bab i pendahuluan a. 1....

47
1 BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitas Perkembangan kehidupan sosial masyarakat telah membawa dampak pada perubahan pola pikir. Pola pikir masyarakat yang dahulunya bersifat tradisional, sedikit demi sedikit telah berubah kearah modern. Sehingga segala aspek kehidupan mengarah pada modernitas, tidak terkecuali dalam bidang pengobatan. Arus modernitas telah membawa pengobatan modern menjadi pilihan utama dari masyarakat saat terkena sakit. Kecanggihan pengobatan modern, ternyata tidak membuat seluruh masyarakat memilih menggunakan pengobatan modern. Beberapa masyarakat tetap ada yang menggunakan pengobatan tradisional sebagai sistem pengobatan yang mereka percaya. Menjadi menarik, karena beberapa tahun belakangan ini pengobatan tradisional semakin diminati kembali oleh masyarakat. Tingginya minat masyarakat terhadap pengobatan tradisional dapat dilihat dari semakin maraknya iklan pengobatan tradisional di televisi ataupun surat kabar. Lebih menarik lagi, ternyata demam pengobatan tradisional bukan hanya berada di Indonesia melainkan di seluruh dunia, terbukti dari adanya peningkatan pasien pengobatan tradisional di beberapa negara. Pengobatan tradisional menjadi ketertarikan tersendiri bagi para penggunanya. Menjadi sangat menarik untuk mengatahui alasan mengapa masyarakat masih percaya dengan sistem pengobatan tradisional di tengah semakin berkembangnya sistem pengobatan modern.

Upload: vuongkhue

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. 1. Aktualitas

Perkembangan kehidupan sosial masyarakat telah membawa dampak pada

perubahan pola pikir. Pola pikir masyarakat yang dahulunya bersifat tradisional,

sedikit demi sedikit telah berubah kearah modern. Sehingga segala aspek

kehidupan mengarah pada modernitas, tidak terkecuali dalam bidang pengobatan.

Arus modernitas telah membawa pengobatan modern menjadi pilihan utama dari

masyarakat saat terkena sakit.

Kecanggihan pengobatan modern, ternyata tidak membuat seluruh

masyarakat memilih menggunakan pengobatan modern. Beberapa masyarakat

tetap ada yang menggunakan pengobatan tradisional sebagai sistem pengobatan

yang mereka percaya. Menjadi menarik, karena beberapa tahun belakangan ini

pengobatan tradisional semakin diminati kembali oleh masyarakat. Tingginya

minat masyarakat terhadap pengobatan tradisional dapat dilihat dari semakin

maraknya iklan pengobatan tradisional di televisi ataupun surat kabar. Lebih

menarik lagi, ternyata demam pengobatan tradisional bukan hanya berada di

Indonesia melainkan di seluruh dunia, terbukti dari adanya peningkatan pasien

pengobatan tradisional di beberapa negara. Pengobatan tradisional menjadi

ketertarikan tersendiri bagi para penggunanya. Menjadi sangat menarik untuk

mengatahui alasan mengapa masyarakat masih percaya dengan sistem pengobatan

tradisional di tengah semakin berkembangnya sistem pengobatan modern.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

2

Penelitian ini mencoba untuk mencari tahu makna pengobatan tradisional

bagi pasien yang menggunakannya. Tema ini dirasa cukup aktual mengingat saat

ini trend penggunaan pengobatan tradisional mengalami peningkatan minat.

Apakah ketertarikan masyarakat didorong karena adanya ketidak percayaan

terhadap pengobatan modern atau adanya pembaharuan dalam bidang kesehatan

yang memang diminati oleh pasar global. Hal tersebut menjadi sangat menarik

untuk disimak.

2. Orisinalitas

Pengobatan tradisional adalah bagian dari kebudayaan masyarakat

Indonesia. Sudah sejak lama masyarakat menggunakan pengobatan tradisional

sebagai metode dalam penyembuhan penyakit, sehingga tidak heran jika banyak

penelitian yang mengangkat tema tentang pengobatan tradisional. Beberapa

penelitian yang mengangkat tema tentang pengobatan tradisional misalnya saja

dilakukan oleh : Abdul Haris Jauhari, Muhana Sofiati Utami dan Retna Siwi

Padmawati yang berjudul Motivasi dan Kepercayaan Pasien Untuk Berobat ke

Sinse. Penelitan ini berusaha untuk mencari tahu penyebab masyarakat Pontianak

memilih berobat ke Sinshe yang merupakan salah satu jenis pengobat tradisional,

padahal biaya pengobatan modern di Kota Pontianak cukup terjangkau. Penelitian

lain berjudul Belian Sasak di tengah Pengobatan Modern ditulis oleh Mirna Nur

Aulia. Penelitian ini berusaha untuk mencari tahu mengapa Belian Sasak yang

merupakan pengobatan tradisional berasal dari suku sasak masih tetap diminati

oleh masyarakat Lombok Timur. Penelitian lain yang mengangkat tema

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

3

pengobatan tradisional dilakukan oleh Rusmin Tumanggor sebagai disertasinya.

Penelitian tersebut berjudul Sistem Kepercayaan dan Pengobatan Tradisional :

Studi Penggunaan Ramuan Tradisional dalam Pengobatan Masyarakat Barus Suku

Bangsa Batak Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Penelitian ini berusaha untuk

mengungkap eksistensi pengobatan tradisional di kalangan masyarakat Barus di

tengah tengah era pembangunan kesehatan modern. Penelitian lainnya dilakukan

pula oleh Esron Sirait, dengan judul disertasi Sando dan Dokter Kontestasi

Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Modern di Sulawesi Tengah : Studi Perilaku

Masyarakat Kaili Daa Mencari Pelayanan Kesehatan di Desa Dombu, penelitian

ini bertujuan untuk mengungkap gambaran perilaku masrakat Kaili Da’a mencari

pelayanan kesehatan di Desa Dombu Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala

Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian tentang pengobatan tradisional lain

dilakukan pula oleh Rita Rena Pudyastuti dengan judul tesis Cara Komunikasi dan

Pemilihan Berobat Pasien ke Pengobatan Tradisional Gurah di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui alasan-alasan pasien

memilih berobat ke pengobatan gurah dan cara komunikasi yang digunakan

pasien dalam pemilihan pengobatan tradisional gurah. Penelitian tentang obat

tradisional berikutnya dilakukan oleh Heri Kususmawati dengan judul tesis

Intensitas Pemanfaatan Pengobatan Modern di masyarakat Desa : Studi di

Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Purbalinggga. Penelitian ini mencoba untuk

melihat mengapa masyarakat kurang intensif dalam memanfaatkan pengobatan

modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo

dan Desa Jingkang.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

4

Aspek orisinalitas terdapat dalam penelitian ini, dimana penelitian-

penelitian yang dilakukan sebelumnya belum ada yang mengangkat tema

perkembangan pengobatan tradisional di Kabupaten Sleman yang sebagian besar

merupakan masyarakat keturunan Jawa. Penelitian ini mencoba untuk mencari

tahu makna pengobatan tradisional bagi masyarakat Kabupaten Sleman. Apakah

ada suatu budaya atau kepercayaan tertentu yang menggerakan masyarakat untuk

menggunakan pengobatan tradisional atau disebabkan karena tingginya harga

pengobatan modern di Kabupaten Sleman atau terdapat alasan lain yang

menggerakan masyarakat Kabupaten Sleman dalam memilih pengobatan

tradisional.

3. Relevansi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) memiliki 3

konsentrasi/peminatan, yaitu : Kebijakan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau biasa dikenal dengan CSR (Corporate

Social Responsibility). Fokus utama pembelajaran dalam jurusan PSdK adalah

menangani berbagai macam masalah sosial serta melakukan upaya pembangunan

sosial sehingga harapannya akan tercipta kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia

secara keseluruhan. Aspek sosial merupakan aspek penting dalam kajian

pembangunan di jurusan PSdK.

Penelitian skripsi ini mengangkat tema tentang perkembangan pengobatan

tradisional di Kabupaten Sleman. Berkembangnya pengobatan tradisional di

Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman tentu saja merupakan suatu fenomena

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

5

sosial yang patut untuk dicari tahu alasannya. Selain mencari tahu alasannya,

dampak yang dirasakan oleh masyarakat dari berkembangnya pengobatan

tradisional juga perlu untuk diketahui sebagai suatu bentuk langkah antisipasi.

Alasan serta dampak tersebut dapat digunakan oleh pemerintah untuk menyusun

suatu kebijakan sosial, sehingga harapanya kebijakan yang dibuat sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Penelitian ini juga terkait dengan Sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang saat ini baru saja dilaksanakan oleh pemerintah,

dimana dalam penelitian ini juga dilihat kepuasaan masyarakat terhadap sistem

pengobatan modern yang selama ini digunakan oleh pemerintah sebagai metode

pengobatan utama.

B. Latar Belakang

Masyarakat selalu bergerak maju dan terus berkembang. Perkembangan

masyarakat tersebut membawa implikasi terhadap kehidupannya. Setiap hari akan

selalu ada perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut wajar karena

individu sebagai bagian dari masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu

bergerak dan mengalami perubahan.

Setiap periode kehidupan masyarakat memiliki masanya sendiri-sendiri.

Dan setiap masa kehidupan masyarakat selalu menghasilkan sejarahnya sendiri-

sendiri. Bergeraknya setiap masyarakat untuk selalu berubah dikarenakan adanya

suatu proses sosial. “Proses sosial adalah setiap perubahan subjek tertentu dalam

perjalanan waktu, entah itu perubahan tempatnya dalam ruang, atau modifikasi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

6

aspek kuantitatif atau kualitatifnya”.1 Proses sosial tersebut menunjukan adanya

perubahan yang mengacu pada sistem sosial yang sama, terjadi karena adanya

sebab akibat dan perubahan itu selalu mengikuti satu sama lain dalam rentetan

waktu. Adanya proses sosial akahirnya menimbulkan suatu perubahan sosial di

dalam masyarakat.

“Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di

dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara

keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.”2 Konsep dasar dari

perubahan itu adalah adanya perbedaan pada waktu yang berbeda diantara

keadaan sistem sosial yang sama. Perubahan itu bisa mencakup hal-hal besar

ataupun kecil. Perubahan bisa terjadi dalam sistem masyarakat dunia yang cukup

luas, dalam sistem partai politik, perusahaan, gerakan keagamaan ataupun dalam

sistem kecil seperti halnya keluarga, komunitas ataupun lingkungan pertemanan.

Setiap perubahan yang ada di masyarakat adalah hal wajar karena individu

sebagai bagian terkecil dari masyarakat adalah makhluk dinamis yang akan selalu

bergerak mengikuti perkembangan dan kebutuhan zamannya. Perubahan bisa saja

menyangkut aspek kecil, namun juga bisa menyangkut aspek yang besar,

memerlukan waktu yang lama, tapi juga bisa dengan waktu yang cepat.

Tergantung dari perubahan itu sendiri.

Salah satu perubahan yang dapat kita amati dalam masyarakat kita, adalah

perubahan pandangan dalam melihat sistem pengobatan. Sebelum mengenal

pengobatan modern seperti saat ini, masyarakat utamanya bangsa Indonesia 1 Pitirim Sorokin dalam Piotr Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial(Alimandan dan Tri Wibowo, B.S, Penerjemah). cetakan ke-5. Jakarta : Prenada. 2010. hal : 6 2 Ibid, hal : 3

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

7

terlebih dahulu telah mengenal sistem pengobatan tradisional. Masyarakat

Indonesia telah memanfaatkan tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan,

mengobati penyakit serta mencegah penyakit sejak berabad-abad lamanya. Pada

masyarakat tanaman obat ini dikenal dengan nama jamu. Salah satu bukti bahwa

jamu sudah digunakan sejak lama oleh masyarakat kita, dapat dilihat dari salah

satu relief Candi Borobudur yang menggambarkan tanaman yang berkhasiat

sebagai obat termasuk proses pengolahannya. “Selain pada relief Candi

Borobudur menurut Notonegoro (1964) bukti lain juga dapat dilihat dari beberapa

kitab/serat kuno Jawa, yaitu Serat Centini (1814) dan Serat Kawruh (1831)”.3

Setelah munculnya masa pencerahan di Eropa, maka era modernitas

semakin berkembang di dunia. Dunia melihat bahwa hal-hal yang berbau modern

adalah yang terbaik. Pandangan tersebut tidak terlepas dari pandangan masyarakat

terhadap pengobatan. Selama berkembangnya masa modernitas, bisa kita rasakan

bahwa pengobatan modern menjadi rujukan utama dalam sistem pengobatan di

dunia. Masyarakat percaya bahwa pengobatan modern adalah cara pengobatan

terbaik untuk bisa menyembuhkan sakit. Pengobatan modern identik dengan

modernitas, karena menggunakan beragam kecanggihan alat, beragam obat

kimiawi yang tentu saja ditemukan berdasarkan penelitian yang logis. Pengobatan

modern sangat menutamakan aspek rasionalitas, ilmu pengetahuan dan teknologi

yang tinggi. Aspek-aspek yang berbau kebiasaan tanpa adanya bukti yang logis

bukan bagian dari pengobatan modern.

3 Notonegoro dalam Zainul Daulay. Pengetahuan Tradisional : Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya. Jakarta : Rajawali Pers. 2011. hal : 34-35

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

8

“Krisham Kumar (1988) menyatakan beberapa ciri utama dari modernitas

adalah individualitas, diferensiasi, rasionalitas (berperhitungan), ekonomisme dan

perkembangan.”4 “Modernitas muncul antara abad ke-16 dan ke-18, dimulai di

negara Eropa Barat-Laut, terutama Inggris, Belanda, Perancis Utara, dan Jerman

Utara.”5 Keyakinan terhadap nalar, teknologi, kapitalisme menjadi bukti bahwa

modernitas mendapatkan tempat terbaik dalam periode tersebut.

Suatu hal menarik terjadi ketika masyarakat memberikan respon

sebaliknya terhadap euforia modernitas. Masyarakat yang dahulu memilih sistem

pengobatan modern untuk mengobati penyakitnya, saat ini mulai ada

kecenderungan untuk beralih menggunakan pengobatan tradisional kembali, baik

pengobatan tradisional melalui ramuan/jamu, maupun pengobatan tradisional

dengan ketrampilan. Pemberitaan di media yang semakin ramai dengan iklan obat

tradisional semakin menegaskan bahwa pengobatan tradisional menjadi trend baru

dalam sistem pengobatan di Indonesia. Masyarakat yang dahulunya mempercayai

pengobatan modern, ada yang mulai beralih menggunakan pengobatan tradisional.

Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami

perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara

maju. Kini pengobatan tradisional tidak hanya diminati oleh masyarakat pedesaan,

tetapi juga kalangan menengah ke atas perkotaan. Beberapa negara maju di dunia

telah menggunakan pengobatan tradisional sebagai komplementer pengobatan

4 Krisham Kumar dalam Pitirim Sorokin dalam Piotr Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial(Alimandan dan Tri Wibowo, B.S, Penerjemah). cetakan ke-5. Jakarta : Prenada. 2010. hal 85-86 5 Ibid, hal 82

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

9

medis mereka. Trend pengobatan di dunia saat ini mulai mengarah pada pola

pengobatan alamiah.

“Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasiaan dan Alat Kesehatan Kemenkes, pada 2006 pasar obat tradisional di

Indonesia mencapai Rp 5 triliun. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan

menjadi Rp 6 triliun, dan pada tahun 2008 naik lagi menjadi Rp 7,2 triliun.

Sedangkan pada tahun 2012 mencapai angka Rp 13 triliun atau sekitar 2% dari

total pasar obat tradisional di dunia.”6 “Berdasarkan pernyataan Kepala Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT)

Tawangmangu, trend penggunaan obat dengan bahan alami, baik untuk

peningkatan kesehatan maupun pengobatan penyakit, cenderung meningkat di

negara berkembang termasuk Indonesia.”7 Trend pemanfaatan bahan-bahan alami

untuk pengobatan tradisional dapat diamati dari banyaknya penjualan pengobatan

herbal yang saat ini marak di masyarakat kita. Misalnya saja produk obat herbal

Mastin ataupun Gracia, yang merupakan ekstrak alami dari sari buah manggis.

Banyak sekali produsen pengobatan herbal yang menjual obatnya melalui media

internet, televisi, majalah, surat kabar, dan media lainnya.

Sebagai salah satu respon perkembangan pengobatan tradisional di

Indonesia, pemerintah melalui Kementeriaan Kesehatan telah mengeluarkan

beberapa peraturan yang dirasa penting untuk mengatur sistem pelaksanaan

6Unoviana Kartika. Pasar Obat Herbal Diharapkan Terus Meningkat dalam http://health.kompas.com/read/2013/08/20/2026487/Pasar.Obat.Herbal.Diharapkan.Terus.Meningkat, diakses tanggal 10 Maret 2014 7Virna.P Setyrini. Tren Pengobatan Herbal Meningkat di Indonesia dalam http://www.antaranews.com/berita/382681/tren-pengobatan-tradisional-meningkat-di-indonesia, diakses tanggal 10 Maret 2014

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

10

pengobatan tradisional, yaitu : Permenkes Nomor 003/MENKES/PER/I/2010

tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan,

Permenkes Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, serta

Kepmenkes Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan

Pengobatan Tradisional.

WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi kesehatan

memberikan perhatian yang besar terkait dengan pengobatan tradisional. Sejak

tahun 1991, WHO telah mengembangkan dan menerbitkan serangkaian pedoman

teknis untuk penilaian obat-obat herbal, pedoman penelitian untuk mengevaluasi

keamanan dan kemanjuran obat herbal, serta pedoman untuk penelitian klinis

pada akupuntur. WHO membuat Strategi WHO Traditional Medicine 2014-2023

sebagai salah satu respon terhadap resolusi Majelis Kesehatan Dunia pada

pengobatan tradisional. “Strategi ini bertujuan untuk mendukung negara-negara

anggota dalam mengembangkan kebijakan proaktif dan menerapkan rencana aksi

yang akan memperkuat peran memainkan obat tradisional dalam menjaga

populasi sehat”8 Stategi Pengobatan Tradisional periode 2014-2023 lebih

mencurahkan perhatiannya untuk memprioritaskan pelayanan kesehatan dan

sistem, termasuk produk-produk obat tradisional dan komplementer, praktik dan

pratisi.

8 World Health Organization. WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023., diakses melalui http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/92455/1/9789241506090_eng.pdf?ua=1, pada tanggal 25 Februari 2014. hal : 11

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

11

“Penggunaan obat tradisional secara global diprediksi mencapai 100 miliar

dollar AS pada tahun 2015.”9 “WHO mencatat sebanyak 4 miliar penduduk dunia

menggunakan pengobatan tradisional dalam hidup mereka.”10 Negara-negara di

Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional sebagai pelengkap

pengobatan primer yang mereka terapkan. WHO merekomendasikan penggunaan

obat tradisional, dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan

pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis dan penyakit degeneratif.

WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat

dari obat tradisional.

Dr.Margareth Chan, Direktur Jenderal WHO menyatakan :

Pengobatan tradisional adalah salah satu andalan pelayanan kesehatan atau sebagai pelengkap pelayanan kesehatan. Pengobatan tradisional dan pengobatan komplementer ditemukan di hampir setiap negara dan permintaan untuk pelayanannya meningkat. Banyak negara saat ini mengakui kebutuhan untuk mengembangkan pendekatan yang kohesif dan integratif terhadap pelayanan kesehatan yang memungkinkan pemerintah, praktisi kesehatan dan yang paling penting mereka yang menggunakan layanan kesehatan, untuk mengkases pengobatan tradisional dan pengobatan komplementer di tempat yang aman, hemat dan efektif. Beliau juga menyatakan bahwa pengobatan tradisional terbukti memiliki kualitas, keamanan, dan kemanjuran. Bagi jutaan orang di dunia, obat herbal, pengobatan trasional dan praktisi pengobatan tradisional adalah sumber utama dari perawatan kesehatan, dan bahkan adalah satu-satunya.11

9Unoviana Kartika. Pasar Obat Herbal Diharapkan Terus Meningkat dalam http://health.kompas.com/read/2013/08/20/2026487/Pasar.Obat.Herbal.Diharapkan.Terus.Meningkat, diakses tanggal 10 Maret 2014 10 Saleh, Rahmayulis. 2013. Herbal Makin Tren, Masyarakat Kini Pilih Pengobatan Alami http://www.kabar24.com/health/read/20130730/55/197198/tradisional-makin-tren-masyarakat-kini-pilih-pengobatan-alami, diakses tanggal 10 Maret 2014 11 Margareth Chan dalam World Health Organization. WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023., diakses melalui http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/92455/1/9789241506090_eng.pdf?ua=1, pada tanggal 25 Februari 2014, hal : 7

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

12

Usaha yang dilakukan WHO dengan mengeluarkan berbagai panduan dan

aturan terkait pengobatan tradisional mengindikasikan bahwa organisasi kesehatan

dunia ini peduli terhadap pengobatan tradisional. WHO mengakui keberadaan dari

pengobatan tradisional yang saat ini dianggap penting.

Sampurno dalam tulisannya yang berjudul Obat Herbal Dalam Perspektif

Medis memaparkan data perkembangan pengobatan tradisional di dunia yang

diperolehnya dari lembaga World Health Organization tahun 2002. Berikut tulisan

lengkapnya :

Demikian pula penggunaan obat tradisional di Asia terus meningkat meskipun banyak tersedia dan beredar obat-obat entitas kimia. Di RRC penggunaan TCM mencapai 90% penduduk Di Jepang 60 sampai dengan 70% dokter meresepkan obat tradional ”kampo” untuk pasien mereka. Di Malaysia obat tradisional Melayu, TCM dan obat tradisional India digunakan secara luas oleh masyarakatnya.

Sementara itu Kantor Regional WHO wilayah Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan 71% penduduk Chile dan 40% penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional. Di negara-negara maju, penggunaan obat tradisional tertentu sangat populer. Beberapa sumber menyebutkan penggunaan obat tradisional oleh penduduk di Perancis mencapai 49%, Kanada 70%, Inggris 40% dan Amerika Serikat 42%.12

Berbagai data tersebut menunjukan bahwa ada fenomena baru yang

muncul dalam masyarakat kita (Indonesia) maupun masyarakat dunia. Ada

kecenderungan dari masyarakat kita untuk kembali menggunakan pengobatan

tradisional. Beberapa masyarakat yang dahulu percaya dengan pengobatan

modern saat ini sedikit demi sedikit kembali menggunakan pengobatan

tradisional. Fenomena ini menjadi sangat menarik untuk dicari tahu penyebabya.

12 WHO (2002) dalam Sampurno. Obat Herbal Dalam Prespektif Medik dan Bisnis diakses melalui http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/13OBAT%20HERBAL_Sampurno.pdf, pada 07 November 2014

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

13

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengobatan tradisional di Kabupaten Sleman

mengalami perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan penuturan dari Kepala

Seksi Registrasi dan Administrasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, terjadi

kenaikan minat masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional. Saat ini

terdapat banyak klinik pengobatan tradisional dengan berbagai macam jenis

pengobatan tradisional mulai dari pengobatan yang menggunakan ketrampilan,

pengobatan dengan ramuan (obat herbal), pengobatan dengan agama, dan

pengobatan dengan menggunakan energi supranatural. Data terakhir yang

dihimpun oleh peneliti dari Dinas Kesehatan kabupaten Sleman terdapat 24 klinik

pengobatan tradisional di Kabupaten Sleman pada tahun 2013. Menurut penuturan

Kepala Seksi Registrasi dan Administrasi Dinas Kesehatan Sleman jumlah

tersebut bukanlah jumlah sebenarnya, karena diperkirakan terdapat 101 klinik

pengobatan tradidional di Kabupaten Sleman. Banyaknya klinik pengobatan

tradisional di Kabupaten Sleman adalah salah satu indikasi bahwa masyarakat

Kabupaten Sleman memiliki ketertarikan yang besar terhadap pengobatan

tradisional.

Asumsi semakin berkembangnya pengobatan tradisional di Indonesia

khususnya di Kabupaten Sleman juga didukung dari pernyataan para pengobat

tradisional. Para pengobat tradisional merupakan pihak yang notabene mengetahui

perkembangan pengobatan tradisional di Indonesia. Salah satu pengobat

tradisional jenis ramuan mengatakan bahwa perkembangan pengobatan tradisional

di Yogyakarta sangat bagus. Hal tersebut dapat diamati dari banjirnya klinik

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

14

pengobatan tradisional di Yogyakarta. Pengobat tradisional yang lain juga

menyatakan hal yang sama bahwa pengobatan tradidional semakin meningkat,

dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang berminat mempelajari ilmu

pengobatan tradisional.

Lalu apakah sebenarnya makna dibalik berkembangnya pengobatan

tradisional di Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman? Apakah memang ada

kehendak dari pasar global yang menginginkan sistem pengobatan dunia bergeser

ke arah pengobatan tradisional dan pengobatan modern, mengingat semangat

WHO yang begitu besar dalam mendorong perkembangan pengobatan di dunia.

Atau memang ada unsur budaya yang begitu kuat yang mendorong masyarakat

Kabupaten Sleman menggemari pengobatan tradisional. Atau ada suatu bentuk

distrust atau ketidak percayaan masyarakat terhadap sistem pengobatan modern

yang ada sehingga mendorong mereka beralih menggunakan pengobatan

tradisional. Jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut harus dibuktikan dari

adanya penelitian.

C. Rumusan Masalah :

Berangkat dari kegelisahan dan keingintahuan peneliti, pertanyaan utama

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Apakah makna di balik berkembangnya pengobatan tradisional dalam

masyarakat?

Selanjutnya pertanyaan ini dijatuhkan ke dalam pertanyaan empiris sebagai

berikut :

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

15

a. Bagaimana pengetahuan yang dimiliki pasien terkait pengobatan

tradisional?

b. Apa yang melatarbelakangi pasien memilih metode pengobatan

tradisional?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui makna berkembangnya pengobatan tradisional di Kabupaten

Sleman.

2. Mengetahui pengetahuan dan alasan pasien menggunakan pengobatan

tradisional.

3. Mengetahui mengapa masyarakat memilih pengobatan tradisional.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran terjadinya kecenderungan baru dalam masyarakat

dalam menggunakan pengobatan tradisional.

2. Memberikan gambaran fenomena sosial baru dalam masyarakat, sehingga

dapat diambil langkah antisipasinya.

F. Kerangka Konseptual

1. Teori Fenomenologi Alfred Schutz

Teori fenomenologi merupakan bagian dari paradigma definisi sosial.

Penelitian ini menggunakan pemikiran Alfred Schutz, dimana inti dari pemikiran

Schutz sebenarnya menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat itu dapat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

16

terbentuk. Alfred Schutz adalah seorang pengacara, ahli ekonomi, pebisnis dan

juga seorang filsuf. “Bankir di siang hari dan sosiolog di malam hari.” Begitu

ucap Husserl tentang Alfred Schutz. Gagasan Schutz dipengaruhi Edmund

Husserl, Max Weber dan pemikiran Interaksionisme Simbolik yang dirumuskan

oleh W.I Thomas.

George Ritzer memberikan pandangannya terhadap pemikiran Alfred

Schutz :

Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subjektivitas yang disebutnya : intersubjektivitas. Konsep intersubjektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara indidual. Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok.13

“Fenomenologi menempatkan peran individu sebagai pemberi makna.

Pemaknaan yang berbuntut pada tindakan ini didasari oleh pengalaman keseharian

yang bersifat intensional. Individu memilih sesuatu yang “harus” dilakukan

berdasarkan makna tentang sesuatu, dan mempertimbangkan pula makna obyektif

(masyarakat) tentang sesuatu tersebut.”14 Proses bagaimana manusia membangun

dunianya melalui proses pemaknaan dijelaskan oleh Alfred Schutz. Proses

tersebut berawal dari adanya pengalaman yang diterima oleh panca indera.

13 George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2010. Hal : 21-22 14 Zainuddin Maliki. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2012. hal : 285

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

17

Berbagai pengalaman yang dimiliki oleh seorang individu sebenarnya tidak

bermakna. Individu memaknai pengalaman yang terjadi dalam dirinya

berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Pemaknaan tersebut tersebut akhirnya

mendorong individu untuk melakutan tindakan. Tindakan sosial yang dilakukan

oleh individu menciptakan interaksi dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan

bahwa terjadinya tindakan diawali dengan adanya pemaknaan yang dilakukan

oleh individu. Dimana proses pemaknaan itu sendiri membutuhkan adanya

pengetahuan yang dilaterbelakangi adanya pengalaman yang telah dijalaninya

selama ini. Lebih jauh Schutz menegaskan bahwa “kumpulan pengetahuan

selamanya tidak akan pernah lengkap atau dengan kata lain selalu terbuka dengan

perubahan yang ada. Makna itu sendiri merupakan hasil dari penerapan kategori

atau kontrak tertentu pada situasi konkret tertentu.”15 Sehingga bisa dikatakan

bahwa pemaknaan seseorang terhadap suatu hal bisa berubah tergantung pada

situasi dan waktu tertentu.

Fenomenologi sosial Schutz dimaksudkan untuk merumuskan ilmu sosial

yang mampu menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan pemikiran manusia

dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar”...realita yang tampak nyata

di mata setiap orang yang berpegang teguh pada sikap alamiah.”16 Sikap alamiah

merupakan unsur penting dalam pendekatan fenomenologi. Dimana Schutz

sendiri menyebut bahwa dunia sehari-hari merupakan dunia yang terpenting bagi

manusia. Dalam dunia sehari-hari yang bersifat alamiah tersebut terciptalah

15 Schutz dan Luckmann (1974) dalam James A Holstein dan Jaber F Gubrium “Fenomenologi, Etnometodologi, dan Praktik Interpretif” dalam Denzim, Norma.K dan Lincoln, Yvonna, S. (eds) Handbook of Qualitative Research. California : Sage Publication. 1997. hal : 336 16 Ibid, hal : 337

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

18

makna dan bahasa. Dalam dunia sehari-hari tersebut terjadi pula interaksi sosial

diantara masyarakat.

Hal penting yang dikemukakan Schutz dalam gagasannya adalah adanya

stock of knowledge dalam diri setiap orang. Stock of knowledge tersebut menjadi

kerangka acuan untuk menafsirkan berbagai peristiwa yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari. “Stok pengetahuan ini diperoleh individu dari proses

belajar, bukan berasal dari kelahiran. Sebagian isi stok pengetahuan yang dimiliki

individu didapatkannya melalui pengalamannya sendiri, dan sebagian yang lain

didapatkannya dengan mereka yang menjalani kehidupan bersama. Keberadaan

stok pengetahuan ini membuat individu melakukan tipifikasi atas situasi

kehidupan sehari-hari.”17 Secara singkat kata, dapat disimpulkan bahwa stock of

knowledge yang dimiliki oleh masing-masing individu didapatkan dari

pengalaman yang dijalaninya selama ini. Stok pengetahuan ini digunakan sebagai

bahan seorang individu untuk memberikan pemaknaan terhadap tindakan yang

dilakukan oleh orang lain. Adanya interaksi sosial yang terjadi antar individu

maupun antar kelompok diawali adanya suatu proses pemaknaan tindakan

masing-masing individu maupun kelompok. Lebih lanjut lagi Schutz menyatakan

bahwa “setiap individu berinteraksi dengan dunia dengan bekal pengetahuan yang

terdiri atas konstruk-konstruk dan kategori-kategori umum yang pada dasarnya

bersifat sosial. Bekal pengetahuan adalah satu-satunya sumber yang

memungkinkan setiap individu untuk menginterpretasi pengalaman, memahami

maksut dan motivasi individu lain, memperoleh pemahaman intersubjektif, dan

17 Alex Sobur. Filsafat Komunikasi “Tradisi dan Metode Fenomenologi”. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2013, hal 53-54

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

19

pada akhirnya, mengupayakan tindakan.”18 Hal ini jelas, bagi Schutz pengetahuan

adalah modal dasar bagi manusia untuk dapat memahami maksut dan tujuan

manusia lain dengan sebelumnya melakukan pemaknaan. Bekal pengetahun juga

merupakan kerangka acuan bagi seseorang untuk melakukan tindakan.

Terkait dengan makna tindakan, Schutz mempersoalkan ide Weber yang

menyatakan bahwa makna tindakan adalah identik dengan motif tindakan.

Menurut Schutz, seorang sosiolog harus mengendalikan motif aktor ke dalam

kompleksitas makna yang tipikal sebagai dasar yang cukup memadai untuk

bertindak. Berdasarkan pernyataan tersebut, Schutz seakan menjelaskan bahwa

makna dan motif adalah dua hal yang berbeda, seorang sosiolog harus jeli melihat

apa sebenarnya makna tindakan yang dilakukan oleh seseorang.

Berdasarkan teori fenomenologi yang dikemukakan oleh Schutz, dapat

dijelaskan bahwa terjadinya interaksi sosial antara pengobat tradisional dan pasien

disebabkan karena masing-masing pihak memberi makna terhadap tindakan yang

dilakukan. Pengobat tradisional memberikan berbagai tindakan pengobatan dan

pasien memberi makna terhadap tindakan tersebut. Pasien merespon hasil

pemaknaannya dengan cara rutin mengikuti proses pengobatan, sehingga akhirnya

tercipta interaksi sosial antara pengobat tradisional dan pasien. Terjadinya

kegiatan saling interpretasi tersebut menghasilkan dunia kehidupan sehari-hari

atau yang biasa disebut oleh Schutz dengan sebutan life world.

Pilihan seseorang untuk menjalani pengobatan tradisional merupakan

suatu bentuk tindakan sosial yang dilakukannya. Tindakan sosial tersebut

18 Ibid, hal : 336

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

20

merupakan hasil dari proses pemaknaan yang telah dia lakukan sebelumnya.

Proses pemaknaan tersebut terjadi karena pasien tersebut memiliki stok

pengetahuan/stock of knowledge. Berdasarkan pemikiran dari Schutz pengetahuan

tersebut bukan berasal dari kelahiran, melainkan dari pengalaman yang

didapatkan sehari-hari. Pernyataan Schutz ini mendukung tesis dari penelitian ini,

dimana pengetahuan yang dimiliki seseorang dibentuk dari unsur pengalaman

yang dimilikinya. Pengetahuan tersebut menjadi dasar seseorang melakukan suatu

tindakan sosial.

2. Pengobatan Tradisional (Pemerintah Republik Indonesia)

Pemerintah Indonesia menilai bahwa pengobatan tradisional merupakan

salah satu upaya pengobatan di luar ilmu kedokteran yang banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat, serta menilai bahwa pengobatan tradisional yang dapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus dibina,

dikembangkan dan diawasi. Pemerintah malaui Kementeriaan Kesehatan

membuat peraturan terkait pengobatan tradisional yaitu Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang

Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Dalam pasal 1 Undang-Undang

tersebut dijelaskan arti dari Pengobatan Tradisional yaitu pengobatan dan/atau

perawatan dengan cara, obat dan pengobatannya yang mengacu kepada

pengalaman, ketrampilan turun menurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan obat

tradisional memiliki pengertian bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

21

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman. Dalam Pasal 12 lebih lanjut dijelaskan bahwa

pengobatan tradisional merupakan satu upaya pengobatan dan/atau perawatan cara

lain diluar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan.Pengobatan tradisional

tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan penyakit, dan/atau pemulihan kesehatan. Peraturan menteri tersebut

telah mengatur secara detail penyelenggaraan pengobatan tradisional, mulai dari

pengertian, cara pendaftaran pengobat tradisional, perizinan bagi pengobat

tradisional, penyelenggaraan pengobatan tradisional, maupun hal-hal yang

berkaitan dengan pengobat tradisional luar Indonesia.

Orang yang berhak melakukan pengobatan tradisional disebut dengan

pengobat tradisional. Dalam Bab III, pasal 3, Kepmenkes RI Nomor

1076/MENKES/SK/VII/2003, telah diklasifikasikan para pengobat tradisional

dalam 4 jenis, masing-masing yaitu :

a. Pengobat tradisional ketrampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat

urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis,

chiropactor dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.

b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan

Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist dan

pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.

c. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional

dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

22

d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga

dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan pengobat

tradisional lainnya yang metodenya sejenis.

Peraturan menteri tersebut juga telah menjelaskan pengertian dari masing-masing

ketrampilan, sehingga dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman orang

awam terkait masing-masing cara pengobatan.

Dalam pasal 14 disebutkan bahwa pengobat tradisional yang melakukan

pekerjaan/praktik sebagai pengobat tradisional harus memiliki STPT atau SIPT.

STPT adalah singkatan dari Surat Terdaftar Pengobat Tradisional, merupakan

bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang telah

melaksanakan pendaftaran. Semua pengobat tradisional yang menjalankan

pekerjaan pengobat tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk memperoleh STPT. Sedangkan SIPT

adalah singkatan dari Surat Izin Pengobat Tradisional, merupakan bukti tertulis

yang diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti

dan diuji terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan. Pengobat tradisional yang

melakukan praktik sebagai pengobat tradisional harus memiliki STPT/SIPT. Jadi

dapat dipahami bahwa para pengobat tradisional, sama halnya dengan dokter.

Mereka harus mendapatkan surat ijin praktek dari Dinas Kesehatan. Sehingga,

dapat dipercaya bahwa praktek yang mereka lakukan aman dan terstandart.

Selain dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1076/MENKES/SK/VII/2003, peraturan tentang pengobatan tradisional juga

terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

23

tentang Kesehatan. Pasal 1 menjelaskan pengertian pelayanan kesehatan

tradisional, dan pasal 59 menjelaskan pembagian pelayanan kesehatan tradisional

berdasarkan cara pengobatannya, yaitu : pelayanan kesehatan tradisional yang

menggunakan ketrampilan, dan pelayanan kesehatan tradisional yang

menggunakan ramuan.

Selain Pemerintah Republik Indonesia, WHO yang merupakan Organisasi

Kesehatan Dunia juga memberikan pengertian dari pengobatan tradisional. Dalam

WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2013 pengobatan tradisional adalah :

“jumlah total dari pengetahuan, ketrampilan, dan praktek berdasarkan teori,

keyakinan, dan pengalaman masyarakat adat budaya yang berbeda, baik

dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam

pencegahan, diagnosis, perbaikan atau pengobatan penyakit fisik dan mental.”19

Berdasarkan pengertian dari WHO istilah “pengobatan komplementer” atau

“pengobatan alternatif” digunakan secara bergantian dengan pengobatan

tradisional di beberapa negara. Mereka mengacu pada satu set luas praktek

perawatan kesehatan yang bukan bagian dari tradisi negara itu sendiri dan tidak

terintegrasi ke dalam sistem perawatan kesehatan yang dominan.

WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi kesehatan

memberikan perhatian yang besar terkait dengan pengobatan tradisional. Sejak

tahun 1991, WHO telah mengembangkan dan menerbitkan serangkaian pedoman

teknis untuk penilaian obat-obat herbal, pedoman penelitian untuk mengevaluasi

keamanan dan kemanjuran obat herbal, serta pedoman untuk penelitian klinis 19World Health Organization. WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023., diakses melalui http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/92455/1/9789241506090_eng.pdf?ua=1, pada tanggal 25 Februari 2014. hal : 15

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

24

pada akupuntur. Pedoman terakhir yang dibuat oleh WHO terkait pengobatan

tradisional adalah WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023. Strategi ini

dibangun diatas WHO Traditional Medicine Strategy 2002-2005.

Dalam Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of

Traditional Medicine yang dikeluarkan oleh WHO (2000) disebutkan bahwa

“konsep pencegahan, diagnosis, perbaikan dan perawatan penyakit dalam

pengobatan tradisional secara historis bergantung pada pendekatan holistik

terhadap individu yang sakit dan gangguan diperlakukan pada fisik, emosional,

mental, spiritual dan lingkungan secara bersamaan. Sehinga sistem pengobatan

tradisional dapat menggunakan obat-obatan herbal atau berbasis prosedur terapi

tradisional bersama dengan aturan perilaku tertentu melalui diet sehat dan

kebiasaan. Holisme adalah elemen kunci dari semua sistem pengobatan

tradisional.”20 Pendekatan holistik ini adalah pendekatan yang melihat bahwa

sistem pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya

memperhatikan keluhan penderita, tetapi juga berbagai latar belakang sosial

ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi dan lain sebagainya.

3. Pengobatan Modern

Pengobatan modern seringkali diperbandingkan dengan pengobatan

tradisional. Beberapa orang menyatakan bahwa pengobatan tradisional lebih baik,

karna lebih aman, lebih murah dan cara yang digunakan lebih efisien. Di lain

20 World Health Organization. General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva, diakses melalui http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/whozip42e/whozip42e.pdf, pada tanggal 25 Februari 2014 hal : 5

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

25

pihak ada yang menyatakan bahwa pengobatan tradisional tidak dapat dibuktikan

secara ilmiah, sehingga dirasa kurang aman untuk digunakan. Pengobatan modern

dapat dibuktikan secara ilmiah sehingga sudah tentu aman untuk digunakan.

Perdebatan ini akhirnya berakhir pada suatu kesimpulan bahwa baik pengobatan

modern ataupun pengobatan tradisional kedua-duanya memiliki tujuan untuk

menyembuhkan seseorang yang terkena penyakit, tidak ada yang lebih baik

ataupun lebih buruk. Pengobatan modern maupun pengobatan tradisional

harusnya bisa berjalan berdampingan. Dalam Undang-Undang yang dikeluarkan

oleh Kementeriaan Kesehatan, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah

setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,

terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui cara modern maupun

cara tradisional. Asalkan cara tersebut masih sesuai dengan peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah.

“Pengobatan modern memiliki arti perbuatan atau cara yang dilakukan

manusia dalam upaya penyembuhan, pencegahan, dan pemulihan penyakit dengan

menggunakan produk, alat dan perlengkapan yang canggih dan modern yang

dipercaya memberikan suatu kemudahan, efisisensi dan efektivitas dalam

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

26

mempermudah pengobatan.”21 Pengobatan modern identik dengan penggunaan

peralatan canggih, penggunaan obat kimia serta operasi sebagai upaya

penyembuhan. Pengobatan modern sangat memperhatikan uji ilmiah sehingga

pengobatan yang diberikan kepada pasien telah didasarkan pada penelitian dan

penjelasan yang logis.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah aspek yang cukup penting dalam menunjang

keberhasilan suatu penelitian, karna metode penelitian menentukan bagaimana

langkah kita agar bisa mendapatkan suatu data yang tepat serta menghasilkan

laporan penelitian yang baik. Di dalam metode penelitian terdapat teknis yang

digunakan selama penelitian meliputi : jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, uji keabsahan data. Berikut penjelasan

lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan penelitian :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

interpretatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Dalam penelitian

kualitatif peran peneliti sangatlah penting, peneliti terlibat dalam pengalaman

yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan. Karakteristik

penelitian kualitatif adalah : berada dalam setting yang alamiah, berpijak pada

dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengumpulan data, melibatkan

21 Mirna Nur Alia. Belian Sasak di Tengah Pengobatan Modern dalam http://sosiologi.upi.edu/artikelpdf/beliansasak.pdf, diakses tanggal 27 Maret 2014. hal : 2

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

27

beberapa metode pengumpulan data, bersifat induktif, didasarkan pada makna

partisipan, seringkali menyertakan. Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami

situasi, peristiwa, kelompok, atau interaksi sosial tertentu. Penelitian ini dapat

diartikan sebagai proses investigatif yang didalamnya peneliti secara perlahan-

lahan memaknai suatu fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan,

menggandakan, mengatalogkan, dan mengkalisifikasikan objek penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan salah satu penelitian interpretif di mana di

dalamnya para peneliti kualitatif membuat suatu interpretasi atas apa yang mereka

lihat, dengar dan pahami. Lebih khususnya lagi isu utama kualitatif interpretatif

adalah “memusatkan pada makna dan pengalaman subjektif sehari-hari, yang

bertujuan untuk menjelaskan bagaimana objek dan pengalaman terciptakan secara

penuh makna dan dikomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agenda

utamanya adalah untuk memperlakukan subjektivitas sebagai topik penelitian itu

sendiri, bukan sebagai pantangan metodologis.”22

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.

“Pendekatan fenomenologi melihat secara detail pengalaman subjek yang diteliti.

Fenomenologi mengkaji lebih dalam mengenai individu-individu yang akan

diteliti.”23 Dalam hal ini artinya bahwa fenomenologi menjadikan subjek/individu

sebagai fokus kajian utama dalam penelitian. “Fenomenologi berangkat dari

pemikiran Edmund Husserl, yang utama dalam pemikiran Husserl adalah bahwa

ilmu pengetahuan selalu berpijak pada yang eksperiensial (yang bersifat

22 James A Holstein dan Jaber F Gubrium “Fenomenologi, Etnometodologi, dan Praktik Interpretif”Handbook of Qualitative Research. California : Sage Publication. 1997. hal : 337 23 Creswell, John W. Research Design:Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Achmad Fawaid, Penerjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2012

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

28

pengalaman). Hubungan antara persepsi dengan objek-objeknya tidaklah pasif,

kesadaran manusia secara aktif mengandung objek-objek pengalaman.”24 Alfred

Schultz kemudian melanjutkan pemikiran Husserl. Menurut Agus Salim, “Alfred

Schultz menjadi tokoh kunci yang menjembatani social phenomenology dengan

fenomenologi filsafat dari Husserl. Subjektivitas dipandang sebagai titik kunci

untuk membuat objek menjadi bermakna.” 25

“Schutz (1964) menyatakan bahwa ilmu sosial semestinya memusatkan perhatian pada cara-cara dunia/kehidupan, yakni ‘dunia eksperimen’ yang diterima begitu saja oleh setiap orang. Diciptakan dan dialami oleh anggota-anggotanya : Perspektif subjektif merupakan satu-satunya jaminan yang perlu dipertahankan agar dunia realitas sosial tidak akan pernah digantikan dengan dunia fiktif yang bersifat semu yang diciptakan oleh para peneliti ilmiah. Dalam pandangan ini, subjektivitas adalah satu-satunya prinsip yang tidak boleh dilupakan ketika para peneliti sosial memaknai objek-objek sosial, yang ditekankan adalah bagaimana orang-orang yang berhubungan dengan objek-objek pengalaman memahami dan berinteraksi dengan objek-objek tersebut sebagai ‘benda’ yang terpisah dari sang peneliti.”26

Berdasarkan pandangan Schultz tersebut jelas bahwa unsur subjektifitas

merupakan unsur penting dalam penelitian. Robert Bogdan dalam bukunya yang

berjudul Introduction to Qualitative Research menyatakan “ the phenomenologist

views human behavior-what people say and do-as a product of how people

interpret their world. The task of the phenomenologist, and, for us, the qualitative

24 Op.cit. hal : 336 25 Agus Salim. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana. 2006. hal : 169 26 Schutz dalam James A Holstein dan Jaber F Gubrium “Fenomenologi, Etnometodologi, dan Praktik Interpretif”Handbook of Qualitative Research. California : Sage Publication. 1997. hal : 336

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

29

methodologists, is to capture this process of interpretation”27. Fenomenologi

memiliki tugas utama yaitu menangkap secara lebih dalam proses interpretasi

seseorang. Setelah mereka mengalami, melihat, mendengar berbagai hal tentang

pengobatan tradisional, bagaimana mereka menginterpretasikan makna

pengobatan tradisional. Hal itulah yang menjadio fokus utama dalam penelitian

ini.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di klinik-klinik pengobatan

tradisional yang ada di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman adalah salah satu

kabupaten yang ada di Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Sleman

diambil sebagai sample penelitian mengingat di kabupaten ini terdapat banyak

klinik pengobatan tradisional dengan berbagai macam jenis pengobatan

tradisional diantaranya pengobatan dengan menggunakan ketrampilan,

pengobatan dengan ramuan (obat herbal), pengobatan dengan menggunakan

supranatural maupun pengobatan agama. Berdasarkan data yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman terdapat 24 klinik pengobatan tradisional

yang terdaftar di Dinas Kesehatan. Walaupun sebenarnya jumlah klinik yang ada

di kabupaten ini sebanyak kurang lebih 100 klinik. Hal tersebut disampaikan

langsung oleh Kepala Seksi Registrasi dan Akreditasi Dinas Kesehatan Sleman.

Banyaknya tempat pengobatan tradisional yang ada di Kabupaten Sleman

mempermudah peneliti untuk mengambil sample penelitian. Dimana dalam

27 Robert Bogdan and Taylor Steven.J. Introduction to Qualitative Research Methods. USA : A Wiley-Interscience Publication. 1975. hal : 13

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

30

penelitian ini akan diambil 5 lokasi klinik pengobatan tradisional yang memiliki

karakteristik masing-masing.

Selain alasan banyaknya jumlah klinik pengobatan tradisional, alasan lain

memilih Sleman sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya peningkatan trend

pengobatan tradisional. Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman, diketahui bahwa jumlah lokasi pengobatan tradisional di

Kabupaten Sleman pada tahun 2012 sebanyak 23 lokasi, jumlah ini mengalami

peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 24 lokasi. Meningkatnya minat

masyarakat terhadap sistem pengobatan tradisional di Kabupaten Sleman juga

diungkapkan oleh para pengobat tradisional yang menjadi informan dalam

penelitian ini. Semua pengobat tradisional tersebut menyatakan bahwa saat ini

terjadi peningkatan jumlah pasien dan peningkatan minat pasien untuk belajar

tentang pengobatan tradisional.

Alasan lain memilih Kabupaten Sleman sebagai lokasi penelitian

dikarenakan Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang mayoritas

penduduknya berasal dari suku Jawa. Menjadi sangat menarik untuk mengetahui

apakah unsur budaya Jawa menjadi salah satu pendodorong masyarakat memilih

sistem pengobatan tradisional. Mengingat masih belum ada penelitian yang

melihat lebih jauh terkait aspek budaya Jawa dalam mendorong seseorang

memilih sistem pengobatan tradisional.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

31

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi 2 hal yaitu : data primer serta

data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertamanya. Data tersebut didapatkan dari serangkaian proses

observasi, wawancara terhadap informan serta pengambilan foto kegiatan

informan. Selain data primer, terdapat pula data sekunder. Data sekunder adalah

data yang didapat bukan dari informan utama, melainkan data penunjang

penelitian yang didapat dari instasi, atau pihak-pihak yang berhubungan dengan

penelitian.

Selama melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan data primer berupa

hasil wawancara dengan pasien baik melalui metode kuantitatif maupun metode

kualitatif. Data kuantitatif yang dihimpun oleh peneliti menghasilkan data SPSS

yang akan digunakan untuk mendukung data hasil wawancara kualitatif. Selain

melakukan wawancara dengan pasien pengobat tradisional, peneliti juga

melakukan wawancara dengan para pengobat tradisional yang notabene

mengetahui perkembangan pengobatan tradisional. Peneliti juga melakukan

wawancara dengan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yang menangani

permasalahan pengobat tradisional di Kabupaten Sleman.

Selain mendapatkan informasi dari proses wawancara, peneliti juga

mengamati/mengobservasi lokasi pengobatan tradisonal dan mengobservasi

tindakan yang dilakukan informan. Seperti halnya peneliti mengamati proses

berdoa yang dilakukan oleh informan, jika mereka khusyu’ mengikuti ritual doa

yang dipimpin oleh pengobat tradisional, itu artinya mereka memiliki kepercayaan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

32

besar bahwa pengobatan tradisional melalui sistem doa memiliki pengaruh besar

terhadap kesembuhan mereka. Data primer lain yang dihimpun oleh peneliti

berupa foto kegiatan informan ketika menjalani pengobatan, foto lokasi

pengobatan tradisional, foto pengobat tradisional ketika memberikan pengobatan

kepada pasiennya.

Peneliti juga melakukan pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang

didapat oleh peneliti berupa data jumlah lokasi pengobatan tradisional yang

terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mulai dari tahun 2011, 2012 dan

2013, data dari klinik pengobatan tradisional berupa brosur, buku-buku serta

penelitian sebelumnya yang menunjang penelitian (terdaftar dalam daftar

pustaka). Untuk menunjang pembahasan pada bab 4, peneliti juga mengambil

berbagai informasi dari media on-line (terdaftar dalam daftar pustaka).

Informan utama dalam penelitian ini adalah pasien pengobatan tradisional

atau keluarga pasien pengobat tradisional yang mewakili pasien. Beberapa pasien

yang menderita penyakit kronis, pasien yang masih bayi, pasien gangguan mental,

pasien yang berusia tua, tidak mampu lagi melakukan wawancara, sehingga

peneliti melakukan wawancara dengan keluarga terdekat pasien untuk

mendapatkan informasi penting terkait pengobatan tradisional yang dijalani oleh

pasien. Informan tambahan adalah pengobat tradisional serta pegawai Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman yang menangani permasalahan pengobatan

tradisional.

Penelitian ini menggunakan mix metode pengumpulan data, yaitu metode

kuantitatif dan metode kualitatif. Data kuantitatif diambil dengan menggunakan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

33

kuesioner, sedangkan data kualitatif diambil dengan wawancara mendalam,

observasi serta pengambilan foto kegiatan pasien selama menjalani pengobatan

tradisional. Dari data kuantitatif, peneliti dapat mengetahui gambaran secara luas

alasan pasien menggunakan pengobatan tradisional. Sedangkan dari data

kualitatif, peneliti dapat mengetahui secara lebih mendalam alasan serta latar

belakang pasien memilih menggunakan pengobatan tradisional. Data kuantitatif

(kuesioner) dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung data kualitatif,

sehingga data utama yang digunakan tetaplah data kualitatif, yaitu melalui

wawancara serta observasi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode mix pengumpulan data, yaitu metode

pengumpulan data kuantitatif serta metode pengumpulan data kualitatif. Data

kuantitatif dengan menggunakan kuesioner digunakan untuk memperoleh

gambaran secara lebih luas alasan para pasien menggunakan pengobatan

tradisional serta sebagai penguat data kualitatif. Peneliti menggunakan 30

responden sebagai data kuantitatif. Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini

merupakan data utama yang digunakan peneliti dalam membuat laporan

penelitian. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui secara mendalam makna

pengobatan tradisional bagi para pasien.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

34

1. Pengumpulan Data dengan Metode Kuantitatif

Teknik penganbilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik sampling kuota. “Teknik sampling kuota masuk kedalam

ranah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang sama bagi setiap anggota populasi. Teknik sampling kuota

adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu

sampai jumlah kuota yang diinginkan.”28 Peneliti akan mengambil 30 responden

yang digunakan sebagai sample. Kepmenkes RI Nomor

1078/MENKES/VII/2003, telah membagi jenis pengobat tradisional menjadi 4,

yaitu : pengobat tradisional ramuan, pengobat tradisional ketrampilan, pengobat

tradisional agama, serta pengobat tradisional supranatural. Melihat kondisi yang

ada di lapangan, peneliti menambah satu jenis pengobat tradisional, yaitu

pengobat tradisional jenis campuran. Pengobat tradisional jenis campuran adalah

pengobat tradisional yang menggunakan metode campuran dalam pengobatannya.

Peneliti akan mengambil sample dari masing-masing jenis klinik pengobatan

tradisional dengan proporsi yang adil sesuai dengan jumlah pasien yang datang

setiap satu harinya.

Peneliti mengambil 5 klinik pengobatan tradisional berbeda jenis yang

digunakan sebagai sample penelitian. Dalam satu harinya masing-masing klinik

menangani jumlah pasien yang berbeda-beda. Jumlah inilah yang digunakan

sebagai dasar pembagian jumlah responden. Proporsi jumlah pasien yang

digunakan sebagai responden di masing-masing klinik adalah sebagai berikut :

28 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2010. hal : 63

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

35

a. Klinik Pengobat Tradisional Jenis Ramuan (A) yaitu Klinik Pengobatan

Sin She. Dalam satu hari klinik tersebut menangani 1-2 pasien. Peneliti

mengambil 2 responden sebagai sample penelitian.

b. Klinik Pengobat Tradisional Jenis Ketrampilan (B) yaitu Klinik

Pengobatan Terapi Adem panas Agus Suyanto. Dalam satu hari klinik pengobatan

tersebut menangani kurang lebih 15 pasien. Peneliti mengambil 5 responden

sebagai sample penelitian.

c. Klinik Pengobat Tradisional Jenis Agama (C) yaitu Klinik Pengobatan

Mutiara Madani Terapi Warisan Nabi. Dalam satu hari klinik pengobatan tersebut

menangani kurang lebih 10 pasien. Peneliti mengambil 3 responden sebagai

sample penelitian.

d. Klinik Pengobat Tradisional Jenis Suptanatural (D), yaitu Klinik

Pengobatan Waskita Reiki. Dalam satu hari klinik pengobatan tradisional tersebut

menangani 1-3 pasien. Peneliti mengambil 3 responden sebagai sample penelitian.

e. Klinik Pengobat Tradisional Jenis Campuran (E), dalam satu hari klinik

pengobatan tradisional jenis agama menangani minimal 50 pasien. Peneliti

mengambil 17 responden sebagai sample penelitian. Jadi, total responden yang

diambil dalam penelitian ini sebanayak 30 orang.

Untuk mendapatkan data secara kuantitatif, peneliti melakukan wawancara

yang berpedoman pada kuesioner. Peneliti melakukan wawancara dengan pasien

di lokasi pengobatan tradisional. Ada beberapa pasien yang tidak dapat

diwawancarai, karena usianya yang sudah lanjut ataupun masih terlalu kecil.

Untuk mengatasi hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan anak atau orang

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

36

tua dari pasien, karena secara tidak langsung mereka telah mengikuti

perkembangan kondisi pasien.

2. Pengumpulan Data dengan Metode Kualitatif

Setelah mendapatkan gambaran secara luas trend pengobatan tradisional

yang ada di Kabupaten Sleman, peneliti kemudian melanjutkan dengan

pengumpulan data secara kualitatif. Dari 30 responden, peneliti mengambil 16

informan sebagai sumber data. Informan dalam penelitian ini diambil dari lima

lokasi klinik pengobatan tradisional yang berbeda, sehingga peneliti mendapatkan

data lengkap dan berimbang dari lapangan. Pengambilan data secara kualitatif

diambil dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview),

observasi serta studi dokumentasi.

a. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam metode penelitian kualitatif. Menurut Gorden, ”wawancara merupakan

percakapan anatara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan

mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu.” 29 Untuk mendapatkan data yang

maksimal dari informan, maka dibutuhkan teknik wawancara yang baik. Hal

utama yang dibutuhkan dalam wawancara, jangan sampai subjek merasa seperti

sedang diinterogasi oleh peneliti, subjek harus dibuat senyaman mungkin dengan

keadaan wawancara. Jika subjek merasa tidak nyaman dengan peneliti, maka

29 Gorden dalam Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. 2012. hal : 118

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

37

kejujuran dan keterbukaan subjek akan terganggu yang nantinya akan

mempengaruhi validitas data yang diperoleh.

Terdapat tiga jenis wawancara yang sering dikenal, yaitu : wawancara

terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak-terstruktur.

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Estenberg

mengungkapkan “wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang bertujuan

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Pihak yang diajak

wawancara dimintai pendapat serta ide-ide mereka. Sehingga wawancara sendiri

dapat berjalan lebih dinamis dibandingkan dengan wawancara tersruktur.

Wawancara jenis ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview.” 30

Wawancara semi-terstruktur adalah gabungan dari wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan

dengan menggunakan panduan pertanyaan, namun pertanyaan dapat meluas sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Herdiansyah memberikan panduan untuk

menjalankan wawancara semi terstruktur, yaitu “pertanyaan terbuka namun ada

batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara dapat diprediksi,

fleksibel tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban), ada pedoman

wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata,

tujuan dari wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.”31

Peneliti menerapkan wawancara semi terstruktur di lapangan, dimana

peneliti membuat pedoman pertanyaan, namun proses wawancara tetap berjalan

secara dinamis. Peneliti mencoba menggali secara lebih dalam informasi yang 30 Estenberg dalam Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2010 31 Op.cit. hal : 11

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

38

diberikan oleh informan serta membiarkan informan berpendapat apapun. Peneliti

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan

secara lengkap. Wawancara semi terstruktur sangat tepat diterapkan untuk

penelitian kualitatif. Dengan menggunakan wawancara semi terstruktur peneliti

akan mendapatkan informasi yang cukup banyak serta mendalam, namun tetap

dibatasi dengan tema penelitian.

Setelah melakukan wawancara kuantitatif dengan pasien berpedoman

kuesioner, peneliti menyeleksi 16 narasumber yang bisa dijadikan informan untuk

selanjutnya dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Informan yang

dipilih oleh peneliti dilihat dari keterbukannya dalam menceritakan masalah yang

dialami, menceritakan sejarah mereka menjalani pengobatan modern maupun

alternatif. Selama melakukan wawancara mendalam dengan pasien, peneliti

menemukan banyak realita menarik terkait pengobatan tradisional. Peneliti

melakukan wawancara dengan pasien di lokasi pengobatan tradisional.

Selain melakukan wawancara mendalam dengan pasien, peneliti juga

melakukan wawancara mendalam dengan pengobat tradisional di masing-masing

klinik yang dijadikan lokasi penelitian. Peneliti dapat melakukan wawancara

secara langsung dengan pemilik Klinik Pengobatan Tradisional Sin She, Klinik

Pengobatan Tradisional Waskita Reiki. Untuk Klinik Pengobatan Tradisional

H.Ummarul Yahya Al-Faroq peneliti melakukan wawancara dengan santri

sekaligus putra dari Bapak Yahya (pemilik). Sedangkan untuk Klinik Pengobatan

Tradisional Terapi Adem Panas dan Klinik Pengobatan Tradisional Mutiara

Madani peneliti melakukan wawancaea dengan staff/pegawai beliau yang

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

39

mengetahui banyak terkait metode pengobatan yang dilakukan di masing-masing

klinik. Hasil wawancara dengan pengobat tradisional peneliti gunakan sebagai

data penguat jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan utama (pasien

pengobat tradisional). Jawaban yang diberikan oleh pengobat tradisional juga

digunakan sebagai bahan untuk melakukan triangulasi data.

Wawancara selanjutnya dilakukan dengan Kepala Seksi Registrasi dan

Akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, yaitu Ibu Supiati. Informasi yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, terkait dengan perkembangan

pengobatan tradisional di Kabupaten Sleman hingga tahun 2014. Peneliti juga

mendapatkan data pendukung penelitian, yaitu berupa data Surat Terdaftar

Pengobat Tradisional (STPT) di Kabupaten Sleman dari tahun 2011 hingga tahun

2013.

b. Obeservasi

Teknik pengumpulan data yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi. Menurut Cartwright & Cartwright, “observasi didefinisikan

sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku

secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi adalah suatu kegiatan

mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau

diagnosis. Observasi bukan hanya mengamati tanpa makna, lebih dari itu

observasi merupakan perilaku tampak yang bertujuan.”32 Pengamatan tanpa

adanya tujuan bukanlah suatu observasi. Menurut Herdiansyah, “pada dasarnya

32 Cartwright & Cartwright dalam Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. 2012. hal : 131

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

40

tujuan dari observasi adalah mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-

aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan

tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian

berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.” 33

Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, observasi kelompok. 1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.34

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi tidak

terstruktur, dimana peneliti mengamati kehidupan informan tanpa menggunakan

pedoman observasi. Peneliti mengamati perilaku pasien secara mendalam tanpa

menggunakan pedoman observasi. Pengamatan terhadap perilaku pasien

dilakukan sebelum dan setelah melakukan wawancara. Tujuan dari pengamatan

tersebut adalah mengetahui tingkah laku pasien secara normal sebelum dilakukan

wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti membuat catatan

lapangan untuk mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden.

Perilaku yang dilakukan oleh pasien secara tidak langsung

menggambarkan pemaknaan mereka terhadap pengobatan tradisional. Jika pasien

mengikuti dengan khusyu’ doa kesembuhan yang dipimpin oleh pengobat 33 Ibid. hal : 132 34 M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

41

tradisional, hal ini menunjukan bahwa kepercayaan pasien terhadap pengobatan

tradisional cukup tinggi. Peneliti juga mengamati kondisi psikologi pasien, apakah

dengan mengikuti pengobatan tradisional kondisi psikologi pasien semakin baik.

Nyatanya memang pengobatan tradisional utamanya dengan metode doa, cukup

mampu memperbaiki kondisi psikologi dari pasien. Selain melakukan observasi

terhadap pasien, peneliti juga melakukan observasi terhadap lokasi pengobatan

tradisional yaitu dengan mengamati jumlah pengunjung yang datang, kebersihan

klinik pengobatan tradisional, metode penyembuhan yang dilakukan pengobat

trhadap pasien, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan lokasi pengobatan

tradisional. Peneliti pernah mengikuti salah satu pengobat tradisional yaitu Bapak

Heri (Pemilik Pengobatan Waskita Reiki) memberikan pengobatan terhadap

pasiennya yang bernama Lintang di daerah Sukoharjo, Ngaglik, Sleman.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik berikutnya yang digunakan dalam

penelitian ini. Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumen yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah dokumen resmi. Menurut Moleong, “dokumen resmi

terdiri dari 2, yaitu : dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal

dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu

lembaga, sistem yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan

lain sebagainya. Dokumen eksternal dapat berupa bahan-bahan informasi yang

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

42

dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, seperti majalah, koran, buletin, surat

pernyataan, dan lain sebagainya.” 35

Dalam penelitian ini studi dokumentasi didapatkan dengan cara

mengambil secara langsung foto aktifitas pasien selama menjalani pengobatan

tradisional, foto aktifitas pengobatan yang dilakukan oleh pengobat tradisional,

foto lokasi pengobatan tradisional. Selain mengambil gambar/foto peneliti juga

mendapatkan dokumen internal berupa laporan perkembangan pengobatan

tradisional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, brosur penjelasan

pengobatan tradisional dari klinik-klinik pengobatan tradisional. Data eksternal

peneliti dapatkan dari media internet yaitu berupa tulisan dari media terkait salah

satu lokasi klinik pengobatan tradisional.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu tahap penting dalam suatu penelitian.

Berbagai data yang didapat di lapangan, baik melalui wawancara, observasi atau

studi dokumentasi diproses melaui analisis data agar mendapatkan hasil yang

maksimal. “Inti dari analisis data/interpretasi data, dalam penelitian kualitatif

maupun kuantitatif adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang

dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu

perspesifik ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah

35 Moleong dalam Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. 2012. hal 146

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

43

data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias atau

menimbulkan perspektif yang berbeda-beda.”36

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik analisis

data/interpretasi data menurut Miles dan Huberman. “Teknik analisis data yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman terdiri dari 3 tahap, yaitu : reduksi data,

penyajian data, dan menarik kesimpulan.”37

a. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berjalan secara terus menerus

selama penelitian berlangsung. Proses reduksi data merupakan langkah untuk

memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

Dalam tahap reduksi data, peneliti telah menggabungkan berbagai data yang

didapatkan dari lapangan, baik menggunakan wawancara, observasi ataupun studi

dokumentasi. Data yang didapat melalui wawancara, observasi maupun studi

dokumentasi telah diubah menjadi bentuk tulisan. Data yang dianggap penting

dikelompokan untuk kemudian dijadikan bahan pembuatan laporan. Data yang

dianggap penting oleh peneliti adalah data-data yang sesuai dengan rumusan

masalah penelitian.

36 Ibid. hal 158 37 MB.Milles dan AM Huberman. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods. Beverly Hills : SAGE. 1992

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

44

b. Penyajian Data

Penyajian data, yaitu proses selanjutnya yang perlu dilakukan untuk

melakukan analisis data. Penyajian data diawali dengan menyusun informasi yang

telah didapatkan, kemudian data disajikan dalam bentuk teks naratif ataupun

dalam bentuk bagan, tabel dan foto. Setelah melakukan reduksi data, dalam tahap

ini peneliti menyajikan data dalam bentuk tulisan, tabel, foto. Peneliti menuliskan

secara deskriptif hasil temuan di lapangan. Penyajian data ini merupakan proses

yang penting dalam penulisan laporan. Hasil dari proses ini dapat dilihat secara

langsung dalam bab pembahasan.

c. Menarik Kesimpulan

Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan. Berdasarkan data yang di

dapatkan dari lapangan, peneliti mencoba untuk memahami secara lebih dalam

permasalahan yang ada, sehingga akhirnya dapat menyimpulkan permasalahan

yang terjadi di lokasi peneltian. Peneliti menuliskan hasil penemuan penting yang

didapatkan dari lapangan dalam tahap ini. Kesimpulan akhir yang telah didapat

oleh peneliti juga perlu untuk dilakukan verifikasi dengan cara memikir ulang

selama melakukan penulisan, tinjauan ulang catatan lapangan, tinjauan kembali

dan tukar pikiran antar peneliti. Verifikasi data perlu dilakukan agar hasil temuan

sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Hasil dari proses ini dapat dilihat

dalam bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

45

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, diperlukan uji keabsahan data, agar hasil

penelitian dapat diterima oleh semua orang dalam waktu yang berbeda. Konsep

validitas dan realibilitas menjadi hal yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif. Neuman mengungkapkan “kata kunci dari realibilitas adalah

kekonsistenan, keajegan, atau ketetapan.”38 Mudahnya jika kita melakukan

pengukuran secara berulang-ulang dengan kondisi yang sama, maka kita akan

mendapatkan hasil yang sama, walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda

atau dengan peneliti yang berbeda. Sedangkan validitas menurut Neuman adalah

kebenaran yang penuh, yaitu jembatan antara sebuah gagasan dan data. Validitas

menurut Herdiansyah dapat diartikan “sebagai kesesuaian antara alat ukur dengan

sesuatu yang hendak diukur, sehingga hasil ukur yang didapat akan mewakili

dimensi ukuran yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.”39 Secara

sederhana validitas dapat diartikan sebagai keakuratan data. Untuk menguji

validitas dan realibitas penelitian, maka diperlukan uji keabsahan data. Salah satu

cara yang sering dilakukan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode

trianggulasi.

Menurut Moleong, “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding data itu. Triangulasi meliputi empat hal pokok, yaitu

triangulasi data, triangulasi peneliti, dan triangulasi metode serta triangulasi

38 Neuman dalam Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. 2012. hal 185 39 Ibid. hal 190

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

46

teori.”40 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data dan

triangulasi metode.

a. Triangulasi Data

Triangulasi data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan cara

membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara, membandingkan

data yang didapat dari wawancara dengan data yang didapat dari gambar/foto,

membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Peneliti juga mencoba untuk mentriangulasikan data yang diberikan oleh pasien

satu dengan pasien yang lainnya. Dalam bab pembahasan peneliti banyak

memanfaatkan metode triangulasi data. Dimana dalam membuat suatu pernyataan,

peneliti selalu mengedepankan data di lapangan yang bukan hanya berasal dari

satu sumber, melainkan dari beberapa sumber yang berbeda. Harapannya dengan

adanya triangulasi data, kesimpulan yang didapat selama menjalani penelitian

sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan mengecek data yang berasal dari

metode yang berbeda. Peneliti membandingkan data yang didapat dari metode

kuantitatif dengan data yang didapat dari metode kualitatif, peneliti juga

membandingkan data yang didapat dari metode wawancara dengan data yang di

dapat dari metode observasi dan dokumentasi. Tujuan peneliti menggunakan mix

40 Lexy.J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 1989

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. 1. Aktualitasetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78704/potongan/S1-2015...modern yang ada dengan mengambil lokasi di dua daerah yaitu Desa Karangrejo dan Desa

47

metode pengumpulan data adalah mendukung upaya triangulasi metode, sehingga

harapannya data yang didapat dari penelitian kualitatif dapat dibandingkan dengan

data yang didapat dari metode kuantitatif. Harapannya kesimpulan akhir dalam

penelitian ini, sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Sehingga saran

yang diberikan oleh peneliti juga tepat.