un thari>dun fi> ‘uyu>nil-ufuq]

[Yathwi>hi>'sy-syafaq]

[Najmun adha>'al-kauna yauman wa chtaraq]

***

[La> tas'ali>l-‘ainal-chazi>nata]

[Kaifa admatha>-l-muqal ..]

[La> tas'ali>'n-najma>l-ba‘i>da]

[Bi ayyi sirrin qad afal]

[Mahma> tawa>ra>l-chulmu fi> ‘aini>]

[Wa arraqani>l-ajal]

[Ma>ziltu almachu fi> rama>dil-‘umri]

[Syai'an min amal]

[Faghadan satanbutu fi> jabi>nil-ufuq]

[Najma>tun jadi>dah]

[Wa ghadan satu>riqu fi> laya>lil-chuzni]

[Ayya<mun sa‘i>dah]

[Wa ghadan ara>ki 'ala>l-mada> ]

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

32

[Syamsan tudhi'u zhala<ma ayya>mi>]

[Wa in ka>nat ba‘i>dah]

[Law annana> lam naftariq ..]

[Chamaltuki fi> dhajari'sy-syawa>ri‘i farchati>]

[Wal-khaufu yulqi>ni> ‘ala>'th-thuruqa>ti]

[Tatama>yalul-achla>mu baina ‘uyu>nina>]

[Wa taghi>bu fi> shamti'l-liqa> nabdha>ti>]

[Wa'l-lailu sikki>run yu‘a<niqu ka'sahu]

[Wa yathu>fu muntasyian ‘ala>l-cha>na>ti]

[Wa'dh-dhaw'u yaskubu fi>l-‘uyu>ni bari>qahu]

[Wa yahi>mu fi> khajalin ‘ala>'sy-syurafa>ti]

[Kunna> nushalli> fi>'th-thari>qi wa chaulana>]

[Yatanaddarul-kuhha>nu bi'dh-dhachaka>ti]

[Kunna nu‘a>niqu fi>'zh-zhala>mi dumu>‘ana>]

[Wa'd-darbu munfatharun minal-‘abara>ti]

[Wa tawaqqafa'z-zamanul-musa>firu fi> dami>]

[Wa ta‘atstsarat fi> lau‘atin khuthuwa>ti>]

[Wal-waqtu yarta‘u .. wa'd-daqa>'iqu takhtafi>]

[Fa nutha>ridu'l-lachazha>ti .. bi'l-lachazha>ti]

[Ma> kuntu a‘rifu wa'r-rachi>l yasyudduna>]

[Anni> uwaddi‘u muhjati> .. wa chaya>ti>]

[Ma> ka>na khaufi> min wada>‘in qad madha>]

[Bal ka>na khaufi> min fira>qin a>ti]

[Lam yabqa> syai'un mundu ka>na wada>‘una>]

[Ghairul-jira>chi ta'innu fi> kalima>ti>]

[Lau annana> lam naftariq ..]

[Labaqaiti fi> zamanil-khathi>'ati taubati>]

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

33

[Wa ja‘altu wajhaki qiblati> .. wa shala>ti>]

(Juwaidah, 2010: 9-14)

Andai Kita Tidak Berpisah

Andai kita .. tidak berpisah

Aku akan menetap menjadi bintang yang berpijar di langitmu

Dan aku akan membiarkan diriku terbakar sepanjang umurku di bara apimu

Jika aku lintasi puncak awan

Aku akan kembali sebagai sungai yang mengaliri rumahmu

Namun semua hanyalah mimpi-mimpi yang menghampar kita bagai fatamorgana

Tetap rahasia .. yang mencekik tulang belulang

***

Andai kita tidak berpisah

Langkah yang tak menentu kan menjauh

Mencengkram kerinduan kita

Maka kita kembali bersama menggengam di jalan yang menimbulkan gigil

Kenangan itu menghampiri kita

Dalam kebisingan lalu lintas seakan-akan kita adalah

Satu tubuh yang berada dalam tubuh lain

Dua tubuh dalam satu jasad, kita berjalan .. dan disekitar kita

Wajah-wajah manusia yang berjalan hanya seperti angin

Tak kan terlihat satupun dalam pandangan kita

***

Masih ku ingat hari perpisahan itu

Insomnia membentak mataku

Dan nafas kita tergelincir di antara tulang rusuk

Kegelisahan berungakali mencacah kita

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

34

Aku melihat hidupku ada dalam genggamanmu

Bagai angin musim panas yang berkerut

Mimpi kelabu .. dan sesuatu setipis kertas

Ini aku

Jiwaku bagai kertas

Mimpiku pun bagai kertas

Anak kecil dalam siksa gelombang

Yang mengepungnya dan membuatnya tenggelam

Cahaya terusir dari pandangan cakrawala

Dilipat dan ditutupi oleh cahaya senja

Bintang yang menyinari alam dalam satu hari .. lalu terbakar

***

Jangan kau tanya mata yang tengah bersedih

Bagaimana bola mata bisa mengucurkan darah

Jangan kau tanya bintang yang jauh

Rahasia apa yang membuatnya menghilang

Sepandai apapun sebuah mimpi bersembunyi dalam kedalaman mataku

Kematian membuatku terjaga

Aku masih memiliki sedikit harapan dalam jiwaku yang abu-abu

Esok aku yakin akan tumbuh di kening ufuk

Bintang-bintang baru

Dan esok akan tumbuh di malam-malam kelamku

Hari-hari bahagia

Esok aku melihatmu

Bagai matahari yang menyinari kegelapan hari-hariku

Meskipun jauh

Andai kita tidak berpisah

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

35

Akan ku bawa engkau ke dalam kegelisahan jalanan kegembiraanku

Sedang ketakutan menemui di jalanan

Mimpi-mimpi di mata kita

Menghilang dalam kebisuan pertemuan detak jantungku

Malam mabuk yang memeluk gelasnya

Berputar sempoyongan diatas bar

Cahaya menuangkan sinarnya pada mata

Dan mengangguk malu diatas balkon

Tatkala kita sholat di jalanan sedang disekitar kita

Para peramal bercanda dalam tawa yang panjang

Tatkala kita saling memeluk air mata kita dalam kegelapan

Jalanan terbelah dari air mata

Waktu yang bepergian berhenti di aliran darahku

Langkah-langkahku tergelincir dalam rasa sakit

Kala waktu bersenang-senang, sementara menit menghilang

Maka kita memburu kenangan demi kenangan

Aku tak pernah tau jika kepergian itu menarik kita

Hingga harus kuucap selamat tinggal kepada hatiku kepada hidupku

Meski ketakutan akan perpisahan belum berlalu

Namun, ketakutan itu justru datang

Tidak ada yang tersisa semenjak perpisahan kita

Selain luka yang merintih di tiap kataku

Andai kita tidak berpisah

Kau tetap menjadi taubatku dari kesalahan

Kan ku jadikan wajahmu sebagai kiblatku dan sholatku

(Juwaidah, 2010: 9-14).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

36

1. Keadaan Teks (Jawwu'n-Nashshi)

Puisi Arab berjudul Lau Annana> Lam Naftariq adalah puisi pertama dari

antologi puisi dengan judul yang sama. Puisi tersebut diterbitkan pertama kali

pada tahun 1998 oleh Da>r Al-Ghari>b li'n-Nasyr wa't-Tauzi’, dan diterbitkan

kembali oleh Da>ru'sy-Syuru>q pada tahun 2005. Puisi Arab ini ditulis oleh

penyair Arab modern asal Mesir bernama Farouk Juwaidah.

Dia lahir tahun 1945 di kegubernuran Kafr Asy-Syaikh yang terletak di

sebelah utara Mesir. Semasa hidupnya banyak dia habiskan bekerja di majalah

Al-Ahram Mesir. Pekerjaannya bermula ketika menjadi anggota di bagian

rubrik ekonomi majalah Al-Ahram pada tahun 1968. Ia bekerja setelah lulus

dari universitas Kairo hingga akhirnya menjadi pembantu direktur majalah Al-

Ahram pada tahun 2002. Sejak kecil Farouk sudah tenggelam dalam dunia

sastra. Dia gemar membaca kitab-kitab kuno termasuk puisi-puisi Arab jahily

hingga dapat menghafalnya, meskipun tidak memahami artinya. Farouk diajari

dan dikenalkan oleh ayahnyamengenai puisi arab dan penyairnya. Kemudian

dia mulai membaca beragam puisi Arab. Kegemarannya itulah yang

mengantarkannya pada program studi jurnalistik fakultas Adab Universitas

Kairo. Dia juga mengasah bakat menulisnya ketika di bangku kuliah (Jaburi,

2008: diwanalarab.com)

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, tidak banyak referensi yang

ditemukan mengenai kehidupan pribadi Farouk Juwaidah yang berkaitan

dengan puisi-puisi cintanya. Dalam sebuah artikel berjudul Al-chub fi> Syi’ri

Farouk Juwaidah yang ditulis oleh Ibrahim Khalil Ibrahim dikatakan bahwa

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

37

cinta dalam puisi Farouk meliputi cinta tanah air dan kaum Arab. Hal ini

seperti sejumlah puisi yang telah ditulis oleh farouk mengenai Mesir,

Palestina, dan Libanon. Selain itu, cinta menurut Farouk juga berupa cinta

manusia yang diliputi oleh rasa emosi, kerapuhan, keindahan, dan

kegelisahan. Farouk juga mengatakan bahwa puisinya menyuguhkan apa yang

mayoritas orang inginkan, dan apa yang dapat menyentuh perasaan pembaca

(Ibrahim, 2009: diwanalarab.com). Menurut Farouk cinta dianggap dapat

melakukan kedua hal tersebut. Oleh karena itu, puisi arab berjudul Lau

Annana> Lam Naftariq berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tidak

terikat dengan peristiwa tertentu. Puisi tersebut merupakan refleksi

pengalaman-pengalaman yang dialami oleh Farouk atas kegemarannya dalam

menekuni puisi.

2. Deskripsi Umum teks (Al-‘Ardhul-‘A>m li'n-Nashshi)

Puisi Arab berjudul Lau Annana> Lam Naftariq ini terdiri dari empat

bagian yang saling berurutan dan berkaitan satu sama lain. Puisi arab ini

merupakan puisi Arab bebas dan dapat disebut dengan syi‘rul-chur. Syi‘rul-

chur ini secara bentuk mendekati gaya prosa sastra dan enjambemen.

Enjambemen adalah larik sambung (Zaidan, 20007: 69).

Bagian pertama puisi ini terdiri dari 7 (tujuh) baris puisi. Pada baris ke-1

hingga ke-5, penyair melalui tokoh Aku mengandai-andai mengenai

perpisahan dengan kekasihnya. Gambaran tersebut mengisahkan jika

perpisahan di antara keduanya tidak terjadi, maka hal-hal indah yang disajikan

dengan balutan metafora akan terjadi dalam kehidupan mereka. Kemudian

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

38

pada baris ke-6 hingga ke-7 si Aku mengungkapkan harapan dalam puisinya

dengan fatamorgana. Fatamorgana adalah hal yang bersifat khayal dan tidak

mungkin dicapai (KBBI, 2008:405). Fatamorgana dapat terjadi karena adanya

pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda sehingga bisa membuat

sesuatu yang tidak ada seolah menjadi ada. Kata 'fatamorgana' adalah nama

saudari Raja Arthur Faye Le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah

rupa (Sudaryadi, 2013:3). Fatamorgana merupakan bayangan yang menipu.

Suatu hal yang terlihat nyata dari jarak jauh tetapi akan menghilang saat

didekati. Hal demikian selaras dengan mimpi si Aku yang terlihat nyata tapi

sebenarnya hanya bayangan yang menipu.

Pada bagian kedua, terdiri dari 10 (sepuluh) baris puisi. Baris ke-1 hingga

ke-4, tokoh Aku masih mengungkapkan pengandaian mengenai keindahan-

keindahan yang akan dia dialami apabila perpisahan tersebut tidak terjadi.

Adapun pada baris ke-5 hingga ke-10 penyair melalui si Aku memaparkan

kerinduannya terhadap momen-momen saat dia dan kekasihnya masih

bersama. Momen-momen tersebut menggambarkan mengenai dunia yang

terasa seperti milik mereka berdua. Pada keramaian yang mereka lihat hanya

ada dirinya dan kekasihnya saja. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa bagian

pertama dan kedua sarat akan pengandaian keindahan oleh si Aku jika

perpisahan tidak terjadi antara dirinya dan sang kekasih.

Adapun pada bagian ketiga, puisi ini terdiri dari 15 (lima belas) baris. Pada

baris ke-1 hingga ke-4, si Aku mengungkapkan ingatannya ketika perpisahan

terjadi pada dirinya. Dia tidak bisa melakukan apapun. Bahkan untuk tidur

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

39

saja dia merasa kesulitan. Hal itu dikarenakan perasaan gundah gulana yang

sedang membalut seluruh perasaannya. Kemudian pada baris ke-5 hingga

baris ke-10, si Aku menggambarkan ketidakberartian kehidupan tanpa

kehadiran kekasihnya melalui ungkapan metaforis. Ungkapan tersebut

menjelaskan mengenai kehidupan tanpa kekasihnya hanyalah seperti angin

musim panas yang tidak berguna, mimpi yang tidak jelas dan sesuatu yang

tipis dan rapuh. Pada baris selanjutnya, yaitu baris ke-11 hingga ke-14, si Aku

menyuguhkan gambaran keputusasaan untuk melanjutkan kehidupan tanpa

kekasihnya. Gambaran tersebut juga diungkapkan dalam bentuk metafora,

yaitu seperti seorang anak kecil yang berdiri di dekat ombak dan hampir

tenggelam, serta seperti cahaya matahari yang hampir hilang disaat senja.

Pada baris terakhir, yaitu baris ke-15 diungkapkan kesedihan sekaligus rasa

terimakasih melalui ungkapan metaforis, yaitu meskipun saat ini kekasihnya

telah pergi, tetapi kehadirannya pernah mengisi hari-hari si Aku dengan

kebahagiaan.

Pada bagian terakhir puisi ini, yaitu bagian keempat, terdiri dari 41(empat

puluh satu) baris puisi. Pada baris ke-1 hingga ke-15, si Aku mengungkapkan

harapan akan kebahagiaannya di masa mendatang tanpa kehadiran sang

kekasih. Kemudian pada baris selanjutnya, yaitu baris ke-16, si Aku kembali

mengungkapkan pengandaian. Pengandaian itu diikuti dengan ungkapan yang

menggambarkan keragu-raguan dalam hubungan asmaranya, yaitu pada baris

ke-17 hingga ke-26. Selanjutnya, pada baris ke-27 hingga ke-32 si Aku

menyuguhkan gambaran kesedihan yang mendalam dan keputusasaan,

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

40

sebagaimana berkaitan dengan baris-baris sebelumnya, bahwa sisa umurnya

sudah tidak berarti lagi tanpa kehadiran sang kekasih. Pada baris ke-33 hingga

ke-38, penyair menggambarkan penyesalan dan kesedihan. Si Aku menyesal

bahwa dia sungguh telah berpisah dengan kekasihnya. Si Aku sangat

mencintai kekasihnya, sehingga kehidupan tanpanya seperti menghadapi

kematian. Puncak kesedihan digambarkan dengan ketidakmampuan si Aku

dalam melupakan kekasihnya yang pada kenyataannya telah pergi. Hal ini

diungkapkan oleh penyair dengan tidak adanya rasa bahagia dan senyuman

dalam kehidupan si Aku setelah perpisahan tersebut terjadi. Dia hanya

merasakan kessedihan yang mendalam setelah perpisahan tersebut terjadi.

Pada baris ke-29 hingga ke-41, si Aku kembali mengungkapkan pengandaian

seperti pada baris-baris sebelumnya. Pengandaian yang dia ungkapkan yaitu

jika perpisahan tersebut tidak terjadi dalam hubungannya dengan sang

kekasih, maka kekasihnya akan selalu menjadi kerinduannya dan tujuannya.

3. Tema (Al-Afka>r)

Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di

dalam karya sastra yang dapat dirumuskan dengan kalimat pernyataan

(Zaidan, 2007: 204). Seperti yang telah dipaparkan oleh Badr (1411 H), yaitu

berupa tema-tema yang tersebar dalam puisi, yang kemudian dikaitkan dengan

tema pokok puisi tersebut. Pada penelitian ini akan dipaparkan mengenai

tema-tema tersebut berasarkan bagian-bagian dalam puisi. Adapun pada

bagian keempat memiliki lebih banyak baris. Sehingga akan diulas lebih rinci

lagi. Kemudian mengaitkannya dengan tema pokok puisi tersebut.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

41

Bagian pertama pada puisi tersebut memiliki tema khayalan masa depan

oleh si Aku bersama dengan kekasihnya. Tetapi dia menyadari khayalan

tersebut adalah harapan kosong. Pada bagian kedua memiliki tema nostalgia

memori-memori indah masa lalu bersama kekasihnya. Nostalgia adalah

kerinduan pada sesuatu yang sudah tidak ada (KBBI, 2008: 1008). Kata

nostalgia diambil dari Bahasa Yunani yaitu 'Nostos' yang artinya kembali dan

'Algos' yang artinya kesusahan artinya menderita kesusahan karena ingin

kembali ke suatu tempat, waktu, atau kejadian masa lalu. Tanadi Santoso

seorang entrepreneur mengatakan bahwa berdasarkan percobaan di Inggris

orang lebih sering bernoslagia ketika dia sedih, dan yang selalu diingat adalah

hal-hal positif (Tanadi, 2016: tanadisantoso.com). Hal demikian juga terjadi

pada si Aku yang merindukan kebahagiaannya di masa lalu.

Selanjutnya pada bagian ketiga puisi tersebut memiliki tema keputusasaan

dalam menjalani sisa hidupnya tanpa sang kekasih. Pada bagian bagian

keempat, puisi ini memiliki beberapa tema, yaitu baris ke-1 hingga ke-15

memiliki tema harapan terhadap masa depan yang bahagia meskipun tanpa

kehadiran sang kekasih. Kemudian baris ke-16 hingga ke-28 bertemakan

keraguan yang dirasakan oleh si Aku terhadap mimpi-mimpi indah masa

depan bersama sang kekasih. Selanjutnya baris ke-29 hingga ke-38 memiliki

tema keputusasaan dan kesedihan mendalam. Adapun pada 3 (tiga) baris

terakhir, penyair terlihat mengembalikan puisi tersebut pada temaawal yaitu

pengandaian dan khayalan si Aku terhadap masa depan tanpa perpisahan

dengan sang kekasih. Seluruh tema pada setiap bagian tersebut saling

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

42

berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah tema pokok. Tema pokok

tersebut yaitu 'kesedihan perpisahan'. Secara ringkas penjelasan mengenai

tema-tema di atas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

4. Emosi (Al-'Awa>thif)

Emosi adalah keadaan dan reaksi antara psikologis dan fisiologis (KBBI,

2008: 387), kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali

Tema Puisi arab Lau Annana> Lam Naftariq

Bagian I

Khayalan masa depan oleh si Aku bersama dengan

sang kekasih

Bagian II

Nostalgia memori-memori indah masa lalu

bersama kekasihnya

Bagian III

Keputusasaan dalam menjalani sisa hidup tanpa

kekasihnya

Bagian IV

a. Harapan memiliki masa depan bahagia tanpa

kehadiran sang kekasih (baris ke-1 hingga ke-

15)

b. Ragu terhadap mimpi indah di masa depan

bersama sang kekasih (baris ke-16 hingga ke-

28)

c. Putus asa dan kesedihan yang mendalam (baris

ke-29 hingga ke-38)

d. Khayalan masa depan tanpa perpisahan dengan

sang kekasih (baris ke-39 hingga ke-41)

Kesedihan

perpisahan

Gambar 4 : Rincian tema puisi arab Lau Annana> Lam Naftariq

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

43

dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions). Puisi di

atas mencurahkan bentuk emosi seorang kekasih yang dirundung kesedihan

karena berpisah dengan kekasihnya. Kesedihan atau dukacita berhubungan

dengan kehilangan sesuatu yang penting dan bernilai, biasanya rasa sedih

yang sangat dalam ketika kehilangan seseorang yang dicintai, dan pada

akhirnya mengakibatkan kekecewaan dan penyesalan hingga insomnia

(Minderop, 2011: 44). Kesedihan dalam puisi tersebut dituangkan dalam

berbagai bentuk ungkapan metaforis sehingga bentuk kesedihan tersebut

terasa begitu kental.

Emosi berupa kesedihan dalam puisi tersebut, dapat dikerucutkan kembali

menjadi 3 (tiga) sebab kesedihan, yaitu (1) kesedihan karena mengingat masa

lalu yang indah bersama kekasihnya. Salah satunya terdapat pada puisi bagian

kedua baris ke-5 sampai ke-10 di bawah ini:

تلقى بنا اللحظاتصخب الزحام كأننا يف

جسد جسد تناثر يف جسد نسري.. وحولنا سدان يفج

كالرياح يكانت وجوه الناس جتر فال نرى منهم أحد

)جويدة, 2010:10)

[Tulqi> bina>'l-lachazha>tu]

[Fi> shakhabi'z-zicha>mi ka'annana>]

[Jasadun tana>tsara fi> jasad ..]

[Jasada>ni fi> jasadin nasi>ru wa chaulana>]

[Ka>nat wuju>hu'n-na>si tajri> ka'r-riya>h]

[Fala> nara> minhum achad]

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

44

Kenangan itu menghampiri kita

Dalam kebisingan lalu lintas seakan-akan kita adalah

Satu tubuh yang berada dalam tubuh lain

Dua tubuh dalam satu jasad, kita berjalan .. dan di sekitar kita

Wajah-wajah manusia yang berjalan hanya seperti angin

Tak kan terlihat satu pun dalam pandangan kita

(Juwaidah, 2010: 10)

(2) Kesedihan karena khayalan-khayalan indah masa depan yang akan dia

lalui dengan kekasihnya jika perpisahan tidak terjadi di antara mereka. Salah

satunya terdapat pada puisi bagian keempat baris ke-29 sampai ke-41 berikut

ini:

لو أننا مل نفرتقزمن اخلطيئة توبيت لبقيت يف

.. وصاليت وجعلت وجهك قبليت ( 14 :2010)جويدة,

[Law annana> lam naftariq ..]

[Labaqaiti fi> zamanil-khathi>'ati taubati>]

[Wa ja‘altu wajhaki qiblati> .. wa shala>ti>]

Andai kita tidak berpisah

Kau tetap akan menjadi taubatku dari kesalahan

Kan ku jadikan wajahmu sebagai kiblatku dan sholatku

(Juwaidah, 2010: 14)

(3) Kesedihan yang disebabkan oleh ketiadaan sang kekasih dalam

kehidupannya sehingga menjadikan semangatnya meredup dalam menjalani

sisa umurnya, sebagaimana kutipan di bawah ini:

يديك يف يورأيت عمر رياح صيف عابث

ورماد أحالم .. وشيئا من ورق

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

45

هذا أناورق يعمر

(10 :2010 )جويدة, حلمى ورق

[Wa ra'aitu ‘umri> fi> yadaiki]

[Riya>cha> shaifin ‘a>bitsin]

[Wa rama>da achla>min wa sya'ian min waraq]

[Hadza> ana< ..]

[‘umri> waraq ..]

[Chulmi> waraq ..]

Aku melihat hidupku dalam genggamanmu

Bagai angin musim panas yang berkerut

Mimpi kelabu .. dan sesuatu setipis kertas

Ini aku

Jiwaku bagai kertas

Mimpiku bagai kertas

(Juwaidah, 2010: 10)

Selain kesedihan-kesedihan tersebut, si Aku juga mengungkapkan emosi

berupa rasa gembira. Kegembiraan tersebut dia rasakan karena pernah

menghabiskan sebagian umurnya bersama sang kekasih. Si Aku juga berharap

meskipun suatu hari nanti kekasihnya telah pergi, kekasihnya akan tetap bisa

membuatnya bahagia meskipun jauh.

5. Gaya Bahasa (Al-Uslu>b)

a. Kosakata

Pada puisi tersebut, kosakata-kosakata yang digunakan cukup

sederhana dan lazim digunakan. Kosakata-kosakata tersebut bukan kosa

kata asing yang sulit ditemui di kamus. Bahasa dalam karya sastra

terutama puisi dituntut agar bersifat bebas, tegas, jauh dari istilah-istilah

ilmiah dan kata-kata asing. Hal ini disebabkan istilah-istilah tersebut hanya

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

46

dipergunakan dalam kajian ilmiah dan penelitian yang tentunya tidak

cocok untuk mengekspresikan rasa sastra (Muzakki, 2011: 86). Sedangkan

dalam puisi arab berjudul Lau Annana> Lam Naftariq ini tidak ditemukan

adanya istilah-istilah ilmiah dan kata-kata asing yang digunakan.

Penyair juga memperjelas makna puisinya melalui uangkapan

metaforis. Ungkapan-ungkapan tersebut sebagian besar menggunakan

kosa kata yang berkaitan dengan alam, seperti najmun (bintang), sacha>bun

(awan), riya>chun (angin), shaifun (musim panas), maujun (ombak), dan

ufqun (kaki langit). Penggunaan kosakata-kosakata tersebut dikarenakan

apabila melalui hal-hal yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari, maka akan mempermudah dalam menangkap makna dari puisi

tersebut.

b. Struktur

Pada puisi arab tersebut, struktur kalimat yang digunakan tergolong

fashi>ch dan bersih dari kesalahan sintaksis. Pada buku Al-Bala>ghah Al-

Wadhi>chah dijelaskan bahwa untuk mencapai predikat fasha>chah, suatu

kalimat harus tersusun dari kata-kata yang sesuai dengan kaidah sharaf,

tidak terdiri dari kata-kata yang tana>fur, susunannya tidak rancu, dan

terbebas dari kerancuan makna (Ja>rim, 2007: 4). Tana>fur adalah kalimat

yang tersusun dari kata-kata yang sulit diucapkan dan sulit didengar

karena tersusun dari huruf-huruf yang berdekatan makha>rij-nya. Demikian

juga dengan puisi karya Farouk Juwaidah ini, puisi tersebut telah

mencapai syarat-syarat fasha>chah tersebut.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

47

Kata-kata dalam puisi Arab tesebut terbebas dari cacat morfologi dan

sintaksis. Susunan kalimat di dalamnya juga tidak rancu sehingga mudah

untuk mengetahui letak fa>‘il, cha>l, maf‘u>l bih dan lain sebagainya. Begitu

pula dalam pengucapannya, kata-kata dalam puisi Arab tersebut terbebas

dari tana>fur.

c. Kemahiran bersastra

Kepiawaian penyair terlihat pada pemilihan kosakata sederhana dan

tidak tana>fur untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-

perasaannya. Selain itu, penyair juga piawai dalam mengolah bumbu-

bumbu retorikal dalam susunan kalimatnya. Tujuan retorika sendiri untuk

mendapatkan efek estetis yang diperoleh dari kreativitas pengungkapan

bahasa. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 296) retorika

meliputi bahasa figuratif dan pencitraan. Adapun dalam puisi arab berjudul

Lau Annana> Lam Naftariq, bahasa yang digunakan sarat akan metafora

yang merupakan bahasa figuratif, sedangkan kesan mental yang

ditimbulkan oleh susunan kalimat terkesan sangat mendalam. Bumbu-

bumbu retoris tersebut memberi kesan indah dalam puisinya, karena pada

dasarnya keindahan sastra bukan dari segi pengelihatan, dan tidak

terkandung dalam keindahan bentuk huruf, melainkan terkandung dibalik

huruf-huruf yang tampak (Ratna, 2011: 143).

Selain itu, imajinasi juga berperan dalam menilai kepiawaian penyair,

karena rasa sastra akan tumbuh dari daya khayal penyair yang baik

(Muzakki, 2011: 76). Daya khayal yang baik tersebut akan menciptakan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

48

cita rasa sastra yang baik pula. Pada karya sastra khususnya puisi rasa

sastra sangat diperlukan, karena dari rasa sastra itulah pembaca dapat

membedakan antara karya sastra dengan tulisan ilmiah. Farouk Juwaidah

piawai dalam mengolah imajinasinya sehingga rasa sastra dalam puisinya

sangat terasa ketika dibaca. Sebagaimana dalam kutipan puisi bagian

kedua baris ke-9 sampai ke-10 di bawah ini:

كانت وجوه الناس جترى كالرياح فال نرى منهم أحد

)جويدة, 2010: 10 )

[Ka>nat wuju>hu'n-na>si tajri> ka'r-riya>h]

[Fala> nara> minhum achad]

Wajah-wajah manusia yang berjalan hanya seperti angin

Tak akan terlihat satupun dalam pandangan kita

(Juwaidah, 2010: 10)

Kutipan puisi di atas menggambarkan wajah-wajah manusia yang

simpang siur di keramaian. Wajah-wajah itu diserupakan dengan angin

yang pada umumnya tidak dipedulikan oleh manusia saat sedang

berhembus. Hal ini terjadi karena si Aku dan sang kekasih sedang

berbahagia, dan keduanya menganggap bahwa tidak ada orang lain selain

diri mereka.

Kutipan di atas menunjukkan kepiawian penyair dalam mengolah

imajinasi dan susunan kata sehingga menghasilkan kesan indah yang dapat

mempengaruhi pembaca.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

49

d. Irama (Al-I>qa‘ )

Dalam Mu'jamul-Musthalacha>til-Adabiyyah istilah I>qa'‘disepadankan

dengan istilah ritme (Fathchi, 1986: 57). Adapun ritme adalah istilah lain

dari irama yakni alunan bunyi dalam pembacaan puisi atau tembang yang

ditimbulkan oleh peraturan rima dan satuan sintaksis yang dapat

diwujudkan dalam tekanan yang mengeras lembut, tempo yang mencepat-

melambat, dan nada yang meninggi-rendah di antara batas-batas yang

diwujudkan dalam jeda (Zaidan, 2007: 90). Dalam Mu‘jamul-

Mushthalacha>til-Adabiyyah fil-Lughah wal-Adab dijelaskan bahwa irama

tedapat dalam setiap karya seni, seperti prosa, puisi, musik, dan tarian.

Adapun irama dalam puisi arab terdiri dari 2 (dua) pembahasan

penting yakni (1) qa>fiyah yang dapat disepadankan dengan rima, dan (2)

bachr yang dapat disepadankan dengan metrum. Ghazi Yammut (dalam

Arifuddin, 2015: 10) mendefinisikan bachr sebagai sederet pola kata

dalam syair Arab. Bachr tersusun dari beberapa satuan nada atau titian

nada. Imam Khalil telah menciptakan 15 bachr, kemudian muridnya al-

Akhfasy menambahkan satu bachr. Sedangkan Qa>fiyah didefinisikan oleh

Imam Khalil (dalam Arifuddin, 2015: 112) sebagai huruf yang berada

diantara dua huruf yang bersukun di akhir bait ditambah satu huruf

bersukun pertama.

Kedua unsur tersebut harus terdapat dalam puisi Arab, namun dalam

perkembangannya, sudah banyak penyair Arab modern yang mulai

meninggalkan aturan tersebut. Puisi Arab yang sama sekali tidak terikat

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

50

dengan aturan-aturan tersebut disebut dengan syi‘rul-chur atau puisi Arab

bebas.

Puisi arab yang berjudul Lau Annana> Lam Naftariq tersebut

merupakan puisi Arab bebas yang tidak terikat dengan wazan maupun

qa>fiyah. Thaha Husein (dalam Muzakki, 2011: 57) mendefinisikan syi‘rul-

chur sebagai puisi Arab yang sama sekali tidak terikat oleh aturan wazan,

qa>fiyah, maupun taf‘i>lat (kaki sajak), tetapi masih terikat dengan satuan

irama khusus yang menjadi karakteristik karya sastra bernilai tinggi.

6. Imajinasi (Al-khayya>l)

Imajinasi adalah kemampuan menciptakan citra dalam angan-angan atau

pikiran tentang sesuatu yang tidak diserap oleh panca indra, atau belum pernah

dialami dalam kenyataan (Panuti Sudjiman dalam Muzakki, 2011: 81).

Meskipun demikian, imajinasi tetap berpangkal dari kenyataan dan

pengalaman. Imajinasi dalam sastra Arab, tampak pada ungkapan yang

berbentuk tasybi>h, majaz, isti‘a>rah, kina>yah dan lain sebagainya, karena itu

semua merupakan sarana untuk meningkatkan kreativitas daya imajinasi

(Muzakki, 2011: 82).

Puisi arab berjudul Lau Annana> Lam Naftariq ini sarat akan ungkapan

metaforis. Penggunaan metafora dalam puisi tersebut adalah bukti bahwa

penyair piawai dalam mengolah imajinasinya. Membandingkan antara suatu

objek dengan objek lainnya membutuhkan kepiawaian tersendiri yang

melibatkan imajinasi, dan Farouk Juwaidah berhasil melakukannya. Hal ini

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

51

dikarenakan imajiasi dapat memberikan nilai estetika lebih dalam sebuah

karya sastra (Muzakki, 2011: 82).

Penyair mengungkapkan imajinasinya melalui ungkapan metaforis, salah

satunya terdapat dalam baris ke-15 bagian pertama sebagai berikut:

جنم أضاء الكون يوما .. واحرتق (11 :2010)جويدة,

[Najmun adha>'al-kauna yauman wa' chtaraq]

Bintang yang menyinari alam dalam satu hari .. lalu terbakar

(Juwaidah, 2010: 11)

Penyair menyerupakan sosok perempuan dalam puisi tersebut dengan sebuah

bintang yang terbakar setelah menyinari tata surya. Hal ini serupa dengan

sosok perempuan yang pernah membuat hari-hari si Aku bahagia kemudian

pergi. Pemilihan perbandingan antara kedua objek tersebut juga melalui proses

pengolahan imajinasi yang kuat sehingga menghasilkan ungkapan metaforis

yang sesuai.

Sementara itu, dalam mendeskripsikan kesedihan, penyair

mengungkapkannya dengan indah dengan menggunakan matafora. Hal itu

menjadikan makna kesedihan perpisahan tersebut terasa begitu kental oleh

pembaca, sebagaimana kutipan puisi bagian keempat baris ke-33 sampai ke-34

berikut:

ماكنت أعرف والرحيل يشدناوحيايت أىن أودع مهجيت )جويدة, 2010: 13 )

[Ma> kuntu a‘rifu wa'r-rachi>l yasyudduna>]

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

52

[Anni uwaddi‘u muhjati> wa chaya>ti>]

Aku tidak pernah tahu jika kepergian itu menarik kita

Hingga harus kuucap selamat tinggal kepada hatiku kepada hidupku

(Juwaidah, 2010: 13)

Penyair menyerupakan perempuan dalam puisinya dengan hati dan hidup

si Aku. Persamaannya terletak pada berharganya hati dan hidup si Aku

sebagaimana berharganya sang kekasih baginya. Berpisah dengan hal yang

berharga akan membuat semua orang bersedih, termasuk si Aku.

7. Penilaian Umum (Al-Chukmul-‘a>>m)

Berdasarkan Analisis unsur-unsur diatas dapat ditarik benang merah

bahwa puisi Arab Lau Annana> Lam Naftariq karya Farouk Juwaidah memiliki

tema umum yang sudah banyak digunakan oleh penyair-penyair Arab modern

saat ini, yaitu ghazal (cinta) pada umumnya dan kesedihan perpisahan pada

khususnya. Tema ini sudah banyak digunakan oleh para penyair, akan tetapi

Farouk mampu memberikan nilai lebih dalam puisinya. Salah satu nilai

lebihnya yaitu gaya bahasa yang sarat akan metafora serta imajinasinya yang

mampu membuat puisi menjadi lebih hidup. Di samping itu, dalam

mengungkapkan metafora, penyair menggunakan kosakata yang sederhana

dan tidak asing serta struktur kalimat yang mudah dimengerti, sehingga

mudah dipahami oleh pembaca.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

53

B. Puisi Lau Tarji'i>n

..؟لو ترجعين .. ما عدت أعرف

يأين أنت اآلن يا قدر ؟احلدائق تزهرين يأ ويف

فضاء الكون ركن يف يأ يف صرت حتلقني؟

حبر تسبحني؟ يلؤلؤة سكنت .. بأ يأ يف أرض .. يأ يف

بني أحداق اجلداول تنبتني؟الضلوع قد احتوتك يأ ؟تسكنني قلب بعد قلىب يوأ

*** عيون الشمس ما زلت أنظر يف

ضياها تشرقني علك يف وأطل للبدر احلزين لعلين

حب يوما تعربينألقاك بني السّ ليل من الشك الطويل أحاطين

عينيك هنرا من يقني أطل الفجر يفحّت عينيك ساعات أهفو إىل

فيبدو فيهماسجني .. ورعاصفة .. عصفقيد .. و

أنا مل أزل فوق الشواطىء أرقب األمواج أحيانا

حنني العاشقني يراودين ***

ىموكب األحالم أملح ما تبقّ يف ..من رماد عهودنا

أشالئها ترتحنني فأراك يف

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

54

مل يبق منكرتعاشة حلظةاسوى

ذابت على وجه السننيصمت احلقائبمل يبق من

والكئوس الفارغات سوى األنني مل يبق من ضوء النوافذ ..

فيتغري أطياف تعانق هل وتعيد ذكرى الراحلني

مازلت أسأل : ما الذى جعل الفراشة تشعل النريان

الغصن الوديع املستكني؟! يف ما زلت أسأل : ما الذى

وكارهاأمن جعل الطيور تفرّ .. وسط الظالم

الطني؟! يف يترمتو ***

ما عدت أعرف ..يأين أنت اآلن يا قدر

املدائن ترحلني؟ يإىل أ أراك أين

.. على جبني املوجصخب النوارس تلعبني يف

وأرى على األفق البعيديجناحك املنقوش من عمر حيلق فوق أشرعة احلنني

صمت اخلريف وأراك يف ..شجرية خضراء

صحراء عمرى تكربين يف يويظل شعر

عيون الناس أحداقا يف

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

55

جنىب سرا .. ال يبني ويف مل يبق من صوت النوارس

غري أصداء تبعثرها الرياح فتنزوىاحلزين يأسفا على املاض

أنا مل أزل بني النوارس أرقب الليل الطويل

ضوء السفني يوأشته ما زلت أنتظر النوارس كلما عادت مواكبها

فوق العائدين فراحوراحت تنثر األ ***

عدت أعرف .. ما يأين أنت اآلن يا قدر

األماكن تسهرين؟! يوىف أ يالعام يهرب من يد

ىف الشوارع .. يما زال جير زحام الناس منكسر اجلبني يف

طفل على الطرقات مغسول بلون احلب

ىف زمن ضنني قد ظل يسأل عنك كل دقيقة عند الوداع .. وأنت ال تدرين

يديه .. أىن قليال يفباألمس خبّ وقال .. ىف صوت حزين :

لو ترجعني لو ترجعني لو ترجعني

.( 2010: 15-20 )جويدة,

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

56

[Lau Tarji'i>n .. ?]

[Ma> ‘udtu a‘rifu]

[Aina anti-la>n ya> qadari>]

[Wa fi> ayyil-chada>'iqi tuzhiri>n]

[Fi> ayyi ruknin fi> fadha>il-kaun]

[Shirti tuchalliqi>n]

[Fi> ayyi lu'luatin sakanti bi ayyi bachrin tasbachi>n]

[Fi> ayyi ardhin]

[Baina achda>qil-jada>wili tanbuti>n]

[Ayyu'dh-dhulu>‘in qad ichtawatki]

[Wa ayyu qalbin ba‘da qalbi> taskuni>n]

***

[Ma> ziltu anzhuru fi> ‘uyu>ni'sy-syamsi]

[‘allaki fi> dhiya>ha> tusyriqi>n]

[Wa uthillu lil-badril-chazi>n la‘allani>]

[Alqa>ki baina's-suchbi yauman ta‘buri>n]

[Lailun mina'sy-syakki'th-thawi>l acha>thani>]

[Chatta> athallal-fajru fi> ‘ainaiki nahran min yaqi>n]

[Ahfu> ila> ‘ainaiki sa>‘a>tin]

[Fayabdu> fi>hima>]

[Qaidun .. wa ‘a>shifatun .. wa ‘usyfu>run saji>n]

[Ana> lam azal fauqa'sy-syawa>thi'i]

[Arqubul-amwa>ja achya>nan]

[Yura>widuni> chani>nul-‘a>syiqi>n]

***

[Fi> maukibil-achla>mi almachu ma> tabaqqa>]

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

57

[Min rama>di ‘uhu>dina>]

[Fa ara>ki fi> asyla>'iha> tatarannachi>n]

[Lam yabqa> minki]

[Siwar-ti‘a>syati lachzhatin]

[Dza>bat ‘ala> wajhi's-sini>n]

[Lam yabqa min shamtil-chaqa>'ibi]

[Wal-ku'u>sil-fa>righa>ti siwa>l-ani>n]

[Lam yabqa min dhau'i'n-nawa>fidzi]

[Ghairu athya>fin tu‘a>niqu lahfati>]

[Wa tu‘i>du dzikra>'r-ra>chili>n]

[Ma> ziltu as'alu ma> alladzi>]

[Ja‘alal-fara>syata tusy‘ilu'n-ni>ra>na]

[Fil-ghusnil-wadi>'l-mustaki>n]

[Ma>ziltu as'alu ma> alladzi>]

[Ja‘ala'th-thuyu>ra tafirru min auka>riha>]

[Wasathazh-zhala>m]

[Wa tartami> fi'th-thi>n]

***

[Ma> ‘udtu a‘rifu]

[Aina antil-'a>n ya> qadari>]

[ila> ayyil-mada>'ini tarchali>n]

[inni> ara>ki]

[‘ala> jabi>nil-mauji ..]

[Fi> shakhabi'n-nawa>risi tal‘abi>n ..]

[Wa ara> ‘ala>l-ufuqil-ba‘i>di]

[Jana>chakil-manqu>sya min ‘umri>]

[Yukhalliqu fauqa asyri‘atil-chani>n]

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

58

[Wa ara>ki fi> shamtil-khari>fi]

[Syujairatan khadhra>' ..]

[Fi> shachra>'i ‘umri> takburi>n]

[Wa yazhallu syi‘ri>]

[Fi> ‘uyu>ni'n-na>si achda>qan]

[Wa fi> janbayya sirran la> yabi>n]

[Lam yabqa min shauti'n-nawa>risi]

[Ghaira ashda>'in tuba‘tsiruha>'r-riya>chu fatanzawi>]

[Asafan ‘ala>l-madhi>l-chazi>n ..]

[Ana> lam azal baina'n-nawa>risi]

[Arqubu'l-laila'th-thawi>la]

[Wa asytahi> dhau'a's-safi>n]

[Ma> ziltu antazhiru'n-nawa>risi]

[Kullama> ‘a>dat mawa>kibuha>]

[Wa ra>chat tantsurul-afra>ch fauqal-‘a>'idi>n ..]

***

[Ma> ‘udtu a‘rifu]

[Aini antil-'a>n ya> qadari>]

[Wa fi> ayyil-'ama>kini tashuri>n]

[Al-‘a>mu yahrubu> min yadi> ..]

[Ma> zala> yajri> fi>'sy-syawa>ri‘]

[Fi> zicha>mi'n-na>si munkasiral-jabi>n]

[Thiflun ‘ala> thuruqa>ti maghsu>lun bi launil-chubbi]

[Fi> zamanin dhani>n .. ]

[Qad zhalla yas'alu ‘anki kulla daqi>qatin]

['indal-wada>‘i .. wa anti la> tadri>n]

[Bil-amsi khabba'ani> qali>lan fi> yadaihi]

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

59

[Wa qa>la .. fi> shautin chazi>n..]

[Lau tarji‘i>n ..]

[Lau tarji‘i>n..]

[Lau tarji‘i>n..]

(Juwaidah, 2010: 15-20).

Andai Kau Kembali ..?

Aku masih tidak tau

Di mana kau sekarang, wahai takdirku

Di taman mana kau berbunga

Di bagian mana belahan dunia ini kau melingkar

Di rumah mutiara mana kau tinggal, di laut mana kau tinggal

Di bumi mana

Di antara pupil anak sungai kau tumbuh

Tulang mana yang telah memelukmu

Di hati mana kau tinggal setelah hatiku

***

Aku masih menatap mata-mata matahari

Berharap kau terbit dari cahayanya

Aku tatap bulan yang bersedih berharap aku dapat

Berjumpa denganmu di antara awan yang suatu hari kau lintasi

Malam penuh keraguan panjang mengelilingiku

Hingga ku tatap fajar yang terbit di kedua matamu bagai sungai keyakinan

Aku menginginkan matamu untuk beberapa saat

Hingga nampak disana

Batasan .. badai .. dan burung yang terperangkap

Aku masih jua berada di tepi pantai

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

60

Aku perhatikan ombak terkadang merayuku yang tengah merindukan kekasih

***

Dalam arakan mimpi aku melihat sekilas apa yang tersisa

Dari abu sisa janji kita …

Kulihat kau diselanya berjalan mengaduh

Tidak ada yang tersisa darimu

Selain gemetar sejenak

Yang meleleh diatas wajah tahun-tahun

Tidak ada yang tersisa dari kebisuan tas-tas itu

Juga gelas-gelas kosong selain rintihan

Tidak ada yang tersisa dari cahaya jendela

Selain khayalan yang memeluk dukaku

Mengembalikan kenangan mereka yang telah pergi

Masih jua aku bertanya

Apa yang membuat kupu-kupu menyalakan api

Di ranting yang mereka tinggalkan

Masih jua aku bertanya apa yang

Membuat burung-burung itu melarikan diri dari sarangnya

Di tengah kegelapan

Lalu membuang dirinya sendiri di tanah

***

Aku tak tau

Dimana kau sekarang wahai takqdirku

Di kota mana kau pergi

Aku sungguh melihatmu

Di dahi ombak ..

Dalam teriakan burung camar kau bermain

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

61

Aku lihat di atas ufuk jauh sayapmu yang ku urkir dengan hidupku

Membumbung tinggi diatas layar kerinduan

Aku melihatmu dalam kebisuan musim gugur

Sebagai semak-semak hijau

Di padang pasir hidupku bertumbuh

Syairku masih jua

Menjadi pupil di mata orang

Dan menjadi rahasia yang tak bisa dijelaskan di sisiku

Tidak ada yang tersisa dari suara burung camar

Selain gema yang dikacaukan oleh angin lalu ia menyendiri

Menyesali masa lau yang menyedihkan

Aku masih berada di antara burung-burung camar

menatap malam yang panjang

menginginkan cahaya dari kapal-kapal

aku masih jua menunggu burung-burung camar

setiap kali arakan mereka kembali

saat mereka beristirahat mereka akan menyebarkan kegembiraan orang-orang

yang kembali

***

Aku masih juga tak tau

Dimana kau sekarang wahai taqdirku

Di tempat mana kau terjaga

Tahun melarikan diri dari tanganku

Ia masih berlari di jalanan

Di keramaian manusia yang berdahi pecah

Seorang anak kecil di jalanan

Dicuci dengan warna cinta

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

62

Dalam waktu yang tak lama

Masih bertanya tentangmu di setiap detiknya

Ketika berpisah .. dan kau tidak tau

Kemarin sejenak ia menyembunyikanku dalam genggaman tangannya

Berkata dalam suara sedih

Andai kau kembali

Andai kau kembali

Andai kau kembali

(Juwaidah, 2010: 15-20).

1. Keadaan Teks (Jawwu'n-Nashshi)

Puisi arab berjudul Lau Tarji‘i>n adalah puisi kedua dari antologi puisi

dengan penyair yang sama dengan puisi Lau Annana> Lam Naftariq.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, tidak banyak referensi mengenai

kehidupan pribadi Farouk Juwaidah yang berkaitan dengan puisi-puisi

cintanya, yaitu puisi Lau Tarji‘i>n. Oleh karena itu puisi Arab berjudul Lau

Tarji‘i>n berdasarkan pengamatan penulis tidak terikat dengan peristiwa

tertentu, melainkan merupakan sebuah refleksi pengalaman-pengalaman yang

dialami atas kegemarannya menekuni puisi.

2. Deskripsi Umum teks (Al-‘Ardhul-‘A>m li'n-Nashi)

Puisi Arab kedua yang berjudul Lau Tarji‘i>n ini terdiri dari 5 (lima)

bagian. Kelima bagian tersebut saling berurutan dan berkaitan satu dan lain.

Puisi Arab ini merupakan puisi Arab bebas atau disebut dengan syi‘rul-chur,

yang secara bentuk mendekati gaya prosa sastra dan berbentuk enjambemen.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

63

Pada bagian pertama, terdiri dari 10 (sepuluh) baris puisi. Bagian ini

adalah awal dari keseluruhan puisi, penyair melaui tokoh si Aku

mengungkapkan kesedihan berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai

keberadaan sang kekasih yang telah pergi. Si Aku tidak mengetahui

keberadaan kekasihnya sekarang, kesibukan apa yang dia lakukan, dan siapa

yang berada di sampingnya sekarang untuk mengasihinya. Pertanyaan-

pertanyaan pada bagian pertama tersebut tidak diungkapkan dengan jelas,

melainkan diungkapkan secara metaforis oleh si Aku.

Kemudian pada bagian kedua, puisi ini terdiri dari 12 (dua belas) baris.

Pada baris ke-1 hingga ke-4 masih memiliki keterkaitan dengan bagian

pertama yaitu pencarian keberadaan sang kekasih. Tetapi tidak diungkapkan

dengan kalimat interogatif seperti pada bagian pertama. Kalimat interogatif

adalah bentuk verba atau kalimat yang digunakan untuk pertanyaan (KBBI,

2008: 561). Jenis kalimat ini mengandung kalimat tanya dan diakhiri dengan

tanda tanya. Bentuk kalimat yang lain adalah kalimat deklaratif yaitu kalimat

yang bersifat pernyataan singkat dan jelas (KBBI, 2008: 333). Selain itu, si

Aku juga mengungkapkan mengenai kerinduan dan harapannya. Dia berharap

setiap pagi dan malam dapat bertemu kekasihnya melalui matahari di pagi hari

dan bulan di malam hari. Pada baris selanjutnya yaitu baris ke-5 hingga ke-9,

si Aku menyuguhkan gambaran flashback tentang ketidakpastian perasaan

kekasihnya melalui metafora. Kata flashback merupakan kata populer yang

digunakan kalangan remaja saat ini. Kata tersebut diambil dari bahasa Inggris

yang artinya 'sorot kembali'. Arti kata ini sering digunakan dalam penyebutan

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

64

alur mundur dalam karya sastra. Flash-back dalam alur karya sastra diartikan

sebagai alur sorot balik, yaitu apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan

tidak bersifat kronologis (Kamil, 2009: 46). Sebuah cerita yang memiliki alur

flash-back pada umumnya menceritakan kejadian yang sudah terjadi di masa

lampau. Adapun kata flash-back di kalangan remaja diartikan sebagai proses

mengingat sebuah kenangan di masa lalu.

Pada akhirnya si Aku mendapati bahwa kekasihnya merasa seperti

burung terperangkap yang butuh untuk dibebaskan. Kemudian pada tiga baris

terakhir si aku menggambarkan dirinya yang sedang sedih diterjang kerinduan

dengan latar pantai yang identik dengan kesedihan.

Bagian ketiga puisi ini terdiri dari 18 (delapan belas) baris. Bagian ini

diawali dengan kesedihan si Aku atas kandasnya janji-janji yang dia buat

bersama kekasihnya. Dia masih berharap dari janji yang telah kandas

tersebut, bahwa kekasihnya suatu saat akan kembali. Kemudian diikuti dengan

perasaan kosong yang dialami oleh si Aku, yaitu pada baris ke-4 hingga ke-18.

Tas-tas, gelas-gelas, dan cahaya-cahaya di jendela hanya menyisakan rindu

dan menghadirkan kenangan masa lalu, bahkan sisa-sisa perasaan yang

dimiliki kekasihnya juga ikut hilang seiring berjalannya waktu.

Pada bagian keempat terdiri dari 24 (dua puluh empat) baris. Bagian ini

diawali dengan pengulangan yang serupa dengan bagian pertama, yaitu:

ما عدت أعرف يأين أنت اآلن يا قدر

( 14 :2010)جويدة,

[Ma> ‘udtu a‘rifu]

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

65

[Aina antil-'a>n ya> qadari>]

Aku masih tidak tau

Dimana kau sekarang wahai takdirku

(Juwaidah, 2010: 14)

Pengulangan demikian disebut dengan repetisi. Repetisi adalah gaya ulang

dalam setiap puisi atau prosa, dan menentukan unsur stilistik yang sangat

penting dalam menciptakan kesatuan (Zaidan, 2007: 169). Kemudian diikuti

dengan kalimat interogatif yang berbeda. Pada baris ke-4 hingga ke-15, si Aku

mengungkapkan kerinduan mendalam dengan menjadikan pantai, suara debur

ombak dan suara burung-burung camar sebagai latar ekspresinya. Si Aku

berkhayal dapat melihat kekasihnya berada di ombak-ombak, bermain-main di

antara suara-suara burung camar dan berada di jauhnya langit cakrawala.

Dalam buku 'Tujuh Meditasi Penyegar Hidup' karya M. Sardjono (2011: 54)

dikatakan bahwa suara debur ombak ditambah kicauan burung camar adalah

salah satu media untuk menghilangkan kekalutan pikiran. Oleh karena itu,

pada umumnya orang yang sedang bersedih akan datang ke pantai untuk

menenangkan pikirannya. Hal demikian juga terjadi pada si Aku yang merasa

sedih lalu pergi ke pantai untuk menenangkan pikiran dan menuangkan

khayalan-khayalannya terkait dengan pantai. Selain itu melalui ungkapan

metaforis juga, si Aku mengungkapkan bahwa sang kekasih adalah bagian

dari kehidupannya.

Selanjutnya, pada baris ke-16 hingga ke-24 si Aku masih juga

menggunakan pantai sebagai latar ekspresinya. Dia berharap segera datang

sebuah kapal untuk membawa kembali kekasihnya. Selain itu, dia juga

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

66

menunggu rombongan burung-burung camar yang dapat membawa

kebahagiaan. Bahkan sisa gema dari suara burung camar juga ikut bersedih

karena merasakan kesedihan yang dialami si Aku.

Pada bagian terakhir yaitu bagian kelima, terdiri dari 16 (enam belas)

baris. Sebagaimana pada bagian pertama dan keempat, bagian ini juga diawali

dengan bentuk repetisi seperti pada bagian sebelumnya, kemudian diikuti

dengan kalimat interogatif yang berbeda. Selanjutnya si Aku mengungkapkan

bahwa hidupnya tidak berarti lagi tanpa kehadiran sang kekasih, dan

dilanjutkan dengan harapan akan kembalinya sang kekasih.

3. Tema (Al-Afka>r)

Tema merupakan patokan utama untuk mengetahui karya sastra. Sebuah

karya sastra yang tidak memiliki gagasan adalah sastra yang mati, tidak

dikenal, dan lemah. Karya sastra sesungguhnya bukan susunan bahasa dan

ungkapan semata, tetapi dia juga harus memberikan informasi baru tentang

alam dan kehidupan, eksistensi, dan manusia (Muzakki, 2011: 84). Seperti

yang telah dipaparkan di atas bahwa menurut Badr (1411 H) yang akan

dipaparkan dalam poin tema adalah tema-tema yang tersebar dalam puisi,

kemudian mengaitkannya dengan tema pokok puisi tersebut. Penulis akan

memaparkan tema-tema tersebut berdasarkan bagian-bagian dalam puisi

kemudian mengaitkannya dengan tema pokok puisi tersebut.

Bagian pertama puisi tersebut memiliki tema si Aku tidak mengetahui

keberadaan sang kekasih. Kemudian pada bagian kedua memiliki 2 (dua)

tema puisi yang saling berkaitan, yaitu (1) harapan bertemu kekasihnya, dan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

67

(2) ketidakpastian perasaan kekasihnya. Adapun pada bagian ketiga, puisi

tersebut memiliki tema perasaan kosong yang menciptakan kerinduan.

Sedangkan pada bagian keempat memiliki tema harapan bertemu dengan

kekasihnya. Pada bagian terakhir puisi tersebut memiliki tema kehidupan yang

tidak berarti tanpa sang kekasih serta harapan akan kembalinya sang kekasih.

Seluruh tema pada bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu sama lain

sehingga membentuk tema pokok yaitu 'ratapan kehilangan'. Kata 'ratapan'

diambil dari kata dasar 'ratap' yang berarti menangis dengan mengucapkan

kata-kata yang menyedihkan atau mengeluh dengan menangis. sedangkan

'ratapan' adalah tangisan dengan mengucapkan kata-kata yang menyedihkan

(KBBI, 2008:1175). Pada konteks ini yang dimaksudkan dengan 'ratapan

kesedihan' adalah perasaan sedih si Aku atas kehilangan kekasihnya yang

diungkapkan dalam bentuk ratapan.

Tema-tema dalam karya sastra Arab mengalami perubahan seiring dengan

perubahan jaman, khususnya tema-tema dalam puisi Arab. Pada masa

kebangkitan ini, secara bertahap puisi banyak dipengaruhi oleh orang-orang

Eropa baru. Meskipun perubahan ini mendapat tantangan dari para penyair

tradisionalis yang tetap ingin menjaga tradisi klasik. Puisi Lau Tarji‘i>n secara

umum memiliki tema Ghazal (cinta). Pada masa dahulu tema ini digunakan

penyair untuk mengungkapkan kecantikan seseorang secara fisik. Akan tetapi

sekarang lebih terfokus kepada nyanyian-nyanyian cinta yang melukiskan

gelora jiwa meliputi putus cinta atau sedih karena cinta (Muzakki, 2011: 132-

135).

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

68

Secara ringkas pembahasan tema diatas dapat dilihat pada bagan berikut:

4. Emosi (Al-'Awa>thif)

Emosi merupakan sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan berekspresi.

Emosi dianggap sebagai perasaan yang lebih luas karena di dalam emosi

terkandung unsur-unsur haru, sedih, rindu, senang, pilu, iba, marah, benci,

dendam dan sebagainya, berkat emosi, lahirlah ekspresi (Ratna, 2011: 14).

Adapun puisi kedua dengan judul Lau Tarji‘i>n di atas menggelorakan emosi

seseorang yang merindukan kekasihnya. Diungkapkan secara metaforis

sehingga menghasilkan kesan mental yang kuat. Kesan mental atau dapat

Tema Puisi arab Lau Tarji‘i>n

Bagian I

Ketidaktahuan si Aku atas keberadaan kekasih

Bagian II

a. Harapan bertemu kekasih

b. Ketidakpastian perasaan kekasih

Bagian III

Perasaan kosong yang menciptakan kerinduan

Bagian IV

Harapan bertemu dengan kekasih

Bagian V

a. Kehidupan yang tidak berarti tanpa

kekasih

b. Harapan akan kembalinya kekasih

Ratapan

Kehilangan

Gambar 5 : Rincian tema puisi Arab Lau Tarji‘i>n

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

69

disebut dengan citraan dalam puisi tersebut dapat membangkitkan emosi

pembaca dalam mengungkapkan pengalaman emosi pembaca. Sebagaimana

kutipan puisi bagian ketiga baris ke-9 sampai ke-10 di bawah ini:

مل يبق من ضوء النوافذياف تعانق هلفيتطغري أ

وتعيد ذكرى الراحلني)جويدة, 2010: 18 )

[Lam yabqa min dhau'i'n-nawa>fidzi]

[Ghairu athya>fin tu‘a>niqu lahfati>]

[Wa tu'i‘du dzikra>'r-ra>chili>n]

Tidak ada yang tersisa dari cahaya jendela

Selain khayalan yang memeluk dukaku

Dan mengembalikan kenangan mereka yang telah pergi

(Juwaidah, 2010: 18)

Perasaan rindu dalam puisi Lau Tarji‘i>n tersebut dituangkan dalam bentuk

harapan-harapan pertemuan, cerita-cerita masa lalu, dan kesedihan-kesedihan

yang mendalam. Penyair berhasil membangkitkan emosi pembaca melalui

ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis tentang keadaan alam yang akrab.

5. Gaya Bahasa (Al-Uslu>b)

a. Kosakata

Puisi berjudul Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah ini memiliki

kosakata yang cukup sederhana, lazim digunakan, dan mudah ditemukan

di kamus-kamus. Kosakata-kosakata tersebut juga bukan kosakata asing

dan sulit dimengerti oleh pembaca. Untuk memperkuat kesedihan merindu

yang merupakan pembahasan pokok puisi tersebut, penyair menggunakan

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

70

kosakata yang berkaitan dengan pantai. Karena pantai dianggap memiliki

kesan melankolis, diantaranya adalah bachrun (laut), maujun (ombak),

naurusun (burung camar), afi>natun (kapal), dan riya>chun (angin).

Melankolis adalah keadaan mental yang ditandai oleh rasa sangat tertekan,

murung, keluhan-keluhan sakit, dan pelbagai khayalan (KBBI, 2008:935).

Penggunaan kosakata yang akrab di telinga akan mudah dalam

membangkitkan kesan mental pembaca.

b. Struktur

Pada puisi Arab kedua yang berjudul Lau Tarji‘i>n karya Farouk

Juwaidah sebagaimana pada puisi Arab pertama, juga memiliki struktur

kalimat yang tergolong fashi>ch dan bersih dari kesalahan sintaksis. Kata-

kata dalam puisi arab tesebut terbebas dari cacat morfologi dan sintaksis.

Susunan kalimat di dalamnya juga tidak rancu sehingga mudah untuk

mengetahui letak fa>‘il, cha>l, maf‘u>l bih dan lain sebagainya. Begitu pula

dalam pengucapannya, kata-kata dalam puisi Arab tersebut terbebas dari

tana>fur.

Jenis kalimat berupa kalimat interogatif terlihat menonjol dalam puisi

Arab tersebut. Hal ini dikarenakan bagian pertama puisi tersebut

seluruhnya tersusun dari kalimat interogatif, kemudian pada bagian

keempat dan kelima diawali dengan kalimat interogatif. Sebagaimana pada

kutipan puisi bagian pertama baris ke-1 sampai ke-6 berikut:

.. ما عدت أعرف ين يا قدر أين أنت اآل

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

71

؟احلدائق تزهرين يأ ويف فضاء الكون ركن يف يأ يف

صرت حتلقني؟ حبر تسبحني؟ يلؤلؤة سكنت .. بأ يأ يف

( 15 :2010)جويدة,

[Ma> ‘udtu a‘rifu ..]

[Aina anti-la>n ya> qadari>]

[Wa fi> ayyil-chada>'iqi tuzhiri>n?]

[Fi> ayyi ruknin fi> fadha>il-kauni]

[Shirti tuchalliqi>n?]

[Fi> ayyi lu'luatin sakanti .. bi ayyi bachrin tasbachi>n?]

Aku masih tidak tau

Dimana kau sekarang wahai takdirku

Di taman mana kau berbunga?

Di bagian mana belahan bumi ini kau melingkar?

Di rumah mutiara mana kau tinggal .. di laut mana kau berenang? \

(Juwaidah, 2010: 15)

Selain itu, kalimat interogatif juga terlihat dari judul yang digunakan

oleh penyair. Meskipun struktur kalimatnya bukan kalimat interogatif,

tetapi penyair menggunakan tanda 'tanya' di akhir kalimat. Ciri-ciri

kalimat interogatif dalam bahasa Arab diawali dengan kata istifham, yakni

man, mata>, 'aina, kam, kaifa, ayyu (Ni'mah, 1988:126) . Hal ini

menunjukkan bahwa penyair mampu mengolah penggunaan kalimat

dengan baik, dengan mencampurkan antara kalimat interogatif dan kalimat

deklaratif.

c. Kemahiran bersastra

Pada puisi Arab kedua yang berjudul Lau Tarji‘i>n, kosakata yang

digunakan dalam mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

72

cukup sederhana dan tidak asing serta memiliki susunan kalimat yang

tidak tana>fur. Hal demikian menjadi salah satu bukti kepiawaian penyair.

Selain itu, penyair juga mampu menambahkan bumbu-bumbu retorikal

yang dapat menambah efek estetis dalam puisinya. Imajinasi dilibatkan

oleh penyair dalam menambahkan efek estetis tersebut, karena imajinasi

sendiri dapat memberikan nilai estetika lebih dalam sebuah karya sastra

(Muzakki, 2011: 82). Sarana untuk menuangkan imajinasi tersebut

terdapat dalam gaya bahasa yang digunakan oleh penyair, salah satunya

adalah metafora yang merupakan bahasa figuratif. Sebagaimana pada

bagian kedua baris ke-1 sampai ke-4 berikut:

عيون الشمس مازلت أنظر يف ضياها تشرقني علك يف

وأطل للبد احلزين لعلين ألقاك بني السحب يوما تعربين

)جويدة, 2010: 16 )

[Ma> ziltu anzhuru fi> ‘uyu>ni'sy-syamsi]

[‘allaki fi> dhiya>ha> tusyriqi>n]

[Wa uthillu lil-badril-chazi>n la‘allani>]

[Alqa>ki baina's-suchbi yauman ta‘buri>n]

Aku masih menatap mata-mata matahari

Berharap kau terbit dari cahayanya

Aku tatap bulan yang bersedih berharap aku dapat

Berjumpa denganmu di antara awan yang suatu hari kau lintasi

(Juwaidah, 2010: 16)

Kutipan puisi di atas menunjukkan kepiawaian penyair dalam

mengolah imajinasi dengan susunan kalimat yang tidak tana>fur. Selain itu,

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

73

pada puisi tersebut menunjukkan adanya penggunaan kosakata sehari-hari

sehingga mudah untuk dipahami.

Puisi Lau Tarji‘i>n sarat akan metafora. Setiap bagian puisi dibalut

dengan metafora oleh panyair sehingga nilai estetis terasa kental. Selain

itu, kesan mental yang ditimbulkan dari susunan kalimat dalam puisi

tersebut terasa kuat dan mendalam sehingga mampu membangkitkan

emosi pembaca. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kepiawaian penyair

dalam memilih kosa kata dan susunan kalimat yang digunakan.

d. Irama (I>qa‘)

Puisi Arab kedua dengan judul Lau Tarji‘i>n merupakan puisi Arab

yang lahir pada periode kesusasteraan Arab modern. Pada masa modern,

secara bertahap puisi banyak dipengaruhi oleh orang-orang Eropa baru

sehingga terjadi perubahan-perubahan salah satunya perubahan dalam

irama puisi. Pada kesusasteraan Arab klasik, puisi Arab harus memiliki

bachr dan qafi>yah. Tetapi dalam perkembangannya sudah banyak

sastrawan Arab modern yang tidak lagi menggunakan syarat klasik

tersebut. Hal demikian juga terjadi pada Farouk Juwaidah dalam puisinya

yang berjudul Lau Tarji‘i>n ini. Puisi Arab yang tidak mengikuti ketentuan

klasik tersebut disebut dengan syi‘rul-chur. Tetapi masih terikat dengan

satuan irama khusus yang menjadi karakteristik karya sastra bernilai

tinggi.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

74

6. Imajinasi (Al-khayya>l)

Imajinasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:546)

didefinisikan sebagai daya pikir untuk membayangkan dalam angan-angan.

Imajinasi bukan sebuah kebohongan, dia tercipta berdasarkan kenyataan,

meskipun terkadang imajinasi menyimpang dari rasionalitas. Imajinasi-

imajinasi tersebut tertuang dalam ungkapan metaforis.

Penggunaan metafora dalam puisi kedua yang berjudul Lau Tarji‘i>n adalah

bukti dari penyair yang piawai dalam mengolah imajinasinya, karena dalam

menciptakan metafora membutuhkan keterlibatan imajinasi. Penyair berhasil

menciptakan metafora dengan menggunakan sesuatu yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti pada bagian pertama baris ke-3 dan ke-6,

penyair menyerupakan seorang perempuan dengan sebuah tanaman yang

indah berbunga.

.. ما عدت أعرف يأين أنت اآلن يا قدر

؟احلدائق تزهرين يأ ويف جويدة,) 2010: 15 )

[Ma> ‘udtu a‘rifu ..]

[Aina anti-la>n ya> qadari>]

[Wa fi> ayyil-chada>'iqi tuzhiri>n?]

Aku masih tidak tau

Dimana kau sekarang wahai takdirku

Di taman mana kau berbunga?

(Juwaidah, 2010: 15)

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

75

Selain itu, pada bagian keempat baris ke-4 hingga ke-6, penyair dengan

piawai menyerupakan sosok perempuan tersebut dengan keindahan pantai.

Imajinasi-imajinasi penyair inilah yang menghidupkan puisi tersebut.

أراك إين على جبني املوج ..

صخب النوارس تلعبني يف ,)جويدة 2010: 18 )

[Inni> ara>ki]

[‘ala< jabi>nil-mauji ..]

[fi shakhabi'n-nawa>risi tal‘abi>n]

Aku sungguh melihatmu

Di dahi ombak ..

Dalam teriakan burung camar kau bermain

(Juwaidah, 2010: 18)

7. Penilaian Umum (Al-Chukmul-'A>m)

Berdasarkan analisis unsur-unsur diatas dapat ditarik benang merah bahwa

puisi Arab Lau Tarji‘>in karya Farouk Juwaidah memiliki tema umum yang

sudah banyak digunakan oleh penyair-penyair Arab modern saat ini, yaitu

ghazal (cinta) pada umumnya, dan ratapan kehilangan pada khususnya. Tema

ini sudah banyak digunakan akan tetapi penyair mampu memberikan nilai

lebih dalam puisinya. Salah satu nilai lebih tersebut yaitu gaya bahasa yang

sarat akan metafora serta imajinasi penyair yang mampu membuat puisi

menjadi lebih hidup. Di samping itu dalam mengungkapkan metafora, penyair

menggunakan kosakata yang sederhana dan tidak asing serta struktur kalimat

yang mudah dimengerti sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

76

BAB III

JENIS-JENIS METAFORA DALAM PUISI LAU ANNANA> LAM NAFTARIQ

DAN LAU TARJI‘I>N KARYA FAROUK JUWAIDAH

Pada bab ini penulis mengklasifikasikan jenis metafora yang terdapat dalam

puisi Lau Annana> Lam Naftariq dan Lau Tarji‘i>n karya Farouk Juwaidah. Jenis

metafora tersebut dikelompokkan berdasarkan katagori vehicle atau musyta‘a>r

minhu sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Haley. Haley membagi

metafora menjadi 9 (sembilan) jenis, yaitu ke-ada-an (being), kosmos (cosmos),

energi (energy), substansi (substance), permukaan bumi (terrestrial), benda mati

(object), flora (living), fauna (animate), dan manusia (human).

Dalam penelitian ini jenis-jenis metafora tersebut akan dibahas sesuai dengan

objek yang dikaji. Selanjutnya akan ditentukan letak unsur metafora yaitu

musyta‘a>r lahu atau tenor (selanjutnya disingkat ML/T) dan musyta‘a>r minhu

atau vehicle (selanjutnya disingkat MM/V). Kemudian dilanjutkan dengan

menentukan letak qari>nah baik berupa qari>nah lafdziyyah maupun qari>nah

cha>liyah, dan diikuti oleh makna yang terkandung dalam metafora.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, ditemukan 34 (tiga puluh empat)

metafora dalam Puisi Law Annana> Lam Naftariq (selanjutnya disingkat LALN)

dan Puisi Law Tarji‘i>n (selanjutnya disingkat LT). Metafora-metafora tersebut

yaitu 4 (empat) data metafora ke-ada-an (being), 3 (tiga) data metafora kosmos

(cosmos), 2 (dua) data metafora energi (energy), 2 (dua) data metafora substansi

(substance), 1 (satu) data metafora permukaan bumi (terrestrial), 3 (tiga) data

76

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

77

metafora benda mati (object), 2 (dua) data metafora flora (living), 1 (satu) data

metafora fauna (animate), dan 16 (enam belas) data metafora manusia (human).

1. Ke-ada-an (Being)

Metafora ke-ada-an adalah metafora yang meliputi hal-hal abstrak seperti

kebenaran, kasih sayang, kebencian dan lain sebagainya (Haley dan Lunsford

dalam Annas, 2013: 28). Metafora ini mencakup konsep atau pengalaman

manusia yang abstrak. Ciri kategori ini adalah prediksi 'ada', walaupun tidak

dihayati langsung oleh indra manusia (Wahab, 1991:78). Berikut metafora

ke-ada-an yang penulis temukan dalam puisi LALN dan LT karya Farouk

Juwaidah :

الرحيل يشدناما كنت أعرف و (1 حياتىأىن أودع مهجت و

(13 :2010)جويدة,

(LALN)

[Ma> kuntu a‘rifu wa'r-rachi>l yasyudduna>]

[Anni> uwaddi‘u muhjati> .. wa chaya>ti>]

Aku tak pernah tau jika kepergian itu menarik kita

Hingga harus kuucap selamat tinggal kepada hatiku kepada

hidupku

(Juwaidah, 2010: 13)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora.‘Al-chabi>bah’ (sang kekasih) sebagai ML/T yang pada metafora di

atas tidak disebutkan dan ‘muhjati>’ (hatiku) ‘chaya>ti’ (hidupku) sebagai

MM/V. Kata ‘'uwaddi'u’ (ku ucap selamat tinggal) merupakan qari>nah yang

menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan. Karena, pertama, jika

digunakan pemahaman makna harfiah maka akan terjadi kerancuan makna.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

78

Kedua, ucapan selamat tinggal pada dasarnya terjadi antara satu manusia

dengan manusia lainnya, bukan kepada ‘hidup’ maupun ‘hati’ yang

merupakan konsep abstrak.

Perpisahan adalah hal menyakitkan yang setiap orang tidak

menginginkannya. Perpisahan juga tidak meninggalkan jejak apapun kecuali

penderitaan yang berkepanjangan (Gibran, 2010: 29). Bahkan ada sebuah

kutipan percakapan dalam drama Korea berjudul 49 days (49 hari) berbunyi

‘aku akan menunggu hingga perpisahan menjadi hal yang tidak menyakitkan,

baru kita boleh berpisah’. Meskipun semua orang tidak menginginkan adanya

perpisahan, namun kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari

perpisahan, termasuk si Aku. Si Aku berpisah dengan kekasihnya yang telah

mengisi hatinya dan mengisi hari-harinya, serta menjadi bagian dari

kehidupannya. Sang kekasih diserupakan dengan hati dan hidup si Aku,

karena bagi si Aku kekasihnya seperti bagian dari kehidupannya yang sulit

untuk dia tinggalkan. Meninggalkan kehidupannya berarti menghadapi

kematiannya sendiri dan berpisah dengan sang kekasih berarti berpisah

dengan kehidupan dan hatinya. Hati dan hidup merupakan konsep abstrak dan

juga merupakan MM/V pada metafora di atas, oleh karena itu metafora di atas

termasuk jenis metafora ke-ada-an (being).

عينيك ساعاتأهفو إىل (2 فيبدو فيهما

عاصفة .. عصفر سجني ..قيد .. و (16 :2010)جويدة,

(LT)

[Ahfu> ila> ‘ainaiki sa>‘a>t]

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

79

[Fayabdu> fi>hima>]

[Qaidun .. wa ‘a>shifatun .. wa ‘usyfu>run saji>n]

Aku menginginkan matamu beberapa saat

Maka terlihat disana

Ikatan .. badai .. dan burung yang terperangkap

(Juwaidah, 2010: 16)

Kutipan diatas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora.‘‘Ainaiki’ (matamu) sebagai ML/T, dan ‘ad-dunya>’ (dunia) sebagai

MM/V yang pada metafora diatas tidak disebutkan, namun diisyaratkan

dengan beberapa hal yang berkaitan dengan keadaan dunia yaitu ikatan, badai,

dan burung yang terperangkap. Sedangkan qari>nah pada metafora di atas

berupa qari>nah lafdziyyah. Karena kata-kata pada metafora di atas jika

dimakai dengan makna harfiah akan terjadi kerancuan makna.

Dunia adalah bumi dengan segala apa yang ada di atasnya (KBBI, 2008:

369). Dunia merupakan konsep abstrak untuk menunjukkan alam kehidupan

manusia di atas bumi. Selain itu, dunia juga memperlihatkan pada manusia

tentang rahasia keindahan dan keburukan, kebaikan dan kejahatan.

Sebagaimana mata yang merupakan jendela dunia. Mata memungkinkan

seseorang dapat mengintip ke dalam keadaan jiwa orang lain (Prasetyono,

2008: 42). Bahkan Ralph Waldo Emerson (dalam Nierenberg, 2006: 24)

mengatakan 'mata seseorang berbicara banyak hal seperti lidah,

keuntungannya adalah bahasa mata tidak membutuhkan kamus, namun bisa

dipahami di seluruh dunia'. Hal demikian juga terjadi pada sang kekasih, dia

memperlihatkan pesan ketidakbahagiaannya saat bersama si Aku. Pesan

tersebut tidak diungkapkan dengan bahasa verbal, melainkan dengan sorotan

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

80

matanya. Dalam puisi LT tersebut mata sang kekasih diserupakan dengan

sebuah dunia yang dapat memperlihatkan rahasianya, dalam hal ini rahasia

tersebut adalah rahasia ketidakbahagiaan sang kekasih. Dunia yang

diperlihatkan oleh mata sang kekasih adalah dunia yang berisi badai, burung-

burung terperangkap, dan ikatan.

Ikatan adalah yang telah diikat atau rangkaian atau hubungan (KBBI,

2008: 541). Burung terperangkap merupakan burung yang tidak bisa terbang

bebas di angkasa. Keduanya menunjukkan ketidakbebasan. Sedangkan badai

adalah angin kencang yang menyertai cuaca buruk (KBBI, 2008: 114) yang

menunjukan buruknya cuaca di atas bumi. Dengan demikian ketiganya

menunjukkan keadaan buruk dan tidak bahagia.

.. لؤلؤة سكنت يىف أ (3 )جويدة, 2010: 15)

(LT)

[Fi> ayyi lu'luatin sakanti .. ]

Di mutiara mana kau tinggal

..(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan di atas termasuk metafora karena memiliki unsur-unsur metafora.

‘Al-chabi>bah’ (sang kekasih) sebagai ML/T dan ‘jama>lul-lu'lu'ah’ (keindahan

mutiara) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun

diisyaratkan dengan hal yang berkaitan dengan keindahan mutiara yaitu

‘lu'luatin’ (mutiara). Kata ‘sakanti’ (kau tinggal) merupakan qari>nah yang

menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan. Karena jika digunakan

pemahaman makna harfiah maka akan terjadi kerancuan makna.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

81

Mutiara merupakan salah satu perhiasan mahal dan langka. Mutiara

merupakan bagian terpenting dari sejarah perhiasan, karena digunakan

sebelum batu permata yang mendapatkannya lebih mudah dibandingkan

dengan mutiara. Orang Romawi, Persia, Cina, dan India menyemarakkan

keindahan dan kecantikan dengan mutiara. Selain itu mutiara juga merupakan

salah satu simbol dari kekuasaan dan keaguangan yang dipakai oleh

bangsawan (Internet, 2015: mutiaralombok.net). Sampai saat ini mutiara

sudah banyak digunakan oleh masyarakat terutama kaum menengah keatas,

dan sebagai simbol keindahan dan kecantikan, mutiara banyak dipakai oleh

wanita sebagai perhiasan.

Keindahan mutiara juga dinikmati oleh si Aku. Pada metafora di atas sang

kekasih diserupakan dengan keindahan yang dimiliki dalam mutiara. Bagi si

Aku keindahan yang dimiliki dalam mutiara serupa dengan kecantikan yang

ada dalam diri sang kekasih. Oleh sebab itu saat si Aku sedang mencari

keberadaan sang kekasih, melalui imajinasi penyair dia mencari sang kekasih

di dalam mutiara dan berharap kekasihnya berada di dalam mutiara.

Keindahan mutiara adalah konsep abstrak yang tidak dapat dihayati oleh indra

manusia, dan juga merupakan MM/V pada metafora di atas. Oleh karena itu

metafora di atas termasuk jenis metafora ke-ada-an (being).

أراك إين (4 على جبني املوج ..

صخب النوارس تلعبني يف )جويدة, 2010: 18)

(LT)

[inni> ara>ki]

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

82

[‘ala> jabi>nil-mauji ..]

[Fi> shakhabi'n-nawa>risi tal‘abi>n ..]

Aku sungguh melihat mu

Di atas dahi ombak

Dalam teriakan burung camar kau bermain

(Juwiadah, 2010: 18)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora.‘Al-chabi>bah’ (sang kekasih) sebagai ML/T dan ‘jama>lu'sy-sya>thi'i’

(keindahan pantai) sebagai MM/V yang pada metafora diatas tidak disebutkan,

namun diisyaratkan dengan dua hal yang identik dengan pantai yaitu ‘mauji’

(ombak) dan ‘nawa>risi’ (burung-burung camar). Sedangkan qari>nah yang

menghalangi kepada makna harfiah pada metafora di atas adalah qari>nah

lafdziyyah. Karena kata-kata pada metafora di atas jika digunakan pemahaman

makna harfiah akan mengalami kerancuan makna.

Pantai adalah salah satu tempat indah yang banyak dicari orang.

Keindahannya menjadi salah satu daya tarik mayoritas masyarakat, terbukti

pulau Bali yang dikelilingi pantai-pantai indah menjadi tujuan berlibur para

pelancong dalam dan luar negeri. Birunya air laut, hembusan angin segar,

suara debur ombak membuat suasana pantai banyak diinginkan orang sebagai

tujuan liburan. Tidak hanya sekedar berwisata, berkunjung ke pantai mampu

membuat suasana hati menjadi gembira dan meningkatkan kesehatan emosi.

Hal ini dibuktikan lewat penelitian dari European Centre for Environment and

Human Health di Truro, Cornwall yang menyatakan bahwa bersantai di pantai

baik bagi kesehatan emosional dibandingkan berjalan-jalan di kebun. Selain

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

83

itu suasana pantai juga dapat melepaskan emosi negatif seperti marah, sedih,

kecewa, dan bingung (Desideria, 2015: health.liputan6.com)

Keindahan pantai tersebut juga dirasakan oleh si Aku yang sedang

meratapi perpisahan dengan sang kekasih. Akibat kerinduan dan keinginan

untuk bertemu sang kekasih, khayalan tentangnya memenuhi pikiran si Aku.

Sehingga apa yang dia lihat bukanlah keindahan pantai di setiap sisinya,

melainkan keindahan sang kekasih di setiap sisi pantai. Suara debur ombak

dan suara burung camar adalah salah satu sisi pantai yang indah. Kemudian

saat si Aku sedang memandangnya, yang dia lihat bukanlah keindahannya,

melainkan keindahan sang kekasih. Sang kekasih diserupakan dengan

keindahan pantai, karena bagi si Aku pantai dan sang kekasih memiliki

keindahan yang sama. Penyerupaan dengan konsep abstrak yaitu keindahan

pantai merupakan alasan dalam mengkatagorikan metafora di atas sebagai

salah satu jenis metafora ke-ada-an (being).

2. Kosmos (Cosmos)

Metafora kosmos (cosmos) adalah metafora yang meliputi benda-benda

kosmos seperti matahari, bulan, bumi dan lain sebagainya (Haley dan

Lunsford dalam Annas, 2013: 29). Kosmos (Cosmos) tidak hanya ada seperti

being, namun juga bisa diamati oleh indra mata dan menepati ruang di jagad

raya (Wahab, 1991: 78). Berikut metafora kosmos (cosmos) yang penulis

temukan dalam puisi LALN dan LT karya Farouk Juwaidah :

الكون يوما .. واحرتقجنم أضاء (1 )جويدة, 2010: 11)

(LALN)

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

84

[Najmun adha>'al-kauna yauman wa'chtaraq]

Bintang yang menyinari alam dalam satu hari ...

terbakar (Juwaidah, 2010: 11)

Kutipan di atas termasuk metafora karena memiliki unsur-unsur metafora.

‘Al-chabi>bah’ (sang kekasih) sebagai ML/T yang pada metafora di atas tidak

disebutkan, namun diisyaratkan dengan konteks puisi LALN dan ‘najmun’

(bintang) sebagai MM/V. Sedangkan qari>nah yang menunjukkan kepada

makna yang dimaksudkan berupa qari>nah cha>liyah. Qari>nah tersebut terletak

pada konteks kutipan di atas. Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau

sosial yang kait-mengait dengan ujuaran tertentu (Kridalaksana, 2011: 134).

Adapun konteks syair tersebut yang dapat mendukung pemahaman kutipan di

atas adalah sang kekasih yang pergi meninggalkan si Aku setelah memberinya

kebahagiaan singkat. Konteks tersebut memiliki titik persamaan dengan

keadaan bintang pada kutipan di atas yang terbakar setelah menyinari alam

dalam waktu singkat.

Dalam metafora di atas sang kekasih diserupakan dengan bintang. Dia

membuat kebahagian singkat dalam kehidupan si Aku yang diserupakan

dengan menyinari alam dalam sehari. Kemudian setelah memberikan

kebahagian singkat dia pergi meninggalkan si Aku. Hal itu diserupakan dengan

bintang yang terbakar, karena bintang yang sudah terbakar tidak lagi dapat

menyinari alam, sebagaimana sang kekasih yang sudah pergi tidak lagi dapat

memberikan kebahagiaan bagi si Aku. Penyerupaan dengan salah satu benda

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

85

langit inilah yang merupakan alasan dalam mengkatagorikan metafora di atas

sebagai salah satu jenis metafora kosmos (cosmos).

عيون الشمس مازلت أنظر يف (2 ضياها تشرقني علك يف

وأطل للبدر احلزين لعلين ألقاك بني السحب يوما تعربين

(15 :2010)جويدة,

(LT)

[Ma> ziltu anzhuru fi> ‘uyu>ni'sy-syamsi]

[‘allaki fi> dhiya>ha> tusyriqi>n]

[Wa uthillu lil-badril-chazi>n la‘allani>]

[Alqa>ki baina's-suchbi yauman ta‘buri>n]

Aku masih menatap mata-mata matahari

Berharap kau terbit dari cahayanya

Dan aku tatap bulan yang bersedih berharap

Aku dapat berjumpa denganmu di antara awan yang

suatu hari kau lintasi

(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora.‘Al-chabi>bah’ (sang kekasih) sebagai ML/T dan ‘al-kaukabu’ (benda

langit) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu sifat benda langit yaitu berada di ketinggian.

Qari>nah yang menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan pada metafora

di atas adalah berupa qari>nah lafdziyyah. Karena kata-kata pada metafora di

atas jika digunakan pemahaman makna harfiah akan terjadi kerancuan makna.

Langit adalah ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya

bulan, bintang, matahari dan planet lain (KBBI, 2008: 810). Diantara benda

langit adalah semua jenis planet, bintang, bulan, matahari, satelit, meteroid,

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

86

komet, asteroid (Internet, 2015: pendidikanmu.com). Untuk dapat melihatnya,

manusia membutuhkan alat bantu seperti teleskop dan teropong. Akan tetapi

ada beberapa benda langit yang mudah dilihat oleh manusia dengan mata

telanjang yaitu bulan, bintang, dan matahari.

Benda-benda langit tersebut dapat dengan mudah dilihat oleh manusia. Di

pagi hari manusia dapat melihat matahari dan di malam hari manusia dapat

dengan mudah melihat bulan dan bintang. Sebagaimana sang kekasih yang

pada metafora di atas diserupakan dengan benda langit yang dapat dengan

mudah dilihat oleh si Aku, baik di pagi hari maupun di malam hari. Bagi si

Aku sang kekasih adalah salah satu benda langit yang mudah dilihat oleh

manusia. Keinginan si Aku untuk dapat bertemu setiap saat dengan sang

kekasih membuatnya berkhayal demikian. Di pagi dan malam hari si Aku

ingin selalu melihat kekasihnya, bukan seperti matahari yang hanya dapat

dilihat di siang hari atau bukan seperti bulan yang hanya ada di malam hari,

tapi seperti keduanya. Penyerupaan dengan benda langit inilah yang

merupakan alasan dalam mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu

jenis metafora kosmos (cosmos).

الطويل أحاطينليل من الشك (3 عينيك هنرا من اليقني حت أطل الفجر يف

(16 :2010)جويدة,

(LT)

[Lailun mina'sy-syakki'th-thawi>l acha>thani>] [Chatta> athallal-fajru fi> ‘ainaiki nahran minal-yaqi>n]

Malam yang terbuat dari keragu-raguan panjang

mengelilingiku

Hingga fajar terbit di matamu sebagai sungai

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

87

keyakinan

(Juwaidah, 2010: 16)

Kutipan syair di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘‘Ainaiki’ (matamu) sebagai ML/T dan ‘as-sama>'u’ (langit) sebagai

MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun diisyaratkan

dengan salah satu ciri khas langit yaitu ‘athallal-fajru’ (fajar terbit). Qari>nah

pada metafora di atas berupa qari>nah lafdziyyah. Qari>nah tersebut

menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan karena jika digunakan

pemahaman makna harfiah akan terjadi kerancuan makna.

Fajar adalah cahaya kemerah-merahan yang tampak beberapa saat,

kemudian menghilng sebelum fajar sidik. Fajar sidik adalah dini hari atau

menjelang pagi (KBBI, 2008: 401). Waktu fajar ditandai dengan cahaya

terang yang memancar secara horizontal pada garis cakrawala (Internet, 2016:

id.wikipedia.org). Fajar menandai telah berlalunya waktu malam dan akan

masuk waktu siang dengan langit yang terang.

Saat malam hari, manusia akan sulit melihat keadaan sekitarnya karena

gelap, tetapi saat fajar terbit di pagi hari, keadaan tersebut akan mulai terlihat.

Sebagaimana si Aku yang sulit melihat kepastian perasaan sang kekasih.

Kemudian mata sang kekasih memberikan jawabannya, karena mata adalah

jendela jiwa seseorang yang dapat memperlihatkan keadaan jiwa orang

tersebut (Prasetyono, 2011: 42). Mata sang kekasih dalam puisi LT ini

diserupakan dengan langit yang dapat memunculkan fajar yang menandai

telah berlalunya kegelapan malam, sebagaimana mata sang kekasih yang dapat

menghapus keraguan si Aku. Langit merupakan tempat dimana benda-benda

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

88

langit berada dan merupakan MB/V pada metafora di atas, oleh karena itu

metafora di atas termasuk jenis metafora kosmos (cosmos).

3. Substansi (Substance)

Metafora substansi (substance) adalah metafora yang berkaitan dengan

jenis-jenis gas dengan prediksinya yang dapat memberi kelembutan, bau,

tekanan, dan lain sebagainya (Haley dan Lunsford dalam Annas, 2013: 29). Di

samping ada, membutuhkan ruang, dan bergerak, jenis metafora ini juga

mempunyai sifat lembam. Berikut adalah metafora substansi (substance) yang

penulis temukan dalam puisi LALN dan LT:

يدم وتوقف الزمن املسافر يف (1 (13 :2010)جويدة,

(LALN)

[wa tawaqqafa’z-zamanul-musa>firu fi dami>]

Waktu yang berpergian berhenti di aliran

darahku

(Juwaidah, 2010: 13)

Kutipan puisi LALN di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-

unsur metafora. ‘Az-zama>n’ (waktu) sebagai ML/T dan ‘uksiji>n’ (oksigen)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun

diisyaratkan dengan salah satu hal yang berkaitan denganya yaitu ‘dami>’

(darah). Kata ‘dami>’ merupakan qari>nah yang menghalangi kepada

pemahaman makna harfiahnya, dengan demikian qari>nah metafora di atas

adalah berupa qari>nah lafdziyyah.

Pada metafora di atas, waktu diserupakan dengan oksigen dalam darah.

Darah adalah cairan berwarna merah yang mengalir dalam pembuluh darah

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

89

manusia atau binatang (KBBI, 2008: 317). Ada beberapa fungsi darah, salah

satunya mengangkut oksigen (Sari, 2011: dosenbiologi.com). Oksigen adalah

zat ringan yang terdapat dalam atmosfer, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak ada rasanya yang diperlukan untuk hidup dan pembakaran (KBBI, 2008:

1016). Oksigen merupakan kebutuhan primer manusia, jika oksigen tidak

beredar dalam tubuh manusia, maka dia dianggap sudah meninggal.

Pada metafora di atas waktu diserupakan seperti oksigen yang mengalir

dalam darah si Aku. waktu adalah keseluruhan rangkaian saat ketika proses;

perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung (KBBI, 2008: 1614).

Terdapat titik persamaan di antara keduanya, yaitu sama-sama berjalan.

Oksigen berjalan mengikuti aliran darah manusia, jika oksigen berhenti

mengalir maka darah juga akan berhenti mengalir, dengan demikian manusia

tersebut akan meninggal. Serupa dengan waktu yang senantiasa berjalan, jika

pada suatu hari waktu berhenti, maka berakhirlah kehidupan di alam ini.

Dalam imajinasi penyair, si Aku mengalami keputusasaan setelah berpisah

dengan sang kekasih. Bagi si Aku menjalani kehidupan tanpa sang kekasih

seperti menghadapi kematian. Sehingga waktu yang biasanya berjalan dia

anggap berhenti dan berhentinya waktu merupakan kematian untuk si Aku.

Penyerupaan dengan oksigen yang mengalir dalam darah merupakan alasan

dalam mengkatagorikan metafora di atas ke dalam salah satu jenis metafora

substansi (substance).

مل يبق منك (2

سوى إرتعاشة حلظة ذابت على وجه السنني

(LT)

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

90

(16 :2010)جويدة,

[Lam yabqa minki]

[Siwa>r-ti‘a>syati lachzhah]

[Dza>bat ‘ala> wajhi's-sini>n]

Tidak ada yang tersisa darimu

Selain gemetar sejenak

Yang meleleh diatas wajah tahun

(Juwiadah, 2010: 16)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena memiliki unsur-unsur

metafora. ‘Irti‘a>syati lachdzah’ (gemetar sejenak) sebagai ML/T dan ‘adz-

dza>ibu’ (yang meleleh) sebagai MM/V. Sedangkan qari>nah yang menghalangi

kepada pemahaman makna harfiahnya adalah berupa qari>nah lafdziyyah.

Karena kata-kata pada metafora di atas jika digunakan pemahaman makna

harfiah akan terjadi kerancuan makna.

Kata ‘irti’a>syah’ berasal dari kata kata dasar ‘ra’asya’ yang bermakna

‘gemetar’ (Munawwir, 1997:508), sedangkan dalam Mu’jam Al-Wasith

(2004: 354) dimaknai dengan ‘irta’ada’ ‘irtajafa’ dan ‘idhtharaba’. Kata

‘irta’ada’ bermakna gemetar atau menggigil (Munawwir, 1997:508), kata

‘irtajafa’ bermakna gemetar atau menggigil (Munawwir, 1997:477), dan kata

‘idhtharaba’ bermakna bingung atau bimbang atau ragu-ragu (Munawwir,

1997:816). Maka berdasarkan keseluruhan isi puisi Law Tarji’i>n, penulis

menentukan sebab gemetar pada kutipan di atas adalah karena keraguan.

Mencair adalah menjadi cair, sedangkan pencairan adalah perubahan fase

dari zat padat menjadi cair (KBBI, 2008: 254). Saat terjadi proses pencairan

energi internal zat padat meningkat mencapai temperatur tertentu yang disebut

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

91

titik leleh (Internet, 2016: id.wikipedia.org). Proses ini hanya terjadi kepada

benda. Akan tetapi dalam puisi LT, proses ini dapat terjadi kepada konsep

abstrak yang tidak memiliki fisik. Pada metafora di atas gemetar diserupakan

dengan benda yang dapat mengalami proses pencairan. Gemetar pada

metafora di atas merupakan gemetar karena keraguan. Ragu adalah bimbang

atau bingung (KBBI, 2008: 1154). Ragu merupakan sifat manusiawai yang

dapat dirasakan oleh setiap orang, termasuk sang kekasih dalam puisi LT ini.

Perasaan cinta yang dimiliki sang kekasih kepada si Aku sudah

menghilang. Tetapi bagi si Aku sang kekasih masih memiliki rasa ragu, antara

kembali kepada si Aku atau pergi meninggalkannya. Rasa ragu tersebut pada

akhirnya juga ikut menghilang seiring dengan berjalannya waktu, dengan ini

si Aku telah kehilangan sang kekasih. Dalam mengungkapkannya penyair

menyerupakan rasa ragu tersebut dengan benda yang mencair. Benda akan

mencair seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana rasa ragu sang

kekasih yang pada akhirnya mencair setelah beberapa tahun. Jarak akan

membuat intensitas bertemu seseorang menjadi berkurang, dan akhirnya

kedekatan akan berkurang, baik kedekatan fisik maupun kedekatan hati.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Nizar Qabbani (As-Shafada>, 2014:

mawdoo3.com) :

إذا مل يزدك البعد حبا فأنت مل حتب حقا![Idza> lam yazidka chubban fa anta lam tuchibbu haqqan!]

Jika jarak tidak menambah rasa cinta maka kamu belum benar-benar

mencintai

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

92

Penyerupaan dengan sifat benda yang dapat mencair merupakan alasan dalam

mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora substansi

(substance).

4. Permukaan Bumi (Terrestrial)

Metafora terhampar (terrestrial) adalah metafora yang berkaitan dengan

hal-hal yang terikat atau terbentang dengan permukaan bumi (Haley dan

Lunsford dalam Annas, 2013: 29). Berikut metafora permukaan bumi

(terrestrial) yang penulis temukan dalam puisi LALN dan LT karya Farouk

Juwaidah :

محلتك يف ضجر الشوارع فرحيت (1 (12 :2010)جويدة,

(LALN)

[Chamaltuki fi> dhajari'sy-syawa>ri‘i farchati>]

Akan ku bawa engkau ke dalam kegelisahan jalanan

kegembiraanku

(Juwaidah, 2010: 12)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora yaitu, ‘al-qalbu’ (hati) sebagai ML/T yang pada metafora di atas

tidak disebutkan namun diisyaratkan dengan hal yang berkaitan dengan hati

yaitu ‘dhajar’ (kegelisahan) ‘farchah’ (kegembiraan), dan ‘asy-syawa>ri‘i’

(jalan) sebagai MM/V. Kata ‘dhajarun’ (kegelisahan) dan ‘farchatun’

(kegembiraan) merupakan qari>nah lafdziyyah yang menunjukkan kepada

makna yang dimaksudkan, karena jika digunakan pemahaman makna

harfiahnya akan terjadi kerancuan makna.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

93

Perasaan adalah suatu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu

sebagai akibat adanya peristiwa atau presepsi yang dialami. Sedangkan

menurut Chaplin (1972) yang dimaksud dengan perasaan adalah keadaan

individu sebagai akibat dari presepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun

internal (Walgito, 2004: 202). Dalam masyarakat umum perasaan dianggap

berasal dari hati, sebagaimana definisi yang dipaparkan oleh KBBI (2008:

514) bahwa hati adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang

dianggap sebagai tempat menyimpan perasaan-perasaan, pengertian-

pengertian dan lain sebagainya. Hal senada juga disampaikan oleh Nafiah

(2014: kompasiana.com) bahwa pada umumnya masyarakat sering

menghubung-hubungkan antara hati dengan perasaan. Oleh karena itu penulis

menentukan ‘hati’ sebagai tenor, karena kegelisahan dan kegembiraan

merupakan perasaan yang berasal dari dalam hati.

Dalam puisi LALN ini, si Aku ingin memperlihatkan cintanya yang dalam

kepada sang kekasih. Cinta tersebut membuat si Aku tengelam dalam

kebahagiaan hingga dia takut kehilangan kebahagiaan tersebut. Rasa cemas

dan bahagia merupakan perasaan yang terletak di dalam hati. Di dalam hati si

Aku yang penuh dengan kegembiraan terdapat secuil kegelisahan. Pada

metafora di atas hati si Aku diserupakan dengan jalan-jalan. Kata ‘jalan-jalan’

berarti jalan yang banyak, hal ini diperlihatkan dari kata ‘syawa>ri’u’ yang

merupakan bentuk jama’ dari kata ‘sya>ri’un’ (Munawir, 1984:714). Titik

persamaan di antara kedunya didasari pada sifat jalan-jalan yang banyak dan

sifat hati yang memiliki berbagai macam perasaan di dalamnya, dalam hal ini

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

94

perasaan yang memenuhi hati si Aku adalah perasaan bahagia. Jalan

merupakan sesuatu yang terikat dan terhampar di bumi, oleh karena itu

metafora di atas termasuk jenis metafora permukaan bumi (terrestrial).

5. Energi (Energy)

Metafora energi (energy) adalah metafora yang berkaitan dengan benda-

benda yang memiliki kekuatan seperti angin, cahaya, api, air, dan lain

sebagainya (Haley dan Lunsford dalam Annas, 2013: 29). Prediksi khusus

yang dipakai oleh katagori ini adalah bahwa energi tidak saja ada dan

menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak (Wahab, 1991: 79).

Berikut metafora energi (energy) yang penulis temukan dalam puisi LALN

dan LT karya Farouk Juwaidah :

قمم السحاب سافرت يف لو أنين (1 ربووعك ينطلق وعدت هنرا يف

(19 :2010)جويدة,

(LALN)

[Law annani> sa>fartu fi> qimami's-sacha>bi]

[Wa ‘udtu nahran fi> rubu>‘iki yanthaliq]

Jika ku lintasi puncak awan

aku akan kembali sebagai sungai yang mengaliri

rumahmu

(Juwaidah, 2010: 19)

Kutipan diatas memiliki unsur metafora, yaitu ‘ana>’ (si Aku) sebagai

ML/T, dan ‘al-ma>'u’ (air) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak

disebutkan, namun diisyaratkan dengan kata ‘nahran’ (sungai). Qari>nah yang

menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan adalah qari>nah ladziyyah.

Karena jika digunakan makna harfiahnya akan terjadi kerancuan makna.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

95

Air adalah benda cair seperti yang biasa terdapat di sumur, sungai, danau

yang mendidih pada suhu 100 ̊ C dan membeku pada suhu 0 ̊ C (KBBI, 2008:

22). Air sangat penting bagi kehidupan, tanpa air makhuk di bumi akan mati

(Jamil, 2015: kompasiana.com). Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa air

adalah sumber kehidupan, dan dari air segala makhluk diciptakan. ‘Kami

jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa meraka

tidak beriman’ (Q.S Al-Anbiya>’: 30).

Selain bersumber dari pegunungan, air juga berasal dari hujan. Hujan

terjadi karena siklus perputaran air. Pada mulanya air hujan berasal dari air di

bumi. Air-air tersebut mengalami proses penguapan oleh panas matahari. Air

yang menguap kemudian menjadi uap di langit dan membentuk awan. Awan

yang sudah banyak menampung air akhirnya turun menjadi hujan (Malingkas,

2015: kompasiana.com) dan mengairi sawah-sawah, sungai-sungai hingga

rumah-rumah manusia sehingga kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Siklus

air tersebutlah yang membuat penulis menentukan ‘air’ sebagai vehicle pada

metafora di atas.

Terdapat titik kesamaan di antara air dan si Aku yaitu sumber kehidupan.

Dalam khayalan si Aku, dia ingin menjadi sumber kehidupan bagi kekasihnya

seperti air yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Air

merupakan kebutuhan pokok manusia, tanpa air manusia akan sulit untuk

bertahan hidup. Seperti itulah keinginan si Aku terhadap kekasihnya, dia

ingin menjadi seseorang yang selalu dibutuhkan oleh kekasihnya dan tanpa

kehadiran si Aku kekasihnya akan sulit untuk menjalani hidup. Tetapi pada

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

96

kenyataannya semuanya hanyalah khayalan belaka si Aku, dan sang kekasih

sudah pergi meninggalkannya. Penyerupaan terhadap air adalah alasan dalam

mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora energi

(energy).

عيون األفق ضوء طريد يف (2 يطويه الشفق

(11 :2010)جويدة,

(LALN)

[Dhau'un thari>dun fi> ‘uyu>nil-ufqi]

[Yathwi>hi>'sy-syafaq]

Cahaya yang terusir dari pandangan cakrawala

dilipat dan dititupi oleh cahaya senja

(Juwaidah, 2010: 11)

Kutipan puisi di atas termasuk metafora karena memiliki unsur-unsur

metafora. ‘Al-chubbu’ (cinta) sebagai ML/T yang pada metafora di atas tidak

disebutkan, namun diisyaratkan dengan konteks puisi LALN dan ‘dhau‘un’

(cahaya) sebagai MM/V. Sedangkan qari>nah yang menunjukkan kepada

makna yang dimaksudkan berupa qari>nah cha>liyah yaitu konteks kutipan

tersebut. Adapun konteks yang dapat mendukung pemahaman metafora di atas

adalah seorang kekasih yang pergi meninggalkan kekasihnya.

Dalam metafora di atas perasaan cinta sang kekasih diserupakan dengan

cahaya langit. Titik persamaan antara keduannya terletak pada keadaan

masing-masing yang sama-sama akan menghilang. Cahaya di langit akan

menghilang ketika sore hari tiba, begitu juga perasaan cinta sang kekasih yang

juga akan menghilang. Penyerupaan serupa juga digunakan oleh Nizami

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

97

Ganjavi (2010: 23) dalam bukunya berjudul Layla Majnun yang

menyerupakan hati dan hidup Qasy setelah berpisah dengan Layla seperti

matahari yang tertelan kegelapan. Matahari tenggelam menandakan bahwa

terangnya langit telah berlalu digantikan dengan malam yang gelap. Hilangnya

cahaya dilangit inilah yang digunakan penyair dalam menyerupakan perasaan

cinta sang kekasih kepada si Aku. Cahaya merupakan salah satu benda yang

memiliki kekuatan dan juga merupakan MM/V pada metafora di atas, oleh

karena itu metafora di atas termasuk jenis metafora energi (energy).

6. Benda Mati (Object)

Metafora benda mati (object) adalah metafora yang meliputi benda-benda

tidak bernyawa seperti gelas, kursi, meja, piring, dan lain sebagainya (Haley

dan Lunsford dalam Annas, 2013: 30). Berikut metafora object yang penulis

temukan dalam puisi LALN dan LT karya Farouk Juwaidah :

ىف هليبك حيرتق يوتركت عمر (1 (9 :2010)جويدة,

(LALN)

[Wa taraktu ‘umri> fi> lahi>biki yachtariq]

Dan aku akan membiarkan diriku terbakar sepanjang

umurku di bara apimu

(Juwaidah, 2010: 9)

Kutipan termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur metafora.

‘‘Umri>’(umur) sebagai ML/T dan ‘al-muchraq’ (yang terbakar) sebagai

MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun diisyaratkan

dengan kata ‘lahi>bi’ (bara api). Sedangkan qari>nah yang menunjukkan kepada

makna yang dimaksudkan adalah qari>nah lafdziyyah. Karena kata-kata pada

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

98

metafora di atas jika dimaknai dengan makna yang harfiyahnya akan

menghasilkan kerancuan makna.

Pada umumnya semua benda di alam dapat dibakar. Di antara bahan-bahan

itu ada yang lebih mudah dibakar dan ada yang sulit dibakar. Hal tersebut

disebabkan karena masing-masing bahan memiliki titik nyala yang berbeda-

beda. Titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu bahan untuk

dapat berubah menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api. Semakin

rendah titik nyala suatu bahan, maka bahan tersebut semakin mudah dibakar,

begitupun sebaliknya (Internet, 2013: pmdlk.blogspot.com). Sedangkan umur

adalah lama hidup sejak dilahirkan (KBBI, 2008: 1588). Umur merupakan

konsep abstrak untuk menandai lama hidup seseorang. Sebagai sebuah

konsep abstrak umur bukanlah benda yang memiliki fisik sehingga dapat

dibakar. Tetapi dalam puisi LALN umur dapat terbakar seperti benda. Hal ini

terjadi karena seorang penyair memiliki licentia poetica. Licentia poetica

adalah kebebasan penyair dan seniman pada umumnya untuk ‘meyimpang’

dari norma tertentu. Secara tradisional dianggap sebagai kesalahan,

sebaliknya secara modern merupakan keunggulan (Ratna, 2014: 424).

Pada metafora di atas, umur si Aku diserupakan seperti benda yang dapat

terbakar. Titik persamaan di antara keduanya didasari oleh sifat keduanya

yang dapat habis, umur manusia akan abis dan benda yang terbakar juga akan

habis. Benda yang dibakar akan melebur habis bersama batu bara dan

kobaran api. Hal itu sama dengan si Aku yang ingin menghabiskan umurnya

bersama kekasihnya dan seluruh hidupnya ingin dia isi dengan kebersamaan

Page 99: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

99

bersama kekasihnya. Keinginan si Aku ini hanyalah merupakan khayalan

kosong yang pada sulit menjadi kenyataan, karena si Aku dan kekasihnya

telah berpisah. Penyerupaan terhadap benda inilah yang merupakan alasan

mengkatagorikan metafora di atas sebagai saah satu jenis metafora objek

(object).

وعاد يشطرنا القلق (2 (10 :2010)جويدة,

(LALN)

[Wa> ‘a>da yasyturuna>l-qalaq]

Kegelisahan berulangkali mencacah kita

(Juwaidah, 2010: 10)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-qalaq’ (kegelisahan) sebagai ML/T dan ‘as-sikki>n’ (pisau)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak sebutkan, namun

diisyaratkan dengan salah satu sifat pisau yaitu 'dapat mencacah'. Qari>nah

yang menunjukkan kepada makna yang dimaksudkan pada metafora di atas

adalah berupa qari>nah lafdziyyah yaitu kata 'al-qalaqu' (kegelisahan). Karena

jika kutipan di atas digunakan pemahaman makna harfiahnya akan terjadi

kerancuan makna.

Gelisah adalah tidak tentram hati dan selalu merasa khawatir (KBBI, 2008:

455). Kegelisahan juga merupakan suasana jiwa berhubungan dengan sesuatu

yang belum diketahui kepastiannya, ketidak-tentuan mengenai suatu hak,

ketidak-tegasan dan lain sebagainya (Ahmadi, 2009: 72). Bila kegelisahan

terjadi berlebih maka akan berdampak terhadap jasmani dan rohani. Jantung

Page 100: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

100

akan berdebar lebih cepat sehingga menyebabkan pernapasan tidak teratur

kemudian akan keluar keringat yang berlebih. Sedangkan jiwa akan

terganggu bila terjadi kegelisahan yang berlebih dan dapat berpengaruh

terhadap pikiran (Danasary, 2015: kompasinana.com).

Kegelisahan merupakan perasaan manusiawi yang dapat dirasakan oleh

semua orang. Tidak ada satu pun manusia yang luput dari perasaan ini.

Kegelisahan dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah harapan

yang tidak tercapai, ancaman, takut terhadap dosa-dosa yang telah diperbuat,

takut terhadap hasil kerja, dan takut kehilangan (Abriansyah, 2012:

kompasiana.com). Hal demikian juga terjadi pada si Aku, yang merasakan

perpisahan sehingga membuatnya sedih dan gelisah. Takut kehilangan sang

kekasih yang dirasakan si Aku merupakan alasan utama kegelisahannya.

Penyair melalui si Aku mengungkapkan perasaan gelisah yang menyiksanya

melalui balutan metafora. Kegelisahan tersebut diibaratkan seperti pisau yang

dapat melukai dan mencacah. Pisau adalah belah besi tipis yang bertangkai

sebagai alat pengiris dan sebagainya (KBBI, 2008: 1451). Pisau dapat

melukai seseorang yang tidak hati-hati dalam menggunakannya, seperti

kegelisahan yang dapat membuat pikiran seseorang kalut jika tidak bisa

mengontrolnya dengan baik. Dalam hal inilah titik persamaan antara pisau

dengan kegelisahan yaitu keduanya sama-sama dapat membuat terluka. Pisau

merupakan salah satu jenis benda mati dan juga merupakan MM/V pada

metafora di atas, oleh karena itu metafora di atas termasuk jenis metafora

objek (object).

Page 101: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

101

تسكنني وأي قلب بعد قليب (3 (15 :2010)جويدة,

(LT)

[Wa ayyu qalbin ba‘da qalbi> taskuni>n]

Di hati mana kau tinggal setelah hatiku

(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-qalbu’ sebagai ML/T dan ‘al-baitu’ sebagai MM/V yang pada

metafora di atas tidak disebutkan, namun diisyaratkan dengan salah satu verba

yang berkaitan dengan rumah yaitu ‘sakana’ (tinggal). Sedangkan qari>nah

pada metafora di atas berupa qari>nah ladziyyah. Karena jika digunakan

pemahaman makna harfiahnya maka akan terjadi kerancuan makna.

Hati adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap

sebagai tempat menyimpan perasaan-perasaan, pengertian-pengertian dan lain

sebagainya (KBBI, 2008: 514). Sebagai tempat penyimpanan, hati dalam puisi

LT diibaratkan seperti rumah. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal

(KBBI, 2008: 1226) yang berfungsi sebagai tempat berlindung. Titik

persamaan di antara keduanya adalah sama-sama merupakan tempat

menyimpan sesuatu yang berharga, rumah adalah tempat untuk menyimpan

benda-benda berharga dan melindungi orang-orang terkasih, sedangkan hati

adalah tempat untuk menyimpan perasaan-perasaan berharga. Penyerupaan

serupa juga dilakukan oleh Moammar Emka (2011: 126) yang berbunyi

‘Rumah itu kamu. Semesta nyaman yang menjalar dan teduh yang berjajar.

Menguar rindu yang tak terbilang. Mengejar cinta tanpa tanda tanya,

berulang-ulang. Rumah itu hatimu’. Dalam metafora di atas si Aku secara

Page 102: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

102

umum mengungkapkan pertanyaan atas keberadaan sang kekasih, dan secara

khusus bertanya mengenai seseorang yang telah mengasihi sang kekasih.

Rumah merupakan salah satu jenis benda dan juga merupakan MM/V pada

metafora di atas, oleh karena itu metafora di atas termasuk jenis metafora

benda mati (object).

7. Flora (Living)

Metafora Flora (living) adalah metafora yang berhubungan dengan seluruh

jenis-jenis tumbuhan (Haley dan Lunsford dalam Annas, 2013: 30). Salah satu

tanda adanya metafora ini adalah bahwa flora memiliki sifat tumbuh (Wahab,

1991:81). Berikut metafora flora (living) yang penulis temukan dalam puisi

LALN dan LT karya Farouk Juwaidah :

ما عدت أعرف .. (1 أين أنت اآلن يا قدري

أي احلدائق تزهرين؟ ويف (15 :2010)جويدة,

(LT)

[Ma> ‘udtu a‘rifu ..]

[Aina anti-la>n ya> qadari>]

[Wa fi> ayyil-chada>'iqi tuzhiri>n?]

Aku masih tidak tau ..

Dimana kau sekarang, wahai takdirku

Di taman mana kau berbunga?

(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-chabi>bah’ (kekasih) sebagai ML/T dan ‘az-zahrah’ (bunga)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun

Page 103: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

103

diisyaratkan dengan salah satu sifat bunga, yaitu ‘tuzhiri>n’ (berbunga).

Qari>nah pada metafora di atas adalah qari>nah lafdziyyah. Karena kata-kata

pada metafora di atas jika dimaknai dengan makna harfiahnya akan terjadi

kerancuan makna.

Bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok

warnanya dan harum baunya (KBBI, 2008: 235). Di masyarakat bunga

menjadi simbol kecantikan dan keindahan, dan tidak jarang menjadi simbol

kecantikan wanita. Pada metafora di atas sang kekasih diserupakan dengan

bunga, karena keduanya memiliki keindahan yang sama bagi si Aku.

Penyerupaan yang serupa juga dilakukan oleh Nizami Ganjavi (2010: 12)

dalam bukunya berjudul Layla Majnun yang menyerupakan pesona kecantikan

Layla dengan keindahan bunga.

Dalam puisi LT ini, si Aku tidak mengetahui keberadaan sang kekasih

yang sudah pergi meninggalkannya. Dalam mengungapkan pertanyaan,

penyair melalui si Aku membalutnya dengan metafora. Penyair menyerupakan

sang kekasih dengan bunga yang tumbuh di taman. Dia tidak mengetahui di

taman mana bunga yang dia sukai tumbuh dan berbunga, sebagaimana dia

tidak mengetahui tempat dimana sang kekasih menghabiskan umur dan

kebahagiaanya. Penyerupaan dengan salah satu jenis tumbuhan merupakan

alasan dalam mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu jenis

metafora flora (living).

أي أرض.. يف (2 بني أحداق اجلداول تنبتني؟

(LT)

Page 104: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

104

(15 :2010)جويدة,

[Fi ayyi ardhin ..]

[Baina achda>qil-jada>wili tanbuti>n?]

Di bumi mana ..

di antara pupil anak sungai kau

tumbuh?

(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan puisi di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘al-chabi>bah’ (kekasih) sebagai ML/T dan ‘an-nabtah’ (tumbuhan)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan dengan 2 (dua) hal yang berkaitan dengannya yaitu

‘tanbutu’ (tumbuh) dan ‘jada>wili’ (sungai). Qari>nah yang menghalangi

terhadap pemahaman makna harfiahnya pada metafora di atas berupa qari>nah

lafdziyyah. Karana jika digunakan pemahaman makna aslinya akan terjadi

kerancuan makna.

Sungai adalah aliran air yang besar dan bisanya merupakan buatan alam

(KBBI, 2008: 1390), sedangkan anak sungai adalah cabang dari sungai

(KBBI, 2008:59). Sungai merupakan sumber kehidupan bagi sebuah

pemukiman, sebagimana sungai Nil menjadi sumber kehidupan bagi

masyarakat Mesir, sehingga Mesir dijuluki sebagai hadiah sungai Nil

(Internet, 2016: id.wikipedia.com). Dengan adanya sumber air, masyarakat

dalam sebuah pemukiman akan dapat melangsungkan kehidupan mereka.

Dalam puisi LT sang kekasih diserupakan seperti tumbuhan yang hidup

disekitar anak sungai. Tumbuhan adalah sesuatu yang tumbuh dan merupakan

Page 105: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

105

makhluk hidup berinti sel mengandung klorofil (KBBI, 2008: 1559). Titik

kesamaan di antara kedunya didasari pada perilaku sang kekasih yang

merupakan bagian dari sebuah masyarakat dan membutuhkan sumber air

untuk melangsungan kehidupan. Hal itu sama dengan tumbuhan yang

merupakan bagian dari makhluk hidup dan membutuhkan sumber air untuk

melangsungkan kehidupannya. Pada puisi ini si Aku tidak mengetahui

keberadaan tempat tinggal sang kekasih. Perpisahan telah membuatnya tidak

mengatahui kabar tentang sang kekasih, termasuk tentang tempat tinggalnya.

Kemudian dalam mengungkapkannya penyair melalui si Aku menggunakan

jalan memutar berupa metafora, karena jalan memutar merupakan watak

bahasa sastra (Laksana, 2015) yang dapat menambah nilai estetis sebuah karya

sastra. Penyerupaan terhadap tumbuhan merupakan alasan dalam

mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora flora

(living).

8. Fauna (Animate)

Metafora Animate adalah metafora yang berhubungan dengan makhluk

organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang, dan lain sebagainya (Haley

dan Lunsford dalam Annas, 2013:30). Berikut metafora fauna (animate) yang

penulis temukan dalam puisi LALN dan LT karya Farouk Juwaidah :

وأرى على األفق البعيد (1حك املنقوش من عمرياجن

حيلق فوق أشرعة احلنني (18 :2010)جويدة,

(LT)

[Wa ara> ‘ala>l-ufuqil-ba‘i>di]

Page 106: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

106

[Jana>chakil-manqu>sya min ‘umri>]

[Yuchalliqu fauqa asyri'atil-chani>n]

Dan aku melihat di atas kaki langit yang jauh

Sayap-sayapmu yang terukir dari umurku

Membumbung tinggi di atas layar-layar

kerinduan

(Juwaidah, 2010: 18)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-chabi>bah’ sebagai ML/T dan ‘ath-thairu’ (burung) sebagai

MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun diisyaratkan

dengan beberapa hal yang berkaitan dengan burung yaitu ‘jana>cha’ (sayap)

dan ‘yuchalliqu’ (membumbung tinggi). Sedangkan qari>nah pada metafora di

atas adalah qari>nah ladziyyah. Karena kata-kata pada metafora di atas jika

dimaknai dengan makna harfiahnya akan terjadi kerancuan makna. Kata

‘sayap’ sangat identik dengan burung, oleh karena itulah penulis menentukan

‘burung’ sebagai MM/V pada metafora di atas.

Sayap adalah bagian tubuh beberapa binatang seperti burung dan

sebagainya yang digunakan untuk terbang (KBBI, 2008: 1276). Dalam

metafora ini penulis memilih ‘burung’ sebagai MM/V karena pada baris syair

sebelumnya telah ditemukan kata ‘burung camar’. Pada metafora di atas sang

kekasih diserupakan seperti burung yang terbang menjauh dari si Aku.

Sayap burung terdiri dari tulang-tulang yang ringan dan otot-otot sehingga

burung dapat terbang lebih mudah. Otot-otot dalam sayap burung merupakan

otot terbesar yang berada dalam tubuh burung (Internet, 2016:

id.wikipedia.com). Namun dalam imajinasi penyair, burung yang merupakan

Page 107: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

107

sang kekasih memiliki sayap yang terbuat dari umur si Aku. Umur adalah

lama untuk hidup sejak dilahirkan (KBBI, 2008: 1588). Umur merupakan

kehidupan seseorang, jika umur sudah tidak ada maka kehidupan seseorang

juga sudah tidak ada atau sudah meninggal. Akibat kesedihan mendalam yang

dia rasakan, si Aku menganggap umurnya telah pergi bersama kepergian sang

kekasih sehingga dia seperti merasakan kematian sebelum kematian yang

sebenarnya. Perasaan kehilangan tersebut akhirnya menciptakan kerinduan

akan kehadiran sang kekasih. Penyerupaan terhadap salah satu ciri sesekor

burung inilah yang menjadi dasar dalam mengkatagorikan metafora di atas

sebagai jenis metafora fauna (animate).

9. Manusia (Human)

Metafora manusia (human) adalah metafora yang berhubungan dengan

makhluk yang dapat berpikir dan berakal (Haley dan Lunsford dalam Annas,

2013: 30). Berikut metafora manusia (human) yang penulis temukan dalam

puisi LALN dan LT karya Farouk Juwaidah :

تلقى بنا اللحظات (1.... صخب الزحام يف

(2010:15)جويدة,

(LALN)

[Tulqi> bina>'l-lachazha>tu]

[Fi> shakhabi'z-zicha>m ….]

Kenangan itu menghampiri kita

Dalam kebisingan lalu lintas ….

(Juwaidah, 2010:15)

Page 108: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

108

Kutipan diatas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-lachazha>tu’ (kenangan) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada kutipan puisi diatas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu sifat manusia yaitu ‘menghampiri dalam

kebisingan lalu lintas’. Kata 'al-lachazha>tu' (kenangan) merupakan qari>nah

yang menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya. Pertama, jika

digunakan pemahaman makna harfiahnya akan terjadi kerancuan makna,

kedua, kenangan adalah konsep abstrak yang tidak memiliki fisik sehingga

bisa menghampiri di keramaian jalan selayaknya manusia.

Kenangan adalah sesuatu yang membekas dalam ingatan (KBBI,

2008 :685), baik kenangan sedih maupun kenangan bahagia. Kenangan baik

dan buruk dalam kehidupan manusia akan terus tercipta seiring dengan

berjalannya waktu. Bagi si Aku kenangan bersama kekasihnya adalah

kenangan bahagia yang selalu ingin dia ulang setiap saat. Saat seseorang telah

berpisah dengan orang yang dikasihi, maka yang tersisa adalah kenangan

kebersamaan. Sebagaimana yang ditulis oleh Candra Malik (2014: 244)

dalam bukunya berjudul Cinta 1001 Rindu yang berbunyi ‘yang berdatangan

setelah perpisahan adalah kenangan tentang perjumpaan’. Sang kekasih

telah memberi si Aku kenangan indah yang sulit dia lupakan, sehingga

kenangan tentang sang kekasih dapat muncul tiba-tiba di waktu yang tidak

dia duga. Kemunculan kenangan secara tiba-tiba tersebut dalam psikologi

disebut dengan Involuntary memory. Involuntary memory adalah komponen

ingatan yang muncul secara tiba-tiba dan membangitkan kenangan masa lalu

Page 109: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

109

tanpa adanya upaya sadar (Internet, 2016: id.wikipedia.com). Kemunculan

kenangan tersebut dalam puisi LALN diserupakan dengan seseorang yang

tiba-tiba mengahampiri dalam keramaian. Keramaian jalanan yang penuh

dengan manusia membuat si Aku tidak mengetahui bahwa seseorang akan

menghampirinya, dan seseorang tersebut diserupakan seperti kenangan.

Kenangan indah bersama sang kekasih telah membuat hidup si Aku bahagia

di masa lalu dan dia selalu ingin mengulang kenangan tersebut. Penyerupaan

dengan salah satu perilaku manusia adalah alasan dalam mengkatagorikan

metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora manusia (human).

مازلت أذكر عندما جاء الرحيل .. (2عيىن األرق وصاح يف

(2010:15)جويدة,

(LALN)

[Ma> ziltu adzkuru ‘indama> ja>'a'r-rachi>l]

[Wa sha>cha fi> ‘aini>l-'araq]

Masih ku ingat hari perpisahan itu

Insomnia membentak mataku

(Juwaidah, 2010: 15)

Kutipan diatas termasuk metafora kerena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-'araq’ (insomnia) sebagai ML/T dan ‘al-'insa>n’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada kutipan puisi diatas dihilangkan kemudian

diisyaratkan oleh salah satu sifat khas manusia yaitu berupa kata ‘sha>cha’

(membentak). Kata ‘sha>cha’ (membentak) merupakan qari>nah yang

menghalangi kepada makna yang harfiah, karena ‘insomnia’ bukanlah

makhluk hidup yang dapat berteriak seperti manusia.

Page 110: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

110

Insomnia adalah keadaan tidak dapat tidur (KBBI, 2008: 558). Ada

beberapa penyebab insomnia, salah satunya adalah duka cita. Kesedihan atau

duka cita yang berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting dan

bernilai akhirnya mengakibatkan kecemasan dan penyesalan hingga insomnia

(Minderop, 2011: 44). Senada dengan Saputro (2015: kompasiana.com) yang

mengatakan bahwa kecemasan dan depresi merupakan salah satu faktor

penyebab insomnia. Insomnia dapat terjadi kepada siapapun, termasuk

kepada si Aku.

Dilihat dari maknanya, kata ‘insomnia’ merupakan konsep abstrak yang

tidak memiliki fisik dan akal seperti manusia. Tetapi dalam puisi LALN

insomnia diserupakan seperti manusia yang memiliki perilaku seperti

manusia yaitu dapat membentak. Kata ‘membentak’ berasal dari kata ‘bentak’

yang berarti memarahi dengan suara keras (KBBI, 2008: 178).

Si Aku mengalami insomnia karena mengingat kenangan perpisahan yang

menyakitkan. Perpisahan adalah hal yang menyakitkan dan tidak diinginkan

oleh semua orang. Perpisahan akan menyisakan kenangan pahit yang sulit

dilupakan. Sebagaimana kutipan dalam halaman sastra berjudul As-Syita>'

yang berbunyi :

الوداع ... يتطلب دقائق معدودة

(2015)الشتاء, عابه يتطلب عمرا بأكمالهيلكن است [al-wada>’u ...]

[Yatathallabu daqa>iqa ma’du>datin]

[Lakin isti’a>buhu yatathallabu ‘umran bi akma>lihi] Perpisahan …

Membutuhkan waktu yang singkat

Page 111: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

111

Tetapi melupakannya membutuhkan waktu seumur hidup

(Asy-Syita>', 2015)

Saat mengingat kenangan perpisahan tersebut, kegelisahan dan gundah

gulana memenuhi hari-hari si Aku siang dan malam, sehingga si Aku

mengalami kesulitan tidur. Dalam mengungakan insomnia yang dialami si

Aku inilah diungkapkan oleh penyair melalui ungkapan metaforis, yaitu

dengan menyerupakan insomnia dengan manusia yang dapat membentak.

Penyerupaan terhadap salah satu sifat manusia inilah yang merupakan dasar

dalam mengkatagorikan metafora diatas sebagai jenis metafora manusia

(human).

وتعثّرت أنفاسنا بني الضلوع (3 (10 :2010)جويدة,

(LALN)

[Wa ta‘atstsarat anfa>suna> baina>'dh-dhulu>‘]

Dan napas kita tersandung di antara tulang rusuk

(Juwaidah, 2010: 10)

Kutipan puisi diatas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Anfa>suna>’ (napas kita) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada metafora diatas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu sifat khasnya yaitu ‘ta‘atstsara’ (tersandung).

Kata ta'atstsarat merupakan qari>nah yang menghalangi kepada makna

harfiahnya, karena napas merupakan objek yang tidak berwujud dan tidak

mungkin dapat tersandung seperti manusia.

Bagi setiap orang, perpisahan adalah hal menyakitkan, terlebih berpisah

dengan orang yang dicintai. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nizami

Page 112: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

112

Ganjavi (2010: 23) saat mendeskripsikan keadaan Qasy setelah berpisah

dengan Layla yang berbunyi ‘wahai, kini pecinta yang berpisah jauh dari

kekasihnya itu, hidup dengan hati hancur dan tubuh binasa, seperti matahari

tertelah kegelapan, laksana Khosru tanpa singgasana, atau bagai orang buta

kehilangan tongkat. Berpisah dengan Layla membuat Qasy kehilangan

semangat, bahkan dia tidak mengenali dirinya sendiri’.

Begitu juga yang dirasakan oleh si Aku dan kekasihnya. Saat perpisahan

terjadi, tidak ada yang bisa dilakukan oleh selain bersedih. Kesedihan

berlebih dapat berdampak pada fisik, seperti mengalami nyeri dada, sesak

napas, dan rasa lelah akut (Prihantanto, 2015: kompasiana.com). Rasa sakit

perpisahan itu juga dirasakan oleh si Aku hingga berakibat pada sesak napas.

Dalam puisi LALN kesulitan bernapas tersebut diungkapkan oleh penyair

melalui si Aku dengan ungkapan metaforis yaitu, napas diserupakan dengan

manusia yang dapat tersandung. Demikianlah watak bahasa sastra yang lebih

memilih jalan memutar (Laksana, 2015). Pada umumnya manusia jatuh

tersandung oleh batu, dan akhirnya sulit melanjutkan perjalannya. Namun

dalam puisi LALN ini karena napas bukanlah manusia, maka melalui

imajinasi penyair napas bukan tersandung batu melainkan tulang rusuk.

Sehingga membuat proses pernapasan menjadi tidak lancar, dan akhirnya

menimbulkan kesulitan si Aku dalam bernapas. Penyerupaan dengan salah

satu sikap manusia inilah yang menjadi alasan dalam mengkatagorikan

metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora manusia (human).

جحيم املوج طفل صغري يف (4 (LALN)

Page 113: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

113

رقحاصره الغ (11 :2010)جويدة,

[Thiflun shaghi>run fi> jachi>mil-mauji]

[Cha>sharahul-'gharaq]

Anak kecil dalam siksa gelombang

yang mengepungnya dan membuatnya tenggelam

(Juwaidah, 2010: 11)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-chubbu’ (cinta) sebagai ML/T yang pada metafora di atas tidak

disebutkan namun diisyaratkan dengan konteks puisi LALN dan ‘thiflun’

(anak kecil) sebagai MM/V. Qari>nah pada metafora di atas adalah qari>nah

cha>liyah yang hanya dapat dipahami dengan konteks kutipan tersebut.

Adapun Konteks metafora di atas yang dapat mendukung pemahaman makna

yang dimaksudkan adalah kekasih yang pergi meninggalkan pasangannya.

Tenggelam adalah masuk terbenam ke dalam air (KBBI, 2008: 1496).

Tenggelam memiliki konotasi yang negatif dan cenderung dianggap sebuah

bencana. Pada umumnya sesuatu yang tenggelam akan hilang, pada metafora

di atas perasaan cintalah yang akan menghilang. Hal demikian diserupakan

dengan seorang anak kecil yang terkepung oleh ombak dan akan membuatnya

tenggelam. Konteks puisi LALN merupakan alasan bagi penulis dalam

menjadikan kutipan di atas sebagai metafora, dan penyerupaan terhadap anak

kecil yang merupakan seorang manusia adalah dasar bagi penulis dalam

mengklasifikasikan metafora di atas sebagai metafora manusia (human).

على الطرقات واخلوف يلقيين (5 (LALN)

Page 114: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

114

(12 :2010)جويدة,

[Wal-khaufu yulqi>ni> ‘ala>'th-thuruqa>t]

Dan ketakutan menemuiku di jalanan

(Juwaidah, 2010: 12)

Kutipan puisi di atas merupakan metafora karena mengandung unsur-

unsur metafora. ‘Al-khaufu’ (ketakutan) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’

(manusia) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan,

namun diisyaratkan dengan salah satu sifat manusia yaitu ‘yulqi>ni>’

(menemuiku). Kata ‘yulqi>ni>’ (menemuiku) merupakan qari>nah yang

menghalangi kepada pemaknaan makna harfiah. Hal itu dikarenakan

‘ketakutan’ merupakan konsep abstrak yang tidak dapat melakukan hal-hal

selayaknya manusia.

Takut adalah perasaan lemah atau tidak berani menghadapi suatu keadaan

(Ahmadi, 2009: 72). Rasa takut adalah self defense yang ada dalam otak

manusia agar hal buruk tidak terjadi, ini berasal dari asumsi dan masukan dari

luar yang secara tidak langsung mempengaruhi alam sadar agar menjauhi hal

tersebut (gapcer, 2012: galaucerdas.com).

Dalam puisi LALN Aku mengalami ketakutan. Dia takut kebahagiaan

bersama sang kekasih berakhir. Si Aku ingin selalu merasakan kebahagiaan

bersama sang kekasih. Tetapi kehidupan akan selalu berputar, kebahagiaan

akan berganti dengan kesedihan sebagimana siang akan berganti dengan

malam. Dalam mengungkapkan ketakutan tersebut penyair menggunakan

jalan memutar dengan memanfaatkan metafora. Jalan memutar merupakan

Page 115: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

115

watak bahasa sastra yang digunakan untuk menambah nilai estetis sebuah

karya sastra (Laksana, 2015). Ketakutan diserupakan dengan manusia yang

dapat melintas di jalanan dan dapat menemui seseorang. Ketakutan adalah

konsep abstrak yang tidak dapat dihayati oleh indra manusia, ketakutan tidak

memiliki fisik sehingga dapat berjalan seperti manusia. Oleh karena itu

metafora di atas termasuk jenis metafora manusia (human), karena manusia

merupakan MM/V metafora di atas.

تتمايل األحال بني عيوننا (6 وتغيب يف صمت اللقا نبضايت

(12 :2010)جويدة,

(LALN)

[Tatama>yalul-achla>mu baina ‘uyu>nina>]

[Wa taghi>bu fi> shamti'l-liqa> nabdha>ti>]

Mimpi-mimpi di mata kita berjalan terhuyung-

huyung

Dan menghilang dalam kebisuan detak

jantungku

(Juwaidah, 2010: 12)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-Achla>mu’ (mimpi) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu sifat menusia yaitu ‘tatama>yalu’ (terhuyun-

huyun). Qari>nah yang menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya

pada metafora di atas berupa qari>nah lafdziyyah. Karena, pertama, jika

digunakan pemahaman makna harfiah akan terjadi kerancuan makna. Kedua,

Page 116: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

116

mimpi adalah konsep abstrak yang tidak memiliki fisik dan dapat berjalan

terhuyung-huyung selayaknya manusia.

Mimpi adalah angan-angan atau khayalan (KBBI, 2008: 957). Setiap orang

memiliki mimpi, mimpi memiliki karir yang sukes, memiliki rumah mewah,

termasuk memiliki kehidupan bahagia bersama orang yang dicintai. Tidak

semua mimpi setiap orang tercapai, adakalanya Tuhan mengabulkan mimpi

seseorang bukan berdasarkan apa yang dia inginkan, tetapi bedasarkan apa

yang dia butuhkan. Menurut Kartono (dalam Istirohah, 2015:5) dalam ilmu

kesehatan mental, menyebutkan bahwa seseorang bisa dikatakan frustasi

apabila seseorang mengalami suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan tidak

bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang menjadi

kecewa.

Si Aku salah satunya, dia bermimpi memiliki kehidupan bahagia bersama

sang kekasih, diliputi rasa cinta tanpa adanya perpisahan. Tetapi mimpi-

mimpi itu seolah sulit menjadi kenyataan, saat keduanya berpisah. Dalam

mengungkapkannya pernyair menyerupakan mimpi dengan manusia yang

tidak bisa berjalan tegap penuh keyakinan, dia berjalan ke kanan dan ke kiri,

dan akhirnya terjatuh. Hal demikian sama dengan mimpi si Aku yang dalam

mencapainya dipenuhi keraguan dan akhirnya gagal tercapai. Salah satu sikap

manusia yang dapat berjalan ke kanan dan ke kiri merupakan titik persamaan

antara mimpi pada metafora di atas dengan manusia. Oleh karena itu metafora

di atas termasuk metafora human.

(LALN) والليل سكري يعانق كأسه (7

Page 117: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

117

ويطوف منتشيا على احلانات (12 :2010)جويدة,

[Wa'l-lailu sikki>run yu‘a<niqu ka'sahu]

[Wa yathu>fu muntasyian ‘ala>l-cha>na>ti]

Malam mabuk yang memeluk gelasnya

Berputar sempoyongan di atas bar

(Juwaidah, 2010: 12)

Kutipan di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-Lailu’ (malam) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’ (manusia) sebagai

MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun diisyaratkan

dengan salah satu perilaku manusia yaitu ‘sikki>run’ (mabuk). Qari>nah yang

menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya pada metafora di atas

berupa qari>nah lafdziyyah. Karena jika digunakan pemahaman makna harfiah

akan terjadi kerancuan makna.

Mabuk adalah berasa pening atau hilang kesadaran karena terlalu banyak

minum-minuman keras (KBBI, 2008: 890). Pada umumnya orang

memutuskan meminum minuman keras untuk melarikan diri dari masalah

yang sulit, stress, dan persoalan hidup lainnya, meskipun perasaan bahagia itu

hanya sesaat (Arafah, 2010: beautifuldawn-lina.blogspot.co.id). Keadaan ini

hanya bisa terjadi pada manusia, akan tetapi dalam puisi LALN keadaan

tersebut dapat terjadi kepada selain manusia yang tidak memiliki perasaan

maupun akal. Seperti inilah licentia poetica itu bekerja, penyair bebas

mengekspresikan imajinasinya tanpa perlu khawatir atas penyimpangan

norma tertentu.

Page 118: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

118

Dalam puisi LALN, malam diserupakan seperti manusia yang dapat pergi

ke bar dan mabuk karena pengaruh minuman keras. Hal demikian terjadi

karena malam diserupakan seperti manusia yang ikut bersedih atas kesedihan

si Aku yang kehilangan mimpi-mipi indah bersama kekasihnya. Kesedihan

mendalam si Aku menjadikannya berkhayal bahwa keadaan di sekitarnya

juga ikut merasakan sedih, termasuk malam. Penyerupaan malam dengan

salah satu sikap manusia inilah yang menjadi alasan dalam mengelompokkan

metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora manusia (human).

العيون بريقه والضوء يسكب يف (8 خجل على الشرفات ويهيم يف

(13 :2010)جويدة,

(LALN)

[Wa'dh-dhau'u yaskubu fi>l-‘uyu>ni bari>qahu]

[Wa yahi>mu fi> khajalin ‘ala>'sy-syurafa>ti]

Cahaya menuangkan sinarnya di mata

Mengangguk malu di atas balkon

(Juwaidah, 2010: 13)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Adh-Dhau'u’ (cahaya) sebagai ML/T dan ‘al-insa>nu’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu perilaku manusia yaitu ‘yaskubu’

(menuangkan) dan ‘yahi>mu’ (mengangguk). Qari>nah yang menghalangi

kepada pemahaman makna harfiahnya adalah berupa qari>nah lafzdiyyah.

Karena kata-kata pada metafora di atas jika dimaknai dengan makna

harfiahnya akan terjadi kerancuan makna.

Page 119: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

119

Cahaya adalah sinar atau terang dari sesuatu yang bersinar seperti

matahari, bulan, dan lampu (KBBI, 2008: 251). Kekuatan cahaya terletak di

sinarnya.Sinar adalah pancaran terang atau cahaya (KBBI, 2008: 1353).

Tidak ada cahaya yang tidak memiliki sinar, karena sinar adalah pancaran

dari cahaya. Cahaya bermanfaat dalam kehidupan manusia, salah satunya

dalam proses melihat.

Pada metafora di atas proses melihat tersebut diserupakan seperti

seseorang yang menuangkan sesuatu. Menuang berasal dari kata dasar 'tuang'

yang berarti curah atau tumpah tentang benda cair, sedangkan 'menuang'

adalah mencurahkan atau mengisikan benda cair ke dalam cangkir, mangkuk

atau lain sebagainya (KBBI, 2008: 1550). Cahaya diibaratkan memberikan

sinarnya kepada mata manusia agar mereka dapat melihat, hingga cahaya

diibaratkan kehabisan sinarnya dan membuat dirinya tidak lagi memiliki

sinar. Hal demikian terjadi karena cahaya seolah ikut bersedih atas kesedihan

si Aku yang kehilangan mimpi-mimpi indah bersama kekasihnya.

Penyerupaan dengan salah satu sifat manusia inilah yang merupakan alasan

dalam mengklasifikasikan metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora

manusia (human).

الظالم دموعنا كنا نعانق يف (9 والدرب منفطر من العربات

(13 :2010)جويدة,

(LALN)

[Kunna nu‘a>niqu fi>'dh-dhala>mi dumu>‘ana>]

[Wa'd-darbu munfathirun minal-‘abara>ti]

Tatkala kita saling memeluk air mata kita dalam

Page 120: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

120

kegelapan

Jalanan terbelah dari air mata

(Juwaidah, 2010: 13)

Kutipan syair di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Dumu‘ana’ (air mata kita) sebagai ML/T dan ‘al-chabi>bah’

(kekasih) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan kata ‘nu‘a>niqu’ (saling memeluk). Qari>nah yang

menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya pada metafora di atas

berupa qari>nah lafdziyyah. Karena jika digunakan pemahaman makna harfiah

akan terjadi kerancuan makna.

Metafora di atas mengungkapkan tentang kesedihan yang dialami oleh si

Aku dan kekasihnya. Kesedihan tersebut akhirnya membuat hubungan

keduanya kandas. Penyair dalam mengungkapkan bahwa si Aku dan

kekasihnya sedang bersedih tidak menggunakan bahasa yang mudah

dipahami, melainkan dengan menggunakan jalan memutar. Jalan memutar

inilah yang merupakan watak bahasa sastra. Dalam sebuah artikel di surat

kabar Jawa Pos yang di tulis oleh A.S. Laksana (2015) dikatakan bahwa

kekuatan karya sastra terlihat dari pengungkapan sesuatu secara tidak lurus

dan tidak langsung. Sebagaimana Farouk dalam mengungkapkan makna syair

di atas tidak secara langsung, melainkan menggunkan metafora, yaitu

menyerupakan air mata dengan kekasih.

Air mata adalah air yang keluar dari mata saat menangis (KBBI, 2008: 22).

Air mata juga merupakan salah satu indikasi seseorang sedang dalam keadaan

bersedih. Faktanya air mata adalah benda mati yang tidak dapat dipeluk, dan

Page 121: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

121

pada umumnya sesuatu yang dipeluk adalah orang dikasihi. Sebagaimana

yang ditulis oleh Bararah (2015: health.detik.com) bahwa berpelukan dengan

orang yang dicintai akan membuat seseorang menjadi lebih baik dari pada

berpelukan dengan orang lain, oleh karena itulah penulis menentukan

‘kekasih’ sebagai MM/V pada metafora di atas. Penyerupaan air mata dengan

salah satu ciri khas manusia merupakan alasan dalam mengkatagorikan

metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora manusia (human).

والوقت يرتع .. والدقائق ختتفي (10 فنطارد اللحظات .. باللحظات ..

(13 :2010)جويدة,

(LALN)

[Wal-waqtu yarta‘u .. wa'd-daqa>'iqu takhtafi>]

[Fa nutha>ridu'l-lachazha>ti .. bi'l-lachazha>ti]

Kala waktu bersenang senang .. sementara

menit menghilang

Maka kita memburu kenangan demi kenangan

(Juwaidah, 2010: 13)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-waqtu’ (waktu) ‘ad-daq>iqu’ (detik) sebagai ML/T dan ‘al-

insa>nu’ (manusia) sebagai MM/V yang pada metafora diatas tidak disebutkan,

namun diisyaratkan dengan salah satu sifat manusia yaitu ‘yarta‘u’

(bersenang-senang) dan ‘takhtafi>’ (bersembunyi). Kata ‘al-waqtu’ (waktu)

dan ‘ad-daqa>iqu’ (detik) merupakan qari>nah dalam metafora tersebut yang

menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya. Karena, pertama, jika

digunakan pemahaman makna harfiah maka makna akan menjadi rancu.

Page 122: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

122

Kedua, ‘waktu’ dan ‘menit’ merupakan konsep abstrak yang tidak bisa

bersenang-senang dan menghilang seperti manusia.

Waktu adalah kehidupan. Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika

proses; perbuatan keadaan berada atau berlangsung (KBBI, 2008: 1614).

Waktu akan tetap berjalan, sebagimana dalam kalimat mutiara arab terkenal

berikut :

الوقت كالسيف إن مل تقطعه قطعك[Al-waqtu ka’s-saifi in lam taqtha’uhu qatha’aka]

Waktu seperti pedang, jika kamu tidak bisa memotongnya maka waktu

akan memotongmu

Waktu juga merupakan bagian dari struktur dasar alam semesta, tanpa

waktu tidak akan ada kehidupan, tidak akan ada peristiwa-peristiwa, dan tidak

akan ada kenangan. Dalam puisi LALN, waktu diserupakan seperti manusia,

yang lalai terhadap tugasnya. Tugas waktu adalah terus berjalan, akan tetapi

dalam puisi LALN waktu seperti manusia yang dapat melalaikan tugasnya,

pergi bersenang-senang dan menghilang. Oleh karena itu kehidupan pun ikut

berhenti dan tidak lagi terjadi peristiwa-peristiwa baru dalam kehidupan.

Dalam imajinasi penyair, waktu berhenti karena si Aku sudah tidak lagi

bersama kekasihnya. Bagi si Aku hidup tidak akan berarti tanpa sang kekasih

dan hidup tanpanya seperti menghadapi kematian. Kemudian saat semua

peristiwa baru yang menyakitkan sudah tidak bisa lagi terjadi, si Aku mulai

mengingat-ngingat peristiwa-peristiwa masa lalu yang indah bersama

kekasihnya. Dia hanya ingin memiliki kenangan indah masa lalu tanpa

memiliki kenangan pahit di masa sekarang. Menghilang dan bersenang-

Page 123: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

123

senang adalah salah satu sikap manusia, oleh karena itu metafora di atas

termasuk jenis metafora manusia (human).

أنا مل أزل فوق الشواطئ (11 أرقب األمواج أحيانا

حنني العاشقني يراودين (16 :2010)جويدة,

(LT)

[Ana> lam azal fauqa'sy-syawa>thi'i]

[Arqubul-amwa>ja achya>nan]

[Yura>widuni> chani>nul-‘a>syiqi>n]

Aku masih berada di tepi pantai

Aku memperhatikan ombak terkadang

Kerinduan kekasih merayuku

(Juwaidah, 2010:16)

Kutipan syair di atas termasuk metafora, karena memiliki unsur-unsur

metafora. ‘Chani>nul-‘a>syiqi>n’ (kerinduan kekasih) sebagai ML/T dan ‘al-

insa>nu’ (manusia) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan

namun diisyaratkan dengan salah satu sikap manusia yaitu‘yura>widu’

(merayu). Frasa ‘Chani>nul-‘a>syiqi>n’ (kerinduan kekasih) merupakan qari>nah

pada metafora di atas yang menghalangi kepada pemahaman makna

harfiahnya dan dapat disebut sebagai qari>nah lafdziyyah.

Rindu adalah perasaan ingin dan berharap terhadap sesuatu (KBBI, 2008:

1210). Rindu merupakan perasaan manusiawi yang dapat dirasakan oleh

setiap orang. Perasaan ini muncul setelah adanya perpisahan yang akhirnya

menciptakan perasaan kehilangan, sebagaimana yang ditulis oleh Candra

Malik (2014: 39) berbunyi ‘bukankah kerinduan justru tiada jika tanpa

Page 124: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

124

perpisahan?’. Selain itu rindu juga muncul dari kenangan-kenangan indah di

masa lalu, sebagimana yang ditulis oleh Mahmoud Darwish (2006: 123)

dalam bukunya berjudul Fi> Chadhratil-ghiya>b yang berbunyi :

ة مجيلةثهكذا يولد احلنني من كل حاد وال يولد من جرح

[Hakadza yu>ladul-chani>nu min kulli cha>distin jami>latin]

[Wa la> yu>ladu min jarchin]

Seperti inilah rindu itu lahir dari setiap kenangan indah

Bukan terlahir dari luka

Rindu juga dirasakan oleh si Aku setelah berpisah dengan sang kekasih.

Kenangan-kenangan indah yang dimiliki si Aku dengan sang kekasih di masa

lalu menciptakan kerinduan mendalam bagi si Aku. Kerinduan tersebut dalam

puisi TL diserupakan seperti seseorang yang dapat merayu. Merayu adalah

membujuk atau memikat dengan kata-kata manis (KBBI, 2008: 1178). Si Aku

tidak mengiginkan adanya rindu karena merindukan sesuatu secara berlebihan

akan menyebabkan kegelisahan yang sulit hilang (Al-Qarni, 2012: 294).

Akan tetapi kerinduan seperti manusia yang tetap merayu. Salah satu sikap

manusia tersebut pada metafora di atas merupakan titik kesamaannya, oleh

karena itu metafora di atas termasuk metafora manusia (human).

موكب األحالم ماتبقى يف (12 من رماد عهودنا ..

أشالئها ترتحنني فأراك يف (16 :2010)جويدة,

(LT)

[Fi> maukibil-achla>mi almachu ma> tabaqqa>]

[Min rama>di ‘uhu>dina>]

[Fa ara>ki fi> asyla>'iha> tatarannachi>n]

Page 125: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

125

Di pawai mimpi-mimpi aku melihat sekilas apa

yang tersisa

Dari keabu-abuan janji-janji kita ..

Maka dibagian-bagiannya aku melihatmu

berjalan sempoyongan

(Juwaidah, 2010: 16)

Kutipan syair di atas termasuk metafora karena mengandung unsur-usnur

metafora. ‘‘Uhu>dina>’ (janji-janji kita) sebagai ML/T dan ‘al-insa>n’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun

diisyaratkan dengan salah satu ciri khas manusia yaitu pada kata ‘asyla>'un’

yang berarti bagian-bagian tubuh (Munawwir, 1997:738). Qari>nah pada

metafora di atas berupa qari>nah lafdziyyah yang menghalangi kepada

pemahaman makna harfiahnya. Karena, pertama, jika digunakan pemahaman

makna harfiah akan terjadi kerancuan makna. Kedua, janji merupakan konsep

abstrak yang tidak memiliki bagian-bagian tubuh selayaknya manusia.

Janji adalah persetujuan antara kedua pihak dan masing-masing

menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu (KBBI, 2008: 579). Janji dapat terjadi kepada siapapun, termasuk

kepada sepasang kekasih. Setiap pasangan pasti memiliki janji-janji indah

dalam hubungan mereka. Memegang janji sama dengan mempertahankan

hubungan keduanya, jika janji sudah tidak ada maka hubungan antara

keduanya pun juga akan dianggap tidak ada. Hal demikian terjadi dalam kisah

si Aku, keduanya tidak bisa mempertahankan janjinya, sehingga hubungan

asmara mereka berakhir. Tetapi dibalik kegagalan janji tersebut, si Aku masih

memiliki harapan bahwa keksihnya akan kembali. Janji adalah konsep abstrak

Page 126: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

126

yang pada metafora diatas diserupakan dengan salah satu ciri manusia, yaitu

memiliki bagian-bagian tubuh. Oleh karena itu metafora di atas termasuk

jenis metafora manusia (human).

من صمت احلقائب مل يبق (13 والكئوس الفارغات سوى األنني

(17 :2010)جويدة,

(LT)

[Lam yabqa min shamtil-chaqa>'ibi]

[Wal-ku'u>sil-fa>righa>ti siwa>l-ani>n]

Tidak ada yang tersisa dari kebisuan tas-tas itu

Dan gelas-gelas kosong itu selain rintihan

(Juwaidah, 2010: 17)

Kutipan di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Al-Chaqa>ibi’ (tas-tas) ‘ku'u>sil-fa>righa>ti’ (gelas-gelas kosong)

sebagai ML/T dan ‘al-insa>nu’ (manusia) sebagai ML/V yang pada metafora

di atas tidak disebutkan, namun diisyaratkan dengan salah satu perilaku

manusia yaitu ‘ani>n’ (rintihan). Sedangkan qari>nah yang menghalangi kepada

pemahaman makna harfiahnya pada metafora di atas berupa qari>nah

lafdziyyah. Karena, pertama, jika digunakan pemahaman makna harfiah akan

terjadi kerancuan makna. Kedua, benda-benda mati seperti tas dan gelas

adalah benda mati yang tidak bisa merasakan sakit dan merintih seperti

manusia.

Rintihan adalah pertanda bahwa seseorang sedang sakit. Kata ‘merintih’

berasal dari kata dasar ‘rintih’ yang berarti mengerang karena sakit (KBBI,

2008: 1212). Pada umumnya manusialah yang merintih karena merasakan

Page 127: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

127

sakit. Tetapi pada metafora di atas benda-benda mati pun juga dapat

melakukannya. Berdasarkan imajinasi penyair, tas-tas dan gelas-gelas

merintih karena merasakan sakit, rasa sakit tersebut ada lantaran ikut

merasakan rasa sakit si Aku yang kehilangan sang kekasih. Tas-tas yang pada

kesehariannya menemani si Aku dan sang kekasih pergi bertamasya dan

gelas-gelas yang juga pada kesehariannya menemani si Aku dan sang kekasih

makan bersama, sekarang hanya terdiam tanpa kegiatan yang biasa mereka

lakukan. Titik persamaan di antara keduanya terletak pada perilakunya, yaitu

perilaku manusia yang dapat merintih. Oleh sebab itu metafora di atas

termasuk jenis metafora manusia (human).

من ضوء النوافذ مل يبق (14 غري أطياف تعانق هلفيت

وتعيد ذكرى الراحلني (17 :2010)جويدة,

(LT)

[Lam yabqa min dhau'i'n-nawa>fidzi]

[Ghairu athya>fin tu‘a>niqu lahfati>]

[Wa tu’i>du dzikrar’r-ra>chilin]

Tidak ada yang tersisa dari cahaya di jendela

Selain khayalan yang memeluk kesedihanku

Dan membawa kembali kenangan-kenangan orang

yang telah pergi

(Juwaidah, 2010: 17)

Kutipan syair di atas termasuk metafora, karena mengandung unsur-unsur

metafora. ‘Athya>fin’ (khayalan) sebagai ML/T dan ‘al-insa>nu’ (manusia)

sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan, namun

diisyaratkan dengan salah satu perilaku manusia yaitu ‘tu‘a>niqu’ (memeluk).

Page 128: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

128

Qari>nah metafora di atas berupa qari>nah lafdziyyah yang menghalangi

kepada pemahaman maknaharfiahnya. Karena, pertama, jika digunakan

pemahaman makna harfiah akan terjadi kerancuan makna. Kedua, khayalan

adalah konsep abstrak yang tidak bisa dihayati oleh indra manusia,dan juga

bukan benda atau makhluk hidup yang memiliki fisik dan dapat memeluk

seperti manusia.

Khayalan adalah angan-angan (KBBI, 2008: 718). Dalam ilmu psikologi

khayalan didefinisikan sebagai kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan

baru dalam jiwa manusia dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang

telah dimiliki (Ahmadi, 2009: 47). Seseorang yang terlalu sering berkhayal

akan berpotensi tidak bahagia, karena seseorang akan jauh merasa lebih

bahagia pada saat dia mampu menerima kondisi yang tengah berlangsung

pada masa yang sedang dijalani (Internet, 2016: doktersehat.com).

Pada puisi LT si Aku tidak bahagia karena khayalan-khayalan yang dia

ciptakan dalam kepalanya memunculkan kenangan-kenangan masa lalu

bersama sang kekasih dan dia tahu bahwa khayalan-khayalan tersebut tidak

akan menjadi kenyataan. Dalam mengungkapkan hal tersebut penyair

menggunaan ungkapan metaforis, yaitu menyerupakan khayalan dengan

seorang manusia yang dapat memeluk. Memeluk adalah meraih seseorang ke

dalam dekapan kedua tangan yang dilingkarkan (KBBI, 2008: 1137). Pada

umumnya kegiatan memeluk dilakukan antara satu orang kepada orang lain.

Akan tetapi dalam imajinasi penyair hal ini dapat terjadi antara sesuatu yang

bukan manusia, bahkan konsep abstrak yang tidak memiliki fisik, yaitu

Page 129: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

129

khayalan diibaratkan memeluk kesedihan. Keleluasaan penyair ini disebut

dengan licentia poetica. Licentia poetica adalah kebebasan penyair untuk

‘menyimpang’ dari hukum tata bahasa secara formal dalam rangka

mengemukakan perasaan sebebas-bebasnya dengan sendirinya untuk

memperoleh nilai estetis secara maksimal. Licentia poetica justru merupakan

ketrampilan berbahasa (Ratna, 2011:452). Penyerupaan ‘khayalan’ dengan

salah satu perilaku manusia inilah yang menjadi alasan dalam

mengkatagorikan metafora di atas sebagai metafora manusia (human).

من صوت النوارس مل يبق (15 غري أصداء تبعثرها الرياح فتنزوى

احلزين أسفا على املاضي (18 :2010)جويدة,

(LT)

[Lam yabqa min shauti'n-nawa>risi]

[Ghaira ashda>'in tuba‘tsiruha>'r-riya>ch

fatanzawi>]

[Asafan ‘ala>l-madhi>l-chazi>n ..]

Tidak ada yang tersisa dari suara burung camar

Selain gema yang dikacaukan oleh angin lalu ia

menyendiri

Menyesali masa lalu yang menyedihkan

(Juwaidah, 2010:18)

Potongan puisi di atas termasuk metafora karena memiliki unsur-unsur

metafora. ‘Shauti'n-nawa>risi’ (suara burung camar) sebagai ML/T dan ‘al-

ins>nu’ (manusia) sebagai MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan,

namun diisyaratkan dengan salah satu perilaku manusia yaitu menyendiri dan

menyesali masa lalu. Qari>nah yang menghalangi pembaca dalam memahami

Page 130: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

130

makna harfiah pada metafora di atas berupa qari>nah lafdziyyah. Karena

pertama, jika dipahami dengan makna harfiah akan terjadi kerancuan makna.

Kedua, gema adalah bunyi suara pantulan yang tidak memiliki fisik,

perasaan, dan akal sehingga tidak dapat bersedih layaknya manusia.

Gema adalah bunyi atau suara yang memantul (KBBI, 2008: 457). Gema

diterima oleh pendengar beberapa saat setelah bunyi langsung (Internet, 2016:

id.wikipwdia.org). Setiap suara dapat menghasilkan gema jika suara tersebut

memantul, termasuk suara burung camar. Gema pada puisi LT merupakan

gema suara burung camar. Faktanya, gema hanya dapat dihayati oleh indra

pendengaran manusia. Gema merupakan suara yang tidak memiliki fisik

maupun perasaan seperti manusia. Tetapi dengan menggunakan hak licentia

poetica, penyair melalui imajinasinya menyerupakan gema seperti manusia

yang dapat bersedih. Kesedihan tersebut terjadi karena gema turut bersedih

bersama si Aku yang kehilangan sang kekasih. Penyerupaan gema dengan

salah satu sifat manusia yaitu bersedih merupakan alasan dalam

mengkatagorikan metafora di atas sebagai salah satu jenis metafora manusia

(human).

العام يهرب من يدى.. (16الشوارع ما زال جيرى يف

زحام الناس منكسر اجلبني يف 19 :2010)جويدة, )

(LT)

[Al-‘a>mu yahrubu> min yadi> ..]

[Ma> zala> yajri> fi>'sy-syawa>ri‘i]

[Fi> zicha>mi'n-na>si munkasiral-jabi>n]

Page 131: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

131

Tahun melarikan diri dari tanganku

Ia masih berlari di jalanan

Di keramaian orang-orang dengan dahi yang

terluka

(Juwaidah, 2010: 19)

Kutipan syair di atas termasuk metafora karena memiliki unsur-unsur

metafora. ‘Al-‘a>mu’ (tahun) sebagai ML/T dan ‘al-ins>nu’ (manusia) sebagai

MM/V yang pada metafora di atas tidak disebutkan namun diisyaratkan

dengan salah satu perilaku manusia, yaitu ‘yajri> fi>'sy-syawa>ri‘i’ (berlari di

jalanan). Qari>nah pada metafora di atas adalah qari>nah lafdziyyah yang

menghalangi kepada pemahaman makna harfiahnya. Karena, pertama, jika

dipahami dengan makna harfiah maka akan terjadi kerancuan makna. Kedua,

'tahun' adalah konsep abstrak yang yang tidak memiliki fisik dan dapat berlari

dengan dahi terluka selayaknya manusia.

Tahun adalah bilangan yang menyatakan tarikh (KBBI, 2008: 1414).

Tahun berkaitan erat dengan watu. Tahun merupakan konsep abstrak yang

menandai lamanya waktu berjalan. Manusia dapat mengetahui usianya

dengan cara menghitung tahun yang telah dia lewati. Tahun harus terus

berjalan, karena tahun adalah bentuk lain dari waktu. Jika tidak ada waktu

maka tidak akan ada kehidupan. Pada metafora di atas tahun diserupakan

dengan manusia yang memiliki perilaku ‘dapat melarikan diri’, ‘dapat berlari

di keramaian’ dan ‘memiliki dahi yang terluka’. Pada umumnya perilaku

tersebut hanya dimiliki oleh manusia, namun berdasarkan imajinasi penyair

Page 132: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · nasionalisme yang penuh huru hara dengan kata-kata yang kuat. Dua hal berlawanan yang dapat dikuasai oleh Farouk (Kharafiyah, 2012:

132

hal demikian dapat berlaku untuk selain manusia, bahkan untuk konsep

abstrak yang tidak memiliki fisik.

Bagi si Aku, kehidupannya tidak berarti setelah kehilangan sang kekasih.

Sebagimana Qasy yang hati dan hidupnya hancur setelah kehilangan Layla,

bahkan dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri (Ganjavi, 2010: 23). Akibat

kesedihan mendalam si Aku seperti merasakan kematian. Sebagaimana kisah

Romeo dan Juliet yang ditulis oleh William Shakespeare, karena tidak bisa

menanggung rasa kehilangan setelah kematian Juliet, akhirnya Romeo bunuh

diri, demikian juga dengan Juliet. Karena kesedihan mendalam, si Aku

menganggap dirinya seperti menghadapi kematian dan waktu telah berhenti

setelah dia kehilangan kekasih. Akibatnya tahun dalam kehidupan si Aku

tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kemudian seperti manusia, tahun

melarikan diri dari kehidupan si Aku dengan keadaan terluka. Tahun adalah

konsep abstrak yang pada metafora diatas diserupakan memiliki perilaku

manusia, oleh sebab itu metafora di atas termasuk jenis metafora manusia

(human).