bab i pendahuluan 1.1. latar belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern...

21
1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian arkeologi secara umum akan melewati tahap observasi, deskripsi dan ekplanasi. Tahapan tersebut berlaku untuk penelitian baik di lingkungan daratan maupun bawah air. Penelitian arkeologi secara umum di lapangan digambarkan oleh Fagan berupa: 1 Finds Site Laboratory Specialist Information Labs/Expert Exchange Small Material Large Material Information updates to site Bagan 1.1. flowchart penelitian di lapangan oleh Fagan Hasil ekskavasi kemudian dipilah menjadi objek yang besar dan objek kecil untuk penanganan awal temuan. Kemudian dilanjutkan kepada tahap perlakuan benda artefak dengan cara pencucian, pemilahan khusus,perekamanan data dan konservasi. Hasil penanganan awal benda arkeologis kemudian masuk ke meja analisis yang dilakukan oleh para ahli dengan masing-masing konsentrasi ilmu yang dikuasai hingga menjadikannya suatu kumpulan data yang disimpan dalam data base. Lalu bagaimana dengan penelitian arkeologi bawah air? Penelitian arkeologi bawah air mulai banyak dilakukan pasca-perang dunia kedua sebagai imbas dari berkembangnya teknik penyelaman, sehingga situs yang diketahui berada di bawah air terutama perairan dangkal menjadi mudah untuk dijangkau. Perkembangan teknologi saat ini mempermudah seorang arkeolog 1 Brian M. Fagan. Archaeology: A Brief Introduction, Ninth Edition. New Jersey. 2006. Hal 147 Site Excavation Flotation Washing Sorting Recording Conservation Plant Scientist Zoo Archaeologist Enveronmental Lab Artefact Laboratory Etc. Central Database 1 Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Upload: tranbao

Post on 12-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

1

Universitas Indonesia

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian arkeologi secara umum akan melewati tahap observasi,

deskripsi dan ekplanasi. Tahapan tersebut berlaku untuk penelitian baik di

lingkungan daratan maupun bawah air. Penelitian arkeologi secara umum di

lapangan digambarkan oleh Fagan berupa:1

Finds Site Laboratory Specialist InformationLabs/Expert Exchange

Small Material

Large Material

Information updates to site

Bagan 1.1. flowchart penelitian di lapangan oleh Fagan

Hasil ekskavasi kemudian dipilah menjadi objek yang besar dan objek

kecil untuk penanganan awal temuan. Kemudian dilanjutkan kepada tahap

perlakuan benda artefak dengan cara pencucian, pemilahan khusus,perekamanan

data dan konservasi. Hasil penanganan awal benda arkeologis kemudian masuk ke

meja analisis yang dilakukan oleh para ahli dengan masing-masing konsentrasi

ilmu yang dikuasai hingga menjadikannya suatu kumpulan data yang disimpan

dalam data base. Lalu bagaimana dengan penelitian arkeologi bawah air?

Penelitian arkeologi bawah air mulai banyak dilakukan pasca-perang dunia

kedua sebagai imbas dari berkembangnya teknik penyelaman, sehingga situs yang

diketahui berada di bawah air terutama perairan dangkal menjadi mudah untuk

dijangkau. Perkembangan teknologi saat ini mempermudah seorang arkeolog

1 Brian M. Fagan. Archaeology: A Brief Introduction, Ninth Edition. New Jersey. 2006. Hal 147

SiteExcavation

FlotationWashingSortingRecordingConservation

Plant ScientistZoo ArchaeologistEnveronmental LabArtefact LaboratoryEtc.

CentralDatabase

1

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

2

Universitas Indonesia

untuk dapat mencapai situs berupa bangkai kapal di laut yang dalam sekalipun.2

Istilah arkeologi bawah air tersebut pertama kali dicetuskan oleh George Bass

pada pertengahan abad ke-20, namun sebenarnya pencarian dan penelitian

terhadap tinggalan di dasar air telah ada sejak lama sebelum abad 20. Penelitian

Kapal Caligua dari Kerajaan Romawi di Italia misalnya, telah dilakukan pada

tahun 1535 oleh Fransisco Demarchi dengan teknik penyelaman sederhana.3

Penemuan peralatan scuba oleh Jaques-Yves Cousteau dan Emile Gagnan

pada masa Perang Dunia II menjadi awal berkembangnya penelitian arkeologi

bawah air. Tahun pertama sesudah penemuan tersebut, penelitian arkeologi bawah

air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan

budaya klasik Yunani dan Romawi. Pada tahun 1979 satu tenaga peneliti

Indonesia yakni Nurhadi, berkesempatan mengikuti latihan penelitian arkeologi

bawah air yang dikaitkan dengan arkeologi maritim di Thailand. Walaupun

penelitian arkeologi bawah air pertama kali dibicarakan pada tahun 1936, namun

baru pada tahun 1956 UNESCO mengeluarkan keputusan penting tentang

arkeologi bawah air, sekaligus melaksanakan berbagai ekspedisi.4

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mulai menguji coba kegiatan

arkeologi bawah air pada tahun 1981, bekerjasama dengan pasukan katak dari

Armada Republik Indonesia Wilayah Timur. Selain mempelajari dan menangani

segala tinggalan bawah air, arkeologi bawah air juga meneliti segala sesuatu yang

terkait dengan kelautan dan pelayaran, namun datanya tetap di daratan. Dengan

demikian, situs di daerah pantai atau sungai dan kapal yang tertimbun tanah di

daratan menjadi cakupan arkeologi bawah air. Sejumlah negara maju

memanfaatkan ilmu arkeologi bawah air untuk meneliti sumur kuno, pelabuhan,

kota yang tenggelam dan kapal-kapal karam. Para ahli membagi situs arkeologi

bawah air menjadi 4 kategori diantaranya: (1) Situs sampah dapur bawah air (2)

Situs pemukiman atau pelabuhan yang terendam air (3) Tempat suci atau tempat

yang dikeramatkan (4) Reruntuhan kapal.5

2 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic ConservationProcedurs”. Texas A & M University. 2000. hal 7.3 Djulianto Susantio. Arkeologi Maritim dan Bawah Air di Indonesia. Sinar Harapan 2003.4 Ibid.5 Opcit.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

3

Universitas Indonesia

Situs reruntuhan kapal menjadi objek penelitian arkeologi bawah air paling

banyak dilakukan. Diperkirakan terdapat 3 juta reruntuhan kapal dengan berbagai

macam muatan yang belum ditemukan tersebar di seluruh dunia.6 Daftar dari The

Dictionary of Disaster at Sea memberitahukan bahwa setidaknya terdapat 12.542

kapal layar dan kapal perang yang hilang di lautan dalam rentang waktu antara

tahun 1824 hingga tahun 1962 saja.7 Begitu pula di perairan Indonesia, menurut

catatan-catatan kuno lebih dari 400 kapal pernah tenggelam yang memuat

berbagai benda.8

Beberapa hasil penelitian internasional mengenai reruntuhan kapal dan

muatannya yang sudah dipublikasikan dan sudah sangat dikenal diantaranya

yaitu:9

(a) Temuan reruntuhan Kapal Titanic yang tenggelam pada tahun 1912 di

Newfoundland, Kanada pada tahun 1985. Kapal tersebut memuat

sekitar 1800 artefak berbagai jenis.

(b) Reruntuhan Kapal Tek Sing di Laut Cina Selatan yang ditemukan pada

tahun 1999 yang memuat lebih dari 300.000 keramik.

(c) Kapal Elizabeth and Mary di Baie-Trinité, Kanada yang ditemukan

pada tahun 1994. Kapal tersebut memuat salah satu koleksi benda

arkeologis paling baik peninggalan abad ke-17.

(d) Kapal Pandora di Queensland, Australia, diteliti pada tahun 1983 yang

memuat furniture akhir abad ke-19 dari Eropa.

(e) Kapal Nuesta Senora De Atocha di Marquesas Key, Florida, Amerika

Serikat. Kapal yang tenggelam pada tahun 1622 dan ditemukan pada

tahun 1970 tersebut memuat emas, perak, keramik, koin, senjata dan

material-material kecil.

(f) Kapal Bronze Age di Bodrum, Turki, yang di temukan pada tahun 1982.

Kapal tersebut memuat 20 ton artefak yang terdiri dari keramik,

perhiasan dari emas dan perak, peralatan yang terbuat dari perunggu

dan senjata.

6 The UNESCO Convention On The Protection Of The Underwater Cultural Heritage. France.2001. Hal 4.7 Ibid. hal 4.8 Djulianto Susantio. Arkeologi Maritim dan Bawah Air di Indonesia. Sinar Harapan 2003.9 Opcit. hal 8.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

4

Universitas Indonesia

Peninggalan arkeologi bawah air berupa reruntuhan kapal lainnya yaitu

Kapal San Esteban, salah satu dari tiga Kapal Spanish Plate Fleet yang tenggelam

pada tahun 1554 di pulau Padre, Texas. Temuannya berupa 2 jangkar, senjata

bombardetta dengan alat pengangkutnya yang terbuat dari kayu, breech block dan

berbagai macam benda-benda keramik kecil, ditemukan pula meriam yang

memiliki panjang 4 meter dengan berat 2 ton.10 Kapal Santo Antonio de Tanna di

pelabuhan Mombasa di Kenya yang tenggelam pada tahun 1697 memuat gerabah

dan keramik.11

Kapal karam yang memuat tempayan (pottery) terdapat pula di Kradad

dan Sattatip, Teluk Siam, yang tenggelam pada abad ke-16 dan ditemukan pada

tahun 1979. Di tempat lain di dekat Pulau Marindaque, Filiphina, ditemukan

kapal karam Cina pada tahun 1982 yang sebagian besar memuat alat-alat makan

yang terbuat dari tanah liat atau keramik.12 Kapal Belanda De Witte Leeuw yang

karam di dekat Pulau St. Helena di Timur Afrika tahun 1613 juga memuat

keramik.13

Di Indonesia juga beberapa kali dilakukan penelitian bawah air mengenai

reruntuhan kapal bermuatan diantaranya yaitu: Penemuan kapal tenggelam di

Pelabuhan Tua Tuban di sebelah Pantai Utara Jawa Timur yang memuat ribuan

keramik dalam kondisi rusak, telah menjadi karang.14 Reruntuhan Kapal

Geldermalsen, Kapal Belanda yang tenggelam tahun 1751 dengan muatan teh,

sutra dan keramik ditemukan pada tahun 1986. Temuannya berupa 126 emas

batangan dan 160.000 keramik (porcelain) merupakan kapal bermuatan yang

paling banyak yang pernah ditemukan di Indonesia pada tahun tersebut dan jenis

mangkuk ditemukan paling banyak.15 Penelitian yang belum lama ini dilakukan

berkaitan dengan kapal karam di Indonesia yaitu penemuan kapal karam di

10 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic ConservationProcedurs”. Texas A & M University. 2000. hal 7.11 Institute Of Nautical Archaeology. “Conservation Research Laboratory Reports”. ConservationOf Ceramics Firepots Mombasa, Kenya, Project. Texas A & M University. 2000.12 S. Adhyatman dan Abu Ridho. Tempayan di Indonesia. Himpunan keramik Indonesia. 1997.Hal 13.13 Ibid. hal 13.14 Ibid.15 Hari Untoro Dradjat. “Penelitian Dan Penyelamatan Sumberdaya Budaya Bawah Laut”. DalamEksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim. Jakarta. 2005 hal 31.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

5

Universitas Indonesia

Indramayu yang memuat ratusan ribu mangkuk keramik baik pecahan maupun

utuh.16

Beberapa reruntuhan kapal karam yang diteliti tersebut hampir semuanya

memuat benda keramik, terutama mangkuk. Benda keramik dapat dikatakan

merupakan alat dan juga komoditi perdagangan yang sangat penting pada

masanya karena kegunaannya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-

hari di hampir semua lapisan masyarakat di masa sejarah bahkan di masa

prasejarah sekalipun.17 Berbagai bentuk dan benda berupa keramik yang hampir

selalu temukan di situs-situs arkeologi diantaranya yaitu:18 (1) Peralatan rumah

tangga. (2) Benda upacara keagamaan dan adat. (3) permainan anak-anak. (4)

Peralatan bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dan hiasan atap rumah.

Hal tersebut membuat keramik –sebagai artefak arkeologi- menjadi

sumber informasi yang dapat menerangkan berbagai kehidupan yang terjadi di

masa lalu. Keramik menjadi sumber informasi yang sangat penting dan berharga

sebagai objek penelitian arkeologi karena peran dan fungsinya di berbagai zaman

yang dilaluinya. Keramik juga merupakan salah satu peralatan yang dapat

bertahan dengan sangat lama.19 Tidak heran jika sekarang keramik-keramik

arkeologis tersebut diisukan memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasaran

kolektor keramik karena kekunaannya dan nilai sejarahnya.20

Keramik porselin dalam proses pembuatannya dibakar dengan suhu sangat

tinggi yang dapat menjadikannya sangat tahan air dan tidak akan menyerap air

garam dari lingkungan air laut. Beberapa jenis keramik stoneware dengan

pembakaran yang kurang sempurna dapat terendapkan oleh garam antara glasir

dengan bagian badan keramik. Jika garam tersebut tidak dihilangkan dan

mengendap dalam waktu lama, glasir yang melekat dapat terlepas, luruh begitu

saja.21 Keramik earthenware yang didapatkan dari situs bawah laut hampir pasti

akan dipenuhi dengan endapan garam yang menyatu dengan badannya karena

earthenware tidak tahan air (menyerap air).

16 Horst Liebner. “Laporan Akhir Riset Temuan Kapal Karam di Perairan Laut Jawa”. Jakarta.2008.17 Pameran Keramik Indonesia. Himpunan Keramik Indonesia. Jakarta. 1978. Hal 218 Ibid. hal 3.19 “Ceramics Restoration and Conservation, A Question of Values”. Ceramic Restoration. 200820 Horst Liebner. Laporan Akhir Riset Temuan Kapal Karam di Perairan Laut Jawa. 2008.21Opcit. Hal 4

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

6

Universitas Indonesia

Permukaan badan benda keramik juga dapat terendapkan kandungan

garam yang tidak terlarut seperti kalsium karbonat dan kalsium sulfat. Larutan

garam seperti klorida, pospat dan nitrat22 sangat berbahaya sekali bagi keramik

earthenware.23 Garam terlarut (air laut) bersifat higroskopis24 dan memiliki

kelembapan yang relatif naik-turun, sedangkan untuk garamnya sendiri secara

berkala dapat terlarut dan mengkristal.25

Kegiatan pengangkatan keramik dari situs arkeologi bawah air, terutama

kapal karam, hampir selalu mangkuk -secara kuantitas- memiliki jumlah paling

banyak dari pada keramik lain. Beberapa pengangkatan artefak dari kapal karam,

seperti di Cirebon, Belitung, bahkan pada pengangkatan di Karawang, mangkuk

menjadi artefak paling banyak yang diangkat ke daratan. Mangkuk secara kualitas

juga dapat merepresentasikan kehidupan keseharian masyarakat masa lalu, karena

fungsi praktis yang melekat padanya. Jumlahnya yang banyak dapat pula

menunjukkan adanya kegiatan perdagangan masa lalu.

1.2. Masalah Penelitian

Sejarah dan budaya materi yang dapat dikuak dari tinggalan keramik salah

satu diantaranya adalah masa pembuatan keramik tersebut. Pembuatan keramik,

baik karena fungsi, bentuk maupun karena keindahannya (estetika) selalu sejalan

dengan seni yang sedang berkembang di masa tersebut sehingga dapat

mencerminkan suatu waktu yang sedang berjalan.26 Keramik juga merupakan

salah satu artefak yang dapat selamat dari akhir suatu peradaban dan dari keramik

tersebut dapat ditentukan pertanggalan (relatif/mutlak), interpretasi teknologi yang

terkandung, rute perdagangan, kepercayaan dan mencerminkan kegiatan rutin

22 Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2

-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian darisiklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandungnitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dannitrat. Dalam: Thompson B. Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. NewZealand. 2004.23 Donny L. Hamilton. “Pottery Conservation”. Texas A & M University. 2000.24 Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baikmelalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuanmenyerap molekul air yang baik. Dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Higroskopi diunduh tanggal19 maret 200825 Opcit.26 Opcit.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

7

Universitas Indonesia

sehari-hari.27 Sehingga benda keramik tersebut dapat memberikan informasi

waktu dan dapat memberikan kesimpulan mengenai perdagangan, ekonomi dan

masyarakat.28

Benda arkeologis yang ditemukan di daratan perlu memperhatikan

beberapa faktor dalam penanganannya yaitu faktor manusia, faktor lingkungan

sekitar benda dan faktor lingkungan alami.29 Manusia dapat menimbulkan

kerusakan karena salah penanganan, mulai ditelantarkan, penyimpanan yang tidak

sesuai, kecelakaan serta kebakaran. Faktor lingkungan benda dapat dibagi menjadi

kelembaban udara, suhu dan penyinaran. Lainnya ada 5 faktor yang yang terdapat

di lingkungan alami, yaitu kondisi iklim dan lingkungannya, sinar matahari,

serangga, mikroorganisme, dan polusi.30 Lalu bagaimana dengan temuan

arkeologis yang ditemukan di bawah air? Tentunya berbeda penanganannya

karena memiliki lingkungan yang berbeda pula, sehingga faktor yang

mempengaruhi benda temuan arkeologis untuk rusak di lingkungan bawah air-pun

menjadi berbeda. Penanganan khusus menjadi pertimbangan yang harus dilakukan

dengan tujuan menyelamatkan hasil kebudayaan manusia masa lalu.

Benda keramik yang berasal dari situs arkeologi bawah air (laut), jika telah

diangkat dari bawah laut dan dibiarkan akan mengalami perusakan oleh garam

yang mengendap. Sebuah objek jikalau telah lama terendam dalam air garam

(laut) dan atau yang didapatkan dari dasar laut maka akan menghadapi resiko

kerusakan (rapuh, retak bahkan pecah) karena tekanan yang muncul dari dalam

ketika dibawa ke lingkungan yang memberikan kontak langsung dengan udara.31

Ketika hal tersebut terjadi pada saat yang sama kelompok besar garam yang telah

mengkristal (menyerupai jarum-jarum yang sangat kecil) akan menutupi

permukaan keramik dan menyembunyikan semua detail yang ada di benda

keramik. Belum lagi kehidupan laut yang telah lama melekat pada keramik-

keramik tersebut seperti kerang dan berbagai jenis tumbuhan. Sehingga

27 Opcit.28 Jim Grant dkk. The Archaeology Course Book; An Introduction To Study Skills, Topic &Methods. London. 2002 hal 52-53.29 Joetono. “Pengamanan dan Konservasi Arkeologi”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Jakarta.Hlm. 69.30 Ibid.31 “A Heritage In Danger”. The UNESCO Convention On The Protection Of The UnderwaterCultural Heritage. France. 2001. Hal 5

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

8

Universitas Indonesia

menyulitkan proses analisis lebih lanjut untuk dapat mengungkapkan aktifitas

kebudayaan yang telah terjadi dalam rangka penelitian arkeologi.

Penanganan untuk artefak arkeologi menjadi salah satu pertimbangan yang

paling penting ketika akan merencanakan atau melaksanakan penelitian dengan

data yang berasal dari materi peninggalan situs bawah air khususnya menyangkut

jumlahnya yang sangat banyak.32 Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya

konservasi artefak arkeologi, tanpa tindakan tersebut, ribuan bahkan ratusan ribu

dari artefak tersebut akan rusak dan data sejarah yang terkandung didalamnya

dapat hilang. Kehilangan tersebut bukan hanya akan menyulitkan proses

konservasi tetapi juga kerugian besar bagi para arkeolog yang akan menguak

sejarah dan budaya materi tersebut.33 Tiga tujuan arkeologi yang akan dicapai

tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena hilangnya informasi-informasi

tersebut.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimana desalinasi benda keramik jenis porcelainous stoneware

sebagai penanganan awal dalam konservasi arkeologi?

Penanganan awal tinggalan situs bawah air yang dimaksudkan adalah

tindakan atau perlakuan pertama yang dilakukan dalam rangka penyelamatan dan

konservasi, setelah temuan terangkat dari air (laut) hingga siap untuk analisis

lebih lanjut untuk mengetahui bentuk dan dekorasi mangkuk keramik.

Penanganan awal yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa pemisahan

unsur-unsur garam dari temuan (desalinasi).

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki 2 tujuan yang ingin dicapai, (1) Tujuan umum,

yaitu konservasi artefak arkeologi bawah air (laut) terutama benda-benda keramik.

(2) Tujuan khusus, yaitu dapat memperjelas tahap desalinasi benda keramik

sebagai penanganan awal (dalam upaya konservasi) yang didapat dari situs bawah

32 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic ConservationProcedurs”. Texas A & M University. 2000. Hal 233 Ibid

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

9

Universitas Indonesia

air sehingga benda keramik dapat dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini akan

memberikan gambaran mengenai tindakan atau perlakuan pertama dan proses

desalinasi keramik tinggalan situs bawah air (laut) yang dilakukan untuk

mensterilkan kadar garam yang mengendap setelah temuan diangkat dari laut dan

menemukan lingkungan yang berbeda. Penanganan keramik yang telah ditulis dan

disarankan oleh para ahli masih bersifat umum, belum memberikan arahan yang

jelas dan spesifik dari masalah yang dihadapi, terutama menghadapi sekian ribu

bahkan ratusan ribu tinggalan keramik dengan glasir yang sudah rusak dan masih

memiliki konsentrasi garam yang tinggi. Selain itu identifikasi mangkuk keramik

akan berusaha untuk menjelaskan kegiatan sosial budaya yang terjadi ketika

mangkuk tersebut mulai dibuat.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam

melakukan penanganan awal keramik tinggalan situs bawah air (laut). Diharapkan

pula dapat lebih membantu dalam proses penanganan artefak Benda Cagar

Budaya bawah air (laut), terutama mangkuk keramik yang jumlahnya dapat

mencapai ribuan bahkan ratusan ribu keping. Proses desalinasi yang dilakukan

selama ini tidak mendapat perhatian khusus, biasanya hanya asal rendam saja

tanpa mengetahui berapa lama keramik harus direndam, berapa banyak

kandungan garam yang sudah dikeluarkan dan masih perlukah direndam kembali

karena kadar garamnya yang masih tinggi. Sehingga masih dipertanyakan apakah

memang sudah selesai tahap desalinasi yang telah dilakukan ataukah belum?

Padahal penanganan awal (desalinasi) yang efektif (waktu dan biaya), terukur dan

terperinci menjadi salah satu faktor kemampuan benda-benda tinggalan situs

bawah air (laut) dapat dianalisis secara maksimal sehingga dapat melakukan

interpretasi yang maksimal pula.

1.4. Gambaran Data

Data arkeologi yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa sampling

dari temuan kapal tenggelam di Karawang, Jawa Barat. Data tersebut berupa

keramik Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang didapat dari perusahaan

pengangkatan muatan kapal tenggelam yaitu PT. Paradigma Putra Sejahtera

bersama dengan PT. Nautic Recovery Asia yang sedang melakukan pengangkatan.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

10

Universitas Indonesia

Posisi temuan kapal berada di kedalaman 54-57 meter di bawah permukaan laut,

terletak pada 050 30’ Lintang Selatan (LS) / 1070 44’ Bujur Timur (BT), sekitar 70

km laut dari Pantai Utara Jawa di wilayah Karawang (Gambar 1.1). Pengangkutan

tersebut dilakukan pada periode Bulan September 2008 hingga Bulan Desember

2008, sedangkan penelitian ini dilakukan pada akhir Bulan Oktober 2008 hingga

pertengahan Januari 2009.

Temuan yang didapat dari tempat tersebut secara keseluruhan kurang lebih

berjumlah 15.000 buah yang sebagian besar berjenis keramik (mangkuk), namun

artefak yang dapat diidentifikasi dan dapat dianalisis lebih lanjut (pembersihan ,

pengukuran dan konservasi) hanya mencapai 6438 buah. Artefak tersebut terdiri

dari 2 jenis, yaitu jenis keramik dan jenis non keramik. Jenis keramik dapat

dibedakan menjadi mangkuk (terbuka) (foto 1.1) berjumlah 4218 buah, kategori

keramik tertutup (Closed)34 berjumlah 904 buah, kendi berjumlah 105 buah, vas

berjumlah 133 buah, cover berjumlah 537 buah, tutup (lid) berjumlah 161 buah,

buli-buli berjumlah 325 buah dan keramik lain selain jenis keramik tersebut

berjumlah 55 buah. Sedangkan jenis non keramik dapat berupa seperti koin,

34 Memiliki ciri yaitu diameter bibir lebih kecil dibandingkan dengan diameter badannya

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

11

Universitas Indonesia

konkresi, manik-manik, artefak gelas, cincin logam, batu pipisan dan terdapat

beberapa benda yang belum teridentifikasi.

Benda keramik sebagai data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah benda mangkuk keramik memiliki sisa glasir berwarna hijau (green glaze)

dengan warna permukaan krem ke putih, ada pula yang berwarna abu-abu. Jenis

keramik tersebut serupa dengan porcelainous stoneware, yaitu bahannya yang

bersifat porselin, namun belum benar-benar mencapai mutu porselin. Jumlah

mangkuk yang digunakan sebanyak 4218 buah. Glasir yang melekat pada

mangkuk keramik tersebut telah rusak. Mangkuk keramik tersebut memiliki

ukuran secara keseluruhan yaitu: (1) tinggi, 2,3 – 10,3 cm. (2) Diameter atas, 9,2 -

21,6 cm. (3) Diameter alas 4 – 10,5 cm dan (4) Tebal, 0,1 – 0,6 cm.

Bahan dasar mangkuk keramik secara umum terdiri atas silika (SiO2),

aluminium (Al2O) dan air (H2O) yang kemudian membentuk keramik

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

12

Universitas Indonesia

(Al2O32SiO2H2O).35 Glasir sebagai bahan pelapis keramik terdiri atas berbagai

macam campuran seperti potasium, aluminium, silika dan sodium atau secara

kimia mengandung unsur Na3O Al2O3 7SiO2.36 Sisa-sisa glasir masih dapat

terlihat ketika benda keramik tersebut telah dibersihkan (foto 1.2, foto 1.3).

1.5. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan yaitu

proses pengumpulan data, pengolahan data dan penafsiran data.37 Layaknya dalam

penelitian arkeologi darat, penelitian arkeologi bawah air akan menempuh proses

yang sama walaupun dengan kerja teknis yang berbeda.38

1.5.1. Pengumpulan data

Tahap yang dilakukan pada pengumpulan data adalah memilah (sortir)

penggunaan benda keramik yang akan dijadikan objek penelitian (bagan 1.1).

Sortir dilakukan karena temuan benda bawah air bukan hanya benda keramik saja.

Temuan lain berupa konkresi, manik-manik, leadrings, bahan logam, bahan kaca

dan batu pipisan. Temuan tersebut dipisahkan untuk kemudian memilah keramik

dengan ciri glasir atau sisa glasir berwarna hijau dengan warna permukaan putih,

krem dan abu-abu.

Tidak semua benda keramik dengan ciri glasir berwarna hijau dan warna

permukaan putih, krem dan abu-abu memiliki bentuk fisik yang utuh, untuk itu

dipilah keramik dengan ciri tersebut ditambah dengan bentuknya

35 Linda Ellis. Archeological Method and Theory: An Ecyclopedia. Garland Publishing Inc. NewYork & London. 2000. Hlm 12036 ibid37 James Deetz. Invitation to Archaeology. 196738 Metode Penelitian Arkeologi. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Penelitian ArkeologiNasional Jakarta. 1999. Hal 31-37.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

13

Universitas Indonesia

yang utuh. Semua benda keramik utuh yang memiliki glasir berwarna hijau dan

warna permukaan putih, krem dan abu-abu dipilah kembali menjadi hanya

mangkuk saja. Penyortiran dilakukan untuk memudahkan pendataan yang akan

dilakukan juga untuk memudahkan proses desalinasi. Penyotiran tersebut

kemudian ditetapkan klasifikasi mangkuk keramik mulai dari ukuran besar,

sedang dan kecil. Deskripsi awal benda keramik tinggalan situs bawah air (laut)

dilakukan kemudian.

1.5.2. Pengolahan Data

Pengukuran kualitas air tawar akan dilakukan sebelum melakukan

desalinasi. Pengukuran tersebut dilakukan agar air yang digunakan adalah murni

air tawar. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran kadar keasaman (pH)39,

39 pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannyadinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, jika terdapatpernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari totallarutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orangmelogaritmakan angka tersebut sehingga menjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif)dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengantanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus)logaritma dari konsenstrasi ion H". Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena iamengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Besaran pH berkisar dari 0(sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkanlingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin).

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

14

Universitas Indonesia

kesadahan (KH)40 dan kadar kalsium (Ca)41 yang diukur menggunakan alat test

kemurnian air.

Desalinasi dilakukan pada bak berukuran 2.4 x 1.55 x 1.35 meter (panjang

x lebar x tinggi) (foto 1.4). Ukuran bak tersebut tidak baku, namun untuk

mengetahui volume air dan volume mangkuk keramik yang akan di desalinasi

ukuran bak harus diketahui dengan jelas. Bak akan diisi benda keramik dengan

volume tertentu dan direndam dengan air tanah pada volume tertentu pula.

Perkembangan unsur garam yang mulai terpisah/larut dari benda keramik akan

dikontrol dan dicatat setiap harinya.

Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Dalam: http://www.o-fish.com/parameter_air.htmDiunduh tanggal 19 Maret 2009.40 Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat(HCO3-) dan karbonat (CO3--) di dalam air. Dalam akuarium air tawar, pada kisaran pH netral, ionbikarbonat lebih dominan, sedangkan pada akuarium laut, ion karbonat lebih berperan.KH seringdisebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman(ion-ion yang mampu mengikat H+), dalam: Ibid41 Kalsium dalam deret kimia termasuk ke dalam jenis logam alkali tanah, berpenampilan putihkeperakan yang sangat bermanfaat untuk manusia. Dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsiumdiunduh tanggal 19 Maret 2009

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

15

Universitas Indonesia

Kontrol tersebut akan dibantu dengan menggunakan alat pengukur daya

hantar listrik (konduktivitas) dalam air atau conductivity meter (foto 1.5) dengan

satuan ukuran mikroSiemens (mS).

Alat tersebut berfungsi sebagai pengukur daya hantar listrik dalam air

karena rapat dan regangnya garam terlarut. Jika daya hantar listrik dapat diketahui

maka diketahui pula kandungan garam (terlarut) yang ada dalam air tersebut.

Makin besar angka yang tercantum pada alat ukur tersebut makin banyak pula

kandungan garam yang ada dalam air, pertanda kandungan garam pada benda

keramik mulai berkurang karena terlarut kedalam air rendaman. Jika

konduktivitas dalam rendaman sudah mencapai nilai tertinggi maka pergantian air

akan dilakukan.

Desalinasi mangkuk keramik dilakukan sebanyak 3 kali yang disesuaikan

dengan ukurannya masing-masing. Proses desalinasi tersebut antara lain:

(a) Desalinasi mangkuk besar dengan perbandingan volume air dengan volume

artefak 10:1, dengan waktu pengukuran selama 15 hari.

(b) Desalinasi mangkuk sedang dengan perbandingan volume air dengan

volume artefak 10:1, dengan waktu pengukuran selama 30 hari.

(c) Desalinasi mangkuk kecil dengan perbandingan volume air dengan volume

artefak lebih kecil dari 40:5, dengan waktu pengukuran selama 15 hari.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

16

Universitas Indonesia

Ketiga desalinasi tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah garam yang

larut dalam air, kecepatan reaksi garam yang larut dalam air baik yang

dipengaruhi oleh suhu maupun pengaruh volume air serta volume artefak dalam

reaksi pelarutan garam. Jika mengetahui 4 variabel dalam desalinasi tersebut maka

diharapkan suatu formulasi untuk penanganan awal benda keramik situs

peninggalan bawah air (laut) dalam desalinasi benda keramik menuju stabil.

Proses desalinasi dituntun dengan standar teknis yang ditetapkan. Standar

teknis tersebut dilakukan untuk mempermudah perbandingan semua hasil

desalinasi. Standar teknis tersebut antara lain:

1. Volume air yang akan digunakan sebagai rendaman adalah 3 m3, baik untuk

percobaan baru maupun rendaman baru (pergantian air).

2. Variabel pendataan berupa: (a) tanggal dan waktu. (b) lama perendaman. (c)

total waktu perendaman. (d) kadar garam terlarut [salinitas] (e) suhu. (f)

catatan, untuk catatan mendata hal-hal diluar variabel tersebut.

3. Pergantian air dilakukan jika konduktivitas air telah mencapai konstan.

Waktu pergantian tersebut dapat berubah jika: (a) Konsentrasi garam dalam

bak masih berubah secara signifikan atau sebaliknya, (b) Terbentur masalah

teknis dilapangan misalnya, tidak adanya air atau tingginya salinitas air

keran untuk rendaman.

4. Pengukuran kadar garam dilakukan 3 kali dalam sehari agar dapat melihat

perubahan-perubahan yang terjadi secara jelas. Pengukuran tersebut dapat

berubah jika terdapat kendala teknis dilapangan.

5. Pengukuran berhenti jika nilai kadar garam pada rendaman benda keramik

sudah tidak ada kenaikan signifikan atau turun dalam pengukuran

konduktivitasnya.

6. Alat ukur yang digunakan adalah conductivity meter, untuk mengukur kadar

garam dan thermometer celup untuk mengukur suhu air.

Hasil pengukuran menggunakan alat ukur konduktivitas memiliki satuan

mikroSiemens (μS). Pada tahap ini banyaknya garam yang terlarut dalam air

belum dapat diketahui. Banyaknya garam terlarut dapat diketahui dengan

mengkonversi angka hasil pengukuran (konduktivitas) kedalam suatu satuan yaitu

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

17

Universitas Indonesia

practical salinity scale (skala salinitas praktis) atau practical salinity units (PSU)

menggunakan rumus yang ditetapkan UNESCO. Rumus tersebut yaitu:42

R = ((6.859819x10-38) x a8))+((-2.027297x10-32) x a7))+((2.576767x10-27) x a6)) +((-1.855032x10-22) x a5))+(( 8.450662x10-18) x a4))+((-2.616744x10-13) x a3) +((7.096135x10-9) x a2) + (0.0005161311 x a) +( -0.05028803) (1.1)

{a merupakan nilai pengukuran konduktivitas dalam mikroSiemens}

Hasil penghitungan menggunakan rumus konduktivitas tersebut akan

berupa rasio ( R ) atau data angka saja. Nilai a pada rumus tersebut adalah nilai

konduktivitas hasil pengukuran. Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut

(R) kemudian dikonversikan pada rumus salinitas ( S ). Nilai rasio ( R ) hasil

penghitungan tidak memiliki satuan, namun hasil penghitungan konversi kedalam

rumus salinitas (S), memiliki satuan ppt (part per thousand) yang setara dengan

1000 bagian perjuta (Bpj) atau setara dengan tiap gram zat terlarut dalam satu liter

larutan.43 Rumus tersebut yaitu:

S = 0.008 - (0.1692 x (R(1/2))) + (25.3853 x R) + (14.0941 x (R(3/2))) - (7.0261 x (R2)) +(2.7081 x (R(5/2))) ppt (gram/Liter) (1.2)

Hasil penghitungan dengan rumus salinitas (S) tersebut didapat nilai

seberapa banyak kadar garam yang telah terlarut didalam air pada proses

desalinasi. Mengetahui jumlah konsentrasi garam merupakan cara untuk

menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan

konsentrasi larutan ada beberapa macam, salah satunya dengan Molaritas.

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas

dinyatakan melalui:

No. Rumus Keterangan

1

M =Molaritasdengansatuanmolar (M)

Gram = Jumlahzat terlarutdengan satuangram.V =Volume/massapelarut (L/Kg).

Mr=Massarelatif zatterlarut.

Tabel 1.1. Rumus molaritas

42 PSU versus Conductivity. PSU_vs_Conductivity.xls. diunduh tanggal 15 April 2009.43 Salinity - what do those figures mean?. Dalam http://www.appslabs.com.au/salinity.htm .diunduh tanggal 15 April 2009

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

18

Universitas Indonesia

Variabel yang digunakan pada pengukuran kadar garam dalam air atau

salinitas tersebut diketahui berupa waktu dan banyaknya garam terlarut. Hasil dari

pengukuran dan penghitungan waktu dan banyaknya garam terlarut pada proses

desalinasi tersebut dapat memunculkan variabel pendukung lain untuk

menghasilkan suatu formulasi dalam penanganan benda keramik.

Variabel tersebut adalah kecepatan larutnya garam pada air.

Mengintegrasikan hasil pengukuran ke persamaan kinematika dari Hukum

Newton I (nomor 1 dan 2 tabel persamaan) dan Hukum Newton II (nomor 3 tabel

persamaan) akan dilakukan untuk mendapatkan seberapa cepatnya garam larut

dalam air. Pengukuran kecepatan (V) diperlukan variabel dasar seperti jarak

tempuh (dalam meter atau m) dan waktu tempuh (dalam detik atau t). Variabel

tersebut dapat dipersamakan dengan angka konversi hasil pengukuran pada tiap

percobaan yang akan dilakukan. Persamaan yang dimaksud antara lain:

No

Rumus Keterangan

1

V = S/t

sama dengan:

VL = M/ J

V = VL

V = Kecepatan dengansatuan meter per detik(m/s)VL = Kecepatan larutnyagaram dengan satuanMolar per jam (M/J)

S = MS = Jarak, dengan

satuan meter (m).M = jumlah molaritasdengan satuan Molar(M), menyatakanbanyaknya jumlah zatterlarut dalam air.

t = Jt = waktu, dengansatuan detik (s).J = waktu, dengansatuan jam.

2

a = ΔV/Δt

sama dengan:

aL = ΔVL/ΔJ

a = aL

a = percepatan sesaat(m/s

2),

aL = percepatan larutnyagaram (M/J

2)

V = VL

V = Kecepatan dengansatuan meter per detik(m/s)VL = Kecepatan larutnyagaram dengan satuanMolar per jam (M/J)

t = Jt = waktu, dengansatuan detik (s).J = waktu, dengansatuan jam.

3

vt = v0 + a.tsama dengan;vtL= v0 + aL.J

atau

vt2

= v02

+ 2 a Ssama dengan;vtL

2= v0

2+ 2 aL M

atau

vt = vtL dan v0 = v0L

vt = kecepatan sesaatbenda (m/s),vtL = kecepatan sesaatlarutnya garam (M/J)

v0 = kecepatan awalbenda (m/s)v0L = kecepatan awallarutnya garam (M/J)

S = M

S = Jarak, dengansatuan meter (m).M = jumlah molaritasdengan satuan Molar(M), menyatakanbanyaknya jumlah zatterlarut dalam air.

t = J

t = waktu, dengansatuan detik (s).J = waktu, dengansatuan jam.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

19

Universitas Indonesia

S = v0 t + 1/2 a t2

sama dengan;M = v0 t + 1/2 aL

J2

Tabel 1.2. Persamaan rumus kinematika dengan larutan.

Naik dan turunnya suhu air rendaman mempengaruhi jalannya suatu reaksi

penetralan garam. Diketahui bahwa kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi.

Namun begitu pengaruh suhu tersebut memiliki batas, karena semakin tinggi suhu

memicu reaksi kimia lain yang berpengaruh pada reaksi yang sedang dilakukan.

Pada penelitian ini, perubahan suhu air dihitung untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kecepatan reaksi pelarutan garam. Perhitungan tersebut hanya dilakukan

untuk kenaikan suhu air saja, untuk perubahan suhu air yang turun ataupun stabil

diabaikan. Perhitungan tersebut masih menggunakan angka dari hasil pengukuran

yang telah dilakukan.

Masing-masing proses desalinasi pada mangkuk akan diambil sampel

secara acak sejumlah 100 buah untuk mengetahui hasil desalinasi terhadap kondisi

fisik mangkuk. Kondisi fisik mangkuk tersebut meliputi keberadaan kerang dan

materi lain yang menempel, glasir dan sisa glasir serta kristal garam yang

menempel pada permukaan mangkuk keramik.

1.5.3. Penafsiran Data

Interpretasi atau penafsiran data adalah langkah terakhir yang dilakukan.

Perbandingan masing-masing hasil analisis desalinasi terhadap mangkuk keramik

dapat diketahui bagaimana upaya konservasi yang dilakukan untuk mangkuk

keramik tersebut. Mulai dari hubungan jenis keramik dengan desalinasi,

bagaimana jenis keramik menentukan dalam melakukan desalinasi. Hubungan

ukuran keramik dengan desalinasi dan penafsiran waktu melalui kadar garam

yang terkandung.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

20

Universitas Indonesia

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - lontar.ui.ac.id filedeskripsi dan ekplanasi. ... air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan ... Situs sampah

21

Universitas Indonesia

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis menurut kerangka ilmiah yang bersifat deskriptif. Struktur

yang dibuat adalah sebagai berikut :

1. BAB I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang

dilakukannya penulisan untuk penelitian arkeologi, sejarah dan perkembangan

penelitian situs peninggalan bawah air (laut) disertai dengan mengemukakan

masalah, tujuan dan manfaat, gambaran data hingga metode penelitiannya.

2. BAB II. KERAMIK DAN KONSERVASI KERAMIK. Bab ini akan membahas

tentang keramik, bagaimana pengendapan garam dapat terjadi dan bagaimana

penguraiannya. Deskripsi data dijelaskan pula pada bab 2.

3. BAB III. DESALINASI DAN ANALISIS MANGKUK KERAMIK KAPAL

KARAM DI KARAWANG, JAWA BARAT. Bab ini berupa analisis desalinasi dan

analisis fisik mangkuk keramik itu sendiri. Pengintegrasian angka kedalam persamaan

rumus kimia dan matematika dilakukan kemudian.

4. BAB IV. MANGKUK KERAMIK DARI KARAWANG, JAWA BARAT. Bab ini

akan membahas mengenai hasil desalinasi mangkuk dan mencoba untuk menafsirkan

setiap kejadian dengan perbandingan masing-masing hasil desalinasi. Bab ini juga

akan menafsirkan mangkuk keramik dari kapal karam di Karawang, Jawa Barat.

5. BAB V. PENUTUP. Isi dari bab ini adalah kesimpulan dari uraian bab-bab

sebelumnya.

Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009