bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.upi.edu/19563/4/s_mtk_1106553_chapter...

Download BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19563/4/S_MTK_1106553_Chapter 1.pdf · MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap

If you can't read please download the document

Upload: ngokhanh

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang

    memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika

    diberikan kepada peserta didik sejak dari sekolah dasar, sekolah menengah

    pertama, hingga sekolah menengah atas. Menurut Permendiknas no 22 tahun 2006

    (BSNP, 2006, hlm. 346), tujuan dari pelajaran matematika di sekolah adalah agar

    siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau

    algoritma secara luwes, akurat, efisien,dan tepat dalam pemecahan masalah.

    2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

    gagasan dan pernyataan matematika.

    3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

    yang diperoleh.

    4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

    untuk memperjelas keadaan atau masalah.

    5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

    serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    Berdasarkan tujuan tersebut, kemampuan koneksi matematis merupakan

    salah satu kemampuan matematis yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah.

    Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan menjelaskan keterkaitan

    antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

    pemecahan masalah. Hal tersebut diilhami karena ilmu matematika merupakan

    satu kesatuan, tidak terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah. Oleh

    karena itu, tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat

    terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM,

    2000, hlm. 275).

  • 2

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah, NCTM (2000,

    hlm. 29) menyatakan bahwa ada lima standar proses matematis yaitu kemampuan

    pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning),

    kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),

    dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan hal tersebut, salah

    satu daya matematis yang harus dikembangkan oleh siswa adalah kemampuan

    koneksi matematis. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka

    pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena

    mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks

    selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000, hlm.

    64).

    Pada hakekatnya, matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik

    mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling

    berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai implikasinya, maka dalam belajar

    matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki

    kemampuan koneksi matematis yang memadai. Bruner (Suherman, 2001, hlm. 45)

    menyatakan bahwa tidak ada konsep atau operasi dalam matematika yang tidak

    terkoneksi dengan konsep atu operasi lain dalm suatu sistem, karena suatu

    kenyataan bahwa esensi matematika merupakan sesuatu yang selalu terkait

    dengan sesuatu yang lain.

    Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mengaitkan konsep

    konsep matematika baik antar konsep dalam matematika itu sendiri maupun

    mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya (Ruspiani,

    2000, hlm. 68). Dalam pembelajaran matematika pemahaman siswa tentang

    koneksi antar konsep atau ide-ide matematika akan memfasilitasi kemampuan

    mereka untuk memformulasi dan memverifikasi konjektur secara induktif dan

    deduktif. Selanjutnya, konsep, ide dan prosedur matematis yang baru

    dikembangkan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah lain dalam

    matematika atau disiplin ilmu lainnya (Sumarmo, 2007, hlm. 117).

    Pada saat ide-ide matematika setiap hari dikoneksikan pada pengalamannya,

    baik di dalam maupun di luar sekolah, maka anak-anak akan menjadi sadar

    tentang kegunaan dan manfaat dari matematika. Hal ini sesuai dengan NCTM

  • 3

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    (1989, hlm. 32) yang menyatakan bahwa melalui koneksi matematis maka

    pengetahuan siswa akan diperluas, siswa akan memandang matematika sebagai

    suatu kesatuan yang utuh bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta siswa

    akan menyadari kegunaan dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di

    luar sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu pada salah satu

    konsep atau materi matematika yang sedang dipelajari, tetapi secara tak langsung

    siswa memperoleh berbagai konsep atau area pengetahuan yang berbeda, baik di

    dalam matematika maupun di luar matematika. Jadi sangatlah penting agar siswa

    dapat mengoneksikan antara ide-ide pengetahuan tersebut, yang akhirnya akan

    dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

    Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi

    matematis beberapa siswa SMP masih rendah. Hal tersebut didukung oleh

    beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang

    dilakukan oleh Ruspiani (Suhartini, 2014, hlm. 6) yang menyatakan bahwa

    kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematis masih rendah. Nilai rata-

    rata kemampuan koneksi siswa sekolah menengah di Indonesia sekitar 22% untuk

    koneksi matematis dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi matematis

    dengan bidang lain, dan 67,3% untuk koneksi matematis dengan kehidupan

    sehari-hari. Penelitian Programme for International Student Assessment (Mariana,

    2011, hlm. 2) menyatakankan bahwa 69% siswa Indonesia hanya mampu

    mengenali tema masalah tapi tidak mampu menemukan keterkaitan antartema

    masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki, dan penelitian yang dilakukan

    oleh Felasiva (2015) di salah satu SMP di Depok menyatakan bahwa sebagian

    besar siswa belum mampu menyelesaikan persoalan yang melibatkan lebih dari

    satu konsep matematika dan beberapa siswa mengalami kesulitan jika diberikan

    permasalahan matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

    Banyak faktor yang menyebabkan kemampuan koneksi matematis masih

    rendah, diantaranya adalah aspek afektif yaitu psikologi siswa. Aspek psikologi

    merupakan salah satu pendukung atau penunjang seseorang untuk berhasil. Hal

    tersebut didukung oleh Sabandar (2007, hlm. 2) yang menyatakan bahwa

    seseorang dapat dikatakan berhasil di dalam pembelajaran jika terjadi perubahan

    dalam kemampuan kognitif dan perubahan afektif khusunya dalam perilaku. Oleh

  • 4

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    karena itu, kondisi psikologi siswa merupakan salah satu apek yang harus

    diperhatikan dalam pembelajaran matematika karena kondisi psikologi siswa

    dapat menjadi penentu dalam keberhasilan belajar siswa.

    Pada saat aspek psikologi siswa tidak stabil dalam proses pembelajaran

    maka dapat menimbulkan kecemasan matematis siswa yang mengakibatkan

    tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ketika kecemasan matematika itu sudah

    berlebihan, maka akan menghambat siswa dalam belajar dan mengembangkan

    kemampuan matematisnya. Kecemasan matematis (Mathematics Anxiety) adalah

    kecemasan yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika. Kecemasan

    terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa, karena

    ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran menyebabkan siswa

    kesulitan serta fobia terhadap matematika yang pada akhirnya akan menyebabkan

    hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah.

    Kecemasan matematika dapat diperparah karena kondisi pembelajaran di

    kelas yang kurang menyenangkan. Faktor yang muncul dapat berasal dari desain

    pembelajaran yang monoton atau dari kurang cakapnya guru matematika.

    Wahyudin (2010, hlm. 21) menyatakan bahwa kecemasan matematika seringkali

    tumbuh dalam diri para siswa di sekolah, sebagai akibat dari pembelajaran oleh

    guru yang juga merasa cemas tentang kemampuan matematika mereka sendiri

    dalam area tertentu. Seperti yang dituliskan oleh Ma (Zakaria & Nordin, 2008,

    hlm. 27) ada hubungan antara kecemasan matematika dengan prestasi siswa

    dalam matematika. Prestasi dan hasil belajar matematika siswa secara terperinci

    dijabarkan dalam beberapa penguasaan kemampuan matematis sesuai dengan

    jenjang pendidikan.

    Berdasarkan paparan tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk

    meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Salah satu upaya yang dapat

    dilakukan adalah memilih dan menggunakan model-model pembelajaran yang

    dapat mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa dan model-model

    pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga tingkat kecemasan

    matematis siswa diharapkan dapat menurun.

    Model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

    koneksi matematis siswa adalah model pembelajaran penemuan terbimbing.

  • 5

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang

    bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunaan

    intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan

    bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide,

    konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan

    yang baru. Menurut Bruner (Prince & Felder, 2006, hlm. 132) belajar dengan

    penemuan merupakan pendekatan yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi

    suatu pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau

    pengamatan-pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk

    melengkapi tugas-tugas, menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan

    temuannya, dan menemukan pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang

    diinginkan di dalam proses.

    Pada proses pembelajarannya, siswa menemukan konsep, prinsip dan

    prosedur matematika melalui lembar kegiatan siswa (LKS). LKS yang digunakan

    adalah LKS berbasis penemuan. Lembar kegiatan siswa berbasis penemuan

    menuntut siswa untuk aktif dalam menyusun, memproses, mengorganisir suatu

    data yang diberikan guru. Proses penemuan melalui LKS dalam pembelajaran

    matematika akan memberikan pengalaman secara langsung dan pembelajaran

    yang bermakna kepada siswa, karena dalam LKS menggunakan pertanyaan-

    pertanyaan terstruktur yang mengarahkan peserta didik menemukan konsep,

    prinsip dan prosedur matematika.

    Model pembelajaran penemuan terbimbing termasuk ke dalam model

    pembelajaran berkelompok. Pembelajaran berkelompok dapat menurunkan

    tingkat kecemasan matematis siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang

    dilakukan oleh Dzulfikar (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

    efektif untuk mengatasi kecemasan matematis siswa. Selain itu, Miller & Mitchell

    (Rosmanita, 2014, hlm. 6) menyatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan

    matematika dan meningkatkan prestasi siswa, guru haruslah menciptakan

    lingkungan belajar positif yang bebas dari ketegangan dan memungkinkan

    timbulnya rasa malu. Salah satu model pembelajarannya yang dapat digunakan

    adalah model pembelajaran berkelompok.

  • 6

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka peneliti merasa perlu

    untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing

    (guided discovery learning) terhadap kemampuan koneksi matematis dan

    kecemasan matematis siswa SMP kelas VII.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

    masalah yang dikaji dalam meneliti pengaruh pembelajaran Penemuan

    Terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis dan kecemasan matematis

    siswa SMP adalah:

    1. Bagaimana pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

    kemampuan koneksi matematis siswa?

    2. Bagaimana pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kecemasan

    matematis siswa?

    C. Batasan Masalah

    Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam pengkajian materi maka

    materi yang diambil dibatasi pada materi kelas VII semester satu yaitu Persamaan

    dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Bahan ajar yang digunakan berbentuk

    Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dari silabus dan RPP kurikulum

    2006 (KTSP).

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

    tujuan penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

    kemampuan koneksi matematis siswa.

    2. Mengetahui pengaruh pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kecemasan

    matematis siswa..

  • 7

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari pengkajian penelitian ini adalah:

    1. Bagi siswa, dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan, memiliki

    kesempatan dalam mengeksplorasi kemampuan matematisnya, meningkatkan

    kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa

    dalam matematika.

    2. Bagi guru, menambah perbendaharaan model pembelajaran sehingga model

    penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengajar

    matematika agar lebih bermakna.

    3. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan diri dan pembelajaran mengenai

    model pembelajaran penemuan terbimbing sehingga dapat digunakan pada saat

    mengajar kelak.

    F. Definisi Operasional

    Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-

    istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan yang

    sedang dibicarakan, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah dalam

    variabel penelitian ini.

    1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning)

    adalah model pembelajaran yang melibatkan guru sebagai pembimbing atau

    pemandu siswa dalam proses penemuan suatu konsep dimana siswa secara

    aktif melakukan pengamatan-pengamatan untuk memecahkan suatu masalah

    sesuai dengan arahan guru.

    2. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan menjelaskan keterkaitan

    antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

    pemecahan masalah. Indikator kemampuan koneksi matematisnya sebagai

    berikut:

    a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.

    b. Memahami hubungan antar topik matematika.

    c. Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-

    hari.

    d. Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.

  • 8

    Johnrival P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII (Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa SMP Kelas VII di Salah Satu SMP Lembang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    e. Mencari hubungan suatu prosedur dengan prosedur lain dan representasi

    yang ekuivalen.

    f. Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik

    matematika dengan topik yang lain.

    (Sumarmo, 2005, hlm. 7)

    3. Kecemasan matematis adalah perasaan-perasaan cemas, tegang, dan takut

    yang akan mengganggu siswa dalam proses pembelajaran matematika

    sehingga siswa merasa dirinya tidak mampu dalam mempelajari matematika

    atau mengerjakan soal-soal matematika.