bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/bab i - bab iii.pdf2014,...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Generasi yang sehat memerlukan motivasi dan kondinasi semua pihak
terutama orang tua, tenaga kesehatan. Usaha untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh beberapa penyakit. Maka perlu di berikan imunisasi lengkap yang diberikan
kepada anak-anak serta bayi merupakan cara yang paling efektif untuk melindungi
mereka dari berberapa penyakit.
Imunisasi dasar adalah suatu pemberian imunisasi awal untuk mencapai
kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi
antara umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1, 2, 3), Polio (1,
2, 3, 4), dan Campak.(1)
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu
pengalaman. Anak yang sudah diberikan imunisasi dapat terlidung dari bermacam
penyakit yang berbahaya yang bisa saja menimbulkan kecacatan atau kematian.(2)
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan
kasus Tuberkolosis (TBC) di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia
setelah China dan India dengan asumsi lensi bakteri tahan asam (BTA) + 130 per
2
100.000 penduduk. Sejak tahun 1991, kasus pertusis muncul sebagai kasus yang
sering di laporkan di Indonesia, sekitar 40 % kasus pertusis menyerang balita.
Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7 per-
1000 kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi dari sekitar 2-
3 kalinya yaitu 11-23 per1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira
60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjutnya, Hepatitis B diperkirakan menyebabkan
sedikitnya satu juta kematian pertahun. Sedangkan untuk kasus polio, data terahir
dilaporkan secara total terdapat 295 kasus polio yang tersebar di 10 Provinsi dan
22 Kabupaten/Kota di Indonesia. Dengan demikian juga denga kasus campak,
angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang di laporkan.(3)
Keputusan Menteri Kesehatan No. 97 tahun 2015 mencanangkan pada
kesehatan dalam rangka Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan
untuk pembangunan berkelanjutan 2030 yang terintegrasi dengan pembangunan
Nasional. Salah satu di antara 17 tujuan yang sudah tercapai adalah dalam
kerangka kesehatan yang lebih baik, menjamin kehidupan seseorang menjadi
sehat dan mengupayakan kesehatan orang di segala usia. Angka kematian bayi
dan balita yang dapat dicegah dan seluruh negara berusaha untuk menurunkan
angka kematian neonatus sedikitnya hingga 12/1.000 kelahiran hidup dan angka
kematian balita sebayak 25/1.000 kelahiran hidup. (4)
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, cakupan imunisasi lengkap pada
anak umur 12-23 bulan di Indonesia, yang merupakan gabungan dari satu kali
imunisasi HB-0, satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio, dan satu kali
imunisasi campak. Menunjukkan cakupan imunisasi tiap jenis imunisasi yaitu
3
HB-O, BCG, polio empat kali (polio 4), DPT-HB kombo tiga kali (DPT-HB 3),
dan campak menurut provinsi. Berdasarkan jenis imunisasi persentase tertinggi
adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB 3 (75,6%). Papua mempunyai
cakupan imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%),
BCG (59,4%), DPT-HB 3 (75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Pro
vinsi di Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi
dasar HB-0 (98,4%), BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%)
sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%).(5)
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk melawan
penyakit untuk dengan me lumpuhkan antigen yang telah di lemahkan yang
berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap
rentan terjangkit menular yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita subur, dan ibu
hamil.
Hasil pelaksanaan program imunisasi berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kab/Kota cakupan imunisasi mengalami penurunan, namun pada tahun
2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan
namun tidak untuk DPT3/HB3. Pada tahun 2015, cakupan imunisasi campak
mengalami penurunan cukup besar yaitu dari 95,69% (2014) menjadi 89,4%
(2015); begitu pula cakupan DPT3/HB3 menurun dari 89,5%(2015) menjadi
88,5% (2015). Tahun 2016 angka cakupan imunisasi meningkat untuk
BCG,DPT/HB1,DPT3/HB3, dan Campak kecuali polio 4 ada penurunan dari
4
97.77% (2015) menjadi 90.30% (2016). Oleh karena penurunan cakupan
imunisasi campak yang sangat besar tersebut, menyebabkan angka rata-rata drop
out mengalami peningkatan mencapai sekitar 7%, sangat jauh diatas angka
toleransi yaitu 3,55%.
Pencapaian UCI (Universal Child Immunization) merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila
cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam
wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi
(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada
wilayah administrasi desa/kelurahan tahun 2016 per desa/kelurahan telah
mencapai target UCI apa bila >80% bayi di desa/kelurahan tersebut sudah
mendapat imunisasi lengkap.
Pencapaian desa dengan UCI di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 yaitu
75.5%, terdapat peningkatan di bandingkan tahun 2015 yaitu 75%, tahun 2014
yaitu 71,4%, dan tahun 2013 yaitu 68,98%, dan tahun 2012 yaitu 74,19%. Namun
peningkatan di tahun 2016 ini masih dibawah target Nasional yaitu 100%.(6)
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di klinik Poskeskel
Medan pada bulan Agustus tahun 2018 dari 10 ibu yang memiliki bayi
didapatkan bahwa 4 diantaranya sudah memberikan imunisasi dasar kepada bayi
sedangkan 4 ibu lainnya hanya memberikan imunisasi pada saat bayi lahir hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dan menganggap
apabila anaknya di imunisasi akan sakit bahkan lumpuh, 2 ibu mengatakan hanya
5
memberikan imunisasi sampai bayi berusia 4 bulan karena ibu bekerja dan sibuk
dengan kegiatan rumah.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap Di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang telah di temukan di atas, maka perumusan
masalah ini adalah “Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliti dari hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemberian imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Tahun 2018 antara lain:
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan ibu dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu dalam pemberian imunisasi
dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018
3. Untuk mengetahui distribusi ferekuensi pemberian imunisasi dasar lengkap di
di Klinik Poskeskel Medan tahun 2018
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian
imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan tahun 2018
6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagian sumber informasi bagi mahasiswi untuk menambah pengetahuan
dan sebagai referensi di perpustakan D4 Kebidanan Institut Helvetia Medan. Serta
sebagai bahan masukan bagi peneliti lain agar dapat menyempurnakan penelitian
tantang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar
Lengkap
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis merupakan manfaat secara langsung dari hasil penelitian
yang dapat digunakan oleh masyarakat manfaat pkraktis yang dapat diambil
dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi kepada ibu agar dapat mengetahui secara jelas
tentang manfaat imunisasi pada bayi dengan memberikan imunisasi dasar
lengkap pada bayi agar dengan memberikan imunisasi secara lengkap bayi
dapat tercegah dari berbagai penyakit.
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi dan bahan penambahan wawasan dalam meberikan
penyuluhan kepada ibu untuk melakukan imunisasi dasar secara lengkap pada
bayi.
3. Bagi Tempat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cermin
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada keluarga
7
atau masyarakat, dan menjadi bahan masukan dalam rangaka meningkatkan
mutu atau kualitas dalam memperbaiki sistem pelayanan kesehatan
masyarakat serta sebagai bahan evaluasi dan penambahan wawasan kepada
petugas atau pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat trutama masalah
imunisasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitia Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Worang, dkk (2014) dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi
Dasar pada Balita di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara Wilayah
Kerja Puskesmas Walantakan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan sikap dan sikap dengan perilaku
ibu dalam pemberian imunisasi dasar karena memiliki nilai p <0,05.(7)
Penelitian yang dilakukan oleh Triana (2015). Dengan judul Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar lengkap pada Bayi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari hasil penelitan diperoleh 47,50% imunisasi
tidak lengkap, berpendidikan rendah 5%, berkerja 30%, berpengetahun rendah
48,75%, sikap negatif 50%, pelayanan kesehatan kurang 10%, hambatan 18,75%,
dan mo tivasi kurang 40%. Hasil analisia multivariat diperoleh p-value variabel
motivasi =0,0001. Pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta informasi yang
di peroleh tenteng informasi merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pemberian imunisasi dasar pada bayi, oleh karena itu disarankan kepada petugas
agar lebih meningkatkan promosi kesehatan terutama tentang imunisasi.(3)
Penelitian yang dilakukan oleh Saripah (2017) dengan judul Faktor yanga
Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Di Puskesmas
Penaggalan Kota Subusalam. Hasil menunjukan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan (sing-p 0,007), sikap (sig-p 0,002) dan peran petugas (sig-p 0,032)<
9
(sig-α 0,05) dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar, sedangkan
dukungan suami tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi dasar (sig-p 0,197 > sig-α 0,05).(8)
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Imunisasi Dasar
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan atau
kekebalan kepada tubuh bayi dan anak dengan menyuntikan vaksin atau seruman
dari suatu penyakit yang telah dilemahkan kedalam tubuh. Imunisasi ini bertujuan
untuk melindungi dan mencegah bayi dan anak-anak dari penyakit-penyakit yang
menular atau berbahaya.(9)
Sistem imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. Sistem
imunisasi ini bersifat alami dan non spesifik. Imunisasi alamiah bersifat spesifik
dan non spesifik. Saat antigen mengifeksi tubuh, imunitas non spesifik yang
terdiri dari sel komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan
zat antigen tersebut. Setelah itu baru imunitas menyempurnakan perlawanan dari
imunitas kita. Imutas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan seluler. (2)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terrhadap penyakit, dengan memasukan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukan kuman atau bibit penyakit
tersebut di harapkan tumbuh dapat menghasilkan zat anti yang pada akhirnya
nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang
tubuh.(10)
10
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujunan untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi yang disebabkan
karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam
upaya pencegahan TN maka imunisasi di arahkan kepada pemberian perlindungan
bayi baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. (1)
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada anak, atau dalam lingkungan yang luas menghilangkan penyakit
tertentu, misalnya penyakit cacar. Jadi, selain yang diimunisasi, orang-orang di
sekitarnya juga mendapatkan efek perlindungan tidak langsung.(9)
Tujuan imunisasi imunisasi yaitu:
1) Mencegah penyakit tertertentu pada seseorang
2) Menghilangkan penyakit tertentu pada msyarakat (populasi)
3) Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misal, cacar).(11)
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi sebagai berikut:
1) Untuk Anak
Mencegah penderitaaan yang disesabkan oleh penyakit, kemungkinan cacat
dan kematian
2) Untuk Keluarga
a. Menghilangkan kecemasan dan faktor pisiologis pengeobatan jika anak sakit
b. Mendorong pembentukan keluarga apa bila orang tua yakin bahwa anak
akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman
11
3) Untuk Negara
a. Memperbaiki tenaga kesehatan
b. Menciptakan bangsa yanga kuat dan berbakat untuk melanjutkan
pembangunan Negara.(11)
4. Syarat-syarat Imunisasi
Terdapat beberapa jenis yang diangap bebrbahaya bagi anak, yang
pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk
vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dapat di lakukan pada tubuh yang
sehat. Berikut ini keadaaan yang tidak di perbolehkan imunisasi yaitu: Anak yang
sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang
mendapatkan pengobatan imunosupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena
tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup banyak.
Dalam penelitian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu:
diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang di berikan hurus baik,
disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi
dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan
jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang di berikan,
mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan
kartu imunisasi serta memberikan infomed consedt kepada orang tua atau keluarga
sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskn kepada
orang tuanya tentanng manfaat dan efek samping atau kejadian pasca imunisasi
yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.(12)
12
5. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikan rupa, agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam yaitu:
1) Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)
agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika tepapar lagi tubuh dapat mengendalikan dan
meresponnya. Contohnya imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.
2) Imunisasi Pasif
Merupakan suatu peroses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui sauatu peroses
infeksi yang dapat berasal dari plasma maunusia (Kekebalan yang di dapat dari
ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contohnya imunisasi
pasif adalah penyutikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami
luka kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir di
mana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
plasenta selama masa dalam kandungan.(2)
6. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
1) Tuberkulosis (TBC)
Tuberkolosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkolosis tetapi
merupakan salah satu penyebab tinggi angka kesakitan dan kematian, baik di
13
negara berkembang mampu di negara maju.
Faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi infeksi menjadi
penyakit (resiko penyakit). Resiko infeksi TB faktor resiko terjadinya infeksi TB
antara lainya adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan
TB aktif, daerah endemis, pengguaan obat- obat intervena, kemiskinan, serta
lingkungan yang tidak sehat.
2) Hepatitis B
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B
mutlak perlu.Virus hepatitis B, di ketahui sebagai salah satu virus yang paling
mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular dari pada
HIV (virus penyebab AIDIS), dan di perkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak.
3) Penyakit polio
Penyakit ini disebabkan virus poliovirus (PV), menyebar melalui tinja /
kotoran orang yang terifeksi. Sebuah virus ini akan masuk kedalam tubuh melalui
mulut, menginfeksi saluran usus, virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan lemahnya otot dan kadang menyebab
kan kelumpuhan.
4) Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan bakteri corynebacterium
diphteriae dengan gejala panas lebih kunrang dari 38 , di sertai adanya pseudo
membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tengorokan (laring, faring, tonsil)
yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah., terkadang gejala tersebut di sertai
14
dengan rasa nyeri saat menelan, leher membengkak seperti leher sapi, sesak napas
di sertai bunyi, dan pada pemeriksaan tengorokan atu hidung, terdapat kuman
difteri.
5) Pertusis (Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari)
Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri Bordatella Pertusis dan
menyerang seluruh pernapasan. Penularan ini terjadi karena adanya kontak
dengan buangan mukosa saluran pernapasan, baik melalui udara maupun
percikannya.
6) Tetanus
Penyakit ini diakibatkan infeksi bakteri anaerob clostridium tetani yang
tumbuh subur di tempat luka, bakteri ini akan menyerang otot sehingga akan
terjadi kejang otot. Kuman ini terdapat di hewan, penularan ini dapat terjadi
karena kontak langsung antara daerah luka dengan fases hewan yang mengandung
kuman tersebut. Masa inkubasi penyakit ini 3-21 hari, terkadang antara 1 hari
sampai beberapa bulan. Penyakit ini dapat menyerang bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum).
7) Campak
Penyakit Campak (Rubeola, campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak
kemerahan, batuk pilek, conjunctivis (mata merahan), selanjutnya timbul ruam
pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh, tangan, serta kaki.(13)
15
2.2.2. Imunisasi Dasar
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Vaksin BCG merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah di lemahkan. Imunisasi ini
diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan, imunisasi ini cukup satu
kali saja diberikan, bila pemberian imunisasi ini berhasil maka setelah beberapa
minggu di tempat penyutikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan
meningalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan
dipaha kanan atas biasa bayi tidak menderita demam. Vaksin BCG tidak dapat
mencegah seseorang terhindar dari infeksi tuberculosa 100%, tetapi dapat
mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, berasal dari bakteri hidup yang
dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan Guerin. (12)
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, tidak boleh beku dan
harus disimpan pada suhu 2-8 .Vaksin yang telah di encerkan harus di buang
dalam 8 jam. Vaksin BCG di berikan pada anak ketika umur 2 bulan dan
sebaliknya dilakukan uji mantoux terlebih dahulu.(14)
Kemasan vaksin BCG dalam ampul, beku kering, 1 bosk berisi 10 ampul
vaksin, setiap ampul vaksin disertai 4 ml peralut. Sebelum di suntikan vaksin
BCG harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan alat suntik
streril(ADS 5 ml), dosis pemberian vaksin BCG adalah 0,05 ml sebayak 1 kali
disuntikan melalui intrakuta di daerah lengan atas. Untuk mengukur dan
menyuntikan dosis tersebut secara akurat gunakan semprit dan jarum kecil yang
16
khusus, vaksin yang sudah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam
sisanya harus di buang.(11)
Kontra indikasi imunisasi BCG tidak boleh di berikan pada orang atau
anak yang yang sedang menderita TBC karena hasilnya tidak efektif, dan tidak
boleh di berikan pada anak yang menderita penyakit kulit yang berat seperti
eksim, furunkulosis. Efek samping setelah di berikan imunisasi BCG reaksi yang
timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak
menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu di berikan imunisasi, akan timbul
indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pastula,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusu, karena luka
ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran
kelenjar ketiak atau leher pembesaran, kelenjar ini terasa padat namun tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak memerlukan pengobatan dan akan
hilang dengan sendrinya. (2)
Alat dan bahan : Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 pajang 10
mm. Vaksin BCG dan NaCL 0,9 %, kapas lembab (di basahi air matang), sarung
tangan yanga bersih. Prosedur nya cuci tangan, gunakan sarung tarung yang
bersih, jelaskan prosedur yang akan di lakukan, buka vaksin BCG, larutkan
vaksin dengan NaCl 0,9% sebanyak kurang lebih 4 cc, isi spuit dengan vaksin
sebayak 0,05 % ml yang sudah dilarutkan, atur posisi dan bersihkan lengan
(daerah yang akan di injeksi, yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas DTT,
tekan daerah yang akan diinjeksi, tusukkan jarum dengan sudut 10-15 derajat
kemudian masukan vaksin, tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan di masase,
17
usap area bekas injeksi dengan kapas yanga bersih jika ada darah yang keluar,
lepaskan sarung tangan dan cuci tangan, catat raspon yang terjadi, vaksin berhasil
jika timbul benjolan di kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak
jelas.(13)
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hipatitis B, ditunjukan untuk beri tubuh kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B. Kemasan vaksin hepatitis B bentuk cair satu box vaksin
hepatitis B Prefilled Injection Devuce (PID) terdiri dari 100 vaksin hepatitis B
PID. Imunisasi ini diberikan tiga kali dengan interval 1 bulan pada umur 0-11
bulan melalui injeksi intra muscular di paha bayi dan tidak di anjurkan
penyuntikan di bokong karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Kandungan
vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat vaksin B-PID ( Prefilled
Injection Devuce) yang diberikan setelah lahir, dapat di berikan usia 0-7 hari.
Vaksin B-PID disuntikan dengan satu buah HB PID. Vaksin ini menggunakan
PID merupakan alat suntik yang hanya bisa di gunakan sekali pakai dan setelah
berisi vaksin dosis tungal. (2)
Kontra indikasi vaksin hepatitis B adalah hipersensitif terhadap komponen
vaksin sama halnya seperti vaksin lain, vaksin tidak boleh d berikan kepada
penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek samping berupa reaksi lokal,
seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjasi bersifat ringan dan bisasnya hilang setelah 2 hari.(11)
Cara pemakaian buka kantong aluminium atau plastik atau keluarkan
suntik PID, pegang alat suntik pada leher dan tutup jarum dengan memegang
18
keduanya di antara jaum telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat dorong
tutup jarum kearah leher, teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup
jarum dan leher lalu buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher
dan tusuk jarum pada anterolateral paha secara intra muscular, tidak perlu di
lakukan aspirasi. Tekan dengan hati-hati reservoir untuk mengeluarkan vaksin,
sesudah resorvoir kempis tarik PID keluar.(2)
3. Imunisasi Polio
Imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyetitis terdapat 2
macam vaksin polio yaitu innacvated polio vaccine (IPV= Vaksin Salk)
mengandung virus polio yang telah di matikan dan di berikan melalui suntikan,
sedangkan oral polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup
yang telah di lemahkan dan di berikan dalam bentuk pil atau cair, ditanah air yang
di gunakan adalah OPV.(2)
Vaksin polio hidup oral berisi virus polio tipe 1,2,3, yang masi hidup
tetapi sudah dilemahkan.Vaksin ini sudah di lemahkan dan di gunakan secara
rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal dengan 2 tetes (0,1 ml) . Vaksi virus polio
adalah vaksin polio trivaklen yang terdri dari atas suspensi virus poliomielitis tipe
1, 2, 3, (starin sabin) yang sudah di lemahkan, dibuat dalam biarka jariangan
ginjal keras dan di stabilkan dengan sukrosa virus ini akan menempatkan diri
diusus dan memacu antibodi dalam darah dan menghasilkan pertahanan lokal
terhadap virus polio liar, virus vaksin ini daoat diskresikan melalui fases samapi 6
minggu setelah pemberian asi tidak terpengaruh terhadap respon antibodi dan apa
19
bila vaksin yang di berikan di muntahkan dalam 10 menit harus di berikan dosis
ulang. (11)
Vaksin polio oral harus di simpan ditempat tertutup pada suhu-
15 Sampai 23 vaksin ini stabil, tetapi sekali di buka akan kehilangan potensi
akibat perubahan PH setelah terpapar udara, vaksi oral yang telah dibuka botolnya
harus segera di buang pada akhir kegiatan imunisasi dasar, vaksin beku dapat
didapat di cairakan dengan di tempatkan diantara kedua telapak tanagn dan di
gulir-gulirkan vaksin harus di jaga agar tidak berubah warnanya, yaitu merah
muda oranye muda. Vaksin dapat di bekukan kembali asalkan warnanya tidak
boleh berubah dan belum kadarluwasa. Kemasan vaksin polio berisi satu bosk
terdiri dari 10 vial, satu vial berisi 10 dosis dan vaksin polio berbentuk cairan,
setiap vial vaksin polio di sertai satu alat tetes dari bahan plastik. (11)
Kontra indikasi imunisasi polio tidak dapat diberikan pada anak yang
menderita penyakit atau demam tinggi (diatas 38 ), muntah atau diare, penyakit
kanker atau keganasab HIV/ AIDS, sedangkan mejalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum serta dengan anak mekanisme kekebalan terganggu.
Pada anak diare berat atau yang sedang sakit parah,imunisasi polio sebaiknya di
tangguhkan, demikian juga pada anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan, tidak di berikan vaksin polio pada anak diare berat adalah
kemungkinan terjadianya diare yang lebih parah pada anak dengan penyakit
batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi dapat di berikan seperti
biasanya.efek samping hanya sebagai hal kecil saja yanga mengalami pusing
diare ringan dan sakit otot.(13)
20
Alat dan bahan vaksin polio dalam teremos es, pipet pelastik. Prosedur
cuci tangan dan jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan lalu ambil vaksin polio
dalam teremos es atur posisi bayi dan mintalah orang tua untuk memegang bayi
dengan kapal di sangga dan di miringkan kebelakang, teteskan 2 tetes vaksin dari
alat tetes kedalam lidah dan jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut
bayi secara hati-hati, baik ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan
menekan pipi bayi dengan jari-jari ,cuci tangan.(13)
4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT memberikan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT terdiri atas toksoit
difteria yang sudah di lemahkan, vaksin pertusis tersebut dari kuman bordotella
pertusis yang sudah di matikan, Dn toksoid tetanus yang telah dilemahkan, yang
kadang disebut vaksin tripel.Vaksin DPT disimpan pada suhu 28 derajat celsius.
Ada pula vaksin DPT-HB yang mengandung DPT berupa toksoid difteria dan
toksoid tetanus yang di murnikan, vaksin hepatitis B yang mengandung subunit
vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infeksi. Kemasan
yang digunakan yaitu 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT dan 5 cc untuk DT dan satu
boks vaksin DPT-HB terdiri atas 10 vial dan setiap vial berisi 5 dosis .Warna
vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.(11)
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskur
suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,05
cc. Cara memberikan vaksin ini letakan bayi dengan posisi miring di pangkuan
ibu dengan seluruh kaki telanjang dan orang tua memegang kaki bayi, pegang
21
paha dengan ibu jari dan jari telunjuk, masukan jarum dengan sudut 90 derajat
lalu tekan seluruh jarum langsung kebawah melalui kulit sehingga masuk kedalam
otot untuk mengurani rasa sakit , suntik secara pelan-pelan.(2)
Pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai bayi umur 2 bulan sampai
11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena
pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua
mulai meningkat dan pemberian meningkat dan pemberian ketiga diperoleh
cakupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cakupan baik yaitu sebesar 80-90
%, daya proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis
masih rendah yaitu 50-60 %, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan
untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis tetapi lebih ringan. (2)
Kontrak indikasi tidak dapat di berikan kepada berikan kepada mereka
yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan
saraf yang habis di rawat karena infeksi otak dan alergi terhadap DPT.Mereka
hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P ini lah yang
menyebabkan panas. Efek samping yang bersifat sementara lemas, demam,
pembengkakan atau kemerahan pada bekas penyuntikan. Kadanga-kadang terjadi
gejala berat seperti demam tinggi, iribilitas yang biasanya hilang setelah 2
hari.(11)
5. Imunisasi Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin campak
merupak vaksin virus yang hidup yang di lemahkan, setiap dosis (0,5 ml)
mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain (CAM 70) chick
22
chorioallantonik membrane dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamisin dan 30
mcg residu eritromisin. Vaksin campak di anjurkan di berikan dalam sutu dosis
0,05 ml melui suntikan subkutan diberikan pada lengan sebelah kiri dalam pada
usia 9 bulan. Iminisasi ulang di berikan saat anak berusia 5-6 tahun. Apa bila anak
yang berusia 15-18 bulan telah mendapatkan imunisasi measles, mumps and
rubella (MMR), imunisasi ulang campak pada usia 5 tahun tidak perlu di berikan
lagi. (11)
Kemasan vaksin campak 1 box vaksin terdiri dari 10 vial berisi 10 dosis
dan 1 boks pelarut berisi 10 ampul dan setiap ampul berisis 5 ml vaksin ini
berbentuk beku kering yang harus di larutkan dengan pelarut vaksin (Aquabidest).
vaksin ini disebut beku kering karena pabrik pembuat vaksin ini pertama kali
membekukan vaksi tersebut, kemudian mengeringkannya potensi vaksin yang
telah di larutkan cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. (11)
Kontra Indikasi pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang
yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang di duga menderita
gangguan responden imun karena leukimia dan limfoma. Efek samping imunisasi
campak hingga 15% pasien mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.(13)
Alat dan bahan spuit 2,5 cc dan jarumnya, vaksin campak dan pelarutnya
dalam teremos es, kapas alkohol dalam tempatnya dan sarung tangan. Prosedur
memcuci tangan, gunakan saruang tangan, dan jelaskan prosedur yanga akan di
lakukan ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan program dan anjuran
lalu atur posisi bayi, bayi di pangku ibunya, lengan kanan bayi di lipatkan keriak
23
ibunya, ibu menompang kepala bayi tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi,
lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan atas tegakan daerah yang akan di injeksi lalu
lakukan injeksi dengan memasukan jarum dengan sudut 45 dan setelah vaksin
habis tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas lepaskan
sarung tangan dan cuci tangan.(13)
2.2.3. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Berikut merupakan tabel imunisasi berdasarkan umur. (13)
Umur Jenis Imunisasi
0-7 HB O
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
2.2.4. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan Pemberian Imunisasia
Dasar
1. Pengertian Pengetahuan
Penegetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pasca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga.(15)
1) Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
24
penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang
cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara besar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai
abstrak pemahaman /materi yang telah dipelajari pada stuasi atau kondisi konkrit
/kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan
25
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.(15)
2) Kategori Tingkat Penegetahuan
Menurut Arikando dalam buku Wawan, pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : hasil presetase 56%-75%
c. Kurang : hasil presetase <56%.(15)
2. Pengertian Sikap
Sikap (attiude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial
yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun keompok. Banyak
kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap,
maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap
kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem
hubungan antar kelompok serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahannya.
a. Sikap mempunyai empat fungsi yaitu :
a) Funsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau funsi manfaat
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana tujuan. Sikap meruapakan
saran mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana objek sikap dapat
26
digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai
tujuan.
b) Fungsi pertahanan ego
Ini meruapakan sikap yang diambil oleh seorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada
waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai dirinya.
d) Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalaman-
pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan.
b. Komponen Sikap
a) Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai suatu dapat disamakan penanganan
(opini)terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
b) Komponen efektif merupakan perasaan yang menyakut aspek emosional.
c) Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
27
c. Tingkatan Sikap
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengajarkandan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
c) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah.
d) Bertanggung jawab.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
d. Sifat sikap
a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
b) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.(15)
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan
sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap di Kelinik Poskeskel medan
tahun 2018.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei Analitik adalah penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,
penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional yang merupakan jenis
penelitian ini berusahan mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan faktor efeknya. Dari Sampel kemudian dibagi berapa
yang sakit dan berapa yang tidak, kemudian dicari faktor penyebab yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi
dasar di klinik Poskeskel Medan Tahun 2018. (16)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitain
Penelitian ini dilakukan di Klinik Poskeskel Jl.Marelan Raya Gg.Sepakat
Lingkungan VII Kel. Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Tahun 2018, dengan
alasan belum pernah di lakukan penelitian di Klinik Poskeskel tersebut yang
berjudul hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian iminisasi dasar
lengkap di Klinik poskeskel Medan
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
memperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Waktu yang diperlukan untuk
penelitian ini adalah Juli sampai Oktober tahun 2018.
29
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.(16)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 10-
12 bulan di Klinik Poskeskel Medan Marelan dari bulan Juni - Agustus yaitu 46
responden.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi 10-12 bulan dijadikan
sampel yaitu 46 responden.
Tenik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik total
populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel.(16)
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-
variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain dalam
kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel
penelitian.
30
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5. Defenisi Operasional Dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
variabel-variabel atau faktor-faktor yang di teliti. (17)
Adapun defenisi operasional penelitian adalah sebagi berikut.
1. Pengetahuan adalah individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan
mempunyai penyelesian masalah lebih adaptif terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap dari pada individu yang tingkat pengetahunnya lebih rendah.
2. Sikap merupakan kondisi yang sulit di ukur karena karena sangat personal,
dipersepsi berbeda-beda oleh setiap orang, dan sangat tertutup dan sikap
seseorang sering kali berubah-ubah dan tidak menentukan berbagai faktor baik
interval maupun ekstrnal.
3. Pemberian imunisasi dasar lengkap apa bila telah mendaptakan imunisasi
HBO, BCG, DPT,Polio,Campak.
1. Pengetahuan
2. Sikap
Pemberian Imunisasi Dasar
Lengkap
31
3.5.2. Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Idependen (X Variabel) dan Dependen (Y
Variabel) Defenisi Operasional Penelitian
No Variabel
Independen
Jumlah
Pertanyaan
Cara dan
Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Skala
1
2
Pengetahuan
ibu terhadap
Imunisasi
Sikap
10 soal
10 soal
Kuesioner
Benar =1
Salah = 0
(skor max = 10)
Kuesioner
SS : 4
S : 3
TS : 2
STS: 1
(Skor max =
40)
a. Kurang (jika
responden
menjawab < 5
soal) < 56 %
b. Cukup (jika
responden
menjawab 5-7
soal) 56%-75%
c. Baik (jika
responden
menjawab 8-10
soal) 76%-100%
a. Positif (20-40)
b. Negatif (0-19)
1
2
3
1
2
Ordinal
Ordinal
No Variabel
Dependen
Cara dan Alat
Ukur
Hasil
Ukur Kategorii Skala
1 Pemberian
Imunisasi
dasar
KMS/buku
kunjungan ulang
a. Tidak lengkap
b. Lengkap
1
2
Ordinal
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer yaitu dilakukan pengumpulan data yang
menggunakan angket atau kuesioner. Angket adalah instrumen pengumpul data
yang berisi daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab
secara tertulis.
32
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan dari hasil pengumpulan
sumber lain pihak yang lain. Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini
yaitu data imunisasi yang di peroleh dari buku kunjungan ulang imunisasi dasar
3. Data Tertier
Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah
dipublikasikan, misalnya WHO, Riskes, Profil Kesehatan Indonesia, Profil
Kesehatan Sumatra Utara berdasarkan UCI.
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian Skripsi dibagi atas 3 (tiga) :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responded dan
dikumpulkan melalui pengisian angket, kuesioner, wawancara, test, dan
observasi.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan didokumentasi oleh
pihak lain, misalnya: Profil Rumah Sakit, Medical Record, SP2TP (sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas).
3. Data tertier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi seperti
jurnal, dan laporan penelitian (report), misalnya: WHO
(http://who.int/gho/publications/en)
3.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang benar diukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrument(
33
dalam kuesioner dengan cara melakukan uji korelasi antara skor r masing-masing
pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang
digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan bantuan SPSS. Kriteria
validitas instrumen penelitian yaitu jika nilai probilitas Sig (2-tailed) total <taraf
signifikan (α) sebesar 0,05, maka butiran instrument dinyarakan valid, jika nilai
probabilitas Sig (2-tailed) total X> taraf signifikan (α) sebesar 0,05, maka butiran
instrument dinyarakan tidak valid, Uji validitas penelitian ini akan dilakukan di
Klinik Pratama Sari Jl.Sempurna no. 110 Kelurahan Sudirejo. Kecamatan Medan
Kota dengan jumlah responden 20 orang r tabel 0.444.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
No Pertanyaan Nilai crorrectei
item-total r table Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
0,617
0,447
0,665
0,617
0,556
0,625
0,620
0,621
0,517
0,485
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung > r tablel lebih besar (0,444)
untuk pertanyaan pengetahuan yaitu 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 15, maka nilai tes
tersebut valid, dan pertayaan 3, 9, 11, 13, 14, tidak valid karena r hitung > r tablel
lebih kecil (0,444).
34
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap
No Pertanyaaan
Nilai
crorrectei
item-total
r tabel Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
0,746
0,743
0,820
0,517
0,564
0,606
0,708
0,772
0,752
0,670
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung > r tablel lebih besar (0,444)
untuk pertanyaan sikap yaitu 1, 2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, maka nilai tes
tersebut valid, dan pertayaan 3, 4, 6, 8, 13, tidak valid karena r hitung > r tablel lebih
kecil (0,444).
2. Uji Realibilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, Keteria dari reliabilitas
instrument penelitian yaitu nilai Cronbach’s Alpha yang di peroleh kemudian
dibandingkan dengan r product moment pada table dengan ketentuan jika r hitung > r
tablel dengan taraf signifikan 0.444 maka butir instrument dinyatakan reliable atau
dapat diandalkan, jika r hitung > r tablel maka butir instrument dinyatakan tidak
reliable.
35
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Cronchbach Alpha r table N of item
0,698 0,444 10
Nilai Cronbanch’s Alpha (relianilitas) yang di peroleh jika dibandingkan
dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung > r tablel maka
tes tersebut reliable. Berdasarkan uji reliabilitas diatas yang dilakukan pada 20
orang.
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap
Cronchbach Alpha r table N of item
0,822 0,444 10
Nilai Cronbanch’s Alpha (relianilitas) yang di peroleh jika dibandingkan
dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung > r tablel maka tes
tersebut reliable. Berdasarkan uji reliabilitas diatas yang dilakukan pada 20 orang.
3.7. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dipilih oleh peneliti adalah secara
komputerisasi.
Data yang terkumpul diperoleh dengan komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.
2. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil
yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.
36
3. Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel
yang diteliti.
4. Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program
komputer yang digunakan peneliti.
5. Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.(16)
3.8. Teknik Analisis Data
Analisa data diuraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik-
teknik dalam menganalisis data. Diperolah untuk mengolah data, yaitu program
komputernya atau ujistatistiknya. Tinik analisis dapat juga hanya dengan
persentase, tabel, atau diagram. Langkah-langkah analisa datanya adalah:
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data Imunisasi yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Melakukan analisa pada setiap
variabel untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu
terhadap imunisasi.
3.8.2. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini
maka analisis Imunisasi akan dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui
37
hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variabel) dengan variabel
terikat (dependent variabel).
Dengan variabel terikat digunakan analisis Chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% dan pada batas kemaknaan perhitungan statistic p value (0,05).
Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < α value (0,05) maka dikatakan
(Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang
signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asisiasi (hubungan) antara
variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang, untuk
membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas.(17)