bab i pendahuluan - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/11201/5/bab 1.pdf · adanya...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan pengertian kekuasaan kehakiman
yang tercantum pula dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman.1
Sebagai konsekuensi dari sistem pembagian kekuasaan yang
diterapkan di negara ini, fungsi kekuasaan kehakiman atau yudikatif dipegang
oleh lembaga- lembaga yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
Kekuasaan kehakiman, yang merupakan salah satu cabang kekuasaan
negara, mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur melalui jalur hukum. Fungsi kekuasaan kehakiman adalah
melakukan kontrol terhadap kekuasaan negara untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kewenangan, sehingga tidak terjadi proses instrumentasi
yang menempatkan hukum menjadi bagian dari kekuasaan.
1Undang- Undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
1
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
2
Pada dasarnya kekuasaan kehakiman mendapatkan pijakan yang kuat
dari undang-undang, meskipun telah mengalami berbagai perubahan.
Perubahan tersebut bukan tanpa alasan, ia pasti didasari pada adanya
kepentingan dan kondisi tertentu. Pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX terutama Pasal 24 yang menegaskan
bahwa Kekuasaan Kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi. Yang secara khusus mengatur kekuasaan
kehakiman ini sebelumnya adalah UU No. 4 Tahun 2004, dan yang sekarang
berlaku adalah UU No. 48 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini, dalam
menyelenggarakan peradilan demi penegakan hukum dan keadilan,
Kekuasaan Kehakiman mesti merdeka.2
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka mengandung pengertian bahwa
dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang terkait dengan Kekuasaan
Kehakiman tersebut, baik yang bersifat fungsional maupun kelembagaan,
tidak boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh kekuasaan manapun. Hal itu
juga ditegaskan dalam beberapa peraturan perundang-undangan lainnya.3
UUD 1945 menyebutkan tiga lembaga negara yang termasuk dalam
lingkup kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Namun, menurut Pasal 24 Ayat
2: “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
2 Ibid, 2
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
3
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.4
Pengadilan, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, adalah salah satu
unsur penting dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat).
Hanya pengadilan yang memenuhi kriteria mandiri (independen), netral (tidak
berpihak), dan kompeten yang dapat menjamin pemenuhan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, posisi hakim sebagai aktor utama lembaga peradilan menjadi
amat vital, terlebih lagi mengingat segala kewenangan yang dimilikinya.
Melalui putusannya, hakim dapat mengubah, mengalihkan, atau bahkan
mencabut hak dan kebebasan warga negara, dan semua itu dilakukan dalam
rangka menegakkan hukum dan keadilan. Besarnya kewenangan dan
tingginya tanggung jawab hakim ditunjukkan melalui putusan pengadilan
yang selalu diucapkan dengan ikrah-ikrah "Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa". Hal ini menegaskan bahwa kewajiban
menegakkan keadilan tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.5
4 Undang-Undang 1945 dan Amandemen ke 2
5 Surat Keputusan Bersama antara MA dan KY tahun 2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, (Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2012), 2
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
4
Untuk mewujudkan pengadilan yang bersih tidak hanya mengandalkan
profesionalisme hakim, diperlukan pula syarat integritas dan moralitas hakim
yang tinggi guna menjaga keluhuran martabat hakim. Hal ini bisa terwujud,
selain dari kesadaran hakim itu sendiri untuk mewujudkan peradilan yang
bersih, juga diperlukan pengawasan internal Mahkamah Agung dan eksternal
Komisi Yudisial secara objektif dan serius menindak berbagai
penyalahgunaan kewenangan hakim dalam memutuskan perkara selain itu
adanya keterbukaan dan kebebasan pers untuk mengontrol kinerja hakim
sehingga hakim merasa takut melakukan berbagai penyimpangan.6
Apabila seorang hakim melakukan pelanggaran kode etik dan
pedoman perilaku hakim, maka hakim itu dapat diberikan sanksi, dalam
menentukan sanksi yang layak dijatuhkan, harus dipertimbangkan faktor-
faktor yang berkaitan dengan pelanggaran, yaitu latar belakang, tingkat
keseriusan, dan akibat dari pelanggaran tersebut terhadap lembaga peradilan
atau pihak lain.7
Hakim yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan ini diperiksa
oleh Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI. Mahkamah Agung RI dan
Komisi Yudisial RI menyampaikan hasil putusan hasil pemeriksaan kepada
ketua Mahkamah Agung. Hakim yang diusulkan untuk di karenakan sanksi
6 Binsar M. Gultom, Pandangan Kritis seorang Hakim dalam Penegakan Hukum di
Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 62.
7 Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
5
pemberhentian sementara dan diberhentikan oleh Mahkamah Agung RI atau
Komisi Yudisial RI diberi kesempatan untuk membela diri di Majelis
Kehormatan Hakim.8
Uraian kode etik hakim meliputi: etika kepribadian hakim, etika
melakukan tugas jabatan, etika pelayanan terhadap pencari keadilan, etika
hubungan sesama rekan hakim, dan etika pengawasan terhadap hakim.
Kemudian analisis hubungannya dengan undang-undang diketahui kode etik
hakim diatur dalam UU No 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum.
Sesorang yang menjabat sebagai hakim harus mematuhi undang-undang dan
berpegang kode kehormatan hakim. Hubungannya antara undang-undang dan
kode kehormatan hakim yang juga diataur di dalam undang-undang sehingga
sanksi pelanggaran undang-undang juga diberlakukan pada pelanggaran kode
kehormatan hakim.9
Menurut Majelis Kehormatan Hakim apabila terbukti melakukan
pelanggaran, maka berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat 1, yaitu hakim yang
bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya dengan
alasan:
a. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan
b. Melakukan perbuatan tercela
c. Terus-menerus melalaikan kewajiban menjalankan tugas pekerjaan
8 Ibid, 39
9Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), 104
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
6
d. Melanggar sumpah atau janji jabatan
e. Melanggar larangan pasal 18 (rangkap jabatan)
Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dilakukan setelah
hakim yang bersangkutan diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri
di hadapan Majelis Kehormatan Hakim.10
Menurut penjelasan pasal di atas yang dimaksud dengan “dipidana”
ialah dipidana dengan pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan. Yang
dimaksud dengan “melakukan perbuatan tercela” ialah apabila hakim yang
bersangkutan karena sikap, perbuatan, dan tindakannya, baik di dalam
maupun di luar pengadilan merendahkan martabat hakim. Yang dimaksud
dengan “tugas pekerjaan hakim” ialah semua yag dibebankan kepada hakim
yang bersangkutan. Berdasarkan ketentuan sanksi undang-undang adalah juga
sanksi Kode Kehormatan Hakim yang dapat dikenakan kepada
pelanggarnya.11
Perilaku hakim dapat menimbulkan kepercayaan, tetapi juga
menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat pada putusan pengadilan sejalan
dengan hal tersebut, hakim dituntut untuk selalu menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta menegakkan hukum, kebenaran dan
keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.12
10 Ibid, 105
11 Ibid, 106
12 Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 225
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
7
Dalam struktur kekuasaan kehakiman di Indonesia, dibentuk sebuah
Komisi Yudisial. Dengan kehormatan dan keluhuran martabatnya, kekuasaan
kehakiman yang merdeka dan bersifat (imparsial) diharapkan dapat
diwujudkan. Hal tersebut juga dapat diimbangi prinsip akuntabilitas
kekuasaan kehakiman. Baik dari segi hukum maupun segi etika. Di perlukan
institusi pengawasan yang indipenden terhadap para hakim itu sendiri.13
Dalam pemerintahan Islam terdapat lembaga peradilan Islam atau
disebut dengan (qa>da>’). Qa>da>’ adalah suatu keputusan produk
pemerintah (hakim). 14
Dapat diketahui lembaga peradilan maupun pengadilan merupakan
institusi yang sangat penting dalam penegakan hukum. Dalam institusi ini
selalu terkait unsur-unsur seperti, pertama: hukum (hukum syara’) yang
digunakan sebagai dasar dalam memutuskan perkara, kedua: orang yang
bertugas untuk menjatuhkan hukum yakni qa>di> atau hakim, ketiga:
kompetensi dan yuridiksi lembaga peradilan yang menjadi wewenang dalam
menyelesaikan perkara, keempat: ada pihak penggugat dan tergugat, kelima:
ada kasus yang diperselisihkkan atau pihak yang dirugikan sehingga perlu
diberikan hukuman atau putusan hakim, keenam: putusan hakim yang
13 Ibid, 226
14 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta; kencana, 2007), 6
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
8
mengikat para pihak dan wajib dijalankan, ketujuh: tujuan akhir dari lembaga
peradilan adalah penegakan hukum dan keadilan bagi umat manusia.15
Tugas dalam peradilan dalam Islam merupakan tugas yang sangat
mulia, sebab tugas dalam bidang ini merupakan yang sangat berat dan dituntut
tanggung jawab yang besar dalam melaksanakannya. Dilihat dari sudut
syari’ah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa
melaksanakan tugas peradilan adalah suatu kewajiban bagi hakim bagi setiap
manusia (orang) yang beriman.16
Dasar perintah Qa>da>’ yaitu firman Allah SWT dalam surat :
Artinya : “Hai Daud, Sesungguhnya kami menjalankan kamu Khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil”. (QS. Sa>d).17
Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak berima,
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
dipeselisihkan. (QS. An. Nisa>’).18
15 Ibid, 7
16 Ibid, 8
17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Cipta Media, 2005), 454
18 Ibid, 88
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
9
Dalam peradilan Islam Adab Kesopanan/Etika Hakim dalam
menangani perkara hendaklah hakim jangan memutuskan hukum dalam
sepuluh keadaan:
a. Sedang marah
b. Sedang lapar dan haus
c. Sedang susah atau sangat gembira
d. Sedang sakit
e. Sedang Manahan buang air
f. Mengantuk.19
Prosedur memutuskan perkara, para fuqaha>‘ telah menerangkan
beberapa cara bagi pengadilan yang tercakup beberapa hukum. Antara lain:
Hakim boleh memeriksa perkara dalam sidang terbuka dan boleh pula dalam
sidang tertutup. Hakim menyertakan beberapa ahli hukum untuk menyaksikan
putusan dan boleh pula dia memutuskan perkara dengan seorang diri dengan
hanya ditemani oleh pegawai-pegawainya. Para fuqaha>‘ terdahulu
senantiasa memutuskan perkara dalam sidang terbuka.20
Hakim yang sengaja berbuat curang dalam putusannya dan mengaku
bahwa dia berbuat demikian dengan sengaja, ia harus mengganti kerugian
dengan hartanya, dan hakim itu harus dipecat dari tugasnya. Tetapi apabila
19 Alaiddin Koto, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 46
20 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shieddiqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: Pustka Rizki, 1997), 58
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
10
kesalahan itu bukan dengan disengaja, maka hakim tidak diharuskan
membayar kerugian orang yang merasa dirugikan, karena hakim dalam
memutuskan perkara, adalah wakil dari penguasa, yang mengangkatnya.21
Pedoman hakim dalam memutuskan perkara adalah suatu yang
diucapkan oleh hakim yang menunjukkan keharusan orang yang terhukum
memenuhi suatu hak atau terdakwa. Maka itulah yang menjadi pegangan
hakim, baik dia seorang mujtahi>d ataupun seorang muqallid, ataupun dia
seorang yang diperintahkan memutus perkara dengan undang-undang yang
sudah ditentukan, atau yang sudah ditetapkan.22
Dari uraian diatas penulis ingin meneliti lebih jauh bagaiamana
“PELANGGARAN KODE ETIK HAKIM DALAM SURAT KEPUTUSAN
BERSAMA ANTARA MAHKAMAH AGUNG RI DAN KOMISI
YUDISIAL TAHUN 2009 PERSEPEKTIF SIYA>SAH SYAR‘IYAH “
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah
Agung RI dan Komisi Yudisial RI tahun 2009 tentang Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
21 Ibid, 61
22 Ibid, 62
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
11
2. Prosedur Hakim dalam Memutuskan Perkara.
3. Pedoman Hakim dalam Memutuskan Perkara.
4. Lembaga Peradilan dalam Islam.
5. Sanksi Hukum terhadap Hakim yang melakukan Pelanggaran terhadap
Kode Etik Perilaku Hakim dan Pedoman Perilaku Hakim.
6. Kajian Siya>sah Syar‘iyah terhadap pelanggaran Kode Etik Perilaku
Hakim.
Berdasarkan identifikasi di atas, maka ditetapkan batasan masalah
yang perlu dikaji. Studi dibatasi pada batasan masalah yaitu: “Pelanggaran
Kode Etik dan Sanksi Hukum Bagi Hakim yang Melakukan Pelanggran dalam
Menangani Perkara”.
C. Rumusan Masalah
Agar masalah yang diteliti jelas, maka permasalahan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelanggaran Kode Etik hakim dalam Memutuskan Perkara
dalam Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah Agung RI dan Komisi
Yudisial Tahun 2009 ?
2. Bagaimana Sanksi Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam
Persepektif Siya>sah Syar‘iyah ?
D. Kajian Pustaka
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
12
Kajian pustaka pada dasarnya adalah deskripsi penelitian terdahulu
yang terkait kajian yang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi penelitian.
Pembahasan tentang masalah ini sebelumnya sudah ada yang menulis
di antaranya :
1. Kode Etik Hakim Dalam Dustur Kehakiman Umar Bin Khattab dan
Relevansinya dengan Profesi Hakim di Indonesia, Tahun 2002, yang ditulis
oleh Rohim, Jurusan AS (Ahwalus Syakhsiyah ). Dalam skripsi yang
ditulis menjelaskan tentang kode etik hakim, syarat-syarat hakim menurut
islam, tugas dan kewajiban hakim serta pengangkatan hakim.23
2. Kebebasan Hakim Menurut Hukum Islam dalam UU No. 7 Tahun 1989,
Tahun 2000, yang ditulis oleh Nur Atiqoh, Jurusan Perbandingan Madzhab
dan Hukum (PMH). Dalam skripsi ditulis menjelaskan tentang pengertian
hakim, tujuan kebebasan hakim menurut hukum Islam dan UU No. 7
Tahun 1989, kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara
menurut hukum Islam dan UU No 7 Tahun 1989.24
3. Analisis Hukum Islam dan UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan
Agama Terhadap Syarat Tinggi Badan Bagi Pendaftar Calon Hakim
Pengadilan Agama, Tahun 2010, yang ditulis oleh Zakil Fuad, Jurusan AS
23 Rohim, Kode Etik Hakim Dalam Dustur Kehakiman Umar Bin Khattab dan Relevansinya dengan Profesi Hakim di Indonesia”, Jurusan Akhwalus Syakhsiyah , IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002
24 Nur Atiqoh, Kebebasan Hakim Menurut Hukum Islam dan UU No. 7 Tahun 1989.”, Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2000
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
13
(Akhwalus Syakhsiyah). Dalam skripsi yang ditulis menjelaskan tentang
ketentuan tentang syarat tinggi badan bagi calon hakim pengadilan agama,
sistem koleksi calon hakim pengadilan agama, alasan diberlakukan syarat
tinggi badan bagi pendaftaran calon hakim pengadilan agama, analisis
hukum Islam dan UU No. 3 Tahun 2006 tentang pengadilan agama
terhadap syarat tinggi badan bagi pendaftaran calon hakim pengadilan
agama.25
4. Analisis Fiqih Siya>sah Terhadap Pengawasan Pelanggaran Etika
Perilaku Hakim menurut UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, Tahun 2011, yang ditulis oleh Mukhratul Makbul Jurusan SJ
(Siyasah Jinayah). Dalam skripsi yang ditulis dijelasakn tentang lembaga
pengawasan kode etik hakim dalam hukum positif dan hukum Islam,
tentang kode etik hakim dan pengawasannya, tentang tinjauan fiqih
siya>sah terhadap pengawasan pelanggaran etika hakim menurut UU No.
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.26
Menurut penulis, bahwa skripsi di atas mengulas tentang lembaga
yang mengawasi tentang kode etik hakim dalam hukum positif dan hukum
Islam, dan pengawasan internal yang dilakukan Mahkamah Agung dan
pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Komisi Yudisial. Dalam skripsi ini
25 Zakil Fuad, “ Analisis Hukum Islam dan UU No 3 Tahun 2006 Tentang Pengadilan Agama
Terhadap Syarat Tinggi Badan Bagi Pendaftaran Calon Hakim Pengadilan Agama”, 2010
26 Mukhratul Makbul, “ Analisis Fiqih Siyasah Terhadap pengawasan Pelanggaran Etika Perilaku Hakim Menurut UU No 48 tahun 2009Tentang Kekuasaan Kehakiman”, 2011
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
14
penulis mengambil tema yang tidak jauh beda tentang Kode Etik Hakim,
namun fokus yang diteliti berbeda. Skripsi ini menjadi fokus penulisan adalah
Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersma antara
Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 Perepektif
Siya>sah Syar‘iyah.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan
sebagaimana rumusan masalah di atas, sehingga nantinya dapat diketahui
secara jelas dan terperinci tujuan diadakannya penelitian ini. Adapun tujuan
tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah Agung RI
dan Komisi Yudisial RI tahun 2009 tentang kode etik dan pedoman
perilaku hakim.
2. Untuk mengetahui sanksi hukum terhadap hakim yang melakukan
pelanggaran dalam persepektif Siya>sah Syar‘iyah.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membawa maanfaat
dan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Dari segi teoritis
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
15
a. Bagi lembaga pendidikan, sebagai sumbangan pengetahuan dan
penambahan perbendaharaan perpustakaan.
b. Bagi peneliti berikutnya, sebagai sumbangan pengetahuan yang baru
yang hasilnya dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya.
2. Dari segi praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada
seluruh masyarakat pada umumnya sehingga penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan
dengan masalah Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan
Bersama antara Mahkmah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009
Persepektif Siya>sah Syar‘iyah.
G. Definisi Operasional
Untuk memahami suatu judul penelitian, maka perlu diuraikan
pengertian setiap variabel secara terperinci dan bersifat operasional, adapun
variabel yang harus dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pelanggaran Kode Etik Hakim : Suatu perbuatan yang melanggar aturan
atau norma-norma yang berlaku.27Dalam hal ini adalah pelanggaran yang
27 Pius Pantanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), 29
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
16
di lakukan oleh hakim. Pelanggaran yang dilakukan oleh seorang hakim
dapat dikenakan sanksi, adapun sanksi terdiri dari sanksi ringan, sanksi
sedang dan sanksi berat. Sanksi ringan meliputi, teguran lisan, teguran
tertulis dan teguran pernyataan tidak puas secara tertulis. Kode Etik dapat
diartikan juga pola aturan, tata cara, tanda pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan, atau tata cara sebagai perilaku. secara
etimologis kata etika sama dengan kata moral, keduanya berarti adat
kebiasaan. Perbedaannya hanya pada bahasa asalnya, etika dari bahasa
Yunani sedangkan moral berasal dari bahasa Latin. Maka kata moral sama
dengan kata etika, yaitu nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.28Hakim adalah pegawai
sipil yang mempunyai jabatan fugsional. Kode etik hakim disebut juga
kode kehormatan hakim.29Hakim juga adalah pejabat melaksanakan tugas
Kekuasaan Kehakiman yang syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhentian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh undang-
undang.30Dalam hal ini adalah tentang Kode Etik Hakim dan Pedoman
Perilaku hakim.
2. Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah Agung RI dan Komisi
Yudisial RI Tahun 2009 : adalah surat keputusan bersama yang dikeluarkan
28 Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), 17
29 Ibid, 101
30 C.S.T. kansil, Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 18
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
17
oleh Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 tentang
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
3. Siya>sah Syar‘iyah : Pengurusan hal-hal yang bersifat umum bagi Negara
Islam dengan cara menjamin perwujudan kemaslahatan dan penolakan
kemudaratan dengan tidak melampaui batas-batas syari’ah.31Ilmu fiqh
siya>sah itu sering juga di sinonimkan dengan ilmu Siya>sah Syar‘iyah,
yaitu ilmu tata Negara Islam. Dalam hai ini adalah tentang pelanggaran
Kode Etik hakim menurut Siya>sah Syar‘iyah dan lembaga yang
berwenang dalam menangani Etika perilaku hakim yang melakukan
pelanggaran dalam memutuskan perkara.
H. Metode Penelitian
Studi ini merupakan penelitian pustaka (library Research) yaitu
menjadikan bahan pustaka sebagai bahan utama dalam proses penelitian ini di
lakukan secara bertahap dengan cara mengakomodasikan segala data yang
terkait, diantaranya:
1. Data yang dikumpulkan
Dalam penelitian ini data yang dihimpun adalah:
31 A. Djazuli, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syari’ah, (Jakarta:
Kencana, 2003), 28
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
18
a. Data tentang pelanggaran kode etik perilaku hakim dalam Surat
Keputusan Bersama antara Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial
RI tahun 2009.
b. Tentang sanksi hukum terhadap hakim yang melakukan pelanggaran
persepektif siya>sah syar‘iyah
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini merupakan sumber dari mana data akan digali,
karena penelitian ini bersifat kepustakaan, maka sumber utama yang
digunakan adalah buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan judul
penelitian. Sumber data tersebut di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
1. Undang-Undang 1945
2. Undang-Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
3. Undang-Undang No 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial
4. Undang-Undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
5. Undang-Undang No 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum
6. SKB MA dan KY tahun 2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim
b. Data Sekunder
1. Pandangan Kritis seorang Hakim dalam Penegakan Hukum di
Indonesia, oleh Binsar M. Gultom
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
19
2. Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, oleh Abdul
Manan
3. Peradilan dan Hukum Acara Islam, oleh Tengku Muhammad Hasbi
Ash Shiddieqy
4. Etika Profesi Hukum, oleh Muhammad Nuh
5. Etika Profesi Hukum, oleh Abdulkadir Muhammad
6. Fiqih Siya>sah, oleh A. Djazuli
7. Sejarah Peradilan Islam, oleh Alaiddin Koto
8. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, oleh
Supriadi
3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
pustaka yang meneliti sumber-sumber pustaka yang dipandang relevan
dengan skripsi ini.32Sehingga teknik pengumpulan data skripsi ini
menggunakan dokumenter dan sumber primer dan sekunder yang telah
dipublikasikan baik dalam bentuk buku, jurnal ilmiah maupun dalam
bentuk lainnya yang representatif dan relevan dalam skripsi ini.
4. Teknik Pengelolaan Data
Semua data yang terkumpul kemudian akan dianalisis secara
bertahap, yakni sebagai berikut:
32 Bangbang Waluyo, Penelitian Hukum dengan Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika,1996), 50
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
20
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh, secara
cermat dan baik itu data primer dan sekunder.33Tentang Pelanggaran
Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersama antara Mahkamah
Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 Persepektif Siya>sah
Syar‘iyah
b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis.34Tentang
Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersama antara
Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial Tahun 2009 persepektif
Siya>sah Syar‘iyah
c. Analizing, yaitu tahap analisis terhadap data, tentang Pelanggaran
Kode Etik Hakim dalam dalam Surat Keputusan Bersama Mahkamah
Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 Persepektif Siya>sah
Syar‘iyah
5. Metode Analisis Data
Tehnik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif,
yaitu suatu teknik dipergunakan dengan jalan memberikan gambaran
terhadap maslah yang dibahas dengan menyusun fakta-fakta sedemikian
rupa sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat dipahami
dengan mudah.35Langkah yang ditempuh penulis ialah mendiskripsikan
33 Ibid, 51
34 Ibid, 72
35 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993), 71
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
21
konsep Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersama
antara Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial Tahun 2009 kemudian
di analisis dengan pendekatan Siya>sah Syar‘iyah.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam skripsi ini
menggunakan metode deduktif.36Yang diperoleh secara umum yang
kemudian dianalisis untuk disimpulkan secara khusus. Gambaran umum
Pelanggaran Kode Etik Hakim dalam Surat Keputusan Bersama antara
Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009, selanjutnya
ditarik kesimpulan berupa khusus menurut Siya>sah Syari‘iyah.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini dan
agar dapat difahami permasalahan secara sistematis, maka pembahasannya
disusun dalam perbab yang masing-masing bab mengandung sub bab,
sehingga tergambar terkaitan yang sistematis, sistematika pembahasannya
sebagai berikut:
Bab Pertama merupakan Bab Pendahuluan. Bab ini berisi Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah, Rumusan
Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan penelitian, Kegunaan Hasil penelitian,
36 M. Arhamul Wildan, “Metode Penalaran Deduktif dan Induktif”, dalam Arhamul Wildan,
blog sport.com (13 Maret 2003), 1
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
22
Definisi Operasional, Metode Penelitian. Bab ini diakhiri dengan Sistematika
Pembahasan.
Bab Kedua: Bab ini memuat tentang kode etik hakim menurut
Siya>sah Syar‘iyah. Bab ini membahas tentang kode etik hakim menurut
hukum menurut Siya>sah Syar‘iyah
Bab Ketiga: Bab ini memuat tentang Surat Keputusan Bersama antara
Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI Tahun 2009 Tentang Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim
Bab Keempat: Bab ini berisi tentang analisis Siya>sah Syar‘iyah
tentang prinsip-prinsip hakim dan analisis Siya>sah Syar‘iyah terhadap
larangan dan kewajiban hakim dan analisis Siya>sah Syar‘iyah tehadap
sanksi pelanggaran kode etik hakim.
Bab Kelima memuat tentang kesimpulan yang merupakan rumusan
singkat sebagai jawaban atas permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Serta
saran-saran yang berkaitan dengan topik pembahasan skripsi ini
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping