bab i pendahuluan a. latar belakang/hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau...

63
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Maslow dalam Setiadi (2003:107) bahwa “Manusia adalah makhluk yang banyak keinginan.” Bila salah satu keinginan terpenuhi, maka keinginan lain muncul. Informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia. Media televisi sebagai salah satu alat dalam penyebaran informasi yang menggunakan perangkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya stasiun televisi yang ada di Indonesia serta semakin luas jangkauannya, sampai ke pelosok desa. Artinya semakin banyak orang yang berkesempatan menonton TV. Televisi merupakan salah satu media hiburan dan informasi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Televisi adalah media paling utama yang dapat diakses, dinikmati dan mudah terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta senantiasa menjadi populer di belahan dunia berkembang. Hal ini dikarenakan televisi mempunyai kemampuan audio visual yang membuat televisi menjadi lebih unggul dibanding dengan media informasi lainnya. Televisi mampu menciptakan suasana tertentu, yaitu pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan

Upload: vankhuong

Post on 10-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Maslow dalam Setiadi (2003:107) bahwa “Manusia adalah

makhluk yang banyak keinginan.” Bila salah satu keinginan terpenuhi, maka

keinginan lain muncul. Informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia.

Media televisi sebagai salah satu alat dalam penyebaran informasi yang

menggunakan perangkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus

berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya stasiun televisi

yang ada di Indonesia serta semakin luas jangkauannya, sampai ke pelosok

desa. Artinya semakin banyak orang yang berkesempatan menonton TV.

Televisi merupakan salah satu media hiburan dan informasi yang

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Televisi adalah media paling utama

yang dapat diakses, dinikmati dan mudah terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat serta senantiasa menjadi populer di belahan dunia berkembang.

Hal ini dikarenakan televisi mempunyai kemampuan audio visual yang

membuat televisi menjadi lebih unggul dibanding dengan media informasi

lainnya.

Televisi mampu menciptakan suasana tertentu, yaitu pemirsanya dapat

melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya.

Penyampaian pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

2

komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti

karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Televisi melalui iklan dan programnya memiliki karakteristik yang

berkontribusi terhadap efek bersosialisasi. Anak-anak sering menggunakan

televisi untuk mempelajari fakta-fakta baru atau informasi. Dengan menonton

televisi anak-anak bisa belajar bagaimana setiap orang berperilaku (Stroman,

et al dalam Berry, 1998). Televisi dapat menciptakan perceived realism

dengan sifatnya yang visual, dengan kombinasi warna-warna, suara dan

gerakan, maka iklan-iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata (Jefkins,

1997:110). Perceived realism didefinisikan sebagai derajat kesamaan persepsi

antara karakter dan situasi di media dengan karakter dan situasi di kehidupan

nyata (Barriga et al, 2009). Greenberg dalam Berry (1998), mengemukakan

bahwa anak-anak dan remaja yang menonton televisi lebih dari rekan-rekan

mereka, lebih cenderung untuk mengevaluasi program dan iklan televisi

sebagai pertunjukan yang lebih realistis dan dapat dipercaya. Penelitian oleh

Leifer et al dalam Berry (1998) menunjukkan bahwa anak-anak mengubah

sikap mereka tentang orang dan peristiwa untuk mencerminkan yang ditemui

dalam program televisi.

Bagi seseorang yang melihat iklan televisi sebagai gambaran realistis

konsumen, Richins dalam Speck dan Roy (2008) lebih lanjut mengemukakan

bahwa hubungan antara jam yang dihabiskan menonton televisi dan

materialism adalah signifikan. Morgan dalam Sirgy et al (1998)

mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara pemirsa terlevisi dan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

3

materialisme bagi orang yang percaya bahwa iklan televisi sebagai gambaran

realitas konsumen.

Perilaku materialism yaitu dimana seseorang menilai suatu objek

berdasarkan kepemilikan atas barang tangible (Lamb dan Mc Daniel,

2001:205). Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

berdasarkan orientasi untuk pencarian kesenangan, berkepentingan tinggi

pada persoalan pokok material. Materialism menyebabkan semakin banyak

orang yang mengejar nilai materi tersebut untuk kepuasan hidupnya.

Seseorang yang memiliki perilaku materialism akan berusaha untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan hidupnya dengan terus

menambahkan kepemilikan barang dalam hidupnya untuk menikmati suatu

status posisi sosial (Fitzmaurice dan Comegys, 2006).

Mempelajari materialisme pada akhirnya menemukan efek consumers’

well-being atau perceived well-being (Diener dan Oishi dalam Speck dan

Roy, 2008). Diener dalam LaBarbera dan Gurhan (1997) subjective well-

being didefinisikan sebagai penilaian kognitif dan afektif individu mengenai

kepuasan hidup mereka. Dalam studi yang dilakukan oleh Speck dan Roy

(2008) terdapat dua indikator perceived well-being yaitu : perceived

socioeconomic statues dan relatife life satisfaction. Perceived socioeconomic

statues merupakan perasaan seseorang tentang kedudukan dalam sistem sosial

berkenaan dengan penggambaran di media. Sedangkan relative life

satisfaction merupakan kebahagiaan seseorang sehubungan dengan tolok

ukur yang spesifik dalam hidup mereka.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

4

Studi sebelumnya masih terdapat perbedaan hasil penelitian terkait

dengan hubungan antara television viewing, perceived realism, materialism,

dan perceived well-being. Kondisi yang demikian ini merupakan peluang

yang menarik untuk dilakukan studi lanjutan untuk memberikan penjelasan

secara teoritikal. Berikut ini penjelasan terhadap perbedaan hasil penelitian

yang dimaksud.

Perbedaan pertama terkait television viewing dengan perceived realism.

Greenberg dalam Berry (1998), mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja

yang menonton televisi lebih dari rekan-rekan mereka, lebih cenderung untuk

mengevaluasi program dan iklan televisi sebagai pertunjukan yang lebih

realistis dan dapat dipercaya. Dari hasil studi literature yang dilakukan oleh

O’Guinn dan Shrum (1997), efek dari menonton televisi adalah sebuah

pandangan yang bias tentang kehidupan nyata dengan gambaran kehidupan

dalam tayangan televisi. Akan tetapi dalam studi literature yang dilakukan

oleh Speck dan Roy (2008) hubungan positif antara television viewing dan

perceived realism menunjukkan hasil yang tidak signifikan di negara Barat

(Amerika Serikat dan Selandia Baru), Amerika Latin dan Timur Tengah.

Perbedaan kedua terkait dengan perceived realism dengan materialism.

Morgan dalam Sirgy et al (1998) mengemukakan bahwa terdapat hubungan

positif antara pemirsa televisi dan materialisme bagi orang yang percaya

bahwa iklan televisi sebagai gambaran realitas konsumen. Akan tetapi dalam

studi literature yang dilakukan oleh Speck dan Roy (2008) hubungan positif

antara perceived realism dan materialism menunjukkan hasil yang tidak

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

5

signifikan di negara Barat (Amerika Serikat dan Selandia Baru) Eropa Baru,

dan Timur Tengah.

Perbedaan ketiga terkait dengan materialism dengan perceived

socioeconomic statues. Penelitian oleh Richins dan Dawson dalam Speck dan

Roy (2008) yaitu konsumen dengan materialisme rendah lebih puas dengan

status ekonomi sosial mereka daripada mereka yang menempatkan nilai yang

lebih tinggi pada hal-hal material. Sebaliknya dalam studi literature yang

dilakukan oleh Speck dan Roy (2008) di Eropa Baru dan di negara Barat

(Amerika Serikat dan Selandia Baru) menunjukkan hubungan positif yang

signifikan antara materialism dan perceived socioeconomic statues dimana

mengkonsumsi lebih akan memberikan kenyamanan, kemakmuran dan

stabilitas masa depan. Dan hasil penelitian di Timur Tengah tidak

menunjukkan hasil yang tidak signifikan hubungan antara materialism dan

perceived socioeconomic statues baik secara negatif maupun positif.

Perbedaan keempat terkait dengan materialism dengan relative life

satisfaction. Menurut Keng et al dalam Speck dan Roy (2008), orang-orang

dengan kecenderungan derajat materialistis tinggi secara signifikan kurang

puas dengan hidup dibanding kelompok dengan kecenderungan materialistis

rendah. Hal tersebut didukung oleh hasil studi literature yang dilakukan oleh

Tan et al (2006), yaitu menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara

materialisme dan kepuasan hidup. Akan tetapi dalam studi literature yang

dilakukan oleh Speck dan Roy (2008) hubungan negatif antara materialism

dan relative life satisfaction tersebut menunjukkan hasil yang tidak signifikan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

6

di Eropa Barat. Selain itu dalam studi literature yang dilakukan oleh Sirgy et

al (1998) hubungan antara materialism dan perceived socioeconomic statues

tersebut juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan di negara Kanada.

Perbedaan kelima terkait dengan perceived socioeconomic statues

dengan relative life satisfaction. Fernandez dan Kulk dalam Speck dan Roy

(2008) mengemukakan bahwa seseorang dengan status ekonomi sosial tinggi

dalam lingkungannya memiliki kepuasan yang lebih tinggi daripada

seseorang dengan penghasilan rendah dalam lingkungan yang sama. Akan

tetapi dalam studi literature yang dilakukan oleh Speck dan Roy (2008)

masih terdapat perbedaan yaitu hubungan negatif antara perceived

socioeconomic statues dan relative life satisfaction tersebut menunjukkan

hasil yang tidak signifikan di negara Amerika Latin dan Eropa Baru. Di

Amerika Latin hasil tidak signifikan tersebut dikarenakan religiusitas

berpengaruh kuat terhadap life satisfaction di negara tersebut. Sedangkan di

Eropa Baru perceived realism lebih secara langsung mempengaruhi relative

life satisfaction daripada materialism dan perceived socioeconomic statues.

Terkait dengan variabel-variabel amatan yang menjadi perdebatan

dalam studi ini, model yang dikonstruksi bertumpu pada beberapa variabel

yaitu television viewing, perceived realism, materialism, dan perceived well-

being. Selanjutnya, model tersebut diuji dengan menggunakan latar belakang

Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis dalam

upaya untuk mengetahui pengaruh television viewing yang dapat menciptakan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

7

rasa perceived realism, pada gilirannya mempengaruhi individu menjadi

materialistis, yang pada akhirnya menemukan efek perceived well-being.

B. Permasalahan

Terkait dengan hubungan antar variabel yang dimodelkan berikut ini

rumusan permasalahan yang didesain antara lain :

1. Hubungan antara television viewing dan perceived realism

Iklan dan program televisi merupakan salah satu media yang

diperkirakan mampu menciptakan efek realism bagi penontonnya. Sehingga

semakin sering orang melihat televisi diperkirakan perceived realism

semakin terbentuk. Dengan demikian permasalahan yang dirumuskan :

Apakah terdapat hubungan positif antara quantity of television viewing dan

perceived realism?

2. Hubungan antara perceived realism dan materialism

Seseorang yang percaya tayangan televisi sebagai realitas kehidupan,

maka menonton televisi digunakan sebagai alasan keperluan sosial untuk

mengumpulkan informasi tentang gaya hidup dan perilaku yang merupakan

prediktor kuat materialisme dan motivasi ekonomi untuk konsumsi. Dengan

demikian permasalahan yang dirumuskan :

Apakah terdapat hubungan positif antara perceived realism dan

materialism?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

8

3. Hubungan antara materialism dan perceived socioeconomic statues

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Richins dan

Dawson dalam Speck dan Roy (2008) menjelaskan bahwa konsumen

dengan materialisme rendah lebih puas dengan status ekonomi sosial

mereka daripada mereka yang menempatkan nilai yang lebih tinggi pada

hal-hal material. Berarti konsumen dengan materialisme tinggi lebih tidak

puas dengan status ekonomi sosial mereka daripada mereka yang

menempatkan nilai yang lebih rendah pada hal-hal material. Dengan

demikian permasalahan yang dirumuskan :

Apakah terdapat hubungan negatif antara materialism dan perceived

socioeconomic statues?

4. Hubungan antara materialism dan relative life satisfaction

Menurut Keng et al dalam Speck dan Roy (2008), orang-orang dengan

kecenderungan derajat materialistis tinggi secara signifikan kurang puas

dengan hidup dibanding kelompok dengan kecenderungan materialistis

rendah. Hasil studi literature yang dilakukan oleh Tan et al (2006)

mengindikasikan bahwa materialisme memberikan kontribusi negatif

terhadap kepuasan hidup. Dengan demikian permasalahan yang dirumuskan

:

Apakah terdapat hubungan negatif antara materialism dan relative life

satisfaction?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

9

5. Hubungan antara perceived socioeconomic statues dan relative life

satisfaction

Perceived socioeconomic status seorang individu, disisi lain,

berkemungkinan mempengaruhi relative life satisfaction secara positif.

Fernandez dan Kulk dalam Speck dan Roy (2008), mengemukakan bahwa

seseorang dengan status ekonomi sosial tinggi dalam lingkungannya

memiliki kepuasan yang lebih tinggi daripada seseorang dengan penghasilan

rendah dalam lingkungan yang sama. Dengan demikian permasalahan yang

dirumuskan :

Apakah evaluation of perceived socioeconomic statues secara positif

mempengaruhi relative life satisfaction?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara television viewing, perceived realism, materialism, dan

perceived well-being. Berikut beberapa tujuan penelitian :

a. Untuk mengetahui hubungan antara television viewing dan perceived

realism

b. Untuk mengetahui hubungan antara perceived realism dan

materialism

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

10

c. Untuk mengetahui hubungan antara materialism dan perceived

socioeconomic statues

d. Untuk mengetahui hubungan antara materialism dan relative life

satisfaction

e. Untuk mengetahui hubungan antara perceived socioeconomic statues

dan relative life satisfaction

2. Manfaat Penelitian

a. Kemanfaatan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pemahaman terkait dengan konsep yang dihipotesiskan. Hal ini

dikarenakan fenomena yang diteliti bersifat spesifik, sehingga hasil

yang diperoleh bersifat spesifik juga. Dengan demikian dapat

digunakan sebagai referensi dalam studi-studi di bidang pemasaran.

b. Kemanfaatan metodologi

Dalam studi ini model yang dikonstruksi bertumpu pada beberapa

variabel yaitu television viewing, perceived realism, materialism, dan

perceived well-being. Variabel-variabel tersebut memperoleh

pengukuran yang disesuaikan dengan studi yang diteliti. Hal ini dapat

digunakan sebagai referensi dalam studi-studi dalam konteks yang

berbeda.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

11

c. Kemanfaatan praktis

Model yang dikembangkan dalam studi ini dapat dijadikan acuan bagi

pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai pengaruh

television viewing yang dapat menciptakan rasa perceived realism,

pada gilirannya mempengaruhi individu menjadi materialistis, yang

pada akhirnya menemukan efek perceived well-being. Hal ini juga

diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki strategi

pemasaran perusahaan dengan memanfaatkan potensi media televisi

sebagai salah satu agen sosialisasi konsumen yaitu dengan menyajikan

gambaran yang benar dari produk yang diiklankan sehingga dapat

menciptakan perceived realism, mempengaruhi individu menjadi

materialistis yang selanjutnya berpengaruh terhadap status ekonomi

sosial dan kepuasan hidup konsumen.

d. Kemanfaatan studi ke depan

Studi ini didesain dengan bertumpu pada ruang lingkup yang terbatas.

Keterbatasan ini diperkirakan berpengaruh pada daya terap yang

bersifat terbatas. Dengan demikian studi mendatang dapat

mengembangkan pengujiannya pada konteks yang berbeda dan lebih

luas.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori dan Hipotesis

Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan teoritikal terkait

hubungan antar variabel yang diamati. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan dasar dalam merumuskan hipotesis. Dengan demikian topik

yang dibahas yaitu : hubungan antara television viewing dan perceived

realism, hubungan antara perceived realism dan materialism, hubungan

antara materialism dan perceived well-being (perceived sosioeconomic

statues dan relative life satisfaction) serta hubungan antara perceived

sosioeconomic statues dan relative life satisfaction.

1. Television viewing dan perceived realism

Menurut Ramdani (2007:131), media massa merupakan salah satu

media sosialisasi selain media sosialisasi lainnya yaitu keluarga, teman

sepermainan dan sekolah serta lingkungan kerja.

Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari

anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial (Soelaeman,

2009:166). Menurut Soekanto (1996:204) menjelaskan socialization

dilihat dari sudut pandang individu adalah suatu proses mendapatkan

pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan kelompoknya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

13

Pendapat yang sama juga dikemukakan dalam hasil studi literature

yang dilakukan oleh Moschis dan Churchill dalam Bush et al (1999)

menjelaskan bahwa sosialisasi konsumen adalah proses dimana orang-

orang muda mengembangkan kemampuan konsumen terkait pengetahuan

dan sikap. Dan hasil studi literature yang dilakukan Berry (1998)

mengambil kesimpulan Socialization adalah proses yang membantu anak

untuk mempelajari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan

untuk bergaul di masyarakat. Socialization juga mengacu pada informasi

pembelajaran, proses kognitif, nilai, sikap, peran sosial, konsep diri, dan

perilaku yang berlaku umum atau diharapkan dalam masyarakat. Jadi

socialization dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang

dilakukan oleh seseorang dalam menghayati norma-norma kelompok

tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya (Ramdani,

2007:110).

Hasil studi literature dalam Berry (1998) mengemukakan media

massa yang paling berpengaruh dalam socialization adalah televisi.

Pernyataan ini juga dipertegas oleh Leifer et al dalam Berry (1998)

menyatakan bahwa anak-anak akan meniru sikap dan perilaku orang-orang

dan kegiatan yang ditayangkan dalam program televisi.

Televisi mempengaruhi penonton dan nilai mereka melalui

program dan melalui iklan. Rata-rata warga negara Amerika Serikat

menghabiskan kira-kira 15% hidup mereka pada saat terjaga dengan

menonton televisi dan penelitian terakhir menunujukkan televisi paling

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

14

banyak menghabiskan waktu luang dibeberapa negara (Kubey dan

Csikszentmihalyi dalam Speck dan Roy, 2008).

Televisi dapat mencapai berbagai jenis penonton, termasuk di

daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu televisi dapat mempengaruhi

orang-orang yang buta huruf. Melendez dalam Speck dan Roy (2008)

mengungkapkan bahwa bahkan mereka yang tidak dapat membaca atau

menulis dapat dipengaruhi oleh konsumsi berbasis penggambaran gaya

hidup dalam iklan dan program televisi, dan bahwa prioritas tinggi

menganggap kepemilikan televisi juga dapat memfasilitasi peningkatan

lebih lanjut aspirasi konsumen.

Televisi melalui iklan dan programnya dapat menciptakan

perceived realism dengan sifatnya yang visual, dan kombinasi warna-

warna, suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi nampak begitu hidup

dan nyata (Jefkins, 1997:110). Perceived realism didefinisikan sebagai

derajat kesamaan persepsi antara karakter dan situasi di media dengan

karakter dan situasi di kehidupan nyata (Barriga et al, 2009). Greenberg

dalam Berry (1998), mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja yang

menonton televisi lebih dari rekan-rekan mereka, lebih cenderung untuk

mengevaluasi program dan iklan televisi sebagai pertunjukan yang lebih

realistis dan dapat dipercaya. Efek dari menonton televisi adalah sebuah

pandangan yang bias tentang kehidupan nyata dengan gambaran

kehidupan dalam tayangan televisi (Hasil studi literature yang dilakukan

oleh O’Guinn dan Shrum 1997).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

15

Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah :

Hipotesis 1 : Terdapat hubungan positif antara quantity of

television viewing dan perceived realism

2. Perceived realism dan materialism

Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

berdasarkan orientasi untuk pencarian kesenangan, berkepentingan tinggi

pada persoalan pokok material. Materialism juga merupakan suatu nilai

yang menggambarkan pedoman individu mengenai perasaan dan

kepemilikan barang yang perlu dimainkan dalam kehidupan (Richins dan

Dawson dalam Fitzmaurice dan Comegys, 2006).

Menurut Richins dan Dawson dalam Fitzmaurice dan Comegys

(2006), materialism fokus pada a) acquisition centrality, individu yang

tingkat materialism tinggi menganggap perlu adanya penambahan barang

yang sudah dimiliki. Materialism dianggap sebagai suatu gaya hidup

dimana tingkatan yang tinggi dari mengkonsumsi sebuah barang sudah

menjadi perencanaan dalam hidup. b) acquisition as the pursuit of

happiness, salah satu alasan memiliki dan menambahkan barang yang

sudah dimiliki dipandang sebagai suatu hal yang perlu untuk

meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan hidup. c) possesion-defined

success, orang materialism cenderung untuk menilai kesuksesan diri dan

orang lain berdasarkan pada jumlah dan kualitas kepemilikan barang yang

terakumulasi. Bagi orang materialism kepemilikan barang diartikan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

16

sebagai sesuatu yang dapat digunakan atau diperlihatkan dengan tujuan

menunjukkan kondisi keuangan yang baik, serta menyampaikan status

kesuksesan dan martabat seseorang (Brown dan Kaldenberg dalam

Fitzmaurice dan Comegys, 2006).

Morgan dalam Sirgy et al (1998) mengemukakan bahwa terdapat

hubungan positif antara pemirsa terlevisi dan materialisme bagi orang

yang percaya bahwa iklan televisi sebagai gambaran realitas konsumen.

Moschis dan Churcill dalam Bush et al (1999) menemukan hubungan yang

kuat menonton TV dan motivasi sosial individu untuk konsumsi. Mereka

menemukan bahwa alasan keperluan sosial untuk menonton televisi

sebagai sarana untuk mengumpulkan informasi tentang gaya hidup dan

perilaku merupakan prediktor kuat materialisme dan motivasi untuk

konsumsi.

Mengkonsumsi sebuah barang secara berlebihan mengarah pada

gaya hidup konsumerisme. Konsumerisme membawa orang pada

kecenderungan gaya hidup hedonis. Menurut Chaney (dalam Idi

Subandy,1997) gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang

aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak

menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada

keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta

selalu ingin menjadi pusat perhatian. Hedonisme adalah pandangan hidup

yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan

utama hidup (www.google.co.id).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

17

Penelitian sebelumnya memberikan kesimpulan bahwa televisi

adalah media yang dapat menciptakan rasa perceived realism pada

gilirannya mempengaruhi individu menjadi materialism pada penelitian

sebagian wilayah Asia (Hasil literature yang dilakukan oleh Speck dan

Roy, 2008). Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah :

Hipotesis 2 : Terdapat hubungan positif antara perceived realism

dan materialism

3. Materialism dan Perceived Well-Being

Mempelajari materialisme pada akhirnya menemukan efek

consumers’ well-being atau perceived well-being (Sirgy dalam Speck dan

Roy, 2008). Diener dalam LaBarbera dan Gurhan (1997) subjective well-

being didefinisikan sebagai penilaian kognitif dan afektif individu

mengenai kepuasan hidup mereka. Menurut Speck dan Roy (2008)

terdapat dua indikator kriteria untuk well-being yaitu : perceived

socioeconomic statues dan relatife life satisfaction.

Perceived socioeconomic statues merupakan perasaan seseorang

tentang kedudukan dalam sistem sosial berkenaan dengan penggambaran

di media. Perceived socioeconomic statues cenderung dianggap

berbanding terbalik dengan materialism. Konsumen dengan materialisme

rendah lebih puas dengan status ekonomi sosial mereka daripada mereka

yang menempatkan nilai yang lebih tinggi pada hal-hal material (Richins

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

18

dan Dawson dalam Speck dan Roy, 2008). Dengan demikian hipotesis

yang dirumuskan adalah :

Hipotesis 3 : Terdapat hubungan negatif antara materialism dan

perceived socioeconomic status

Sedangkan relative life satisfaction merupakan kebahagiaan

seseorang sehubungan dengan tolok ukur yang spesifik dalam hidup

mereka. Selain perceived socioeconomic status, relative life satisfaction

juga cenderung berbanding terbalik dengan materialism. Sebagai contoh,

penelitian oleh Belk dalam Speck dan Roy (2008) memberikan bukti

hubungan negatif antara materialisme dan kebahagiaan dalam hidup.

Secara khusus, materialisme telah terbukti memiliki dampak negatif pada

kepuasan hidup dan kesejahteraan subjektif (Richins dan Dawson, Sirgy,

Anda et al dalam Tan et al, 2006). Dalam studi di Singapura oleh Keng et

al dalam Speck dan Roy (2008) mengemukakan bahwa orang-orang

dengan kecenderungan derajat materialis tinggi secara signifikan kurang

puas dengan hidup daripada kelompok dengan kecenderungan derajat

materialis rendah. Selain itu dalam penelitian sebelumnya oleh Tan et al

(2006) menunjukkan bahwa materialisme memberikan kontribusi negatif

terhadap kepuasan hidup. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan

adalah :

Hipotesis 4 : Terdapat hubungan negatif antara materialism dan

relative life satisfaction

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

19

4. Perceived Socioeconomic Statues dan Relative Life Satisfaction

Perceived socioeconomic statues seorang individu, disisi lain,

berkemungkinan mempengaruhi relative life satisfaction secara positif.

Sebagai contoh, menggunakan data dari United States, Fernandez dan

Kulk dalam Speck dan Roy (2008) mengemukakan bahwa seseorang

dengan status ekonomi sosial tinggi dalam lingkungannya memiliki

kepuasan yang lebih tinggi daripada seseorang dengan penghasilan rendah

dalam lingkungan yang sama. Dari hasil literature yang dilakukan oleh

Tan et al (2006) menjelaskan bahwa penghasilan memberikan kontribusi

positif terhadap kepuasan hidup, hal ini menunjukkan bahwa seseorang

yang mempunyai pendapatan yang lebih besar akan membantu dalam

menciptakan rasa yang lebih besar terhadap kepuasan kehidupan. Dengan

demikian hipotesis yang dirumuskan adalah :

Hipotesis 5 : Evaluation of perceived socioeconomic statues secara

positif mempengaruhi relative life satisfaction

B. Model Penelitian

Berdasarkan 5 hipotesis yang dirumuskan, hubungan antar variabel

yang dikonsepkan dapat digambarkan dalam bentuk model yang

mendeskripsikan proses pengaruh television viewing yang dapat menciptakan

rasa perceived realism, pada gilirannya mempengaruhi individu menjadi

materialistis, yang pada akhirnya menemukan efek perceived well-being.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

20

Gambar II.1 Model penelitian

H3

H1 H2

H5

H4

Sumber : Speck dan Roy (2008)

Gambar II.1 menjelaskan bahwa H1 mengindikasi pengaruh television

viewing dalam menciptakan perceived realism, H2 mengindikasi pengaruh

perceived realism terhadap materialism, H3 mengindikasi efek materialism

terhadap perceived socioeconomic statues, H4 mengindikasi efek materialism

terhadap relative life satisfaction, dan H5 mengindikasi pengaruh perceived

socioeconomic statues dengan relative life satisfaction.

Perceived well-being

Perceived socioeconomic statues

Materialism Perceived Realism

Quantity of Television Viewing

Perceived well-being

Relative life satisfaction

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk

menghasilkan data yang diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang

dihasilkan dapat dipercaya dari segi metode dan prosedur pengujiannya. Untuk

mendukung upaya tersebut, ada beberapa pembahasan yang diungkap antara lain :

rancangan penelitian, metode pengambilan sampel dan teknik pengumpulan data,

variabel dan pengukuran, uji instrumen dan metode analisis data.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjenis kausal yaitu tipe penelitian yang bertujuan

mencari penyebab suatu gejala atau mengungkap adanya hubungan sebab

akibat antar variabel yang diteliti (Sandjaja dan Heriyanto, 2006:112).

Penelitian ini berusaha untuk memahami hubungan antara variabel

independen yang merupakan suatu penyebab dan variabel dependen yang

merupakan akibat dari suatu fenomena yaitu penelitian ini menguji pengaruh

television viewing sebagai variabel independen terhadap perceived realism,

materialism dan perceived well-being sebagai variabel dependen. Rancangan

penelitian ini menggunakan penelitian pengujian hipotesis (testing

hypothesis).

Dalam studi ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah teknik survey (kuesioner), sehingga data yang terkumpul merupakan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

22

informasi yang bersumber pada fenomena riil yang diamati. Unit analisis

dalam penelitian ini adalah individu dan data dikelompokkan berdasarkan

periode waktu kedalam data cross sectional. Cross sectional yaitu data yang

pengamatannya dilakukan pada satu waktu tertentu dengan banyak sampel

(Jogiyanto, 2010: 54).

B. Metode Pengambilan Sampel dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Teknik

pengumpulan data dilakukan melalui survey yang dilakukan pada responden

dengan cara mengisi kuesioner yang telah didesain sebelumnya. Survey

dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dipandu dengan

pertanyaan yang telah disiapkan. Hal ini untuk membatasi cakupan topik

wawancara dan memperoleh keakuratan data.

Target populasi dalam studi ini adalah calon konsumen yang pernah

melihat tayangan televisi. Sample diambil sejumlah 200 orang di wilayah

Surakarta dengan teknik purposive sampling. Hal ini dikarenakan sifat

populasinya belum diketahui. Purposivenya adalah sebagai berikut : (1)

individu yang interest terhadap produk-produk hedonis yang ditayangkan

pada iklan dan program televisi (2) individu yang berusia 17-60 tahun, karena

dalam range usia tersebut responden sudah memiliki tingkat kedewasaan dan

bisa memahami pertanyaan didalam kuesioner; (3) setiap responden

mempunyai satu kali kesempatan untuk di survei, hal ini dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada responden yang berbeda dalam memberi

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

23

informasi; (4) responden bebas menerima atau menolak survei, dan tidak ada

ikatan kekerabatan, intimidasi atau hadiah-hadiah dalam bentuk apapun yang

dapat menurunkan derajat keyakinan terhadap kualitas data yang

dikumpulkan; hal ini dimaksudkan untuk menjaga keobyektifan dan

keakurasian informasi yang diperoleh. Penentuan kriteria tersebut diharapkan

mampu menghasilkan daya akurasi yang tinggi dalam memberikan informasi

sesuai dengan kuesioner yang didesain.

Jumlah sample yang diambil sebanyak 200 orang responden didasarkan

pada pertimbangan aspek kualitas responden dan kriteria kelayakan dalam

menganalisis data sesuai dengan metode statistik yang dipilih yaitu Structural

Equation Modeling (Ghozali, 2008).

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang diukur dengan skala

likert, yaitu :

1. Television viewing

Televisi merupakan media massa yang paling berpengaruh dalam

socialization (Berry, 1998). Televisi mempengaruhi penonton dan nilai

mereka melalui program dan melalui iklan. Menonton televisi dapat

menciptakan rasa perceived realism pada gilirannya mempengaruhi

individu menjadi materialisme (Speck dan Roy, 2008).

Television viewing diukur dengan menggunakan empat item

pertanyaan yang dikembangkan Speck dan Roy (2008), yaitu :

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

24

a. Saya menonton televisi setiap harinya.

b. Saya biasanya menghabiskan waktu luang dengan menonton televisi.

c. Di hari-hari sebelumnya saya juga menghabiskan waktu dengan

menonton televisi.

d. Saya menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi setiap

minggunya.

2. Perceived realism

Televisi mampu menciptakan perceived realism dengan sifatnya

yang visual, dan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan-

iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata (Jefkins, 1997:110).

Perceived realism didefinisikan sebagai derajat kesamaan persepsi antara

karakter dan situasi di media dengan karakter dan situasi di kehidupan

nyata (Barriga et al, 2009). Perceived realism diukur dengan

menggunakan lima item pertanyaan yang dikembangkan Speck dan Roy

(2008), yaitu :

a. Menurut saya, program-program di televisi adalah realistis.

b. Menurut saya, program-program di televisi adalah jujur.

c. Menurut saya, iklan-iklan di televisi adalah realistis.

d. Menurut saya, iklan-iklan di televisi adalah jujur.

e. Menurut saya, iklan di televisi menyajikan gambaran yang benar dari

produk yang diiklankan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

25

3. Materialism

Materialisme adalah konsumsi berdasarkan orientasi untuk pencarian

kesenangan, berkepentingan tinggi pada persoalan pokok material (Speck

dan Roy, 2008).

Materialism diukur dengan menggunakan tigabelas item pertanyaan

yang dikembangkan Richins dan Dawson dalam Speck dan Roy (2008),

yaitu :

Success

a. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah mewah.

b. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki mobil mewah.

c. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki pakaian mahal.

d. Menurut saya memperoleh hal-hal yang bersifat materi merupakan

salah satu prestasi penting dalam hidup.

e. Saya menitikberatkan pada banyaknya materi yang dimiliki seseorang

sebagai tanda atau bukti kesuksesan.

f. Saya memberi perhatian lebih pada objek materi yang dimiliki oleh

orang lain.

Centrality

a. Saya biasanya tidak hanya membeli barang-barang yang saya

butuhkan saja.

b. Saya suka hidup dalam kemewahan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

26

c. Benda-benda yang saya miliki semuanya penting bagi saya.

d. Saya menikmati menghabiskan uang pada benda-benda yang tidak

begitu diperlukan.

Pursuit of happiness

a. Saya merasa belum memiliki semua hal yang benar-benar diperlukan

untuk menikmati hidup.

b. Hidup saya akan lebih baik jika saya memiliki hal-hal tertentu yang

sekarang ini tidak saya miliki.

c. Saya senang apabila saya dapat membeli banyak barang mewah dalam

hidup saya.

4. Perceived socioeconomic statues

Perceived socioeconomic statues merupakan perasaan seseorang

tentang kedudukan dalam sistem sosial berkenaan dengan penggambaran

di media (Speck dan Roy, 2008).

Perceived socioeconomic status diukur dengan menggunakan lima

item pertanyaan yang dikembangkan Speck dan Roy (2008), yaitu :

a. Saya lebih baik secara finansial daripada kebanyakan orang yang

ditampilkan di iklan televisi.

b. Saya lebih baik secara finansial daripada kebanyakan orang yang

ditampilkan di program televisi.

c. Saya secara material lebih baik daripada keluarga yang ditampilkan di

program televisi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

27

d. Saya secara material lebih baik daripada keluarga yang ditampilkan di

iklan televisi.

e. Program televisi tidak menunjukkan bahwa orang kelas menengah ke

atas dan bahagia.

5. Relative life satisfaction

Relative life satisfaction merupakan kebahagiaan seseorang

sehubungan dengan tolok ukur yang spesifik dalam hidup mereka (Speck

dan Roy, 2008).

Relative life satisfaction diukur dengan menggunakan lima item

pertanyaan yang dikembangkan Speck dan Roy (2008), yaitu :

a. Saya merasa puas dengan hidup saya sekarang dibandingkan dengan

tujuan hidup saya dan cita-cita yang saya harapkan.

b. Saya merasa puas dengan prestasi saya sekarang dibandingkan dengan

prestasi yang telah diraih teman-teman saya.

c. Saya merasa puas dengan posisi saya sekarang dibandingkan dengan

pencapaian kebanyakan orang di posisi saya.

d. Saya merasa puas dibandingkan dengan yang saya prediksikan tentang

diri saya.

e. Saya merasa puas dibandingkan dengan apa yang harus saya miliki

selama ini.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

28

Jawaban responden dengan menggunakan skala likert dimana 1 =

sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = cukup setuju, 4 = setuju, dan 5 =

sangat setuju.

D. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan tingkatan jawaban yang diberikan

responden terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner yang

bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

ditinjau dari nilai minimum (min), nilai maksimum (max), nilai rata-rata

(mean), dan simpangan baku (standar deviasi).

2. Uji Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Pengujian instrument dilakukan dengan pengujian validitas

dan reliabilitas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan

keandalan data, sehingga data tersebut dapat diuji dengan menggunakan

metode statistik apapun jenisnya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh

mampu menggambarkan fenomena yang diukur.

a. Uji validitas

Validitas menunjukkan bahwa suatu pengujian benar-benar

mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2010:123). Alat

ukur atau instrumen dikatakan valid apabila alat tersebut dapat

mengukur apa yang mau diukur secara tepat (Sandjaja dan Heriyanto,

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

29

2006:166). Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis dengan bantuan SPSS for Windows

versi 18.0, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor

loading > 0,40 (Suliyanto, 2005:124). Confirmatory Factor Analysis

(CFA) harus dipenuhi, karena merupakan salah satu syarat untuk

dapat menganalisis model dengan Structural Equation Modeling

(SEM).

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu

pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Suatu pengukur

dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya (Jogiyanto,

2010:120). Koefisien reliabilitas mengukur tingginya reliabilitas suatu

alat ukur. Pengujian ini dilakukan terhadap setiap konstruk atau

variabel yang digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan “internal consistency Reliability Method”,

kriteria pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien

Cronbach Alpha. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2006:46), suatu

instrument penelitian dinyatakan reliable jika koefisien alpha-nya >

0,60, artinya bahwa instrumen atau alat ukur yang digunakan terbukti

konsisten dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mempermudah

analisis digunakan aplikasi pengolah data Statistical Package for the

Social Science (SPSS) versi 18.0.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

30

Berdasarkan pernyataan di atas, kriteria pengambilan keputusan

uji reliabilitas disimpulkan sebagai berikut :

- Jika Cronbach’s Alpha > 0,60 maka construct reliable

- Jika Cronbach’s Alpha < 0,60 maka construct unreliable

3. Structural Equation Modeling (SEM)

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Structural Equation Modeling (SEM), dengan menggunakan

program AMOS versi 18.0. Melalui SEM diharapkan dapat menganalisa

structural model dan measurement model, sehingga hasilnya dapat

digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

Model persamaan struktural (Structural Equation Modeling) adalah

generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti

untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive

maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh

mengenai keseluruhan model (Ghozali dan Fuad, 2008:3). Tidak seperti

analisis multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), SEM dapat

menguji secara bersama-sama :

a. Model struktural yaitu hubungan antara konstruk independen dan

dependen

b. Model measurement yaitu hubungan (nilai loading) antara indikator

dengan konstruk (variabel laten).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

31

1) Evaluasi Asumsi Structural Equation Model (SEM)

a) Asumsi Kecukupan Sampel

Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah

observasi. Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan

tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya

maka penelitian akan menggunakan rekomendasi untuk

menggunakan Maximum Likelihood (ML) yaitu penarikan sampel

antara 100-200 sampel.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 200 orang,

jumlah ini memenuhi prosedur Maximum Likelihood Estimation

yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel (Ghozali, 2008:64).

b) Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji terhadap

normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan nilai critical

ratio skewness dan kurtosis yang berturut-turut, yang merupakan

ukuran penyimpangan dari distribusi normal yang simetris dan

ukuran kecuraman dari distribusi data. Nilai statistik untuk menguji

normalitas disebut z value (Critical Ratio) dari ukuran skewness

dan kurtosis sebaran data. Bila nilai Critical Ratio lebih besar dari

nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal.

Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 1%

yaitu sebesar 2,58.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

32

Curran et al., dalam Ghozali dan Fuad (2005:37), membagi

distribusi data menjadi tiga bagian yaitu :

1)) Normal, apabila nilai z statistik (Critical Ratio) skewness < 2

dan nilai Critical Ratio kurtosis < 7,

2)) Moderately non-normal, apabila nilai Critical Ratio skewness

berkisar antara 2 sampai 3 dan nilai Critical Ratio kurtosis

berkisar antara 7 sampai 21,

3)) Extremely non-normal, apabila nilai Critical Ratio skewness >

3 dan nilai Critical Ratio kurtosis > 21.

c) Asumsi Outliers

Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari

observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai

ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-

variabel kombinasi (Hair et al., dalam Ghozali, 2008:227). Deteksi

terhadap multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan

nilai mahalanobis distance. Kriteria yang digunakan adalah

berdasarkan nilai Chi-squares pada derajat kebebasan (degree of

freedom) sejumlah variabel pada tingkat p < 0,001. Dalam hal ini

variabel yang dimaksud adalah sejumlah item pengukuran pada

model.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

33

2) Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

Sebelum menganalisa hipotesis, kesesuaian model secara

keseluruhan (Goodness-of-fit model) terlebih dahulu harus dinilai

untuk menjamin bahwa model tersebut dapat menggambarkan sebab

akibat. Pengujian kesesuaian model goodness-of-fit model dilakukan

dengan melihat beberapa kriteria pengukuran, antara lain :

a) X2 (Chi Square Statistic) dan probabilitas

Alat uji fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio chi square statistic. Model dikategorikan baik jika

mempunyai chi square = 0 berarti tidak ada perbedaan. Tingkat

signifikan penerimaan yang direkomendasikan adalah apabila p ≥

0,05 yang berarti matriks input sebenarnya dengan matriks input

yang diprediksi tidak berbeda secara statistik.

b) CMIN/DF (Normed Chi Square)

CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi-square

dibagi dengan degree of freedom. Nilai yang direkomendasikan

untuk menerima kesesuaian sebuah model adalah nilai CMIN/DF

yang lebih kecil atau sama dengan 2,00.

c) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)

Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila

model diestimasikan dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih

kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

34

itu didasarkan degree of freedom. RMSEA merupakan indeks

pengukuran yang tidak dipengaruhi oleh besarnya sampel

sehingga biasanya indeks ini digunakan untuk mengukur fit model

pada jumlah sampel besar.

d) GFI (Goodness of Fit Index)

Digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varians

dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks

kovarians populasi yang terestimasikan. Indeks ini mencerminkan

tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari

residual kuadrat model yang diprediksi dibandingkan dengan data

sebenarnya. Nilai Goodness of Fit Index biasanya dari 0 samapai

1. Nilai yang lebih baik mendekati 1 mengindikasikan model yang

diuji memiliki kesesuaian baik. Nilai GFI dikatakan baik adalah ≥

0,90.

e) AGFI (Adjusted GFI)

AGFI merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan

dengan degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima

tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan

adalah bila mempunyai nilai sama atau lebih besar dari 0,9.

f) TLI (Tucker-Lewis Index)

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah

baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

35

diterimanya sebuah model adalah lebih besar atau sama dengan

0,9 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. TLI

merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

g) CFI (Comparative Fit Index)

CFI juga dikenal sebagai Bentler Comparative Index. CFI

merupakan indeks kesesuaian incremental yang juga

membandingkan model yang diuji dengan null model. Indeks ini

dikatakan baik untuk mengukur kesesuaian sebuah model karena

tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel (Hair et al, 2006). Indeks

yang mengindikasikan bahwa model yang diuji memiliki

kesesuaian yang baik adalah apabila CFI ≥ 0,90.

Tabel III.1 Indikator Goodness-of-Fit Model

Kriteria Control off value Keterangan

Chi-Square (c2) Diharapkan rendah Baik

Significance Probability (p) ≥ 0,05 Baik

CMIN/DF ≤ 2,00 Baik

RMSEA ≤ 0,08 Baik

GFI ≥ 0,90 Baik

AGFI ≥ 0,90 Baik

TLI ≥ 0,90 Baik

CFI ≥ 0,90 Baik

Sumber : Wijaya (2009:6)

Untuk dapat menganalisa data, metode yang digunakan dalam

penelitian ini dengan melakukan uji hipotesis dengan tingkat keyakinan

sebesar 95% (α = 0,05) dasar pengambilan keputusan uji hipotesis adalah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

36

dengan membandingkan p-value dengan level of significant sebesar 5% (α

= 0,05) yaitu sebagai berikut :

a. Jika p-value < (0,05), maka Ho ditolak

b. Jika p-value > (0,05), maka Ho diterima

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

37

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan

pembahasannya. Pengujian statistik diawali dengan pengujian instrumen

penelitian yang meliputi uji validitas dan reliabilitas data penelitian. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan keandalan data, sehingga data tersebut

dapat diuji dengan menggunakan metode statistik apaun jenisnya. Dengan

demikian, hasil yang diperoleh mampu menggambarkan fenomena yang diukur.

Secara lengkap, bab ini berisi tentang analisis statistik deskriptif, uji

instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas, analisis data penelitian (analisis

model struktural), analisis hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Berikut ini

adalah penjelasan mengenai analisis statistik deskriptif.

A. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan tingkatan jawaban yang diberikan

responden terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner yang bertujuan

untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang ditinjau dari nilai

minimum (min), nilai maksimum (max), nilai rata-rata (mean), dan

simpangan baku (standar deviasi). Nilai mean adalah nilai rata-rata dari

keseluruhan responden terhadap variabel yang diteliti. Sedangkan standar

deviasi menunjukkan variasi dari jawaban responden. Nilai minimum adalah

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

38

jawaban (skala) terendah yang dipilih responden sedangkan nilai maksimum

adalah jawaban (skala) tertinggi yang dipilih responden.

Gambaran tentang karakteristik responden diperoleh dari data diri yang

terdapat pada bagian data responden yang meliputi jenis kelamin, usia, status

pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan total pendapatan yang disajikan pada

Tabel IV.1.

Responden wanita mendominasi penelitian ini (mean = 1,61). Hal ini

dikarenakan pada saat penelitian di Pusat Grosir Solo (PGS) area tersebut

merupakan area yang didominasi oleh wanita. Oleh karena itu pada penelitian

ini responden wanita lebih mudah ditemui daripada pria.

Dilihat dari segi pekerjaan didominasi oleh responden dengan pekerjaan

swasta (mean = 2,58). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden bekerja

sebagai karyawan di Pusat Grosir Solo (PGS) dan CV. Ar-Rahman sebagai

tenaga administrasi, marketing, gudang.

Mayoritas responden berusia 20-30 tahun (mean = 2,29). Hal ini

didukung dengan pekerjaan responden yang bekerja sebagai tenaga

administrasi, marketing, dan gudang. Dan rata-rata responden pada usia

tersebut pada penelitian ini, secara kebetulan belum menikah (mean = 1,45).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan

mengindikasikan bahwa responden dengan pendidikan tamat Diploma

mendominasi penelitian ini (mean = 1,62) dengan total pendapatan rata-rata

per bulan ≤ Rp 1.000.000,00 (mean = 1,43).

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

39

Tabel IV.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Pengukuran

Jenis Kelamin 200 1 2 1,61 0,489 1 = Pria 2 = Wanita

Pekerjaan 200 1 6 2,58 1,423 1 = Pelajar 2 = PNS 3 = Swasta 4 = Wiraswasta 5 = Pensiunan 6 = Ibu rumah tangga

Usia 200 1 4 2,29 0,945 1= < 20 tahun 2 = 20-30 tahun 3 = 31-40 tahun 4 = > 40 tahun

Status Pernikahan 200 1 3 1,45 0,556 1 = Belum menikah 2 = Menikah 3 = Janda/Duda

Pendidikan 200 1 4 1,62 0,787 1 = Tamat SMA 2 = Tamat Diploma 3 = Tamat Sarjana 4 = Tamat Sarjana keatas (S2/S3)

Total Pendapatan 200 1 4 1,43 0,661 1 = ≤ Rp1.000.000,- 2 = Rp 1.001.000,- s/d

Rp 3.000.000,- 3 = Rp 3.001.000,- s/d

Rp 6.000.000,- 4 = Rp 6.001.000,- s/d

Rp 10.000.000,- Valid N (listwise) 200

Sumber : data primer yang diolah, 2011.

B. Uji instrumen

Pengujian statistik diawali dengan pengujian instrumen penelitian yang

meliputi uji validitas dan reliabilitas data penelitian. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui ketepatan dan keandalan data, sehingga data tersebut dapat diuji

dengan menggunakan metode statistik apapun jenisnya. Dengan demikian,

hasil yang diperoleh mampu menggambarkan fenomena yang diukur.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

40

1. Uji validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Suliyanto, 2005:40).

Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dengan Confirmatory Factor

Analysis dengan bantuan SPSS for Windows versi 18.0, dimana setiap

item pertanyaan harus mempunyai factor loading > 0,40. Confirmatory

Factor Analysis (CFA) harus dipenuhi, karena merupakan salah satu syarat

untuk dapat menganalisis model dengan Structural Equation Modeling

(SEM). Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated

component matrix yang harus terekstrak secara sempurna. Hasil pengujian

dapat dilihat pada Tabel IV.2,IV.3 dan IV.4.

Sumber : Data primer yang diolah, 2011.

Tabel IV.2, menunjukkan nilai KMO Measure of Sampling

Adequacy (MSA) dalam penelitian ini sebesar 0,775. Karena nilai MSA di

atas 0,5 serta nilai Barlett test dengan Chi-squares = 3356,210 dan

signifikan pada 0,000 dapat disimpulkan bahwa uji analisis faktor dapat

dilanjutkan.

Tabel IV.2 KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,775

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 3356,210

df 496

Sig. ,000

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

41

Tabel IV.3 Hasil Faktor Analisis I Rotated Component Matrixa

Component

1 2 3 4 5 tview1 ,677 tview2 ,696 tview3 ,859 tview4 ,693 preal1 ,722 preal2 ,477 preal3 ,786 preal4 ,545 preal5 ,548 masuc1 ,782 masuc2 ,797 masuc3 ,514 masuc4 ,636 masuc5 ,436 masuc6 ,427 macen1 ,445 macen2 ,485 ,479 macen3 ,476 macen4 ,526 mahap1 ,624 mahap2 ,562 mahap3 ,730 psost1 ,593 ,483 psost2 ,598 ,455 psost3 ,628 psost4 ,691 psost5 lsatn1 ,692 lsatn2 ,799 lsatn3 ,865 lsatn4 ,829 lsatn5 ,755 Sumber : Data primer yang diolah, 2011.

Berdasarkan Tabel IV.3 hasil uji validitas dengan jumlah 200

responden, terlihat rotated component matriks belum terekstrak sempurna.

Hal ini dikarenakan masih terdapat indikator-indikator yang memiliki nilai

ganda di dua tempat yaitu macen2 pada variabel materialism, serta psost1

dan psost2 pada variabel perceived socioeconomic statues. Selain itu juga

terdapat beberapa indikan yang tidak menyatu terhadap kelompoknya yaitu

masuc6 dan macen4 pada variabel materialism serta indikan yang tidak

valid (factor loading < 0,40) yaitu psost5 pada variabel perceived

socioeconomic statues. Kemudian langkah selanjutnya adalah dilakukan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

42

pengujian analisis faktor lagi secara trial and error untuk mendapatkan

output rotated component matriks yang terekstrak sempurna agar tidak

menyebabkan pembiasan hasil penelitian. Setelah peneliti merevisi uji

CFA seperti yang disajikan pada tabel IV.4, maka terdapat 25 item

pertanyaan yang valid, yaitu indikator variabel television viewing

(TVIEW) sebanyak 4 item, indikator variabel perceived realism (PREAL)

sebanyak 4 item, indikator variabel materialism (MATTER) sebanyak 10

item, indikator variabel perceived socioeconomic statues (PSOST)

sebanyak 2 item, dan indikator variabel relative life satisfaction (LSATN)

sebanyak 5 item.

Tabel IV.4 Hasil Faktor Analisis II Rotated Component Matrixa

Component 1 2 3 4 5

tview1 ,677 tview2 ,737 tview3 ,876 tview4 ,724 preal1 ,710 preal3 ,814 preal4 ,511 preal5 ,662 masuc1 ,766 masuc2 ,782 masuc3 ,539 masuc4 ,647 masuc5 ,441 macen2 ,524 macen3 ,482 mahap1 ,624 mahap2 ,621 mahap3 ,769 psost3 ,801 psost4 ,794 lsatn1 ,701 lsatn2 ,798 lsatn3 ,846 lsatn4 ,838 lsatn5 ,764

Sumber :Data primer yang diolah, 2011.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

43

2. Uji reliabilitas

Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian

reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi item-item

pertanyaan yang digunakan. Untuk mengukur reliabilitas dari instrument

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha.

Dari hasil pengujian reliabilitas variabel dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 18.0 didapatkan nilai Cronbach Alpha masing-masing

variabel sebagai berikut:

Tabel IV.5 Hasil Pengujian Reliabilitas

Konstruk Jumlah Item Cronbach’s Alpha

Television Viewing 4 0,776

Perceived Realism 4 0,741

Materialism 10 0,844

Perceived Socioeconomic Statues 2 0,814

Relative Life Satisfaction 5 0,865 Sumber : Data primer yang diolah, 2011.

Berdasarkan tabel diatas Tabel IV.5 dapat dilihat bahwa semua

instrumen dinyatakan reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,60. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai

konsistensi internal yang tinggi.

Sub bahasan berikut akan menjelaskan analisis data penelitian yang

menggunakan metode analisis Structural Equation Modeling (SEM).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

44

C. Structural Equation Modelling (SEM)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik Structural Equation Modeling (SEM). Sebelum melakukan pengujian

struktural dengan pendekatan Struktural Equation Modeling, terdapat

beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Model

a. Asumsi Kecukupan Sampel

Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah

observasi. Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan

tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya

maka penelitian akan menggunakan rekomendasi untuk

menggunakan Maximum Likelihood (ML) yaitu penarikan sampel

antara 100-200 sampel.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 200 orang,

jumlah ini memenuhi prosedur Maximum Likelihood Estimation

yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel (Ghozali, 2008:64).

b. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normalitas

univariate dilihat dengan nilai critical ratio (Cr) pada skewness yaitu

dibawah ± 2,58 dan nilai Cr kurtosis dibawah 7. Normalitas

multivariate dilihat pada assessment of normality baris bawah kanan

dan mempunyai nilai batas ± 2,58.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

45

Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang

digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS

18,0. Hasil uji normalitas secara lengkap dapat dilihat pada tabel

IV.6.

Tabel IV.6 menjelaskan bahwa secara univariate dan

multivariate data dalam penelitian ini termasuk moderately non-

normal yang ditunjukkan dengan nilai skewness > 2 dan nilai

kurtosis > 7.

Tabel IV. 6

Hasil Uji Normalitas

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

lsatn5 1,000 5,000 -,134 -,775 -,494 -1,426 lsatn4 1,000 5,000 ,005 ,027 -,536 -1,546 lsatn3 1,000 5,000 ,299 1,725 -,533 -1,540 lsatn2 1,000 5,000 ,271 1,567 -,736 -2,126 lsatn1 1,000 5,000 ,429 2,480 -,320 -,923 psost4 1,000 5,000 ,608 3,510 ,210 ,606 psost3 1,000 5,000 ,865 4,993 ,907 2,617 mahap3 1,000 5,000 ,232 1,338 -,886 -2,559 mahap2 1,000 5,000 ,051 ,292 -,631 -1,822 mahap1 1,000 5,000 -,301 -1,735 -,181 -,522 macen3 1,000 5,000 -,516 -2,981 ,138 ,398 macen2 1,000 5,000 ,909 5,250 ,429 1,240 masuc5 1,000 5,000 ,281 1,622 -,825 -2,382 masuc4 1,000 5,000 ,079 ,457 -,845 -2,439 masuc3 1,000 5,000 ,775 4,476 ,567 1,637 masuc2 1,000 5,000 ,440 2,542 -,523 -1,511 masuc1 1,000 5,000 ,372 2,150 -,494 -1,426 preal1 1,000 5,000 ,504 2,911 -,239 -,690 preal3 1,000 5,000 ,572 3,304 -,159 -,460 preal4 1,000 4,000 ,720 4,158 ,587 1,694 preal5 1,000 5,000 ,201 1,163 -,706 -2,037 tview1 1,000 5,000 -,183 -1,054 -1,027 -2,965 tview2 1,000 5,000 -,068 -,393 -1,046 -3,019 tview3 1,000 5,000 ,372 2,145 -,755 -2,179 tview4 1,000 5,000 ,742 4,282 -,044 -,127 Multivariate 107,982 20,781

Sumber : Data primer yang diolah, 2011.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

46

Analisis terhadap data yang tidak normal dapat mengakibatkan

pembiasan interpretasi karena nilai chi-square hasil analisis

cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil.

Namun demikian, teknik Maximum Likehood Estimates (MLE) yang

digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust)

terhadap penyimpangan multivariate normality (Ghozali dan Fuad,

2005:35). Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data yang disajikan apa adanya dari data primer berdasarkan jawaban

responden yang sangat beragam, sehingga sulit untuk memperoleh

data yang mengikuti distribusi normal secara sempurna.

c. Uji outliers

Data outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat jauh berbeda dari data observasi lainnya. Deteksi terhadap

multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai

mahalanobis distance. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan

nilai Chi-squares pada derajat kebebasan (degree of freedom)

sejumlah variabel pada tingkat p < 0,001. Dalam hal ini variabel

yang dimaksud adalah sejumlah item pengukuran pada model.

Dalam penelitian ini jumlah indikator variabel yang digunakan

sebanyak 25 indikator variabel. Dengan demikian, apabila terdapat

nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari x2 (25,0.001) =

52,619 maka nilai tersebut adalah outliers multivariate. Mahalanobis

distance dapat dilihat pada tabel IV.7.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

47

Tabel IV.7 menjelaskan bahwa 5 data dikategorikan sebagai

outliers yaitu observation number 62, 147, 196, 125, dan 6. Hal ini

tampak dari nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari x2

(25,0.001) = 52,619. Kemudian langkah selanjutnya adalah

dilakukan uji outliers lagi dengan membuang data yang bersifat

outlier untuk mendapatkan data yang bebas dari outlier sebagaimana

disajikan dalam tabel IV.8.

Tabel IV.7 Hasil Jarak Mahalanobis Data Penelitian I

Nomor

Observasi Jarak Mahalanobis Jarak Mahalanobis

Kritis (25, 0.001) 62

147 196 125

6 114 47

4 . . .

61

72,737 64,133 58,485 58,442 55,525 52,615 52,305 50,724

.

.

. 24,160

52, 619

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Tabel IV.8 Hasil Jarak Mahalanobis Data Penelitian II

Nomor

Observasi Jarak Mahalanobis Jarak Mahalanobis

Kritis (25, 0.001) 25

141 47

.

.

. 4

50,527 50,487 50,372

.

.

. 24,384

52, 619

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

48

2. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit Model)

Sebelum menganalisa hipotesis, kesesuaian model secara

keseluruhan (Goodness-of-fit model) terlebih dahulu harus dinilai untuk

menjamin bahwa model tersebut dapat menggambarkan sebab akibat.

Evaluasi nilai goodness-of-fit dari model penelitian yang diajukan dapat

dilihat pada Tabel IV.9.

Tabel IV.9 Hasil Goodness-of-Fit Model

Goodness-of-fit Indices Control off value Hasil Evaluasi Model

Chi-Square (c2) Diharapkan rendah 846,365 -----

Significance Probability (p) ≥ 0,05 0,000 Belum memenuhi

CMIN/DF ≤ 2,00 3,135 Buruk

RMSEA ≤ 0,08 0,105 Buruk

GFI ≥ 0,90 0,724 Buruk

AGFI ≥ 0,90 0,668 Buruk

TLI ≥ 0,90 0.730 Buruk

CFI ≥ 0,90 0,757 Buruk

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Tabel IV.9 menjelaskan hasil goodness of fit dari model penelitian

yang dilakukan. Dalam pengujian ini nilai c2 menghasilkan tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai c2 sebesar 846,365

menunjukkan bahwa chi-square dalam model penelitian ini belum

memenuhi. Chi-Square sensitif terhadap ukuran sampel, sehingga

diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu

justifikasi yang pasti mengenai model fit (Ghozali dan Fuad, 2005:30).

Nilai CMIN/DF, RMSEA, GFI, AGFI, TLI dan CFI dalam model

penelitian ini menunjukkan tingkat kesesuaian yang buruk. Secara

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

49

keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas mengindikasikan

bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima.

Karena model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima

maka peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model

untuk membentuk model alternatif yang mempunyai goodness of fit yang

lebih baik.

3. Modifikasi Model

Salah satu tujuan modifikasi model adalah untuk mendapatkan

kriteria goodness of fit dari model yang dapat diterima. Melalui nilai

modification indices dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan

modifikasi terhadap model yang dapat diusulkan. Modification indices

yang dapat diketahui dari output Amos 18.0 akan menunjukkan

hubungan-hubungan yang perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada

dalam model supaya terjadi penurunan pada nilai chi-square untuk

mendapatkan model penelitian yang lebih baik.

Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti

mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang tidak memerlukan

justifikasi teoritis dan yang memiliki nilai modification indices lebih

besar atau sama dengan 7,0. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

goodness of fit yang memenuhi syarat. Tabel IV.10 merupakan hasil

goodness of fit model yang telah dimodifikasi.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

50

Tabel IV.10 Hasil Goodness-of-Fit Model Setelah Modifikasi

Goodness-of-fit Indices Control off value Hasil Evaluasi Model

Chi-Square (c2) Diharapkan rendah 423,570 -----

Significance Probability (p) ≥ 0,05 0,000 Belum memenuhi

CMIN/DF ≤ 2,00 1,736 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,062 Baik

GFI ≥ 0,90 0,851 Marginal

AGFI ≥ 0,90 0,802 Marginal

TLI ≥ 0,90 0.907 Baik

CFI ≥ 0,90 0,924 Baik

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Tabel IV.10 menjelaskan hasil goodness of fit dari model yang

telah dimodifikasi. Dalam pengujian ini nilai c2 menghasilkan tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai c2 sebesar 423,570

menunjukkan bahwa chi-square dalam model penelitian ini belum

memenuhi. Chi-Square sensitif terhadap ukuran sampel, sehingga

diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu

justifikasi yang pasti mengenai model fit (Ghozali dan Fuad, 2005:30).

Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari

nilai Chi-Square dibagi dengan degree of freedom. Dengan tingkat

penerimaan yang direkomendasikan ≤ 2,00, dapat disimpulkan bahwa

model memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan CMIN/DF sebesar

1,736 .

The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

merupakan indeks pengukuran yang tidak dipengaruhi oleh besarnya

sampel sehingga biasanya indeks ini digunakan untuk mengukur fit

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

51

model pada jumlah sampel besar. Nilai penerimaan yang

direkomendasikan £ 0,08, maka nilai RMSEA sebesar 0,062

menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik.

Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian

model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat model yang

diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1

mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.

Dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan ³ 0,9, dapat

disimpulkan bahwa model memiliki tingkat kesesuaian yang marginal

dengan nilai GFI sebesar 0,851.

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan

dari GFI yang disesuaikan dengan degree of freedom yang tersedia untuk

menguji diterima tidaknya model. Nilai penerimaan yang

direkomendasikan ³ 0,9, maka nilai AGFI sebesar 0,802 menunjukkan

tingkat kesesuaian yang marginal.

Tucker Lewis Index (TLI) merupakan sebuah alternatif incremental

fit index yang membandingkan model yang diuji terhadap sebuah

baseline model. TLI merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh

ukuran sampel. Nilai yang direkomendasikan ³ 0,9, dapat disimpulkan

bahwa model menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai

TLI sebesar 0,907.

Comparative Fit Index (CFI) merupakan indeks kesesuaian

incremental yang juga membandingkan model yang diuji dengan null

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

52

model. Indeks ini dikatakan baik untuk mengukur kesesuaian sebuah

model karena tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel. Dengan

memperhatikan nilai yang direkomendasikan ³ 0,9, maka nilai CFI

sebesar 0,924 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang

baik.

Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness-of-fit tersebut di

atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian dapat

diterima.

Setelah model penelitian dapat diterima, sub bahasan berikutnya

akan menjelaskan analisis uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

D. Pengujian Hipotesis

Setelah kriteria goodness of fit model struktural yang diestimasi dapat

terpenuhi, maka tahap selanjutnya adalah analisis terhadap hubungan-

hubungan struktural model (pengujian hipotesis). Hubungan antar konstruk

dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai regression weights sebagaimana yang

disajikan dalam tabel IV.11.

Pengujian keputusan uji hipotesis membandingkan p-value dengan level

of significant sebesar 5% (alpha 0,05). Jika p-value kurang dari alpha 0,05

maka H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara

kedua variabel. Jika p-value lebih besar atau sama dengan alpha 0,05 maka

H0 gagal ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan

diantara kedua variabel.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

53

Tabel IV.11 menunjukkan bahwa terdapat 3 jalur yang dianalisis

memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat signifikansi 5% dan 2 jalur

yang tidak signifikan karena memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari

5%, yaitu hubungan antara materialism dan perceived socioeconomic statues,

dan hubungan antara materialism dan relative life satisfaction.

Tabel IV.11 Regression Weights

Hubungan Antar Konstruk Estimate S.E. C.R. P

Perceived Realism <--- Television Viewing ,240 ,064 3,769 ,000

Materialism <--- Perceived Realism ,557 ,155 3,594 ,000

Perceived Socioeconomic Statues <--- Materialism ,033 ,056 ,583 ,560

Relative Life Satisfaction <--- Materialism -,051 ,047 -1,077 ,281

Relative Life Satisfaction <--- Perceived Socioeconomic Statues ,311 ,080 3,886 ,000

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

E. Pembahasan

Berikut adalah pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini:

1. Hubungan antara television viewing dan perceived realism

Berdasarkan hasil analisa model struktural yang menguji hubungan

antara television viewing terhadap perceived realism yang dapat dilihat

pada pada Tabel IV.11 menunjukkan hasil yang signifikan (C.r = 3,769

dan p<0,05). Dengan demikian Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara television viewing dengan perceived

realism didukung pada studi ini.

Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Greenberg dalam Berry (1998) bahwa seseorang yang menonton

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

54

televisi lebih sering daripada rekan-rekannya, lebih cenderung untuk

mengevaluasi program dan iklan televisi sebagai pertunjukan yang lebih

realistis dan dapat dipercaya. Fenomena ini dapat terjadi karena semakin

sering orang menonton televisi maka seseorang akan menerima pesan-

pesan yang terkandung didalam tayangan televisi dan semakin seseorang

menerima pengulangan tayangan televisi maka seseorang akan lebih

mudah untuk memahami dan mengevaluasi tayangan televisi tersebut

sebagai pertunjukan yang lebih realistis dan dapat dipercaya.

2. Hubungan antara perceived realism dan materialism

Hasil pengujian pada Tabel IV.11 mengindikasikan hasil yang

mendukung hipotesis 2 yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan

antara perceived realism dengan materialism (C.r = 3,594 dan p<0,05).

Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan

Morgan dalam Sirgy et al (1998) bahwa terdapat hubungan positif antara

pemirsa terlevisi dan materialisme bagi orang yang percaya bahwa iklan

televisi sebagai gambaran realitas konsumen. Fenomena ini dapat terjadi

karena seseorang yang percaya tayangan televisi sebagai realitas

kehidupan, maka menonton televisi digunakan sebagai alasan untuk

mengumpulkan informasi tentang gaya hidup dan perilaku yang

merupakan prediktor kuat materialisme dan motivasi ekonomi untuk

konsumsi. Dan seseorang yang terbiasa menonton tayangan televisi yang

menampilkan cara hidup orang kaya dan merasa yakin bahwa hal

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

55

tersebut sudah lazim terjadi maka nilai-nilai materialism yang diperoleh

dan diyakini juga semakin kuat dalam diri orang tersebut.

3. Hubungan antara materialism dan perceived socioeconomic statues

Berdasarkan hasil analisa model struktural yang menguji hubungan

antara materialism terhadap perceived socioeconomic statues yang dapat

dilihat pada pada Tabel IV.11 menunjukkan hasil yang tidak signifikan

(C.r = 0,583 dan p>0,05). Dengan demikian Hipotesis 1 yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara materialism

terhadap perceived socioeconomic statues tidak didukung pada studi ini.

Hasil pengujian ini tidak mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Speck dan Roy (2008) yang menyatakan bahwa

konsumen yang menempatkan nilai yang lebih tinggi pada hal-hal

material maka akan lebih tidak puas dengan status ekonomi sosial

mereka. Fenomena ini dapat terjadi karena kemungkinan responden

menilai tinggi rendahnya status ekonomi sosial seseorang tidak hanya

diukur dengan perolehan materi saja tetapi dengan melihat faktor lain

seperti pendidikan dan jabatan/pekerjaan seseorang.

4. Hubungan antara materialism dan relative life satisfaction

Hasil pengujian pada Tabel IV.11 mengindikasikan hasil yang tidak

mendukung hipotesis 4 yaitu tidak terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara materialism dengan relative life satisfaction (C.r = -

1,077 dan p>0,05).

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

56

Hasil pengujian ini tidak mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tan et al (2006) yang menunjukkan hubungan negatif

yang signifikan antara materialisme dengan kepuasan hidup. Fenomena

yang dijelaskan adalah kemungkinan responden tidak hanya menilai

kepuasan hidup diukur dengan perolehan materi saja tetapi dengan

faktor-faktor lain seperti : kesehatan, daya tarik fisik, interaksi sosial,

keberhasilan kerja, kondisi kehidupan dan keseimbangan emosi.

5. Hubungan antara perceived socioeconomic statues dan relative life

satisfaction

Berdasarkan hasil analisa model struktural yang menguji hubungan

antara perceived socioeconomic statues terhadap relative life satisfaction

yang dapat dilihat pada pada Tabel IV.11 menunjukkan hasil yang

signifikan (C.r = 3,886 dan p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis 5 terdukung.

Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Speck dan Roy (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

positif antara perceived socioeconomic statues dengan relative life

satisfaction. Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi status

ekonomi sosial seseorang dalam lingkungannya memiliki kepuasan yang

lebih tinggi daripada seseorang dengan status ekonomi sosial yang lebih

rendah dalam lingkungan yang sama.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

57

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa materialism tidak

mempengaruhi perceived well-being (perceived socioeconomic statues dan

relative life satisfaction) responden, kemudian penulis melakukan analisis

kembali terhadap hubungan-hubungan struktural model. Hasilnya

ditunjukkan oleh nilai regression weights sebagaimana yang disajikan dalam

tabel IV.12.

Tabel IV.12 Regression Weights (Model Alternatif yang Disarankan)

Hubungan Antar Konstruk Estimate S.E. C.R. P

Perceived Realism <--- Television Viewing ,221 ,059 3,753 ,000

Materialism <--- Perceived Realism ,640 ,192 3,330 ,000

Perceived Socioeconomic Statues <--- Materialism ,028 ,059 ,474 ,635

Perceived Socioeconomic Statues <--- Perceived Realism ,489 ,172 2,851 ,004

Relative Life Satisfaction <--- Materialism -,072 ,050 -1,438 ,150

Relative Life Satisfaction <--- Perceived Socioeconomic Statues ,269 ,083 3,255 ,001

Relative Life Satisfaction <--- Perceived Realism ,187 ,127 1,471 ,141

Tabel IV.12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang

signifikan antara perceived realism dan perceived socioeconomic statues (C.r

= 2,851 dan p<0,05). Hal ini berarti, perceived realism mempengaruhi

materialism tetapi materialism belum cukup untuk mempengaruhi perceived

well-being. Dalam penelitian ini, perceived realism secara langsung

mempengaruhi perceived socioeconomic statues. Fenomena yang dijelaskan

adalah dengan perceived realism yang telah terbentuk dalam benak konsumen

atas tayangan televisi, maka konsumen berkeyakinan bahwa produk-produk

yang ditayangkan dalam program dan iklan televisi tersebut dapat

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

58

meningkatkan status ekonomi sosialnya yang kemudian mempengaruhi

relative life satisfaction konsumen yaitu semakin tinggi status ekonomi sosial

konsumen, semakin tinggi kepuasan hidup konsumen.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

59

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini bertujuan untuk memberikan kesimpulan yang diikuti dengan

keterbatasan dan implikasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan hasil

analisis data penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan yang

dirumuskan sehingga menjadi bahan masukan bagi pihak yang terkait. Berikut ini

adalah penjelasannya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, terdapat hubungan positif antara television viewing dan

perceived realism. Artinya semakin sering seseorang melihat tayangan

televisi maka perceived realism juga semakin terbentuk. Hal ini dapat terjadi

karena semakin sering konsumen menonton televisi maka akan semakin

sering pula menerima pengulangan pesan dari tayangan televisi sehingga

konsumen akan lebih mudah untuk memahami dan mengevaluasi tayangan

televisi tersebut sebagai pertunjukan yang lebih realistis dan dapat dipercaya.

Semakin tinggi perceived realism yang dirasakan oleh seseorang maka

materialism juga semakin tinggi. Dengan konsumen percaya bahwa iklan

televisi sebagai gambaran yang realistis dan jujur, maka iklan televisi tersebut

digunakan sebagai media informatif bagi konsumen untuk mengumpulkan

informasi tentang gaya hidup dan perilaku dimana hal tersebut dapat

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

60

mendorong konsumen menjadi materialism dan memotivasi konsumen untuk

melakukan konsumsi. Dengan demikian, memberikan pemahaman bahwa

dalam mengiklankan produk, dibuat yang lebih realistis, jujur serta

menyajikan gambaran yang benar dari produk yang diiklankan agar

meningkatkan perceived realism konsumen yang selanjutnya menciptakan

materialism sehingga dapat memotivasi konsumen untuk melakukan

konsumsi dimana individu yang tingkat materialismenya tinggi menganggap

perlu adanya penambahan barang yang sudah dimiliki.

Kesimpulan berikutnya dalam penelitian ini adalah tidak terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara materialism dan perceived

socioeconomic statues. Hal ini dimungkinkan meskipun konsumen

berkepentingan tinggi pada persoalan pokok material tetapi konsumen

menilai tinggi rendahnya status ekonomi sosial konsumen tidak hanya diukur

dengan perolehan materi saja yaitu dengan melihat faktor lainnya juga seperti

pendidikan, jabatan/pekerjaan seseorang. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula status ekonomi sosialnya dan semakin

tinggi jabatan seseorang atau semakin besar tanggung jawab dalam

pekerjaannya maka semakin tinggi pula status ekonomi sosial yang dirasakan.

Selain itu juga tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

materialism dan relative life satisfaction. Hal ini dimungkinkan kepuasan

hidup konsumen tidak hanya diukur dengan perolehan materi saja tetapi ada

beberapa faktor lain yang mendukung kepuasan hidup konsumen seperti

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

61

kesehatan, daya tarik fisik, interaksi sosial, keberhasilan kerja, kondisi

kehidupan dan keseimbangan emosi.

Kesimpulan terakhir dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

positif antara perceived socioeconomic statues dan relative life satisfaction.

Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya status ekonomi sosial

konsumen mempengaruhi kepuasan hidup konsumen. Semakin tinggi status

ekonomi sosial konsumen, semakin tinggi kepuasan hidup konsumen.

B. Keterbatasan

Selain kesimpulan, dalam bab ini juga mengungkap keterlibatan

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan generalisasi model.

1. Obyek amatan yang digunakan dalam studi ini difokuskan pada perilaku

menonton televisi sehingga berdampak pada generalisasi studi yang

bersifat terbatas. Untuk mengaplikasi studi ini pada konteks yang

berbeda, diperlukan kehati-hatian untuk mengamati obyek amatan yang

diambil dalam studi. Hal ini diperlukan karena dalam obyek yang berbeda

diperkirakan terdapat keragaman karakteristik responden baik usia,

tingkat pendidikan, maupun penghasilan. Apabila hal ini diabaikan,

diperkirakan berpotensi mengakibatkan pembiasan hasil-hasil pengujian

yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam merumuskan kebijakan

yang diambil.

2. Ruang lingkup yang berlatar belakang pengaruh menonton televisi

terhadap individu yang ada di Surakarta diperkirakan berdampak pada

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

62

generalisasi studi yang bersifat terbatas. Dengan demikian untuk

mengaplikasi studi ini pada setting yang berbeda diperlukan kehati-hatian

untuk mencermati karakteristik respondennya. Hal ini diperlukan karena

dalam setting yang berbeda diperkirakan terdapat latar belakang dan

perilaku individu yang berbeda pula. Apabila hal ini diabaikan,

kemungkinan berpotensi mengakibatkan pembiasan hasil-hasil pengujian,

yang berdampak pada kekeliruan dalam merumuskan kebijakan yang

disarankan.

C. Implikasi

Berikut ini beberapa implikasi penelitian :

1. Implikasi untuk studi lanjutan

Model yang dikembangkan bertumpu pada metode riset yang

terbatas ruang lingkupnya. Hal ini berdampak pada keterbatasan model

untuk diaplikasi pada setting yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena

dalam setting yang berbeda diperkirakan terdapat latar belakang dan

perilaku responden yang berbeda. Keterbatasan ini mengisyaratkan

perlunya studi lanjutan pada konteks yang berbeda, sehingga konsep yang

dimodelkan dapat ditingkatkan generalisasinya.

2. Implikasi teoritis

Hasil pengujian ini dapat digunakan sebagai acuan di bidang studi

pemasaran mengenai pengaruh menonton tayangan televisi yang dapat

menciptakan perceived realism dan selanjutnya menciptakan materialism

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Hubungan...televisi untuk mempelajari fakta -fakta baru atau informasi. Dengan menonton ... Menurut Speck dan Roy (2008), materialisme adalah konsumsi

63

konsumen sehingga memotivasi konsumen untuk melakukan konsumsi

terhadap produk yang ditayangkan pada program dan iklan televisi

tersebut. Selain itu memberikan pemahaman teoritikal terhadap variabel-

variabel yang diamati yaitu : television viewing, perceived realism,

materialism, perceived well-being (perceived socioeconomic statues dan

relative life satisfaction). Hubungan variabel yang terbentuk diharapkan

dapat menjadi referensi di bidang ilmu pemasaran.

3. Implikasi praktis

Studi ini dapat memberikan pemahaman pada praktisi terhadap

upaya-upaya untuk meningkatkan perceived realism dengan cara

membuat iklan yang lebih realistis, jujur serta menyajikan gambaran yang

benar dari produk yang diiklankan agar konsumen percaya bahwa

tayangan televisi sebagai gambaran realitas konsumen yang selanjutnya

menciptakan materialism sehingga dapat memotivasi konsumen untuk

melakukan konsumsi dimana individu yang tingkat materialismenya

tinggi menganggap perlu adanya penambahan barang yang sudah

dimiliki. Selain itu dapat memberikan masukan bagi manajer pemasaran

dimana produk yang dihasilkan oleh perusahaannya yang sekarang ini

tidak diiklankan di televisi agar memasarkan produknya melalui media

televisi.