bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/3377/2/bab i_dian...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jeruklegi adalah sebuah kecamatan dikabupaten Cilacap, jawa tengah , Kecamatan Jeruklegi berbatasan langsung dengan batas Kabupaten Cilacap dengan Banyumas di sebelah Utara, disebelah timur berbatasan dengan Kec. Kubangkangkung, sebelah Selatan, berbatasan dengan Tritih Kulon, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kesugihan. Asal Usul Jeruklegi, konon katanya dahulu kala karna begitu banyaknya tanaman Buah Jeruk disekitar tempat tersebut, Jeruklegi memiliki luas sekitar 9.930,20 Ha, daerah Jeruklegi sebagian besar berupa persawahan serta sedikit pegunungan. penduduk Jeruklegi umumnya masih diduduki uenduduk asli atau pribumi dari Jeruklegi sendiri, pendatang kebanyakan mereka yang berprofesi sebagai guru, atau pedagang dari Desa ataupun kota seberang. Jeruklegi sendiri mempunyai 13 Desa yang tersebar antara Lembah, persawahan dan Perbukitan. Berikut 13 Desa yang termasuk kawasan Kecamatan Jeruklegi : 1. Brebeg, 2. Cilibang, 3. Citepus 4, Jambusari, 5. Jeruklegi Kulon, 6. Jeruklegi Wetan, 7. Karangkemiri, 8. Mendala, 9. Prapagan, 10. Sawangan, 11. Sumingkir, 12. Tritih Lor, 13. Tritih Wetan. Untuk Urusan SUmber Daya, Jeruklegi Juga tidak kekurangan akan hal ini, Jeruklegi mempunyai cukup lahan Pertanian, dan tanahnya juga gampang untuk ditanami bermacam – macam Palawija. Dan ada hal unik Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Jeruklegi adalah sebuah kecamatan dikabupaten Cilacap, jawa

    tengah , Kecamatan Jeruklegi berbatasan langsung dengan batas

    Kabupaten Cilacap dengan Banyumas di sebelah Utara, disebelah

    timur berbatasan dengan Kec. Kubangkangkung, sebelah Selatan,

    berbatasan dengan Tritih Kulon, dan sebelah Barat berbatasan

    dengan Kesugihan. Asal Usul Jeruklegi, konon katanya dahulu kala karna

    begitu banyaknya tanaman Buah Jeruk disekitar tempat tersebut, Jeruklegi

    memiliki luas sekitar 9.930,20 Ha, daerah Jeruklegi sebagian besar berupa

    persawahan serta sedikit pegunungan. penduduk Jeruklegi umumnya masih

    diduduki uenduduk asli atau pribumi dari Jeruklegi sendiri, pendatang

    kebanyakan mereka yang berprofesi sebagai guru, atau pedagang dari Desa

    ataupun kota seberang. Jeruklegi sendiri mempunyai 13 Desa yang tersebar

    antara Lembah, persawahan dan Perbukitan. Berikut 13 Desa yang termasuk

    kawasan Kecamatan Jeruklegi : 1. Brebeg, 2. Cilibang, 3. Citepus 4,

    Jambusari, 5. Jeruklegi Kulon, 6. Jeruklegi Wetan, 7. Karangkemiri, 8.

    Mendala, 9. Prapagan, 10. Sawangan, 11. Sumingkir, 12. Tritih Lor, 13.

    Tritih Wetan. Untuk Urusan SUmber Daya, Jeruklegi Juga tidak kekurangan

    akan hal ini, Jeruklegi mempunyai cukup lahan Pertanian, dan tanahnya juga

    gampang untuk ditanami bermacam – macam Palawija. Dan ada hal unik

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 2

    tentang budaya masyarakat Desa Jeeruklegi adalah melakukan

    pernikahan pada usia dini.

    Setiap negara di belahan dunia mempunyai peraturan mengenai

    pernikahan tanpa terkecuali di Indonesia. Negara Indonesia sangat ketat

    di dalam membuat peraturan pernikahan yang dituangkan di dalam

    Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Arti pernikahan

    menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan

    lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan

    tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

    berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Hadikusuma, 2003: 50 – 55)

    Semenjak manusia dilahirkan sudah termasuk makhluk sosial dan

    kenyataannya manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya

    sendiri, pasti memerlukan bantuan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada

    seorang anak yang baru dilahirkan lalu dibesarkan di lingkungan

    keluarga. Kemudian semakin luas lingkungan bersosialisasinya dengan

    tetangga, kelompok bermain, lingkungan sekolah dan masyarakat luas.

    Makhluk sosial diartikan lebih lanjut adalah bahwa setiap manusia harus

    dapat bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan

    sosialnya itu, Untuk menyiapkan menjadi anggota masyarakat yang baik

    perlu mengalami proses pendidikan.

    Melalui proses pernikahan secara tidak langsung seseorang masuk

    ke dalam dunia atau lembaran hidup baru yang belum pernah dialami

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 3

    sebelumnya. Untuk itu sebelum melakukan pernikahan perlu dipersiapkan

    masalah fisik, mental, dan pengetahuan yang semuanya diperoleh melalui

    proses pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai sarana memperoleh

    pengetahuan oleh masyarakat atau manusia formal dan non-formal, yaitu

    pendidikan yang diperoleh di luar sekolah (keluarga atau masyarakat),

    pengetahuan yang diperoleh di sekolah dan masyarakat dapat berguna

    di dalam membina keluarga.

    Pernikahan adalah salah satu asas pokok kehidupan yang utama

    dalam pergaulan masyarakat yang sesuai kaidah norma dan hukum

    sehingga terdapat aturan, hak, serta kewajiban yang dijamin oleh hukum.

    Pernikahan merupakan bukan saja satu jalan yang amat mulia untuk

    mengatur hidup rumah tangga atau keturunannya, melainkan juga dapat

    dipandang sebagai pintu pertemuan dan perkenalan antara satu kaum

    dengan yang lainnya. Hal itu akan memperluas ikatan kekerabatan.

    Secara biologis pernikahan mempunyai tujuan untuk meneruskan

    keturunan dan memenuhi hasrat seksual manusia. Antara tujuan

    memperoleh anak dan perbuatan seksual dalam pernikahan terdapat

    hubungan kausalitas, dengan akibat hukum tertentu, terutama bagi

    kedudukan anak, sedangkan yang lebih penting dari fungsi biologis

    adalah fungsi sosial pernikahan. Pasangan yang baru saja melaksanakan

    pernikahan, hidup bersama dalam ikatan, diakui dan disetujui oleh

    anggota masyarakat. Kepada mereka dituntut untuk bekerja sama antara

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 4

    sesamanya dan kadang-kadang dengan anggota kerabat lainnya

    (Hadikusuma, 2003: 55-56).

    Dengan memperhatikan pengertian dan tujuan, pernikahan bisa

    terwujud dan tercapai apabila pria dan wanita sudah cukup umur,

    sedangkan di Kecamatan Jeruklegi pada tahun 1960-1965 masih banyak

    terjadi pernikahan dini. Pernikahan dini terjadi di Kecamatan Jeruklegi

    pada tahun 1960 berjumlah 20 pasangan diperoleh dari data di KUA.

    sehingga membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini

    dengan judul Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten

    Cilacap Tahun 1960-1965.

    B. Rumusan Masalah

    Perumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah untuk

    mengetahui :

    1. Keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun 1960-1965; ?

    2. Pernikahan usia dini di Kecamatan Jeruklegi tahun 1960-1965; ?

    3. Dampak pernikahan usia dini setelah menikah; ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

    adalah untuk mengetahui:

    1. Bagaiman keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun

    1960-1965; ?

    2. Bagaimana pernikahan usia dini di Kecamatan Jeruklegi tahun 1960-

    1965; ?

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 5

    3. Dampak usia pernikahan dini setelah menikah; ?

    D. Manfaat Penelitian

    Bagi masyarakat Untuk menambah wawasan,pengetahuan dan memberikan

    sumbangan bagi masyarakat agar mengerti dan memahami dampak yang

    ditimbulkan dari pernikahan usia dini.

    Bagi Desa, perangkat Desa hendaknya menetapkan persyaratan dan prosedur

    pernikahan yang berat apabila ada pasangan yang melangsungkan pernikahan

    masih dibawah umur. Hal ini untuk mencegah terjadinya pernikahan dini.

    Pihak Desa dan pihak yang bersangkutan harus memberikan penyuluhan bagi

    masyarakat mengenai akibat dari pernikahan usia dini.

    Bagi Kantor Urusan Agama, Kantor urusan Agama harus memberikan

    penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pernikahan dini, karena

    pernikahan dini akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan misalnya

    perceraian

    E. Tinjauan Pustaka

    Rakhmawati (2000: v) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh

    Usia Perkawinan terhadap Kesejahteraan Keluarga di Desa Kembangan

    Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, menyimpulkan bahwa usia

    perkawinan di Desa Kembangan sebagian besar dilakukan oleh pasangan

    usia muda yaitu pada usia 16 tahun bagi wanita dan usia 20 tahun

    bagi pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda

    tersebut adalah rendahnya tingkat pendidikan orang tua dan yang akan

    dinikahkan, tekanan ekonomi keluarga serta adat istiadat setempat. Usia

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 6

    perkawinan muda sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan

    keluarga. Artinya, semakin dewasa orang menikah akan semakin dapat

    membantu keluarga sejahtera.

    Rouf (2002: 72-73) dalam skripsi yang berjudul Faktor penyebab

    Perkawinan Usia Muda dan Dampaknya di Desa Karangcegak

    Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, menyimpulkan bahwa

    perkawinan usia muda masih terjadi setiap tahun. Perkawinan usia

    muda terjadi karena berbagai faktor seperti tingkat pendidikan yang

    rendah, mata pencaharian orang tua tidak mencukupi, pengetahuan

    agama yang kurang mendalam, terutama di bidang perkawinan dan

    memegang adat yang memandang aib bagi mereka yang terlambat

    menikah. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat perkawinan usia

    muda di Desa Karangcegak, meliputi dampak terhadap kesehatan ibu

    dan anak.

    Triyana (2003: 48-49) dalam skripsi yang berjudul Dampak

    Perkawinan di Bawah Umur di Desa Batursari Kecamatan Sirampog

    Kabupaten Brebes (Suatu Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan

    Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan),

    menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi adalah sikap

    orang tua yang ingin segera mempunyai menantu, tingkat pendidikan

    yang rendah dari orang tua dan si anak yang ingin dinikahkan,

    lingkungan masyarakat yang menganggap sebagai adat atau tradisi,

    menikahkan anak dengan jalan dijodoh kan atau akibat pergaulan

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 7

    bebas, sedangkan dampak perkawinan di bawah umur berdampak pada

    pemenuhan kebutuhan keluarga yang kurang harmonis ditandai dengan

    adanya berbagai masalah yang bisa berakibat pecahnya hubungan antara

    anggota keluarga, kesehatan ibu dan anak. Usia perkawinan dapat

    berdampak terhadap kesehatan antara keduanya dan pertambahan

    penduduk disebabkan karena banyaknya pasangan yang menikah pada

    usia di bawah umur.

    F. Landasan Teori Dan Pendekatan

    1. Landasan Teori

    a). Pernikahan

    1.) Pengertian

    Berdasarkan tinjauan sosiologis, pernikahan pada hakikatnya

    merupakan bentuk kerja sama antara pria dan wanita dalam

    masyarakat di bawah satu peraturan khusus atau khas yang memiliki

    ciri-ciri tertentu sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan

    yang wanita bertindak sebagai istri, keduanya dalam ikatan yang sah

    (Kartasapoetra dan Kreimers, 1987: 76).

    Menurut bahasa, nikah itu berarti campur gaul, sedang

    menurut istilah syariat Islam, pernikahan ialah akad yang

    menghalalkan pergaulan laki-laki dan perempuan yang tidak ada

    hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan

    kewajiban antara kedua insan itu (Abyan, 1996: 39).

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 8

    Berdasarkan tinjauan sosiologis, pernikahan pada

    hakikatnya merupakan bentuk kerja sama antara pria dan wanita

    dalam masyarakat di bawah satu peraturan khusus atau khas yang

    memiliki ciri-ciri tertentu sehingga pria itu bertindak sebagai

    suami sedangkan yang wanita bertindak sebagai istri, keduanya

    dalam ikatan yang sah (Kartasapoetra dan Kreimers, 1987: 76).

    Menurut bahasa nikah itu artinya campur gaul, sedang

    menurut istilah syariat Islam, pernikahan ialah akad yang

    menghalalkan pergaulan laki-laki dan perempuan yang tidak ada

    hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan

    kewajiban antara kedua insan itu (Abyan, 1996: 39).

    Pernikahan adalah suatu aqad atau perjanjian untuk

    mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk

    menghalalkan hubungan kelamin, dengan dasar sukarela dan

    keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu

    kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang

    dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah

    (Ahmad Azhar, 1977 – 10).

    Pernikah itu merupakan suatu perjanjian perikatan antara

    seorang laki-laki dan seorang wanita, perjanjian disini bukan

    sembarang perjanjian seperti perjanjian jual-beli atau sewa –

    menyewa, tetapi perjanjian dalam nikah adalah merupakan

    perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 9

    dan seorang wanita. Suci di sini dilihat dari segi keagamaannya

    dari suatu perkawinan (Tanjung, 199: 28).

    2.) Fungsi

    Fungsi perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi

    tujuan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki

    dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang

    bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk

    memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

    mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur Syari’ah.

    (Tanjung, 199: 30-31).

    Perkawinan menghalalkan hubungan kelamin untuk

    memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, Mewujudkan suatu

    keluarga dengan dasar cinta kasih, Memperoleh keturunan yang

    sah. Filosof Islam Imam Ghazali membagi tujuan dan faedah

    perkawinan kepada lima hal, seperti berikut : Memperoleh

    keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta

    memperkembangkan suku-suku bangsa manusia, Memenuhi

    tuntutan naluriah hidup kemanusiaan, memelihara manusia dari

    kejahatan dan kerusakan, membentuk dan mengatur rumah

    tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar

    di atas dasar kecintaan dan kasih sayang, menumbuhkan

    kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal,

    dan memperbesar rasa tanggung jawab (Nadimah - Tanjung,

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 10

    199 30-31).

    3.) Manfaat

    Manfaat perkawinan menurut Undang-undang No. 1 Tahun

    1974 adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

    bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

    Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi

    agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya,

    membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

    Pembentukan keluarga yang bahagia itu erat hubungannya

    dengan keturunan di pemeliharaan dan pendidikan anak-anak.

    Menjadi hak dan kewajiban orang tua. Dengan demikian yang

    menjadi manfaat perkawinan menurut perundangan adalah untuk

    kebahagiaan suami-istri untuk mendapatkan keturunan dan

    menegakan keagamaan, dalam kesatuan keluarga yang bersifat

    parental (keorangtuaan). (Soemiyati, 1982: 12).

    4.) Aturan atau hukum yang mengatur tentang pernikahan

    Perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1

    Tahun 1974 identik dengan perkawinan menurut hukum Islam

    karena hukum perkawinan Islam mengacu pada Undang-undang

    Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Jadi antara kedua hukum

    tersebut saling melengkapi.

    Pernikahan dipandang sebagai suatu kontrak sosial yang

    harus dipatuhi dan akan mendapat sanksi bila posisi

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 11

    perempuan menjadi lemah apalagi kemudian dengan

    menyudutkan pada posisi domestik saja (Sushartami, 2002:

    40-42). sedangkan pada perempuan marjinal mayoritas

    menikah pada usia sangat belia. Bagi mereka menikah

    merupakan semacam kewajiban sosial, sehingga mereka tidak

    memiliki otonomi sejak memasuki kehidupan perkawinan.

    Rendahnya tingkat pendidikan, dan kondisi sosial ekonomi,

    semakin membuat mereka terjerat dalam perkawinan usia

    belia. Mereka melihat bahwa melayani suami adalah

    kewajiban. Ini menempatkan mereka pada posisi subordinat.

    Kondisi semacam ini mentradisi dalam keluarga.

    Beberapa di antara mereka terpaksa hidup bersama

    tanpa ikatan pernikahan yang sah menurut agama, dengan

    alasan ekonomi. Pemerintah perlu melaksanakan terobosan

    (Widati, 2002: 25).

    Menurut Akbar (1991: 24-28) untuk menentukan

    seseorang melaksanakan kawin usia muda dapat dilihat dari

    sudut seksual, atau biologis, Seorang wanita dapat kawin bila

    ia sudah mulai haid. Artinya, ia sudah melepaskan sel telur

    yang sudah dibuahi di dalam istilah kedokteran disebut

    menarche (haid yang pertama). Waktu itu organ tubuh sudah

    sanggup untuk menumbuhkan anak di dalam rahimnya. Pria

    dapat kawin dilihat dari sudut biologis bila mulai bermimpi

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 12

    dengan mengeluarkan air mani. Pria sudah tau kemenangan

    seksual (pria merasa puas disaat melakukan hubungan suami

    istri) itu bedasarkan kenikmatan yang dialami pasangannya

    (lawan jenis). Jadi, dengan memperhatikan ulasan di atas,

    rumah tangga yang dibina oleh pasangan seusia 18 tahun

    dengan usia 14 tahun dapat dikatakan kawin anak-anak atau

    pernikahan dini.

    Dipertegas dalam Undang-undang Perkawinan Tahun

    1974 Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa untuk

    melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai

    umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. Pada

    Pasal 7 ayat (1) menyebutkan perkawinan hanya diizinkan jika

    pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita

    sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 7 ayat (2) menyebutkan

    bahwa dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) Pasal ini

    dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain

    yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.

    Hukum adat pada umumnya tidak mengatur batas

    umur untuk melangsungkan perkawinan. Hal mana berarti

    hukum dapat membolehkan perkawinan seumur hidup. Dalam

    rangka memenuhi maksud Undang-undang Nomor 1 Tahun

    1974 mengenai perizinan orang tua terhadap perkawinan di

    bawah umur, yang memungkinkan timbul perbedaan pendapat

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 13

    adalah dikarenakan oleh struktur kekerabatan dalam masyarakat

    yang berbeda adatnya. Ada yang menganut adat kekerabatan

    patrilineal, matrilineal, dan parental yang satu dan lainnya

    dipengaruhi pula bentuk perkawinan yang berlaku.

    Kedewasaan seseorang di dalam hukum adat dapat

    diukur dengan tanda-tanda bangun tubuh, apabila anak wanita

    sudah haid atau datang bulan, buah dada sudah menonjol,

    berarti dia sudah dewasa. Bagi anak pria ukurannya hanya

    dilihat dari perubahan suara, bangun tidur dengan mengeluarkan

    air mani atau sudah mempunyai nafsu seks. Jadi, bukan diukur

    dengan umur.

    Masyarakat Desa Jeruklegi memandang pernikahan usia

    muda dengan melihat usia setelah mereka menyelesaikan

    pendidikan SLTA yaitu antara usia 17 dan 18. Jadi, masyarakat

    Desa Jeruklegi membatasi usia 16 tahun bagi perempuan dan

    19 tahun bagi laki-laki sehingga apabila mereka pada usia

    tersebut melakukan pernikahan akan dikatakan pernikahan usia

    dini. Usia ini juga yang tercantum di dalam Undang-undang

    Perkawinan. Seperti dalam hukum adat, demikian pula dalam

    hukum Islam tidak terdapat kaidah-kaidah yang sifatnya

    menentukan batas umur perkawinan. Jadi, berdasarkan tingkatan

    umur dapat melakukan ikatan perkawinan (Hadikusuma, 2003:

    50-55).

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 14

    b. Kebudayaan

    1.) Pengertian

    Dalam pengertian sehari-hari, Istilah kebudayaan sering

    diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni

    tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut

    ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah satu bagian

    saja dari kebudayaan.

    Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah

    yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi

    atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang

    bersangkutan dengan budi atau akal”. (Soerjono Soekanto, 1982:

    188-189).

    Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup

    pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat

    dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

    didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan

    kata lain perkataan, kebudayaan mencangkup semuanya yang

    didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota

    masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang

    dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya,

    mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan

    dan bertindak. Seorang yang meneliti kebudayaan tertentu, akan

    sangat tertarik oleh obyek-obyek kebudayaan seperti rumah,

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 15

    sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.

    (Soekanto, 1982: 189).

    Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1985: 55)

    merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan

    cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

    kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material

    culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam

    sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk

    keperluan masyarakat.

    2.) Fungsi dalam masyarakat

    Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi

    manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus

    dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan

    alam, maupun kekuatan-kekuatan lainya di dalam masyarakat itu

    sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan

    masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual

    maupun materill. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut

    diatas, untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang

    bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian

    besar oleh karena kemampuan manusia adalah terbatas, dan

    dengan demikian kemampuan kebudayaan yang memerlukan

    hasil ciptaanya juga terbatas di dalam memenuhi segala

    kebutuhan. (Soekanto, 1982: 194).

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 16

    Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau

    kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di

    dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya.

    Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur,

    yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, makanan dan

    minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan

    perumahan, dan alat-alat transpor (Soekanto, 1982: 194-195).

    Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan

    menyesuaikan diri pada alam, juga kalau dia telah dapat hidup

    dengan manusia-manusia lain dalam suasana damai. Maka,

    timbulah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk

    menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain.

    (Soerjono, Soekanto, 1982).

    3.) Usaha pelestarian budaya

    Usaha pelestarian budaya untuk mengatur agar manusia

    dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,

    menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang

    lain. Apabila manusia hidup sendiri, maka tak akan ada

    manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-

    tindakannya. Selain itu upaya peletarian budaya juga berguna

    bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam,

    mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari

    segenap perasaan manusia (Soekanto, 1982: 195-196).

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 17

    c. Tingkat Perekonomian Masyarakat

    1.) Pengertian

    Adanya Tingkat perekonomian masyarakat dapat terjadi

    dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu.

    Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar

    suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya

    tingkat perekonomian masyarakat yang terjadi dengan sendirinya

    adalah kepandaian, tingkat umur berdasar senioritas, sifat

    keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan

    mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan—alasan

    yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada

    masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama

    adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang

    telah menetap dan bercocok tanam, maka kepandaian bercocok

    tanam (Soekanto, 1982: 253-254).

    Hubungan tingkat perekonomian masyarakat dengan

    pernikahan dini di Jeruklegi sangat berkaitan. Karena sekarang

    budaya pernikahan dini sudah dihindari. Oleh karena itu pada

    tahun 1960-1965 banyak terjadi budaya pernikahan dini, di

    mana pelaku pernikahan dini pada saat itu berpenghasilan pas-

    pasan. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada perekonomian

    masyarakat di Desa Jeruklegi. Dengan perekonomian yang pas-

    pasan, masyarakat Desa Jeruklegi menikahkan anak-anak mereka

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 18

    pada usia dini, dengan tujuan agar beban keluarga berkurang.

    (Wawancara, Suwito tanggal 23 April 2012).

    2.) Bentuk ekonomi masyarakat tradisional

    Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana

    seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai

    dengan taraf kehidupan kelompok, dan juga tidak mampu

    memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok

    tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara

    berdampingan tidak merupakan masalah sosial, sampai saatnya

    perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai

    sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke

    seluruh dunia, dan di tetapkannya taraf kehidupan tertentu

    sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai

    masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan

    ekonomisnya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan

    apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai

    masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para

    warga masyarakat ditentukan secara tegas (Soekanto, 1982::

    406-407).

    Bentuk ekonomi masyarakat tradisional apabila di

    hubungkan dengan pelaku pernikahan yang identik dengan

    keluarga besar, sangat berpengaruh. Hal ini karena sebagian

    besar masyarakat melakukan pernikahan usia dini berasal dari

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 19

    keluarga yang kurang mampu. Sebagian besar dari mereka

    berpencaharian bertani, dan masing-masing dari anggota

    keluarga juga mempunyai banyak anak. Dari faktor ini mereka

    sering menikahkan anaknya pada usia yang sangat muda.

    Dengan cara inilah sedikit beban dari keluarga mereka

    berkurang, karena bagi mereka apabila seorang anak yang

    sudah menikah itu menjadi tanggung jawab seorang suami.

    Pendekatan

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu

    sosial, khususnya sosiologi dan antropologi. Pendekatan sosiologi adalah

    pendekatan yang berdasarkan ilmu yang mempelajari sifat dan

    perkembangan masyarakat atau ilmu yang mempelajari tindakan manusia

    dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini peneliti menggunakan untuk

    mempelajari pernikahan usia dini, kultur budaya dan dampak dari

    pernikahan usia dini dengan menjelaskan sistem budaya dan simbol-simbol,

    serta akan memberikan gambaran yang kronologis dari perkembangan yang

    ada di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap, sedangkan pendekatan

    antropologi digunakan untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari para

    pelaku pernikahan usia dini. Pendekatan antropologi ini berdasarkan suatu

    ilmu kehidupan manusia, khususnya tentang asal-usul aneka warna bentuk

    fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Jadi, antropologi

    merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat kebiasaan, budaya dan perilaku

    manusia (Koentjaraningrat, 1999: 115).

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 20

    G. Metode Penelitian

    Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu

    agar hasil yang akan diciptakan sesuai dengan tujuan awal peenelitian.

    Di dalam penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan

    dengan peristiwa masa lampau yang sudah terjadi. Pengertian metode

    sejarah di sini adalah suatu proses menguji, atau menganalisis secara

    kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

    Metode sejarah sendiri merupakan sebuah proses dalam menguji

    dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.

    Menurut Kuntowijoyo (1995 : 88-99). tahapan-tahapan dalam penelitian

    yang menggunakan metode historis, sebagai berikut :

    (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik

    sumber, keabsahan sumber), (4) interpretasi, (5) penulisan

    (Kuntowijoyo, 1995: 89).

    1. Pemilihan Topik

    Dalam pemilihan topik Kuntowijoyo (1995: 90)

    menyarankan sebaiknya didasarkan kedekatan emosional dan

    kedekatan intelektual. Penelitian sejarah Pernikahan Usia Dini

    Di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965

    bagi penulis secara emosional karena keunikan Pernikahan

    Usia Dini Di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun

    1960-1965. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 21

    membahas tentang pernikahan usia dini di Kecamatan

    Jeruklegi Kabupaten Cilacap tahun 1960-1965.

    2. Pengumpulan sumber

    Untuk mendapatkan data – data yang diperlukan dalam

    penelitian tentang Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan

    Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965 melakukan

    observasi, wawancara, dan dokumentasi.

    a. Observasi merupakan teknik yang dilakukan untuk mengetahui

    secara langsung keadaan obyek penelitian. Dalam penelitian

    yang penulis lakukan, penulis melakukan observasi di KUA,

    Kecamatan, Balaidesa, Pelaku pernikahan dini, dan

    masyarakat Desa Jeruklegi yang akan dijadikan sebagai objek

    penelitian, yaitu Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan

    Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965.

    b. Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk

    mendapatkan data dan fakta mengenai kapan berdirinya,

    bagaimana perkembangan dan sistem yang digunakan dalam

    proses pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun informan

    yang diwawancarai oleh peneliti adalah Drs. H. Imam

    Haromain Asy’ari, M.Si. (kepala KUA Jeruklegi), Muslimin

    (Kepala Desa Jeruklegi), (tokoh masyarakat desa Jeruklegi)

    c. Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk

    mendapatkan dokumen yang dimilki Instansi tersebut.

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 22

    3. Verifikasi

    Pada langkah ini peneliti berusaha menganalisa setiap sumber

    yang berhasil dikumpulkan melalui kritik intern dan kritik ekstern.

    Kritik ekstern adalah menilai tingkat keaslian data, sedangkan

    kritik intern adalah peneliti melakukan analisa berkenaan dengan

    kredibilitas setiap sumber, serta membandingkan setiap informasi

    yang dikumpulkan.

    4. Interpretasi

    Dalam tahap ini penulis berusaha menafsirkan data-data yang telah

    di verifikasi dan kemudian dihubungkan. Hal ini bertujuan agar

    data-data tersebut dapat dipahami secara utuh.

    5. Penulisan

    Penulis mulai menyusun atau menyajikan fakta-fakta yang telah

    diperoleh dari lapangan dengan menempuh proses. Dalam

    penyajiannya disesuaikan dengan kronologi waktu karena

    penelitian ini merupakan penelitian sejarah.

    H. Sistemtika Penulisan

    Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bab, yaitu :

    Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian,

    dan sistematika penulisan skripsi.

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012

  • 23

    Bab II Keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun

    1960-1965. Bab ini memaparkan tentang kondisi

    masyarakat Jeruklegi dilihat dari keadaan Desa Jeruklegi,

    kondisi budaya masyarakat jawa tahun 1960-1965,

    kondisi sosial ekonomi tahun 1960-1965.

    Bab III Faktor penyebab pernikahan usia dini di Kecamatan

    Jeruklegi.

    Bab IV Saran dan Simpulan.

    Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012