bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan jaman yang semakin maju Sejalan dengan
perkembangan teknologi, para ahli di bidang kesehatan dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, hal ini bersesuaian
dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menjelaskan bahwa tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Kewajiban tersebut dapat
dilaksanakan, salah satunya dengan melakukan penelitian kesehatan untuk
menemukan teknologi-teknologi baru yang dapat menunjang kehidupan manusia
agar menjadi lebih baik, penemuan vaksin terhadap virus-virus tertentu, teori–
teori baru yang menjelaskan fenomena di bidang kesehatan atau sekedar metode
yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Penelitian kesehatan dalam
pelaksanaannya agar sesuai dengan tujuan dan kebutuhan peneliti terkadang
menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, hal ini juga dilakukan agar
penelitian memberikan hasil yang maksimal.
Penelitian Kesehatan yang menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian pada mulanya dilakukan dalam The Nazi Human Experimentation.
Eksperimen tersebut adalah suatu rangkaian percobaan biadab dengan
menggunakan manusia sebagai kelinci percobaan yang juga dilakukan atas nama
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
ilmu pengetahuan dan kepentingan militer.1 Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, di
kalangan kedokteran timbul kesadaran akan pentingnya untuk menyusun
pegangan tertulis bagi para dokter dalam melakukan penelitian medik mereka.
Bulan April 1947, Dr. Leo Alexander mengajukan enam butir prinsip batasan
penelitian medik yang baik kepada Dewan Kejahatan Perang. Pengadilan
memutuskan untuk menerima butiran ini dan menambah empat butir lagi yang
dikemudian hari sepuluh butir prinsip ini dikenal sebagai “Nuremberg Code”.
Nuremberg Code sendiri terdiri dari berbagai prinsip dasar umum seperti asas
kesediaan (informed consent) dan penghilangan paksaan, formulasi eksperimen
ilmiah yang baik dan manfaat bagi partisipan eksperimen.
“Sepuluh prinsip Nuremberg code tersebut antara lain:2
1. Persetujuan sukarela dari subjek manusia adalah keintian yang
mutlak.
2. Eksperimen harus sedemikian rupa untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi kebaikan masyarakat, tidak dapat disediakan
oleh metode atau alat penelitian lain, dan bukan sesuatu yang
memiliki karakter acak atau tidak perlu.
3. Eksperimen harus dirancang dan didasarkan pada hasil eksperimen
binatang dan pengetahuan dari riwayat alamiah penyakit atau
masalah lain di bawah penelitian dengan hasil yang dapat
diantisipasi yang membenarkan kinerja eksperimen.
4. Eksperimen harus dilakukan untuk menghilangkan penderitaan dan
cedera fisik dan mental yang tidak diperlukan.
5. Tidak ada eksperimen yang boleh dilaksanakan ketika disana
terdapat alasan apriori untuk meyakini bahwa kematian atau cedera
kecacatan akan terjadi, kecuali mungkin pada eksperimen-
eksperimen di mana dokter eksperimental juga bertindak sebagai
subjek.
6. Tingkat risiko yang diambil harus tidak pernah melampaui yang
ditentukan oleh kepentingan kemanusiaan dari masalah yang
hendak dipecahkan oleh eksperimen.
1 Aliah Hasan, 2009, Kode Etik Psikologi dan Ilmuan Psikologi, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hlm. 28.
2 Ibid.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
7. Persiapan yang layak harus dibuat dan fasilitas yang sesuai harus
disediakan untuk melindungi subjek eksperimental menghadapi
bahkan kemungkinan cedera, kecacatan atau kematian yang langka.
8. Eksperimen harus dilaksanakan hanya oleh orang yang memiliki
kualifikasi secara ilmiah. Tingkat tertinggi dari keterampilan dan
perawatan harus merupakan persyaratan pada seluruh tahap
eksperimen bagi siapa yang melaksanakan atau terlibat dalam
eksperimen.
9. Selama pelaksanaan eksperimen terhadap subjek manusia harus
terdapat kebebasan dalam melakukan penghentian eksperimen di
mana keberlanjutan eksperimen bagi dirinya terlihat tidak
mungkin.
10. Selama pelaksanaan eksperimen, ilmuwan yang bertanggung jawab
bersiap untuk menghentikan eksperimen pada setiap tahap, jika dia
memiliki penyebab yang mungkin dapat dipercayai dan
keterampilan yang unggul dan pertimbangan yang hati-hati yang
dibutuhkannya untuk melihat bahwa keberlanjutan eksperimen
akan menghasilkan cedera, kecacatan atau kematian dari subjek
eksperimental.”
Prinsip-prinsip yang diberikan oleh Nuremberg Code untuk praktik
kedokteran ini kemudian meluas ke seluruh dunia setelah perang dunia kedua3.
Menyusul kode etik ini, World Medical Association mengadakan Deklarasi
Jenewa (1948) dan kemudian diikuti Deklarasi Helsinki (1964).4 Deklarasi
Helsinki memuat prinsip etika, dimana kepentingan subjek harus diatas
kepentingan lain. Seorang dokter harus bertindak demi kepentingan pasiennya,
dan tidak dapat melakukan tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua
pernyataan yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia
sebagai subjek, yaitu:
1. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan
dengan komunitas.
3 Pendahuluan Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
4 Kata Pegantar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada Pedoman
Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
2. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan
terbaik yang ada.
Declaration of Helsinki menetapkan bahwa selain diperlukan informed
consent dari subjek penelitian, diperlukan juga ethical clearance yang dikeluarkan
oleh Komisi Etik5. Pedoman etik pada penelitian kesehatan diterbitkan oleh
Council of International Organization of Medical Science (CIOMS) dengan
bantuan Badan Kesenatan Dunia (WHO) pada tahun 1991.6 Selanjutnya CIOMS
dan WHO pada tahun 1993 menerbitkan pedoman etika dalam penelitian
Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman bagi banyak negara termasuk
Indonesia.7
Keberadaan kode etik dalam pelaksanaan penelitian kesehatan pada
dasarnya menunjukkan pentingnya pengakuan dan penegakkan hak asasi
manusia8, selain The Nuremberg Code dan Deklarasi Helsinki yang dijadikan
pedoman di Indonesia dalam melakukan penelitian kesehatan, terdapat pedoman
hukum internasional lainnya yang juga digunakan di Indonesia sebagai pedoman
pelaksanaan penelitian kesehatan antara lain adalah Universal Declaration of
Human Right (1948), Operational Guidelines for Ethics Committee that Review
Biomedical Reasearch (2000), dan International Ethical Guidelines for
Biomedical Reasearch Involving Human Subjects (2002) yang kemudian aturan-
aturan tersebut nilai-nilainya diadopsi di Indonesia melalui Peraturan Pemerintah
5 Prinsip ke-13 Basic Principles For All Medical Research Declaration of Helsinki, 2000.
6 International Ethical Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects.
7 Pendahuluan Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
8 Idem.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan9 serta
peraturan lain yang berkaitan dengan penelitian kesehatan seperti butir - butir
pedoman, buku komisi nasional etik penelitian kesehatan.10
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1995 tentang Penellitian dan
Pengembangan Kesehatan, terdapat bab khusus yang mengatur tentang penelitian
dan pengembangan kesehatan terhadap manusia, dalam bab IV, Pasal 8 ayat (1)
menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap manusia
hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia yang
bersangkutan, hal ini memperlihatkan bahwa persetujuan dari subjek penelitian
merupakan hal yang sangat penting serta menunjukkan penegakkan hak asasi
manusia yakni hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Hak asasi manusia dalam diri seorang subjek penelitian memerlukan
peranan dokter sebagai peneliti agar pemenuhan hak asasi tersebut dapat
ditegakkan secara optimal. Adapun hubungan yang ditimbulkan antara dokter
sebagai peneliti dan pasien sebagai subjek penelitian merupakan inspanning
verbintenis, yakni adalah upaya sebaik-baiknya dari dokter untuk penyembuhan
pasien yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati.11
Pada dasarnya Inspanning
verbentenis dikenal dalam perjanjian antara dokter dan pasien, yang menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan pengobatan, dokter dan pasien harus berdasarkan asas
9 Kata Pengantar Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
10
Ibid.
11
Chrisdiono Achadiat, 2007, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman, EGC, Jakarta, hlm. 107.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
kepercayaan (fiduciary relationship),12
namun Inspanning verbisntenis juga
berlaku dalam hubungan hukum antara subjek penelitian dan peneliti karena
dalam penelitian kesehatan, yang menjadi subjek peneliti merupakan pasien yang
menjalani pengobatan dan peneliti adalah dokter yang melaksanakan pengobatan.
Kesimpulan dari hal tersebut bahwa hubungan hukum antara peneliti dan subjek
penelitian tidak dapat dilepaskan dari hubungan hukum dokter dan pasien.
Inspanning verbentenis menjelaskan bahwa peranan dokter sangat penting
dikarenakan pasien akan percaya penuh atas tindakan yang dilakukan oleh dokter
atas dirinya,13
oleh karena itu, seorang dokter harus memperhatikan kewajiban
yang ada pada dirinya, menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014, dalam
Pasal 58, tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:
1. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika
profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
2. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;
3. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
4. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
5. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain
yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
12
Black’s Law Dictionary, 7 ed, 1999, West Publishing Com- pany, Minnesota.
13
Chisdiono Achadiat, loc. cit.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Serta dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia, seorang dokter memiliki
kewajban terhadap pasien yakni :
1. Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.14
2. Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam
beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.15
3. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.16
4. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya.17
Dokter sebagai peneliti selain harus menjalankan kewajibannya sebagai
dokter tentu juga harus berfokus kepada integritas peneliti sebagai ilmuan.
Integritas peneliti melekat pada ciri seorang peneliti yang mencari kebenaran
ilmiah, dalam penelitian ilmiah seorang peneliti harus menerapkan metode ilmiah
14
Pasal 14 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
15
Pasal 15 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
16
Pasal 16 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
17
Pasal 17 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
yang bersandar pada sistem penalaran ilmiah yang teruji.18
Sistem ilmu
pengetahuan modern merupakan sistem yang dibangun atas dasar kepercayaan.
Bangunan sistem nilai ini bertahan sebagai sumber nilai objektif karena koreksi
yang tak putus-putus yang dilakukan sesama peneliti. Sesuai dengan asas-asas dan
nilai-nilai keilmuan tersebut seorang peneliti memiliki 4 (empat) tanggung jawab,
yaitu:19
1. Terhadap proses penelitian yang memenuhi baku ilmiah.
2. Terhadap hasil penelitiannya yang memajukan ilmu pengetahuan
sebagai landasan kesejahteraan manusia.
3. Kepada masyarakat ilmiah yang memberi pengakuan di bidang
keilmuan peneliti tersebut itu sebagai bagian dari peningkatan
peradaban manusia.
4. Bagi kehormatan lembaga yang mendukung pelaksanaan penelitiannya.
Peranan dokter dalam penelitian kesehatan sebagai yang melakukan upaya
penyembuhan terhadap pasien sekaligus tetap mempertahankan integritasnya
sebagai ilmuan sangatlah penting dalam penelitian kesehatan karena sejatinya
penelitian kesehatan merupakan kegiatan yang di dalamnya memadukan etik
akademik sekaligus bioetik sehingga selain harus memiliki kemampuan yang
telah disebutkan di atas, dokter sebagai peneliti juga harus melihat tujuan
penelitian kesehatan yang dapat memberi manfaat bagi pihak pasien dan manfaat
18
Tinjauan Umum Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor
06/E/2013 Tentang Kode Etika Penelitian.
19
Ibid.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
bagi peneliti yaitu untuk kepentingan ilmu pengetahuan20 serta kemungkinan atau
probabilitas yang terjadi setelah penelitian kesehatan dilakukan, yaitu:21
1. Penelitian berhasil dan kondisi subjek penelitian membaik
2. Penelitian berhasil tapi kondisi sujek penelitian memburuk atau bahkan
cacat;
3. Penelitian berhasil tapi subjek penelitian meninggal;
4. Penelitian gagal dan konsidi subjek penelitian memburuk atau cacat;
dan
5. Penelitian gagal dan subjek penelitian meninggal.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 menjelaskan pula bahwa
dalam penelitian kesehatan, pelaksanaannya wajib dilakukan dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan
masyarakat yang bersangkutan serta penyelenggara penelitian dan pengembangan
kesehatan berkewajiban menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi
atau keluarga atau masyarakat yang bersangkutan.
Permasalahan terkait penelitian kesehatan timbul manakala dokter sebagai
peneliti menghadapi pertentangan batin antara tugas dan kewajibannya sebagai
seorang dokter kewajibannya sebagai peneliti di samping itu, terdapat kepentingan
pasien sebagai subjek penelitian yang harus dipenuhi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui bagaimanakah peran dokter
sebagai peneliti dalam penelitian kesehatan serta tanggung jawabnya dalam
20
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia (AIFI) dan
Universitas YARSI, 2013, hlm 20.
21
Ibid.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
pemenuhan hak-hak pasien yang menjadi subjek penelitian kesehatan? Serta
apakah peraturan perundang-undangan di Indonesia telah secara ideal mengatur
mengenai pelaksanaan penelitian kesehatan ? Hal-hal tersebut menjadi alasan
ketertarikan bagi penulis untuk meneliti dan lebih jauh mengenai hal ini dan
mengambil judul “Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan
terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasien sebagai Subjek Penelitian Kesehatan.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penulisan penelitian hukum ini adalah :
1. Bagaimana peranan dan tanggung jawab dokter sebagai peneliti dalam
penelitian kesehatan terhadap penegakkan hak asasi pasien sebagai
subjek penelitian?
2. Apakah pengaturan yang mengatur mengenai penelitian kesehatan di
Indonesia sudah ideal untuk melindungi hak asasi pasien sebagai
subjek penelitian? Mengapa demikian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hal-hal yang menjadi tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Objektif
Secara objektif, penelitian ini bertujuan untuk :
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
a. Mengetahui dan mengkaji apa saja peran dan tanggung jawab
dokter sebagai peneliti dalam penelitian kesehatan terhadap pasien
yang menjadi subjek penelitian.
b. Mengetahui dan mengkaji peraturan di Indonesia yang mengatur
mengenai penelitian kesehatan apakah sudah ideal untuk
melindungi hak asasi pasien sebagai subjek penelitian
dibandingkan dengan pengaturan yang digunakan di negara selain
Indonesia.
2. Tujuan Subjektif
Penelitian ini juga untuk memenuhi rasa keingintahuan penulis untuk
mencari jawaban dari rumusan masalah yang tersebut di atas serta memenuhi
salah satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan strata satu.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang membahas peran dokter
dalam penelitian kesehatan, akan tetapi telah terdapat penelitian yang membahas
mengenai penelitian kesehatan manusia, namun sudut pandang yang digunakan,
objek penelitiannya dan rumusan masalah yang diangkat sangatlah berbeda
dengan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelusuran terhadap judul penelitiani
yang ada pada Universitas Gadjah Mada maupun bukan, peneulis menemukan
beberapa judul penelitian akan tetapi penelitian tersebut berupa thesis, yakni :
1. Tinjauan Yuridis Terhadap Penelitian Kedokteran Pada Manusia
Dihubungkan Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Juncto Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dibuat oleh Ika
Roseliyana Pada tahun 2001, Universitas Andalas. Penelitian ini
menitikberatkan pada kajian yuridis-empiris mengenai penelitian
kedokteran dengan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 1995 tentang penelitian dan pengembangan kesehatan serta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai
sumber bahan hukum primer. Rumusan masalah dalam penelitian
tersebut menyangkut bagaimanakah pengaturan penelitian kedokteran
pada manusia dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995
dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 serta
bagaimana ketentuan yuridis mengenai penelitian kesehatan.
Kesimpulan dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa penelitian
kedokteran terhadap manusia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 1995 dan bahwa penelitian kesehatan dapat
dilaksanakan apabila mungkin akan ditemukan cara-cara baru yang akan
menguntungkan kesehatan masyarakat.22
2. Ethical Clearance Penelitian Kesehatan Pada Skripsi Mahasiswa S-1
Keperawatan dan Keokteran yang Mempergunakan Manusia Sebagai
Subjek Penelitian di Yogyakarta, dibuat oleh I Komang Yulitridana,
Program Studi Magister Hukum Kesehatan Fakultas Hukum Universitas
22
Ika Roseliyana, Tinjauan Yuridis Terhadap Penelitian Kedokteran Pada Manusia
Dihubungkan Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 Tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Juncto Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
Tesis. Fakultas Hukum, Universitas Andalas.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Gadjah Mada pada Tahun 2011. Peneitian tersebut menitkberatkan pada
pelaksanaan penggunaan Ethical Clearance dalam penelitian kesehatan
yang dilakukan oleh Mahasiswa Strata Satu sebagai peneliti dan
menggunakan manusia sebagai subjeknya. Rumusan masalah dalam
penelitian tersebut menyangkut apakah universitas telah mewajibkan
mahasiswa yang melakukan penelitian kesehatan yang menggunakan
manusia sebagai subjek penelitiannya wajib mendapatkan Ethical
Clearance serta apakah Ethical Clearance telah diterapkan oleh
mahasiswa sebagai peneliti dalam penelitian kesehatan yang
menggunkan manusia sebagai subjek penelitiannya. Kesimpulan dari
hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak semua universitas di
Yogyakarta mewajibkan mahasiswa dalam penelitian kesehatan
menggunakan ethical clearance serta bahwa tidak semua penelitian di
Rumah Sakit Kota Yogyakarta melampirkan ethical clearance.23
Penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian di atas. Dua penelitian di
atas tidak membahas secara spesifik mengenai perana dan tanggung jawab dokter
sebagai peneliti dalam penelitian kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian
ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan sesuai dengan asas-asas
keilmuan, yakni kejujuran, objektif, terbuka, dan rasional. Jika ternyata terdapat
penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat
saling melengkapi dan bersifat membangun.
23
I Komang Yulitridana, Ethical Clearance Penelitian Kesehatan Pada Skripsi Mahasiswa S-1
Keperawatan dan Keokteran yang Mempergunakan Manusia Sebagai Subjek Penelitian di
Yogyakarta, Tesis.Fakultas Hukum, UGM.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Negara
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran ataupun masukan
bagi pemerintah Indonesia terutama dalam pembentukan aturan hukum
yang dapat melindungi hak asasi manusia.
2. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu hukum dalam hukum perdata terutama
hukum kesehatan.
3. Bagi Dunia Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan
untuk dunia kesehatan mengenai penelitian kesahatan terutama yang
berkaitan dengan peranan dan tanggung jawab penyelenggara penelitian
kesehatan.
Peran dan Tanggung Jawab Dokter dalam Penelitian Kesehatan terhadap Penegakkan Hak Asasi Pasiensebagai Subjek Penelitian di RSUP Dokter Sardjito YogyakartaEKA RACHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/