bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.uinbanten.ac.id/5033/3/bab i.pdf · 2020. 1....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era serba modern ini administrasi yang baik
yaitu kunci utama untuk mencapai tujuan suatu lembaga,
jika suatu lembaga tersebut memiliki pengadministrasian
yang baik maka sudah tentu lembaga tersebut dapat
dikatakan sukses dalam mengatur rumah tangganya.
Demikian pula seluruh birokrasi pemerintahan dan
terutama segi kepegawaian, kepegawaian disini tentu
berbicara tentang guru. Karena merekalah yang pada
akhirnya menjadi pelaksana dari kegiatan-kegiatan
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Namun memang harus diakui bahwa pada
sebagian besar negara-negara berkembang, terdapat
kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan dibidang
administrasi kepegawaian ini. Salah satu diantaranya yaitu
2
orientasi dan kondisi kepegawaian yang diwarisi dari
jaman penjajahan yang lebih ditujukan untuk kepentingan
negara jajahannya dan kepentingan pemeliharaan
keamanan ataupun ketertiban belaka. Itulah ciri-ciri
tradisionil masyarakat negara-negara yang belum maju
seringkali menunjukkan bahwa birokrasi pemerintahan
memberikan gambaran sebagai pengganti kekuasaan
feodal atau masih bersifat feodal, dan ini merupakan
gambaran yang kurang baik seperti Indonesia sebagai
negara berkembang.
Selain itu sifat kepegawaian lebih legalitas dari
pada inovatif ataupun dipengaruhi oleh kepentingan-
kepentingan politik dari sang penguasa. Era reformasi
dalam manajemen kepegawaian sangat dominan
kedaerahan atau bisa dikatakan primordialisme. Hal ini
terjadi karena dalam era otonomi pemerintah daerah
pemberian kewenangan yang besar kepada pemerintah
daerah ditafsirkan sebagai kewenangan tanpa batas,
3
sehingga muncul kepentingan-kepentingan pribadi
masing-masing daerah.1
Padahal sejak diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 sebagai pengganti dari Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan terakhir diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015, serta dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
pemerintah pusat menarik kembali sebagian
kewenangannya yang sebelumnya diserahkan kepada
daerah, hal ini akibat adanya penafsiran yang salah oleh
pemerintah daerah menerjemahkan pemberian otonomi
dalam bidang manajemen kepegawaian daerah, terutama
yang berkaitan dengan kewenangan kepala daerah dalam
menentukan formasi pengadaan dan pengangkatan
Aparatur Sipil Negara (Pegawai Negeri Sipil Daerah),
1 Miftah Toha, Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2008), h.11
4
sehingga perubahan terhadap undang-undang otonomi
daerah dan undang-undang Aparatur Sipil Negara
berimplikasi terhadap manajemen Aparatur Sipil Negara
(Pegawai Negeri Sipil) di Indonesia khususnya dalam hal
kepegawaian daerah.2
Ternyata bukan hanya isu belaka yang terjadi
dalam lingkup Nasional tetapi sudah menjadi sebuah
budaya seperti di Kabupaten Tangerang itu sendiri
disegala lintas sektoral dalam hal manajemen
kepegawaian, kedekatan dan kekuatan politik terhadap
pemangku kewenangan sebagai faktor utama. Akhirnya
paradigma negatif muncul dengan sendiri ditengah-tengah
masyarakat pada umumnya yang tidak bisa dibendung
lagi.
2 Basri Hasan. Kewenangan Kepala Daerah Dalam Menentukan
Formasi Pengadaan dan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam
Sistem Kepegawaian di Indonesia. Pakuan Law Review Volume 3. Nomor 2,
Juli-Desember 2017. h.99-100
5
Hal ini bertolak belakang dengan apa yang
dikatakan dalam al-Qur’an dalam surah An-Nisa ayat: 58
yang berbunyi:3
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt
memerintahkan kepada umat manusia untuk bersikap adil,
menegakan hukum dan taat kepada para pemimpin yang
disebut ulil amri. Ayat ini memerintahkan agar
menyampaikan amanat kepada yang berhak. Pengertian
“amanat” dalam ayat ini, yaitu sesuatu yang dipercayakan
kepada seseorang untuk dilaksanakan dengan sebaik-
3 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (CV. Alfatih
Berkah Cipta, 2002), h.87
6
baiknya. Kata “amanat” dengan pengertian ini sangat luas,
meliputi amanat Allah Swt kepada hamba-Nya, amanat
seseorang kepada sesamanya dan terhadap dirinya sendiri.
Amanat Allah Swt terhadap hamba-Nya yang harus
dilaksanakan baikitu melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua
nikmat Allah Swt berupa apa saja hendaklah kita
manfaatkan untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada-
Nya.
Manajemen kepegawaian merupakan proses yang
sangat penting untuk mewujudkan kinerja pemerintah
dalam memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu
bentuk manajemen kepegawaian yang dirasakan banyak
manfaat penggunaannya dalam pemerintahan daerah yaitu
manajemen data pegawai, yang meliputi perencanaan,
pengadaan, mutasi, dan pensiun.
Manajemen data pegawai membutuhkan dukungan
data yang akurat, sehingga perlu diterapkan sistem
manajemen data pegawai yang tepat lewat sistem
7
informasi manajemen dengan dukungan teknologi
informasi. Penerapan sistem informasi tersebut sangat
penting karena penyelenggaraan pemerintahan, khususnya
manajemen data pegawai, merupakan persoalan yang
cukup kompleks, seperti manajemen pengadaan pegawai,
proses riwayat pegawai, dan proses pembuatan laporan
pegawai yang akan diserahkan kepada pemangku
kepentingan dibadan atau organisasi yang bersangkutan.
Manajemen pegawai yang dilaksanakan secara
manual dengan cara konvensional akan memakan waktu
dan tenaga serta tidak efisien karena pengelolaan data
pegawai harus melalui input data kembali. Manajemen
merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang
kehidupan. Dengan manajemen, kinerja sebuah organisasi
dapat berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan
lembaga pendidikan (sekolah), dengan manajemen yang
baik, maka sebuah institusi pendidikan akan dapat
berkembang secara optimal sebagaimana diharapkan.
8
Manajemen merupakan titik sentral dalam
mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM). Manajemen memerlukan sebuah perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang baik agar proses yang
sedang dijalankan berjalan dengan maksimal.
Keberhasilan suatu organisasi, baik sebagai keseluruhan
maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi
tertentu sangat bergantung pada mutu kepemimpinan yang
terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Bahkan,
kiranya dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang
terdapat dalam suatu organisasi tersebut dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat
dalam kinerja pegawainya.4
Seperti yang ditemui dilapangan sebagaimana
pernyataan dewan guru ibu aan indrawati yang
mengatakan belum merasa puas dengan kompensasi yang
diterima dari sekolah sampai saat ini, baik dari gajih
ataupun atau tunjangan lain dari sekolah. Karena masalah
4 Endin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.67
9
kompensasi merupakan tantangan yang harus dihadapi
manajemen, terutama dalam manajemen kepegawaian.5
Perkembangan zaman dan tantangan kehidupan
modern tidak dapat dihindarkan lagi, pendidikan menjadi
salah satu yang sangat penting, ini disebabkan karena
pendidikan merupakan salah satu penentu Sumber Daya
Manusia (SDM). Pendidikan yang berhasil yaitu
pendidikan yang mampu menghasilkan SDM yang
berkualitas. Pendidikan yang dikelola secara professional
oleh tenaga pendidik yang profesional juga. Guru
memiliki peranan yang penting dalam pendidikan
sehingga guru harus memiliki kompetensi profesional.
Maka implementasinya disebuah lembaga
pendidikan (sekolah) tujuan tersebut dapat diperankan
oleh seorang kepala sekolah dalam pengelolaan
pendidikan baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian pendidikan di sekolah. Kepala sekolah
memiliki wewenang yang sangat besar dalam menentukan
5 Wawancara dengan aan indrawati, tanggal 05 September 2019 di
ruang guru MTs Negeri 2 Tangerang, pukul 11.35 wib.
10
kebijakan sekolah, melaksanakan serta mengawasinya
agar sekolah yang dipimpinnya mempunyai kemampuan
dalam mengembangkan potensi serta mencapai tujuan
yang dicita-citakan.
Pemimpin yang baik haruslah memiliki tiga faktor
yaitu kepemimpinan, pekerja dan situasi ini sesuai dengan
pendapat Edginto dan Wiliam yang disadur oleh Jejen
yang mengatakan bahwa awalnya pemimpin hendaklah
merancang atau menyusun tujuan yang jelas, langkah-
langkah yang ingin dilakukan baik itu secara jangka
pendek dan jangka panjang, kemudian ada tenaga
pendidik dan kependidikan yang melakukan pekerjaan
dan memperhatikan rencana-rencana untuk mencapai
hasil yang diharapkan dan selanjutnya ada situasi dan
kondisi lingkungan sekolah itu berdiri atau berada yang
perlu dipertimbangkan oleh seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan.6
6 Jejen Mustafah, Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan dan
Praktik (Jakarta: Kharisma Putra Utama, Cet. 1, 2015), h. 302.
11
Sejalan dengan pendapat diatas, bahwa dalam al-
Qur’an dijelaskan tentang pemimpin dalam surah Al-
Jasiyaah ayat 18 yang berbunyi:7
“Kemudian kami jadikan kamu berada diatas
suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui”.
Ayat diatas menjelaskan tentang sebagai seorang
pemimpin, seharusnya pemimpin harus menyadari bahwa
ia harus memiliki prinsip dan landasan yang benar dalam
melakukan setiap kebijakan yang dalam hal ini yaitu
hukum-hukum (syariat) Islam dan berperilaku sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Allah Swt sesuai dengan
apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dalam
sunnahnya.
Kemudian karakter-karakter seorang pemimpin
juga harus disertai dengan beberapa karakter yang
7 Kementerian Agama RI,Op.Cit.,h. 500
12
mencerminkan diri sebagai pemimpin yang ideal.
Karakter-karakter tersebut meliputi kecerdasan akan ilmu
pengetahuan, amanah dalam mengemban tanggung jawab,
dapat dipercaya baik perkataan dan perbuatan,
professional, serta tidak menjadikan jabatan sebagai alat
untuk memenuhi hawa nafsu pribadi.
Sebab itulah seorang kepala sekolah sebagai tokoh
utama di sekolah dituntut mampu bertindak sebagai
manajer dan pemimpin yang efektif dalam mengelola
segala aktivitas atau kegiatan di sekolah agar semua
sumber daya dapat berfungsi dan berjalan secara optimal.
Kepala sekolah haruslah mampu sebagai perencana
sekaligus pelaksana dan pengawas serta mampu
menciptakan budaya dan iklim sekolah yang baik.
Kepala sekolah merupakan manajer yang
mengarahkan dan melakukan langkah-langkah strategis
dalam usaha menjalankan roda organisasi sekolah agar
berjalan efektif dan mencapai target yang diinginkan.
Karena itu, kepala sekolah membuat terobosan-terobosan
13
dengan mengarahkan semua komponen sekolah terlibat
dengan menyusun kerangka kerja dan membuat target-
target yang akan dicapai dalam beberapa waktu dimasa
depan.8
Maka disinilah peran kepala sekolah sebagai
manajer dalam mengoptimalkan manajemen kepegawaian
secara efektif konteks pegawai disini tentu tenaga
pendidik (guru) disekolah atau lembaga pendidikan.
Kepala sekolah harus mampu memberdayakan tenaga-
tenaga kependidikan secara efektif dan efesien untuk
mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi
yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi
manajemen tenaga kependidikan di sekolah yang harus
dilaksanakan guru dan kepala sekolah yaitu menarik,
mengembangkan, menggaji, dan memotivasi tenaga
kependidikan guna mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal.
8 Syafaruddin, Asrul, Manajemen Kepengawasan Pendidikan,
(Bandung: Citapustaka Media, 2014), h.85
14
Pandangan yang berbeda dari salah satu dewan
guru bapak ade yang mengatakan bahwa kepala sekolah
belum maksimal mendengarkan dan menanggapi keluhan
dari dewan guru, baik itu dalam hal menjawab kebutuhan
guru dalam memaksimalkan untuk program-program dan
kegiatan guru di sekolah.9
Kepala sekolah sebagai pemimpin profesional
disebuah lembaga pendidikan yang mempunyai peran
begitu penting, mengingat bahwa posisinya dalam
struktural sebagai pemimpin legal formal yang memiliki
kekuasaan penuh pada lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Kemampuan manajerial kepala sekolah
dalam mengelola segala aktivitas pendidikan. Adapun
kemampuan kepala sekolah tersebut yang berkaitan
dengan pengetahuan maupun pemahaman mereka
terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang
dibebankan kepadanya.
9 Wawancara dengan ade, tanggal 06 September 2019 di ruang guru
MTs Negeri 2 Tangerang, pukul 09.00 wib.
15
Karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan
proses pembelajaran di sekolah disebabkan oleh
kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-
tugas yang harus dilaksanakannya. Maka kemampuan
dalam menggunakan input-input manajemen dengan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen baik itu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengawasan dan penilaian untuk mengatur sumber daya
manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan sekolah yang telah
ditetapkan. Kemampuan manajerial ini menunjukan
bahwa kepala sekolah bertindak selaku seorang manajer.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh seorang
kepala sekolah yaitu demi menunjang sebuah kualitas
lembaga pendidikan yang dipimpinnya dalam hal ini
kepuasan kerja guru, karena guru sebagai penentu dan
faktor yang sangat berpengaruh. Kepuasan kerja bagi
seorang guru sebagai tenaga pendidik sangat diperlukan
untuk meningkatkan kinerjanya pada sebuah lembaga
16
pendidikan. Kepuasan kerja yaitu perasaan dan penilaian
seseorang atas tugas-tugas (pekerjaan), khususnya
mengenai kondisi kerja yang hubungannya dengan guru
apakah pekerjaan mampu memenuhi harapan, kebutuhan,
dan keinginannya sebagai seorang guru. Semakin tinggi
standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan
seseorang makan semakin giat seseorang itu dalam
bekerja lebih giat lagi.10
Kepuasan tidak dapat terlihat secara nyata, tetapi
dapat diukur pada suatu hasil pekerjaan. Maka untuk itu,
perlu diperhatikan agar guru sebagai penunjang
produktivitas kerja dalam bekerja (mengajar) senantiasa
disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa
sehingga akan tercipta kepuasan kerja. Kepuasan kerja
terjadi jika seorang guru merasa diakui (pengakuan) atau
penghargaan. Maka ketika itu seorang guru akan merasa
senang, dan disitu kepuasan kerja akan terjadi lalu
10 M. Arifin, Kepemimpinan dan Motivasi Kerja, (Yogyakarta: Teras,
2010), h.33
17
menciptakan kepercayaan diri, loyalitas dan pada
akhirnya meningkatnya kualitas kerja seorang guru.11
Kepuasan kerja mengekspresikan sejumlah
kesesuaian antara harapan seseorang tentang pekerjaannya
yang dapat berupa prestasi kerja yang diberikan oleh
organisasi (sekolah) dan imbalan yang diberikan atas
pekerjaannya. Pada hakekatnya seseorang didorong untuk
beraktivitas karena dia berharap bahwa hal tersebut akan
membawa keadaan yang lebih baik memuaskan dari pada
keadaan sekarang.
Kepuasan kebutuhan fisik dalam suatu organisasi
memang biasanya diasosiasikan dengan uang, sebab uang
dapat membeli sandang, pangan, papan, sebagai
kebutuhan utama. Seorang guru yang tidak puas
menunjukkan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi. Bila
kondisi ini terjadi berlarur-larut maka dalam dirinya akan
terjadi frustasi, sedih dan kekecewaan yang mendalam.
Akibatnya produktivitas kerjanya akan menurun, baik
11 Kaswan, Sikap Kerja, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 246
18
yang dikarenakan oleh rendahnya semangat ataupun
tingginya absensi.
Terdapat hubungan yang erat antara kebutuhan,
perbuatan atau tingkah laku dan kepuasan. Oleh karena
itu, kepuasan berkenaan dengan kesesuaian harapan
seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan
guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, serta
kualitas kinerjanya.
Sebagaimana dewan guru ibu diah mengatakan
ada ketidakpuasan terhadap rekan kerja (guru)
dilingkungan sekolah, baik dalam komunikasi ataupun
kerjasama dalam beberapa kegiatan sekolah.12
Guru yang merasakan kepuasan kerja akan selalu
meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja dapat
berdampak terhadap pencapaian target waktu
menyelesaikan pekerjaan, dan mengoptimalkan kualitas.
Sedangkan guru yang merasakan ketidakpuasan akan
cenderung tidak mempunyai dorongan untuk mencapai
12 Wawancara dengan diah, tanggal 05 September 2019 di ruang guru
MTs Negeri 2 Tangerang, pukul 13.15 wib.
19
kinerja yang maksimal. Sehingga guru merasa tidak
bersemangat dalam melaksanakan pekerjaanya. Maka
dampak negatif yang luar biasa akan terjadi pada sekolah
itu sendiri, baik itu mutu sekolah, lulusan yang dihasilkan,
suasana tidak kondusif ketika proses pembelajaran, dan
sebagainya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Efektivitas Manajemen Kepegawaian dan Kompetensi
Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja
Guru di MTs Negeri 2 Tangerang”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kurang efektifnya manajemen kepegawaian di
sekolah
2. Kurangnya transparasi informasi manajamen
kepegawaian
20
3. Kurangnya kompetensi kepala sekolah
4. Kurangnya kemampuan manajerial kepala sekolah
5. Kurangnya kepuasan kerja guru
6. Kurangnya strategi dalam mencapai kepuasan kerja
guru
C. Batasan Masalah
Batasan masalah menjadi acuan dalam
mempermudah menjawab pokok permasalahan, sehingga
permasalahan yang terjadi dapat dicari sebuah jawaban
sesuai dengan tujuan peneliti yang telah ditentukan. Maka
agar tidak mengarah pada pembahasan yang lebih luas,
maka peneliti membatasi pembatasan masalah sebagai
berikut:
1. Efektivitas manajemen kepegawaian dalam penelitian
ini yaitu sebagai pencapaian suatu tujuan dengan cara
melihat perbandingan antara tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Adapun
indikatornya meliputi perencanaan, pengadaan
(rekrutmen), pembinaan, pengembangan, mutasi,
21
promosi, pemberhentian, kompensasi, penilaian.
Indikator penghargaan ini sekaligus menjadi indikator
dalam mengukur variabel (X1) bagi penelitian.
2. Kompetensi manajerial kepala sekolah dalam hal ini
yaitu suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi
atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung
oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Adapun indikatornya meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penataan, koordinasi,
dan pengendalian. Indikator penghargaan ini sekaligus
menjadi indikator dalam mengukur variabel (X2) bagi
penelitian.
3. Kepuasan kerja dalam hal ini yaitu kepuasan kerja
yaitu perasaan yang mendukung atau tidak
mendukung dalam diri seseorang yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kondisi yang dirasakan.
Seseorang mau bekerja karena ada dorongan dalam
dirinya untuk menuju harapan yang lebih baik dan
22
memuaskan, artinya berbeda dalam bentuk aktivitas
yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan. Adapun
indikatornya meliputi kepuasan dengan gajih yang
diterima, kepuasan dengan pengawasan langsung dari
kepala sekolah, kepuasan dengan rekan kerja,
kepuasan dengan pekerjaan yang diberikan, kepuasan
dengan penghargaan, dan kepuasan dengan imbalan
(tidak harus berupa uang). Indikator penghargaan ini
sekaligus menjadi indikator dalam mengukur variabel
(Y) bagi penelitian.
D. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dan mengarahkan masalah
yang akan diteliti maka perlu adanya rumusan masalah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh efektivitas manajemen
kepegawaian terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang ?
23
2. Adakah pengaruh kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs Negeri
2 Tangerang ?
3. Adakah pengaruh efektivitas manajemen
kepegawaian dan kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs Negeri
2 Tangerang ?
4. Seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen
kepegawaian terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang ?
5. Seberapa besar pengaruh kompetensi manajerial
kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang ?
6. Seberapa besar pengaruh pengaruh efektivitas
manajemen kepegawaian dan kompetensi manajerial
kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang ?
24
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian penjelasannya
sebagai berikut:
1. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan
rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan
utama penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh
efektivitas manajemen kepegawaian dan kompetensi
manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja
guru di MTs Negeri 2 Tangerang. Sedangkan secara
rinci tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Menganalisa pengaruh efektivitas manajemen
kepegawaian dan kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang.
b. Menganalisa Seberapa besar tingkat pengaruh
efektivitas manajemen kepegawaian dan
25
kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap
kepuasan kerja guru di MTs Negeri 2 Tangerang.
2. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi dua, baik
secara teoritis dan praktis. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1) Secara Teoritis
a. Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti
b. Mengetahui keadaan lapangan antara teori dan
kejadian sesungguhnya ketika penulis
melakukan penelitian tentang judul yang diteliti
yaitu pengaruh efektivitas manajemen
kepegawaian dan kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di MTs
Negeri 2 Tangerang.
2) Secara Praktis
a. Untuk memperoleh data, guna memenuhi
kewajiban akhir dalam penulisan tesis guna
memperoleh gelar magister pendidikan di
26
Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
referensi maupun sebagai acuan penelitian
selanjutnya.
c. Sebagai bahan masukan bagi guru dan
memperluas ilmu pengetahuan, sebagai acuan
kepuasan kerja guru didukung oleh kepala
sekolah yang memiliki kompetensi manajerial
kepala sekolah yang profesional.
d. Bahan masukan atau evaluasi untuk tempat
penelitian yaitu di MTs Negeri 2 Tangerang.
F. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari V (lima) Bab yang masing-
masing terdiri dari sub bab, antara satu dengan lainnya
saling berhubungan. Adapun sistematika pembahasanya
adalah sebagai berikut :
27
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.
BAB II Kajian Teoritis, terdiri dari Efektivitas
Manajemen Kepegawaian, Komptensi Manajerial Kepala
Sekolah, dan Kepuasan Kerja Guru.
BAB III Metode Penelitian, jenis penelitian,
tempat penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan
data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV Deskripsi Hasil Penelitian, terdiri dari
analisis statistik dan hasil pengujian hipotesis.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran