bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 bab...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas juga semakin menigkat pesat disetiap tempat, kasus kriminalitas yang paling fenomenal saat ini adalah kekerasan seksual terhadap anak anak di Indonesia yang semakin merajalela. Mulai dari kasus pemerkosaan, pencabulan, sodomi dimana tidak jarang kasus kejahatan seksual terhadap anak ini berujung pada pembunuhan si korban . Hal ini membuat pemerintah kembali dituntut agar merumuskan regulasi guna meredam fenomena kejahatan seksual terhadap anak.Para aktivis pemerhati anak mendorong agar diberlakukan hukuman kebiri di Indonesia bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak.Desakan untuk segera membentuk regulasi terkait hukuman kebiri ini di anggap hukuman yang tepat yang ditujukan kepada para pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Berdasarkan catatan resmi ILO (Internasional Labour Organization) dan di perkuat oleh UNICEF (United Nation Children’s Fund) di indonesia jumlah anak menjadi korban tindak pidana kejahatan seksual mencapai 70.000 setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut 21.000 diantaranya ada di pulau Jawa. Menurut UNICEF data pravalensi terkait kekerasan seksual di Indonesia sangat terbatas. 1 Data anak sebagai korban kekerasan seksual pada beberapa tahun terakhir kali ini menunjukan intensitas yang terus meningkat. Data yang tercatat pada 1 Supriyadi Widodo Ediyono DKK,2016, Menguji Euforia Kebiri Catatan Kritis Atas Rencana Kebijakan Kebiri Bagi Pelaku Kejahatan Seksual Anak Di Indonesia, Jakarta;Institute For Criminal Justice Refrom,Hlm 1.

Upload: others

Post on 01-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas juga semakin

menigkat pesat disetiap tempat, kasus kriminalitas yang paling fenomenal saat ini

adalah kekerasan seksual terhadap anak – anak di Indonesia yang semakin

merajalela. Mulai dari kasus pemerkosaan, pencabulan, sodomi dimana tidak

jarang kasus kejahatan seksual terhadap anak ini berujung pada pembunuhan si

korban .

Hal ini membuat pemerintah kembali dituntut agar merumuskan regulasi

guna meredam fenomena kejahatan seksual terhadap anak.Para aktivis pemerhati

anak mendorong agar diberlakukan hukuman kebiri di Indonesia bagi pelaku

kejahatan seksual terhadap anak.Desakan untuk segera membentuk regulasi

terkait hukuman kebiri ini di anggap hukuman yang tepat yang ditujukan kepada

para pelaku kejahatan seksual terhadap anak.

Berdasarkan catatan resmi ILO (Internasional Labour Organization) dan

di perkuat oleh UNICEF (United Nation Children’s Fund) di indonesia jumlah

anak menjadi korban tindak pidana kejahatan seksual mencapai 70.000 setiap

tahunnya dan dari jumlah tersebut 21.000 diantaranya ada di pulau Jawa. Menurut

UNICEF data pravalensi terkait kekerasan seksual di Indonesia sangat terbatas.1

Data anak sebagai korban kekerasan seksual pada beberapa tahun terakhir

kali ini menunjukan intensitas yang terus meningkat. Data yang tercatat pada

1Supriyadi Widodo Ediyono DKK,2016, Menguji Euforia Kebiri Catatan Kritis Atas

Rencana Kebijakan Kebiri Bagi Pelaku Kejahatan Seksual Anak Di Indonesia, Jakarta;Institute

For Criminal Justice Refrom,Hlm 1.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

2

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk anak sebagai korban

kekeraasan seksual temenunjukkan dari tahun 2014 sebanyak 656 kasus, 2015

sebanyak 218 kasus, 2016 sebanyak 156 kasus yang di ambil dari sumber data

KPAI update per 24 oktober 2016.2 Jika dapat kita cermati jumlah di atas

bukanlah jumlah yang sedikit, kemungkinan masih banyak lagi kasus yang

tidak/belum terekspose media sehingga tidak diketahui atau keluarga merasa itu

aib sehingga tidak dilaporkan ke pihak berwajib..

Merujuk pada sosok Andi Sobari alias emon (24), tersangka kasus

kekerasan seksual terhadap anak-anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang menyodomi

sekitar 110 anak yang semua korbannya adalah bocah laki – laki, emon mengakui

perbuatannya dimulai sejak tahun 2015. Kemudian Samai Ropi’i usia 45

tahunwarga desa Lebaksui Lor kabupaten Tegal yang bekerja sebagai serabutan

menyodomi ratusan anak dan hal itu dilakukan sejak tahun 2011 silam, dari

kedua kasus tersebut dapat kita ketahui bahwa korban bukan hanya satu orang,

melainkan puluhan bahkan ratusan.3

Merujuk pada data dari KPAI dan beberapa kasus yang terjadi ini sungguh

sangat ironi, seperti yang dapat diketahui dampak yang timbul atas kekerasan dan

pelecehan seksual atau pedofilia ini juga tidaklah ringan, kebanyakan korban

mengalami dampak psikologis berupa trauma dan rasa takut berlebihan terhadap

sekitarnya, dampak fisik terkena penyakit menular seksual karna pelaku yang

sering berganti- ganti mencari korban, dampak cacat tubuh yang mana mengalami

kerusakan organ apabila saat iti disertai dengan kekerasan bahkan bisa mengalami

2Data KPAI, Anak sebagai korban Kekerasan seksual, http;// www.vcarecdn.com,akses 18-3-

2017, Pukul 21.45 WIB 3.Metropolitan, emon mengaku tidak tertarik pada perempuan, http://www.Tribun News.

com, diakses 18-3-2017, pukul 21.03 WIB

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

3

kematian, belum lagi dampak sosial yakni di kucilkan bahkan tidak diterima

lingkungan sekitar, karna dampak yang begitu komplek bisa di alami korban maka

sudah sepatutnya pemerintah memutus mata rantai kekerasan seksual terhadap

anak ini.

Anak merupakan generasi penerus bangsa oleh sebab itu anak juga

memiliki hak untuk di lindungi oleh Negara yang sesuai dengan ketentuan

Undang – Undang Dasar Negara RI 1945 yang menyatakan bahwa anak berhak

atas perlindungan dari kekerasan, dan juga di atur lebih khusus dalam Undang –

Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak. Kemudian pada Tahun

2014 dilakukan perubahan pertama yakni dengan Undang – Undang No.35 Tahun

2014 dengan memberikan pemberatan ancaman pidana bagi pelaku kejahatan

seksual terhadap anak.

Menimbang dan mengingat kian meningkatnya angka kekerasan seksual

terhadap anak secara signifikan setiap tahunnya yang dapat mengancam

kelangsungan tumbuh kembang seorang anak sehingga hal ini dapat meresahkan

warga masyarakat terutama para orangtua yang khawatir terhadap anaknya dan

masalah ini sudah di anggap sangat darurat, maka pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perppu)No. 1 Tahun 2016

tentang perubahan kedua atas UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Substansi Perppu, Berdasarkan isi perpu nomor 1 Tahun 2016

tentangperubahan kedua Undang- undang nomor 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak. Mengatur perubahan sanksi pidana serta ditambahkannya

pidana tambahan bagi pelaku kejahatan seksual sebagai berikut :

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

4

1. Penambahan pemidanaan denda menjadi Rp. 5 Milyar dan pidana penjara

bagi pelaku dengan ancaman maksimum 15 Tahun dan Minimum 5 Tahun

jika dilakukan oleh orang tua, wali, orang – orang yang masih memiliki

hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga kependidikan, aparat

yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu

orang secara bersama- sama;

2. Jika mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu

atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pelaku

dipidana ,mati, seumur hidup, atau pidanapenjara paling singkat 10

(sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana tambahan

pengumuman identitas pelaku, jika pelaku merupakan residivis atas

tindakan sebagaimana disebutkan sebelumnya maka dapat dikenakan kebiri

kimia dan pemasangan cip guna mengetahui keberadaan mantan narapidana.

3. Jangka waktu kebiri kimia paling lama 2 (dua) tahun dan dilaksanakan

setelah terpidana menjalani pidana pokok selain itu pelaksanaan kebiri

kimia disertai dengan rehabilitasi dibawah pengawasan secara berkala oleh

menteri terkait.4

Diberlakukannya Perppu ini tidak serta merta mendapatkan respon baik

dari semua kalangan . Terkait dengan ancaman hukuman kebiri bagi pelaku

kejahatan seksual terhadap anak ini banyak timbul Pro dan Kontra di berbagai

kalangan terutama kalangan para pengiat HAM , ahli Hukum, medis. Menurut

aliansi 99 dalam kata pengantar catatan mereka, jika sanksi kebiri diberlakukan

makaakan terjadi pertentangan dengan asas - asas yang berlaku dalam pemidanaan

4 Lihat : Perpu Nomor 1 tahun 2016 perubahan kedua atas undang – undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5882.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

5

pelaku, bertentangan juga engan jenis jenis pidana yang dianut di KUHP karena di

dalam KUHP hanya mengenal pidana Pokok dan Pidana Tambahan dan didalam

nya itu tidak satupun yang mencantumkan pidana kebiriyang merupakan jenis

penghukuman terhadap badan.5

Penolakan dari berbagai organisasi Hak Asasi Manusia yang bersandar

pada beberapa alasan:

1. Hukuman kebiri tidak di benarkan dalam sistem hukum pidana nasional

atau tujuan pemidanaan yang dianut oleh sistem hukum Indonesia.

2. Hukuman kebiri melanggar Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang

di berbagai konvesi internasional yang telah diratifikasi dalam hukum

nasional diantaranya Kovenan Hasipil dan Politik, Konvensi anti

penyiksaan (CAT), Konvenan Hak Anak (CRC)

3. Segala bentuk kekerasan pada anak, termasuk kekerasan seksual pada

dasaranya merupakan maifestasi atau operasionalisasi hasrat menguasai,

mengontrol dan mendominasi terhadap anak, dengan demikian hukum

kebiri tidak menyasar akar permasalahan kekerasan terhadap anak6.

Dalam Islam, tidak ada pembahasan tindak pidana pedophilia secara

khusus. Namun jika dilihat dari unsur deliknya, tindak pidana Pedophilia dapat

dikategorikan dalam jarimah zina.Zina merupakan setiap perbuatan seksual yang

dilakukan bukan terhadap wanita miliknya (istri atau hamba sahayanya)7.

5Aliansi 99 adalah perkumpulan berbagai lembaga, Organisasi dan komunitas yang menolak

dengan adanya perppu kebiri.Dalam skripsi Analta Inala. 2016. Hukum Kebiri bagi pelaku

kekerasan seksual terhadap anak(pedofilia) studi komparatif hukum islam dan hukum

positif.Yogyakarta.Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga. Hal 24. 6Supriyadi Widodo Ediyono,Op.cit. hal.6

7 A. Djazuli.1997. Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam. Jakarta. PT

Raja Grafindo Persada.Hal 35-36.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

6

Mengingat banyak perbedaan pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum

Positif terhadap ancaman hukuman kebiri yang digunakan pada Perppu No. 1

Tahun 2016 ,dimana dalam perppu yang di maksudkan kebiri secara kimiawi atau

di suntikkan, dalam hukum islam kebiri adalah pemotongan dzakar. Masing –

masing dampak yang di timbulkanpun juga berbeda, Lantas seperti apa pandangan

hukum Islam terkait ancaman hukuman kebiri kimiawi bagi pelaku kekerasan

seksual terhadap anak.

Indonesia bukan negara Islam namun tidak bisa di pungkiri bahwa Indonesia

adalah Negara Mayoritas penduduk Muslim, maka patut kiranya pandangan Hukum

Islam menjadi salah satu pertimbangan dari penetapan sebuah produk hukum atau

Undang – Undang yang diselaraskan dengan hukum Positif Indonesia. Oleh sebab itu

Penulis mengangkat sebuah judul “ STUDI KOMPARATIF TENTANG

ANCAMAN HUKUMAN KEBIRI PADA PELAKU TINDAK PIDANA

KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF INDONESIA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang

akan dibahas oleh penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia

terhadap pengaturan pemidanaan hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan

seksual terhadap anak?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif

terkait hukuman kebiri pada pelaku kekerasan seksual terhadap anak

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

7

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan Latar Belakang diatas,adapun tujuan dari penulisan ini untuk

mengetahui perbandingan pandangan antara hukum Islam dan Hukum Pnositif Indonesia

tentang ancaman Hukuman kebiri pada pelaku kekerasan seksual terhadap anak.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat secara Teoritis

Manfaat penulisan secara teoritis diharapkan dapat memberikan konstribusi

pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya

2. Manfaat secara Praktis

Hasil Penulisan ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi

penulis, dimana dapat menjadi media pembelajaran dalam penulisan

hukum dan tentunya hasilnya dapat menambah pengetahuan penulis.Hasil

penulisan ini juga diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi civita

akademika Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

E. Kegunaan Penulisan

1. Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum, selain itu juga tulisan ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan penalaran, keluasan wawasan serta kemampuan

pemahaman penulis terkait studi perbandingan tentang ancaman hukuman

kebiri bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dalam perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif Indonesia

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

8

2. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan kontribusi wawasan pengetahuan bagi Masyarakat

dibidang Ilmu Hukum, Khususnya pemahaman terkait perbandingantentang

ancaman hukuman kebiri bagi pelaku tindak pidana kekerasan seksual

terhadap anak dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.

3. Bagi Akademisi

Untuk memberikan kontribui pemikiran dan wawasanserta perluasan wacana

untuk para akademisi terkait studi perbandingan tentang ancaman hukuman

kebiri bagi pelaku tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak dalam

perspektif hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.

F. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini, merupakan penelitian kepustakaan.Dimana penulis lebih

banyak menggunakan data-data, perundang-undangan, buku-buku dan

kepustakaan lainnya.

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dianggap tepat untuk dilakukan

adalah pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Perbandingan (Comparative

Approach).Pendekatan Yuridis Normatif adalah pendekatan yang digunakan

untuk mengkaji teori-teori ata norma-norma yang ada di dalam literatur-literatur

hukum.Sedangkan metode pendekatan Perbandingan(Comparative Approach)

yang dilakukan dengan mengadakan studi perbandingan hukum. Menurut

Gutteridge, pebandingan hukum merupakan suatu metode studi dan penelitian

hukum.Gutteridge membedakan antara perbandingan hukum yang bersifat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

9

deskriptif yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan informasi dan

perbandingan hukum terapan yang mempunyai sasaran tertentu8.Menurut Van

Apelddorn, perbandingan hukum merupakan suatu ilmu bantu bagi ilmu dogmatik

dalam arti bahwa untuk membandingkan dan menilai aturan – aturan hukum dan

putusan –putusan pengadilan yang ada dengan sistem hukum lain9. Pendekatan

tersebut digunakan karena berkaitan dengan tugas akhir penulis yang membahas

tentang ancaman hukuman kebiri bagi pelaku tindak pidana kekerasan seksual

terhadap anak dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia

3. Jenis Bahan Hukum

Penulis menggunakan teknik studi pustaka sebagai salah satu upaya

untuk memperoleh dokumen – dokumen tertulis yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer :

Bahan hukum primer ini mencakup peraturan perundang-undangan

yang meliput Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang –

Undang (PERPPU) Nomor 1 Tahun 2016, Undang Undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak,yang nantinya akan dibandingkan dengan aturan yang ada

didalam Al-Qur’an, hadist, dan Ijma’ Ulama’.

8G.W.Paton.1972. A textbook of jurisprudence.English Language Book Society.Oxford

University Press. London. Hal 42

Dalam Prof.Dr.Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada

Media Group. Hal 132 9 Dijk.P.Van.1985. Apeldoorn’s Inleiding tot de Studie van het Nederlandse.Tjeenk-Willijnk.

Hal 453.

Dalam Prof.Dr.Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada

Media Group. Hal 133.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

10

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer,

dimana mengacu pada buku , karya ilmiah , surat kabar, majalah, kitab

Fikih, hasil hasil penelitian, jurnal hukum, artikel dan internet.yang

berkaitan dengan materi pembahasan tugas akhir penulis.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan – bahan hukum yang diapakai penulis sebagai bahan tersier

adalah bahan hukum yang bisa digunakan untuk memberikan penjelasan

terhadap bahan primer dan bahan sekunder, yang terdiri berbagai kamus

hukum dan politik, serta ensiklopedia atau kamus besar Bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik mengumpulan bahan hukum dilakukan dengan

dokumentasi dan kepustakaan. Dokumentasi merupakan suatu teknik

pengumpulan data tertulis, tercetak dan terekam yang dapat di gunakan

sebagai keterangan baik dari Internet, Majalah, Karya Ilmiah dan segala

sumber terkait dengan perbandingan hukum terhadap ancaman hukuman

Kebiri pada pelaku tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak dalam

perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.

5. Teknik Analisa Bahan Hukum

Data-data yang terkumpul melalui berbagai sumber akan dianalisis.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode Analisa Deskriptif Kualitatif dan

Content Analis ( analisa isi )

Analisa Deskriptif Kualitatif adalah menggambarkan hasil penelitian yang

telah penulis peroleh, kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan peraturan

perundang-undangan serta teori-teori yang menghubungkan dengan permasalahan

yang diangkat dari contoh-contoh kasus tindak pidana yang terjadi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

11

Analisis isi (content analysis).Weber menyatakan bahwa Analisis

Isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

dokumen.Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krippendorff yakni eknik

penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan

sahih dari data atas dasar konteksnya.10

Metode ini digunakan untuk mengkaji

bunyi pasal atau ketentuan hukum dan kandungan makna yang ada di

dalamnya11

G. Rencana Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Hukum Ini penulis membagi dalam 4 Bab,bab yang

tujuannya mempermudah dalam pemahamannya. Adapun sistematikanya sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang berisi latar belakang,

yaitu memuat landasan ideal (das sollen),kenyataan (das sein)berkaitan dengan

alasan atau faktor pendorong untuk dilakukan kajian yang mendalam, Rumusan

masalah memuat beberapa permasalahan yang diangkat dan dibahas mendalam

dalam pembahasan. terkait tujuan, memuat pernyataan singkat apa saja yang akan

dicapai dalam penulisan hukum ini. Manfaat penulisan, yaitu uraian mengenai

kegunaan secara teoritis dan praktis.Metode penulisan dan sistematika penulisan

untuk mempermudah proses pembuat penulisan hukum ini.

10

Soejono dan H.Abdurrahman.2005.amaetode Penelitian.Jakarta.PT. Rineka Cipta dan PT

Bina Adiaksara.Hal. 13 11

7 Sanafiah Faisal1995.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rajawali Press. Hal. 13.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37808/1/jiptummpp-gdl-studykompa-48716...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin modernnya jaman membuat angka kriminalitas

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan landasan teori atau kajian teori

yang berkaitan dengan pemasalahan yang di angkat antara lain tentang tinjauan

umum Kebiri kimiawi, teori efektifitas hukum, teori pemidanaan, pengertian

tindak pidana dan unsurnya.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menggurai apa saja yang menjadi pembahasan objek kajian dalam

penulisan . Pembahasan akan dikaitkan dengan kajian teori serta landasan yuridis

sehingga akanmemperdalam dan lengkap. Pemaparan dan penguraian dalam

pemasalahan dieksplorasi dan digali sedalam mungkin untuk mendapatkan solusi.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini yang berisikan

suatu kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya

serta berisikan saran penulis dan beberapa rekomendasi terhadappenyelesaian

permasalahan yang diangkat dalam penulisan hukum ini yang di harapkan akan

bermanfaat bagi semua pihak.