bab i pendahuluan - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/bab 1.pdf1 bab i pendahuluan 1.1...

41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab segala kebutuhan manusia terkandung didalamnya. Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 1 Salah satu dasar dari masalah lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan yang pada gilirannya akan merusak lingkungan hidup. Ada beberapa isu yang menjadi masalah global yang mempengaruhi lingkungan salah satunya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat. Pertumbuhan penduduk yang amat pesatpun terjadi di Indonesa. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukan dalam periode tahun 2010-2016 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,36%, dari 237.641.326 jiwa. 2 Secara khusus di salah satu wilayah perkotaan di Indonesia yaitu di Kota Bekasi juga menunjukan pertumbuhan 1 http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/UU-2397.pdf, diakses dari pada tanggal 28 januari 2018 2 https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1268/laju-pertumbuhan-penduduk-menurut- provinsi.html, diakses pada tanggal 28 Januari 2018

Upload: dotuyen

Post on 15-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

segala kebutuhan manusia terkandung didalamnya. Menurut Undang-undang No. 23

Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.1

Salah satu dasar dari masalah lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan tanpa

memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan yang pada gilirannya akan merusak

lingkungan hidup. Ada beberapa isu yang menjadi masalah global yang mempengaruhi

lingkungan salah satunya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat.

Pertumbuhan penduduk yang amat pesatpun terjadi di Indonesa. Data BPS

(Badan Pusat Statistik) menunjukan dalam periode tahun 2010-2016 laju pertumbuhan

penduduk di Indonesia mencapai 1,36%, dari 237.641.326 jiwa.2 Secara khusus di

salah satu wilayah perkotaan di Indonesia yaitu di Kota Bekasi juga menunjukan

pertumbuhan

1 http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/UU-2397.pdf, diakses dari pada tanggal 28 januari 2018 2 https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1268/laju-pertumbuhan-penduduk-menurut-

provinsi.html, diakses pada tanggal 28 Januari 2018

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

2

penduduk yang tinggi dengan jumlah penduduk 2.384.032 jiwa ditahun 2010 menjadi

2.733.240 jiwa ditahun 2015, dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun 14,6%.

Tabel 1.1:

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di

Kota Bekasi, 2010, 2014, dan 2015

Sumber: Data Proyeksi BPS Kota Bekasi3

3 https://bekasikota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/47, diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang) Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)

2010 2014 2015 2010 - 2015 2013 – 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pondokgede 251.739 282.817 290.493 15.3 2.82

Jatisampurna 106.101 129.036 135.191 27.4 4.89

Pondok Melati 131.669 147.674 151.577 15.1 2.76

Jatiasih 202.693 230.143 237.162 17 3.13

Bantargebang 97.912 112.167 115.718 18.1 3.29

Mustika Jaya 163.694 214.071 228.608 39.6 6.89

Bekasi Timur 252.108 258.391 259.27 2.8 0.44

Rawalumbu 212.811 241.859 249.242 17.1 3.14

Bekasi Selatan 207.752 221.519 224.491 8 1.45

Bekasi Barat 277.967 293.144 296.302 6.5 1.17

Medansatria 164.465 178.612 181.87 10.5 1.93

Bekasi Utara 315.121 353.578 363.316 15.2 2.82

Jumlah 2,384,032 2,663,011 2,733,240 14.6 2.71

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

3

Pertumbuhan penduduk memiliki arti pertumbuhan kawasan urban, pertumbuhan

kawasan urban tidak diimbangi dengan pengelolaan kawasan lingkungan yang optimal,

baik itu dalam skala wilayah tempat tinggal maupun skala wilayah Industri/perkantoran

dan juga berpengaruh terhadap bertambahnya produksi kebutuhan pangan suatu kota.

Berdasarkan isu permasalahan demikian, maka di indonesia muncul sebuah aksi Urban

Farming. Aktifitas Urban Farming itu sendiri adalah aksi bertani, mengolah,

mendistribusikan bahan pangan di dalam wilayah batas kota. Aktivitas ini melibatkan

masyarakat dalam memanfaatkan lahan terbengkalai di perkotaan untuk ditanami oleh

tanaman-tanaman produktif. Aksi Urban Farming semakin masif digalakkan dan mulai

dikenal secara luas ketika diluncurkannya sebuah komunitas yang fokus

mengkampanyekan aksi ini yaitu Indonesia Berkebun.

Pada kelanjutannya, Urban Farming mulai menjelma menjadi suatu kegiatan

masyarakat beberapa kota di Indonesia. Salah satu komunitas berkebun yang

merupakan bagian dari Indonesia berkebun secara umum adalah Bekasi Berkebun.

Bekasi Berkebun sendiri tidak jauh berbeda dari komunitas berkebun dikota lain.

Bekasi Berkebun berupaya memanfaatkan lahan-lahan sisa dan terbengkalai di kota

menjadi lahan yang lebih produktif melalui aksi Urban Farming atau berkebun.

Bekasi Berkebun memiliki konsep 3E yang diusung sebagai dasar untuk

mengampanyekan Bekasi hijau. Humas Bekasi Berkebun periode 2014-2015,

Winartania Massie, menjelaskan, 3E yang dimaksud itu adalah Edukasi, Ekologi dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

4

Ekonomi, yang mana ketiga hal tersebut dirangkum menjadi satu kegiatan untuk

menghijaukan lingkungan.

“Edukasi itu bagaimana mengajarkan masyarakat tentang pentingnya

berkebun, lalu Ekologi itu bagaimana dengan berkebun kita bisa

mengembalikan kesuburan tanah yang tidak terpakai dan menjadi lebih

produktif. Terakhir, Ekonominya itu bagaimana kita mengarahkan supaya

dengan berkebun, paling tidak bisa mencukupi sebagian kebutuhan sayur dan

buah untuk keluarga. Jadi dari berkebun juga bisa dijual hasil panennya atau

tidak usah belanja lagi, mengurangi pengeluaran belanja diluar,” tutur Winar

kepada Greeners saat dijumpai pada sela-sela acara syukuran ulang tahun

Bekasi Berkebun yang ketiga di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama,

Bekasi Utara, Minggu (19/10).4

Bekasi Berkebun menjadikan berkebun di perkotaan sebagai media untuk

memperkenalkan gaya hidup hijau kepada masyarakat melalui konsep 3E (Edukasi,

Ekologi, Ekonomi) serta mengatasi permasalah lingkungan yang ada di Kota Bekasi

sekaligus menyalurkan hobi berkebun yang juga menjadi cara dalam mengurangi

beban pangan masyarakatnya.

komunitas Bekasi Berkebun dalam menjalankan kegiatannya memerlukan

anggota yang siap untuk ikut andil dalam program-progam yang diusung komunitas

Bekasi Berkebun. Kesiapan anggota untuk ikut andil dalam program-program yang

diusung komunitas tersebut merupakan suatu bentuk solidaritas di komunitas.

Solidaritas sendiri merupakan suatu sifat yang dimiliki manusia secara solider atau

suatu perasaan setia kawan terhadap orang lain maupun kelompok. Menurut Durkheim5

4 http://www.bekasiberkebun.com/2015/09/bekasi-hijau-dengan-edukasi-ekologi-dan.html, diakses

pada tanggal 6 Maret 2017 5 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang, (Jakarta:

Gramedia Pustaka, 1994), jilid 1, hlm. 181

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

5

solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok

yang didasarkan pada keadaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang

diperkuat oleh pengalamlan emosional bersama.

Kurangnya solidaritas anggota di dalam komunitas membuat aktivitas dalam

mencapai visi-misi dari Bekasi Berkebun tidak berjalan optimal. Hal tersebut disadari

sendiri oleh ketua dari Bekasi Berkebun Annisa Paramitha:

“Saya akuin di Bekasi Berkebun program-program ga berjalan optimal, itu

bisa saya liat ketika kita lagi ngadain program, hanya sedikit dari anggota yang

hadir, malah hampir sering hanya setiap ketua divisi yang hadir, menurut saya

karena sebagaian dari anggota hanya menyalurkan hobi berkebun mereka tidak

ada kepedulian lebih jauh terhadap lingkungan dan komunitasnya untuk

menjadikan komunitas ini lebih berkembang”6

Solidaritas anggota terhadap komunitas bisa dilihat dari kesediaan anggota

berpartisipasi langsung ke dalam kepengurusan organisasi komunitas dengan masuk

kedalam divisi-divisi yang ada sehingga memiliki tanggung jawab pada kegiatan dan

aktivitas komunitas demi membuat program dari komunitas berjalan optimal. Dilihat

dari penjelasan Annisa paramitha tersebut. Masalah hadir pada kurangnya kepedulian

terhadap lingkungan dan komunitas yang menyebabkan program-program yang sudah

terencana tidak berjalan secara optimal.

Bekasi Berkebun merupakan sebuah komunitas yang memiliki anggota di

dalamnya sebagai motor penggerak dalam menjalankan aktivitas komunitas, pasti

terdapat interaksi sosial didalamnya. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

6 Hasil Wawancara dengan Annisa Paramitha (Ketua Bekasi Berkebun), pada tanggal 15 Juni 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

6

sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,

antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok

manusia.7 Bekasi berkebun sebagai sebuah komunitas yang mempunyai visi misi

dalam menjalankan aktivitas demi mencapai visi-misinya harus ditunjang oleh

interaksi sosial yang baik antar anggota, interaksi sosial yang baik antar anggota

membuat proses berjalannya program-program yang sudah direncanakan berjalan

sesuai dengan yang diinginkan. Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud

karena adanya proses timbal-balik yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan

saling mengerti tentang maksud serta tujuan masing-masing pihak. Menurut Roucek

dan Warren8, interaksi adalah salah satu masalah pokok yang merupakan dasar segala

proses sosial.

“seseorang mempengaruhi tingkah laku orang lain biasanya melalui kontak.

Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam

mengobrol, mendengar, melihat, melakukan gerakan pada beberapa bagian

badan dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara

berhubungan dari jarak jauh.”

Interaksi sosial merupakan hal pokok yang terdapat pada suatu kelompok

masyarakat dalam hal ini komunitas Bekasi Berkebun, Oleh karenanya peneliti

memfokuskan penelitian untuk melihat pola interaksi anggota yang ada di komunitas

Bekasi Berkebun, yang mana nantinya pola interaksi sosial tersebut membentuk suatu

solidaritas di komunitas.

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 55 8 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 139

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

7

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Bekasi Berkebun sebagai sebuah

komunitas yang memiliki visi misi dalam menjalankan program-programnya untuk

menjadikan berkebun di perkotaan sebagai media untuk memperkenalkan gaya hidup

hijau kepada masyarakat melalui konsep 3E (Edukasi, Ekologi, Ekonomi) serta

mengatasi permasalah lingkungan yang ada di Kota Bekasi sekaligus menyalurkan

hobi berkebun yang juga menjadi cara dalam mengurangi beban pangan masyarakatnya

melalui aksi Urban Farming atau berkebun.

Namun, Kurangnya solidaritas pada anggota Bekasi Berkebun membuat

program-program yang sudah terencana tersebut tidak berjalan optimal. Didalam

kelompok masyarakat dalam hal ini komunitas Bekasi Berkebun pasti terdapat

interaksi sosial antar anggotanya, yang dimana interaksi sosial tersebut secara terus

menerus dapat dapat membentuk solidaritas anggota didalam komunitas. Dari

perumusan masalah tersebut maka peneliti mendapatkan pertanyaan peneltian sebagai

berikut:

1. Bagaimana pola interaksi sosial anggota komunitas Bekasi Berkebun dalam

membentuk solidaritas di komunitas?

2. Faktor pendorong dan penghambat apa saja yang dirasakan oleh komunitas

Bekasi Berkebun didalam proses interaksi sosial?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

8

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola interaksi anggota komunitas Bekasi Berkebun dalam

membentuk solidaritas di komunitas

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat apa saja yang dirasakan

oleh komunitas Bekasi Berkebun didalam proses interaksi sosial antar

anggotanya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Manfaat secara teoritisnya adalah dengan adanya penelitian ini, diharapkan

mampu memberikan kontribusi kajian ilmu sosial terkait pola interaksi sosial.

Penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wacana diskusi yang lebih luas, serta

dapat menjadi referensi dan bahan bacaan bagi pembaca yang menaruh minat akademis

pada studi interaksi sosial,

Sedangkan manfaat praktis atau manfaat langsung dari penelitian ini adalah

memberikan manfaat langsung kepada peneliti lainnya, penggiat atau aktivis

lingkungan mengenai bagaiamana pola interaksi sosial pada anggota di suatu

komunitas membentuk solidaritas di komunitas sehingga dapat mendorong komunitas

lebih efektif dalam menjalankan kegiatannya. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan data-data yang akurat, sehingga dapat dijadikan dasar

atau acuan para aktivis lingkungan dalam melakukan aktivitasnya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

9

1.5 Tinjauan Penelitian Sejenis

Tinjauan penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai beberapa aspek

yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti saat ini. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan empat tinjauan penelitian sejenis yang selanjutnya

akan ditelaah bagaimana persamaan dan perbandingan dari masing-masing penelitian

tersebut.

Pertama, Jurnal yang di tulis oleh Imam Sujarwanto yang berjuful “Interaksi

Sosial Antar Umat Beragama (Studi Kasus: Pada masyarakat Karangmalang

Kedungbanteng Kabupaten Tegal)”. Pada jurnal ini membahas tentang interaksi sosial

antar umat beragama yang diamana mengungkap proses sosial dalam interaksi sosial

umat Hindu dan umat Islam, faktor-faktor yang mendorong dan menghambat

terjadinya interaksi sosial, faktor-faktor yang menentukan pola interaksi sosial antara

umat Hindu dan Islam. Saluran-saluran sosial budaya yang strategis untuk membangun

interaksi sosial antara umat Hindu dan umat Islam.

Latar belakang penelitian dalam jurnal ini yaitu adanya kemajemukan dibidang

agama yang dapat dijumpai pada level masyarakat desa seperti yang terdapat dalam

masyarakat Desa Karangmalang Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal.

Masyarakat Karangmalang memeluk agama Islam dan Hindu. Keduanya saling

berinteraksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial

yang dinamis. Ada asumsi umum berkenaan dengan interaksi sosial dalam sebuah

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

10

komunitas bahwa semakin homogen elemen-elemen yang membangun komunitas

tersebut, maka akan semakin mudah proses interaksi berlangsung. Semakin heterogen

elemen-elemen pendukung sebuah komunitas hampir dapat diprediksikan dapat

menjadi faktor penghambat terjadinya interaksi. Pemikiran ini didasarkan pada asumsi

bahwa perbedaan kerapkali melahirkan ‘kesalahpahaman interpersonal’ yang

menghambat proses komunikasi sebagai syarat mutlak interaksi sosial.

Dari hasil penelitian bentuk interaksi sosial antara Umat Hindu dan Islam dalam

masyarakat Karangmalang adalah kerjasama kerukunan yang termasuk didalamnya

adalah gotong royong (kerigan) dan tolong menolong (sambatan). Akomodasi yang

pada titik tertentu memerlukan kehadiran pemimpin seperti kyai, pandhita maupun

kepala desa. Sedangkan asimilasi yang bekerja adalah toleransi di antara pemeluk

Hindu dan Islam. Sikap toleransi dilandasi oleh nilai-nilai budaya dasar yang

mementingkan keserasian hidup bersama.

Interaksi sosial antara umat Islam dan Hindu terjadi dalam komunkasi antar

budaya karena adanya kesamaan budaya dasar yang bersumber dari nilai-nilai Islam

Jawi (Kejawen), nilai-nilai universal agama yang dijunjung tinggi dengan

mengembangkan sikap toleransi, hubungan kekerabatan yang kental dengan konsep

jakwiran. Komunikasi antar budaya ini sekaligus merupakan faktor pendorong pola

interaksi sosial di samping faktor kebendaan. Sedangkan faktor penghambat interaksi

sosialnya adalah masalah mayoritas dan minoritas dan kurangnya berfungsinya

saluransaluran komunikasi. Bentuk-bentuk Interaksi sosial antar umat beragama di

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

11

Karangmalang terjalin melalui saluran-saluran sebagai berikut PKK, Karangtaruna,

Kelompok Tani, BPD, Partai Politik. Sedangkan saluran budaya terjalin melalui

keagamaan, upacara inisiasi dan kerigan kliwonan

Kedua, jurnal nasional yang di tulis oleh M. Rahmat Budi Nuryanto yang

berjudul “Studi Tentang Solidaritas Sosial di Desa Modang Kecamatan Kuaro

Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar Muatan)” Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian di Pabrik Sawit PT.

Harapan Sawit Sejahterah, Desa Modang Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Yang

melatarbelakangi penelitian ini yaitu adanya pembangunan perkebunan kelapa sawit di

daerah Kabupaten Paser yang membawa perubahan besar terhadap keadaan masyarakat

pedesaan. Di samping itu dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga

merangsang tumbuhnya industri pengolahan yang bahan bakunya dari kelapa sawit.

Adanya pembangunan pabrik sawit yang sangat berdapak pada pertumbuhan ekonomi

dan sosial masyarakat, munculnya lapangan pekerjaan baru adalah salah satu dampak

yang sangat menonjol dengan dibangunnya pabrik tersebut.

Masalah-masalah yang sering dihadapi buruh adalah adanya persaingan dalam

sistem bongkar muatan seperti pembagian antrian dan kurangnya kerjasama. Selain

masalah dalam sistem pembongkran, kerjasama antar buruh pun perlu dibina agar

terciptanya suatu solidaritas atau hubungan emosional yang baik dan terhindarnya

konflik yang saling menguatkan kebersamaan diantara buruh tersebut. Penelitian pada

jurnal ini memfokuskan penelitiannya untuk melihat Bagaimana bentuk solidaritas

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

12

sosial di kalangan buruh bongkar muatan, dan faktor-faktor apakah yang menjadi dasar

solidaritas sosial di kalangan buruh bongkar muatan. Dalam mengkaji permasalahan

penelitian tersebut peneliti pada jurnal ini memggunakan beberapa konsep yang

diantaranya, konsep solidaritas sosial dan interaksi sosial,

Hasil dalam penelitian pada jurnal ini menjelaskan hubungan interaksi sosial

antara buruh yang terjalin antara buruh bongkar muatan merupakan hal sangat penting,

interaksi yang baik dapat menjadikan hubungan antara buruh menjadi harmonis dan

menimbulkan solidaritas antar buruh. Solidaritas sosial yang terjalin dikalangan

anggota buruh bongkar muatan diwujudkan anggota buruh bongkar muatan yaitu

mereka memiliki rasa kekeluargaan yang merupakan faktor dasar terciptanya

solidaritas pada kelompok buruh bongkar muatan, wujudnya adalah rasa saling tolong

menolong di dalam bekerja dengan adanya rasa kebersamaan antar buruh bongkar

muatan, saling menghargai satu sama lain dan. terciptanya kerjasama yang sangat baik

anatar buruh bongkar muatan tersebut hal ini dilihat dari kerjasama tim pada saat

bekerja. Faktor-faktor yang menjadi dasar solidaritas sosial dikalangan maupun

kehidupan sehari-hari di luar pekerjaan mereka.

Ketiga, Jurnal Internasional yang ditulis oleh Courtney G. Flint, A.E. Luloff dan

Gene L. Theodori dengan Judul Extending the Concept of Community Interaction to

Explore Regional Community Fields. Pada penelitian di jurnal ini menjelaskan

pengembangan interaksi sosial kedalam bidang komunitas daerah. Peneliti pada jurnal

ini mengoperasionalkan konsep komunitas dan interaksi sosial sebagai konsep yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

13

berkaitan dengan masyarakat, aksi masyarakat, dan lapangan masyarakat. Kapasitas

interaksi sosial secara teratur menjadi kunci dalam faktor memobilisasi tindakan

spesifik untuk pengembangan masyarakat

Dijelaskan disini bahwa yang dimaksud komunitas daerah adalah aktivitas sosial

yang berorientasi pada kegiatan yang terkait dengan aktivitas di permukiman lokal.

Komunitas daerah muncul melalui interaksi antar masyarakat pada skala regional.

Penggunaan konsep komunitas daerah disini mengarahkan pada proses dimana

tindakan dan identitas lokal muncul, dari segi proses, aktivitas sosial ditandai dengan

urutan tindakan yang dilakukan oleh aktor yang umumnya bekerja melalui berbagai

asosiasi yang merupakan bagian dari interaksi sosial, sedangkan dari perspektif

interaksi sosial di masyarakat, tindakan mengacu pada proyek, program, kegiatan, dan

peristiwa dimana aktor terlibat.

Demikian pula, asosiasi mengacu pada organisasi formal dan kelompok informal,

dan aktor merujuk pada pemimpin dan individu lain yang berpartisipasi dalam asosiasi

dan tindakan. Setiap aktivitas sosial umumnya ditandai, pada tingkat yang lebih besar

atau lebih kecil, dengan identitas, organisasi, sifat interaksional inti, dan serangkaian

kepentingan spesifik dan institusional.

Dijelaskan pada jurnal ini komunitas terdiri dari aktor, asosiasi, dan fase

tindakan. Terdapat proses generalisasi terhadap aktivitas komunitas, proses

generalisasi melibatkan beberapa karakteristik yaitu (1) tindakan diungkapkan melalui

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

14

kepentingan berbagai aktor dan asosiasi; (2) mereka berada di dalam wilayah dan

melibatkan sebagian besar penduduk lokal sebagai peserta dan penerima manfaat; (3)

dilakukan oleh aktor dan asosiasi lokal; (4) mereka fokus pada upaya untuk mengubah

atau mempertahankan wilayah dan dilakukan secara teratur, sengaja; dan (5) Bila

karakteristik-karakteristik tersebut bersatu, muncul suatu koordinasi antar mayarakat

dalam suatu wilayah untuk berkontribusi dalam aktivitas sosial.

Proses generalisasi memberikan struktur kegiatan ke seluruh wilayah sebagai

bentuk interaksi dengan menghubungkan dan mengatur kepentingan bersama dari

berbagai aktivitas komunitas. Dengan terdiri dari semua tindakan yang berkontribusi

terhadap keseluruhan, komunitas regional menghubungkan dan mengkoordinasikan

terhadap masyarakat dan memanfaatkan informasi, pengalaman, sumber daya, dan

energi mereka untuk kebaikan daerah sebagai suatu pengembangan wilayah.

Keempat, adalah penelitian tesis yang ditulis oleh Yogi Chrisrumpoko, yang

berjudul pola interaksi sosial antara keluarga miskin dan pelaksana program dalam

penanggulangan kemiskinan (studi pada penanggulangan kemiskinan melalui

program PNPM di Desa Mojosari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang). Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Latar belakang penelitian ini yaitu adanya permasalahan kemiskinan yang

merupakan permasalahn kompleks yang diakibatkan oleh berbagai faktor

multidimensional, ia selalu hadir dan telah terintegrasi dalam kehidupan sosial

masyarakat, dalam perpektif develpoment studies, permasalahn ini tidak terlepas dari

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

15

masalah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah bai pada wilayah ekonomi,

sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan maupun sisi-sisi suprastuktur

manusia terutama dalam wilayah pendidikan.

Walaupun Malang menjadi salah satu kota besar dan menjadi pusat pendidikan-

pariwisata yang memiliki daya tarik investor, namun demikian kemiskinan masih

tersebar di beberapa daerah terutama daerah malang selatan, beberapa program

penanggulangan kemiskinan yang telah dikeluarkan oleh kebijakan pemerintah

setempat juga masih menuai banyak kendala, permasalahan yang terjadi khususnya

adalah kebijakan yang seakan-akan masih bersifat top down, bukan sebaliknya botton

up, atas dasar masalah tersebut maka peneliti pada tesis ini mencoba menggali tentang

bagaimanakah model interaksi sosial antara rakyat dan pemerintah dalam

menanggulangi kemiskinan,

Konsep interaksi sosial di pakai dalam tesis ini untuk melihat masalah pada

fenomena terkait subyek penelitian, disini melihat bagaimana interaksi dari pelaksana

program dengan keluarga miskin di desa Sukorejo dalam menangani masalah

kemiskinan di desa tersebut. Dari kajian yang ditelaah, interaksi yang dilakukan pada

pelaksanaan program PNPM Desa Sukorejo masih bersifat informatif dan belum

terlaksana secara efektif. Keikutsertaan dan keaktifan dalam kegiatan komunikasi

pelaksanaan program PNPM masih rendah, sehingga mengakibatkan pola komunikasi

penerapan program PNPM Mandiri belum memeberi peluang akses informasi dan

komunikasi yang lebih besar bagi setiap elemen masyarakat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

16

Dijelaskan disini interaksi sosial yang baik dapat mendorong suatu kegiatan

berjalan baik dan optimal, dalam penelitian tesis ini yaitu pelaksanaan program PNPM

Desa Sukorejo. Tidak adanya kegiatan yang mendorong interaksi terjalin yang

dilakukan pada pelaksanaan program PNPM Desa Sukorejo membuat komunikasi

program PNPM terlaksana tidak efektif. Interaksi sosial yang baik antara masyarakat

dan pelaksana program yang terjalin pada pelaksanaan program PNPM Desa Sukorejo

dapat mendorong tujuan dari program tersebut tercapai, interaksi tersebut dapat

berbentuk kegiatan agama atau kegiatan RT/RW sehingga interaksi bisa terjalin

melalui bentuk kegiatan tersebut.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

17

Tabel 1.2:

Perbandingan Peneltian Sejenis

No Judul/Peneliti Konsep Metodologi

Penelitian

Persamaan dengan

Penelitian Peneliti

Perbedaan dengan

Penelitian Peneliti

1 Interaksi Sosial Antar Umat

Beragama (Studi Kasus: Pada

masyarakat Karangmalang

Kedungbanteng Kabupaten Tegal)

Oleh: Imam Sujarwanto; Jurnal

Nasional

Interaksi

Sosisl

Deskriptif

Kualiitatif

Membahas serta

Menggunakan

konsep interaksi

sosial dalam

mengkaji

penelitiannya.

Objek pembahasan

pada antar umat

beragama pada

masyarakat

Karangmalang

Kedung anteng

Kabupaten tegal.

2 Studi Tentang Solidaritas Sosial di

Desa Modang Kecamatan Kuaro

Kabupaten Paser (Kasus Kelompok

Buruh Bongkar Muatan)

Oleh: M. Rahmat Budi Nuryanto;

Jurnal Nasional

Solidaritas

Sosial dan

Interaksi

Sosial

Deskriptif

Kualiitatif

Membahas

Solidaritas Sosial

dan proses interaksi

sosial dalam

mengkaji

penelitiannya

Subjek penelitian

bukan pada komunitas

melainkan pada

kelompok buruh

bongkar muatan

3 Extending the Concept of

Community Interaction to Explore

Regional Community Fields

Oleh: Courtney G. Flint, A.E. Luloff

dan Gene L. Theodori; Jurnal

Internasional

Komunitas

Daerah dan

Interaksi

Sosial

Deskriptif

Kualiitatif

Membahas Interaksi

Sosial di suatu

Komunitas berskala

daerah

Fokus Pembahasan

pada bagaimana

interaksi dalam

komunitas masyarakat

membangun

daerahnya, bukan

untuk membentuk

solidaritas sosial di

masyarakat

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

18

4 Pola Interaksi Sosial Antara

Keluarga Miskin dan Pelaksana

Program dalam Penanggulangan

Kemiskinan.

(Studi pada Penanggulangan

Kemiskinan Melalui Program

PNPM

di Desa Mojosari Kec. Kepanjen

Kabupaten Malang)

Oleh: Yogi Chrisrumpoko; Tesis

Interaksi

Sosial

Deskriptif

Kualiitatif

Menggunakan

konsep interaksi

sosial dalam

menjabarkan suatu

fenomena terkait

permasalahan

penelitian

Tidak membahas

komunitas dan

solidaritas.

5 Pola Interaksi Sosial dalam

Membentuk Solidaritas di

Komunitas (Studi Kasus: Anggota

Pengurus Organisasi di Komunitas

Bekasi Berkebun)

Oleh: Wisnu Audy P; Skripsi

Komunitas,

Interaksi

Sosial,

Solidaritas

Sosial

Deskriptif

Kualiitatif

Menggunnakan konsep komunitas, interaksi

sosial dan solidaritas sosial dalam mengkaji

permasalahan penelitian, dengan fokus

melihat pola interaksi sosial dalam

membentuk solidaritas anggota di komunitas

dan melihat faktor pendorong dan penghambat

interaksi sosial.

Sumber: diolah oleh peneliti, 2017

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

19

1.6 Kerangka Konseptual

1.6.1 Konsep Komunitas

Komunitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelompok organisme

(orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu;

masyarakat; paguyuban.9 Jika ditinjau dari asal katanya, komunitas berasal dari bahasa

latin communitas yang berasal dari kata communis, yang artinya adalah masyarakat

publik, milik bersama, atau semua orang. Dalam ilmu sosiologi, komunitas dapat

diartikan sebagai kelompok orang yang saling berinteraksi yang ada di lokasi tertentu.

Sebuah komunitas memiliki empat ciri utama, yaitu pertama, adanya keanggotaan

didalamnya. Kedua, adanya saling mempengaruhi antar anggota. Ketiga. Adanya

integrasi dan pemenuhan kebutuhan antaranggota. Keempat, adanya ikatan emosional

antar anggota.10

Dalam sosiologi, pengertian komunitas selalu digunakan silih berganti dengan

kelompok, meskipun komunitas itu sendiri merupakan salah satu bentuk kelompok

dalam masyarakat. Pengertian komunitas selalu dihubungkan dengan konsep sistem

sosial, karena komunitas dianggap sebagai salah satu tipe atau karakteristik khusus dari

interaksi sosial yang bakal membentuk sistem sosial dalam masyarakat.11 Merujuk dari

semua konsep mengenai komunitas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa, komunitas

9 https://kbbi.web.id, diakses pada tanggal 4 Juli 2017 10 E-Media Solusindo, Membangun Komunitas Online Secara Praktis dan Gratis, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2014), hlm.16 11 Alo Liliwer, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 17

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

20

adalah adanya kelompok orang yang memiliki identitas yang hampir sama di mana

faktor lokasi tidak terlalu relevan lagi, yang terpenting adalah anggota komunitas harus

berinteraksi secara reguler.

Menurut Etienne Wenger12, Komunitas mempunyai berbagai macam bentuk dan

karakteristik, di antaranya:

Besar atau kecil.

Beberapa komunitas hanya terdiri dari beberapa anggota atau bahkan terdiri

dari 1000 anggota. Besar atau kecilnya anggota tidak menjadi masalah,

meskipun demikian komunitas yang mempunyai banyak anggota biasanya

dibagi menjadi sub divisi berdasarkan wilayah atau sub topik tertentu.

Berumur panjang atau berumur pendek.

Perkembangan sebuah komunitas memerlukan waktu yang lama, sedangkan

jangka waktu eksis sebuah komunitas sangat beragam. Terdapat beberapa

komunitas yang tetap bertahan dalam waktu puluhan tahun, tetapi ada pula

komunitas yang berumur pendek.

Terpusat atau tersebar.

Mayoritas sebuah komunitas berawal dari sekelompok orang yang bekerja di

tempat yang sama atau tempat tinggal yang berdekatan. Mereka saling

12 Etienne Wenger, Richard A. McDermott, dan William Snyder, Cultivating Communities of Practice:

A Guide to Managing Knowledge, (Boston: Harvard Business School Publishing, 2002), hlm. 24.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

21

berinteraksi secara tetap dan bahkan ada beberapa komunitas yang tersebar di

beberapa wilayah.

Homogen atau heterogen.

Beberapa komunitas berasal dari latar belakang yang sama, atau ada yang

terdiri dari latar belakang yang berbeda. Jika berasal dari latar belakang yang

sama komunikasi lebih mudah terjalin, sebaliknya jika komunitas terdiri dari

berbagai macam latar belakang diperlukan rasa saling menghargai satu sama

lain.

Sesuai pada konsep komunitas yang sudah dijelaskan diatas, bentuk komunitas

Bekasi Berkebun merupakan komunitas kecil berskala kota yang memiliki umur yang

relatif baru yang terpusat pada satu wilayah dan bersifat heterogen karna anggota yang

ada dalam komunitas berdasarkan dari latarbekang yang berbeda, baik itu latarbelakang

ekonomi maupun pendidikan.

1.6.2 Interaksi Sosial

Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan saling

membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses

interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto kata interaksi sosial mempunyai dua

pengertian pertama stimulus dan tanggapan antar manusia; kedua timbal balik antar

pihak tertentu.13

13 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) hlm. 335

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

22

Bagi Gillin dan Gillin14 bentuk proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena

interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi

sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Oleh, karena itu apapun yang

dilakukan oleh individu ditengah masyarakat untuk menciptakan suatu kegiatan yang

bisa bersatu dengan individu lainnya dan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat

bagi kehidupan bersama merupakan tindakan yang sesuai dengan norma dan nilai yang

berlaku dimasyarakat secara umum.

Simmel15 mengungkapkan dalam memahami interaksi sosial, sebelumnya harus

memahami unsur-unsur interaksi sosial. Yang pertama yaitu unsur struktur sosial.

Dalam Struktur sosial digunakan untuk menerangkan hubungan timbal balik antara

individu atau kelompok berdasarkan kriteria biologi (umur dan seks). Istilah struktur

sosial identik dengan institusi sosial, istilah institusi sosial digunakan untuk

menjelaskan pola-pola norma, status dan peran yang relatif stabil untuk memenuhi

kebutuhan sosial, dengan asumsi bahwa hubungan timbal balik yang dijelaskan dalam

struktur sosial itu diatur oleh norma, status, dan peranan yang relatif stabil. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa struktur sosial adalah tata aturan relasi yang berpola

ternetnu sebagaimana yang diharapkan untuk membimbing interaksi sosial.

14 Ibid. 15 Alo Liliweri, Op. Cit, hlm. 5

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

23

Unsur kedua yaitu tindakan sosial, tindakan sosial merupakan suatu tindakan

yang diwujudkan dalam perilaku nyata, sehingga dapat dibayangkan dan diingat. Suatu

tindakan sosial selalu mencirikan perbuatan yang terlihat, terdengar, dirasakan, atau

disikapi dengan cara tertentu sehingga dapat diingat kemudian dapat dibayangkan

mengenai suatu akibat yang bakal terjadi. Lalu unsur ketiga yaitu relasi sosial, relasi

sosial adalah pengaruh yang dirasakan dua atau lebih piha, sebagai akibat dari perilaku

timbal balik.

Gillin dan Gillin16 menjelaskan dalam berlangsungnya suatu proses interaksi

sosial didasari dari beberapa faktor, yaitu faktor imitasi, imitasi merupakan proses

meniru suatu tindakan orang lain yang berpikiran positif maupun negatif. Salah satu

segi positifnya ialah imitasi yang dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah

dan yang berlaku. Namun, imitasi memungkinkan terjadinya hal yang negatif seperti

menirukan tindakan yang menyimpang. Lalu Faktor sugesti, sugesti adalah pegaruh

batin atau emosional yang kuat dari pihak lain, sehingga dapat teprovokasi ajakan pihak

tersebut. Faktor ini terjadi apabila seseorang memberi pandangan atau sikap dari

dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. kemudian faktor identifikasi,

identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan seseorang untuk berprilaku sama

dengan orang lain yang menjadi idolanya. Perlu diketahui proses ini dapat berlangsung

secara tidak sadar dan identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi. Dan yang

terakhir faktor simpati, simpati ialah rasa keterarikan yang kuat pada pihak lain.

16 Ibid, hlm. 57

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

24

didalam faktor ini peranan memegang peranan sangat penting, walaupun dorongan

utamanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja sama dengannya.

Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya proses

timbal-balik yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan saling mengerti tentang

maksud serta tujuan masing-masing pihak. Menurut Roucek dan Warren17, interaksi

adalah salah satu masalah pokok yang merupakan dasar segala proses sosial.

“seseorang mempengaruhi tingkah laku orang lain biasanya melalui kontak.

Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam

mengobrol, mendengar, melihat, melakukan gerakan pada beberapa bagian

badan dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara

berhubungan dari jarak jauh.”

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,

berupa adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi hubungan

yang positif dan negatif, adapun kontak sosial yang positif terjadi karena hubungan

antara kedua belah pihak yang saling pengertian dan menguntungkan dari masing-

masing pihak yang mengarah pada bentuk kerjasama. Sehingga hubungan dapat

berlangsung lebih lama dan bahkan berulang-ulang. Sedangkan kontak sosial yang

negatif sebaliknya terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak tidak pengertian

atau merugikan salah satu pihak ataupun keduanya, sehingga menimbulkan suatu

pertentangan dan konflik.18

17 Basrowi, Op.cit. hlm 139 18 Ibid.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

25

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yang pertama antara orang-

perorangan, kedua ialah antara orang-perorangan dengan kelompok atau sebaliknya,

ketiga ialah antara kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam kontak sosial terjadinya

suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan

terhadap tindakan tersebut.19

Lalu syarat interaksi yang selanjutnya yaitu adanya Komunikasi. Arti terpenting

komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. tafsiran

tersebut dapat terwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap-sikap

perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi

tersebut, siap dan perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perorangan dapat

diketahui oleh kelompok atau orang lain.20 Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap

dan perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perorangan dapat diketahui oleh

kelompok atau orang lain. hal tersebut merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa

yang akan dilakukannya dan kontak dapat terjadi tanpa komunikasi.

Sebelum hubungan interaksi sosial menjadi suatu hubungan yang terpola, maka

akan dialami suatu proses sosial menuju bentuk yang kongkrit. Menurut Gillin dan

Gillin ada dua macam proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial,

sehingga keduanya sekaligus menunjuk pada bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu

19 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 71 20 Ibid, hlm. 61

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

26

proses sosial yang mendekatkan atau mempersatukan (asosiatif), dan proses sosial yang

menjauhkan atau mempertentangkan (disosiatif).21

Proses asosiatif itu sendiri yaitu proses yang dimana mendukung seseorang atau

kelompok untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.22 Proses ini di bedakan menjadi

tiga, diantaranya yaitu:

a. Kerjasama

Para sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan bentuk interaksi

sosial yang pokok dan menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan

proses utama. Memahami kerjasama untuk menggambarkan sebagian besar

bentuk-bentuk interaksi sosial atas segala macem bentuk interaksi tersebut

dapat dikembalikan pada kerjasama. Kerjasama lebih lanjut dibedakan lagi

menjadi kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan

kerja sama tradisional. Kerja sama spontan adalah kerjasama yang serta-

merta. Kerjasama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau

penguasa. Sedangkan kerja sama kontrak merupakan bentuk kerja sama

sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

21 Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), hlm. 45 22 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 65

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

27

b. Akomodasi

Akomodasi menunjukan pada dua arti yaitu yang merujuk pada suatu

keadaan dan proses. Akomodasi merujuk pada suatu keadaan berarti ada

suau keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antar individu atau

kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma dan nilai dalam

masyarakat. Sedangkan yang merujuk pada suatu proses, akomodasi yang

menunjukan usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan, yaitu

usaha untuk mencapai kestabilan.23

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial taraf lanjut. Ia ditandai denga adanya usaha

untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau

kelompok manusia dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan

tindakan, sikap dan proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan

tujuan bersama. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan

pengembangan sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional

dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai

integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.24

23 Ng Philipus, Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 25 24 Soerjono Soekanto, Op. Cit, 74

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

28

Dengan menggunakan konsep interaksi sosial Gillin dan Gillin, peneliti melihat

interaksi yang terjalin antar anggota didalam komunitas didasarkan melalui bentuk

aktivitas dan program-program rutin komunitas Bekasi Berkebun. Aktivitas dan

program-program rutin komunitas Bekasi Berkebun tersebut merupakan sebuah proses

sosial asosiasi asimilasi dan kerjasama yang dimana dalam kedua bentuk proses sosial

asosiasi tersebut anggota berinteraksi satu sama lain dengan bertujuan untuk

mendekatkan dan mempersatukan setiap anggota di dalam komunitas.

1.6.3 Konsep Solidaritas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa solidaritas

diambil dari kata solider yang berarti mempunyai atau memperliatkan perasaan

bersatu.25 Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau

kelompok yang didasarkan pada keadaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama

yang diperkuat oleh pemgalamlan emosional bersama. Solidaritas merupakan suatu

sikap yang dimiliki oleh manusia dalam kaitannya dengan ungkapan perasaan manusia

atas rasa senasib dan sepenanggungan terhadap orang lain maupun kelompok. Makna

solidaritas dekat dengan makna rasa simpati dan empati karena didasarkan atas rasa

kepedulian terhadap orang lain maupun kelompok. Pembedanya, rasa solidaritas ini

tumbuh di dalam diri manusia karena adanya rasa kebersamaan dalam kurun waktu

tertentu.26

25 https://kbbi.web.id diakses pada tanggal 19 Desember 2017 26 Doyle Paul Johnson, Op. Cit. 181

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

29

Solidaritas sesungguhnya mengarah pada keakraban atau kekompakan dalam

kelompok. Durkheim27 membagi kelompok solidaritas menjadi dua bagian, yang

pertama solidaritas mekanis dan kedua solidaritas organis. Masyarakat yang ditandai

oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karna seluruh orang adalah generalis.

Ikatan masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dan juga tipe pekerjaaan

yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang

ditandai oleh solidaritas organis, bertahan bersama justru karena adanya perbedaan

yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang, memiliki pekerjaan dan

tanggung jawab yang berbeda-beda.

Tabel 1.3:

Perbandingan Solidaritas Sosial Dukheim

Solidaritas Volume Kekuatan Kejelasan Isi

Mekanis Seluruh

Masyarakat

Tinggi Tinggi Agama

Organis Sebagaian

Kelompok

Rendah Rendah Individualisme

Moral

Sumber: George Ritzer, Douglas. J Goodman, 2004, hlm. 92

Di dalam masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanis, kesadaran kolektif

melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya; dia sangat diyakini, sangat

rigid; dan isinya sangat bersifat religius. Sementara dalam masyarakat yang memiliki

solidaritas organis, kesadaran kolektif dibatasi pada bagian kelompok; tidak dirasakan

27 George Ritzer, Douglas. J Goodman, Teori Sosiologi, terj. Nurhadi, (Bantul: Kreasi Wacana, 2004),

hlm. 90

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

30

terlalu mengikat; kurang rigid dan isinya adalah kepentingan individu yang lebih tinggi

dari pada pedoman moral.28

Solidaritas anggota yang ada di komunitas Bekasi Berkebun bisa di golongkan

sebagai solidaritas organis. Solidaritas organis merupakan perkembangan dari

masyarakat dengan solidaritas mekanis, telah mempunyai pembagian kerja yang di

tandai derajat spesialisasi tertentu.29 Pada komunitas Bekasi Berkebun pembagian kerja

dengan spesialisasi tertentu bisa dilihat dari divisi-divisi yang ada di komunitas yang

diantaranya humas, edukasi, ekologi, dan ekonomi yang dimana masing-masing divisi

tersebut dijalankan anggota sesuai kemampuan masing-masing anggota. Setiap

individu pada solidaritas organis berperan sebagaimana organ yang mempunyai peran

dan fungsi masing-masing yang saling bergantung dan tidak dapat diambil alih oleh

organ lainnya.

Solidaritas organis merupakan sebuah ikatan bersama yang dibangun atas dasar

perbedaan, mereka justru dapat bertahan karna perbedaan yang ada didalamnya karena

pada kenyataannya setiap orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-

beda. Karena suatu perbedaan inilah yang menjadikan setiap segmen merasa saling

ketergantungan. Perbedaan tersebut saling berinteraksi dan menjadikan masing-masing

28 Ibid, hlm. 92 29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006), hlm. 35

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

31

anggota tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri kecuali ditandai dengan

ketergantungan dari pihak lain.30

Di dalam komunitas Bekasi Berkebun perbedaan antar menjadi menjadi upaya

dalam meningkatkan kefektifitasan program-program yang di usung oleh komunitas,

anggota-anggota yang memiliki solidaritas di komunitas dipersatukan oleh perbedaan

tugas dan tanggung jawab di dalam komunitas dalam pencapaian visi dan misi yang

merupakan tujuan dan cita-cita dari komunitas.

1.7 Hubungan Antar Konsep

Berkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, maka terlebih dahulu

peneliti akan menghubungkan beberapa konsep yang di pakai dalam penelitian yang

berkaitan dengan ruang lingkup permasalahan yang sudah di tentukan:

30 George Ritzer, Teori Sosiologi, terj. Saut Pasaribu, dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.

145

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

32

Skema 1.1:

Hubungan Antar Konsep

Sumber: Analisis Peneliti, 2018

Komunitas merupakan salah satu bentuk kelompok dalam masyarakat.

Komunitas dianggap sebagai salah satu tipe atau karakteristik khusus dari interaksi

sosial yang bakal membentuk sistem sosial dalam masyarakat. Dalam sebuah

komuniitas merupakan sekumpulan individu yang memiliki minat yang sama yang

tentu didalamnya terdapat interaksi yang dimana interaksi tersebut membantu

berjalannya komunitas dalam mencapai visi misi yang merupakan tujuan komunitas.

Interaksi sosial merupakan konsep yang di pakai untuk melihat pola interaksi yang

terjalin pada setiap anggota di komunitas Bekasi Berkebun.

Komunitas

InteraksiSosial

Solidaritas

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

33

Interaksi sosial anggota di komunitas Bekasi Berkebun yang terjalin terus

menerus dapat mendorong anggota di komunitas membentuk tindakan solidaritas.

Solidaritas sesungguhnya mengarah pada keakraban atau kekompakan dalam

kelompok.

Dalam perspektif sosiologi, keakraban hubungan antara kelompok masyarakat

tidak hanya merupakan alat untuk mencapai atau mewujudkan cita-citanya. Akan tetapi

keakraban hubungan sosial tersebut merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan

kelompok masyarakat yang ada. Solidaritas di komunitas di tandai dari kesediaan dan

kesiapan anggota untuk terlibat langsung dalam kepengurusan organisasi di komunitas

Bekasi Berkebun untuk menjadikan komunitas lebih berkembang. Dengan adanya

solidaritas yang dimiliki anggota komunitas, hal tersebut dapat membuat komunitas

menjadi lebih dinamis dan berkembang untuk mencapai tujuan dari komunitas tersebut.

1.8 Metodologi Penelitian

1.8.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana

penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata dan penjelasan dengan di

analisis secara deskriptif secara sistematis dan faktual dilapangan. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berusaha membangun sebuah realitas sosial, dimana peneliti

memfokuskan diri untuk melihat interaksi maupun proses yang terjadi pada fenomena

maupun objek yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deksriptif,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

34

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.31 Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus

merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat

suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Pendekatan

kualitatif yang dimaksud mengacu kepada prosedur penelitian yang menghasilkan

data-data deskriptif.

Dilihat dari tujuan penelitian fokus penelitian ini adalah mengamati dan

memperoleh gambaran bagaimana pola interaksi sosial anggota yang terjalin pada

komunitas Bekasi Berkebun dalam membangun solidaritas anggota. Selain itu,

penelitian ini bertujuan untuk melihat apa saja faktor pendorong dan penghambat

proses interaksi sosial anggota di kounitas Bekasi Berkebun. Dengan pendekatan

tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam

mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan.

1.8.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota pengurus organisasi di

dalam komunitas Bekasi Berkebun. Peneliti akan mewawancarai aktor pendiri, ketua,

dan pengurus lainnya dari komunitas Bekasi Berkebun. Peneliti akan melihat

bagaimana pola interaksi sosial anggota di Bekasi Berkebun dan juga melihat

31 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), Hlm. 49.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

35

bagaimana hambatan atau dorongan anggota di komunitas Bekasi Berkebun dalam

melakukan interaksi sosial.

Tabel 1.4:

Data Informan

No Nama Informan Peran dalam Penelitian

1 Chaerul Rasyid Pendiri awal terbentukya Bekasi

Berkebun

2 Annisa Paramitha Kepala divisi edukasi yang

merangkap sebagai ketua komunitas

3 Chairul Ruskandi Kepala divisi ekologi

4 Dian Apriani Kepala divisi ekonomi

5 Aditya Septian Humas

6 Kurnia Anggota (dari divisi ekologi)

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

1.8.3 Peran Peneliti

Peneliti dalam penelitian bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai

instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Oleh karena itu,

peran peneliti secara langsung sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus

yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan

atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

36

1.8.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini pada substansinya tidak hanya dilakukan di satu tempat. Hal

tersebut dikarenakan penelitian ini melibatkan beberapa informan yang tempatnya

berbeda untuk melakukan wawancara langsung. Selain itu juga disebabkan karena para

informan tersebut merupakan kunci untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk

penelitian ini. Walaupun demikian, penelitian ini dominan dilakukan di tempat

Komunitas atau markas dimana Bekasi Berkebun sering Berkumpul, yaitu di kebun

komunitas di perumahan Vida Bekasi Timur. Sedangkan untuk waktu penelitian,

peneliti melakukan wawancara dengan Pendiri, Ketua, Anggota dan Pembina

Komunitas Bekasi Berkebun ini pada bulan Maret hingga Oktober 2017.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelusuran dalam mendapatkan data dan informasi di komunitas Bekasi

Berkebun di lakukan dengan beberapa teknik. Yang pertama melakukan teknik

observasi situational analysis untuk memperoleh gambaran umum komunitas Bekasi

Berkebun. Situational analysis merupakan teknik observasi dimana penelitian terhadap

suatu peristiwa dengan melibatkan tokoh-tokoh kunci dalam peristiwa itu.32 Tokoh

kunci yang peneliti observasi yang juga sebagai informan kunci adalah pendiri

komunitas dan ketua komunitas dari komunitas Bekasi Berkebun.

32 Prasetya Irwan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Depok : Departemen

Ilmu Administrasi FISIP UI, 2007, Hlm. 54

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

37

Teknik observasi lain yaitu observational case studies juga peneliti lakukan

untuk mendapatkan data mengenai pola interaksi sosial anggota di komunitas Bekasi

Berkebun. Observational case studies adalah metode penelitian yang terfokus pada

sekelompok orang (pendiri dan anggota yang merupakan pengurus organisasi di

komunitas).33

Teknik wawancara juga peneliti gunakan untuk mendapatkan data primer

mengenai proses interaksi sosial anggota di komunitas Bekasi Berkebun. Wawancara

dilakukan secara mendalam kepada para informan kunci dan informan baik dengan

wawancara terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur. Peneliti memberikan

sejumlah pertanyaan baku yang sudah dirancang sebelumnya. Wawancara tidak

terstruktur peneliti lakukan dengan para anggota peneliti dan publikasi untuk

mendapatkan data untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan mereka di

komunitas.

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen. Peneliti mengambil segala macam bentuk data

pendukung penelitian berupa gambar, artikel, dan laporan kinerja komunitas. Hal ini

dilakukan untuk dijadikan data pendukung laporan penelitian selain hasil hasil

wawancara dengan anggota komunitas Bekasi Berkebun.

33 Ibid., hlm. 54.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

38

1.8.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses menata, menstrukturkan, dan memaknai data

yang tidak beraturan.34 Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder

dianalisis kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan,

menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan judul yang diteliti. Analisis data

kualitatif berkaitan dengan reduksi data, yaitu memilah-milah data yang tidak beraturan

menjadi potongan-potongan yang lebih teratur dengan mengoding. Selain itu juga

butuh interpretasi untuk mendapatkan makna dan pemahaman terhadap kata-kata dan

tindakan para partisipan riset atau informan, dengan memunculkan konsep dan teori

yang menjelaskan temuan data. Berikut adalah proses analisis data yang peneliti

lakukan:

a) Pengumpulan data

Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan

hasil observasi dan wawancara di lapangan. Data yang dikumpulkan oleh peneliti

yaitu berupa hasil wawancara dengan pendiri, ketua, dan anggota Komunitas

Bekasi Berkebun yang merupakan pengurus organisasi di komunitas. Selain itu

juga peneliti mengambil dokumentasi berupa foto kegiatan Komunitas Bekasi

Berkebun.

34 Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public Relations

dan Marketing Communications, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2002), Hlm. 368.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

39

b) Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

peneliti. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data

yang direduksi. Memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari sewaktu-waktu

diperlukan. Sehingga akan terlihat data-data yang merupakan fokus penelitian

peneliti.

c) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk grafis sehingga peneliti dapat

menguasai data yang didapat.

d) Pengambilan simpulan atau verifikasi

Peneliti berusaha mencari pola model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal

yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya, jadi dari data tersebut peneliti

mencoba mengambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan

didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan jawaban atas

masalah yang diangkat dalam penelitian.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

40

1.9 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan: Pada Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang permasalahan

serta rumusan masalah yang peneliti ambil dalam penelitian ini. Lalu, peneliti juga

menyebutkan tujuan dan manfaat dari penelitian ini secara teoritis maupun praktis.

Sedangkan untuk menginterpretasikan secara sosiologis fenomena yang sedang diteliti,

peneliti menggunakan dan menguraikan kerangka konseptual sebagai pisau analisis

peneliti yang akan digunakan. Setelah itu, peneliti menjabarkan metodologi yang

digunakan serta teknik pengumpulan dan teknik analisis data.

Bab II Profil Komunitas Bekasi Berkebun dan Deskripsi Informan: Bab ini akan

mengulas profil Komunitas Bekasi Berkebun secara umum yang meliputi sejarah

berdirinya serta gambaran komunitas, jangkauan komunitas, target Audiense

komunitas Bekasi Berkebun, rekruitmen anggota, struktur organisasi, serta tujuan dan

kegiatan Bekasi Berkebun dalam mengatasi isu lingkungan yang dihadapinya, dan

deskripsi informan yang ikut andil dalam pengumpulan data penelitian.

Bab III Interaksi Sosial Anggota dalam Membentuk Solidaritas di Komunitas: Di

bab ini berisikan analisis data-data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian.

Dalam hal ini peneliti menganalisis komunitas Bekasi Berkebun yang memfokuskan

pada pola interaksi sosial anggota dalam membentuk solidaritas di komunitas. Dalam

mengkajinya disini peneliti menggunakan konsep komunitas, interaksi sosial dan

solidaritas. Pada penekanan interaksi sosial disini peneliti menggunakan konsep proses

interaksi sosial John Lewis Gillin dan John Phiillip Gillin. Pertama dimulai dari

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1635/1/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab

41

menjabarkan interaksi sosial anggota dalam membentuk solidaritas di komunitas, lalu

melihat proses adaptasi kepengurusan dalam interaksi sosial anggota melalui proses

kaderisasi, dan yang terakhir merefleksikan pendidikan atas pola interaksi sosial

anggota di komunitas Bekasi Berkebun.

Bab IV Analisis Pola Interaksi Sosial dalam Membentuk Solidaritas di

Komunitas:

Di bab ini berisikan analisis data-data yang diperoleh selama berlangsungnya

penelitian. Dalam mengkajinya disini peneliti menggunakan konsep komunitas,

interaksi sosial dan solidaritas. Pertama dimulai dari menjabarkan interaksi sosial

anggota dalam membentuk solidaritas di komunitas, lalu melihat proses adaptasi

kepengurusan dalam interaksi sosial anggota melalui proses kaderisasi, dan yang

terakhir merefleksikan pendidikan atas pola interaksi sosial anggota di komunitas

Bekasi Berkebun.

Bab V Penutup: Bab terakhir dari penelitian ini akan berisikan kesimpulan yang

merupakan resume jawaban atas pertanyaan penelitian dan saran-saran yang diperoleh

dari hasil penelitian. Kesimpulan tersebut dipadukan antara temuan lapangan dengan

hasil analisis menggunakan kerangka berpikir sosiologi. Dengan demikian penelitian

kesimpulan penelitian diakhiri dengan satu interpretasi yang jelas terhadap pendekatan

interaksi sosial dalam mengkaji Bekasi Berkebun. Serta disisipkan suatu saran atas

hasil temuan yang dipadukan dengan hasil analisis.