bab i pendahuluan 1.1 latar belakang penelitianeprints.ummi.ac.id/607/5/bab i.pdfberdasarkan artikel...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan aktivitas pemerintah yang terus melakukan perbaikan dan
pengembangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, Desa sebagai
pemerintahan tingkat terendah diberikan kewenangan dan sumber dana yang
memadai agar dapat mengelola potensi atau sumber daya yang dimilikinya guna
meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat. Dengan diterbitkannya
Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014, menjadi titik awal yang positif
dalam pemerataan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Sejalan
dengan era otonomi daerah yang menitik beratkan pada upaya pemberdayaan
masyarakat.
Desa dianggap sebagai pemerintahan yang dapat turun langsung kepada
masyarakat, mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ekonomi
masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan desa tersebut, diharapkan dapat
mendorong kemandirian melalui partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan
sumber daya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat menuju Desa yang
mandiri. Desa tidak lagi dianggap sebagai objek pembangunan, melainkan
ditempatkan menjadi subjek pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Seperti hal nya kabupaten/kota, desa juga memiliki pemerintahan
2
sendiri diantaranya pemerintahan desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat
desa serta Badan Permusyawaratan Desa atau bisa disebut dengan BPD.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, tentu tidak terlepas
dari pengelolaan keuangan desa yang baik pula. Salah satu instrumen penting
dalam perwujudan pemerintahan desa yang baik adalah penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) digunakan sebagai peraturan yang memuat sumber-sumber penerimaan
dan pengeluaran keuangan desa dalam kurun waktu satu tahun. Pada saat ini,
kenyataannya pengelolaan dalam keuangan desa menjadi kendala sebagian besar
desa, terutama terjadinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang tidak
berimbang antara penerimaan dan pengeluaran yang digunakan desa untuk
mendanai beberapa bidang dalam belanja desa.
Belanja desa merupakan pengeluaran yang digunakan untuk mendanai
beberapa kegiatan Desa. Menurut kelompok, belanja Desa dapat dikategorikan
antara lain belanja desa bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, bidang
pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan desa, bidang
pemberdayaan masyarakat desa dan bidang belanja tak terduga. Beberapa bidang
belanja desa tersebut didanai oleh dana bantuan yang didapatkan desa dari
pemerintah daerah maupun dana yang ditransfer oleh pemerintah pusat. Salah satu
belanja desa yang didanai oleh dana yang ditransfer oleh pemerintah pusat melalui
pemerintah daerah adalah belanja desa bidang pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
pasal 1 ayat (12) merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan
3
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya
melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Berikut merupakan data Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(LRADes) di Cianjur yang memperlihatkan data penggunaan dana untuk
mendanai beberapa bidang belanja Desa:
Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (LRADes)
Desa Kebonpeuteuy dan Desa Cikahuripan Kecamatan Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2017
KETERANGAN Desa
Kebonpeuteuy
Presentase
(%)
Desa
Cikahuripan
Presentase
(%)
PENDAPATAN
Pendapatan Asli
Desa 15.000.000 0,76% 43.972.594 2,11%
Pendapatan
Transfer
Dana Desa
970.009.000 49,10% 892.151.000 42,88%
Bagian Dari Hasil
Pajak Daerah 10.327.807 0,52% 8.560.127 0,41%
Alokasi Dana
Desa 471.375.000 23,86% 426.812.000 20,51%
Bantuan
Keuangan
Provinsi 165.000.000 8,35% 365.000.000 17,54%
Bantuan
Keuangan
Kabupaten 344.000.000 17,41% 344.000.000 16,53%
JUMLAH
PENDAPATAN 1.975.711.807 100,00% 2.080.495.721 100,00%
4
BELANJA
Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintah Desa 542.209.207 27,44% 668.069.500 32,11%
Bidang
Pelaksanaan
Pembangunan
Desa 1.182.259.000 59,84% 951.975.900 45,76%
Bidang
Pembinaan
Kemasyarakatan 165.997.000 8,40% 235.255.500 11,31%
Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat 85.000.000 4,30% 135.175.100 6,50%
JUMLAH
BELANJA 1.975.465.207 99,99% 1.990.476.000 95,67%
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (LRADes)
Desa Kebonpeuteuy dan Desa Cikahuripan (data diolah oleh penulis).
Dari tabel tersebut dapat terlihat perbandingan penggunaan Dana yang di
realisasikan untuk beberapa bidang belanja Desa. Penggunaan dana tersebut sudah
digunakan dengan cukup baik. Namun, penggunaan dana untuk bidang
pemberdayaan masyarakat masih sangat minim. Dan data tersebut juga
menunjukkan hal yang berbeda dengan keadaan masyarakat Desa sebenarnya.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah ternyata pemerintah Desa masih
belum bisa memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
secara signifikan. Berdasarkan artikel dari sumber berita online yang terbit pada
tanggal 17 Desember 2017, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, anggaran
Desa yang disalurkan pemerintah naik setiap tahun namun tingkat kemiskinan
yang diharapkan turun cepat ternyata lambat. Para kepala Desa harus membuat
5
program-program untuk pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan
masyarakat (bisnis.tempo.co).
Berikut merupakan jumlah kemiskinan masyarakat Desa di enam Desa
yang berada di Cianjur tahun 2018:
Sumber: Kantor Kepala Desa Gekbrong, Desa Cikahuripan, Desa Kebonpeuteuy,
Desa Songgom, Desa Bangbayang, dan Desa Cikancana (data diolah
oleh penulis).
Gambar 1.1
Grafik Jumlah masyarakat miskin Desa
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa jumlah masyarakat miskin Desa
di Cianjur membutuhkan perhatian yang khusus dari berbagai pihak saat ini.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dapat dilakukan melalui
beberapa program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Desa untuk
masyarakat.
Program-program pemberdayaan masyarakat Desa dapat dilihat dari
bidang pemerintahan Desa, kelembagaan, ekonomi, teknologi, kesehatan, serta
203
527391
731
956
562
0
200
400
600
800
1000
1200
Jumlah Masyarakat Miskin Desa
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
6
pendidikan. Menurut Ahmad (2017), jumlah keluarga miskin di Cianjur
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh peningkatan
produktivitas pada sektor pertanian yang terhambat karena sumber daya manusia
yang kurang memiliki kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan jumlah
produktivitasnya.
Berdasarkan sumber berita online pada tanggal 20 Juli 2017, pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) juga terkendala sumber daya manusia.
Apalagi mencari sumber daya manusia yang dapat mengembangkan BUM Desa di
Cianjur cukup sulit karena BUM Desa bersifat pelayanan dan membantu
kesejahteraan masyarakat dan bukan mencari keuntungan pribadi seperti
perusahaan. Akibatnya proses pengembangan potensi yang dimiliki Desa sulit
berkembang dan pertumbuhan ekonomi masyarakat menjadi terhambat. Perlu
adanya pengembangan sehingga manfaat pengelolaan BUM Desa dapat dirasakan
masyarakat yang ada dilingkungan masing-masing desa setempat
(beritacianjur.com).
Pemberdayaan masyarakat apabila dilihat dari bidang teknologi, saat ini
pemanfaatan teknologi belum banyak dimanfaatkan masyarakat terutama pelaku
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Koperasi di Cianjur. Berdasarkan
artikel dari sumber berita online pada tanggal 12 Agustus 2017, pelaku UMKM
dan koperasi di Cianjur belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi untuk
bertransaksi. Menurut Judi Adi Nugroho, para pelaku usaha harus memanfaatkan
teknologi sebagai sarana bertransaksi dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu,
perlu adanya monitoring bagi para pelaku usaha tersebut (jabarnews.com).
7
Minimnya kebijakan dan bantuan yang diberikan kepada pelaku UMKM juga
menjadi kendala dalam proses pengembangan potensi yang dimiliki Desa.
Pada saat ini, kesehatan masyarakat juga harus diperhatikan dengan serius,
masih banyaknya masyarakat Desa yang mengalami kelainan gizi kronis. Menurut
berita online pada tanggal 30 Januari 2018, sebanyak 75.237 balita di Cianjur
mengalami kelainan gizi kronis (stunting). Beberapa Desa di Cianjur menjadi
prioritas penanggulangan saat ini (pikiran-rakyat.com).
Saat ini masyarakat juga membutuhkan perbaikan di bidang pendidikan.
Berdasarkan sumber berita online pada tanggal 12 Januari 2017, tingkat
pendidikan masyarakat di Cianjur dinilai berada dalam kategori merah karena
partisipasinya yang rendah (pikiran-rakyat.com).
Dari beberapa fenomena tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah Desa
belum maksimal dalam memberikan program, pelatihan, kegiatan, serta
peningkatan kapasitas masyarakat untuk memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Belanja Desa juga didanai oleh pendapatan yang didapatkan oleh Desa,
baik itu pendapatan yang berasal dari Desa itu sendiri, maupun pendapatan yang
di transfer pemerintah pusat dan daerah untuk Desa. Serta pendapatan yang
berasal dari hibah dan sumbangan yang diberikan kepada Desa yang juga
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Sumber-sumber
pendapatan tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Desa, alokasi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang biasa disebut dengan Dana Desa, bagian
dari dana bagi hasil pajak dan retribusi daerah, alokasi dana Desa, bantuan
8
keuangan dari pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, hibah dan sumbangan,
juga pendapatan lain yang tidak termasuk ke dalam pendapatan asli maupun dana
yang ditransfer pemerintah daerah yang disebut dengan lain-lain pendapatan Desa
yang sah.
Menurut Alfattah Akbar J dan Agus Prastyawan dalam Yuni (2016), di era
otonomi daerah pemerintah desa diberi kewenangan untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADesa) sendiri tanpa campur tangan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Pendapatan Asli Desa bertujuan untuk melatih
kemandirian setiap desa dalam mengelola semua potensi-potensi yang dimiliki
sehingga perekonomiannya menjadi lebih baik.
Dalam menunjang kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa sebagai upaya
dalam mewujudkan Desa yang mandiri, pemerintah pusat menyalurkan Dana dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di transfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disebut dengan
Dana Desa. Penyaluran dana desa mulai dari RKUN (Rekening Kas Umum
Negara) ke RKUD (Rekening Kas Umum Daerah). Selanjutnya dipindahbukukan
dari RKUD ke RKD (Rekening Kas Desa) yang dilakukan secara bertahap. Dana
desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan berdasarkan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, serta tingkat kesulitan geografis
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa.
Selain itu pendapatan transfer Desa yang lain yaitu Alokasi Dana Desa
juga berperan penting dalam pemberdayaan masyarakat Desa. Alokasi Dana Desa
dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
9
pengembangan ekonomi masyarakat serta menanggulangi kemiskinan dan
meningkatkan perencanaan dalam pemberdayaan masyarakat.
Begitu pula dengan bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang hasilnya
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh pemerintah Desa. Bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang
di transfer kepada pemerintah Desa juga di prioritaskan untuk kegiatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dan sisanya digunakan untuk
operasional pemerintah Desa.
Dengan adanya Undang-undang Desa Nomor 6 tahun 2014, pendapatan
Desa harus digunakan sesuai prioritas penggunaannya. Pendapatan yang
digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat Desa. Pemberdayaan
masyarakat merupakan salah satu program pemerintah Desa untuk memanfaatkan
sumber daya serta dapat membantu dalam proses untuk memajukan desa.
Adapun beberapa penelitian atau jurnal terdahulu yang digunakan oleh
penulis sebagai referensi dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Desa
(PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD) dan Bagi Hasil
Pajak dan Retribusi terhadap Belanja Desa bidang Kesehatan” oleh Yuni
Eka Putri di desa yang berada di Kabupaten Sukoharjo tahun 2016. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli Desa berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat belanja Desa bidang kesehatan.
10
Dan untuk variabel dana Desa, alokasi dana Desa, serta bagian dari dana
hasil pajak dan retribusi dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap belanja Desa bidang kesehatan.
2. Penelitian terdahulu yang lain tentang “Pengaruh Alokasi Dana Desa dan
Pendapatan Asli Desa terhadap Belanja Desa di Kecamatan Baron” oleh
Lia Sulistiyoningtyas tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel bebas Pendapatan Asli desa dan Alokasi Dana Desa secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Desa sebagai variabel
terikatnya, hal tersebut didukung dengan nilai F hitung sebesar 52,470
dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000.
3. Menurut jurnal penelitian Intan Mala Sari tahun 2017 tentang “Analisis
Ekonomi Kebijakan Dana Desa terhadap Kemiskinan Desa di Kabupaten
Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan
yang di dapat nilai koefisien determinasi = 0,99 atau sebesar 99% variabel
bebas Dana Desa dapat menjelaskan kemiskinan desa sedangkan sebesar
1% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian dan menunjukkan bahwa variabel Dana Desa berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Tulungagung pada tahun
2015-2016.
4. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ita Ulumiyah, Abdul dan Lely
tahun 2013 tentang “Peran Pemerintah Desa dalam Memberdayakan
Masyarakat Desa” di Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Desa sudah
11
mampu memberdayakan masyarakat melalui beberapa program-program
pemberdayaan yaitu dengan melalui peningkatan peran serta masyarakat
dengan kegiatan pelaksanaan kerja bakti, perlombaan desa, pembangunan
fisik, serta peningkatan ekonomi produktif dengan kegiatan pemberian
pelatihan.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, perbedaan
antara penulis dan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mengenai tempat
penelitian dan bidang yang berbeda. Dimana penulis melakukan penelitian
mengenai pemberdayaan masyarakat khususnya yang berada di Desa. Karena
peneliti sebelumnya meneliti dengan bidang yang berbeda dan peneliti akan
melakukan penelitian di tempat atau Desa yang berbeda. Selain perbedaan, ada
pula persamaan pada penelitian terdahulu dengan variabel yang digunakan penulis
dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang belanja
Desa.
Dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik mengambil permasalahan
mengenai belanja Desa. Maka dari itu judul yang saya ajukan adalah
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DESA, DANA DESA, ALOKASI
DANA DESA DAN BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI TERHADAP
BELANJA DESA BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”.
12
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berikut adalah masalah yang akan penulis identifikasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Masih banyaknya pemerintah desa yang belum transparan serta kurangnya
pemahaman Kepala Desa dan perangkat Desa dalam mengelola keuangan
Desa
2. Masih lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan yang
ditangani oleh pemerintah desa
3. Implementasi Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 masih
mengalami hambatan
4. Pembuatan Laporan keuangan Desa yang belum seragam dalam sistem
laporan keuangan Desa
5. Kurangnya kegiatan pelatihan dan pendidikan yang diberikan pemerintah
Desa untuk memberdayakan masyarakat
6. Penggunaan Dana Desa diluar bidang prioritas
7. Belanja diluar yang telah dianggarkan APBDesa
8. Kurangnya bagian atau porsi baik dari pendapatan asli Desa, Dana Desa,
alokasi dana Desa, serta bagian dari dana bagi hasil pajak dan retribusi
untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.
13
1.2.2 Rumusan Masalah
Menurut Sugiyono (2016:35), “Rumusan masalah merupakan suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun
demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap
rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah”.
Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
rumusan masalah assosiatif. Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan
masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2016:36).
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah penulis uraikan,
maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pendapatan Asli Desa berpengaruh terhadap Belanja Desa
bidang Pemberdayaan Masyarakat?
2. Apakah Dana Desa berpengaruh terhadap Belanja Desa bidang
Pemberdayaan Masyarakat?
3. Apakah Alokasi Dana Desa berpengaruh terhadap Belanja Desa bidang
Pemberdayaan Masyarakat?
4. Apakah Bagi Hasil Pajak dan Retribusi berpengaruh terhadap Belanja
Desa bidang Pemberdayaan Masyarakat?
5. Apakah Pendapatan Asli Desa, Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan
Bagi Hasil Pajak dan Retribusi berpengaruh terhadap Belanja Desa
bidang Pemberdayaan Masyarakat?
14
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:3), “Setiap penelitian mempunyai tujuan dan
kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu tujuan
penelitian yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan”. Adapun
tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bersifat
pembuktian. Menurut Sugiyono (2016:3), “Tujuan penelitian yang bersifat
pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu”.
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data ada atau tidaknya
pengaruh dari variabel bebas pendapatan-pendapatan Desa terhadap variabel
terikat belanja Desa bidang pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Desa berpengaruh
terhadap Belanja Desa bidang Pemberdayaan Masyarakat.
2. Untuk mengetahui apakah Dana Desa berpengaruh terhadap Belanja
Desa bidang Pemberdayaan Masyarakat.
3. Untuk mengetahui apakah Alokasi Dana Desa berpengaruh terhadap
Belanja Desa bidang Pemberdayaan Masyarakat.
4. Untuk mengetahui apakah Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
berpengaruh terhadap Belanja Desa bidang Pemberdayaan
Masyarakat.
15
5. Untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Desa, Dana Desa, Alokasi
Dana Desa dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi berpengaruh terhadap
Belanja Desa bidang Pemberdayaan Masyarakat.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat untuk semua pihak. Kegunaan penelitian ini dilihat dari dua aspek:
1.3.2.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan,
diantaranya:
1. Pengembangan Ilmu Akuntansi Pemerintahan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan
sarana dalam upaya pengembangan ilmu akuntansi pemerintahan
khususnya pemerintahan desa, agar ilmu yang dikembangkan dapat
mudah dipahami dan diterapkan oleh pemerintah desa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penulis
selanjutnya yang akan mengangkat permasalahan yang sama atau
penelitian lebih lanjut tentang Belanja Desa dan dapat
mengembangkannya ke dalam faktor lain yang terkait dengan
penelitian ini.
16
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan penerapan
ilmu yang didapat serta dapat membandingkan antara praktek dengan
teori yang diperoleh khususnya mengenai keuangan desa yang
digunakan untuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat.
1.3.2.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan,
diantaranya:
1. Bagi Penyelenggara Pemerintahan Desa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan dalam upaya menjaga kesehatan keuangan desa. Serta
sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan dan bahan
evaluasi untuk meningkatkan kinerja dan kemampuan pemerintah
desa dalam mengelola keuangan desa.
2. Bagi Masyarakat Desa
Sebagai alat pemberi informasi mengenai transparansi keuangan desa,
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan masyarakat
mendapatkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan oleh pemerintah desa dan dapat merasakan manfaat dari
Dana-dana yang diterima Desa secara langsung melalui pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah Desa.