bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.uir.ac.id/871/1/bab1.pdfprovinsi riau yang berada di...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan laut lebih dari 75% yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari 17.500 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu sepanjang 81.000 km (Murdianto, 2004 dalam Tresha, 2017). Wilayah pesisir dapat didefenisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly et al, 2002). Wilayah pesisir merupkan kawasan yang sangat dinamis dari segi fisik, sosial, dan ekonomi. Pergulatan dan interaksi kemanusian dan alam sangat intens terjadi yang melahirkan berbagai bentuk kearifan lokal dan modal sosial yang tumbuh dengan kuat. Selain itu, secara proses fisik, wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat komplek dan mempunyai dinamika yang tinggi. Wilayah pesisir mengalami tekanan yang besar baik dari segi proser fisik maupun aktivitas manusia (Marfai, 2015). Dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan pessir, seluruh aspek yang terdapat di dalamnya seperti sumbernya alam harus dapat dimanfaatkan secara optimal dan sinergis untuk tujuan pemanfaatan yang multiguna. Berbagai pendekatan dilakukan pengelolaan kawaan pesisir dewasa ini. Pendekatan- pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan ekosistem-ekonomi- kelembagaan, pendekatan berbasis komunitas (community based approash/management), dan pendekatan pengelolaan yang terintegrasi (integrated

Upload: dinhkiet

Post on 09-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan laut

lebih dari 75% yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari

17.500 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu

sepanjang 81.000 km (Murdianto, 2004 dalam Tresha, 2017). Wilayah pesisir

dapat didefenisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem

laut dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang

rentan (Beatly et al, 2002).

Wilayah pesisir merupkan kawasan yang sangat dinamis dari segi fisik,

sosial, dan ekonomi. Pergulatan dan interaksi kemanusian dan alam sangat intens

terjadi yang melahirkan berbagai bentuk kearifan lokal dan modal sosial yang

tumbuh dengan kuat. Selain itu, secara proses fisik, wilayah pesisir merupakan

kawasan yang sangat komplek dan mempunyai dinamika yang tinggi. Wilayah

pesisir mengalami tekanan yang besar baik dari segi proser fisik maupun aktivitas

manusia (Marfai, 2015).

Dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan pessir, seluruh aspek yang

terdapat di dalamnya seperti sumbernya alam harus dapat dimanfaatkan secara

optimal dan sinergis untuk tujuan pemanfaatan yang multiguna. Berbagai

pendekatan dilakukan pengelolaan kawaan pesisir dewasa ini. Pendekatan-

pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan ekosistem-ekonomi-

kelembagaan, pendekatan berbasis komunitas (community based

approash/management), dan pendekatan pengelolaan yang terintegrasi (integrated

2

coastal zone management). Pendekatan ekosistem-ekonomi-kelembagaan

dilakukan dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dalam

pemanfaatan kawasan pesisir untuk aktivitas ekonomi. Pendekatan ini

dilaksanakan secara sinergis dengan lembaga-lembaga terkait yang merupakan

bagian dari operasionalisasi pelaksanaan. Pendekatan berbasis komunitas

(community based approach/management) merupakan pendekatan yang secara

terus-menerus dan dinamis yang keputusannhya diambil untuk penggunaan yang

berkelanjutan. Sementara itu, pendekatan pengelolaan yang teriintegrasi

(integrated coastal zone management) dilakukan memacu pembangunan yang

berkelanjutan di kawasan pesisir, mengurangi kerawanan terhadap bencana

pesisir, dan keragaman hayati yang terdapat di kawasan pesisir (Marfai, 2015).

Provinsi Riau terletak di pesisir timur Pulau Sumatera yang berseberangan

dengan Malaysia (dipisahkan oleh Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran

International). Provinsi Riau memiliki potensi lahan yang sangat luas. Garis

pantainya yang bersentuhan dengan Selat Malaka mempunyai banyak potensi

pesisir dan kelautan yang bisa dimanfaatkan (Hidayat, 2010).

Kabupaten Bengkalis dapat dikategorikan sebagai salah satu kabupaten di

Provinsi Riau yang berada di sepanjang garis pantai. Wilayahnya mencakup

dataran bagian timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan dengan luas

11.481,77 km². Kawasan pesisir di Kabupaten Bengkalis yang meliputi

Kecamatan Bantan, Bengkalis, Bukit Batu, Rupat dan Rupat Utara merupakan

kawasan yang rentan terjadi abrasi sejak puluhan tahun lalu. Bahkan panjang

daerah kritis di kawasan pesisir pantai di lima kecamatan tersebut mencapai 46,5

kilometer (km). Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bengkalis

3

Drs.H.Arman AA mengungkapkan bahwa akibat abrasi yang terjadi, sejumlah

kawasan yang terletak di bibir pantai sudah berada di tahap keritis dikawasan

tanah dan perkebunan serta rumah warga, berdasarkan data terakhir kita tahun

2016 lalu, panjang daearah kritis khususnya bibir pantai rawan abrasi maupun

ekosistem, terang Arman (Alfisnardo, 2017).

Pulau Rupat merupakan satu pulau terluar di Indonesia yang mempunyai

dua kecamatan yaitu Rupat dan Rupat Utara. Pulau ini memiliki posisi yang

sangat strategis, karena berhadapan langsung dengan perairan internasional yang

sangat ramai, yaitu Selat Malaka. Pulau Rupat mempunyai pantai dengan pasir

putih yang membentang sepanjang 17 Km mulai dari Desa Teluk Rhu Kecamatan

Rupat Utara sampai dengan Sungai Cingam Kecamatan Rupat. Pantai dengan

lebar 30 meter jika air surut atau 7 meter saat air pasang, memiliki keindahan yang

tidak kalah dengan pantai-pantai di pulau Bali (Roni, et al, 2016).

Erosi pantai merupakan hilangnya daratan di wilayah pesisir. Penyebabnya

adalah arus laut, gelombang, kondisi morfologi/litologi, keberadaan vegetasi

pantai dan adanya aktivitas manusia yang bersifat merusak pantai. Berbeda

dengan erosi, akresi merupakan bertambahnya suatu daerah tertentu di pantai. Hal

tersebut terjadi akibat berkumpulnya sedimen-sedimen yang membentuk dataran

baru. Fenomena erosi pantai dan akresi saling terkait karena apabila terjadi erosi

pantai di suatu wilayah pesisir, akan terjadi akresi di wilayah pesisir lain pada

daerah tersebut (Marfai, 2015).

Abrasi di Pulau Rupat terjadi di desa-desa yang berada di Kecamatan

Rupat Utara dan Rupat. Desa-desa yang terkena abrasi di Rupat Utara meliputi

Desa Tanjung Medang, Teluk Rhu, Tanjung Punak dan Kandur. Sedangkan di

4

Kecamatan Rupat, Desa Sungai Cingam, Kelurahan Terkul dan Pergam. Panjang

pantai terkena dampak abrasi adalah 49 km, dengan panjang daerah kritis 13 km

dengan laju abrasi pertahun 5-6 meter. Abrasi yang terjadi di wilayah-wilayah

pesisir kabupaten bengkalis sudah terjadi sejak tahun 1988 sampai sekarang,

artinya peristiwa akibat penomena alam ini sudah berlangsung mencapai 28 tahun

dan sudah banyak kawasan permukiman dan perkebunan maupun tanah

masyarakat dan bibir pantai yang amblas diterjang gelombang sehingga ada

beberapa kawasan yang kita kategorikan kedalam kawasan kritis, ulas Arman

(Alfisnardo, 2017)

Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun terancam

keberlanjutannya. Potensi kekayaan alam dan bernilai ekonomi maka wilayah

pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi, maka seharusnya wilayah pesisir

dalam pengelolaannya perlu ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat

dikelola secara benar dan berkelanjutan (Fabianto dan Berhitu, 2014).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, terkait definisi kawasan pesisir pada Pasal

1 Angka 8 disebutkan bahwa “Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria

karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan

keberadaannya”. Selanjutnya dalam undang-undang tersebut pada Pasal 1 Angka

9 dan Angka 10 juga memuat beberapa pengertian kawasan sebagai berikut :

Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah Pesisir yang ditetapkan

peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. Kawasan Strategis Nasional

Tertentu adalah Kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian

5

lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya

diprioritaskan bagi kepentingan nasional.

Studi terkait strategi pengelolaan kawasan pesisir, khususnya berkaitan

dengan perubahan garis pantai, penggunaan lahan, sosial ekonomi dan, kebijakan

pemerintah, sangatlah penting untuk ditingkatkan karena kawasan pantai

merupakan kawasan yang banyak menyimpan potensi kekayaan alam yang perlu

untuk dipertahankan dan bernilai ekonomi, maka wilayah pesisir dihadapkan pada

ancaman yang tinggi, maka seharusnya wilayah pesisir dalam pengelolaannya

perlu ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara benar dan

berkelanjutan (Fabianto dan Berhitu, 2014).

Perubahan garis pantai, penggunaan lahan, sosial ekonomi dan, kebijakan

pemerintah, merupakan suatu sistem yang terkait satu sama lain. Oleh karena itu,

terkait pengelolaan kawasan pesisir khususnya Kecamatan Rupat Utara, penulis

mengambil judul tugas akhir yaitu, Strategi Pengelolaan Kawasan Pesisir Pulau

Rupat studi kasus Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis.

1.2 Rumusan Masalah

Wilayah pesisir merupkan kawasan yang sangat dinamis dari segi fisik,

sosial, dan ekonomi. Pergulatan dan interaksi kemanusian dan alam sangat intens

terjadi yang melahirkan berbagai bentuk kearifan lokal dan modal sosial yang

tumbuh dengan kuat. Selain itu, secara proses fisik, wilayah pesisir merupakan

kawasan yang sangat komplek dan mempunyai dinamika yang tinggi. Wilayah

pesisir mengalami tekanan yang besar baik dari segi proser fisik maupun aktivitas

manusia.

6

Pantai di Pulau Rupat merupakan pantai yang sangat rawan mengalami

abrasi, karena berhadapan langsung dengan lautan yang terbuka. Kondisi tersebut

menyebabkan gelombang, arus dan pasang surut air laut yang terjadi akibat

bangkitan angin cukup besar yang potensial bisa menyebabkan abrasi pantai.

Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan

yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur tangan manusia.

Konversi lahan dan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah satu

penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan pesisir yang

mempengaruhi penyimpangan tata guna lahan di kawasan tersebut.

Pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor

pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based), seperti nelayan,

pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Tingkat pendidikan

penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi lingkungan pemukiman

masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan

terkesan kumuh. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam

tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap

sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Kebijakan pemerintah terkait dengan kawasan pesisir yaitu sebagai mana

telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RSWP-3K) Kabupaten Bengkalis Tahun 2014, bahwa visi pengembangan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis tahun 2015 -2034,

adalah: “Terwujudnya Wilayah Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil Kabupaten

Bengkalis yang Berkelanjutan, Kondusif dan Produktif Dengan Konsep Blue

Economy Menuju Masyarakat Sejahtera Pada Tahun 2034”

7

Berbagai kekayaan keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam serta jasa-

jasa lingkungan yang diberikan, sumberdaya pesisir dan lautan mempunyai nilai

ekonomis dan ekologis yang tinggi. Guna menjamin keberlanjutan sumberdaya

alam tersebut, maka pengelolaannya harus dilakukan secara terencana dan terpadu

serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada semua pemangku

kepentingan, terutama masyarakat pesisir dan meminimalkan dampak serta

konflik yang mungkin terjadi (Dahuri, et al, 2001).

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan garis pantai di Kecamatan Rupat Utara ?

2. Bagaimana penggunaan lahan di Kecamatan Rupat Utara ?

3. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Rupat Utara?

4. Bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan kawasan

pesisir ?

5. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian tugas akhir ini ialah merumuskan strategi pengelolaan kawasan

pesisir Kecamatan Rupat Utara, pengelolaan kawasan pesisir di rumuskan

mengunakan indikator, perubahan garis pantai, penggunaan lahan, sosial ekonomi

dan, kebijakan pemerintah.

8

1.4 Sasaran Penelitian

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Teridentifikasi perubahan garis pantai Kecamatan Rupat Utara.

2. Teridentifikasi penggunaan lahan Kecamatan Rupat Utara.

3. Teridentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Rupat

Utara.

4. Teridentifikasi kebijakan-kebijakan pemerintah terkait pengelolaan kawasan

pesisir.

5. Terumusnya strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :

1. Manfaat bagi instansi/pemerintahan.

Penelitian mengenai Strategi pengelolaan kawasan pesisir Pulau Rupat,

studi kasus Kecamatan Rupat Utara, dengan indikator perubahan garis

pantai, penggunaan lahan, sosial ekonomi dan, kebijakan pemerintah,

tentunya dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah khususnya

pemerintah Kabupaten Bengkalis. Melalui penelitian ini dapat memberikan

masukan dan pertimbangan kepada pemerintah daerah atau instansi terkait

di Kabupaten Bengkalis terkait dengan perubahan garis pantai dan dapat

membantu pemerintah untuk menyusun dan merumuskan kebijakan strategi

dalam pengelolaan kawasan pesisir.

9

2. Manfaat bagi peneliti/akademis

Penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori

yang di pelajari dalam perkuliahan.

3. Manfaat bagi penelitian selajutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan referensi untuk membuat

penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi wilayah Kecamatan Rupat

Utara, Kabupaten Bengkalis. Secara geografis, Kecamatan Rupat Utara berbatasan

dengan.

Utara : Selat Malaka

Selatan : Rupat, Bengkalis

Barat : Selat Malaka

Timur : Selat Malaka

Mulai Desember 2013 jumlah desa di Rupat Utara menjadi delapan desa

yang sebelumnya berjumlah lima desa dapat dilihat pada Tabel. 1.1

10

Tabel 1.1

Luas Wilayah Kecamatan Menurut Desa Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah

(Km²)

Persentasi

(%)

1 Titi Akar 185 29.44

2 Tanjung Medang 75 11.93

3 Teluk Rhu 72.5 11.54

4 Tanjung Punak 66 10.5

5 Kadur 76 12.09

6 Hutan Ayu 56 8.91

7 Suka Damai 59 9.39

8 Putri Sembilan 39 6.21

Jumlah Total 628.5 100

Sumber : Kecamatan Rupat Utara Dalam Angka 2014

Berdasarkan data dari kantor Kecamatan Rupat Utara, luas wilayah

Kecamatan Rupat Utara adalah 628,50 km², dengan desa terluas adalah Desa Titi

Akar dengan luas 185 km² atau sebesar 29,44% dari luas keseluruhan Kecamatan

Rupat Utara. Dan desa terkecil adalah Desa Putri Sembilan dengan luas 39 km²

atau 6,21% dari luas keseluruhan. Desa dengan jarak lurus terjauh dari ibukota

Kecamatan Rupat Utara adalah Desa Titi Akar dengan jarak lurus 25 km. Dan

jarak terdekat adalah Desa Tanjung Medang sebagai ibukota Kecamatan Rupat

Utara.

11

Gambar. 1.1 Peta Administrasi Kecamatan Rupat

Utara

11

12

1.6.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi

pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara, berdasarkan perubahan

garis pantai, penggunaan lahan, sosial ekonomi dan, kebijakan pemerintah. Untuk

lebih jelas, secara rinci ruang lingkup materi pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Menganalisis perubahan garis pantai Kecamatan Rupat Utara menggunakan

citra landsat 7 ETM+ Time Series.

2. Menganalisis penggunaan lahan Kecamatan Rupat Utara menggunakan

citra landsat tahun 2015.

3. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan

Rupat Utara yang mempunyai indikator yang terdiri dari:

a) Pekerjaan

b) Pendapatan

c) Pengeluaran

d) Jumlah penduduk

e) Kepadatan penduduk

f) Pendidikan terakhir

g) Tempat tinggal

h) Status rumah

4. Mengidentifikasi kebijakan- kebijakan pemerintah terkait pengelolaan

kawasan pesisir.

5. Merumuskan strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara

yang diperoleh dari poin satu sampai poin empat dengan menggunakan

SWOT.

13

1.7 Kerangka Penelitian

Sumber : Hasil Analisis, 2017 Gambar 1.2

Kerangka Berfikir

Latar belakang

Secara umum, wilayah pesisir dapat didefenisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara

yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly et al, 2002). Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamisasi

kawasan pantai yang terjadi secara terus menerus. Perubahan garis pantai yang terjadi di kawasan pantai berupa pengikisan badan pantai (abrasi) dan

penambahan badan pantai (sedimentasi atau akresi). Desa-desa yang terkena abrasi di Rupat Utara meliputi Desa Tanjung Medang, Teluk Rhu,

Tanjung Punak dan Kandur. Panjang pantai terkena dampak abrasi adalah 49 km, dengan panjang daerah kritis 13 KM dengan laju abrasi pertahun

5-6 Meter, yang berdampak terhadap sejumlah kawasan yang terletak di bibir pantai sudah berada di tahap keritis dikawasan tanah dan perkebunan

serta rumah warga.

Teridentifikasi

karakteristik sosial

ekonomi masyarakat di

Kecamatan Rupat Utara

Teridentifikasi Perubahan

garis pantai Kecamatan

Rupat Utara.

Teridentifikasi Landuse

Kecamatan Rupat Utara.

Teridentifikasi kebiijakan

pemerintah terkait pengelolaan

kawasan pesisi

Deskriftif - Kuantitatif

SIG (Sistem informasi

geografis) dan

pengindraan jauh

SIG (Sistem informasi

geografis) dan

pengindraan jauh

Deskriftif

SWOT

Strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara

14

1.8 Sistematika Penulisan

Gambaran tentang sistematika penulisan yang digunakan dalam

penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan,

manfaat dan sasaran studi, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka

pikir serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang kumpulan teori yang berkaitan dengan

studi penelitian yaitu tentang, defenisi kawasan pesisir, penggunaan

lahan, karakteristik sosisal masyarakat pesisir, tinjauan kebijakan,

pengelolaan kawasan pesisir, pengindraan jauh (remote sensing) dan

penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan studi, analisis yang digunakan

serta metode yang digunakan dalam penelitian perubahan garis pantai

Kecamatan Rupat Utara.

BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum atau deskripsi

Kecamatan Rupat Utara. Karakteristik masyarakat Kecamatan Rupat

Utara

15

BABV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil analisis, perubahan garis pantai

,penggunaan lahan, karakteristik sosial ekonomi masyarakat, kebijakan

pemerintah, dan strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan

Rupat Utara.

BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari tahap analisis mengenai

strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Rupat Utara.