bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i.pdf · berbagai partai politik sebagai salah satu...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demokrasi telah menjadi bentuk pemerintahan paling banyak dianut
negara-negara modern.1 Demokrasi berdiri berdasarkan prinsip persamaan, yaitu
bahwa setiap warga negara memiliki kesamaan hak dan kedudukan dalam
pemerintahan. Karena itu, setiap warga negara sejatinya memiliki kekuasaan yang
sama untuk memerintah. Kekuasaan rakyat inilah yang menjadi sumber legitimasi
dan legalitas kekuasaan negara.2 Pelaksanaan pemilihan umum tahun 2004, 2009
dan yang baru saja usai yaitu pemilihan umum 2014 yang berlangsung dengan
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (LUBER JURDIL)
menegaskan sikap bangsa Indonesia untuk memilih demokrasi sebagai jalan hidup
berbangsa dan bernegara. Selain itu, dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 memuat ketentuan-ketentuan yang
meyakinkan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi seperti aturan masyarakat
bebas berbicara untuk mengemukakan pendapat, kritik dan saran atau bahkan juga
mengawasi jalannya sistem pemerintahan, kebebasan pers, dan lain sebagainya.
Salah satu perubahan yang sangat penting sejak Reformasi adalah munculnya
berbagai partai politik sebagai salah satu wujud kebebasan mengeluarkan
pendapat, berserikat, dan berkumpul yang menjadi satu ciri utama negara yang
menjalankan sistem demokrasi.
1 _________, 2014, Democracy Index 2014, Tersedia pada situs http://www.ifuturo.org/
documentacion/Democracy_Index_2014.pdf, Diakses pada tanggal 20 Juni 2015.
2 Janedjri M. Gaffar I, 2013, Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, Konstitusi Press,
Jakarta, h. 1.
2
Sistem demokrasi yang dianut di Indonesia memberikan posisi yang begitu
penting bagi partai politik. Partai politik merupakan sarana bagi warga negara
untuk dapat berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Lahirnya partai politik tidak
lepas dari kenyataan bahwa rakyat harus diikut sertakan dalam setiap proses
politik.3 Dalam konteks pelaksanaan demokrasi, partai politik memiliki fungsi
sebagai penyalur artikulasi dan agregasi kepentingan politik yang paling mapan
dalam sebuah sistem politik modern. Peran penting dari partai politik menjadi
semakin terlihat manakala dihubungkan dengan kepentingan publik yang perlu
didengar oleh badan eksekutif maupun badan legislatif. Khusus kaitannya dengan
badan legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), partai politik berperan
penting dalam proses pemilihan anggota DPR karena dalam Pasal 51 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2012 mengamanahkan bahwa seluruh calon anggota
DPR diwajibkan berasal dari salah satu partai politik peserta pemilu.
Menjelang akhir tahun 2014 lalu, DPR RI sempat merevisi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dimana salah satu
muatan penting yang diubah ialah penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
(pilkada) dari langsung oleh rakyat menjadi tidak langsung yaitu pemilihan kepala
daerah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang
dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Tentu menimbulkan kontroversi,
karena dalam voting yang dilakukan untuk menentukan revisi tersebut, mayoritas
3 Miriam Budiardjo I, 2010, Dasar-dasar Ilmu Politik, edisi revisi, Gramedia Pustaka
Utama, cet. IV, Jakarta, h. 397.
3
anggota DPR yaitu sebanyak 226 mendukung pilkada oleh DPRD.4 Fakta tersebut
sangat kontradiktif dengan berbagai survey yang memperlihatkan bahwa
mayoritas rakyat menolak pilkada oleh DPRD. Salah satunya survey yang
dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa 84,1%
publik tetap inginkan penyelenggaraan pilkada secara langsung dengan margin
kesalahan hanya 2,1%.5 Partai politik sebagai pemegang kendali anggota DPR
tentunya mempunyai andil dalam berbagai keputusan legislasi di DPR. Partai
politik juga mempunyai fungsi sesuai Pasal 11 huruf c Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 sebagai penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik
masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara. Hal ini
menimbulkan pertanyaan tentang pertanggungjawaban partai dalam menjalankan
fungsinya tersebut ketika dihadapkan pada fenomena bahwa kebijakan yang
diambil di DPR kontradiktif dengan kehendak rakyat. Meskipun telah direvisi
kembali melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang, pilkada kembali lagi ke prosedur
sebelumnya yaitu pemilihan langsung oleh rakyat. Penulis berfikir tetap saja patut
4 Ferdinand Waskita, 2014, Hasil Voting DPR Putuskan Pilkada Lewat DPR, Tersedia
pada situs http://www.tribunnews.com/nasional/2014/09/26/hasil-voting-dpr-putuskan-pilkada-lew
at-dprd, Diakses pada tanggal 15 Juni 2015.
5 _____________, 2014, Survey LSI Buktikan Publik Menginginkan Pilkada Langsung,
Tersedia pada situs http://www.rumahpemilu.org/in/read/7841/Survei-LSI-Buktikan-Publik-
Makin-Menginginkan-Pilkada-Langsung, Diakses pada tanggal 15 Juni 2014.
4
dijadikan bahan evaluasi agar kedepannya partai politik dapat menjalankan
fungsinya sesuai amanah undang-undang.
Adanya ketidakselarasan antara keinginan DPR dengan kehendak rakyat
tersebut menghadirkan kekaburan norma fungsi partai politik sesuai Pasal 11
huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sebagai penyerap, penghimpun,
dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan Negara. Permasalahan tersebut yang mendorong penulis untuk meneliti
apakah fungsi partai politik sebenarnya di dalam kaitannya dengan DPR dan
seberapa besar pengaruhnya dalam menentukan kebijakan legislasi di institusi
legislatif tersebut. Berdasarkan isu di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat skripsi dengan judul ”Fungsi Partai Politik Dalam Menentukan
Kebijakan Legislasi di DPR".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan partai politik dengan DPR RI ?
2. Bagaimana fungsi partai politik dalam menentukan kebijakan legislasi di DPR
RI ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan keluar dari
permasalahan yang dibahas maka perlu terdapat pembatasan dalam ruang lingkup
masalah, adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :
5
1. Pertama akan membahas tentang hubungan partai politik dengan DPR dengan
menelusuri fungsi partai politik dan badan-badan yang terkait dengan partai
politik di DPR serta menganalisa sistem politik Indonesia.
2. Kedua akan membahas tentang fungsi partai politik dalam menentukan
kebijakan legislasi di DPR RI dengan melihat pada mekanisme pengambilan
kebijakan legislasi di DPR RI dan implementasi penyerapan aspirasi rakyat
oleh partai politik.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul
"Fungsi Partai Politik dalam Menentukan Kebijakan Legislasi di DPR RI" ini
merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli penulis. Jika terdapat
referensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan sumbernya
dengan jelas. Beberapa penelitian dengan jenis yang sama yang ada dalam internet
atau perpustakaan skripsi diantaranya tentang "Pengaruh Fungsi Partai Politik
dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Mengikuti Pemilu" dan "Analisis
Yuridis Pelaksanaan Wewenang Mahkamah Konstitusi Tentang Pembubaran
Partai Politik". Dari kedua penelitiaan yang telah ada tersebut terdapat perbedaan
dengan penelitian ini karena penelitian ini berfokus pada penelitian tentang fungsi
partai politik dalam penentuan kebijakan legislasi di DPR RI. Berikut terlampir
matrik perbedaan penelitian yang telah ada dengan penelitian ini :
No Penulis Judul No Rumusan Masalah
1. Iman
Rivai
"Pengaruh Fungsi Partai
Politik Dalam
1.
Bagaimana partisipasi politik
masyarakat saat ini?
6
(Alumni
UI)
Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat
Mengikuti Pemilu"
2. Bagimana fungsi partai
politik dapat menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk
mengikuti Pemilu khususnya
sebagai pemilih?
2 Anita
Delviana
(Alumni
UNHAS)
"Analisis Yuridis
Pelaksanaan Wewenang
Mahkamah Konstitusi
Tentang Pembubaran
Partai Politik"
1.
2.
Bagaimanakah koalisi partai
politik dalam sistem
presidensial Indonesia?
Bagaimanakah implikasi
hukum koalisi partai politik
dalam membentuk
pemerintahan yang efisien?
3 Bima
Kumara
”Fungsi Partai Politik
Dalam Menentukan
Kebijakan Legislasi di
DPR RI"
1.
2.
Bagaimana Hubungan Partai
Politik Dengan DPR ?
Bagaimana Fungsi Partai
Politik Dalam Menentukan
Kebijakan di DPR ?
1.5 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini ada dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan tersebut antara lain:
7
1.5.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk pengembangan konsep, serta teori-teori
bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum tata negara.
1.5.2 Tujuan khusus
- Mendeskripsikan dan menganalisis tentang hubungan partai politik dengan
DPR RI.
- Untuk memahami dan menganalisis fungsi partai politik dalam menentukan
kebijakan legislasi di DPR RI.
1.6 Manfaat Penulisan
1.6.1 Manfaat teoritis
Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum tata negara, khususnya
pemahaman teoritis mengenai partai politik di Indonesia dalam rangka menelaah
fungsi partai politik dalam menyerap aspirasi rakyat terhadap kebijakan legislasi
di DPR RI, termasuk didalamnya pengkajian terhadap peraturan perundang-
undangan terkait yang berlaku saat ini.
1.6.2 Manfaat praktis
Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dan sumbangan pemikiran, serta dapat memberikan kontribusi bagi
lembaga-lembaga Negara dan partai-partai politik di Indonesia memperbaiki
kinerja untuk memaksimalkan kontribusi bagi kemajuan Negara. Selain itu juga
penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi partai politik dan DPR dalam
menjalankan fungsinya.
8
1.7 Landasan Teoritis
1.7.1 Teori Demokrasi Konstitusional
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Demos (rakyat) dan Cratos
(kekuasaan), telah menjadi praktik politik bangsa Yunani sekitar (300-400 SM.)
Demokrasi dalam istilah adalah keadaan negara di mana sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, keputusan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat.6 Demokrasi secara modern dirumuskan sebagai sebuah sistem
pemerintahan dengan didasarkan atas prinsip kedaulatan dari, oleh, dan untuk
rakyat, seperti dikatakan Presiden Amerika ke-16 Abraman Lincoln (1808-1865)
“democracy is government of the people, by the people and for people”.7 Melalui
sistem pemilihan tertentu, transformasi kedaulatan rakyat tersebut diwujudkan
dalam proses pemberian suara untuk meraih jabatan politik tertentu. Dalam
kekuasaannya, aspirasi masyarakat akan diperjuangkan melalui mekanisme yang
telah disepakati.
Demokrasi konstitusional memiliki ciri khas dengan gagasan bahwa
pemerintahan yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan
tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya.
Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah tercantum dalam konstitusi.
Pembatasan atas kekuasaan negara sebaiknya diselenggarakan dengan suatu
konstitusi yang tertulis, yang dengan tegas menjamin hak-hak asasi dari warga
6 Masykuri Abdillah, 1999, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual
Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi 1966-1930, Tiara Wacana, Yogyakarta, h. 71.
7 Dedy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatra, 2007, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif,
Pustaka Setia, Bandung, h. 119.
9
negara.8 Di samping itu, kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga kesempatan
penyalahgunaan diperkecil, dan tidak boleh memusatkan kekuasaan pemerintah
kepada satu orang atau satu badan.9 Karakteristik model demokrasi konstitusional
ialah (1) Negara bekerja berdasarkan konstitusi, (2) rule of law berlaku dan
mengalahkan rule of man, (3) masyarakat pasar bebas, dan (4) Negara memiliki
peran minimal sedangkan individu memiliki otonomi yang maksimal.10
Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi mempunyai dua
teori tentang bagaimana seharusnya dalam menjalankan kedaulatan rakyat,
berkembang atas 2 teori, yaitu :
a. Teori Demokrasi Langsung (direct democracy) dimana kedaulatan rakyat
dapat dilakukan secara langsung dalam arti rakyat sendirilah yang
melaksanakan kekuasaan tertinggi yang dimilikinya.
b. Teori Demokrasi tidak langsung (representative democracy).11
Demokrasi tidak langsung merupakan cara yang dipakai Indonesia saat ini.
Demokrasi tidak langsung ialah demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat dalam
pengambilan suatu keputusan negara secara tidak langsung, artinya rakyat
mengirimkan wakil yang telah dipercaya untuk menyampaikan kehendak mereka.
Jadi disini wakil rakyat yang terlibat secara langsung menjadi perantara seluruh
rakyat. Syarat-syarat pemerintahan perwakilan, harus ada :
a. Proteksi Konstitusional,
b. Pengadilan-pengadilan yang bebas dan tidak memihak,
8 Miriam Budiardjo I, Op.cit, h. 107.
9 Mohammad Mahfud MD, 2010 Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen
Konstitusi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 52.
10 Janedjri M. Gaffar I, Op.cit, h. 65.
11 Jimly Asshiddiqie I, 2003, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah perubahan
keempat UUD 1945, disampaikan dalam seminar yang dilakukan oleh BPHN dan DEPKEH dan
HAM RI Jakarta.
10
c. Pemilihan-pemilihan yang bebas,
d. Kebebasan menyatakan pendapat,
e. Kebebasan berserikat dan tugas oposisi,
f. Harus ada pendidikan kewarganegaraan.12
Menurut Sri Soemantri, konsekuensi dari Representative Government adalah :
a. Keharusan adanya lembaga perwakilan rakyat.
b. Keharusan adanya seleksi, baik melalui pemilihan umum yang bebas
dan rahasia maupun dengan cara lain.
c. Keharusan adanya partai politik.
d. Keharusan adanya lembaga yang mempunyai tugas pelaksanaan dan
bertanggung jawab kepada rakyat melalui badan perwakilan rakyat.13
1.7.2 Teori Negara Sebagai Sistem Politik
Sistem politik merupakan organisasi melalui mana masyarakat
merumuskan dan berusaha mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, sistem
politik melaksanakan berbagai aktivitas yang telah ditujukan untuk meraih tujuan-
tujuan bersama yang telah dirumuskan.14 Sistem politik merupakan seperangkat
struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk
mencapai tujuan suatu negara. Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi
penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik. Pendekatan sistem
politik dimaksudkan juga untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu politik
yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan. Pendekatan sistem
politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk hidup (dari disiplin
biologi). Dalam pendekatan sistem politik, masyarakat adalah konsep induk oleh
sebab sistem politik hanya merupakan salah satu dari struktur yang membangun
12 Ismail Suny, 1978, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta, h.19-24.
13 Sri Soemantri I, 1971, Himpunan Kuliah Perbandingan (Antar) Hukum Tata Negara,
Penerbit Alumni, Bandung, h. 33-34.
14 Beddy Iriawan Maksudi, 2012, Sistem Politik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, h. 82.
11
masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan
dan lain sebagainya. Sistem politik sendiri merupakan abstraksi (realitas yang
diangkat ke alam konsep) seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.
Analisis mengenai kinerja sistem politik sering merujuk pada teori yang
disusun oleh David Easton. Uraian Easton mengenai sistem politik kendati abstrak
dan luas tetapi unggul dalam pencakupannya. Artinya, teori Easton ini mampu
menggambarkan kinerja sistem politik hampir secara holistik dan sebab itu sering
disebut sebagai grand theory. Uraian Easton juga bersifat siklis, dalam arti
sebagai sebuah sistem, sistem politik dipandang sebagai sebuah organisme
hidup yang mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri, mengalami input,
proses, output, dan dikembalikan sebagai feedback kepada struktur input. Struktur
input kemudian merespon dan kembali menjadi input ke dalam sistem politik.
Skema sistem politik menurut Easton :
Gambar 1 Skema Kerja Sistem Politik Easton.15
Negara bila dilihat dari sudut kekuasaan/politik merupakan suatu sistem
kekuasaan. Pengertian kekuasaan adalah suatu kemampuan seseorang atau
kelompok orang lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku seseorang atau
15 Beddy Iriawan Maksudi, Op.cit. h. 23.
12
kelompok orang tersebut menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
yang memiliki kemampuan itu. Gejala kekuasaan itu adalah gejala yang lumrah
terdapat pada setiap masyarakat. Ciri-ciri kekuasaan Negara antara lain:
a. Adanya unsur kekuatan memaksa : memungut pajak, menghukum mati
orang, memenjarakan orang, dan lain-lain.
b. Negara memiliki monopoli kekuasaan memaksa secara jasmani dalam
menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat termasuk melarang suatu
keyakinan / paham tertentu seperti misalnya : komunisme / PKI.
c. Sifat kekuasaan Negara mencakup semua orang tanpa kecuali: setiap
peraturan Negara berlaku bagi semua orang, tanpa kecuali.
Menurut Sri Soemantri, sistem politik adalah kelembagaan dari hubungan
antar manusia yang berupa hubungan antara supra struktur dan infra struktur
politik. Sistem politik tersebut menggambarkan hubungan antara dua lembaga
yang ada di dalam negara, yaitu lembaga supra dan infra struktur politik. Supra
struktur politik sering disebut sebagai bangunan atas atau mesin politik resmi, atau
lembaga pembuat keputusan politik yang sah. Lembaga tersebut bertugas
mengkonversikan input yang berupa tuntutan dan dukungan yang menghasilkan
suatu output berupa kebijakan publik.
Struktur kekuasaan Negara dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu:
- Suprastruktur/struktur formal adalah struktur permukaan yang keberadaannya
ditentukan dalam konstitusi Negara seperti, MPR, DPR, Presiden, MA, sampai
pada Kepala Desa yang merupakan lembaga Negara dan pemerintahan.
Sehingga sering juga disebut struktur formal atau struktur pemerintahan.
- Infrastruktur adalah struktur di bawah permukaan yang keberadaannya ada
dalam masyarakat. Komponennya antara lain Partai Politik, Kelompok
Kepentingan, Kelompok Penekan, alat komunikasi politik (Media Massa),
Tokoh-Tokoh Politik.16
16 Sri Soemantri II, 1984, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Rajawali
Press, Jakarta, h.17.
13
1.7.3 Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggotanya
mempunyai orientasi nilai dan cita-cita yang sama.17 Kelompok ini bertujuan
untuk meraih kekuatan politik dan merebut kedudukan politik. Ada beberapa
defenisi partai politik yang diberikan para ilmuwan politik. Carl Friedrich
memberikan batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisikan
secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan
memberikan kegunaan materiil dan idiil kepada para anggotanya.18
Dalam teori struktur kekuasaan Negara, partai politik termasuk kedalam
infrastruktur politik bersama Ormas, media massa, Kelompok kepentingan
(Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi
Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya sebagai
wadah masyarakat untuk dapat menyalurkan aspirasinya. Namun terdapat
perbedaan cara dalam menyalurkan aspirasi antara partai politik dan kelompok
kepentingan lainnya. Kelompok kepentingan lain memusatkan perhatian pada
bagaimana mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah sehingga
pemerintah menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok. Jadi,
lebih berorientasi kepada proses perumusan kebijakan umum yang dibuat
pemerintah. Sedangkan partai politik memadukan berbagai kepentingan menjadi
beberapa alternatif kebijakan umum yang dijadikan sebagai keputusan politik.
Fungsi lain yang membedakan partai politik dan kelompok kepentingan terletak
17 Miriam, Budiardjo I, Op.cit, h. 161.
18 Ramlan, Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta. h.116.
14
pada partai politik yang berfungsi pula untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah sebagai sarana
untuk memperjuangkan alternatif kebijakan umum menjadi keputusan politik.
Sedangkan kelompok kepentingan tidak memiliki fungsi yang terakhir ini
walaupun secara tidak langsung juga ikut memberikan dukungan pada calon atau
partai tertentu. Berdasarkan kenyataan kehidupan kepartaian tersebut, Joseph
Schumpeter menyatakan bahwa “tujuan yang pertama dan terutama dari masing-
masing partai politik adalah untuk unggul atas yang lain untuk bisa mencapai
kekuasaan atau untuk mempertahankannya”.19
Salah satu konsekuensi pemerintahan perwakilan adalah adanya partai
politik untuk menentukan siapa yang berhak mewakili rakyat mendapat kekuasaan
tersebut. Peranan partai politik yang secara sederhana dapat diartikan sebagai
representation of idea, yaitu bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan
warga, memberikan jalan kompromi bagi pendapat/tuntutan yang ada dalam
masyarakat, serta menyediakan sarana kompromi bagi suksesi kepemimpinan
politik secara damai. Dalam konteks partai politik sebagai jembatan komunikasi
antara rakyat dan pemerintah ( yang berkuasa ), maka partai politik melalui jajaran
struktural partai pada berbagai tingkatan administratif harus secara aktif menjadi
bagian dalam kehidupan sosial dan politik dalam suatu entitas masyarakat
tertentu. Sebagai salah satu institusi demokrasi yang memegang peranan penting
dalam proses demokrasi, maka partai politik harus dapat menempatkan posisinya
secara aktif dan kreatif dalam rangka menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
19 Ramlan Surbakti, Op.cit, h 76.
15
representation of idea. Partai politik, bersama-sama dengan institusi demokrasi
lainnya seperti lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers, harus secara
konsisten melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya baik pada masa
persiapan pemilu maupun pada masa setelah pemilu.
1.7.4 Kebijakan Negara
Secara terminologi kebijakan berasal dari istilah "policy" (Inggris) atau
"politiek" (Belanda). Terminologi itu dapat diartikan sebagi prinsip-prinsip umum
yang berfungsi untuk mengarahkan pemerintah (dalam artian luas termasuk
penegak hukum) dalam mengelola, mengatur atau menyelesaikan urusan-urusan
publik, masalah-masalah masyarakat atau bidang-bidang penyusunan peraturan
perundang – undangan dan mengalokasikan hukum / peraturan dalam suatu tujuan
(umum) yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat (warga negara). Sutan Zanti Arbi menterjemahkan policy juga dengan
kebijakan, yaitu suatu keputusan yang menggariskan cara yang paling efektif dan
paling efisien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara kolektif.
Membicarakan arti kebijakan pasti tidak akan lepas dari kebijakan publik karena
kebijakan muncul dari sebuah kebijakan publik, adapun arti kebijakan publik
menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan adalah suatu program yang
diproyeksikan tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu dan praktik tertentu.20
Dari sudut pandang politik, kebijakan publik boleh jadi dianggap sebagai
salah satu hasil dari perdebatan panjang yang terjadi di ranah negara dengan
aktor-aktor yang mempunyai berbagai macam kepentingan. Dengan demikian,
20 Ramlan Surbakti, Op.cit, h. 183.
16
kebijakan publik tidak hanya dipelajari sebagai proses pembuatan kebijakan,
tetapi juga dinamika yang terjadi ketika kebijakan tersebut dibuat dan
diimplementasikan. Pasca perang dunia kedua, ilmuwan sosial (khususnya politik)
mencoba untuk mencari sebuah fokus baru mengenai studi politik yaitu mengenai
hubungan negara dan masyarakat (warga negara). Sebelumnya, studi politik hanya
berkutat pada institusi pemerintahan yang selanjutnya disebut sebagai negara.
Selanjutnya, studi politik terus mengalami perkembangan dari fokus studinya
yang berupa negara. Studi tersebut tidak hanya melihat negara sebagai aktor
tunggal dan netral, tetapi juga di dalamnya terdapat kronologi, khususnya ketika
menentukan sebuah kebijakan.21
Hal terpenting selain definisi yang sudah disebutkan diatas adalah
mengenai proses pembuatan kebijakan publik. Laswell menjelaskan beberapa
tahapan atau proses dalam pembuatan sebuah kebijakan. Adapun urutannya
adalah intelligence (mengumpulkan dan memproses berbagai pendapat dari proses
pembuatan kebijakan), promotion (memilih beberapa pilihan yang ada),
prescription (menentukan aksi), invocation (persetujuan adanya sangsi-sangsi),
application (diimplementasikan), termination (penghentian), setelah itu appraisal
(penilaian atau evaluasi).22
Salah satu bentuk dari kebijakan Negara adalah kebijakan legislasi.
Kebijakan legislasi adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pejabat yang
berwenang dalam hal ini DPR bersama Presiden dalam hal pembentukan
21 Subarsono, 2010, Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori, dan Aplikasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, h. 1.
22 Ibid, h. 7.
17
peraturan perundang-undangan. Salah satu contoh kebijakan legislasi yaitu
undang-undang sebagai produk kebijakan yang dihasilkan oleh DPR bersama
Presiden yang bersifat mengatur dan mengikat masyarakat. Oleh karena itu,
perumusan kebijakan legislasi dalam tahapan-tahapan dari pengajuan,
pembahasan, hingga pengambilan keputusannya harus dilakukan sesuai aturan
yang berlaku agar undang-undang yang dihasilkan menjadi lebih baik dan sesuai
kehendak rakyat.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif. Dipilihnya jenis penelitian hukum normatif karena penelitian ini
menguraikan permasalah-permasalahan yang ada, untuk selanjutnya dibahas
dengan kajian berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.23
Penelitian hukum normatif digunakan beranjak dari adanya persoalan
dalam aspek norma hukum, yaitu norma yang kabur atau tidak jelas (vague van
normen), norma yang konflik (geschijld van normen), maupun norma yang
kosong (leemten van normen) yang ada dalam peraturan perundang-undangan
terkait permasalahan yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini persoalan yang ada
adalah norma hukum yang kabur terdapat pada Pasal 11 huruf c Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dimana salah satu fungsi partai
23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1995, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), PT. Grafindo Persada, Jakarta, h.13.
18
politik adalah sebagai penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik
masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara.
1.8.2 Jenis pendekatan
Dalam penelitian ini digunakan jenis pendekatan perundang-undangan (the
statue approach), pendekatan kasus (the cases approach), dan pendekatan analisis
konsep hukum (analitical & conseptual approach).
Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti
adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam
penelitian ini.24 Pendekatan perundang-undangan digunakan berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan, norma-norma hukum yang berhubungan dengan
partai politik dan DPR.
Pendekatan analisis konsep hukum digunakan untuk memahami konsep-
konsep aturan tentang fungsi partai politik dalam menentukan kebijakan legislasi
di DPR RI. Pendekatan analisis konsep hukum ini digunakan berdasarkan pada
konsep-konsep dalam ilmu hukum khususnya hukum tata Negara yang akan
dipakai guna memahami dan menganalisis hubungan partai politik dengan DPR
dan fungsi partai politik dalam menentukan kebijakan legislasi di DPR RI.
Pendekatan cases digunakan berdasarkan pada fakta atau kenyataan aktual
yang terjadi dalam masyarakat terkait fungsi partai politik dalam menentukan
kebijakan Negara di DPR. Dengan mengkaji kenyataan aktual yang terjadi untuk
mengungkap fungsi tersebut antara lain dari kebijakan DPR RI pada akhir tahun
2014 lalu yang merevisi pilkada dari langsung oleh rakyat menjadi pilkada tidak
24 Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, h. 302.
19
langsung oleh DPRD yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah kemudian dituangkan dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota.
1.8.3 Sumber bahan hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari :
1. Sumber bahan hukum primer
Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang bersifat
mengikat yakni berupa norma, kaidah dasar dan peraturan yang berkaitan. Sumber
bahan hukum primer yang digunakan adalah :
- Undang-Undang Dasar NRI 1945
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, dan DPRD.
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD.
- Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota.
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
20
- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
- Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2014
Tentang Tata Tertib DPR.
2. Sumber bahan hukum sekunder
Sumber bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang
digunakan adalah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dibahas, baik
literatur-literatur hukum (buku-buku hukum (textbook) yang ditulis para ahli yang
berpengaruh (de hersender leer), pendapat para sarjana, maupun literatur non
hukum dan artikel atau berita yang diperoleh via internet.
3. Sumber bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar
bahasa Indonesia dan kamus hukum.
1.8.4 Teknik pengumpulan bahan hukum
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan bahan hukum yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (study document).
Telaah kepustakaan dilakukan dengan sistem kartu (card system) yaitu cara
mencatat dan memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang
relevan, kemudian dikelompokkan secara sistematis sesuai dengan permasalahan
yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Sistem ini dilakukan dengan tiga cara:
21
1. Menggunakan kartu pengarang. Cara ini dilakukan apabila penulis telah
mengetahui dengan pasti nama pengarang atau penulis dari bahan pustaka.
2. Menggunakan kartu judul. Hal ini dapat dilakukan apabila penulis tidak
mengetahui secara pasti nama pengarang, namun penulis mengetahui judul
bahan pustaka yang dicari.
3. Menggunakan kartu subjek. Yang dimaksud dengan kartu subjek adalah
pokok bahan atau bidang ilmu yang menjadi isi dari suatu bahan. Dari subjek
ini, penulis tidak perlu mengetahui nama pengarang ataupun judulnya.25
Ketiga teknik pengumpulan bahan tersebut dipakai dalam penelitian ini oleh
penulis dalam mengumpulkan bahan hukum baik di perpustakaan hukum, internet
dan lain sebagainya.
1.8.5 Teknik analisis bahan hukum
Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dapat
digunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik deskripsi, teknis interpretasi, teknik evaluasi, teknik
argumentasi dan teknik sistematisasi.
Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari
penggunaannya, deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau
posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non-hukum.
Teknik interpretasi berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu
hukum seperti penafsiran gramatikal, penafsiran sistematis, penafsiran teleologis,
penafsiran historis, dan lain sebagainya untuk menafsirkan Pasal 11 huruf c
25 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit, h. 23.
22
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik sebagai penyerap,
penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan Negara.
Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau
tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu
pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera
dalam bahan primer maupun dalam bahan hukum sekunder.
Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena
penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.
Dalam pembahasan permsalahan hukum makin banyak argumen makin
menunjukkan kedalaman penalaran hukum.
Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu
konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang
sederajat maupun yang berurutan secara hierarkis.