bab i pendahuluan 1.1 latar belakang pasar modal merupakan
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang sangat penting bagi
investor. Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa
dividen maupun capital gain serta mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan.
Selain mempertimbangkan return saham yang akan diterima, para investor dalam
melakukan investasi juga mempertimbangkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan
yang go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi
harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut (Husnan, 2002).
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor.
Laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja
keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi
yang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu
perusahaan. Informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh para pemakai
untuk pengambilan keputusan investasi. Return on asset (ROA) merupakan salah
satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.
Return on asset digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat
diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh
kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset
2
perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin
tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan semakin rendah ROA
semakin tidak efisien operasional perusahaan. Rendahnya ROA dapat disebabkan
oleh banyaknya investasi/persediaan perusahaan yang mengganggur dan aktiva
tetap perusahaan beroperasi di bawah kapasitas normal.
Banyak penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan telah dilakukan. Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan
dalam hal ini return on asset terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang
tidak konsisten. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan
ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif earnings
power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings
power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang
diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Ulupui (2007) menemukan bahwa ROA berpengaruh
signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. (Carlson dan Bathala,
1997), (Makaryawati, 2002), (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007), dan (Razak et
al., 2008) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil yang berbeda diperoleh oleh Suranta dan Pratana (2004) serta
Kaaro dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007) dalam penelitiannya menemukan
bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan antara ROA
dan nilai perusahaan.
3
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali hubungan antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitian-
penelitian sebelumnya menyebabkan isu ini masih menjadi topik yang penting
untuk diteliti. Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena
menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Masalah-
masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara
kepemilikan di pihak principal/investor dan pengendalian di pihak agent/manajer
(La Porta et al., 2002) dan (Albuquerque dan Wang, 2007). Penerapan corporate
governance yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Surya
dan Yustiavandana, 2006). Penggunaan corporate governance sebagai variabel
pemoderasi dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara
kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Indikator mekanisme corporate
governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit.
Kepemilikan saham yang besar oleh manajemen dari segi nilai
ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan
investor. Kepemilikan manajerial adalah situasi manajer sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajer
dalam perusahaan, semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan
nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai
perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang
menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Analisis yang
dilakukan Jensen dan Meckling menemukan bahwa peningkatan kepemilikan
4
manajemen akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif
untuk mengkonsumsi manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan
pemegang saham. Pengurangan ini sangat potensial dalam kesalahan alokasi
sumber daya yang pada akhirnya untuk peningkatan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham oleh institusi dapat memantau secara profesional
perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen
sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Faizal
(2004) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka semakin
efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan dapat bertindak sebagai
pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Shleifer dan
Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar
akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan
saham institusi maka semakin efektif mekanisme pengendalian terhadap kinerja
manajemen.
Bentuk corporate governance yang lain adalah pembentukan dewan
komisaris. Sesuai Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep./BEJ/07-2001
butir C mengenai board governance yang terdiri dari komisaris independen,
komite audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate
governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Komisaris
independen dalam struktur organisasi perusahaan biasanya beranggotakan dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka
5
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan proporsi komisaris
independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
Selain dewan komisaris, komite audit juga memiliki peran penting dalam
pelaksanaan corporate governance. Komite audit bertugas membantu komisaris
dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian internal, pelaksanaan tugas
auditor eksternal dan auditor internal (Zarkasyi, 2008:17). Komite audit memiliki
wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan terhadap masalah-
masalah di dalam lingkup tanggung jawabnya yang mempunyai tugas membantu
dewan komisaris. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan
komite audit berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Harapan dari penerapan sistem corporate governance adalah tercapainya
peningkatan nilai perusahaan. Melalui penerapan sistem corporate governance
diharapkan kinerja keuangan perusahaan akan meningkat menjadi lebih baik,
dengan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan diharapkan juga dapat
meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah: “Apakah corporate governance berpengaruh pada
hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan?”.
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate
governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan
serta bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance pada hubungan
positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar modal, dan para analis
keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja keuangan pada nilai perusahaan
yang dipengaruhi oleh penerapan corporate governance.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (agency theory)
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak
antara investor dan agen (dikembangkan oleh Coase, 1937; Jensen dan Meckling,
1976; dan Fama dan Jensen, 1983) dalam Darmawati dkk. (2004). Setyapurnama
dan Norpratiwi dalam Rahayu (2010) menyatakan bahwa hubungan keagenan
dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan
mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya
kekayaan dan kemakmurannya, sedangkan manajer juga menginginkan
bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Hal ini menyebabkan munculnya
konflik kepentingan antara pemilik investor (principal) dengan manajer (agen).
Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari
investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi
yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak yang dibuat
antara pemilik dan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar kedua
kepentingan tersebut. Alijoyo dan Zaini (2004) beranggapan bahwa pemisahan
fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan menciptakan checks
and balances, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manajer untuk
menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum dan return yang memadai bagi
para pemegang saham.
8
Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan
di pihak principal/investor dan pengendalian di pihak agent/manajer (La Porta et
al., 2002) dan (Albuquerque dan Wang, 2007). Investor memiliki harapan bahwa
manajer akan menghasilkan return dari dana yang mereka investasikan. Oleh
karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang
mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan
manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian
return antara manajer dengan pemegang saham. Secara ideal, investor dan
manajer sebaiknya menandatangani kontrak yang lengkap, yang
menspesifikasikan secara tepat apa saja yang akan dilakukan oleh manajer, dan
bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan. Namun demikian, manajer tidak
selalu bertindak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara investor dan
manajer sehingga akan menimbulkan agency problem.
Agency problem dapat merugikan investor karena tidak terlibat langsung
dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan
informasi yang memadai. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa
corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap agency problem.
Adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini
diindikasikan dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada
gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance diharapkan memberikan
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan
9
manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit
dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik
keagenan (Black et al., 2003).
2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu perusahaan. Sedangkan
kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam
suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan (Munawir, 2001).
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor.
Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan merupakan cerminan
kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
akuntansi yang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan. Informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh para
pemakai untuk pengambilan keputusan investasi. ROA merupakan salah satu rasio
yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk
mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan
dengan menggunakan seluruh kekayaannya (Lujun, 2009), (Adams dan Mehran,
2005) dan (Anwar dan Herwany, 2001). Tinggi rendahnya ROA tergantung pada
10
pengelolaan asset perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional
perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan
semakin rendah ROA semakin tidak efisien operasional perusahaan, rendahnya
ROA dapat disebabkan oleh banyaknya investasi/persediaan perusahaan yang
mengganggur dan aktiva tetap perusahaan beroperasi di bawah kapasitas normal.
Penelitian yang dilakukan (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) dan (Razak et
al., 2008) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif secara statistik pada
nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif
earnings power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi
earnings power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin
yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai
perusahaan. Makaryawati (2002), dan Carlson dan Bathala (1997) juga
menemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada
nilai perusahaan.
2.3 Corporate Governance (CG)
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur
yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal,
Komisaris dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang
dengan tetap memperhatikan keberhasilan stakeholder lainnya, berlandaskan
11
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2011:1). Corporate
governance merupakan penilaian atas kinerja perusahaan (Leal dan Silva, 2005).
Larcker et al. (2005) menyatakan bahwa corporate governance adalah
seperangkat mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer
ketika adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Corporate
governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan menguntungkan pemegang saham (Daily dan Dalton, 2004).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) merumuskan
corporate governance sebagai sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan
kinerja perusahaan. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas CG
diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Asas
corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan
(Zarkasyi, 2008:38).
1) Transparansi (transparancy)
Prinsip dasar transparansi yaitu untuk menjaga obyektifitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Pedoman pokok pelaksanaan transparansi adalah: (1) perusahaan
harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
12
haknya, (2) informasi yang harus diungkapkan meliputi, tidak terbatas pada, visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh
anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluargannya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem
manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem
pelaksanaan CG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan, (3) prinsip keterbukaan yang dianut oleh
perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi, (4) kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
2) Akuntabilitas (accountability)
Prinsip dasar akuntabilitas yaitu perusahaaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinnerjanya secara transparan dan wajar. Perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman pokok pelaksanaan
akuntabilitas adalah: (1) perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
(2) perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perushaan dan semua
13
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
peranannya dalam pelaksanaan CG, (3) perusahaan harus memastikan adanya
sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan,
(4) perusahaan harus mempunyai ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan
yang konsisten dengan nilai-nilai perusahan, sasaran utama dan strategi
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi, (5) dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua
karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah
disepakati.
3) Responsibilitas (responsibility)
Prinsip dasar responsibilitas yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman
pokok pelaksanaan responsibilitas adalah: (1) organ perusahaan harus berpegang
pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan, (2) perusahaan
harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan memadai.
4) Independensi (independency)
Prinsip dasar independensi yaitu untuk melancarkan pelaksanaan asas CG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
14
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Pedoman pokok pelaksanaan independensi adalah: (1) masing-masing organ
perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak
terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari
segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara obyektif, (2) masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan,
tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan
yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
5) Kesetaraan dan kewajaran (fairness)
Prinsip dasar kesetaraan dan kewajaran yaitu dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan
kewajaran. Pedoman pokok pelaksanaan kesetaraan dan kewajaran adalah:
(1) perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing, (2) perusahaan harus
memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahan,
(3) perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik.
15
Konsep corporate governance merupakan suatu tata kelola perusahaan
yang didasarkan pada teori keagenan. Corporate governance diharapkan dapat
mengatasi agency problem dengan memberikan keyakinan kepada para investor
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer
akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan atas modal
yang telah ditanamkan oleh pemegang saham, dan berkaitan dengan bagaimana
para pemegang saham dapat mengawasi kinerja para manajer (Shleifer dan
Vishny, 1997). Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance
yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
indepenen, dan jumlah anggota komite audit.
1) Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari
segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen
dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat dikatakan sebagai situasi
dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan
dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar
kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan.
Gray et al. (1987) menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai
perusahaan, manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi sosial
16
kepada pihak yang berkepentingan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya
untuk aktivitas tersebut. Jansen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana
nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer
yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat.
Peningkatan kepemilikan manajerial akan mengurangi agency difficulties melalui
pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat dan mengambil alih kekayaan
pemegang saham/investor. Pengurangan ini sangat potensial dalam kesalahan
alokasi sumber daya yang akhirnya bermuara pada peningkatan nilai perusahaan.
2) Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusional dapat
memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat
pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat
menekan potensi kecurangan. Pemegang saham institusional seperti perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan reksadana.
Faizal (2004) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional
maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat
bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh
manajemen. Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai
sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas monitoring
(Potter, 1991). Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan.
Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif
17
mekanisme pengendalian terhadap kinerja manajemen. Adanya kepemilikan
saham institusional dapat memantau secara profesional perkembangan
investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap kinerja manajemen sangat
tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen.
3) Proporsi komisaris independen
Proporsi komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris
independen dibagi total jumlah anggota dewan komisaris. Sesuai Keputusan
Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-399/BEJ/07-2001 butir C mengenai board
governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekertaris
perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate governance, jumlah komisaris
independen yang harus terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris. Menurut Wardhani (2008) komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai
kepentingan perusahaan.
Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer (CEO)
memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris
padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO. Efektifitas dewan
komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat
independensi dari dewan komisaris (Lorsch, 1989) dan (Zahra dan Pearce, 1989).
18
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
4) Jumlah anggota komite audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan
publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk
oleh dewan komisaris. Menurut Kepmen Nomor 117 tahun 2002, tujuan
dibentuknya komite audit adalah membantu komisaris atau dewan pengawas
dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan efektifitas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal (Zarkasyi, 2008:17).
Sejalan dengan arahan untuk menjalankan fungsi komite audit secara
efektif, maka ukuran sukses komite audit yang berhubungan dengan kegiatan
organisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen seperti pelayanan,
kualitas, dan biaya. Komite audit memiliki wewenang untuk melaksanakan dan
mengesahkan penyelidikan terhadap masalah-masalah di dalam lingkup tanggung
jawabnya yang mempunyai tugas membantu dewan komisaris (Zarkasyi,
2008:22). Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan komite
audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.4 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar calon pembeli apabila
perusahaan dijual (Husnan, 2002). Nilai perusahaan dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai nilai pasar perusahaan karena dapat memberikan
kemakmuran bagi investor/pemegang saham apabila harga saham meningkat.
19
Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen
mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan.
Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di
pasar.
Salah satu cara untuk menghitung nilai perusahaan dengan menggunakan
Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1967) dalam Darmawati dkk.
(2004). Rasio Tobin’s Q atau rasio Q merupakan harga pengganti (replacement
cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang persis sama
dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio Q menunjukkan kesempatan
bertumbuh perusahaan di masa yang akan datang melalui kebijakan investasinya.
Herawaty (2008) menyatakan bahwa rasio Q merupakan konsep yang berharga
karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Rasio Q di atas satu
menunjukkan investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai
yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Sebaliknya jika rasio Q di
bawah satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih rendah daripada pengeluaran investasi. Jadi, Tobin’s
Q merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen
memanfaatkan sumber daya-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya.
20
2.5 Pembahasan Penelitian-penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian ini berkaitan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
seperti yang dijelaskan berikut ini.
Black et al. (2003) meneliti pengaruh corporate governance pada nilai
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate
governance berpengaruh pada nilai perusahaan di Korea Selatan. Variabel-
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen yaitu dewan direksi, komisaris independen, komite audit, eksternal
auditor, pengungkapan kepada investor, dan struktur kepemilikan. Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dewan direksi, komisaris independen, komite audit,
pengungkapan kepada investor, dan struktur kepemilikan berpengaruh positif
signifikan terhadap Tobin’s Q.
Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti pengaruh antara EVA dengan
Rasio profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, ROE, ROS, EPS, BEP
terhadap Harga Saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ROA,
ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA berpengaruh terhadap harga saham. Sampel
penelitian ini adalah sebanyak 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis
menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa EPS
berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA
tidak berpengaruh terhadap harga saham.
21
Ardani (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan
harga saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap
perubahan harga saham. Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel independen yaitu capital adequency ratio (CAR),
return on risk asset (RORA), net profit margin (NPM), return on asset (ROA),
beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), loan to deposit ratio
(LDR), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga
saham. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 45 sampel perusahaan perbankan
pada tahun 2007 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis
menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
CAR, RORA, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga
saham perusahaan, sedangkan ROA, NPM, dan BOPO tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan.
Trisnaeni (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return
saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan earnings per share (EPS), price earnings ratio (PER), debt to
equity ratio (DER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE)
berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Sampel penelitian ini adalah
sebanyak 30 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
pada tahun 2003-2005 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan
dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
22
bahwa variabel PER berpengaruh terhadap return saham sedangkan EPS, DER,
ROI, dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Yuniasih dan Wirakusuma (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan pengungkapan corporate social
responsibility (CSR) dan good corporate governance (GCG) sebagai variabel
pemoderasi. Penelitian ini ingin mengetahui: (1) apakah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan return on asset (ROA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan dengan Tobin’s Q, (2) apakah pengungkapan CSR
mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan, dan
(3) apakah GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mempengaruhi
hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sampel penelitian ini
adalah 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun
2005-2006 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis
menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1) ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (2) CSR mampu
memoderasi hubungan antara kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA
dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, dan (3) GCG yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi hubungan
antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Herawaty (2008) meneliti pengaruh praktik corporate governance pada
hubungan antara earnings management dan nilai perusahaan. Penelitian ini ingin
mengetahui: (1) apakah earnings management berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, (2) apakah praktik corporate governance yang diproksikan dengan
23
kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan
kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (3) apakah pengaruh
earnings management terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan praktik
corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas audit. Sampel
penelitian ini adalah 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2004-2006. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode random sampling dan
dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) earnings management berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan, (2) hanya corporate governance yang diproksikan dengan
komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, dan (3) komisaris independen, kualitas audit dan
kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings
management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial bukan
merupakan variabel pemoderasi.
Jerry (2008) meneliti pengaruh rasio fundamental, kinerja keuangan, dan
risiko pasar terhadap perubahan IHSG. Penelitian ini ingin mengetahui apakah
debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on asset (ROA), price
earnings ratio (PER), price book value (PBV), non performing loan (NPL), loan
to deposit ratio (LDR), capital adequancy ratio (CAR), kurs, dan sertifikat bank
Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
Sampel penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang masuk katagori LQ45
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007. Sampel penelitian
24
dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa LDR, NPL, CAR, ROE, PER dan SBI berpengaruh terhadap
IHSG sedangkan DER, ROA, PBV, dan kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Rustiarini (2009) meneliti pengaruh corporate governance (CG) pada
hubungan corporate social responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pengungkapan CSR
berpengaruh pada nilai perusahaan, (2) CG yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah
anggota komite audit berpengaruh pada nilai perusahaan, dan (3) CG yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada
hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian dalam
penelitian ini adalah 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan
dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: (1) pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan, (2) CG yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada nilai
perusahaan, dan (3) CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota
komite audit berpengaruh pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai
perusahaan.
25
Yunina dkk. (2009) meneliti pengaruh return on asset (ROA) dan return on
equity (ROE) terhadap earnings per share (EPS). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ROA dan ROE berpengaruh terhadap EPS. Sampel penelitian
ini adalah Laporan Keuangan Tahunan PT. Bank Muamalat Indonesia periode
1997-2008 dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa return on asset dan return on equity
berpengaruh pada earnings per share PT. Bank Mualat Indonesia periode
1997-2008.
Hidayat (2009) meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return saham.
Penelitian ini ingin mengetahui apakah rasio-rasio keuangan yang diproksikan
dengan current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), leverage ratio (LR), net
profit margin ratio (NPMR), return on equity (ROE), return on asset (ROA),
earnings per share (EPS), total asset turnover ratio (TATR), price to earnings
ratio (PER), price to book value (PBV) berpengaruh pada return saham. Sampel
penelitian ini adalah 124 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2004-2007. Sampel penelitian dipilih dengan metode purposive sampling
dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa NPM, ROE, ROA, EPS, PER, dan PBV berpengaruh
terhadap return saham sedangkan CR, DER, LR, dan TATR tidak berpengaruh
pada return saham.
Pranowo (2009) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham
perusahaan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan leverage (DFL), earnings per share (EPS), price earnings
26
ratio (PER), earnings retained (ERR), dividen payout (DP), dan divident yield
(DY) berpengaruh terhadap harga saham. Sampel penelitian dalam penelitian ini
adalah 254 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2002.
Sampel penelitian dipilih dengan metode stratified proportional random sampling
dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa DFL, EPS, PER, ERR, DP, dan DY berpengaruh pada harga
saham perusahaan.
Wasi’ah (2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan non kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kinerja keuangan dan non kinerja keuangan yang diproksikan dengan
profitabilitas, financial leverage, dividen payout ratio, tingkat kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan price book value.
Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 151 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Sampel penelitian dipilih
dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan kebijakan
dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan
financial leverage, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Rahayu (2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan
dengan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan good corporate
27
governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on
equity (ROE) berpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan
Tobin’s Q, (2) apakah pengungkapan CSR merupakan variabel moderasi yang
berpengaruh pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan,
(3) apakah GCG merupakan variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan
kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian dalam penelitian ini
adalah 102 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2009. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling
dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2) pengungkapan CSR bukan merupakan
variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan kinerja keuangan dengan
nilai perusahaan, (3) GCG merupakan variabel moderasi yang berpengaruh
signifikan pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Ringkasan pembahasan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut ini.
28
29
30
31
32
33
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Uma Sekaran (1992, dalam Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa,
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah bahwa nilai
perusahaan merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Kinerja keuangan merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang
baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga sahamnya,
maka tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham akan
tercapai.
Corporate governance merupakan sistem tata kelola perusahaan yang
didasarkan pada teori keagenan. Penerapan corporate governance yang baik
diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Proksi corporate governance
yang digunakan untuk memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai
perusahaan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Kerangka berpikir
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut ini.
34
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Kajian Teoritis
1. Teori keagenan
2. Kinerja keuangan
3. CG (kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, proporsi
komisaris
independen, dan
jumlah anggota
komite audit)
4. Nilai perusahaan
Kajian empiris
1. Chung dan Pruitt (1994)
2. Black et al. (2003)
3. Sasongko dan Wulandari (2006)
4. Anita Ardiani (2007)
5. Yuniasih dan Wirakusuma (2007)
6. Dyah Kumala Trisnaeni (2007)
7. Saepudin (2008)
8. Johnny Jerry (2008)
9. Bambang pranowo (2009)
10. Taufik Hidayat (2009)
11. Yunina dkk. (2009)
12. Ni Wayan Rustiarini (2009)
13. Sri Rahayu (2010)
14. Wasi’ah (2010)
Hipotesis
Pengujian Statistik
Tesis
35
3.2 Konsep Penelitian
Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teoretis dan
kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep penelitian
ini disajikan pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. ROA
merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA
digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari
operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi
rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan yang
Kinerja Keuangan
Corporate Governance
Nilai Perusahaan
36
menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin
efisien operasional perusahaan.
Penelitian yang dilakukan (Razak et al., 2008) dan (Yuniasih dan
Wirakusuma, 2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan
ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif earnings
power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings
power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang
diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) juga menemukan bahwa ROA
berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ROA
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai perusahaan.
Penggunaan variabel corporate governance (CG) sebagai suatu struktur
yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Corporate governance
mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan
yang baik menggambarkan bagaimana manajemen mengelola asset dan modalnya
dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan asset dan modal suatu
perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya
dilakukan dengan baik maka secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan.
Indikator corporate governance yang digunakan sebagai variabel moderasi adalah
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit. Menurut Wahyudi dan Pawestri
(2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholder, dan manajemen
37
yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan
perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Jika
perusahaan menerapkan sistem CG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan
meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan
diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator
dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
Ha: Corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan.
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan
proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan efektif
(Jogiyanto, 2007:53). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
rancangan penelitian yaitu perencanaan aktivitas dan waktu, rancangan didasarkan
pada topik penelitian, rancangan mengarahkan pada pemilihan sumber daya dan
tipe informasi yang diperlukan, rancangan merupakan kerangka untuk
menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti serta menggariskan
langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset.
Rancangan penelitian diperlukan untuk menerapkan metode ilmiah dalam
suatu penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on asset (ROA), nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, dan corporate governance (CG)
yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Agar dapat
diketahui faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
pembentukan variabel CG maka sebelum pengujian hipotesis dilakukan analisis
faktor terhadap variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Hipotesis dalam
penelitian ini akan dianalisis menggunakan regresi linear berganda (uji interaksi)
39
untuk menguji pengaruh CG pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan
nilai perusahaan. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan, disimpulkan serta
memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. Rancangan penelitian ini
disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.
40
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
Masalah Penelitian
Ha: Corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara
kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Variabel Independen
Kinerja keuangan
Variabel Moderasi
Corporate governance
Variabel Dependen
Nilai perusahaan
Pengumpulan Data Metode Penelitian
Pengolahan dan
Analisis Data
Pembahasan
Hasil Analisis
Simpulan dan
Saran
41
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Perusahaan manufaktur
dipilih karena paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga data
untuk sampel penelitian juga tersedia lebih banyak. Pengkhususan pada
perusahaan manufaktur juga bertujuan untuk menghindari perbedaan karakteristik
antara perusahaan manufaktur dan bukan manufaktur. Selain itu, dengan bidang
usaha yang sama (perusahaan manufaktur) maka penelitian ini akan lebih terfokus
sehingga hasil penelitian lebih akurat.
4.3 Jenis dan Sumber Data
4.3.1 Jenis data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif
yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI selama tahun 2005-2009.
2) Data kualitatif, merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, skema, atau
gambar (Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daftar perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009 dan
catatan atas laporan keuangan perusahaan.
42
4.3.2 Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti dan diperoleh dari
sumber tidak langsung. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesiaan
Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia di
www.idx.co.id berupa data perkembangan volume transaksi, harga saham, dan
laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur di BEI tahun 2005-2009.
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2005-2009. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Sampel
dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria
berikut ini.
1) Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2009.
2) Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan berturut-turut tahun 2005-2009.
3) Perusahaan memiliki data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, dan komite audit.
4) Perusahaan memiliki data berdistribusi normal (tidak ekstrim).
43
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi variabel
1) Variabel Independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat
(Sugiyono, 2009:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan yang diukur dengan proksi return on asset (ROA). ROA merupakan
salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Return on
asset digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh
dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya.
Adapun keunggulan ROA sebagai proksi pengukuran kinerja keuangan antara
lain: 1) ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruh
pengukurannya mempengaruhi laporan keuangan, 2) ROA mudah dihitung,
dipahami, dan sangat berarti dalam menilai kinerja keuangan, dan 3) ROA
dapat diterapkan pada setiap unit organsasi yang bertanggung jawab terhadap
profitabilitas dan unit usaha.
2) Variabel Dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan
menggunakan proksi Tobin’s Q. Rasio Tobins’s Q merupakan harga pengganti
(replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang
persis sama dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio Tobin’s Q
menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan di masa yang akan datang
melalui kebijakan investasinya. Adapun keunggulan rasio Tobins’s Q sebagai
44
proksi pengukuran nilai perusahaan antara lain: 1) Tobin’s Q mencerminkan
asset perusahaan secara keseluruhan, 2) mencerminkan sentimen pasar,
misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi,
3) mencerminkan modal intelektual perusahaan, dan 4) Tobin’s Q dapat
mengatasi masalah dalam memperkirakan keuntungan atau biaya.
3) Variabel Moderator (pemoderasi) adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan
dependen (Sugiyono, 2009:60). Variabel pemoderasi dalam penelitian ini
adalah corporate governance yang diukur menggunakan proksi kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan
jumlah anggota komite audit. Konsep corporate governance diharapkan dapat
mengatasi suatu tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan.
Corporate governance diharapkan dapat mengatasi agency problem dengan
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang telah diinvestasikan. Selain itu, adanya corporate
governance sebagai variabel pemoderasi juga diharapkan dapat
meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada gilirannya akan
memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja keuangan dan
nilai perusahaan.
4.4.2 Definisi operasional variabel
1) Variabel independen yaitu kinerja keuangan diukur dengan return on asset
(ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan. ROA dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya
45
laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan
menggunakan seluruh kekayaannya. ROA dihitung dengan rumus:
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Aktiva …..…..………….. (1)
2) Variabel dependen yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q yang
dikembangkan oleh (Chung dan Pruitt, 1994), (DaDalt et al., 2002), dan
(Silveira dan Barros, 2007). Rasio Tobins’s Q digunakan untuk menghitung
harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan asset yang persis sama dengan asset yang dimiliki perusahaan.
Rasio Tobin’s Q menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan di masa
yang akan datang melalui kebijakan investasinya. Tobin’s Q dihitung dengan
rumus:
Tobin’s Q = (MVE+ PS+DEBT) / TA ........................................................... (2)
Keterangan:
MVE = harga penutupan saham akhir tahun buku x banyaknya saham
biasa yang beredar
PS = nilai likuidasi dari saham preferen yang beredar
DEBT = (hutang jangka pendek - asset lancar) + hutang jangka panjang
TA = nilai buku total asset perusahaan
Rumus di atas disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan-
perusahaan di Indonesia yang tidak memiliki nilai likuidasi saham preferen (PS).
Sehingga rumus yang digunakan untuk mengukur Tobin’s Q mengacu pada rumus
yang di kembangkan (Kllaper dan Love, 2002) dan (Black et al., 2003). Tobins’s
Q dihitung dengan rumus:
Tobin’s Q = (MVE+DEBT) / TA ………………....………………………. (3)
46
3) Variabel pemoderasi yaitu corporate governance yang diproksikan dengan
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit dianalisis menggunakan analisis
faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu
corporate governance.
a) Kepemilikan manajerial (KM) adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari
segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan
manajemen dan investor. Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase
kepemilikan saham oleh dewan direksi dan dewan komisaris dibagi jumlah
saham yang beredar. Rumus perhitungan kepemilikan manajerial adalah:
Jumlah Saham Dewan Direksi dan Komisaris
KM = x 100% ......... (4)
Total Jumlah Saham Beredar
b) Kepemilikan institusional (KI) adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusi dapat
memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat
pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat
menekan potensi kecurangan. Kepemilikan institusional diukur dengan
persentase kepemilikan saham oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana
pensiun, reksadana, dan institusi lain dibagi total jumlah saham yang beredar.
Rumus perhitungan kepemilikan institusional adalah:
47
Jumlah Saham Perbankan, Asuransi, Dana Pensiun, Reksadana
KI = x 100% (5)
Total Jumlah Saham Beredar
c) Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata sesuai kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris independen
(PK) adalah persentase jumlah komisaris independen dibagi total jumlah
anggota dewan komisaris. Rumus perhitungan proporsi komisaris independen
adalah:
Jumlah Komisaris Independen
PK = x 100% ……….……… (6)
Total Jumlah Anggota Dewan Komisaris
d) Komite audit (KA) bertugas membantu komisaris dalam memastikan
efektifitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas
auditor eksternal dan auditor internal. Komite audit diukur dengan jumlah
anggota komite audit yang ada. Jumlah anggota komite audit biasanya terdiri
dari minimal tiga anggota yang independen. Anggota komite audit diangkat
dari anggota dewan komisaris yang tidak melaksanakan tugas eksekutif.
4.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi
nonpartisipan, yaitu dengan cara membaca, mengamati, mencatat serta
mempelajari uraian buku-buku, jurnal-jurnal akuntansi dan bisnis serta
48
menggunduh data dan informasi dari situs-situs yang relevan seperti
www.idx.co.id, www.yahoofinance.com dan www.ssrn.com.
4.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) menentukan populasi dan sampel penelitian dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan.
2) mengumpulkan data melalui metode observasi nonpartisipan, yaitu dengan
cara membaca, mengamati, mencatat serta mempelajari uraian buku-buku,
jurnal-jurnal akuntansi dan bisnis, Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id.
3) melakukan analisis faktor terhadap variabel corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit
menggunakan Barlett of Spherincity dan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequency (KMO MSA).
4) pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
5) membuat simpulan mengenai pengaruh corporate governance pada hubungan
positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
49
4.8 Teknik Analisis Data
4.8.1 Analisis faktor
Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah
data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Analisis
faktor dalam penelitian ini digunakan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate
governance (CG) serta menghitung skor faktor yang akan digunakan dalam
analisis regresi. Penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
yang digunakan untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang digunakan
dapat mengkonfirmasi suatu konstruk. Tujuan dari CFA adalah untuk mencari
indikator yang memiliki nilai loading factor yang paling tinggi. Nilai paling tinggi
tersebut akan digunakan indikatornya sebagai perwakilan dari variabel latennya.
Uji Bartllet of Sphericity merupakan uji statistik untuk menentukan ada
tidaknya korelasi antar variabel. Alat uji lain yang digunakan untuk mengukur
tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor
adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO MSA). Nilai
KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,5
untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2009:53).
Analisis faktor digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan bahwa
dari variabel-variabel yang mewakili CG merupakan variabel terukur yang
mampu menjelaskan variabel yang dibentuk. Tahapan-tahapan analisis faktor
yang dilakukan (Utama, 2009:147) adalah:
50
1) mengidentifikasi variabel yang akan direduksi berdasarkan pada teori yang
ada atau penelitian terdahulu.
2) memilih dan mengelompokkan variabel berdasarkan tingkat korelasinya.
3) mengekstraksi variabel sehingga menjadi satu atau beberapa faktor.
4) menentukan jumlah faktor menggunakan eigenvalue.
5) melakukan rotasi faktor yang bertujuan untuk memperjelas variabel yang
masuk ke dalam faktor tertentu.
6) pemberian nama variabel baru berdasarkan skor faktor.
Nilai-nilai yang dapat digunakan untuk menguji validitas dalam analisis
faktor adalah seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Nilai Validitas dalam Analisis Faktor
Nilai Validitas Cut-off Value
KMO (Kaisar-Meyer-Olkin) ≥ 0,5
X² (Chi Square) Diharapkan besar
Significance Probability < 0,5
Eigen Value > 1
Cummulative Variance ≥ 60%
Anti Image ≥ 0,5
Sumber: Utama (2009, 150)
51
4.8.2 Uji asumsi klasik
Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2009:147). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogrof-
Smirnov (K-S). Data berdistribusi normal jika probabilitas asymp.sig (2-tailed) >
0,05.
2) Uji multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen (Ghozali, 2009:95).
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor
(VIF). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10. Jika nilai
tolerance > 0.10 atau VIF < 10 dikatakan tidak ada multikolinieritas.
3) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2009:99). Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW
52
Test). Jika nilai DW test sudah ada, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai
tabel dengan tingkat keyakinan 95 persen.
1) 0 < d < dl = tidak ada autokorelasi positif
2) dl d du = tidak ada autokorelasi positif
3) 4- dl < d < 4 = tidak ada autokorelasi negatif
4) 4 - du d 4 – dl = tidak ada autokorelasi negatif
5) du < d < 4 – du = tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
4) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji Glejser.
Model regresi tidak menggandung heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi
variabel bebasnya terhadap nilai absolut residual statistik di atas 0,05. Metode ini
dilakukan dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut
residual.
4.8.3 Uji interaksi
Uji interaksi atau sering disebut dengan moderated regression analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam
persamaan regresinya menggandung unsur interaksi (Ghozali, 2009:200). Rumus
persamaan statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
NP = α + β1 KK + β2 CG + β3 KK*CG + e ………………………...……… (7)
53
Keterangan:
NP = Nilai perusahaan
KK = Kinerja keuangan
CG = Corporate governance
α = konstanta
β1-β3 = Koefisien regresi
e = standar eror
Bila pada persamaan 7 nilai koefisien regresi β3 memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat dikatakan bahwa corporate
governance sebagai variabel pemoderasi yang mempengaruhi hubungan positif
antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai
aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai
statistik t (Ghozali, 2009).
1) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R²) merupakan ukuran kesesuaian (goodness of fit)
dari persamaan regresi, yaitu variasi dari variabel terikat yang mampu
dijelaskan oleh variabel bebas (Gujarti, 2003) dan (Utama, 2009). Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan
kooefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen,
maka R² pasti akan meningkat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
54
menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model.
2) Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan bagaimana pengaruh seluruh
variabel independen yang dimasukkan dalam model berpengaruh terhadap
variabel dependen. Hasil uji statistik F dapat diketahui dari tabel analisis
varian (ANOVA). Untuk menguji koefisien regresi F, nilai F hitung
dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan.
3) Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
uji t dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Menentukan formulasi hipotesis penelitian
Ha: µ1 ≠ 0 artinya corporate governance berpengaruh pada hubungan
positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
b) Menentukan taraf nyata (α)
Penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5% sehingga tingkat
kepercayaan atau keyakinan adalah 95%.
c) Menentukan kriteria pengujian
Apabila t hitung > α = 5% maka hipotesis ditolak.
Apabila t hitung < α = 5% maka hipotesis diterima.
55
d) Simpulan
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
apabila Ha diterima artinya corporate governance yang diproksikan
dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh
pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis faktor dan uji regresi
linear berganda, kemudian dilakukan pengujian model yaitu uji statistik F dan uji
statistik t. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi
variabel-variabel penelitian yaitu nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,
dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu model
data diuji dengan menilai kelayakan model regresi, menilai kesuluruhan model,
dan menguji koefisien regresi. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh
219 sampel penelitian yang memenuhi kriteria seperti yang disajikan pada Tabel
5.1 berikut ini.
57
58
5.1 Analisis Faktor
Hasil uji analisis faktor yang tercantum pada Lampiran 2 menunjukkan
bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial
(KM), kepemilikan institusional (KI), proporsi komisaris independen (PK), dan
jumlah anggota komite audit (KA) melalui dua tahap analisis yaitu analisis tahap
satu dan analisis tahap 2. Kedua tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota
komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate governance.
5.1.1 Analisis tahap 1
1) Tabel KMO dan Bartlett’s Test menunjukkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin
Measure of Sampling Adequency (KMO MSA) sebesar 0,516 dan Bartlett’s
Test of Sphericity sebesar 52,380 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai KMO
> 0,5 dan Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 52,380 dengan signifikansi 0,000
< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota
komite audit dapat dianalisis lebih lanjut.
2) Tabel Anti-image Matrices pada Anti-image Correlation menunjukkan bahwa
variabel jumlah anggota komite audit (KA) memiliki nilai korelasi < 0,5 yaitu
sebesar 0,389. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel KA harus dikeluarkan
dari analisis dan melakukan analisis selanjutnya terhadap variabel KM, KI, dan
PK.
59
5.1.2 Analisis tahap 2
1) Tabel KMO dan Bartlett’s Test menunjukkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin
Measure of Sampling Adequency (KMO MSA) sebesar 0,554 dan Bartlett’s
Test of Sphericity sebesar 43,591 dengan tingkat signifikansi 0,000.
2) Tabel Anti-image Matrices pada Anti-image Correlation menunjukkan nilai
korelasi variabel KM sebesar 0,538, KI sebesar 0,541, dan PK sebesar 0,676.
Variabel KM, KI, dan PK dapat diekstraksi menjadi satu faktor yaitu CG
karena memiliki nilai korelasi > 0,5. Setelah faktor CG terbentuk selanjutnya
dilakukan pembuatan skor faktor.
3) Tabel Communalities (kebersamaan) menunjukkan nilai faktor muatan (loading
factor) dari component matrix (CM) untuk variabel KM sebesar 0,627, variabel
KI sebesar 0,596, variabel PK sebesar 0,263. Hasil ini berarti sekitar 62,7%
varian KM, 59,6% varian KI, dan 26,3% varian PK dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk.
4) Tabel Total Variance Explained menunjukkan eigenvalue dan cummulative
variance. Nilai eigenvalue sebesar 1,487 menjelaskan bahwa ketiga variabel
KM, KI, dan PK memberikan sumbangan varians sebesar 1,487 terhadap
keseluruhan variabel yang berjumlah empat. Nilai cumulative variance sebesar
60,555 berarti bahwa ketiga faktor tersebut dapat menjelaskan 60,56% dari
variabilitas ke-empat variabel tersebut.
5) Tabel Component Matrix menunjukkan loading factor variabel KM sebesar
79,2, KI sebesar 77,2, dan PK sebesar 51,5. Nilai tersebut berarti tingkat
60
korelasi ketiga variabel tersebut adalah kuat. Hasil pengujian validitas analisis
faktor dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 3.
5.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan deskripsi data masing-masing variabel
seperti nilai minimum, nilai maksimum, mean (rata-rata), dan standar deviasi.
Hasil pengujian statistik deskriptif dengan menggunakan 219 sampel penelitian
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.2. berikut ini.
Tabel 5.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maksimum Rata-rata Standar
Deviasi
NP
KK
CG
KK*CG
Valid N
(listwise)
219
219
219
219
219
-0,33
-0,20
-2,87
-0,43
2,50
0,38
2,85
0,90
0,5747
0,0592
0,593
0,0110
0,54442
0,07917
1,07950
0,09188
Sumber: data diolah
Hasil statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa:
1) variabel nilai perusahaan memiliki nilai minimum sebesar -0,33, nilai
maksimum sebesar 2,50, nilai rata-rata sebesar 0,5747, dan standar deviasi
sebesar 0,544. Nilai rata-rata sebesar 0,575 menunjukkan bahwa rata-rata
investasi dalam aktiva perusahaan sampel menghasilkan laba yang
memberikan nilai lebih rendah daripada pengeluaran investasi. Secara
61
teoretis, hal ini menunjukkan bahwa investasi pada perusahaan sampel tidak
menarik untuk dilakukan. Standar deviasi nilai perusahaan merupakan
perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,544.
Standar deviasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah merata.
2) variabel kinerja keuangan memiliki nilai minimum sebesar -0,20, nilai
maksimum sebesar 0,38, nilai rata-rata sebesar 0,059, dan standar deviasi
sebesar 0,079. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
penerimaan laba perusahaan dengan menggunakan total aktivanya adalah
sebesar 0,059 (5,9 %).
3) variabel corporate governance memiliki nilai minimum sebesar -2,87, nilai
maksimum sebesar 2,85, nilai rata-rata sebesar 0,059, dan standar deviasi
sebesar 1,079.
4) variabel interaksi antara kinerja keuangan dan corporate governance
(KK*CG) memiliki nilai minimum -0,43, nilai maksimum sebesar 0,90, nilai
rata-rata sebesar 0,011, dan standar deviasi sebesar 0,092.
5.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum penggunaan model regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik. Penelitian ini menggunakan empat uji asumsi klasik yaitu normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas yang ditunjukkan pada
Lampiran 4.
62
5.3.1 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2009:147). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik
Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji Kolgomorov-Smirnov menunjukkan tingkat
signifikansi Unstandardized Residual sebesar 0,097 > 0,05, hal ini berarti nilai
residual dalam penelitian ini berdistribusi normal.
5.3.2 Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2009:95). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Hasil uji
multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini
memiliki nlai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10. Hasil ini menunjukkan bahwa
tidak ada multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
5.3.3 Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2009:99). Hasil uji Durbin-Watson (DW
Test) menunjukkan nilai DW sebesar 1,877 berada di antara du dan 4-du
(du < DW < 4-du atau 1,80 < 1,877 < 4-1,80 = 1,80 < 1,877 < 220), ini berarti
bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif.
63
5.3.4 Uji heteroskesdasitas
Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2009:125). Hasil uji Glejser menunjukkan bahwa tidak ada
satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi nilai absolut
residual, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya > 5% sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskesdastisitas.
5.4 Uji Interaksi
Uji interaksi atau moderated regression analysis (MRA) merupakan
aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya
menggandung unsur interaksi. Hasil uji interaksi mengenai koefisien determinasi,
nilai statistik F, dan nilai statistik t seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5.
5.4.1 Koefisien determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan nilai R, R², Adjusted R², dan Standard
Error of the Estimate seperti yang dicantumkan pada Lampiran 5. Nilai R sebesar
0,348 berarti bahwa tingkat korelasi antara variasi variabel bebas/independen
dengan variabel terikat/dependen sebesar 34,8%, artinya nilai perusahaan (NP)
mempunyai hubungan yang lemah dengan KK, CG, dan variabel interaksi
KK*CG karena koefisien korelasinya < 0,5.
Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,121 berarti bahwa kemampuan model
dalam menjelaskan variasi-variasi variabel terikatnya adalah sebesar 12,1%. Nilai
Adjusted R² sebesar 0,109 menunjukkan bahwa 10,9% nilai perusahaan
64
(Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabel KK (ROA), CG, dan variabel interaksi
KK*CG sedangkan sisanya sebesar 89,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai Standard Error of the Estimate
sebesar 0,5139 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai Standard Error of the
Estimate akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
terikat.
5.4.2 Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan pengaruh seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai uji F signifikan berarti salah satu
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel
Anova menunjukkan nilai F hitung sebesar 9,876 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan, artinya, variabel KK, CG, dan
KK*CG berpengaruh pada nilai perusahaan (NP).
5.4.3 Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen/bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen/terikat (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik t ditunjukkan pada Tabel
5.3.
65
Tabel 5.3
Hasil Uji Regresi
Model
Ustandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B Std. Error Beta
1 (Constant)
KK
CG
KK*CG
0,497
1,052
0,077
1,019
0,044
0,473
0,036
0,450
0,153
0,152
0,172
11,32
9
2,224
2,139
2,263
0,000
0,027
0,034
0,025
a. Dependen Variabel: NP
Uji statistik t menunjukkan pengaruh secara parsial variabel KK (ROA),
CG, dan KK*CG pada NP (Tobin’s Q). Berdasarkan hasil uji statistik t di atas
dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
NP = 0,497 + 1,052 KK + 0,77 CG + 1,019 KK*CG + e …………………. (8)
Pengujian hipotesis
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa corporate governance
berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Variabel interaksi antara KK dan CG (KK*CG) seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 5.3 memiliki nilai koefisien positif sebesar 1,019 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,025. Sedangkan variabel kinerja keuangan berpengaruh
positif sebesar 1,052 dengan tingkat signifikansi 0,027 pada nilai perusahaan.
Pengaruh positif variabel interaksi sebesar 1,019 dengan tingkat signifikansi 0,025
mengindikasikan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan
66
kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), proporsi komisaris
independen (PK), dan jumlah anggota komite audit (KA) dapat memperkuat
hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Gambar
5.1 menunjukkan model persamaan pengaruh corporate governance pada
hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
0,025
BAB VI
Gambar 5.1
Model Persamaan Pengaruh Corporate Governance
pada Hubungan Positif antara Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Kinerja Keuangan
Corporate Governance
Nilai Perusahaan
67
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Kinerja keuangan menggambarkan prestasi kerja yang telah dicapai
oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Adanya kinerja keuangan yang baik diharapkan
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan
dengan ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,027. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (Razak
et al., 2008), (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007), (Ulupui, 2007), (Makaryawati,
2002), dan (Carlson dan Bathala, 1997) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan
yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang
diproksikan dengan return on asset berpengaruh pada nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Tobins’s Q. Hal ini mengindikasikan bahwa:
1) manajemen menyadari pentingnya penerapan kinerja keuangan yang baik
sebagai suatu investasi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka
panjang.
2) manajemen menyadari bahwa kinerja keuangan bukan hanya untuk internal
perusahaan tetapi juga untuk pemangku kepentingan lainnya.
68
3) informasi mengenai kinerja keuangan yang diungkapkan perusahaan dalam
laporan tahunan telah direspon dengan baik oleh investor.
4) perusahaan telah mengkomunikasikan pesan kinerja keuangan secara tepat
sehingga makna dari pengungkapan kinerja keuangan dapat diterima dengan
baik oleh investor.
6.2 Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur
yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka waktu panjang dengan tetap memperhatikan keberhasilan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi,
2011:1).
Secara teoretis, corporate governance berhubungan positif dengan nilai
perusahaan (Labelle, 2002). Pernyataan ini di dukung oleh Kinsey (2001) yang
menunjukkan bahwa investor bersedia membayar premium yang lebih tinggi
untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance yang baik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan corporate governance
yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh
positif pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,034. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian (Silviera dan Baros, 2007), (Black et al.,
69
2003), (Labelle, 2002), (Klapper dan Love, 2002), dan (Kinsey, 2001) yang
menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh pada nilai perusahaan.
Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobins’s Q. Hal ini menunjukkan bahwa
(Rustiarini, 2009):
1) perusahaan memiliki kesadaran yang tinggi untuk menerapkan good
corporate governance sebagai suatu kebutuhan, bukan sekedar kepatuhan
terhadap regulasi yang ada.
2) manajemen perusahaan tertarik dengan manfaat jangka panjang dari
penerapan good corporate governance.
3) meningkatnya kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan saham
institusi menyebabkan tekanan kepada perusahaaan dalam melaksanakan
good corporate governance.
4) keberadaan komisaris independen dan komite audit dalam perusahaan dapat
memantau perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance.
5) unsur budaya yang berkembang di lingkungan perusahaan nasional sangat
menunjang perkembangan penerapan good corporate governance.
6.3 Kinerja Keuangan, Corportate Governance, dan Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
70
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor.
Return on asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih
yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh
kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset
perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin
tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan.
Penelitian yang dilakukan (Razak et al., 2008) dan (Yuniasih dan
Wirakusuma, 2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan
ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan
bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan
semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan yang berdampak pada
peningkatan nilai perusahaan. Makaryawati (2002) dan Carlson dan Bathala
(1997) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai
perusahaan.
Penggunaan variabel corporate governance (CG) sebagai suatu struktur
yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Corporate governance
mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan
yang baik menggambarkan bagaimana manajemen mengelola asset dan modalnya
dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan asset dan modal suatu
perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya
71
dilakukan dengan baik maka secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan.
Indikator corporate governance yang digunakan sebagai variabel moderasi dalam
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Menurut Wahyudi dan
Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholder, dan
manajemen yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap
tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem).
Jika perusahaan menerapkan sistem CG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut
akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan
diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator
nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan meningkat.
Pengujian statistik t menunjukkan interaksi antara kinerja keuangan dan
corporate governance (KK*CG) berpengaruh pada nilai perusahaan dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,025. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan
bahwa corporate governance merupakan variabel moderasi yang berpengaruh
pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam
penelitian ini mengindikasikan dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan
yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara
kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance diharapkan
memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan
72
komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi
konflik keagenan (Black et al., 2003).
73
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab VI maka dapat
disimpulkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah
anggota komite audit berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan
dan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya corporate governance
sebagai variabel pemoderasi dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan
yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara
kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance mengindikasikan
dapat memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance
seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen,
dan komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk
mengurangi konflik keagenan.
7.2 Saran
Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian ini yang perlu
menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang
dapat disampaikan berdasarkan keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
74
1) Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan
lima tahun pengamatan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah
jumlah sampel dengan memperpanjang periode pengamatan dan memperluas
jenis perusahaan agar hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi.
2) Penelitian ini menggunakan variabel corporate governance yang diproksikan
dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit. Penelitian selanjutnya agar
dapat menambah proksi corporate governance lainnya seperti komposisi
dewan direksi dan kualitas audit.
3) Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif
sebesar 0,027 pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,027,
variabel interaksi antara kinerja keuangan dan corporate governance
(KK*CG) juga berpengaruh positif sebesar 1,019 pada nilai perusahaan
dengan tingkat signifikansi 0,025. Ini berarti bahwa kinerja keuangan dan
variabel interaksi (KK*CG) berpengaruh positif signifikan pada nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan
berpengaruh positif pada nilai perusahaan dan diperkuat dengan adanya
corporate governance sebagai variabel pemoderasi diharapkan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca seperti investor,
badan otoritas pasar modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai
relevansi kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang dipengaruhi oleh
penerapan corporate governance.
75
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R. B dan Mehran, H. 2005. Corporate Performance, Board Structure and
its Determinants in the Banking Industry. http://ssrn.com.
Albuquerque, R dan Wang, N. 2007. Agency Conflicts, Investment, and Asset
Pricing. Financial Working Paper No. 167/2007. http://ssrn.com
Alijoyo., Antonius., dan Zaini, S. 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar:
Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance. Indeks: Jakarta.
Anwar, M dan Herwany, A. 2001. The Determinants of Successful Bank
Profitability in Indonesia: Empirical Study for Provincial Government’s
Banks and Private Non-Foreign Banks. http//ssrn.com.
Ardani, A. 2005. Analis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga
Saham pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Malang.
Black, B. S., Jang, H., dan Kim, W. 2003. Does Corporate Governance Affect
Firm Value? Evidence from Korea. Finance Working Paper No.103/2005.
http://ssrn.com.
Carlson, S. J dan Bathala, C. T. 1997. Ownership Differences and Firm’s Income
Smoothing Behavior. Journal of Business and Accounting 24 (2), March,
pp. 179-196.
Chung, K. H dan Pruitt, S. W. 1994. A Simple Approximation of Tobin,s q.
Financial Management, Vol. 23, No. 3, Autumn.
Daily, C. M dan Dalton, R. 1993. Bankruptcy and Corporate Governance: The
Impact of Board Composition and Structure. The Academy of
Management Journal. Vol. 37 (6), 1603-1617.
DaDalt, P., Danalson, J., dan Garner, J. 2002. Will Any q Do? Firm
Characteristics and Divergences is Estimates of Tobin’s q. http:/ssrn.com.
Darmawati, D., Khosmiyah., dan Rahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance
dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
Faizal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan mekanisme
Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
76
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Corporate Governance.
FCGI Jilid 1 Edisi 3. Jakarta.
Fama, E. F. dan Jensen, M. C. 1983. Separation of Ownership and Control.
Journal of Law and Economic. 26, 301-325.
Gray, R., Owen, D., dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting:
Accounting and Accountability, Prentice-Hall: London.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ke-4.
Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition. McGraw-Hill. Inc,
New York.
Hakim, R. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode
EVA, ROA, dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham pada Perusahaan
yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Fakultas
Ekonomi Universitas Islam IndonesiaYogyakarta.
Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Herdinata, C. 2008. Good Corporate Governance vs Bad Corporate Governance:
Pemenuhan Kepentingan Antara Para pemegang Saham Mayoritas dan
Pemegang Saham Minoritas. The 2nd National Conference UKWMS,
Surabaya.
Hidayat, T. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham panda
Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatra Utara Medan.
Husnan, S. 2002. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang). Buku 1. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Jensen, M. C dan Meckling, W. H. 1976. The Theory of the Firm: Managerial
Agency Cost and Ownership Structures. Journal of Financial Economics.
Vol.3, 305-360.
Jerry, J. 2008. Analisis Rasio Fundamental, Kinerja Keuangan, & Risiko Pasar
pada Industri Perbankan di BEI Terhadap Perubahan IHSG. Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma.
Jogiyanto. 2007. Metodelogi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. BPFE Yogyakarta.
77
Kinsey, Mc. 2001. Excecutif Compensation Structure, Ounership, and Firm
Performance. Journal of Financial Economics 38, p. 163-184.
Kllaper, L. F dan Love, I. 2002. Corporate Governance, Investor Protection, and
Performance in Emerging Market. http//ssrn.com.
Labelle, 2002. Determinant of Corporate Decision to Disclose Social Information.
Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol.2 No.1.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., dan Vishny, R. W. 2002. Investor
Protection and Corporate Valuation. Journal of Finance No. 57, 1147-
1170.
Larcker, D. F., Rirchardson, S. A., dan Tuna, I. 2005. How Important is Corporate
Governance?. http//ssrn.com.
Leal, R. P. C dan Carvalhal-da-Silva. 2005. Corporate Governance and Value in
Brazil (and in Chile). http//ssrn.com.
Lorsch, J. W. 1989. Pawns or Potentates: The Reality of America’s Corporate
Boards. Boston Harvad Business School Pres.
Lujun. 2009. The Relations among Environmental Disclosure, Environmental
Performance and Financial Performance: An Empirical Study in China.
http//ssrn.com.
Midiastuty, P dan Machfoedz, M. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Modigliani, F dan Miller, M. H. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance
and The Theory of Invesment. The American Economic Review, 261-297.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Nurlela, R dan Islahuddin. 2006. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
Sebagai Variabel Moderating. Universitas Syah Kuala.
Potter, G. 1991. Accounting Earnings Announcement, Institutional Investors
Concentration and Commom Stock Returns. Journal of Accounting
Research, Vol. 30. No.1, 146-155.
Pranowo, B. 2009. Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
78
Rachmawati, A dan Triatmoko, H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar.
Raharjo, S. 2005. Analisa Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham
pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Rahayu, S. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan pada Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang.
Razak Ab, N. H., Ahmad, R., dan Aliahmed, H. J. 2008. “Ownership Structure
and Corporate Performance” A Comparative Analysis of Government
Linked and Nongovernment Linked Companies from Bursa Malaysia.
http//ssrn.com.
Rosmasita, H. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengari Pengungkapan Sosial
(Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan
Manufaktur di BEJ. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Rustiarini, N. W. 2009. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan
Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahan. Program Magister
Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana
Denpasar.
Sabeni, A. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate
Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory). Pidato Pengukuhan
Guru Besar, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Saepudin. 2008. Pengaruh Antara Rasio Profitabilitas dan Investment Opportunity
Set Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005 sampai 2007.
Samroni, I. 2007. Rakyat Dalam “Good Corporate Governance”: Posisi, Relasi
dan Skema Keadaban. Jurnal Studi Agama Millah Vol.VII No.1.
Sasongko dan Wulandari. 2006. Pengaruh antara EVA dengan Rasio Profitabilitas
yang Diproksikan dengan ROA, ROE, ROS, EPS, BEP Terhadap Harga
Saham.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Salemba Empat.
Jakarta.
Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1986. Large Shareholders and Corporate Control,
Journal of Political Economiy 94, 31.
79
______, A dan Vishny, R.W. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal
of Finance 52, hal. 737-783.
Siallagan, H dan Machfoedz, M. 2006. Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang.
Silviera, A. D. M dan Barros, L. A. B. 2007. Corporate Governance Quality and
Firm Value in Brazil. http//ssrn.com.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke-11. Bandung: Alpfabeta.
_______. 2009. Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke 14. Bandung: Alfabeta.
Suranta, E dan Puspita. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem
dan kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
Surya, I dan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta:
Penerbit Kencana.
Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance, Edisi kesatu. Jakarta:
Sinar Grafika.
Trisnaeni, D. K. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan
Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di
Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.2.
Utama, S. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi ketiga. Denpasar.
Wahyudi, U dan Pawestri, H. P. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan:DenganKeputusanKeuangan Sebagai Variabel
Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Wardhani, R. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya denggan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu
Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Pontianak.
Wasi’ah. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan dan non Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank, Semarang.
80
Wibowo, L. B. 2005. Pengaruh Economi Value Added dan Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Yuniasih, N. W dan Wirakusuma, M. G. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Pemoderasi. Universitas Udayana, Bali.
Yunina,. Nazir,. dan Syamni, G. 2009. Pengaruh Return on Assets dan Return on
Equity Terhadap Earning Per Share pada PT Bank Muamalat Indonesia.
Zahra dan Pearce. 1989. Corporate Governance and Firm Value in Mexico.
Research Department Working Paper Series 564.
Zarkasyi, M. W. 2008. Good Corporate Governance, Edisi ke 1. Bandung:
Alfabeta.
81
Lampiran 1
Tabel 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Kode Perusahaan Tahun
05 06 07 08 09
1 INDF PT. Indofood Sukses makmur √ √ √ √ √
2 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga x √ √ √ √
3 STTP PT. Siantar TOP √ √ √ √ √
4 TBLA PT. Tunas Baru Lampung √ √ √ √ √
5 GGRM PT. Gudang Garam √ √ √ √ √
6 HDTX PT. Panasia Indosyntec √ √ √ √ √
7 SRSN PT. Indo Acidatama √ √ x √ √
8 SIMM PT. Surya Intrindo Makmur √ √ √ x x
9 BRPT PT. Barito Pacific √ √ √ √ √
10 AKRA PT. AKR Corporindo √ √ √ √ √
11 BUDI PT. Budi Acid Jaya √ √ √ √ √
12 LTLS PT. Lautan Luas √ √ √ √ √
13 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporindo √ √ √ √ √
14 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara √ √ √ √ √
15 AKKU PT. Aneka Kemasindo Utama √ √ √ √ √
16 AMFG PT. Asahimas Flat Glass √ √ √ √ √
17 BRNA PT. Berlina √ √ √ √ √
18 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry √ √ √ √ √
19 ALMI PT. Alumindo Ligh Metal Industry √ √ √ √ √
20 BTON PT. Betonjaya Manunggal √ √ √ √ √
21 CTBN PT. Citra Tubindo √ √ √ √ √
22 JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel Works √ √ √ √ √
23 JPRS PT. Jaya Pari Steel √ √ √ √ √
24 LMSH PT. Lionmesh Prima √ √ √ √ √
25 LION PT. Lion Metal Works √ √ √ √ √
26 KICI PT. Kedaung Indah Can √ √ √ √ √
27 IKAI PT. Intikeramik Alamasri Industry √ √ √ √ √
28 MITI PT. Mitra Investindo x x √ √ √
29 IKBI PT. Sumi Indo Kabel √ √ √ √ √
30 VOKS PT. Voksel Electric √ √ √ √ √
82
31 ASGR PT. Astra Graphia √ √ √ √ √
32 MTDL PT. Metrodata Electronics √ √ √ √ √
33 MLPL PT. Multipolar √ √ √ √ √
34 ASII PT. Astra International √ √ √ √ √
35 AUTO PT. Astra Otoparts √ √ √ √ √
36 GJTL PT. Gajah Tunggal √ √ √ √ √
37 INTA PT. Intraco Penta √ √ √ √ √
38 NIPS PT. Nipress √ √ √ √ √
39 PRAS PT. Prima Alloy Stell √ √ √ √ √
40 SMSM PT. selamat sempurna √ √ √ √ √
41 UNTR PT. United Tractor √ √ √ √ √
42 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka √ √ √ √ √
43 KAEF PT. Kimia Farma √ √ √ √ √
44 PYFA PT. Pyridam Farma √ √ √ √ √
45 TCID PT. Mandom Indonesia √ √ √ √ √
Sumber: data diolah
Keterangan:
√ = data perusahaan sampel
x = data perusahaan outlier yang dikeluarkan dari sampel
83
Lampiran 2
ANALISIS FAKTOR
Analisis tahap 1
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.516
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 52.380
df 6
Sig. 0.000
Anti-image Matrices
KM KI PK KA
Anti-image Covariance KM 0.807 0.308 0.125 0.172
KI 0.308 0.843 -0.070 0.071
PK 0.125 -0.070 0.959 0.056
KA 0.172 0.071 0.056 0.961
Anti-image Correlation KM 0.511a 0.373 0.142 0.195
KI 0.373 0.523a -0.078 0.078
PK 0.142 -0.078 0.640a 0.058
KA 0.195 0.078 0.058 0.389a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Extraction
KM 0.690
KI 0.587
PK 0.433
KA 0.845
Extraction Method: Principal Component Analysis.
84
Total Variance Explained
Compo
nent
Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 1.504 37.597 37.597 1.484 37.105 37.105
2 1.051 26.270 63.867 1.070 26.762 63.867
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1 2
KM -0.813 -0.170
KI 0.748 -0.168
PK 0.481 -0.448
KA 0.229 0.890
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 2 components extracted.
85
Analisis tahap 2
Anti-image Matrices
KM KI PK
Anti-image Covariance KM 0.839 0.309 0.120
KI 0.309 0.848 -0.075
PK 0.120 -0.075 0.962
Anti-image Correlation KM 0.538a 0.366 0.133
KI 0.366 0.541a -0.083
PK 0.133 -0.083 0.676a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
KM 1.000 0.627
KI 1.000 0.596
PK 1.000 0.263
Extraction Method: Principal Component Analysis.
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.554
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 43.591
df 3
Sig. 0.000
86
Total Variance Explained
Compo
nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 1.487 60.555 60.555 1.487 60.555 60.555
2 0.897 23.907 84.462
3 0.616 15.538 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
KM -0.792
KI 0.772
PK 0.513
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
87
Lampiran 3
Tabel 2
Hasil Pengujian Validitas Analisis Faktor
Kriteria Penilaian Cutt-off Value Nilai Keterangan
KMO (Kaisar-Meyer-Olkin) ≥ 0,5 0,554 Baik
X² (chi Square) Diharapkan besar 43,591 Baik
Significance Probability < 0,5 0,000 Baik
Eigen Value > 1 1,487 Baik
Cummulative Variance ≥ 60% 60,555 Baik
Anti Image ≥ 0,5
KM = 0,538
KI = 0,541
PK = 0,676
Baik
Baik
Baik
Sumber: data diolah
88
Lampiran 4
UJI ASUMSI KLASIK
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 219
Normal Parametersa Mean 0.0056955
Std. Deviation 0.47055741
Most Extreme Differences Absolute 0.083
Positive 0.083
Negative -0.045
Kolmogorov-Smirnov Z 1.231
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.097
a. Test distribution is Normal.
Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 KK 0.864 1.158
CG 0.808 1.238
KK*CG 0.708 1.413
a. Dependent Variable: NP
89
Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0.348a 0.121 0.109 0.51393 1.877
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG
b. Dependent Variable: NP
Heteroskesdastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0.336 0.062 5.458 0.000
KK 1.010 0.665 0.111 1.520 0.130
CG -0.002 0.050 -0.003 -0.034 0.973
KK*CG 0.121 0.633 0.015 0.191 0.848
a. Dependent Variable: AbsRes
90
Lampiran 5
UJI INTERAKSI
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 KK*CG, KK, CGa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: NP
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 0.348a 0.121 0.109 0.51393
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7.825 3 2.608 9.876 0.000a
Residual 56.787 215 0.264
Total 64.613 218
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG
b. Dependent Variable: NP
91
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0.497 0.044 11.329 0.000
KK 1.052 0.473 0.153 2.224 0.027
CG 0.077 0.036 0.152 2.139 0.034
KK*CG 1.019 0.450 0.172 2.263 0.025
a. Dependent Variable: NP