bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya. Wellek dan Warren (1956:94) Senada dengan pernyataan di atas, Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk

Upload: vunhu

Post on 21-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra,

seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri

ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan

sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali

masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman,

sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status

sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya

dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.

Wellek dan Warren (1956:94)

Senada dengan pernyataan di atas, Damono mengungkapkan bahwa sastra

menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu

kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar

masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia, dan antar

peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga,

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan

sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan

masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk

mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Pendekatan terhadap karya sastra yang

mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra

dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

2

kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar

sastra (Damono, 2003:3).

Lebih lanjut, Wellek (1956:29-37) menyatakan bahwa karya sastra

adalah sebuah fiksi yang mewakili gambaran kehidupan masyarakat, mengarah

pada hal-hal kehidupan masyarakat, serta ungkapan kejiwaan dari pengarang yang

bukan hanya merujuk pada unsur-unsur intrinsik karya sastra itu, tetapi juga

persoalan sosial.

Salah satu bentuk karya adalah novel, berbicara mengenai novel serta

permasalahannya, Goldmann (1977: 6) melihat bahwa novel adalah bagian dari

sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam masyarakat

yang memiliki hubungan antara bentuk novel itu dan juga struktur dalam

masyarakat sosial yang membangunnya. Dengan demikian, novel merupakan

sebuah karya sastra yang cerita di dalamnya wajib disimak, baik dari segi

cerita yang berupa tragedy, realism ataupun romantisisme. Cerita tersebut

menyuguhkan bagian dari kisah hidup yang pelik, sarat akan masalah, persoalan

hidup serta adat istiadat, ritual, dan persoalan kelas-kelas atau kasta sosial dari

setiap unsur intrinsiknya yang dapat menjalar ke unsur ekstrinsik cerita tersebut.

Dengan demikian, pengarang dan isi cerita yang dituturkan merupakan sebuah

fakta masyarakat.

Berbicara mengenai novel, terdapat salah satu penulis berkebangsaan

Amerika yaitu Samuel Langhorne Clemens, yang lebih dikenal dengan nama

Mark Twain lahir di Florida Missouri, pada tanggal 30 November 1835.

Mark Twain telah menciptakan novel yang tidak jauh dari kehidupan nyata.

Novel tersebut berjudul The Adventures Of Huckleberry Finn. Novel ini

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

3

mengangkat masalah kelas-kelas sosial dan rasial masyarakat Amerika. Selain itu

novel ini juga membahas secara keseluruhan mengenai masyarakat Amerika

secara khusus dan umum , yaitu kasta serta budak yang dipertentangkan dalam

sebuah komunitas yang menjadi problem dilematis.

Novel HF lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi

pengarang dan merupakan refleksi terhadap gejala-gejala sosial sekitarnya. Oleh

karena itu kehadiran karya ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan

pada zamannya. Karya sastra tidak hanya dapat dipandang sebagai suatu struktur

statis, tetapi juga merupakan struktur dinamis yang secara langsung maupun tidak

langsung dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan pengarangnya.

(Goldman, 1970:584)

Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1884, selanjutnya beberapa

kali mengalami transformasi, baik melalui media cetak, film, maupun pengalihan

kebeberapa bahasa (terjemahan). Salah satu bagian yang menarik yang tercantum

di dalam novel HF adalah sebagai berikut : Karena didalamnya syarat fenomena

yang selalu menjadi bumbu sosial permasalahan yang ada dimasyarakat sampai

sekarang. Rasisme seakan menjadi hantu bagi kaum suferior dulu atau sekarang.

dalam pandangan Mark Twain kita bisa mengatakan yang sangat penting sekali

bahwa ketika moral berbicara maka kejujuran pun pasti akan datang dengan

sendirinya.

Pandangan Twain dalam hal masyarakat sangat tajam selama ada inferior

dan suferior maka, akibatnya akan selalu ada yang namanya rasis. Seperti yang

ditulis dalam novel HF bahwa dimana saja, kapan saja, setiap hari akan ada selalu

yang namanya rasis. Novel HF mengandung unsur perbudakan, kekerasan,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

4

kemiskinan, dan perbedaan kelas. Merupakan situasi yang menggambarkan pada

kondisi masyarakat yang mewakili suatu masa, senada dengan apa yang dikatakan

oleh Alan Swingewood (1972) yang salah satu pendekatannya melihat karya

sastra sebagai dokumen sosiobudaya, yang mencerminkan satu zaman.

Dalam kaitannya dengan zaman, novel HF dan beberapa novel yang lain

karya Mark Twain, masih terpengaruh dari system pemikiran manusia pada

zaman itu. Hal ini yang melatarbelakangi sebagian besar novel-novel Mark Twain

yang terbit setelah perang sipil terjadi (1861 dan 1865) di Amerika Serikat. Pada

masa itu berlangsung perubahan-perubahan sosial yang penting serta

perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat. Perubahan-perubahan itu

merupakan salah satu aspek revolusi industri. Yang dimaksud dengan revolusi

industri pada pokoknya ialah segala perubahan radikal yang diakibatkan oleh

penerapan penemuan-penemuan baru dalam teknologi industri dan transportasi.

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam revolusi ini mengandung segi-segi

positif dan juga negatif. Pada taraf-taraf permulaan, segi-segi negatiflah yang

lebih kelihatan. Salah satu masalah yang serius ialah rasisme yang berdampak

pada perbudakan kulit hitam, dimana pertentangan antara kulit putih dan hitam,

majikan dan buruh. Karena itu, bermunculanlah gagasan-gagasan besar, termasuk

di antaranya pengarang yang ingin menjadikan situasi dan kondisi ini sebagai

objek tulisan mereka.

Genre yang banyak dihasilkan dalam periode revolusi Amerika adalah

novel yang disebut novel-novel revolusi. Berbicara mengenai novel, terdapat

salah satu penulis berkebangsaan Amerika, yaitu Mark Twain/Samuel Clemens

(1835 – 1910). Yang telah menciptakan novel yang tidak jauh dari kehidupan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

5

nyata. Novel tersebut berjudul The Adventures of Huckleberry Finn di dalamnya

memuat fenomena sosial yang menggambarkan kesenjangan antara kulit hitam

dan putih, kesenjangan budak dan majikan, akibat kemiskinan, kejahatan,

penindasan kelas, dan kekerasan di mana-mana, kemudian dikemas menjadi satu

pokok utama adalah “Rasisme ditinjau dari sosiologi sastra”.

Sosiologi sastra bertugas untuk menghubungkan pengalaman karakter-

karakter dan situasi-situasi imajiner penulis dengan iklim historis dari mana

mereka berasal. Ia berfungsi mentransformasi persamaan tema-tema dan alat-alat

stilistik pribadi menjadi persamaan-persamaan sosial, yakni “pentransformasian”

dunia sastra pribadi menjadi arti-arti sosial yang spesifik (Swingewood, 1972:

14). Hal lain yang menarik untuk dikaji adalah karena adanya berbagai

tanggapan dari berbagai lapisan peminat sastra Amerika terhadap novel yang

patut disetarakan dengan karya yang lain.

Hal yang fundamental pula terkait dengan pendapat Damono (1984)

adalah bahwa novel HF merupakan ciri karya sastra populer dari luar negeri,

selanjutnya Damono mengatakan sastra yang paling konvensional adalah sastra

populer. Sastra populer mengisyaratkan persoalan yang lebih jelas karena

memang beberapa kesepakatan telah melahirkan otoritas penilaian yang mendasar

tentang itu (Noor, 2003). sedangkan Darma (1984: 75) menyebut sastra populer

sebagai gambaran sosial yang harafiah.

Karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakekatnya adalah suatu moral,

baik dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernya maupun dalam

hubungannya dengan orang-seorang. Karya sastra bukan merupakan moral dalam

arti sempit, yakni yang sesuai dengan suatu kode atau sistem tindak tanduk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

6

tertentu, melainkan dalam pengertian bahwa ia terlibat dalam kehidupan dan

menampilkan tanggapan evaluatif terhadapnya. Dengan demikian, sastra adalah

eksperimen moral (Grabstein, 1968: 161-162).

Hubungan karya sastra dengan masyarakat terjadi sepanjang masa, sebab

menurut Eagleton (1985: 12), karya sastra selalu ditulis kembali pada zamannya.

Dengan demikian, karya sastra yang dipersiapkan di dalamnya dapat melampaui

kualitas interpretatif subjek pembaca individual, bahkan juga melampaui

dimensi-dimensi ruang dan waktu. Proses penciptaannya sumber karya awal jelas

individual, tetapi sumber terakhir karya adalah tradisi dan konvensi, struktur yang

diperoleh melalui presentasi fakta-fakta sosiologis.

Kaitannya dengan fakta-fakta sosial adalah rasisme dalam novel HF, selain

merupakan pesan moral yang diungkapkan juga makna yang terkandung di

dalamnya, baik budak sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat

dan cara berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam konteks sosial untuk

melihat sejauh mana karya tersebut merupakan refleksi dari suatu masyarakat.

Bersinggungan dengan hal tersebut, menurut Watt (1969), novel-novel

pada abad ke-19 dari segi bentuknya mengungkapkan serangkaian kepentingan

ideologi yang berubah. Apapun isi yang terkandung di dalam sebuah novel

tertentu dari suatu masa, ia mempunyai struktur formal yang mirip dengan karya-

karya lain sejenisnya, yaitu perubahan perhatian dan kepentingan romantik dan

supernatural ke psikologi individual dan pengalaman “keseharian”, konsep

penokohan yang menyerupai atau mendekati kehidupan (concept of life-like).

Dari konsep penokohan ini, Huck sebagai kulit putih diposisikan sebagai

objek utama dalam melihat pengalaman keseharian yang menyerupai kehidupan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

7

nyata. Kendati pun novel HF hanyalah merupakan cerita humor sebagaimana

anggapan sebagian orang, fungsi dan makna yang ada dalam cerita tersebut tidak

kalah pentingnya dengan karya lain. Fakta-fakta sosial dan ideologi yang

ditampilkan tidak mengurangi respon masyarakat, baik sebagai penikmat maupun

pengamat.

Adegan-adegan nyata yang dikisahkan Twain dalam novel HF adalah

bukti memori yang berasal dari masa kanak-kanaknya yang menyaksikan

langsung bagaimana seorang kulit hitam yang diperbudak mendapatkan

penyiksaan yang tidak manusiawi. Dengan demikian novel HF lebih dari sebuah

dokumentasi keburukan sosial, dalam arti ia adalah korelasi statistik yang kuat

dengan undang-undang perbudakan yang baru diberlakukan pada tahun 1861-

1865. Setelah perang sipil (civil war).

Perbudakan merupakan suatu lembaga sosial, dimana seluruh hak dan sifat

dasar kemunausiaannya dikuasai mutlak oleh tuannya baik fisik maupun hak

kemanusiaan telah beralih kepada penguasaan mutlak pemiliknya, kemudian

makna budak itu sendiri adalah orang yang dianggap dan disamakan dengan

barang milik, hak kemanusiaan sebagai hak dasar yang bersifat kodrati telah

dirampas oleh orang lain (pemiliknya). Banyak faktor yang menyebabkan seorang

harus menjalani hidup sebagai seorang budak, antara lain faktor ditawan karena

kalah dalam suatu peperangan, dijual atau dilahirkan oleh orang tua yang berstatus

sebagai budak dan juga berhutang kemudian tidak mampu melunasinya.

Berpijak dari beberapa uraian di atas, novel HF yang termasuk karya sastra

pada zaman revolusi, layak disimak karena menyuarakan budak-budak dari

berbagai aspek sosial yang menyelimutinya, termasuk mengungkap unsur-unsur

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

8

yang ada misalnya, moral dan sosiobudaya. Terungkap pula gejala-gejala sosial

yang muncul serta bersinggungan dengan dunia rasis dan perbudakan, baik fakta

yang ada dalam cerita maupun fakta dalam kenyataan. Menurut Sunaryo rasisme

adalah merupakan klasifikasi sosial atas dasar keturunan, dengan ciri-ciri tertentu

seperti warna kulit, tekstur tubuh, bahasa, dan lain sebagainya. Ras Cina identik

dengan mata sipit, Eropa dengan kulit putih dan Afrika atau Negro dengan kulit

hitam adalah ciri-ciri yang selalu ditempelkan pada ras. (2004: 127)

Sekelumit peristiwa rasisme yang tercatat dalam sejarah masa Romawi

dan Yunani mengetahui asal mula rasialisme kita harus melihat ke belakang

pandangan merendahkan bangsa lain mulai tumbuh saat sistem penghisapan

ekonomi melalui perbudakan dimulai. Perbudakan berawal saat pemerintah dan

beberapa pihak mencari tenaga kerja yang murah, berbagai cara ditempuh seperti

menaklukan bangsa lain lalu menjadikan mereka sebagai budak atau membeli dari

para pedagang budak. Bangsa yang kalah perang dianggap sebagai bangsa yang

inferior (lebih rendah) dan sang pemenang dapat melakukan apa saja terhadap

mereka, termasuk mengirim mereka ke arena Gladiator sebagai hiburan.

Perbedaan ras adalah suatu realitas alamiah (nature) yang semestinya

diterima oleh manusia sebagai anugrah dari yang Kuasa, namun faktanya tidak

demikian perbedaan ras telah menjadi pemicu konflik sosial di masyarakat,

bahkan perbedaan ras juga menjadi motivasi penguasaan suatu kelompok atas

kelompok yang lain (kolonialisasi). Pada awalnya penguasaan atas suatu

kelompok menimbulkan perbudakan, yang menjadi korbannya adalah orang kulit

hitam (negro). Hal ini telah berlangsung sejak zaman kuno. Dimana, praktik

tersebut dilakukan oleh orang mesir terhadap orang negro. Budak tersebut

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

9

digunakan tenaganya didaerah pertanian dan di tempat kuil-kuil. Perbudakan yang

terjadi di Amerika Selatan dianggap sebagai lembaga legal, ini juga diperkuat

dengan undang-undang mengenai perbudakan, yang telah diatur bersama oleh

negara bagian yang dinamakan the black codes.

Negara bagian terutama Amerika sebelah selatan yang banyak bermata

pencaharian sebagai masyarakat perkebunan dan pertanian sangat membutuhkan

jasa budak untuk dipekerjakan sebagai alat produksi, yang tujuannya tidak lain

adalah memperoleh keuntungan yang seluas-luasnya. Dengan keadaan tanpa

kebebasan ini para budak juga mendapat perlakuan yang kejam dan sewenang-

wenang dari majikannya, bisa dibayangkan kehidupan budak pertanian dan

perkebunan saat itu sangat tragis dan menderita. Sejalan apa yang dikatakan

Fanon.

Menurut Fanon (Bhabha, 2007: 339) klasifikasi manusia berdasarkan

kelompok, golongan, dan keturunan. Sementara rasisme adalah sebuah keyakinan

(isme) suatu kelompok atas superioritas ras tertentu dan inferioritas ras yang lain.

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Banton (1974: 31) rasisme adalah

sebuah ideologi yang didesain untuk membenarkan rasionalisasi perbedaan etnik.

Rasisme tersusun dari dua ide pokok; pertama, manusia secara alamiah dibagi ke

dalam jenis fisik yang berbeda-beda. Kedua, perbedaan fisik tersebut secara

intrinsik berkaitan dengan budaya mereka.

Masalah rasisme adalah salah satu masalah yang sarat dengan kajian

sosiologi. Dalam hal ini, sosiologi sastra mulai sejak diperkenalkannya konsep

negritude. Negritude adalah sebuah pergerakan ras kulit hitam yang dimotori

o1eh Sengor sebagai upaya membangun identitas sendiri ras kulit hitam sebagai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

10

wujud protes atas, dominasi ras kulit putih. Hal ini menunjukkan bahwa

doktrin rasisme biasanya bersamaan dengan sebuah

anggapan bahwa suatu ras adalah lebih baik dan memiliki

hak untuk mengatur ras yang lain, hal ini dilakukan

oleh kulit putih yang menganggap dirinya lebih baik

dari kulit berwana, rasisme juga meyakini bahwa secara

umum perbedaan ras juga menunjukkan ketidaksamaan

secara umum dan kemampuan spesifik.

Ungkapan-ungkapan umum tentang manusia kulit

putih seperti yang diungkapkan Kipling (Said, 1979:

295) telah banyak membantu orang-orang Inggris ketika

mereka tengah berada di luar negeri. Warna kulit mereka yang aktual secara

dramatis dan meyakinkan membedakan mereka dari lautan manusia pribumi,

tapi bagi orang-orang Inggris yang berada di tengah-tengah orang India, Afrika

atau Arab, juga ada pengetahuan tertentu dimana mereka merupakan bagian

empiris dan spritualnya, mereka bisa menciptakan suatu tradisi yang panjang

mengenai tanggung jawab kepemimpinan atas ras-ras kulit berwarna,

tetapi di balik kedok kepemimpinan ramah manusia kulit putih ini selalu saja

ada kesediaan untuk menggunakan kekerasan, untuk membunuh dan dibunuh.

Kaitannya dengan kekerasan, pembunuhan, maka yang menjadi

sasarannya adalah budak-budak yang mereka pekerjakan. Apabila diamati pada

dasawarsa pertengahan abad ke-19 terlihat adanya ”dua Amerika” utara dan

selatan. Pertengahan abad tersebut juga ditandai dengan percepatan kemajuan di

berbagai bidang, seperti di dalam bidang industri, pertanian dan perdagangan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

11

Industri berkembang pesat di daerah utara sedangkan pertanian berkembang pesat

di daerah selatan. Baik utara maupun selatan mengalami kemajuan dalam bidang

perdagangan. Namun kepentingan antara utara dan selatan saling bertentangan.

Wacana rasisme dengan segala aspek pendukung dan implikasinya

ternyata juga hadir dalam bentuk karya sastra. Masalah yang sering mencuat

diantaranya adalah perlakuan terhadap budak yang dianggap hina, dan tidak perlu

memiliki kebebasan hidup. Dengan demikian, fenomena rasisme yang berdampak

pada budak ada dalam tiap hubungan sosial dan dalam tingkatan-tingkatan

organisasi. Sebagai fenomena universal, rasisme serta perbudakan memungkinkan

hubungan- hubungan sosial dan organisasi dalam masyarakat.

Terdeteksinya indikasi kesamaan antara novel HF dengan rasisme serta

perbudakan di Amerika memunculkan beragam permasalahan, karena novel

merupakan produk imajinasi sebagai sebuah karya sastra novel tidak hanya

mengandung unsur fiksi tapi juga tidak terlepas dari fakta yang ada dimasyarakat.

(Damono, 1984: 1) Novel bukanlah suatu hubungan sosial maupun tingkatan

organisasi, tetapi sebuah produk imajinasi. Sebagai produk imajinasi, novel tidak

merujuk pada peristiwa faktual spesifik dalam masyarakat sehingga jika terdeteksi

kesamaan antara keduanya, akan memunculkan berbagai permasalahan.

Permasalahan inilah yang membuat novel HF menarik untuk diteliti.

Apa yang tidak berubah adalah karakter sistematis dan meluasnya rasisme

di Amerika Serikat yang telah semakin memburuk. Rasisme berasal dari dominasi

dan menyediakan dasar pemikiran sosial dan filosofis pembenaran untuk

merendahkan dan melakukan kekerasan terhadap orang berdasarkan warna kulit.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

12

Bentuk-bentuk dari rasisme itu sendiri dapat merupakan kejadian brutal terbuka

atau bahkan dapat tidak terlihat oleh institusional.

Rasisme adalah suatu sistem penindasan untuk tujuan sosial. Di Amerika

Serikat, tujuan semula rasisme untuk membenarkan perbudakan dan manfaat

ekonomi yang besar. Bentuk khusus dari rasisme, warisan dari bahasa Inggris

untuk membenarkan perdagangan budak mereka sendiri, untuk itu budak

didefinisikan bukan hanya sebagai korban malang keadaan yang buruk, perang,

atau korban dislokasi sosial melainkan sebagai kurangnya manusia sebagai

benda, atau bahkan bisa dianggap sebagai binatang, yang bebas untuk diperjual

belikan, digunakan dan di salah gunakan.

Budak tidak harus diperlakukan secara kasar, tidak ada satupun gerakan

pembaharu pada masa itu yang lebih penting lebih berarti atau lebih gigih

daripada gerakan pembebasan budak. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa

perbudakanlah yang menyebabkan kemarahan para pembaharu. Orang-orang yang

berperikemanusiaan tergugah hatinya untuk melihat cambuk-cambuk para

majikan dan praktek-praktek yang mengacaukan hubungan keluarga para budak.

Orang-orang demokrat melancarkan protes atas penolakan hak-hak politik

dan hak-hak sebagai penduduk bagi para budak. Orang-orang yang ingin

segalanya sempurna menyesalkan suatu keadaan bahwa para budak tidak

mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup mereka, walaupun

demikian untuk beberapa tahun, gerakan pembebasan budak tidak begitu banyak

pengikutnya, nampaknya tidak ada jalan yang dapat ditempuh untuk

menghapuskan perbudakan di Amerika dengan resolusi yang singkat.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

13

Permasalahan yang diangkat adalah “Rasisme” dalam novel HF,

diperlukan analisis sosiologi sastra untuk menganalisisnya. Pendekatan ini

digunakan sebagai pilihan untuk mengiring pendekatan secara sosiologis agar

dapat diperoleh hasil yang maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian di atas, teridentifikasi berbagai permasalahan,

yaitu mengapa novel dianggap mempersoalkan persoalan yang sama dengan

persoalan yang ada di dalam masyarakat? Benarkah fenomena rasisme yang

berpengaruh terhadap budak kulit hitam dapat mempengaruhi perkembangan

ekonomi, politik dan moral di dalam masyarakat? Adakah pihak yang

diuntungkan dan dirugikan dalam fenomena rasisme di dalam masyarakat itu?

Bagaimanakah nilai-nilai rasisme terhadap budak kulit hitam yang ada dalam

novel? Mengapa fenomena rasisme memungkinkan hadir dalam novel? Mengapa

fenomena rasisme dalam muatan novel itu sama dengan fenomena rasisme dalam

masyarakat? Adakah faktor tertentu yang mengakibatkan fenomena sosial dan

nilai-nilai moral yang dimuat dalam novel itu sama dengan fenomena yang ada di

dalam masyarakat? Bagaimana fenomena rasisme itu dikonstruksi dan

diekspresikan melalui novel? Bagaimana strategi yang digunakan dalam

mengkonstruksi novel?

Permasalahan yang muncul tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut

guna menemukan pemecahan dan penjelasan terhadapnya karena menyinggung

kepentingan hidup individu maupun masyarakat yang tertindas. Sebelum

penelitian dilakukan, permasalahan itu dirumuskan terlebih dahulu untuk

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

14

memfokuskan masalah yang akan diteliti. Pada bagian berikut ini, rumusan

masalah dikemukakan berdasarkan hasil identifikasi terhadap permasalahan,

adapun pembatasan salahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh rasisme terhadap masyarakat dalam novel HF?

2. Fakta-fakta sosial apa saja yang dimunculkannya sebagai bentuk

diskriminasi terhadap tokoh dalam novel HF dengan lingkungannya ?

Implikasi dari permasalahan dan rumusan masalah di atas adalah rasisme

kulit hitam akan mendeskripsikan fenomena rasisme kulit hitam, terkait dengan

perbudakan di benua Amerika, ketidak adilan sosial yang dialami oleh masyarakat

kulit hitam, serta perjuangan liberalisasi dan pengakuan terhadap hak asasi

manusia (human rights). Sebagaimana yang terefleksikan dalam novel HF.

Selanjutnya, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini dibahas dengan

pendekatan ekstrinsik dan intrinsik dalam kaitannya dengan sosiologi sastra yang

nantinya dapat menjawab permasalahan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan

teoritis, tujuan penelitian ini terbagi dua. Pertama, untuk mengungkap gejala-

gejala sosial yang ada dengan pendekatan sosiologi sastra di dalam menganalisa

rasisme pada lingkungan masyarakatnya. Kedua, mengungkap reaksi rasisme

budak sebagai bagian masyarakat yang tak berdaya. Ketiga, memberikan

sumbangan ilmu terhadap perkembangan ilmu sastra, khususnya hubungan

manusia dengan makhluk sosial dan masyarakat dengan teori sosiologi sastra.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

15

Tujuan praktis, penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran

mengenai fenomena rasisme dan perbudakan yang ada di dalam masyarakat

melalui dunia fiksi. Harapan peneliti adalah dapat membantu bukan hanya

kalangan akademisi, mahasiswa, tetapi secara keseluruhan pada masyarakat agar

dapat kreatif dalam menghargai keberagaman, toleran terhadap perbedaan dalam

berbagai aspek kehidupan. Selain itu kreatif dalam menciptakan karya sastra

sebagai cerminan dan wujud dari himpunan masyarakat.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dari hasil tinjauan perpustakaan untuk menghindari adanya kesamaan

dalam penelitian ini, baik dari segi objek material maupun objek formal dalam

analisis yang menggunakan sosiologi sastra ini. Dari hasil penelusuran serta

pencarian pada tinjauan pustaka secara langsung maupun melalui media internet,

penulis belum menemukan kesamaan judul dan analisisnya.

Namun demikian ada beberapa penelitian sebelumnya seperti: Anis

Kurniawati (2004) dalam skripsi S1 nya di Fakultas Sastra Universitas

Diponegoro Semarang, dengan judul “English Negation In Tom Sawyer’s Speech

As Dialect Feature In Mark Twain’s The Adventure Of Huckleberry Finn”.

Skripsi ini mengungkapkan dialek yang dituturkan oleh Tom Sawyer, salah satu

tokoh dalam novel HF, metode yang digunakan deskriptif-kualitatif, dan metode

purposive sampling untuk mengetahui perbedaan dialek yang digunakan Tom

Sawyer dengan lawan bicaranya. Tom Sawyer menggunakan bahasa Inggris tidak

standar untuk membangun dan memelihara rasa solidaritas dan menggunakan

bahasa Inggris standar untuk menunjukkan kekuasaan dan mempengaruhi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

16

pendengar yang mempunyai strata sosial rendah. Dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan sosiolinguistik.

Penelitian lain yang pernah dilakukan berkaitan dengan perbudakan adalah

“Pengaruh Timbal Balik Antara Perbudakan dan Karya Sastra Yang Terefleksi

Melalui Karya Harriet Beecher Stowe Uncle Tom’s Cabin”. Penelitian ini ditulis

oleh Esmeraldayanti Sosronegoro (2002). Dalam penelitian ini mengupas tentang

timbal balik antara jaman perbudakan disaat karya tersebut diciptakan dan

sebaliknya pengaruh karya itu terhadap jaman perbudakan. Karya tersebut

menggunakan teori sosiologi dan mimetic, dan teori pragmatik.

Penelitian lain tentang novel HF dilakukan oleh Juliasih (1994) dengan

judul “The American Dream Dalam Karya Mark Twain The Adventures of

Huckleberry Finn”. Penelitian tersebut membicarakan keinginan imigran untuk

memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, kebebasan beragama, dan

melepaskan diri dari penindasan politik terungkap dalam “Trinitas Ideologi

Amerika” yaitu liberty, opportunity, dan progress yang lebih dikenal dengan The

American Dream. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan mimetik.

Sarah Prasasti pada tahun 1996 dalam tesis S2 nya di FIB UGM meneliti

mengenai “The Value System Of The Mississippi Rivertown Sosiety in The 19th

Century:A Study On Mark Twain’s The Adventury of Huckleberry Finn”. Dalam

tesisnya ini Sarah membahas tentang nilai-nilai yang dianut masyarakat Amerika

bagian Barat Daya pada abad ke-19, hingga datangnya peradaban modern. Tesis

ini dilaksanakan dengan disiplin pengkajian Amerika yang menerapkan

pendekatan interdisipliner dengan memanfaatkan ilmu-ilmu sosial terutama nilai

agama dan moral, nilai tradisi dan budaya.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

17

Tesis lain terhadap novel HF juga dilakukan oleh Tri Sedjati (2000) dalam

tesis S2 nya di FIB UGM, dengan judul “Mark Twain: A Realistic Humorist in

America”. Tesis ini mengungkapkan adanya industrialisasi dengan cepat

mengubah kondisi kehidupan social masyarakat. Dampak yang ditimbulkan

adalah mengarah pada system perbudakan dan Marxism dimana system

pemerintahan pada waktu itu dinilai sangat bobrok menyebabkan mereka

melakukan praktek penyuapan dan kolusi untuk membayar hakim. Penelitian ini

merupakan penelitian kepustakaan yang dilaksanakan dengan mengaplikasikan

pendekatan interdisipliner yang merupakan ciri khas pengkajian Amerika. Dalam

hal ini melibatkan ilmu sosial dan politik.

Zainul Mujahid (2001) dalam tesis S2 nya di FIB UGM juga melakukan

penelitian terhadap novel HF dengan judul “American Literary Humor: A

Sosiocultural and Linguistic Analysis of Mark Twain’s The Adventures of

Huckleberry Finn”. Penelitian ini dilakukan berdasarkan disiplin pengkajian

Amerika yang berkaitan dengan pengkajian interdisipliner seperti sejarah,

sosiologi, budaya, dan bahasa.

Karya-karya sebelumnya tidak berhubungan langsung dengan penelitian

ini. Akan tetapi karya-karya itu dapat menjadi acuan tentang pandangan, konsep

pemikiran mengenai obyek yang sama dan konsep kebudayaan maupun

pemanfaatan teori yang sama.

1. 5 Landasan Teori

Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian sastra memerlukan landasan kerja yang

berupa teori. Teori sebagai hasil penelitian yang kemudian direnungkan dengan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

18

mendalam, tersistem dan terstruktur terhadap gejala-gejala alam berfungsi sebagai

pengarah dalam penelitian (Chamamah Soeratno, 2002:15-16).Teori berfungsi

sebagai alat untuk memahami masalah, oleh karena itu dalam mempergunakan

teori sastra haruslah dipilih teori yang relevan dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, yaitu menelaah karya sastra

dalam kaitannya dengan elemen-elemen luar yang menjadi unsur pembentuknya,

maka teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra.

Teori Sosiologi Sastra, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek

studinya berupa aktivitas sosial manusia. Sementara itu, sastra adalah karya seni

yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. Dengan demikian, meskipun antara

karya sastra dengan sosiologi tidak hanya menghubungkan manusia dengan

lingkungan sosial budayanya tetapi juga dengan alam. (Eagleton, 1983) Sastra

karenanya, merupakan suatu refleksi lingkungan budaya dan merupakan suatu

teks dialektika antara pengarang. Situasi sosial yang membentuknya atau

merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya

sastra (Langland, 1984).

Sementara dari karya itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Zeraffa

bahwa bentuk dan isi karya sastra sebenarnya lebih diambil dari fenomena sosial

dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film. Karena itu karya sastra

seringkali tampak terikat dengan momen khusus dalam segi masyarakat (zeraffa,

dalam Elizabeth, 1973: 35). Dalam hal ini, karya sastra mempunyai suatu fungsi

pewahyuan, dalam pengertian aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, ataupun

budaya. Itulah sebabnya karya sastra dapat merupakan sumber pencarian dan

sekaligus ungkapan pengertian dan esensinya.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

19

Dalam telaah sosiologi sastra, Junus (1986: 3) antara lain menekankan

bahwa yang menjadi objek sasaran adalah karya sastra dilihat sebagai dokumen

sosial budaya, penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra,

penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap karya sastra dari seorang

penulis tertentu, serta sebab-sebab penerimaannya, pengaruh sosio-budaya

terhadap penciptaan karya sastra. Dalam perspektif sosiologi sastra, karya sastra

dipandang pula sebagai produksi yang dikondisikan oleh suatu keadaan dan

tuntutan pada zaman itu (Abrams, 1981: 76).

Dalam melukiskan kenyataan, selain melalui refleksi, sebagai cermin, juga

dengan cara refraksi, sebagai jalan belok. Seniman tidak semata-mata melukiskan

keadaan sesungguhnya tetapi mengubah sedemikian rupa sesuai dengan kualitas

kreativitasnya. Dalam hubungan ini, menurut Teeuw (1982: 18-26), ada empat

cara yang mungkin dilakukan, yaitu: a) afirmasi menerapkan norma yang sudah

ada, b) restorasi sebagai ungkapan kerinduan pada norma yang sudah usang, c)

negasi dengan mengadakan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku,

d) inovasi dengan mengadakan pembaharuan terhadap norma yang ada.

Macherey (dalam Eagleton, 1976) mengemukakan bahwa dampak atau efek yang

dihasilkan kesusastraan secara esensial adalah membongkar dan bukannya meniru

(realitas). Jika citra yang dihasilkan sastra secara keseluruhan sama dengan

realitas, maka ia identik dengan realitas, dan karena itu berhenti menjadi suatu

citra. Pandangan Macherey tersebut jelas mengisyaratkan bahwa karya sastra

sesungguhnya merupakan sebuah produk masyarakat yang sangat sarat dengan

fenomena-fenomena dinamika sosial budaya, yang diserap ke dalam karya sastra

tersebut.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

20

Berdasarkan pada rumusan masalah, dan pandangan-pandangan yang

disampaikan di atas maka peneliti menggunakan teori sosiologi sastra sebagai

landasan dalam penelitian ini. Teori ini dipilih sebagai landasan ilmiahnya karena

novel adalah produk masyarakat, berbicara tentang fenomena dalam masyarakat,

dikonsumsi oleh masyarakat. Disiplin ilmu yang mempelajari persoalan-

persoalan kemasyarakan adalah sosiologi. Dengan demikian, dalam

mengakomodasi konsep-konsep baik sosiologi maupun sastra, maka digunakan

sosiologi sastra untuk membongkar masalah-masalah sosial yang terjadi.

Menurut Swingewood dan Laurenson (1972: 11-12) Sosiologi adalah studi

ilmiah dan obyektif tentang manusia dalam masyarakat, tentang institusi sosial

dan proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat. sosiologi menjawab

pertanyaan bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana masyarakat bekerja

dan bagaimana masyarakat bisa bertahan. Melalui penelitian yang teliti mengenai

institusi sosial, keagamaan, ekonomi, politik dan keluarga, yang semua itu

disebut struktur sosial, muncul gambaran tentang bagaimana manusia beradaptasi,

mekanisme sosialisasi proses pembelajaran secara kultural, bagaimana setiap

individu dialokasikan dan menerima peranan-peranan dalam struktur sosialnya.

Terkait dengan Swingewood dan Laurenson tersebut, Faruk (2005: 1)

menulis bahwa sosiologi berurusan dengan proses perubahan sosial, baik yang

terjadi berangsur-angsur maupun yang terjadi secara revolusioner. Selain itu

sosiologi sastra juga berurusan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

perubahan sosial tersebut. Hal ini bisa dimengerti mengingat kehidupan

masyarakat tidak pernah statis. Masyarakat selalu tumbuh dan berkembang

dengan segala perubahannya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

21

Melengkapi defenisi Laurenson di atas Ritzer (melalui Faruk, 2005: 2-3)

berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang multi paradigma,

diantaranya adalah paradigma fakta-fakta sosial, paradigma defenisi sosial dan

paradigma prilaku sosial. Fakta sosial mengacu pada lembaga-lembaga sosial

dan struktur sosial, sedang paradigma defenisi sosial mengacu pada situasi sosial

dan efek dari defenisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Defenisi sosial

berhubungan dengan cara subyektif, individu menghayati fakta-fakta sosial.

Sementara itu, perilaku sosial mengacu pada sikap manusia dalam masyarakat.

Sebagaimana sosiologi, sastra juga memberi perhatian pada dunia sosial

manusia, adaptasinya, dan keinginannya untuk berubah. Akan tetapi, karya sastra

tidak menulis dunia sosial manusia tersebut apa adanya. Pengarang akan

menciptakan kembali (re-create) dunia tersebut hubungan dengan keluarga,

politik, dan negara. Karya Sastra menggambarkan peranan individu dalam

masyarakat, keluarga atau institusi lain, konflik dan ketegangan antara kelompok

dan kelas sosial (Swingewood dan Laurenson, 1972: 12). Sosiologi melakukan

analisis ilmiah yang obyektif terhadap fenomena masyarakat, maka karya sastra

menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara

manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya (Damono, 1979: 8).

Swingewood menggunakan tiga perspektif yang dapat digunakan untuk

melihat fenomena sosial dalam karya sastra. Pertama, “the most popular

perspective adopts the documentary aspect of literature, arguing that it provides

a mirror to the age”. (1972: 13). Dalam perspektif yang pertama ini Swingewood

berpendapat bahwa, perspektif yang paling populer mengadopsi aspek

dokumentasi dalam sastra dan menganggap karya sastra sebagai cermin zaman.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

22

Kedua, “The second approach to a literary sociology moves a way from the

emphasis on the work of literature itself to the production side, and especially to

the social situation of the writer”. (swingewood dan Laurenson, 1972: 17). Dalam

perspektif yang kedua ini, sosiologi sastra memberikan penekanan pada bagian

produksi, khususnya pada situasi sosial pengarang. Ketiga, “A third perspective,

one demanding a high level of skill, attempts to trace the ways in which a work of

literature is actually received by a particular society at a specific historical

moment”. (Swingewood dan Laurenson, 1972: 21). Dalam perspektif ketiga ini,

sosiologi sastra menuntut keahlian yang lebih tinggi, melacak penerimaan

masyarakat tertentu pada suatu momen sejarah yang lebih khusus.

Untuk penelitian ini, dipilih perspektif pertama, karena sastra sebagai

dokumentasi sosial yang merupakan refleksi situai zaman pada masa karya sastra

itu diciptakan. Pemilihan ini di dasarkan pada aspek relevansinya, baik relevansi

dengan masalah maupun tujuan penelitian yang akan dicapai seperti tertuang pada

bagian awal.

Terkait dengan perspektif pertama, yaitu karya sastra sebagai

dokumentasi sosial yang merupakan refleksi suatu zaman pada masa karya

sastera itu diciptakan, (Swingewood, 1972: 14) mengutip pendapat Lowenthal

bahwa tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan karakter penggambaran yang

dilakukan penulis dengan situasi sejarah. Sosiologi sastra mentransformasikan

tema dan gaya bahasa ke dalam kehidupan sosial yang melatar belakangi lahirnya

karya sastra tersebut. Karena itu untuk menggunakan metode ini dibutuhkan

keahlian yang cukup untuk membongkar sejarah secara detail dalam periode

tertentu.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

23

Keberadaan karya sastra sebagai dokumen dibicarakan dalam kaitannya

dengan dunia yang digambarkan. Hal ini bisa dilakukan oleh orang yang

mempunyai pengetahuan tentang struktur masyarakat sehingga dapat diketahui

apakah jenis dan perilaku masyarakat tertentu dibentuk kembali dalam karya

sastra (Swingewood dan Laurenson, 1972: 14).

Terkait dengan karya sastra sebagai cermin, Swingewood dan Laurenson

(1972: 15) berpendapat bahwa pengarang-pengarang besar tidak hanya

menggambarkan dunia sosial dalam bentuk deskriptif. Akan tetapi, pengarang

mempunyai tugas yang kritis, yaitu menentukan gerakan karakter tokoh-tokoh

yang diciptakannya dalam situasi sosial yang dihadapinya, kemudian

menunjukkan nilai dan arti dunia terkait hal tersebut.

Swingewood dan Laurenson (1972: 16) berpendapat bahwa tugas para

peneliti dalam menggunakan konsep cermin tidak hanya untuk menemukan

refleksi sejarah dan sosial dalam karya sastra yang oleh Raymond William

(melalui Swingewood dan Laurenson, 1972: 16) disebut sebagai “the structure of

feeling”. Dalam hal ini, Swingewood sependapat dengan pernyataan Lowenthal

yang menyatakan bahwa tujuan utama sosiologi sastra adalah menemukan inti

makna yang berada dalam karya sastra, mengungkapkan berbagai aspek yang

diekspresikan, dirasakan dan dipikirkan oleh subjek, misalnya keragaman kelas

sosial, pekerjaan, cinta, agama, filsafat dan seni.

Berangkat dari beberapa definisi tersebut, pendekatan telah diuraikan di

atas mengacu pada pendekatan sosiologi sastra sebagai teori yang digunakan,

namun ada pembatasan teori yang disesuaikan dengan fakta-fakta yang diperoleh

dari novel HF dengan meninjau kembali segi-segi yang lebih dominan, yang

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

24

bermanfaat, dan yang berdaya seni tinggi sebagai kerangka pemahaman yang

menjadi objek (karya sastra), dalam hal ini novel HF dapat dianalisis agar karya

sastra menjadi lebih hidup dan mudah dipahami.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode disesuaikan dengan teori yang digunakan

yaitu teori sosiologi sastra. Dalam teori sosiologi sastra terdapat dua metode yang

dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian. Metode tersebut

adalah (1) a sociology literature dan (2) a literacy of sociology (Swingewood,

1972:78), sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.

First, a sociology of literature which begins with milieu and works

outwards, seeking to relate literature to purely external factors through

their reflection or refraction in the text – its method is to elucidate the

social correlates of literature at a certain moment in its production (Taine,

Plekhanov); secondly, a literary sociology with is basis in the literary text,

with relates structure to genre and society.

Metode pertama – a sociology literature- dimulai dengan lingkungan,

kemudian keluar mencari hubungan sastra dengan faktor-faktor eksternal melalui

refleksi dan refraksi dalam teks. Metode ini menjelaskan hubungan sosiologi

sastra pada saat tertentu dalam produksinya. Metode kedua – a literary

sociology- dengan dasar teks sastra, dengan struktur yang berhubungan dengan

genre dan masyarakat. untuk keperluan penelitian ini, dipilih metode kedua, yaitu

dari teks sastra ke lingkungan sosial.

Secara keseluruhan, langkah kerja penelitian ini mengutip tahap-tahap

berikut. Pertama, menetapkan masalah (objek formal). Penetapan masalah

merupakan langkah awal penelitian karena tanpa ada masalah tidak akan ada

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

25

penelitian. Objek formal dalam penelitian ini adalah ras dan perbudakan. Objek

material penelitian ini adalah novel The Adventures Of Huckleberry Finn (HF)

karya Mark Twain yang diterbitkan di Amerika tahun 1960. Kedua, mencari

sumber data. Sumber data disini mencakup sumber data primer yaitu novel HF,

dan sumber data sekunder sebagai referensi yang mendukung pengkajian data

primer. Ketiga, menganalisis data. Tahap ini adalah tahap penerapan teori

sosiologi sastra yang dipandu dengan metode sosiologi sastra yang dipilih

sebelumnya. Keempat, membuat kesimpulan. Kesimpulan pada bagian ini ditarik

dari penjelasan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Landasan kerja ini

mempertajam penelitian, kegiatan yang selanjutnya akan meningkatkan kekuatan

hasil penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode yang digunakan untuk memilah masalah secara merata dan tepat sehingga

mudah merumuskan, antara lain: (a) metode deskripsi dan analisis digunakan

untuk mendiskripsikan novel, pengarang, dan aspek-aspek sosiologi (b) metode

studi pustaka, yaitu mengacu kepada sumber-sumber kepustakaan. Sementara itu,

tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah (1) memilih dan menetapkan

masalah (2) mengumpulkan data, (3) membuat klasifikasi, (4) membaca dan

memahami data secara mendalam, (5) melakukan interpretasi dan analisis, dan (6)

penarikan kesimpulan.

Selanjutnya, dari beberapa rumusan praktis secara umum diatas, langkah-

langkah penelitian ini disusun sebagai berikut.

a. Menentukan karya yang dijadikan objek material penelitian, yaitu novel

HF yang terbit pertama kali tahun 1960.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69111/potongan/S2-2014... · sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam

26

b. Menetapkan masalah pokok penelitian, yaitu masalah rasisme dalam novel

HF. Penentuan ini dilakukan dengan membatasi fakta literer, sosial budaya

baik menyangkut pengarang maupun novel HF sebagai karya sastra,

khususnya masalah rasisme, baik deskripsi fisik, perilaku, moral baik

dalam struktur sosial maupun unsur-unsur dalam novel HF.

c. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan bahan-

bahan yang mendukung objek penelitian yang berkaitan dengan analisis

sosiologi sastra yang berkaitan erat dengan studi tentang rasiame dalam

hubungannya sebagai makhluk sosial, sosial budaya, ekonomi, dan

sebagainya.

d. Menganalisa novel HF dalam analisis sosiologi sastra dengan berbagai

disiplin ilmu yang dapat membantu penelitian tentang rasisme dan

perbudakan dalam novel HF ini.

e. Menarik kesimpulan dan melaporkan hasil penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hasil penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab I

merupakan pendahuluan. Bab II Berisi rasisme dalam Novel The

Adventures of Huckleberry Finn. Bab III berisi rasisme dalam fakta-fakta sosial

dalam novel The Adventures of Huckleberry Finn. Bab IV Merupakan

kesimpulan, dan diakhiri dengan daftar pustaka.