bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/gandar apriliyandy bab...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan dibidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional, artinya dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian, untuk menunjang kesehatan yang optimal. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal, salah satunya perlu dilakukan pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit periodontal. Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Untuk mencegah akumulasi plak gigi, maka tindakan kebersihan mulut dengan pengendalian plak gigi sangat penting (Sriyono, 2005). Penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar salah satunya adalah karies gigi, karena kurangnya melakukan kebersihan gigi. Salah satu penyebabnya karena faktor perilaku, karena pada usia ini biasanya anak-anak menggemari makanan yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan setelah mengkonsumsi makanan Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: dangque

Post on 07-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi

dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan

dibidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional,

artinya dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan di

bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Upaya dibidang kesehatan

gigi perlu mendapat perhatian, untuk menunjang kesehatan yang optimal.

Pencapaian derajat kesehatan yang optimal, salah satunya perlu dilakukan

pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009).

Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di bidang kesehatan gigi dan

mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

periodontal. Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi dan

penyakit periodontal. Untuk mencegah akumulasi plak gigi, maka tindakan

kebersihan mulut dengan pengendalian plak gigi sangat penting (Sriyono,

2005).

Penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak

sekolah dasar salah satunya adalah karies gigi, karena kurangnya melakukan

kebersihan gigi. Salah satu penyebabnya karena faktor perilaku, karena pada

usia ini biasanya anak-anak menggemari makanan yang dapat merusak

kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan setelah mengkonsumsi makanan

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

tersebut, mereka jarang membersihkan gigi, sehingga dapat menyebabkan

terjadinya karies (Ahmad, 2006).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies

gigi dapat menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan pada gigi

ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika dibiarkan

berlanjut akan menjadi sumber infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan

keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan mengurangi frekuensi

kehadiran anak ke sekolah, menggangu konsentrasi belajar, mempengaruhi

asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang akan

mempengaruhi status gizi anak dna dapat berimplikasi pada kualitas sumber

daya manusia (Siagian, 2008).

Kejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai

akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung gigi, tetapi dapat

menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Dampak karies dari aspek

biologis akan dirasakan sakit atau nyeri pada gigi sehingga aktivitas belajar,

makan dan tidur terganggu, dari aspek estetikapun dapat menimbulkan

masalah psikososial (Tarigan, 2006).

Penyakit periodontal juga merupakan salah satu penyakit yang sangat

meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit

ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti halnya karies gigi, penyakit

periodontal juga lambat perkembanganya dan apabila tidak dirawat dapat

menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan

periodontal adalah gingivitis dan periodontitis (Samuel, 1994).

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

Cara menggosok gigi yang kurang baik menyebabkan plak pada gigi

mengumpul semakin banyak dan akan mengiritasi gingiva, dan berlanjut

merusak jaringan penyangga yang lebih dalam. Bila penyakit ini berlangsung

terus maka tulang penyangga lama kelamaan menjadi goyang dan sampai

pada akhirnya gigi yang terkena penyakit ini akan tanggal sendiri tanpa

pencabutan. Usaha pengendalian plak gigi dapat ditempuh melalui dua

cara yaitu secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis yaitu dengan

menggunakan pola gosok gigi yang benar, sedangkan cara kimiawi adalah

dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat antiplak (Sriyono, 2005).

Karies gigi terdapat di seluruh dunia tanpa memandang umur, bangsa

ataupun keadaan ekonomi. Penelitian di negara-negara Eropa, Amerika,

Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah umur 18

tahun terserang karies gigi. Anak usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan

90% pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan

Amerika Latin, prevalensi terendah terdapat di Afrika. Karies merupakan

penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Anak usia

antara 6-12 tahun atau anak usia sekolah masih kurang mengetahui dan

mengerti memelihara kebersihan gigi dan mulut, terbukti pada angka nasional

untuk karies gigi usia 12 tahun 76,62%. Target dan indikator yang ditetapkan

World Hearth Organization (WHO) adalah 90% anak umur 5 tahun bebas

karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi

berdasarkan indicator status kesehatan gigi dengan angka Decay Missing

Filled (DMF-T= 1) gigi, penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut

karena karies atau kelainan periodontial (Tarigan, 2006 dan Riskesdas, 2007).

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

Hasil analisis sederhana deskriptif penderita karies gigi dan faktor-

faktornya di Indonesia diambil dari sumber Riskesdas tahun 2007-2013 dan

Pusdatin serta Badan PPSDM. Menurut Riskesdas tahun 2013 terjadi

peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia

dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4% menjadi 53,2%. Suatu

peningkatan yang cukup tinggi jika dilihat dari kacamata besaran kesehatan

masyarakat. Terlebih jika di konversikan ke dalam jumlah absolut penduduk

Indonesia. Data estimasi olahan Pusdatin tentang penduduk usia 15 tahun ke

atas sebesar 176.689.336 jiwa, maka di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa

yang menderita karies aktif. Untuk provinsi Jawa Tengah sendiri terjadi

kenaikan dari 43,1% menjadi 47,6%. Selanjutnya bila ditinjau dari kelompok

umur (menurut WHO) penderita karies aktif terjadi peningkatan pula

prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar

pada usia 12 tahun (13,7%) (Budijanto, 2014).

Data dari Riskesdas tahun 2013 juga menunjukan untuk perilaku

benar dalam menggosok gigi ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia

menggosok gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore (76,6%).

Menggosok gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur

malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3% (3,8% menggosok gigi

sesudah makan pagi dan 27,3% sebelum tidur malam). Provinsi tertinggi

untuk perilaku menggosok gigi dengan benar adalah Sulawesi Barat yaitu

8,0%, yang terendah adalah Provinsi Lampung yaitu 0,4%. Provinsi Jawa

Tengah sendiri untuk perilaku benar dalam menggosok gigi hanya 1,7%

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

(menggosok gigi sesudah makan pagi sebesar 2,9% dan sebelum tidur malam

sebesar 21,2%).

Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi

menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar

penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Selanjutnya SKRT

tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan

prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari

penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011) bahwa di Jakarta, 90% anak

mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi.

Angka ini diduga akan lebih parah lagi di daerah-daerah, serta anak-anak dari

golongan ekonomi menengah ke bawah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anitasari pada tahun

2004 didapatkan hasil penilaian tingkat kebersihan gigi mulut dengan

menggunakan indeks OHI-S pada 1650 siswa Sekolah Dasar Negeri kelas 1

sampai 6 di dapatkan 6,73% siswa keadaan kebersihan gigi dan mulut baik,

59,03% sedang dan 34,24% buruk.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2013 tentang

pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui program UKGS,

melaporkan bahwa dari 29.841 siswa, telah mendapat pemeriksaan sebanyak

14.893 siswa dan terdapat sebanyak 11.018 (73,98%) siswa sekolah dasar

yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut namun hanya 8.819

siswa atau 80,0% nya yang mendapatkan perawatan (Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas, 2013).

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

Di wilayah Kecamatan Somagede di tahun 2013 prevalensi karies gigi

pada anak sekolah dasar kelas 1 mencapai 77,68% atau sekitar 456 siswa.

Sedangkan dari data hasil penjaringan siswa baru pada awal tahun 2014 dari

jumlah siswa kelas 1 sebanyak 568, yang diperiksa 551 didapatkan prevalensi

angka karies sebesar 86,75% (478 siswa) yang menderita karies gigi (Profil

Puskesmas Somagede, 2013).

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri II Somagede,

jumlah siswanya sebanyak 227 dimana jumlah siswa kelas I-III adalah 102

siswa. Dimana kelas I berjumlah 37 siswa, kelas II berjumlah 29 siswa dan

kelas III berjumlah 36 siswa. Dari hasil pemeriksaan didapatkan 78 siswa

(76,47%) mengalami karies gigi. Dan dari hasil pengukuran indeks plak gigi

pada 10 siswa didapatkan hasil 10% dikategorikan baik, 40% dikategorikan

sedang dan 50% dikategorikan buruk. Keterangan yang disampaikan oleh

kepala sekolah, penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut belum pernah

dilaksanakan di sekolah tersebut, hanya ada kegiatan penjaringan siswa baru

di awal tahun oleh petugas Puskesmas Somagede.

Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan

pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga berarti individu tadi telah

melakukan tindakan pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan

mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi. Tujuan

menggosok gigi adalah untuk menghilangkan dan menghambat pembentukan

plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi

jaringan gingiva, mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal atau sensitivitas

(Sriyono, 2005).

Dilihat dari segi usia rentannya anak yang terkena penyakit, maka

penyuluhan terutama ditujukan pada golongan yang rawan terhadap gangguan

kesehatan gigi dan mulut yaitu anak usia sekolah dasar. Pada usia ini, struktur

giginya termasuk jenis gigi bercampur (masa gigi bercampur) antara gigi susu

dan gigi permanen, sehingga rentan mengalami karies gigi, selain itu juga

anak usia sekolah dasar kurang dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut

(Romadhona, 2009). Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk

melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok

gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor

yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan

mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut

juga di pengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta

frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Riyanti, 2005).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh

penyuluhan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang benar dengan

metode ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek terhadap

penghambatan pembentukan plak gigi pada siswa kelas I-III di Sekolah Dasar

Negeri II Somagede, Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas menunjukkan

bahwa plak gigi yang dibiarkan atau tidak dilakukan pembersihan akan

menyebabkan terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Salah satu

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

tindakan pencegahanya adalah dengan menggosok gigi dengan baik dan

benar, dan pada usia sekolah dasar merupakan waktu yang ideal untuk

melatih kemampuan motorik seorang anak termasuk mengajarkan cara

menggosok gigi.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk merumuskan identifikasi

masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang

menggosok gigi yang benar dengan metode ceramah, demonstrasi, disertai

media video dan praktek terhadap penghambatan pembentukan plak gigi pada

siswa kelas I-III Sekolah Dasar Negeri II Somagede di Kecamatan

Somagede?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

kesehatan tentang menggosok gigi dengan metode ceramah, demonstrasi

disertai media video dan praktek terhadap penghambatan pembentukan

plak gigi pada siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede di Kecamatan

Somagede.

2. Tujuan khusus

a) Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, jenis kelamin siswa

kelas I-III SD Negeri II Somagede.

b) Untuk mengetahui gambaran skor plak gigi sebelum dan sesudah pada

kelompok intervensi siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede.

c) Untuk mengetahui karakteristik skor plak gigi sebelum dan sesudah

pada kelompok kontrol siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede.

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

d) Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan tentang

menggosok gigi terhadap skor plak gigi pada kelompok intervensi

siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pemahaman seta pengalaman melalui

penelitian tentang perilaku menggosok gigi pada siswa sekolah dasar.

2. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Dapat digunakan sebagai koreksi terhadap perilaku menggosok gigi yang

benar selama ini pada siswa SD Negeri II Somagede.

3. Bagi Institusi Sekolah Dasar

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi guru dan

kepala sekolah dalam melaksanakan program pendidikan tentang

kesehatan gigi dengan seksama.

4. Bagi Institusi Puskesmas

Dapat memberikan masukan bagi institusi untuk lebih menggiatkan lagi

program UKGS ke sekolah dasar.

5. Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan

Dapat menambah pengetahuan betapa pentingnya kesehatan gigi sehingga

perlu dilakukan perawatan gigi dengan benar dan juga untuk dijadikan

salah satu informasi ilmiah bagi penelitian yang lebih lanjut pada manusia

sehingga berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Isrofah dan Eka (2007) dengan judul

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap

Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta. Jenis

penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental one group pretest

and posttest design, dengan sampel 30 responden siswa-siswi kelas III

dan IV. Uji statistik yang digunakan adalah uji t test (paired sample t

test). Pencarian datanya menggunakan kuesioner tentang pengetahuan

dan sikap tentang kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap

pengetahuan anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut, tetapi tidak berpengaruh terhadap sikap anak usia sekolah dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Persamaan penelitian ini adalah pada responden penelitian sama-

sama pada usia sekolah dasar dan melakukan intervensi berupa

penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut. Perbedaanya

dalam penelitian yang dilakukan peneliti intervensinya menggunakan

metode ceramah, demonstrasi disertai video dan praktek dan mempunyai

kelompok kontrol.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Anitasari (2004) dengan judul

Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan

Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya

Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode

observasional pada 1650 siswa Sekolah Dasar Negeri kelas I-VI

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

Kecamatan Palaran Samarinda. Instrumen yang digunakan adalah

kuesioner dan menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified.

Analisis data menggunakan rumus chi-square. Hasil penelitiannya adalah

terdapat hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan

gigi dan mulut siswa SD N Palaran, dimana siswa SD yang sudah pernah

mendapatkan penyuluhan dan pelatihan menggosok gigi dengan baik dan

benar tingkat kebersihan mulut mereka rata-rata 3 dengan kriteria sedang.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah sama-

sama meneliti tentang menggosok gigi pada anak Sekolah Dasar.

Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah peneliti menggunakan

metode eksperimen, analisis data menggunakan uji independent sample t

test serta instrumen pengukuranya menggunakan indeks PHP (Personal

Higyene Performance).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aji Priyono (2012) dengan judul

Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Disertai

Media Video Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas 1 Tentang

Kesehatan Gigi Di SD dan MI Adipasir Kecamatan Rakit Kabupaten

Banjarnegara. Jenis penelitianya adalah pre eksperimen design dengan

rancangan one group pre test-post test design. Jumlah sampelnya 92 anak

yang ditentukan secara total sampling. Uji yang digunakan adalah t-

paired (berpasangan). Hasil penelitianya menunjukan bahwa penyuluhan

kesehatan gigi dengan metode ceramah disertai media video secara

signifikan meningkatkan pengetahuan dan sikap anak tentang kesehatan

gigi di SD dan MI Adipasir Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara.

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5876/2/Gandar Apriliyandy BAB I.pdfKejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai ... (DMF-T= 1) gigi,

Penelitian ini mempunyai persamaan dalam hal jenis penelitianya

yaitu eksperimen. Tetapi yang membedakan adalah desain penelitian

peneliti adalah desain pretest-postest control group design, intervensi

peneliti adalah penyuluhan dengan metode ceramah, demonstrasi disertai

media video dan praktek, serta peneliti mengukur skor plak gigi

responden penelitian.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Emita Kurniasari (2012) dengan judul

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Simulasi

Ular Tangga Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Aplikasi

Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi.

Jenis penelitianya adalah quasy experimental dengan rancangan

penelitian pretest posttest control group design. Uji statistik yang

digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil p value

sebesar <0,005, sehingga dapat di simpulkan ada perbedaan yang

signifikan terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan

gosok gigi pada anak usia sekolah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Emita Kurniasari (2012) adalah terletak pada metode intervensi

penelitian, pada penelitian Emita yaitu intervensi dengan metode

simulasi ular tangga sedangkan penelitian ini menggunakan metode

ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek. Persamaanya

terletak pada responden penelitian yaitu sama-sama pada siswa sekolah

dasar dan mempunyai kelompok kontrol.

Pengaruh Penyuluhan Menggosok..., Gandar Apriliyandy, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014