bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/3377/2/bab i_dian...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jeruklegi adalah sebuah kecamatan dikabupaten Cilacap, jawa
tengah , Kecamatan Jeruklegi berbatasan langsung dengan batas
Kabupaten Cilacap dengan Banyumas di sebelah Utara, disebelah
timur berbatasan dengan Kec. Kubangkangkung, sebelah Selatan,
berbatasan dengan Tritih Kulon, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kesugihan. Asal Usul Jeruklegi, konon katanya dahulu kala karna
begitu banyaknya tanaman Buah Jeruk disekitar tempat tersebut, Jeruklegi
memiliki luas sekitar 9.930,20 Ha, daerah Jeruklegi sebagian besar berupa
persawahan serta sedikit pegunungan. penduduk Jeruklegi umumnya masih
diduduki uenduduk asli atau pribumi dari Jeruklegi sendiri, pendatang
kebanyakan mereka yang berprofesi sebagai guru, atau pedagang dari Desa
ataupun kota seberang. Jeruklegi sendiri mempunyai 13 Desa yang tersebar
antara Lembah, persawahan dan Perbukitan. Berikut 13 Desa yang termasuk
kawasan Kecamatan Jeruklegi : 1. Brebeg, 2. Cilibang, 3. Citepus 4,
Jambusari, 5. Jeruklegi Kulon, 6. Jeruklegi Wetan, 7. Karangkemiri, 8.
Mendala, 9. Prapagan, 10. Sawangan, 11. Sumingkir, 12. Tritih Lor, 13.
Tritih Wetan. Untuk Urusan SUmber Daya, Jeruklegi Juga tidak kekurangan
akan hal ini, Jeruklegi mempunyai cukup lahan Pertanian, dan tanahnya juga
gampang untuk ditanami bermacam – macam Palawija. Dan ada hal unik
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
2
tentang budaya masyarakat Desa Jeeruklegi adalah melakukan
pernikahan pada usia dini.
Setiap negara di belahan dunia mempunyai peraturan mengenai
pernikahan tanpa terkecuali di Indonesia. Negara Indonesia sangat ketat
di dalam membuat peraturan pernikahan yang dituangkan di dalam
Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Arti pernikahan
menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Hadikusuma, 2003: 50 – 55)
Semenjak manusia dilahirkan sudah termasuk makhluk sosial dan
kenyataannya manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya
sendiri, pasti memerlukan bantuan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada
seorang anak yang baru dilahirkan lalu dibesarkan di lingkungan
keluarga. Kemudian semakin luas lingkungan bersosialisasinya dengan
tetangga, kelompok bermain, lingkungan sekolah dan masyarakat luas.
Makhluk sosial diartikan lebih lanjut adalah bahwa setiap manusia harus
dapat bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya itu, Untuk menyiapkan menjadi anggota masyarakat yang baik
perlu mengalami proses pendidikan.
Melalui proses pernikahan secara tidak langsung seseorang masuk
ke dalam dunia atau lembaran hidup baru yang belum pernah dialami
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
3
sebelumnya. Untuk itu sebelum melakukan pernikahan perlu dipersiapkan
masalah fisik, mental, dan pengetahuan yang semuanya diperoleh melalui
proses pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai sarana memperoleh
pengetahuan oleh masyarakat atau manusia formal dan non-formal, yaitu
pendidikan yang diperoleh di luar sekolah (keluarga atau masyarakat),
pengetahuan yang diperoleh di sekolah dan masyarakat dapat berguna
di dalam membina keluarga.
Pernikahan adalah salah satu asas pokok kehidupan yang utama
dalam pergaulan masyarakat yang sesuai kaidah norma dan hukum
sehingga terdapat aturan, hak, serta kewajiban yang dijamin oleh hukum.
Pernikahan merupakan bukan saja satu jalan yang amat mulia untuk
mengatur hidup rumah tangga atau keturunannya, melainkan juga dapat
dipandang sebagai pintu pertemuan dan perkenalan antara satu kaum
dengan yang lainnya. Hal itu akan memperluas ikatan kekerabatan.
Secara biologis pernikahan mempunyai tujuan untuk meneruskan
keturunan dan memenuhi hasrat seksual manusia. Antara tujuan
memperoleh anak dan perbuatan seksual dalam pernikahan terdapat
hubungan kausalitas, dengan akibat hukum tertentu, terutama bagi
kedudukan anak, sedangkan yang lebih penting dari fungsi biologis
adalah fungsi sosial pernikahan. Pasangan yang baru saja melaksanakan
pernikahan, hidup bersama dalam ikatan, diakui dan disetujui oleh
anggota masyarakat. Kepada mereka dituntut untuk bekerja sama antara
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
4
sesamanya dan kadang-kadang dengan anggota kerabat lainnya
(Hadikusuma, 2003: 55-56).
Dengan memperhatikan pengertian dan tujuan, pernikahan bisa
terwujud dan tercapai apabila pria dan wanita sudah cukup umur,
sedangkan di Kecamatan Jeruklegi pada tahun 1960-1965 masih banyak
terjadi pernikahan dini. Pernikahan dini terjadi di Kecamatan Jeruklegi
pada tahun 1960 berjumlah 20 pasangan diperoleh dari data di KUA.
sehingga membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
dengan judul Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten
Cilacap Tahun 1960-1965.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun 1960-1965; ?
2. Pernikahan usia dini di Kecamatan Jeruklegi tahun 1960-1965; ?
3. Dampak pernikahan usia dini setelah menikah; ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Bagaiman keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun
1960-1965; ?
2. Bagaimana pernikahan usia dini di Kecamatan Jeruklegi tahun 1960-
1965; ?
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
5
3. Dampak usia pernikahan dini setelah menikah; ?
D. Manfaat Penelitian
Bagi masyarakat Untuk menambah wawasan,pengetahuan dan memberikan
sumbangan bagi masyarakat agar mengerti dan memahami dampak yang
ditimbulkan dari pernikahan usia dini.
Bagi Desa, perangkat Desa hendaknya menetapkan persyaratan dan prosedur
pernikahan yang berat apabila ada pasangan yang melangsungkan pernikahan
masih dibawah umur. Hal ini untuk mencegah terjadinya pernikahan dini.
Pihak Desa dan pihak yang bersangkutan harus memberikan penyuluhan bagi
masyarakat mengenai akibat dari pernikahan usia dini.
Bagi Kantor Urusan Agama, Kantor urusan Agama harus memberikan
penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pernikahan dini, karena
pernikahan dini akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan misalnya
perceraian
E. Tinjauan Pustaka
Rakhmawati (2000: v) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh
Usia Perkawinan terhadap Kesejahteraan Keluarga di Desa Kembangan
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, menyimpulkan bahwa usia
perkawinan di Desa Kembangan sebagian besar dilakukan oleh pasangan
usia muda yaitu pada usia 16 tahun bagi wanita dan usia 20 tahun
bagi pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda
tersebut adalah rendahnya tingkat pendidikan orang tua dan yang akan
dinikahkan, tekanan ekonomi keluarga serta adat istiadat setempat. Usia
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
6
perkawinan muda sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
keluarga. Artinya, semakin dewasa orang menikah akan semakin dapat
membantu keluarga sejahtera.
Rouf (2002: 72-73) dalam skripsi yang berjudul Faktor penyebab
Perkawinan Usia Muda dan Dampaknya di Desa Karangcegak
Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, menyimpulkan bahwa
perkawinan usia muda masih terjadi setiap tahun. Perkawinan usia
muda terjadi karena berbagai faktor seperti tingkat pendidikan yang
rendah, mata pencaharian orang tua tidak mencukupi, pengetahuan
agama yang kurang mendalam, terutama di bidang perkawinan dan
memegang adat yang memandang aib bagi mereka yang terlambat
menikah. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat perkawinan usia
muda di Desa Karangcegak, meliputi dampak terhadap kesehatan ibu
dan anak.
Triyana (2003: 48-49) dalam skripsi yang berjudul Dampak
Perkawinan di Bawah Umur di Desa Batursari Kecamatan Sirampog
Kabupaten Brebes (Suatu Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan),
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi adalah sikap
orang tua yang ingin segera mempunyai menantu, tingkat pendidikan
yang rendah dari orang tua dan si anak yang ingin dinikahkan,
lingkungan masyarakat yang menganggap sebagai adat atau tradisi,
menikahkan anak dengan jalan dijodoh kan atau akibat pergaulan
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
7
bebas, sedangkan dampak perkawinan di bawah umur berdampak pada
pemenuhan kebutuhan keluarga yang kurang harmonis ditandai dengan
adanya berbagai masalah yang bisa berakibat pecahnya hubungan antara
anggota keluarga, kesehatan ibu dan anak. Usia perkawinan dapat
berdampak terhadap kesehatan antara keduanya dan pertambahan
penduduk disebabkan karena banyaknya pasangan yang menikah pada
usia di bawah umur.
F. Landasan Teori Dan Pendekatan
1. Landasan Teori
a). Pernikahan
1.) Pengertian
Berdasarkan tinjauan sosiologis, pernikahan pada hakikatnya
merupakan bentuk kerja sama antara pria dan wanita dalam
masyarakat di bawah satu peraturan khusus atau khas yang memiliki
ciri-ciri tertentu sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan
yang wanita bertindak sebagai istri, keduanya dalam ikatan yang sah
(Kartasapoetra dan Kreimers, 1987: 76).
Menurut bahasa, nikah itu berarti campur gaul, sedang
menurut istilah syariat Islam, pernikahan ialah akad yang
menghalalkan pergaulan laki-laki dan perempuan yang tidak ada
hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan
kewajiban antara kedua insan itu (Abyan, 1996: 39).
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
8
Berdasarkan tinjauan sosiologis, pernikahan pada
hakikatnya merupakan bentuk kerja sama antara pria dan wanita
dalam masyarakat di bawah satu peraturan khusus atau khas yang
memiliki ciri-ciri tertentu sehingga pria itu bertindak sebagai
suami sedangkan yang wanita bertindak sebagai istri, keduanya
dalam ikatan yang sah (Kartasapoetra dan Kreimers, 1987: 76).
Menurut bahasa nikah itu artinya campur gaul, sedang
menurut istilah syariat Islam, pernikahan ialah akad yang
menghalalkan pergaulan laki-laki dan perempuan yang tidak ada
hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan
kewajiban antara kedua insan itu (Abyan, 1996: 39).
Pernikahan adalah suatu aqad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk
menghalalkan hubungan kelamin, dengan dasar sukarela dan
keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang
dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah
(Ahmad Azhar, 1977 – 10).
Pernikah itu merupakan suatu perjanjian perikatan antara
seorang laki-laki dan seorang wanita, perjanjian disini bukan
sembarang perjanjian seperti perjanjian jual-beli atau sewa –
menyewa, tetapi perjanjian dalam nikah adalah merupakan
perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
9
dan seorang wanita. Suci di sini dilihat dari segi keagamaannya
dari suatu perkawinan (Tanjung, 199: 28).
2.) Fungsi
Fungsi perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi
tujuan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki
dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang
bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk
memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur Syari’ah.
(Tanjung, 199: 30-31).
Perkawinan menghalalkan hubungan kelamin untuk
memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, Mewujudkan suatu
keluarga dengan dasar cinta kasih, Memperoleh keturunan yang
sah. Filosof Islam Imam Ghazali membagi tujuan dan faedah
perkawinan kepada lima hal, seperti berikut : Memperoleh
keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta
memperkembangkan suku-suku bangsa manusia, Memenuhi
tuntutan naluriah hidup kemanusiaan, memelihara manusia dari
kejahatan dan kerusakan, membentuk dan mengatur rumah
tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar
di atas dasar kecintaan dan kasih sayang, menumbuhkan
kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal,
dan memperbesar rasa tanggung jawab (Nadimah - Tanjung,
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
10
199 30-31).
3.) Manfaat
Manfaat perkawinan menurut Undang-undang No. 1 Tahun
1974 adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi
agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya,
membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Pembentukan keluarga yang bahagia itu erat hubungannya
dengan keturunan di pemeliharaan dan pendidikan anak-anak.
Menjadi hak dan kewajiban orang tua. Dengan demikian yang
menjadi manfaat perkawinan menurut perundangan adalah untuk
kebahagiaan suami-istri untuk mendapatkan keturunan dan
menegakan keagamaan, dalam kesatuan keluarga yang bersifat
parental (keorangtuaan). (Soemiyati, 1982: 12).
4.) Aturan atau hukum yang mengatur tentang pernikahan
Perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1
Tahun 1974 identik dengan perkawinan menurut hukum Islam
karena hukum perkawinan Islam mengacu pada Undang-undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Jadi antara kedua hukum
tersebut saling melengkapi.
Pernikahan dipandang sebagai suatu kontrak sosial yang
harus dipatuhi dan akan mendapat sanksi bila posisi
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
11
perempuan menjadi lemah apalagi kemudian dengan
menyudutkan pada posisi domestik saja (Sushartami, 2002:
40-42). sedangkan pada perempuan marjinal mayoritas
menikah pada usia sangat belia. Bagi mereka menikah
merupakan semacam kewajiban sosial, sehingga mereka tidak
memiliki otonomi sejak memasuki kehidupan perkawinan.
Rendahnya tingkat pendidikan, dan kondisi sosial ekonomi,
semakin membuat mereka terjerat dalam perkawinan usia
belia. Mereka melihat bahwa melayani suami adalah
kewajiban. Ini menempatkan mereka pada posisi subordinat.
Kondisi semacam ini mentradisi dalam keluarga.
Beberapa di antara mereka terpaksa hidup bersama
tanpa ikatan pernikahan yang sah menurut agama, dengan
alasan ekonomi. Pemerintah perlu melaksanakan terobosan
(Widati, 2002: 25).
Menurut Akbar (1991: 24-28) untuk menentukan
seseorang melaksanakan kawin usia muda dapat dilihat dari
sudut seksual, atau biologis, Seorang wanita dapat kawin bila
ia sudah mulai haid. Artinya, ia sudah melepaskan sel telur
yang sudah dibuahi di dalam istilah kedokteran disebut
menarche (haid yang pertama). Waktu itu organ tubuh sudah
sanggup untuk menumbuhkan anak di dalam rahimnya. Pria
dapat kawin dilihat dari sudut biologis bila mulai bermimpi
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
12
dengan mengeluarkan air mani. Pria sudah tau kemenangan
seksual (pria merasa puas disaat melakukan hubungan suami
istri) itu bedasarkan kenikmatan yang dialami pasangannya
(lawan jenis). Jadi, dengan memperhatikan ulasan di atas,
rumah tangga yang dibina oleh pasangan seusia 18 tahun
dengan usia 14 tahun dapat dikatakan kawin anak-anak atau
pernikahan dini.
Dipertegas dalam Undang-undang Perkawinan Tahun
1974 Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa untuk
melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. Pada
Pasal 7 ayat (1) menyebutkan perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 7 ayat (2) menyebutkan
bahwa dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) Pasal ini
dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain
yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.
Hukum adat pada umumnya tidak mengatur batas
umur untuk melangsungkan perkawinan. Hal mana berarti
hukum dapat membolehkan perkawinan seumur hidup. Dalam
rangka memenuhi maksud Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 mengenai perizinan orang tua terhadap perkawinan di
bawah umur, yang memungkinkan timbul perbedaan pendapat
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
13
adalah dikarenakan oleh struktur kekerabatan dalam masyarakat
yang berbeda adatnya. Ada yang menganut adat kekerabatan
patrilineal, matrilineal, dan parental yang satu dan lainnya
dipengaruhi pula bentuk perkawinan yang berlaku.
Kedewasaan seseorang di dalam hukum adat dapat
diukur dengan tanda-tanda bangun tubuh, apabila anak wanita
sudah haid atau datang bulan, buah dada sudah menonjol,
berarti dia sudah dewasa. Bagi anak pria ukurannya hanya
dilihat dari perubahan suara, bangun tidur dengan mengeluarkan
air mani atau sudah mempunyai nafsu seks. Jadi, bukan diukur
dengan umur.
Masyarakat Desa Jeruklegi memandang pernikahan usia
muda dengan melihat usia setelah mereka menyelesaikan
pendidikan SLTA yaitu antara usia 17 dan 18. Jadi, masyarakat
Desa Jeruklegi membatasi usia 16 tahun bagi perempuan dan
19 tahun bagi laki-laki sehingga apabila mereka pada usia
tersebut melakukan pernikahan akan dikatakan pernikahan usia
dini. Usia ini juga yang tercantum di dalam Undang-undang
Perkawinan. Seperti dalam hukum adat, demikian pula dalam
hukum Islam tidak terdapat kaidah-kaidah yang sifatnya
menentukan batas umur perkawinan. Jadi, berdasarkan tingkatan
umur dapat melakukan ikatan perkawinan (Hadikusuma, 2003:
50-55).
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
14
b. Kebudayaan
1.) Pengertian
Dalam pengertian sehari-hari, Istilah kebudayaan sering
diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni
tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut
ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah satu bagian
saja dari kebudayaan.
Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah
yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi
atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”. (Soerjono Soekanto, 1982:
188-189).
Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat
dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan
kata lain perkataan, kebudayaan mencangkup semuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya,
mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan
dan bertindak. Seorang yang meneliti kebudayaan tertentu, akan
sangat tertarik oleh obyek-obyek kebudayaan seperti rumah,
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
15
sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.
(Soekanto, 1982: 189).
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1985: 55)
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk
keperluan masyarakat.
2.) Fungsi dalam masyarakat
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi
manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus
dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan
alam, maupun kekuatan-kekuatan lainya di dalam masyarakat itu
sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan
masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual
maupun materill. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut
diatas, untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian
besar oleh karena kemampuan manusia adalah terbatas, dan
dengan demikian kemampuan kebudayaan yang memerlukan
hasil ciptaanya juga terbatas di dalam memenuhi segala
kebutuhan. (Soekanto, 1982: 194).
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
16
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di
dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya.
Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur,
yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, makanan dan
minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan
perumahan, dan alat-alat transpor (Soekanto, 1982: 194-195).
Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan
menyesuaikan diri pada alam, juga kalau dia telah dapat hidup
dengan manusia-manusia lain dalam suasana damai. Maka,
timbulah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk
menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain.
(Soerjono, Soekanto, 1982).
3.) Usaha pelestarian budaya
Usaha pelestarian budaya untuk mengatur agar manusia
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang
lain. Apabila manusia hidup sendiri, maka tak akan ada
manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-
tindakannya. Selain itu upaya peletarian budaya juga berguna
bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam,
mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari
segenap perasaan manusia (Soekanto, 1982: 195-196).
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
17
c. Tingkat Perekonomian Masyarakat
1.) Pengertian
Adanya Tingkat perekonomian masyarakat dapat terjadi
dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu.
Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya
tingkat perekonomian masyarakat yang terjadi dengan sendirinya
adalah kepandaian, tingkat umur berdasar senioritas, sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan
mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan—alasan
yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada
masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama
adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang
telah menetap dan bercocok tanam, maka kepandaian bercocok
tanam (Soekanto, 1982: 253-254).
Hubungan tingkat perekonomian masyarakat dengan
pernikahan dini di Jeruklegi sangat berkaitan. Karena sekarang
budaya pernikahan dini sudah dihindari. Oleh karena itu pada
tahun 1960-1965 banyak terjadi budaya pernikahan dini, di
mana pelaku pernikahan dini pada saat itu berpenghasilan pas-
pasan. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada perekonomian
masyarakat di Desa Jeruklegi. Dengan perekonomian yang pas-
pasan, masyarakat Desa Jeruklegi menikahkan anak-anak mereka
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
18
pada usia dini, dengan tujuan agar beban keluarga berkurang.
(Wawancara, Suwito tanggal 23 April 2012).
2.) Bentuk ekonomi masyarakat tradisional
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok, dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara
berdampingan tidak merupakan masalah sosial, sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai
sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke
seluruh dunia, dan di tetapkannya taraf kehidupan tertentu
sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai
masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan
ekonomisnya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan
apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai
masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para
warga masyarakat ditentukan secara tegas (Soekanto, 1982::
406-407).
Bentuk ekonomi masyarakat tradisional apabila di
hubungkan dengan pelaku pernikahan yang identik dengan
keluarga besar, sangat berpengaruh. Hal ini karena sebagian
besar masyarakat melakukan pernikahan usia dini berasal dari
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
19
keluarga yang kurang mampu. Sebagian besar dari mereka
berpencaharian bertani, dan masing-masing dari anggota
keluarga juga mempunyai banyak anak. Dari faktor ini mereka
sering menikahkan anaknya pada usia yang sangat muda.
Dengan cara inilah sedikit beban dari keluarga mereka
berkurang, karena bagi mereka apabila seorang anak yang
sudah menikah itu menjadi tanggung jawab seorang suami.
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu
sosial, khususnya sosiologi dan antropologi. Pendekatan sosiologi adalah
pendekatan yang berdasarkan ilmu yang mempelajari sifat dan
perkembangan masyarakat atau ilmu yang mempelajari tindakan manusia
dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini peneliti menggunakan untuk
mempelajari pernikahan usia dini, kultur budaya dan dampak dari
pernikahan usia dini dengan menjelaskan sistem budaya dan simbol-simbol,
serta akan memberikan gambaran yang kronologis dari perkembangan yang
ada di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap, sedangkan pendekatan
antropologi digunakan untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari para
pelaku pernikahan usia dini. Pendekatan antropologi ini berdasarkan suatu
ilmu kehidupan manusia, khususnya tentang asal-usul aneka warna bentuk
fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Jadi, antropologi
merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat kebiasaan, budaya dan perilaku
manusia (Koentjaraningrat, 1999: 115).
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
20
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu
agar hasil yang akan diciptakan sesuai dengan tujuan awal peenelitian.
Di dalam penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan
dengan peristiwa masa lampau yang sudah terjadi. Pengertian metode
sejarah di sini adalah suatu proses menguji, atau menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Metode sejarah sendiri merupakan sebuah proses dalam menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.
Menurut Kuntowijoyo (1995 : 88-99). tahapan-tahapan dalam penelitian
yang menggunakan metode historis, sebagai berikut :
(1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik
sumber, keabsahan sumber), (4) interpretasi, (5) penulisan
(Kuntowijoyo, 1995: 89).
1. Pemilihan Topik
Dalam pemilihan topik Kuntowijoyo (1995: 90)
menyarankan sebaiknya didasarkan kedekatan emosional dan
kedekatan intelektual. Penelitian sejarah Pernikahan Usia Dini
Di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965
bagi penulis secara emosional karena keunikan Pernikahan
Usia Dini Di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun
1960-1965. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
21
membahas tentang pernikahan usia dini di Kecamatan
Jeruklegi Kabupaten Cilacap tahun 1960-1965.
2. Pengumpulan sumber
Untuk mendapatkan data – data yang diperlukan dalam
penelitian tentang Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan
Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965 melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi merupakan teknik yang dilakukan untuk mengetahui
secara langsung keadaan obyek penelitian. Dalam penelitian
yang penulis lakukan, penulis melakukan observasi di KUA,
Kecamatan, Balaidesa, Pelaku pernikahan dini, dan
masyarakat Desa Jeruklegi yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian, yaitu Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan
Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 1960-1965.
b. Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data dan fakta mengenai kapan berdirinya,
bagaimana perkembangan dan sistem yang digunakan dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun informan
yang diwawancarai oleh peneliti adalah Drs. H. Imam
Haromain Asy’ari, M.Si. (kepala KUA Jeruklegi), Muslimin
(Kepala Desa Jeruklegi), (tokoh masyarakat desa Jeruklegi)
c. Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk
mendapatkan dokumen yang dimilki Instansi tersebut.
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
22
3. Verifikasi
Pada langkah ini peneliti berusaha menganalisa setiap sumber
yang berhasil dikumpulkan melalui kritik intern dan kritik ekstern.
Kritik ekstern adalah menilai tingkat keaslian data, sedangkan
kritik intern adalah peneliti melakukan analisa berkenaan dengan
kredibilitas setiap sumber, serta membandingkan setiap informasi
yang dikumpulkan.
4. Interpretasi
Dalam tahap ini penulis berusaha menafsirkan data-data yang telah
di verifikasi dan kemudian dihubungkan. Hal ini bertujuan agar
data-data tersebut dapat dipahami secara utuh.
5. Penulisan
Penulis mulai menyusun atau menyajikan fakta-fakta yang telah
diperoleh dari lapangan dengan menempuh proses. Dalam
penyajiannya disesuaikan dengan kronologi waktu karena
penelitian ini merupakan penelitian sejarah.
H. Sistemtika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian,
dan sistematika penulisan skripsi.
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012
-
23
Bab II Keadaan umum masyarakat Desa Jeruklegi pada tahun
1960-1965. Bab ini memaparkan tentang kondisi
masyarakat Jeruklegi dilihat dari keadaan Desa Jeruklegi,
kondisi budaya masyarakat jawa tahun 1960-1965,
kondisi sosial ekonomi tahun 1960-1965.
Bab III Faktor penyebab pernikahan usia dini di Kecamatan
Jeruklegi.
Bab IV Saran dan Simpulan.
Pernikahan Usia Dini…, Dian Apriliani, FKIP UMP, 2012