bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang...

53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana yang menentukan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan sekaligus sebagai alat yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan mencapai tujuan bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, dengan harapan dalam belajar akan memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dalam belajar tersebut prestasi akan dicapai kadang dapat mencapai seperti apa yang diharapkan tetapi dapat pula tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kehidupan pada abad yang akan datang semakin tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Sebagian besar informasi disampaikan dalam bentuk tulisan. Seiring dengan pernyataan di atas, bertambah pentinglah membaca di kalangan bangsa-bangsa yang ingin maju. Upaya tersebut diantaranya dilakukan melalui pendidikan dasar. 1

Upload: vukien

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang menentukan untuk mencapai

tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil dan

makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, di dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu dan berkedaulatan

rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan

dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib

dan damai.

Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan sekaligus sebagai alat yang

amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan mencapai tujuan bangsa

Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003).

Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, dengan harapan dalam belajar

akan memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dalam belajar tersebut prestasi

akan dicapai kadang dapat mencapai seperti apa yang diharapkan tetapi dapat pula

tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima

pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kehidupan pada abad yang akan datang semakin tidak dapat dipisahkan

dari kegiatan membaca. Sebagian besar informasi disampaikan dalam bentuk

tulisan. Seiring dengan pernyataan di atas, bertambah pentinglah membaca di

kalangan bangsa-bangsa yang ingin maju. Upaya tersebut diantaranya dilakukan

melalui pendidikan dasar.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

2

Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu melaksanakan

pembelajaran, pendidikan semua mata pelajaran sesuai dengan yang telah

diamanatkan dalam Undang-undang Dasar tahun 1945 alinea 4 yakni

mencerdaskan kehidupan bangsa dan telah ditegaskan dalam kurikulum SD 2006

(KTSP). Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali belum dapat memenuhi harapan sesuai dengan yang diharapkan oleh

guru, orang tua siswa maupun pemerintah.

Kenyataan di lapangan, seperti uraian di atas prestasi belajar bahasa

Indonesia (membaca permulaan) belum dapat dicapai secara optimal. Berdasarkan

pengamatan penulis, salah satu penyebabnya adalah para guru pada umumnya

dalam menyampaikan pembelajaran hanya menggunakan salah satu metode yaitu

metode cemarah. Karena metode tersebut dianggap paling mudah, praktis, dan

efisien dilaksanakan tanpa memerlukan persiapan yang matang. Di samping itu

para guru enggan menggunakan media pembelajaran (alat peraga).

Dengan hanya menggunakan metode ceramah, siswa merasa sulit untuk

memahami konsep yang dipelajari sehingga siswa cepat merasa bosan dan malas

untuk latihan membaca. Hal ini terbukti bahwa sekarang di kelas I dan kelas II

bahkan pada kelas yang lebih tinggi masih ada siswa yang belum bisa membaca.

Menurut masa perkembangan siswa usia Sekolah Dasar pada hakekatnya berada

dalam tahap operasional konkrit, karena itu untuk pembelajaran Bahasa Indonesia

di Sekolah Dasar, penanaman konsep membaca permulaan di kelas I dan kelas II

sangat diperlukan media pembelajaran (alat peraga) yang tepat sesuai dengan

karakteristik dan tingkat kemampuan siswa.

Untuk menghindari hal tersebut di atas, dalam pembelajarannya guru harus

pandai memilih dan menggunakan media atau alat peraga yang tepat. Dalam

pembelajaran membaca permulaan penggunaan alat peraga yang tepat adalah

mengenai penggunaan alat peraga pias-pias kata atau kartu huruf.

Pengaruh penggunaan alat peraga pada proses pembelajaran bahasa

memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

3

permualaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca

permulaan adalah mengenai penggunaan alat peraga pias-pias kata. Guru harus

pandai memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan karakteristik

siswa sehingga dapat membantu siswa dalam mengenal huruf.

Penggunaan alat peraga tersebut harus disesuaikan dengan materi atau

pokok bahasan yang akan disampaikan, misalnya kartu gambar, kartu nama, kartu

huruf, kartu suku kata, kartu kata atau pias-pias kata, kartu kalimat. Alat peraga

tersebut digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I

dan kelas II Sekolah Dasar.

Dengan menggunakan alat peraga kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata

atau pias-pias kata, kartu kalimat serta kartu gambar, siswa akan mudah mengenal

dan memahaminya dari pada hanya menghafal.

Pias-pias kata adalah alat peraga berbentuk huruf, suku kata, dan kata.

Untuk mengetahui seberapa dalam dan luas pengetahuan serta seberapa dalam

penguasaan kemampuan siswa yang telah diberikan, guru memberikan evaluasi

atau tes tentang membaca. Melalui tes membaca dapat diketahui lancar tidaknya

kemampuan siswa dalam membaca permulaan.

Pembelajaran pendidikan Bahasa Indonesia masih terlalu jauh dari harapan

tersebut di atas. Terlebih dalam hal membaca permulaan. Membaca permulaan

boleh dikatakan bahwa siswa kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali belum semuanya sudah bisa membaca permulaan.

Kenyataan yang ada di SD Negeri Senden sesuai dengan pengamatan

penulis pada beberapa tahun terakhir masih banyak siswa yang nilai ulangan,

tugas membaca permulaan belum dapat memenuhi ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Sekolah (Kriteria Ketuntasan Minimal / KKM) yaitu sebesar 6,5

atau 65. Kenyataan tersebut dapat penulis paparkan data nilai siswa khusus kelas

II SD Negeri Senden tahun pelajaran 2008/2009 tentang kemampuan membaca

permulaan dengan jumlah siswa L = 12 siswa P = 9 siswa sedang KKM yang

ditetapkan untuk kelas II adalah 6,5 atau 65 sebagai berikut:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

4

Tabel 1. Nilai Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas II Semester I SD Negeri Senden Tahun Pelajaran 2008/2009.

No Nilai Jumlah Siswa Kriteria Keterangan

1 > 80 0 Sangat baik Tuntas

2 65 – 79 4 Baik Tuntas

3 50 – 64 10 Cukup Belum tuntas

4 ≤ 49 7 Kurang Belum tuntas

Tabel 2. Nilai Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas II Semester II SD Negeri Senden Tahun Pelajaran 2008/2009 KKM 6,5 atau 65.

No Nilai Jumlah Siswa Kriteria Keterangan

1 > 80 8 Sangat baik Tuntas

2 65 – 79 4 Baik Tuntas

3 50 – 64 5 Cukup Belum tuntas

4 ≤ 49 4 Kurang Belum tuntas

Berdasarkan tabel nilai membaca permulaan (tabel 1 dan 2), dapat

disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan siswa kelas II SD Negeri

Senden masih sangat kurang, karena belum dapat memenuhi KKM 65 yang telah

ditentukan SD Negeri Senden secara keseluruhan. Berarti masih menunjukkan

9 siswa (43%) yang belum bisa mencapai KKM.

Membaca permulaan sangat penting bagi setiap siswa, karena dengan

siswa mampu membaca permulaan, akan dapat menguasai semua mata pelajaran

yang diajarkan oleh guru pada siswa di sekolah.

Dengan berdasar pada uraian tersebut di atas maka perlu segeralah di SD

Negeri Senden di tangani tentang peningkatan kemampuan belajar membaca

permulaan dengan menggunakan pias-pias kata dan diadakan pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas yang segera akan dilaksanakan peneliti adalah

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Pias-Pias Kata pada Siswa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

5

Kelas II SD, khususnya pada SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.

Membaca permulaan merupakan tahap awal yaitu sejak siswa masuk

sekolah dasar pada kelas I dan kelas II. Kemampuan membaca permulaan

merupakan dasar untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Kemampuan

membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap membaca lanjut. Apabila

dasar itu tidak kuat, siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki

kemampuan membaca yang memadai.

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan pias-pias kata dapat meningkatkan kemampuan membaca

permulaan pada siswa kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah dengan pias-pias kata dapat meningkatkan

kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri Senden

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan

manfanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Sebagai bahan referensi penelitian selajutnya.

c. Dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran

Bahasa Indonesia pada kemampuan membaca permulaan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Bermanfaat menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan membaca

permulaan pada siswa kelas II SD.

b. Bagi Siswa

Meningkatnya memotivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia

khususnya membaca permulaan.

c. Bagi Lembaga

Memberi masukan kepada guru dan Kepala Sekolah betapa pentingnya

peningkatan kemampuan membaca permulaan untuk siswa kelas II SD.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan

a. Pengertian Kemampuan

Menurut Nurhasanah (2007: 423) mampu artinya kuasa (bisa, sanggup)

melakukan sesuatu; sedangkan kemampuan artinya kesanggupan; kecakapan;

kekuatan. Menurut Poerwadarminta (2007: 742) mampu artimnya kuasa

(sanggup melakukan sesuatu); sedangkan kemampuan artinya kesanggupan;

kecakapan; kekuatan.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

kemampuan adalah kesanggupan melakukan seuatu yang dilakukan oleh siswa

dengan jalan keuletan dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan secara

individu.

b. Pengertian Membaca

Di dalam Reading the Media Source: Internet Book watch (July 2007)

(216 words) From Expanded Academic ASAP (http://find.galegroup.com/ips/

start.co?prodid=IPS) disebutkan bahwa: Reading the media is an excellent

Source for devising one’s own media literacy curriculum, and why media

literacy mat ters. (Membaca merupakan sumber yang bagus dalam

memikirkan/menentukan Kemampuan membaca seseorang dan mengapa

kemampuan membaca tersebut berarti.

Mempersiapkan anak untuk belajar, menurut Lerner dalam St. Y.

Slamet (2006: 159) membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis tetapi

juga memahami maknanya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak

segera memiliki kemampuan membaca, maka anak mengalami banyak

kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas

berikutnya. Ada lima tahapan perkembangan membaca, yaitu (1) kesiapan

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

8

membaca, (2) membaca permulaan, (3) keterampilan membaca cepat, (4)

membaca luas, dan (5) membaca yang sesungguhnya. Oleh karena itu, anak

harus belajar membaca agar ia dapat belajar. Kemampuan membaca

merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang

disampaikan pihak lain melalui tulisan.

Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang

meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik,

tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya,

politik dan memenuhi kebutuhan emosional. Membaca juga bermanfaat untuk

rekreasi atau memperoleh kesenangan.

Menurut A.S. Broto dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 200)

mengemukakan bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan

atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi

bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu

bentuk komunikasi tulis.

Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman (2003:200) mengemukakan

bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah

besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan,

pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa

menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Bond dalam Mulyono

Abdurrahman (2003: 200) mengemukakan bahwa membaca merupakan

pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang

membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu

pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.

c. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan adalah membaca yang dititik beratkan pada aspek-

aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan

intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara.

Membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni pra membaca dan

membaca. Pada tahap pra membaca kepada siswa diajarkan (1) sikap duduk

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

9

yang baik pada waktu membaca, (2) cara meletakkan buku dimeja, (3) cara

memegang buku, (4) cara membuka dan membalik halaman buku dan (5)

melihat dan memperhatikan tulisan.

Pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran

membaca tahap awal kemampuan membaca yang diperoleh siswa di kelas I

dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas

berikutnya. Jadi ada dua jenis membaca di sekolah dasar yaitu membaca

permulaan yang dilaksanakan di kelas I dan kelas II, sedangkan membaca

lanjut dilaksanakan di kelas tinggi atau kelas III, IV, V, dan VI.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan

sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai

kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, maka kemampuan

membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru. Sebab jika dasar

itu tidak kuat, pada tahap membaca lancar, siswa akan mengalami kesulitan

untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

d. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling

belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pelajaran

Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan berbahasa.

Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa resmi

negara. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di setiap lembaga-

lembaga pendidikan, sebagai pemersatu bangsa, sebagai alat perhubungan di

tingkat nasional, sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Hakikat bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia

yang memungkinkan seseorang unggul atas makhluk-makhluk lain di muka

bumi. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup

bahasa ujaran, membaca dan menulis.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

10

Menurut Owens dalam Mulyono Abdurrahman, (2003: 183) disebutkan

bahwa:

Bahasa merupakan kode atau system konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Bahasa memiliki cakupan yang luas (bahasa isyarat, kode morse, bahasa ujaran, bahasa tulis) sedangkan wicara hanya merupakan makna verbal dari penyampaian bahasa.

Ekspresi bahasa memiliki enam komponen, yaitu (1) fonem, (2)

morfem, (3) sintaksis, (4) semantic, (5) prosodi, dan (6) pragmatic. Menurut

Gorys Keraf dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 183) fonem adalah satuan

bahasa terkecil dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti. Contohnya

adalah fonem l dan r pada kata “laga” dan “raga” yang membedakan arti dari

kedua kata tersebut. Menurut Lovitt dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 183)

morfem merupakan unit terkecil dari bahasa yang mengandung makna. Contoh

kata “unnatural” yang terdiri dari dua morfem “un” dan “natural”. Dalam

bahasa Inggris, “un, re, de” dinamakan prefiks atau disebut pembubuh depan

(Parera, 1990: 19), sedangkan Gorys Keraf dalam Mulyono Abdurrahman,

(2003: 183) menyebutkan awalan. Menurut kedua ahli tersebut, prefiks atau

pembubuh depan atau awalan disebut morfem terikat. Dalam kata “unnatural”

terdiri dari dua macam morfem, “un” sebagai mofem terikat sedangkan

“natural” sebagai morfem bebas atau kata dasar.

Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya empat morfem terikat, yaitu:

1) Prefiks atau awalan (misalnya ber, me)

2) Infiks atau sisipan (misalnya el, er, em)

3) Sufiks atau akhiran (misalnya kan, an)

4) Konfiks atau yang merupakan gabungan dari dua atau tiga morfem terikat

yang lain.

Morfem bebas atau morfem dasar dalam bahasa Indonesia juga kata

dasar, sedangkan morfem terikat disebut imbuhan. Morfem adalah suatu

kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat membedakan

arti. Contoh dari kata dasar adalah “jalan” yang artinya berubah jika diberi

awalan “per” dan akhiran “an” sehingga menjadi “perjalanan”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

11

Sintaksis berkenaan dengan tata bahasa, yaitu bagaimana kata-kata

disusun untuk membentuk kalimat. Menurut Keraf, sintaksis membicarakan

frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah satu konstruksi yang terdiri dari dua

kata atau lebih yang membentuk satu kesalahan. Contoh frasa adalah “rumah

makan” yang artinya tempat. Klausa merupakan suatu konstruksi yang di

dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional,

dalam tata bahasa dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek dan

keterangan. Contoh satu klausa adalah “ibu menanak nasi”. Contoh dua klausa

adalah “ketika ibu menanak nasi, adik menggambar gelas di dekatnya”.

Prosodi berkenaan dengan penggunaan irama yang layak, intonasi dan

tekanan pola-pola bahasa. Menurut Lovitt dalam Mulyono Abdurrahman,

(2003: 185), prosodi memiliki fungsi yang sama dengan penggunaan tanda

baca dalam bahasa tulis.

Pragmatik berkenaan dengan cara menggunakan bahasa dalam situasi

sosial yang sesuai. Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan mengubah cara

berbicara sesuai dengan yang diajak bicara, tujuan bicara dan berbagai faktor

lain. Pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua akan menggunakan cara

yang berbeda dengan saat berbicara dengan orang yang lebih muda, begitu pula

cara berbicara dengan atasan akan berbeda dengan cara berbicara dengan

bawahan.

Huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia ada dua puluh enam abjad,

yang terdiri dari vocal (a, i, u, e, o), dan konsonan (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n,

p, q, r, s, t, v, w, x, y, z).

e. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 134) metode

adalah merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi

pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 34) mengemukakan

bahwa metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

12

mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang

akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana

pengembangannya.

Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1984: 96) menyatakan bahwa

metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai

suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru maupun siswa. Makin baik metode itu,

makin efektif pula pencapaian tujuan.

Dari beberapa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah

cara yang ditempuh oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran secara

sistematis untuk mencapai suatu tujuan.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik maka perlu adanya

pemilihan metode yang tepat atau sesuai dengan bahan atau materi pelajaran

yang akan disampaikan, sehingga bahan ajar tersebut mudah diserap, dipahami,

dan dikuasai siswa.

Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, (2001: 61-66), bahwa

dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat

digunakan antara lain: 1) metode abjad, 2) metode bunyi, 3) metode kupas

rangkai suku kata, 4) metode kata lembaga, 5) metode global, dan 6) metode

Struktural Analitik Sistetik (SAS). Berikut akan dijelaskan beberapa metode

dalam pembelajaran membaca permulaan:

1) Metode Abjad dan Metode Bunyi

Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan

kata lepas.

Misalnya :

a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjad

“a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya).

Contoh: bo – bo

bobo

b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-huufnya sesuai dengan

bunyinyaa, beh, ceh, deh, dan seterusnya).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

13

Contoh: bo – bo

beh – o – bo beh – o – bo

bobo

Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada

pengucapan huruf.

2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai

dan merangkaikan.

a) Metode Kupas Rangkai Suku Kata

Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa

(2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf

(3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata.

Misalnya : ma – ta

m – a – t – a

ma – ta

b) Metode Kata Lembaga

Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa

(2) Menguraikan kata menjadi suku kata

(3) Menguraikan suku kata menjadi huruf

(4) Menggabungkan huruf menjadi suku kata

(5) Menggabungkan suku kata menjadi kata

Misalnya :

bola

bo – la

b – o – l – a

bo – la

bola

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

14

3) Metode Global

Dalam penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Mengkaji salah satu kata

b) Menguraikan huruf menjadi suku kata

c) Menguraikan suku kata menjadi huruf

d) Menggabungkan huruf menjadi suku kata

e) Merangkai suku kata menjadi kata

f) Merangkai kata menjadi kalimat

Misalnya : andi bermain catur

bermain

ber – ma – in

b – e – r – m – a – i – n

ber – ma – in

bermain

andi bermain catur

4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)

Menurut Momo dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 63-66)

dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni: a) tanpa

buku, dan b) menggunakan buku.

Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya dilaksanakan dengan cara

sebagai berikut:

a) Merekam bahasa siswa

Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan, direkam untuk

digunakan sebagai bahan bacaan.

b) Menampilkan gambar sambil bercerita

Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai

dengan gambar tersebut.

Misalnya : ini budi

budi duduk di kursi

budi sedang belajar menulis

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

15

Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan

cerita.

c) Membaca Gambar

Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang

memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”.

d) Membaca gambar dengan kartu kalimat

Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, guru

menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan

pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat,

kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media

tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah.

e) Membaca kalimat secara Struktural (S)

Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, gambar

dikurangi sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar.

Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat

(tulisan).

Misalnya : ini bola

ini bola budi

ini bola amir

f) Proses Analitik (A)

Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat

menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.

Misalnya : ini bola

ini – bola

i – ni – bo – la

i – n – i – b – o – l – a

g) Proses Sintetik (S)

Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai

lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat

seperti semula.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

16

Misalnya : i – n – i – b – o – l – a

i – ni – bo – la

ini – bola

ini bola

Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut :

ini bola

ini – bola

i – ni – bo – la

i – n – i – b – o – l – a

i – ni – bo – la

ini – bola

ini bola

Dari berbagai metode di atas, tidak ada satu metode yang paling

baik. Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam

pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai

dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada

siswa.

2. Tinjauan Tentang Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat

bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap proses

belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain : tujuan,

bahan, metode, dan alat serta evaluasi. Unsur alat dan metode merupakan unsur

yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau

teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam

pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang

peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga, bahan pelajaran dapat

dengan mudah dipahami oleh siswa.

Pengertian alat peraga menurut Oemar Hamalik (2003: 51), bahwa alat

bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar merupakan semua alat

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

17

yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar,

sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan

berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah

dipahami, dan hasil belajar lebih bermakna.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 152), bahwa alat

peraga merupakan alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian

kepada peserta didik. Sedangkan menurut Aristo Rahadi (2003: 10), alat peraga

adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep,

prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan alat peraga adalah merupakan alat bantu yang digunakan

oleh guru dalam menyampaikan proses belajar mengajar agar lebih mudah

dipahami oleh siswa sehingga proses belajar lebih konkrit, efisien dan efektif

dalam mencapai tujuan pendidikan.

b. Jenis-jenis Alat Peraga

Menurut Rukidi (1996: 101) jenis-jenis atau macam-macam alat peraga

dibedakan menjadi:

1) Alat peraga dua dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran

panjang dan lebar.

Misalnya: bagan, grafik, poster dan sebagainya.

2) Alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran

panjang lebar dan tinggi.

Misalnya: peta dasar, peta timbul, globe, papan tulis.

3) Alat peraga yang diproyeksikan adalah alat peraga yang menggunakan

proyektor sehingga gambar nampak pada layar.

Misalnya: film, slide, film strip, overhead proyektor.

c. Tujuan Penggunaan Alat Peraga

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153), bahwa

tujuan penggunaan alat peraga atau media pengajaran adalah sebagai berikut:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

18

1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami

konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan.

2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga

lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.

3) Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi sehingga

peserta didik tertarik untuk menggunakan media atau alat tersebut.

4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

d. Fungsi Alat Peraga

Di samping tujuan di atas, alat peraga juga mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3) Meletakkan dasar yang konkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.

4) Membangkitkan motivasi belajar siswa.

5) Mempertinggi mutu belajar mengajar.

Di samping tujuan, fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses

belajar mengajar juga mempunyai nilai-nilai. Adapun nilai alat peraga dalam

pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Dengan peragaan dapat meletakan dasar-dasar yang nyata dalam berpikir.

2) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa dalam belajar.

3) Dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar

betambah mantap.

4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri.

5) Memberikan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

e. Penggunaan Alat Peraga Pias-Pias Kata

Di dalam Source: Internet Bookwatch (July 2007) (216 words) From

Expanded Academic (http://find.galegroup.com/ips/ start.co?prodid=IPS)

disebutkan bahwa Making informed choices, Questioning texts, composing and

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

19

sharing ideas using various symbol systems, tools and technologies, and fully

engaging in the practices of citizenship, these are keis dimensions of literacy in

an information aqe (Membuat pilihan-pilihan informasi, teks yang ada

pertanyaan, menyusun dan menyampaikan ide-ide dengan menggunakan

bermacam-macam sistem simbol, peralatan-peralatan dan teknologi dan

latihan, merupakan dimensi kunci dalam kemampuan membaca).

Di dalam proses belajar mengajar alat peraga, alat bantu atau media

pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Alat peraga merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan dalam

mencapai tujuan atau keberhasilan proses belajar mengajar. Guru hendaknya

mampu menyusun, merencanakan, mempersiapkan, memilih dan

menggunakan alat dan perlengkapan dalam pengajaran bahasa Indonesia.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan media atau alat peraga

tertentu, terlebih dahulu guru perlu memahami karakteristik dari alat tersebut

dan mampu memilih serta menggunakan alat tersebut. Penggunaan dan

pemilihan alat peraga harus disesuaikan dengan:

1) Tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan

2) Tingkat perkembangan siswa

3) Kemampuan guru

4) Situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat

5) Memahami karakteristik dari alat peraga itu sendiri.

Seperti telah diuraikan di atas, penggunaan alat peraga harus

disesuaikan dengan bahan atau pokok bahasan yang akan disampaikan. Di

dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca permulaan yang

diberikan di kelas satu dan kelas dua Sekolah Dasar, lebih tepat jika guru

memilih dan menggunakan alat peraga pias-pias kata atau kartu huruf.

Alat peraga pias-pias kata dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat

memberikan pengalaman konkrit, meningkatkan motivasi belajar siswa dan

mempertinggi daya serap serta siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam

belajar. Melalui penggunaan alat peraga pias-pias kata diharapkan taraf

kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran bahasa Indonesia dapat memberi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

20

pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga hasil atau prestasi

belajar akan lebih baik.

Penggunaan pias-pias kata bagi kelas II meliputi:

1) Sejak awal tahun pelajaran kelas II sudah mulai paragraph (15 sampai 20

baris) maka dalam membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat dan wajar.

2) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya) bahan diambil dari

buku-buku pelajaran yang ada kaitannya dengan mata pelajaran IPA, IPS,

Matematika.

a) Menggabungkan 2 atau 3 kata menjadi kalimat sederhana

b) Pias kalimat digabungkan menjadi bacaan sederhana

1. Lingkunganku

2. Lingkunganku dahulu rindang

3. Anak-anak sangat senang

4. Bermain di tanah lapang

5. Lingkunganku kini gersang

6. Pohon-pohon ditebang

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Sukiyem Sri Yunanik (2007) Penelitian

tentang Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Melalui Penggunaan

Alat Peraga Pias-pias Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Rembun I Kecamatan

Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran

yang menggunakan alat peraga kartu huruf atau kartu kata (Pias-pias Kata) dengan

hasil baik pias-pias kata dapat meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan

di kelas I SD.

merah - berhenti = merah berhenti

kuning

hijau

-

-

hati-hati

berjalan

=

=

kuning hati-hati

hijau berjalan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

21

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran pada kondisi awal pembelajaran lebih berpusat pada

guru, siswa enggan atau malas belajar membaca sehingga diperoleh kemampuan

membaca permulaan rendah

Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, insiatif yang

ditempuh guru dengan melakukan inovasi pembelajaran, yaitu guru menggunakan

alat peraga pias-pias kata, guru memberi motivasi belajar kepada siswa, dan guru

uru memberi penjelasan tentang cara belajar membaca dengan pias-pias kata.

Penggunaan alat peraga secara tepat dan menarik, membuat siswa termotivasi

untuk belajar dan apa yang telah diterimanya akan lebih melekat dalam ingatan

untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.

Dari hasil tindakan diharapkan diperoleh kemampuan membaca permulaan

siswa kelas dua meningkat dan siswa lebih senang dan terlatih untuk belajar

membaca lancar.

Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh alur

kerangka berpikir yang dapat digambarkan dalam bentuk bagan 1.

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Kondisi Awal

1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru

2. Siswa enggan atau malas belajar membaca

3. Kemampuan membaca permulaan rendah

Tindakan

1. Guru menggunakan alat peraga pias-pias kata

2. Guru memberi motivasi belajar kepada siswa

3. Guru memberi penjelasan tentang cara belajar membaca dengan pias-pias kata

1. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas dua meningkat

2. Siswa lebih senang dan terlatih untuk belajar membaca lancar

Kondisi Akhir

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

22

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: jika pembelajaran

menggunakan pias-pias kata maka kemampuan membaca permulaan siswa kelas

II SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2009/2010 akan meningkat.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Pelaksanaan

Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri Senden

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali pada tahun pelajaran 2009/2010. Sekolah ini

berada di lingkup Kecamatan Selo dengan jumlah siswa seluruhnya 106 orang

yang terdiri dari 16 siswa kelas I, 15 siswa kelas II, 20 siswa kelas III, 25 siswa

kelas IV, 16 siswa kelas V, 16 siswa kelas VI. Staf pengajar terdiri dari 7 guru, 1

guru honorer, 1 penjaga, 1 kepala sekolah.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali dengan dasar pertimbangan:

a. Belajar membaca permulaan di kelas II masih rendah

b. Efisien biaya

c. Efisien waktu

d. Tenaga pengajar cukup

e. SD Negeri Senden belum pernah diadakan penelitian tindakan kelas.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran

2009/2010 yaitu mulai Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Untuk lebih

jelasnya mengenai jadwal penelitian tindakan kelas dapat disajikan dalam bentuk

tabel jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

24

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

B u l a n Agustus September Oktober Nopember Desember No

Kegiatan Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 Persiapan 2 Koordinasi 3 Pengumpulan

data dan sumber

4 Perencanaan tindakan

5 Pelaksanaan Siklus I

6 Pelaksanaan Siklus II

7 Pelaksanaan Siklus III

8 Penyusunan Laporan

9 Ujian Skripsi 10 Revisi 11 Penggandaan

Skripsi

12 Penyerahan Skripsi

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih

menekankan pada masalah proses membaca permulaan, maka jenis penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan jenis penelitian ini,

peneliti berharap akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk

meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara professional.

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus

karena objek penelitian hanya satu sekolah (SD). Menurut Kurt Lewin (2003: 17)

rancangan penelitiannya sebagai berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

25

a. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi:

1) Membuat perencanaan pengajaran.

2) Mempersiapkan alat peraga.

3) Membuat lembar observasi.

4) Mendesain alat evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

c. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak

pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar

lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan

pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-

langkah observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas,

dan (3) pembahasan balikan.

Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan observasi dan

penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai fokus,

kriteria, atau kerangka pikir interpretasi, di samping teknik observasi yang akan

dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti mengamati proses

pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi

pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi

kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas hasil pengamatan selama

observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutually supportive).

Dalam tahap observasi dilaksanakan observasi langsung terhadap proses

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam bagan 2.:

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

26

Bagan 2. Langkah-langkah Observasi

d. Refleksi

Dalam tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan

dianalisis guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan

apa dan bagaimana perubahan terjadi.

C. Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Senden

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2009/2010 pada semester 1

terdiri dari L : 8 P : 7 yang berjumlah 15 siswa. Diutamakan pengenalan huruf dan

cara mengucap yang benar.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai

sumber data dan jenis data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Informan (guru) dan Siswa kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

3. Arsip nilai (Dokumen)

Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Observasi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

27

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan penelitian juga sumber data yang dimanfaatkan, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara jenis ini bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam

suasana formal dan dapat dilakukan berulang-ulang pada informasi yang

sama. Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan memperoleh

informasi yang rinci dan mendalam tentang keterampilan membaca

permulaan. Teknik wawancara ini akan dilaksanakan pada semua siswa kelas

II SD Negeri Senden.

2. Observasi Langsung

Observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung

adalah observasi partisipatif agar hasilnya seobjektif mungkin. Observasi ini

untuk mengamati siswa yang belajar membaca dengan menggunakan alat

peraga pias-pias kata.

3. Tes

Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan.

F. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian teknik pengembangan validitas data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian teknik kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Adapun

trianggulasi yang digunakan peneliti adalah: trianggulasi data (sumber) yaitu

mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Teknik

trianggulasi data diharapkan dapat memberikan inspirasi yang lebih sesuai

keadaan siswa.

G. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif.

Model analisis interaktif mempunyai 3 komponen yaitu: (1) Sajian data, (2)

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

28

Reduksi data, (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Aktivitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif selama proses pengumpulan data masih

berlangsung, model analisis interaktif dapat disajikan dalam bentuk bagan 3.

Bagan 3. Model Analisis Interaktif

(H.B. Sutopo, 1996: 96)

H. Indikator Kinerja

Dengan pias-pias kata diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri Senden. Hal ini ditandai

dengan siswa yang mencapai KKM (Nilai 65) lebih dari 75% jumlah siswa

seluruhnya 75% dari 15 siswa adalah 11 siswa. Dapat dikatakan bahwa siklus

PTK diakhiri apabila minimal 11 siswa sudah mencapai nilai membaca permulaan

65.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap

siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah

didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan

yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar bahasa Indonesia siswa kelas II

SD Negeri Senden dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

29

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul

penelitian tindakan kelas ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah mengenai penggunaan alat peraga pias-pias kata yang dilakukan oleh guru

dengan pengamatan pada saat peneliti melaksanakan alat peraga pias-pias kata

untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan

penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah

yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi.

Secara rinci tahapan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan

b. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya.

c. Menyiapkan rencana pembelajaran.

d. Mempersiapkan alat peraga pias-pias kata.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat

peraga pias-pias kata di kelas II SD (RPP).

b. Siswa belajar membaca dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata

pada pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Tahap Observasi

Tindakan ini guru memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan.

4. Tahap Refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1,2,3 bila hasil refleksi dan

evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca pada

siswa kelas II maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila

belum menunjukkan peningkatan, dibuat siklus II. Demikian juga untuk siklus

III, dan selanjutnya sampai kemampuan membaca permulaan meningkat.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

30

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh

Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Suharsimi Arikunto (2003: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas

konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang

juga menunjukkan langkah, yaitu:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Langkah-langkah penelitian tindakan di atas dapat diilustrasikan dalam

bagan 4.

Bagan 4. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

(Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto, 2003: 84)

Kalau hasilnya sudah cukup satu siklus, tidak usah dilanjutkan ke siklus

lain.

Rencana 1 Rencana 2

Refleksi 1 Tindakan 1 Refleksi 2 Tindakan 2

Observasi 1 Observasi 2

Siklus I Siklus II

Siklus n

Rekomendasi

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

31

Siklus I

Di dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca permulaan kelas

II semester I metode yang cocok untuk digunakan oleh guru adalah metode SAS.

Pada tahapan atau siklus ini guru menunjukkan gambar Lampu Lalu Lintas. Guru

memberikan tulisan di samping gambar sesuai dengan gambar tersebut, sehingga

siswa diharapkan dapat membacanya. Guru mununjuk salah satu siswa untuk

membacanya di depan kelas.

Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan (Planing)

Sebagai subjek penelitian sebanyak 15 siswa kelas II, yang mana

masih ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia. Setelah diteliti masih ada beberapa siswa

yang belum lancar membaca, sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia

guru perlu memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi

pembelajaran yakni alat peraga pias-pias kata atau juga disebut kartu huruf.

Setelah itu siswa disuruh mengamati gambar. Siswa disuruh menggabungkan

huruf menjadi suku kata dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata. Dari

hasil membaca dan menggabungkan huruf menjadi suku kata, hasilnya selalu

dinilai guru. Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan, sedangkan siswa yang membaca dan menggabungkan huruf dengan

benar guru memberikan penguatan (reinforcement), sehingga siswa menjadi

lebih senang dan bersemangat.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Dari hasil membaca dan menggabungkan huruf menjadi suku kata,

guru menunjukkan gambar dan tulisan dengan menggunakan kartu huruf.

Guru menjelaskan cara membaca misalnya: “Lampu Merah”. Tulisan tersebut

diucapkan sesuai dengan abjad atau dieja sehingga menjadi el-a-em=Lam; pe-

u=pu; em-e=me; er-a-ha=rah. Menjadi Lampu Merah dan seterusnya. Guru

mengajak siswa membaca bersama-sama. Guru menyuruh salah satu siswa

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

32

yang sudah lancar membaca untuk membaca ke depan kelas, siswa yang lain

menirukan. Ini dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang sampai siswa

yang belum lancar membaca bisa membaca dengan benar. Guru memberikan

motivasi kepada semua siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan

dalam membaca. Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa

dalam belajar membaca.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa

pada waktu proses pembelajaran membaca secara langsung, sehingga dapat

diketahui apakah siswa sudah bisa membaca dan manggabungkan huruf

menjadi suku kata yang disampaikan guru dengan benar.

Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti mengamati proses

pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi

pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi

kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas hasil pengamatan selama

observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutually supportive).

d. Pengelolaan Data

Pada tahapan ini, pengolahan data dalam membaca permulaan pada

15 subjek penelitian berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran

bahasa Indonesia. Dalam pengolahan data yang berasal dari pengumpulan data

(observasi) tersebut dinyatan berhasil apabila memiliki target keberhasilan 41-

60% dengan criteria cukup, 61-80% dengan criteria baik, 81-100% dengan

criteria sangat baik. Hasil pengolahan data tersebut untuk menunjukkan

adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia di kelas II.

Berdasarkan pengolahan data tersebut dipakai sebagai dasar analis

peningkatan kemampuan membaca untuk melakukan tindak lanjut menuju

siklus berikutnya.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

33

Kemampuan membaca permulaan dapat dikatakan berhasil apabila

memiliki target keberhasilan 8 siswa (41-64 %) dengan kriteria cukup

mencapai 6 siswa (65-79%) dengan kriteria baik mencapai 1 siswa (80-100 %)

dengan kriteria sangat baik, apabila kemampuan membaca permulaan belum

menunjukkan peningkatan maka guru melaksanakan pertemuan pada siklus

berikutnya.

Siklus II

Setelah melaksanakan siklus I atau setelah membaca tulisan di samping,

guru mengambil satu kata untuk dikaji atau dianalisis yaitu menggabungkan dari

huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana.

Setelah menganalisis satu kalimat sederhana, guru menyuruh kepada siswa

untuk membaca bersama-sama tanpa gambar.

Adapun tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan (Planing)

Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan kartu huruf dalam

belajar membaca permulaan. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang

disampaikan guru adalah membaca tulisan di samping gambar dan

menggabungkan huruf menjadi suku kata. Guru selalu memantau dan

mencatat perkembangan siswa dalam belajar membaca yaitu membaca tulisan

tanpa gambar dan menggabungkan suku kata menjadi kata.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Dari hasil membaca tulisan di samping gambar dan menggabungkan

huruf menjadi suku kata, guru selalu memberikan penguatan kepada siswa

yang sudah bisa membaca atau menggabungkan huruf menjadi suku kata dan

memberikan bantuan serta motivasi kepada siswa yang belum bisa membaca

agar lebih giat lagi dalam belajar membaca untuk mencapai hasil yang lebih

baik. Langkah selanjutnya guru menunjukkan tulisan tanpa gambar. Guru

menunjuk siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan contoh

membaca dan menggabungkan suku kata menjadi kata kepada siswa yang lain,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

34

selanjutnya siswa membaca bersama-sama dan berulang-ulang. Misalnya:

“jam wekerku” je-a-em:jam; we-e:we; ka-e-er:ker; ka-u:ku.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga pias-bias kata yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Hasil atau nilai yang

dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisis perkembangan

atau kemajuan proses belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

d. Pengolahan Data (Reflecting)

Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama

pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Setiap akhir

pembelajaran selalu diadakan tes membaca hasilnya dinilai oleh guru untuk

mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata. Dalam pengolahan

data yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil apabila telah mencapai

target keberhasilan mencapai 6 siswa (41-64%) dengan criteria cukup

mencapai 5 siswa (65-79%) dengan criteria baik mencapai 4 siswa (80-100%)

dengan criteria sangat baik.

Berdasarkan refleksi tersebut, kemampuan membaca permulaan

belum menunjukkan peningkatan, guru melaksanakan pertemuan berikutnya

yaitu siklus III.

Siklus III

Setelah melaksanakan siklus I dan II, selanjutnya guru menyuruh siswa

untuk menggabungkan kata menjadi kalimat. Setelah menjadi kalimat, guru

menyuruh salah satu siswa yang sudah lancar membaca untuk membacakan

kalimat di depan kelas, sekaligus sebagai model bagi teman-teman, begitu

seterusnya secara bergantian. Dengan demikian, siswa akan senang dan

termotivasi untuk belajar membaca.

Pada siklus ini, dibentuk suatu kelompok, yang mana dalam satu kelompok

itu ada salah satu siswa yang sudah lancar membaca, sehingga siswa tersebut bisa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

35

melakukan tutor sebaya. Dengan tutor sebaya akan membawa atau membantu

siswa yang lain dalam belajar membaca.

Adapun tahapan pada siklus III adalah sebagai berikut:

a. Perencenaan Tindakan (Planning)

Tahap perencanaan siklus III merupakan kelanjutan dari siklus II

yaitu melanjutkan membaca dan menggabungkan kata menjadi kalimat dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata atau kartu huruf. Hasil dari siklus III

diamati dan dicatat guru untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan

belajar siswa dalam kata demi kata. Pada tahapan ini guru memberikan tugas

kelompok, dalam satu kelompok ada siswa yang sudah lancar membaca,

sehingga bisa memberikan contoh kepada teman-temannya dalam satu

kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah lancar membaca untuk

memberikan contoh membaca dan menggabungkan kata menjadi kalimat

kepada siswa yang lain, selanjutnya siswa yang lain menirukan dan dilakukan

berulang-ulang. Secara bergantian siswa membaca dan menggabungkan kata

menjadi kalimat ke depan kelas dengan menggunakan kartu huruf. Guru

memberikan penguatan kepada siswa yang bisa membaca dan memberikan

motivasi kepada semua siswa agar lebih giat lagi dalam belajar membaca

untuk meraih hasil yang lebih baik. Guru selalu mengamati perkembangan dan

kemajuan siswa dalam belajar membaca.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata atau kartu huruf yang disesuaikan

dengan materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan. Setiap akhir

pembelajaran selalu diadakan evaluasi atau tes membaca dan hasilnya dicatat

oleh guru digunakan untuk menganalisis perkembangan atau kemajuan belajar

siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

36

d. Pengolahan Data (Reflecting)

Pada tahapan ini guru melaksanakan pengolahan data berdasarkan

observasi selama pembelajaran berlangsung untuk evaluasi tindakan yang telah

dilaksanakan. Pada setiap akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi atau tes

membaca dan dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil yang

dicapai siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan

alat peraga pias-pias kata atau kartu huruf.

Kemampuan membaca permulaan dapat dikatakan berhasil apabila

memiliki target keberhasilan mencapai 3 siswa (41-64%) dengan kriteria cukup

mencapai 7 siswa (61-80%) dengan kriteria baik mencapai 5 siswa (80-100%)

dengan kriteria sangat baik, apabila kemampuan membaca permulaan telah

menunjukkan peningkatan maka guru mengakhiri tindakan pembelajaran.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Di SD Negeri Senden

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali dalam operasionalnnya melibatkan staf

pengajar atau gurunya lengkap, jumlah guru semuanya 8 orang yang terdiri dari 6

guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru bahasa Inggris yang tercatat sebagai

honorer, 1 kepala sekolah, 1 penjaga sekolah.

Dengan adanya jumlah guru yang lengkap tersebut, proses belajar

mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga siswa yang masuk ke

sekolah inipun banyak. Jumlah siswa seluruhnya 106 siswa yang terdiri dari kelas

I 16 siswa, kelas II 15 siswa, kelas III 20 siswa, kelas IV 25 siswa, kelas V 16

siswa dan kelas VI 16 siswa.

Dari banyaknya jumlah siswa tersebut di atas, berasal dari kalangan atau

latar belakang keluarga yang berbeda. Sebagian besar siswa dari kalangan

keluarga petani. Sehingga perhatiannya kepada anak terhadap belajar atau

pendidikan kurang, akibatnya anak mempunyai kendala atau mengalami kesulitan

dalam belajar yaitu masih ada siswa yang belum bisa membaca adanya kendala

dalam belajar yaitu masih ada siswa yang belum bisa membaca dengan lancar.

Disinilah yang menjadikan penulis untuk mengadakan penelitian pada siswa kelas

II. Karena di kelas II membaca merupakan dasar untuk membaca lanjut. Jika dasar

ini tidak kuat maka untuk mempelajari mata pelajaran yang lain akan kesulitan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu

melalui proses atau siklus berulang, bertahap berkelanjutan yang akan

direncanakan dan dilaksanakan melalui tiga siklus. Pada siklus pertama guru

menunjukkan gambar kepada siswa, kemudian siswa disuruh mengamati gambar

tersebut. Setelah itu guru memberikan tulisan di samping gambar tersebut, untuk

dibaca siswa secara bersama-sama. Pada siklus kedua setelah siswa bisa membaca

37

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

38

tulisan pada gambar, guru menunjukkan tulisan tanpa gambar untuk dibaca siswa.

Guru menyuruh siswa untuk mengambil salah satu kata untuk dianalisis yaitu

mengkaitkan huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf. Pada siklus

ketiga melanjutkan dari siklus pertama dan kedua yaitu menggabungkan huruf

menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Di dalam

proses belajar mengajar, dari siklus pertama, kedua dn ketiga guru selalu

menggunakan alat peraga yakni menunjukkan kartu huruf atau pias-pias kata dan

siswa mendemonstrasikannya dengan alat peraga tersebut. Dari masing-masing

siklus atau tahapan dapat digabungkan dalam pembelajaran yakni dari mengamati

gambar disertai tulisan di sampingnya, siswa menggabungkan huruf menjadi suku

kata sambil mengeja atau menggabungkan suku kata menjadi kata, guru

meningkatan dengan menggabungkan kata menjadi kalimat. Setiap tindakan atau

siklus diadakan tes atau evaluasi yaitu tes membaca.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dalam tiga siklus, yang mana

setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencenaan tindakan (planning),

pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan pengolahan data

(reflecting).

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan selama 140 menit (2 x pertemuan).

Adapun tahapan pada siklus I adalah :

a. Perencanaan Tindakan (planning)

Pada Tahapan ini dilakukan observasi tahap awal yang mendapatkan

informasi yang diperoleh sebagai data awal. Sebagai subjek penelitian

sebanyak 15 siswa kelas dua, yang mana masih ada beberapa siswa yang

mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Setelah dilakukan pengecekan ternyata masih ada beberapa siswa yang belum

bisa membaca, sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu

memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

39

pembelajaran yakni alat peraga pias-pias kata atau juga disebut kartu huruf.

Guru menunjukkan huruf ataupun tulisan pada setiap pembelajarannya.

Misalnya Lampu merah. Siswa disuruh mengamati tulisan tersebut kemudian

membacanya. Dari huruf tersebut di atas, siswa disuruh menggabungkan huruf

menjadi suku kata. Masing-masing kelompok mendemonstrasikan dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata agar siswa terlibat langsung selalu

dinilai guru. Kelompok yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan,

sedangkan kelompok yang menggabungkan huruf dengan benar guru

memberikan penguatan (reinforcement), sehingga siswa menjadi lebih senang

dan bersemangat.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap 15 orang siswa

dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan alat peraga

pias-pias kata atau kartu huruf. Langkah-langkah siklus I adalah sebagai

beikut:

1) Guru menunjukkan gambar kartu huruf, dan siswa mengamatinya.

2) Guru memberikan tulisan disamping gambar siswa disuruh membaca

dengan menunjukkan huruf-hurufnya dengan menggunakan kartu huruf,

agar siswa lebih jelas.

3) Guru menjelaskan cara membaca misalnya Lampu merah diucapkan sesuai

dengan abjad atau dieja sehingga menjadi “el-a-em Lam pe-u pu em-e me

er-a-ha rah Lam-pu me-rah. Guru dan siswa membaca secara bersama-sama

dan berulang-ulang.

4) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah lancar membaca untuk

membaca ke depan kelas, siswa yang belum lancar disuruh memperhatikan

temannya yang melakukan unjuk kerja di depan kelas. Ini dilakukan secara

bergantian atau bergiliran sampai siswa yang belum lancar membaca bisa

membaca.

5) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan

dalam membaca.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

40

6) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca.

Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar

membaca pada setiap pertemuan.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa pada

waktu proses pembelajaran membaca secara langsung, sehingga dapat

diketahui apakah siswa sudah bisa membaca huruf atau tulisan yang telah

disampaikan guru dengan benar.

Materi yang diajarkan meliputi merangkai kartu huruf menjadi suku kata;

suku kata menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat.

d. Pengolahan Data (Reflecting)

Pada tahapan ini pengolahan data dalam membaca permulaan pada 15

subjek penelitian berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran bahasa

Indonesia.

Dalam pengolahan data yang berasal dari pengumpulan data tersebut

dinyatakan berhasil karena memiliki target keberhasilan 41-60 % dengan

kriteria cukup, 61-80 % dengan kriteria baik, 81-100 % dengan kriteria sangat

baik. Hasil pengolahan data tersebut untuk menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan membaca permulaan pada siswa dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia di kelas dua.

Berdasarkan pengolahan data tersebut dipakai sebagai dasar analisis

peningkatan kemampuan membaca untuk melakukan tindak lanjut menuju ke

siklus berikutnya.

2. Siklus II

Dalam siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang dilaksanakan

selama 140 menit (2 x pertemuan). Adapun tahapan pada siklus II adalah sebagai

berikut.

a. Perencanaan Tindakan (Planing)

Dalam tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan kartu huruf dalam

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

41

belajar membaca permulaan. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang

disampaikan guru adalah menggabungkan huruf menjadi suku kata. Penulis

memantau dan mencatat perkembangan siswa dalam belajar membaca yaitu

merangkaikan suku kata menjadi kata.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap 15 orang siswa

dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan alat peraga pias-

pias kata.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan

contoh kepada teman yang lain cara merangkaikan kata menjadi kalimat

sederhana, kemudian siswa membaca bersama-sama dan berulang-ulang.

Misalnya: Jam wekerku dieja menjadi (diucapkan sesuai abjad), jea-em jam

we-e we ka-e-er ker k-u ku jam-we-ker-ku.

2) Guru selalu memberikan motivasi kepada semua siswa dalam belajar

membaca.

3) Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam

membaca dan memberikan pemahaman agar lebih banyak latihan

membaca, sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik.

4) Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam

membaca kata.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga, pias-pias kata yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau tes membaca. Hasil

atau nilai yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisis

perkembangan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

d. Pengolahan Data (Reflecting)

Pada tahapan ini guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi

selama pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Hasil

pengolahan data tersebut dapat memberikan masukan yang digunakan sebagai

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

42

dasar melakukan tindakan pada pertemuan pembelajaran berikutnya. Setiap

akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi atau tes membaca dan hasilnya

dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa

dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat peraga pias-

pias kata. Dalam pengolahan data yang berasal dari observasi dinyatakan

berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan 41-60 % dengan kriteria

cukup, 61-80 % dengan kriteria baik, 81-100 % dengan kriteria sangat baik.

Berdasarkan refleksi tersebut, apabila kemampuan membaca permulaan

belum menunjukkan peningkatan maka guru melaksanakan pertemuan

berikutnya yaitu siklus III.

3. Siklus III

Pada tahapan ini dilaksanakan pembelajaran selama 140 menit (2 x

pertemuan). Adapun tahapan pada siklus III ini sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan (Planing)

Tahap perencanaan siklus III merupakan kelanjutan dari siklus II yaitu

melanjutkan membaca atau merangkaikan kata menjadi kalimat. Hasil dari

siklus II diamati dan dicatat oleh guru untuk mengetahui perkembangan dan

kemajuan belajar siswa dalam kata demi kata. Pada tahapan ini, guru

memberikan tugas kelompok kepada siswa, dalam satu kelompok ada siswa

yang sudah lancar dalam membaca, sehingga bisa memberikan contoh kepada

teman-temannya dalam satu kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap 15 orang siswa

dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan alat peraga pias-

pias kata.

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut:

1) Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan

contoh kepada teman yang lain cara membaca secara bergantian dan

berulang-ulang.

2) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah bisa membaca

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

43

3) Guru memberikan bantuan kepada siswa jika masih ada siswa yang

mengalami kesulitan dalam membaca

4) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa agar lebih giat lagi

dalam belajar membaca sehingga bisa mencapai hasil yang lebih baik

5) Guru bersama siswa membaca kalimat secara berulang-ulang sampai

siswa bisa membaca kalimat dengan benar.

6) Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar

membaca.

c. Observasi (Observing)

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata yang disesuaikan dengan materi atau

pokok bahasan yang akan disampaikan. Setiap akhir pembelajaran selalu

diadakan evaluasi atau tes membaca dan nilainya dicatat oleh guru digunakan

untuk menganalisis perkembangan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia.

d. Pengolahan Data (Reflecting)

Pada tahapan ini guru melaksanakan pengolahan data berdasarkan

observasi selama pembelajaran berlangsung untuk evaluasi tindakan yang

telah dilaksanakan. Pada setiap akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi

atau tes membaca dan dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil

yang dicapai siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata. Dalam pengolahan data yang berasal

dari observasi dinyatakan berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan

41-60 % dengan kriteria cukup, 61-80 % dengan kriteria baik, 81-100 %

dengan kriteria sangat baik.

Berdasarkan pengolahan data tersebut, guru mengambil kesimpulan bahwa

hasil penelitian yang dilakukan mencapai keberhasilan yang diharapkan yaitu

lebih dari 75 %.

Dari pencapaian hasil penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat hasil

perkembangan dan kemajuan kemampuan siswa dalam belajar membaca

permulaan dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata, serta peningkatan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

44

kemampuan bahasa Indonesia pada siswa kelas II SDN Senden semester 1 tahun

pelajaran 2009/2010 untuk 15 subjek penelitian tindakan kelas pada siklus I,

siklus II, dan siklus III, yang telah dilaksanakan guru dapat diperoleh data seperti

Tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Rata-rata Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas II SD Negeri Senden Tahun Pelajaran 2009/2010.

Siklus Rata-rata Hasil Proses Membaca

Rata-rata Hasil Evaluasi/ Tes Membaca

I

II

III

65

65,5

71,6

64

67,8

71,3

Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas II SD

Negeri Senden Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/ 2010

dapat digambarkan dalam histogram.

10

20

30

40

50

60

70

80

Siklus I Siklus II Siklus III

Hasil proses membaca Hasil tes membaca

Grafik 1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Tiap Siklus

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

45

Tabel 5. Rekapitulasi Perkembangan Persentase Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dari Siklus I, Siklus II, Siklus III Pada Siswa Kelas II SD Negeri Senden Tahun Pelajaran 2009/2010.

Siklus

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai

+ atau > KKM dalam proses

Membaca

Persentase %

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai + atau > KKM dalam

tes Membaca

Persentase %

I 8 siswa 53,3 6 siswa 40

II 8 siswa 53,3 8 siswa 53,3

III 12 siswa 80 12 siswa 80

Dari rekapitulasi perkembangan persentase peningkatan kemampuan

membaca permulaan tersebut di atas, dapat digambarkan dalam histogram maka

akan tampak dalam grafik.

10

20

30

40

50

60

70

80

Siklus I Siklus II Siklus III

Hasil proses membaca Hasil tes membaca

Grafik 2. Perkembangan Persentase Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Tiap Siklus

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

46

Dari grafik tersebut di atas dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan

membaca dari 15 subjek penelitian sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia di

kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Semester 1

Tahun Pelajaran 2009/ 2010 pada setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas.

Pada siklus I: hasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata yaitu mengamati gambar,

menggabungkan huruf menjadi suku kata diperoleh data peningkatan kemampuan

dalam hasil proses membaca mencapai rata-rata sebesar 65,3 sedangkan hasil tes

membaca mencapai rata-rata sebesar 64. Apabila dilihat dalam persentase yang

mengalami perkembangan dalam menggabungkan huruf menjadi suku kata dari

15 siswa ada 8 (53,3 %) dalam hasil proses membaca dan 6 (40 %) dalam hasil tes

membaca. Setelah guru mengadakan refleksi, ditemukan bahwa dalam

pembelajaran sebelum diadakan tindakan atau siklus I, guru tidak menggunakan

alat peraga pias-pias kata sehingga siswa mengalami kesulitan dalam

menggabungkan huruf menjadi suku kata. Berdasarkan hasil refleksi tersebut guru

merencanakan dalam menyampaikan pembelajaran menggunakan alat peraga

pias-pias kata pada setiap siklusnya.

Pada siklus II: hasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata yaitu menggabungkan suku kata menjadi

kata diperoleh data peningkatan kemampuan dalam proses membaca mencapai

rata-rata sebesar 53,3 dan hasil tes membaca mencapai rata-rata sebesar 53,3.

Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami perkembangan dalam

menggabungkan suku kata menjadi kata dari 15 siswa ada 8 (53,3 %) dalam

proses membaca sedangkan hasil tes membaca 8 (53,3 %). Dari siklus I ke siklus

II, sudah ada peningkatan walaupun peningkatan tersebut belum maksimal.

Berdasarkan refleksi tersebut, guru merencanakan tindakan selanjutnya yaitu

siklus III dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata dalam materi

pembelajaran membaca permulaan supaya dapat mencapai kriteria keberhasilan

baik.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

47

Pada siklus III: hasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan alat peraga pias-pias kata yaitu menggabungkan kata menjadi

kalimat diperoleh data peningkatan prestasi dalam hasil proses membaca

mencapai rata-rata sebesar 71,6 dan hasil tes membaca menapai rata-rata 71,3.

Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami perkembangan dalam

menggabungkan kata menjadi kalimat dari 15 siswa ada 12 (80 %) dalam hasil

proses membaca, dan 12 (80 %) dalam hasil tes membaca.

Tabel 6. Kriteria Peningkatan Keberhasilan

Kriteria N i l a i

Sangat Kurang 0 – 20 % 50

Kurang 21 – 40 % 60

Cukup 41 – 60 % 70

Baik 61 – 80 % 80

Sangat Baik 81 – 100 % 90

Tabel 7. Persentase Perolehan Nilai Proses dan Nilai Tes Membaca Pada Siswa Kelas II SDN Senden Kecamatan Selo Tahun Pelajaran 2009/2010.

Persentase Siswa yang Mengalami Peningkatan Siklus

Nilai Proses Membaca Nilai Tes Membaca I 53,3 40

II 53,3 53,3

III 80 80

Berdasarkan refleksi penulis untuk meningkatkan kemampuan membaca,

penggunaan alat peraga pias-pias kata mempunyai pengaruh yang besar. Selama

melakukan siklus I, II, dan III dapat diliht adanya peningkatan baik dalam proses

membaca maupun dalam hasil tes membaca.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

48

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan data peningkatan

kemampuan membaca dari siklus I sampai dengan siklus III telah memenuhi

kriteria keberhasilan yang diharapkan yaitu 75 %.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

49

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan analisis penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan alat peraga pias-pias kata meningkatkan kemampuan membaca

permulaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri Senden

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Semester 1 Tahun pelajaran 2009/2010. Dari

Pada siklus I hasil proses membaca mencapai rata-rata sebesar 65,3

sedangkan hasil tes membaca mencapai rata-rata sebesar 64. Apabila dilihat dalam

persentase yang mengalami perkembangan dalam menggabungkan huruf menjadi

suku kata dari 15 siswa ada 8 (53,3 %) dalam hasil proses membaca dan 6 (40 %)

dalam hasil tes membaca. Pada siklus II diperoleh data peningkatan kemampuan

dalam proses membaca mencapai rata-rata sebesar 53,3 dan hasil tes membaca

mencapai rata-rata sebesar 53,3. Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami

perkembangan dalam menggabungkan suku kata menjadi kata dari 15 siswa ada 8

(53,3 %) dalam proses membaca sedangkan hasil tes membaca 8 (53,3 %). Pada

siklus III diperoleh data peningkatan prestasi dalam hasil proses membaca

mencapai rata-rata sebesar 71,6 dan hasil tes membaca menapai rata-rata 71,3.

Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami perkembangan dalam

menggabungkan kata menjadi kalimat dari 15 siswa ada 12 (80 %) dalam hasil

proses membaca, dan 12 (80 %) dalam hasil tes membaca.

Keseluruhan tindakan pada penelitian tindakan kelas dapat dikatakan

berhasil apabila hasil dari siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan rata-

rata, begitu juga dari siklus dua ke siklus tiga juga mengalami peningkatan rata-

rata perolehan siswa, sehingga dapat membawa dampak yang baik ke arah

peningkatan perkembangan dan kemajuan kemampuan belajar bahasa Indonesia

pada siswa kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Semester 1 Tahun pelajaran 2009/2010.

49

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

50

B. Implikasi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini didasarkan pada penggunaan alat peraga pias-

pias kata untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam pembelajaran bahasa

Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

model proses, yang setiap model dilaksanakan tiga tindakan atau siklus. Setiap

siklus/ tindakan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning),

pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan pengolahan data

(reflecting). Siklus kedua membaca dengan menggabungkan suku kata menjadi

kalimat sederhana dan siklus ketiga menyusun kalimat bacaan sederhana. Setiap

siklus diadakan penilaian proses dan penelitian hasil belajar. Kegiatan ini

dilakukan terus berkelanjutan dan berulang sampai kemampuan membaca

meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahwa penggunaan alat peraga pias-

pias kata dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca dalam pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali Semester 1 Tahun pelajaran 2009/ 2010. Dengan demikian penelitian

tindakan kelas ini semakin baik, berkelanjutan dan berkesinambungan

penerapannya guna membantu guru dalam menghadapi permasalahannya

kemampuan siswa dalam membaca.

Model pembelajaran ini digunakan oleh guru terutama dalam menghadapi

masalah atau mengatasi masalah peningkatan kemampuan membaca. Dalam

penggunaan alat peraga pias-pias kata ada kendala yaitu karena terbatasnya sarana

atau alat peraga tersebut dan bagi siswa yang sudah lancar membaca akan

mengalami kejenuhan. Oleh sebab itu guru hendaknya kreatif dan aktif sehingga

dapat menumbuhkan motivasi dan simpati/ rasa senang kepada siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata. Pada

akhirnya kemampuan membaca siswa kelas II menjadi optimal sesuai dengan

batas ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara kelompok.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

51

C. Saran-saran

Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa sewaktu

pembelajaran bahasa Indonesia, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Untuk Guru

a. Memberikan motivasi kepada semua siswa untuk menggunakan alat

peraga pias-pias kata dalam belajar membaca.

b. Mengevaluasi efisien dan efektif penggunaan alat peraga pias-pias kata

untuk meningkatkan kemampuan membaca sewaktu pembelajaran Bahasa

Indonesia berlangsung.

c. Memberikan motivasi kepada semua siswa dan memberikan penguatan

kepada siswa yang sudah lancar membaca, sehingga siswa dapat

menunjukkan kinerja yang lebih baik.

2. Untuk Siswa

a. Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar

dan berusaha meningkatkan belajar sehingga memperoleh kemampuan

belajar yang optimal.

b. Memiliki rasa senang untuk membaca dengan menggunakan alat peraga

pias-pias kata.

c. Kepada siswa yang sudah lancar membaca jangan merasa bosan untuk

memberikan contoh kepada teman yang lain.

3. Para Peneliti

Kepada peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain

yang dapat mendukung peningkatan kemampuan membaca. Melalui usaha ini,

antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain menunjukkan kinerja yang

semakin baik dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

52

DAFTAR PUSTAKA

Aristo Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Basuki Wibowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.

http://find.galegroup.com/ips/ start.co?prodid=IPS. Reading the Media Source: Internet Book watch (July 2007) (216 words) From Expanded Academic ASAP.

Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdya Karya.

Mulyani Sumantri dan Johan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

________________________________. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nurhasanah, Didik Tumianto. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia.

Oemar Hamalik. 1989. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Jakarta: Mandar Maju Ban.

_____________. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Rukidi. 1996. Media Pembelajaran. Bandung: Alumni.

Sabarti Akhadiah dkk. 1992/1993. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Dirjen PT. PP Tenaga Kependidikan.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

St. Y. Slamet. 2003. Paedagogia Jurnal Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

___________. 2006. Fenolingua Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Jakarta: Dikti.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib ... Dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) Negeri Senden selalu

53

Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinika Cipta.

Sukiyem Sri Yunanik. 2007. “Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Alat Peraga Pias-pias Kata Pada Siswa Kelas I SD Negeri Rembun I Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2006/2007”. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Surakarta: FKIP UNS.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Surana. 1992. Belajar Membaca Menulis Permulaan. Solo: Tiga Serangkai.

Sutartinah Tirtonegoro. 1988. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara.

Sutopo, HB. 1996. Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Syaiful Bahri Djamarah. 1984. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Winarno Surahmad. 1984. Pengantar Interaksi Mengajar. Bandung: Tarsito.

________________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.