bab i pendahuluan a. latar belakang filelaporan kinerja 2018 page 1 bab i pendahuluan a. latar...

80
LAPORAN KINERJA 2018 Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini indonesia sedang menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden yaitu tingginya penyakit infeksi meningkatnya penyakit menular dan muncul kembali penyakit- penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Menurut global Burden of disease 2010 dan healt sector reviev 2014, kematian yang disebabkan penyakit tidak menular yaitu stroke menduduki peringkat pertama Menurutnya untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pendekatan promotif dan preventif yang sangat efektif. Karena masalah kesehatan ini akan menjadi ancaman bagi produktifitas bangsa. "Pada dasarnya pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada perilaku individu. Tentu itu juga harus didukung kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan dan menciptakan sumber daya kesehatan yang berkualitas. Tantangan penyakit menular di beberapa negara termasuk Indonesia masih terpusat pada penyakit HIV AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Melihat tantangan, isu dan perubahan lingkungan strategis diatas serta amanat Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasional(SPPN) Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis KementerianKesehatan tahun 2015-2019 yang berisi upaya-upaya pembangunan bidang kesehatanyang disusun dan dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019) adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui strategi pembangunan nasional. Dalam Undang Undang No. 36 tahun 2009 disebutkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Upload: tranxuyen

Post on 18-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KINERJA 2018 Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini indonesia sedang menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden

yaitu tingginya penyakit infeksi meningkatnya penyakit menular dan muncul kembali penyakit-

penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Menurut global Burden of disease 2010 dan healt sector

reviev 2014, kematian yang disebabkan penyakit tidak menular yaitu stroke menduduki

peringkat pertama

Menurutnya untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pendekatan promotif dan preventif

yang sangat efektif. Karena masalah kesehatan ini akan menjadi ancaman bagi produktifitas

bangsa.

"Pada dasarnya pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada

perilaku individu. Tentu itu juga harus didukung kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan

prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan dan menciptakan sumber daya kesehatan yang

berkualitas. Tantangan penyakit menular di beberapa negara termasuk Indonesia masih terpusat

pada penyakit HIV AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.

Melihat tantangan, isu dan perubahan lingkungan strategis diatas serta amanat Undang-Undang

nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasional(SPPN) Kementerian

Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis KementerianKesehatan tahun 2015-2019 yang

berisi upaya-upaya pembangunan bidang kesehatanyang disusun dan dijabarkan dalam bentuk

program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan

sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan

pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019) adalah meningkatkan derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui

strategi pembangunan nasional. Dalam Undang Undang No. 36 tahun 2009 disebutkan bahwa

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 2

upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dalam bentuk kegiatan

dengan strategi pendekatan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015

dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor

HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) telah

menyusun Rencana Aksi Program PP dan PL tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran

kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi Ditjen PP dan PL termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan

program selama lima tahun mendatang. Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah menetapkan

Permenkes no 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

yang efektif dilaksanakan tahun 2016 dengan adanya SOTK baru maka telah dilakukan revisi

pada Rencana Aksi Kegiatan KKP Bitung Tahun 2015-2019. Perubahan ini juga untuk

mendukung pelaksanaan program Indonesia sehat (PIS-PK) dan Gerakan Mayarakat Sehat

(GERMAS).

B.VISI DAN MISI

Visi dan Misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Tahun 2015 -2019 mengikuti Visi dan Misi

Presiden RI Yaitu:

VISI

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”

MISI

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian

ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian

Indonesia

sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara

hukum.

3 .Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5..Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 3

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan

kepentingan

nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada

Kabinet kerja yakni :

1. Kami akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Kami akan membuat pemerintahan tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan

4. Kami akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sIstem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Dalam melaksanakan kegiatannya Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung mengemban

tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

I. Tugas Pokok.

Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit

potensial wabah,Surveilans epidemiologi,Kekarantinaan,Pengendalian dampak

Kesehatan Lingkungan,Pelayaanan Kesehatan,Pengawasan OMKABA serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,Bioteroris,unsur

Biologi,Kimia dan Pengmananan radiasi di wilayah kerja bandara, Pelabuhan, dan Lintas

Batas batas darat dan Negara

II. Fungsi

Dalam melaksanakan Tugas Pokok tersebut maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III

Bitung menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 4

a. Pelaksanaan Kekarantinaan,

b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan,

c. Pelaksanaan Pengendalian Risiko Lingkungan di Bandara,Pelabuhan,dan

Lintas Batas darat Negara;

d. Pelaksanaan Pengamatan penyakit,Penyakit Potensial wabah,penyakit baru

dan penyakit yang muncul kembali;

e. Pelaksanaan Pengamanan radiasi pengion dan non pengion,biologi dan kimia;

f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilens epidemiologi sesuai penyakit

yang berkaitan dengan lalulintas nasional dan internasional;

g. Pelaksanaan fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang Kesehatan serta kesehaatan

matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;

h. Pelaksanaan,fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;

i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat,makanan,kosmetik dan alat

kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan

dokumen kesehatan OMKABA impor;

j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja

bandara,pelabuhan dan lintas batas darat negara;

l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan

bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;

m. Pelaksaanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan

bandara,Pelabuhan, dan Lintas batas darat negara;

n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan,pengendalian risiko lingkungan,dan

surveilans Kesehatan Pelabuhan;

o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara,Pelabuhan, dan Lintas

batas darat negara;

p. Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan KKP;

LAPORAN KINERJA 2018 Page 5

D. STRUKTUR ORGANISASI

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/

/Menkes/SK/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, struktur

organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung adalah sebagai berikut:

Kepala Kantor

dr.Pingkan M. Pijoh.MPHM

Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans

Epidemiologi

Rundstony J.D Rundengan

Sub. Bagian Tata Usaha

Kasubag TU Martijane Mondoringin S.SOS

Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan

Kesehatan Lintas Wilayah

Dian Dwirana M, SE

. M.Kes

Instalasi

Wilayah Kerja

Kelompok Jabatan Fungsional

LAPORAN KINERJA 2018 Page 6

E. Sumber Daya Manusia

Jumlah pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung sampai dengan akhir Desember

2018 adalah 44 orang yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 24 orang wanita.

Berdasarkan jabatan, pegawai KKP Kelas III Bitung terdiri dari 4 pejabat structural, 8 orang

pegawai dengan jabatan fungsional tertentu dan 34 orang pegawai dengan jabatan fungsional

umum. Disamping itu terdapat 2 orang pramu kantor, 4 orang satpam dan 2 orang sopir

Grafik.1.1

Distribusi Pegawai KKP Kelas III Bitung Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis

Tenaga Tahun 2018

S2

DOKTER

S1

D3

D1

SMA

Slice 7

F. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusun Laporan Kinerja merupakan pelaksanaan Perpres 29 Tahun 2014 tentang system

Akintabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang

petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatacara Reviu atas Laporan Kinerja

instansi Pemerintah.

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja KKP Kelas III Bitung adalah untuk:

1. Memberikan informasi kinerja KKP Kelas III Bitung selama tahun 2018 yang telah

ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.

2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban KKP Kelas III Bitung dalam mencapai sasaran/tujuan

strategis instansi.

3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi KKP Kelas III Bitung untuk meningkatkan

kinerjanya.

4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan

akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah satu agenda penting dalam

reformasi pemerintah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 7

E.. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung

sebagai berikut.

1. Kata Pengantar

2. Daftar Isi

3. Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Visi dan Misi

C. Tugas Pokok dan Fungsi

D. Struktur Organisasi

E. Sumber Daya Manusia

F. Maksud dan Tujuan

G. Sistematika Penulisan

4. Bab II. Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perencanaan kinerja dan

perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

5. Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk

setiap

pernyataan perjanjian kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran

kinerja organisasi.

B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk

mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja termasuk efisiensi

penggunaan sumber daya.

6. Bab IV. Penutup Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi

serta tindak lanjut di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan

kinerjanya.

7. Lampiran

LAPORAN KINERJA 2018 Page 8

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung sebagai salah satu pelaku

pembangunan nasional telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-

2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program

pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III

Bitung maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun

2018.Rencana Strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung Tahun 2018 menetapkan 1

program teknis yaitu Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Menindaklanjuti Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2018, sebagai bentuk

perencanaan strategis yang lebih operasional maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung

telah menyusun Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Tahun 2018 yang memuat visi, misi, tujuan, dan sasaran serta arah kebijakan dan strategi yang

menjadi pedoman Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung dalam menetapkan Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) pada tahun 2018 hingga tahun 2019. Penjabaran visi, misi, tujuan, dan

sasaran, serta arah kebijakan dan strategi Ditjen PP dan PL adalah sebagai berikut :

RENCANA AKSI KEGIATAN KKP KELAS III BITUNG Tahun 2015-2019

Rencana Aksi Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung Tahun 2015-2019 Dalam

RAK 2015-2019 telah ditetapkan sasaran pokok untuk pembangunan kesehatan yaitu:

meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Sasaran pokok dalam

pengendalian penyakit menular dan tidak menular meliputi menurunnya prevalensi TB,

prevalensi HIV, prevalensi tekanan darah tinggi,. Sasaran pokok ini kemudian diturunkan dalam

sasaran strategis Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. Sasaran strategis untuk

meningkatnya Pengendalian Penyakit adalah:

a. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar

40%.

b. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan

kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 9

c. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.

Sasaran strategis Renstra Kementerian Kesehatan tersebut kemudian diturunkan dalam RAP

tahun 2015-2019 dengan penyesuaian pada tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P. Sasaran tersebut

adalah menurunnya penyakit menular dan tidak menular serta meningkatnya kualitas kesehatan

lingkungan, yang ditandai dengan:

a. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi

sebesar 95 %.

b. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi malaria sebanyak 300 kabupaten/kota

c. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria

d. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebanyak 34 provinsi.

e. Menurunnya Prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk

f. Menurunnya Prevalensi HIV menjadi <0.5%>

g. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar

40%.

h. Meningkatnya jumlah Kab/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar

100%.

i. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%

j. Meningkatnya Surveilans berbasis laboratorium sebesar 50 %

k. Persentase pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar

100%.

RAP Ditjen P2P Kemudian di turunkan pada RAK Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung 2015-

2019 dengan penyesuaian pada tugas pokok dan fungsi. Sasaran tersebut adalah menurunnya

penyakit menular dan tidak menular serta meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan, yang

ditandai dengan:

1. Jumlah alat angkut sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan

2. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan bencana di wilayah

layanan KKP

3. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah tangkal masuk dan keluarnya penyakit

4. Jumlah pelayanan kesehatan pada situasi khusus

5. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 10

6. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah yang diterbitkan

7. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang memenuhi syarat-syarat sanitasi

8. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD bebas vektor pada wilayah perimeter dan buffer area

9. Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung

10. Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya

11. Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P

12. Jumlah pengadaan sarana prasarana

Sedangkan Indikator dan sasaran KKP Kelas III Bitung tahun 2010-2018 adalah sebagai berikut

Tabel .1

Sasaran, Indikator dan target pelaksanaan

Tahun 2015-2019

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

2015

2016

2017

2018 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Kabupaten/kota

yang melakukan

pemantauan kasus

penyakit berpotensi

kejadian luar biasa

(KLB) dan

melakukan respon

penanggulangan

terhadap sinyal

KLB untuk

mencegah

terjadinya KLB

1. Jumlah alat

angkut sesuai

dengan standar

kekarantinaan

kesehatan

11.200

kapal

12.350

kapal

13.650

kapal

15.000

kapal

16.500

kapal

2. Persentase respon

Sinyal

Kewaspadaan

Dini (SKD), KLB

dan bencana di

wilayah layanan

KKP

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

3. Jumlah deteksi

dini dalam rangka

cegah tangkal

masuk dan

keluarnya

penyakit

170

kegiata

n

180

kegiatan

190

kegiatan

196

kegiatan

200

kegiata

n

4. Jumlah pelayanan

kesehatan pada

situasi khusus

4

Layana

n

4

Layanan

4 Layanan 4 Layanan 4

Layana

n

5. Jumlah

pelabuhan/bandar

a/PLBD yang

mempunyai

kebijakan

kesiapsiagaan

dalam

penanggulangan

kedaruratan

kesehatan

masyarakat yang

berpotensi wabah

1

Pelabu

han

1

Pelabuha

n

1

Pelabuhan

1

Pelabuhan

1

Pelabu

han

LAPORAN KINERJA 2018 Page 11

6. Jumlah

sertifikat/surat

ijin layanan

kesehatan lintas

wilayah yang

diterbitkan

170

sertifik

at

170

sertifikat

170

sertifikat

177

sertifikat

185

sertifik

at

7. Jumlah

pelabuhan/bandar

a/PLBD yang

memenuhi syarat-

syarat sanitasi

7

Pelabu

han

7

Pelabuha

n

7

Pelabuhan

7

Pelabuhan

7

Pelabu

han

2 Meningkatnya

pencegahan dan

pengendalian

penyakit tular

vector dan zoonotic

8. Jumlah

pelabuhan/bandar

a/PLBD bebas

vektor pada

wilayah

perimeter dan

buffer area

7

Pelabu

han

7

Pelabuha

n

7

Pelabuhan

7

Pelabuhan

7

Pelabu

han

3 Menurunnya

penyakit menular

langsung

9. Jumlah orang

yang melakukan

skrining penyakit

menular langsung

1181

Orang

1181

Orang

1181

Orang

1181

Orang

500

Orang

4 Meningkatnya

Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya

Pada Program

Pencegahan dan

Pengendalian

Penyakit

10. Jumlah dokumen

dukungan

manajemen dan

tugas teknis

lainnya

64

Dokum

en

64

Dokume

n

64

Dokumen

64

Dokumen

64

Dokum

en

11. Jumlah

peningkatan

kapasitas SDM

bidang P2P

2 jenis

2 jenis

2 jenis

2 jenis

2 jenis

12. Jumlah

pengadaan sarana

prasarana

19 unit

20 unit

19 unit

19 unit

8 un

it

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja KKP Kelas III Bitung merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan

kinerja antara Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitungb dengan Direktur Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik. Perjanjian Kinerja

Ditjen KKP Kelas III Bitung disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam Rencana

Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019. Perjanjian Kinerja merupakan Rencana Kinerja

Tahunan (RKT) dan telah mendapat persetujuan anggaran. Perjanjian Kinerja KKP Kelas III

Bitung Tahun 2018 telah ditandatangani, didokumentasikan dan ditetapkan setelah turunnya

DIPA dan RKA-KL Tahun 2018 pada tanggal 5 Desember 2017. Target-target kinerja sasaran

kegiatan yang ingin dicapai KKP Kelas III Bitung dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun

2018 adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA 2018 Page 12

Tabel 2

PERJANJIAN KINERJA

TAHUN 2018

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Kabupaten/kota yang

melakukan pemantauan kasus

penyakit berpotensi kejadian

luar biasa (KLB) dan

melakukan respon

penanggulangan terhadap

sinyal KLB untuk mencegah

terjadinya KLB

1. Jumlah alat angkut sesuai dengan

standar kekarantinaan kesehatan

15.000 kapal

2. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan

Dini (SKD), KLB dan bencana di

wilayah layanan KKP

100 %

3. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah

tangkal masuk dan keluarnya penyakit

196 kegiatan

4. Jumlah pelayanan kesehatan pada

situasi khusus

4 Layanan

5. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang

mempunyai kebijakan kesiapsiagaan

dalam penanggulangan kedaruratan

kesehatan masyarakat yang berpotensi

wabah

1 Pelabuhan

6. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan

kesehatan lintas wilayah yang

diterbitkan

177 sertifikat

7. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang

memenuhi syarat-syarat sanitasi

7 Pelabuhan

2 Meningkatnya pencegahan

dan pengendalian penyakit

tular vector dan zoonotic

8. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD

bebas vektor pada wilayah perimeter

dan buffer area

7 Pelabuhan

3 Menurunnya penyakit

menular langsung

9. Jumlah orang yang melakukan skrining

penyakit menular langsung

1181 Orang

4 Meningkatnya Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Pada

Program Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

10. Jumlah dokumen dukungan manajemen

dan tugas teknis lainnya

64 Dokumen

11. Jumlah peningkatan kapasitas SDM

bidang P2P

2 jenis

12. Jumlah pengadaan sarana prasarana

19 unit

LAPORAN KINERJA 2018 Page 13

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA

Dalam mengukur kinerja program pencegahan dan pengendalian penyakit di tahun2017 terdapat

beberapa sasaran strategis yang tertuang dalam dokumen Rencana Aksi Program P2P tahun

2017. Berikut adalah target dan capaian indikator program pencegahan dan pengendalian

penyakit tahun 2017:

Tabel 4

Pengukuran Kinerja Kegiatan

Tahun2018

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET REAL

(1) (2) (3) (4)

1 Kabupaten/kota yang melakukan

pemantauan kasus penyakit

berpotensi kejadian luar biasa

(KLB) dan melakukan respon

penanggulangan terhadap sinyal

KLB untuk mencegah terjadinya

KLB

13. Jumlah alat angkut sesuai dengan

standar kekarantinaan kesehatan

15.000

kapal

15.000

kapal

14. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan

Dini (SKD), KLB dan bencana di

wilayah layanan KKP

100 %

100 %

15. Jumlah deteksi dini dalam rangka cegah

tangkal masuk dan keluarnya penyakit

196

kegiatan

196

kegiatan

16. Jumlah pelayanan kesehatan pada situasi

khusus

4 Layanan 4 Layanan

17. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang

mempunyai kebijakan kesiapsiagaan

dalam penanggulangan kedaruratan

kesehatan masyarakat yang berpotensi

wabah

1

Pelabuhan

1

Pelabuhan

18. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan

kesehatan lintas wilayah yang

diterbitkan

177

sertifikat

177

sertifikat

19. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang

memenuhi syarat-syarat sanitasi

7

Pelabuhan

7

Pelabuhan

2 Meningkatnya pencegahan dan

pengendalian penyakit tular

vector dan zoonotic

20. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD bebas

vektor pada wilayah perimeter dan

buffer area

7

Pelabuhan

7

Pelabuhan

3 Menurunnya penyakit menular

langsung

21. Jumlah orang yang melakukan skrining

penyakit menular langsung

1181

Orang

1181

Orang

4 Meningkatnya Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Pada

Program Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

22. Jumlah dokumen dukungan manajemen

dan tugas teknis lainnya

64

Dokumen

64

Dokumen

23. Jumlah peningkatan kapasitas SDM

bidang P2P

2 jenis

2 jenis

24. Jumlah pengadaan sarana prasarana

19 unit

19 ni

t

LAPORAN KINERJA 2018 Page 14

Gambaran atas keberhasilan upaya peningkatan pengendalian penyakit sepanjang tahun 2017

digambarkan melalui beberapa indikator yang terkait sasaran strategis di bawah ini:

1. Jumlah alat angkut sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan

a. Pengertian

Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat tinggal sementara yang

memiliki waktu menetap relatif lama adalah kapal laut. Sesuai dengan keadaan tersebut,

serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, maka sanitasi

di kapal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan

kesehatan khususnya manusia di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya.

Menurut Permenkes RI No.2348/Menkes/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Kesehatan Pelabuhan, sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap

faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis

kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal

dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan

Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah, jika kapal

yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate

(SSCC) setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship

Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam masa

waktu enam bulan sekali (WHO, 2007).

Setiap alat angkut yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan adalah alat

angkut yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi standar untuk

diterbitkannya dokumen-dokumen kesehatan yang ada. Dokumen-dokumen kesehatan yang

dimaksud yaitu berupa Port Health Quarantine Clearance (PHQC), SSCEC ( Ship

Sanitation Control Exemption Certificate) atau SSCC (Ship Sanitasion Control Certificate),

sertifikat obat dan peralatan P3K Kapal, Buku Kesehatan Kapal, serta Certificate of

Pratique (COP) untuk alat angkut atau kapal yang berasal dari luar negeri.

Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan adalah

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes RI No.2348/Menkes/XI/2011,

bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 15

terbatas di wilayah kerja Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak

kesehatan lingkungan.

Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui nakhoda kapal

dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya

yang mendukung sanitasi kapal. Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan

lingkungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan

penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan peningkatan sanitasi

kapal menurut permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987 adalah:

1. Meniadakan / menghilangkan sumber penularan penyakit di dalam kapal.

2. Agar kapal tetap bersih sewaktu mau berangkat maupun sedang berlayar.

3. Supaya penumpang maupun ABK senang/nyaman berada didalamnya.

b. Definisi Operasional

Setiap alat angkut yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan adalah alat

angkut yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi standar untuk

diterbitkannya dokumen-dokumen kesehatan yang ada. Dokumen-dokumen kesehatan yang

dimaksud yaitu berupa Port Health Quarantine Clearance (PHQC), SSCEC ( Ship

Sanitation Control Exemption Certificate) atau SSCC (Ship Sanitasion Control Certificate),

sertifikat obat dan peralatan P3K Kapal, Buku Kesehatan Kapal, serta Certificate of

Pratique (COP) untuk alat angkut atau kapal yang berasal dari luar negeri.

c. Rumus Pencapaian

Rumus Capaian Indikator yang digunakan adalah

Keterangan:

= Jumlah alat angkut sesuai standar kekarantinaan kesehatan

d. Capaian Indikator

Adapun kelengkapan dokumen yang dimaksudkan yang harus dimiliki dalam standar

kekarantinaan kesehatan yakni:

LAPORAN KINERJA 2018 Page 16

1. Port Health Quarantine Clearance (PHQC)

Setiap kapal yang akan berlayar kedalam maupun luar negeri diberikan surat ijin

berlayar (SIB). SIB akan diberikan jika memenuhi persyaratan kesehatan seperti SSCEC

yang masih berlaku, buku kesehatan yang valid. Port Health Clearance (PHC) diberikan

kepada setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan kesehatan untuk melakukan

pelayaran, baik kapal dengan tujuan ke dalam negeri maupun kapal yang berangkat ke

luar negeri.

Berikut ini adalah jumlah kapal yang diperiksa baik yang berangkat ke dalam

negeri maupun ke luar negeri selama tahun 2018. Pada tahun 2018 jumlah

keberangkatan kapal sebanyak 26.190 kapal, dengan rincian kapal berangkat ke dalam

negeri sebanayak 26.024 dan ke luar negeri sebanyak 166 kapal. Khusus kapal yang

berasal dari luar negeri, tidak ditemukan kapal yang berasal/ berangkat ke daerah/negara

terjangkit. Dibandingkan dengan tahun 2017 jumlah keberangkatan kapal mengalami

peningkatan yaitu sebanyak 66,05%. Berikut perbandingan rentang waktu Tahun 2016

sampai dengan 2018 menurut bulan:

Diagram. Perbandingan Penerbitan Dokumen PHC Menurut Bulan

pada Tahun 2016 Sampai dengan 2018

2. SSCEC/SSCC

Sertifikat sanitasi kapal adalah dokumen kapal yang menerangkan kondisi sanitasi

kapal yang bebas tindakan sanitasi atau telah dilakukan tindakan saniatsi yang berlaku

selama 6 bulan. Sertifikat sanitasi kapal terdiri atas :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 17

1. SSCEC (Ship Sanitation Control Exemption Certificate) adalah sertifikat sanitasi

yang diberikan kepada kapal yang telah dilakukan pemeriksaan sanitasi dan

dinyatakan bebas tindakan sanitasi.

2. SSCC (Ship Sanitation Control Certificate) adalah sertifikan sanitasi kapal yang

diberikan kepada kapal yang telah dilakukan tindakan sanitasi sesuai dengan

rekomendasi dalam pemeriksaan sanitasi.

Selama tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan dokumen SSCEC

sebanyak 2.289 sertifikat dan SSCC sebanyak 8 sertifikat, jika dibandingkan dengan

tahun 2017 mengalami peningakatan penerbitan SSCEC maupun SSCC, dimana pada

tahun 2017 tidak terdapat penerbitan SSCC. Berikut perbandingan Penerbitan Dokumen

pada Tahun 2016 sampai dengan 2018:

Diagram. Perbandingan Penerbitan SSCEC dan SSCC Menurut

Bulan pada Tahun 2016 Sampai dengan Tahun 2018

3. Sertifikat Pengawasan Obat dan Peralatan P3K

Kegiatan pengawasan obat/alat P3K kapal dilakukan terhadap semua kapal

yang sandar di Pelabuhan Bitung, bertujuan untuk pemeriksaan ketersediaan obat dan

alat P3K di kapal untuk mengantisipasi adanya kejadian sakit a t a u k e c e l a k a a n

s e l a m a d a l a m per jalanan/berlayar . Jumlah dan jenis obat dan alat

disesuaikan dengan jumlah ABK yang ada. Pada tahun 2018 KKP Kelas III

Bitung telah menerbitkan 1.878 sertifikat pengawasan pengawasan obat/alat P3K kapal.

Mengalami peningkatan sebanyak 40,04% jika dibandingkan dengan periode Tahun

LAPORAN KINERJA 2018 Page 18

2017. Jumlah penerbitan sertifikat pengawasan Obat dan P3K Kapal tertinggi pada bulan

Nopember 2018, selengkapnya dapat dilihat pada Diagram berikut ini:

Diagram. Perbandingan Penerbitan Sertifikat Pengawasan Obat/P3K

Kapal Menurut Bulan pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018

4. Buku Kesehatan Kapal

Setiap kapal yang melakukan pelayaran di wilayah Republik Indonesia wajib

mempunyai buku kesehatan kesehatan kapal (Health Book), sebagai alat koordinasi antar

Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan nakhoda. Apabila dalam pemeriksaan dokumen

kesehatan kapal ditemukan kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan

kapal maupun lembaran buku kesehatan tersebut telah habis, maka diharuskan membuat

buku kesehatan baru yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat

Langkah – langkah penerbitan buku kesehatan kapal :

1. Agent pelayaran membuat surat permohonan kepada Kepala Kantor Kesehatan

Pelabuhan untuk penerbitan buku kesehatan kapal baru atau berganti nama serta yang

telah habis atau buku hilang.

2. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan mendisposisikan kepada Kepala Seksi

Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi untuk melakukan pemriksaan

fisik dan dokumen kesehatan pada setiap kapal yang melakukan pelayaran di wilayah

Indonesia.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 19

3. Bagi kapal baru atau kapal berganti nama, Buku Kesehatan Kapal harus didahului

dengan pemeriksaan fisik kapal serta pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka

penerbitan SSCEC/SSCC.

4. Bagi kapal yang buku kesehatannya habis, Buku Kesehatan Kapal langsungsung

diterbitkan bila dokumen lainnya lengkap dan berlaku.

5. Bagi kapal yang buku kesehatannya hilang, surat permohonan perlu disertai dengan

berita acara kehilangan dari kepolisian setempat.

6. Agent pelayaran menyelesaikan pembayaran

7. Petugas menyerahkan Buku Kesehatan yang telah diisi kepada agent pelayaran

Pada tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan Buku Kesehatan Kapal

sebanyak 799 buku, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017.

Diagram. Perbandingan Penerbitan Buku Kesehatan Kapal pada

Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018

5. Free Pratique

Free Pratique adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada kapal yang datang

dari luar negeri yaitu sertifikat dari otoritas kesehatan pelabuhan (KKP) yang

menyatakan bahwa kapal tersebut tanpa penyakit menular termasuk penyakit karantina

(pes, Yellow fever dan cholera) oleh karena itu kapal diizinkan masuk pelabuhan dan

memungkingkan orang naik dan turun. Dokumen free pratique diberikan jika setelah

pemeriksaan kapal oleh tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan dinyatakan kapal bebas

dari faktor risiko penyakit menular dan penyakit potensial wabah.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 20

Langkah – langkah penerbitan free pratique :

1. Agent pelayaran membuat surat permohonan penerbitan free pratique kepada Kepala

Kantor Kesehatan Pelabuhan. Surat permohonan disampaikan paling lambat 1 x 24

jam.

2. Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat permohonan penerbitan free

pratique dari agent pelayaran.

3. Dilakukan pemeriksaan kapal ( sebelum dilakukan pemeriksaan diatas kapal, kapal

yg datang dari Luar Negeri wajib mengibarkan bendera Kuning, setelah dilakukan

pemeriksaan oleh petugas KKP dan dinyatakan aman baru bendera kuning

diturunkan)

4. Penerbitan free pratique

Penerbitan dokumen Certificate of Pratique (COP) wajib diberikan kepada kapal

yang datang dari luar negeri, yang bebas dari tindakan karantina sesudah dilaksanakan

pemeriksaan karantina. Selama tahun 2018 KKP Kelas III Bitung telah menerbitkan

sertifikat COP sebanyak 183 sertifikat, terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan

Tahun 2017 yakni sebanyak 5,78%, selengkapnya dapat dilihat pada Diagram berikut ini

Diagram. Perbandingan Penerbitan COP Menurut Bulan pada

Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2018

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan, jumlah alat angkut yang sesuai standar

kekarantinaan kesehatan pada tahun 2018 di KKP Kelas III Bitung berjumlah 26.190 dimana

LAPORAN KINERJA 2018 Page 21

mengalami peningkatan dari tahun 2017 yang berjumlah 15.772 dan dapat dilihat

perbandingan pada diagram berikut ini:

Diagram. Jumlah Kapal Sesuai Kekarantinaan Kesehatan pada Tahun 2016 sampai

dengan 2018

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan

sebesar 66,05% pada tahun 2018 dibandingkan dari tahun 2017

e. Analisis Capaian Indikator

Penetapan Bitung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh pemerintah dalam

PP No. 32 Tahun 2014 serta berdasarkan pengertian dari KEK menurut UU No. 39 Tahun

2009 dimana KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu yang memiliki letak yang

strategis dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian menjadi factor peningkatan jumlah kunjungan alat

transportasi ke daerah Bitung dalam hal ini jumlah kunjungan kapal.

f. Kebijakan

Pemeriksaan kapal yang sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan dilakukan

berdasarkan surat permohonan yang diajukan oleh perusahan pelayaran/agen yang meliputi

pemeriksaan kondisi sanitasi kapal, kualitas air bersih, kondisi kesehatan ABK dan

penumpang, kelengkapan dokomen, daftar obat P3K dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 22

secara rutin setiap bulan dengan melibatkan seluruh tenaga di seksi Pengendalian Karantina

dan Surveilans Epidemiologi berkerja sama dengan seksi Pengendalian PRL dan Kesehatan

Lintas Wilayah

g. Permasalahan

1. Kurangnya tenaga ahli dalam melakukan pemeriksaan

2. Keterbatasan alat bantu untuk melakukan pemeriksaan.

3. Keterbatasan pegawai yang melakukan pemeriksaan.

h. Pemecahan Masalah

1. Melakukan pelatihan kepada petugas agar terampil

2. Melakukan kordinasi terkait pengadaan pegawai untuk keperluan dalam melakukan

kegiatan penerbitan dokumen buku kesehatan

3. Berkoordinasi dalam mengajukan penambahan pegawai dan tenaga kontrak.

2. Persentase Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah

Layanan KKP

Persentase Respon sinyal kewaspadaan dini (SKD) meliputi SKD terhadap kasus penyakit

potensial wabah di wilayah kerja dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit.

a. Sistem Kewaspadaan Dini terhadap Penyakit Potensial Wabah di Wilayah Kerja

a. Pengertian

System kewaspadaan dini penyakit potensial wabah merupakan kewaspadaan

terhadap penyakit-penyakit potensial wabah beserta faktor-faktor yang

mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan

dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya

pencegahan dan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat.

b. Definisi operasional

Sistem Kewaspadaa Dini penyakit potensial wabah yang dimaksudkan yakni

kegiatan yang dilaksanakan dengan cara pengumpulan data kasus penyakit

potensial wabah dari sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja KKP kelas III

Bitung yang meliputi 6 Wilker dan Kantor Induk, yang ada di Wilayah Kerja

Pelabuhan Bitung. Berdasarkan dengan pelaporan yang dilakukan di puskesmas

LAPORAN KINERJA 2018 Page 23

daerah wilayah kerja dan kantor induk, maka data yang diambil mengacu mengacu

pada pengambilan laporan wabah pada wilayah kerja setempat.

c. Rumus/ cara perhitungan

d. Capaian Indikator

System kewaspadaan dini terhadap penyakit potensial wabah dilakukan pada setiap

bulan dengan melakukan pengumpulan data bulanan laporan wabah pada

puskesmas wilayah kerja KKP Kelas III Bitung. Berdasarkan informasi yang

didapati, pada tahun 2018 tidak ditemukan adanya penyakit karantina. Jumlah kasus

penyakit potensial wabah yang dilaporkan meliputi ISPA, Diare, Malaria dan

Demam Berdarah Dengue dengan terdapat total 318 kasus. Berikut grafik jumlah

kasus yang dilaporkan:

Diagram. Distribusi Penyakit Potensial Wabah Menurut Bulan

pada Tahun 2016 sampai dengan 2018

e. Analisis Capaian Indikator

Perubahan Iklim berpengaruh pada penyebaran penyakit dimana degradasi lahan

dan ekosistem dapat berpengaruh pada penyebaran vector penyakit.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yakni melakukan kordinasi lintas

sektoral dengan dinas setempat

g. Masalah

Kurangnya koordinasi jejaring surveilans

LAPORAN KINERJA 2018 Page 24

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

2). Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

a. Pengertian

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani

penderita, mencegah perluasan kejadian dantimbulnya penderita atau kematian

baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.

b. Definisi operasional

Melakukan penanggulangan KLB pada wilayah kerja yang mengalami kejadian

KLB berdasarkan laporan yang masuk dari wilayah kerja.

c. Rumus/ cara perhitungan

d. Capaian Indikator

Pada tahun 2018 tidak terdapatnya laporan terkait Kejadian Luar Biasa, namun

adanya laporan kasus flu burung (H5N1) di wilayah kerja dari KKP Bitung yakni

di kecamatan Belang kabupaten Minahasa Tenggara, namun setelah di investigasi

benar adanya kasus tersebut tapi sebatas pada hewan sebagai tempat berdiamnya

virus tersebut atau belum terdapat suspect yaitu tertular pada manusia. Sehingga

hal-hal sebagai bentuk pencegahan dilakukan diantaranya penyuluhan berupa

edukasi kepada masyarakat sekitar.

e. Analisis Capaian Indikator

Perubahan Iklim berpengaruh pada penyebaran penyakit dimana degradasi lahan

dan ekosistem dapat berpengaruh pada penyebaran vector penyakit.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan terkait kasus KLB yang ditemukan yaitu

dengan melakukan kegiatan Penyelidikan epidemiologi, pengendalian vektor

penyebab penyakit dalam hal ini dilakukan fogging bersama dengan sie. PRL

serta diadakan penyuluhan kepada masyarakat setempat.

g. Masalah

- Pengetahuan dan ketrampilan petugas masih kurang

- Alat dan bahan pendukung kegiatan masih terbatas

LAPORAN KINERJA 2018 Page 25

- Kurang koperatifnya petugas di instansi terkait dalam memberikan data

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

3. Jumlah Deteksi Dini Dalam Rangka Cegah Tangkal Masuk dan Keluarnya

a. Pengertian

Deteksi dini penyakit karantina dan penyakit potensial wabah adalah upaya

identifikasi sedini mungkin terhadap kemungkinan adanya penderita/tersangka

menderita penyakit karantina maupun penyakit menular potensial wabah pada

penumpang/crew yang datang dari luar dan dalam negeri.

b. Defenisi Operasional

Secara Operasional penyelenggaraan deteksi dini meliputi Alat Angkut,

Manusia dan Barang yang berpotensi menyebabkan penyakit karantina dan penyakit

potensia wabah yang dilakukan pemeriksaan sesuai dengan standar prosedur yang

berlaku.

c. Rumus Pencapaian

Rumus Capaian Indikator yang digunakan adalah semua kapal yang datang dari

negara/daerah tidak terjangkit (sehat) yang dilakukan deteksi dini (pemeriksaan

dalam karantina).

Jumlah Kapal yang dilakukan Deteksi dini dalam rangka cegah tangkal

d. Capaian Indikator

Pada tahun 2018 jumlah kapal yang dilakukan deteksi dini dalam rangka cegah

tangkal masuk dan keluarnya penyakit adalah 349 sertifikat

Dengan Rincian :

1) Kegiatan Pemeriksaan Kedatangan (COP) kapal Total 183

2) Kegiatan Pemeriksaan Keberangkatan (PHQC) kapal Total 166

Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, kegiatan deteksi dini terjadi

peningktan hal ini disebabkan karena jumlah kedatangan dan keberangkatan kapal

yang juga mengalami peningkatan, dengan rincian :

1) Kegiatan Pemeriksaan Kedatangan (COP) kapal Total 346 sertifikat

LAPORAN KINERJA 2018 Page 26

2) Kegiatan Pemeriksaan Keberangkatan (PHQC) kapal Total 346 sertifikat

Berikut data kegiatan deteksi dini dalam rangka cegah tangkal masuk dan

keluarnya penyakit:

Diagram. Perbandingan Kegiatan Deteksi Dini Masuk Keluarnya Penyakit

pada Kapal

e. Kebijakan

Setiap kedatangan dan keberangkatan kapal wajib dilakukan deteksi dini oleh

Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam rangka cegah tangkal masuk keluarnya penyakit.

Kapal tidak diperkenankan melakukan aktivitas apapun sebelum petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan melakukan pemeriksaan dan diterbitkan sertifikat yang

menyatakan kapal tersebut layak untuk masuk maupun keluar.

f. Masalah

Permasalahan yang sering dijumpai pada saat kegiatan deteksi dini

pemeriksaan kapal dalam rangka cegah tangkal masuk keluarnya penyakit adalah

sebagai berikut :

1. Minimnya peralatan yang ada untuk melakukan deteksi dini

2. Masalah komunikasi atau penguasaan bahasa

3. Sarana penunjang yang ada belum memadai

g. Pemecahan Masalah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 27

Berdasarkan masalah yang timbul tersebut, maka KKP Kelas III Bitung

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Asanya peralatan untuk membantu petugas daam rangka deteksi dini penyakit

b) Melaksanakan koordinasi dengan pihak keagenan kapal

4. Indikator Jumlah Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus

a. Pengertian

Kementerian Kesehatan dalam hal ini Ditjen Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit (P2P) melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan berperan dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan situasi khusus pada fasilitas kesehatan yang ada pada bandar

udara, pelabuhan dan pos lintas batas negara yang diperlukan pada jalur angkutan

perayaan Lebaran juga Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai unit pelaksana khusus di

Pelabuhan Laut maupun Bandar Udara bertanggung jawab untuk melakukan

penyelenggaraan kesehatan haji. Berkaitan dengan pelayanan penyelenggaraan

kesehatan haji, Menteri kesehatan berkewajiban melakukan pembinaan dan

pelayanan kesehatan ibadah haji dan kewaspadaan terhadap penularan penyakit

yang terbawa oleh jamaah haji/umroh.

b. Definisi operasional

Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus terdiri dari Pelayanan Kesehatan pada

Situasi Khusus Mudik Lebaran, Perayaan Natal dan Tahun Baru, Embarkasi Haji,

dan Debarkasi Haji.

c. Rumus/ cara perhitungan

d. Capaian Indikator

Indikator capaian Jumlah Pelayanan Kesehatan pada Situasi Khusus adalah 4

layanan yang terdiri dari Layanan Situasi Khusus Posko Mudik Lebaran 2018,

Posko Perayaan Nataru 2018, Embarkasi Haji 2018, dan Debarkasi Haji 2018

mencapai 100 % dari target yang diharapkan sebesar 4 layanan.

Indikator capaian kegiatan pada tahun 2018 :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 28

e. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu ;

Persiapan berupa ;

- alat dan bahan

- tenaga medis

- Ambulance

Pelaksanaan ;

- Melakukan pengawasan lalu lintas penumpang pada Posko Lebaran dan

- Posko Nataru.

- Pelayanan kesehatan dan rujukan pada Posko Lebaran dan Posko Nataru.

- Pengawasan Embarkasi Haji dan Debarkasi Haji

Pelaporan ;

- Pencatatan

- Evaluasi

- Rencana tindak lanjut / follow up

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

- Persiapan alat dan bahan

- Membangun komitmen dengan dinas kesehatan, otoritas pelabuhan/bandara

dan Instansi terkait

- Sosialisasi

- Monitoring secara berkala.

f. Masalah

Tenaga dan sarana prasarana dalam melakukan layanan situasi khusus yang masih

perlu ditingkatkan. Juga koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang

belum maksimal.

g. Usul pemecahan masalah

Perencanaan yang tepat dan berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak yang

terkait.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 29

4. Jumlah Pelabuhan/Bandara/PLBD yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan

dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

a. Pengertian

Kebijakan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi

wabah merupakan suatu langkah yang di lakukan untuk menanggulangi kejadian

kkm yang trjadi serta mencegah untuk tidak meluasnya kejadian tersebut.

b. Definisi Operasional

Secara operasional kegiatan yang dimaksudkan berupa penanggulangan apabila

terjadinya suatu kejadian kkm di pelabuhan induk sehingga kegiatan tersebut dapat

ditanggulangi dan tidak meluas ke daerah-daerah yang lain.

c. Rumus Capaian

Ket:

d. Capaian Indikator

Pada tahun 2018 di KKP Kelas III Bitung terdapat 1 kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangka untuk kebijakan terhadap penanggulangan KKM yakni kegiatan

Rencana Kontijensi Wilker Amurang.

e. Kebijakan

adapun kebijakan yang dihasilkan dari kegiatan ini bertujuan untuk Pelabuhan

Bitung yang sehat dalam rangka mencegah menanggulangi terjadinya kkm serta

mencegahnya segala potensi penyebaran penyakit, gangguan keamanan dan

ketertiban masyarakat. Kebijakan yang dihasilkan teruang dalam bentuk tim gerak

cepat.

f. Permaslahan

Pada umumnya sumber daya manusia yang terampil dalam pembentukan tim masih

kurang.

g. Pemecahan Masalah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 30

Pelatihan dapat meningkatkan keterampilan dari SDM yang dimaksudkan

5. Jumlah Sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah

a. Pengertian

Sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah merupakan ijin yang diberikan

terhadap suatu keadaan yang melalui proses pemeriksaan petugas terkait.

b. Definisi Operasional

Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan terhadap objek maupun subjek melalui

prosedur yang ada sampai dinyatakan layak untuk diterbitkannya sertifikat yang

dimaksudkan. Adapun dokumen-dokumen yang dimaksudkan terdiri dari:

1. ICV

2. Orang Sakit

3. Ijin Angkut Jenazah

4. Surat Keterangan Berbadan Sehat

c. Rumus Capaian

Ket:

X= Sertifikat/ijin layanan kesehatan lintas wilayah

d. Capaian Indikator

Pada tahun 2018 terdapat total 334 Sertifikat yang diterbitkan dari layanan kesehatan

lintas wilayah. Berikut distribusi:

Diagram. Distribusi Pemberian Sertifikat/surat ijin Layanan Kesehatan Lintas

Wilayah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 31

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat dimana ICV menjadi persentasi

terbanyak dari total keseluruhan sertifikat. Berdasarkan target pada perjanjian

kinerja, sertifikat/surat ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah ditargetkan sejumlah

177 sertifikat. Pada realisasi selama tahun 2018, total sudah melebihi target yang

ditetapkan.

e. Kebijakan

Dalam rangka penerbitan sertifikat/ijin layanan kesehatan lintas wilayah, pemohon

atau subjek dilakukan kegiatan pemeriksaan maupun tidakan fisik serta melihat hasil

dari tindakan tersebut dan menerbitkan sertifikat/ijin yang dimaksud.

f. Permasalahan

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut seringkali menemui kendala terhadap SDM

pada bidang kesehatan lintas wilayah yang melakukan pemeriksaan, dimana

terkadang yang datang bermohon dalam jumlah yang banyak sementara SDM yang

ada terbatas

g. Pemecahan Masalah

Melakukan kordinasi dengan bagian kepegawaian terkait penambahan jumlah SDM.

6. Jumlah Pelabuhan / bandara / PLBD yang memenuhi syarat-syarat sanitasi

LAPORAN KINERJA 2018 Page 32

1. Pengawasan Sarana Penyediaan Air Bersih

Kegiatan pengawasan air yang dilakukan di wilayah Pelabuhan Bitung meliputi sarana

fisik hydran dan kualitas air secara fisik, kimia dan bakteriologis. Uraian kegiatan ini

dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Pengawasan Sarana PAB

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Diagram pengawasan sarana PAB yaitu Hydran, dilaksanakan dari bulan Januari sampai

dengan bulan Desember pada tahun 2018 dengan total jumlah sarana sebanyak 96 hydran

atau rata-rata 8 hydran diperiksa setiap bulan. Adapun rincian hydran yang diperiksa

yaitu hydran di Pelabuhan Bitung, satu hydran di Pelabuhan Kema, satu hydran di

Pelabuhan Amurang, satu hydran di Pelabuhan Belang, satu hydran di Pelabuhan

Kotabunan, satu hydran di Pelabuhan Labuan Uki dan satu hydran di Pelabuhan

Molibagu. Dari hasil pemeriksaan diatas seluruh hydran dalam keadaan baik dan masih

memenuhi syarat kesehatan artinya tingkat risiko pencemaran pada hydran rendah.

Selanjutnya gambaran kegiatan pemeriksaan kualitas air di KKP Bitung dapat dilihat

pada diagram dibawah ini :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 33

Pemeriksaan Kualitas Fisik Air

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Pemeriksaan Kualitas Kimia Air

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 34

Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa kegiatan pemeriksaan sampel air pada bulan

Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018. Dengan jumlah total sampel yang

diperiksa yaitu 28 sampel dengan rincian tujuh sampel dengan pemeriksaan fisika,

LAPORAN KINERJA 2018 Page 35

sembilan sampel dengan dengan pemeriksaan kimia dan 12 sampel dengan pemeriksaan

bakteriologis. Sampel akan dikirim dan diperiksa oleh BTKL PP Kelas I Manado.

Adapun hasil dari pemeriksaan tersebut yaitu, tujuh sampel yang diperiksa secara fisika

semuanya memenuhi syarat, sembilan sampel yang diperiksa secara kimia semuanya

memenuhi syarat, dua sampel yang diperiksa secara bakteriologis memenuhi syarat 10

sampel yang diperiksa secara bakteriologis tidak memenuhi syarat. Hasil pemeriksaan

akan diberikan kepada instansi yang bersangkutan atau kepada tempat atau lokasi yang

dijadikan tempat pengambilan sampel, apabila terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat

maka akan ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran sesuai dengan

masalah atau parameter yang tidak memenuhi syarat.

Selain itu juga pemeriksaan air secara fisik dilakukan saat pemeriksaan kapal dalam

rangka penerbitan SSCEC/ SSCC, parameter yang diperiksa hanya warna, rasa dan bau.

Adapun sampel air yang diperiksa secara fisika selama tahun 2018 sebanyak 2.301

sampel, dengan rincian 372 kapal dari Pelabuhan Bitung, 1.489 kapal dari Pelabuhan

Perikanan Samudera Bitung, 74 kapal dari Pelabuhan Kema, 49 kapal dari Pelabuhan

Amurang, 197 kapal dari Pelabuhan Belang, 10 kapal dari Pelabuhan Kotabunan, 79

kapal dari Pelabuhan Labuan Uki dan 31 kapal dari Pelabuhan Molibagu.

2. Pengawasan makanan/minuman

a. Pengertian

Pengamanan makanan dan minuman merupakan upaya melindungi makanan dan

minuman yang meliputi pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan

makanan , penyajian dan pengangkutan dari kemungkinan tercemar oleh bahan bahan

kontaminan. Tempat pengelolaan Makanan sangat rentan terkontaminasi dengan

bakteri dan zat kimia beracun lainnya. Oleh sebab itu pengawasan terhadap Tempat

pengolahan makanan di wilayah pelabuhan harus dilakukan agar tidak terjadi

kejadian keracunan makanan.

b. Devinisi operasional

Rumah makan merupakan tempat pengolahan makanan yang memproduksi dan

menjual berbagai jenis makanan dan minuman bagi masyarakat luas yang cenderung

berkembang pesat.

Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan diperlukan upaya penyehatan

makanan dan minuman dengan tujuan agar kemampuan masyarakat dalam mengelola

dapat meningkat sehingga masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan atau

LAPORAN KINERJA 2018 Page 36

penyakit bawaan makanan/keracunan makanan. Salah satu upaya penyehatan

makanan dan minuman yang dilakukan adalah pengawasan tempat pengolahan

makanan.

c. Rumus/ cara perhitungan

Pemeriksaan menggunakan formulir pemeriksaan inspeksi tempat pengolahan

makanan

kVariabel/ Komponen yang dinilai BOBOT X NILAI = SCORE

Ket : 0 – 699 = Tidak memenuhi syarat

700 – 1000 = Memenuhi syarat

d. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu pengawasan infeksi sanitasi Tempat

Pengolahan Makanan dan monitoring secara berkala untuk menjaga kualitas dari

Tempat Pengolahan Makanan tersebut.

Pengawasan TPM

Kegiatan pengawasan makanan/minuman di wilayah Pelabuhan Bitung dapat dilihat

pada gambar berikut.

Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan/Minuman

KKP Kelas III Bitung Triwulan III Tahun 2018

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan pemeriksaan Tempat Pengolahan

Makanan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 sebanyak

160 Tempat Pengolahan Makanan atau rata-rata 13 Tempat Pengolahan Makanan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 37

yang diperiksa setiap bulannya. Dari 160 Tempat Pengolahan Makanan tersebut

seluruhnya memenuhi syarat atau layak dalam melakukan aktifitas pengolahan

makanan. Adapun rincian Tempat Pengolahan Makanan yang diperiksa adalah

sebagai berikut, 88 Tempat Pengolahan Makanan dari wilayah kerja Pelabuhan

Bitung, 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Kema, 12 Tempat Pengolahan

Makanan dari Wilker Amurang, 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Belang,

12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker Kotabunan, 12 Tempat Pengolahan

Makanan dari Wilker Labuan Uki dan 12 Tempat Pengolahan Makanan dari Wilker

Molibagu.

Selanjutnya gambaran kegiatan pemeriksaan sampel makanan/ minuman di KKP

Bitung dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Pemeriksaan Sampel Makanan/ Minuman

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 38

Pemeriksaan Usap Alat Makanan/ Minuman

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Dari gambar diatas pemeriksaan sampel makanan pada bulan Januari sampai dengan

bulan Desember tahun 2018. Dengan jumlah total sampel makanan yang diperiksa

sebanyak 71 sampel makanan. Pemeriksaan sampel makanan ini diperiksa di

Laboratorium milik BTKL PP Kelas I Manado. Adapun hasil dari pemeriksaan

sampel makanan tersebut yaitu, 43 sampel memenuhi syarat dan 28 sampel tidak

memenuhi syarat.

Untuk pemeriksaan usap alat dilakukan hanya pada bulan Desember dengan jumlah

total enam sampel, dari enam sampel, dua sampel memenuhi syarat dan empat sampel

tidak memenuhi syarat.

Hasil pemeriksaan akan diberikan kepada rumah makan yang dijadikan tempat

pengambilan sampel makanan tersebut, apabila terdapat hasil hasil yang tidak

memenuhi syarat maka akan ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran

sesuai dari hasil pemeriksaan sampel makanan tersebut.

e. Pengawasan bangunan, industri dan perkantoran

Kegiatan pengawasan bangunan, industri dan perkantoran di Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas III Bitung dapat dilihat pada gambar berikut.

Hygiene Sanitasi Gedung dan Bangunan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 39

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Gambar di atas menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan hygiene santasi gedung dan

bangunan perkantoran ini dilaksanakan setiap bulan pada bulan Januari sampai dengan

bulan Desember di tahun 2018 dengan jumlah keseluruhan pengawasan mencapai 216

bangunan yang diperiksa atau rata-rata bangunan yang diperiksa setiap bulannya

mencapai 18 bangunan.

Dari hasil pemeriksaan hygiene sanitasi gedung dan bangunan perkantoran di KKP

Bitung bahwa dari 180 bangunan yang diperiksa seluruhnya masih memenuhi syarat dan

masih layak untuk digunakan. Adapun gedung dan bangunan perkantoran yang diperiksa

meliputi : PT. Pelindo, Kantor Bea dan Cukai, KPLP, Karantina Hewan dan Tumbuhan,

KSOP, KP3, PPS, Kantor Imigrasi, PT. IKI, PT. MNS, PT. Makmur, PT Sari Tuna

Makmur, PT Pelni dan masih banyak lagi.

f. Pengawasan pencemaran udara dan air

Kegiatan pengamanan limbah udara dan radiasi di wilayah kerja Pelabuhan Bitung dapat

dilihat pada gambar berikut.

Pengawasan Pencemaran Udara

KKP Kelas III Bitung Triwulan III Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 40

Pengawasan Kebisingan

KKP Kelas III Bitung Triwulan III Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 41

Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan kualitas udara yang dilakukan

selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 sebanyak dua sampel

udara. Dua sampel tersebut diperiksa pada bulan Agustus. Dari dua sampel yang

diperiksa semuanya memenuhi syarat kesehatan.

Untuk pengawasan kebisingan jumlah sampel yang diperiksa pada tahun 2018 sebanyak

dua sampel. Dua sampel tersebut diperiksa pada bulan Agustus. Dari dua sampel yang

diperiksa semuanya memenuhi syarat kesehatan.

Adapun titik yang dijadikan tempat pengambilan sampel pengawasan udara dan sampel

pengawasan kebisingan yaitu, pos masuk Pelabuhan Bitung, pos keluar Pelabuhan

Bitung, pos masuk dermaga empat Pelabuhan Bitung dan di depan kantor VTS (Vessel

Traffic Services) Bitung.

Pengwasan pencemaran udara dilakukan adalah salah satu bentuk upaya pengendalian

risiko lingkungan khususnya diwilayah Pelabuhan Bitung dilakukan sehubungan dengan

adanya pembangunan kawasan industri dalam rangka percepatan pembangunan Kawasan

Ekonomi Khusus di wilayah ini.

Untuk kegiatan pengawasan air limbah perusahaan di wilayah kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan Bitung dapat dilihat pada gambar berikut.

Pengawasan Pencemaran Air Limbah

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 42

Dari gambar diatas pengawasan pencemaran air limbah di wilayah kerja Pelabuhan

Bitung selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember di tahun 2018 menunjukkan

bahwa total sampel air limbah yang diperiksa sebanyak 11 sampel air limbah. Adapun

sampel air limbah yang diperiksa barasal dari PT. Perikani Nusantara (dua sampel inlet

dan outlet), PT. Samudera Mandiri Sentosa (satu sampel outlet) dan PT. Sari Tuna

Makmur (dua sampel inlet dan outlet). Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan

perusahaan yang berada pada wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III

Bitung. Dan perusahaan-perusahaan tersebut membuang air limbah yang sudah diolah ke

badan air laut yang dapat berisiko mencemari lingkungan khususnya air laut.

Berdasarkan dari hasil pemeriksaan sampel yang di rujuk ke BTKL PP Kelas I Manado,

dari 11 sampel air limbah yang diperiksa, enam sampel memenuhi syarat kesehatan,

artinya risiko pencemaran terhadap lingkungan khususnya air laut sangat rendah dan lima

sampel tidak memenuhi syarat kesehatan, artinya risiko tingkat pencemaran tinggi

terhadap lingkungan khususnya air laut.

Hasil pemeriksaan air limbah tersebut akan diberikan kepada instansi atau perusahaan

yang bersangkutan, apabila terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat maka akan

ditindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran sesuai dengan masalah atau

parameter yang tidak memenuhi syarat.

g. Hygiene sanitasi alat angkut

a. Pengertian

LAPORAN KINERJA 2018 Page 43

Sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap fakor lingkungan di kapal

untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan

mempertinggi derajat kesehatan. (Permenkes No.530/menkes/per/VII/1987)

Kapal termasuk salah satu faktor risiko yang dapat menjadi sumber penularan

penyakit menular atau kontaminasi termasuk vektor dan reservoir. Hal ini sejalan

dengan amanat International Health Regulation (IHR) 2005 pada pasal 22 ayat 1 point

(a) yang berbunyi,”Pihak yang berkompeten harus bertanggung jawab atas

pemantauan bagasi, kargo, peti kemas, alat angkut, barang, paket pos dan jenazah

yang berangkat dari wilayah terjangkit, guna menjaga kondisi sedemikian rupa

sehingga bebas dari sumber penyakit menular atau kontaminasi, termasuk vektor dan

reservoir”, sehingga diperlukan adanya pengawasan dan pemeriksaan hygiene sanitasi

kapal.

b. Definisi operasional

Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang maupun kapal

barang. Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk penerbitan sertifikat sanitasi

guna memperoleh Surat izin kesehatan berlayar. Hasil pemeriksaan dinyatakan

beresiko tinggi atau rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan resiko tinggi maka

diterbitkan Ship Sanitation Control Sertificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan

sanitasi, dan apabila factor resiko rendah diterbitkan Ship Sanitation exemption

Control Sertificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam waktu enam bulan

sekali.

Kegiatan pengawasan sanitasi kapal di wilayah kerja Pelabuhan Bitung dapat dilihat

pada gambar berikut.

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Bitung Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 44

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Tahun 2018

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Kema Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 45

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Amurang Tahun 2018

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Belang Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 46

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Kotabunan Triwulan III Tahun 2018

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Labuan Uki Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 47

Pengawasan Sanitasi Kapal

Pelabuhan Molibagu Tahun 2018

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa kegiatan sanitasi kapal dilaksanakan dari

bulan Januari sampai dengan bulan Desember pada tahun 2018 sebanyak 2.301 kapal,

dengan rincian sebagai berikut, 372 kapal dari Pelabuhan Bitung, 1.489 kapal dari

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, 74 kapal dari Pelabuhan Kema, 49 kapal dari

Pelabuhan Amurang, 197 kapal dari Pelabuhan Belang, 10 kapal dari Pelabuhan

Kotabunan, 79 kapal dari Pelabuhan Labuan Uki dan 31 kapal dari Pelabuhan

Molibagu.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 48

Dari hasil pemeriksaan sanitasi kapal tersebut terdapat delapan kapal yang tidak

memenuhi syarat, artinya kapal dalam kondisi kurang baik atau tidak layak untuk

berlayar sehingga kapal tersebut harus diambil tindakan dengan cara melakukan

penyehatan kapal terlebih dahulu, baru dapat melakukan aktifitas kapal

sepertibiasanya.

Dan apabila terdapat kapal yang tidak memenuhi syarat atau kapal tersebut tidak

dalam kondisi baik, maka KKP Bitung akan merekomendasikan kapal tersebut untuk

dilakukan tindakan penyehatan kapal terlebih dahulu agar kapal tersebut bisa

melakukan aktifitas sepertbiasanya, untuk tindakan penyehatan kapal dlakukan oleh

pihak ketiga atau Badan Usaha Swasta (BUS) yang sudah melakukan kerjasama oleh

KKP Bitung.

Hal ini dilakukan untuk menekan angka penyebaran penyakit yang ditularkan oleh

vektor atau binatang pembawa penyakit lainnya.

Untuk tindakan penyehatan kapal.

7. Jumlah Pelabuhan / bandara / PLBD bebas vektor pada wilayah perimeter dan

buffer area

1. Pengendalian vektor pes

a. Pengertian

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk

menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi

beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah serta

upaya menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit

tular vektor dapat dicegah. Adapun vektor penyakit Pes adalah tikus sebagai host dan

pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Tujuan pengendalian tikus adalah menjamin

bebasnya masyarakat dilingkungan pelabuhan dari ganggunan kehidupan tikus dalam

rangka upaya pencegahan penyakit menular dan kerugian - kerugian lain yang

ditimbulkan oleh tikus.

b. Definisi operasional

Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia dari perilaku dan

keberadaannya kotor, dapat pula menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti Pes,

Salmonelosis, Leptospirosis dan Murin typhus. Ditinjau dari nilai estetika,

LAPORAN KINERJA 2018 Page 49

keberadaan tikus akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh

dan lembab. Keberadaan tikus dan pinjal di perimeter area dalam wilayah pelabuhan

di tentukan oleh bila Indeks pinjal = 0 dan wilayah buffer area Indeks pinjal < 1

menyatakan bahwa daerah tersebut bebas dari vektor Pes.Tetapi apabila dalam

kegiatan identifikasi tikus terdapat Indeks Pinjal > 1 maka segera dilakukan

pemberantasan.

c. Rumus/ cara perhitungan

Indeks Pinjal = Jumlah Pinjal Yang ditemukan__

jumlah pinjal yang ditangkap

d. Capaian Indikator

Indikator capaian kegiatan selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember pada

tahun 2018.

Pengendalian tikus yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan

Desember yaitu dengan cara mekanik. Jumlah perangkap yang dipasang sebanyak

19.032 perangkap atau rata-rata 1.586 per bulan dan total tikus tertangkap selama

bulan Januari sampai dengan bulan Oktober sebanyak 143 ekor atau rata-rata 11 ekor

tikus tertangkap setiap bulannya. Diperoleh indeks pinjal pada tahun 2018 sebesar 0

artinya masih memenuhi syarat dan belum diperlukan tindak lanjut/ pemberantasan.

Kegiatan Pengendalian Tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung

dilaksanakan dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit pes yang bisa masuk

melalui lalu lintas laut baik antar daerah yang berada di Indonesia maupun antar

negara. Adapun uraian kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut.

Pemberantasan Tikus

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

LAPORAN KINERJA 2018 Page 50

Indeks Pinjal

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

e. Analisa pencapaian

Pada dasarnya indeks pinjal pada tahun 2018 masih memenuhi syarat dan belum

diperlukan tindak lanjut atau pemberantasan. Umumnya spesies tikus yang tertangkap

seperti Rattus norvegicus (tikus got), Ratus ratus (tikus rumah) dan Rattus

argentiventer (tikus sawah).

LAPORAN KINERJA 2018 Page 51

Hal ini disebabkan karena faktor teknis seperti suhu dan kelembaban, suhu dan

kelembaban pada area perimeter dan buffer tidak mendukung pinjal untuk

berkembang biak sehingga siklus hidup pinjal tidak berjalan dengan baik.

Selain itu hygiene sanitasi pada area perimeter dan buffer pada pelabuhan sudah

mengalami peningkatan yang baik sehingga indeks pinjal menjadi stabil selama tahun

2018.

Selain itu sudah adanya koordinasi antara petugas KKP dan pihak pengelola

pelabuhan untuk menjaga kebersihan pada area pelabuhan.

Dari capaian diatas bahwa kegiatan pemberantasan tikus sudah melebihi target,

artinya kegiatan ini dianggap berhasil karena adanya kerjasama yang baik antar

sesama pegawai khususnya pegawai yang berada pada seksi PRL dan KLW.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pemasangan

perangkap, pemeriksaan tikus, identifikasi pinjal dan pemberantasan tikus.

g. Masalah

Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan

kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan

pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

2. Pengendalian vektor DBD

a. Pengertian

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk

menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi

beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah serta

upaya menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit

melalui vektor dapat dicegah.Adapun vektor penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) adalah nyamuk Aedes aegypthy. Populasi nyamuk Aedes Aegypti, baik

stadium larva maupun stadium dewasa dapat diketahui melalui kegiatan pemetaan

LAPORAN KINERJA 2018 Page 52

termasuk perhitungan indeks, pengamatan dan apabila ditemukan House Indeks (HI)

perimeter area > 0% dan buffer area > 1% maka akan dilakukan pemberantasan.

b. Definisi operasional

Menghitung HI dan CI dan BI selanjutnya dituangkan ke dalam laporan.

Apabila indeks larva >0% untuk daerah perimeter dan >1% untuk daerah buffer,

maka direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.

c. Rumus/ cara perhitungan

- House Indeks

- Container Indeks

d. Capaian Indikator

Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun

2018

- HI daerah perimeter 0,59 % (HI = 0%)

- HI daerah buffer 1,76 % (HI < 1%)

- CI daerah perimeter 0,88 % (CI =0% )

- CI daerah buffer 1 % (CI <1% )

Kegiatan Pengendalian Nyamuk Aedes aegypthy dimulai dengan kegiatan survey

bangunan dan kontainer sebagai lokasi perindukan nyamuk pada area perimeter dan

area buffer.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 53

Jumlah Bangunan Diperiksa

KKP Kelas III Bitung 2018

Berdasarkan diagram diatas, jumlah bangunan yang diperiksa pada area perimeter

selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 sebanyak 3.388

bangunan atau rata-rata pemeriksaan setiap bulannya sebanyak 282 bangunan. Untuk

area buffer bangunan diperiksa sebanyak 38.053 bangunan atau rata-rata pemeriksaan

setiap bulannya sebanyak 3.171 bangunan. Pada saat pemetaan telah dilakukan

pengurangan bangunan yang akan disurvey pada area perimeter dan buffer, karena

pada tahun lalu dinilai terlalu luas bangunan yang disurvey pada area perimeter dan

buffer.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 54

Jumlah Kontainer Diperiksa

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Jumlah kontainer yang diperiksa pada area perimeter pada tahun 2018 sebanyak

7.037 kontainer atau rata-rata kontainer yang diperiksa sebanyak 586 per bulan.

Untuk area buffer kontainer yang diperiksa sebanyak 58.279 kontainer atau rata-rata

kontainer yang diperiksa sebanyak 4.856 per bulan. Untuk pemeriksaan kontainer

terdapat banyak kontainer yang berada diluar ruangan atau bangunan. Pada saat

pemetaan telah dilakukan pengurangan bangunan yang disurvey pada area perimeter

dan buffer, sehingga jumlah kontainer yang diperiksapun menjadi berkurang atau

lebih sedikit mengingat pada tahun lalu dinilai terlalu luas bangunan yang disurvey

pada area perimeter dan buffer.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 55

House Index

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Survey jentik yang dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

tahun 2018 menunjukkan populasi nyamuk Aedes aegypthy sebagai indikator

penyakit demam berdarah dalam status waspada, karena rata-rata House Index (HI)

pada daerah perimeter 0,59%. Dan untuk daerah buffer 1,76%. Dari data diatas

menunjukkan bahwa capaian pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

tahun 2018 sudah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 0 untuk area

perimeter dan 1 untuk area buffer.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 56

Container Index

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Untuk pemeriksaan kontainer index pada bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2018 pada daerah perimeter rata-rata yang didapat sebesar 0,88%.

Dan untuk daerah buffer rata-rata yang didapat sebesar 1%. Dari data diatas

menunjukkan bahwa capaian pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

tahun 2018 sudah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 0 untuk area

perimeter dan 1 untuk area buffer.

e. Analisia capaian

Dari data diatas nilai House Index dan Container Index sudah melebihi nilai ambang

batas hal ini disebabkan karena tingkat curah hujan yang tinggi dan banyak

menimbulkan genangan air sehingga mempermudah perkembangbiakan nyamuk dan

mendukung siklus kehidupan nyamuk.

Selain itu untuk kegiatan pengamatan dan pemberantasan nyamuk sudah berjalan

baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik

dengan masyarakat setempat masyarakat sudah membentuk tim pemantau jentik yang

menjadi ujung tombak dalam pemberantasan sarang nyamuk. Hal yang baik ini perlu

diapresiasi dan dipertahankan.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pengamatan

(survey jentik dan nyamuk dewasa) dan pemberantasan (abatisasi dan fogging).

LAPORAN KINERJA 2018 Page 57

Karena nilai House Index dan Container Index sudah melebihi nilai ambang batas

maka petugas langsung mengambil tindakan dengan melaksanakan kegiatan

larvasidasi yaitu dengan cara membubuhkan bubuk abate pada genangan air yang

berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dan petugas juga langsung

memberikan edukasi pada orang tersebut agar dapat menjalankan kegiatan 3M plus

agar nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembangbiak. Selain itu petugas juga

sudah terjadwal dalam melaksanakan pemantauan jentik pada area perimeter dan area

buffer.

g. Masalah

Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan

kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan

pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya.

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

3. Pengendalian vektor malaria

a. Pengertian

Kegiatan pengawasan terhadap upaya pengamatan dan pengendalian yang dilakukan

untuk menurunkan populasi atau melenyapkan vektor penular penyakit dengan

maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor penular

penyakit. Adapun yang merupakan vector pembawa penyakit Malaria adalah nyamuk

Anopheles

Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah Survey Anopheles stadium

larva, Pengamatan Anopheles stadium dewasa dengan umpan orang, Pengamatan

Anopheles stadium dewasa bukan dengan umpan orang dan Pemberantasan.

b. Definisi operasional

Menghitung MBR dan MHD selanjutnya tulis ke dalam laporan.

Apabila Dipper Indeks >1% untuk daerah perimeter dan untuk daerah buffer, maka

direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 58

c. Rumus/ cara perhitungan

- Man Bitting Rate( Nyamuk hinggap mengigit tertangkap )

MBR = jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap__

jumlah jam kerja x jumlah kolektor

- Man Hour Dencity( Nyamuk hinggap tertangkap )

MHD = jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap__

jumlah jam kerja x jumlah kolektor

d. Capaian Indikator

Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun

2018

- MBR nyamuk anopheles indeks larva/density figur <1, transmisi kecil

- MHD nyamuk anopheles indeks larva/density figur <1, transmisi kecil

Kegiatan pengendalian nyamuk Anopheles dimulai dari kegiatan pengamatan jentik

untuk menentukan lokasi potensial perindukkan nyamuk Anopheles, kegiatan ini

disebut dengan Dipper Index yaitu menciduk air dengan gayung dari lokasi yang

dianggap merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles sebanyak 10 kali.

Kemudian jentik nyamuk yang ditemukan diidentifikasi apakah positif Anopheles

atau tidak. Hasil kegiatan selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun

2018 dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 59

Dipper Index

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa selalu ditemukan jentik nyamuk

Anopheles di area pelabuhan. Untuk area perimeter rata rata Dipper Index selama

bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 sebesar 0,3 dan untuk area

buffer nilai rata-rata Dipper Index sebesar 0,4.

Kegiatan pengendalian nyamuk Anopheles stadium dewasa dilakukan melalui

pengamatan dengan umpan orang (human bait), yaitu : di dalam rumah (Man Bitting

Rate/MBR) dan di luar rumah (Man Hour Density/MHD). Adapun hasil kegiatan ini

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 60

Man Hour Density

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Gambar diatas menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2018 ditemukan nyamuk Anopheles yang senang mengigit di luar

rumah (Exophilic), dengan rata-rata MHD untuk area perimeter 0,47 dan rata-rata

MHD untuk area buffer 0,45. Artinya selalu didapatkan nyamuk pada saat

pemeriksaan dan ditemukan potensi penyakit Malaria untuk KKP Bitung. Mengingat

nilai ambang batas yang ditentukan 1 artinya capaian yang dicapai pada bulan Januari

sampai dengan bulan Desember tahun 2018 belum melebihi nilai ambang batas dan

masih di bawah standar yang ada.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 61

Man Bitting Rate

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Gambar di atas menunjukkan bahwa keberadaan penyakit malaria bisa ditemukan di

KKP Bitung dalam transmisi kecil. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata MBR di area

perimeter sebesar 0,45 dan rata-rata MBR di area buffer sebesar 0,6. Artinya selalu

didapatkan nyamuk pada saat pemeriksaan dan dapat ditemukan potensi penyakit

Malaria untuk KKP Bitung. Capaian yang dicapai pada bulan Januari sampai dengan

bulan Desember tahun 2018 masih dalam kategori rendah.

e. Analaisis capaian

Kegiatan pengamatan dan pemberantasan nyamuk sudah berjalan baik, hal ini dapat

dilihat dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan masyarakat

setempat, masyarakat sudah membentuk tim pemantau jentik yang menjadi ujung

tombak dalam pemberantasan sarang nyamuk. Hal yang baik ini perlu diapresiasi dan

dipertahankan.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari pemetaan, pengamatan

(survey jentik dan nyamuk dewasa) dan pemberantasan (abatisasi, Indoor residual

spraying dan fogging).

Untuk itu upaya pengendalian populasi nyamuk ditujukan pada lokasi perindukan

dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan membuka saluran air

yang tersumbat sehingga tidak terjadi genangan, penyuluhan tentang kebersihan

lingkungan serta upaya pemberantasan jentik menggunakan metode larvaciding.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 62

Upaya pemberantasan nyamuk yang dilakukan di wilayah Pelabuhan Bitung secara

keseluruhan selain melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) juga

pemberantasan dengan cara kimiawi. Kegiatan pengendalian nyamuk lebih

diutamakan pada stadium larva dengan jumlah pemakaian Abate dari bulan Januari

hingga Desember tahun 2018 sebanyak 18 kg atau pemakaian rata-rata per bulan 1,5

kg.

g. Masalah

Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan

kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan

pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

4. Pengendalian vektor diare

Kepadatan lalat

a. Pengertian

Lalat adalah jenis serangga dari ordo Diptera (berasal dari bahasa Yunani di berati

dua dan ptera berarti sayap). Perbedaan yang paling jelas antara lalat dan ordo

serangga lainnya adalah lalat memiliki sepasang sayap terbang dan sepasang halter,

yang berasal dari sayap belakang, pada metatoraks (kecuali beberapa spesies lalat

yang tidak dapat terbang). Satu-satunya ordo serangga lain yang memiliki dua sayap

yang benar-benar berfungsi dan memiliki halter adalah Strepsiptera. Tetapi, berbeda

dengan lalat, halter Strepsitera berada di mesotoraks dan sayap di metatoraks. Ordo

Diptera adalah ordo yang besar, diperkirakan mencakup 240.000 spesies nyamuk,

ngengat, agas, dan lain-lain, meskipun hanya kurang dari setengahnya (sekitar

120.000 spesies) yang telah dideskripsikan.[1] Diptera adalah salah satu ordo

serangga yang memiliki peranan sangat penting, baik dari segi ekologis maupun

kepentingan manusia (medis dan ekonomi). Diptera, khususnya nyamuk (Culicidae),

adalah penyebar beberapa penyakit, mereka berperan sebagai vektor dari malaria,

demam berdarah dengue, virus Nil Barat, demam kuning, radang otak, dan penyakit

menular lainnya (Anonim, 2015).

LAPORAN KINERJA 2018 Page 63

Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat

rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya hidup disekitar manusia dan aktivitas-

aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat dari kesehatan masyarakat, karena dapat

menularkan 100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia.

Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca domestica

dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura, cacing

tambang, dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba hystolitica dan Giardia

lamblia), Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio,

Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat

fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis myasis (Gastric, Intestinal, dan

Genitorinary). Lalat Stomoxys merupakan vector penyakit surra (yang disebabkan

Trypanosima evansi), antrax, tetanus, yellow fever , traumatic miasis dan Enteric

pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Paenicia dan Chrysomyia) dapat

menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat

Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung, jaringan, vagina, dan usus.

Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada

malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar

pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan

meningkat jumlahnya pada temperatur 20ºC - 25ºC dan akan berkurang jumlahnya

pada temperatur <10ºC atau >49ºC serta kelembaban yang optimum 90%.

Survei kepadatan lalat dilakukan dengan metode observasi lingkungan menggunakan

alat flygrill, Stopwatch dan counter. Jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik,

dihitung 10 kali perhitungan pada setiap lokasi (10 kali / 30 detik) dan 5 perhitungan

tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat dalam formulir observasi survey kepadatan

lalat. Survei dilakukan pada bulan Januari s/d September 2018 oleh petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan Bitung dan hasil survey dicatat pada formulir yanag sudah ada.

b. Definisi operasional

- Lalat adalah sejenis serangga yang mampu menyebarkan penyakit.

- Kepadatan lalat adalah banyaknya jumlah lalat pada suatu tempat yang didapat

dari hasil pengukuran.

- Populasi lalat adalah sekumpulan lalat yang berada pada suatu wilayah tertentu

dan pada waktu tertentu.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 64

- Survey adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

suatu kepastian informasi.

- Angka rata-rata adalah Angka rata-rata merupakan petunjuk (indeks) populasi

lalat dalam lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat yang

hinggap pada flygrill per 10 x 30 detik pada setiap lokasi.

- Flygrill adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat ditempat

umum misalnya warung makan, terminal, tempat sampah dan lain-lain.

- Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang

diperlukan dalam kegiatan.

- Counter adalah alat yang digunakan untuk membantu menghitung jumlah.

- Formulir observasi kepadatan lalat adalah lembar isian jumlah lalat yang hinggap

saat pengukuran.

- Table interpretasi adalah aturan baku yang ada di SOP KKP untuk menentukan

tingkat kepadatan lalat.

Menghitung tingkat kepadatan lalat selanjutnya tulis ke dalam laporan dan

diinterpretasikan tingkat kepadatan, apabila tingkat kepadatan lalat tinggi atau sangat

tinggi maka dilakukan tindakan pengendalian.

c. Rumus/ cara perhitungan :

Tabel Interpretasi Lalat

No Rata – Rata Indeks

1

2

3

4

0 – 2

3 – 5

6 – 20

20 ke atas

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0 – 2 : Risiko Rendah (Tidak menjadi masalah)

3 – 5 : Risiko Sedang (Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat

berkembangbiaknya lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, sisa

makanan dan lain-lain)

6 – 20 : Risiko Tinggi (populasinya padat dan perlu pengamanan terhadap

tempat-tempat berkembangbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan

upaya pengendalian lalat)

LAPORAN KINERJA 2018 Page 65

21–Keatas : Risiko Tinggi Sekali (populasinya sangat padat dan perlu dilakukan

pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiaknya lalat dan

diupayakan tindakan pengendalian karena populasi lalat sudah sangat

padat)

Dari hasil pengukuran yang dilakukan diambil 5 nilai tertinggi lalu dijumlahkan

kemudian dibagi dengan jumlah pengukuran

Rata-rata Kepadatan Lalat

Setelah kepadatan rata-rata perlokasi diperoleh maka dicari juga rata-rata kepadatan

lalat untuk mewakili jumlah kepadatan lalat di Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung

setiap bulannya.

d. Capaian Indikator

Indikator capaian kegiatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun

2018.

Pengendalian Lalat

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Menurut table interpretasi, indeks kepadatan lalat setiap bulannya masuk dalam

kategori rendah. Artinya kepadatan potensial lalat di wilayah ini masih dalam ambang

batas yang bisa ditolerir.

Untuk mencari rata-rata kepadatan selama bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2018 maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 66

Kategori indeks kepadatan lalat di Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung dari bulan

Januari sampai dengan bulan Desember adalah 0,54 dimana menurut tabel interpretasi

angka 0,54 masuk dalam kategori rendah. Artinya kepadatan potensial lalat di

wilayah ini masih dalam ambang batas yang bisa ditolerir.

Kegiatan pengendalian lalat dilaksanakan berhubungan dengan perannya sebagai

vektor penyakit pada saluran pencernaan seperti : Cholera, Disentry, Typhoid,

Infantile diare, keracunan makanan dan parasit cacing.

e. Analisis capaian

Kategori indeks kepadatan lalat di wilayah kerja pelabuhan bitung dari bulan januari

sampai bulan agustus mengalami penurunan kepadatan rata-rata, tapi pada bulan

September populasi lalat mulai naik lagi diakibatkan karena curah hujan di bitung

cukup tinggi, ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat

kepadatan lalat naik lagi.

Survey kepadatan lalat dapat berjalan baik karena adanya kerjasama lintas sektor

antara KKP Bitung dengan pihak pengelola pelabuhan, adapun tujuan dari kerjasama

ini yaitu untuk menjaga lingkungan pelabuhan agar selalu tetap bersih, sehat dan

tidak menjadi tempat penyebaran penyakit. Khususnya penyakit yang ditularkan

melalui vektor lalat.

f. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu dimulai dari survey kepadatan lalat di

pelabuhan dan kapal dengan menggunakan flygrill dan pemberantasan berupa

penyemprotan dengan efek knock down, larvasiding dengan bahan insektisida dan

upaya perbaikan lingkungan.

untuk itu tindak lanjut yang dilakukan adalah pengawasan tempat perkembangbiakan

seperti sampah dan tempat pembuangannya dalam hal ini petugas KKP

merekomendasikan kepada pengelola pelabuhan untuk distribusi sampah sampai ke

TPA tidak melebihi 1 x 24 jam. Selain itu dengan memberdayakan peran serta

masyarakat pengguna jasa pelabuhan untuk terus menerapkan pola Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS).

LAPORAN KINERJA 2018 Page 67

Selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018 telah dilakukan

spraying sebanyak dua kali yaitu pada bulan Agustus dan bulan Desember, hal ini

dilakukan untuk melakukakan pemberantasan lalat sehingga dapat menekan angka

kepadatan lalat dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan, selain itu dapat

membuat nyaman para pengunjung yang ingin melakukan aktifitas di area Pelabuhan

Bitung.

g. Masalah

Luas wilayah pengawasan tidak sebanding dengan jumlah Petugas Vektor dan

kendaraan operasional yang ada sehingga membuat cakupan wilayah yang dilakukan

pengamatan tidak terlaksana sepenuhnya.

h. Usul pemecahan masalah

Penambahan sumber daya manusia dan peningkatan pengetahuan petugas serta

kendaraan operasional.

Kepadatan Kecoa

a. Pengertian

Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,pipih dorso-vental. Kepala

tersembunyi dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak

berambut dan berdri. Berwarna coklat dan coklat tua. Panjang tubuhnya bervariasi,

berkisar antara 0.6 sampai 7.6 mm2. Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk

ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang

dibelakang dan melipat seperti kertas. Kecoa terdiri dari beberapa genus yaitu

Blaptella,periplaneta, blatta, supella, dan blaberus. Beberapa spesies dari kecoa

blaptella germanika, periplaneta americana, periplaneta austalasiae, periplaneta

fluginosa, blatta orientalis, dan supella longipalpa.

Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga memasukkan

kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969)

memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu familinya Blattidae

Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa kedalam ordo Dicyoptera

dengan sub ordonya Blattaria, sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan

kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae. Banyak

orang merasa jijik dengan serangga yang satu ini. Tak heran, karena umumnya kecoa

tinggal di tempat gelap yang kotor, lembab dan bau. Kecoa dengan mudah kita

LAPORAN KINERJA 2018 Page 68

jumpai di rumah tinggal. Ia memakan hampir segala macam makanan yang

ditemukannya untuk bertahan hidup. Baunya yang tidak sedap, kotoran dan kuman

yang ia tinggalkan di setiap tempat yang ia hinggapi, membuat kecoa dianggap

sebagai indikator sanitasi yang buruk. Berbagai kuman penyakit yang berasal dari

tempat-tempat kotor menempel pada tubuh kecoa dan akan menempel di setiap

tempat yang dia hinggapi. Oleh karena itulah kecoa dapat menjadi penyebab berbagi

jenis penyakit mulai hari tipus, toksoplasma, hingga penyakit SARS yang mematikan,

sehingga perlu dikendalikan populasinya.

Hewan yang biasa disebut lipas ini metamorfosisnya tidak sempurna dan banyak

ditemukan di daerah tropis, bahkan sampai di daerah dingin. Kemampuannya dalam

beradaptasi tidak perlu diragukan lagi, ia mampu bertahan hidup dalam kondisi yang

ekstrem sekali pun.Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain dengan insektisida. Atau dengan menyiramkan air panas pada telur kecoa agar

tidak menetas dan berkembang biak.

b. Definisi Operasional

Definisi operasinal kegiatan pengendalian Vektor Kecoa adalah Kegiatan

pengawasan terhadap upaya pengamatan dan pengendalian yang dilakukan untuk

menurunkan populasi atau melenyapkan vektor kecoa sebagai binatang penular

penyakit : Thypes, Cholera, Cacingan dan Muntah berak., dengan maksud mencegah

atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh kecoa tersebut.

c. Rumus / cara perhitungan

Cara perhitungan kecoa adalah temuan jumlah kecoa dalam kurun waktu tertentu

seperti : berapa jumlah kecoa yang ditemukan selama 1 jam yakni pada waktu

kebiasaan kecoa keluar untuk mencari makan yakni pada sore menjelang malam.

d. Langkah Pelaksanaan

Cara pelaksanaan pengendalian kecoa, ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa :

- Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :

Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,

celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan

membakar/dihancurkan.

- Pemberantasan kecoa

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.

Secara fisik atau mekanis dengan cara :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 69

o Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.

o Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.

o Menutup celah-celah dinding.

Secara Kimiawi :

Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan),

dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).

Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa yang

dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan

makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).

Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara :

o Pencegahan

Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau

bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua

celah-celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi

tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta

menutup atau memodifikasi instalasi pipa sanitasi.

o Sanitasi

Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal

kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di

lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai,

membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian

kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, furniture, dan tempat

tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup,

dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air

(drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa

dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat

penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor

dan kain lap kotor.

o Trapping

Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk

menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan

perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 70

washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada

lantai di bawah pipa saluran air.

o Pengendalian dengan insektisida

Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain

:Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate

majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan

kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah

dipraktekkan.

Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat

dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping)

dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali.

Celah-celah atau lobang-lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan

tempat persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya

ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun

bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone,Chlordane 2,5 %, efeknya

baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat

persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk

insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka

pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi.

e. Analisis Capaian

Dari diagram Pengawasan Kecoa Tahun 2018 di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas

III Bitung dapat diketahui bahwa sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA 2018 Page 71

Pengendalian Kecoa

KKP Kelas III Bitung Tahun 2018

Dari diagram Pengawasan Kecoa Tahun 2018 di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas

III Bitung dapat diketahui bahwa sebagai berikut :

- Pelaksanaan kecoa dilakukan setiap bulan.

- Jumlah temuan kecoa selamat tahun 2018 adalah 41 ekor.

- Rata-rata temuan kecoa tahun 2018 adalah 2,4 ekor / bulan.

- Dari hasil interpretasi kepadatan kecoa di pelabuhan Bitung rata-rata rendah.

- Spesies kecoa yang ada di wilayah pelabuhan Bitung adalah Periplaneta

americana dan Blatella germanica.

f. Kebijakan dan Upaya Yang Dilakukan

- Pengamanan tempat perkembang-biakan seperti : tempat pembuangan sampah

sementara agar segera ditangani setiap 1 x 24 jam ke Tempat Pembuangan Akhir.

- Selalu menangani saluran-saluran pembuangan air limbah agar berjalan lancar dan

tidak lembab.

- Menutup lobang-lobang atau celah-celah yang terbuka dari septic tank.

- Penyuluhan langsung tentang PHBS bagi pengguna jasa pelabuhan.

g. Masalah

Pelaksanaan Pengendalian Kecoa di pelabuhan Bitung sampai saat ini belum

ditemukan masalah baik secara teknis maupun dukungan penganggaran.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 72

h. Rekomendasi pemecahan Masalah

Apabila ditemukan maalah dalam kegiatan ini maka rekomendasi yang diberikan

adalah :

- Peningkatan kualitas lingkungan.

- Peningkatan Upaya Koordinasi antara jejaring instani terkait.

8. Indikator Jumlah Orang Yang Melakukan Skrining Penyakit Menular Langsung

a. Pengertian

Dalam pencapaian MDGs beberapa penyakit menular langsung yang perlu

dikendalikan antara lain adalah HIV AIDS, Tuberkulosa. Maka dari itu diperlukan

skrining Penyakit Menular Langsung. Yang menjadi sasaran kegiatan adalah semua

instansi yang ada di Pelabuhan baik instansi pemerintah maupun swasta, serta

semua masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan.

Pengendalian Kasus HIV adalah semua kegiatan atau tindakan yang dilakukan

untuk menurunkan angka penularan kasus HIV/AIDS melalui penemuan dini kasus

baru maupun menurunkan angka kematian melalui pengobatan yang sesuai dengan

standar.

Pengendalian Kasus TB adalah semua kegiatan atau tindakan yang dilakukan untuk

menurunkan angka kesakitan TB melalui penemuan kasus penatalaksanaan sedini

mungkin dan menurunkan angka kematian melalui pengobatan yang sesuai

standar’.

b. Definisi operasional

Kasus HIV adalah semua orang yang terdeteksi melalui pemeriksaan terinfeksi

virus HIV baik yang memiliki gejala (AIDS) maupun yang belum memiliki gejala.

Orang Dewasa adalah semua orang yang beraktifitas di Pelabuhan baik dari

Instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat yang ada termasuk para ABK

Kapal

Pengendalian Kasus HIV dilakukan dengan cara kegiatan penyuluhan di Pelabuhan

dan dilakukan jejaring kemitraan melalui Advokasi dan rekonsiliasi.

Kasus TB adalah semua orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis yang terdeteksi

baik dengan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan Lab.

Pengendalian Kasus TB yaitu dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan

Gerakan Masyarakat Aksi Penanggulangan TB di Wilayah Kerja.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 73

c. Rumus/ cara perhitungan

d. Capaian Indikator

Indikator capaian kegiatan pada tahun 2018 seperti gambar di bawah ini :

NO. KEGIATAN WAKTU TEMPAT JUMLAH YG DIPERIKSA

1.

Mobile Vct Hiv Aids

Januari-Agustus

2018

Pelabuhan

Bitung,

Amurang,

Belang,

Molibagu,

Labuan uki

Bitung = 140

Amurang = 15 orang

Belang = 11 orang

Labuan uki = 12 orang

Molibagu = 12 orang

Kotabunan = 15 orang

Total = 205 orang

LAPORAN KINERJA 2018 Page 74

2.

Screening TB Juli-Nov 2018

Bitung

920 orang

Indikator capaian skrining Penyakit Menular Langsung (PML) pada tahun 2018 ini

berjumlah 1.125 pasien atau mencapai 95,26% dari target yang diharapkan sebesar

1.181 pasien.

Kesadaran masyarakat dewasa ini khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk mau

memeriksakan diri cukup tinggi, terlihat ketika saat dilaksanakan kegiatan skrining

Penyakit Menular Langsung (PML) baik HIV/AIDS maupun TB, banyak yang

bersedia untuk diperiksa.

e. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan yaitu ;

Persiapan berupa ;

- Alat dan bahan

- Tenaga medis

Pelaksanaan ;

- Screnning

- Evaluasi

Pelaporan ;

- Pencatatan

- Evaluasi

- Rencana tindak lanjut / follow up

f. Masalah

Masalah yang ada pada kegiatan kegiatan Skrining Penyakit Menular Langsung

(PML) ini adalah masih adanya ketakutan dari sebagian orang untuk mengetahui

penyakitnya dan sebagian lagi yang merasa malu untuk diperiksa jenis penyakit

HIV/AIDS maupun TB.

g. Usul pemecahan masalah

Petugas memberikan pengertian dan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan

ini bagi mereka apalagi yang mempunyai faktor resiko untuk dilakukan pemeriksaan

dan menjamin kerahasilan hasil pemeriksaan ini.

LAPORAN KINERJA 2018 Page 75

8. Indikator Jumlah Dokumen Perencanaan dan anggaran yang disusun

a. Pengertian

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen

diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan

para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil

guna dan berdaya guna. Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan,

telah disusun system kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon

berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa mendatang.

Penyelenggaraan system kesehatan dituangkan dalam berbagai program kesehatan melalui

siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggung jawaban

secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJM-N) tahun 2010-2017.. Pembangunan kesehatan yang

merupakan bagian integral dari pembangunan Sumber Daya Manusia. Keberhasilan suatu

kegiatan, seberapa besarnya, sangat tergantung pada perencanaan yang seksama artinya

merencanakan segala sesuatunya sebelum mulai, memikirkan tindakan secara terus-menerus,

mengubah rencana apabila perlu, dan menilai seberapa efektif kegiatan yang akan dilakukan.

Pendekatan yang berkelanjutan yang dikenal dengan “siklus perencanaan program kesehatan”.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya perencanaan dan anggaran

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung tahun 2018 yaitu rapat penyusunan RKAKL sdan

pemberian honorarium kepada penyusun RKAKL, rapat konsultasi penyusunan perencanaan,

rapat konsultasi pembahasan anggaran,

9. Definisi Operasional

Jumlah Dokumen Perencanaan yang disusun selama satu periode (1 tahun) mencakup

Dokumen Draft perencanaan dan Anggaran yang di lampirkan data dukung berupa

TOR,RAB dll sampai pada penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggaran Definitif

yang nantinya akan menghasilkan DIPA untuk Anggaran Tahun Berikutnya.

10. Rumus/Cara Perhitungan

Jumlah Dokumen Perencanaan dan Anggaran tahun sebelumnya X100% =100%

LAPORAN KINERJA 2018 Page 76

Jumlah Dokumen Perencanaan dan Angagran tahun berjalan

11. Capaian Indikator

Indikator Capaian Dokumen Perencanaan dan Anggaran pada Tahun 2018 telah

mencapai target yang ditetapkan yaitu 1 Dokumen Perencanaan dan Anggarandengan

Persentase Capaian sebesar 100%

12. Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen

Perencanaan dan Anggaran meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:

Penyusunan Draft Dokumen Perencanaan yang dikumpulkan dari masing masing

bagian (Seksi dan Tata usaha) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung

dengan disertai data Pendukung meliputi Kerangka Acuan, Rincian Angaran

Biaya,Dokumen Kontrak dan Data dukung lainnya, melakukan entri data RKAKL

untuk menghasilkan Dokumen draft RKAKL

Desk dengan Eselon -1 (Ditjen PP dan PL) untuk menguji kebenaran serta

keakuratan penyusunan Dokumen Perencanaan dan Angaran serta melengkapi

data pendukung yang masih kurang atau salah.

Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggran untuk Pagu Definitif termasuk

perbaikan-perbaikan untuk menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan

Penyusunan Anggaran serta penggunaan Aplikasi RKAKL yang sesuai.

13. Masalah

Sering berubahnya kebijakan penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggaran

termasuk perubahan Aplikasi Pendukung Pembuatan Dokumen

14. Pemecahan Masalah

Melakukan koordinasi dan Kerjasama dengan Eselon satu, sering membuka Website

Dirjen Anggaran Kemenkeu untuk Update Aplikasi terbaru

9. Jumlah Dokumen Data dan Informasi yang disusun

a. Pengertian

LAPORAN KINERJA 2018 Page 77

Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan

kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat

manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan lepada pihak

luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang

menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan.

Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi

yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan data dan informasi adalah penyusunan laporan

Simkespel, informasi dan dokumentasi dan kerjasama lintas program

b. Defisnis Operasional

Jumlah Dokumen Data dan Informasi yang disusun selama satu periode (1 tahun) mencakup

Dokumen Profil dan Laporan Tahunan.

c, Rumus/Cara Perhitungan

Jumlah Dokumen Data dan Informasi tahun sebelumnya X100% =100%

Jumlah Dokumen Data dan Informasi tahun sebelumnya

d, Capaian Indikator

Indikator Capaian Dokumen Data dan Informasi pada Tahun 2018 telah mencapai target

yang ditetapkan yaitu 1 Dokumen Data dan Informasi dengan Persentase Capaian sebesar

100%

e, Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen Data

dan Informasi meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:

Penyusunan Dokumen Data dan Informasi yang dikumpulkan dari masing

masing bagian (Seksi dan Tata usaha) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III

Bitung dengan disertai data Pendukung berdasarkan ;Laporan Kegiatan yang telah

dilaksanakan pada tahun bersangkutan

f, Masalah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 78

Kurang akuratnya data yang dikumpulkan sehingga mengakibatkan informasi yang

diberikan tidak akurat.

g, Pemecahan Masalah

Melakukan Pengumpulan data secara akurat dan Teliti sehingga Dokumen yang buat bisa

memberikan Infoermasi yang baik bagi Pengguna Dokumen.

10. Jumlah Dokumen Keuangan yang disusun

a. Pengertian

Dokumen Keuangan adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan

kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat

manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan lepada pihak

Internal (KPA,PPK) dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan Keuangan Kantor

Dokumen Keuangan dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu hasil capaian

yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja

diperlukan.

b. Defisnis Operasional

Jumlah Dokumen Keuangan yang disusun selama satu periode (1 tahun)

c.. Rumus/Cara Perhitungan

Jumlah Dokumen Keuangan tahun sebelumnya X100% =100%

Jumlah Dokumen Keuangan tahun sebelumnya

A. Capaian Indikator

Indikator Capaian Dokumen Keuangan pada Tahun 2018 telah mencapai target yang

ditetapkan yaitu 1 Dokumen CALK Tahunan dengan Persentase Capaian sebesar 100%

a. Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan

Kebijakan dan Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target untuk Dokumen

Keuangan meliputi Kinerja selama satu Tahun yaitu:

Penyusunan Laporan Keuangan yang dikumpulkan dari transaksi Keuangan

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung dengan disertai data Pendukung

yang telah dilaksanakan pada tahun bersangkutan

b. Masalah

LAPORAN KINERJA 2018 Page 79

Sering berubahnya sistematika penyusunan Laporan Keuangan mengakibatkan tatacara

penyusunan Laporan sering terlambat.

c. Pemecahan Masalah

Melakukan Pengumpulan data secara akurat dan Teliti serta melakukan Pelatihan Penyusunan

Laporan Keuangan bagi Petugas Penyusun Dokumen Keuangan.

B. REALISASI ANGGARAN

1. Realisasi Anggaran

Alokasi anggaran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung tahun 2018

sebesar Rp. 12.109.805.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 11.431.841.998,- (94.40%).

2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung berlokasi di Jl. D.S.Sumolang

No.93 dengan luas bangunan 600 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 1200 m

2, disamping

itu terdapat 2 buah rumah dinas dengan luas bangunan 95 m2 dan luas tanah 360 m

2.pada

tahun 2017 KKP Kelas III Bitung telah mempunyai lahan dengan luas ± 820m2 untuk

pembangunan gedung kantor Induk, anggaran Kantor Induk telah di anggarkan pada

tahun 2017 untuk pembangunan tahap pertama dan tahap kedua pada tahun 2018.

Sedangkan di wilayah kerja KKP Kelas III Bitung memiliki bangunan dan tanah milik

sendiri yang terdapat di wilker Labuan Uki,Wilker Belang,Wilker Amurang sementara

wilker Kema,Kotabunan,Boroko Blm mempunyai Gedung milik sendiri masih berstatus

sewa atau pinjam. KKP Kelas III Bitung memliki kendaraan operasional berupa 1 buah

mini bus (penumpang < 8 orang), 1 buah kendaraan double gardan dan 2 buah mobil

ambulance serta 7 unit kendaraan roda 2. Disamping itu terdapat alat pengolahan data

berupa 14 buah laptop dan 10 buah PC Unit.

BAB IV

LAPORAN KINERJA 2018 Page 80

KESIMPULAN

Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Bitung dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya diukur berdasarkan tingkat pengunaan anggaran dan tingkat pencapaian indikator

kegiatan selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2018.

Secara umum, realisasi penggunaan anggaran KKP Kelas III Bitung tahun 2018 sebesar

Rp. 11.431.841.998,- (94.40%) dari pagu Apabila dibandingkan dengan kinerja KKP Kelas III

Bitung pada tahun 2018 dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 15.941.015.000,- dan pencapaian

sebesar Rp. Rp. 14.519.733.776,- (91.08%), menunjukkan adanya persentase kenaikan realisasi

anggaran pada tahun 2018.

Prinsip sistem perencanaan yang sesuai, monev secara teratur, koordinasi rutin, jejaring

kerja dengan lintas program dan lintas sektor perlu dipertahankan serta selalu mencari alternatif

lain yang dapat menunjang upaya tersebut.

Melalui upaya-upaya tersebut beserta pola pikir dan alur kerja organisasi yang efektif dan

efisien, diharapkan kinerja KKP Kelas III Bitung akan semakin baik pada tahun-tahun

berikutnya. Keberhasilan dalam pencapaian kinerja ini ditunjang oleh komitmen para pelaksana

kegiatan dengan berpegang teguh pada prinsip sistem perencanaan yang sesuai, monev secara

teratur, koordinasi dan jejaring kerja secara simultan dengan lintas program dan lintas sektor

untuk memperkuat kemitraan

Bitung, 11 Januari 2019

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas III Bitung,

dr. Pingkan M. Pijoh, MPHM

NIP 197102082001122003