bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/bab i.pdf · 1.1 latar belakang...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sekaligus Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Potensi alamiah tersebut sempat menjadikan Indonesia sebagai salahsatu negara pengekspor beras terbesar di Asia Tenggara. Melalui bakat alamiah itu pula, bukan hanya komoditas padi saja yang berkembang di Indonesia, akan tetapi juga diiringi pesatnya perkembangan pertanian dalam wujud komoditas lain seperti, sayur-sayuran dan buah-buahan. Secara simultan, semakin berkembangnya pertanian, tidak menutup kemungkinan juga karena faktor-faktor dari luar yang menuntut pertanian untuk ditingkatkan produktivitasnya. Faktor dari luar itu salahsatunya ialah tingkat populasi manusia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, secara simultan, memiliki efek domino yaitu peningkatan jumlah pola konsumsi manusia yang semakin meningkat. Dilansir dari (http://tumoutounews.com) artikel yang bertajuk ―Jumlah Penduduk Dunia Tahun 2017, Posisi Indonesia?‖, mengungkapkan bahwasannya Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terbanyak di dunia pada posisi ke-empat setelah Amerika Serikat, dengan jumlah penduduk sebanyak 257.912.349 jiwa. Bahkan secara keseluruhan, penduduk dunia ditaksir pada tahun 2017 sekitar 7,6 miliar, dikalkulasi akan terus meningkat menjadi 8,6 miliar pada tahun 2030, 9,8 miliar tahun 2050, dan akan menembus 11,2 miliar pada tahun 2100.

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk

Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sekaligus Indonesia adalah

negara yang memiliki iklim tropis, sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai

jenis tanaman. Potensi alamiah tersebut sempat menjadikan Indonesia sebagai

salahsatu negara pengekspor beras terbesar di Asia Tenggara. Melalui bakat

alamiah itu pula, bukan hanya komoditas padi saja yang berkembang di

Indonesia, akan tetapi juga diiringi pesatnya perkembangan pertanian dalam

wujud komoditas lain seperti, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Secara simultan, semakin berkembangnya pertanian, tidak menutup

kemungkinan juga karena faktor-faktor dari luar yang menuntut pertanian

untuk ditingkatkan produktivitasnya. Faktor dari luar itu salahsatunya ialah

tingkat populasi manusia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, secara

simultan, memiliki efek domino yaitu peningkatan jumlah pola konsumsi

manusia yang semakin meningkat. Dilansir dari (http://tumoutounews.com)

artikel yang bertajuk ―Jumlah Penduduk Dunia Tahun 2017, Posisi

Indonesia?‖, mengungkapkan bahwasannya Indonesia adalah negara yang

memiliki penduduk terbanyak di dunia pada posisi ke-empat setelah Amerika

Serikat, dengan jumlah penduduk sebanyak 257.912.349 jiwa. Bahkan secara

keseluruhan, penduduk dunia ditaksir pada tahun 2017 sekitar 7,6 miliar,

dikalkulasi akan terus meningkat menjadi 8,6 miliar pada tahun 2030, 9,8

miliar tahun 2050, dan akan menembus 11,2 miliar pada tahun 2100.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

2

Peningkatan jumlah penduduk yang semakin masif secara simultan juga

akan diikuti proporsi pola konsumsi yang meningkat. Peningkatan pola

konsumsi itu salahsatunya ialah peningkatan akan kebutuhan pangan.

Disebutkan Hardono (2012) dalam hasil penelitiannya, bahwasannya pada

rumah tangga petani di beberapa provinsi menunjukkan bahwa jumlah rumah

tangga petani yang rawan pangan mengalami peningkatan dari 28,1% (2007)

menjadi 60,3% (2010) (Kementerian Perdagangan, 2013: 2). Bahkan dalam

laporan Kementerian Perdagangan (2013:40) tersebut pola konsumsi seperti

sayuran-sayuran dan buah-buahan masih selisih –(38,6) dari harapan 250

dengan realitas jumlah konsumsi 211,4 dalam hitungan (Kal/kap/hari).

Ketika tingkat populasi jumlah manusia yang semakin membludak dan

dibarengi dengan peningkatan jumlah konsumsi yang semakin meningkat

bahkan dengan variasi jenis makanan olahan yang juga berbahan dasar dari

produk pertanian, sangat memungkinkan jumlah produk pertanian dari

komoditas tanaman pertanian terus akan mengalami peningkatan permintaan

guna memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia bahkan dunia.

Artinya, pertanian sebagai penyumbang terbesar bahan pangan untuk

keperluan konsumsi masyarakat, sangat potensial untuk menciptakan

kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia khususnya petani, karena

bahan pangan adalah kebutuhan yang sangat vital bagi keberlangsungan

hidup manusia. Disisi lain, hal itu juga memiliki makna bahwa petani kini

tengah menghadapi tuntutan jaman yang semakin konsumtif, petani dituntut

untuk selalu berproduksi untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

3

Produktivitas dalam bidang pertanian memiliki makna bahwa pertanian

terus dipacu karena menjadi sebuah harapan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan di Indonesia masih didominasi dari

hasil olahan pertanian itu sendiri. Ketika kebutuhan pangan menjadi pemicu

sebagai landasan berpacu untuk pengembangan produktivitas pertanian,

secara simultan pertanian membutuhkan tenaga-tenaga kerja tambahan. Hasil

dari kebutuhan akan tenaga kerja tambahan tersebut sekaligus memunculkan

sebuah fenomena menarik yang ada dalam kehidupan pertanian itu sendiri.

Salahsatunya ialah mulai bermunculan tenaga kerja buruh tani perempuan.

Menurut data kementerian pertanian (Kementerian Pertanian, 2013:422-

423), jumlah perkiraan tenaga kerja baru perempuan di sektor pertanian pada

survei Sakernas Februari dan Agustus tahun 2012, pada komoditas tanaman

pangan dan hortikultura masing-masing ialah 50 orang dan 20 orang, dengan

merujuk pada perkiraan tenaga kerja baru di sektor pertanian perdesaan pada

survei Sakernas Februari dan Agustus tahun 2012 yaitu tanaman pangan

ditaksir mencapai 100 hingga 110 orang lebih dan pada hortikultura ditaksir

40 sampai 50 orang. Dipaparkan pula (2013:428) tenaga kerja baru

perempuan di sub sektor pertanian tahun 2012 (perkotaan dan perdesaan) per

Februari dan Agustus dengan komoditas tanaman pangan dan hortikultura

sebanyak 51.104 orang dan 19.779 orang pada Februari (2012), 41.803 orang

dan 15.462 orang di bulan Agustus (2012). Lebih spesifik lagi, merujuk pada

daerah Jawa Timur pada bulan dan tahun yang sama, jumlah tenaga kerja

baru perempuan di sub sektor pertanian, pada komoditas tanaman pangan

13.180 dan 1.852 orang hortikultura (Februari 2012). Sedangkan pada bulan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

4

Agustus (2012), tenaga kerja perempuan sub sektor pertanian pada tanaman

pangan ada1.592 orang dan hortikultura 1.225 orang.

Berdasarkan data diatas, maka jika ditelisik secara cermat bahwa

perempuan yang menjadi buruh tani ternyata masih banyak jumlahnya di

Indonesia. Hal itu menyiratkan bahwa pertanian di Indonesia khususnya di

Jawa Timur, kalkulasi data tersebut menunjukkan pertanian adalah salahsatu

ranah pekerjaan yang selalu menyediakan buruh tani perempuan. Oleh karena

itu, pertanian sebenarnya adalah salahsatu ladang penghidupan bagi para

petani khususunya buruh tani perempuan yang memiliki berbagai entitas

kajian yang terbesit di dalamnya.

Meskipun sejatinya bukan ikhwal fenomena langka dalam kehidupan

pertanian itu sendiri, akan tetapi karena tuntutan keadaan yang potensial dan

alamiah tersebut—secara geografis dan ekonomi maupun sosial-budaya,

memunculkan sistem kehidupan pertanian yang baru semacam itu. Dimana

buruh tani perempuan mulai bermunculan ditengah-tengah kehidupan

pedesaan yang notabenenya memang berbasis pertanian. Fenomena buruh

tani perempuan tersebut salahsatunya ada di Desa Sumberbrantas, Kecamatan

Bumiaji, Kota Batu.

Secara geografis, potensi alamiahnya yang sangat memungkinkan untuk

bercocok tanam, menjadi alasan utama bagi keberlangsungan hidup para

penduduknya, yaitu bertani. Bertani dalam artian jika dilihat secara hirarkis

ialah: ada petani sebagai pemilik lahan (juragan) dan ada petani yang menjadi

buruh tani. Petani pemilik lahan menurut Pak Purnomo selaku Sekretaris

Desa Sumber Brantas sekaligus informan mengungkapkan, bahwasannya

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

5

petani pemilik lahan ada sekitar 30% dari jumlah petani yang ada di Desa

(Wawancara pada tanggal 02 Maret 2018). Sedangkan jumlah buruh tani

secara keseluruhan ada 243 orang, dengan jumlah buruh tani laki-laki 142

orang dan buruh tani perempuan berjumlah 101 orang (Data Rekapitulasi

Jumlah Penduduk menurut Jenis Pekerjaan, 2017). Masih menurut Pak Pur,

beliau juga mengatakan bahwasannya jumlah buruh tani tersebut bahkan bisa

tiga kali lipat dari data yang ada.

Petani yang menjadi buruh tani di Desa Sumber Brantas jika dilihat,

bukan hanya sebatas kegiatan tenaga kerja laki-laki yang bekerja sebagai

buruh tani untuk membantu menyelesaikan pekerjaan pertanian di lahan

pertanian si petani pemilik lahan, akan tetapi juga perempuan dan hubungan

itu atas dasar pemenuhan kebutuhan secara ekonomi—yang orientasinya

adalah upah dari hasil kerjanya. Akan tetapi jika dilihat realitasnya,

perburuhan tersebut bukan hanya menyangkut perihal tenaga kerja laki-laki

secara biologis dan secara ekonomi.

Lebih dari itu, bahwa secara sudut sosiologis bahwa segala tindakan

sosial yang ada harus dilihat secara empiris bahwa apa yang dilakukan aktor

memiliki makna dan memiliki kontribusi untuk direduksi tentang arti makna

tindakan sosial tersebut. Fenomena buruh tani perempuan yang ada di desa

Sumber Brantas bukan hanya memiliki makna bahwa apa yang dilakukan

tersebut bukan hanya sekedar untuk mencukupi ‗ekonomi‘, akan tetapi ada

entitas lain yang harus dimaknai bahwa perburuhan perempuan pada sektor

pertanian memiliki makna yang luas terkait dengan sistem upah yang

diterimanya selama memburuh tani.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

6

Salahsatu hal yang sangat kentara secara genderisme, ada perbedaan

pemberian upah yang diberikan oleh pemilik lahan dengan buruh tani

perempuan tersebut. Fenomena diferensiasi upah yang diberikan oleh pemilik

lahan kepada buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan memiliki makna

tertentu yang harus diungkap secara empiris. Terlebih, simbolisasi

diferensiasi upah tersebut bukan hanya sebatas permasalahan ekonomi secara

genderisme, akan tetapi ada makna lain terkait dengan kepasrahan atas upah

yang diterima oleh buruh tani perempuan terhadap pemberian upah yang

diferensiatif itu.

Diiferensiasi upah yang secara simbolis sangat terlihat tersebut dalam

kacamata gender, secara sosiologis, lebih mendalam lagi bahwa adanya

dogmatisme secara kultural yang mengilhami terciptanya postulasi pemikiran

para buruh tani perempuan, bahwa upah yang berbeda tersebut adalah seolah-

olah suatu keniscayaan-hirarkis. Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki

upah yang berbeda meskipun dalam interval waktu kerja kurang lebih sama

saja, sistem penggolongan kerja—borongan dan harian—yang kurang lebih

sama saja yang dikerjakan, yang melatarbelakanginya ialah dogmatisme

perbedaan potensi energi tenaga antara laki-laki dan perempuan, sekaligus

yang menciptakan diferensiasi upah yang secara simbolis meneguhkan

adanya habitus.

Entitas simbolik itulah yang sebenarnya menarik untuk ditelaah lebih

dalam sebagai refleksi atas sistem upah buruh tani perempuan yang memiliki

makna tersirat yang harus dilihat sebagai empirisme itu sendiri. Empirisme

yang dimaksud adalah bahwa dalam tindakan sosial yang secara sosiologis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

7

disebut sebagai hexis dari habitus yang telah mengendap dang tersedimentasi

dalam pikiran manusialah yang harus dilihat sebagai kenyataan melalui

tindakan sosial. Habitus dapat dilihat, memiliki makna, ketika

ditransformasikan dalam sebuah tindakan praktis, dan dalam setiap tindakan

praktis tersebut diinisiasi oleh sebuah habitus. Tindakan praktis tersebut

konsekuensi logisnya ialah adanya internalisasi-eksternalitas dari

ekstenalisasi internalitas yang terjadi, maupun sebaliknya, dan seterusnya,

yang menciptakan fundamentalistik pikiran seseorang yang dapat ditelaah

memalui tindakan sosial sang aktor atau agen.

Refleksi kajian tersebut ialah bahwa buruh tani perempuan sebagai

aktor yang berperan sebagai buruh tani, bukan secara spontanitas atau serta

merta para perempuan tersebut menjadi buruh tani. Begitu juga dengan sistem

upah yang diferensiatif secara gamblang dapat diterima oleh buruh

perempuan. Akan tetapi, ada sebuah proses kognitif yang

melatarbelakanginya mengapa hal itu dapat diterima langsung tanpa perlu

mengungkit sistem diferensiasi upah yang padahal dapat buruh tani

perempuan rasakan tingkat perbedaan pemberian upah tersebut. Bahkan

cenderung menerima tanpa adanya oposisi kognitif atas diferensiasi simbolik

sistem upah tersebut.

Bukan maksud ingin membangkitkan kesadaran objek sebagai suatu

oposisi secara kognitif, akan tetapi fenomena sosial buruh tani perempuan

dalam sistem diferensiasi upah yang simbolis menarik untuk dikaji lebih

dalam. Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut yang melatar

belakangi fenomena buruh tani perempuan dan diferensiasi sistem upah itu,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

8

peneliti ingin mengangkat sebuah penelitian berjudul Habitus dalam Sistem

Upah Buruh Tani Perempuan (Studi pada Buruh Tani Perempuan di Desa

Sumber Brantas, Kec. Bumiaji, Kota Batu).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil

ialah: Bagaimana habitus dalam sistem upah buruh tani perempuan di Desa

Sumber Brantas?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui dan menjelaskan bagaimana habitus dalam sistem upah buruh

tani perempuan di Desa Sumber Brantas.

1.4 Manfaat

1. Secara teoritis: dapat memberikan konstribusi bagi pemahaman

mengenai teori habitus yang digagas oleh Piere Bordieu yang

dihubungkan dengan kasus sistem upah buruh tani perempuan di Desa

Sumber Brantas. Melalui penelitian tersebut diharapkan mampu

memberi sebuah konstribusi teoritis baru yang berangkat dari teori

Habitus Bourdieu sebagai bahan pertimbangan dalam kajian gender.

2. Secara praktis:

a. Bagi Mahasiswa, dapat dijadikan referensi bagi para peneliti

selanjutnya khususnya dari kalangan mahasiswa tentang Habitus

dalam Sistem Upah Buruh Tani Perempuan. Sekaligus dapat

dijadikan sebagai rujukan penelitian sosiologi gender yang

berangkat dari kajian Pierre Bordieu tentang Habitus.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

9

b. Bagi Jurusan Sosiologi, sebagai salahsatu literatur yang membahas

tentang Habitus dalam Sistem Upah Buruh Tani Perempuan.

Melalui literatur tersebut, diharapkan nantinya mampu memberikan

spirit kajian sosiologi gender lebih lanjut dan terbarukan dengan

pemaduan teori Habitus.

c. Bagi Desa Sumber Brantas, dapat dijadikan literatur yang mengkaji

buruh tani perempuan yanga ada di Desa Sumber Brantas

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Habitus

Habitus adalah satu kata bahasa Latin yang mengacu kepada kondisi,

penampakan atau situasi yang tipikal atau habitual, khususnya pada tubuh

(Jenkins, 2016:107). Pengertian habitus dalam Safitri (2015: 126)

merupakan akumulasi dari internalisasi agen yang diperoleh agen sejak

lahir yang kemudian membentuk kepribadiannya. Pengetahuan yang

menstrukturkan agen inilah yang kemudian menstrukturkan cara agen

dalam berinteraksi dengan kenyataan objektifnya, dengan kata lain, habitus

merupakan sekumpulan disposisi yang secara tidak disadari maupun

disadari yang mengarahkan tindakan agen.

Habitus dalam Ritzer (2012:903) adalah ―struktur-struktur mental atau

kognitif‖ melalui mana orang berurusan dengan dunia sosial. Lebih lanjut

lagi, menurut Bordieu, habitus itu sendiri merupakan skema yang diperoleh

aktor dari pembongkaran terhadap dunia sosialnya, kemudian dari

pembongkaran tersebut aktor mendapatkan pengetahuan atas dunia sosial

untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosialnya (Wijaya, 2017:13).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

10

1.5.2 Sistem Upah

Upah dapat diartikan sebagai pendapatan buruh yang didapat dari

usahanya yaitu bekerja kepada orang lain untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya. Adapun beberapa pengertian upah dalam jurnal berjudul

Standar Upah Pekerja Menurut Sistem Ekonomi Islam (Ridwan,

2013:243), sebagai berikut:

a. Upah adalah sejumlah pendapatan uang yang diterima oleh buruh

dalam satu waktu tertentu akibat dari tenaga dan usaha yang

digunakan dalam proses produksi (Hamzaid B. Yahya, 1998:393).

b. Harcharan Singh Khera mendefiniskan upah dengan harga yang

dibayarkan karena jasa-jasa buruh dari segala jenis pekerjaan

yang dilakukan, baik pekerjaan yang bersifat mental ataupun fisik

(Harcharan Singh Khera, 1978:261).

Sedangkan pengertian sistem upah atau pengupahan ialah cara atau

metode dalam memberikan imbalan kepada karyawan atas jasa-jasanya

dalam bentuk uang menurut undang-undang yang berlaku (Manullang,

1990:157 dalam, Hartati, 2010:xxxix).

1.5.3 Buruh Tani Perempuan

Buruh menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2003 pasal 1 ayat (3) ialah setiap orang yang yang bekerja dengan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan konsep petani itu sendiri

menurut Wolf dalam Landsberger dan Alexandrov (1984:9-10) petani adalah

penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat

keputusan yang otonom tentang proses cocok tanam (Soviah, 2015:16).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

11

Petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peasant, yaitu petani kecil

(petani tradisional) yang usahanya dilakukan semata-mata untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan farmer ialah sebagai petani dengan

lahan yang luas dan usaha pertaniannya dijual untuk bisnis (Eric Wolf,

1983:2 dalam, Jaya dan Sulistyary, 2013:5). Petani peasant sendiri

menurut Scott (1981: 2000 dalam, Jaya dan Sulistyary, 2013:5) ketika

mendapatkan ketidakadilan, mereka tidak akan melakukan perlawanan

secara terbuka dan terang-terangan lewat pengorganisasian masa

(kolektif), namun lebih mengacu kepada resistensi atau dengan kata lain

melakukan perlawanan dengan cara lunak seperti tidak ikut gotong royong,

berbohong, ngemplang, sabotase.

Sedangkan buruh tani itu sendiri dalam pengertian sesungguhnya

memperoleh penghasilan terutama dari bekerja untuk pemilik tanah atau

para petani penyewa tanah guna mendapatkan upah (Hartati, 2010:xxxix).

Sedangkan pekerja bebas di pertanian, memiliki pengertian yang kurang

lebih sama, yaitu apabila seseorang yang bekerja pada orang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan

terakhir) di udaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun

bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah

atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem

pembayaran harian maupun borongan (Kementerian Pertanian, 2013:xxii-

xxiii). Maka, buruh tani perempuan ialah perempuan baik dewasa maupun

muda yang bekerja di kebun atau di sawah orang lain dengan menerima

upah (Handriyah, 2017:11).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

12

Buruh tani perempuan ialah perempuan yang pekerjaannya menjadi

buruh di sawah, kebun atau ladang dari seorang pemilik lahan (juragan)

dengan menerima upah. Lebih lanjut lagi, Lenin dalam Landsberger dan

Alexandrov (1984:19), ada tiga kelompok dalam pembagian klasik kaum

tani yaitu: (1) kaum tani yang kaya (termasuk tengkulak) mungkin

memperkerjakan sendiri beberapa buruh upahan tetapi yang jelas bisa

menghasilkan sejumlah penting surplus yang bisa dipasarkan, (2) petani

menengah yang merupakan dan atau memiliki petak tanah sendiri yang

sempit, yang menghasilkan sekedar surplus tetapi dengan jumlah yang

sedikit dan (3) petani miskin yang hidup terutama dari menjual tenaganya

kepada tuan tanah (Soviah, 2015:16).

1.6 Metodologi

Metode penelitian merupakan serangkaian format prosedural-sistematis

dalam kegiatan penelitian guna memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu,

serta informasi sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan

sebagai landasan utama dalam suatu penelitian, dimana metode penelitian

mengacu pada:

1.6.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian

kualitatif. Peneliti berusaha memahami peristiwa yang terjadi dan

kaitan-kaitannya dalam situasi tertentu. Penelitian kualitatif memiliki

ciri menyajikan data dalam bentuk narasi, deskriptif dari hasil

wawancara maupun observasi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

13

Peneliti memilih menggunakan jenis penelitian kualitatif karena,

peneliti ingin mengetahui bagaimana habitus sistem upah buruh

perempuan yang ada di Desa Sumber Brantas, yang mana, dengan

perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan yang sebenarnya dapat

dirasakan oleh para buruh tani perempuan, akan tetapi buruh tani

perempuan tersebut dapat menerima dengan keadaan yang

terdiferensiasi upah tersebut.

Melalui penelitian kualitatif ini peneliti dapat menggali data lebih

detail tentang bagaimana habitus dalam sistem upah buruh tani

perempuan melalui wawancara dan observasi serta dokumentasi yang

dilakukan peneliti serta menyajikannya dalam bentuk narasi, deskriptif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Konsep

fenomenologi bermula dari pandangan Enmund Husserl yang meyakini

bahwa sesungguhnya objek ilmu itu tidak terbatas pada hal-hal yang

empiris (terindra), tetapi juga mencakup fenomena yang berada di luar

itu, seperti persepsi, pemikiran kemauan, dan keyakinan subjek tentang

―sesuatu‖ di luar dirinya (Idrus, 2009:58-59). Pendekatan semacam itu

berusaha mencari ―esensi‖ makna dari suatu fenomena yang dialami

oleh beberapa individu, yang analisisnya berpijak pada horizonalisasi,

dimana peneliti berusaha memeriksa data dengan menyeroti pernyataan

penting dari partisipan untuk menyediakan pemahaman dasar tentang

fenomena tersebut (Creswell, 2015:viii).

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena ingin

mengungkap sebuah realitas sosial dari habitus dalam sistem upah

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

14

buruh tani perempuan, dengan menggali data berupa pernyataan,

pemahaman, atau pun ungkapan dari subjek penelitian. Melalui

serangkaian teknik yang digunakan dalam penelitian, dapat

mengungkap tentang habitus sistem upah buruh tani perempuan

tersebut. Mengingat bahwa habitus bukanlah sekedar tindakan sosial

semata, akan tetapi tindakan sosial yang teramati memiliki makna yang

tersirat didalamnya, bahkan besar kemungkinan telah tersedimentasi

sejak lama dalam diri subjek yang menjadi pelaku atau aktor.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil peneliti ialah di Desa Sumber

Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Desa Sumber Brantas adalah

salahsatu desa yang ada di Kota Batu dengan potensi alamnya yang

melimpah yaitu hasil pertanian yang berbasis sayur-sayuran. Sekaligus

dengan potensi tersebut, sudah dapat dipastikan bahwasannya Desa

Sumber Brantas mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai

petani, baik laki-laki maupun perempuan;baik petani pemilik lahan

maupun yang menjadi buruh tani.

Desa Sumber Brantas juga salahsatu desa yang ada di Kota Batu,

tepatnya di Kecamatan Bumiaji yang memiliki potensi besar yaitu

dibidang pertanian yang mana produk hasil pertaniannya telah

melanglang buana di seluruh antero Indonesia dengan produk

unggulannya yaitu tanaman kentang, wortel, kol/kubis, dibandingkan

dengan daerah lain yang ada di Indonesia.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

15

Bukan hanya itu saja, dari potensi dibidang pertanian tersebut

menunjukkan adanya korelasi kausalitas antara produk pertanian yang

tumbuh dengan ketersediaan lahan yang luas guna pertanian, menunjukkan

signifikansi jumlah petani yang ada di Desa Sumber Brantas, dengan

jumlah petani keseluruhan 1.772 orang dibandingkan dengan jumlah orang

yang tidak bekerja sebanyak 1.143 orang. Jika diklasifikasikan petani

berdasarkan jenis kelamin, ada 1.084 petani laki-laki dan 688 petani

perempuan. Lebih lanjut lagi jumlah buruh tani yang ada berdasarkan jenis

kelamin: laki-laki 142 orang dan perempuan 101 orang. Bahkan jumlah

tersebut dapat 3 kali lipat jumlah yang ada pada rekapitulasi tahun 2017.

Oleh karena itu, dengan kondisi pertanian dan jumlah petani yang

banyak dan adanya klasifikasi buruh tani perempuan dan laki-laki,

memiliki sebuah tendensi diferensiasi antar jenis kelamin, baik dalam

sistem sosial maupun ekonomi dalam ruang lingkup kehidupan buruh

tani. Desa Sumber Brantas menyediakan potensi-potensi data kajian

lebih lanjut terkait dengan buruh tani perempuannya untuk dieksplor.

Melihat sumber daya manusianya yang mayoritas menjadi petani dan

buruh tani, khususnya buruh tani perempuan.

1.6.3 Sumber Data

Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sumber data

primer dan sekunder. Sumber data primer didapat secara langsung oleh

peneliti. Data primer didapatkan dari teknik pengumpulan data yang telah

ditentukan oleh peneliti, dalam hal ini ialah peneliti langsung bertemu

dengan subjek penelitian yaitu buruh tani perempuan sebagai subjek.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

16

Sedangkan sumber data sekunder didapatkan melalui sumber-

sumber terentu sebagai perantara yang mendukung data primer seperti

profil Desa Sumber Brantas, foto-foto, maupun keterangan yang

diambil dari informan yang tentunya masih berkaitan dengan penelitian.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan oleh penulis

ialah purposive sample. Sampel bertujuan atau purposive sample

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,

random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu

(Arikunto, 2010:183). Pertimbang tersebut berdasarkan kriteria-kriteria

yang telah ditentukan oleh peneliti yang mana subjek dianggap paling

tahu tentang apa yang sedang diteliti.

1.6.4.1 Subjek Penelitian

Peneliti dalam penelitian tersebut, mendapatkan dua jenis

subjek penelitian, yaitu 2 buruh tani perempuan dengan sistem

menetap atau buruh tani tetap yang bekerja di satu orang pemilik

lahan (juragan) dan 2 buruh tani perempuan yang tidak menetap

atau berpindah-pindah juragan. Adapun untuk buruh tani dengan

sistem menetap, biasanya satu orang juragan memiliki sampai 10

buruh tani. Buruh tani tersebut biasanya lebih banyak laki-lakinya

dibandingkan perempuan, dikarenakan buruh tani laki-laki

memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan dengan buruh tani

perempuan. Biasanya hanya dua sampai 3 orang buruh tani

perempuan diantara sepuluh buruh tani tersebut per juragan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

17

Sedangkan untuk buruh tani yang tidak menetap jumlahnya

sangat banyak dan sulit terhitung, termasuk jumlah buruh tani

perempuan yang tidak menetap atau buruh lepas. Hal itu

dikarenakan buruh tani lepas selalu berpindah-pindah dan mereka

hanya aktif bekerja jika ada panggilan kerja, berbeda dengan

buruh tani yang menetap. Adapun kriteria subjek penelitian untuk

buruh tani perempuan tetap ialah:

1. Subjek sebagai buruh tani perempuan di Desa Sumber Brantas

2. Subjek sebagai buruh tani tetap (di satu pemilik lahan/juragan)

2. menjadi buruh tani lebih dari 10 tahun

3. subjek adalah penduduk yang telah menetap di Desa Sumber

Brantas

Subjek buruh tani perempuan tidak menetap:

1. Subjek sebagai buruh tani perempuan di Desa Sumber Brantas

2. Subjek sebagai buruh tani tidak tetap (berpindah pemilik

lahan/juragan)

3. menjadi buruh tani lebih dari 10 tahun

4. subjek adalah penduduk yang telah menetap di Desa Sumber

Brantas

1.6.4.2 Informan Penelitian

Informan adalah seseorang yang berperan memberikan

sebuah informasi terkait dengan penelitian yang diangkat.

Sedangkan informan dalam penelitian ini ialah:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

18

1. Pak Poernomo selaku Sekretaris desa Sumber Brantas

2. Bu Ari selaku Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan

3. Bu Yayuk (pemilik lahan)

4. Pak Rumadi (buruh tani laki-laki)

1.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang biasa dikenal oleh penelitian kualitatif pada

umumnya:

1.7.1 Observasi

Peneliti dalam teknik pengumpulan data melalui observasi

menggunakan jenis observasi partisipasi (partisipant observation). Adalah

metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti

benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Darmadi, 2014:292)

Dengan teknik observasi partisipasi peneliti berusaha menjadi

salahsatu bagian dari para subjek penelitian yang berstatus sebagai

buruh tani perempuan. Melalui ikut serta dan melihat tindakan sosial

mereka selama menjadi buruh tani perempuan. Adapun observasi yang

dilakukan peneliti ialah dengan ikut serta seperti kegiatan menanam

bibit (ponjo), obersevasi panen wortel, sambil mewawancarai para

buruh tani perempuan yang sedang ada di lahan.

1.7.2 Wawancara

Melalui wawancara peneliti dapat menggali data-data dari

narasumber atau informan sesuai dengan rumusan masalah yang telah

dirumuskan guna menggali data-data terkait bagaimana habitus dalam

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

19

sistem upah buruh tani perempuan yang ada di Desa Sumber Brantas.

Wawancara yang digunakan wawancara tidak terstruktur (Arikunto,

2010:270), yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar

yang akan ditanyakan. Oleh karena itu kreativitas pewawancara sangat

diperlukan. Peneliti tetap mewawancarai subjek sesuai dengan rumusan

masalah sebagai acuan untuk menggali data, namun wawancara tidak

terstruktur perlu ketika data hasil dari wawancara dirasa kurang

mendalam.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu menanyakan soal

sederhana tentang bagaimana habitus sistem upah buruh tani

perempuan yang ada di Desa Sumberbrantas. Pertanyaan tersebut terus

berkembang untuk menguak bagaimana habitus yang ada dalam sistem

upah buruh tani perempuan tersebut. Melalui wawancara tersebut,

buruh tani mulai membeberkan tentang konsep-konsep mental dan

kognitif yang selama ini mengendap dalam pikiran buruh tani

perempuan terkait dengan habitus sistem upah tersebut.

Pertanyaan tersebut seputar alasan mengapa mmrmilih bekerja

menjadi buruh tani, nominal besaran upah, perbedaan upah antara laki-

laki dan perempuan, mengapa mau menerima upah yang diferensiatif,

interval waktu kerja, pekerjaan yang dikerjakan para buruh tani

perempuan dengan perbandingan pekerjaan buruh tani laki-laki, serta

membongkar ada tidaknya perubahan sistem upah yang diberlakukan

berdasarkan atas perbedaan gender pada buruh tani perempuan dan laki-

laki.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

20

1.7.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan sebuah catatan peristiwa yang sudah berlalu

(Sugiyono, 2015:240). Berupa tulisan, gambar, karya-karya

monumental dari seseorang, sejarah pribadi kehidupan dimasa lalu dan

autobiografi, dll. Dokumen yang di dapat peneliti berupa profil desa

dan sejarah lisan dari informan dan subjek penelitian.

1.8 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian kualitatif, penelitian ini

menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono,

2015:246-253). Adapun model analisa data menurut Miles dan Huberman

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya, gunanya

untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2. Display Data

Display data atau penyajian data merupakan langkah selanjutnya

setelah mereduksi data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Akan

tetapi yang paling sering digunakan untuk menyajikan data kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/40319/2/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk ... Artinya, pertanian

21

3. Verifikasi Data atau Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipoteis atau teori.

1.9 Validitas Data

Untuk menguji validitas data dengan menggunakan triangulasi. Menurut

Sugiyono (2014:241), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data

dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang

sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.