bab i pendahuluan a. latar belakang penelitianeprints.ums.ac.id/26447/2/bab_i.pdfa. latar belakang...

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup dalam masyarakat tidak hanya sebagai sosok individu, akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dan bekerja sama. Sebagai gejala sosial bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktor- faktor nonlinguistik antara lain faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa, misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin. Selain itu pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor situasional, yaitu siapa yang bicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa (Chaer, 2010:5). Salah satu fungsi bahasa adalah suatu alat komunikasi atau alat interaksi. Jika disimak didapatkan tiga komponen yang harus ada dalam setiap proses komunikasi, yaitu (a) pihak yang berkomunikasi yaitu pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan, (b) informasi yang dikomunikasikan, dan (c) alat yang digunakan dalam komunikasi itu. Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang atau dua kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim (sender) informasi, dan yang kedua yang menerima (receiver) informasi. Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam 1

Upload: tranphuc

Post on 03-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia hidup dalam masyarakat tidak hanya sebagai sosok

individu, akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi

dan bekerja sama. Sebagai gejala sosial bahasa dan pemakaian bahasa

tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktor-

faktor nonlinguistik antara lain faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi pemakaian bahasa, misalnya status sosial, tingkat

pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin. Selain itu pemakaian

bahasa juga dipengaruhi oleh faktor situasional, yaitu siapa yang bicara,

dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah

apa (Chaer, 2010:5).

Salah satu fungsi bahasa adalah suatu alat komunikasi atau alat

interaksi. Jika disimak didapatkan tiga komponen yang harus ada dalam

setiap proses komunikasi, yaitu (a) pihak yang berkomunikasi yaitu

pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan, (b) informasi

yang dikomunikasikan, dan (c) alat yang digunakan dalam komunikasi itu.

Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang

atau dua kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim (sender)

informasi, dan yang kedua yang menerima (receiver) informasi.

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam

1

2

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Ketika

berkomunikasi, manusia memproduksi ujaran lisan atau tulisan; orang

yang diajak berkomunikasi akan mendengar dan melihat apa yang hendak

dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang diujarkan atau

dituliskan.

Salah satu pemahaman yang penulis teliti mengenai analisis

sosiolinguistik dalam transaksi jual beli di Pasar Klewer Surakarta. Bahasa

digunakan sehari-hari oleh siapa saja dalam transaksi apa saja, dan oleh

karena itu didefinisikan sebagai komunikasi antar makhluk manusia, yang

dicirikan dengan penggunaan simbol-simbol lisan atau tertulis secara acak

(arbitrer) sesuai makna yang telah diterima masyarakat penutur. Bahasa di

Pasar Klewer sebagian besar masih menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa

jawa, ada juga yang sudah memakai bahasa indonesia. Pemakaian bahasa

jawa atau bahasa indonesia tergantung pada calon pembelinya.

Status sosial membawa dampak dalam peran kebahasaan seorang

penutur di tengah masyarakat bahasanya. Peran dimaksud tentu terkait

dengan situasi berbahasa; siapa-siapa yang berperan, topik dan jalur

bahasa yang digunakan. Kelas sosial mengacu kepada golongan

masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang

kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan,

kasta, dan sebagainya (Sumarsono, 2012: 43).

Menolak merupakan salah satu tindak tutur (Vanderveken, dalam

F.X Nadar, 2005: 166-178) sehingga memahami penolakan akan menjadi

3

lebih mudah apabila didahului dengan pemahaman mengenai teori tindak

tutur. Untuk dapat memahami penolakan yang terkait dengan interaksi

penutur dan lawan tutur serta keperluan untuk berperilaku sopan dalam

mengutarakan kesopanan berbahasa. Brown dan Levinson (dalam F.X

Nadar 2005: 61) penolakan itu diklasifikasikan sebagai suatu tindakan

yang dapat mengancam muka negatif maupun muka positif lawan tutur.

Sehubungan dengan itu, agar penolakan dapat dianggap sebagai penolakan

yang sopan, strategi tertentu harus digunakan, baik strategi kesopanan

negatif maupun strategi kesopanan positif.

Misalnya saja seorang pedagang menawarkan dagangannya kepada

seorang pembeli.

Penjual : Monggo mbak mampir, dipersani riyin rasukan nipun, sae-saeniki lan regine mirah-mirah!!! (Mari mbak kesini, dilihat dahulupakaiannya, bagus dan harganya murah!!!).

Pembeli : Abaya niki regine pinten bu? (Abaya ini harganya berapa bu?).Penjual : Satus rong puluh ewu mbak (Seratus dua puluh ribu mbak).Pembeli : (Kaget) Murah men mboten angsal kirang tho? (Murah sekali

tidak boleh kurang ya?)Penjual : Mboten mbak harga pas niku, yen kirang kula mboten untungno. (tidak mbak harga pas itu, kalau kurang saya tidak jadi untung).

Pada data di atas penjual berjenis kelamin perempuan, kebangsaan

Indonesia berumur ± 40 tahun. Adapun dagangan yang dijual adalah

pakaian dewasa, remaja, dan anak-anak. Lokasi toko tersebut berada di

Pasar Klewer Surakarta. Pembeli adalah seorang perempuan yang

berkebangsaan Indonesia berumur ± 37 tahun.

Data di atas menunjukkan bentuk penolakan berupa komentar

yakni ketika pembeli menawar abaya, tetapi penjual menolak dengan

4

alasan bahwa abaya yang dimaksud harga pas dan tidak boleh kurang

karena pedagang tersebut menginginkan adanya keuntungan dari

penjualan abayanya. Tuturan murah men mboten angsal kirang tho? mitra

tutur bermaksud mengungkapkan bahwa harga abaya menurut mitra tutur

mahal. Hal ini terbukti dengan adanya tuturan murah men mboten angsal

kirang tho?.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti

mengenai analisis sosiolinguistik bentuk bahasa penolakan dalam transaksi

jual beli di Pasar Klewer Surakarta.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “analisis

sosiolinguistik bentuk bahasa penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar

Klewer Surakarta”. Data-data penelitian ini dibatasi pada bentuk bahasa

penolakan dalam transaksi jual beli di toko Diana Pasar Klewer Surakarta

yang dikumpulkan dalam bentuk data bahasa penolakan antara penjual dan

pembeli.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada dua masalah yang perlu dicari jawabannya.

1. Bagaimana bentuk bahasa penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar

Klewer Surakarta dan faktor apa yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana reaksi pembeli terhadap penolakan itu?

D. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

5

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana bentuk bahasa

penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar Klewer Surakarta serta

faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengungkapkan reaksi pembeli terhadap penolakan itu.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

baik secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan

pembaca dalam bidang linguistik, khususnya mengenai analisis

sosiolinguistik bentuk bahasa penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar

Klewer Surakarta.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam usaha

untuk memperkaya ilmu sosiolinguistik dan mengetahui hal-hal yang

terungkap dalam analisis sosiolinguistik bentuk bahasa penolakan dalam

transaksi jual beli di pasar Klewer Surakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian sangat penting. Artinya

dengan adanya sistematika penulisan, peneliti dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah dalam penulisan laporan

6

penelitian. Dalam usaha mempermudah melakukan analisis dan agar

skripsi ini mudah dipahami, penulis telah menyusun urutan-urutan yang

harus penulis bahas. Peneliti merencanakan bahwa penelitian ini terdiri

dari lima bab, yang tiap bab terdiri dari sub-sub bab. Adapun sitematika

penulisan ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama, merupakan pendahuluan. Pendahuluan berisi latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab ini

berisi tentang beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan

dikaji.

Pada bab tiga dipaparkan metode penelitian. Isinya tempat dan

waktu penelitian, jenis dan strategi penelitian, subjek dan objek penelitian,

data dan sumber data. Teknik pengumpulan data, keabsahan data, teknik

analisis data, teknik penyajian hasil analisis, dan prosedur penelitian juga

dinyatakan pada bab tiga.

Bab empat, hasil dan pembahasan. Pada bab ini dijabarkan data-

data yang terkumpul, dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya,

kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari bentuk bahasa

penolakan dan reaksi pembeli terhadap penolakan tersebut dan faktor yang

mempengaruhinya.

Pada bab lima disajikan penutup, isinya simpulan dan saran. Pada

bagian akhir skripsi ini disertakan daftar pustaka dan lampiran.