bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India berhasil mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947, akan tetapi setelah kemerdekaannya tidak serta-merta menjadikan India aman dan terhindar dari konflik, sebab hanya selang beberapa waktu India yang terdiri dua etnis besar yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, dikarenakan terjadi diskriminasi terhadap kaum muslimim, sebab yang paling dominan yang duduk di kursi pemerintahan merupakan mayoritas Hindu. Penduduk yang mayoritas beragama Islam akhirnya bersepakat untuk memisahkan diri dari India dan mendirikan negara baru yaitu Pakistan. 1 Sejak awal berdirinya Pakistan dan India sering berkonflik, baik konflik agama maupun konflik wilayah. Konflik berkepanjangan yang sampai sekarang belum juga dapat diselesaikan yaitu perebutan wilayah Kashmir. Konflik Kashmir terjadi ketika India mengklaim seluruh Kashmir merupakan wilayah teritorialnya sedangkan menurut Pakistan penduduk Kashmir yang mayoritas beragama Islam menjadi wilayahnya karena sekitar 85% dari delapan juta penduduk Kashmir beragama Islam dengan wilayah seluas 222.236 Km² tersebut terletak di wilayah jantung Asia diapit oleh China di sebelah timur, India di selatan, Pakistan dan Afganistan di barat serta CIS ( Commonwealthof Independen State) di utara. 2 India tetap bersikukuh mempertahankan Kashmir sebagai wilayah teritorialnya 1 Strategi India dalam mempertahankan Kashmir sebagai Wilayah Integralnya. lihat pada http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1002/public/1002-4751-1-PB.pdf diakses tanggal 16 November 2013 pkl 18.40 wib 2 Ibid.

Upload: vutu

Post on 16-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

India berhasil mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947, akan tetapi

setelah kemerdekaannya tidak serta-merta menjadikan India aman dan terhindar

dari konflik, sebab hanya selang beberapa waktu India yang terdiri dua etnis besar

yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, dikarenakan terjadi diskriminasi

terhadap kaum muslimim, sebab yang paling dominan yang duduk di kursi

pemerintahan merupakan mayoritas Hindu. Penduduk yang mayoritas beragama

Islam akhirnya bersepakat untuk memisahkan diri dari India dan mendirikan

negara baru yaitu Pakistan.1

Sejak awal berdirinya Pakistan dan India sering berkonflik, baik konflik

agama maupun konflik wilayah. Konflik berkepanjangan yang sampai sekarang

belum juga dapat diselesaikan yaitu perebutan wilayah Kashmir. Konflik Kashmir

terjadi ketika India mengklaim seluruh Kashmir merupakan wilayah teritorialnya

sedangkan menurut Pakistan penduduk Kashmir yang mayoritas beragama Islam

menjadi wilayahnya karena sekitar 85% dari delapan juta penduduk Kashmir

beragama Islam dengan wilayah seluas 222.236 Km² tersebut terletak di wilayah

jantung Asia diapit oleh China di sebelah timur, India di selatan, Pakistan dan

Afganistan di barat serta CIS ( Commonwealthof Independen State) di utara.2

India tetap bersikukuh mempertahankan Kashmir sebagai wilayah teritorialnya

1Strategi India dalam mempertahankan Kashmir sebagai Wilayah Integralnya. lihat pada

http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1002/public/1002-4751-1-PB.pdfdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 18.40 wib 2Ibid.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

2

sedangkan Pakistan tetap ingin mengambil alih Kashmir dari India sebab Pakistan

berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan

satu Hindu, berarti masuknya Kashmir kedalam wilayah Pakistan merupakan

keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir beragama Islam.3 Selain karena

faktor agama tentu ada alasan lain kenapa Pakistan menginginkan Kashmir yaitu

faktor ekonomi sebab Kashmir memiliki tanah yang subur serta keindahan alam

yang memungkinkan bisa menjadi obyek wisata dan semua sungai yang ada di

daerah tersebut mengalir menuju pusat Pakistan serta pusat kegiatan jaringan

kanal Pakistan berlokasi di Kashmir.4 Saling klaim inilah yang menyebabkan

konflik terjadi, masing-masing negara pengklaim mengatakan bahwa wilayah

Kashmir adalah miliknya. Sampai sekarang belum ada titik temu atau

penyelesaian konflik Kashmir yang ada hubungan kedua negara yang terlibat

semakin memanas, sebab masing-masing negara saling memperkuat armada

senjata militernya dengan menggunakan teknologi nuklir dan ditakutkan lagi

akan terjadi konflik nuklir antara India-Pakistan.

India yang sudah merdeka hampir selama 67 tahun mulai menunjukan

eksistensi dan kemampuannya dimata dunia internasional khususnya terhadap

Pakistan dengan menciptakan teknologi senjata nuklir terbaru. India melakukan

riset senjata atom di Bhabha Atomic Research Centre, meskipun secara resmi

diumumkan sebagai riset teknologi atom untuk Perdamaian dan tidak adanya

tanda-tanda untuk tujuan militer, India berhasil membeli sebuah reaktor riset

Cirus 40 MWt dari Kanada, kemudian mengekstrak plutonium sisa pembakaran

dari reaktor riset Cirus tersebut, selama 20 tahun India melakukan riset akhirnya

3Ibid.

4Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

3

plutonium tersebut dipakai untuk percobaan bom atom India pertama pada 18 Mei

1974 yang berkekuatan ledak 4-6 KT dan Pemerintah India sendiri

mengumumkan ledakan tersebut sebagai sebuah “Ledakan Nuklir yang Penuh

Damai”.5

Pada tahun 1998 Pemerintah India melakukan uji coba peledakan bom

atom yang tujuannya untuk menanggapi acaman dari Pakistan. Peledakan tersebut

merupakan perintah dari Perdana menteri Vajpayee yang dinamakan “Operasi

Shakti”, yakni Shakti 1 (11 Mei 1998) hingga Shakti 5 (13 Mei 1998) gara-gara

diprovokasi oleh peluncuran rudal-percobaan Ghauri oleh Pakistan tgl 6 April

1998.6

Pada tahun 2012 baru-baru ini dunia dikejutkan oleh peluncuran rudal

India. Pemerintah India mengklaim berhasil melakukan uji coba senjata nuklir

yaitu sebuah rudal jelajah bernama Agni-V berhasil diluncurkan dalam uji coba

senjata teranyar India, Ahad (15/9) waktu setempat.7 Peluncuran ini menempatkan

India sebagai kelompok negara-negara berkemampuan rudal antar benua yang

mampu membawa nuklir yang eklusif seperti Amerika Serikat, Rusia, China,

Prancis dan Inggris yang memiliki teknologi untuk mengembangkan rudal balistik

antar-benua. Rudal Agni-V merupakan rudal permukaan ke-permukaan dengan

teknologi tiga tahap dan energi peluncur propelan padat yang memiliki jangkauan

5Rirawan. Teknlogi Nuklir India.lihat pada http://www.alpensteel.com/article/54-111-energi-

nuklir-pltn/1022--teknologi-energi-nuklir-di-indiadiakses pada tanggal 12 November 2013 pkl 18.35 Wib 6Ibid.

7Republika . India Berhasil Uji Coba Rudal Nuklir.lihat pada

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/09/15/mt5xqo-india-berhasil-uji-coba-rudal-nuklirdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

4

5.000 km dan berat 50 ton, panjang rudal ini 17 meter dan tinggi 2 meter dan

dapat membawa muatan1,5 ton.8

Nuklir India mengalami peningkatan sejak awal perkembangan dan

peledakan tahun 1998 sampai peluncuran rudal tahun 2012 baik dari segi

kemampuan, kekuatan dan jarak jangkau. Dengan nuklir ini secara tidak langsung

India mengumumkan pada dunia bahwa India sudah merupakan negara maju

secara segi ekonomi, teknologi maupun militer.

Sikap dan prilaku India dalam uji coba rudal miliknya tentu menimbulkan

banyak reaksi, tanda tanya dan kecurigaan dari negara-negara lain khususnya

Pakistan akan tetapi, Amerika Serikat yang pada mulanya pernah mengecam dan

mengenakan sanksi akibat percobaan peluncuran nuklir atom India pada tahun

1998, malah sebaliknya sekarang Amerika Serikat menawarkan kerja sama

pertahanan militer dengan India. Dalam kerjasama tersebut, India dan Amerika

membahas soal perbaikan hubungan di kawasan Indo-Asia-Pasifik dan

Afghanistan, serta menanggapi masalah keamanan di wilayah Lautan Hindia.9

Konflik yang terjadi antara India dan Pakistan baik konflik agama maupun

perebutan Kashmir belum jelas titik temunya, dan ditakutkan lagi akan terjadi

konflik nuklir dari kedua negara, sebab India-Pakistan sama-sama memiliki

senjata berbasis nuklir, walaupun belum pernah menyerang satu sama lain dengan

senjata nuklir, akan tetapi dengan saling melakukan uji coba dan peledakan dapat

memicu konflik nuklir antara kedua negara tersebut. Inilah permasalahan yang

8Ujicoba Rudal Agni V India yang Berkemampuan Antar Benua Berhasil. Lihat pada

http://nkrinews.com/index.php/internasional/asia/1649-uji-coba-rudal-agni-v-india-yang-berkemampuan-antar-benua-berhasildiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib 9India dan Amerika SErikat Menopang Hubungan Pertananan, Menandatangani Kesepakatan

soal nuklir.Lihat pada http://lakesmil.com/read/berita/6954/india-dan-as-menopang-hubungan-pertahanan-menandatangani-kesepakatan-soal-nuklir/#.U5fIe84raZQdiakses tanngal 9 juni 10.00 Wib

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

5

hendak diteliti oleh penulis, dengan kepemilikan nuklir antara keduanya, akankah

menyebabkan perang nuklir atau sebaliknya akan membuat intensitas konflik

menurun.

Dari uraian diatas maka penulis mengangkat sebuah permasalan yang

hendak diteliti dengan judul “ Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap

konflik India-Pakistan”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka adapun

permasalahan yang hendak penulis teliti yaitu “Bagaimana dampak

pengembangan nuklir India terhadap konflik India-Pakistan?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

dampak yang diakibatkan karena pengembangan nuklir India terkait dengan

konflik India Pakistan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi Ilmu

Hubungan Internasional, yaitu dosen dan mahasiswa dalam mengkaji dan

memahami masalah Kashmir yang sampai sekarang belum menemukan

titik penyelesaiannya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

6

Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor Hubungan Internasional,

baik individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah

baik dalam level nasional, regional, maupun internasional tentang

bagaimana menformulasikan kekuatan nasionaluntuk menjamin

pertahanan dan keamanan negara dalam mencapai kepentingan nasional.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman kepada

bangsa Indonesia yang selalu terlibat sengketa dengan negara tetangga yaitu

Malaysia, bahwa konflik lebih banyak menciptakan kerusakan baik bagi pihak

pemenang maupun lawan.

1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Literature Review

Sebagai dasar untuk melengkapi Kajian Pustaka, dalam penelitian ini

penulis menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang masih berkaitan dengan

tema yang sedang penulis teliti. Selain sebagai referensi, hal itu juga dimaksudkan

untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada

sebelumnya. Pertama, penelitian yang berjudul “Religion as a Factor in Ethnic

Conflict: Kashmir and Indian Foreign Policy “10

yang ditulis oleh Carolyn C.

James. Dalam tesis ini James menggambarkan bagaimana awalmula dari konflik

Kashmir terjadi. Menurut Carolyn penyebab utama konflik Kashmir yaitu agama

10

James, C. Carolyn, (2005), Religion as a Factor in Ethnic Conflict: Kashmir and Indian Foreign

Policy, Terrorism and Political Violence, 17:447–467, 2005, Copyright _ Taylor & Francis Inc. lihat pada http://ozgur.bilkent.edu.tr/download/05Religion%20as%20a%20Factor%20in%20Ethnic%20Conflict%20Kashmir.pdf

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

7

dan politik. Dimana agama memilki kemampuan untuk memperkuat atau

melemahkan legitimasi pemerintah. Kedua, agama mengacu pada sumber

identitas yang memenuhi kebutuhan manusia untuk mengembangkan identitas

yang aman untuk individu atau kelompok. Ketiga, agama merupakan sumber

mobilisasi politik atau organisasi politik, sehingga agama yang dapat

menyebabkan sebuah pemerintahan itu diterima atau ditolak.

selain hal tersebut James memperlihatkan permasalahan agama dalam

perspektif ethno-religios conflik. Ethno-religiost ini kemudian didasarkan pada

aspek penting seperti kolaborasi dari psikologi, ekonomi, dan politik. Carolyn

juga melihat konflik Kashmir ini dengan pendekatan Foreign Policy, yaitu dengan

memperlihatkan bahwasannya konflik Kashmir ini sangat berpengaruh terhadap

politik luar negeri India.

Penelitian kedua oleh Ita Mutiara Dewi yang berjudul “Dilema Masalah

Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan”11

adalah dengan

menggunakan konsep Foreign Policy dan teori politik domino, dimana India telah

memasukan Kashmir dalam kebijakan luar negerinya. India yang saat ini telah

menguasai dua pertiga wilayah Kashmir tidak akan menyerahkan Kashmir

kepada Pakistan sebab India juga melihat teori politik domino yaitu jika Kashmir

lepas maka akan diikuti oleh tuntutan pelepasan wilayah-wilayah lainnya.

sedangkan bagi Pakistan Kashmir merupakan lambang, simbol atau identitas,

11

Ita Mutiara Dewi.Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan.

Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lihat pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FIta%2520Mutiara%2520Dewi%2C%2520SIP%2C%2520MSi.%2FKashmir.pdf&ei=X1omU626BsWNrgfT5IDwDg&usg=AFQjCNG_ryL4fqFY-CnpaQNamR-1LCumUQ&sig2=oQUpCGG7Si779noesGnqxA&bvm=bv.62922401,d.bmk

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

8

sebab mayoritas penduduk Kashmir beragama islam. Hal inilah yang

menyebabkan naik-turunya intesitas konflik Kashmir, kemudian polemik yang

terjadi dalam perebutan wilayah Kashmir sampai akhirnya terjadi perang Indi-

Pakistani War I.

Dalam penelitian ini juga melihat adanya gerakan separatisme dalam

tubuh Kashmir dimana ada beberapa kelompok seperti JKLF( Jammu-Kashmir

Liberation Front) yang ingin mendirikan negara baru tanpa adanya ikut campur

India maupun Pakistan yang membuat konflik Kashmir semakin kompleks.

Penelitian ketiga, yang berjudul“Kashmir Dalam Hubungan India-

Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan

Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik”, 12

dalam penelitian ini Irmawan

lebih banyak menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Pakistan

untuk mengambil alih wilayah Kashmir dari India dan dampaknya terhadap

hubungan bilateral antara kedua negara sehingga menyebabkan kedua negara

Pakistan dan India saling berlomba memperkuat militernya dengan mencoba

menciptakan teknologi nuklir yang kemudian disusul dengan percobaan

peluncuran nuklir masing-masing negara. Pakistan mengembangkan nuklir

sebagai deterrence dari ancaman India, khawatir jika sewaktu-waktu India

menyerang mereka dengan senjata nuklirnya, maka Pakistan sudah siap untuk

menyerang balik. Walaupun masing-masing negara mengembangkan senjata

nuklir tetap ada upaya dari kedua negara mencoba mencapai kesepatan untuk

menemukan jalan damai yang tetap saja pada ujungnya selalu menemukan jalan

12

Effendi Irmawan. Kashmir dalam Hubungan India-Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir

Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Jurnal Siklus Volume I No.3 Tahun 2005 ISSN 0216-5635. Lihat pada http://www.academia.edu/4154759/Kashmir_Dalam_Hubungan_India-Pakistandiakses pada tanggal 18 November 2013 pkl 22.00 wib

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

9

buntu. Akan tetapi, India maupun Pakistan tetap mencoba untuk berdamai dengan

jalan dimana Vajpaye yang merupakan perdana menteri India membuka jalur

“diplomasi bus”. Dimana jalur bus tersebut dapat melewati perbatasan India-

Pakistan dan hal inipun diterima dengan baik oleh pemerintah Pakistan sendiri.

Selain itu kedua perdana menteri dari dari dua negara tersebut juga telah membuat

kesepakatan yaitu, pertama, perjanjian mengenai KTT yang bertajuk “Deklarasi

Lahore” dan kedua, kerjasama peningkatan rasa saling percaya. Setidaknya

kesepakatan tersebut dapat meredam konflik tersebut.

Penelitian keempat yang berjudul “Penggunaan Kekuatan Pakistan dan

India Dalam Mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang

Dingin”,13

dalam tesis ini juga hampir sama dengan penelitian sebelumnya dimana

Finsa melihat situasi ketengangan yang terjadi dalam tubuh Kashmir seperti aksi

penculikan maupun pembunuhan. Finsa juga menjelaskan bagaimana kepentingan

geopolitik Pakistan di Kashmirdengan menggunakan strategi pembelaan nilai

demokrasi dan hak asasi manusia sedangkan pihak India sendiri bertahan untuk

tidak melepaskan Kashmir menjadi bagian dari Pakistan dengan menggunakan

strategi Counter Terorism di wilayah Kashmir, yaitu India memperkuat polisi

lokal dengan sejumlah besar pasukan Central Reserve Police Force (CRPF) yang

merupakan pasukan para militer negara yang tujuannya untuk menghentikan aksi

teroris yang menurut mereka adalah orang-orang Pakistan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ferry Dwi Provianto yang

berjudul “Kepentingan Pakistan Dalam Kerjasama Militer dengan China”,14

13

M.Finsa Arahman. 2007.Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India Dalam mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Dingin. Universitas Airlangga. 14

Ferry Dwi Provianto.2007.Kepentingan Pakistan dalam kerjasama Militer dengan China. Universitas Muhammadiyah malang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

10

menggambarkan bahwa kerjasama militer Pakistan dengan China

menguntungkan bagi Pakistan sendiri baik secara politik maupun ekonomi.

Pakistan merasa dengan adanya China dibelakang mereka dapat meminimalisiasi

hegemoni India dikawasan Asia Selatan dan sebagai balancing sebab Pakistan

yang sampai sekarang terlibat konflik Kashmir dengan India.

Dalam penelitian ini Ferry menggunakan pendekatan teori politik luar

negeri dimana melihat upaya Pakistan untuk mendapatkan keuntungan dari

lingkungan eksternalnya yaitu dengan menjalin kerjasama militer dengan China.

Selain itu Ferry juga menggunakan konsep kepentingan nasional, konsep

deterrence dan aliansi. Sedangkan penelitian ini dengan judul “Dampak

Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan” melihat dampak

yang ditimbulkan akibat pengembangan nuklir India terhadap intesitas konflik

India Pakistan. peneliti melihat dengan menggunakan pendekatan Balance of

power dan teori nuklir deterrence sebab India mengembangkan nuklir dan

melakukan uji coba rudal balistiknya untuk mencegah agresi dari Pakistan. Selain

itu karena India maupun Pakistan sama-sama memiliki senjata pemusnah massal,

intensitas dari konflik India- Pakistan netral, walaupun tidak menyelesaikan

konflik, setidaknya genjatan senjata dapat diminimalisir.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

11

Tabel I.I Posisi Penelitian

No JUDUL DAN

NAMA PENELITI

JENIS

PENELITIAN

DAN ANALISA

HASIL

1 Buku : Religion as a

Factor in Ethnic

Conflict:

Kashmirand Indian

Foreign Policy

Oleh: Carolyn C.

James

Deskriptif

Pendekatan :Etno

Religius dan

Foreign Policy

Akar penyebab Konflik

Kashmir yaitu agama dan

Politik

Konflik Kashmir sangat

berpengaruh terhadap

politik luar negeri India

2 Tesis : Dilema

Masalah Kashmir

dalam Kerangka

Hubungan India

Pakistan

Oleh : Ita Mutiara

Dewi

Deskriptif

Pendekatan :

foreign Policy dan

teori politik domino

India maupun pakistan

telah memasukan agenda

Kashmir dalam kebijakan

luar negerinya

Adanya gerakan

separatisme dalam tubuh

kashmir yang dilakukan

oleh kelompok JKLF

(Jammu-Kashmir

Liberation front) yang

menginginkan negara

merdeka tanpa adanya

camput tangan India

maupun Pakistan

3 Jurnal : Kashmir

dalam Hubungan

India-Pakistan :

Perspektif

Kebijakan Nuklir

Pakistan Latar

Belakang dan

Perkembangann

Menuju

Penyelesaian

Konflik

Oleh : Irmawan

Effendi

Deskriptif

Pendekatan :

Nuclear Detterrence

Pakistan maupun India

sama-sama menciptakan

senjata nuklir, akan tetapi

tetap ada upaya damai

yang dilakukan

Pemerintah India

membuka jalur diplomasi

bus yang dapat melewati

perbatasan India-Pakistan

Pakistan dan India

membuat kesepakatan

yaitu mengenai perjanjian

KTT yang bertajuk

“Deklarasi Lahore” dan

kerjasama peningkatan

rasa saling percaya

4 Tesis : Penggunaan

Kekuatan Pakistan

dan India dalam

Mempertahankan

Wilayah Kashmir

Pasca Perang

Deskriptif

Pendekatan :

Konsep kepentingan

geopolitik

Pakistan menggunakan

strategi pembelaan nilai

demokrasi dan hak asasi

manusia untuk kepentingan

geopolitiknya diwilayah

kashmir

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

12

Dingin

Oleh : M Finsa

Arahman

India menggunakan

strategi counter terorism

diwilayah Kashmir untuk

mencapai kepentingan

geopolitiknya

5 Skripsi :

Kepentingan

Pakistan dalam

Kerjasama Militer

dengan China

Oleh : Ferry Dwi

Provianto

Deskriptif

Pendekatan : teori

politik luar negeri,

kepentingan

nasional, konsep

deterrence dan

konsep aliansi

Dalam melakukan

kerjasama dengan China,

Pakistan mengalami

kemajuan dalam hal

modernisasi alusista militer

pasca kerjasama militer

dengan China

Pasca kerjasama dengan

China, Pakistan

mengembangkan sistem

persenjataan berbasis

nuklir

Aliansi antara Pakistan

dengan China adalah untuk

mengurangi hegemoni

India di Asia Selatan selain

itu, aliansi tersebut

merupakan wujud dari

bandwagoning yang

dilakukan oleh Pakistan

6 Skripsi : Dampak

Pengembangan

Nuklir India

terhadap Konflik

India-Pakistan

Oleh : Hariati

Eksplanatif

Pendekatan :

Balance Of Power

dan teori nuklir

deterrence

Dengan mengembangkan

senjata berbasis nuklir,

India bisa melakukan

deterrence terhadap

Pakistan yang terlebih

dahulu mengembangkan

senjata nuklir

Tidak akan terjadi perang

nuklir antara India dan

pakistan karena masing-

masing negara mempunyai

senjata nuklir yang jika

terjadi perang maka

dampak yang ditimbulkan

akan sangat fatal. India

maupun Paksitan juga

menggunakan senjata

nuklir sebagai balance of

power.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

13

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Balance of Power

Negara yang kuat adalah negara yang maju baik dalam kapasitas militer

maupun ekonomi. Ada beberapa hal yang membentuk power suatu negara yaitu

potensi sumber daya alam, populasi sebab cukup besar populasi dapat

memberikan potensi kekuasaan dan status kekuatan besar untuk suatu negara dan

ukuran geografis dan posisi, Alfred Mahan berpendapat bahwa negara yang

mengontrol rute laut berarti mengontrol dunia sedangkan Sir Halford Mackinder

berpendapat bahwa negara yang memiliki kekuatan yang paling kuat adalah orang

yang menguasai jantung tersebut.15

Power terbagi menjadi 2 macam yaitu16

Power tangible meliputi,

pembangunan industri dengan kapasitas industri maju, ditandai dengan kuatnya

ekonomi suatu negara, populasi dan peningkatan kekuatan militer sedangkan

Power intagible meliputi dukungan publik, kekuatan negara diperbesar ketika

tampaknya ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya misalnya,

kekuatan China yang diperbesar di bawah Mao Zedong karena ada dukungan

publik belum pernah terjadi sebelumnya untuk kepemimpinan komunis,

Kepemimpinan visioner dan pemimpin karismatik seperti Mohandas Gandhi dan

Franklin Roosevelt mampu meningkatkan potensi kekuatan negara mereka dengan

mengambil inisiatif berani.

15

Essentials Of International Relation lihat pada http://www.wwnorton.com/college/polisci/essentials-of-international-

relations5/ch/05/summary.aspx diakses pada tanggal 10 Februari pkl 13.00 Wib 16

ibid

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

14

Kekuatan militer dan ekonomi dapat membentuk negara menjadi sebuah

negara yang lemah maupun negara yang kuat (super power). Negara-negara super

power biasanya selalu ingin mendominasi dan menghegemoni negara-negara kecil

untuk mencapai kepentingan nasionalnya sedangkan bagi negara-negara kecil

untuk menghindari hegemoni dari negara-negara kuat harus menyeimbangkan

kekuatan negaranya (Balance of Power) baik dengan cara meningkatkan ekonomi

dan militer maupun membentuk sekutu atau aliansi dengan negara-negara besar.

Pada era kejayaan pemikiran kaum realis, hegemon dianggap sebagai

sebuah ancaman bagi negara-negara lainnya. Dapat dikatakan Balance Of Power

(Keseimbangan kekuatan) muncul dengan asumsi dasar bahwa ketika sebuah

negara atau aliansi negara meningkatkan atau mengunakan kekuatannya secara

lebih agresif, negara-negara yang merasa terancam akan merespon dengan

meningkatkan kekuatan mereka.17

Negara-negara saling memperkuat powernya

supaya tidak mudah dikendalikan atau diintervensi oleh negara-negara lainnya.

Keseimbangan kekuasaan berfungsi secara efektif melalui dua cara.

Pertama, beberapa negara dapat membentuk balance of power dengan beraliansi

atau bersekutu dengan negara yang lebih kuat, sebab aliansi dengan negara-negara

lain dapat memperkuat pertahanan negara yang lebih lemah dan menyeimbangkan

terhadap ancaman umum. Para pendukung “Balance of Power” teori

mengemukakan bahwa perdamaian umumnya dipertahankan bila keseimbangan

kekuasaan ada di antara kekuatan-kekuatan besar.18

17

Dr. Christoph Rohde: Introduction: The balance-of-power (BOP) in international relations

theory.lihat padahttp://www.politischer-realismus.de/textbopinintbez.pdf diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.00 wib 18

Rizwan Naseer, Musarat Amin.Berkeley Journal of Social Sciences Vol. 1, No. 10, 2011.Balance

of Power: A Theoretical explanation and Its Relevance in Contemporary Era. Lihat pada

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

15

India sendiripun beraliansi dan bersekutu dengan Amerika Serikat yaitu

dengan melakukan kerjasama pertahanan, tentu saja hal ini meningkatkan posisi

India di Asia Selatan. Dengan beraliansi dengan Amerika Serikat India berharap

dapat menyeimbangi kekuatan Pakistan yang terlebih dahulu beraliansi dengan

China. Kedua, negara-negara saling menyeimbangkan kekuatan militer masing-

masing. Dalam Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat memperluas

persenjataan nuklir mereka untuk menyeimbangkan kekuatan militer mereka.19

Hal inipun hampir serupa yang terjadi antara India dan Pakistan, dimana masing-

masing negara saling memperbaharui dan meningkatkan armana militer dengan

nuklir untuk mencapai posisi balance.

Ernest Haas mengemukakan setidaknya ada 8 hal yang harus dipenuhi

dalam Balance of Power itu20

:

a. Adanya distribusi power

b. Adanya keseimbangan proses

c. Hegemoni

d. Kestabilan dan perdamaian sebagai wujud kekongkritan power

e. Ketidakstabilan dan perang

f. Kekuatan politik secara umum

g. Hukum universal dari sejarah tertentu

h. Sistem dan panduan yang digunakan oleh pembuat kebijakan.

http://www.berkeleyjournalofsocialsciences.com/NovDec3.pdf diakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.00 Wib 19

Balance of Power in International Relations. Lihat pada http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.35 Wib 20

Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake. Lihat pada

https://www.press.umich.edu/pdf/0472112872-ch4.pdfdiakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.45 Wib

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

16

Dengan adanya distribusi power baik dari segi ekonomi maupun militer

merupakan upaya yang dilakukan oleh India untuk menyeimbangkan kekuatan

dengan Pakistan dengan cara mengembangkan senjata rudal yang berteknologi

nuklir. India memiliki senjata plutonium yang diperkirakan antara 240-395 kg,

tergantung pada kecanggihan desain hulu ledak dan dapat digunakan untuk

memproduksi 40-90 simple fission weapons.21

Sekiranya dengan kekuatan militer

tersebut India dapat menyamai Pakistan.

Balance of power muncul dalam sistem kekuasaan ini untuk menghasilkan

tiga kondisi.22

Pertama, keberagaman kedaulatan negara yang muncul haruslah

tidak tunduk pada keterpaksaan dari salah satu legitimasi kedaulatan negara lain

yang lebih berkuasa. Kedua, kontrol secara terus-menerus dari kompetisi akibat

langkanya sumber daya atau nilai-nilai konflik. Ketiga, menyamaratakan

distribusi status, kekayaan dan potensi power diantara aktor politik yang masuk

dalam suatu sistem. Secara sistemik, balance of power digunakan untuk mencegah

terjadinya sistem hegemoni yang didefinisikan sebagai sebuah dominasi suatu

negara terhadap negara atau kelompok negara lain. Dengan kata lain, balance of

power ini muncul karena adanya suatu pengaruh besar dalam bidang militer dan

teknologi oleh negara pemilik power yang besar, yang kemudian disebut sebagai

hegemoni. Walaupun pada kenyataannya, hegemoni suatu negara itu tidak dapat

dihilangkan dengan menggunakan sistem perimbangan kekuatan (balance of

power).23

21

India and Pakistan Compared :Military.lihat pada http://www.nationmaster.com/country-

info/compare/India/Pakistan/Militarydiakses pada tanggal 07 Maret pkl 13.36 Wib 22

Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake.Opcit 23

Ibid.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

17

Gulick menjelaskan bahwa keseimbangan kekuasaan dibuat untuk

mempertahankan eksistensi dari sistem negara. Dia menyebutkan surveillances,

aliansi, koalisi, kemampuan untuk beralih aliansi dengan cepat dan tekad untuk

menghancurkan musuh baik sepenuhnya, atau membangunnya kembali sebagai

upaya dalam menjaga Balance of Power. Namun dalam penafsiran tertentu,

balance yang dimaksudkan tidak benar-benar seimbang. Balance of power bisa

dikondisikan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak begitu seimbang namun di

antara kekuatan tersebut terdapat keselarasan. Perubahan kekuatan, baik itu

peningkatan maupun penurunan tidak terlalu signifikan sehingga dampak dari

perubahan tersebut tidak terlalu mempengaruhi kekuatan lawan.24

India berupaya keras untuk dapat menyamai Pakistan untuk mencapai

posisi balance, walaupun tidak benar-benar seimbang, akan tetapi dengan sama-

sama memiliki nuklir sebagai power maka balance dapat dicapai.

1.5.2 Teori Nuklir Deterrence

Teori deterrence dikemukakan pertama kali oleh Bernard Brodie yang

menganggap bahwa pengakisan atau pencegahan yang terjadi secara umum

digunakan dalam term meyakinkan lawan bahwa aksi tertentu akan menimbulkan

kerusakan yang fatal, yang tidak akan memberi keuntungan. Dengan alasan-alasan

ekonomis, Brodie menjelaskan teori deterrence kedalam kaijan strategis, yang

mengutamakan efisiensi dan efektivitas.25

Deterrence diusulkan sebagai teori oleh

karena adanya kerugian besar setelah perang, seperti: biaya yang begitu mahal

(kalkulasi), korban banyak berjatuhan. Dinamika proses deterrence yang terjadi

24

Ibid. 25

Dougherty, James dan Platzgrafr Jr, Robert. Theories of Deterrence (chapter 9). Contending Theories of International Relations : A Comprehensive Study (4th edn).1999. New York : Longman.pp 368-401

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

18

saat perang dingin patut diperhatikan dengan melihat bagaimana keputusan

pencegahan perang dilakukan dan sejauh mana peran penangkisan ini berpengaruh

bagi perdamaian dunia.26

Oleh karena itu dengan munculnya teori deterrence,

setidaknya dapat menggurangi konflik senjata yang dapat menyebabkan korban

jiwa sebab dengan kepemilikan senjata pemusnah massal dapat menyadarkan

negara-negara yang berkonflik untuk tidak menyerang satu sama, akan tetapi teori

ini hanya berguna bagi negara-negara yang mempunyai nuklir.

Revolusi nuklir melahirkan strategi militer baru dari agresi ke bentuk

defense, Pergeseran sifat peperangan klasik yang agresif ke defensif sejak adanya

revolusi nuklir memunculkan tesis bahwa nuklir bukanlah senjata yang

sebenarnya.27

Sebagai senjata seharusnya nuklir membuat negara tahu siapa yang

harus dilawan dan bagaimana menangkal serangan, namun no-first-use policy

menunjukkan bahwa keberadaan nuklir masih terus diterka-terka oleh negara

sebab nuklir dengan tingkat menghancurkan secara total menyebabkan prediksi-

prediksi akan kerugian dan kalkulasi amunisi menjadi begitu sulit.28

Setiap negara yang memiliki nuklir hanya berani mendeklarasikan

mengenai hal-hal yang bersifat politis akan nuklir mereka karena jika sampai

terkuak ke hadapan publik mengenai seberapa banyak dan besar kekuatan nuklir

yang dimiliki maka saat itulah nuklir tidak memiliki fungsinya sebagai

deterrence. Siapapun tidak dapat terjamin keamanannya dalam menghadapi

senjata nuklir meskipun pihak yang diserang juga memilikinya.29

Hal inilah

26

Ibid. 27

Gray, Collin S. 2007. “The Cold War, II: the Nuclear Revolution”, dalam War, Peace and International Relations: an Introduction to Strategic History, New York: Routledge, pp. 205-218. 28

Ibid. 29

Ibid.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

19

dalam perang nuklir tidak ada pemenang atau kemenangan yang ada hanyalah

kehancuran karena nuklir menghancurkan secara total kedua belah pihak.

Dengan adanya nuklir dalam sistem internasional telah jauh mengurangi

kemungkinan perang antar negara. Kesadaran akan bahaya nuklir ini apabila

sungguh-sungguh digunakan dalam suatu peperangan, membuat negara agresor

sangat sulit untuk menentukan suatu kemenangan yang pasti bagi dirinya sebab

tidak ada perbedaan antara pemenang maupun yang kalah karena nuklir

menghancurkan semuanya. Menurut Dahlan Nasution dalam bukunya ”Politik

Internasional Konsep dan Teori” nuklir tidaklah melulu dipertimbangkan dari segi

militer saja, akan tetapi juga konteks politik bangsa-bangsa yang bersangkutan.

Pertimbangan politik disini maksudnya bahwa persenjataan itu bukan hanya

ditujukan untuk menghancurkan kekuatan lawan, akan tetapi juga dipergunakan

sebagai alat untuk menunjang “bargaining position” dalam usaha mencapai

kepentingan nasional.30

Hal inilah yang coba India lakukan dengan meningkatkan kekuatannya

untuk dapat mencapai “bargaining position” dalam kepentingan nasionalnya

terkait dengan wilayah Kashmir, selain itu India mengembangkan nuklir untuk

menangkal ancaman dan agresi dari negara lain terutama Pakistan. India merasa

terancam dengan Pakistan yang terlebih dahulu mengembangkan nuklir dan takut

jika sewaktu-waktu Pakistan menyerang mereka dengan senjata nuklir, mengingat

bahwa hubungan kedua negara yang panas-dingin yang disebabkan oleh berbagai

macam konflik. India berharap bahwa dengan kepemilikikan nuklir maka Pakistan

30

Dahlan Nasution. Politik Internasional Konsep dan teori. Hal 99

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

20

tidak akan berani bertindak ceroboh dengan menyerang mereka dengan senjata

nuklir pula.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Tingkat Analisa

Untuk mempermudahpenelitian ini, peneliti menetapkan tingkat analisa.

Seperti yang dikatakan oleh J. David Singer dalam ilmu apapun ada keharusan

untuk memilih sasaran analisa tertentu :” dalam setiap bidang kegiatan keilmuan,

selalu terdapat berbagai cara memilah-milah dan mengatur fenomena yang

dipelajari demi analisis yang sistematisbaik dalam ilmu fisik maupun ilmu sosia,

pengmat harus memilih pusat perhatian,pada bagian-bagiannya atau pada

keseluruhan fenomena itu, pada komponenya atau pada sistemnya. Misalnya ia

bisa memilih mau memperlihatkan bunga atau kebunnya, pohon atau hutannya,

rumah atau kampungnnya, remaja nakal atau kelompok gangnya, anggota DPR

atau parlemennya dan sebagainya.31

Oleh sebab itu penulis menyederhanakan

menentukan unit analisa yaitu perilaku yang hendak didiskripsikan jelaskan dan

ramalkan (variabel dependen) dan unit eksplanasi yaitu dampaknya terhadap

terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel independen).32

Dalam

penelitian ini unit analisanya adalah konflik India-Pakistan sedangkan unit

eksplanasinya adalah pengembangan nuklir India, menurut Mohtar Mas’oed, jika

sebuah penelitian memiliki unit eksplanasi yang sama dengan dengan unit

analisanya, maka penelitian tersebut memakai model pendekatan kolerasionis.33

31

Mas’oed,Mohtar,(1990), Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3S, Jakarta,

hal;36 32

Ibid.hal 35 33Ibid.hal.39

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

21

1.6.2 Tipe Penelitian

Setelah terlebih dahulu peneliti memaparkan permasalahan dan membuat

pertanyaan penelitian, serta memilih perangkat teori yang akan digunakan untuk

menganalisis permasalahan maka penelitian ini menggunakan logika penelitian

deduktif, langkah selanjutnya adalah peneliti menentukan hipotesa. Melihat pada

tujuan penelitian ini maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian

eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena.

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian kualitatif, dalam menjelaskan permasalahan yang

diteliti tergantung pada validitas data yang memberikan informasi dalam

penelitian. Untuk itu, di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dalam bentuk kajian pustaka (library research) dalam bentuk

jurnal, artikel maupun media lainnya yang berhubungan dengan fokus kajian

penelitian. Setelah mengumpulkan data-data peneliti menganalisis untuk

kemudian dapat menggambarkan fenomena yang terjadi.

1.6.4 Metode Analisa Data

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif untuk menganalisis

data yang diperoleh. Inti dari model analisis interaktif ini adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

b. Reduksi data, yaitu proses penyeleksian atau pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada dalam catatan-catatan yang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

22

diperoleh dari berbagai literatur. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik

hasil akhir dan diverifikasi.

c. Sajian data, yaitu suatu rangkaian argumentasi informasi yang

memungkinkan dapat dilakukan penarikan kesimpulan.

d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu suatu usaha menarik

kesimpulan berdasarkan hal-hal yang ditemui dalam reduksi data maupun

penyajian data. Proses perumusan kesimpulan dapat dilakukan sejak mulai

melakukan penelitian melalui telaah pustaka dan selama penelitian

berlangsung, tidak ada kesimpulan akhir sebelum proses pengumpulan

data berakhir sebab bila kesimpulan dirasa kurang mantap karena terdapat

kekurangan data dalam reduksi dan sajian data, maka peneliti akan

menggalinya dalam fieldnote. Bila dalam fieldnote tidak diperoleh data

yang dimaksud, maka peneliti akan melakukan pengumpulan data kembali

bagi pendalaman atau pemantapan data yang diperlukan.34

1.6.5 Batasan waktu

Untuk dapat lebih fokus pada kajian permasalahan, maka peneliti

menetapkan batasan waktu yaitu pada tahun 1998 sampai tahun 2014 pada tahun

tersebut India berhasil melakukan serangkaian percobaan peledakan rudal

Agninya dan penulis juga melihat bagaimana perkembangan konflik India-

Pakistan pasca peluncuran rudal tersebut.

34

Mattew B. Miles& A. Michael Huberman,1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, hlm.

23

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

23

1.7 Hipotesa

Upaya India untuk mengembangkan nuklirnya bertujuan untuk

menyeimbangkan kekuatannya dengan Pakistan yang notabenenya lebih dahulu

mengembangkan nuklirnya. Dengan kepemilikan nuklir oleh India menambah

(military capacity building) kapasitas dan kapabilitas milter India, apalagi efek

deterernce yang dimiliki nuklir menambah kepercayaan diri India, hal ini

kemudian membawa India pada posisi yang seimbang (balance) antara India dan

Pakistan. Keseimbangan posisi ini membuat kedua negara saling menahan untuk

agresif, maka ketika dua negara sama-sama menahan diri untuk agresif maka akan

ada yang disebut the absense of war (kekosongan konflik) karena posisi balance

berhasil diciptakan.

1.8 Struktur Penulisan

BABI PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

b. Manfaat Praktis

1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Literatur Review

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

24

1.5 Landasan Konsep dan Teori

1.5.1 Balance of Power

1.5.2 Teori Nuklir Deterrence

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Tingkat Analisa

1.6.2 Tipe Penelitian

1.6.3 Tehnik Pengumpula Data

1.6.4 Metode Analisa Data

1.6.5 Batasan Waktu

1.7 Hipotesa

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN KONFLIK DAN PERBANDINGAN

KEKUATAN MILITER INDIA-PAKISTAN

2.1 Sejarah Konflik India-Pakistan

2.2 Perkembangan Konflik India-Pakistan

2.3 Gambaran Kekuatan Militer India-Pakistan Pra Pengembangan Nuklir India

2.1.1 Kekuatan Militer India

2.1.2 Kekuatan Militer Pakistan

BAB III PENINGKATAN POWER INDIA DAN KETERLIBATAN ASING

MELALUI PENGEMBANGAN NUKLIR

3.1 Sejarah Pengembangan Nuklir India

3.1.1 Tujuan Pengembangan Nuklir India

3.2 Peningkatan Power India Melalui Pengembangan Nuklir India

3.3Hubungan AS-India dan Pengaruhnya terhadap Isu Nuklir India

3.2.1 Respon AS terhadap Nuklir India

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/21525/2/jiptummpp-gdl-hariati201-39401-2-babi.pdf · yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, ... Prancis dan Inggris

25

3.2.2 Kerjasama India-AS

BAB IV INTENSITAS KONFLIK INDIA-PAKISTAN PASCA

PENGEMBANGAN NUKLIR INDIA

4.1 Balancing India terhadap Pakistan

4.2 Hubungan India-Pakistan Pasca Pengembangan Nuklir India

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA