bab i pendahuluan 1.1. latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi wisata yang beragam. Potensi wisata yang ada terdiri atas wisata alam dan budaya. Oleh karena sebagian wilayahnya terletak di lereng Gunung Lawu, maka Ngawi menawarkan wisata alam pegunungan sebagai daya tarik utama. Namun tidak hanya itu, kabupaten yang dikenal dengan slogan “Ngawi Ramah” juga memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang bernama Benteng Van Den Bosch. Setidaknya dalam 10 tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Ngawi gencar mengembangkan bidang pariwisata. Semenjak berdirinya Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Dispariyapura) pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Ngawi mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengembangan pariwisata seperti Rencana Strategis, menyusun Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi tentang retribusi, membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) di destinasi wisata Taman Wisata Tawun pada tahun 2013, mencanangkan Tahun Kunjungan Wisata Ngawi 2012 (Visit Ngawi 2012), menyusun Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) untuk menggali potensi wisata, serta melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dalam Program Sapta Pesona (Rohmah dan Trilaksana, 2014:440).

Upload: phungtuong

Post on 29-Apr-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi

wisata yang beragam. Potensi wisata yang ada terdiri atas wisata alam dan

budaya. Oleh karena sebagian wilayahnya terletak di lereng Gunung Lawu, maka

Ngawi menawarkan wisata alam pegunungan sebagai daya tarik utama. Namun

tidak hanya itu, kabupaten yang dikenal dengan slogan “Ngawi Ramah” juga

memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

bersejarah peninggalan Belanda yang bernama Benteng Van Den Bosch.

Setidaknya dalam 10 tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Ngawi gencar

mengembangkan bidang pariwisata. Semenjak berdirinya Dinas Pariwisata

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Dispariyapura) pada tahun 2008,

Pemerintah Kabupaten Ngawi mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengatur

pengembangan pariwisata seperti Rencana Strategis, menyusun Peraturan Daerah

Kabupaten Ngawi tentang retribusi, membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) di

destinasi wisata Taman Wisata Tawun pada tahun 2013, mencanangkan Tahun

Kunjungan Wisata Ngawi 2012 (Visit Ngawi 2012), menyusun Rencana Aksi

Kota Pusaka (RAKP) untuk menggali potensi wisata, serta melaksanakan

kebijakan pemerintah pusat dalam Program Sapta Pesona (Rohmah dan

Trilaksana, 2014:440).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

2

Saat ini, Pemerintah Kabupaten Ngawi sedang merintis program Visit

Ngawi 2017. Program tersebut dirintis untuk menguatkan posisi Ngawi dalam

bidang pariwisata. Tujuan dari program ini yaitu meningkatkan angka kunjungan

wisata di Kabupaten Ngawi. Beragam perhelatan tahunan sudah digelar demi

mendukung persiapan program Visit Ngawi 2017 antara lain yaitu acara kirab

budaya pada Hari Jadi Ngawi1 dan ritual Keduk Beji yang setiap tahunnya

diselenggarakan di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Ngawi. Pemerintah

Kabupaten Ngawi melalui Dispariyapura berupaya untuk terus melestarikan

tradisi dan meningkatkan perekonomian warga setempat2.

Beragam usaha pemerintah untuk memajukan pariwisata yang juga

ditunjang dengan ketersediaan potensi wisata yang beragam dapat memberikan

peluang bagi pariwisata Kabupaten Ngawi untuk berkembang pesat. Selain itu

Ngawi memiliki lokasi yang strategis oleh karena merupakan jalur perlintasan

utama Solo – Surabaya dan jalur alternatif antar kota karena posisi geografis

Ngawi yang merupakan perlintasan pergerakan dari Provinsi Jawa Tengah ke

Provinsi Jawa Timur maupun sebaliknya3. Tidak menutup kemungkinan pula jika

di masa mendatang, Ngawi menjadi salah satu tujuan wisata utama dalam

rangkaian paket perjalanan menuju kota-kota besar di Jawa Tengah maupun Jawa

Timur.

1Humas Ngawi, “Kirab Pusaka : Event Unggulan Ngawi Visit Year 2017”, diakses dari

http://www.ngawikab.go.id/home/2016/07/kirab-pusaka-ngawi-visit-year-2017/ pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 18.27 WIB. 2 Bangsa Online, “Ritual Keduk Beji Diharapkan Bisa Dukung Visit Ngawi Year 2017”, diakses dari

http://www.bangsaonline.com/berita/14921/ritual-keduk-beji-diharapkan-bisa-dukung-visit-ngawi-year-2017 pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 18.37 WIB. 3 Diakses dari http://dishubkominfo.ngawikab.go.id/wp-content/uploads/2009/10/tataran_

transportasi_lokal/tataran_transportasi_lokal_bab5.pdf pada tanggal 19 Agustus 2016 pukul 18.03 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

3

Dalam rangka memajukan pariwisata daerah, Pemerintah Kabupaten

Ngawi khususnya Dispariyapura perlu melakukan kegiatan promosi yang tepat

untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Ngawi. Media promosi yang

digunakan harus menyediakan informasi yang lengkap sekaligus menarik.

Informasi mengenai destinasi wisata maupun daerah tujuan wisata menjadi

penting karena hal tersebut merupakan bagian dari promosi pariwisata. Kegiatan

promosi pariwisata dapat dilakukan melalui beraneka ragam media. Brosur,

pemandu wisata, dan kantor informasi pariwisata merupakan contoh-contoh

media untuk memberikan informasi kepada wisatawan (Molina dan Esteban,

2006:1038).

Salah satu media yang paling mudah dan sering digunakan adalah brosur

pariwisata (Nolan dalam Molina dan Esteban, 2006:1038). Andereck, Vogt, dan

LeClerc (2003) dalam Andereck (2005:1) juga menemukan fakta bahwa brosur

pariwisata merupakan media yang paling banyak digunakan untuk memperoleh

informasi setelah pengalaman pribadi, informasi mulut ke mulut, peta, dan travel

guide. Semua informasi wisata, termasuk brosur berperan dalam pembentukan

keputusan wisatawan (Andereck, 2005:2). Selain itu brosur merupakan media

promosi yang memiliki kredibilitas tertinggi dibanding media lainnya (Molina dan

Esteban, 2006 dalam Avraham dan Daugherty, 2012:1388). Oleh sebab itu,

penting untuk mengkaji ulang apakah penyediaan media brosur pariwisata telah

mendapat respon positif dari wisatawan mengenai konten beserta aksesibilitasnya

(Hasan, 2015:286) dan apakah media brosur telah berfungsi sebagai alat promosi

yang dapat menimbulkan atensi, keinginan mengetahui isi brosur lebih dalam,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

4

ketertarikan mengunjungi destinasi wisata, hingga akhirnya melakukan tindakan

oleh karena pengaruh informasi brosur pariwisata (Lin dan Huang, 2006:1203).

Media yang saat ini digunakan oleh Dispariyapura Kabupaten Ngawi

dalam mempromosikan pariwisata Kabupaten Ngawi antara lain brosur, booklet,

website, billboard, dan media sosial. Pemilihan media brosur sebagai objek

penelitian juga didasarkan pada keadaan media-media promosi lainnya. Booklet

bukan diterbitkan oleh Dispariyapura Kabupaten Ngawi melainkan oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Dalam hal ini, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur menerbitkan masing-masing

booklet untuk semua kabupaten dan kota yang berada di wilayah Jawa Timur.

Sedangkan media website sudah tidak aktif lagi semenjak tahun 2015. Hal

tersebut dibuktikan dengan pembaharuan berita yang terakhir dilakukan pada

tanggal 21 September 2015. Di samping itu media billboard terbatas hanya pada

periode pemasangannya saja, di luar itu billboard biasanya diisi dengan iklan

komersial lain. Sementara media sosial sudah pernah diteliti sebelumnya (lihat

tinjauan pustaka). Maka dari itu, brosur Pariwisata Kabupaten Ngawi dipilih oleh

karena merupakan media yang masih aktif digunakan hingga saat ini sekaligus

media yang kontennya akan terus dikembangkan oleh Dispariyapura Kabupaten

Ngawi. Dengan melihat respon sejumlah wisatawan Kabupaten Ngawi, penelitian

ini dapat menjadi rekomendasi bagi pengembangan media promosi pariwisata

khususnya brosur Pariwisata Kabupaten Ngawi.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

5

Dari penjabaran di atas, maka penelitian tentang analisis respon wisatawan

terhadap media brosur sebagai alat promosi pariwisata Kabupaten Ngawi Provinsi

Jawa Timur merupakan penelitian yang relevan untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah respon wisatawan terhadap konten brosur Pariwisata

Kabupaten Ngawi?

2. Bagaimanakah respon wisatawan terhadap media brosur Pariwisata

Kabupaten Ngawi sebagai alat promosi pariwisata?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui respon wisatawan terhadap konten brosur Pariwisata Kabupaten

Ngawi.

2. Menganalisis respon wisatawan terhadap media brosur Pariwisata Kabupaten

Ngawi sebagai alat promosi pariwisata.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi wawasan dan

pengetahuan mengenai penerapan teori konten brosur dan model AIDA dalam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

6

mengkaji respon wisatawan terhadap media brosur Pariwisata Kabupaten Ngawi

sebagai alat promosi pariwisata.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi Dinas Pariwisata

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ngawi dalam membuat brosur

pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan informasi sekaligus menarik bagi

wisatawan.

1.5. Tinjauan Pustaka

Peneliti menemukan beberapa hasil penelitian mengenai media promosi,

brosur pariwisata, dan pariwisata Kabupaten Ngawi. Penelitian-penelitian tersebut

menggunakan beragam metode dan menunjukkan berbagai macam fakta.

Pertama, penelitian mengenai promosi pariwisata yang dilakukan di

Kabupaten Ngawi. Penelitian tersebut mengambil lokasi fokus salah satu destinasi

wisata di Ngawi yaitu Benteng Van Den Bosch. Penelitian yang dilakukan oleh

Putri Werdhi Prastiti (2016) membahas mengenai kegiatan promosi Benteng Van

Den Bosch oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Ngawi dalam upaya memperkenalkan produk wisata baru kepada masyarakat.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi apa saja langkah yang

dilakukan oleh Dispariyapura Kabupaten Ngawi dalam mempromosikan Benteng

Van Den Bosch. Jenis penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif dengan

metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas promosi yang dilakukan Dispariyapura

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

7

Kabupaten Ngawi terhadap destinasi wisata Benteng Van Den Bosch belum

optimal dan cenderung masih bersifat standar. Dari sampel 3 wisatawan yang

mengunjungi destinasi wisata tersebut, semuanya mengetahui informasi mengenai

Benteng Van Den Bosch dari teman dan keluarga, bukan melalui sarana informasi

yang disediakan oleh Dispariyapura Kabupaten Ngawi. Persamaan penelitian

Prastiti (2016) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang promosi

pariwisata Kabupaten Ngawi. Perbedaannya adalah lingkup penelitian ini lebih

besar yakni dalam satu kabupaten dan media promosi yang dikaji terfokus pada

brosur dengan melihat respon wisatawan, sedangkan penelitian Prastiti (2016)

kajiannya melingkupi satu destinasi wisata namun aktivitas promosi dilihat secara

umum.

Kedua, Rista Rovina Putri (2015) juga membahas mengenai pemasaran

destinasi wisata Benteng Van Den Bosch melalui sosial media untuk

meningkatkan jumlah wisatawan. Penelitian tersebut disajikan secara deskriptif

kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan

studi pustaka. Hasilnya menunjukkan bahwa sosial media mampu

mempromosikan destinasi wisata hingga dikenal wisatawan dari luar kota. Bahkan

beberapa orang yang berasal bukan dari Kabupaten Ngawi ikut mempromosikan

Benteng Van Den Bosch dengan cara mengunggah foto destinasi wisata tersebut

melalui akun Instagram, Facebook, Twitter dan lain-lain sehingga dapat

membantu dalam peningkatan angka kunjungan wisatawan. Sosial media cukup

berpengaruh dalam mempromosikan Benteng Van Den Bosch sebagai salah satu

destinasi wisata di Kabupaten Ngawi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

8

Putri (2015) ialah sama-sama membahas tentang promosi pariwisata Kabupaten

Ngawi. Perbedaannya ialah penelitian ini mengkaji tentang media brosur,

sedangkan penelitian Putri (2015) mengkaji tentang media sosial.

Ketiga, penelitian yang membahas media brosur suatu destinasi wisata

pernah dilakukan oleh Ruth Stefanie (2013). Penelitian yang mengkaji tentang

respon pengunjung terhadap media brosur Jatim Park 2 ini bertujuan untuk

melihat respon pengunjung destinasi wisata Jatim Park 2 terhadap media brosur

yang digunakan pengelola sebagai alat promosi pariwisata. Dalam melakukan

penelitiannya, Stefanie menggunakan metode survei dengan cara menyebarkan

kuesioner yang menggunakan teknik non probability sampling atau secara tidak

acak, dimana elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama

untuk terpilih menjadi sampel. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari

100 responden, rata-rata setuju memberikan attention (perhatian) pada sisi harga.

Hal ini disebabkan orang biasanya peka terhadap harga dan mungkin akan

dijengkelkan oleh suatu iklan yang tidak mencantumkan harga. Selanjutnya dari

sisi interest (ketertarikan), responden setuju untuk mengetahui lebih lanjut tentang

Jatim Park 2. Dari sisi desire (keinginan) ternyata sebagian besar responden setuju

bahwa media brosur mempengaruhi emosi untuk mencoba jasa Jatim Park 2 dan

setuju ingin selalu mengunjungi taman rekreasi ini. Sedangkan dari sisi action

(tindakan), sebagian besar responden setuju untuk melakukan tindakan pembelian

setelah melihat brosur serta setuju untuk merekomendasikan Jatim Park 2.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Stefanie (2013) yaitu sama-sama

mengkaji mengenai brosur pariwisata melalui respon wisatawan atau pengunjung.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

9

Perbedaan keduanya yakni berada pada lokasi fokus. Penelitian ini mengambil

lokasi fokus di Kabupaten Ngawi, sedangkan penelitian Stefanie (2013)

mengambil lokasi fokus di destinasi wisata Jatim Park 2.

Selanjutnya, Rachmat Teguh Widiantoro (2014) juga pernah melakukan

penelitian hampir serupa yang mengkaji brosur bertema pop-up sebagai media

promosi Museum Gunung Merapi Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengkaji kebutuhan akan brosur pop-up menjadi media promosi pariwisata yang

efektif dan inovatif bagi Museum Gunung Merapi. Data penelitian dikumpulkan

dengan metode studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa pop-up merupakan inovasi pengembangan promosi produk

yang dapat digunakan sebagai promosi produk pariwisata. Pengembangan

promosi pop-up ini dapat dilakukan di Museum Gunung Merapi dalam rangka

membangun keunikan dan ciri khas. Inovasi promosi wisata ini diharapkan dapat

meningkatkan angka kunjungan wisata supaya Museum Gunung Merapi mampu

bersaing dengan destinasi wisata lainnya di Yogyakarta. Persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian Widiantoro (2014) adalah sama-sama mengkaji

tentang brosur pariwisata. Perbedaannya adalah penelitian ini mengambil lokasi

fokus Kabupaten Ngawi dan analisis media brosur berdasarkan respon wisatawan,

sedangkan penelitian Widiantoro (2014) mengambil lokasi fokus destinasi wisata

Museum Gunung Merapi dengan tidak melibatkan respon wisatawan.

Terakhir, sebuah penelitian dilakukan oleh Janice Yui Ling Ip (2008)

untuk menganalisis brosur pariwisata Hongkong. Tujuan dari penelitian tersebut

adalah untuk melakukan analisis yang sangat mendalam pada elemen visual dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

10

bahasa yang digunakan di brosur pariwisata. Jenis penelitian yang digunakan

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagai

bentuk dari iklan, brosur pariwisata Hong Kong berusaha untuk mendorong

konsumen membeli produk wisata di Hong Kong. Bahasa dan gambar-gambar

yang ada dipilih dengan selektif. Brosur menunjukkan destinasi-destinasi wisata

yang dikemas secara menarik dan bernilai positif di mata wisatawan. Brosur ini

hendak menunjukkan bahwa Hong Kong merupakan tempat yang menarik dan

atraktif untuk dikunjungi. Brosur ini merupakan alat promosi yang sukses. Namun

sebaliknya, dari sisi perspektif penduduk lokal, keaslian (autentisitas) dari

deskripsi informasi dan gambar-gambar yang ada dalam brosur justru

dipertanyakan. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Ip (2008) ialah

sama-sama mengkaji tentang brosur pariwisata dalam lingkup yang luas dalam

suatu daerah tujuan wisata sehingga mencakup lebih dari satu destinasi wisata.

Perbedaannya adalah pada lokasi fokus penelitian.

Dari tinjauan pustaka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belum ada

penelitian secara khusus mengenai brosur Pariwisata Kabupaten Ngawi. Oleh

karena itu, tinjauan pustaka di atas dapat digunakan penulis sebagai acuan dalam

penelitian ini. Skripsi berjudul “Analisis Respon Wisatawan Terhadap Media

Brosur Sebagai Alat Promosi Pariwisata Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur”

merupakan karya yang belum pernah ditulis.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

11

1.6. Landasan Teori

Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari adanya promosi. Promosi

pariwisata adalah “variabel khusus pemasaran untuk menarik perhatian wisatawan

potensial ke destinasi tertentu dan menikmati berbagai kegiatan yang dirancang

dalam pariwisata” (Hasan, 2015:259). Media promosi pariwisata pun beraneka

ragam, dapat berupa brosur, website, media sosial, media massa, buku travel

guide, dan baliho. Hasan (2015:259) menyatakan bahwa untuk menemukan

produk liburan, banyak calon wisatawan mencari informasi dari beberapa

perusahaan penyedia jasa pariwisata dan mengevaluasi berbagai pilihan sesuai

dengan persepsi, kepentingan dan kebutuhan mereka terhadap tawaran produk,

dan daya belinya. Maka dari itu ketersediaan informasi menjadi sangat penting.

Brosur pariwisata merupakan salah satu bentuk respon produsen atau pengelola

destinasi wisata terhadap upaya mendorong perilaku pembelian atau angka

kunjungan wisata (Hasan, 2015:263).

Molina dan Esteban (2006:1041-1042) mengungkapkan konsep tentang

brosur pariwisata yakni alat promosi dalam bentuk cetak yang dibuat untuk

mengkomunikasikan destinasi yang dipromosikan kepada wisatawan. Brosur

merupakan alat yang konvensional sekaligus paling umum digunakan dalam

segala aktivitas promosi pariwisata. Menurut pendapat Getz dan Sailor dalam

Molina dan Esteban (2006:1042) dalam pembuatan sebuah brosur, desain estetis

yang mampu membangkitkan rasa interest (ketertarikan) amat dibutuhkan agar

konsumen mau mengambil dan membaca informasi destinasi wisata yang terdapat

di brosur tersebut.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

12

Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama yaitu tentang

respon wisatawan terhadap konten brosur, peneliti menggunakan teori aspek

konten brosur menurut Hasan (2015:286) di antaranya:

a. Mengandung gambar-gambar yang menarik

Menampilkan foto yang mengagumkan untuk menunjukkan bahwa destinasi-

destinasi tersebut menarik untuk dikunjungi, namun tetap jujur dan tidak

mengada-ada.

b. Mengandung peta wisata

Terdapat informasi peta yang mengandung lokasi destinasi-destinasi wisata

dan rute perjalanan antar-lokasi.

c. Mengandung informasi harga

Terdapat informasi harga tiket masuk ke suatu destinasi wisata atau harga

layanan wisata lainnya.

d. Mengandung gaya bahasa yang persuasif

Tulisan teks brosur hendaknya dalam beberapa gaya bahasa persuasif yang

sifatnya mengajak pembaca untuk melakukan suatu tindakan tertentu

sehingga menciptakan menciptakan atau memperkuat keinginan wisatawan

untuk berkunjung ke destinasi wisata terkait.

e. Menggunakan gambar dengan kualitas gambar yang jelas

Foto destinasi, atraksi, dan elemen lainnya direproduksi dengan tampilan

kualitas gambar yang jelas untuk dilihat. Hal tersebut akan sangat menunjang

kualitas brosur pariwisata.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

13

f. Mudah diakses/diperoleh

Brosur harus dapat diakses/diperoleh dengan mudah untuk umum. Misalnya

brosur dapat diperoleh dari setiap destinasi wisata, hotel, restoran, kantor

informasi pariwisata, dan lain-lain. Brosur dapat dikirim melalui pos ke

alamat wisatawan atau pun melalui e-mail.

Selain itu brosur pariwisata sebagai alat promosi idealnya harus mampu

menarik perhatian, mendorong minat untuk mengetahui lebih jauh,

membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan (Lin dan Huang,

2006:1203). Poin-poin tersebut dituangkan dalam model AIDA (attention,

interest, desire, action) yang juga menurut Wowor (2013:9) merupakan hirarki

respon konsumen/wisatawan terhadap alat promosi. Model AIDA sudah umum

digunakan dalam aktivitas pemasaran baik berupa online maupun offline dan

walaupun telah banyak dilakukan modifikasi terhadap bentuk ini, model dasarnya

yang terdiri atas empat tahap (attention, interest, desire, action) masih sangat

relevan (Hassan, Nadzim dan Shiratuddin, 2015:265). Maka untuk menjawab

permasalahan yang kedua, mengenai respon wisatawan terhadap media brosur

pariwisata Ngawi sebagai alat promosi, peneliti menggunakan teori model AIDA.

1. Attention (Menarik Perhatian)

Brosur pariwisata harus menarik perhatian khalayak sasaran yaitu pembaca,

sehingga amat diperlukan gambar atau tulisan yang mencolok (Stefanie,

2013:312). Ini merupakan tugas pemasar untuk mengungkap perhatian calon

pembaca dengan visualisasi menarik sehingga orang mau memperhatikan isi

pesan berikutnya (Rofiq et al., 2013:2).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

14

2. Interest (Menciptakan Ketertarikan)

Pada tahap ini informasi yang sedang disampaikan hendaknya mampu

memunculkan perasaan ingin tahu yang lebih jauh sehingga konsumen mau

melihat dan membaca dengan lebih seksama (Stefanie, 2013:312). Informasi

yang ada dalam brosur pariwisata hendaknya memiliki daya tarik bagi

pembaca (Rofiq et al., 2013:2). Selain itu supaya brosur dapat menjadi

informasi yang menarik, maka pemasar dapat menjelaskan apa kelebihan

yang diperoleh wisatawan jika berkunjung ke destinasi wisata tertentu, tidak

hanya apa saja daya tarik destinasi wisata tersebut (Rofiq et al., 2013:2).

3. Desire (Menimbulkan Keinginan)

Pemasar mulai membangkitkan keinginan pada pembaca untuk memiliki,

memakai, atau melakukan sesuatu misalnya mengunjungi destinasi wisata

tertentu (Stefanie, 2013:312). Hal tersebut dapat timbul karena pembaca

merasa produk (dalam hal ini daya tarik wisata) yang diinformasikan melalui

brosur mampu memenuhi keinginan dan kesukaaan mereka (Hassan, Nadzim

dan Shiratuddin, 2015:265).

4. Action (Membuat Tindakan)

Tahap ini merupakan upaya yang bertujuan membujuk pembaca supaya

segera membuat tindakan misalnya mengunjungi destinasi wisata (Stefanie,

2013:313). Dalam hal ini, pemasar harus memaparkan langkah-langkah yang

jelas apabila pembaca ingin melakukan tindakan pembelian, sehingga kadang

elemen harga tiket juga perlu diinformasikan untuk tindakan tersebut (Rofiq

et al., 2013:3).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

15

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan model analisis

deskriptif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya didasarkan

pada penghitungan persentase, rata-rata, maupun penghitungan statistik lainnya

(Soejono, 2005 dalam Soewadji, 2012:50). Sedangkan analisis deskriptif

berfungsi menggambarkan objek penelitian apa adanya tanpa melakukan kontrol

atau manipulasi terhadap variabel penelitian (Sangadji dan Sopiah, 2010:24).

1.7.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini hendak melihat respon dari sejumlah wisatawan di

Kabupaten Ngawi. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata4.

Kegiatan wisata bisa dilakukan di destinasi wisata. Dalam hal ini wisatawan di

Kabupaten Ngawi ialah mereka yang berwisata ke destinasi-destinasi wisata di

Kabupaten Ngawi. Maka dari itu untuk menjangkau wisatawan-wisatawan

tersebut, peneliti terjun ke sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Ngawi. Namun

pemilihan destinasi wisata pertama didasarkan pada destinasi wisata apa saja yang

tercantum dalam brosur pariwisata, karena brosur pariwisata Ngawi merupakan

objek penelitian ini. Kedua, dari 9 destinasi wisata yang tercantum pada brosur,

hanya 4 destinasi saja yang diambil. Hal tersebut dikarenakan tidak semua

destinasi wisata memiliki data kunjungan wisatawan. Data kunjungan wisatawan

diperoleh dari laporan statistik “Ngawi Dalam Angka 2015” yang diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi. Pertimbangan mengenai jumlah

kunjungan wisatawan merupakan hal yang penting karena akan digunakan dalam

4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

16

penghitungan jumlah sampel. Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut dipilih 4

destinasi wisata sebagai lokasi penyebaran kuesioner yaitu Kebun Teh Jamus

(Desa Girikerto, Keamatan Sine), Benteng Van Den Bosch (Desa Pelem,

Kecamatan Ngawi), Museum Trinil (Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar), dan

Taman Wisata Tawun (Desa Tawun, Kecamatan Kasreman).

Selain menggunakan kuesioner, penelitian ini juga mengambil data

wawancara dengan narasumber Kepala Seksi Pengembangan dan Promosi Wisata

Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

(Dispariyapura) Kabupaten Ngawi yang beralamat di Jalan Teuku Umar no. 12

Ngawi, Jawa Timur. Waktu penelitian dimulai dari Agustus 2016 hingga

November 2016.

1.7.2. Jenis Data

Berikut adalah jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung di lapangan. Data ini dikumpulkan melalui kuesioner yang disebar

di 4 destinasi wisata di Kabupaten Ngawi dan wawancara dengan pihak

Dispariyapura Kabupaten Ngawi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung

dari suatu fenomena yang diteliti namun dapat mendukung keberadaan data

primer. Data sekunder berupa data statistik kunjungan wisatawan Kabupaten

Ngawi, data profil Kabupaten Ngawi, data profil Dispariyapura Kabupaten

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

17

Ngawi, data profil destinasi-destinasi wisata di Kabupaten Ngawi, dan brosur

pariwisata Kabupaten Ngawi.

1.7.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian antara lain:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:192). Kuesioner yang digunakan

menyajikan 15 pernyataan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu proportional random sampling

yaitu teknik pengambilan sampel secara proporsional berdasarkan jumlah

masing-masing sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub

populasi tersebut (Sugiyono, 2012:482).

Jumlah pengunjung keempat destinasi wisata yang hendak diteliti

(Kebun Teh Jamus, Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch, dan Taman

Wisata Tawun) pada tahun 2015 sebesar 221.823 wisatawan dengan rincian

sebagai berikut: Taman Rekreasi Tawun (26.552), Museum Trinil (10.994),

Benteng Van Den Bosch (34.762), dan Kebun Teh Jamus (149.524) (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Ngawi, 2015:265). Dari keterangan tersebut,

populasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah 221.823. Penentuan jumlah

sampel menggunakan tabel sampel dengan taraf kesalahan 10%. Dengan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

18

populasi sejumlah 221.823, maka sampel yang diteliti sejumlah 2705. Jumlah

sampel tersebut kemudian dibagi pada 4 kelompok destinasi wisata secara

proporsional sesuai dengan jumlah populasi. Maka jumlah sampel masing-

masing destinasi wisata adalah sebagai berikut : Museum Trinil = (10.994 :

221.823) x 270 = 15 responden; Taman Rekreasi Tawun = (26.552 : 221.823)

x 270 = 32 responden; Benteng Van Den Bosch = (34.762 : 221.823) x 270 =

43 responden; dan Kebun Teh Jamus = (149.524 : 221.823) x 270 = 180

responden.

Peneliti menyadari bahwa tidak semua responden sudah pernah

melihat atau membaca brosur sebelumnya. Oleh karena itu, setiap responden

diberi kesempatan selama 3-5 menit untuk membaca brosur untuk kemudian

mengisi kuesioner.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan sistem tanya jawab yang

berlangsung secara lisan untuk memperoleh informasi-informasi atau

keterangan-keterangan (Narbuko dan Achmadi, 2003:83). Kegiatan

wawancara yang dilakukan termasuk dalam kategori wawancara

semiterstruktur, oleh karena peneliti menggunakan panduan pertanyaan

tertulis namun narasumber memiliki kesempatan terbuka untuk menjawab

pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya. Adapun wawancara dilakukan

dengan Kepala Seksi Pengembangan dan Promosi Pariwisata dan Kepala

5 Nuryanto, Apri. “Statistik”, diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/apri-nuryantospdstmt/statistik-apri.pdf pada tanggal 7 November 2016 pukul 16.35 WIB.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

19

Seksi Pembinaan Usaha Sarana Wisata Bidang Pariwisata Dispariyapura

Kabupaten Ngawi.

1.7.4. Metode Analisis Data

Kuesioner dalam penelitian ini menyajikan pernyataan dengan skala likert

untuk mengukur respon wisatawan terhadap brosur pariwisata Kabupaten Ngawi.

Skala likert berfungsi untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang mengenai suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012:136).

Jawaban dari setiap butir pernyataan terdiri atas 5 poin yaitu Sangat Setuju,

Setuju, Cukup Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Untuk keperluan

analisis, kelima jawaban tersebut diberi skor sebagai berikut :

Sangat Setuju diberi skor 5

Setuju diberi skor 4

Cukup Setuju diberi skor 3

Tidak Setuju diberi skor 2

Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

Jawaban-jawaban responden dikelompokkan per butir pernyataan, kemudian

jawaban seluruh responden dalam tiap-tiap butir tersebut dikelompokkan

berdasarkan pilihan jawaban. Masing-masing skor pilihan jawaban dikalikan

dengan jumlah responden yang memilihnya, kemudian dijumlah. Hasilnya akan

ditempatkan pada skala interval untuk mengetahui di mana kecenderungan

jawaban responden sehingga dapat diambil kesimpulan. Skala interval adalah

suatu skala di mana kategori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut tertentu,

jarak/interval tiap kategori sama (Siregar, 2013:47).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

20

Batas tertinggi dari skala interval yaitu apabila seluruh responden memilih

jawaban Sangat Setuju yang memiliki skor 5, sehingga nilainya = 270 x 5 = 1350.

Batas terendah dari skala interval yaitu apabila seluruh responden memilih

jawaban Sangat Tidak Setuju yang memiliki skor 1, sehingga nilainya = 270 x 1 =

270. Skala interval dimulai dari nilai 270 hingga 1350 sehingga rentang data

sebesar 1080 (1350 dikurangi 270). Skala interval dibagi menjadi 5 kelas sehingga

masing-masing kelas memiliki panjang senilai 216 (1080 : 5), dengan rincian

sebagai berikut:

270 – 485 Sangat Tidak Setuju

486 – 701 Tidak Setuju

702 – 917 Cukup Setuju

918 – 1133 Setuju

1134 – 1350 Sangat Setuju

Selain analisis menggunakan scoring jawaban responden, peneliti juga

menganalisis data dalam bentuk persentase yang penyajiannya dikelompokkan per

lokasi penyebaran kuesioner. Analisis ini berfungsi untuk mengidentifikasi hal-hal

yang lebih spesifik yang tidak terlihat dalam metode analisis scoring.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

21

1.8. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas empat bab yang masing-

masing dijabarkan sebagai berikut :

Bab I

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107212/potongan/S1-2017... · memiliki wisata sejarah dan budaya seperti situs purba Trinil dan bangunan

22

Berisi pendahuluan, antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, kerangka

pemikiran dan sistematika penulisan.

Bab II

Berisi gambaran umum lokasi penelitian berupa profil Kabupaten Ngawi, sejarah

Kabupaten Ngawi, daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Ngawi, profil Dinas

Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi dan profil brosur

pariwisata Kabupaten Ngawi.

Bab III

Berisi analisis data dan pembahasan dari hasil kuesioner. Data yang telah diolah

dijabarkan sebagai berikut: (1) analisis respon wisatawan terhadap konten brosur

Pariwisata Kabupaten Ngawi; (2) analisis respon wisatawan terhadap brosur

Pariwisata Kabupaten Ngawi sebagai alat promosi pariwisata; (3) respon

wisatawan yang dinyatakan melalui jawaban pertanyaan terbuka; (4) penyajian

data per destinasi wisata.

Bab IV

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan temuan baru

yang diperoleh dari hasil survei, serta saran untuk pengembangan brosur

pariwisata dan penelitian selanjutnya.