bab i pendahuluan 1.1 latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang professional dan merupakan tenaga kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien. Oleh karena itu, perawat mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar manusia yang holistik (Sumiati, 2011). Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lainnya (Yulihastin, 2009). Perawat memandang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespons secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan (Hamid, 2008). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien tidak hanya dengan membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia dari aspek bio-psiko-sosiokultural. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan pasien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien (Hamid, 2008). Spiritualitas telah didefinisikan sebagai sebuah konsep yang meliputi semua aspek individu, melibatkan hubungan interpersonal dan arti kehidupan, terutama di saat

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang professional dan merupakan

tenaga kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien. Oleh karena itu,

perawat mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan

dasar manusia yang holistik (Sumiati, 2011). Kebutuhan dasar manusia saling

berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lainnya (Yulihastin,

2009).

Perawat memandang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan

spiritual yang berespons secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan

(Hamid, 2008). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien

tidak hanya dengan membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia dari aspek

bio-psiko-sosiokultural. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa

terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat

dengan pasien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan

spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain

dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien (Hamid, 2008).

Spiritualitas telah didefinisikan sebagai sebuah konsep yang meliputi semua aspek

individu, melibatkan hubungan interpersonal dan arti kehidupan, terutama di saat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

2

krisis dan sakit. Spiritualitas juga diartikan sebagai bagian dari hubungan manusia

dengan Tuhannya melalui media shalat, puasa, zakat, haji, doa, dan sebagainya

(Hawari, 2002 dalam Azhari, 2012). Perawatan spiritual adalah bidang yang diakui

dalam keperawatan dan merupakan unsur kualitas asuhan keperawatan (Strang et

al, 2002 dalam Cetinkaya, Dundar, & Azak, 2011). Asuhan Keperawatan

spiritual telah ditemukan efektif dalam mengembangkan strategi coping untuk

pasien. Pasien akan merasakan kedamaian dan asuhan keperawatan spiritual akan

menimbulkan pandangan positif pasien terhadap kehidupan. Selain itu, asuhan

kesehatan spiritual juga mempunyai efek positif terhadap kesehatan fisik dan

psikologis pasien. Ketika kebutuhan spiritual dan emosional pasien terpenuhi,

maka kepuasan pasien akan meningkat (Cetinkaya, Dundar, & Azak, 2011).

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), terapi di dunia kesehatan berkembang

ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Tingkat pemahaman spiritual

seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam

menghadapi berbagai masalah kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

Perawat diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan holistik meliputi

bio, psiko, sosiokultural pasien yang terstandar sesuai tujuan dengan

memperhatikan aspek budaya dan kultur pasien, dengan memberikan pendidikan

kesehatan, dukungan dalam sistem kesehatan, kepemimpinan, sumber daya yang

terstandar, manajemen yang baik, serta profesionalisme (Sudarma, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Mcsherry & Jamieson pada tahun 2011

dengan sample penelitian sebanyak 4054 perawat di Royal College of Nursing

menemukan bahwa perawat mengakui pemenuhan kebutuhan spiritual pasien

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

3

dapat meningkatkan kualitas keseluruhan asuhan keperawatan. Seorang tenaga

professional kesehatan dituntut harus mampu mengarahkan kehidupan

emosional dan spiritual pasien disamping tentu saja menyembuhkan penyakit

fisiknya. Perawat tidak harus seagama dengan pasien dalam mengarahkan

kehidupan spiritualnya (Haliman, Hartono, & Sujarwa, 2006).

Thaharah, shalat, dan dzikir merupakan ibadah esensial bagi muslim.

Ibadah ini tidak pernah gugur kewajibannya oleh sebab apa pun (Sagiran, 2012).

Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan shalat. Shalat wajiib dilaksanakan

dalam kondisi apa pun selama akal masih dan ingatan masih normal (Mahfani,

2007). Orang yang sakit tetap terkena kewajiban mengerjakan shalat pada

waktunya dengan cara pelaksanaan menurut kemampuannya (Zahwa, 2010).

Firman Allah SWT dalam Al-Qur`an yang artinya “ Allah tidak membebani

seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( Qs.Al-Baqarah [2]: 286)” dan “

Bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu ( Qs. At-taghabun [ 64 ]: 16).

Shalat mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, seperti pada hasil penelitian

Doufesh, et al (2014) yang menemukan bahwa selama melakukan shalat terjadi

peningkatan RPa (Relative power) yang signifikan pada bagian oksipital dan parietal,

ditunjukkan dengan adanya NuHF (High Frequency Power) pada HRV (Heart rate

Variability) pada saraf parasimpatis. Sementara itu , analisa HRV (Heart rate

Variability) menunjukkan nuLF (Low Frequency Power) pada saraf simpatis. RPa

(Relative power) menunjukkan korelasi positif yang signifikan pada electrode

bagian oksipital dan parietal dengan nuHF (High Frequency Power) dan

menunjukkan korelasi negative dengan nuLF (Low Frequency Power). Aktifitas

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

4

saraf parasimpatis mengalami peningkatan dan aktifitas saraf simpatis

mengalami penurunan selama melakukan shalat. Oleh karena itu, melakukan

shalat secara teratur dapat membantu relaksasi, mengurangi kecemasan, dan

mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovascular. Namun, shalat masih

sering ditinggalkan dengan alasan kondisi sakit yang sedang diderita (Zahwa,

2010). Kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan dan syarat sah ibadah bagi

orang sakit merupakan penyebab pasien merasa terbebani untuk melakukan

shalat. Hasil penelitian yang dilakukan Bakar & Kurniawati (2013)

mengemukakan bahwa tidak semua pasien rawat inap di Rumah Sakit Aisyiyah

Bojonegoro dan Rumah Sakit Haji Surabaya melakukan ibadah sesuai dengan

yang diperintahkan agama. Hal ini disebabkan karena kelemahan fisik dan

kondisi yang tidak suci. Kondisi ini juga diperlemah dengan kurang

dilaksanakannya asuhan keperawatan dari aspek spiritual oleh perawat.

Salah satu syarat sah dilaksanakannya shalat adalah suci dari hadas besar

dan hadas kecil (Azzet, 2010). Hadas besar disucikan dengan mandi dan hadas

kecil disucikan dengan berwudu. Melakukan wudu lima kali sehari akan

membersihkan kulit dari kuman, debu, dan kontaminant terkait. dengan

melakukan wudu, bakteri pathogen pada kulit yang berpotensi menimbulkan

penyakit dapat dihilangkan (AlGhamdi, Alhomoudi, Khurram, 2014). Baits

(2015) mengemukakan bahwa orang sakit diwajibkan untuk membersihkan

dirinya dari na`jis semampunya ketika hendak shalat. Jika tidak mampu

berwudu menggunakan air dan dalam kondisi yang lemah, maka diperbolehkan

untuk melakukan tayamum. Faridi (2014) mendefinisikan tayamum adalah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

5

menyapu wajah dan kedua-dua belah tangan dengan menggunakan tanah atau

debu yang bersih. Tayamum berfungsi sebagai pengganti wudu atau mandi bagi

orang yang uzur apabila tidak terdapat air atau sakit yang tidak diperbolehkan

kena air . Debu yang digunakan untuk tayamum yaitu debu tanah dan pasir

(Rakhmat, 2006).

Menurut Rohaniawan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, tayammum

pack yang diproduksi oleh Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro terdiri dari debu

yang berasal dari tanah liat murni tampa campuran bahan-bahan kimia dan

digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan thaharah bagi pasien-pasien di Rumah

Sakit Aisyiyah Bojonegoro, karena adanya perbedaan persepsi mengenai

penggunaan debu untuk tayamum. Debu tanah liat ini disterilkan melalui proses

sterilisasi dengan autoclave.

Menurut Haydel, Remenih, & Williams (2008), mineral tanah liat

mempunyai efek kombinasi bacteriostatic/bactericidal melawan Staphylococcus aureus,

penicillin resisten S. aureus (MRSA) dan Mycobacterium smegmatis. Selain itu, Williams

& Haydel (2010) mengemukakan bahwa salah satu jenis tanah liat yaitu French

green clay digunakan untuk mengobati infeksi pada kulit. French green clay

mengandung Fe-smectite dapat digunakan untuk menyembuhkan Buruli ulcer

berupa faskuitis nekrosis yang disebabkan oleh Mycobacterium ulcerans.

Sistem integumen merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang

membungkus otot-otot dan organ-organ dalam (Price & Wilson, 2005). Sistem

ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh pertama yaitu pembatas antara

lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh, sehingga dapat melindungi tubuh

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

6

dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap infeksi bakteri, virus,

dan jamur. Oleh karena itu, higienitas integumen merupakan hal yang sangat

penting. Higienitas integumen adalah prinsip ilmu kesehatan yang berhubungan

dengan dengan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit pada kulit

(Mosby, 2008). Secara umum, Higienitas integumen dapat dievaluasi melalui

pemeriksaan pemeriksaan fisik pada bagian integumen (Muttaqien, 2012). Selain

itu, Babeluk et al (2014) mengemukakan bahwa untuk mengetahui mikroba pada

integumen dapat dilakukan dengan mengambil apusan kulit dan dikultur pada

agar plates. Peneliti belum menemukan buku dan jurnal yang secara detail

membahas mengenai pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap higienitas

integumen.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 07

November 2015 dengan kepala ruang rawat inap Musdalifah, Perawat ruangan

Ruang rawat inap Arofah, dan tim rohaniawan Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro

menemukan bahwa pemenuhan asuhan keperawatan spiritual pasien dilakukan

oleh perawat dan bekerjasama dengan tim rohaniawan Rumah Sakit. Asuhan

keperawatan spiritual seperti mendoakan pasien, mendengarkan keluhan pasien,

mendampingi pasien yang sedang sakaratul maut, dan memandikan jenazah

dilakukan dengan kolaborasi antara perawat dan tim rohaniawan, sedangkan

pemenuhan kebutuhan bersuci sebelum pasien melakukan shalat dengan

menggunakan tayammum pack lebih sering dilakukan oleh perawat di ruangan.

Produksi tayammum pack ini pada awalnya dilakukan karena adanya perbedaan

persepsi pasien tentang penggunaan debu untuk melakukan tayamum.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

7

Berdasarkan uraian di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap higienitas integumen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut: Bagaimana pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap higienitas

integumen pada pasien rawat inap di RS Aisyiyah Bojonegoro?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap

higienitas integumen pada pasien rawat inap di RS Aisyiyah Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri sebelum penggunaan tayammum

pack

2. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri sesudah penggunaan tayammum

pack

3. Mengetahui pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap higienitas

integumen

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti dan Peneliti Lain

1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan

2. Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian di bidang

keperawatan khususnya yang berhubungan dengan kegiatan pemenuhan

aspek spiritual dan higienitas integumen

3. Sebagai dasar-dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkait

dengan manfaat penelitian, berupa penjelasan tentang pengaruh

penggunaan tayammum pack terhadap higienitas integumen

4. Sebagai dasar pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang

pengaruh penggunaan tayammum pack terhadap higienitas integumen

1.4.2 Bagi Masyarakat

1. Memberikan penjelasan ilmiah mengenai manfaat penggunaan tayammum

pack terhadap higienitas integumen

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat lain dari tanah

liat murni

3. Memberikan peluang baru bagi masyarakat maupun pihak-pihak lain

untuk mengembangkan pemanfaatan tanah liat murni.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

9

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

1. Menambah pengetahuan perawat mengenai pengaruh penggunaan

tayammum pack terhadap higienitas integumen

2. Sebagai pengembangan motivasi kepada perawat untuk berfikir kritis

dalam memberikan asuhan keperawatan

3. Memotivasi perawat untuk melakukan penelitian-penelitian lain yang

bermanfaat bagi profesi keperawatan

1.4.4 Bagi Fasilitas Kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan

keperawatan yang holistik, terutama pada pemenuhan kebutuhan aspek spiritual

pasien tampa mengabaikan aspek biologis.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi

pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang lingkup

menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam

penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik.

Higienitas integumen yang dimaksud pada penelitian ini dibatasi pada

higienitas area tubuh yang diusap dengan debu tanah liat (tayammum pack) selama

melakukan tayamum ( Wajah, Tangan sampai siku ). Selain itu, yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di Ruang Arofah

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

10

Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang dalam kondisi lemah dan mempunyai

halangan menyentuh air, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wudu

sebelum melaksanakan ibadah shalat.

1.6 Keaslian Penelitian

Berdasarkan dari hasil kajian pustaka, belum ada peneliti lain sebelumnya yang

meneliti hal yang sama, namun ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan

dengan thaharah, pemanfaatan tanah liat, dan higienitas integumen. Beberapa penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Haydel, Remenih, & Williams (2008) di Arizona

State University, USA dengan judul “ Broad-spectrum in vitro Antibacterial Activities of

Clay Minerals Againts Antibiotic-susceptible and Antibiotic-resistant Bacterial Pathgens”.

Penelitian ini menggunakan prosedur in vivo dan in vitro. Penelitian ini

menggunakan 2 mineral tanah liat yang kaya akan zat besi yang sebelumnya

digunakan untuk mengobati buruli ulcer. Mineral tanah liat ini selanjutnya dikultur

dengan antibiotic-suspectible dan antibiotic-resistant bakteri pathgen untuk menilai

kemampuan mineral tanah liat sebagai agen terapeutik. Hasil dari penelitian ini

adalah salah satu mineral spesifik CsAg02 menunjukkan aktifitas bakterisidal

melawan pathgen Escherichia coli, broad spectrum B-Lactamase E. coli (ESBL), Salmonella

Enterica Serovar Typhimurium, Pseudomonas aeruginosa, dan Mycobacterium marinum.

Ditemukan juga efek kombinasi bacteriostatic/bactericidal melawan Staphylococcus

aureus, penicillin resisten S. aureus (MRSA) dan Mycobacterium smegmatis, sedangkan

mineral lain CsAr02 tidak mempunyai efek terhadap pertumbuhan bakteri.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

11

2. Penelitian yang dilakukan oleh AlGhamdi, Alhomoudi, & Khurram (2014) di

King Saud University, Saudi Arabia dengan judul “ Skin Care: Historical and

Contemporary Views”. Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah

melakukan wudu lima kali sehari dapat membersihkan kuman, debu, dan

kontaminat terkait. Dengan melakukan wudu, bakteri pathgen yang berpotensi

menimbulkan penyakit dapat dihilangkan.

Pada penelitian ini menjelaskan bahwa mulut manusia menyediakan habitat yang

cocok bagi lebih dari 300 jenis bakteri yang berbeda. Konsentrasi bakteri pada air

liur berjumlah antara 108 sampai 109 koloni. Bakteri-bakteri ini tumbuh dan

berkembang dengan sisa-sisa makan pada mulut. Dalam ajaran islam dan dalam

ilmu kedokteran kebersihan mulut juga merupakan bagian integral dari tindakan

pencegahan munculnya penyakit. Membersihkan mulut dapat mengurangi jumlah

koloni bakteri, membersihkan hidung dapat mencegah infeksi yang disebabkan

oleh Staphylococcus aureus¸ kebersihan tangan dipertimbangkan sebagai mekanisme

primer untuk mencegah resiko penularan penyakit infeksius, dan Membersihkan

kaki juga membantu mencegah terjadinya penyakit pada kaki dan kuku kaki.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Williams & Haydel (2010) di Arizona State

University, USA dengan judul “ Evaluation of medicinal use of clay minerals as

antibacterial agents”. Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah French

Green Clay mampu menyembuhkan Buruli ulcer dan Faskuitis nekrosis yang

disebabkan oleh Mycobacterium ulcerans.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

12

Tes mikrobiologi yang dilakukan pada 2 french green clay dan tanah liat jenis lainnya

yang digunakan sebagai obat penyembuhan secara tradisional menghasilkan

bahwa 3 sampel tersebut efektif membunuh pathgen pada manusia.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Irmak (2014) dengan judul “ Medical Aspects of

Ablution and Prayer”. Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui manfaat wudu dan shalat dari segi medis. Hasil dari

penelitian ini adalah landasan praktik keagamaan dalam islam, yaitu melaksankan

shalat dan wudu setiap hari memiliki efek positif bagi otak dan kesehatan tubuh

melalui brain cooling system. Membasuh wajah, mencuci mulut dan hidung,

membasahi dahi, membasuh telinga dan mencuci kaki 4-5 kali sehari membantu

mendinginkan otak. Selain itu, dalam keadaan normal, hence CSF mendinginkan

bagian superior otak tetapi tidak bisa mendinginkan bagian basal otak ketika

seseorang dalam keadaan berdiri tegak. otak dan tengkorak dalam keadaan

terbalik ketika seseorang membungkuk (Ruku` dan sujud) memungkinkan CSF

berada diantara otak dan tengkorak. gerakan fisik selama melakukan shalat

memungkinkan CSF mengitari bagian basal otak. oleh karena itu, gerakan shalat

secara keseluruhan bermanfaat untuk pendinginan otak seluruhnya.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul , variabel, sampel dan teknik

sampling, populasi, serta lokasi penelitian. Variabel independen pada penelitian ini adalah

Tayammum pack dan variabel dependen penelitian ini adalah higienitas integumen.

Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di Ruang Arofah RS Aisyiyah Bojonegoro.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33200/2/jiptummpp-gdl-khaeraumma-43486-2-bab1.pdf · Kebutuhan dasar manusia saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan

13

Sampel penelitian ini adalah 16 orang pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive sampling.