bab i pendahuluan a. latar belakangbab i pendahuluan a. latar belakang film merupakan salah satu...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film merupakan salah satu bentuk media audio-visual. Trianton
dalam Hasanah (2019) mendefinisikan film adalah media yang bersifat
audio-visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang
berkumpul disuatu tempat. Asri (2020), menjelaskan bahwa kekuatan
format audio – visual dalam film dinilai mampu menyentuh perasaan dan
moral khalayak, serta film sering menjadi wadah bagi pembuatnya untuk
menyampaikan pesan moral yang tersirat bagi penonton (audience target)
dari film tersebut. Sampai saat ini film merupakan produk media massa
yang sangat populer. Film sangat digemari banyak orang karena dapat
dijadikan sebagai hiburan maupun penyalur hobi. Film mempunyai
tempat tersendiri bagi khalayak karena tidak hanya memberikan alur
cerita yang menarik, namun juga memberikan gambar serta efek suara
yang dapat menciptakan suasana bagi setiap penontonnya membuat film
tidak pernah bosan untuk terus dinikmati.
Film bukan hanya sebagai media hiburan maupun penyalur hobi,
tetapi juga sebagai media informasi dan edukasi. Penyampaian informasi
melalui film dapat dilakukan dengan cepat. Terdapat banyak kategori
genre dalam film yang mengangkat cerita fiksi maupun kisah nyata yang
merupakan kejadian dari kehidupan sehari-hari. Fungsi edukasi dalam
film merupakan fungsi yang bersifat edukatif atau mendidik dimana di
dalam sebuah film terdapat amanat atau pesan-pesan yang dapat
memberikan pembelajaran bagi penontonnya, misalnya film yang
bertemakan pendidikan. Pesan-pesan dalam film tersebut dapat
disampaikan kepada penonton, baik melalui dialog tokoh maupun dari
perilaku tokoh dalam film.
Pendidikan merupakan hal yang mutlak dan wajib bagi setiap anak.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan tentunya
terdapat sebuah proses pembelajaran, dimana pendidikan umumnya
terjadi di bawah bimbingan orang lain atau yang biasa disebut sebagai
guru. Guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas
pendidikan anak di sekolah. Seperti apa masa depan anak, guru turut
memberikan pengarahan pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru
haruslah seorang yang mampu memberikan motivasi kepada anak didik
dan memberikan contoh yang baik agar ia mampu menjadi lebih baik di
masa mendatang.
Guru adalah pendidik dan pengajar untuk setiap anak yang
membutuhkan pengetahuan maupun pengalaman lebih. Peran guru dalam
pendidikan sangatlah penting, tidak hanya bertugas memberikan ilmu
pengetahuan, guru juga bertugas mendidik agar setiap anak yang
diajarkan dapat berperilaku dengan baik. Maka dari itu, ditetapkannya
wajib belajar 12 Tahun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2008, banyak sekali film-film yang mengambil tema pendidikan untuk
dijadikan sebuah hiburan sekaligus dapat memberikan fungsi edukasi bagi
penontonnya.
Salah satu film yang bertemakan pendidikan yaitu film Laskar
Pelangi oleh Riri Riza yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar
Pelangi ini merupakan adaptasi dari novel pertama karya Andrea Hirata
yang berjudul sama yaitu “Laskar Pelangi” pada tahun 2005. Skenarionya
ditulis oleh Salman Aristo yang juga menulis naskah film Ayat-Ayat
Cinta dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Film ini adalah salah satu
film yang mendapat banyak penghargaan. Menurut Pratama (2017),
penghargaan yang di dapat oleh film Laskar Pelangi diantaranya; (1)
Ajang ke- 3 Asian Film Awards di Hongkong, Laskar Pelangi mendapat
penghargaan sebagai Best Film dan Best Editing (Editing dilakukan oleh
Dono Waluyo), (2) Ajang The Golden Butterfly Award dan Signis Award
dalam Hongkong Internasional Film 2009, juga mendapat penghargaan
sebagai Best Film, (3) Acara Internasional Festival of Films for Children
and Young Adults tahun 2010 di Hamedan, Iran, mendapat penghargaan
sebagai Best film, (4) Acara Brussels Internasional Independent Film
Festival, Laskar Pelangi mendapat penghargaan Best Actress, dan dalam
(5) Ajang Asia Pacific Film Festival tahun 2010, film Laskar Pelangi
mendapat penghargaan Best Film.
Tidak hanya itu, dalam acara Indonesia Movie Awards (IMA)
tahun 2009, film Laskar Pelangi memborong banyak penghargaan
diantaranya adalah memenangkan kategori Film Terfavorit,
memenangkan kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik yang diraih oleh
Cut Mini (Ibu Muslimah), memenangkan kategori Pemeran Utama Pria
Terbaik diraih oleh Ikranagara (Pak Harfan), dan memenangkan kategori
Pendatang Baru Terfavorit Pria diraih oleh Zulfanny (Ikal).
Pada masanya, film Laskar Pelangi menduduki peringkat kedua
film yang banyak ditonton, yakni sebanyak 4,6 juta orang. Film ini
mempunyai pesan-pesan yang sangat baik untuk dijadikan pembelajaran
bagi penontonnya. Film yang bercerita tentang desa terpencil di
Kepulauan Bangka Belitung dengan keadaan yang memprihatinkan
terutama dalam hal pendidikan. Bercerita tentang 10 anak miskin yang
ingin bersekolah di SD Islam tertua yaitu SD Muhammadiyah. Kesepuluh
murid yakni Ikal, Lintang, Mahar, Harun, Sahara, A Kiong, Borek, Kucai,
Syahdan, dan Trapani. Anak-anak tersebut mempunyai semangat yang
luar biasa untuk bisa bersekolah. Meskipun banyak orang yang
memandang sebelah mata terhadap anak-anak SD Muhammadiyah,
namun mereka dapat menunjukkan kepada banyak orang melalui prestasi
yang telah dicapai bahwa mereka juga cerdas seperti anak-anak lain yang
bersekolah di SD yang sudah maju saat itu. Dibalik keberhasilan anak-
anak SD Muhammadiyah tentunya ada seseorang yang mengajarkan dan
mendidik mereka dengan baik, dia adalah Bu Muslimah salah satu dari 3
guru SD Muhammadiyah yang berperan sangat penting bagi anak-anak
yang mereka sebut dirinya sebagai laskar pelangi.
Dengan didasari kecintaan Bu Muslimah pada sekolah dan dunia
pendidikan serta dapat mengambil hati kesepuluh siswanya, Bu Muslimah
menjadi guru yang dicintai dan dibanggakan. Bu Muslimah adalah
seorang guru yang sangat sederhana di suatu kampung dan sekolah yang
hampir tutup karena tidak ada lagi peminatnya. Gedung sekolahnya pun
jauh dari kata layak untuk dijadikan sebagai tempat belajar – mengajar.
Setiap hari ia harus menempuh jarak yang tidak dekat untuk ke sekolah
dengan mengayuh sepeda. Selain itu, Bu Muslimah berkata bahwa anak-
anak miskin juga berhak untuk bersekolah dan kegigihannya untuk tetap
mengajar di SD Muhammadiyah meskipun dengan gaji yang tidak tetap
dan sedikit, bahkan biasanya hanya digaji dengan satu kilogram beras.
Ditengah keterbatasan itu, ia pantang menyerah untuk terus mendidik dan
mencurahkan kecintaannya pada dunia pendidikan dan anak didiknya.
Berprofesi sebagai guru bukanlah hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan saja, namun guru juga harus mendidik serta menanamkan
nilai karakter pada siswa. Untuk mengajarkan pendidikan karakter, maka
guru harus bisa menanamkan nilai karakter pada dirinya sendiri sehingga
lebih maksimal untuk nanti mengajarkannya kepada siswa. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ngaliatul (2016), penelitian tersebut
membahas tentang profil guru pada tokoh Muslimah dalam novel Laskar
Pelangi dengan hasil penelitian adanya kompetensi kepribadian tokoh Bu
Muslimah yang memiliki kepribadian mantap, dewasa, disiplin,
berwibawa, kerja keras, dan berakhlak mulia antara lain sabar, ikhlas,
adil, serta mematuhi peraturan dan norma – norma agama. Dari penelitian
tersebut sudah jelas bahwa Bu Muslimah mempunyai berbagai karakter
yang dapat dipelajari atau dicontoh, serta ditanamkan kepada siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang karakter tokoh Bu
Muslimah serta menganalisis salah satu karakter yang menonjol yaitu
bagaimana kerja keras dalam mendidik siswa - siswanya agar dapat
dijadikan cerminan bagi penonton, khususnya penonton atau pembaca
yang berprofesi sebagai seorang guru maupun calon guru. Dalam hal ini
penyusun melakukan studi pembahasan pada tokoh Bu Muslimah dalam
film Laskar Pelangi dengan judul “Analisis Nilai Karakter Kerja Keras
Tokoh Bu Muslimah dalam Film Laskar Pelangi Karya Riri Riza”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakter tokoh Bu Muslimah sebagai guru dalam film
Laskar Pelangi?
2. Bagaimana implementasi nilai karakter kerja keras Bu Muslimah
dalam film Laskar Pelangi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan karakter tokoh Bu Muslimah sebagai guru dalam
film Laskar Pelangi.
2. Mengetahui pengimplementasian nilai karakter kerja keras Bu
Muslimah dalam film Laskar Pelangi.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk, sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan atau
pengetahuan dalam menganalisis karakter tokoh dalam film.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang berbeda dan
mendorong untuk mendukung film-film yang dapat diambil pesan-
pesan baik yang terkandung di dalamnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
Deskripsi Konseptual menurut Azwar (dalam Niki, 2018), yaitu
pembatasan pengertian tentang hal - hal yang perlu diamati, merupakan
kerangka pikir mengenai hubungan diantara variabel – variabel, juga
memudahkan identifikasi fungsi variabel – variabel penelitian sehingga
akan tampak jelas mana variabel yang harus dimanipulasikan. Dalam
deskripsi konseptual ini peneliti akan menguraikan mengenai (1) nilai (2)
tokoh (3) karakter tokoh (4) kerja keras (5) film (6) analisis isi.
1. Pengertian Nilai
Nilai diartikan sebagai gagasan yang dipandang baik dan indah
pada kehidupan seseorang. Menurut Frankel (dalam Dianti, 2021) nilai
adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan
efiiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan
dipertahankan. Hanya dari nilai saja kita mampu mengenal karakter
orang lain, sehingga niai memberikan pemaknaan yang cukup penting
bagi kita dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai akan selalu berhubungan dengan hal – hal yang baik, seperti
keluhuran budi pekerti dan sikap yang menentukan siapa kita,
bagaimana kita hidup, serta bagaimana kita memperlakukan orang lain.
Nilai tentu saja menjadikan orang menjadi lebih baik karena nilai
adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia.
2. Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (2009: 165), istilah “tokoh” menunjuk pada
orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan:
“Siapakah tokoh utama dalam cerita tersebut?”, atau “Siapakah tokoh
antagonis dan protagonis dalam cerita itu?”, dan sebagainya.
Tokoh menurut Abraham (dalam Nurgiyantoro, 2009), adalah
orang – orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Kemudian menurut Suharman dkk
dalam Hasanah (2019), tokoh adalah pelaku dalam cerita.
Jadi, tokoh dalam sebuah film dapat dikatakan orang – orang atau
pelaku yang ada di dalam film tersebut atau orang – orang yang
berperan dengan tindakan yang berbeda – beda dalam sebuah cerita
yang diangkat film tersebut.
3. Karakter Tokoh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 623), karakter
tokoh adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain.
Kemudian menurut Suharman dkk dalam Hasanah (2019), karakter
tokoh adalah sifat yang dimiliki oleh para tokoh. Penggambaran
karakter tokoh dapat melalui deskripsi langsung, pandangan atau
pemikiran tokoh, melalui penjelasan tokoh lainnya, ataupun melalui
hubungan tokoh tersebut dengan tokoh lainnya serta lingkungan
sekitarnya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan karakter tokoh
adalah sifat yang dimiliki oleh para pemain dalam sebuah cerita
sehingga dapat melengkapi cerita tersebut.
4. Kerja Keras
Menurut Zamroni dalam buku Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Teori dan Praktek, menuliskan bahwa pemerintah dalam hal
ini Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian
Pendidikan Nasional telah merumuskan aspek nilai karakter sebagai
berikut; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Dalam bukunya, kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan
upaya bersungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar, tugas – tugas, dan dapat menyelesaikan dengan sebaik –
baiknya.
5. Film
a. Pengertian Film
Film mempunyai definisi yang beragam, tergantung sudut
pandang orang yang melihatnya. Berikut adalah beberapa definisi
film. Menurut Widjaja dalam Elita (2014), film adalah teknik audio
– visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton –
penontonnya. Ini merupakan perpaduan dari drama dengan
panduan suara dan musik, serta dari drama perpaduan tingkah laku
dan emosi, yang dapat benar – benar dapat dinikmati penuh oleh
penontonnya.
Menurut Effendy dalam buku Elvinarno (2004) mengatakan
bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media komunikasi massa yang dipandang dan didengar, yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita
seluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran menurut
proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya yang dapat
dipertunjukkan dan ditayangkan dengan sistem secara mekanik dan
elekronik.
Kemudian menurut UU No. 23 Tahun 2009 tentang
perfilman, pada pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni
budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi
massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau
tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Sedangkan menurut Asri
(2020), film merupakan bagian dari komunikasi media massa yang
bersifat audio – visual dan bertujuan untuk menyampaikan pesan
sosial atau moral tertentu kepada penontonnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat
diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan sebuah
selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan
gambar negatif dari sebuah objek. Kedua, film diartikan sebagai
lakon atau gambar hidup. Dalam arti khusus, menurut Tamburaka
(dalam Ita, 2019) film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar
gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis
dalam bentuk gambar negatif.
Film merupakan sebuah produk kebudayaan manusia yang
dianggap berdampak besar bagi masyarakat karena film merupakan
salah satu bentuk seni, sumber hiburan dan sebuah alat ampuh
yang diperuntukkan dan sebagai alat untuk mendidik dan
mendoktrin bagi yang melihat baik anak – anak maupun orang
dewasa (Manesah, 2017).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
film adalah sebuah karya seni yang berbentuk media audio – visual
(dapat didengar dan dapat dilihat) sebagai komunikasi massa yang
efektif untuk dapat diartikan lakon hidup atau gambar gerak yang
dimiliki mampu mempengaruhi penonton – penontonnya.
b. Jenis Film
Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk
menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu,
serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian
teknis lainnya kepada masyarakat umum. (McQuail dalam
Prasetya, 2012).
Menurut Mudjiono (2011), jenis – jenis film dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Film Teaterikal (Teatrical Film)
Film teaterika atau disebut dengan film cerita, merupakan
ungkapan cerita yang dimainkan oleh manusia dengan unsur
dramatis dan memiliki unsur yang kuat terhadap emosi
penonton. Film cerita ini dijabarkan dengan berbagai tema.
Lewat tema inilah film cerita digolongkan beberapa jenis
yakni:
a. Film Aksi (Action film)
Film yang bercirikan penonjolan filmnya dalam masalah
fisik dalam konflik. Misalnya film perang, silat, gengster,
kepolisian dan semacamnya.
b. Film Spikodrama
Film ini didasarkan pada ketegangan yang dibangun dari
kekacauan antara konflik – konflik kejiwaan, yang
mengeksploitasi karakter manusia, antara lain film – film
drama yang mengeksploitasi penyimpangan mental maupun
dunia takhayul, semacam film horor.
c. Film Komedi
Film yang dapat membuat suasana kelucuan pada penonton
yang menontonnya.
d. Film Musik
Jenis film ini dicirikan oleh musik yang menjadi bagian
internal cerita, bukan hanya sekedar selingan.
2. Film Non-Teaterikal (Non-Teatrical Film)
Film jenis ini merupakan film yang diproduksi dengan
memanfaatkan realitas asli, serta tidak bersifat fiktif. Film ini
juga tidak dimaksudkan sebagai alat hiburan, tetapi lebih
cenderung untuk menjadi alat komunikasi menyampaikan
informasi (penerangan) maupun pendidikan. Film non –
teaterikal dibagi menjadi:
a. Film Dokumenter
Film ini berkaitan dengan apa yang terjadi atas diri
manusia, berupa pernyataan yang membangkitkan keharuan
dan kenyataan dalam kerangka kehidupan manusia.
b. Film Pendidikan
Film ini dibuat bukan untuk massa, tetapi untuk
sekelompok penonton yang dapat diidentifikasikan secara
fisik. Film ini adalah untuk para siswa yang sudah tertentu
untuk bahan pelajaran yang akan diikutinya. Sehingga film
pendidikan menjadi pelajaran ataupun instruksi belajar
yang direkam dalam wujud visual. Isi yang disampaikan
sesuai dengan kelompok penontonnya, dan dipertunjukkan
di depan kelas. Setiap film ini tetap memerlukan adanya
guru atau instruktur yang membimbing siswa.
c. Film Animasi
Animasi kartun dibuat dengan menggambarkan setiap
frame satu persatu untuk kemudian dipotret. Setiap gambar
frame merupakan gambar dengan posisi yang berbeda
sehingga jika di seri – kan akan menghasilkan kesan gerak.
Dengan menggunakan gambar, pembuat film dapat
menciptakan gerak dan bentuk – bentuk yang tak terdapat
dalam realitas. Film animasi tidak hany digunakan sebagai
hiburan, tetapi juga untuk ilustrasi dalam film pendidikan.
Misalnya dengan gambar grafis yang bersifat dinamis
ataupun kerja mesin ataupun skema yang hidup.
Pada umunya film tentu mempunyai ketegori – kategori umur,
untuk menjelaskan apakah film itu dapat ditonton oleh anak – anak,
remaja, maupun orang dewasa. Maka kemudian film diklasifikasikan
sebagai berikut:
No Kategori Keterangan
1 “G” (General) Film untuk semua umur
2 “PG” (Parental Guidance)
Film yang dianjurkan didampingi orang
tua.
3 “PG-13” Film dibawah 13 tahun dan didampingi
orang tua.
4 “R” (Restriced)
Film dibawah 17 tahun (remaja),
didampingi orang dewasa.
5 “X” Film untuk 17 tahun keatas (dewasa).
Tabel 1. Yoyon Mudjiono (2011)
c. Fungsi Film
Dalam hal ini sama dengan televisi siaran, tujuan khalayak
menonton film adalah untuk mendapat hiburan. Namun selain
untuk media hiburan, film juga dapat digunakan sebagai media
edukasi. beberapa fungsi film adalah sebagai berikut:
1. Film sebagai media hiburan
Hiburan adalah sebuah kebutuhan psikis yang sangat
diperlukan. Banyak sekali khalayak yang membutuhkan
hiburan dalam masa kehidupan sehari-hari. Dan tidak jarang
pula banyak sekali khalayak yang menonton film hanya untuk
dijadikan sebuah hiburan bahkan dijadikan sebagai hobi
mereka. Jika sebuah film dari awal hingga akhir tidak mengikat
perhatian penonton, maka dapat dikatakan film tersebut gagal.
Nilai hiburan sangat relatif, karena tergantung dari selera
penonton yang menganggap film itu sangat menghibur. Dan
diharapkan dengan menonton film, dapat menjadikan pikiran
mereka menjadi segar dan timbul semangat bahkan mendapat
pembelajaran dari film yang ditontonnya.
2. Film sebagai media pendidikan
Pada umumnya setiap film memiliki nilai pendidikan. Nilai
pendidikan sebuah film lebih kepada pesan – pesan yang ingin
disampaikan. Secara tidak sadar, media film mampu
membentuk karakter manusia karena dalam film umumnya
dibuat dan disusun secara hampir mirip dengan kenyataan
sehingga penontonnya mampu mendalami, mengambil, serta
menginternalisasikan dalam dirinya nilai yang harus dilakukan
dan yang harus ditinggalkan. Sebagai salah satu media
komunikasi massa, film secara otomatis akan membawa
dampak terhadap penontonnya, baik itu positif maupun negatif.
6. Analisis Isi
Menurut Rachmat (2007), analisis isi adalah suatu teknik sistematis
untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikator yang dipilih.
Kemudian menurut Krippendorf dalam Ahmad (2018), analisis isi
adalah suatu teknik penelitian untuk membuat interfensi yang dapat
direplikasi (ditiru) dan shahih datanya dengan memperhatikan
konteksnya.
Sartika (2014), memaparkan analisis isi yang sifatnya kualitatif
tidak hanya mampu mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan
juga latent message dari sebuah dokumen yang diteliti. Lalu analisis isi
menurut Asri (2020), merupakan teknik penelitian untuk membuat
replikan dan terjemahan valid dari teks kepada konteks yang perlu
diteliti.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan analisis isi
(content analysis) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan secara detail suatu pesan yang terdapat dalam
dokumen maupun komunikasi massa, misalnya film, berita, iklan, dan
lain sebagainya.
B. Kajian Penelitian Relevan
Sepanjang hasil penelusuran yang peneliti lakukan terhadap
beberapa karya ilmiah terkait dengan nilai karakter kerja keras tokoh Bu
Muslimah dalam film Laskar Pelangi, belum sama sekali ada yang
meneliti. Tetapi ada beberapa penelitian relevan yang sama kaitannya
dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut, Isnaeni (2016)
melakukan penelitian dengan judul “Profil Guru Pada Tokoh Muslimah
dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan profil guru pada tokoh Muslimah. Penelitian
ini menggunakan metode analisis isi dan hasilnya menunjukkan tokoh
Muslimah memiliki kompetensi pendagogik, kompetensi profesional,
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang meliputi karakter
Muslimah yaitu memiliki pribadi yang mantap, stabil, dewasa, disiplin,
arif, berwibawa, berakhlak mulia, kerja keras serta bertanggung jawab
terhadap profesinya.
Dewi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Karakter Ikal
dalam Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan karakter Ikal. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut; (1) Karakter Ikal masa kecil adalah selalu
bersyukur, peduli, teguh pada pendirian, selalu ingin tahu, jujur,
bertanggung jawab, kerja keras, tekun, sportif, religius, bersahabat,
penghayal, pesimis, putus asa, cerdas, percaya diri, cinta, hormat, dan
pandai berterima kasih, setia, memuji, menghargai orang lain, berani. (2)
Karakter Ikal masa remaja adalah selalu bersyukur, jujur, tekun, setia,
percaya diri, teliti, dan marah. (3) Karakter Ikal masa dewasa adalah selalu
bersyukur, komitmen/teguh pada pendirian, keingintahuan, sabar, jujur,
tekun, sportif, kesetabilan emosi, dan religius.
Habibah (2012) melakukan penelitian dengan judul “Penokohan
Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuannya
adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai penokohan guru dalam
novel Laskar Pelangi terutama dalam penokohan Ibu Muslimah dan Pak
Harfan. Hasil penelitian ini terdapat beberapa nilai positif yang dapat
dicontoh dari penokohan protagonis yaitu dari Ibu Muslimah dan Pak
Harfan yang memiliki karakter tulus, sabar, ikhlas, antusias, pekerja keras,
berwibawa, motivatoris, teladan, penuh kasih sayang, optimis, religius,
demokratis, konsisten, profesional, jujur, dan disiplin. Selain itu juga
terdapat penokohan guru yang memiliki sifat antagonis.
Hilman (2010) melakukan penelitian dengan judul “Profil Guru
Ideal (Studi Tokoh Muslimah dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kepustakaan.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan profil guru ideal dalam novel Laskar
Pelangi serta untuk mengetahui kontribusi novel Laskar Pelangi terhadap
pembentukan guru PAI yang ideal. Hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut; (1) profil guru ideal yang ditampilkan oleh Muslimah adalah guru
yang memiliki kesabaran, berilmu, pekerja keras, memiliki pandangan
jauh kedepan atau memiliki visi, adil dan bijak terhadap siswa, memahami
kondisi siswa dan mudah memberikan pujian terhadap siswanya. (2)
Kontribusi yang bisa diberikan novel Laskar Pelangi terhadap
pembentukan guru Pendidikan Agama Islam diantaranya menjadikan guru
semakin mencintai profesinya, menambah profesionalitas guru, menambah
inspirasi untuk mengembangkan metode belajar dan memiliki jiwa
motivator.
Berikut tabel persamaan, perbedaan dan orisinalitas dari kajian
penelitian relevan.
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Orisinalitas
1 Ngaliat
ul
Isnaeni
(2016)
Profil Guru
Pada Tokoh
Muslimah
Dalam
Novel
Laskar
Pelangi
Karya
Andrea
Hirata.
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
membahas
mengenai
tokoh Bu
Muslimah
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Ngaliatul
lebih
menekankan
pada
bagaimana
profil Bu
Muslimah
sebagai guru
(mencakup
kompetensi
umum yang
dimiliki
seorang guru)
dan obyek
yang diteliti
berupa novel
Laskar
Pelangi.
Penelitian
terfokus
pada
karakter Bu
Muslimah
sebagai guru
dalam film
Laskar
Pelangi
khususnya
nilai karakter
kerja keras
dalam
mendidik
siswa.
2 Liana
Dewi,
dkk
(2013)
Karakter
Ikal Dalam
Tetralogi
Laskar
Pelangi
Karya
Andrea
Hirata
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
membahas
mengenai
karakter
tokoh.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Liana,
dkk lebih
menekankan
pada karakter
umum tokoh
Ikal dari usia
kecil, remaja,
hingga
dewasa. Dan
obyek
penelitiannya
adalah novel
Laskar
Pelangi.
Penelitian
terfokus
pada
karakter Bu
Muslimah
sebagai guru
dalam film
laskar
pelangi
khususnya
nilai karakter
kerja keras
dalam
mendidik
siswa.
3 Habiba Penokohan Penelitian Penelitian Penelitian
h
(2012)
Guru dalam
Novel
Laskar
Pelangi
Karya
Andrea
Hirata
yang
dilakukan
sama-sama
membahas
tentang
guru
terlebih Ibu
Muslimah
dan Pak
Harfan.
yang
dilakukan
oleh Habibah
lebih
menekankan
pada tokoh
guru
protagonis
yaitu Ibu
Muslimah
dan Pak
Harfan
dimana
diperjelasnya
karakter
umum pada
kedua tokoh
tersebut. Dan
obyek
penelitiannya
novel Laskar
Pelangi.
terfokus
pada
karakter Bu
Muslimah
sebagai guru
dalam film
Laskar
Pelangi
khususnya
nilai karakter
kerja keras
dalam
mendidik
siswa.
4 Iim
Hilman
(2010)
Profil Guru
Ideal (Studi
Tokoh
Muslimah
dalam
Novel
Laskar
Pelangi
Karya
Andrea
Hirata)
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
membahas
mengenai
tokoh Bu
Muslimah
sebagai
guru.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Iim lebih
menekankan
pada profil
guru ideal
yang
digambarkan
Bu Muslimah
dalam novel
Laskar
Pelangi.
Penelitian
terfokus
pada
karakter Bu
Muslimah
sebagai guru
dalam film
Laskar
Pelangi
khususnya
nilai karakter
kerja keras
dalam
mendidik
siswa. Tabel 2. Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah konsep pemikiran yang dilakukan
peneliti untuk melakukan penelitiannya. Kerangka berpikir digunakan
untuk mempermudah peneliti mencapai tujuan penelitian. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini membahas karakter tokoh Bu Muslimah
sebagai guru dalam film Laskar Pelangi khususnya paa nilai karakter kerja
kerasnya. Analisis ini bertujuan mendeskripsikan karakter tokoh Bu
Muslimah dan bagaimana pengimplementasian nilai karakter kerja
kerasnya dalam dunia pendidikan. Berikut adalah bagan kerangka berpikir
penelitian yang dilakukan peneliti:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Film Laskar Pelangi
karya Riri Riza
Tokoh Bu Muslimah
sebagai Guru
Analisis Karakter
Tokoh
Nilai Karakter Kerja Keras
Implementasi Nilai Karakter Kerja Keras
Tokoh Bu Muslimah dalam Dunia Pendidikan
Simpulan Peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis
atau lisan dari orang – orang yang diamati (Rubiyanto, 2019:59).
Sedangkan menurut Nasution (2003: 18), berpendapat penelitian
kualitatif disebut juga naturalistik karena dilakukan dengan setting atau
latar yang alami atau natural. Penelitian kualitatif pada hakekatnya
ialah mengamati obyek atau subjek secara langsung, oleh karena itu
peneliti harus terjun langsung untuk memperoleh data. Berdasarkan
pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke
lapangan guna mendapat data – data deskriptif berupa kata – kata
tertulis maupun lisan sesuai fakta yang terjadi di lapangan.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data
yang sebenarnya atau data yang pasti. Berdasarkan pemilihan
obyeknya, peneliti bermaksud menganalisis struktur tanda dan makna
pada salah satu tokoh dalam film Laskar Pelangi.
Dalam penelitian ini menggunakan media film sebagai obyek
penelitian. Untuk itu, peneliti menggunakan pendekatan dengan
metode analisis isi (content analysis) karena dalam pelaksanaannya
meliputi analisis secara rinci dan interpretasi tentang arti dan data yang
diperoleh. Content analysis merupakan teknik yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan
yang penggarapannya dilakukan dengan obyektif dan sistematif.
Analisis isi digunakan untuk memaparkan kandungan nilai – nilai
dalam karya sastra dengan memperhatikan konteks. Dalam karya
sastra analisis isi digunakan untuk mengungkap makna simbolik yang
tersamar.
Dengan demikian, maka akan dapat di deskripsikan secara detail
dan mendalam tentang karakter tokoh Bu Muslimah serta nilai karakter
kerja kerasnya dalam film tersebut.
B. Peranan Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti memiliki peranan mulai dari observasi
permasalahan awal hingga dapat kesimpulan akhir sesuai alur yang
direncanakan peneliti. Peran peneliti sebagai perencanaan penelitian,
pengumpul data, dan menganalisis data hingga menarik kesimpulan
data yang didapat dari penelitiannya. Maka dari itu, peneliti sangat
berperan penting dan peneliti juga berperan sebagai pendamping objek
yang akan ditelitinya.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dan disajikan dalam
penelitian ini berupa data kualitatif. Data yang ada berupa kata –
kata yang diperoleh melalui informasi lisan maupun tulisan. Data
ini diperoleh melalui analisis dari jurnal dan sumber yang memuat
tentang film “Laskar Pelangi” yang selanjutnya dianalisis karakter
tokohnya.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subyek darimana data itu diperoleh.
Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh secara
langsung dari lapangan atau tempat penelitian (Nasution: 157).
Data ini dapat diperoleh melalui analisis film. Dalam penelitian
ini, peneliti berperan sebagai pengamat, dimana peneliti
mengamati dan menganalisis karakter tokoh Bu Muslimah
dalam film “Laskar Pelangi”.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang sekaligus
menjadi pelengkap data primer. Data ini didapat dari pihak
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Artinya melalui dua
atau seterusnya yang bukan dari peneliti. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah berbagai literatur yang relevan dengan
objek penelitian, baik berupa buku, artikel, jurnal, majalah,
website, dan blok di internet mengenai film “Laskar Pelangi”.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah tahap paling penting dalam
penelitian. Tujuan utama dari penelitian adalah pengumpulan data.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui simak-catat dan dokumentasi.
1. Simak - Catat
Sudaryanto (2015:203) mengatakan bahwa metode simak
adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan
cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan diteliti.
Seperti yang dijelaskan Tarigan dalam Budiawati (2016) bahwa
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Teknik simak ini
dilakukan karena objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
film. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat
data-data masalah yang terkait dengan karakter tokoh Bu
Muslimah hingga menelaah karakter yang menonjol dari Bu
Muslimah yaitu kerja kerasnya dalam film Laskar Pelangi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
terjadi. Menurut Sugiyono (2020), dokumentasi dapat berupa
tulisan, gambar, maupun karya monumental dari seseorang. Pada
penelitian ini dokumentasi yang dikumpulkan adalah berupa
gambar – gambar atau screenshoot scene dalam film yang
menunjukkan karakter tokoh Bu Muslimah.
Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data itu
sendiri yaitu dengan cara:
1. Mengidentifikasi film Laskar Pelangi dengan teknik simak-
catat sesuai dengan tujuan penelitian. Diamati dengan
pemutaran film.
2. Mengamati dan memahami scenario film sesuai langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu karakter
tokoh Bu Muslimah yang terdapat dalam adegan maupun dialog
dalam film tersebut. Selanjutnya untuk lebih spesifik lagi film
ini akan dibagi menjadi beberapa scene, yang mengandung nilai
karakter kerja keras Bu Muslimah dalam dunia pendidikan.
3. Setelah secene ditentukan, selanjutnya menganalisis scene-
scene tersebut yang mengandung nilai karakter kerja keras Bu
Muslimah.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh langsung melalui
simak-catat, dokumentasi, dan bahan – bahan lain sehingga mudah
dipahami. Berikut tahapan analisis data menurut Sugiyono (2008: 91) :
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih tema,
membuat kategori dan pola tertentu sehingga memiliki makna.
Reduksi data merupakan bentuk analisis untuk mempertajam,
memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data ke arah
pengambilan keputusan. Atau dengan kata lain reduksi data adalah
mengumpulkan hasil simak-catat, dokumentasi, dan hal lainnya
yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam tahap ini langkah yang ditempuh adalah
menguraikan apa saja karakter-karakter yang ada pada tokoh Bu
Muslimah sebagai guru dalam film Laskar Pelangi. Selanjutnya,
gambar dan suara dialog akan dinarasikan dalam bentuk teks tanpa
menghilangkan keutuhan cerita.
2. Display Data (Penyajian Data)
Display data merupakan proses penyajian data setelah
reduksi data. Penyajian data merupakan deskripsi dalam bentuk
narasi yang disusun secara logis dan sistematis yang mengacu pada
rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan
penelitian. Sajian data merupakan deskripsi mengenai kondisi rinci
untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan dalam
penelitian.
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengkategorisasian
untuk menentukan nilai karakter kerja keras pada tokoh Bu
Muslimah yang kemudian di dapat pengimplementasiannya dalam
dunia pendidikan dimana dari pengimplementasian itu berangkat
dari peristiwa-peristiwa konkret yang kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang sifatnya umum. Kasus-kasus yang
ada di film Laskar Pelangi dianalisis dan pemahaman yang
ditemukan dirumuskan dalam ucapan umum.
3. Kesimpulan
Data yang diperoleh sejak awal penelitian sebenarnya
sudah merupakan suatu kesimpulan. Namun kesimpulan itu belum
jelas dan masih bersifat sementara, kemudian meningkat sampai
pada tahap kesimpulan yang mantap, yaitu pernyataan yang telah
memiliki landasan yang kuat karena telah melalui proses analisis
data.
Pelaksanaan analisis dalam penelitian ini menggunakan (1)
reduksi data, yaitu proses untuk merangkum dan menganalisis data,
(2) display data, yaitu proses menyusun data secara sistematis
berdasarkan hasil reduksi, (3) kesimpulan, yaitu proses
pengambilan intisari dari hasil penyajian data.