bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · a. latar belakang masalah ... hanky gunawan, ma...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD 1945 membagi wewenang pengujian peraturan perundang-undangan dilakukan oleh lembaga kehakiman Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Hal tersebut ditunjukkan pada Pasal 24A Ayat (1) yang menjelaskan bahwa MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang, dan Pasal 24C Ayat (1) menjelaskan MK berwenang menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dalam pembagian pengujian peraturan perundang-undangan tersebut, MK, melakukan Judicial Review Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar yang biasa dikenal dengan nama constitutional review 1 . Di dalam praktiknya, contoh constitutional review yang dilakukan MK ada dalam Putusan MK No. 2-3/PUU- V/2007 yang menguji Pasal 80 ayat (1) huruf a ; Pasal 80 ayat (2) huruf a ; Pasal 80 ayat (3) huruf a ; Pasal 81 ayat (3) huruf a ; Pasal 82 ayat (1) huruf a ; Pasal 82 ayat (2) huruf a ; Pasal 82 ayat (3) huruf a dalam UU No. 22 tahun 1997 terhadap Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 mengenai hukuman mati untuk terpidana 1 Imam Soebechi, Hak Uji Materii, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, Hal. 121.

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UUD 1945 membagi wewenang pengujian peraturan perundang-undangan

dilakukan oleh lembaga kehakiman Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah

Konstitusi (MK). Hal tersebut ditunjukkan pada Pasal 24A Ayat (1) yang

menjelaskan bahwa MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan di

bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang, dan Pasal 24C Ayat (1)

menjelaskan MK berwenang menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang

Dasar.

Dalam pembagian pengujian peraturan perundang-undangan tersebut, MK,

melakukan Judicial Review Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar yang

biasa dikenal dengan nama constitutional review1. Di dalam praktiknya, contoh

constitutional review yang dilakukan MK ada dalam Putusan MK No. 2-3/PUU-

V/2007 yang menguji Pasal 80 ayat (1) huruf a ; Pasal 80 ayat (2) huruf a ; Pasal 80

ayat (3) huruf a ; Pasal 81 ayat (3) huruf a ; Pasal 82 ayat (1) huruf a ; Pasal 82 ayat

(2) huruf a ; Pasal 82 ayat (3) huruf a dalam UU No. 22 tahun 1997 terhadap Pasal

28A dan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 mengenai hukuman mati untuk terpidana

1 Imam Soebechi, Hak Uji Materii, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, Hal. 121.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

perkara narkoba, dan dalam Putusan tersebut telah dinyatakan bahwa, ancaman

pidana mati dalam Pasal-Pasal Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 diatas , tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

19452.

Melihat pada praktik constitutional review yang dijalankan secara konstitusional

oleh MK, pada nyatanya praktik tersebut juga dijalankan oleh MA seperti contoh,

Putusan MA Nomor 39 PK/Pid.Sus/2011 yang menguji konstitusionalitas hukuman

mati terhadap UUD. Putusan MA Nomor 39 PK/Pid.Sus/2011 dengan terpidana

Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika

dan mengubah hukumannya menjadi 15 tahun penjara. Di dalam pertimbangan MA

di kasus Henky Gunawan adalah sebagai berikut :

“Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut MA berpendapat : Bahwa alasan-

alasan tersebut dapat dibenarkan, dengan pertimbangan sebagai berikut

Bahwa dalam rangka penjatuhan pidana terhadap tindakan yang dilakukan

oleh Terdakwa, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu ;

Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia yang

berlaku umum bahwa mengenai berat ringannya/ukuran hukuman adalah

menjadi wewenang Judex Facti, bukan wewenang Judex Juris (tidak tunduk

pada kasasi) ;

Bahwa tujuan pemidanaan adalah bersifat edukatif, korektif dan preventif ;

Bahwa untuk menjaga disparitas hukuman terhadap tindak pidana yang sama

yang dilakukan oleh Terdakwa yang secara nyata telah dilakukan secara

bersama-sama dan terhadap pelaku yang lainnya telah mendapatkan putusan

yang sudah berkekuatan hukum tetap ;

2 Putusan MK Nomor 2-3/PUU-V/2007, Hal. 336.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

Bahwa mendasari Declaration of Human Right article 3 : "everyone has the

right to life, liberty and security of person". Bahwa setiap orang berhak atas

kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu.

Hukuman MATI bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang

Dasar 1945 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang No. 39 Tahun 1989

tentang HAM yang berbunyi : "Hak untuk hidup, hak untuk tidak

disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama,

hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan

persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat

dikurangi dalam keadaan dan oleh siapa pun".

Bahwa dengan adanya klausul tidak dapat dikurangi dalam keadaan dan oleh

siapa pun dapat diartikan sebagai tidak dapat dikurangi, dan diabaikan oleh

siapa pun termasuk dalam hal ini oleh pejabat yang berwenang sekalipun,

tidak terkecuali oleh putusan Hakim/Putusan Pengadilan.

Bahwa dengan adanya kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata oleh

Majelis Hakim dalam tingkat Kasasi dalam memutus perkara No. 455 K/

Pid.Sus/2007 tanggal 28

November 2007 serta demi memenuhi Rasa Keadilan dan Hak Asasi Manusia,

maka beralasan hukum apabila putusan Kasasi tersebut dibatalkan oleh

Majelis Peninjauan Kembali3

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

menurut Majelis Peninjauan Kembali, terdapat cukup alasan untuk membatalkan

putusan MA Republik Indonesia No.455 K/Pid.Sus/2007, tanggal 28 November

2007 jo putusan Pengadilan Tinggi Surabaya No.256/Pid/2007/PT.SBY, tanggal

11 Juli 2007 jo putusan Pengadian Negeri Surabaya

No.3412/Pid.B/2006/PN.SBY., tanggal 17 April 2006 dan MA akan mengadili

kembali perkara tersebut ;”.

Di dalam pertimbangan oleh MA tersebut menyatakan bahwa hukuman mati

untuk terpidana narkotika adalah inkonstitusional karena melanggar hak asasi

manusia, yang pada kenyataannya, MK sebelumnya dalam Putusan MK No. 2-3/PUU-

V/2007 telah dinyatakan bahwa, ancaman pidana mati dalam pasal-pasal Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1997, tidak bertentangan dengan UUD 1945. Hal ini

3 Putusan Peninjauan Kembali Nomor 39 K/Pid.Sus/2011, hal 53-54.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

menunjukkan MA telah melakukan pengujian UUD 1945 yang dimana itu merupakan

kewenangan dari MK, menurut Pasal 24A UUD 1945.

Secara teori dalam ranah peradilan konstitusi, untuk pengujian peraturan

perundang-undangan atau Judicial Review ada 2 sistem yang biasa dianut oleh

berbagai negara di dunia, ada sistem desentralistik, ada sistem sentralistik. Sistem

desentralistik, yang biasa dianut oleh AS, dimana kewenangan Judicial Review

dilaksanakan secara berjenjang. MA dan peradilan-peradilan yang berada dibawahnya

berwenang memutus perkara-perkara Judicial Review. Meski dilakukan oleh banyak

peradilan, namun semuanya masih dalam satu atap di bawah naungan MA. Kedua

adalah sistem Sentralistik, yang biasa dianut oleh negara seperti Austria, yakni hanya

ada satu lembaga yang berwenang melakukan Judicial Review. Seluruh produk

perundang-undangan diuji oleh satu lembaga peradilan yaitu Mahkamah Konstitusi

Austria4.

Negara-negara di ranah peradilan konstitusionalnya menganut sistem sentralistik

biasa negara tersebut menganut sistem civil law, namun apabila negara-negara

penganut sistem desentralistik dalam peradilan konstitusionalnya biasa menganut

sistem hukum common law. Dalam sistem hukum civil law istilah “code” (Undang-

Undang) adalah sekumpulan klausula dan prinsip hukum umum yang otoritatif,

komprehensif dan sistematis yang dimuat dalam kitab atau bagian yang disusun

4 Ali Marwan, Konsep Judicial Review dan Pelembagaannya di Berbagai Negara, Setara Press,

Malang, 2017, Hal. 49-50.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

secara logis sesuai dengan hukum terkait. Karakter dalam sistem hukum civil law

salah satunya adanya kodifikasi hukum sehingga pengambilan keputusan oleh hakim

dan oleh penegak hukum lainnya mengacu pada Kitab Undang-Undang atau

Perundang-undangan, sehingga Undang-Undang menjadi sumber hukum yang utama

atau sebaliknya hakim tidak terikat pada preseden atau yurisprudensi5. Lalu

kewenangan untuk melaksanakan hak menguji (toetsingsrecht) pada beberapa negara

yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental (civil law) dilakukan oleh suatu

lembaga yang dikenal sebagai lembaga Mahkamah Konstitusi atau Constitutional

Court. Tata cara pengujian yang hanya dilakukan oleh satu Mahkamah dikenal

sebagai sistem sentralisasi, sedangkan metode pengujiannya disebut principaliter6.

Sistem hukum common law memiliki tiga karakter, yaitu pertama, yurisprudensi

dianut sebagai sumber hukum utama, kedua dianutnya prinsip stare decicis, dan

ketiga dianutnya adversary system dalam peradilan7. Pada beberapa negara dengan

sistem hukum Anglo Saxon (common law), pelaksanaan Judicial Review dilakukan

oleh hakim melalui kasus konkret yang dihadapinya dalam pengadilan. Hal tersebut

merupakan sistem desentralisasi dan metode pengujiannya disebut incidenter8.

Apa yang telah terjadi di kasus Henky Gunawan, MA menerapkan seperti yang

ada di Amerika Serikat (AS), di AS yang menerapkan sistem desentralistik dan salah

5 H. Z Asikin, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Cetakan ke 2, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013,

Hal. 80. 6 Fatmawati, Hak Menguji (TOETSINGSRECHT), Cetakan 1, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005,

Hal. 37. 7 H. Z Asikin, Loc.Cit, Hal. 82.

8 Fatmawati, Loc.Cit, Hal. 38.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

satu negara penerap sistem hukum common law dimana setiap pengadilan yang

kepadanya suatu kasus diajukan harus memeriksa argumentasi atau dalil-dalil para

pihak mengenai kesesuaian Undang-Undang yang berlaku terhadap kasus itu dengan

konstitusi. Jika hakim atau pengadilan yang bersangkutan berkesimpulan bahwa

Undang-Undang itu bertentangan dengan konstitusi, maka ia akan membatalkan

Undang-Undang tersebut9. Sementara itu di Indonesia yang wewenangnya seperti

wewenang Supreme Court AS dalam hal membatalkan Undang-Undang merupakan

MK.

Indonesia pada dasarnya penganut sistem civil law pada kasus di atas praktik MA

mengikuti praktik yang dilakukan Supreme Court AS, dimana sistem hukum AS yang

menganut paham atau tradisi common law, sangat jelas bahwa peranan seorang hakim

menjadi faktor utama atau sangat determinan dalam proses pembentukan hukum

menurut asas precedent atau yurisprudensi. Hal ini sejalan dengan doktrin klasik yang

berlaku dalam sistem common law, dimana lazim dikenal dengan judge-made law,

atau hukum merupakan buatan para hakim itu sendiri yang tercermin di dalam

putusan atas suatu perkara yang disidangkan10

. Indonesia yang merupakan penganut

sistem civil law dan penerap sentralistik dalam peradilan konstitusionalnya,

dibuktikan dengan memiliki Mahkamah Konstitusi yang mempunyai kekuasaan

negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan sengketa pelaksanaan

9 Ali Marwan, Konsep Judicial Review dan Pelembagaannya di Berbagai Negara, Setara Press,

Malang, 2017, Hal. 64. 10

King Sulaiman, Teori Perundang Undangan Dan Aspek Pengujiannya, Thafa Media, Yogyakarta,

2017, Hal. 177.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

kaidah konstitusi yang telah ditentukan oleh UUD 1945, lalu dikatakan pula bahwa

fungsi ideal MK di Indonesia sebagai pengawal konstitusi dan penafsir konstitusi11

.

Walaupun demikian, Indonesia dengan sistem civil law yang menerapkan sistem

sentralistik atau AS dengan status common law yang menerapkan sistem

desentralistik tidak dapat menggeser peran hakim dalam melakukan interpretasi

konstitusi, pada dasarnya semua hakim di berbagai negara berperan untuk

menegakkan hukum. Hal ini sejalan dengan Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan. Kata “hukum” di Pasal tersebut bukan

terbatas pada peraturan perundang-undangan saja melainkan hukum secara

keseluruhan, nilai-nilai yang tidak tertulis dan tertulis, pentingnya peran hakim dalam

melakukan interpretasi dikarenakan tidak semua hukum terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan, bahwa disamping peraturan perundang-undangan terdapat

sumber-sumber lain dari mana hakim mengambil hukum12

. Menurut Hans Kelsen

fungsi pengadilan yang harus menerapkan norma-norma umum dari hukum statuta

dan hukum kebiasaan ke dalam kasus kasus konkret13

, maka dari itu hakim harus

melakukan itu semua hal di atas karena kewajiban dari seorang hakim yang harus

menegakan hukum dan praktik yang dilakukan MA dalam melakukan constitutional

review adalah salah satu praktik penegakkan hukum (termasuk konstitusi) oleh

11

Soimin, Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, UII Press, Yogyakarta,

2013, Hal. 65. 12

L.J Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradyana Paramita, Jakarta, 2008, Hal. 385. 13

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Penerjemah : Raisul Muttaqien, Cetakan ke

11, Nusamedia, Bandung, 2016, Hal, 205.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

hakim, hakim dimana pun lembaganya, pengadilan negri, pengadilan tinggi atau

dimanapun harus menegakkan hukum pada arti luas seperti penjelasan diatas, karena

peran hakim yaitu dapat mewujudkan hukum (dalam arti konkret) melalui putusan

hakim. Hanya hakim yang yang membuat ketentuan Undang-Undang (hukum) yang

abstrak menjadi suatu kenyataan, lalu hakim bukan hanya menetapkan hukum bagi

yang berperkara, tetapi dapat menciptakan hukum yang berlaku untuk umum14

, jadi

akan terbayang apabila hakim memakai dasar yang sudah tahu itu bertentangan

dengan konstitusi (hukum) untuk mewujudkan hukum yang abstrak menjadi suatu

kenyataan.

Pandangan di lembaga kehakiman di AS, Supreme Court pada dasarnya dianggap

sebagai lembaga pengawal konstitusi (the Guardian of the Constitution of the United

States of America) yang bertanggungjawab menjamin agar norma dasar yang

terkandung di dalamnya sungguh-sungguh ditaati dan dilaksanakan. Dengan

sendirinya, menurut John Marshall, segala Undang-Undang buatan Kongres, apabila

bertentangan dengan konstitusi sebagai „the supreme law of the land” harus

dinyatakan „null and void‟. Lalu sebagai lembaga penerap sistem sentralisasi

pengadilan disana ditekankan pengadilan harus memiliki kekuatan yang lebih luas

untuk menjatuhkan Undang-Undang federal atau negara yang tidak adil15

. Dan

hakim-hakim Supreme Court ditekankan juga sebuah paham bahwa putusan

14

Efendi Jonaedi. Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim, Prenadamedia, Depok, 2018, Hal.

233. 15

Jimly Asshiddiqie. 2012. Sejarah Constitutional Review Dan Gagasan Pembentukan Mahkamah

Konstitusi. Makalah. Dalam : The Three “E” Lecture Series, @america di Pasific Place level 3, 18

Juni.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

pengadilan merupakan interpretasi dari konstitusi jadi sudah keharusan untuk

menjunjung tinggi, menegakkan supremasi atau keunggulan dari konstitusi dengan

cara menyatakan bahwa suatu peraturan adalah inkonstitusional dan menolak untuk

memakainya16

.

Kemudian implikasi dari praktik yang dilakukan MA tetap tidak menghilangkan

adanya MK karena akibat dari putusan yang dikeluarkan oleh MA dan MK berbeda,

MA yang putusannya berakibat lebih kepada tidak memakai Undang-Undang tersebut

sebagai dasar putusannya. Sementara constitutional review oleh MK berakibat

pembatalan suatu Undang-Undang.

B. Rumusan Masalah

Apakah MA dapat melakukan constitutional review melalui kasus konkrit yakni,

menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar?

C. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini, untuk mengungkapkan basis legitimasi

praktik Constitutional Review yang dilakukan MA melalui kasus konkrit yang

praktiknya konkuren dengan yang dilakukan oleh MK, dengan mengambil teori

bahwa Undang-Undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Terkait dengan

16

Lawrence Baum, The Supreme Court, Congressional Quarterly, Edisi ke 3, Washington D.C, 1989,

Hal. 19.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

tujuan tersebut maka tujuan lebih spesifik dari penelitian ini sebagai breakdown dari

tesis penulisan adalah :

1. Menjelaskan bahwa UUD 1945 yang merupakan supreme law di Indonesia

sehingga sudah sewajarnya apabila pengadilan berwenang menguji Undang-

Undang terhadap Undang Undang Dasar.

2. Menjelaskan penerapan hukum tersebut kepada MA dalam praktik

Constitutional Review

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis sebagai berikut :

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang dasar-dasar keabsahan praktik yang

dilakukan MA dalam melakukan Constitutional Review melalui kasus konkrit.

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah penerapan

Constitutional Review yang dilakukan MA demi mewujudkan kemerdekaan

kekuasaan kehakiman untuk menegakkan Hukum dan Keadilan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan permasalahan

pada penelitian ini dengan melakukan pendekatan konseptual yang beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum,

lalu melakukan pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi

putusan pengadilan, pendekatan historis yang dilakukan dengan menelaah latar

belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu yang

dihadapi, serta melakukan pendekatan Undang-Undang yang dilakukan dengan

menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum 17

.

F. Sistematika Penulisan

Bab I dari penelitian hukum ini berisi pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, dan rumusan masalah serta tujuan penelitian. Disamping ketiga komponen

tersebut, dalam Bab 1 juga dikemuakan manfaat penelitian, dan metodelogi

penelitian.

Bab II berisi pembahasan mengenai penguraian dasar hukum mengapa MA dapat

melakukan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945. Lalu penjelasan

mengapa undang-undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Selain itu,

17

P. M Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Cetakan ke 3, Jakarta, 2005, Hal., 93-95.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · A. Latar Belakang Masalah ... Hanky Gunawan, MA membatalkan hukuman mati dalam suatu perkara psikotropika dan mengubah hukumannya menjadi

dijelaskan pula mengapa setiap lembaga peradilan, dimanapun harus tanggap apabila

ada peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan UUD 1945.

Penempatan Bab II dalam menguraikan hal-hal tersebut tidak lain untuk memberikan

gambaran bahwa UUD 1945 merupakan hukum yang lebih tinggi dari undang undang

dan sudah seharusnya setiap lembaga peradilan manapun yang menemukan peraturan

atau dalil-dalil yang bertentangan dengan UUD 1945 sudah selayaknya tidak

memakai Undang-Undang tersebut.

Bab III dari penelitian hukum ini berisi implikasi dari hukum tersebut kepada

praktik MA dalam melakukan Constitutional Review melalui kasus konkrit.

Bab IV dari penelitian hukum ini berisi kesimpulan dari seluruh penelitian yang

telah dilakukan serta penutup untuk penelitian ini, untuk menutup penelitian yang

telah dilakukan. Supaya menyatakan bahwa penelitian telah selesai