bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga...

12
1 BAB I PENDAHULUAN Kecemasan menghadapi wawancara kerja menjadi isu penting dalam dunia kerja. Terlebih bagi mahasiswa tingkat akhir yang baru lulus kuliah serta baru pertama kali melamar kerja dan ikut seleksi wawancara kerja. Kecemasan menghadapi wawancara kerja menjadi fenomena yang menarik karena mengkaji faktor tentang sejauh mana kesiapan kerja dan konsep diri dari para lulusan baru. 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya. Kebutuhan terbentuk karena adanya kekurangan baik fisiologis maupun psikologis yang mendorong munculnya perilaku, kebutuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari lingkungan. Kebutuhan manusia membentuk hierarki atau jenjang yang terdiri dari lima kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka perilaku akan didominasi oleh kebutuhan fisiologis. Namun jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi seseorang akan terdorong untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu rasa aman. Sedangkan kebutuhan rasa aman yang telah terpenuhi akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan akan cinta kasih (Maslow, 1994). Adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, membuat seseorang terdorong untuk berkerja yang bertujuan untuk mendapatkan penghasilan. Menurut Anoraga (1998) kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapai dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari keadaan-keadaan sebelumnya, namun fakta menunjukkan didalam era

Upload: others

Post on 17-Mar-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kecemasan menghadapi wawancara kerja menjadi isu penting dalam

dunia kerja. Terlebih bagi mahasiswa tingkat akhir yang baru lulus kuliah

serta baru pertama kali melamar kerja dan ikut seleksi wawancara kerja.

Kecemasan menghadapi wawancara kerja menjadi fenomena yang menarik

karena mengkaji faktor tentang sejauh mana kesiapan kerja dan konsep diri

dari para lulusan baru.

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang

harus dipenuhi dalam hidupnya. Kebutuhan terbentuk karena adanya

kekurangan baik fisiologis maupun psikologis yang mendorong

munculnya perilaku, kebutuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari

lingkungan. Kebutuhan manusia membentuk hierarki atau jenjang yang

terdiri dari lima kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan yang bersifat

fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan

penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan fisiologis

belum terpenuhi, maka perilaku akan didominasi oleh kebutuhan

fisiologis. Namun jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi seseorang akan

terdorong untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu rasa aman.

Sedangkan kebutuhan rasa aman yang telah terpenuhi akan mendorong

seseorang untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan akan

cinta kasih (Maslow, 1994).

Adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,

membuat seseorang terdorong untuk berkerja yang bertujuan untuk

mendapatkan penghasilan. Menurut Anoraga (1998) kerja merupakan

sesuatu yang dibutuhkan manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu

yang hendak dicapai dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan

akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari

keadaan-keadaan sebelumnya, namun fakta menunjukkan didalam era

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

2

globalisasi seperti sekarang persaingan terjadi sangat ketat. Terutama

perihal lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin sempit. Hal ini

didukung dari hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2016 yang

menunujukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,5% atau

7,02 juta orang dari total angkatan kerja. Pengangguran terbuka berupa

seseorang yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, dan

tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan. Jumlah pengangguran yang besar disebabkan oleh penambahan

jumlah lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan penambahan

jumlah tenaga kerja yang tersedia di masyarakat. Hal ini membuat

perbandingan antara jumlah pencari kerja dan jumlah lapangan kerja yang

tersedia dimasyarakat mengalami ketimpangan (Badan Resmi Statistik,

2016).

Oleh karena itu, berbagai macam cara dilakukan oleh dunia

pendidikan khususnya Universitas untuk memenangkan persaingan di era

kompetisi, salah satunya adalah dengan usaha meningkatkan sikap

(attitude), kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) dari para

mahasiswa demi tercapainya tenaga kerja yang memiliki sikap positif,

kreatif dan terampil. Pada dasarnya mahasiswa diartikan sebagai siswa

yang sedang mengarungi pendidikan di perguruan tinggi (Purwodarminto,

2002). Sementara itu, Hurlock (1999) mengungkapkan mahasiswa tingkat

akhir merupakan awal masa dewasa. Havighurst membagi tugas-tugas

perkembangan awal masa dewasa. Salah satu tugas-tugas perkembangan

awal masa dewasa yang diharapkan masyarakat yakni memperoleh

pekerjaan. Seseorang yang telah memasuki usia tersebut diharapkan dapat

memenuhi tugas-tugas yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Salah satu

tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada usia dewasa awal adalah

mendapatkan pekerjaan sehingga jika tidak terpenuhi, seseorang pada usia

tersebut akan mengalami kecemasan (Alpert & Haber, 1960).

Kecemasan dalam mendapatkan pekerjaan muncul karena tidak ada

manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah mengalami situasi

sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki sikap, kemampuan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

3

dan pengetahuan standar, tetapi sangat gampang memeroleh pekerjaan,

bahkan beberapa kali pindah tempat kerja. Sementara, beberapa orang

lainnya yang memiliki kemampuan hebat, tak jarang usahanya kandas

sampai pada tahap tes wawancara kerja. Bagi beberapa orang, wawancara

kerja mungkin adalah momok yang menakutkan karena individu memiliki

iirational believe yang dapat memengaruhi pola pikir (kognitif), perasaan

(afektif), dan perilaku (behavior), ketika dihadapkan dengan masalah

individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas

ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang

muncul sebelum atau pada saat wawancara itu memang wajar. Apalagi jika

seseorang belum memiliki pengalaman kerja atau baru pertama kali

melamar pekerjaan. Sebenarnya orang yang berulang kali melamar

pekerjaan pun bisa mengalami hal yang sama. Mungkin perbedaannya

adalah karena dapat mengelola emosi sehingga pengendalian dirinya lebih

terjaga. Hal itu dikarenakan ia sudah terlatih menjawab berbagai

pertanyaan yang diajukan pewawancara (Heimberg, Keller, & Peca-Baker,

1986).

Tahap seleksi wawancara merupakan tahapan yang harus dilewati

pencari kerja sebelum mendapatkan pekerjaan, hal ini sangat penting

karena interviewer akan menilai dan mengambil segala informasi yang

dibutuhkan tentang calon karyawan secara langsung. Tahap wawancara

lebih memerhatikan kesiapan calon karyawan dalam hal menjual kekuatan

diri dan meyakinkan para interviewer. Tujuan wawancara kerja adalah

untuk menilai sisi psikologis, perilaku, kepemimpinan, komitmen,

kejujuran, tanggung jawab, dan segudang nilai kebaikan yang masuk

dalam penilaian perusahaan. Tahap ini merupakan langkah yang

menentukan sehingga membuat calon karyawan menjadi cemas saat akan

mengikuti sesi wawancara kerja (Nasution, 2012).

Kecemasan menghadapi wawancara kerja menjadi penting untuk

diteliti karena dalam periode ini peristiwa dan transisi yang berbeda

mungkin dapat memunculkan pikiran negatif pada diri mahasiswa. Pikiran

negatif muncul karena perasaan cemas yang dialami mahasiswa mengacu

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

4

pada saraf calon pelamar kerja dan membuat calon pelamar takut sehingga

menghambat performanya saat mengikuti seleksi wawancara kerja

(Heimberg, et al, 1986). Selain itu mahasiswa yang mengalami kecemasan

dalam menghadapi wawancara kerja akan muncul kegugupan ketika

berhadapan dengan pengalaman baru dan menganggap bahwa sesuatu

yang buruk akan terjadi (Diana, 1997).

Efek dari kecemasan menghadapi wawancara kerja dapat

dikategorisasikan sebagai berikut: mental (bagaimana pikiran bekerja),

fisik (bagaimana tubuh bekerja), perilaku (hal yang kita lakukan), kognitif

(cara kita berpikir dan berkonsentrasi). Dampak kecemasan baik

langsung maupun tidak langsung mengganggu fisik maupun mental

individu. Hal tersebut dapat menganggu penampilan diri seseorang saat

mengikuti sesi wawancara kerja (Sue, 2006).

Kecemasan yang dirasakan terutama dalam menghadapi wawancara

kerja dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu yang diantaranya

terganggunya kemampuan seseorang untuk memproses informasi sehingga

individu kurang sistematis dalam penilaian dan pembuatan keputusan

(Raghunathan & Pham, 1999). Tetapi sebaliknya apabila individu mampu

mengelola kecemasan dengan baik maka akan mempunyai semangat dan

gairah secara psikologis maupun fisiologis sehingga dapat menaikkan

performa atau kinerja yang dia miliki (Humara, 1999).

Penelitian tentang kecemasan menghadapi wawancara kerja

dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana. Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada

beberapa mahasiswa tingkat akhir yang akan diwisuda dan pernah

mencoba mengikuti wawancara kerja, tampak terlihat mahasiswa memiliki

kecemasan yang rendah di dalam menghadapi wawancara kerja. Hal ini

ditunjukkan dengan sikap yang tenang saat akan menghadapi wawancara

kerja, memiliki semangat untuk segera menghadapi kelulusan serta

perasaan positif mereka akan keinginanya untuk mengikuti seleksi

wawancara kerja dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

5

Berdasarkan pendapat Hollandsworth, Glazeski, & Dressel, (1978)

apabila seseorang mampu mempersepsikan diri secara positif bahwa

wawancara itu bukan suatu ancaman bagi dirinya maka dalam proses

menghadapi wawancara kerja seseorang akan tenang. Perasaan tenang

yang dialami seseorang sebelum dan selama wawancara kerja dikarenakan

mereka memiliki kemampuan akan komunikasi yang baik, menunjukkan

penampilan diri yang menarik saat wawancara kerja, secara sosial mampu

berinteraksi dengan baik, memperlihatkan ketrampilan dan keahlian yang

dimiliki, serta tidak mudah gugup dan memiliki kemampuan dalam

mengatasi segala situasi sulit yang akan dihadapi.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Amanda & Deborah (2015)

bahwa skill yang baik akan membuat seseorang memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan baik, kejujuran, ulet dan gigih dalam bekerja,

memiliki tanggung jawab, serta mampu bekerja dalam tim. Selain itu

keberhasilan seseorang dalam wawancara kerja biasanya lebih ditentukan

oleh skill yang lebih baik. Sementara dari sisi pencari kerja, skill yang

baik akan mendukung seseorang dapat diterima didalam seleksi

wawancara kerja.

Namun terdapat fakta yang berbeda pada hasil wawancara lanjutan

dengan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Satya Wacana yang sedang mengerjakan skripsi dan tunggu ujian dimana

mereka memiliki kecemasan yang tinggi dalam menghadapi wawancara

kerja. Kecemasan ini muncul karena banyak diantara mahasiswa yang

memiliki pemikiran negatif mengenai mampu tidaknya menghadapi

pekerjaan, mahasiswa menganggap dirinya tidak mampu mengatasi

masalah seperti kurang mampu memilih strategi didalam berinteraksi

sosial serta mahasiswa tampak kurang yakin dan kurang percaya diri

terhadap kemampuan yang dimilikinya. Mereka juga merasa gugup akan

kemampuan verbal dan merasa tidak memiliki kemampuan akan

komunikasi yang baik serta masih banyak mahasiswa yang belum

memiliki keahlian dan keterampilan (skill) yang baik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

6

Berdasarkan penelitian dari Mc Carthy & Goffin (2004)

menyebutkan bahwa mahasiswa dengan skill yang rendah akan

membutuhkan lebih banyak usaha, waktu, dan fleksibilitas untuk

menjalankan kegiatan-kegiatannya. Kondisi demikian yang membuat

mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat akhir cemas akan kegagalan saat

proses wawancara kerja sehingga sulit diterima didunia kerja. Hal ini

sejalan dengan penelitian Keenan (1978) yang menyebutkan minimnya

ketrampilan berkomunikasi membuat seorang lulusan baru menjadi

mudah cemas karena merasa memiliki kesempatan kecil untuk lolos

seleksi wawancara kerja.

Atas dasar fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

sebagian mahasiswa yang memiliki kecemasan yang rendah dalam

menghadapi wawancara kerja, tetapi di sisi lain terdapat pula mahasiswa

yang memiliki kecemasan tinggi di dalam menghadapi wawancara kerja.

Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang

kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa dengan berbagai

pertimbangan antara lain: idealnya mahasiswa harus mampu mengelola

kecemasan, tetapi pada kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu

mengelola kecemasan saat mereka menghadapi wawancara kerja; ketika

kecemasan mahasiswa rendah, maka hal tersebut akan mengakibatkan

meningkatnya performa sehingga berdampak pada keberhasilan saat

seleksi wawancara kerja dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Sebagai isu yang relatif baru, banyak penelitian terkini yang

berusaha mengupas kecemasan menghadapi wawancara kerja secara lebih

mendalam untuk menemukan faktor-faktor yang terkait, dengan harapan

dapat digunakan dalam mengelola rasa cemas mahasiswa demi tercapainya

keunggulan kompetitif dalam bersaing di dunia kerja. Sementara itu,

penulis menduga ada beberapa faktor yang memengaruhi kecemasan

menghadapi wawancara kerja, diantaranya dijelaskan oleh Nasution (2012)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan dalam

menghadapi wawancara kerja yang dialami oleh mahasiswa dapat

dipengaruhi oleh kesiapan kerja, harapan yang terlalu tinggi, cemas karena

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

7

akan dinilai, pengalaman buruk di masa lampau yang menjadi ketakutan

tersendiri, pembicara di hadapkan dengan situasi baru, merasa mempunyai

saingan yang lebih unggul, merasa memiliki tekanan dari pewawancara,

serta memiliki pemikiran akan mengalami situasi bahaya. Penulis memilih

faktor kesiapan kerja bukan bermaksud untuk mengabaikan peubah

(variabel) yang lainnya, melainkan didasarkan pada beberapa pendapat.

Mahasiswa sebagian besar memiliki kemampuan berkomunikasi dengan

baik dan memiliki keterampilan (merupakan salah satu komponen dari

kesiapan kerja) karena individu yang siap kerja tau kemampuan dan

keahlian yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Oleh karena itu,

kesiapan kerja merupakan sesuatu yang penting bagi calon pencari kerja

tak terkecuali mahasiswa yang baru lulus kuliah sebab para lulusan baru

akan dihadapkan pada situasi asing yang tidak stabil dan tidak terduga

sehingga harus memiliki kemampuan dalam mengelola tugas secara

mandiri yang sangat diperlukan dalam bekerja (Wolff, Regan, Pesut, &

Black, 2010).

Kesiapan kerja dapat terlihat dari sejauh mana seseorang lulusan

dianggap memiliki sikap dan sifat yang membuat mereka siap untuk

sukses dalam lingkungan kerja (Caballero & walker, 2011). Kesiapan kerja

berupa kemampuan individu untuk fokus pada sifat-sifat pribadi seperti

sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya

untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk

mempertahankan suatu pekerjaan (Brady, 2010). Kesiapan kerja sebagai

suatu set prestasi, pemahaman dan atribut pribadi yang membuat individu

lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan berhasil dalam karir

yang mereka pilih (Dubrin, 2005).

Kesiapan kerja meliputi serangkaian gerakan yang berkaitan dengan

kesiapan mental dan jasmani, apabila seseorang siap kerja maka akan siap

menghadapi segala situsi sulit yang dihadapi termasuk kesiapannya saat

mengikuti wawancara kerja (Chaplin, 2006). Hal ini sejalan dengan

penelitian Koen, Ute-Christine, Annelies, dan Vianen (2012) yang

menunjukkan terdapat interaksi yang signifikan antara kesiapan kerja dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

8

kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa lulusan baru.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Lowes, Omrin, Moore,

Sulman, Pascoe, Mc Kee, & Gaon (2016) yang menunjukkan terdapat

pengaruh signifikan antara kesiapan kerja dan kecemasan menghadapi

wawancara kerja. Wawancara kerja merupakan sumber kecemasan bagi

mahasiswa, dengan adanya kesiapan kerja dapat meningkatkan

kompetensi mahasiswa setelah lulus sehingga dapat mengurangi

kecemasan serta bermanfaat bagi lulusan baru.

Adanya kesiapan kerja membuat mahasiswa tingkat akhir merasa

tenang dan tidak gelisah dalam menghadapi wawancara kerja. Selain

kesiapan kerja terdapat faktor lain yang turut memengaruhi mahasiswa

agar merasa tenang dan tidak gelisah. Menurut Geist (dalam Gunarsa,

2000) kecemasaan dalam menghadapi wawancara kerja dapat bersumber

dari berbagai faktor seperti tuntutan sosial yang berlebihan yang tidak

mampu di penuhi oleh individu yang bersangkutan, standar kompetensi

yang terlalu tinggi tidak seimbang dengan kemampuan yang dimilikinya,

kurangnya kesiapan kerja, pola berfikir dan persepsi yang negative

terhadap situasi atau diri sendiri yang lebih dikenal dengan konsep diri.

Konsep diri merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan

karena pemahaman individu akan konsep dirinya yang menentukan dan

mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri individu

negatif maka akan negatiflah perilakunya, sebaliknya jika konsep diri

individu positif maka positiflah perilakunya (Shavelson, Hubner, &

Stanton, 1976). Konsep diri seseorang akan menentukan keberhasilan dan

kegagalan individu dalam berhubungan dengan masyarakat (Hurlock,

1999). Konsep diri sebagai nilai dari suatu hasil proses pembelajaran dan

merupakan hasil situasi psikologis yang diterima (Marsh, 1990). Konsep

diri memiliki beberapa aspek seperti aspek sosial, aspek fisik dan

moralitas, konsep diri akan berubah terus menerus pada masa kanak-kanak

dan remaja (Rice & Gale, 1975).

Konsep diri merupakan serangkaian persepsi seseorang kepada diri

sendiri (Calhoun & Acocella, 1990). Senada dengan kedua tokoh tersebut,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

9

Shavelson, et al. (1976) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan

persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang terbentuk melalui

pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain, dan hasil interpretasi

dari pengalaman-pengalaman yang didapatkannya tersebut. Tidak jauh

berbeda dengan pendapat di atas, Brooks (dalam Jallaludin, 2000)

memaparkan bahwa konsep diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri,

baik fisik, sosial, maupun psikologis, yang didasarkan pada pengalaman-

pengalaman dan hasil dari interaksi dengan orang lain. Tidak hanya

persepsi yang bersifat deskriptif, tapi juga penilaian terhadap diri

sendiri.

Kepribadian seseorang dapat diamati dari perilaku-perilakunya yang

manifes dalam berbagai situasi, maka konsep diri tidak dapat diamati

secara eksplisit seperti halnya perilaku dan ekspresi seseorang. Manifestasi

konsep diri yang tercermin dalam pola reaksi seseorang, dapat diamati dari

reaksi yang relatif menetap pada pola perilaku seseorang. Misalnya

seseorang yang memiliki pola perilaku optimis, akan berperilaku tidak

mudah menyerah, penuh semangat dan vitalitas, percaya pada

kemampuannya, dan senantiasa memiliki keinginan untuk mencoba

pengalaman-pengalaman baru yang dianggap berguna. Perilaku yang

teramati merupakan pola perilaku individu yang merupakan cerminan

konsep diri positif. Sebaliknya, seseorang yang selalu menganggap dirinya

tidak mempunyai kemampuan apa-apa, cenderung akan merasa gentar

untuk menghadapi hal-hal baru, maupun ketakutannya akan sebuah

kegagalan. Kondisi ini merupakan cerminan konsep diri yang negatif.

Dengan adanya konsep diri yang positif ini, diharapkan para mahasiswa

tingkat akhir tidak terlalu cemas dalam menghadapi wawancara kerja dan

selalu optimis bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai

dengan bidangnya (Widodo & Rusmawati,2004). Hal ini sejalan dengan

penelitian Peeters, & Lievens (2006) yang menunjukkan terdapat pengaruh

signifikan negatif, antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi

wawancara kerja. Hal ini didukung pula penelitian dari Vatankhak, Darya,

Ghadami, & Naderifar (2012) menunjukkan terdapat pengaruh yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

10

signifikan antara kecemasan saat diwawancara kerja dengan konsep diri

para mahasiswa.

Sementara itu, perbedaan jenis kelamin dan usia juga dapat

menentukan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi wawancara

kerja. Ada pandangan yang bertentangan mengenai kecemasan dalam

menghadapi wawancara kerja yaitu mengenai siapa yang lebih cemas,

antara pencari kerja laki-laki dan perempuan. Penelitian Sieverding (2009)

menunjukkan terdapat perbedaan kecemasan antara laki-laki dan

perempuan sebelum dan selama wawancara kerja, namun terdapat

pendapat yang berbeda dari Sahranavard, Hassan, Ehas, & Abdullah

(2012) tentang self concept, self efficacy, dan self esteem terhadap

kecemasan pada siswa di Iran yang hasil penelitiannya menunjukkan tidak

terdapat perbedaan kecemasan, baik laki-laki ataupun perempuan memiliki

kegelisahan yang sama. Penelitian dari Woodard (2004) menunujukkan

terdapat perbedaan antara usia (>25) tahun tampak lebih cemas dalam

menghadapi wawancara kerja dibanding dengan usia (<25) tahun,

sebaliknya penelitian dari Candido & Jose (2011) menunjukkan tidak ada

perbedaan usia antara remaja laki-laki dan perempuan dalam hal

kecemasan terhadap wawancara kerja.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan penulis, perbedaan

pandangan dan hasil penelitian ilmiah yang telah dihasilkan dan

penjelasan-penjelasan teoritis yang diajukan para penulis sebelumnya,

penulis tertarik untuk meneliti kembali mengenai kecemasan namun

dengan menggunakan sampel dan tempat penelitian yang berbeda dari

yang digunakan peneliti-peneliti sebelumnya. Maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Kesiapan kerja dan Konsep Diri

terhadap Kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa

tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga ditinjau dari Jenis kelamin dan Usia”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian tersebut maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh simultan antara kesiapan kerja dan konsep diri

terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa

tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

2. Apakah ada pengaruh simultan antara kesiapan kerja dan konsep diri

terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswi

tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

3. Apakah ada perbedaan antara kecemasan dalam menghadapi

wawancara kerja ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa tingkat

akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

4. Apakah ada perbedaan antara kecemasan dalam menghadapi

wawancara kerja ditinjau dari usia pada mahasiswa tingkat akhir

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Menguji pengaruh simultan antara kesiapan kerja dan konsep diri

terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa

tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

2. Menguji pengaruh simultan antara kesiapan kerja dan konsep diri

terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswi

tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

3. Menguji perbedaan kecemasan dalam menghadapi wawancara kerja

ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · individu memiliki keyakinan tidak akan berhasil sehingga menjadi cemas ketika akan menghadapi wawancara. Kecemasan atau ketakutan yang muncul

12

4. Menguji perbedaan kecemasan dalam menghadapi wawancara kerja

ditinjau dari usia pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya

sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan dibidang psikologi pendidikan,

psikologi perkembangan dan psikologi industri khususnya mengenai

pengaruh kesiapan kerja dan konsep diri terhadap kecemasan

menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana ditinjau dari jenis

kelamin dan usia.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran tentang pengaruh kesiapan kerja dan

konsep diri terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja

pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana serta sebagai umpan balik bagi Institusi

pendidikan untuk mengusahakan berbagai upaya agar

mahasiswa yang telah lulus siap mengikuti wawancara kerja

supaya segera memperoleh pekerjaan.

b. Bagi mahasiswa diharapkan agar dapat menjadi salah satu bahan

informasi dalam mempersiapkan diri menghadapi wawancara

kerja dengan lebih meningkatkan konsep diri yang positif

sehingga mampu mengatasi timbulnya kecemasan.

c. Bagi peneliti lain sebagai bahan pembanding dalam studi

selanjutnya mengenai pengaruh kesiapan kerja dan konsep diri

terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada

mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Satya Wacana ditinjau dari jenis kelamin dan usia.