bab i pendahuluan a. latar belakang filelaporan kinerja 2018 page 1 bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA 2018 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini indonesia sedang menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden
yaitu tingginya penyakit infeksi meningkatnya penyakit menular dan muncul kembali penyakit-
penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Menurut global Burden of disease 2010 dan healt sector
reviev 2014, kematian yang disebabkan penyakit tidak menular yaitu stroke menduduki
peringkat pertama
Menurutnya untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pendekatan promotif dan preventif
yang sangat efektif. Karena masalah kesehatan ini akan menjadi ancaman bagi produktifitas
bangsa.
"Pada dasarnya pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada
perilaku individu. Tentu itu juga harus didukung kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan
prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan dan menciptakan sumber daya kesehatan yang
berkualitas. Tantangan penyakit menular di beberapa negara termasuk Indonesia masih terpusat
pada penyakit HIV AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Melihat tantangan, isu dan perubahan lingkungan strategis diatas serta amanat Undang-Undang
nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasional(SPPN) Kementerian
Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis KementerianKesehatan tahun 2015-2019 yang
berisi upaya-upaya pembangunan bidang kesehatanyang disusun dan dijabarkan dalam bentuk
program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019) adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui
strategi pembangunan nasional. Dalam Undang Undang No. 36 tahun 2009 disebutkan bahwa
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 2
upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dalam bentuk kegiatan
dengan strategi pendekatan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor
HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) telah
menyusun Rencana Aksi Program PP dan PL tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran
kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi Ditjen PP dan PL termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan
program selama lima tahun mendatang. Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah menetapkan
Permenkes no 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
yang efektif dilaksanakan tahun 2016 dengan adanya SOTK baru maka telah dilakukan revisi
pada Rencana Aksi Kegiatan KKP Bitung Tahun 2015-2019. Perubahan ini juga untuk
mendukung pelaksanaan program Indonesia sehat (PIS-PK) dan Gerakan Mayarakat Sehat
(GERMAS).
B.VISI DAN MISI
Visi dan Misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Tahun 2015 -2019 mengikuti Visi dan Misi
Presiden RI Yaitu:
VISI
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”
MISI
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian
ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian
Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3 .Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5..Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 3
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan
nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada
Kabinet kerja yakni :
1. Kami akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Kami akan membuat pemerintahan tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan
4. Kami akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sIstem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Dalam melaksanakan kegiatannya Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung mengemban
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
I. Tugas Pokok.
Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit
potensial wabah,Surveilans epidemiologi,Kekarantinaan,Pengendalian dampak
Kesehatan Lingkungan,Pelayaanan Kesehatan,Pengawasan OMKABA serta pengamanan
terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,Bioteroris,unsur
Biologi,Kimia dan Pengmananan radiasi di wilayah kerja bandara, Pelabuhan, dan Lintas
Batas batas darat dan Negara
II. Fungsi
Dalam melaksanakan Tugas Pokok tersebut maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Bitung menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 4
a. Pelaksanaan Kekarantinaan,
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan,
c. Pelaksanaan Pengendalian Risiko Lingkungan di Bandara,Pelabuhan,dan
Lintas Batas darat Negara;
d. Pelaksanaan Pengamatan penyakit,Penyakit Potensial wabah,penyakit baru
dan penyakit yang muncul kembali;
e. Pelaksanaan Pengamanan radiasi pengion dan non pengion,biologi dan kimia;
f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilens epidemiologi sesuai penyakit
yang berkaitan dengan lalulintas nasional dan internasional;
g. Pelaksanaan fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang Kesehatan serta kesehaatan
matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;
h. Pelaksanaan,fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;
i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat,makanan,kosmetik dan alat
kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan
dokumen kesehatan OMKABA impor;
j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja
bandara,pelabuhan dan lintas batas darat negara;
l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan
bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;
m. Pelaksaanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan
bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;
n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan,pengendalian risiko lingkungan,dan
surveilans Kesehatan Pelabuhan;
o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara,Pelabuhan, dan Lintas
batas darat negara;
p. Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan KKP;
LAPORAN KINERJA 2018 Page 5
D. STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/
/Menkes/SK/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, struktur
organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung adalah sebagai berikut:
Kepala Kantor
dr.Pingkan M. Pijoh.MPHM
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi
Rundstony J.D Rundengan
Sub. Bagian Tata Usaha
Kasubag TU Martijane Mondoringin S.SOS
Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan
Kesehatan Lintas Wilayah
Dian Dwirana M, SE
. M.Kes
Instalasi
Wilayah Kerja
Kelompok Jabatan Fungsional
LAPORAN KINERJA 2018 Page 6
E. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung sampai dengan akhir Desember
2018 adalah 44 orang yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 24 orang wanita.
Berdasarkan jabatan, pegawai KKP Kelas III Bitung terdiri dari 4 pejabat structural, 8 orang
pegawai dengan jabatan fungsional tertentu dan 34 orang pegawai dengan jabatan fungsional
umum. Disamping itu terdapat 2 orang pramu kantor, 4 orang satpam dan 2 orang sopir
Grafik.1.1
Distribusi Pegawai KKP Kelas III Bitung Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis
Tenaga Tahun 2018
S2
DOKTER
S1
D3
D1
SMA
Slice 7
F. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusun Laporan Kinerja merupakan pelaksanaan Perpres 29 Tahun 2014 tentang system
Akintabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang
petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatacara Reviu atas Laporan Kinerja
instansi Pemerintah.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja KKP Kelas III Bitung adalah untuk:
1. Memberikan informasi kinerja KKP Kelas III Bitung selama tahun 2018 yang telah
ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban KKP Kelas III Bitung dalam mencapai sasaran/tujuan
strategis instansi.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi KKP Kelas III Bitung untuk meningkatkan
kinerjanya.
4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah satu agenda penting dalam
reformasi pemerintah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 7
E.. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung
sebagai berikut.
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Visi dan Misi
C. Tugas Pokok dan Fungsi
D. Struktur Organisasi
E. Sumber Daya Manusia
F. Maksud dan Tujuan
G. Sistematika Penulisan
4. Bab II. Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perencanaan kinerja dan
perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
5. Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap
pernyataan perjanjian kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran
kinerja organisasi.
B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja termasuk efisiensi
penggunaan sumber daya.
6. Bab IV. Penutup Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta tindak lanjut di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan
kinerjanya.
7. Lampiran
LAPORAN KINERJA 2018 Page 8
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung sebagai salah satu pelaku
pembangunan nasional telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program
pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Bitung maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun
2018.Rencana Strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung Tahun 2018 menetapkan 1
program teknis yaitu Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Menindaklanjuti Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2018, sebagai bentuk
perencanaan strategis yang lebih operasional maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung
telah menyusun Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2018 yang memuat visi, misi, tujuan, dan sasaran serta arah kebijakan dan strategi yang
menjadi pedoman Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung dalam menetapkan Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) pada tahun 2018 hingga tahun 2019. Penjabaran visi, misi, tujuan, dan
sasaran, serta arah kebijakan dan strategi Ditjen PP dan PL adalah sebagai berikut :
RENCANA AKSI KEGIATAN KKP KELAS III BITUNG Tahun 2015-2019
Rencana Aksi Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung Tahun 2015-2019 Dalam
RAK 2015-2019 telah ditetapkan sasaran pokok untuk pembangunan kesehatan yaitu:
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Sasaran pokok dalam
pengendalian penyakit menular dan tidak menular meliputi menurunnya prevalensi TB,
prevalensi HIV, prevalensi tekanan darah tinggi,. Sasaran pokok ini kemudian diturunkan dalam
sasaran strategis Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. Sasaran strategis untuk
meningkatnya Pengendalian Penyakit adalah:
a. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar
40%.
b. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 9
c. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
Sasaran strategis Renstra Kementerian Kesehatan tersebut kemudian diturunkan dalam RAP
tahun 2015-2019 dengan penyesuaian pada tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P. Sasaran tersebut
adalah menurunnya penyakit menular dan tidak menular serta meningkatnya kualitas kesehatan
lingkungan, yang ditandai dengan:
a. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi
sebesar 95 %.
b. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi malaria sebanyak 300 kabupaten/kota
c. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria
d. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebanyak 34 provinsi.
e. Menurunnya Prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk
f. Menurunnya Prevalensi HIV menjadi <0.5%>
g. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar
40%.
h. Meningkatnya jumlah Kab/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar
100%.
i. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%
j. Meningkatnya Surveilans berbasis laboratorium sebesar 50 %
k. Persentase pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar
100%.
RAP Ditjen P2P Kemudian di turunkan pada RAK Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung 2015-
2019 dengan penyesuaian pada tugas pokok dan fungsi. Sasaran tersebut adalah menurunnya
penyakit menular dan tidak menular serta meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan, yang
ditandai dengan:
1. Jumlah alat angkut sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan
2. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan bencana di wilayah
layanan KKP
3. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah tangkal masuk dan keluarnya penyakit
4. Jumlah pelayanan kesehatan pada situasi khusus
5. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 10
6. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah yang diterbitkan
7. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang memenuhi syarat-syarat sanitasi
8. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD bebas vektor pada wilayah perimeter dan buffer area
9. Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung
10. Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya
11. Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P
12. Jumlah pengadaan sarana prasarana
Sedangkan Indikator dan sasaran KKP Kelas III Bitung tahun 2010-2018 adalah sebagai berikut
Tabel .1
Sasaran, Indikator dan target pelaksanaan
Tahun 2015-2019
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
2015
2016
2017
2018 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Kabupaten/kota
yang melakukan
pemantauan kasus
penyakit berpotensi
kejadian luar biasa
(KLB) dan
melakukan respon
penanggulangan
terhadap sinyal
KLB untuk
mencegah
terjadinya KLB
1. Jumlah alat
angkut sesuai
dengan standar
kekarantinaan
kesehatan
11.200
kapal
12.350
kapal
13.650
kapal
15.000
kapal
16.500
kapal
2. Persentase respon
Sinyal
Kewaspadaan
Dini (SKD), KLB
dan bencana di
wilayah layanan
KKP
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
3. Jumlah deteksi
dini dalam rangka
cegah tangkal
masuk dan
keluarnya
penyakit
170
kegiata
n
180
kegiatan
190
kegiatan
196
kegiatan
200
kegiata
n
4. Jumlah pelayanan
kesehatan pada
situasi khusus
4
Layana
n
4
Layanan
4 Layanan 4 Layanan 4
Layana
n
5. Jumlah
pelabuhan/bandar
a/PLBD yang
mempunyai
kebijakan
kesiapsiagaan
dalam
penanggulangan
kedaruratan
kesehatan
masyarakat yang
berpotensi wabah
1
Pelabu
han
1
Pelabuha
n
1
Pelabuhan
1
Pelabuhan
1
Pelabu
han
LAPORAN KINERJA 2018 Page 11
6. Jumlah
sertifikat/surat
ijin layanan
kesehatan lintas
wilayah yang
diterbitkan
170
sertifik
at
170
sertifikat
170
sertifikat
177
sertifikat
185
sertifik
at
7. Jumlah
pelabuhan/bandar
a/PLBD yang
memenuhi syarat-
syarat sanitasi
7
Pelabu
han
7
Pelabuha
n
7
Pelabuhan
7
Pelabuhan
7
Pelabu
han
2 Meningkatnya
pencegahan dan
pengendalian
penyakit tular
vector dan zoonotic
8. Jumlah
pelabuhan/bandar
a/PLBD bebas
vektor pada
wilayah
perimeter dan
buffer area
7
Pelabu
han
7
Pelabuha
n
7
Pelabuhan
7
Pelabuhan
7
Pelabu
han
3 Menurunnya
penyakit menular
langsung
9. Jumlah orang
yang melakukan
skrining penyakit
menular langsung
1181
Orang
1181
Orang
1181
Orang
1181
Orang
500
Orang
4 Meningkatnya
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
Pada Program
Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
10. Jumlah dokumen
dukungan
manajemen dan
tugas teknis
lainnya
64
Dokum
en
64
Dokume
n
64
Dokumen
64
Dokumen
64
Dokum
en
11. Jumlah
peningkatan
kapasitas SDM
bidang P2P
2 jenis
2 jenis
2 jenis
2 jenis
2 jenis
12. Jumlah
pengadaan sarana
prasarana
19 unit
20 unit
19 unit
19 unit
8 un
it
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja KKP Kelas III Bitung merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan
kinerja antara Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitungb dengan Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik. Perjanjian Kinerja
Ditjen KKP Kelas III Bitung disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam Rencana
Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019. Perjanjian Kinerja merupakan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan telah mendapat persetujuan anggaran. Perjanjian Kinerja KKP Kelas III
Bitung Tahun 2018 telah ditandatangani, didokumentasikan dan ditetapkan setelah turunnya
DIPA dan RKA-KL Tahun 2018 pada tanggal 5 Desember 2017. Target-target kinerja sasaran
kegiatan yang ingin dicapai KKP Kelas III Bitung dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun
2018 adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA 2018 Page 12
Tabel 2
PERJANJIAN KINERJA
TAHUN 2018
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
(1) (2) (3) (4)
1 Kabupaten/kota yang
melakukan pemantauan kasus
penyakit berpotensi kejadian
luar biasa (KLB) dan
melakukan respon
penanggulangan terhadap
sinyal KLB untuk mencegah
terjadinya KLB
1. Jumlah alat angkut sesuai dengan
standar kekarantinaan kesehatan
15.000 kapal
2. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan
Dini (SKD), KLB dan bencana di
wilayah layanan KKP
100 %
3. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah
tangkal masuk dan keluarnya penyakit
196 kegiatan
4. Jumlah pelayanan kesehatan pada
situasi khusus
4 Layanan
5. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang
mempunyai kebijakan kesiapsiagaan
dalam penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang berpotensi
wabah
1 Pelabuhan
6. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan
kesehatan lintas wilayah yang
diterbitkan
177 sertifikat
7. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang
memenuhi syarat-syarat sanitasi
7 Pelabuhan
2 Meningkatnya pencegahan
dan pengendalian penyakit
tular vector dan zoonotic
8. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD
bebas vektor pada wilayah perimeter
dan buffer area
7 Pelabuhan
3 Menurunnya penyakit
menular langsung
9. Jumlah orang yang melakukan skrining
penyakit menular langsung
1181 Orang
4 Meningkatnya Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Pada
Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
10. Jumlah dokumen dukungan manajemen
dan tugas teknis lainnya
64 Dokumen
11. Jumlah peningkatan kapasitas SDM
bidang P2P
2 jenis
12. Jumlah pengadaan sarana prasarana
19 unit
LAPORAN KINERJA 2018 Page 13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Dalam mengukur kinerja program pencegahan dan pengendalian penyakit di tahun2017 terdapat
beberapa sasaran strategis yang tertuang dalam dokumen Rencana Aksi Program P2P tahun
2017. Berikut adalah target dan capaian indikator program pencegahan dan pengendalian
penyakit tahun 2017:
Tabel 4
Pengukuran Kinerja Kegiatan
Tahun2018
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET REAL
(1) (2) (3) (4)
1 Kabupaten/kota yang melakukan
pemantauan kasus penyakit
berpotensi kejadian luar biasa
(KLB) dan melakukan respon
penanggulangan terhadap sinyal
KLB untuk mencegah terjadinya
KLB
13. Jumlah alat angkut sesuai dengan
standar kekarantinaan kesehatan
15.000
kapal
15.000
kapal
14. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan
Dini (SKD), KLB dan bencana di
wilayah layanan KKP
100 %
100 %
15. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah
tangkal masuk dan keluarnya penyakit
196
kegiatan
196
kegiatan
16. Jumlah pelayanan kesehatan pada situasi
khusus
4 Layanan 4 Layanan
17. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang
mempunyai kebijakan kesiapsiagaan
dalam penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang berpotensi
wabah
1
Pelabuhan
1
Pelabuhan
18. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan
kesehatan lintas wilayah yang
diterbitkan
177
sertifikat
177
sertifikat
19. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang
memenuhi syarat-syarat sanitasi
7
Pelabuhan
7
Pelabuhan
2 Meningkatnya pencegahan dan
pengendalian penyakit tular
vector dan zoonotic
20. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD bebas
vektor pada wilayah perimeter dan
buffer area
7
Pelabuhan
7
Pelabuhan
3 Menurunnya penyakit menular
langsung
21. Jumlah orang yang melakukan skrining
penyakit menular langsung
1181
Orang
1181
Orang
4 Meningkatnya Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Pada
Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
22. Jumlah dokumen dukungan manajemen
dan tugas teknis lainnya
64
Dokumen
64
Dokumen
23. Jumlah peningkatan kapasitas SDM
bidang P2P
2 jenis
2 jenis
24. Jumlah pengadaan sarana prasarana
19 unit
19 ni
t
LAPORAN KINERJA 2018 Page 14
Gambaran atas keberhasilan upaya peningkatan pengendalian penyakit sepanjang tahun 2017
digambarkan melalui beberapa indikator yang terkait sasaran strategis di bawah ini:
1. Jumlah alat angkut sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan
a. Pengertian
Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat tinggal sementara yang
memiliki waktu menetap relatif lama adalah kapal laut. Sesuai dengan keadaan tersebut,
serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, maka sanitasi
di kapal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan
kesehatan khususnya manusia di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya.
Menurut Permenkes RI No.2348/Menkes/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan, sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap
faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis
kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal
dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan
Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah, jika kapal
yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate
(SSCC) setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship
Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam masa
waktu enam bulan sekali (WHO, 2007).
Setiap alat angkut yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan adalah alat
angkut yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi standar untuk
diterbitkannya dokumen-dokumen kesehatan yang ada. Dokumen-dokumen kesehatan yang
dimaksud yaitu berupa Port Health Quarantine Clearance (PHQC), SSCEC ( Ship
Sanitation Control Exemption Certificate) atau SSCC (Ship Sanitasion Control Certificate),
sertifikat obat dan peralatan P3K Kapal, Buku Kesehatan Kapal, serta Certificate of
Pratique (COP) untuk alat angkut atau kapal yang berasal dari luar negeri.
Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan adalah
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes RI No.2348/Menkes/XI/2011,
bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit
karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 15
terbatas di wilayah kerja Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak
kesehatan lingkungan.
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui nakhoda kapal
dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya
yang mendukung sanitasi kapal. Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan
lingkungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan
penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan peningkatan sanitasi
kapal menurut permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987 adalah:
1. Meniadakan / menghilangkan sumber penularan penyakit di dalam kapal.
2. Agar kapal tetap bersih sewaktu mau berangkat maupun sedang berlayar.
3. Supaya penumpang maupun ABK senang/nyaman berada didalamnya.
b. Definisi Operasional
Setiap alat angkut yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan adalah alat
angkut yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi standar untuk
diterbitkannya dokumen-dokumen kesehatan yang ada. Dokumen-dokumen kesehatan yang
dimaksud yaitu berupa Port Health Quarantine Clearance (PHQC), SSCEC ( Ship
Sanitation Control Exemption Certificate) atau SSCC (Ship Sanitasion Control Certificate),
sertifikat obat dan peralatan P3K Kapal, Buku Kesehatan Kapal, serta Certificate of
Pratique (COP) untuk alat angkut atau kapal yang berasal dari luar negeri.
c. Rumus Pencapaian
Rumus Capaian Indikator yang digunakan adalah
Keterangan:
= Jumlah alat angkut sesuai standar kekarantinaan kesehatan
d. Capaian Indikator
Adapun kelengkapan dokumen yang dimaksudkan yang harus dimiliki dalam standar
kekarantinaan kesehatan yakni:
LAPORAN KINERJA 2018 Page 16
1. Port Health Quarantine Clearance (PHQC)
Setiap kapal yang akan berlayar kedalam maupun luar negeri diberikan surat ijin
berlayar (SIB). SIB akan diberikan jika memenuhi persyaratan kesehatan seperti SSCEC
yang masih berlaku, buku kesehatan yang valid. Port Health Clearance (PHC) diberikan
kepada setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan kesehatan untuk melakukan
pelayaran, baik kapal dengan tujuan ke dalam negeri maupun kapal yang berangkat ke
luar negeri.
Berikut ini adalah jumlah kapal yang diperiksa baik yang berangkat ke dalam
negeri maupun ke luar negeri selama tahun 2018. Pada tahun 2018 jumlah
keberangkatan kapal sebanyak 26.190 kapal, dengan rincian kapal berangkat ke dalam
negeri sebanayak 26.024 dan ke luar negeri sebanyak 166 kapal. Khusus kapal yang
berasal dari luar negeri, tidak ditemukan kapal yang berasal/ berangkat ke daerah/negara
terjangkit. Dibandingkan dengan tahun 2017 jumlah keberangkatan kapal mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 66,05%. Berikut perbandingan rentang waktu Tahun 2016
sampai dengan 2018 menurut bulan:
Diagram. Perbandingan Penerbitan Dokumen PHC Menurut Bulan
pada Tahun 2016 Sampai dengan 2018
2. SSCEC/SSCC
Sertifikat sanitasi kapal adalah dokumen kapal yang menerangkan kondisi sanitasi
kapal yang bebas tindakan sanitasi atau telah dilakukan tindakan saniatsi yang berlaku
selama 6 bulan. Sertifikat sanitasi kapal terdiri atas :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 17
1. SSCEC (Ship Sanitation Control Exemption Certificate) adalah sertifikat sanitasi
yang diberikan kepada kapal yang telah dilakukan pemeriksaan sanitasi dan
dinyatakan bebas tindakan sanitasi.
2. SSCC (Ship Sanitation Control Certificate) adalah sertifikan sanitasi kapal yang
diberikan kepada kapal yang telah dilakukan tindakan sanitasi sesuai dengan
rekomendasi dalam pemeriksaan sanitasi.
Selama tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan dokumen SSCEC
sebanyak 2.289 sertifikat dan SSCC sebanyak 8 sertifikat, jika dibandingkan dengan
tahun 2017 mengalami peningakatan penerbitan SSCEC maupun SSCC, dimana pada
tahun 2017 tidak terdapat penerbitan SSCC. Berikut perbandingan Penerbitan Dokumen
pada Tahun 2016 sampai dengan 2018:
Diagram. Perbandingan Penerbitan SSCEC dan SSCC Menurut
Bulan pada Tahun 2016 Sampai dengan Tahun 2018
3. Sertifikat Pengawasan Obat dan Peralatan P3K
Kegiatan pengawasan obat/alat P3K kapal dilakukan terhadap semua kapal
yang sandar di Pelabuhan Bitung, bertujuan untuk pemeriksaan ketersediaan obat dan
alat P3K di kapal untuk mengantisipasi adanya kejadian sakit a t a u k e c e l a k a a n
s e l a m a d a l a m per jalanan/berlayar . Jumlah dan jenis obat dan alat
disesuaikan dengan jumlah ABK yang ada. Pada tahun 2018 KKP Kelas III
Bitung telah menerbitkan 1.878 sertifikat pengawasan pengawasan obat/alat P3K kapal.
Mengalami peningkatan sebanyak 40,04% jika dibandingkan dengan periode Tahun
LAPORAN KINERJA 2018 Page 18
2017. Jumlah penerbitan sertifikat pengawasan Obat dan P3K Kapal tertinggi pada bulan
Nopember 2018, selengkapnya dapat dilihat pada Diagram berikut ini:
Diagram. Perbandingan Penerbitan Sertifikat Pengawasan Obat/P3K
Kapal Menurut Bulan pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018
4. Buku Kesehatan Kapal
Setiap kapal yang melakukan pelayaran di wilayah Republik Indonesia wajib
mempunyai buku kesehatan kesehatan kapal (Health Book), sebagai alat koordinasi antar
Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan nakhoda. Apabila dalam pemeriksaan dokumen
kesehatan kapal ditemukan kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan
kapal maupun lembaran buku kesehatan tersebut telah habis, maka diharuskan membuat
buku kesehatan baru yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat
Langkah – langkah penerbitan buku kesehatan kapal :
1. Agent pelayaran membuat surat permohonan kepada Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan untuk penerbitan buku kesehatan kapal baru atau berganti nama serta yang
telah habis atau buku hilang.
2. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan mendisposisikan kepada Kepala Seksi
Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi untuk melakukan pemriksaan
fisik dan dokumen kesehatan pada setiap kapal yang melakukan pelayaran di wilayah
Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 19
3. Bagi kapal baru atau kapal berganti nama, Buku Kesehatan Kapal harus didahului
dengan pemeriksaan fisik kapal serta pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka
penerbitan SSCEC/SSCC.
4. Bagi kapal yang buku kesehatannya habis, Buku Kesehatan Kapal langsungsung
diterbitkan bila dokumen lainnya lengkap dan berlaku.
5. Bagi kapal yang buku kesehatannya hilang, surat permohonan perlu disertai dengan
berita acara kehilangan dari kepolisian setempat.
6. Agent pelayaran menyelesaikan pembayaran
7. Petugas menyerahkan Buku Kesehatan yang telah diisi kepada agent pelayaran
Pada tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan Buku Kesehatan Kapal
sebanyak 799 buku, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017.
Diagram. Perbandingan Penerbitan Buku Kesehatan Kapal pada
Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018
5. Free Pratique
Free Pratique adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada kapal yang datang
dari luar negeri yaitu sertifikat dari otoritas kesehatan pelabuhan (KKP) yang
menyatakan bahwa kapal tersebut tanpa penyakit menular termasuk penyakit karantina
(pes, Yellow fever dan cholera) oleh karena itu kapal diizinkan masuk pelabuhan dan
memungkingkan orang naik dan turun. Dokumen free pratique diberikan jika setelah
pemeriksaan kapal oleh tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan dinyatakan kapal bebas
dari faktor risiko penyakit menular dan penyakit potensial wabah.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 20
Langkah – langkah penerbitan free pratique :
1. Agent pelayaran membuat surat permohonan penerbitan free pratique kepada Kepala
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Surat permohonan disampaikan paling lambat 1 x 24
jam.
2. Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat permohonan penerbitan free
pratique dari agent pelayaran.
3. Dilakukan pemeriksaan kapal ( sebelum dilakukan pemeriksaan diatas kapal, kapal
yg datang dari Luar Negeri wajib mengibarkan bendera Kuning, setelah dilakukan
pemeriksaan oleh petugas KKP dan dinyatakan aman baru bendera kuning
diturunkan)
4. Penerbitan free pratique
Penerbitan dokumen Certificate of Pratique (COP) wajib diberikan kepada kapal
yang datang dari luar negeri, yang bebas dari tindakan karantina sesudah dilaksanakan
pemeriksaan karantina. Selama tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan
sertifikat COP sebanyak 183 sertifikat, terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan
Tahun 2017 yakni sebanyak 5,78%, selengkapnya dapat dilihat pada Diagram berikut ini
Diagram. Perbandingan Penerbitan COP Menurut Bulan pada
Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan, jumlah alat angkut yang sesuai standar
kekarantinaan kesehatan pada tahun 2018 di KKP Kelas III Bitung berjumlah 26.190 dimana
LAPORAN KINERJA 2018 Page 21
mengalami peningkatan dari tahun 2017 yang berjumlah 15.772 dan dapat dilihat
perbandingan pada diagram berikut ini:
Diagram. Jumlah Kapal Sesuai Kekarantinaan Kesehatan pada Tahun 2016 sampai
dengan 2018
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan
sebesar 66,05% pada tahun 2018 dibandingkan dari tahun 2017
e. Analisis Capaian Indikator
Penetapan Bitung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh pemerintah dalam
PP No. 32 Tahun 2014 serta berdasarkan pengertian dari KEK menurut UU No. 39 Tahun
2009 dimana KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu yang memiliki letak yang
strategis dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian menjadi factor peningkatan jumlah kunjungan alat
transportasi ke daerah Bitung dalam hal ini jumlah kunjungan kapal.
f. Kebijakan
Pemeriksaan kapal yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan dilakukan
berdasarkan surat permohonan yang diajukan oleh perusahan pelayaran/agen yang meliputi
pemeriksaan kondisi sanitasi kapal, kualitas air bersih, kondisi kesehatan ABK dan
penumpang, kelengkapan dokomen, daftar obat P3K dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 22
secara rutin setiap bulan dengan melibatkan seluruh tenaga di seksi Pengendalian Karantina
dan Surveilans Epidemiologi berkerja sama dengan seksi Pengendalian PRL dan Kesehatan
Lintas Wilayah
g. Permasalahan
1. Kurangnya tenaga ahli dalam melakukan pemeriksaan
2. Keterbatasan alat bantu untuk melakukan pemeriksaan.
3. Keterbatasan pegawai yang melakukan pemeriksaan.
h. Pemecahan Masalah
1. Melakukan pelatihan kepada petugas agar terampil
2. Melakukan kordinasi terkait pengadaan pegawai untuk keperluan dalam melakukan
kegiatan penerbitan dokumen buku kesehatan
3. Berkoordinasi dalam mengajukan penambahan pegawai dan tenaga kontrak.
2. Persentase Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP
Persentase Respon sinyal kewaspadaan dini (SKD) meliputi SKD terhadap kasus penyakit
potensial wabah di wilayah kerja dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit.
a. Sistem Kewaspadaan Dini terhadap Penyakit Potensial Wabah di Wilayah Kerja
a. Pengertian
System kewaspadaan dini penyakit potensial wabah merupakan kewaspadaan
terhadap penyakit-penyakit potensial wabah beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya
pencegahan dan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat.
b. Definisi operasional
Sistem Kewaspadaa Dini penyakit potensial wabah yang dimaksudkan yakni
kegiatan yang dilaksanakan dengan cara pengumpulan data kasus penyakit
potensial wabah dari sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja KKP kelas III
Bitung yang meliputi 6 Wilker dan Kantor Induk, yang ada di Wilayah Kerja
Pelabuhan Bitung. Berdasarkan dengan pelaporan yang dilakukan di puskesmas
LAPORAN KINERJA 2018 Page 23
daerah wilayah kerja dan kantor induk, maka data yang diambil mengacu mengacu
pada pengambilan laporan wabah pada wilayah kerja setempat.
c. Rumus/ cara perhitungan
d. Capaian Indikator
System kewaspadaan dini terhadap penyakit potensial wabah dilakukan pada setiap
bulan dengan melakukan pengumpulan data bulanan laporan wabah pada
puskesmas wilayah kerja KKP Kelas III Bitung. Berdasarkan informasi yang
didapati, pada tahun 2018 tidak ditemukan adanya penyakit karantina. Jumlah kasus
penyakit potensial wabah yang dilaporkan meliputi ISPA, Diare, Malaria dan
Demam Berdarah Dengue dengan terdapat total 318 kasus. Berikut grafik jumlah
kasus yang dilaporkan:
Diagram. Distribusi Penyakit Potensial Wabah Menurut Bulan
pada Tahun 2016 sampai dengan 2018
e. Analisis Capaian Indikator
Perubahan Iklim berpengaruh pada penyebaran penyakit dimana degradasi lahan
dan ekosistem dapat berpengaruh pada penyebaran vector penyakit.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yakni melakukan kordinasi lintas
sektoral dengan dinas setempat
g. Masalah
Kurangnya koordinasi jejaring surveilans
LAPORAN KINERJA 2018 Page 24
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
2). Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
a. Pengertian
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan kejadian dantimbulnya penderita atau kematian
baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
b. Definisi operasional
Melakukan penanggulangan KLB pada wilayah kerja yang mengalami kejadian
KLB berdasarkan laporan yang masuk dari wilayah kerja.
c. Rumus/ cara perhitungan
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2018 tidak terdapatnya laporan terkait Kejadian Luar Biasa, namun
adanya laporan kasus flu burung (H5N1) di wilayah kerja dari KKP Bitung yakni
di kecamatan Belang kabupaten Minahasa Tenggara, namun setelah di investigasi
benar adanya kasus tersebut tapi sebatas pada hewan sebagai tempat berdiamnya
virus tersebut atau belum terdapat suspect yaitu tertular pada manusia. Sehingga
hal-hal sebagai bentuk pencegahan dilakukan diantaranya penyuluhan berupa
edukasi kepada masyarakat sekitar.
e. Analisis Capaian Indikator
Perubahan Iklim berpengaruh pada penyebaran penyakit dimana degradasi lahan
dan ekosistem dapat berpengaruh pada penyebaran vector penyakit.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan terkait kasus KLB yang ditemukan yaitu
dengan melakukan kegiatan Penyelidikan epidemiologi, pengendalian vektor
penyebab penyakit dalam hal ini dilakukan fogging bersama dengan sie. PRL
serta diadakan penyuluhan kepada masyarakat setempat.
g. Masalah
- Pengetahuan dan ketrampilan petugas masih kurang
- Alat dan bahan pendukung kegiatan masih terbatas
LAPORAN KINERJA 2018 Page 25
- Kurang koperatifnya petugas di instansi terkait dalam memberikan data
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
3. Jumlah Deteksi Dini Dalam Rangka Cegah Tangkal Masuk dan Keluarnya
a. Pengertian
Deteksi dini penyakit karantina dan penyakit potensial wabah adalah upaya
identifikasi sedini mungkin terhadap kemungkinan adanya penderita/tersangka
menderita penyakit karantina maupun penyakit menular potensial wabah pada
penumpang/crew yang datang dari luar dan dalam negeri.
b. Defenisi Operasional
Secara Operasional penyelenggaraan deteksi dini meliputi Alat Angkut,
Manusia dan Barang yang berpotensi menyebabkan penyakit karantina dan penyakit
potensia wabah yang dilakukan pemeriksaan sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku.
c. Rumus Pencapaian
Rumus Capaian Indikator yang digunakan adalah semua kapal yang datang dari
negara/daerah tidak terjangkit (sehat) yang dilakukan deteksi dini (pemeriksaan
dalam karantina).
Jumlah Kapal yang dilakukan Deteksi dini dalam rangka cegah tangkal
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2018 jumlah kapal yang dilakukan deteksi dini dalam rangka cegah
tangkal masuk dan keluarnya penyakit adalah 349 sertifikat
Dengan Rincian :
1) Kegiatan Pemeriksaan Kedatangan (COP) kapal Total 183
2) Kegiatan Pemeriksaan Keberangkatan (PHQC) kapal Total 166
Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, kegiatan deteksi dini terjadi
peningktan hal ini disebabkan karena jumlah kedatangan dan keberangkatan kapal
yang juga mengalami peningkatan, dengan rincian :
1) Kegiatan Pemeriksaan Kedatangan (COP) kapal Total 346 sertifikat
LAPORAN KINERJA 2018 Page 26
2) Kegiatan Pemeriksaan Keberangkatan (PHQC) kapal Total 346 sertifikat
Berikut data kegiatan deteksi dini dalam rangka cegah tangkal masuk dan
keluarnya penyakit:
Diagram. Perbandingan Kegiatan Deteksi Dini Masuk Keluarnya Penyakit
pada Kapal
e. Kebijakan
Setiap kedatangan dan keberangkatan kapal wajib dilakukan deteksi dini oleh
Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam rangka cegah tangkal masuk keluarnya penyakit.
Kapal tidak diperkenankan melakukan aktivitas apapun sebelum petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan melakukan pemeriksaan dan diterbitkan sertifikat yang
menyatakan kapal tersebut layak untuk masuk maupun keluar.
f. Masalah
Permasalahan yang sering dijumpai pada saat kegiatan deteksi dini
pemeriksaan kapal dalam rangka cegah tangkal masuk keluarnya penyakit adalah
sebagai berikut :
1. Minimnya peralatan yang ada untuk melakukan deteksi dini
2. Masalah komunikasi atau penguasaan bahasa
3. Sarana penunjang yang ada belum memadai
g. Pemecahan Masalah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 27
Berdasarkan masalah yang timbul tersebut, maka KKP Kelas III Bitung
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Asanya peralatan untuk membantu petugas daam rangka deteksi dini penyakit
b) Melaksanakan koordinasi dengan pihak keagenan kapal
4. Indikator Jumlah Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus
a. Pengertian
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan berperan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan situasi khusus pada fasilitas kesehatan yang ada pada bandar
udara, pelabuhan dan pos lintas batas negara yang diperlukan pada jalur angkutan
perayaan Lebaran juga Natal dan Tahun Baru.
Selain itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai unit pelaksana khusus di
Pelabuhan Laut maupun Bandar Udara bertanggung jawab untuk melakukan
penyelenggaraan kesehatan haji. Berkaitan dengan pelayanan penyelenggaraan
kesehatan haji, Menteri kesehatan berkewajiban melakukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan ibadah haji dan kewaspadaan terhadap penularan penyakit
yang terbawa oleh jamaah haji/umroh.
b. Definisi operasional
Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus terdiri dari Pelayanan Kesehatan pada
Situasi Khusus Mudik Lebaran, Perayaan Natal dan Tahun Baru, Embarkasi Haji,
dan Debarkasi Haji.
c. Rumus/ cara perhitungan
d. Capaian Indikator
Indikator capaian Jumlah Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus adalah 4
layanan yang terdiri dari Layanan Situasi Khusus Posko Mudik Lebaran 2018,
Posko Perayaan Nataru 2018, Embarkasi Haji 2018, dan Debarkasi Haji 2018
mencapai 100 % dari target yang diharapkan sebesar 4 layanan.
Indikator capaian kegiatan pada tahun 2018 :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 28
e. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu ;
Persiapan berupa ;
- alat dan bahan
- tenaga medis
- Ambulance
Pelaksanaan ;
- Melakukan pengawasan lalu lintas penumpang pada Posko Lebaran dan
- Posko Nataru.
- Pelayanan kesehatan dan rujukan pada Posko Lebaran dan Posko Nataru.
- Pengawasan Embarkasi Haji dan Debarkasi Haji
Pelaporan ;
- Pencatatan
- Evaluasi
- Rencana tindak lanjut / follow up
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
- Persiapan alat dan bahan
- Membangun komitmen dengan dinas kesehatan, otoritas pelabuhan/bandara
dan Instansi terkait
- Sosialisasi
- Monitoring secara berkala.
f. Masalah
Tenaga dan sarana prasarana dalam melakukan layanan situasi khusus yang masih
perlu ditingkatkan. Juga koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang
belum maksimal.
g. Usul pemecahan masalah
Perencanaan yang tepat dan berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak yang
terkait.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 29
4. Jumlah Pelabuhan/Bandara/PLBD yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan
dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
a. Pengertian
Kebijakan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi
wabah merupakan suatu langkah yang di lakukan untuk menanggulangi kejadian
kkm yang trjadi serta mencegah untuk tidak meluasnya kejadian tersebut.
b. Definisi Operasional
Secara operasional kegiatan yang dimaksudkan berupa penanggulangan apabila
terjadinya suatu kejadian kkm di pelabuhan induk sehingga kegiatan tersebut dapat
ditanggulangi dan tidak meluas ke daerah-daerah yang lain.
c. Rumus Capaian
Ket:
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2018 di KKP Kelas III Bitung terdapat 1 kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka untuk kebijakan terhadap penanggulangan KKM yakni kegiatan
Rencana Kontijensi Wilker Amurang.
e. Kebijakan
adapun kebijakan yang dihasilkan dari kegiatan ini bertujuan untuk Pelabuhan
Bitung yang sehat dalam rangka mencegah menanggulangi terjadinya kkm serta
mencegahnya segala potensi penyebaran penyakit, gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat. Kebijakan yang dihasilkan teruang dalam bentuk tim gerak
cepat.
f. Permaslahan
Pada umumnya sumber daya manusia yang terampil dalam pembentukan tim masih
kurang.
g. Pemecahan Masalah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 30
Pelatihan dapat meningkatkan keterampilan dari SDM yang dimaksudkan
5. Jumlah Sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah
a. Pengertian
Sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah merupakan ijin yang diberikan
terhadap suatu keadaan yang melalui proses pemeriksaan petugas terkait.
b. Definisi Operasional
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan terhadap objek maupun subjek melalui
prosedur yang ada sampai dinyatakan layak untuk diterbitkannya sertifikat yang
dimaksudkan. Adapun dokumen-dokumen yang dimaksudkan terdiri dari:
1. ICV
2. Orang Sakit
3. Ijin Angkut Jenazah
4. Surat Keterangan Berbadan Sehat
c. Rumus Capaian
Ket:
X= Sertifikat/ijin layanan kesehatan lintas wilayah
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2018 terdapat total 334 Sertifikat yang diterbitkan dari layanan kesehatan
lintas wilayah. Berikut distribusi:
Diagram. Distribusi Pemberian Sertifikat/surat ijin Layanan Kesehatan Lintas
Wilayah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 31
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat dimana ICV menjadi persentasi
terbanyak dari total keseluruhan sertifikat. Berdasarkan target pada perjanjian
kinerja, sertifikat/surat ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah ditargetkan sejumlah
177 sertifikat. Pada realisasi selama tahun 2018, total sudah melebihi target yang
ditetapkan.
e. Kebijakan
Dalam rangka penerbitan sertifikat/ijin layanan kesehatan lintas wilayah, pemohon
atau subjek dilakukan kegiatan pemeriksaan maupun tidakan fisik serta melihat hasil
dari tindakan tersebut dan menerbitkan sertifikat/ijin yang dimaksud.
f. Permasalahan
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut seringkali menemui kendala terhadap SDM
pada bidang kesehatan lintas wilayah yang melakukan pemeriksaan, dimana
terkadang yang datang bermohon dalam jumlah yang banyak sementara SDM yang
ada terbatas
g. Pemecahan Masalah
Melakukan kordinasi dengan bagian kepegawaian terkait penambahan jumlah SDM.
6. Jumlah Pelabuhan / bandara / PLBD yang memenuhi syarat-syarat sanitasi
LAPORAN KINERJA 2018 Page 32
1. Pengawasan Sarana Penyediaan Air Bersih
Kegiatan pengawasan air yang dilakukan di wilayah Pelabuhan Bitung meliputi sarana
fisik hydran dan kualitas air secara fisik, kimia dan bakteriologis. Uraian kegiatan ini
dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Pengawasan Sarana PAB
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Diagram pengawasan sarana PAB yaitu Hydran, dilaksanakan dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember pada tahun 2018 dengan total jumlah sarana sebanyak 96 hydran
atau rata-rata 8 hydran diperiksa setiap bulan. Adapun rincian hydran yang diperiksa
yaitu hydran di Pelabuhan Bitung, satu hydran di Pelabuhan Kema, satu hydran di
Pelabuhan Amurang, satu hydran di Pelabuhan Belang, satu hydran di Pelabuhan
Kotabunan, satu hydran di Pelabuhan Labuan Uki dan satu hydran di Pelabuhan
Molibagu. Dari hasil pemeriksaan diatas seluruh hydran dalam keadaan baik dan masih
memenuhi syarat kesehatan artinya tingkat risiko pencemaran pada hydran rendah.
Selanjutnya gambaran kegiatan pemeriksaan kualitas air di KKP Bitung dapat dilihat
pada diagram dibawah ini :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 33
Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Pemeriksaan Kualitas Kimia Air
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 34
Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa kegiatan pemeriksaan sampel air pada bulan
Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018. Dengan jumlah total sampel yang
diperiksa yaitu 28 sampel dengan rincian tujuh sampel dengan pemeriksaan fisika,
LAPORAN KINERJA 2018 Page 35
sembilan sampel dengan dengan pemeriksaan kimia dan 12 sampel dengan pemeriksaan
bakteriologis. Sampel akan dikirim dan diperiksa oleh BTKL PP Kelas I Manado.
Adapun hasil dari pemeriksaan tersebut yaitu, tujuh sampel yang diperiksa secara fisika
semuanya memenuhi syarat, sembilan sampel yang diperiksa secara kimia semuanya
memenuhi syarat, dua sampel yang diperiksa secara bakteriologis memenuhi syarat 10
sampel yang diperiksa secara bakteriologis tidak memenuhi syarat. Hasil pemeriksaan
akan diberikan kepada instansi yang bersangkutan atau kepada tempat atau lokasi yang
dijadikan tempat pengambilan sampel, apabila terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat
maka akan ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran sesuai dengan
masalah atau parameter yang tidak memenuhi syarat.
Selain itu juga pemeriksaan air secara fisik dilakukan saat pemeriksaan kapal dalam
rangka penerbitan SSCEC/ SSCC, parameter yang diperiksa hanya warna, rasa dan bau.
Adapun sampel air yang diperiksa secara fisika selama tahun 2018 sebanyak 2.301
sampel, dengan rincian 372 kapal dari Pelabuhan Bitung, 1.489 kapal dari Pelabuhan
Perikanan Samudera Bitung, 74 kapal dari Pelabuhan Kema, 49 kapal dari Pelabuhan
Amurang, 197 kapal dari Pelabuhan Belang, 10 kapal dari Pelabuhan Kotabunan, 79
kapal dari Pelabuhan Labuan Uki dan 31 kapal dari Pelabuhan Molibagu.
2. Pengawasan makanan/minuman
a. Pengertian
Pengamanan makanan dan minuman merupakan upaya melindungi makanan dan
minuman yang meliputi pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan
makanan , penyajian dan pengangkutan dari kemungkinan tercemar oleh bahan bahan
kontaminan. Tempat pengelolaan Makanan sangat rentan terkontaminasi dengan
bakteri dan zat kimia beracun lainnya. Oleh sebab itu pengawasan terhadap Tempat
pengolahan makanan di wilayah pelabuhan harus dilakukan agar tidak terjadi
kejadian keracunan makanan.
b. Devinisi operasional
Rumah makan merupakan tempat pengolahan makanan yang memproduksi dan
menjual berbagai jenis makanan dan minuman bagi masyarakat luas yang cenderung
berkembang pesat.
Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan diperlukan upaya penyehatan
makanan dan minuman dengan tujuan agar kemampuan masyarakat dalam mengelola
dapat meningkat sehingga masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan atau
LAPORAN KINERJA 2018 Page 36
penyakit bawaan makanan/keracunan makanan. Salah satu upaya penyehatan
makanan dan minuman yang dilakukan adalah pengawasan tempat pengolahan
makanan.
c. Rumus/ cara perhitungan
Pemeriksaan menggunakan formulir pemeriksaan inspeksi tempat pengolahan
makanan
kVariabel/ Komponen yang dinilai BOBOT X NILAI = SCORE
Ket : 0 – 699 = Tidak memenuhi syarat
700 – 1000 = Memenuhi syarat
d. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu pengawasan infeksi sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan dan monitoring secara berkala untuk menjaga kualitas dari
Tempat Pengolahan Makanan tersebut.
Pengawasan TPM
Kegiatan pengawasan makanan/minuman di wilayah Pelabuhan Bitung dapat dilihat
pada gambar berikut.
Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan/Minuman
KKP Kelas III Bitung Triwulan III Tahun 2018
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan pemeriksaan Tempat Pengolahan
Makanan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 sebanyak
160 Tempat Pengolahan Makanan atau rata-rata 13 Tempat Pengolahan Makanan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 37
yang diperiksa setiap bulannya. Dari 160 Tempat Pengolahan Makanan tersebut
seluruhnya memenuhi syarat atau layak dalam melakukan aktifitas pengolahan
makanan. Adapun rincian Tempat Pengolahan Makanan yang diperiksa adalah
sebagai berikut, 88 Tempat Pengolahan Makanan dari wilayah kerja Pelabuhan
Bitung, 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Kema, 12 Tempat Pengolahan
Makanan dari Wilker Amurang, 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Belang,
12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Kotabunan, 12 Tempat Pengolahan
Makanan dari Wilker Labuan Uki dan 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker
Molibagu.
Selanjutnya gambaran kegiatan pemeriksaan sampel makanan/ minuman di KKP
Bitung dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Pemeriksaan Sampel Makanan/ Minuman
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 38
Pemeriksaan Usap Alat Makanan/ Minuman
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Dari gambar diatas pemeriksaan sampel makanan pada bulan Januari sampai dengan
bulan Desember tahun 2018. Dengan jumlah total sampel makanan yang diperiksa
sebanyak 71 sampel makanan. Pemeriksaan sampel makanan ini diperiksa di
Laboratorium milik BTKL PP Kelas I Manado. Adapun hasil dari pemeriksaan
sampel makanan tersebut yaitu, 43 sampel memenuhi syarat dan 28 sampel tidak
memenuhi syarat.
Untuk pemeriksaan usap alat dilakukan hanya pada bulan Desember dengan jumlah
total enam sampel, dari enam sampel, dua sampel memenuhi syarat dan empat sampel
tidak memenuhi syarat.
Hasil pemeriksaan akan diberikan kepada rumah makan yang dijadikan tempat
pengambilan sampel makanan tersebut, apabila terdapat hasil hasil yang tidak
memenuhi syarat maka akan ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran
sesuai dari hasil pemeriksaan sampel makanan tersebut.
e. Pengawasan bangunan, industri dan perkantoran
Kegiatan pengawasan bangunan, industri dan perkantoran di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas III Bitung dapat dilihat pada gambar berikut.
Hygiene Sanitasi Gedung dan Bangunan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 39
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan hygiene santasi gedung dan
bangunan perkantoran ini dilaksanakan setiap bulan pada bulan Januari sampai dengan
bulan Desember di tahun 2018 dengan jumlah keseluruhan pengawasan mencapai 216
bangunan yang diperiksa atau rata-rata bangunan yang diperiksa setiap bulannya
mencapai 18 bangunan.
Dari hasil pemeriksaan hygiene sanitasi gedung dan bangunan perkantoran di KKP
Bitung bahwa dari 180 bangunan yang diperiksa seluruhnya masih memenuhi syarat dan
masih layak untuk digunakan. Adapun gedung dan bangunan perkantoran yang diperiksa
meliputi : PT. Pelindo, Kantor Bea dan Cukai, KPLP, Karantina Hewan dan Tumbuhan,
KSOP, KP3, PPS, Kantor Imigrasi, PT. IKI, PT. MNS, PT. Makmur, PT Sari Tuna
Makmur, PT Pelni dan masih banyak lagi.
f. Pengawasan pencemaran udara dan air
Kegiatan pengamanan limbah udara dan radiasi di wilayah kerja Pelabuhan Bitung dapat
dilihat pada gambar berikut.
Pengawasan Pencemaran Udara
KKP Kelas III Bitung Triwulan III Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 41
Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan kualitas udara yang dilakukan
selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 sebanyak dua sampel
udara. Dua sampel tersebut diperiksa pada bulan Agustus. Dari dua sampel yang
diperiksa semuanya memenuhi syarat kesehatan.
Untuk pengawasan kebisingan jumlah sampel yang diperiksa pada tahun 2018 sebanyak
dua sampel. Dua sampel tersebut diperiksa pada bulan Agustus. Dari dua sampel yang
diperiksa semuanya memenuhi syarat kesehatan.
Adapun titik yang dijadikan tempat pengambilan sampel pengawasan udara dan sampel
pengawasan kebisingan yaitu, pos masuk Pelabuhan Bitung, pos keluar Pelabuhan
Bitung, pos masuk dermaga empat Pelabuhan Bitung dan di depan kantor VTS (Vessel
Traffic Services) Bitung.
Pengwasan pencemaran udara dilakukan adalah salah satu bentuk upaya pengendalian
risiko lingkungan khususnya diwilayah Pelabuhan Bitung dilakukan sehubungan dengan
adanya pembangunan kawasan industri dalam rangka percepatan pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus di wilayah ini.
Untuk kegiatan pengawasan air limbah perusahaan di wilayah kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Bitung dapat dilihat pada gambar berikut.
Pengawasan Pencemaran Air Limbah
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 42
Dari gambar diatas pengawasan pencemaran air limbah di wilayah kerja Pelabuhan
Bitung selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 menunjukkan
bahwa total sampel air limbah yang diperiksa sebanyak 11 sampel air limbah. Adapun
sampel air limbah yang diperiksa barasal dari PT. Perikani Nusantara (dua sampel inlet
dan outlet), PT. Samudera Mandiri Sentosa (satu sampel outlet) dan PT. Sari Tuna
Makmur (dua sampel inlet dan outlet). Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang berada pada wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Bitung. Dan perusahaan-perusahaan tersebut membuang air limbah yang sudah diolah ke
badan air laut yang dapat berisiko mencemari lingkungan khususnya air laut.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan sampel yang di rujuk ke BTKL PP Kelas I Manado,
dari 11 sampel air limbah yang diperiksa, enam sampel memenuhi syarat kesehatan,
artinya risiko pencemaran terhadap lingkungan khususnya air laut sangat rendah dan lima
sampel tidak memenuhi syarat kesehatan, artinya risiko tingkat pencemaran tinggi
terhadap lingkungan khususnya air laut.
Hasil pemeriksaan air limbah tersebut akan diberikan kepada instansi atau perusahaan
yang bersangkutan, apabila terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat maka akan
ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran sesuai dengan masalah atau
parameter yang tidak memenuhi syarat.
g. Hygiene sanitasi alat angkut
a. Pengertian
LAPORAN KINERJA 2018 Page 43
Sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap fakor lingkungan di kapal
untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. (Permenkes No.530/menkes/per/VII/1987)
Kapal termasuk salah satu faktor risiko yang dapat menjadi sumber penularan
penyakit menular atau kontaminasi termasuk vektor dan reservoir. Hal ini sejalan
dengan amanat International Health Regulation (IHR) 2005 pada pasal 22 ayat 1 point
(a) yang berbunyi,”Pihak yang berkompeten harus bertanggung jawab atas
pemantauan bagasi, kargo, peti kemas, alat angkut, barang, paket pos dan jenazah
yang berangkat dari wilayah terjangkit, guna menjaga kondisi sedemikian rupa
sehingga bebas dari sumber penyakit menular atau kontaminasi, termasuk vektor dan
reservoir”, sehingga diperlukan adanya pengawasan dan pemeriksaan hygiene sanitasi
kapal.
b. Definisi operasional
Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang maupun kapal
barang. Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk penerbitan sertifikat sanitasi
guna memperoleh Surat izin kesehatan berlayar. Hasil pemeriksaan dinyatakan
beresiko tinggi atau rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan resiko tinggi maka
diterbitkan Ship Sanitation Control Sertificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan
sanitasi, dan apabila factor resiko rendah diterbitkan Ship Sanitation exemption
Control Sertificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam waktu enam bulan
sekali.
Kegiatan pengawasan sanitasi kapal di wilayah kerja Pelabuhan Bitung dapat dilihat
pada gambar berikut.
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Bitung Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 44
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Tahun 2018
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Kema Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 45
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Amurang Tahun 2018
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Belang Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 46
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Kotabunan Triwulan III Tahun 2018
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Labuan Uki Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 47
Pengawasan Sanitasi Kapal
Pelabuhan Molibagu Tahun 2018
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa kegiatan sanitasi kapal dilaksanakan dari
bulan Januari sampai dengan bulan Desember pada tahun 2018 sebanyak 2.301 kapal,
dengan rincian sebagai berikut, 372 kapal dari Pelabuhan Bitung, 1.489 kapal dari
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, 74 kapal dari Pelabuhan Kema, 49 kapal dari
Pelabuhan Amurang, 197 kapal dari Pelabuhan Belang, 10 kapal dari Pelabuhan
Kotabunan, 79 kapal dari Pelabuhan Labuan Uki dan 31 kapal dari Pelabuhan
Molibagu.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 48
Dari hasil pemeriksaan sanitasi kapal tersebut terdapat delapan kapal yang tidak
memenuhi syarat, artinya kapal dalam kondisi kurang baik atau tidak layak untuk
berlayar sehingga kapal tersebut harus diambil tindakan dengan cara melakukan
penyehatan kapal terlebih dahulu, baru dapat melakukan aktifitas kapal
sepertibiasanya.
Dan apabila terdapat kapal yang tidak memenuhi syarat atau kapal tersebut tidak
dalam kondisi baik, maka KKP Bitung akan merekomendasikan kapal tersebut untuk
dilakukan tindakan penyehatan kapal terlebih dahulu agar kapal tersebut bisa
melakukan aktifitas sepertbiasanya, untuk tindakan penyehatan kapal dlakukan oleh
pihak ketiga atau Badan Usaha Swasta (BUS) yang sudah melakukan kerjasama oleh
KKP Bitung.
Hal ini dilakukan untuk menekan angka penyebaran penyakit yang ditularkan oleh
vektor atau binatang pembawa penyakit lainnya.
Untuk tindakan penyehatan kapal.
7. Jumlah Pelabuhan / bandara / PLBD bebas vektor pada wilayah perimeter dan
buffer area
1. Pengendalian vektor pes
a. Pengertian
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah serta
upaya menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit
tular vektor dapat dicegah. Adapun vektor penyakit Pes adalah tikus sebagai host dan
pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Tujuan pengendalian tikus adalah menjamin
bebasnya masyarakat dilingkungan pelabuhan dari ganggunan kehidupan tikus dalam
rangka upaya pencegahan penyakit menular dan kerugian - kerugian lain yang
ditimbulkan oleh tikus.
b. Definisi operasional
Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia dari perilaku dan
keberadaannya kotor, dapat pula menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti Pes,
Salmonelosis, Leptospirosis dan Murin typhus. Ditinjau dari nilai estetika,
LAPORAN KINERJA 2018 Page 49
keberadaan tikus akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh
dan lembab. Keberadaan tikus dan pinjal di perimeter area dalam wilayah pelabuhan
di tentukan oleh bila Indeks pinjal = 0 dan wilayah buffer area Indeks pinjal < 1
menyatakan bahwa daerah tersebut bebas dari vektor Pes.Tetapi apabila dalam
kegiatan identifikasi tikus terdapat Indeks Pinjal > 1 maka segera dilakukan
pemberantasan.
c. Rumus/ cara perhitungan
Indeks Pinjal = Jumlah Pinjal Yang ditemukan__
jumlah pinjal yang ditangkap
d. Capaian Indikator
Indikator capaian kegiatan selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember pada
tahun 2018.
Pengendalian tikus yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember yaitu dengan cara mekanik. Jumlah perangkap yang dipasang sebanyak
19.032 perangkap atau rata-rata 1.586 per bulan dan total tikus tertangkap selama
bulan Januari sampai dengan bulan Oktober sebanyak 143 ekor atau rata-rata 11 ekor
tikus tertangkap setiap bulannya. Diperoleh indeks pinjal pada tahun 2018 sebesar 0
artinya masih memenuhi syarat dan belum diperlukan tindak lanjut/ pemberantasan.
Kegiatan Pengendalian Tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung
dilaksanakan dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit pes yang bisa masuk
melalui lalu lintas laut baik antar daerah yang berada di Indonesia maupun antar
negara. Adapun uraian kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut.
Pemberantasan Tikus
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
LAPORAN KINERJA 2018 Page 50
Indeks Pinjal
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
e. Analisa pencapaian
Pada dasarnya indeks pinjal pada tahun 2018 masih memenuhi syarat dan belum
diperlukan tindak lanjut atau pemberantasan. Umumnya spesies tikus yang tertangkap
seperti Rattus norvegicus (tikus got), Ratus ratus (tikus rumah) dan Rattus
argentiventer (tikus sawah).
LAPORAN KINERJA 2018 Page 51
Hal ini disebabkan karena faktor teknis seperti suhu dan kelembaban, suhu dan
kelembaban pada area perimeter dan buffer tidak mendukung pinjal untuk
berkembang biak sehingga siklus hidup pinjal tidak berjalan dengan baik.
Selain itu hygiene sanitasi pada area perimeter dan buffer pada pelabuhan sudah
mengalami peningkatan yang baik sehingga indeks pinjal menjadi stabil selama tahun
2018.
Selain itu sudah adanya koordinasi antara petugas KKP dan pihak pengelola
pelabuhan untuk menjaga kebersihan pada area pelabuhan.
Dari capaian diatas bahwa kegiatan pemberantasan tikus sudah melebihi target,
artinya kegiatan ini dianggap berhasil karena adanya kerjasama yang baik antar
sesama pegawai khususnya pegawai yang berada pada seksi PRL dan KLW.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pemasangan
perangkap, pemeriksaan tikus, identifikasi pinjal dan pemberantasan tikus.
g. Masalah
Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan
kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan
pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
2. Pengendalian vektor DBD
a. Pengertian
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah serta
upaya menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit
melalui vektor dapat dicegah.Adapun vektor penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah nyamuk Aedes aegypthy. Populasi nyamuk Aedes Aegypti, baik
stadium larva maupun stadium dewasa dapat diketahui melalui kegiatan pemetaan
LAPORAN KINERJA 2018 Page 52
termasuk perhitungan indeks, pengamatan dan apabila ditemukan House Indeks (HI)
perimeter area > 0% dan buffer area > 1% maka akan dilakukan pemberantasan.
b. Definisi operasional
Menghitung HI dan CI dan BI selanjutnya dituangkan ke dalam laporan.
Apabila indeks larva >0% untuk daerah perimeter dan >1% untuk daerah buffer,
maka direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.
c. Rumus/ cara perhitungan
- House Indeks
- Container Indeks
d. Capaian Indikator
Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun
2018
- HI daerah perimeter 0,59 % (HI = 0%)
- HI daerah buffer 1,76 % (HI < 1%)
- CI daerah perimeter 0,88 % (CI =0% )
- CI daerah buffer 1 % (CI <1% )
Kegiatan Pengendalian Nyamuk Aedes aegypthy dimulai dengan kegiatan survey
bangunan dan kontainer sebagai lokasi perindukan nyamuk pada area perimeter dan
area buffer.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 53
Jumlah Bangunan Diperiksa
KKP Kelas III Bitung 2018
Berdasarkan diagram diatas, jumlah bangunan yang diperiksa pada area perimeter
selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 sebanyak 3.388
bangunan atau rata-rata pemeriksaan setiap bulannya sebanyak 282 bangunan. Untuk
area buffer bangunan diperiksa sebanyak 38.053 bangunan atau rata-rata pemeriksaan
setiap bulannya sebanyak 3.171 bangunan. Pada saat pemetaan telah dilakukan
pengurangan bangunan yang akan disurvey pada area perimeter dan buffer, karena
pada tahun lalu dinilai terlalu luas bangunan yang disurvey pada area perimeter dan
buffer.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 54
Jumlah Kontainer Diperiksa
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Jumlah kontainer yang diperiksa pada area perimeter pada tahun 2018 sebanyak
7.037 kontainer atau rata-rata kontainer yang diperiksa sebanyak 586 per bulan.
Untuk area buffer kontainer yang diperiksa sebanyak 58.279 kontainer atau rata-rata
kontainer yang diperiksa sebanyak 4.856 per bulan. Untuk pemeriksaan kontainer
terdapat banyak kontainer yang berada diluar ruangan atau bangunan. Pada saat
pemetaan telah dilakukan pengurangan bangunan yang disurvey pada area perimeter
dan buffer, sehingga jumlah kontainer yang diperiksapun menjadi berkurang atau
lebih sedikit mengingat pada tahun lalu dinilai terlalu luas bangunan yang disurvey
pada area perimeter dan buffer.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 55
House Index
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Survey jentik yang dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember
tahun 2018 menunjukkan populasi nyamuk Aedes aegypthy sebagai indikator
penyakit demam berdarah dalam status waspada, karena rata-rata House Index (HI)
pada daerah perimeter 0,59%. Dan untuk daerah buffer 1,76%. Dari data diatas
menunjukkan bahwa capaian pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember
tahun 2018 sudah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 0 untuk area
perimeter dan 1 untuk area buffer.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 56
Container Index
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Untuk pemeriksaan kontainer index pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun 2018 pada daerah perimeter rata-rata yang didapat sebesar 0,88%.
Dan untuk daerah buffer rata-rata yang didapat sebesar 1%. Dari data diatas
menunjukkan bahwa capaian pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember
tahun 2018 sudah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 0 untuk area
perimeter dan 1 untuk area buffer.
e. Analisia capaian
Dari data diatas nilai House Index dan Container Index sudah melebihi nilai ambang
batas hal ini disebabkan karena tingkat curah hujan yang tinggi dan banyak
menimbulkan genangan air sehingga mempermudah perkembangbiakan nyamuk dan
mendukung siklus kehidupan nyamuk.
Selain itu untuk kegiatan pengamatan dan pemberantasan nyamuk sudah berjalan
baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik
dengan masyarakat setempat masyarakat sudah membentuk tim pemantau jentik yang
menjadi ujung tombak dalam pemberantasan sarang nyamuk. Hal yang baik ini perlu
diapresiasi dan dipertahankan.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pengamatan
(survey jentik dan nyamuk dewasa) dan pemberantasan (abatisasi dan fogging).
LAPORAN KINERJA 2018 Page 57
Karena nilai House Index dan Container Index sudah melebihi nilai ambang batas
maka petugas langsung mengambil tindakan dengan melaksanakan kegiatan
larvasidasi yaitu dengan cara membubuhkan bubuk abate pada genangan air yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dan petugas juga langsung
memberikan edukasi pada orang tersebut agar dapat menjalankan kegiatan 3M plus
agar nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembangbiak. Selain itu petugas juga
sudah terjadwal dalam melaksanakan pemantauan jentik pada area perimeter dan area
buffer.
g. Masalah
Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan
kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan
pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya.
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
3. Pengendalian vektor malaria
a. Pengertian
Kegiatan pengawasan terhadap upaya pengamatan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menurunkan populasi atau melenyapkan vektor penular penyakit dengan
maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor penular
penyakit. Adapun yang merupakan vector pembawa penyakit Malaria adalah nyamuk
Anopheles
Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah Survey Anopheles stadium
larva, Pengamatan Anopheles stadium dewasa dengan umpan orang, Pengamatan
Anopheles stadium dewasa bukan dengan umpan orang dan Pemberantasan.
b. Definisi operasional
Menghitung MBR dan MHD selanjutnya tulis ke dalam laporan.
Apabila Dipper Indeks >1% untuk daerah perimeter dan untuk daerah buffer, maka
direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 58
c. Rumus/ cara perhitungan
- Man Bitting Rate( Nyamuk hinggap mengigit tertangkap )
MBR = jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap__
jumlah jam kerja x jumlah kolektor
- Man Hour Dencity( Nyamuk hinggap tertangkap )
MHD = jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap__
jumlah jam kerja x jumlah kolektor
d. Capaian Indikator
Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun
2018
- MBR nyamuk anopheles indeks larva/density figur <1, transmisi kecil
- MHD nyamuk anopheles indeks larva/density figur <1, transmisi kecil
Kegiatan pengendalian nyamuk Anopheles dimulai dari kegiatan pengamatan jentik
untuk menentukan lokasi potensial perindukkan nyamuk Anopheles, kegiatan ini
disebut dengan Dipper Index yaitu menciduk air dengan gayung dari lokasi yang
dianggap merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles sebanyak 10 kali.
Kemudian jentik nyamuk yang ditemukan diidentifikasi apakah positif Anopheles
atau tidak. Hasil kegiatan selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun
2018 dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 59
Dipper Index
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa selalu ditemukan jentik nyamuk
Anopheles di area pelabuhan. Untuk area perimeter rata rata Dipper Index selama
bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 sebesar 0,3 dan untuk area
buffer nilai rata-rata Dipper Index sebesar 0,4.
Kegiatan pengendalian nyamuk Anopheles stadium dewasa dilakukan melalui
pengamatan dengan umpan orang (human bait), yaitu : di dalam rumah (Man Bitting
Rate/MBR) dan di luar rumah (Man Hour Density/MHD). Adapun hasil kegiatan ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 60
Man Hour Density
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Gambar diatas menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun 2018 ditemukan nyamuk Anopheles yang senang mengigit di luar
rumah (Exophilic), dengan rata-rata MHD untuk area perimeter 0,47 dan rata-rata
MHD untuk area buffer 0,45. Artinya selalu didapatkan nyamuk pada saat
pemeriksaan dan ditemukan potensi penyakit Malaria untuk KKP Bitung. Mengingat
nilai ambang batas yang ditentukan 1 artinya capaian yang dicapai pada bulan Januari
sampai dengan bulan Desember tahun 2018 belum melebihi nilai ambang batas dan
masih di bawah standar yang ada.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 61
Man Bitting Rate
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa keberadaan penyakit malaria bisa ditemukan di
KKP Bitung dalam transmisi kecil. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata MBR di area
perimeter sebesar 0,45 dan rata-rata MBR di area buffer sebesar 0,6. Artinya selalu
didapatkan nyamuk pada saat pemeriksaan dan dapat ditemukan potensi penyakit
Malaria untuk KKP Bitung. Capaian yang dicapai pada bulan Januari sampai dengan
bulan Desember tahun 2018 masih dalam kategori rendah.
e. Analaisis capaian
Kegiatan pengamatan dan pemberantasan nyamuk sudah berjalan baik, hal ini dapat
dilihat dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan masyarakat
setempat, masyarakat sudah membentuk tim pemantau jentik yang menjadi ujung
tombak dalam pemberantasan sarang nyamuk. Hal yang baik ini perlu diapresiasi dan
dipertahankan.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pengamatan
(survey jentik dan nyamuk dewasa) dan pemberantasan (abatisasi, Indoor residual
spraying dan fogging).
Untuk itu upaya pengendalian populasi nyamuk ditujukan pada lokasi perindukan
dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan membuka saluran air
yang tersumbat sehingga tidak terjadi genangan, penyuluhan tentang kebersihan
lingkungan serta upaya pemberantasan jentik menggunakan metode larvaciding.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 62
Upaya pemberantasan nyamuk yang dilakukan di wilayah Pelabuhan Bitung secara
keseluruhan selain melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) juga
pemberantasan dengan cara kimiawi. Kegiatan pengendalian nyamuk lebih
diutamakan pada stadium larva dengan jumlah pemakaian Abate dari bulan Januari
hingga Desember tahun 2018 sebanyak 18 kg atau pemakaian rata-rata per bulan 1,5
kg.
g. Masalah
Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan
kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan
pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
4. Pengendalian vektor diare
Kepadatan lalat
a. Pengertian
Lalat adalah jenis serangga dari ordo Diptera (berasal dari bahasa Yunani di berati
dua dan ptera berarti sayap). Perbedaan yang paling jelas antara lalat dan ordo
serangga lainnya adalah lalat memiliki sepasang sayap terbang dan sepasang halter,
yang berasal dari sayap belakang, pada metatoraks (kecuali beberapa spesies lalat
yang tidak dapat terbang). Satu-satunya ordo serangga lain yang memiliki dua sayap
yang benar-benar berfungsi dan memiliki halter adalah Strepsiptera. Tetapi, berbeda
dengan lalat, halter Strepsitera berada di mesotoraks dan sayap di metatoraks. Ordo
Diptera adalah ordo yang besar, diperkirakan mencakup 240.000 spesies nyamuk,
ngengat, agas, dan lain-lain, meskipun hanya kurang dari setengahnya (sekitar
120.000 spesies) yang telah dideskripsikan.[1] Diptera adalah salah satu ordo
serangga yang memiliki peranan sangat penting, baik dari segi ekologis maupun
kepentingan manusia (medis dan ekonomi). Diptera, khususnya nyamuk (Culicidae),
adalah penyebar beberapa penyakit, mereka berperan sebagai vektor dari malaria,
demam berdarah dengue, virus Nil Barat, demam kuning, radang otak, dan penyakit
menular lainnya (Anonim, 2015).
LAPORAN KINERJA 2018 Page 63
Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat
rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya hidup disekitar manusia dan aktivitas-
aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat dari kesehatan masyarakat, karena dapat
menularkan 100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia.
Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca domestica
dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura, cacing
tambang, dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba hystolitica dan Giardia
lamblia), Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat
fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis myasis (Gastric, Intestinal, dan
Genitorinary). Lalat Stomoxys merupakan vector penyakit surra (yang disebabkan
Trypanosima evansi), antrax, tetanus, yellow fever , traumatic miasis dan Enteric
pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Paenicia dan Chrysomyia) dapat
menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat
Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung, jaringan, vagina, dan usus.
Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar
pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan
meningkat jumlahnya pada temperatur 20ºC - 25ºC dan akan berkurang jumlahnya
pada temperatur <10ºC atau >49ºC serta kelembaban yang optimum 90%.
Survei kepadatan lalat dilakukan dengan metode observasi lingkungan menggunakan
alat flygrill, Stopwatch dan counter. Jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik,
dihitung 10 kali perhitungan pada setiap lokasi (10 kali / 30 detik) dan 5 perhitungan
tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat dalam formulir observasi survey kepadatan
lalat. Survei dilakukan pada bulan Januari s/d September 2018 oleh petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan Bitung dan hasil survey dicatat pada formulir yanag sudah ada.
b. Definisi operasional
- Lalat adalah sejenis serangga yang mampu menyebarkan penyakit.
- Kepadatan lalat adalah banyaknya jumlah lalat pada suatu tempat yang didapat
dari hasil pengukuran.
- Populasi lalat adalah sekumpulan lalat yang berada pada suatu wilayah tertentu
dan pada waktu tertentu.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 64
- Survey adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu kepastian informasi.
- Angka rata-rata adalah Angka rata-rata merupakan petunjuk (indeks) populasi
lalat dalam lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat yang
hinggap pada flygrill per 10 x 30 detik pada setiap lokasi.
- Flygrill adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat ditempat
umum misalnya warung makan, terminal, tempat sampah dan lain-lain.
- Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam kegiatan.
- Counter adalah alat yang digunakan untuk membantu menghitung jumlah.
- Formulir observasi kepadatan lalat adalah lembar isian jumlah lalat yang hinggap
saat pengukuran.
- Table interpretasi adalah aturan baku yang ada di SOP KKP untuk menentukan
tingkat kepadatan lalat.
Menghitung tingkat kepadatan lalat selanjutnya tulis ke dalam laporan dan
diinterpretasikan tingkat kepadatan, apabila tingkat kepadatan lalat tinggi atau sangat
tinggi maka dilakukan tindakan pengendalian.
c. Rumus/ cara perhitungan :
Tabel Interpretasi Lalat
No Rata – Rata Indeks
1
2
3
4
0 – 2
3 – 5
6 – 20
20 ke atas
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
0 – 2 : Risiko Rendah (Tidak menjadi masalah)
3 – 5 : Risiko Sedang (Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembangbiaknya lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, sisa
makanan dan lain-lain)
6 – 20 : Risiko Tinggi (populasinya padat dan perlu pengamanan terhadap
tempat-tempat berkembangbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan
upaya pengendalian lalat)
LAPORAN KINERJA 2018 Page 65
21–Keatas : Risiko Tinggi Sekali (populasinya sangat padat dan perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiaknya lalat dan
diupayakan tindakan pengendalian karena populasi lalat sudah sangat
padat)
Dari hasil pengukuran yang dilakukan diambil 5 nilai tertinggi lalu dijumlahkan
kemudian dibagi dengan jumlah pengukuran
Rata-rata Kepadatan Lalat
Setelah kepadatan rata-rata perlokasi diperoleh maka dicari juga rata-rata kepadatan
lalat untuk mewakili jumlah kepadatan lalat di Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung
setiap bulannya.
d. Capaian Indikator
Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun
2018.
Pengendalian Lalat
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Menurut table interpretasi, indeks kepadatan lalat setiap bulannya masuk dalam
kategori rendah. Artinya kepadatan potensial lalat di wilayah ini masih dalam ambang
batas yang bisa ditolerir.
Untuk mencari rata-rata kepadatan selama bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun 2018 maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 66
Kategori indeks kepadatan lalat di Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember adalah 0,54 dimana menurut tabel interpretasi
angka 0,54 masuk dalam kategori rendah. Artinya kepadatan potensial lalat di
wilayah ini masih dalam ambang batas yang bisa ditolerir.
Kegiatan pengendalian lalat dilaksanakan berhubungan dengan perannya sebagai
vektor penyakit pada saluran pencernaan seperti : Cholera, Disentry, Typhoid,
Infantile diare, keracunan makanan dan parasit cacing.
e. Analisis capaian
Kategori indeks kepadatan lalat di wilayah kerja pelabuhan bitung dari bulan januari
sampai bulan agustus mengalami penurunan kepadatan rata-rata, tapi pada bulan
September populasi lalat mulai naik lagi diakibatkan karena curah hujan di bitung
cukup tinggi, ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat
kepadatan lalat naik lagi.
Survey kepadatan lalat dapat berjalan baik karena adanya kerjasama lintas sektor
antara KKP Bitung dengan pihak pengelola pelabuhan, adapun tujuan dari kerjasama
ini yaitu untuk menjaga lingkungan pelabuhan agar selalu tetap bersih, sehat dan
tidak menjadi tempat penyebaran penyakit. Khususnya penyakit yang ditularkan
melalui vektor lalat.
f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari survey kepadatan lalat di
pelabuhan dan kapal dengan menggunakan flygrill dan pemberantasan berupa
penyemprotan dengan efek knock down, larvasiding dengan bahan insektisida dan
upaya perbaikan lingkungan.
untuk itu tindak lanjut yang dilakukan adalah pengawasan tempat perkembangbiakan
seperti sampah dan tempat pembuangannya dalam hal ini petugas KKP
merekomendasikan kepada pengelola pelabuhan untuk distribusi sampah sampai ke
TPA tidak melebihi 1 x 24 jam. Selain itu dengan memberdayakan peran serta
masyarakat pengguna jasa pelabuhan untuk terus menerapkan pola Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
LAPORAN KINERJA 2018 Page 67
Selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 telah dilakukan
spraying sebanyak dua kali yaitu pada bulan Agustus dan bulan Desember, hal ini
dilakukan untuk melakukakan pemberantasan lalat sehingga dapat menekan angka
kepadatan lalat dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan, selain itu dapat
membuat nyaman para pengunjung yang ingin melakukan aktifitas di area Pelabuhan
Bitung.
g. Masalah
Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan
kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan
pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya.
h. Usul pemecahan masalah
Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta
kendaraan operasional.
Kepadatan Kecoa
a. Pengertian
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,pipih dorso-vental. Kepala
tersembunyi dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak
berambut dan berdri. Berwarna coklat dan coklat tua. Panjang tubuhnya bervariasi,
berkisar antara 0.6 sampai 7.6 mm2. Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk
ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang
dibelakang dan melipat seperti kertas. Kecoa terdiri dari beberapa genus yaitu
Blaptella,periplaneta, blatta, supella, dan blaberus. Beberapa spesies dari kecoa
blaptella germanika, periplaneta americana, periplaneta austalasiae, periplaneta
fluginosa, blatta orientalis, dan supella longipalpa.
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga memasukkan
kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969)
memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu familinya Blattidae
Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa kedalam ordo Dicyoptera
dengan sub ordonya Blattaria, sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan
kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae. Banyak
orang merasa jijik dengan serangga yang satu ini. Tak heran, karena umumnya kecoa
tinggal di tempat gelap yang kotor, lembab dan bau. Kecoa dengan mudah kita
LAPORAN KINERJA 2018 Page 68
jumpai di rumah tinggal. Ia memakan hampir segala macam makanan yang
ditemukannya untuk bertahan hidup. Baunya yang tidak sedap, kotoran dan kuman
yang ia tinggalkan di setiap tempat yang ia hinggapi, membuat kecoa dianggap
sebagai indikator sanitasi yang buruk. Berbagai kuman penyakit yang berasal dari
tempat-tempat kotor menempel pada tubuh kecoa dan akan menempel di setiap
tempat yang dia hinggapi. Oleh karena itulah kecoa dapat menjadi penyebab berbagi
jenis penyakit mulai hari tipus, toksoplasma, hingga penyakit SARS yang mematikan,
sehingga perlu dikendalikan populasinya.
Hewan yang biasa disebut lipas ini metamorfosisnya tidak sempurna dan banyak
ditemukan di daerah tropis, bahkan sampai di daerah dingin. Kemampuannya dalam
beradaptasi tidak perlu diragukan lagi, ia mampu bertahan hidup dalam kondisi yang
ekstrem sekali pun.Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain dengan insektisida. Atau dengan menyiramkan air panas pada telur kecoa agar
tidak menetas dan berkembang biak.
b. Definisi Operasional
Definisi operasinal kegiatan pengendalian Vektor Kecoa adalah Kegiatan
pengawasan terhadap upaya pengamatan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menurunkan populasi atau melenyapkan vektor kecoa sebagai binatang penular
penyakit : Thypes, Cholera, Cacingan dan Muntah berak., dengan maksud mencegah
atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh kecoa tersebut.
c. Rumus / cara perhitungan
Cara perhitungan kecoa adalah temuan jumlah kecoa dalam kurun waktu tertentu
seperti : berapa jumlah kecoa yang ditemukan selama 1 jam yakni pada waktu
kebiasaan kecoa keluar untuk mencari makan yakni pada sore menjelang malam.
d. Langkah Pelaksanaan
Cara pelaksanaan pengendalian kecoa, ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa :
- Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :
Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan
membakar/dihancurkan.
- Pemberantasan kecoa
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.
Secara fisik atau mekanis dengan cara :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 69
o Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
o Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
o Menutup celah-celah dinding.
Secara Kimiawi :
Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan),
dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa yang
dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan
makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).
Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara :
o Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau
bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua
celah-celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi
tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta
menutup atau memodifikasi instalasi pipa sanitasi.
o Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal
kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di
lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai,
membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian
kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, furniture, dan tempat
tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup,
dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air
(drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa
dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat
penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor
dan kain lap kotor.
o Trapping
Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk
menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan
perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 70
washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada
lantai di bawah pipa saluran air.
o Pengendalian dengan insektisida
Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain
:Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate
majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan
kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah
dipraktekkan.
Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat
dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping)
dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali.
Celah-celah atau lobang-lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan
tempat persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya
ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun
bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone,Chlordane 2,5 %, efeknya
baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat
persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk
insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka
pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi.
e. Analisis Capaian
Dari diagram Pengawasan Kecoa Tahun 2018 di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
III Bitung dapat diketahui bahwa sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA 2018 Page 71
Pengendalian Kecoa
KKP Kelas III Bitung Tahun 2018
Dari diagram Pengawasan Kecoa Tahun 2018 di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
III Bitung dapat diketahui bahwa sebagai berikut :
- Pelaksanaan kecoa dilakukan setiap bulan.
- Jumlah temuan kecoa selamat tahun 2018 adalah 41 ekor.
- Rata-rata temuan kecoa tahun 2018 adalah 2,4 ekor / bulan.
- Dari hasil interpretasi kepadatan kecoa di pelabuhan Bitung rata-rata rendah.
- Spesies kecoa yang ada di wilayah pelabuhan Bitung adalah Periplaneta
americana dan Blatella germanica.
f. Kebijakan dan Upaya Yang Dilakukan
- Pengamanan tempat perkembang-biakan seperti : tempat pembuangan sampah
sementara agar segera ditangani setiap 1 x 24 jam ke Tempat Pembuangan Akhir.
- Selalu menangani saluran-saluran pembuangan air limbah agar berjalan lancar dan
tidak lembab.
- Menutup lobang-lobang atau celah-celah yang terbuka dari septic tank.
- Penyuluhan langsung tentang PHBS bagi pengguna jasa pelabuhan.
g. Masalah
Pelaksanaan Pengendalian Kecoa di pelabuhan Bitung sampai saat ini belum
ditemukan masalah baik secara teknis maupun dukungan penganggaran.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 72
h. Rekomendasi pemecahan Masalah
Apabila ditemukan maalah dalam kegiatan ini maka rekomendasi yang diberikan
adalah :
- Peningkatan kualitas lingkungan.
- Peningkatan Upaya Koordinasi antara jejaring instani terkait.
8. Indikator Jumlah Orang Yang Melakukan Skrining Penyakit Menular Langsung
a. Pengertian
Dalam pencapaian MDGs beberapa penyakit menular langsung yang perlu
dikendalikan antara lain adalah HIV AIDS, Tuberkulosa. Maka dari itu diperlukan
skrining Penyakit Menular Langsung. Yang menjadi sasaran kegiatan adalah semua
instansi yang ada di Pelabuhan baik instansi pemerintah maupun swasta, serta
semua masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan.
Pengendalian Kasus HIV adalah semua kegiatan atau tindakan yang dilakukan
untuk menurunkan angka penularan kasus HIV/AIDS melalui penemuan dini kasus
baru maupun menurunkan angka kematian melalui pengobatan yang sesuai dengan
standar.
Pengendalian Kasus TB adalah semua kegiatan atau tindakan yang dilakukan untuk
menurunkan angka kesakitan TB melalui penemuan kasus penatalaksanaan sedini
mungkin dan menurunkan angka kematian melalui pengobatan yang sesuai
standar’.
b. Definisi operasional
Kasus HIV adalah semua orang yang terdeteksi melalui pemeriksaan terinfeksi
virus HIV baik yang memiliki gejala (AIDS) maupun yang belum memiliki gejala.
Orang Dewasa adalah semua orang yang beraktifitas di Pelabuhan baik dari
Instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat yang ada termasuk para ABK
Kapal
Pengendalian Kasus HIV dilakukan dengan cara kegiatan penyuluhan di Pelabuhan
dan dilakukan jejaring kemitraan melalui Advokasi dan rekonsiliasi.
Kasus TB adalah semua orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis yang terdeteksi
baik dengan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan Lab.
Pengendalian Kasus TB yaitu dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan
Gerakan Masyarakat Aksi Penanggulangan TB di Wilayah Kerja.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 73
c. Rumus/ cara perhitungan
d. Capaian Indikator
Indikator capaian kegiatan pada tahun 2018 seperti gambar di bawah ini :
NO. KEGIATAN WAKTU TEMPAT JUMLAH YG DIPERIKSA
1.
Mobile Vct Hiv Aids
Januari-Agustus
2018
Pelabuhan
Bitung,
Amurang,
Belang,
Molibagu,
Labuan uki
Bitung = 140
Amurang = 15 orang
Belang = 11 orang
Labuan uki = 12 orang
Molibagu = 12 orang
Kotabunan = 15 orang
Total = 205 orang
LAPORAN KINERJA 2018 Page 74
2.
Screening TB Juli-Nov 2018
Bitung
920 orang
Indikator capaian skrining Penyakit Menular Langsung (PML) pada tahun 2018 ini
berjumlah 1.125 pasien atau mencapai 95,26% dari target yang diharapkan sebesar
1.181 pasien.
Kesadaran masyarakat dewasa ini khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk mau
memeriksakan diri cukup tinggi, terlihat ketika saat dilaksanakan kegiatan skrining
Penyakit Menular Langsung (PML) baik HIV/AIDS maupun TB, banyak yang
bersedia untuk diperiksa.
e. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu ;
Persiapan berupa ;
- Alat dan bahan
- Tenaga medis
Pelaksanaan ;
- Screnning
- Evaluasi
Pelaporan ;
- Pencatatan
- Evaluasi
- Rencana tindak lanjut / follow up
f. Masalah
Masalah yang ada pada kegiatan kegiatan Skrining Penyakit Menular Langsung
(PML) ini adalah masih adanya ketakutan dari sebagian orang untuk mengetahui
penyakitnya dan sebagian lagi yang merasa malu untuk diperiksa jenis penyakit
HIV/AIDS maupun TB.
g. Usul pemecahan masalah
Petugas memberikan pengertian dan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan
ini bagi mereka apalagi yang mempunyai faktor resiko untuk dilakukan pemeriksaan
dan menjamin kerahasilan hasil pemeriksaan ini.
LAPORAN KINERJA 2018 Page 75
8. Indikator Jumlah Dokumen Perencanaan dan anggaran yang disusun
a. Pengertian
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen
diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan
para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil
guna dan berdaya guna. Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan,
telah disusun system kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon
berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa mendatang.
Penyelenggaraan system kesehatan dituangkan dalam berbagai program kesehatan melalui
siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggung jawaban
secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJM-N) tahun 2010-2017.. Pembangunan kesehatan yang
merupakan bagian integral dari pembangunan Sumber Daya Manusia. Keberhasilan suatu
kegiatan, seberapa besarnya, sangat tergantung pada perencanaan yang seksama artinya
merencanakan segala sesuatunya sebelum mulai, memikirkan tindakan secara terus-menerus,
mengubah rencana apabila perlu, dan menilai seberapa efektif kegiatan yang akan dilakukan.
Pendekatan yang berkelanjutan yang dikenal dengan “siklus perencanaan program kesehatan”.
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya perencanaan dan anggaran
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung tahun 2018 yaitu rapat penyusunan RKAKL sdan
pemberian honorarium kepada penyusun RKAKL, rapat konsultasi penyusunan perencanaan,
rapat konsultasi pembahasan anggaran,
9. Definisi Operasional
Jumlah Dokumen Perencanaan yang disusun selama satu periode (1 tahun) mencakup
Dokumen Draft perencanaan dan Anggaran yang di lampirkan data dukung berupa
TOR,RAB dll sampai pada penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggaran Definitif
yang nantinya akan menghasilkan DIPA untuk Anggaran Tahun Berikutnya.
10. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah Dokumen Perencanaan dan Anggaran tahun sebelumnya X100% =100%
LAPORAN KINERJA 2018 Page 76
Jumlah Dokumen Perencanaan dan Angagran tahun berjalan
11. Capaian Indikator
Indikator Capaian Dokumen Perencanaan dan Anggaran pada Tahun 2018 telah
mencapai target yang ditetapkan yaitu 1 Dokumen Perencanaan dan Anggarandengan
Persentase Capaian sebesar 100%
12. Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen
Perencanaan dan Anggaran meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:
Penyusunan Draft Dokumen Perencanaan yang dikumpulkan dari masing masing
bagian (Seksi dan Tata usaha) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung
dengan disertai data Pendukung meliputi Kerangka Acuan, Rincian Angaran
Biaya,Dokumen Kontrak dan Data dukung lainnya, melakukan entri data RKAKL
untuk menghasilkan Dokumen draft RKAKL
Desk dengan Eselon -1 (Ditjen PP dan PL) untuk menguji kebenaran serta
keakuratan penyusunan Dokumen Perencanaan dan Angaran serta melengkapi
data pendukung yang masih kurang atau salah.
Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggran untuk Pagu Definitif termasuk
perbaikan-perbaikan untuk menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
Penyusunan Anggaran serta penggunaan Aplikasi RKAKL yang sesuai.
13. Masalah
Sering berubahnya kebijakan penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggaran
termasuk perubahan Aplikasi Pendukung Pembuatan Dokumen
14. Pemecahan Masalah
Melakukan koordinasi dan Kerjasama dengan Eselon satu, sering membuka Website
Dirjen Anggaran Kemenkeu untuk Update Aplikasi terbaru
9. Jumlah Dokumen Data dan Informasi yang disusun
a. Pengertian
LAPORAN KINERJA 2018 Page 77
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat
manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan lepada pihak
luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang
menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan.
Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi
yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan data dan informasi adalah penyusunan laporan
Simkespel, informasi dan dokumentasi dan kerjasama lintas program
b. Defisnis Operasional
Jumlah Dokumen Data dan Informasi yang disusun selama satu periode (1 tahun) mencakup
Dokumen Profil dan Laporan Tahunan.
c, Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah Dokumen Data dan Informasi tahun sebelumnya X100% =100%
Jumlah Dokumen Data dan Informasi tahun sebelumnya
d, Capaian Indikator
Indikator Capaian Dokumen Data dan Informasi pada Tahun 2018 telah mencapai target
yang ditetapkan yaitu 1 Dokumen Data dan Informasi dengan Persentase Capaian sebesar
100%
e, Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen Data
dan Informasi meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:
Penyusunan Dokumen Data dan Informasi yang dikumpulkan dari masing
masing bagian (Seksi dan Tata usaha) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Bitung dengan disertai data Pendukung berdasarkan ;Laporan Kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahun bersangkutan
f, Masalah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 78
Kurang akuratnya data yang dikumpulkan sehingga mengakibatkan informasi yang
diberikan tidak akurat.
g, Pemecahan Masalah
Melakukan Pengumpulan data secara akurat dan Teliti sehingga Dokumen yang buat bisa
memberikan Infoermasi yang baik bagi Pengguna Dokumen.
10. Jumlah Dokumen Keuangan yang disusun
a. Pengertian
Dokumen Keuangan adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat
manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan lepada pihak
Internal (KPA,PPK) dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan Keuangan Kantor
Dokumen Keuangan dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu hasil capaian
yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja
diperlukan.
b. Defisnis Operasional
Jumlah Dokumen Keuangan yang disusun selama satu periode (1 tahun)
c.. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah Dokumen Keuangan tahun sebelumnya X100% =100%
Jumlah Dokumen Keuangan tahun sebelumnya
A. Capaian Indikator
Indikator Capaian Dokumen Keuangan pada Tahun 2018 telah mencapai target yang
ditetapkan yaitu 1 Dokumen CALK Tahunan dengan Persentase Capaian sebesar 100%
a. Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan
Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen
Keuangan meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:
Penyusunan Laporan Keuangan yang dikumpulkan dari transaksi Keuangan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung dengan disertai data Pendukung
yang telah dilaksanakan pada tahun bersangkutan
b. Masalah
LAPORAN KINERJA 2018 Page 79
Sering berubahnya sistematika penyusunan Laporan Keuangan mengakibatkan tatacara
penyusunan Laporan sering terlambat.
c. Pemecahan Masalah
Melakukan Pengumpulan data secara akurat dan Teliti serta melakukan Pelatihan Penyusunan
Laporan Keuangan bagi Petugas Penyusun Dokumen Keuangan.
B. REALISASI ANGGARAN
1. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung tahun 2018
sebesar Rp. 12.109.805.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 11.431.841.998,- (94.40%).
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung berlokasi di Jl. D.S.Sumolang
No.93 dengan luas bangunan 600 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 1200 m
2, disamping
itu terdapat 2 buah rumah dinas dengan luas bangunan 95 m2 dan luas tanah 360 m
2.pada
tahun 2017 KKP Kelas III Bitung telah mempunyai lahan dengan luas ± 820m2 untuk
pembangunan gedung kantor Induk, anggaran Kantor Induk telah di anggarkan pada
tahun 2017 untuk pembangunan tahap pertama dan tahap kedua pada tahun 2018.
Sedangkan di wilayah kerja KKP Kelas III Bitung memiliki bangunan dan tanah milik
sendiri yang terdapat di wilker Labuan Uki,Wilker Belang,Wilker Amurang sementara
wilker Kema,Kotabunan,Boroko Blm mempunyai Gedung milik sendiri masih berstatus
sewa atau pinjam. KKP Kelas III Bitung memliki kendaraan operasional berupa 1 buah
mini bus (penumpang < 8 orang), 1 buah kendaraan double gardan dan 2 buah mobil
ambulance serta 7 unit kendaraan roda 2. Disamping itu terdapat alat pengolahan data
berupa 14 buah laptop dan 10 buah PC Unit.
BAB IV
LAPORAN KINERJA 2018 Page 80
KESIMPULAN
Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Bitung dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya diukur berdasarkan tingkat pengunaan anggaran dan tingkat pencapaian indikator
kegiatan selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2018.
Secara umum, realisasi penggunaan anggaran KKP Kelas III Bitung tahun 2018 sebesar
Rp. 11.431.841.998,- (94.40%) dari pagu Apabila dibandingkan dengan kinerja KKP Kelas III
Bitung pada tahun 2018 dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 15.941.015.000,- dan pencapaian
sebesar Rp. Rp. 14.519.733.776,- (91.08%), menunjukkan adanya persentase kenaikan realisasi
anggaran pada tahun 2018.
Prinsip sistem perencanaan yang sesuai, monev secara teratur, koordinasi rutin, jejaring
kerja dengan lintas program dan lintas sektor perlu dipertahankan serta selalu mencari alternatif
lain yang dapat menunjang upaya tersebut.
Melalui upaya-upaya tersebut beserta pola pikir dan alur kerja organisasi yang efektif dan
efisien, diharapkan kinerja KKP Kelas III Bitung akan semakin baik pada tahun-tahun
berikutnya. Keberhasilan dalam pencapaian kinerja ini ditunjang oleh komitmen para pelaksana
kegiatan dengan berpegang teguh pada prinsip sistem perencanaan yang sesuai, monev secara
teratur, koordinasi dan jejaring kerja secara simultan dengan lintas program dan lintas sektor
untuk memperkuat kemitraan
Bitung, 11 Januari 2019
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas III Bitung,
dr. Pingkan M. Pijoh, MPHM
NIP 197102082001122003