bab i pendahuluan 1.1 latar...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim 1 telah menjadi perhatian dunia internasional sejak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa perubahan iklim adalah prasyarat utama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia sehingga perlu mendapat perhatian khusus. 2 Dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim juga sudah banyak bermunculan seperti bencana alam, kekeringan, kemunculan virus-virus baru, udara yang semakin tidak sehat, dan punahnya beberapa spesies di muka bumi. 3 Menanggapi dampak perubahan iklim yang semakin berkembang, Pertemuan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau disebut United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Conference of Parties (COP) 11 tahun 2005 di Montreal, Kanada membahas 1 Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Lebih lanjut baca: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, diakses dalam http://www.sekretariat-rangrk.org/images/documents/PERPRES%20_61_2011_Bahasa.pdf (28/9/2016, 07:45 WIB). 2 Ganewati Wuryandari, 2015, Politik Luar Negeri Indonesia & Isu Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Penerbit Andi, hal. 38. 3 Mohtar Mas’oed dan Riza Noer Arfani (Eds.), 1992, Isyu Isyu Global Masa Kini, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, hal. 187.

Upload: others

Post on 06-Nov-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim1 telah menjadi perhatian dunia internasional sejak Majelis

Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa perubahan iklim

adalah prasyarat utama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia sehingga

perlu mendapat perhatian khusus.2 Dampak yang ditimbulkan dari perubahan

iklim juga sudah banyak bermunculan seperti bencana alam, kekeringan,

kemunculan virus-virus baru, udara yang semakin tidak sehat, dan punahnya

beberapa spesies di muka bumi.3

Menanggapi dampak perubahan iklim yang semakin berkembang,

Pertemuan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau disebut

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada

Conference of Parties (COP) 11 tahun 2005 di Montreal, Kanada membahas

1 Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh

aktivitas manusia sehingga menyebabkan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga

berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat

dibandingkan. Lebih lanjut baca: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011

tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, diakses dalam

http://www.sekretariat-rangrk.org/images/documents/PERPRES%20_61_2011_Bahasa.pdf

(28/9/2016, 07:45 WIB). 2 Ganewati Wuryandari, 2015, Politik Luar Negeri Indonesia & Isu Lingkungan Hidup,

Yogyakarta: Penerbit Andi, hal. 38. 3 Mohtar Mas’oed dan Riza Noer Arfani (Eds.), 1992, Isyu Isyu Global Masa Kini, Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, hal. 187.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

2

mekanisme baru pasca berakhirnya Protokol Kyoto.4 Pertemuan tersebut

menghasilkan langkah yang didesain menggunakan insentif keuangan untuk

mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan atau dikenal dengan

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD).5

REDD membuka peluang kerja sama bagi negara berkembang yang memiliki

hutan luas untuk mendapatkan bantuan finansial dari negara industri atau negara

maju untuk mengelola hutannya.6 Pada COP 13 tahun 2007 di Bali, REDD yang

awalnya hanya meliputi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan

berubah nama menjadi REDD+7 dengan penambahan fokus pada peranan

konservasi, pengelolaan hutan secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon

hutan. 8

REDD+ adalah mekanisme penurunan emisi karbon yang memfokuskan

penanganan pada pengelolaan hutan secara lestari. Hutan adalah bagian dari

sumber daya alam yang memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek

kehidupan sosial, pembangunan, dan lingkungan hidup. Menurut kesepakatan

internasional, hutan berfungsi penting bagi kehidupan sehingga harus dibina dan

4 Protokol Kyoto adalah kesepakatan yang berisikan tentang desakan bagi negara-negara maju

untuk menurunkan emisi GRK rata-rata 5% dibanding dengan emisi tahun 1990 selama lima tahun

dari 2008-2012. Protokol Kyoto diresmikan pada pertemuan COP 3 tahun 1997 di Kyoto, Jepang. 5 Protokol Kyoto dan REDD merupakan konsep yang sama-sama lahir dari COP yang ditujukan

untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). REDD diyakini akan mengatasi sumber GRK

lebih besar dari seluruh emisi yang dihasilkan sektor transportasi di dunia. 6 Center for International Forestry Research (CIFOR), 2010, REDD Apakah Itu? Pedoman CIFOR

tentang Hutan, Perubahan Iklim, dan REDD, hal. 5, diakses dalam

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/media/MediaGuide_REDD_Indonesian.pdf

(19/6/2015, 07:43 WIB). 7 REDD+ adalah konsep yang didesain khusus untuk mengurangi emisi GRK yang disebabkan

oleh deforestasi dan degradasi hutan. Deforestasi adalah kegiatan penebangan hutan sehingga

mengakibatkan degradasi hutan atau penurunan kualitas hutan. 8Runi Nurhayati, Mekanisme REDD sebagai Isu Penting Indonesia pada UNFCCC ke-13, Jurnal

Global dan Strategis, Vol. 3, No. 1, 2010, diakses dalam

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Mekanisme%20REDD%20sebagai%20Isu%20Penting%20Indo

nesia%20pada%20UNFCCC%20Ke-13.pdf (19/6/2015, 06:33 WIB).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

3

dilindungi dari berbagai tindakan yang bisa mengakibatkan rusaknya ekosistem

dunia.9 Hutan di wilayah Indonesia merupakan hutan tropis terbesar ketiga di

dunia setelah Brazil dan Kongo. Namun, deforestasi dan degradasi hutan di

Indonesia juga telah menyumbang emisi sebanyak 17% dari emisi Gas Rumah

Kaca (GRK) di dunia.10 Tingginya tingkat deforestasi Indonesia mengakibatkan

bumi kehilangan alat penyerap karbon dalam jumlah yang besar.11

Indonesia telah menaruh perhatian terhadap isu perubahan iklim dan

menganggapnya sebagai isu strategis sejak kepemimpinan Presiden Soeharto. Hal

tersebut ditandai dengan keikutsertaan Indonesia untuk meratifikasi UNFCCC

melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNFCCC.

Walaupun begitu, Indonesia belum banyak melakukan tindakan yang berarti

karena masih disibukkan dengan permasalahan domestik.12 Namun, ratifikasi

tersebut telah menjadi bukti komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim.13

Berlanjut pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

prioritas khusus telah diberikan pada isu perubahan iklim. Indonesia sebagai

negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim melihat isu

tersebut sangat berkaitan dan relevan dengan kepentingan nasionalnya.

9 Alam Setia Zain, 1998, Aspek Pembinaan Kawasan Hutan & Stratifikasi Hutan Rakyat,

Bandung: Rineka Cipta, hal. 1. 10 Badan Pengelola REDD+ Indonesia, Pertanyaan BP REDD dan Implementasinya di Indonesia,

diakses dalam http://www.reddplus.go.id/tentang-redd/pertanyaan-bp-redd-dan-implementasinya-

di-Indonesia (9/12/15, 06:36 WIB). 11 Agus Purnomo, 2012, Menjaga Hutan Kita, Pro-Kontra Kebijakan Moratorium Hutan dan

Gambut, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), hal. 3. 12 Berbagai permasalahan domestik yang diwariskan oleh pemerintahan Orde Baru membuat

beberapa periode pemimpin pemerintahan Indonesia kewalahan. Akibatnya, Indonesia pada masa

pemerintahan Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri

hanya disibukkan dengan penyelesaian permasalahan domestik negaranya yang meliput

permasalahan politik, ekonomi, dan sosial. Ganewati Wuryandari, Op. Cit., hal. 182. 13 Ibid., hal. 190.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

4

Sebagaimana disampaikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di

depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007:

“Indonesia is a country that has fet and suffered the effects of climate

change. In recent years, we have been hit by a series of natural

disasters in the form of floods, drought, forest fires, El Nino, tsunami,

and earthquakes”.14

Kerentanan Indonesia terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perubahan

iklim, menjadi landasan untuk ikut mengatasi isu tersebut. REDD+ merupakan

mekanisme yang dipilih Indonesia untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang

diakibatkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. Indonesia dalam menurunkan

emisi karbon negaranya mengajak beberapa negara seperti Jepang, Norwegia, dan

Australia untuk bekerjasama.15

Australia adalah rekan strategis Indonesia dalam menangani isu perubahan

iklim. Kepedulian Australia terhadap isu perubahan iklim dimulai sejak naiknya

Perdana Menteri (PM) Kevinn Rudd sebagai pemimpin pemerintahan tahun 2007.

Keikutsertaan Australia dalam COP 13 tahun 2007 dan kesediaan Australia

meratifikasi Protokol Kyoto tahun 2008 adalah bukti kepedulian Australia

terhadap isu tersebut. PM Kevin Rudd menyatakan bahwa “Bergabungnya

Australia ke dalam Protokol Kyoto merupakan ‘langkah baru yang signifikan’

14 SBY, komentar SBY dalam General Debate Session of the 62nd UN General Assembly, diakses

dalam http://www.un.org/webcast/ga/62/2007/pdfs/indonesia-en.pdf (9/5/16 01:08) 15 Beberapa kerja sama yang dimaksud antara lain Indonesia dan Australia dalam IAFCP,

Indonesia dan Jerman dalam Forest and Climate Programme (FORCLIME), Indonesia dan Jepang

dalam Indonesia Japan Project for Development of REDD+ , serta Indonesia dan Norwegia dalam

Cooperation on Reducing Greenhouse Gas Emissions from Deforestation and Forest

Degradation.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

5

dalam upaya Australia ikut merespons dampak negatif perubahan iklim di dalam

negeri dan bersama-sama masyarakat internasional”.16

Kemitraan antara Indonesia dan Australia dalam bidang hutan karbon

disebut dengan Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP).

Kemitraan tersebut ditandatangani pada 13 Juni 2008 di Jakarta yang diwakili

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Indonesia dan PM Kevin Rudd dari

Australia.17 IAFCP adalah contoh kemitraan negara maju dan negara berkembang

untuk mengurangi emisi GRK dengan mengkhususkan skema pada upaya

pengelolaan hutan secara lestari. Sesuai dengan prinsip Protokol Kyoto yakni

“Common but differentiated responsibilities”, kedua negara memiliki tanggung

jawab yang berbeda dalam menangani isu tersebut. Australia berperan dalam

penyediaan pendanaan sedangkan Indonesia berperan dalam melestarikan wilayah

hutannya dengan pendanaan yang disediakan Australia. Australia telah

menyiapkan pendanaan awal sebesar $100 juta untuk kemitraan tersebut.18

Penelitian ini akan difokuskan pada pencapaian kepentingan nasional

Indonesia pada salah satu proyek IAFCP, yakni Kalimantan Forest and Climate

Partnership (KFCP) yang diuraikan dalam beberapa kategori yaitu 1) Penurunan

emisi GRK dengan menghindari deforestasi dan degadasi hutan, 2) Uji coba

penerapan REDD+ di Indonesia, dan 3) Membangun kapasitas Indonesia.

16Australia Resmi Ratifikasi Protokol Kyoto, Antaranews.com, diakses dalam

http://www.antaranews.com/print/85534/australia-resmi-ratifikasi-protokol-kyoto (19/6/2015,

09:44 WIB). 17 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kunjungan Resmi Perdana Menteri Australia ke

Indonesia, diakses dalam http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Kunjungan-Resmi-

Perdana-Menteri-Australia-ke-Indonesia.aspx (12/1/2016, 22:39 WIB). 18Kedutaan Besar Australia Indonesia, Memperkuat Kemitraan Perubahan Iklim Australia dengan

Indonesia, diakses dalam http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/SMB10_001.html

(19/6/2015, 09:50 WIB).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

6

Penelitian ini mengambil salah satu model kemitraan dalam bidang global

environmental politics, di mana permasalahan perubahan iklim menjadi isu global

yang penyelesaiannya membutuhkan penanganan bersama dari seluruh warga

dunia. Topik ini menarik untuk diteliti karena IAFCP adalah kemitraan pertama

yang menggunakan skema REDD+. Berbagai kegiatan yang diuji coba dalam

kemitraan tersebut akan dijadikan pertimbangan untuk pelaksanaan mekanisme

REDD+ secara resmi di tingkat internasional.19

Topik penelitian tentang kemitraan negara dalam mengatasi isu perubahan

iklim memang sudah banyak ditemukan, namun topik yang membahas pencapaian

kepentingan nasional melalui sebuah kemitraan antar negara di bawah payung

REDD+ masih kurang. Topik tersebut dipilih oleh peneliti untuk bahan penelitian

dengan menggunakan konsep sustainable development dan kepentingan nasional.

Penulis mengangkat penelitian ini dengan judul “Pencapaian Kepentingan

Nasional Indonesia melalui IAFCP (Studi pada Proyek Kalimantan Forests and

Climate Partnership)”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pencapaian kepentingan nasional Indonesia melalui IAFCP?

19 Sekda Hadiri Seminar Sehari KFCP dan INCAS, Kapuaskab, diakses dalam

http://www.kapuaskab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2186:sekda-

hadiri-seminar-sehari-kfcp-dan-incas&catid=34:berita-daerah&Itemid=178 (21/1/2016, 10:20

WIB).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian kepentingan

nasional Indonesia melalui IAFCP. Permasalahan tersebut akan dijabarkan dengan

menggunakan konsep sustainable development dan konsep kepentingan nasional

sehingga diperoleh pengetahuan baru yang terstruktur dan sistematis menurut

metodologi penelitian Ilmu Hubungan Internasional.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang

pencapaian kemitraan antara dua negara untuk menangani isu perubahan iklim.

2. Manfaat Akademis

Penelitian diharapkan bisa menambah kajian tentang kemitraan dua negara

dalam menanggapi isu perubahan iklim. Para akademisi atau peminat kajian

kemitraan dan perubahan iklim juga bisa menjadikan penelitian ini sebagai

referensi maupun bahan bacaan untuk kajian politik lingkungan dalam studi

Hubungan Internasional.

1.4 Penelitian Terdahulu

Topik penelitian penulis adalah tentang pencapaian kepentingan nasional

negara melalui kemitraan di bawah mekanisme REDD+. Banyaknya penelitian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

8

yang membahas tentang topik tersebut, sehingga peneliti mencantumkan beberapa

penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan atau kedekatan dengan topik yang

diangkat, baik dari segi metodologi maupun topik sebagai bahan pendukung

maupun pembanding dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang

dimaksud antara lain:

Penelitian pertama, berjudul “Pelaksanaan Hasil Konvensi Perubahan Iklim

UNFCCC di Bali Tahun 2007 terhadap Lingkungan Hidup di Indonesia”.20

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Konsep yang digunakan

adalah konsep international responsibility, di mana konsep tersebut membantu

menjelaskan pertanggungjawaban dari setiap negara atas dampak yang muncul

karena perubahan iklim. Namun, pertanggungjawaban yang dimiliki oleh setiap

negara berbeda-beda karena disesuaikan dengan prinsip negara masing-masing.

Hasil dari penelitian ini adalah menjelaskan berbagai tindakan yang

dilaksanakan Indonesia sebagai hasil dari konferensi UNFCCC di Bali tahun

2007, antara lain: Pertama, pengurangan emisi dan pencegahan deforestasi dengan

penghijauan (reboisasi) dengan meningkatkan penanaman kembali hutan yang

gundul. Peraturan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari

Deforestasi dan Degradasi Hutan. Kedua, sistem penekanan emisi karbon,

pemerintah melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

menciptakan Sistem Penekan Emisi Karbon atau yang disebut dengan CSNOx.

Tidak hanya mengurangi gas emisi, proses yang dijalankan CSNOx dicapai tanpa

20 Ida Bagus Handianto (05260128), 2010, Pelaksanaan Hasil Konvensi Perubahan Iklim

UNFCCC di Bali Tahun 2007 terhadap Lingkungan Hidup di Indonesia, Skripsi, Prodi Ilmu

Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

9

memerlukan bahan kimia dan tidak mengakibatkan pengasaman laut. Ketiga,

pembangunan berkapasitas, yakni membentuk kerja sama melalui organisasi

swasta, mengadakan seminar masalah perubahan iklim, dan merespons persiapan

REDD. Keempat, sosialisasi, kampanye lingkungan hidup, dan kerja sama dalam

bidang pendidikan. Terakhir, kerja sama dengan negara lain dalam pengurangan

emisi GRK dari deforestasi dan degradasi kehutanan.

Penelitian kedua berjudul “Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap

Pengelolaan Hutan Guna Mengurangi Emisi Karbon Global”.21 Metode penelitian

yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan tiga konsep yakni konsep

kebijakan pemerintah, international responsibility, dan politik lingkungan. Pada

penelitian ini, peneliti menyoal tentang pentingnya bagi pemerintah Indonesia

untuk merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Urgensi kebijakan tersebut karena kerusakan hutan telah menjadi hambatan

pengelolaan hutan di Indonesia, padahal Indonesia dianggap sebagai paru-paru

dunia oleh warga internasional.

Hasil dari penelitian ini menjabarkan bahwa terdapat beberapa kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan hutan untuk

mengurangi emisi karbon global, antara lain penanganan Illegal Logging,

pencegahan kebakaran hutan, rehabilitasi dan konservasi kawasan hutan. Selain

itu, Indonesia juga mendapat dukungan dan bantuan dari dunia internasional yang

juga memberikan andil dalam pengelolaan hutan di Indonesia.

21 Muhammad Nur Fajrin (05260147), 2011, Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap

Pengelolaan Hutan Guna Mengurangi Emisi Karbon Global, Skripsi, Prodi Ilmu Hubungan

Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

10

Kebijakan penanganan illegal logging oleh Indonesia ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2005 tentang Percepatan

Penanganan Illegal Logging serta juga tercatat di beberapa peraturan perundang-

undangan. Sedangkan kebijakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran

hutan dilakukan melalui pembaharuan data sebaran hotspot secara berkala,

antisipasi secara dini berdasarkan data hotspot, peningkatan kesiagaan posko dan

patrol kebakaran hutan, dan penguatan kelembagaan pengendali kebakaran hutan.

Terakhir, kebijakan rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan dimaksudkan

untuk meningkatkan fungsi dan daya dukung sumber daya hutan dengan berbagai

upaya seperti pemantapan kawasan hutan melalui pemantapan tata batas dan

penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Penelitian ketiga berjudul “Kepentingan Indonesia terhadap Alih Teknologi

dalam Upaya Penurunan Emisi di dalam Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-

Bangsa mengenai Perubahan Iklim”.22 Metode penelitian yang digunakan adalah

yuridis normatif, sedangkan dalam kerangka konseptualnya menggunakan

beberapa konsep antara lain konsep climate change, emissions, Conference of

Parties, convention, dan technology transfer.

Konsep alih teknologi digunakan untuk menjelaskan upaya penurunan emisi

yang terbagi dalam beberapa lingkup seperti investasi asing langsung, Hak

Kekayaan Intelektual, dan Multilateral Environmental Agreements. Alih teknologi

dalam lingkup Investasi Asing Langsung sangat berpengaruh pada penurunan

22Anita Permatasari (070627873), 2012, Kepentingan Indonesia terhadap Alih Teknologi dalam

Upaya Penurunan Emisi di dalam Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai

Perubahan Iklim, Skripsi, Prodi Reguler Kekhususan Hukum tentang Hubungan Internasional,

Universitas Indonesia, diakses dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20296452-S1898-

Kepentingan%20Indonesia.pdf (18/6/2015, 06:25 WIB).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

11

emisi. Perusahaan multinasional dan perusahaan transnasional memiliki peran

penting dalam mengalihkan atau mendifusikan teknologi. Investasi Asing

Langsung membuka peluang negara berkembang untuk merasakan adanya

teknologi canggih yang didatangkan oleh negara maju untuk diterapkan di negara

berkembang.

Hasil penelitian ini menerangkan bahwa alih teknologi telah menjadi bagian

penting dalam isu perubahan iklim. Kegiatan alih teknologi tersebut berkaitan erat

dengan berbagai sektor yang potensial untuk melakukan penurunan emisi. Alih

teknologi menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan berkelanjutan dalam

upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

Penelitian keempat berjudul “Implementasi Reducing Emissions from

Deforestation and Forest Degradation+ (REDD+) di Kabupaten Kapuas

Kalimantan Tengah”.23 Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan

menggunakan konsep politik hijau (green politic). Tujuan green politic adalah

untuk mengedepankan prioritas lingkungan dalam agenda politik. Ada empat pilar

dari green politic dalam menetapkan kriteria kebijakan yang bersifat green basic.

Pertama, pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Kedua, berbasis keadilan

ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Ketiga, berasaskan pada Grass Root

Democracy. Terakhir, melakukan perdamaian tanpa kekerasan. Berkaitan dengan

keempat pilar tersebut, rezim lingkungan hidup global menciptakan mekanisme

23Grace Gerda Renata (0802045019), 2013, Implementasi Reducing Emissions from Deforestation

and Forest Degradation+ (REDD+) di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, Jurnal Ilmu

Hubungan Internasional, Vol. 2, No. 1, 2013, Prodi Hubungan Internasional, Universitas

Mulawarman, diakses dalam http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2013/07/eJournal%20GRACE%20Publish%20(07-27-13-07-21-50).pdf

(18/6/2015, 16:22 WIB).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

12

REDD+ yang mampu menjembatani negara maju dan negara berkembang untuk

memperbaiki krisis ekologi.

Kesimpulan dari penelitian ini menjelaskan hasil implementasi dari REDD+

di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah yang terdiri dari tiga kegiatan utama,

yakni Penanggulangan Kebakaran Hutan berbasis Masyarakat (Community Based

Forest Fire Management-CBFFM), kegiatan khusus di daerah eks-Pengembangan

Lahan Gambut (eks-PLG), dan inisiatif pengembangan Desa Hijau (Green

Village). Ketiga kegiatan utama tersebut dikoordinasikan oleh Sekretariat

Bersama (Sekber) REDD+. Walaupun berbagai kegiatan telah dilaksanakan,

namun sampai pada tahun 2012 implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas tidak

seperti yang diharapkan karena kemajuan dari proyek tersebut cukup lambat.

Penelitian kelima berjudul “Upaya Australia dalam Pengurangan Emisi Gas

Karbon melalui Kerjasama IAFCP di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah”.24

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan green theory

dan konsep kerjasama bilateral. Green theory melihat bahwa negara merupakan

aktor yang bertanggung jawab untuk menjalin kerja sama dengan negara lainnya

guna menangani isu lingkungan. Sedangkan konsep kerja sama bilateral

digunakan untuk menjelaskan kerja sama yang dijalin oleh dua negara untuk

menangani isu lingkungan. Indonesia dan Australia diposisikan sebagai negara

yang pada masanya ikut menyumbang emisi karbon dalam jumlah yang besar

24 Kadek Rina Febriana Sari, dkk, 2015, Upaya Australia dalam Pengurangan Emisi Gas Karbon

melalui Kerjasama IAFCP di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Jurnal, Prodi Hubungan

Internasional, Universitas Udayana, diakses dalam

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=366769&val=5807&title=UPAYA%20AUST

RALIA%20DALAM%20PENGURANGAN%20EMISI%20GAS%20KARBON%20MELALUI%

20KERJASAMA%20IAFCP%20DI%20KABUPATEN%20KAPUAS,%20KALIMANTAN%20T

ENGAH (23/5/2016, 09:10 WIB).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

13

sehingga keduanya menjalin kerja sama untuk mengatasi dampak lingkungan

yang ditimbulkan.

Hasil dari penelitian ini menguraikan bahwa upaya yang dilakukan Australia

dalam pengurangan emisi karbon antara lain pengupayaan dana oleh Australia

melalui IFCI, pembentukan sistem perhitungan karbon Indonesia, pembentukan

sistem informasi sumber daya alam Indonesia, pengembangan sistem pemantauan

dan pencegahan kebakaran hutan Indonesia, serta mendorong partisipasi

kelembagaan desa. Upaya Australia lebih menekankan pada peningkatan kapasitas

sistem yang nantinya akan mendukung upaya pengurangan emisi gas dari

deforestasi dan degradasi hutan.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No. Judul/ Peneliti Tahun

Penelitian

Metode

Penelitian

Teori/ Konsep Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan

Hasil Konvensi

Perubahan Iklim

UNFCCC di

Bali Tahun 2007

terhadap

Lingkungan

Hidup di

Indonesia/ Ida

Bagus

Handianto

2010 Deskriptif

Analisis

Konsep

international

responsibility

Berbagai tindakan

yang dilaksanakan

Indonesia sebagai

hasil dari konferensi

UNFCCC di Bali

tahun 2007 antara lain

pertama, pengurangan

emisi dan pencegahan

deforestasi dengan

penghijauan

(reboisasi). Kedua,

sistem penekanan

emisi karbon. Ketiga,

pembangunan

berkapasitas.

Keempat, sosialisasi,

kampanye lingkungan

hidup, dan kerjasama

dalam bidang

pendidikan. Terakhir,

kerjasama dengan

negara lain dalam

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

14

pengurangan emisi

gas rumah kaca akibat

deforestasi dan

degradasi kehutanan.

2. Kebijakan

Pemerintah

Indonesia

terhadap

Pengelolaan

Hutan Guna

Mengurangi

Emisi Karbon

Global/

Muhammad Nur

Fajrin

2011 Deskriptif Konsep

kebijakan

pemerintah,

international

responsibility,

dan politik

lingkungan

Kebijakan yang dibuat

oleh pemerintah

Indonesia terhadap

pengelolaan hutan

untuk mengurangi

emisi karbon global,

antara lain

penanganan Illegal

Logging, pencegahan

kebakaran hutan,

rehabilitasi, dan

konservasi kawasan

hutan.

3. Kepentingan

Indonesia

terhadap Alih

Teknologi dalam

Upaya

Penurunan

Emisi di dalam

Kerangka Kerja

Perserikatan

Bangsa-Bangsa

mengenai

Perubahan

Iklim/ Anita

Permatasari

2012 Yuridis

Normatif

Konsep

climate

change,

emissions,

Conference of

Parties,

convention,

dan technology

transfer

Kegiatan alih

teknologi tersebut

berkaitan erat dengan

berbagai sektor yang

potensial untuk

melakukan penurunan

emisi. Alih teknologi

menjadi kunci utama

keberhasilan

pembangunan

berkelanjutan dalam

upaya mengurangi

dampak perubahan

iklim.

4. Implementasi

Reducing

Emissions from

Deforestation

and Forest

Degradation+

(REDD+) di

Kabupaten

Kapuas

Kalimantan

Tengah/ Grace

Gerda Renata

2013 Deskriptif

Analisis

Konsep politik

hijau (green

politic)

Implementasi REDD+

di Kabupaten Kapuas

terdiri dari tiga

kegiatan utama, yakni

penanggulangan

kebakaran hutan

berbasis masyarakat,

kegiatan khusus di

daerah eks-PLG, dan

inisiatif

pengembangan Green

Village.

Walaupun telah

banyak kegiatan yang

dilakukan, sampai

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

15

pada tahun 2012

kemajuan

implementasi REDD+

di Kabupaten Kapuas

terbilang lambat.

5. Upaya Australia

dalam

Pengurangan

Emisi Gas

Karbon melalui

Kerjasama

IAFCP di

Kabupaten

Kapuas,

Kalimantan

Tengah/ Kadek

Rina Febriana

Sari

2015 Deskriptif

Kualitatif

Green Theory,

Konsep

Kerjasama

Bilateral

Upaya Australia lebih

menekankan pada

peningkatan kapasitas

sistem yang nantinya

akan mendukung

upaya pengurangan

emisi gas dari

deforestasi dan

degradasi hutan.

6. Pencapaian

Kepentingan

Nasional

Indonesia

melalui IAFCP

(Studi pada

Proyek

Kalimantan

Forests and

Climate

Partnership)/

Marisa

Miftakhul

Jannah

2016 Deskriptif

Analisis

Konsep

Sustainable

Development

dan Konsep

Kepentingan

Nasional

-

Beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan di atas memiliki kesamaan

dengan penelitian peneliti, yakni penelitian pertama, kedua, dan ketiga memiliki

kesamaan fokus dalam melakukan pembahasan tentang upaya yang dilakukan

Indonesia untuk mengurangi emisi karbon global. Kemudian penelitian keempat

dan kelima memiliki kesamaan dalam hal penggunaan mekanisme REDD+ dalam

upaya pengurangan emisi karbon global.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

16

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut: pada penelitian pertama pembahasan menguraikan tentang upaya

pengurangan emisi yang dilakukan Indonesia secara umum. Penelitian kedua

memfokuskan pembahasan tentang pengurangan emisi karbon oleh Indonesia

melalui upaya pengelolaan hutan secara lestari. Penelitian ketiga pembahasan

menitik beratkan pada upaya pengurangan emisi karbon Indonesia melalui jalur

alih teknologi. Penelitian keempat membahas mengenai uji coba REDD+ di

wilayah hutan Indonesia. Terakhir, penelitian kelima menjabarkan tentang upaya

Australia dalam mengurangi emisi karbon dengan menggunakan mekanisme

REDD+. Sedangkan fokus pada penelitian ini adalah membahas tentang

pencapaian kepentingan nasional Indonesia melalui kemitraannya dengan

Australia dalam IAFCP di bawah payung REDD+.

Peneliti akan menjabarkan tentang pencapaian kepentingan nasional

Indonesia pada salah satu proyek IAFCP, yakni KFCP yang diuraikan dalam

beberapa kategori yaitu 1) Penurunan emisi GRK dengan menghindari deforestasi

dan degradasi hutan, 2) Uji coba penerapan REDD+ di Indonesia, dan 3)

Membangun kapasitas Indonesia.

1.5 Landasan Teori/Konsep

1.5.1 Sustainable Development

Istilah sustainable development dipopulerkan pertama kali pada tahun 1987.

World Commission on Environment and Development menerbitkan sebuah

laporan yang dikenal dengan Brundtland Report memberikan sebuah definisi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

17

klasik tentang sustainable development yakni “Development which meets the

needs of the present without compromising the ability of future generations to

meet their own needs”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa adanya

pembangunan di masa kini tidak boleh mengorbankan hak generasi mendatang

untuk mampu memenuhi kebutuhannya. Sustainable development memiliki dua

konsep kunci utama yang terdiri dari kebutuhan dan keterbatasan. Kebutuhan

menekankan pada kesadaran terhadap kebutuhan masyarakat miskin yang tinggal

di negara berkembang. Sedangkan keterbatasan menerangkan tentang

keterbatasan teknologi maupun organisasi sosial yang berhubungan dengan

kapasitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi

mendatang.25

Sustainable development bukanlah sebuah konsep yang menjanjikan

keadaan suatu negara menjadi harmonis. Pada dasarnya, konsep ini akan

membawa perubahan pada sebuah negara, di mana beberapa kegiatan seperti

eksploitasi SDA, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan

perubahan kelembagaan akan diselaraskan dengan kebutuhan manusia di masa

depan. Penerapan pada konsep tersebut memang sulit untuk dikerjakan, namun

negara harus berani memilih untuk kebaikan generasi sekarang dan mendatang.

Secara umum, konsep tersebut adalah sebuah strategi yang bertujuan

meningkatkan kerukunan antar manusia maupun menusia dengan

lingkungannya.26

25 United Nations Headquarters, 2009, Sustainable Development: From Brundtland to Rio 2012,

hal. 16 diakses dalam http://www.un.org/wcm/webdav/site/climatechange/shared/gsp/docs/GSP1-

6_Background%20on%20Sustainable%20Devt.pdf (25/1/2016, 09:33 WIB). 26 Ibid.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

18

Tujuan penting untuk kebijakan pembangunan dan lingkungan dalam

konsep tersebut antara lain: (1) memikirkan kembali makna pembangunan, (2)

merubah kualitas pertumbuhan dengan memfokuskan pada pembangunan

daripada pertumbuhan, (3) memenuhi kebutuhan dasar atas lapangan kerja,

makanan, energi, air, dan sanitasi (4) menjamin terciptanya keberlanjutan pada

satu tingkat pertumbuhan penduduk tertentu, (5) mengkonservasi dan

meningkatkan sumber daya, (6) merubah arah teknologi dan mengelola risiko, (7)

memadukan pertimbangan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan

keputusan.27

Prinsip-prinsip sustainable development ditetapkan pada Konferensi PBB

tentang lingkungan dan pembangunan di Rio de Janeiro Brazil. Prinsip yang

dimaksud adalah adanya keseimbangan antara tiga aspek utama, yakni

pembangunan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.28 Definisi

dan prinsip yang ditetapkan di tingkat internasional menjadi pedoman negara-

negara dalam merumuskan istilah sustainable development. Hal tersebut juga

terjadi pada Indonesia yang mengadopsi istilah tersebut dalam Undang-Undang

No. 32 Tahun 2009.

“Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menerangkan

pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup

serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan.”29

27 Ibid., hal. 46. 28 Ibid. 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, diakses dalam http://www.redd-

indonesia.org/images/stories/download/uu_32_tahun_2009.pdf (16/1/2016, 13:09 WIB).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

19

Lebih lanjut, kemunculan sustainable development di tengah kerusakan

lingkungan yang melanda dunia melahirkan gagasan yang tertuang dalam

berbagai kesepakatan internasional. Maraknya pembangunan yang dilakukan oleh

negara di dunia, baik negara maju atau bahkan negara berkembang harus

diselaraskan dengan upaya untuk menjaga lingkungan agar kerusakan tidak

bertambah. Sustainable development digunakan dalam penelitian ini untuk

menjelaskan upaya Indonesia dalam melakukan pembangunan tanpa

menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti penggunaan mekanisme REDD+

dalam kemitraan IAFCP untuk mengatasi peningkatan emisi karbon.

Indonesia sebagai pemilik hutan tropis ketiga terbesar di dunia yang

seyogyanya mampu menjadi paru-paru dunia, nyatanya dianggap oleh masyarakat

internasional sebagai salah satu negara penghasil GRK terbesar. Laporan dari

Kementerian Kehutanan yang bekerjasama dengan South Dakota State University

(SDSU) menyatakan bahwa Indonesia memiliki tingkat deforestasi yang pada

tahun 2000-2005 mencapai 0,72 juta hektar per tahun atau sekitar 0,65% per

tahunnya. Sehingga, emisi karbon akibat tata guna lahan di Indonesia

menyumbang 699,5 JtC02, yaitu hampir dua kali lipat dari emisi karbon di

Brazil.30

Melalui mekanisme REDD+ tersebut, Indonesia menjalin kemitraan dengan

Australia dalam IAFCP untuk mengurangi emisi GRK di Indonesia melalui

pengurangan deforestasi, mendorong reforestasi, dan meningkatkan pengelolaan

30 Deforestasi Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000-2001, tingkat

deforestasi mencapai 220 ribu hektar kemudian tahun 2004-2005 naik menjadi 1.182 ribu hektar.

Deforestasi di wilayah Indonesia paling sering terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Lebih lanjut

baca Ganewati Wuryandari, Op. Cit., hal. 108.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

20

hutan secara lestari. Kemitraan tersebut merupakan bentuk antisipasi agar

pembangunan di masa sekarang tidak menjadi penderitaan bagi generasi

mendatang.

1.5.2 Konsep Kepentingan Nasional

Berikut merupakan konsep Kepentingan Nasional menurut Jack C. Plano

dan Roy Olton:

“The fundamental objective and ultimate determinant that guides the

decision makers of a state in making foreign policy. The national

interest of a state is typical a highly generalized conceptions of these

element that constitute to the state most vital knees. There include self

preservation, independence, territorial integrity, military security,

and economic well-being.” 31

Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum dan

merupakan unsur yang menjadi kebutuhan vital bagi setiap negara. Jack C. Plano

dan Roy Olton menyebutkan lima kategori umum kepentingan nasional yang

mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan atau

kemandirian, keutuhan wilayah, keamanan militer, dan kesejahteraan ekonomi.

Dampak yang dihasilkan oleh perubahan iklim seperti terjadinya bencana

alam, kekeringan, munculnya virus-virus baru, udara yang semakin tidak sehat,

dan punahnya beberapa spesies di muka bumi telah mengancam kelangsungan

hidup bangsa dan negara, tidak hanya Indonesia namun seluruh negara-negara di

dunia. Masalah perubahan iklim memiliki keterkaitan dan sangat relevan dengan

kepentingan nasional Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang rentan

31 Jack C. Plano dan Roy Olton, International Relations Dictionary dalam Dynar Manggiasih,

Kerjasama Indonesia dan Australia dalam Kemitraan Karbon Hutan di Indonesia, diakses dalam

http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t22515.pdf (21/1/16, 07:34 WIB).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

21

terhadap dampak perubahan iklim. Indonesia jelas telah mengalami, menjadi

korban, dan menderita kerugian akibat dampak dari perubahan iklim tersebut.

Indonesia melalui IAFCP berupaya untuk menangani masalah perubahan

iklim dengan menggunakan mekanisme REDD+, yakni mekanisme yang didesain

untuk mengurangi peningkatan jumlah emisi melalui penanganan terhadap

deforestasi dan degradasi hutan. Beberapa hal yang hendak dicapai oleh Indonesia

melalui IAFCP dalam proyek KFCP terbagi menjadi beberapa kategori antara

lain: 1) Penurunan emisi GRK Indonesia dengan menghindari deforestasi dan

degadasi hutan, 2) Uji coba penerapan REDD+ di Indonesia, 3) Membangun

kapasitas Indonesia agar dapat terlibat dalam pasar penurunan emisi karbon hutan

internasional.

Konsep kepentingan nasional milik Jack C. Plano dan Roy Olton pada

penelitian ini digunakan untuk membantu menjelaskan kepentingan nasional

Indonesia melalui IAFCP. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan tingkat

kerentanan yang tinggi dalam menerima dampak perubahan iklim berkomitmen

untuk berperan aktif memerangi isu perubahan iklim demi kelangsungan hidup

bangsa dan negaranya. IAFCP merupakan kemitraan yang penting bagi Indonesia

sebagai penyeimbang antara pembangunan nasional dengan pelestarian

lingkungan di Indonesia. IAFCP juga merupakan jembatan bagi Indonesia untuk

melaksanakan Peraturan Presiden (Perpres) RI No. 61 Tahun 2011 tentang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK. Perpres tersebut menjelaskan

komitmen Pemerintah Indonesia yang disampaikan dalam pertemuan G-20 di

Pittsburg tahun 2009 untuk mengurangi emisi sejumlah 26% dengan usaha sendiri

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

22

atau sejumlah 41% jika mendapat bantuan dari tingkat internasional pada tahun

2020.32

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Menurut Sukmadinata, penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian

yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi,

ataupun tentang kecenderungan yang terjadi.33 Sedangkan jenis penelitian penulis

adalah deskriptif analitik, peneliti akan menjabarkan berbagai program yang

dilaksanakan selama proyek KFCP berlangsung dan menguraikan pencapaian

yang diperoleh oleh Indonesia. Data yang diperoleh akan dijabarkan dan dianalisa

dengan terperinci sehingga mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang

telah disebutkan.

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian

1. Batasan Materi

Batasan materi menunjukkan apa saja yang menjadi pembahasan dalam

penelitian ini, yaitu tentang pencapaian kepentingan nasional Indonesia melalui

IAFCP dalam salah satu proyeknya yaitu KFCP.

32 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Op.Cit. 33 Yanuar Ikbar, 2014, Metodologi dan Teori Hubungan Internasional, Bandung: PT Refika

Aditama, hal. 17.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

23

2. Batasan Waktu

Rentan waktu data yang ditetapkan sebagai batas waktu penelitian adalah

data yang diperoleh mulai tahun 2008-2014. Batasan waktu ditetapkan mulai dari

disepakatinya kemitraan antara Indonesia dan Australia dalam IAFCP tahun 2008

sampai dengan berakhirnya kemitraan tersebut tahun 2014.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam penelitiannya menggunakan data sekunder sehingga teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti melalui kegiatan studi kepustakaan

(library research). Data sekunder diperoleh dari literatur yang bersumber dari

buku, jurnal, koran, majalah, maupun internet yang berhubungan dengan topik

penelitian. Setelah data terkumpul, penulis akan mereduksi data dan hanya data

yang relevan dengan topik penelitian saja yang akan digunakan sebagai referensi.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, data-data yang dianalisis merupakan pencapaian kepentingan nasional

Indonesia melalui IAFCP. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan dari berbagai

sumber dianalisis untuk dijadikan fokus kajian yang diangkat dalam penelitian.

Miles dan Huberman dalam analisis data kualitatif mengatakan bahwa

aktivitas tersebut dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

24

menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.34 Secara umum, tahapan analisis

data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya, namun yang

paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat

naratif.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.

1.7 Argumen Pokok

Kemitraan Indonesia-Australia dalam IAFCP merupakan kerja sama global

environment politic yang bertujuan untuk menjaga bumi dari dampak pemanasan

global dan perubahan iklim. Kemitraan tersebut merupakan kesempatan bagi

Indonesia untuk dapat mencapai kepentingan nasionalnya untuk menjaga

kelangsungan bangsa dan negara akibat dampak yang muncul dari perubahan

iklim. Selain itu, kemitraan tersebut juga bertujuan untuk mempraktikkan

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, hal.

246-253.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

25

mekanisme REDD+ yang nantinya digunakan sebagai percontohan negara-negara

lain dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Tujuan

kemitraan IAFCP dalam proyek KFCP dapat diuraikan dalam tiga kategori yaitu

1) Penurunan emisi GRK Indonesia dengan menghindari deforestasi dan degadasi

hutan, 2) Uji coba penerapan REDD+ di Indonesia, 3) Membangun kapasitas

Indonesia.

Peneliti berasumsi adanya kemitraan IAFCP akan membantu Indonesia

dalam mengatasi dampak perubahan iklim sekaligus mempraktikkan mekanisme

REDD+. Namun, mengingat keberadaan mekanisme REDD+ masih dalam proses

uji coba, maka penulis memperkirakan bahwa akan muncul beberapa kesulitan

baru dalam mempraktikkan mekanisme tersebut.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Teori/ Konsep

1.5.1 Sustainable Development

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36187/2/jiptummpp-gdl-marisamift-50066-2-babi.pdf · depan Sidang Majelis Umum PBB pada November 2007: “Indonesia is a coun

26

1.5.2 Kepentingan Nasional

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

1.6.4 Teknik Analisis Data

1.7 Argumen Pokok

1.8 Sistematika Penulisan

BAB II Kemitraan Indonesia-Australia Menanggapi Isu Perubahan

Iklim

2.1 Isu Perubahan Iklim dalam Konstelasi Global

2.2 Indonesia dan Komitmen terhadap Perubahan Iklim

2.3 Australia dan Komitmen terhadap Perubahan Iklim

2.4 Kerangka Kerja Sama IAFCP

BAB III Pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia melalui IAFCP

3.1 Upaya Penurunan Emisi GRK dari Deforestasi dan

Degadasi hutan

3.2 Uji Coba Penerapan REDD+ di Indonesia

3.3 Pembangunan Kapasitas Indonesia

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran